BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori – Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi Pengertian sistem informasi menurut O’brien& Marakas (2010) adalah kombinasi dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi. Menurut Laudon dan Laudon (2010) sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan dalam suatu organisasi. Sementara, berdasarkan pendapat Satzinger, Jackson, & Burd (2005) sistem informasi merupakan sekumpulan komponen terpisah yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyediakan output berupa informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas – tugas bisnis. Maka dari beberapa definisi sistem informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi komponen yang terpisah (orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan aturan serta prosedur) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan data serta pendukung kegiatan didalam suatu organisasi dimana nantinya data yang ada dikumpulkan dan diproses sehingga menjadi suatu informasi yang berguna untuk didistribusikan dan digunakan oleh pengguna. 2.1.2Sistem Pengertian sistem menurut O’Brien dan Marakas (2008) adalah sekumpulan komponen yang saling terkait, dengan batas jelas, bekerjabersama untuk mencapai tujuan denganmenerima input dan juga menghasilkan output dalam proses transformasi terorganisir. 2.1.3 Informasi 9 10 Menurut Kusrini dan Koniyo (2008), informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sistem informasi. Pengertian informasi menurut Laudon dan Laudon (2010, p46) adalah data yang telah dibentuk atau diolah menjadi suatu yang berarti dan dapat digunakan. Dari definisi diatas,dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang sudah diolah atau dibentuk menjadi sesuatu yang berarti dan berguna bagi penggunanya, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan mendukung sistem informasi 2.1.4 Data Pengertian data menurut O’brien (2005) adalah fakta atau observasi mentah yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Menurut Laudon dan Laudon (2010), data terdiri dari kumpulan fakta yang belum diolah yang mewakili sebuah kejadian yang terjadi dalam suatu organisasi atau lingkungan fisik sebelum diolah sehingga dapat dimengerti dan digunakan oleh orang. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa data adalah kumpulan fakta atau observasi yang belum diolah (mentah) yang mewakili sebuah kejadian yang terjadi didalam suatu organisasi atau lingkungan fisik sebelum diolah dan biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis sehingga dapat dimengerti dan digunakan oleh orang. 2.1.5 Proses Bisnis Pengertian proses bisnis menurut Weske (2012), adalah sekumpulan aktivitas yang dijalankan dalam bentuk koordinasi di dalam lingkungan organisasi dan teknikal. Aktivitas ini akan menghasilkan tujuan dari bisnis dimana proses bisnis suatu perusahaan akan berhubungan dengan proses bisnis dari perusahaan lain. Menurut Efraim, dkk (2007), proses bisnis adalah kerja, prosedur, dan aturan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis, independen terhadap segala jenis teknologi yang digunakan untuk mendukung bisnis yang ada. 11 Berdasarkan dua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa proses bisnis merupakan sekumpulan aktivitas baik itu kerja/tugas, prosedur dan aturan yang berhubungan satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan di dalam lingkungan organisasi guna mendukung bisnis yang ada. 2.2. Teori Khusus 2.2.1 Produksi Televisi 2.2.1.1 Definisi Produksi Televisi Produksi televisi menurut Edwi Arief Sosiawanadalah suatu proses kreatif yang melibatkan penggunaan peralatanperalatan yang rumit dan koordinasi sekelompok individu yang