PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER BERDASARKAN TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI - DESEMBER TAHUN 2003 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh Dewi Anggraini 008114073 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Persembahanku “ Saya rindu untuk melakukan suatu pekerjaan yang besar dan mulia, namun tugas utamaku adalah menyelesaikan tugas-tugas yang kecil, sederhana dengan tekun “. (Hellen Keller) Kupersembahkan karya kecil ini bagi Kemuliaan Tuhan Bagi Bapak dan Ibuku tercinta atas semua cinta, doa, dan dukungannya Bagi kakakku Eva dan adikku Fitria tersayang atas perhatian, dukungan, dan doanya Untuk Almamaterku tercinta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “ POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER BERDASARKAN TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI – DESEMBER TAHUN 2003 “ Skripsi ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin berterima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberi ijin kepada penulis. 2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membagi pengetahuan dan memberikan banyak masukkan juga kesempatan berdiskusi serta keramahannya kepada penulis. 3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis. 4. Drs. Mulyono, Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis juga keramahannya yang mampu mencairkan suasana. 5. Ibu dan Bapak tercinta di rumah atas kasih sayang, doa, pengertian, kesabaran, serta kerja kerasnya demi keberhasilanku. 6. Kakakku Eva Kristanti tersayang atas cinta, doa, dukungan serta persaudaraannya yang indah. 7. Adikku Fitria Indriani tersayang atas cinta, doa dan dukungannya. 8. Bu Lik ku terkasih Theresia Semiyati untuk cinta, doa, perhatian serta dukungannya. 9. Kakak iparku Agustinus Hardi Prasetyo untuk doa, dukungan serta kritik dan sarannya. 10. Para anggota PABELI : Betha, Martha, Tri, Wanda, dan Yayuk atas cinta kasih, doa, dukungan serta persahabatan yang indah dan tak terlupakan, juga untuk seorang sahabat yang setia Tami. 11. Para penghuni “nDalem Keputren Cakruk” Effie, Ika, Pipit, Ratih, Mbah Biji, Bu Camat, nCie, Mama Joni, Anas, Yuli, Fajar “Angel elga”, dan Ninok untuk dukungan, doa, persahabatan serta canda tawa yang selalu mewarnai hariku. 12. Retha, mantan anak kost yang selalu ingat padaku, makasih atas perhatiannya. 13. Teman-teman seperjuangan yang begitu semangat mendukungku Dodi, Raul, Uyung, Benny, Martha. 14. Ibu dan Bapak kostku, Mbak Ika, Mbak Anna, dan Para “Dul” untuk saat-saat yang menyenangkan. 15. Diriku sendiri atas cinta, harapan, kesetiaan, pengertian, dan kerjasamanya. 16. Wisa Abraham Sang Motivator Sejatiku untuk cinta, harapan, kesetiaan, doa serta semangatnya terutama di saat-saat kritisku. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. Untuk Aang, makasih berat atas kerjasama dan waktunya. 18. Sahabat sejati yang bagaikan bayanganku sendiri Asia Looks, Antara Mahal, Amuro Amo, Danza Muso, Cisse Sussmex, Agastya Rao, dan AP. 19. Ardian “Mr. Saint” Aiden untuk pengorbanan, kesetiaan, dan pencerahannya. 20. Wayan Abraham, untuk cinta, kesetiaan, doa, dan dukungannya . 21. Teman-teman dunia maya yang senantiasa memberikan warna-warni dalam perjalanan hidupku. 22. Teman-teman dunia “Quantum Cosmos” atas kesetiaannya dan penghiburannya. 23. Teman-teman platonikku yang selalu membuatku merasa lebih “hidup”. 24. Seluruh keluarga dan teman-teman terkasih yang selalu menjadi penyemangatku. 25. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu segala kritik dan sumbang saran dari pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua. Yogyakarta, 07 Maret 2007 Penulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya orang lain atau bagian dari karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 07 Maret 2007 Dewi Anggraini NIM : 008114073 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI INTISARI Gagal jantung perlu diwaspadai sedini mungkin. Hal ini dikarenakan gagal jantung berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi. Selain itu gagal jantung juga merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Beberapa tahun terakhir ini gagal jantung tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia tapi juga pada orang dewasa bahkan pada anak-anak meskipun dengan skala yang kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan mengetahui pola peresepan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung berdasarkan tinjauan golongan, jenis dan dosis obat yang diberikan, meninjau kemungkinan terjadinya interaksi, kontraindikasi dan efek samping obat. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan deskriptif non-analitik. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan data secara non-analitik. Bahan yang digunakan adalah catatan medik pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2003. Dalam penelitian ini diperoleh data sebanyak 40 kasus yang terdiri dari 62,5% pasien perempuan dan 37,5% pasien laki-laki. Berdasarkan kelompok usia, 10% pasien infant, 20% pasien anak-anak, 5% pasien remaja, 20% pasien dewasa, 22,5% pasien usia pertengahan, 20% pasien lanjut usia dan 2,5% pasien lansia tua. Pasien yang diberikan obat kardiovaskuler dalam terapinya sebanyak 95%, tidak diberikan obat kardiovaskuler dalam terapinya 5%. Berdasarkan kesesuaian dosis dengan IONI 2000, 50% jenis obat sesuai, 50% jenis obat tidak sesuai. Interaksi yang kemungkinan terjadi sebanyak 186,8%. Obat kardiovaskuler yang kontraindikasi dengan kondisi pasien yaitu valsartan. Obat kardiovaskuler yang kemungkinan menimbulkan efek samping atau memperparah kondisi pasien yaitu kaptopril. Kata kunci : Gagal Jantung, Pola Peresepan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Heart Failure must be cautioned early since it is related to a very high morbidity and mortality rate. In addition, such a disease has a relatively high prevalence not only in Indonesia but also in other countries. In recent years, heart failure is not only found among people of old age but also among adults, even, in small degree, among children. This study aimed to find out characteristic of patients with heart failure who were hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito, Yogyakarta, and the patterns of prescribed cardiovascular drugs viewed from their class, types, and dosage; and to examine the possibility of their interaction, counterindicators, and side effects. This study was an observational one using a non analytical-descriptive design. It was carried out in three stages, i.e., planning, data collection, and nonanalytical data processing. The materials for this study consisted of Medical Record of patients with heart failure hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito, Yogyakarta, in 2003. Its data were obtained from 40 cases, 62.5% female and 37.5% male patients. Based on the age classifications, the patients comprised of 10% infants, 20% children, 5% teenagers, 20% adults, 22.5% middle-aged, 20% old, and 2.5% very old. The proportion of patients treated with cardiovascular drugs in their therapy was 95%, and those without cardiovascular drugs was 5%. Based on the dosage compliance with IONI 2000, 50% of the drugs were consistent and 50% were inconsistent with IONI 2000. The likelihood of interaction was 186.8%. The cardiovascular drug, which was contraindicative to patient condition, was Valsartan. While the drug which most likely to generate side effects or aggravated patient condition was Captopril. Key words: heart failure, prescription pattern. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv PRAKATA.................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vii INTISARI...................................................................................................... viii ABSTRACT.................................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................. xi DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi BAB I. PENGANTAR .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Tujuan Penelitian .................................................................... 5 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 6 A. Anatomi Fisiologi Jantung ...................................................... 6 B. Gagal Jantung.......................................................................... 9 C. Evaluasi Peresepan.................................................................. 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 28 B. Definisi Operasional ............................................................... 29 C. Lokasi Penelitian..................................................................... 30 D. Bahan dan Alat Penelitian....................................................... 30 E. Subyek dan Penetapan Subyek ............................................... 31 F. Jalannya Penelitian.................................................................. 31 G. Tata Cara Analisis Hasil.......................................................... 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34 A. Karakteristik Pasien ................................................................ 34 B. Golongan dan Jenis Obat ........................................................ 36 C. Kajian Pola Peresepan............................................................. 48 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 56 A. Kesimpulan ............................................................................. 56 B. Saran........................................................................................ 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58 LAMPIRAN.................................................................................................. 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. …………………………………………………………………………..25 Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa obat kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000 Tabel II…………………………………………………………………………...27 Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000 Tabel II…………………………………………………………………………...27 Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000 Tabel III. …………………………………………………………………………34 Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR.Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel IV. ………………………………………………………………………...35 Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric (Izenberg, N. M.D., 2000) Tabel V. ………………………………………………………………………….36 Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel VI. ………………………………………………………………………...37 Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel VII. ………………………………………………………………………..41 Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel VIII. ……………………………………………………………………….43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel IX. ………………………………………………………………………...43 Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel X. ………………………………………………………………………….44 Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel XI. ………………………………………………………………………...45 Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel XII. ………………………………………………………………………..46 Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel XIII. ……………………………………………………………………….46 Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel XIV. ………………………………………………………………………47 Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Tabel XV. ………………………………………………………………………..47 Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Anatomi Jantung (exterior view)………………………………. 7 Gambar 2. Anatomi Jantung (inferior view)…………………………………. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 ……………………………………………………………………..60 Daftar Jenis Obat-Obat KardiovaskulerYang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 Lampiran 2 ……………………………………………………………………..62 Standar Pelayanan Medik RSUP DR. Sardjito Lampiran 3 …………………………………………………………………….68 Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian segala jenis usia (Panjaitan, 1991) dan gagal jantung adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling kompleks dan sangat sulit untuk diatasi (Lefrandt, 1996) yang paling tinggi prevalensinya (Hidayati, 2001). Meskipun menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) dalam simposium “Late Breaking News in Heart Failure” 17 Februari 2001 menyatakan bahwa insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk, ironisnya menurut Woo (cit., Hidayati, 2001) dalam seminar sehari mengenai " Penanganan Masalah Jantung " 27 April 1996 selain meningkat pada kelompok usia 40 tahun, juga mulai meningkat pada kelompok usia dini. Meski masih dalam skala yang kecil, kelainan jantung bawaan sejak lahir – bahkan sejak dalam kandungan – menjadi masalah yang serius bagi pengembangan sumber daya manusia. Beberapa data pada kasus kelainan jantung bawaan menunjukkan kebanyakan kematian justru terjadi pada bulan-bulan awal kehidupan bayi yang menunjukkan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis. Sementara itu pada kesempatan yang sama, Sani (cit., Hidayati, 2001) mengatakan penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS. Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini dimulai pada tahun 1997 dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248 kasus, kemudian melaju pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Pengurangan aktivitas fisik pada kasus gagal jantung sedang dan istirahat total di tempat tidur pada kasus gagal jantung parah adalah dasar dari penatalaksanaan gagal jantung itu sendiri. Mengurangi jumlah makanan, atau setiap usaha yang dilakukan haruslah diupayakan untuk mengurangi kecemasan pasien. Istirahat secara fisik dan secara emosional dimaksudkan untuk mengurangi tekanan arteri, mengurangi kerja otot pernapasan, memperlambat denyut jantung, dan untuk mengurangi muatan kerja pada miokardium. Pasien dengan gagal jantung hendaknya beristirahat di rumah atau lebih baik di rumah sakit untuk satu atau dua minggu dan dilanjutkan untuk beberapa hari lagi setelah kondisi pasien benar-benar stabil (Braunwald, 2000). Kegagalan jantung merupakan keadaan umum yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi (Woodley, 1995) yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari sebagai suatu kegawatan medik yang membutuhkan pengenalan dan penanganan secara dini (Kisworo, 1996). Berdasarkan pernyataan di atas maka penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung perlu mendapatkan perhatian serta pengawasan yang lebih dari tenaga kesehatan yang menangani pasien. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui karakteristik dan pola peresepan pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan di bawah ini. a. Apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis? b. Apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler? c. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis? d. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping atau memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, sudah pernah dilakukan penelitian mengenai penyakit gagal jantung. Penelitian ini dilakukan oleh Susilowati (2002) mengenai evaluasi dosis, interaksi, dan kontraindikasi peresepan obat kardiovaskuler pada pasien geriatri gagal jantung di instalasi rawat inap RSPR. Evalusi dilakukan dengan membandingkan peresepan obat kardiovaskuler dengan standar IONI tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan oleh Susilowati adalah deskriptif non-analitik. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan studi dokumentasi lembar rekam medik. Data yang diambil adalah data rekam medik pasien rawat inap di RSPR selama periode Januari-juni tahun 2000. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti mengevaluasi dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping peresepan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito berdasarkan IONI 2000. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif non-analitik, pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan studi dokumentasi lembar catatan medik. Data yang diambil adalah data salinan resep dan data lembar catatan medik pasien rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2003. Sejauh ini penelitian mengenai pola peresepan obat kardiovaskuler berdasarkan tinjauan dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping obat pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan di kalangan Universitas Sanata Dharma. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola peresepan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung. b. Manfaat praktis. Hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai dosis, interaksi, kontraindikasi, dan efek samping obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung dapat memberikan masukan untuk pengembangan peresepan obat kardiovaskuler. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat kardiovaskuler untuk penyakit gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito periode januari - desember tahun 2003. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi : a. apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis b. apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler c. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis d. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping atau memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Anatomi Fisiologi Jantung Jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, terletak didalam rongga dada, yang disebut rongga thoraks, disebelah kiri garis tengah rongga dada (Knight, et al., 1989). Beratnya pada orang dewasa kira-kira mencapai 320 gram pada laki-laki dan 280 gram pada perempuan (Mutscler, 1995). Jantung dapat diibaratkan sebagai pompa berganda, yang terdiri dari bagian kanan dan kiri. Bagian kanan memompa darah dari tubuh ke paru-paru, sedangkan bagian kiri memompa darah dari paru-paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari 2 kompartimen: di atas serambi (atrium) dan di bawah bilik (ventriculus). Antara serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan pembuluh besar. Fungsi keempat katup ini adalah menjamin darah mengalir ke hanya satu jurusan (Tjay dan Raharja, 2002). Atrium dipisahkan oleh septum atrium. Atrium kanan terhubung dengan vena cava dan atrium kiri oleh arteri pulmonar (Mutscler, 1995). Dalam Ganong (1995) dikatakan bahwa jantung dipisahkan dari organ dalam lain di rongga dada oleh perikardium. Miokardium sendiri ditutupi oleh epikardium fibrosa. Kantung perikardium dalam keadaan normal mengandung 5-30 ml cairan jernih yang melumasi jantung dan membuatnya berkontraksi dengan friksi minimal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 1. Anatomi Jantung (Anonim, 2007) Fungsi peredaran darah adalah penyaluran oksigen dan zat-zat gizi lain yang dibutuhkan untuk metabolisme ke jaringan dan organ. Darah yang miskin O2 dan kaya CO2 melalui vena masuk kembali ke jantung di serambi kanan dan mengalir ke bilik kanan. Dari sini, darah diteruskan ke paru-paru, di mana darah melepaskan karbondioksidanya dan menyerap oksigen (sirkulasi kecil). Darah kaya O2 lalu mengalir kembali ke serambi kiri dan melalui bilik kiri dipompa ke aorta dan organ tubuh, inilah yang disebut sirkulasi darah besar (Tjay dan Raharja, 2002). Demikianlah darah dikirimkan ke atrium di sebelah kanan melalui pembuluh- pembuluh utama yang disebut vena cava. Ini adalah darah yang dikumpulkan dari seluruh bagian tubuh pada saat itu, lalu dilimpahkan ke atrium (Knight, 1989). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2. Anatomi Jantung (Anonim, 2007) Masih dalam Tjay dan Raharja (2002) pada setiap denyutan dapat dibedakan dua fase, yakni diastol, di mana otot jantung melepaskan diri dan biliknya terpenuhi darah vena. Kemudian menyusul sistol, di mana otot jantung menguncup (kontraksi) sebagai reaksi terhadap diastol, sehingga darah dipompa ke luar jantung dan ke dalam arteri. Menurut Ganong (1995), bagian-bagian jantung yang secara normal berdenyut dengan urutan teratur, kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar, melalui sistem ini kesemua bagian otot jantung. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI simpul di atrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas His dan cabangcabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada keadaan abnormal, bagian-bagian otot jantung mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Simpul SA merupakan pacu jantung normal. Kecepatan mengeluarkan listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas-berkas His melalui sistem purkinje ke otot ventrikel. B. Gagal Jantung 1. Definisi Gagal jantung secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme tubuh. Definisi lain adalah suatu keadaan curah jantung (kemampuan jantung memompa darah) yang relatif kurang dibandingkan kebutuhan metabolisme tubuh, meskipun aliran darah balik cukup memadai (Kisworo, 1996). Istilah gagal jantung menurut Wells (2003) lebih baik daripada istilah gagal jantung kongestif sebab penderita bisa mempunyai gejala klinis dari gagal jantung meski tanpa gejala kongesti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Patofisiologi Sindroma klinik kegagalan jantung berujud sebagai hipoperfusi organ dan pemberian oksigen ke jaringan yang tak mencukupi karena curah jantung rendah dan penurunan daya cadangan jantung (kegagalan ke depan) maupun pembendungan paru dan vena (kegagalan ke belakang). Terdapat beberapa macam adaptasi yang bersifat kompensasi, yaitu: a. peningkatan volume (dilatasi) dan massa (hipertrofi) ventrikel kiri b. peningkatan resistensi vaskular sistemik (RVS) akibat peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik dan kenaikan kadar katekolamin-katekolamin yang beredar (pada sirkulasi darah) dan c. aktivitas sistem renin-angiotensin dan vasopressin (Anti Diuretik Hormon = ADH). Mekanisme-mekanisme sekunder ini bersama dengan “ kegagalan pompa jantung “ yang sebenarnya memainkan peranan dalam patofisiologi kegagalan jantung (Woodley, 1995). 3. Gejala dan tanda Menurut Knight (1989), gejala-gejala utama kegagalan kerja kongestif yang mempengaruhi sistem peredaran darah sebelah kiri maupun sebelah kanan adalah sebagai berikut ini : a. sesak napas adalah tanda pertama. Istilah untuk sesak napas ialah dyspnea. Mula-mula timbul hanya pada waktu kerja keras tetapi apabila kemampuan jantung menurun maka dyspnea meningkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. haemoptysis adalah istilah untuk batuk bercampur darah yang merupakan gejala khas gagal jantung c. gejala khas lainnya ialah edema, atau akumulasi cairan pada bagian-bagian yang bergantung pada bagian lain, dan memberi indikasi jantung sebelah kanan sudah kurang kemampuannya d. gejala lain yang mungkin tampak ialah lesu dan kehabisan tenaga. Kadangkadang bibirnya kebiru-biruan dan ujung-ujung bagian tubuh menunjukkan kurangnya oksigen. Menurut Nelson (cit., Wahab, 1996) bahwa pada anak-anak, gejala dan tandatanda gagal jantung serupa dengan gejala dan tanda-tanda pada orang dewasa sedangkan pada bayi, gejala dan tanda gagal jantung mungkin lebih sukar ditentukan. Manifestasi yang paling menonjol adalah takipnea, kesukaran makan, pertambahan berat buruk, keringat berlebihan, iritabilitas, nangis lemah, dan pernapasan yang berisik, berat dengan retraksi interkostal, dan subkostal serta cuping hidung mengembang. 4. Diagnosis Kegagalan jantung hendaknya dicurigai berdasarkan karakteristik gejala dan tanda. Ventrikular hipertrofi dapat ditunjukkan dengan sinar x atau elektrokardiogram. Menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) yang paling lazim digunakan untuk menegaskan diagnosis adalah sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh The New York Heart Association (NYHA) yaitu sistem klasifikasi fungsional (Wells, 2003): PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. NYHA I, berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada aktivitas biasa b. NYHA II, dalam aktivitas normal menimbulkan kelelahan dan aktivitas fisik sedikit terbatas c. NYHA III, ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan melakukan aktivitas d. NYHA IV, di mana keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat pada aktivitas ringan. 5. Faktor resiko Ada dua kelompok faktor resiko bagi penyakit gagal jantung yaitu, faktor resiko yang bisa dikendalikan dan faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan. Faktor resiko yang bisa dikendalikan meliputi mayor (kolesterol darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan perokok) dan minor (tekanan emosi, kurang gerak badan, obesitas, pribadi tipe A, diabetes). Faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan meliputi usia, jenis kelamin, serta genetik (Shryok and Hardinge, 2003). Sedangkan menurut Meece (2003) diabetes bukan lagi merupakan faktor resiko gagal jantung melainkan sebagai faktor yang terlibat dalam patofisiologi gagal jantung. 6. Sasaran Terapi Gagal jantung pada dasarnya merupakan suatu sindrom klinik yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, sebagai berikut : a. Beban kerja yang berlebihan 1) kenaikan tahanan terhadap aliran keluar darah dari ventrikel (pressure overload) seperti pada stenosis aorta atau pulmonal, hipertensi (sistemik atau pulmonal), koartasio aorta, dan kardiomiopati hipertrofi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2) kenaikan beban volume ventrikel akibat pengisian secara berlebihan (volume overload) seperti dapat terjadi pada insufisiensi mitral atau trikuspidal, insufisiensi aorta, serta penyakit jantung bawaan dengan pirau (shunt) dari kiri ke kanan. 3) kenaikan kebutuhan tubuh yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan jantung sehingga menyebabkan gagal jantung dengan curah jantung yang tinggi (high output failure). Keadaan ini dapat terjadi pada kasus anemia, tirotoksikosis, fistula arteriovenosa, dan kor pulmonal hipoksik. b. Kelainan miokardium: infark miokardium, kardiomiopati, penyakit-penyakit infiltrasi seperti hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis, dan miokarditis. Pada keadaan ini fungsi jantung mengalami penurunan akibat kelainan pada otot jantung tersebut. c. Kerusakan miokardium iatrogenik akibat radiasi atau obat (doksorubisin) (Kisworo, 1996). 7. Strategi Terapi Tujuan utama pengobatan gagal jantung adalah mengurangi gejala akibat bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta memperpanjang harapan hidup. Untuk itu pendekatan awal adalah memperbaiki berbagai gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan beban kardiovaskuler yang berlebihan, misalnya mengobati hipertensi, mengobati anemia, mengurangi berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. Gagal jantung yang tetap bergejala walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat (Bustami dan Muchtar, 1999). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Kelompok usia bayi-remaja Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini menurut Nelson (cit., Wahab, 1996) adalah : 1). digitalis Digoksin merupakan glikosida digitalis yang paling sering digunakan pada penderita pediatri. Waktu paruhnya 36 jam cukup lama untuk memungkinkan pemberian setiap hari atau dua kali sehari dan cukup pendek untuk membatasi pengaruh toksik dari kelebihan dosis. Digoksin diserap dengan baik oleh saluran gastrointestinal (60-85%), pada bayi sekalipun. Digitalisasi cepat bayi dan anak pada gagal jantung dapat dilakukan secara intravena. Terapi digitalis rumat dimulai sekitar 12 jam sesudah digitalisasi penuh. Penderita yang tidak sakit berat dapat didigitalisasi pada mulanya melalui mulut. 2). diuretik Furosemid adalah diuretik yang paling sering digunakan pada penderita dengan gagal jantung. Penderita yang memerlukan diuresis akut harus diberikan furosemid intravena atau intramuskuler pada dosis awal 1-2 mg/kg. Hal ini biasanya menyebabkan diuresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama jika ada gejala kongestif paru. Terapi furosemid lama diresepkan pada dosis 1-4 mg/kg/24 jam diberikan anatara 1 dan 4 kali sehari. Spironolakton merupakan inhibitor aldosteron dan memperbesar retensi kalium. Biasanya diberikan secara oral 2-3 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi 2-3 kali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Klorotiazid kadang-kadang juga digunakan untuk diuresis pada anak dengan gagal jantung kongestif kurang berat. Dosis biasanya adalah 20-50 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi 3). obat pengurang beban pasca Kelompok obat ini berguna terutama pada anak dengan gagal jantung kongestif akibat kardiomiopati dan pada beberapa penderita dengan insufisiensi mitral atau aorta berat. Obat pengurang beban pasca paling sering digunakan bersama dengan obat-obat anti kongestif lain, seperi digoksin dan diuretik. Nitroprusid harus diberikan hanya pada pelayanan di ruangan intensif dan dalam jangka sependek mungkin. Bila diberikan pada dosis tinggi selama beberapa hari, gejala-gejala keracunan akibat racun tiosianat dapat terjadi, seperti kelelahan, nausea, kehilangan orientasi, dan spasme otot. Dosis hidralazin oral yang biasa adalah 0,5-7,5 mg/kg/24 jam dalam tiga dosis terbagi. Reaksi yang merugikan dari hidralazin adalah nyeri kepala, palpitasi, nausea, dan kadang muntah. Kaptopril merupakan penghambat enzim-pengubah-angiotensin yang aktif secara oral yang menyebabkan dilatasi arteri yang mencolok dengan memblokade produksi angiotensin II, berakibat pengurangan beban pasca yang bermakna. Dosis oral adalah 0,5-6 mg/kg/24 jam diberikan pada dosis terbagi 2-3 kali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4). agonis adrenergik β Dopamin pada dosis 2-10 µg/kg/menit, menyebabkan kenaikan kotraktilitas dengan sedikit pengaruh vasokontriktif perifer. Namun, jika dosis ditambah diatas 15 µg/kg/menit, pengaruh adrenergik α perifernya dapat menyebabkan vasokonstriksi. Dobutamin, derivat dopamin, dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi dopamin untuk menghindari pengaruh vasokonstriksi dopamin dosis-tinggi. 5). penghambat fosfodiesterase Amrinon diberikan dengan dosis pembebanan awal 0,75 mg/kg secara intravena disertai infus intravena 5-10 µg/kg/menit. b. Kelompok usia dewasa-lansia Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini adalah : 1). ACE inhibitor ACE inhibitor menyebabkan dilatasi vena dan arteri, mengurangi preload dan afterload. Semua pasien yang didiagnosa mengalami disfungsi ventrikel kiri, gejalagajala ringan, harus diberikan terapi ACE inhibitor, kecuali mereka yang di kontraindikasikan atau pasien yang intoleran terhadap ACE inhibitor (Wells, 2003). 2). penyekat β Pada penanggulangan penyakit jantung atau gagal jantung, umumnya dipakai penyekat beta dengan sifat selektif beta 1. Mengingat, efek aktivitas adrenergik yang kronik pada gagal jantung adalah terjadi subsensitivitas pada alur adrenergik miokardial. Akibat aktivitas adrenergik kardial yang kronik pada gagal jantung adalah desensitisasi, yang menurunkan densitas reseptor adrenergik beta 1 pada permukaan sel miokardial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kehilangan sensitivitas ini merupakan tanda bahwa telah terjadi down regulation dari reseptor beta 1. Pemberian obat penyekat beta yang bersifat selektif beta 1 akan memperbaiki regulasi reseptor beta 1 (up regulation) (Lefrandt, 1996). 3). diuretik Mekanisme kompensator pada gagal jantung menyebabkan terjadinya retensi air dan kalium, sehingga sering menyebabkan terjadinya kongesti paru. Oleh sebab itu terapi diuretik di indikasikan untuk pasien yang terbukti mengalami retensi cairan. Diuretik tiazid termasuk diuretik lemah yang bisa diberikan sendiri, meskipun demikian tiazid atau diuretik mirip tiazid bisa juga diberikan sebagai kombinasi bersama diuretik kuat, jika diperlukan. Diuretik kuat adalah diuretik yang paling banyak digunakan pada terapi gagal jantung (Wells, 2003). 4). digoksin Masuk dalam golongan glikosida jantung, memperkuat daya kontraksi jantung yang lemah, sehingga memperkuat fungsi pompa. Sering kali diuretika dikombinasikan dengan digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika dengan jalan memperbaiki volume-menit jantung. Zat-zat inotropik positif lainnya, seperti dopaminergik (dopamin, ibopamin, dan lain-lain), tidak dianjurkan karena kerjanya terlalu kuat tanpa memiliki efek kronotrop negatif. Obat-obat ini hanya digunakan i.v pada keadaan akut (shock jantung, dan sebagainya). Penghambat fosfodiesterase pun tidak dianjurkan berhubung efek buruknya terhadap sel-sel jantung (Tjay dan Raharja, 2002). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5). antagonis aldosteron Spironolakton adalah salah satu penyekat aldosteron yang menghasilkan efek diuretik hemat kalium yang lemah. Hal ini telah dipelajari dalam gagal jantung karena aldosteron adalah suatu neurohormon yang memainkan peranan penting dalam pembentukan ulang ventrikular dengan cara menyebabkan peningkatan deposisi kolagen dan jaringan fibrosis (Wells, 2003). 6). angiotensin II receptor blocker Pada pasien gagal jantung yang tidak dapat mentoleran ACE inhibitor, penggunaan antagonis angiotensin II receptor blocker dapat diberikan (Braunwald, 2001). 7). nitrat dan hidralazin Menurut Carbajal dan Deedwania (cit., Crawford, 1995) vasodilator digunakan dalam perawatan gagal jantung pada pasien yang masih memiliki gejalagejala gagal jantung setelah pemberian diuretik dan digitalis. Vasodilator digunakan secara khusus pada pasien dengan dilatasi ventrikel kiri, normal atau peningkatan tekanan darah sistemik, peningkatan daya tahan vaskular sistemik, atau regurgitasi valvular. Secara umum, obat-obat vasodilator ini dibagi menjadi vasodilator yang beraksi sebagai vasodilator vena, vasodilator arteri, dan gabungan keduanya. Obatobat vasodilator ini juga secara luas dibagi menjadi vasodilator aksi langsung (seperti, nitrat, hidralazin, minoksidil, nitroprusside) atau vasodilator antagonis neurohumoral (seperti, penghambat ACE, penyekat adrenoreseptor alfa dan beta, antagonis serotonin), yang menyekat aksi vasokonstriksi agen neurohumoral dan tidak memiliki aksi langsung vasodilator. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam terapi gagal jantung, nitrat dan hidralazin digunakan sebagai kombinasi karena aksi hemodinamiknya yang saling melengkapi (Wells, 2003). 8). antiaritmia Amiodaron adalah antiaritmia yang paling sering digunakan dalam terapi gagal jantung. Amiodaron direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan aritmia ventrikel, selain penggunaan alat defibrilator cardioverter, amiodaron bisa diberikan sebagai terapi alternatif (Wells, 2003). Ironisnya menurut Braunwald (2002), semua antiaritmia memiliki efek samping yang sangat berbahaya, termasuk efeknya dalam mencetuskan aritmia ventrikuler. Amiodaron adalah antiaritmia yang paling efektif namun penggunaannya secara terapetik sangat dibatasi karena reaksinya yang sangat merugikan yaitu, mencetuskan terjadinya bradikardi, aritmia, dan gagal jantung (Dipiro, 2003). C. Evaluasi Peresepan Ketika suatu terapi obat diberikan kepada pasien, maka tujuan utamanya adalah untuk mengobati atau mencegah penyakit dan untuk mengurangi rasa sakit pasien, dimana pasien menerima seminimal mungkin resiko dari reaksi sampingan obat dan harga obat. Untuk mencapai tujuan ini, terapi obat yang diberikan haruslah memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional. Pada kenyataannya, terapi obat yang diberikan tidaklah selalu memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional, bahkan tidak jarang pula terjadi suatu terapi yang tidak efektif dengan biaya yang tidak terjangkau oleh pasien (Santoso, 1996). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam pandangan medis, masih menurut Santoso (1996), peresepan yang rasional itu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis (dosis, cara pemberian dan lamanya perawatan), tepat informasi, serta tepat evaluasi dan tindak lanjut. 1. Tepat dosis Masing-masing sediaan obat memiliki dosis rekomendasi tersendiri baik untuk dewasa maupun anak-anak. Dalam sebagian besar kasus, adalah hal yang bijaksana bila pemberian dosis diawali dari dosis efektif minimum terlebih dahulu. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan modifikasi dosis menjadi sangat diperlukan, seperti pada pasien dengan kerusakan hati atau renal, pada pasien lanjut usia, dan pada pasien dengan masalah obesitas. Ada formula-formula obat yang dapat digunakan untuk penyesuaian dosis, tetapi hanya pada penderita kerusakan renal dan hanya pada beberapa obat yang dieksresikan melalui renal seperti aminoglikosida, pada sebagian besar kasus, dosis pada dasarnya bersifat individual, jika diperlukan, secara normal didasarkan pada keputusan klinis yang bergantung pada respon pasien yang bersifat individual, apakah didasarkan pada respons terapetik atau pada efek lain. Meskipun dengan penggunaan dosis yang direkomendasikan, respon indvidual sangatlah berbeda untuk masing-masing orang, dan monitoring terapetik serta penyesuaian dosis sangatlah dibutuhkan (Santoso, 1996). 2. Interaksi a. Interaksi farmasetik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Interaksi farmasetik terjadi di luar tubuh manusia pada saat sebelum pemberian sediaan obat, dimana terjadi penggabungan obat-obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel), sebagian besar dalam hal kelarutan, dan adanya sifat inkompatibel diantara obat-obat tersebut. Beberapa sifat inkompatibel ini dapat menyebabkan inaktivasi bagi obat bersangkutan secara in vitro, sebagai contoh adalah inaktivasi karbenisilin oleh gentamisin ketika dicampurkan. Mencampurkan obat terlebih dahulu sebelum pemberian adalah hal yang sudah umum bagi pemberi resep di Indonesia, seperti mencampurkan analgesik dipiron dengan antialergi difenhidramin, atau untuk pemberian secara injeksi, antara antibakterial dengan antialergi. Khususnya untuk peresepan pada pediatrik, sering sekali resep terdiri dari beberapa obat yang berbeda, yang digabungkan dan dicampur bersamaan menjadi bentuk sediaan serbuk untuk pemberian secara oral. Meskipun demikian, adanya kemungkinan interaksi yang merugikan tidak dapat dikesampingkan (Santoso, 1997). b. Interaksi farmakokinetik. Menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat farmakokinetiknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna. Interaksi langsung, interaksi secara fisik atau kimiawi antar obat dalam lumen saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini dapat dihindari bila obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2 jam. d. Interaksi dalam distribusi. Dalam Setiawati (Ganiswara, 1999) interaksi dalam ikatan protein plasma, banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam alpha 1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat asam maupun antar obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti sebelumnya. Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang menimbulkan masalah dalam klinik hanya yang menyangkut obat dengan sifat sebagai berikut : (1) mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal 85%) dan volume distribusi yang kecil sehingga sedikit saja obat yang dibebaskan akan meningkatkan kadarnya 2-3 kali lipat; ini berlaku terutama untuk obat bersifat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI asam, karena kebanyakan obat bersifat basa volume distribusinya sangat luas; (2) mempunyai batas keamanan yang sempit, sehinggga peningkatan kadar obat bebas tersebut dapat mencapai kadar toksik; (3) efek toksik yang serius telah terjadi sebelum kompensasi tersebut di atas terjadi, misalnya terjadi perdarahan pada antikoagulan oral, hipoglikemia pada antidiabetik oral; dan (4) eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya fenitoin, salisilat dan dikumarol, sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya. Interaksi dalam ikatan jaringan. Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin, dengan akibat peningkatan kadar plasma digoksin. e. Interaksi dalam metabolisme. Masih menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) metabolisme obat dipercepat. Banyak obat yang larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim mikrosom hati, misalnya fenobarbital, fenitoin, rifampisin, karbamazepin, etanol, fenilbutazon, dan lain-lain. Tergantung dosis dan obatnya, induksi terjadi setelah 1-4 minggu. Waktu yang sama diperlukan untuk hilangnya efek induksi setelah obat penginduksi dihentikan. Merokok dan makanan panggang arang menghasilkan hidrokarbon polisiklik yang juga merupakan zat penginduksi enzim metabolisme. Setiap reaksi metabolisme dikatalisis oleh enzim yang berbeda dalam spesifisitas substratnya dan kemampuannya untuk diinduksi (ditentukan secara genetik). Oleh karena itu, tergantung dari jenis enzim yang diinduksinya, suatu zat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penginduksi dapat mempercepat metabolisme beberapa obat tetapi tidak mempengaruhi metabolisme obat-obat yang lain. Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek farmakologik, maka zat penginduksi mengurangi efek obat. Sebaliknya, bila metabolit lebih aktif atau merupakan zat yang toksik, maka zat penginduksi meningkatkan efek atau toksisitas obat. Metabolisme obat dihambat. Penghambatan metabolisme suatu obat menyebabkan peningkatan kadar plasma obat tersebut sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya. Kebanyakan interaksi demikian terjadi akibat kompetisi antar substrat untuk enzim metabolisme yang sama. f. Ekskresi. Menurut Santoso (1997) sebagian besar interaksi termasuk ekskresi terjadi di ginjal. Perubahan pH urine juga dapat mengurangi ekskresi beberapa obat. Sebagai contoh, ekskresi dari obat seperti amfetamin yang dapat membahayakan jika urine bersifat alkali, dan efeknya dapat diperpanjang. g. Interaksi farmakodinamik. Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) menuliskan, interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang adiktif, sinergistik atau antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang didasarkan pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persamaan efek farmakodinamiknya. Di samping itu, kebanyakan interaksi farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila dokter mengetahui mekanisme kerja obat yang bersangkutan. Tabel I. Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa obat kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000 No. Jenis obat Interaksi dengan Jenis interaksi 1. 2. Diuretik kuat (furosemid) Diuretik kuat Glikosida jantung (digoksin) Antagonis kalsium Meningkatkan toksisitas jika terjadi hipokalemia Meningkatkan efek hipotensif 3. Diuretik kuat 4. Diuretik kuat Penghambat ACE (kaptopril) Valsartan 5. Diuretik kuat Antiaritmia 6. Diuretik kuat Diuretik lainnya Meningkatkan efek hipotensif (bisa ekstrim) Meningkatkan efek hipotensif (bisa ekstrim) Toksisitas jantung meningkat apabila terjadi hipokalemia Mempertinggi resiko hipokalemia 7. 8. 9. Diuretik kuat Diuretik lainnya Diuretik lainnya Penyekat Antagonis kalsium Glikosida jantung 10. Diuretik lainnya 11. Glikosida jantung 12. Glikosida jantung Antagonis reseptor angiotensin II Antiaritmia (amiodaron) Penghambat ACE 13. Glikosida jantung 14. Glikosida jantung 15. Antagonis kalsium Antagonis kalsium Antagonis kalsium Antagonis reseptor angiotensin II 16. 17. 18. Antagonis reseptor angiotensin II Antagonis kalsium Antagonis reseptor angiotensin II Penyekat Meningkatkan efek hipotensif Meningkatkan efek hipotensif Meningkatkan toksisitas jika terjadi hipokalemia Meningkatkan resiko hiperkalemia Menaikkan kadar plasma digoksin Kaptopril mungkin menaikkan kadar digoksin Meningkatkan kadar plasma digoksin Kadar plasma digoksin ditingkatkan Meningkatkan efek hipotensif Penghambat ACE Meningkatkan terjadinya hipotensif berat Meningkatkan efek hipotensif Penyekat Meningkatkan efek hipotensif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Efek samping obat Menurut definisi WHO (1970) efek samping obat adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. Obat yang ideal hendaknya bekerja dengan cepat untuk waktu tertentu saja dan secara selektif, artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan atau gangguan tertentu tanpa aktivitas lain. Semakin selektif kerja obat, semakin kurang efek sampingnya, yaitu semua aktivitas yang tidak menjurus ke penyembuhan penyakit. Kerja utama dan efek samping obat adalah pengertian yang sebetulnya tidak mutlak. Kebanyakan obat memiliki lebih dari satu khasiat farmakologis, tergantung dari tujuan penggunaannya, efek samping pada suatu saat mungkin merupakan kerja utama yang diinginkan pada keadaan lain. Sebagai contoh adalah minoksidil dan finasteride yang telah dipasarkan sebagai obat hipertensi dan obat hipertrof prostat. Kedua obat menimbulkan pertumbuhan rambut sebagai efek sampingnya, maka kemudan diluncurkan sebagai obat rambut. Efek samping adakalanya tidak dapat dihindarkan, misalnya rasa mual pada penggunaan digoksin, ergotamin atau estrogen dengan dosis yang melebihi dosis normal. Kadang-kadang efek samping merupakan kelanjutan efek utama sampai tingkat yang tidak diinginkan, misalnya rasa kantuk pada fenobarbital, bila digunakan sebagai obat epilepsi. Bila efek samping terlalu hebat bisa dilawan dengan obat lain, misalnya obat anti-mual atau obat anti-ngantuk (Tjay dan Raharja, 2002). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II. Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000 No. Jenis obat Efek samping yang mungkin ditimbulkan 1. Digoksin Anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, rasa capai, mengantuk, bingung. 2. Amiodaron Hipotiroidisme, hipertiroidisme, pneumonitis, sukar tidur, rasa lelah, bradikardi. 3. Kaptopril Hipotensi, pusing, sakit kepala, letih, gangguan ginjal, hiperkalemia, anemia aplastik. 4. Valsartan Hipotensi simtomatik dapat terjadi, terutama pada pasien dengan deplesi cairan (misal pasien yang mendapat diuretik dengan dosis tinggi), gagal ginjal. 5. Isosorbit dinitrat Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural. 6. Amlodipin bensilat Sakit kepala, edema, fatigue, mual, pusing, hiperplasia gusi 7. Furosemid Hiponatremia, hipokalemia dan hipomagnesemia, ekskresi kalsium meningkat, gangguan saluran cerna 8. Spironolakton Gangguan saluran cerna, gangguan darah, menstruasi tidak teratur, bingung, sakit kepala 9. Asetosal Bronkospasme, perdarahan saluran cerna 10. Simvastatin Ruam kulit, pusing, depresi, hepatitis 11. Dopamin Mual muntah, hipotensi, hipertensi 12. Dobutamin Takikardi dan tekanan darah sangat meningkat 13. Sinarizin Mengantuk, sakit kepala, letih, gangguan saluran cerna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif non-analitis yang bersifat retrospektif. Data diambil dari bulan januari – desember tahun 2003 berupa salinan resep dan lembar catatan medik (MR). Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian non-eksperimental karena penelitian ini hanya mengamati sejumlah ciri (variabel) yang ada pada subyek penelitian, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif non-analitik, karena penelitian ini hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi, dan dikatakan non-analitik karena penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tersebut, tanpa adanya analitis mengapa dan bagaimana fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001). Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini hanyalah bersifat sepihak dan kajian yang dilakukan bukan mengenai mengapa dan bagaimana fenomena tersebut terjadi. Dalam hal ini kajian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai apakah peresepan obat kardiovaskuler sudah sesuai standar menurut standar IONI tahun 2000 ditinjau dari dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek sampingnya tanpa dilakukan wawancara dengan dokter. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Definisi Operasional 1. Pola peresepan adalah model atau gambaran peresepan obat meliputi pemilihan jenis obat dan golongan obat, jumlah obat yang diberikan, kesesuaian regimen dosis, cara pemberian obat, dan bentuk sediaan obat. 2. Gagal jantung adalah ketidakmampuan atau kegagalan jantung untuk memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh yang dialami oleh pasien. 3. Lembar catatan medik atau lembar rekam medik adalah lembar catatan dokter, apoteker, dan perawat yang berisi data klinis pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito yang meliputi data nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, diagnosa masuk, komplikasi, lama perawatan, jenis obat, dosis dan aturan pakai obat yang didapat selama terapi. 4. Pasien rawat inap adalah pasien gagal jantung yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003. 5. Dosis adalah takaran pemberian obat kardiovaskuler yang diberikan dokter kepada pasien gagal jantung yang sedang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2003 berdasarkan standar IONI (2000). 6. Kontraindikasi adalah pemakaian obat yang kurang atau tidak sesuai dengan kondisi pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung seperti yang tertera pada hasil diagnosis berdasarkan pustaka IONI (2000). 7. Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat dipengaruhi atau diubah oleh obat lain yang diberikan kepada pasien gagal jantung secara hampir bersamaan oleh dokter, menurut pustaka IONI (2000). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Efek samping adalah adanya anggapan bahwa penyakit penyerta yang menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis pasien, dapat diperparah kondisinya oleh obat-obat kardiovaskuler yang digunakan, menurut pustaka IONI (2000). 9. Obat kardiovaskuler adalah obat sistem kardiovaskuler yang digunakan untuk mengobati gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003. 10. Penyesuaian dosis adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap dosis yang diresepkan untuk pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito berdasarkan studi pustaka IONI 2000. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bagian Rekam Medik RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. D. Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan medik (CM) pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. SardjitoYogyakarta periode januari – desember tahun 2003 dengan jumlah pasien sebanyak 40 orang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Subyek dan Penetapan Subyek Subyek penelitian yang didapatkan berjumlah 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti hanya sejumlah 40 pasien, sedangkan 8 pasien lainnya tidak digunakan karena data yang tidak lengkap. Dari data 40 pasien yang diteliti tersebut, hanya 38 pasien saja yang diberikan terapi obat-obat kardiovaskuler, sehingga untuk semua perhitungan persentase (%) yang didasarkan pada jumlah pasien yang menggunakan terapi obat-obat kardiovaskuler menggunakan data 38 pasien sebagai jumlah total pasien (100%). Untuk perhitungan lainnya seperti perhitungan karakteristik pasien dan perhitungan distribusi kelas terapi obat pada pasien gagal jantung, menggunakan data 40 pasien sebagai jumlah total pasien (100%). F. Jalannya Penelitian 1. Tahap perencanaan Penelitian diawali dengan analisis situasi dan penentuan masalah. Analisis dimulai dengan mencari informasi melalui komputer mengenai penyakit-penyakit yang merupakan prevalensi tinggi untuk mencari data dan angka kejadian serta informasi mengenai gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito. Penentuan masalah berdasarkan beberapa pustaka, peneliti mengamati bahwa dewasa ini angka kematian akibat gagal jantung semakin meningkat seiring perubahan pola hidup masyarakat. Peneliti melihat bahwa angka kejadian penyakit gagal jantung tidak hanya terjadi pada pasien lanjut usia tapi juga pada anak-anak bahkan balita. 