mempunyai kepekaan estetis dan kemampuan teknis untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada penonton. Di bagian manapun kita berperan, harus di sadari bahwa proses produksi televisi adalah suatu team work. Bahkan dengan hanya sebuah camera praktis sekalipun, kita masih membutuhkan bantuan orang lain untuk memegang microphone, lampu, reflektor, atau alat yang lain. Supaya kita memperoleh hasil yang maksimal.Lebih banyak peralatan yang digunakan, lebih banyak orang yang ambil bagian. Jadi tugas utama dalam produksi televisi adalah bekerja dengan orang lain, baik yang berada di depan camera (aktor, aktris, presenter) ataupun yang berada di belakang (crewproduksi, teknisi, sutradara, dan yang sebagainya) 2.2.1.2 Pelaksanaan Produksi Televisi Produksi suatu program sesungguhnya mungkin hanya makan waktu 30 menit ,tetapi ini hanya bagian kecil dari keseluruhan proses produksi , jauh sebelum kita masuk ke studio dan control room , program harus di rencanakan dan di operasikan secara rinci . Pelaksanaan produksi umumnya di bagi menjadi 4 tahap : 1. Praproduksi Perencanaan untuk satu program mungkin bisa berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan, sebelum produksi yang sesungguhnya 12 . Program yang rumit, lebih lama waktunya yang di butuhkan dalam tahap ini. Selama tahap ini, producer dan director bekerja sama dengan penulis untuk menyempurnakan naskah. Anggota tim produksi utama (producer, director, dan scienic designer) mengadakan pertemuan untuk diskusi program dan bagian yang akan di tangani. Tahap pra produksi adalah kunci keberhasilan produksi.Kesulitan–kesulitan bisa dihindari bila produksi telah di rancang dan di rencanakan jauh sebelumnya secara hati–hati dan teliti. Dengan seluruh anggota tim produksi yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya masing–masing. Lebih mudah mengoreksi masalah–masalah pada kertas selama pra produksi. 2. Set up peralatan dan latihan Mendekati proses produksi yang sesungguhnya , studio dan control room harus dipersiapkan . banyak waktu yang di butuhkan untuk set up harus di tentukan selama pra produksi . dan selalu tergantung pada kerumitan program dan biaya. Dan seluruh timharus tahu dengan tepat apa yang dibutuhkan dan mengawasi crewnya dalam menyelesaikan tugasnya sesuai denganjob desk - nya masing–masing. dan setiap kepala divisi berkoordinasi dengan kepala divisi yang lain. Setelah kepala divisi sudah mengumpulkan kesiapan anak buahnya mereka harus koordinasi kepada technical director sebagai penanggung jawab suatu produksi. Karena semua kesiapan dan kelayakan sarana yang akan digunakan dibawah naungan technic director. 3. Produksi a. Produksi lapangan. 13 Terdapat beberapa istilah dalam produksi yang dilakukandi lapangan, seperti: • ENG (Electronic News Gathering). Produksi berita elektronik. Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan peralatan yang mudah di bawa (PORTABLE) misalnya kamera dengan vcr portable dan 1 microphone, dengan crew seorang juru kamera di sertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai reporter. • EFP (Electronic Field Production). Produksi lapangan elektronik. Sama dengan ENG, hanya jenis program yang di produksi adalah dokumenter, sinetron, (film style) • MCR (MULTI CAMERA REMOTE). Produksi lapangan dengan mempergunakan camera lebih dari satu, dengan di bantu peralatan lain seperti switcher, tv monitor, sound audio system. Produksi yang di rekam adalah sinetron, musik, olah raga, dll. b. Produksi studio LIVE program di siarkan secara langsung, tahap produksi merupakan tahap akhir dalam suatu proses, kebanyakan program–program berita, olah raga, upacara kenegaraan yang di siarkan secara langsung. VIDEO TAPING program yang di rekam dengan video / video cassette. LIVE ON TAPE produksi yang berlangsung terus tanpa berhenti sampai 14 akhir program, editing hanya dalam hal – hal khusus (insert editing). 