2. Tahap pengambilan data Pengambilan data dimulai dengan mencari nomor rekam medik pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap selama tahun 2003. Setelah mendapatkan nomor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rekam medik dari komputer, penelitian dilanjutkan dengan mencari data dari tiap pasien. Data yang diambil sejumlah 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti hanya 40 pasien sedangkan data 8 pasien yang lain tidak digunakan karena data yang tidak lengkap. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, usia, diagnosis masuk (awal/utama), diagnosis lain/sekunder, diagnosis keluar, komplikasi, lama perawatan, jenis obat, aturan pakai, cara pemberian, dan dignosis penunjang lain. 3. Tahap analisis data Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data pasien gagal jantung mengenai obat yang digunakan dalam proses terapi. Analisis ketepatan pemilihan jenis obat yang digunakan dalam terapi dilakukan dengan menggunakan Pharmacotherapy Handbook (Wells, 2003). Analisis ketepatan dosis, kemungkinan adanya interaksi, peninjauan adanya kontraindikasi, serta efek samping yang mungkin timbul dengan menggunakan IONI (2000). Persentase didapatkan dengan cara membagi jumlah kasus yang terjadi dengan jumlah total pasien yang ada kemudian dikalikan 100%, bila hasil yang didapat (dalam %) lebih dari 100% berarti bahwa terjadi pengulangan kasus pada satu pasien yang berarti juga bahwa satu orang pasien mengalami lebih dari satu kasus. Analisis ketepatan dosis dilakukan secara sepihak tanpa adanya wawancara dengan dokter yang bersangkutan, dengan cara membandingkan dosis yang ada pada peresepan dengan yang ada pada standar. Analisis interaksi dilakukan berdasarkan data kombinasi obat yang diberikan secara hampir bersamaan dalam satu hari, kemudian dibandingkan dengan data PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kombinasi yang potensial untuk terjadinya interaksi yang ada pada standar tanpa melihat efek yang mungkin ditimbulkan setelah pemberian kombinasi obat tersebut dan bagaimana interaksi tersebut bisa terjadi. Analisis kontraindikasi dilakukan dengan memeriksa data obat yang diberikan dalam peresepan, apakah obat kardiovaskuler yang diberikan tersebut sudah sesuai dengan kondisi pasien yang tertera dalam diagnosis, baik diagnosis utama, diagnosis sekunder maupun diagnosis komplikasi seperti yang terdapat dalam standar. Analisis efek samping dilakukan secara teoritis dengan cara melihat pada standar efek samping dari obat-obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan tanpa melihat secara langsung bagaimana dan mengapa efek samping tersebut bisa terjadi pada pasien. G. Tata Cara Analisis Hasil Data pasien yang meliputi identitas pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan dan diolah secara deskriptif dari masing-masing pasien untuk memperoleh informasi tentang karakteristik pasien gagal jantung. Selanjutnya data mengenai peresepan obat juga dikelompokkan berdasarkan golongan dan jenis obat kemudian dianalisis mengenai ketepatan dosis,kemungkinan terjadinya interaksi obat secara teoritis, kontraindikasi, serta efek samping yang mungkin ditimbulkan secara teoritis berdasarkan IONI (2000). Kajian yang dilakukan pada pola peresepan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito meliputi : penyesuaian dosis, interaksi, kontraindikasi, dan efek samping obat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu: pertama, karakteristik pasien yang meliputi distribusi pasien gagal jantung berdasarkan usia pasien dan jenis kelamin pasien. Kedua, golongan dan jenis obat meliputi penggunaan obat pada peresepan pasien gagal jantung dan penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung. Ketiga, kajian pola peresepan meliputi ketepatan dosis, kemungkinan terjadinya interaksi, kontraindikasi dan kemungkinan terjadinya efek samping obat. A. Karakteristik Pasien 1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin Dari hasil penelusuran data didapatkan 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti hanya sebanyak 40 pasien, sedangkan data 8 pasien lainnya tidak dapat diteliti karena tidak lengkap. Tabel III. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase 1. Laki-Laki 15 37,5% 2. Perempuan 25 62,5% TOTAL 40 100,0% Sumber data: data olah rawat inap, tahun 2003. Dari tabel III dapat diketahui bahwa dari semua pasien yang diberikan obat-obat kardiovaskuler dalam peresepannya (38 pasien), jumlah pasien perempuan (62,5%) lebih banyak dibandingkan jumlah pasien laki-laki (37,5%). Hal ini dikarenakan adanya pengaruh faktor resiko pada perempuan lebih besar dari laki-laki yaitu, adanya pengaruh hormon estrogen pada wanita, penggunaan kontrasepsi, dan karena pada dasarnya perempuan memiliki aktivitas fisik yang lebih sedikit dari laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Karakteristik pasien berdasarkan usia Tabel IV. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric (Izenberg, 2000) Kriteria Kelompok Umur (Thn) Jumlah Pasien Persentase No. 1. Bayi 0-1 4 10% 2. Anak-anak 2 - 12 8 20% 3. Remaja 13 - 17 2 5% 4. Dewasa 18 - 45 8 20% 5. Usia pertengahan 46 - 59 9 22,5% 6. Lanjut usia 60 - 74 8 20% 7. Lansia tua 75 - 90 1 2,5% 8. Sangat tua > 90 TOTAL 40 100,0% Berdasarkan kriteria usia dari WHO dan Pediatric (Izenberg, 2000), jumlah pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003 hampir merata terutama pada pasien dengan kriteria usia anak-anak (20%), dewasa (20%), usia pertengahan (22,5%), dan pada lanjut usia (20%). Maka dapat dikatakan bahwa saat ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya dapat terjadi pada kelompok lanjut usia tapi juga dapat terjadi pada kelompok anak-anak bahkan pada kelompok neonatus meskipun dalam jumlah yang sedikit (10%). Penyebab gagal jantung pada neonatus utamanya adalah karena faktor kelainan bawaan sedangkan pada kelompok dewasa, usia pertengahan, dan lanjut usia penyebab gagal jantung adalah karena selain faktor kelainan bawaan juga karena faktor lain seperti gaya hidup atau karena adanya penyakit lain yang menyebabkan terjadinya gagal jantung misal, infark miokard. Meski demikian, terapi pengobatan yang diberikan antara kelompok neonatus dan kelompok lanjut usia tidaklah jauh berbeda. Perbedaan yang terjadi adalah pada masalah dosis dan aturan pakai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Golongan dan Jenis Obat 1. Penggunaan obat pada peresepan pasien gagal jantung Seperti diketahui bahwa gagal jantung sangat mungkin disebabkan oleh penyakit lain seperti demam reumatik atau gagal ginjal dan mampu menimbulkan komplikasi, oleh sebab itu terapi yang diberikan juga meliputi pemberian obat-obat lain yang sesuai dengan kondisi pasien pada saat dirawat. Tabel V. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Kelas Terapi Jumlah Pasien Persentase 1. Obat Kardiovaskuler 38 95,0% 2. Obat Sistem Saraf Pusat 9 22,5% 3. Obat Saluran Pernapasan 16 40,0% 4. Analgesika 20 50,0% 5. Anti Infeksi 29 72,5% 6. Obat Gizi dan Darah 28 70,0% 7. Obat Otot Skelet dan Sendi 3 7,5% 8. Obat Saluran Cerna 12 30,0% 9. Obat Hormonal 10 25,0% 10. Obat untuk THT, Mata dan Kulit 3 7,5% 11. Obat Obstetrik, Ginekologi dan 1 2,5% Saluran Kemih 12. Anestetika 1 2,5% Pada tabel V diketahui, yang mendapatkan obat kardiovaskuler sebanyak 38 pasien (95%), obat sistem saraf pusat 9 pasien (22,5%), obat saluran pernapasan 16 pasien (40%), analgesika 20 pasien (50%), antiinfeksi 29 pasien (72,5%), obat gizi dan darah 28 pasien (70%), obat otot skelet dan sendi 3 pasien (7,5%), obat saluran cerna 12 (30%), obat hormonal 10 pasien (25%), obat untuk THT, mata, dan kulit 3 pasien (7,5%), obat obstetrik, ginekologi, dan saluran kemih 1 pasien (2,5%), dan anestetika 1 pasien (2,5%). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dengan demikian diketahui pula bahwa seorang pasien tidak hanya mendapatkan satu jenis obat saja pada peresepannya tetapi juga obat-obat lain yang diberikan bersamaan dengan obat-obat kardiovaskulernya. Hal ini terjadi karena selain gagal jantung, pasien juga memiliki penyakit lain, baik sebagai penyakit komplikasi maupun sebagai penyakit penyebab dari gagal jantung. Dari data 40 pasien yang diambil oleh peneliti, pasien yang dalam terapinya diberikan obat kardiovaskuler sebanyak 38 pasien (95%) sedangkan 2 orang pasien lainnya meskipun memiliki riwayat gagal jantung namun yang menyebabkan keduanya dirawat inap bukanlah gagal jantungnya melainkan penyebab gagal jantung itu sendiri yaitu, demam reumatik dan endokarditis sehingga hanya diberikan obat anti infeksi. Penggunaan obat kardiovaskuler pada 38 pasien (95%) sudah sesuai dengan tujuan utama terapi pengobatan yaitu pengobatan gagal jantung. Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase 1. Obat Kardiovaskuler 42,5% - Inotropik positif 17 - Antiaritmia 3 7,5% - Antihipertensi 17 42,5% - Antiangina 15 37,5% - Diuretika 31 77,5% - Koagulasi darah 10 25,0% 1 2,5% - Hipolipidemika - Syok dan hipotensi 3 7,5% - Gangguan darah 3 7,5% 2. Obat Sistem Saraf Pusat - Hipnotik dan ansiolitik 4 10,0% - Antiemetikum 5 12,5% - Antiepilepsi 1 2,5% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Lanjutan) Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Persepan Untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jumlah Pasien Persentase 3. Obat Saluran Pernapasan - Antiasma 6 15,0% - Mukolitik 9 22,5% - Antihistamin 4 10,0% - kortikosteroid 2 5,0% - kromoglikat 1 2,5% 4. Analgesika - Analgesika non-opioid 19 47,5% - Analgesika opioid 1 2,5% 5. Anti Infeksi - Antibakteri 28 70,0% - Antimikobakterium 2 5,0% - Antiprotozoa 2 5,0% - Antijamur 1 2,5% 6. Obat Gizi dan Darah - Vitamin 13 32,5% - Mineral 13 32,5% - Anemia dan kelainan darah 6 15,0% - Nutrisi intravena 2 5,0% - Nutrisi oral 2 5,0% - Cairan dan elektrolit 7 17,5% 7. Obat Otot Skelet dan Sendi - Obat gout 2 5,0% - Obat gangguan neuromuskuler 1 2,5% 8. Obat Saluran Cerna - Antidiare 4 10,0% - Antitukak 6 15,0% - Antihemorroid 2 5,0% - Pencahar 4 10,0% - Obat gangguan pencernaan 1 2,5% 9. Obat Hormonal - Antidiabetes 2 5,0% - Kortikosteroid 8 20,0% 10. Obat untuk THT, Mata dan Kulit - Obat untuk THT 3 7,5% - Obat untuk kulit 1 2,5% 11. Obat untuk Obstetrik, ginekologi dan saluran kemih - Obat untuk gangguan saluran kemih 1 2,5% 12. Anestetika - Anestetika umum 1 2,5% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel VI menggambarkan distribusi golongan obat pada masing-masing kelas terapi pada peresepan untuk pasien gagal jantung secara umum. Data menunjukkan obat kardiovaskuler yang diresepkan meliputi obat inotropik positif (42,5%), antiaritmia (7,5%), antihipertensi (42,5%), antiangina (37,5%), diuretik (77,5%), obat yang mempengaruhi koagulasi darah (25%), obat hipolipidemik (2,5%), obat untuk syok dan hipotensi (7,5%), serta obat untuk mengatasi gangguan darah (7,5%). Obat saluran pernapasan yang diresepkan meliputi obat antiasma (15%), mukolitik (22,5%), antihistamin (10%), kortikosteroid (5%), serta kromoglikat (2,5%). Obat sistem saraf pusat yang diresepkan meliputi hipnotik dan ansiolitik (10%), antiemetikum (12,5%), serta antiepilepsi (2,5%). Analgesik yang diresepkan terdiri dari analgesik non opioid (47,5%), dan analgesik opioid (2,5%). Antiinfeksi yang diresepkan terdiri dari antibakteri (70%), antimikobakterium (5%), antiprotozoa (5%), dan antijamur (2,5%). Obat gizi dan darah yang diresepkan meliputi vitamin (32,5%), mineral (32,5%), obat untuk anemia dan kelainan darah (15%), nutrisi intravena (5%), nutrisi oral (5%), cairan dan elektrolit (17,5%). Obat otot skelet dan sendi yang diresepkan meliputi obat gout (5%), obat untuk gangguan neuromuskuler (2,5%). Obat saluran pencernaan yang diresepkan terdiri dari antidiare (10%), antitukak (15%), antihemorroid (5%), pencahar (10%), obat untuk gangguan pencernaan (2,5%). Obat hormonal yang digunakan terdiri dari antidiabetes (5%), kortikosteroid (20%). Obat untuk THT, mata dan kulit yang digunakan terdiri dari obat untuk THT (7,5%), obat untuk kulit (2,5%). Obat obstetrik, ginekologi, dan saluran kemih yang diresepkan meliputi obat untuk gangguan saluran kemih (2,5%). Anestetik yang digunakan adalah anestetik umum (2,5%). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan data di atas obat yang paling banyak diresepkan selain golongan diuretik adalah golongan antibakteri. Dari data 40 pasien yang diteliti, 70% pasien menerima antibakteri dalam peresepannya. Antibakteri tidak hanya diresepkan pada kelompok usia lanjut saja melainkan juga pada kelompok usia yang lain. Semua pasien yang menerima antibakteri dalam peresepannya memiliki riwayat gagal jantung yang disebabkan oleh adanya suatu infeksi seperti gagal jantung karena demam reumatik. Menurut Standar Pelayanan Medik RSUP Dr. Sardjito, pemberian antibakteri sangat dibenarkan bagi pasien yang mengalami gagal jantung karena suatu infeksi seperti demam reumatik atau endokarditis infeksiosa. Dengan demikian data yang ada sudah sesuai dengan standar pelayanan medik di RSUP Dr. Sardjito. Berdasarkan IONI 2000, pemberian antibakteri pada pasien gagal jantung dijelaskan secara lebih rinci. Penggunaan antibakteri pada pasien gagal jantung dibenarkan terutama pada gagal jantung yang disebabkan oleh demam reumatik dan endokarditis atau sebagai pencegahan terhadap endokarditis pada pasien yang mengalami kelainan katup jantung yang akan mengalami prosedur dengan resiko bakterimia, misalnya ekstraksi gigi atau pembedahan. 2. Penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung Dalam peresepan yang diberikan pada pasien gagal jantung terdapat berbagai macam golongan obat kardiovaskuler. Hal ini disebabkan karena gagal jantung adalah suatu sindrom kompleks yang sangat mungkin disebabkan oleh berbagai macam penyakit kardiovaskuler yang lain misalnya, hipertensi. Menurut Wells (2003) gagal jantung lebih sering terjadi karena adanya berbagai macam kerusakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI atau penyakit-penyakit pada kardiovaskuler itu sendiri yang mempengaruhi fungsi sistolik, fungsi diastolik atau keduanya. Tabel VII. Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Jumlah Pasien Persentase No. 1. Obat inotropik 17 44,7 % 2. Obat antiaritmia 3 7,9 % 3. Obat antihipertensi 17 44,7 % 4. Obat antiangina 15 39,5 % 5. Obat diuretika 31 81,6 % 6. Obat koagulasi darah 10 26,3 % 7. Obat hipolipidemika 1 2,6 % 8. Obat syok dan hipotensi 3 7,9 % 9. Obat untuk gangguan darah 3 7,9 % Pada tabel VII. Pasien gagal jantung yang diberikan obat inotropik positif sebanyak 17 pasien (44,7%), 3 pasien (7,9%) diberikan obat antiaritmia, 17 pasien (44,7%) diberikan obat antihipertensi, 15 pasien (39,5%) diberikan obat antiangina, 31 pasien (81,6%) diberikan obat diuretik, 10 pasien (26,3%) diberikan obat yang mempengaruhi koagulasi darah, 1 pasien (2,6%) diberikan obat hipolipidemik, 3 pasien (7,9%) diberikan obat untuk syok dan hipotensi, dan 3 pasien (7,9%) diberikan obat untuk gangguan darah. Data ini diperoleh dengan cara membagi jumlah pasien yang menggunakan golongan obat kardiovaskuler dengan jumlah total pasien yang dalam terapinya diberikan obat kardiovaskuler (38 pasien) bukan dengan jumlah total pasien keseluruhan (40 pasien) sebab 2 pasien lainnya didalam terapinya tidak diberikan obat-obat kardiovaskuler. Berdasarkan data diketahui bahwa obat kardiovaskuler yang paling sering diresepkan untuk pasien gagal jantung adalah golongan diuretik, karena hampir semua pasien (81,6%) mendapatkan terapi diuretik. Pada standar pelayanan medik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RSUP Dr. Sardjito tahun 2002 tercantum bahwa terapi pertama yang diberikan pada pasien gagal jantung adalah terapi digitalis, yang bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung. Sedangkan menurut IONI 2000 dijelaskan bahwa efek digitalis tidak begitu penting dibanding dengan efek diuretik dan penghambat ACE. Pada pasien gagal jantung yang telah terkendali dengan baik, digitalis dapat dihentikan, dalam hal ini digitalis hanya dibutuhkan untuk mempertahankan ritme yang memuaskan. Pada kenyataannya dokter lebih sering memberikan diuretik dibandingkan dengan digitalis, kemungkinan dengan pertimbangan bahwa digitalis memiliki indeks terapi yang sempit dan potensial terjadinya toksisitas digitalis selama terapi. Obat inotropik positif yang diresepkan adalah golongan glikosida jantung, jenis obat digoksin, dan ada 17 pasien (44,7%) yang mendapatkan jenis obat ini. Dalam gagal jantung, manfaat digoksin yang diharapkan adalah efeknya sebagai inotropik positif yaitu, meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Efek inotropik positif ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang, ukuran jantung mengecil, tekanan vena yang berkurang akan mengurangi gejala bendungan, sedangkan sirkulasi yang membaik, termasuk ke ginjal akan meningkatkan diuresis dan hilangnya udem. Jadi efektivitas digoksin pada gagal jantung timbul miokardium. karena kerja langsungnya dalam meningkatkan kontraksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel VIII. Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase No. 1. Aritmia supraventrikel dan Amiodaron 2 5,3% ventrikel 2. Aritmia ventrikel Lidokain 1 2,6% Pada tabel VIII ada dua golongan obat antiaritmia yang diresepkan, yaitu golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel serta golongan aritmia ventrikel. Jenis obat yang diberikan pada golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel adalah amiodaron (5,3%), sedangkan jenis obat yang diberikan pada golongan aritmia ventrikel adalah lidokain (2,6%). Tabel IX. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat 1. Penyekat α 2. Penghambat ACE 3. Antagonis reseptor angiotensin II Jenis Obat Prazosin Kaptopril Delapril Valsartan Jumlah Pasien 1 10 1 6 Prosentase 2,6 % 26,3 % 2,6 % 15,8 % Pada tabel IX dapat diketahui ada 3 golongan obat antihipertensi yang diresepkan yaitu, penyekat dengan jenis obat prazosin (2,6%), golongan penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril (26,3%) dan delapril (2,6%) serta golongan antagonis reseptor angiotensin II dengan jenis obat valsartan (15,8%). Dalam pengobatan gagal jantung, manfaat yang diharapkan dari obat antihipertensi adalah efeknya sebagai vasodilator. Berdasarkan data di atas jenis obat yang paling banyak digunakan adalah jenis obat kaptopril yang bekerja sebagai penghambat ACE. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penghambat ACE mampu mengurangi pembentukan angiotensin II, suatu protein yang menyebabkan vasokonstriksi. Akibatnya terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalium yang secara tidak langsung mampu menurunkan beban kerja jantung. Tabel X. Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah No. Section 1.01 Persentase Pasien 1. Golongan nitrat Isosorbid 8 21,1% dinitrat 2. Antagonis Kalsium Amlodipin 6 15,8% Nifedipin 2 5,3% 3. Bisoprolol 1 2,6% Penyekat β Dalam tabel X dapat diketahui 3 golongan obat antiangina yang diresepkan meliputi golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat (21,1%), golongan antagonis kalsium dengan jenis obat amlodipin (15,8%) dan nifedipin (5,3%) serta golongan penyekat dengan jenis obat bisoprolol (2,6%). Golongan yang paling banyak diresepkan adalah golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat (21,1%). Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi otot polos pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XI. Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase No. 1. Golongan tiazid Indapamid 2 5,3% 2. Diuretik kuat Furosemid 30 78,9% 3. Diuretik hemat-kalium Spironolakton 8 21,1% Pada tabel XI diketahui bahwa terdapat 3 golongan obat diuretik yang diresepkan meliputi : golongan tiazid dengan jenis obat indapamid (5,3%), golongan diuretik kuat dengan jenis obat furosemid (78,9%) serta golongan diuretik hematkalium dengan jenis obat spironolakton (21,1%). Furosemid adalah jenis obat dari golongan diuretik kuat yang paling banyak diresepkan. Pada gagal jantung, berkurangnya volume darah yang masuk ke arteri menyebabkan ginjal menahan air dan garam. Sistem renin-angiotensin-aldosteron pun dipacu sehingga terbentuk angiotensin II yang merangsang sekresi aldosteron. Aldosteron menambah retensi natrium disertai pembuangan kalium. Semua ini yang menyebabkan retensi cairan pada penderita gagal jantung. Diuretik memacu ekskresi NaCL dan air sehingga beban hulu berkurang dan gejala bendungan paru serta bendungan sistemik berkurang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XII. Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase No. 1. Antiplatelet 2. Hemostatik dan antifibrinolitik Asetosal Dipiridamol Asam traneksamat 8 1 1 21,1% 2,6% 2,6% Tabel XII menunjukkan bahwa terdapat 2 golongan obat koagulasi darah yang diresepkan yaitu, golongan antiplatelet dengan jenis obat asetosal (21,1%) dan dipiridamol (2,6%) serta golongan hemostatik dan antifibrinolitik dengan jenis obat asam traneksamat (2,6%). Obat koagulasi darah yang paling banyak diresepkan adalah asetosal dari golongan antiplatelet (21,1%). Gangguan tromboembolik merupakan salah satu penyebab penting bagi kesakitan dan kematian. Tromboembolis vena terjadi sebagai komplikasi dari gangguan lain yang salah satunya adalah gagal jantung. Itu sebabnya antiplatelet diberikan pada terapi gagal jantung untuk mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana trombi terbentuk melalui agregasi platelet. Tabel XIII. Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Prosentase 1. Statin Simvastatin 1 2,6% Hanya satu golongan obat hipolipidemik yang diresepkan pada terapi gagal jantung kali ini yaitu golongan statin dengan jenis obat simvastatin (2,6%). Golongan statin telah terbukti dapat mengurangi kejadian koroner, semua kejadian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kardiovaskuler, dan total kematian pada pasien umur sampai dengan 70 tahun dengan riwayat panyakit jantung koroner seperti riwayat angina atau infark miokard akut, dan dengan kolesterol plasma 5,5 mmol/l atau lebih. Obat-obat ini juga berperan pada pencegahan primer penyakit jantung koroner pada beberapa pasien dengan hiperkolesterolemia dan peningkatan resiko terjadinya kejadian-kejadian koroner. Tabel XIV. Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase No. 1. Amina simpatomimetik Dopamin Dobutamin 2 1 5,3% 2,6% Tabel XIV menggambarkan bahwa hanya satu golongan obat syok dan hipotensi yang diresepkan yaitu, golongan amina simpatomimetik dengan jenis obat dopamin (5,3%) dan jenis dobutamin (2,6%). Tabel XV. Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Pasien Persentase 1. Vasodilator perifer Sinarizin 1 2,6% 2. Vasodilator serebral Sitikolin 2 5,3% Golongan obat gangguan darah yang diresepkan menurut data di atas terdiri dari vasodilator perifer dengan jenis obat sinarizin (2,6%) dan golongan vasodilator serebral dengan jenis obat sitikolin (5,3%). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. Kajian Pola Peresepan 1. Penyesuaian dosis Tabel XVI. Jumlah Dan Persentase Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Dosis Di Dalam Peresepan Obat Kardiovaskulernya Perlu Dilakukan Penyesuaian Penyesuaian Dosis Jumlah Pasien Persentase No. 1. Mengalami penyesuaian dosis 16 42,1% 2. Tidak mengalami penyesuaian 22 57,9% dosis TOTAL 38 100,0% Dari tabel XVI diketahui bahwa jumlah pasien yang perlu mengalami penyesuaian dosis dalam peresepan obat kardiovaskulernya sebanyak 16 pasien (42,1%) sedangkan sisanya tidak memerlukan penyesuaian dosis. Jumlah ini (42,1%) tentu sangat memerlukan perhatian khusus mengingat hampir separuh pasien dari jumlah total pasien yang mendapatkan terapi obat kardiovaskuler (38 pasien) mengalami penyesuaian dosis. Menurut data, sebanyak 16 pasien tersebut 8 pasien diantaranya adalah pasien dari kelompok usia dewasa, sedangkan sisanya adalah dari kelompok usia lansia 4 pasien, 2 pasien anak-anak, dan 2 pasien lainnya adalah dari kelompok neonatus. Penyesuaian dosis yang terjadi pada peresepan pasien gagal jantung untuk kelompok lansia dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk kelompok lansia (dalam IONI 2000, dosis untuk lansia akan disebutkan berdasarkan usia). Sebab tidak ada metode khusus untuk menghitung dosis pada lansia dengan gagal jantung, seperti pada pasien yang mengalami komplikasi dengan penyakit ginjal atau hati. Meskipun tidak ada rumus dosis tertentu, dosis pemberian obat pada lansia tetap harus diperhatikan karena pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok ini telah mengalami penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, sehingga dosis yang tidak tepat akan menimbulkan efek samping atau toksisitas dari pemakaian obat kardiovaskuler tersebut. Jika diperlukan, penyesuaian dosis untuk lansia biasanya disesuaikan menurut perbandingan berat badan pasien dengan berat badan pasien dewasa normal (70 kg). Begitu pula penyesuaian dosis untuk kelompok usia anak-anak dan neonatus, penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk anak-anak dan neonatus berdasarkan usia (dalam IONI 2000, dosis untuk anak-anak dan neonatus disebutkan dalam satuan mg/kg). Meskipun ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung dosis pada anak-anak dan neonatus, dosis bisa dihitung dari dosis dewasa berdasarkan berat badan, usia, luas permukaan badan, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut, namun berdasarkan data rekam medis yang diambil tidak dicantumkan data berat badan atau luas permukaan badan. Untuk pasien dewasa, penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan dosis dewasa pada standar. Berikut disajikan tabel yang memuat jumlah dan persentase jenis obat kardiovaskuler yang memiliki dosis yang kurang sesuai dengan dosis pada standar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XVII. Persentase Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Dosis Jenis Obat Kardiovaskuler dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 No. Sesuai / Kurang Sesuai 1. Dosis Sesuai 2. Jumlah Jenis Obat 11 Persentase 50% 11 22 50% 100% Dosis Kurang Sesuai TOTAL Berdasarkan tabel XVII di atas terdapat 11 jenis obat (50%) yang mengalami dosis kurang sesuai berdasarkan IONI 2000 dari 22 jumlah total jenis obat yang diberikan selama terapi. Angka ini (50%) merupakan angka yang cukup besar oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi kembali dalam pemberian obat-obat kardiovaskuler. Ketidaksesuaian dosis yang dimaksud adalah dosis lebih besar atau kurang dari yang tercantum dalam IONI 2000 baik pada dosis awal maupun pada dosis lazimnya. Data pada tabel XVII menggambarkan bahwa di dalam peresepan obat kardiovaskuler yang diresepkan terdapat 11 jenis obat kardiovaskuler yang dosisnya kurang sesuai dengan standar meliputi : 4 kasus untuk peresepan kaptopril, 3 kasus untuk peresepan valsartan, 2 kasus untuk peresepan digoksin, 1 kasus untuk peresepan prazosin, 1 kasus untuk peresepan nifedipin, 1 kasus untuk peresepan dipiridamol, 1 kasus untuk peresepan asetosal, 3 kasus untuk peresepan isosorbid dinitrat, 2 kasus untuk peresepan amiodaron, 5 kasus untuk peresepan furosemid, dan 3 kasus untuk peresepan spironolakton. Obat yang paling sering diresepkan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar adalah furosemid. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Adanya peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar ini kemungkinan disengaja oleh dokter dengan berbagai pertimbangan seperti, kenyataan bahwa dokter telah mengkombinasikan obat-obat tersebut dengan obatobat lain yang memiliki efek yang lebih kurang sama dan diharapkan dapat saling membantu dalam menimbulkan efek yang diinginkan. Namun demikian, peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar tanpa pertimbangan resiko yang baik dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan yang mungkin akan memperparah kondisi pasien. Bahkan pada peresepan dengan dosis di bawah standar mungkin efek yang diharapkan tidak akan terwujud, atau timbulnya toleransi terhadap obat yang bersangkutan. Sedangkan pada peresepan dengan dosis di atas standar dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya toksisitas pada pasien. 2. Interaksi Pada peresepan dengan banyak macam obat memang sangat memungkinkan untuk terjadinya interaksi. Hal ini dapat diketahui melalui efek samping yang timbul dari penggunaan obat secara bersamaan. Dari kajian yang telah dilakukan pada peresepan obat kardiovaskuler untuk penyakit gagal jantung kali ini, ditemukan beberapa kombinasi yang berpotensi untuk terjadinya interaksi jika diberikan secara bersamaan, efek yang terjadi dari interaksi ini dari ringan hingga berbahaya. Kajian interaksi yang dilakukan pada penelitian kali ini hanya membandingkan kombinasi obat kardiovaskuler pada peresepan dengan daftar kombinasi obat kardiovaskuler yang potensial untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terjadinya interaksi dalam IONI 2000. Tabel XVIII. berikut ini akan menyajikan persentase kejadian interaksi obat kardiovaskuler pada peresepan. Tabel XVIII. Prosentase Kombinasi Obat Kardiovaskuler pada Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Potensial Terjadinya Interaksi Berdasarkan IONI 2000 No. Jenis Obat Interaksi dengan Jumlah Kasus Persentase 1. Diuretik kuat Diuretik lainnya 9 23,7 % 2.* Diuretik kuat Glikosida jantung 12 31,6 % 3.* Diuretik lainnya Glikosida jantung 6 15,8 % 4. Diuretik kuat Antagonis kalsium 6 15,8 % 5. Diuretik lainnya Antagonis kalsium 2 5,3 % 6.* Diuretik kuat Penghambat ACE 9 23,7 % 7.* Diuretik kuat Antagonis reseptor 5 13,2 % Angiotensin II 8.* Diuretik lainnya Antagonis reseptor 2 5,3 % angiotensin II 9. Diuretik kuat 1 2,6 % Penyekat β 10.* Diuretik kuat Antiaritmia 2 5,3 % 11. Glikosida jantung Penghambat ACE 5 13,2 % 12. Glikosida jantung Antagonis reseptor 1 2,6 % angiotensin II 13.* Glikosida jantung Antagonis kalsium 1 2,6 % 14.* Glikosida jantung Antiaritmia 1 2,6 % 15.* Antagonis kalsium 1 2,6 % Penyekat β 16. Antagonis kalsium Penghambat ACE 1 2,6 % 17. Antagonis kalsium Antagonis reseptor 6 15,8 % angiotensin II 18. Antagonis reseptor Penyekat β 1 2,6 % angiotensin II TOTAL 71 186,8 % Keterangan : *Menunjukkan interaksi yang potensial berbahaya ( bisa ekstrim ) serta membutuhkan perhatian khusus. Tabel XVIII. menggambarkan adanya interaksi yang terjadi pada kombinasi obat-obat kardiovaskuler yang diresepkan. Dari tabel di atas dapat diketahui ada beberapa kombinasi obat kardiovaskuler yang seringkali diresepkan bersamaan padahal obat tersebut potensial untuk saling berinteraksi yaitu, kombinasi obat antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diuretik kuat dengan diuretik lainnya ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan glikosida jantung ada 12 kasus (31,6%), diuretik lainnya dengan glikosida jantung ada 6 kasus (15,8%), diuretik kuat dengan antagonis kalsium ada 6 kasus (15,8%), diuretik kuat dengan penghambat ACE ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan antagonis reseptor angiotensin II ada 5 kasus (13,2%), glikosida jantung dengan penghambat ACE ada 5 kasus (13,2%), dan antagonis kalsium dengan antagonis reseptor angiotensin II ada 6 kasus (15,8%). Perhitungan data dilakukan dengan cara membagi jumlah kasus interaksi yang terjadi dalam peresepan (71 kasus) dengan jumlah total pasien yang dalam peresepannya menerima terapi obat-obat kardiovaskuler (38 pasien). Dari hasil penjumlahan persentase, didapatkan hasil lebih dari 100%, hal ini berarti terjadi pengulangan kasus pada satu pasien atau dengan kata lain terdapat kasus dimana satu orang pasien mengalami lebih dari satu kasus interaksi. Dari data dapat diketahui, bahwa total kasus terjadinya kombinasi obat kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi sebanyak 71 kasus atau sebesar 186,8%. Jumlah ini termasuk jumlah yang sangat besar, yang berarti bahwa ada kasus dimana satu orang pasien mempunyai resiko terjadinya interaksi lebih dari satu interaksi dalam peresepannya. Terlebih lagi jika kombinasi obat-obat tersebut benar-benar menimbulkan interaksi dan menghasilkan suatu efek yang berbahaya. Tetapi perlu juga diingat bahwa dalam beberapa kasus kemungkinan dokter sengaja memberikan suatu kombinasi obat meskipun diketahui bahwa dalam kombinasi tersebut dapat terjadi interaksi dengan maksud untuk mencapai tujuan terapi yang diinginkan, karena tidak semua hasil interaksi itu buruk. Dalam penelitian ini peneliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hanya mengamati kemungkinan terjadinya interaksi dalam kombinasi-kombinasi obat kardiovaskuler tersebut berdasarkan standar tanpa mengamati efek yang dihasilkan setelah pemberian obat-obat tersebut secara bersamaan. 