4. Pasca Produksi a. studio strike (semua peralatan / setting di bongkar) b. Video tape editing c. Audio sweetening / dubbing d. Evaluasi program 2.2.2 Pra Produksi Tahap praproduksi adalah tahap semua pekerjaan dan aktivitas yang terjadi sebelum multimedia komersial diproduksi secara nyata”(Suyanto, 2004).Pra produksi adalah salah satu tahap dimana dilakukan sejumlah persiapan pembuatan video, diantaranya meliputi penulisan naskah skenario, menentukan jadwal pengambilan gambar, mencari lokasi, menyusun anggaran biaya, mencari atau mengaudisi calon pemeran, mengurus perizinan, menentukan staf dan kru produksi, mengurus penyewaan peralatan produksi video, dan juga persiapan produksi, pascaproduksi serta persiapan lainnya. • Penjadwalan Penjadwalan memegang peranan penting dalam pencapaian kegiatan produksi, sehingga semua pihak dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk menjalankan tugasnya masing-masing. • Penyusunan Crew Dalam penyusunan crew film, yang harus dikedepankan adalah rasa kebersamaan ingin menghasilkan sebuah film. • Pembuatan Skenario Penulisan skenario dilakukan jika cerita sudah jadi dan fix. Penulisan skenario dilakukan script writer dimana dicantumkan scene-scene dan dialog serta audio yang akan digunakan. • Membuat Storyboard Storyboard adalah rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menjelaskan bahasa tulisan skenario kedalam bahasa visual. 15 2.2.3 Business Process Management (BPM) Menurut Jeston dan Nelis (2008, p11), Business Process Management(BPM) adalah : • Tidak hanya sebuah perangkat lunak (Software). • Tidak hanya meningkatkan atau merekayasa ulang proses tetapi juga dalam hal isu manajerial. • Tidak hanya sementara tetapi merupakan bagian dari manajemen. • Tidak hanya membuat model tetapi juga melakukan implementasi dan eksekusi dari proses-proses tersebut, yang membutuhkan analisa. 2.2.4 Business Process Management (BPM) Framework Menurut Jeston dan Nelis (2008, p11), kerangka kerja (Framework) dariBPM terdiri dari 10 fase yang dikelompokkan dalam berbagai tahap sebagai berikut : 2.2.4.1 Tahap Foundation Sebagian besar proyek BPM yang baru diinisialisasi dari Launch Pad Phase, dan tipe proyek akan menentukan luasnya pembahasan dalam Organization Strategy Phaseand Process Architecture. Ketiga fase ini akan membentuk ‘fondasi’ dari setiap proyek. a. Organization Strategy Phase Fase ini meliputi pemahaman keyakinan bahwa strategi organisasi, visi, sasaran strategis, bisnis, dan arahan manajemen telah dipahami dengan jelas oleh anggota tim proyek. Strategi harus dikomunikasikan dan disampaikan kepada semua stakeholder sampai menjadi sebuah budaya dalam organisasi. Strategi harus diketahui dan dipahami oleh tim proyek, yang memastikan bahwa lingkup dan arah proyek menambahkan nilai pada strategi. Tujuan dari fase ini bukan mengenai bagaimanauntuk membangun strategi organisasi, tetapi untuk menjelaskan bagaimana strategi organisasi 16 manajemen proses dan proses individu berhubungan dan berinteraksi. Hasil dari fase Organization Strategy mempunyai masukkan yang signifikan bagi fase berikutnya, Fase Process Architecture, yaitu: • • • Versi dokumentasi dari organisasi: - Visi - Misi - Tujuan - Tujuan strategi - Sasaran - Strategi implementasi Konteks atau model bisnis yang meliputi: - Pelanggan - Layanan/produk - Pemasok/rekan kerja - Kunci pembeda - Sumber daya Kunci pembeda utama dari organisasi Gambar 2.1Organization Strategy Phase steps (Jeston dan Nelis,2008) b. Process Architecture Phase Fase ini adalah fase dimana