3. Kontraindikasi Kajian kontraindikasi pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan tidak kontraindikasi dengan kondisi gagal jantung pasien pada umumnya, dan terhadap kondisi-kondisi khusus yang menyertai penyakit gagal jantung pasien pada saat dirawat seperti yang tertera pada hasil diagnosis. Tabel XIX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal Jantung yang Mengalami Kontraindikasi dengan Jenis Obat Kardiovaskuler yang Diberikan Selama Terapi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 Golongan Obat Jenis Obat Kontraindikasi Jumlah Persentase Terhadap Pasien Antagonis valsartan Gagal ginjal 4 10,5% reseptor angiotensin II Dari hasil analisis data didapatkan 1 kasus kontraindikasi yang terjadi pada peresepan yaitu, satu kasus dengan jenis obat valsartan dimana terdapat 4 pasien yang mendapatkan valsartan pada peresepannya. Valsartan adalah salah satu obat dari golongan antagonis reseptor angiotensin II yang bekerja mirip dengan penghambat ACE yang dikontraindikasikan dengan gagal ginjal, ke 4 pasien tersebut memiliki riwayat gagal ginjal dalam hasil diagnosisnya sehingga pemakaian valsartan dalam terapi 4 pasien tersebut perlu mendapatkan perhatian yang khusus serta pemantauan yang ketat terhadap fungsi ginjalnya dan pada pasien lansia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Efek samping Ada jenis obat yang efek sampingnya bersifat ringan sehingga dapat ditolerir, tetapi ada juga jenis obat yang efek sampingnya bersifat berat, sehingga perlu dihentikan penggunaannya. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan obat dapat dihindari salah satunya dengan mengetahui kondisi pasien gagal jantung itu sendiri maupun kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal jantungnya seperti yang tertera pada hasil diagnosis. Dari hasil kajian efek samping obat kardiovaskuler pada penelitian kali ini, didapatkan satu kasus terapi yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping yaitu, terapi penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril. Penghambat ACE mampu menimbulkan efek samping berupa gangguan darah, salah satunya adalah anemia. Tabel XX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal JantungYang Dalam Hasil Diagnosisnya Memiliki Riwayat Penyakit Penyerta Yang akan Diperparah Kondisinya Oleh Obat-Obat Kardiovaskuler Golongan Obat Jenis Obat Penyakit Penyerta Jumlah Pasien Persentase yang Diperparah Kondisinya Penghambat Kaptopril Anemia aplastik 1 2,6% ACE Pada tabel XX ada 1 pasien yang mendapatkan terapi penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril padahal memiliki riwayat anemia aplastik pada hasil diagnosisnya, hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebab pemberian kaptopril dikhawatirkan akan menimbulkan efek memperparah kondisi anemia pasien yang bersangkutan. samping yaitu semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bab V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 1. Jumlah jenis obat kardiovaskuler dalam peresepan yang memiliki dosis kurang sesuai dengan standar sebanyak 11 jenis obat (50%) dari jumlah total jenis obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan (22 jenis). 2. Kombinasi obat-obat kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi sebanyak 18 jenis interaksi dengan jumlah kasus sebanyak 71 (186,8%) dari jumlah total pasien gagal jantung yang mendapatkan terapi obat kardiovaskuler (38 pasien). 3. Jenis obat kardiovaskuler yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal jantung pasien atau terhadap kondisi-kondisi khusus yang menyertai penyakit gagal jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis yaitu, valsartan sebanyak 4 pasien (10,5%) kontraindikasi terhadap gagal ginjal. 4. Jenis obat kardiovaskuler yang kemungkinan akan menimbulkan efek samping atau memperparah kondisi gagal jantung pasien maupun kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal jantung pasien adalah kaptopril dengan jumlah sebanyak 1 pasien (2,6%), efek samping yang mampu ditimbulkan atau diperparah kondisinya adalah anemia aplastik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disarankan sebagai berikut: 1. Bagi pihak RSUP Dr. Sardjito a. Perlu diperhatikan penggunaan obat yang memerlukan penyesuaian dosis b. Pada pemberian beberapa kombinasi obat, perlu diperhatikan adanya kemungkinan interaksi obat yang terjadi c. Obat-obat yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal jantung pasien atau kondisi-kondisi khusus pasien yang menyertai penyakit gagal jantung sebaiknya dihindari penggunaannya. d. Perlu adanya pemantauan efek samping obat yang digunakan. 2. Bagi pihak pendidikan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma a. Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut yang mengevaluasi alasan yang digunakan para dokter dalam memberikan terapi bagi pasiennya terutama dalam hal dosis obat, kombinasi obat serta pemilihan obat. b. Akhir-akhir ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya diderita oleh pasien lansia tetapi juga terjadi pada kelompok usia anak-anak bahkan pada neonatus, maka perlu dilakukan suatu penelitian lanjut terhadap kelompok usia anak-anak tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2000a, Kesehatan Anak, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR. Sardjito, Buku 2, bab XI, 167-170, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta. Anonim., 2000b, Penyakit Jantung, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR. Sardjito, Buku 3, bab XVI, 87-88, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta. Anonim., 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Braunwald E., 2000, Heart Failure, in Wintrobe M.M., et al, Harrison’s Principles of Internal Medicine, 6thEdition, Mc Graw Hill, New York. Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson., 2002, Harrison’s Principles of Internal Medicine : Harrison’s Manual of Medicine, 5th edition, 556, Mc Graw Hill, USA. Bustami Z.S., dan Muchtar A., 1999, Obat Gagal Jantung, dalam S.G Ganiswara, (Ed.), Edisi 4, Farmakologi dan Terapi, 271-288, FK-UI, Jakarta. Deedwania P.C, Carbajal E.V, 1995, Congestive Heart Failure, dalam Michael H.C., Current and Treatment in Cardiology, 152, Appleton and Lange, a Simon and Schuster Company, USA. Dipiro J T., 2003, AHFS Drug Handbook, 2nd edition, 124-125, Lippincott Williams and Wilkins, USA. Ganong W.F., 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, 529, EGC, Jakarta. Hidayati W.B., 2001, Gagal Jantung : Masalah Utama Penyakit Kardiovaskuler, Medika, 27 (4), 266. Izenberg N, 2000, Pediatric, 2-3, Springhouse Corporation, Pennsylvania. Kisworo B., 1996, Teknik Diagnosis Gagal Jantung, Medika, 22 (6), 474. Knight J.F., 1989, Usahakan Jantung Sehat, diterjemahkan oleh M. Panjaitan dan Lina Lintang, 83-85, Indonesia Publishing House, Bandung. Lefrandt R., 1996, Penanganan Gagal Jantung Kongestif Berat dengan Penyekat Beta (Bisoprolol) di ICCU RSUP Manado, Medika, 22 (10), 703, 768-774. Meece J., 2003, Diabetes Mellitus : Pathophysiology and Complications, International Journal of Pharmaceutical Compounding, 7(1), 17. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mutscler E., dan Derendorf H., 1995, Drug Action : Basic Principles and Therapeutic Aspect, 347, 353, CRC-Press, Boston. Nelson W.E, 1996, dalam Wahab, (Ed.), edisi 15, volume 2, Ilmu Kesehatan Anak, 1658-1662, EGC, Jakarta. Nurkusuma D.D., 2001, Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Pare Kabupaten Temanggung, Medika, 27(8), 531. Panjaitan C.Z., 1991, Tetap Bugar Sampai Tua : Terobosan Baru Untuk Mencapai Usia Maksimal, 83-85, Indonasia Publishing House, Bandung. Pratiknya A.W., 2001, Dasar-Dasar metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 1,10-13, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 23(10), 6-9. Santoso B., 1997, Drug Interaction In Southeast Asia, Medical Progress, 24(5), 5-8. Setiawati A., 1999, Interaksi Obat, dalam S.G Ganiswara, (Ed.), edisi 4, Farmakologi dan Terapi, 800-810, FK-UI, Jakarta. Shryock H, MD., dan Hardinge M.G, MD., 2003, Kiat Keluarga sehat : Mencapai Hidup Prima dan Bugar, Jilid 3, 13, Indonesia Publishing House, Bandung. Susilowati M.R.D., 2002, Evaluasi Dosis, Interaksi, dan Kontraindikasi Peresepan Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Geriatri Gagal Jantung Kongesti Rawat Inap di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Januari - Juni 2000, Skripsi, 5-6, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Tjay T.H., dan Raharja K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, 38, 549-558, PT Elex Media Computindo Gramedia, Jakarta. Wells B.G., Dipiro J.T., Schawinghammer T.L., Hamilton C. W., 2003, Pharmacotherapy Handbook, 5th Edition, 56-63, McGraww Hills, New York. Woodley M., 1995, Pedoman Pengobatan, 171, Departement of Medicine, Washington University. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis Dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 No. Jenis Obat 1 Kaptopril . Σ Kasus 1 Dosis pada Resep Dosis awal 2 x 12,5 mg Dosis lazim 3 x 12,5 mg 2 1 3 x 12,5 mg 2 x 12,5 mg 2. Valsartan (Blopress) 2 1 1 x 16 mg 1 x 8 mg 3. Digoksin 1 2 x 0,025 mg PC 1 1 1 x 1 tab (0,25 mg) 1 x 0,4 mg Nifedipin 1 5 mg sekali sehari Dipiridamol 1 3 x 75 mg 4. Prazosin (Minipress) 5. 6 Dosis Standar pada IONI 2000 Dosis awal 2 x 6,25 mg-12,5 mg Dosis lazim 2 –3 x 25 mg Jenis Ketidaksesuaian SS DS DS DS 80 mg sekali sehari DS DS * Dosis awal (digitalisasi cepat) 11,5 mg / 24 jam (digitalisasi tidak cepat) 250-500 mcg / hari Dosis lazim 125-250 mcg / hari (pada fibrilasi atrial) 250-500 mcg / hari (keadaan gawat) DS *Dosis lazim lanjut usia 125 mcg / hari Dosis awal 0,5 mg 2-4 x / sehari Dosis lazim 1 mg 2-3 x / sehari Dosis awal 2 x 10 mg Dosis lazim 2 x 10-40 mg 300-600 mg sehari dalam dosis terbagi 3-4 x sebelum makan DS DS DS DS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis Dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000 No. Jenis Obat 7. Asetosal (Ascardia) 8. Isosorbid dinitrat Amiodaron (Cordaron) 9. 10. 11. Furosemid (Lasix, Furosemid) Spironolakton ( Aldacton ) Σ Kasus 1 Dosis pada Resep 320 mg Dosis Standar pada IONI 2000 • Pencegahan sekunder penyakit serebrovaskular 75-300 mg • Mengurangi kematian setelah infark miokardium 150-300 mg 40-160 mg sampai 240 mg k/p Jenis Ketidaksesuaian AS 3 3 x sehari, 5 mg 2 1 x sehari, 100 # 3x sehari, 200 mg mg selama 1 minggu DS 1 ½-½-0 20 mg – 20 mg DS 1 1 3 x 1, 40 mg I.1 x sehari, 5mg II.2 x sehari, 5mg 1 2 x 400 mcg 1 1 2 A / 8 jam I. 1 x ¼ tablet, 100 mg II. 2 x ¼ tablet, 100 mg 1 - 0 – 0 ; 12,5 mg I. 1 x 40 mg II. 1 x 25 mg III. 2 hari sekali 1 1 Keterangan : AS : Di Atas Standar # 2x sehari, 200 mg selama 1 minggu berikutnya # Dosis lazim, 200 mg sehari Dosis awal 40 mg / sehari Dosis lazim 20 mg / sehari lalu dilanjutkan 40 mg / sehari tingkatkan hingga 250 mg 1-3 mg / KgBB / sehari Dosis awal 20-50 mg / 24jam Anak 3 mg / kg dalam dosis terbagi dewasa 100-200 mg sehari Anak 3 mg / kg dalam dosis terbagi DS : Di Bawah Standar DS AS DS DS AS AS DS I AS II. DS III. DS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran II. Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat DR. Sardjito (Bagian Kesehatan Anak) Gagal Jantung Pengertian Gagal jantung secara klinis dideflnisikan sebagai suatu keadaan, jantung tidak mampu lagi menghasilkan isi semenit yang cukup untuk kebutuhan tubuh, atau tidak mampu lagi mendorong darah ke a. pulmonalis atau kedua-duanya. Dari segi praktis, gagal jantung dibagi raenjadi 3 macam : 1. Gagal j antung kanan 2. Gagal j antung kiri 3. Gagal j antung kanan dan kiri Ketidakmampuan jantung kanan menyebabkan darah tertimbun dalam atrium kanan, vena cava dan sirkulasi besar. Gagal jantung kiri banyak disebabkan oleh stenosis katup mitralis karena demam rematik. Pada keadaan ini atrium kiri mengalami dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dan paru ke atrium kiri terbendung, akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis meninggi dan kemudian juga pada kapiler paru dan a. pulmonalis. Bendungan darah dalam paru menyebabkan sesak napas waktu bekerja (dyspnea d' effort) atau waktu tidur (prthopnea). Pada anak, bendungan paru ini sering menimbulkan batuk. Untuk memperbesar isi semenit, jantung memperkuat sistole dan frekuensi denyut jantung juga meningkat, sehingga terjadi takikardi. Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung kiri. Setelah terjadi hipertensi pulmonal, terjadi timbunan darah dalam ventrikel kanan, selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Penyebab Gagal Jantung - Pada minggu pertama, biasanya karena : • Hyploplastic left heart syndrome • Koarktasio aorta • Transposisi pembuluh darah besar • Penyakit endomiokardium, terutama iniokarditis karena virus coxsackie B • Infusiensi katup trikuspidal dengan septum masih utuh • Anomali Einstein • Disfungsi miokardium karena hipoksemia berat • Fistula arteriovenosa • Anemia, umumnya anemia hemolitik kronik kongenital • Polisitemia • Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - Pada tahun pertama, biasanya karena : • Transposisi arteria besar • Kelainan jantung kongenital dengan shunt dari kiri ke kanan yang cukup besar • Takikardi supraventrikular - Pada anak yang lebih besar, biasanya karena : • Demam rematik • Hipertansi karena kelainan ginjal • Miokarditis (karena demam rematik dan lain-lain) • Anemia • Endokarditis infeksiosa pada kelainan jantung ringan • Fibrosis kistik (melalui kor pulmonal). Diagnosis Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut: 1. Gejala dan tanda tak spesifik • Kelelahan waktu makan dan minum • Anoreksia • Muntah • Pertumbuhan badan terlambat • Iritabel 2. Gagal jantung kanan (kongesti darah di sirkulasi besar) • Takikardi • Takipnea • Desakan vena meninggi • Hepatomegali • Edema • Asites • Kardiomegali 3. Gagal jantung kiri (kongesti di paru) • Batuk kronis • Seringbersin • Dyspnea d' effort • Takikardi • Kardiomegali 4. Gagal jantung kanan dan kiri (gabungan 2 dan 3) 5. Gejala dan tanda lain : • Edema muka / preorbital • Ronki basah basal • Irama gallop • Anggota basan dingin dan lembab • Keringat keluar terus-menerus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tatalaksana Penderita baru dengan gagal jantung boleh dirawat jalan, bilamana gagal jantung tidak berat dan penderita serta keluarganya bisa diajak kerjasama (sebenarnya lebih baik penderita gagal jantung dirawat inap). Tatalaksana penderita rawat inap 1. Tirah baring, sering enak pada posisi setengah duduk 2. Oksigenasi adekuat 3. Diit jantung, kalau perlu rendah garam. 4. Medikamentosa: Digitalis : kebanyakan yang dipakai adalah digoksin, diberikan dengan dosis inisial yang selanjutnya dengan dosis rumat: Dosis inisial: - Prematur/neonatus : 0,03-0,05 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral. - Umur 2 minggu-2 tahun : 0,04-0,06 mg i.v. atau i.m.: 0,06-0,08 mg peroral. - Lebih dan 2 tahun : 0,02-0,04 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral. Cara Pemberian : Dosis inisial diberikan dalam 24 jam : mula-mula '/2 dosis, 8 jam kemudian V* dosis dan 8 jam kemudian % dosis. Bagan pemberian digitalis 8 jam 8 jam 8 jam ---------- x --------- x --------- x ---------- x ½ dosis ¼ dosis ¼ dosis rumat Dosis rumat: 1/3-1/5 dosis inisial, diberikan dalam 2 kali/hari; atau diberikan 2 kali sehari dengan dosis 0,01 mg/kg bb/kali pemberian dengan dosis maksimum 2 x 0,125 mg (tidak boleh melebihi 1 tablet sehari). - Diuretik : biasanya tidak diberikan secara rutin, hanya pada keadaan tertentu ; istirahat, diit rendah garam dan digitalis kurang berefek, atau diberikan pada gagal jantung kanan murni. a. Furosemid: 0,5-0,75 mg/kg bb/kali, i.v., dapat diulang tergantung keadaan, maksimal 8 mg/kg bb/hari : 1 -1,5 mg/kg bb/kali, per os, dapat diberikan 3 kali pemberian b. Ethacrynic acid : 0,5 - 1 mg/kg bb/kali, i.v., dapat diulang 12 jam sekali 10-20 mg/kg bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis c. Klorotiazid : 20 - 50 mg/kg bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis d. Spironolakton (Aldakton): 2 - 3 mg/kg bb/hari agar dapat memperbesar resistensi kalium dan menghambat aldosteron. - Antibiotik : mungkin diperlukan (tergantung penyebab). - Sedativa ringan bila diperlukan. 5. Pada gagal jantung karena anemia harus dikerjakan transfusi PRC. Pemantauan - Keadaan umum, tanda utama frekuensi nadi dan respirasi. - Volume air kemih tampung 24 jam. - Oksigenasi. - Kemungkinan intoksikasi digitalis, terutama karena dosis berlebih. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Catatan: Intoksikasi digitalis ditandai: - Gejala ekstrakardial: nausea, muntah - Gejala kardial: ekstra sistole, bigemini, blokade AV, aritmia sinus yang jelas, takikardia atrial paroksismal. Tatalaksana intoksikasi digitalis - Hentikan pemberian digitalis - Hentikan pemberian diuretik - Monitor dengan EKG terus-menerus - Obati aritmia yang timbul - Periksa kadar elektolit, beri kalium seperlunya sampai kadar kalium normal - Kemungkinan perlu transfusi tukar. Tatalaksana penderita rawat jalan 1. Medikamentosa: - Digitalis rumatan, misalnya : digoksin (lihat atas), maksimum diberikan 2 x 0,12 mg/hari - Diuretik : tiap bulan 2. Kontrol: tiap bulan 3. Dipantau : keluhan, tanda fisik, kalau perlu EKG dan foto Rontgen dada. Penderita dinyatakan sembuh bilamana gejala dan tanda sudah menghilang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Pusat DR Sardjito (Bagian Penyakit Jantung) Gagal Jantung Definisi Merupakan gambaran kegagalan jantung untuk memberikan aliran darah yang dibutuhkan, dengan sendirinya nutrisi dan oksigen untuk proses metabolisme jaringan. Kriteria a. Kerusakan miokard secara langsung : 1. penyakit jantung koroner; 2. keadaan kekurangan vitamin (beri-beri); 3. miokarditis; 4. kardiomiopathi. b. Proload yang tinggi: 1. atrial septal defect; 2. ventrikular septal defect; 3. aortic regurgitation; 4. mitral regurgitation; 5. patent ductus arteriosus. c. Afterload yang tinggi: 1. aortic stenosis; 2. systemic hipertension; 3. pulmonic stenosis; 4. coarctation of the ventrikel. d. Keterbatasan pengisian ventrikel: 1. mitral stenosis; 2. constrictive pericarditis; . 3. restrictive cardiomyopathies. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik diagnostik, rekaman elektrokardiografi foto thoraks, pemeriksaan pulmonary disease, infeksi baru. Edema akibat penyakit ginjal dan hepar. Pengelolaan Gagaljantung deraj at ringan 1. digoksin, dosis dikurangi pada gangguan fungsi ginjal. 2. diet, rendah garam. 3. aktivitas, dikurangi sesuai kemampuan. Gagal jantung derajat sedang 1. digoksin dengan loading dose dan dosis pemeliharaan, 2. diet, tanpa garam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. aktivitas, pembatasan aktivitas dengan istirahat secukupnya. Gagal jantung derajat berat Seperti pada gagal jantung derajat sedang, hanya pasien perlu opname, obat vasodilator. Kriteria sembuh Frekuensi jantung normal, tidak sesak napas, edema dan sianosis menghilang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 3. Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit DR. Sardjito Tahun 2003 Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1108159 JK/usia: P/26 thn Lama dirawat: 6 hari DU: CKD stage V e.c susp GNC DK: DL: Decompensasi cordis gr III e.c susp HHD HT sta II Anemia normositiknormokromik Komplikasi: - EKG: STC HR 106x/menit Kardiomegaki + Asam folat CaCO3 Lasix Tensivak Peresepan Nama generik Dosis regimen Asam folat Kalsium-karbonat Furosemide Amlodipin bensilat 3x1 3x1 1 A/12 jam 1x10 mg Lama pakai 6 hari 6 hari 6 hari 6 hari Dosis SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I *) Furosemide+amlodipin bensilat - Efek samping **) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1090959 JK/usia: L/71 thn Lama dirawat: 7 hr DU: Anemia aplastik D Anemia aplastik K: DL: Decom.cordi s gr II HT gr II Komplikasi: Pasien meninggal dunia EKG: HR 96x/mnt Susp LVH Dying heart Flat pupil Midriasis maksimal Kaptopril I Kaptopril II Prednison Dopamin I Dopamin II Dopamin III Ceftriakson Radin Antasid Fluimycil Vitonal Ekstra PRC *dexamethas on *lasix Transfusi PRC (lasix pre transfusi) Peresepan Nama generik Dosis regimen Dosis Ceftriakson Ranitidin Antasid Asetilsistein Multivitamin 2x12,5 gr 3x12,5 gr 6-3-0 6 tetes/makro 9 tetes/makro 12 tetes/makro 1 gr/ 12 jam 1 A/ 12 jam 3xCI 3xCI 3x1 Lama pakai 1 hari 6 hari 2 hari 5 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari Dexamethason 1 A/ jam 3 hari SS Furosemide Furosemide 1 A/ jam 1 kalf / jam 3 hari 7 hari SS SS Kaptopril Prednison Dopamine SS DS SS SS SS SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I *) Kaptopril+furosemid - Efek samping **) Kaptopril memperburuk kondisi anemia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1083543 JK/usia: L/11 thn Lama dirawat: 7 hr DU: gagal ginjal kronik DK: DL: Decomp.cordis ISK Retinopati Komplikasi: pasien meninggal dunia EKG: - Cefotaksim Amoksisilin Furosemide Calcidin Parasetamol Dopamine Ceftazidime Eks.lasix Asam nalidiksat UGD : Aminoleban Dopamine Albumin D 10 ½ % Peresepan Nama generik Dosis regimen Cefotaksim Amoksisilin Furosemide Multivitamin Parasetamol Dopamine Ceftazidime Furosemide Asam nalidiksat 3 x 650 mg 3 x 350 mg 1 x 20 mg 3x1 200 mg k/v 10 cc/200 mg 3 x 500 mg 20 mg 2 x 250 mg Lama pakai 5 hari 4 hari 7 hari 7 hari 7 hari 6 hari 2 hari I hari 1 hari Campuran nutrisi Dopamine Albumin Cairan elektrolit 8 cc/ jam 2 cc/jam 40 cc 26 cc/jam 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari Dosis AS AS SS SS DS SS AS SS AS Analisis Peresepan Interaksi K I *) - - Efek samping **) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 0874143 JK/usia: P/66 thn Lama dirawat: 9 hr DU: gagal ginjal terminal DK: CRF dengan HD 2 x seminggu DL: Komplikasi: Decomp.cordis HT Anemia Bronchopneumonia EKG: STC 104 x/ mnt Augmentin Lasix Ketosteril CaCO3 Folavit Nefrovit Norvask Natrilix Blopress Mucophect Codein Aminophylin Eprex Cefobid Peresepan Nama generik Dosis regimen Co amoksiklav / amoksisi-lin-asam klavulanat Furosemide As.amino esensial Kalsium karbonat As.folat As.folat Amlodipin bensilat Indapamid Valsartan Ambroxol Codein Aminophylin Apoetin sefoperazon Dosis 2 x 500 mg Lama pakai 9 hari 2x1 3x1 3x1 3x1 1x1 2 x 5 mg 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari SS SS SS SS SS SS 1x1 1 x 16 mg 1x1 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari 9 hari SS DS SS SS SS SS SS 3x1 2 x 1 gr DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+indapamide CaCO3+indapamide Valsartan+amlodipin bensilat Valsartan terhadap gagal ginjal Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1113040 JK/usia: L/44 thn Lama dirawat: 1 hari DU: ST elevated myocard infark DK: DL: Decomp cordis Sepis Ischaemic heart desease Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas EKG: S T C.HR 115 x / mnt VES frekuensi RPBB komplet RVH Ceftriakson Azitromicin Lasix ISDN Trombo aspilet Fluimycil Sistenol KSR Inf. asering Data laboratorium Obat paten No. MR: 0011631 JK/Usia: L/19 thn Lama dirawat: 1 hari DU: Thallasemia mayor DK: DL: Decomp.cordis Syok kardiogenik Hemosiderosis Komplikasi: pasien meninggal dunia EKG: HR 115 x /mnt PR memanjang Surp HVKa Peresepan Nama generik Dosis regimen Ceftriakson Azitromicin Furosemide Isosorbid dinitrat Asetosal 1 g / 12 jam 1 x 500 mg 1 A / 12 jam 3 x 5 mg Lama pakai 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 2 x 80 mg 1 hari SS Asetilsistein Parasetamol Kalium-klorida Cairan elektrolit 3xCI 3 x 1 k/p 2x1 12 tts / mnt 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari SS SS SS SS Lama pakai 1 hari 1 hari Dosis 1 hari SS K/P 5A 1 hari 1 hari SS SS 1 sub K/P 1 tablet 1 hari 1 hari SS SS Peresepan Nama generik Dosis regimen Lasix I Lasix II Furosemide Furosemide Transfusi PRC - Dexameth. - Lasix Diazepam Dondexin + anti histamin Parasetamol Novalgin Transfusi PRC -Dexamethason -Furosemide Diazepam Difenhidramin kombinasi Parasetamol Antalgin 40 mg 2–4 mg/kgBB/x 5cc/kgBB/hr Dosis SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I *) - - Analisis Peresepan Interaksi K I *) - - Efek samping **) - Efek samping **) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1106270 JK/usia: P/3 bln Lama dirawat: 5 hari DU: Supraventrikuler takikardi DK: Decomp.cordis PJB ASD DL: Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas EKG: HR 214 x /mnt SVT ASD secundum kecil L-R shunt M I sedang T I berat Digoksin Minipress Data laboratorium Obat paten No. MR: 0718776 JK/usia: P/4 thn Lama dirawat: 6 hari DU: Vomitus profuse tanpa dehidrasi DK: DL: Decomp.cordis Komplikasi: - EKG: - Cefotaxim Parasetamol Cupressin Peresepan Nama generik Dosis regimen Digoksin Prazosin 2 x 0,025 mg PC 0,4 mg Peresepan Nama generik Dosis regimen Cefotaksim Parasetamol Delapril 3 x 500 mg 150 mg K/P I x CI Lama pakai 5 hari 1 hari Dosis Lama pakai 6 hari 3 hari 1 hari Dosis DS DS AS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+prazosin - Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - Efek samping **) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1089584 JK/usia: L / 58 thn Lama dirawat: 44 hari DM: Tetanus gr I DL: Decomp.cordis Diabetes mellitus Gangren gigi Komplikasi: - Data laboratorium EKG: - Obat paten Per-oral: Cedocard Radin T. aspilet Neurobion Stugeron Climadan Digestadon Farmachrol Sistenol Novalgin Diazepam Glibenklamid Glucophag Amaxil New diatab Pamol ISDN Non-oral : Inf. Flagyl(+RL) Atropin sulfat Inj.Valium Novalgin Baralgin Lidocain Dalacin C – Peresepan Nama generik Dosis regimen Lama pakai Dosis Isosorbid -dinitrat 3x1 36 hari DS Ranitidin Asetosal Vit. B kompleks Sinarizin Klindamisin Domperidon Aluminium – hidroksida Parasetamol Antalgin Diazepam Glibenklamid Metformin Glimepiride Attapulgit aktif Parasetamol Isosorbid dinitrat 2x1 1x2 3x1 3x1 4x1 1x1 3x1 35 hari 40 hari 43 hari 24 hari 27 hari 10 hari 11 hari SS SS AS SS SS DS SS 9 hari 6 hari 3 hari 1 hari 1 hari 8 hari SS SS SS SS SS SS k/p k/p k/p 1-1-0 2 mg 3x1 1x1 3 x 1, (pengganti cedocard) Metronidazol Atropin sulfat Diazepam Antalgin Antalgin(penggan ti Novalgin) 3 x 300 mg k/p k/p 1 A/24 jam 1 A/24 jam 24 hari DS 8 hari 6 hari SS SS Lidocain hidroklorida Klindamisin 100 mg/1520 mnt 300 mg/6jam 1 hari SS 9 hari SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI phosphat Ekst. Pronalges H2O2 Tarivid tts Metronidazol Inf. Martos+amino vel Valium ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 0120783 JK/usia: P/59 thn Lama dirawat: 1 hari DU: Unstable angina pectoris Decomp.cordis gr II etc. IHD/HHD DK: - DL: HT sta. II Komplikasi: - HR 80 x / 1 menit 1 x sehari 1 x sehari 1 hari 1 hari SS SS 3 x sehari 500mg drip 21 hari 8 hari SS SS Maltosa+as.amino 1 : 1, 2 hari sekali 5 A dalam 500 cc R L 12-12-12 8 hari SS 8 hari SS 3 hari SS Dosis 2x1 Lama pakai 1 hari 3 x 5 mg 2 x 80 mg 2 x 5 mg 1 A/12 jam 1 x 10 mg 320 µg 500 mg 5 mg 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari SS SS AS SS SS AS SS SS Diazepam RL Cairan elektrolit Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Data laboratorium EKG: Ketoprofen Hidrogen peroksida Ofloksasin Metronidazol Aspar K ISDN T. aspilet Diazepam Lasix Simvastatin Ascardia Inj. Antalgin Inj. Valium Kalium Laspartat Isosorbid dinitrat Asetosal Diazepam Furosemide Simvastatin Asetosal Antalgin Diazepam SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1110293 JK/usia: P/70 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Sepsis DK: - DL: Decomp.cordis gr III ec susp.HHD EKG: STC APB jarang Susp LVH HR 120 x /mnt GEA Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas Ceftriakson Parasetamol Domperidon -tab Aspar K Inj.Lasix Inj.Flodex Inj.metronida -zole Inj.gentamyc -in Digoksin Lasix tab Data laboratorium Obat paten No. MR: 1110397 JK/usia: P/25 thn Lama dirawat: 5 hari DU: AIHA tipe campuran DK: DL: Decomp.cordis gr I-II ec AHD AIHA tipe campuran Hiperurisemia Komplikasi: - EKG: STC Inj.Ceftazidime Inj.medixone Inj.sotatic Sistenol lasix Peresepan Nama generik Dosis regimen Ceftriakson Parasetamol Domperidon tab 1 gr/12 jam 3 x 1 K/P 3 x 1 AC Lama pakai 7 hari 2 hari 5 hari Kalium L-aspartat Furosemide Metronidazole Metronidazole 3x1 1 A/12 jam 500 mg/8 jam 500 mg/8 jam 8 hari 6 hari 1 hari 5 hari SS SS Gentamycin 60 mg/ 12 jam 5 hari AS Digoksin Furosemide 2 x ½ tab 1-1-0 3 hari 1 hari SS SS Dosis 1 gr/8 jam 12 gr/6 jam Lama pakai 5 hari 5 hari K/P 1 hari SS K/P 1-0-0 1 hari 5 hari SS SS Peresepan Nama generik Dosis regimen Ceftazidime Metil prednisolon Metokloprami da Parasetamol Furosemide Dosis SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide - Analisis Peresepan Interaksi K I*) - Efek samping**) - Efek samping**) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1108097 JK/usia: L/34 thn Lama dirawat: 8 hari DU: CKD st.V ec susp.GNC DK: - DL: Decomp.cordis gr I/II et causa susp HHD Hipertensi st II Komplikasi: - EKG: STC Hr 110 x / mnt Iskemik interval Inj.lasix Nifedipin Tensivask CaCO3 As.folat Approvel Maintate Peresepan Nama generik Dosis regimen Furosemide Nifedipin Amlodipin bensilat Kalsium karbonat Asam folat Valsartan Bisoprolol Dosis 2 A/ 8 jam 5 mg 1 x 10 mg Lama pakai 8 hari 1 hari 8 hari 3xI 3xI 1 x 150 mg 1 x I (10 mg) 8 hari 8 hari 1 hari 5 hari SS SS SS SS SS DS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+nifedipin Furosemide+amlodipin Furosemide+bisoprolol Furosemide+valsartan Nifedipin+bisoprolol Nifedipin+valsartan Amlodipin+bisoprolol Amlodipin+valsartan Bisoprolol+valsartan - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 0080185 JK/usia: P/67 thn Lama dirawat: 38 hari DU: intra cerebral infarction DK: DL: Decomp.cordis DM II NO Bronchopneumo nia Komplikasi: pasien meninggal dunia EKG: STC Nicholin Neurocet Blopress Farmasol Vasotin Asering Kenalog in ora base Ka En 3 B Digoksin Tensivask Aspar K Ekst. parasetamol Inj.ceftriakso n Metformin Neurotam Polimixin B Peresepan Nama generik Dosis regimen Lama pakai Dosis Citikolin Pirasetam Valsartan Asetosal Dipiridamol Cairan elektrolit Kortikosteroid 2 x 500 mg 4 x 3g 1 x 8 mg 3 x 100 mg 3 x 75 mg 20 tpm 3 x sehari SS SS DS DS DS SS SS Natrium klorida+glukosa Digoksin 20 tpm SS AS Amlodipin bensilat Kalium L-aspartat 1x1 tab (0,25 mg) 1 x 10 mg 3 x 2 tab SS Parasetamol Ceftriakson 1 tab K/P 2 gr/24 jam SS SS Metformin Pirasetam polimiksin 2 x 500 mg 4x3 1 x I tab SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Valsartan+digoksin Valsartan+amlodipin bensilat Digoksin+amlodipin bensilat - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1110353 JK/usia: P/85 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Decomp.cordis gr IV etc. susp.HHD dengan edema pulmo EKG: LVH OMI antero septal DK: DL: CAP resiko IV DM II NO dengan hiperglikemia HT stad.I Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas No. M R: 0996158 JK/usia: P/5 thn Lama dirawat: 8 hari DU: Decomp.cordis DK: DL: Komplikasi: - Data laboratorium EKG: - Lasix Digoksin Cedocard Aspar K Capoten T.aspilet Inj.ceftriakso n Flumycil RL Azithromicin Furosemide Obat paten Ceftriakson Claforan Rocephin Toradol Metoclopramid Transibroncho Kemicetin Cefiksim Aldacton Alinamin F Peresepan Nama generik Dosis regimen Furosemide Digoksin Isosorbid dinitrat Kalium L-aspartat Kaptopril Asetosal Ceftriakson 1-1-0 2x½ 3 x 5 mg 2x1 3 x 12,5 mg 1 x 80 mg 1 gr / 12 jam Lama pakai 8 hari 8 hari 8 hari 4 hari 8 hari 3 hari 5 hari Asetilsistein Natrium laktat Azithromicin Furosemide 3 x CI 3 x 10 unit 1 x 500 mg 1-1-0 5 hari 5 hari 1 hari 1 hari SS SS SS SS Dosis regimen Dosis 500 mg 1 x 500 mg 2 x 500 mg 3 x 15 mg Lama pakai 1 hari 4 hari 4 hari 4 hari k/P 3 x 1 cth 4 hari 4 hari SS SS 5 mg/kg/x 1x½ 3 x 50 mg 4 hari 4 hari 4 hari SS SS SS Peresepan Nama generik Ceftriakson Cefotaksim Ceftriakson Ketorolak trometamol Metoklopramid Ambroxol Kloramfenikol Cefiksim Spironolakton Tiamin tetrahidro –sulfuril disulfida basa Dosis SS SS SS SS SS SS SS SS SS AS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+digoksin Furosemide+kaptopril Digoksin+kaptopril - Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 0376961 JK/usia: P/67 thn Lama dirawat: 4 hari DU: Gagal ginjal terminal DK: DL: Komplikasi: Decomp.cordis Anemia Bronchopneumonia EKG: OMI anterior - CaCO3 As. Folat Approval Radin Theranex Furosemide Nifedipin As.Mefenamat Diabetion Osteocal Ketosteril Imunos Lasix Primperon Cefobid Aminophylin Rocatrol Peresepan Nama generik Dosis regimen Lama pakai 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari Dosis Kalsium karbonat As. Folat Valsartan Ranitidin As. Traneksamat Furosemide Nifedipin As. Mefenamat 3x1 3x1 1x1 2x1 3x1 2x1 1 x 10 mg Besiglukonat Kalsiummagnesium As. Essential Mineral Furosemide Pankreatin Sefoperazon Aminophylin Kalsitrol 1x1 1x1 1 hari 1 hari SS SS 3x1 1x1 1 A/8 jam k/P 1 gr / 12 jam 3x1 1x1 1 hari 1 hari 4 hari 4 hari 4 hari 2 hari 1 hari SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Valsartan+furosemide Valsartan+nifedipin Furosemide+kalsium karbonat Valsartan terhadap gagal ginjal Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1089561 JK/usia: P/23 thn Lama dirawat: 12 hari DU : effusi pleura sinistra etc. specific proses DK: DL: Decomp.cordis gr II etc. cardiomyopathy peripartum Anemia nomositiknormokromik Komplikasi: - EKG: STC Peresepan Nama generik Dosis regimen Ceftriakson Azithromicin Ceftriakson Azithromicin Pavol Atrovent Parasetamol Ipratropium bromida Budesonid Parasetamol Digoksin Digoksin Furosemide Kaptopril Pulmicort Sistenol Lanoxin Digoksin Lasix tab Kaptopril 2 gr / 24 jam 1 x 500 mg(I) 1 x 250 mg 3 x 1 K/P 2 cc 2 cc 3 x 1 K/P ½A 2 x ½ tab 1/2 –0-0 2 x 6,25 Lama pakai 7 hari 7 hari Dosis 1 hari 1 hari SS SS 1 hari 11 hari 1 hari 9 hari 3 hari 3 hari SS SS SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+kaptopril Kaptopril+furosemide - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1067764 JK/usia: L/45 thn Lama dirawat: 15 hari DM : Gagal jantung gr II DU: Gagal jantung gr IV susp. Iskemik heart desease DL: Insufisiensi renal pyelolithiasis dextra post pyelolitektomi Hiperalbuminema Komplikasi: - Data laboratorium EKG: OMI anteroseptal LV strain Obat paten Inj. Lasix Aspar K Inj. Dolana ISDN Kaptopril Laxadin sulfa Ceftriakson T. aspilet Radin Nephrolitotomi Siprofloxadin ext. Diazepam Peresepan Nama generik Dosis regimen 2 A / 8 jam Furosemide Kalium L-aspartat 3 x 1 1 A K/P Tramadol 3 x 5 mg Isosorbid dinitrat 3 x 6,25 mg Kaptopril 3 x 1 Ct Parafin Ceftriakson Asetosal Ranitidin Heksamin 1 gr / 12 jam 2 x 80 mg 1 A / 8 jam 20-1-200 Siprofloksasin 