arsitekturproses dirancang. Arsitekturprosesartinyadimanaorganisasi mengembangkan kumpulan peraturan, prinsip, arahan, dan model untuk mengimplementasiBPMdalam organisasi.Arsitekturproses menyediakan dasar untuk merancang dan merealisasikan inisiatifBPM. Hasil dari Process Architecture Phase meliputi: • Arsitektur proses yang didokumentasikan dan 17 disetujui. • Arsitektur awal proyek. • Sebuah Organization Process View. • Daftar End-to-End Process. Gambar 2.2Process Architecture Steps(Jeston dan Nelis, 2008) c. Launch Pad Phase Pada tahap Launch Pad terdapat tiga hasil utama sebagai berikut: • PilihanakandimanaproyekBPMakandimulaidalam organisasi. • Persetujuan daritujuan proses dan atau visi, di mana proses telah dipilih. • Pengembangan dari proyek terpilih. Menentukan di mana akanmemulai adalah sebuah hal yang cukup sulit, akan tetapi framework ini akan menyediakan beberapa cara untuk menentukan di manadan bagaimana untuk memulainya. Tujuan danvisi proses juga harus sejalan denganstrategi organisasi dan arsitekturproses untuk memastikan bahwaterdapatnilaitambahbagistrategi.Ketikaunitbisnisdan proses-prosesnya telah dipilih dan tujuan proses telah disetujui, proyek harus dibangun untuk meningkatkan kesuksesan. Membangunproyektermasukmemutuskanstrukturtim proyek, 18 ruanglingkup,manajemenpemegangsaham danmanfaatbisnis yang diharapkan. Hasil yang diharapkan dari fase ini yaitu: • Definisiyangmeliputipemegangsahamatauyangterkait dengan proyek. • Perjanjian dan komitmen pemegang saham, dan harapan yang terdokumentasi dan disetujui. • Process Selection Matrix. • Daftar dari proses bisnis yangterindentifikasidanmetrik awal. • Daftar dari tujuan proses yang disetujui. • Proses yang menjadi prioritas untukUnderstandPhase. • Strategi implementasi awal. • Manajemenproyek:dokumen piagam proyek,dokumen ruang lingkup proyek, rancangan awal dari perencanaan proyek, ketentuan dan dokumentasi dari strategi komunikasi awal dan analisa resiko awal • Pembangunan dari kasus bisnis awal. Gambar 2.3Launch Pad Phase Steps (Jeston dan Nelis, 2008) 19 2.2.4.2 Tahap Finding and Solutions Tahap ini mengacu pada penemuan (atau analisa) yang dilakukan terhadap proses berjalan dan dilakukan pada Understand Phase,dansolusinyaditentukandandijelaskanpada Innovate Phase. d. UnderstandPhase Faseiniadalahuntukmemahamilingkungan prosesbisnis berjalanuntukmemudahkandalamInnovate pentinguntukmenentukanbiaya Phase. Faseini dasarprosessebagaitujuan perbandingan dimasadepan. Langkah pentinglainnya adalah Root Cause Analysis dan identifikasi dari kemungkinan kesuksesan. Akan ada kebutuhan untuk mengidentifikasi, mengimpelentasi secara ideal, mencapai kesuksesan, karena bisnis tidak akan menyediakan pem-biayaan tanpa batas untuk proyek peningkatan proses. Situasi ideal adalah untuk proyek menjadi mandiri dalam pem-biayaan karena keberhasilan dalam implementasi. Hasil dari fase ini yaitu: • Model proses dari proses berjalan. • Desain yang tepat untuk membangun dasar dari ukuran peningkatan proses dimasa depan, prioritas dan pilihan untuk Innovate Phase. • Ukuran dan dokumentasi dari level performa yang ada. • Dokumentasi dari apa yang sudah berjalan dengan baik dan apa yang bisa berjalan lebih baik. • Identifikasi dari cara-cara yang bisa diimplementasi dalam periode waktu tertentu. • Laporan 20 Gambar 2.4Understand Phase Steps (Jeston dan Nelis, 2008) e. Innovate Phase Fase ini tidak hanya meliputi tim proyek dan bisnis, tetapi juga pemegang saham yang terkait, baik internal maupun eksternal. Beberapa pilihan proses baru yang sudah diidentifikasi kemudian disimulasikan, dibuat activity based costing, menentukan perencanaan kapasitas dan studi kelayakan implementasi untuk memungkinkan finalisasi dari pilihan yang tambahan terbaik. Kemungkinan diidentifikasi dan dijadikan cara keberhasilan prioritas dalam bisnis.Beberapa dokumen yang dihasilkan dari fase ini adalah: • Perancangan ulang model proses. • Dokumentasi pendukung proses perancangan ulang. • Kebutuhan bisnis dari pilihan prosesbaru. • Model simulasi dan detail ABC. • Capacity planning information. • Konfirmasibahwaalternatifpilihandariprosesbarua kanmemenuhi harapan dari pemegang saham. • Konfirmasi bahwa pilihan proses baru bersifat konsisten dengan strategiorganisasi dan akan mencapai tujuan proses yang sudah didesain. 21 • Laporan process gap analysis. • Rencanaproyeksecaradetailuntukpeopleanddevel op phases. • Pembuatan cost benefitanalysis secara detail untuk menjadi input pada kasus bisnis. • Businesscaseyangterupdatedenganlebihbanyakdetail, serta manfaat dan biaya yang dapat dihitung, dan penilaian dari dampak terhadap organisasi; hal ini harus merefleksikan manfaatsecara berwujud dan tidak berwujud. • Sebuahlaporanyangrincimengenaitahapansecarag aris besar dibuat,pertimbanganalternatif danpilihan,analisa temuan dan rekomendasi. • Sebuah penyajian untuk manajemen tingkat atas mendukung kasus bisnis dan rekomendasi arahan. • Sebuah perencanaan komunikasi awal untuk menginformasikan kepada semua pemegang saham. • Sebuah dokumen strategi people change management 22 Gambar 2.5 Innovate Phase steps (Jeston dan Nelis, 2008) 2.2.4.3 . Fulfillments Tahapan fulfillments ini terdiri dari People dan Develop juga Implementation Phase, terhadap solusi yang diberikan f. People Phase Faseiniadalahfaseyangkritisdalam workdanmampu tidak frame- memberikandampakresikoapabila ditangani dengan baik danmembuatstandaryangterlalu tinggi.Tujuandarifaseini adalahuntukmemastikanbahwa aktivitas,aturan,danukuran performa sesuai dengan strategi organisasi dan tujuan proses. Pada akhirnya, orang lah yang membuat proses berjalan secara efektif dan efisien, tidak peduli bagaimanaotomatisasidisertai. Faseinitidakperludikaitkandengan peoplechangemanagement, karena ini terkait dengan seluruh fase dalamproyek. Beberapa aktivitas dan 23 laporan yang dihasilkan pada fase ini, yaitu: - Pemecahan dan penggabungan dari prosesbarudan komponen - komponennya dalam aktivitas. - Perancangan ulang deskripsi peran dan tujuan yang telah didiskusikan dandisetujui oleh orang yangakan melaksanakannya. - Performance management dan ukuran untuk peran yang tepat, yang juga telah didiskusikan dandisetujui oleh orang yang akan melaksanakannya. - Sebuah rencana dan kumpulan tugas yang memungkinkan organisasi untuk berubah dari kondisi saat ini ke kondisi yang diperlukan. Hal ini termasuk pemahaman terhadap kompetensi inti dan kemampuan orang pada saat ini dan di masa depan, pada level peran. Hal ini akan terlihat dalam analisa proses gap yang dibuat di awal untuk mengadakan rencana pelatihan yang sesuai untuk dikembangkan bagi masing-masing individu dan tim. - Struktur organisasi baru berbasis prosesuntuk wilayah bisnis termasuk dalam proyek. 24 Gambar 2.6 People Phase steps (Jeston dan Nelis, 2008) g. Develop Phase Fase ini terdiri dari semua komponen untuk mengimplementasikan proses baru. Penting untuk dipahami bahwafaseinitidaksecara khususberartimembangunteknologi informasi. Hal ini meliputi membangunsemuainfrastruktur untukmendukungprogram peoplechangemanagementdan melakukanperubahandalammendukungorangyangmela kukan proses.Halinijugameliputipelaksanaantestuntuksoftwar eand hardware.Hasil pada fase ini meliputi: - Gambaran solusi tingkat tinggi. - Kebutuhan bisnis secara rinci. - Dokumentasi software pilihan. - Spesifikasi/desain software. - Pembangunan/konfigurasi software - Test dan hasil dari software. - Spesifikasi hardware. - Ketersediaan hardware. - Test dan hasil dari hardware. - Test dan hasil dari integrasi. Gambar 2.7 Develop Phase steps (Jeston dan Nelis, 2008) 25 h. I mplement Phase Fase ini merupakan adalah fase yang menentukan. Dimanaseluruhaspekdalam proyek (pembangunan prosesbaru, pembangunan deskripsi peranbaru, manajemen perfor-madan ukuran, dan pelatihan) dikerjakan. Rencana implemen-tasi merupakan fase yang krusial, karena membuat perencana-an dengan memutar kembalidan mencarikemungkinan. Beberapaorganisasi meyakini bahwa proyek BPM telah selesai setelah fase implementasi berjalan sukses, namun sebenarnya kedua fase terakhir adalah fase yang palingpenting.Ketikafaseinitelahselesai,organisasimengharapkan untuk mencapai: • Karyawan yang telah di-training dimotivasi • Pengembangan atau proses baru yang berjalan dengan memuaskan, berdasarkanataskebutuhan dankeingin-an dari stakeholder. Gambar 2.8 Implement Phase steps (Jeston dan Nelis, 2008) 2.2.4.4 Future Pada tahap ini Future membahas tentang pengaturan 26 proyek untuk masa mendatang dan hal ini dapat dicapaimelalui Realize Value dan Sustainable Performance Phase. i. Realize Value Phase Fase ini memiliki tujuan untuk memastikan bahwa manfaat yang digambarkan dalam proyek bisnis dapat diwujudkan. Fase ini pada dasarnya terdiri dari penyampaian realisasi manfaat dari manajemen proses dan laporan. Jika manfaat tidak berhasildirealisasikan, organisasi tidak diperkenankan untuk memberikan dana untuk melanjutkan proyek. Merupakan tugas dari pimpinan proyek, pemilik proyek, sponsorproyek dan bisnis untuk memastikan bahwa manfaat telah direalisasikan. Walaupun fase ini berada pada urutan kesembilan dalam framework, namun kenyataan -nya fase ini tidak memiliki keunikan, karena sebagian besar langkah-langkahnya telah dieksekusi pada fase sebelumnya. Ada beberapa hasil dan keluaran yang diharapkan oleh bisnis melalui fase ini, termasuk: - Benefits summary plan - Benefits milestone network matrix - Benefits delivery matrix - Benefits realization register Gambar 2.9 Realize Value Phase steps(Jeston dan Nelis, 2008) j. Sustainable Performance Phase 27 Sebuahhalyangpentingdimanatim proyekbekerjadalam bisnis untuk membangun struktur proses untuk memastikan bahwa kelancaran proses dan pengembangannya dapat bertahan. Pertimbanganinvestasiyangdibuatdalam proyekprosesharus dapat dipertahankan dan ditingkatkan tiap waktu. Organisasi harus memahami bahwa proses memiliki daur ulang dan akanmembutuhkanpengembanganselanjutnya setelah target pengembangan proyek berhasil direalisasikan. Jika tidak demikian, maka seiring berjalannya waktu dan perubahan bisnis, organisasi akanmenjalankan proses yang kurang optimal (efisien). Fase ini mengkonversi ‘proyek’ menjadi ‘operasional bisnis. Hasil yang akan disampaikan pada fase ini antara lain: - Mekanisme (kumpulan langkah – langkah) untukmengelola mengidentifik-asi proses dan bisnis dan merealisasikan kesempatan untuk me- ngembangkan proses. - Mengelola dan mengembangkan proses. Gambar 2.10 Sustainable Performance Phase steps(Jeston dan Nelis, 2008) Didalam implementasi BPM yang kami lakukan pada bagian pra produksi di LPP TVRI, kami hanya menggunakan 8 tahap dari 10 tahap yang ada pada teori Jeston dan Nelis di karenakan 2 tahap terakhir (Realize Value Phase dan Sustainable Performance Phase) merupakan 28 fase future, dimana tahap ini membahas tentang pengaturan proyek untuk masa mendatang. Didalam jurnal Meyliana (2009) yang berjudul "Mengoptimalkan Proses Bisnis Dengan Metode Business Process Management Pada Sektor Jasa Pendidikan", dimana dengan diterapakannya BPM, suatu perusahaan atau organisasi dapat melihat apakah proses bisnis yang dimiliki sudah efisien atau belum dan manajemen dapat melihat dengan detil dampak perubahan yang akan dilakukan baik dari sisi watu dan biaya. Dan BPM juga merupakan jembatan antara bisnis dan teknologi sehingga kecepatan perubahan bisnis dapat diantisipasi oleh teknologi.Didalam kasus pada jurnal ini juga, dengan pendekatan BPM, perusahaan atau organisasi pendidikan dapat mengetahui dengan benar proses bisnis mana yang sudha baik dan mana yang perlu peningkatan dalam arti perbaikan ke arah positif ini dapat memunculkan kepuasan pelanggan sehingga perusahaan atau organisasi pendidikan akan memiliki banyak pelanggan yang loyal yang mana secara otomatis memberikan keuntungan signifikan bagi perusahaan atau organisasi pendidikan dala mencari pelanggan baru. 2.2.5 Faktor Kesuksesan Business Process Management MenurutJestondanNelis(2008,p49), terdapat tiga faktor yang menjadi faktor kesuksesan BPM yaitu: a. Proses. inovasiataudesainulangbisnisprosesharusdalamlevel yangbaikyangmenghubungkanstrategi organisasidengantujuan proses, dan penerimaan yang baik dari proses di dalamorganisasi. b. Orang. Saat organisasi bertumbuh secara matang dalam manajemenproses,dapatdipahami bahwaorangadalahkuncidari implementasi proses baru. c. Teknologi.Halinimengacupadaalatuntukmendukungproses danorang dan yang dimaksud bukan hanya komponen atauaplikasi perangkat lunak BPM (walaupun hal ini termasuk di dalamnya). 29 Gambar 2.11 Gambar Faktor Kesuksesan BPM(Jeston dan Nelis, 2008) 2.2.6 Activity Based Costing (ABC) Menurut Mulyadi (2003) Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang .Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya.Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi). Menurut Carter dan Usry (2002), terdapat beberapa kelemahandidalam Activity Based Costing yaitu : a. ABC(Activity Based Costing)mengharuskan manajer mem- 30 buat perubahan radikal dalam cara berpikir mereka mengenai biaya.Cara yang paling berguna untuk memahami logika ABC (Activity Based Costing) adalah dengan mengakui bahwa Activity Based Costing memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel, karena ABC (Activity Based Costing) didesain sebagai alat pembuat keputusan strategis dalam jangka panjang. b. ABC (Activity Based Costing) tidak menunjukkan biaya yang akan dapat dihindari dengan menghentikan suatu produk.ABC (Activity Based Costing) berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu. c. ABC (Activity Based Costing) memerlukan usaha pengumpulan data melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal di perusahaan yang memiliki sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada perhitungan biaya tradisional, akan sulit untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem perhitungan biaya baru dibutuhkan. Solusi bagi masalah ini adalah untuk terus menggunakan sistem tradisional yang selama ini sudah dikenal, dan melakukan eksperimen dengan ABC secara terpisah, dengan cara menggunakannya pertama-tama untuk satu lini produk, satu fasilitas, atau suatu kategori biaya seperti biaya departemen jasa. Dan menurut Cooper dan Kaplan (1991), ada tiga manfaat Activity Based Costing, yaitu: a. Improved Decision, perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari distorsi yang terjadi pada perhitungan biaya produk menggunakan sistem tradisional. b. Continuous Improvement Activities to Reduce Overhead 31 Costs, dalam penerapan Activity Based Costing penghematan biaya secara signifikan dapat dilakukan dengan cara penanganan bahanbaku secara lebih efisien tanpa harus menurunkan harga beli bahanbaku, mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan produksi. Dengan disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan informasi yang lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut dapat tercapai. c. Ease of Determining Relevant Cost, Activity Based Costing mengurangi kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu dengan meningkatkan akurasi dari laporan biaya produk dan menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori aktivitas. 2.2.7 Business Process Modelling Notation (BPMN) Menurut Rosmala dkk (2007) dalam jurnal yang berjudul Pemodelan Proses Bisnis B2B denganBPMN definisi BPMN adalah “suatu metodologi yang relatif baru tetapi saat ini mulai banyak diterima oleh kalangan luas sebagai suatu model standar untuk menggambarkan proses bisnis suatu organisasi”. Sedangkan definisi BPMN menurut [http 2] “BPMN is a graphical notation that depict the steps in a business process” dimana dari kata – kata ini, BPMN dapat diartikan sebagai notasi grafikal yang menggambarkan langkah – langkah didalam suatu proses bisnis. Berdasarkan definisi yang sudah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa BPMN adalah gambaran alur bisnis yang terjadi pada suatu organisasi atau instansi yang digambarkan dengan notasi. 32 Gambar 2.12.Business Process Modelling Notation Diagram (http://www.edrawsoft.com/images/business%20diagram/bpmn.png) Notasi: Start event End event Task activity Pool Sequence flow Association Gateway 33 Lane Message flow Gambar 2.13 Notasi Business Process Model Notation (BPMN) Dalam jurnal Rosmala (2007), yang berjudul “Pemodelan Proses Bisnis B2B dengan BPMN”, Pemodelan Proses Bisnis menggunakan BPMN relatif lebih praktis digunakan karena dapat menggambarkan keseluruhan proses dalam satu diagram sederhana sehingga representasi proses bisnis relatif lebih cepat dipahami. Dan juga BPMN sangat sesuai digunakan untuk menggambarkan tipe relasi bisnis B2B dengan membedakan antara aliran proses dengan aliran pesan sehingga ketika satu pihak bisnis berinteraksi dengan pihak lain, maka sifat interaksi biasanya hanya berupa pesan, tetapi tidak berupa satu instruksi proses.Pada kasus pengadaan barang divisi logisitik di jurnal ini juga, terdapat 3 pool yaitu PT.X, Gudang dan Supplier. Divisi logistik sebagai bagian dari PT. X yang kemudian berinterkasi secara internal dan ekstemal yang mana interaksi eksternal divisi Logistik dengan Gudang dan Supplier kemudian dapat direpresentasikan sebagai tipe relasi bisnis B2B. Didalam jurnal Stanley Karouw dkk (2007) yang berjudul “PEMODELAN PROSES BISNIS ADMISI CALON MAHASISWA BARU DI UNIVERSITAS SAM RATULANGI”, Pemodelan proses bisnis dengan menggunakan BPMN dapat menjelaskan dengan efisien proses bisnis penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan di Universitas Sam Ratulangi dengan pendekatan grafis dimana BPMN dapat mendeskripsikan model proses bisnis penerimaan mahasiswa baru pada jalur SMNPTN, SBMPTN, T2 dan Sumikolah. Dan model BPMN juga dapat digunakan untuk merancang proses bisnis usulan dari kegiatan penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan oleh Universitas Sam Ratulangi Manado. 34 2.2.8 Kerangka Berpikir Langkah – langkah berurut yang digunakan dalam metode BPM adalah : Gambar 2.14 Kerangka Berfikir 35 2.2.9 Analisis sistem yang sudah ada Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada PT . Indonesia Indah Tobacco Citraniaga (PT IITC ) yang dibahas didalam jurnal Jeff Edwin (2014) yang berjudul “RANCANG BANGUN APLIKASI DOCUMENT MANAGEMENT SYSTEM PADA BAGIAN PERSEDIAAN DI PT.INDONESIA INDAH TOBACCO CITRANIAGA”, penulis mengusulkan sistem website aplikasi Document Management System. Sistem yang dibuat sudah bagus, kesamaan dari sistem yang dibuat adalah dengan sistem DMS, yaitu dokumen masih belum bisa dibaca sepenuhnya di web, dan tidak adanya tanda tangan digital untuk setiap approval yang diajukan. 36