2 x 500 mg Diazepam 2000cc/24 jam Lama pakai 15 hari 15 hari 3 hari 12 hari 12 hari 12 hari 6 hari 12 hari 3 hari 1 hari 4 hari 1 hari Dosis AS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+kaptopril - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Peresepan Nama generik Dosis regimen Obat paten No. M R: 0723488 JK/usia: L/10 bln Lama dirawat: 8 hari DM: Tetralogi fallot DU: Decomp. Cordis DL: Ventrikel –tunggal EKG: Ventrikel tunggal TGA PA Kolateral Atresia – pulmonal Transposisi –arteri besar Identitas Cefotaxim Parasetamol Furosemide Aldacton Spironolakton Ambroxol Avil Ambroxol Feniramin maleat Digoksin Furosemide Ketotifen Cotrimoxazol Digoksin Ekst. Lasix Ketotifen Cotrimoxazol Komplikasi: - ( Lanjutan ) Cefotaxim Parasetamol Lasix I Data laboratorium DU: Decomp.cordis Atrial septal deffect DL: Decomp. cordis Komplikasi: - EKG: ASD secundum basah Dextroposisi 2 x 1/7 tab 3 mg 2 x ¾ tab 2 x 30 mg Peresepan Nama generik Dosis regimen Obat paten No. MR: 0943296 JK/usia: L/54 thn Lama dirawat: 5 hari DM: Bronchopneumonia 3 x 320 mg 3 x 70 mg K/P 1 x 5 mg (I) 2 x 5 mg (II) 1 x ¼ tab (I) 2 x ¼ tab (II) 3 x 2/15 tab 3 x 1/6 tab Lama pakai 7 hari 8 hari 6 hari 1 hari 6 hari 1 hari 3 hari 7 hari 6 hari 1 hari 4 hari 4 hari 4 hari Dosis Dosis SS SS SS SS - Terbutalin sulfat ½ A K/P Lama pakai 3 hari Lasix Digoksin Aldacton Nebulizer – ventrikel Furosemide Digoksin Spironolakton Terbutalin sulfat 20 mg 2 x 0,1 mg 2 x ½ tab ½ A K/P 4 hari 4 hari 3 hari 3 hari Nebulizer bricasma SS SS AS AS AS AS SS SS SS SS SS DS DS DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+spironolakton - Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide - Efek samping**) - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1114971 JK/usia:P/24 th Lama dirawat: 3 hari DM: Decomp.cordis gr IV etc.susp. IHD/HHD EKG: STC HR 140 x / mnt Poor wave progression dd OMI antero septal kardiomyopathi Inj. Lasix Kaptopril ISDN T. aspilet Aspar K Peresepan Nama generik Dosis regimen Furosemide Kaptopril Isosorbid dinitrat Asetosal Kalium L-aspartat 1 A/ 8 jam 2 x 6,25 mg 3 x 5 mg 2 x 80 mg 3x1 Lama pakai 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari Dosis Lama pakai 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari Dosis SS SS DS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+ kaptopril - Efek samping**) - DU: Decomp.cordis gr I-II etc.susp. IHD dd cardiomyopathi DL: Obesitas Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 0503376 JK/usia: P/13 thn Lama dirawat: 7 hari DU: Decomp.cordis Atrial septal deffect secundum HT pulmonal DK: DL: Down syndrome Asthma bronkiale Komplikasi: Down syndrome Asthma bronkiale EKG: Hipertrophi ventrikel kanan dan kiri AV blok derajat I Cefadroxil Digoksin Aminophylin Aldacton Lasix Ambroxol Peresepan Nama generik Dosis regimen Cefadroxil Digoksin Aminophylin Spironolacton Furosemide Ambroxol 2 x 400 mg 2 x 0,1 mg 2 x 60 mg 2 x 12,5 mg 1 x 20 mg 3 x 1 cth DS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+spironolakton - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1087282 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 3 hari DU: ischaemic heart desease EKG: NSR DK: DL: Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1067681 JK/usia: P/12 thn Lama dirawat: 15 hari DU: Demam rematik akut DK: DL: Decomp.cordis Prolaps ringan Komplikasi: - Data laboratorium EKG: Sinus takikardi Fluimycil Digoksin Inj. Lasix Becombion F Primperon Profenid Nebulizer Ventolin Flexotide Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Asetilsistein Digoksin Furosemide Vit.B komplek Pankreatin Ketoprofen Terbutalin sulfat Salbutamol Flutikason propionat 4x1 4x1 Peresepan Nama generik Dosis regimen Asetosal Asetosal Prednison Prednison Ospen Phenoxymetil – penicillin Bisacodil Dulcolax 2 x 1 capsul 1 x ½ tab 1A 2x1 1A 4 x 1 tab (I) 3 x 1 tab (II) 3 x ½ tab (I) 2-1-1 tab (II) 1-1-1 tab (III) 3 x 1 tab (250 mg) 1x1 Lama pakai 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari Dosis Lama pakai 7 hari 8 hari 7 hari 7 hari 1 hari 15 hari Dosis 1 hari SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS DS SS DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide - Analisis Peresepan Interaksi K I*) - Efek samping**) - - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. M R: 1098285 JK/usia: P/5 thn Lama dirawat: 30 hari DM: Decomp.cordis DU: Decomp.cordis DL: DA ventrikel septal deffect Komplikasi: Endokarditis Data laboratorium EKG: - Obat paten Lasix Aldacton Prednison Digoksin Ampicillin Gentamisin Glostrum Dulcolax Cefotaksim Candistin Curvit Parasetamol Avil Peresepan Nama generik Dosis regimen Furosemide Spironolacton Prednison Digoksin Ampicillin Gentamicin Multivitamin Bisacodil Cefotaksim Nistatin Vitamin Parasetamol Feniramin – maleat 1 mg/kgBB 2 x ½ tab 2 mg/kgBB/hr 2 x ¼ tab 4 x 600 mg 2 x 30 mg 1 x cth 1x1 3 x 800 mg 3 x cs 1 x cth 120 mg k/p ½ tab Lama pakai 19 hari 30 hari 1 hari 27 hari 19 hari 29 hari 27 hari 1 hari 8 hari 8 hari 8 hari 1 hari 5 hari Dosis SS SS AS SS AS AS SS SS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+spironolacton - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1072124 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 10 hari DU: CLL DK: DL: Decomp.cordis Komplikasi: - Data laboratorium EKG: STC NSR Ischaemic antero septal Obat paten Sistenol Aspar K Capoten Parasetamol Kalium L-aspartat Kaptopril Inf. KaEN 3B Miovitam Cedocard Allopurinol Lanaxin T. aspilet Kaptopril Q – ten Levichol Urdafark Natrium klorida Dulcolax ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1112316 JK/usia: P/32 thn Lama dirawat: 7 hari DU: Post BMV pada decomp.cordis gr IV etc. MS severe DK: DL: Komplikasi: - EKG: LVH LAH Peresepan Nama generik Dosis regimen Multivitamin Isosorbid dinitrat Allopurinol Digoksin Asetosal Kkaptopril Ubikuinon Multivitamin As.Ursodeoksikolat Bisacodil K /P 2 x 6,25 mg (I) 2 x 12,5 mg (II) 20 tts/1 mnt 2 x 1 tab 1 x 300 mg 1 tab 1 x 1 k/p 3 x 6,25 mg 1 tab 1 tab 1 tab 1 tab Peresepan Nama generik Dosis regimen Lama pakai 10 hari 9 hari 8 hari 2 hari Dosis 9 hari SS 10 hari 7 hari 5 hari 3 hari 7 hari 7 hari 3 hari 1 hari 6 hari 6 hari 1 hari SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS SS Lama pakai Dosis SS SS SS SS Inj. Ceftriakson Lasix Aldacton Fluimycil Inj. Dexamethason Ospen Pralax Ceftriakson Furosemide Spironolacton Asetilsistein 1 gr/ 12 jam ½-0-0 12,5;1-0-0 3 x CI 4 hari 4 hari 6 hari 6 hari SS SS DS SS Dexamethason Phenoxymetil -penicillin Sefalexim 1 A/12 jam 2x1 7 hari 3 hari DS DS 1 x 1 CII 3 hari Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+kaptopril - Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1075906 JK/usia: L/11 thn Lama dirawat: 12 hari DU: Decomp.cordis kiri DK: DL : Penyakit jantung -rematik Mitral stenosis Mitral insufisiensi Komplikasi: - Data laboratorium EKG: Right bundle branch block Atrial fibrilasi - Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Digoksin Lasix Digoksin Furosemide Aldacton Spironolacton Ospen As.Salisilat Prednison Phenoxymetil -penicillin As. Salisilat Prednison Antasida Phenoxymetil -penicillin Antasida Phenoxymetil -penicillin 2 x 0,125 mg 1 x 40 mg 1 x 40 mg, 2 hari sekali 1 x 40 mg 1 x 25 mg 1 x 25 mg, 2 hari sekali 3 x 250mg/hari 3 x 500mg/hari 2 mg/ kgBB/hari 15 tab (5-5-5) K/P 3 x 250 mg Lama pakai 12 hari 9 hari 4 hari Dosis 3 hari 7 hari 4 hari DS SS SS 7 hari SS 11 hari 11 hari SS SS 11 hari 4 hari SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+spironolacton - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1085908 JK/usia: P/5 bln Lama dirawat: 7 hari DU: Decomp.cordis DK: - EKG: Sinus takikardi Ventrikel ekstrim sistole paroxi DL: Dextrocardia , ASD besar, PDA kecil, TI trivial HBO2 Parasetamol Largactil Vitamin B1 KCl Cefotaxim Amikasin Digoksin Peresepan Nama generik Dosis regimen HBO2 Parasetamol Klorpromasin Vitamin Kalium klorida Cefotaxim Amikasin Digoksin 3 x 35 mg 3 x 3,5 mg 2 x 50 mg 3 x 90 mg 3 x 350 mg 2 x 27 mg 0,1 mg/8 jam (I) 0,05 mg/8 jam (I) 0,05 mg (I) 2 x 0,03 mg (II) Lama pakai Dosis 7 hari 7 hari 7 hari 5 hari 6 hari 6 hari 1 hari DS AS SS SS SS AS SS 6 hari SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - Hidrosefalus Conjunctiviti Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 0714317 JK/usia: L/7 thn Lama dirawat: 14 hari DM: Decomp.cordis DU: Decomp.cordis PJB asianotik USD dg endokarditis Komplikasi: - Data laboratorium EKG: - Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Ampicillin Ampicillin 4 x 1 gr Gentamicin Gentamicin 2 x 45 mg INH INH Rifampicin Rifampicin Pirazinamide Pirazinamide 10 mg/kgBB/hari, 1x1 15 mg/kgBB/hari, 1x1 25 mg/kgBB/hari, 2x1 1 x 1, 10 mg Vit B6 Vitamin B6 Lama pakai Dosis 13 hari AS 13 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari DS SS AS AS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas Data laboratorium Obat paten No. MR: 1074618 JK/usia: L/50 thn Lama dirawat: 1 hari EKG: Tall T DM: Penurunan kesadaran etc. encephalitis DU: Penurunan kesadaran etc. encephalitis Lasix Aspar K Peresepan Nama generik Dosis regimen Dosis 1 A/12 jam 2x1 Lama pakai 1 hari 1 hari 1 gr/12 jam 3x1 2 x 250 mg 2x1 1x1 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari SS SS SS SS SS Dosis 1 A/12 jam 2 x 1 tab 3 x 12,5 mg 1 x 100 mg Lama pakai 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 2 x 80 mg 2x1 3 hari 1 hari SS DS Ceftriakson Sistenol Inj. Nicholini Inj. Zeftrix Inj. Tyason Furosemide Kalium Laspartat Ceftriakson Parasetamol Citikolin Ceftriakson Ceftriakson Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen SS DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) - - Efek samping**) - DL: Decomp.cordis gr II etc. susp. cardiomyopathi Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1112927 JK/usia: P/49 thn Lama dirawat: 3 hari DM: Decomp.cordis gr.II etc.susp. IHD/HHD DU: Decomp.cordis gr.II etc.susp. IHD/HHD DL: HT stad.II Komplikasi: - Data laboratorium EKG: Sinus rhythm VPB frekuen LBBB inkomplet Furosemide Aspar K Kaptopril Cordaron T. aspilet Alupent Furosemide Kalium L-aspartat Kaptopril Amiodaron hidroklorida Asetosal Orsiprenalin sulfat SS SS DS DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+kaptopril Furosemide+amiodaron hidroklorida - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1096201 JK/usia: L/1 bln Lama dirawat: 10 hari DU: Decomp.cordis DK: DL: Patent ductus arteriol Data laboratorium EKG: - Insufisiensi mitral anemia Komplikasi: ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 0438726 JK/usia: P/65 thn Lama dirawat: 3 hari DM: Decomp.cordis gr II etc.susp. IHD/HHD Gastroenteritis -akut tanpa dehidrasi DU : Decomp.cordis gr II DL: HHD/IHD Gastroenteritis akut tanpa dehidrasi AFRVRAFNVR Komplikasi: - Obat paten Digoksin Vitaplet Dibekasin Ampicillin Digoksin Multivitamin Dibekasin Ampicillin Avil Cefotaxim Parasetamol Feniramin maleat Cefotaxim Parasetamol Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Data laboratorium EKG: AFNVR 80 x / 1 mnt Peresepan Nama generik Dosis regimen Digoksin Cordaron Kaptopril Ranitidin New diatab ISDN Aspar K Cotrimoxazol Lasix 2 x 1/5 tab 1 x 0,3 cc 2 x 4,5 mg 10 mg/kg/hr, 2 x 175 mg 3 x ¼ tab 2 x 175 mg k/p 50 mg k/p Lama pakai Dosis 10 hari SS SS SS SS 9 hari 9 hari 3 hari 8 hari 5 hari 1 hari - - Efek samping**) - SS SS DS Dosis 1 x ½ tab 1x1 Lama pakai 3 hari 3 hari Attapulgit aktif Isosorbid dinitrat Kalium L-aspartat Cotrimoxazol 3 x 1, 12,5 mg 1 A/8 jam (I) 1 A/12 jam (II) 3x1 3x1 1x1 480 mg, 2 x 2 3 hari 2 hari 1 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari DS SS DS SS DS SS SS Furosemide ½-½-0 2 hari DS Digoksin Amiodaron hidroklorida Kaptopril Ranitidin Analisis Peresepan Interaksi K I*) SS DS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+amiodaron Digoksin+kaptopril Digoksin+furosemide Furosemide+amiodaron Kaptopril+furosemide - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1066903 JK/usia: L/52 thn Lama dirawat: 17 hari DM: Diabetes mellitus DU: Gagal ginjal terminal Diabetes mellitus DK: pasien meninggal dunia Data laboratorium EKG: - Identitas Blopress Norvask Diabetion Vometa Lasix Ketosteril Kaptopril Cefobid Vitacal Komplikasi: Gagal jantung Anemia Edema pulmo ( Lanjutan ) Obat paten Data laboratorium Obat paten No. MR: 1108327 JK/usia: L/38 thn Lama dirawat: 5 hari DM: Decomp.cordis Infeksi sekunder -paru-paru DU: Cor pulmonale Decomp.cordis DK: Cor pulmonale Decomp.cordis Hiperuricemia DL: Penyakit paru obstruktif kronis Komplikasi: Gagal napas EKG: - Peresepan Nama generik Dosis regimen Valsartan Amlodipin bensilat Besi-glukonat Domperidon Furosemide As. Amino essential Kaptopril Sefoperazon Mineral Dosis tidak dicantumkan, maka digunakan dosis dewasa pada standar Peresepan Nama generik Dosis regimen Lama pakai Dosis - SS Lama pakai Dosis Inj. Furosemide Inj. Furosemide 1 A / 24 jam 5 hari SS Inj. Ceftriakson Azitromycin Inj. Ceftriakson Azitromycin 5 hari 5 hari Flumycil Asetilsistein 1 gr / 12 jam 1 x 500 mg (I) 1 x 250 mg (II) 3x1 SS SS SS SS 5 hari Analisis Peresepan Interaksi K I*) Kaptopril+amlodipin Kaptopril+furosemide Valsartan+amlodipin Valsartan+furosemide Amlodipin+furosemide Valsartan terhadap gagal ginjal Analisis Peresepan Interaksi K I*) - Efek samping**) - - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1085116 JK/usia: P/10 thn Lama dirawat: 8 hari DM: Decomp.cordis DU: Sindroma Nefrotik Data laboratorium EKG: - DK: Decomp.cordis ASD II besar PJB asiakotik Sindroma nefrotik ISK DL: Decomp.cordis Inf.saluran kemih Komplikasi: - ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1099914 JK/usia: P/14 thn Lama dirawat: 22 hari DM: DU: Dilated cardiomyopathi DK: DL: Decomp.cordis Hiponetremia Hiperbilirubine mia obstruktif Komplikasi: - Data laboratorium EKG: - Obat paten Peresepan Nama generik Dosis regimen Digoksin Lasix Aldacton Prednison Ampicillin INH Rifampisin Pirazinamid Vitamin B6 Digoksin Furosemide Spironolacton Prednison Ampicillin Isoniazid Rifampisin Pirazinamide Vitamin B6 Obat paten Lasix Digoksin Kaptopril Dobutamin Valium Oralit Vit.B1 Aminoleban 2 x 0,125 mg 2 x 12,5 mg 2 x 12,5 mg 4-3-3 4 x 306 mg 1 x 220 mg 1 x 220 mg 1 x 350 mg 1 x 5 mg/x Peresepan Nama generik Dosis regimen Furosemide Digoksin Kaptopril Dobutamin Diazepam Oralit Vit. B 1 Nutrisi 2 x 400 g 2 x ½ tab 2 x 12,5 mg 4 cc/ jam 1 x 2 mg k/p k/p 2 x 100 mg 2 x ¼ tab Lama pakai 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari 8 hari Lama pakai 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari 22 hari Dosis SS SS SS SS AS SS SS DS SS Dosis DS SS DS SS SS SS SS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Digoksin+furosemide Digoksin+spironolacton - - Analisis Peresepan Interaksi K I*) Furosemide+digoksin Furosemide+kaptopril Digoksin+kaptopril Efek samping**) - Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ( Lanjutan ) Identitas No. MR: 1030235 JK/usia: P/50 thn Lama dirawat: 1 hari DM: CRF DU: Gagal ginjal terminal Diabetes mellitus DK: CRF DL: Komplikasi: Decomp.cordis Asidosis metabolit Anemia Data laboratorium EKG: - Obat paten Blopress Norvask Furosemide CaCO3 As. Folat Natrilix Aqulam Uradium Cyproxin Peresepan Nama generik Dosis regimen Valsartan Amlodipin bensilat Furosemide Kalsium karbonat Asam folat Indapamid Aqulam Uradium Siprofloksasin Dosis 1 x 16 mg 1 x 5 mg Lama pakai 1 hari 1 hari 3x1 3x1 3x1 1x1 1x1 2x1 2x1 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari AS SS SS SS SS SS SS DS SS Analisis Peresepan Interaksi K I*) Valsartan+amlodipin Valsartan+furosemide Valsartan+indapamid Amlodipin+furosemide Amlodipin+indapamid Furosemide+indapamid Keterangan : No. M R JK DM DU DK DL : Nomor Medical Record (rekam medik) pasien rawat inap Rumah Sakit DR.. Sardjito : Jenis Kelamin : Diagnosis Masuk : Diagnosis Utama : Diagnosis Keluar : Diagnosis Lain Valsartan terhadap gagal ginjal Efek samping**) - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HHD : Hipertensi Heart Disease IHD : Ischaemic Heart Disease HT : Hipertensi CKD : Chronic Kidney Disease ISK : Infeksi Saluran Kemih CRF : Chronic Renal Failure PJB : Penyakit Jantung Bawaan ASD : Atrial Septal Deffect GEA : Gastroenteritis Akut AIHA : Auto Immune Haemolytic Anemia AHD : Anemia Heart Disease DM : Diabetes Mellitus CLL : Chronic Limphocyt Leucek BMV : Balening Mitral Valvuloplasthy PDA : Patent Ductus Arteriosus UAP : Unstable Angina Pectoris K I*) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang kontraindikasi terhadap penyakit gagal jantung pasien atau kondisi-kondisi khusus yang menyertainya seperti yang tersebut dalam hasil diagnosis, (contoh : valsartan kontraindikasi terhadap kondisi khusus gagal ginjal yang menyertai gagal jantung pasien). Efek samping**) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang mampu memperparah kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis, (contoh : kaptopril yang akan memperburuk kondisi anemia yang menyertai gagal jantung pasien). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI