plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER BERDASARKAN
TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN EFEK
SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI - DESEMBER
TAHUN 2003
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh
Dewi Anggraini
008114073
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persembahanku
“ Saya rindu untuk melakukan suatu pekerjaan yang besar
dan mulia, namun tugas utamaku adalah menyelesaikan
tugas-tugas yang kecil, sederhana dengan tekun “.
(Hellen Keller)
Kupersembahkan karya kecil ini bagi Kemuliaan Tuhan
Bagi Bapak dan Ibuku tercinta atas semua cinta, doa, dan dukungannya
Bagi kakakku Eva dan adikku Fitria tersayang atas perhatian, dukungan, dan
doanya
Untuk Almamaterku tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi berjudul “ POLA PERESEPAN OBAT KARDIOVASKULER
BERDASARKAN TINJAUAN DOSIS, INTERAKSI, KONTRAINDIKASI, DAN
EFEK SAMPING OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI INSTALASI
RAWAT INAP RSUP Dr. SARDJITO PERIODE JANUARI – DESEMBER
TAHUN 2003 “
Skripsi ini disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat
menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak
lepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin
berterima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberi ijin kepada penulis.
2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membagi pengetahuan dan memberikan banyak masukkan juga kesempatan
berdiskusi serta keramahannya kepada penulis.
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta
kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
4. Drs. Mulyono, Apt. sebagai dosen penguji atas kesediaannya menguji serta kritik
dan saran yang membangun kepada penulis juga keramahannya yang mampu
mencairkan suasana.
5. Ibu dan Bapak tercinta di rumah atas kasih sayang, doa, pengertian, kesabaran,
serta kerja kerasnya demi keberhasilanku.
6. Kakakku Eva Kristanti tersayang atas cinta, doa, dukungan serta persaudaraannya
yang indah.
7. Adikku Fitria Indriani tersayang atas cinta, doa dan dukungannya.
8. Bu Lik ku terkasih Theresia Semiyati untuk cinta, doa, perhatian serta
dukungannya.
9. Kakak iparku Agustinus Hardi Prasetyo untuk doa, dukungan serta kritik dan
sarannya.
10. Para anggota PABELI : Betha, Martha, Tri, Wanda, dan Yayuk atas cinta kasih,
doa, dukungan serta persahabatan yang indah dan tak terlupakan, juga untuk
seorang sahabat yang setia Tami.
11. Para penghuni “nDalem Keputren Cakruk” Effie, Ika, Pipit, Ratih, Mbah Biji, Bu
Camat, nCie, Mama Joni, Anas, Yuli, Fajar “Angel elga”, dan Ninok untuk
dukungan, doa, persahabatan serta canda tawa yang selalu mewarnai hariku.
12. Retha, mantan anak kost yang selalu ingat padaku, makasih atas perhatiannya.
13. Teman-teman seperjuangan yang begitu semangat mendukungku Dodi, Raul,
Uyung, Benny, Martha.
14. Ibu dan Bapak kostku, Mbak Ika, Mbak Anna, dan Para “Dul” untuk saat-saat
yang menyenangkan.
15. Diriku sendiri atas cinta, harapan, kesetiaan, pengertian, dan kerjasamanya.
16. Wisa Abraham Sang Motivator Sejatiku untuk cinta, harapan, kesetiaan, doa serta
semangatnya terutama di saat-saat kritisku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17. Untuk Aang, makasih berat atas kerjasama dan waktunya.
18. Sahabat sejati yang bagaikan bayanganku sendiri Asia Looks, Antara Mahal,
Amuro Amo, Danza Muso, Cisse Sussmex, Agastya Rao, dan AP.
19. Ardian “Mr. Saint” Aiden untuk pengorbanan, kesetiaan, dan pencerahannya.
20. Wayan Abraham, untuk cinta, kesetiaan, doa, dan dukungannya .
21. Teman-teman dunia maya yang senantiasa memberikan warna-warni dalam
perjalanan hidupku.
22. Teman-teman dunia “Quantum Cosmos” atas kesetiaannya dan penghiburannya.
23. Teman-teman platonikku yang selalu membuatku merasa lebih “hidup”.
24. Seluruh keluarga dan teman-teman terkasih yang selalu menjadi penyemangatku.
25. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu segala kritik dan sumbang saran dari pembaca sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua.
Yogyakarta, 07 Maret 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat
karya orang lain atau bagian dari karya orang lain kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 07 Maret 2007
Dewi Anggraini
NIM : 008114073
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Gagal jantung perlu diwaspadai sedini mungkin. Hal ini dikarenakan gagal
jantung berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi. Selain itu
gagal jantung juga merupakan penyakit yang mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Beberapa tahun
terakhir ini gagal jantung tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia tapi juga pada
orang dewasa bahkan pada anak-anak meskipun dengan skala yang kecil. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien gagal jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan mengetahui pola peresepan obat
kardiovaskuler pada pasien gagal jantung berdasarkan tinjauan golongan, jenis dan
dosis obat yang diberikan, meninjau kemungkinan terjadinya interaksi,
kontraindikasi dan efek samping obat.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan
deskriptif non-analitik. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan data secara non-analitik.
Bahan yang digunakan adalah catatan medik pasien gagal jantung yang menjalani
rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2003. Dalam penelitian ini
diperoleh data sebanyak 40 kasus yang terdiri dari 62,5% pasien perempuan dan
37,5% pasien laki-laki. Berdasarkan kelompok usia, 10% pasien infant, 20% pasien
anak-anak, 5% pasien remaja, 20% pasien dewasa, 22,5% pasien usia pertengahan,
20% pasien lanjut usia dan 2,5% pasien lansia tua. Pasien yang diberikan obat
kardiovaskuler dalam terapinya sebanyak 95%, tidak diberikan obat kardiovaskuler
dalam terapinya 5%. Berdasarkan kesesuaian dosis dengan IONI 2000, 50% jenis
obat sesuai, 50% jenis obat tidak sesuai. Interaksi yang kemungkinan terjadi
sebanyak 186,8%. Obat kardiovaskuler yang kontraindikasi dengan kondisi pasien
yaitu valsartan. Obat kardiovaskuler yang kemungkinan menimbulkan efek samping
atau memperparah kondisi pasien yaitu kaptopril.
Kata kunci : Gagal Jantung, Pola Peresepan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Heart Failure must be cautioned early since it is related to a very high
morbidity and mortality rate. In addition, such a disease has a relatively high
prevalence not only in Indonesia but also in other countries. In recent years, heart
failure is not only found among people of old age but also among adults, even, in
small degree, among children. This study aimed to find out characteristic of patients
with heart failure who were hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito,
Yogyakarta, and the patterns of prescribed cardiovascular drugs viewed from their
class, types, and dosage; and to examine the possibility of their interaction, counterindicators, and side effects.
This study was an observational one using a non analytical-descriptive
design. It was carried out in three stages, i.e., planning, data collection, and nonanalytical data processing. The materials for this study consisted of Medical Record
of patients with heart failure hospitalized in Central General Hospital of Dr. Sardjito,
Yogyakarta, in 2003. Its data were obtained from 40 cases, 62.5% female and 37.5%
male patients. Based on the age classifications, the patients comprised of 10%
infants, 20% children, 5% teenagers, 20% adults, 22.5% middle-aged, 20% old, and
2.5% very old. The proportion of patients treated with cardiovascular drugs in their
therapy was 95%, and those without cardiovascular drugs was 5%. Based on the
dosage compliance with IONI 2000, 50% of the drugs were consistent and 50% were
inconsistent with IONI 2000. The likelihood of interaction was 186.8%. The
cardiovascular drug, which was contraindicative to patient condition, was Valsartan.
While the drug which most likely to generate side effects or aggravated patient
condition was Captopril.
Key words: heart failure, prescription pattern.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PRAKATA.................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vii
INTISARI...................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi
BAB I.
PENGANTAR .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 6
A. Anatomi Fisiologi Jantung ...................................................... 6
B. Gagal Jantung.......................................................................... 9
C. Evaluasi Peresepan.................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 28
B. Definisi Operasional ............................................................... 29
C. Lokasi Penelitian..................................................................... 30
D. Bahan dan Alat Penelitian....................................................... 30
E. Subyek dan Penetapan Subyek ............................................... 31
F. Jalannya Penelitian.................................................................. 31
G. Tata Cara Analisis Hasil.......................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34
A. Karakteristik Pasien ................................................................ 34
B. Golongan dan Jenis Obat ........................................................ 36
C. Kajian Pola Peresepan............................................................. 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 56
A. Kesimpulan ............................................................................. 56
B. Saran........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58
LAMPIRAN.................................................................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. …………………………………………………………………………..25
Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa obat
kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel II…………………………………………………………………………...27
Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel II…………………………………………………………………………...27
Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
Tabel III. …………………………………………………………………………34
Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
DR.Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel IV. ………………………………………………………………………...35
Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP DR. Sardjito Tahun
2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric
(Izenberg, N. M.D., 2000)
Tabel V. ………………………………………………………………………….36
Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel VI. ………………………………………………………………………...37
Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel VII. ………………………………………………………………………..41
Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel VIII. ……………………………………………………………………….43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel IX. ………………………………………………………………………...43
Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel X. ………………………………………………………………………….44
Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel XI. ………………………………………………………………………...45
Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada Pasien
Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
Tabel XII. ………………………………………………………………………..46
Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XIII. ……………………………………………………………………….46
Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler pada
Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XIV. ………………………………………………………………………47
Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
DR. Sardjito Tahun 2003
Tabel XV. ………………………………………………………………………..47
Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito
Tahun 2003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Jantung (exterior view)………………………………. 7
Gambar 2. Anatomi Jantung (inferior view)…………………………………. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ……………………………………………………………………..60
Daftar Jenis Obat-Obat KardiovaskulerYang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis
dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat
Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
Lampiran 2 ……………………………………………………………………..62
Standar Pelayanan Medik RSUP DR. Sardjito
Lampiran 3 …………………………………………………………………….68
Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Penelitian
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian segala jenis
usia (Panjaitan, 1991) dan gagal jantung adalah salah satu penyakit kardiovaskuler
yang paling kompleks dan sangat sulit untuk diatasi (Lefrandt, 1996) yang paling
tinggi prevalensinya (Hidayati, 2001).
Meskipun menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) dalam simposium “Late
Breaking News in Heart Failure” 17 Februari 2001 menyatakan bahwa insiden
penyakit gagal jantung semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
harapan hidup penduduk, ironisnya menurut Woo (cit., Hidayati, 2001) dalam
seminar sehari mengenai " Penanganan Masalah Jantung " 27 April 1996 selain
meningkat pada kelompok usia 40 tahun, juga mulai meningkat pada kelompok usia
dini. Meski masih dalam skala yang kecil, kelainan jantung bawaan sejak lahir –
bahkan sejak dalam kandungan – menjadi masalah yang serius bagi pengembangan
sumber daya manusia. Beberapa data pada kasus kelainan jantung bawaan
menunjukkan kebanyakan kematian justru terjadi pada bulan-bulan awal kehidupan
bayi yang menunjukkan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Sani (cit., Hidayati, 2001)
mengatakan penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
di RS. Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini dimulai pada tahun 1997 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248 kasus, kemudian melaju pesat hingga mencapai puncak pada tahun 2000 dengan
532 kasus.
Pengurangan aktivitas fisik pada kasus gagal jantung sedang dan istirahat
total di tempat tidur pada kasus gagal jantung parah adalah dasar dari
penatalaksanaan gagal jantung itu sendiri. Mengurangi jumlah makanan, atau setiap
usaha yang dilakukan haruslah diupayakan untuk mengurangi kecemasan pasien.
Istirahat secara fisik dan secara emosional dimaksudkan untuk mengurangi tekanan
arteri, mengurangi kerja otot pernapasan, memperlambat denyut jantung, dan untuk
mengurangi muatan kerja pada miokardium. Pasien dengan gagal jantung hendaknya
beristirahat di rumah atau lebih baik di rumah sakit untuk satu atau dua minggu dan
dilanjutkan untuk beberapa hari lagi setelah kondisi pasien benar-benar stabil
(Braunwald, 2000).
Kegagalan jantung merupakan keadaan umum yang berkaitan dengan
morbiditas dan mortalitas yang sangat tinggi (Woodley, 1995) yang sering dijumpai
dalam praktek sehari-hari sebagai suatu kegawatan medik yang membutuhkan
pengenalan dan penanganan secara dini (Kisworo, 1996).
Berdasarkan pernyataan di atas maka penggunaan obat kardiovaskuler pada
pasien gagal jantung perlu mendapatkan perhatian serta pengawasan yang lebih dari
tenaga kesehatan yang menangani pasien. Hal ini mendorong peneliti untuk
mengetahui karakteristik dan pola peresepan pada pasien gagal jantung di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan di bawah ini.
a. Apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien
gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis?
b. Apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler?
c. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis?
d. Apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping
atau memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang
menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, sudah pernah
dilakukan penelitian mengenai penyakit gagal jantung. Penelitian ini dilakukan oleh
Susilowati (2002) mengenai evaluasi dosis, interaksi, dan kontraindikasi peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien geriatri gagal jantung di instalasi rawat inap RSPR.
Evalusi dilakukan dengan membandingkan peresepan obat kardiovaskuler dengan
standar IONI tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan oleh Susilowati
adalah deskriptif non-analitik. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dengan studi dokumentasi lembar rekam medik. Data yang diambil adalah data
rekam medik pasien rawat inap di RSPR selama periode Januari-juni tahun 2000.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini
peneliti mengevaluasi dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping peresepan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito berdasarkan IONI 2000. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah
deskriptif non-analitik, pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan studi
dokumentasi lembar catatan medik. Data yang diambil adalah data salinan resep dan
data lembar catatan medik pasien rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2003.
Sejauh ini penelitian mengenai pola peresepan obat kardiovaskuler berdasarkan
tinjauan dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek samping obat pada pasien gagal
jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito belum pernah dilakukan di
kalangan Universitas Sanata Dharma.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung.
b. Manfaat praktis.
Hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai dosis, interaksi,
kontraindikasi, dan efek samping obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung
dapat memberikan masukan untuk pengembangan peresepan obat kardiovaskuler.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan obat
kardiovaskuler untuk penyakit gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito periode januari - desember tahun 2003.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengevaluasi :
a. apakah obat kardiovaskuler dalam peresepan obat kardiovaskuler untuk pasien
gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito sudah tepat dosis
b. apakah terjadi interaksi dalam peresepan obat-obat kardiovaskuler
c. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis
d. apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan menimbulkan efek samping atau
memperparah kondisi gagal jantung pasien atau kondisi khusus yang menyertai
gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Jantung
Jantung kira-kira sebesar kepalan tangan, terletak didalam rongga dada, yang
disebut rongga thoraks, disebelah kiri garis tengah rongga dada (Knight, et al., 1989).
Beratnya pada orang dewasa kira-kira mencapai 320 gram pada laki-laki dan 280
gram pada perempuan (Mutscler, 1995).
Jantung dapat diibaratkan sebagai pompa berganda, yang terdiri dari bagian
kanan dan kiri. Bagian kanan memompa darah dari tubuh ke paru-paru, sedangkan
bagian kiri memompa darah dari paru-paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari 2
kompartimen: di atas serambi (atrium) dan di bawah bilik (ventriculus). Antara
serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan pembuluh besar. Fungsi
keempat katup ini adalah menjamin darah mengalir ke hanya satu jurusan (Tjay dan
Raharja, 2002).
Atrium dipisahkan oleh septum atrium. Atrium kanan terhubung dengan vena
cava dan atrium kiri oleh arteri pulmonar (Mutscler, 1995). Dalam Ganong (1995)
dikatakan bahwa jantung dipisahkan dari organ dalam lain di rongga dada oleh
perikardium. Miokardium sendiri ditutupi oleh epikardium fibrosa. Kantung
perikardium dalam keadaan normal mengandung 5-30 ml cairan jernih yang
melumasi jantung dan membuatnya berkontraksi dengan friksi minimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1. Anatomi Jantung (Anonim, 2007)
Fungsi peredaran darah adalah penyaluran oksigen dan zat-zat gizi lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme ke jaringan dan organ. Darah yang miskin O2 dan
kaya CO2 melalui vena masuk kembali ke jantung di serambi kanan dan mengalir ke
bilik kanan. Dari sini, darah diteruskan ke paru-paru, di mana darah melepaskan
karbondioksidanya dan menyerap oksigen (sirkulasi kecil). Darah kaya O2 lalu
mengalir kembali ke serambi kiri dan melalui bilik kiri dipompa ke aorta dan organ
tubuh, inilah yang disebut sirkulasi darah besar (Tjay dan Raharja, 2002).
Demikianlah darah dikirimkan
ke atrium di sebelah kanan melalui pembuluh-
pembuluh utama yang disebut vena cava. Ini adalah darah yang dikumpulkan dari
seluruh bagian tubuh pada saat itu, lalu dilimpahkan ke atrium (Knight, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2. Anatomi Jantung (Anonim, 2007)
Masih dalam Tjay dan Raharja (2002) pada setiap denyutan dapat dibedakan
dua fase, yakni diastol, di mana otot jantung melepaskan diri dan biliknya terpenuhi
darah vena. Kemudian menyusul sistol, di mana otot jantung menguncup (kontraksi)
sebagai reaksi terhadap diastol, sehingga darah dipompa ke luar jantung dan ke
dalam arteri.
Menurut Ganong (1995), bagian-bagian jantung yang secara normal
berdenyut dengan urutan teratur, kontraksi atrium (sistol
atrium) diikuti oleh
kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam
keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang
khusus dan menyebar, melalui sistem ini kesemua bagian otot jantung. Struktur yang
membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
simpul di atrium, simpul atrioventrikular (simpul AV), berkas His dan cabangcabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada
keadaan abnormal, bagian-bagian otot jantung mampu mengeluarkan listrik spontan.
Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat,
depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara
spontan. Simpul SA merupakan pacu jantung normal. Kecepatan mengeluarkan
listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA
berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan
sepanjang cabang-cabang berkas-berkas His melalui sistem purkinje ke otot
ventrikel.
B. Gagal Jantung
1. Definisi
Gagal jantung secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dan metabolisme tubuh. Definisi lain
adalah suatu keadaan curah jantung (kemampuan jantung memompa darah) yang
relatif kurang dibandingkan kebutuhan metabolisme tubuh, meskipun aliran darah
balik cukup memadai (Kisworo, 1996). Istilah gagal jantung menurut Wells (2003)
lebih baik daripada istilah gagal jantung kongestif sebab penderita bisa mempunyai
gejala klinis dari gagal jantung meski tanpa gejala kongesti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Patofisiologi
Sindroma klinik kegagalan jantung berujud sebagai hipoperfusi organ dan
pemberian oksigen ke jaringan yang tak mencukupi karena curah jantung rendah dan
penurunan daya cadangan jantung (kegagalan ke depan) maupun pembendungan
paru dan vena (kegagalan ke belakang). Terdapat beberapa macam adaptasi yang
bersifat kompensasi, yaitu:
a. peningkatan volume (dilatasi) dan massa (hipertrofi) ventrikel kiri
b. peningkatan resistensi vaskular sistemik (RVS) akibat peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatik dan kenaikan kadar katekolamin-katekolamin yang beredar
(pada sirkulasi darah) dan
c. aktivitas sistem renin-angiotensin dan vasopressin (Anti Diuretik Hormon =
ADH).
Mekanisme-mekanisme sekunder ini bersama dengan “ kegagalan pompa jantung “
yang sebenarnya memainkan peranan dalam patofisiologi kegagalan jantung
(Woodley, 1995).
3. Gejala dan tanda
Menurut Knight (1989), gejala-gejala utama kegagalan kerja kongestif yang
mempengaruhi sistem peredaran darah sebelah kiri maupun sebelah kanan adalah
sebagai berikut ini :
a. sesak napas adalah tanda pertama. Istilah untuk sesak napas ialah dyspnea.
Mula-mula timbul hanya pada waktu kerja keras tetapi apabila kemampuan
jantung menurun maka dyspnea meningkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. haemoptysis adalah istilah untuk batuk bercampur darah yang merupakan gejala
khas gagal jantung
c. gejala khas lainnya ialah edema, atau akumulasi cairan pada bagian-bagian yang
bergantung pada bagian lain, dan memberi indikasi jantung sebelah kanan sudah
kurang kemampuannya
d. gejala lain yang mungkin tampak ialah lesu dan kehabisan tenaga. Kadangkadang bibirnya kebiru-biruan dan ujung-ujung bagian tubuh menunjukkan
kurangnya oksigen.
Menurut Nelson (cit., Wahab, 1996) bahwa pada anak-anak, gejala dan tandatanda gagal jantung serupa dengan gejala dan tanda-tanda pada orang dewasa
sedangkan pada bayi, gejala dan tanda gagal jantung mungkin lebih sukar ditentukan.
Manifestasi yang paling menonjol adalah takipnea, kesukaran makan, pertambahan
berat buruk, keringat berlebihan, iritabilitas, nangis lemah, dan pernapasan yang
berisik, berat dengan retraksi interkostal, dan subkostal serta cuping hidung
mengembang.
4. Diagnosis
Kegagalan jantung hendaknya dicurigai berdasarkan karakteristik gejala dan
tanda.
Ventrikular
hipertrofi
dapat
ditunjukkan
dengan
sinar
x
atau
elektrokardiogram.
Menurut Karo Karo (cit., Hidayati, 2001) yang paling lazim digunakan untuk
menegaskan diagnosis adalah sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh The New York
Heart Association (NYHA) yaitu sistem klasifikasi fungsional (Wells, 2003):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. NYHA I, berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada aktivitas biasa
b. NYHA II, dalam aktivitas normal menimbulkan kelelahan dan aktivitas fisik
sedikit terbatas
c. NYHA III, ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan
melakukan aktivitas
d. NYHA IV, di mana keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat
pada aktivitas ringan.
5. Faktor resiko
Ada dua kelompok faktor resiko bagi penyakit gagal jantung yaitu, faktor resiko
yang bisa dikendalikan dan faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan.
Faktor resiko yang bisa dikendalikan meliputi mayor (kolesterol darah tinggi,
tekanan darah tinggi, dan perokok) dan minor (tekanan emosi, kurang gerak badan,
obesitas, pribadi tipe A, diabetes). Faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan
meliputi usia, jenis kelamin, serta genetik (Shryok and Hardinge, 2003). Sedangkan
menurut Meece (2003) diabetes bukan lagi merupakan faktor resiko gagal jantung
melainkan sebagai faktor yang terlibat dalam patofisiologi gagal jantung.
6. Sasaran Terapi
Gagal jantung pada dasarnya merupakan suatu sindrom klinik yang dapat
disebabkan oleh berbagai keadaan, sebagai berikut :
a. Beban kerja yang berlebihan
1) kenaikan tahanan terhadap aliran keluar darah dari ventrikel (pressure
overload) seperti pada stenosis aorta atau pulmonal, hipertensi (sistemik atau
pulmonal), koartasio aorta, dan kardiomiopati hipertrofi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) kenaikan beban volume ventrikel akibat pengisian secara berlebihan (volume
overload) seperti dapat terjadi pada insufisiensi mitral atau trikuspidal,
insufisiensi aorta, serta penyakit jantung bawaan dengan pirau (shunt) dari
kiri ke kanan.
3) kenaikan kebutuhan tubuh yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan
jantung sehingga menyebabkan gagal jantung dengan curah jantung yang
tinggi (high output failure). Keadaan ini dapat terjadi pada kasus anemia,
tirotoksikosis, fistula arteriovenosa, dan kor pulmonal hipoksik.
b. Kelainan miokardium: infark miokardium, kardiomiopati, penyakit-penyakit
infiltrasi seperti hemokromatosis, amiloidosis, sarkoidosis, dan miokarditis. Pada
keadaan ini fungsi jantung mengalami penurunan akibat kelainan pada otot
jantung tersebut.
c. Kerusakan miokardium iatrogenik akibat radiasi atau obat (doksorubisin)
(Kisworo, 1996).
7. Strategi Terapi
Tujuan utama pengobatan gagal jantung
adalah mengurangi gejala akibat
bendungan sirkulasi, memperbaiki kapasitas kerja dan kualitas hidup, serta
memperpanjang harapan hidup. Untuk itu pendekatan awal adalah memperbaiki
berbagai gangguan yang mampu pulih untuk menghilangkan beban kardiovaskuler
yang berlebihan, misalnya mengobati hipertensi, mengobati anemia, mengurangi
berat badan, atau memperbaiki stenosis aorta. Gagal jantung yang tetap bergejala
walaupun penyakit yang mendasarinya telah diobati memerlukan pembatasan
aktivitas fisik, pembatasan asupan garam, dan obat (Bustami dan Muchtar, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Kelompok usia bayi-remaja
Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini menurut
Nelson (cit., Wahab, 1996) adalah :
1). digitalis
Digoksin merupakan glikosida digitalis yang paling sering digunakan pada
penderita pediatri. Waktu paruhnya 36 jam cukup lama untuk memungkinkan
pemberian setiap hari atau dua kali sehari dan cukup pendek untuk membatasi
pengaruh toksik dari kelebihan dosis. Digoksin diserap dengan baik oleh saluran
gastrointestinal (60-85%), pada bayi sekalipun.
Digitalisasi cepat bayi dan anak pada gagal jantung dapat dilakukan secara
intravena. Terapi digitalis rumat dimulai sekitar 12 jam sesudah digitalisasi penuh.
Penderita yang tidak sakit berat dapat didigitalisasi pada mulanya melalui mulut.
2). diuretik
Furosemid adalah diuretik yang paling sering digunakan pada penderita dengan
gagal jantung. Penderita yang memerlukan diuresis akut harus diberikan
furosemid intravena atau intramuskuler pada dosis awal 1-2 mg/kg. Hal ini
biasanya menyebabkan diuresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama
jika ada gejala kongestif paru. Terapi furosemid lama diresepkan pada dosis 1-4
mg/kg/24 jam diberikan anatara 1 dan 4 kali sehari.
Spironolakton merupakan inhibitor aldosteron dan memperbesar retensi
kalium. Biasanya diberikan secara oral 2-3 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi 2-3
kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Klorotiazid kadang-kadang juga digunakan untuk diuresis pada anak dengan
gagal jantung kongestif kurang berat. Dosis biasanya adalah 20-50 mg/kg/24 jam
dalam dosis terbagi
3). obat pengurang beban pasca
Kelompok obat ini berguna terutama pada anak dengan gagal jantung
kongestif akibat kardiomiopati dan pada beberapa penderita dengan insufisiensi
mitral atau aorta berat. Obat pengurang beban pasca paling sering digunakan
bersama dengan obat-obat anti kongestif lain, seperi digoksin dan diuretik.
Nitroprusid harus diberikan hanya pada pelayanan di ruangan intensif dan
dalam jangka sependek mungkin. Bila diberikan pada dosis tinggi selama beberapa
hari, gejala-gejala keracunan akibat racun tiosianat dapat terjadi, seperti kelelahan,
nausea, kehilangan orientasi, dan spasme otot.
Dosis hidralazin oral yang biasa adalah 0,5-7,5 mg/kg/24 jam dalam tiga
dosis terbagi. Reaksi yang merugikan dari hidralazin adalah nyeri kepala, palpitasi,
nausea, dan kadang muntah.
Kaptopril merupakan penghambat enzim-pengubah-angiotensin yang aktif
secara oral yang menyebabkan dilatasi arteri yang mencolok dengan memblokade
produksi angiotensin II, berakibat pengurangan beban pasca yang bermakna. Dosis
oral adalah 0,5-6 mg/kg/24 jam diberikan pada dosis terbagi 2-3 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4). agonis adrenergik β
Dopamin pada dosis 2-10 µg/kg/menit, menyebabkan kenaikan kotraktilitas
dengan sedikit pengaruh vasokontriktif perifer. Namun, jika dosis ditambah diatas 15
µg/kg/menit, pengaruh adrenergik α perifernya dapat menyebabkan vasokonstriksi.
Dobutamin, derivat dopamin, dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi
dopamin untuk menghindari pengaruh vasokonstriksi dopamin dosis-tinggi.
5). penghambat fosfodiesterase
Amrinon diberikan dengan dosis pembebanan awal 0,75 mg/kg secara
intravena disertai infus intravena 5-10 µg/kg/menit.
b. Kelompok usia dewasa-lansia
Obat-obat kardiovaskuler yang digunakan pada kelompok usia ini adalah :
1). ACE inhibitor
ACE inhibitor menyebabkan dilatasi vena dan arteri, mengurangi preload dan
afterload. Semua pasien yang didiagnosa mengalami disfungsi ventrikel kiri, gejalagajala ringan, harus diberikan terapi ACE inhibitor, kecuali mereka yang di
kontraindikasikan atau pasien yang intoleran terhadap ACE inhibitor (Wells, 2003).
2). penyekat β
Pada penanggulangan penyakit jantung atau gagal jantung, umumnya dipakai
penyekat beta dengan sifat selektif beta 1. Mengingat, efek aktivitas adrenergik yang
kronik pada gagal jantung adalah terjadi subsensitivitas pada alur adrenergik
miokardial. Akibat aktivitas adrenergik kardial yang kronik pada gagal jantung
adalah desensitisasi, yang menurunkan densitas reseptor adrenergik beta 1 pada
permukaan sel miokardial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kehilangan sensitivitas ini merupakan tanda bahwa telah terjadi down
regulation dari reseptor beta 1. Pemberian obat penyekat beta yang bersifat selektif
beta 1 akan memperbaiki regulasi reseptor beta 1 (up regulation) (Lefrandt, 1996).
3). diuretik
Mekanisme kompensator pada gagal jantung menyebabkan terjadinya retensi
air dan kalium, sehingga sering menyebabkan terjadinya kongesti paru. Oleh sebab
itu terapi diuretik di indikasikan untuk pasien yang terbukti mengalami retensi
cairan.
Diuretik tiazid termasuk diuretik lemah yang bisa diberikan sendiri, meskipun
demikian tiazid atau diuretik mirip tiazid bisa juga diberikan sebagai kombinasi
bersama diuretik kuat, jika diperlukan.
Diuretik kuat adalah diuretik yang paling banyak digunakan pada terapi gagal
jantung (Wells, 2003).
4). digoksin
Masuk dalam golongan glikosida jantung, memperkuat daya kontraksi
jantung yang lemah, sehingga memperkuat fungsi pompa. Sering kali diuretika
dikombinasikan dengan digoksin, yang juga berdaya mengatasi resistensi diuretika
dengan jalan memperbaiki volume-menit jantung. Zat-zat inotropik positif lainnya,
seperti dopaminergik (dopamin, ibopamin, dan lain-lain), tidak dianjurkan karena
kerjanya terlalu kuat tanpa memiliki efek kronotrop negatif. Obat-obat ini hanya
digunakan i.v pada keadaan akut (shock jantung, dan sebagainya). Penghambat
fosfodiesterase pun tidak dianjurkan berhubung efek buruknya terhadap sel-sel
jantung (Tjay dan Raharja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5). antagonis aldosteron
Spironolakton adalah salah satu penyekat aldosteron yang menghasilkan efek
diuretik hemat kalium yang lemah. Hal ini telah dipelajari dalam gagal jantung
karena aldosteron adalah suatu neurohormon yang memainkan peranan penting
dalam pembentukan ulang ventrikular dengan cara menyebabkan peningkatan
deposisi kolagen dan jaringan fibrosis (Wells, 2003).
6). angiotensin II receptor blocker
Pada pasien gagal jantung yang tidak dapat mentoleran ACE inhibitor,
penggunaan antagonis angiotensin II receptor blocker dapat diberikan (Braunwald,
2001).
7). nitrat dan hidralazin
Menurut Carbajal dan Deedwania (cit., Crawford, 1995) vasodilator
digunakan dalam perawatan gagal jantung pada pasien yang masih memiliki gejalagejala gagal jantung setelah pemberian diuretik dan digitalis. Vasodilator digunakan
secara khusus pada pasien dengan dilatasi ventrikel kiri, normal atau peningkatan
tekanan darah sistemik, peningkatan daya tahan vaskular sistemik, atau regurgitasi
valvular. Secara umum, obat-obat vasodilator ini dibagi menjadi vasodilator yang
beraksi sebagai vasodilator vena, vasodilator arteri, dan gabungan keduanya. Obatobat vasodilator ini juga secara luas dibagi menjadi vasodilator aksi langsung
(seperti, nitrat, hidralazin, minoksidil, nitroprusside) atau vasodilator antagonis
neurohumoral (seperti, penghambat ACE, penyekat adrenoreseptor alfa dan beta,
antagonis serotonin), yang menyekat aksi vasokonstriksi agen neurohumoral dan
tidak memiliki aksi langsung vasodilator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam terapi gagal jantung, nitrat dan hidralazin digunakan sebagai
kombinasi karena aksi hemodinamiknya yang saling melengkapi (Wells, 2003).
8). antiaritmia
Amiodaron adalah antiaritmia yang paling sering digunakan dalam terapi gagal
jantung. Amiodaron direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan aritmia
ventrikel, selain penggunaan alat defibrilator cardioverter, amiodaron bisa diberikan
sebagai terapi alternatif (Wells, 2003). Ironisnya menurut Braunwald (2002), semua
antiaritmia memiliki efek samping yang sangat berbahaya, termasuk efeknya dalam
mencetuskan aritmia ventrikuler. Amiodaron adalah antiaritmia yang paling efektif
namun penggunaannya secara terapetik sangat dibatasi karena reaksinya yang sangat
merugikan yaitu, mencetuskan terjadinya bradikardi, aritmia, dan gagal jantung
(Dipiro, 2003).
C. Evaluasi Peresepan
Ketika suatu terapi obat diberikan kepada pasien, maka tujuan utamanya adalah
untuk mengobati atau mencegah penyakit dan untuk mengurangi rasa sakit pasien,
dimana pasien menerima seminimal mungkin resiko dari reaksi sampingan obat dan
harga obat. Untuk mencapai tujuan ini, terapi obat yang diberikan haruslah
memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional. Pada kenyataannya, terapi obat
yang diberikan tidaklah selalu memenuhi prinsip-prinsip peresepan yang rasional,
bahkan tidak jarang pula terjadi suatu terapi yang tidak efektif dengan biaya yang
tidak terjangkau oleh pasien (Santoso, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam pandangan medis, masih menurut Santoso (1996), peresepan yang
rasional itu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : tepat indikasi, tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis (dosis, cara pemberian dan lamanya perawatan), tepat informasi,
serta tepat evaluasi dan tindak lanjut.
1. Tepat dosis
Masing-masing sediaan obat memiliki dosis rekomendasi tersendiri baik
untuk dewasa maupun anak-anak. Dalam sebagian besar kasus, adalah hal yang
bijaksana bila pemberian dosis diawali dari dosis efektif minimum terlebih dahulu.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan modifikasi dosis menjadi sangat
diperlukan, seperti pada pasien dengan kerusakan hati atau renal, pada pasien lanjut
usia, dan pada pasien dengan masalah obesitas. Ada formula-formula obat yang
dapat digunakan untuk penyesuaian dosis, tetapi hanya pada penderita kerusakan
renal dan hanya pada beberapa obat yang dieksresikan melalui renal seperti
aminoglikosida, pada sebagian besar kasus, dosis pada dasarnya bersifat individual,
jika diperlukan, secara normal didasarkan pada keputusan klinis yang bergantung
pada respon pasien yang bersifat individual, apakah didasarkan pada respons
terapetik atau pada efek lain. Meskipun dengan penggunaan dosis yang
direkomendasikan, respon indvidual sangatlah berbeda untuk masing-masing orang,
dan monitoring terapetik serta penyesuaian dosis sangatlah dibutuhkan (Santoso,
1996).
2. Interaksi
a. Interaksi farmasetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Interaksi farmasetik terjadi di luar tubuh manusia pada saat sebelum
pemberian sediaan obat, dimana terjadi penggabungan obat-obat yang tidak dapat
dicampur (inkompatibel), sebagian besar dalam hal kelarutan, dan adanya sifat
inkompatibel diantara obat-obat tersebut. Beberapa sifat inkompatibel ini dapat
menyebabkan inaktivasi bagi obat bersangkutan secara in vitro, sebagai contoh
adalah inaktivasi karbenisilin oleh gentamisin ketika dicampurkan.
Mencampurkan obat terlebih dahulu sebelum pemberian adalah hal yang
sudah umum bagi pemberi resep di Indonesia, seperti mencampurkan analgesik
dipiron dengan antialergi difenhidramin, atau untuk pemberian secara injeksi, antara
antibakterial dengan antialergi. Khususnya untuk peresepan pada pediatrik, sering
sekali resep terdiri dari beberapa obat yang berbeda, yang digabungkan dan dicampur
bersamaan menjadi bentuk sediaan serbuk untuk pemberian secara oral. Meskipun
demikian,
adanya
kemungkinan
interaksi
yang
merugikan
tidak
dapat
dikesampingkan (Santoso, 1997).
b. Interaksi farmakokinetik.
Menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) interaksi farmakokinetik terjadi
bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi
obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya,
terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi
farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan
obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat
segolongan terdapat variasi sifat-sifat farmakokinetiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna.
Interaksi langsung, interaksi secara fisik atau kimiawi antar obat dalam lumen
saluran cerna sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpsi. Interaksi ini
dapat dihindari bila obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2
jam.
d. Interaksi dalam distribusi.
Dalam Setiawati (Ganiswara, 1999) interaksi dalam ikatan protein plasma,
banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama pada
albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam alpha 1-glikoprotein. Oleh
karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat bersifat
asam maupun antar obat bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama.
Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein, maka suatu obat dapat
digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat
bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini
hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga
meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang baru
dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti
sebelumnya.
Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang
menimbulkan masalah dalam klinik hanya yang menyangkut obat dengan sifat
sebagai berikut : (1) mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal
85%) dan volume distribusi yang kecil sehingga sedikit saja obat yang dibebaskan
akan meningkatkan kadarnya 2-3 kali lipat; ini berlaku terutama untuk obat bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asam, karena kebanyakan obat bersifat basa volume distribusinya sangat luas; (2)
mempunyai batas keamanan yang sempit, sehinggga peningkatan kadar obat bebas
tersebut dapat mencapai kadar toksik; (3) efek toksik yang serius telah terjadi
sebelum kompensasi tersebut di atas terjadi, misalnya terjadi perdarahan pada
antikoagulan oral, hipoglikemia pada antidiabetik oral; dan (4) eliminasinya
mengalami kejenuhan, misalnya fenitoin, salisilat dan dikumarol, sehingga
peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan
eliminasinya.
Interaksi dalam ikatan jaringan. Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan
terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin, dengan akibat peningkatan kadar
plasma digoksin.
e. Interaksi dalam metabolisme.
Masih menurut Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) metabolisme obat
dipercepat. Banyak obat yang larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim
mikrosom hati, misalnya fenobarbital, fenitoin, rifampisin, karbamazepin, etanol,
fenilbutazon, dan lain-lain. Tergantung dosis dan obatnya, induksi terjadi setelah 1-4
minggu. Waktu yang sama diperlukan untuk hilangnya efek induksi setelah obat
penginduksi dihentikan. Merokok dan makanan panggang arang menghasilkan
hidrokarbon polisiklik yang juga merupakan zat penginduksi enzim metabolisme.
Setiap reaksi metabolisme dikatalisis oleh enzim yang berbeda dalam
spesifisitas substratnya dan kemampuannya untuk diinduksi (ditentukan secara
genetik). Oleh karena itu, tergantung dari jenis enzim yang diinduksinya, suatu zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penginduksi
dapat
mempercepat
metabolisme
beberapa
obat
tetapi
tidak
mempengaruhi metabolisme obat-obat yang lain.
Bila metabolit hanya sedikit atau tidak mempunyai efek farmakologik, maka
zat penginduksi mengurangi efek obat. Sebaliknya, bila metabolit lebih aktif atau
merupakan zat yang toksik, maka zat penginduksi meningkatkan efek atau toksisitas
obat.
Metabolisme obat dihambat. Penghambatan metabolisme suatu obat
menyebabkan peningkatan kadar plasma obat tersebut sehingga meningkatkan efek
atau toksisitasnya. Kebanyakan interaksi demikian terjadi akibat kompetisi antar
substrat untuk enzim metabolisme yang sama.
f. Ekskresi.
Menurut Santoso (1997) sebagian besar interaksi termasuk ekskresi terjadi di
ginjal. Perubahan pH urine juga dapat mengurangi ekskresi beberapa obat. Sebagai
contoh, ekskresi dari obat seperti amfetamin yang dapat membahayakan jika urine
bersifat alkali, dan efeknya dapat diperpanjang.
g. Interaksi farmakodinamik.
Setiawati (cit., Ganiswara, 1999) menuliskan, interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau
sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang adiktif, sinergistik atau
antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat
yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi farmakokinetik, interaksi
farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan
dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persamaan efek farmakodinamiknya. Di samping itu, kebanyakan interaksi
farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila
dokter mengetahui mekanisme kerja obat yang bersangkutan.
Tabel I. Interaksi yang kemungkinan terjadi dari pemberian kombinasi beberapa
obat kardiovaskuler kepada pasien gagal jantung berdasarkan IONI 2000
No.
Jenis obat
Interaksi dengan
Jenis interaksi
1.
2.
Diuretik kuat
(furosemid)
Diuretik kuat
Glikosida jantung
(digoksin)
Antagonis kalsium
Meningkatkan toksisitas jika
terjadi hipokalemia
Meningkatkan efek hipotensif
3.
Diuretik kuat
4.
Diuretik kuat
Penghambat ACE
(kaptopril)
Valsartan
5.
Diuretik kuat
Antiaritmia
6.
Diuretik kuat
Diuretik lainnya
Meningkatkan efek hipotensif
(bisa ekstrim)
Meningkatkan efek hipotensif
(bisa ekstrim)
Toksisitas jantung meningkat
apabila terjadi hipokalemia
Mempertinggi resiko hipokalemia
7.
8.
9.
Diuretik kuat
Diuretik lainnya
Diuretik lainnya
Penyekat
Antagonis kalsium
Glikosida jantung
10.
Diuretik lainnya
11.
Glikosida jantung
12.
Glikosida jantung
Antagonis reseptor
angiotensin II
Antiaritmia
(amiodaron)
Penghambat ACE
13.
Glikosida jantung
14.
Glikosida jantung
15.
Antagonis
kalsium
Antagonis
kalsium
Antagonis
kalsium
Antagonis
reseptor
angiotensin II
16.
17.
18.
Antagonis reseptor
angiotensin II
Antagonis kalsium
Antagonis reseptor
angiotensin II
Penyekat
Meningkatkan efek hipotensif
Meningkatkan efek hipotensif
Meningkatkan toksisitas jika
terjadi hipokalemia
Meningkatkan resiko
hiperkalemia
Menaikkan kadar plasma digoksin
Kaptopril mungkin menaikkan
kadar digoksin
Meningkatkan kadar plasma
digoksin
Kadar plasma digoksin
ditingkatkan
Meningkatkan efek hipotensif
Penghambat ACE
Meningkatkan terjadinya
hipotensif berat
Meningkatkan efek hipotensif
Penyekat
Meningkatkan efek hipotensif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Efek samping obat
Menurut definisi WHO (1970) efek samping obat adalah segala sesuatu
khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang
dianjurkan.
Obat yang ideal hendaknya bekerja dengan cepat untuk waktu tertentu saja
dan secara selektif, artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan atau gangguan tertentu
tanpa aktivitas lain. Semakin selektif kerja obat, semakin kurang efek sampingnya,
yaitu semua aktivitas yang tidak menjurus ke penyembuhan penyakit.
Kerja utama dan efek samping obat adalah pengertian yang sebetulnya tidak
mutlak. Kebanyakan obat memiliki lebih dari satu khasiat farmakologis, tergantung
dari tujuan penggunaannya, efek samping pada suatu saat mungkin merupakan kerja
utama yang diinginkan pada keadaan lain. Sebagai contoh adalah minoksidil dan
finasteride yang telah dipasarkan sebagai obat hipertensi dan obat hipertrof prostat.
Kedua obat menimbulkan pertumbuhan rambut sebagai efek sampingnya, maka
kemudan diluncurkan sebagai obat rambut.
Efek samping adakalanya tidak dapat dihindarkan, misalnya rasa mual pada
penggunaan digoksin, ergotamin atau estrogen dengan dosis yang melebihi dosis
normal. Kadang-kadang efek samping merupakan kelanjutan efek utama sampai
tingkat yang tidak diinginkan, misalnya rasa kantuk pada fenobarbital, bila
digunakan sebagai obat epilepsi. Bila efek samping terlalu hebat bisa dilawan dengan
obat lain, misalnya obat anti-mual atau obat anti-ngantuk (Tjay dan Raharja, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel II. Efek Samping yang mungkin ditimbulkan selama Penggunaan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung berdasarkan IONI 2000
No.
Jenis obat
Efek samping yang mungkin ditimbulkan
1.
Digoksin
Anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala,
rasa capai, mengantuk, bingung.
2.
Amiodaron
Hipotiroidisme, hipertiroidisme, pneumonitis,
sukar tidur, rasa lelah, bradikardi.
3.
Kaptopril
Hipotensi, pusing, sakit kepala, letih,
gangguan ginjal, hiperkalemia, anemia
aplastik.
4.
Valsartan
Hipotensi simtomatik dapat terjadi, terutama
pada pasien dengan deplesi cairan (misal
pasien yang mendapat diuretik dengan dosis
tinggi), gagal ginjal.
5.
Isosorbit dinitrat
Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing,
hipotensi postural.
6.
Amlodipin bensilat
Sakit kepala, edema, fatigue, mual, pusing,
hiperplasia gusi
7.
Furosemid
Hiponatremia, hipokalemia dan
hipomagnesemia, ekskresi kalsium
meningkat, gangguan saluran cerna
8.
Spironolakton
Gangguan saluran cerna, gangguan darah,
menstruasi tidak teratur, bingung, sakit kepala
9.
Asetosal
Bronkospasme, perdarahan saluran cerna
10.
Simvastatin
Ruam kulit, pusing, depresi, hepatitis
11.
Dopamin
Mual muntah, hipotensi, hipertensi
12.
Dobutamin
Takikardi dan tekanan darah sangat
meningkat
13.
Sinarizin
Mengantuk, sakit kepala, letih, gangguan
saluran cerna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan
penelitian deskriptif non-analitis yang bersifat retrospektif. Data diambil dari bulan
januari – desember tahun 2003 berupa salinan resep dan lembar catatan medik (MR).
Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian non-eksperimental karena
penelitian ini hanya mengamati sejumlah ciri (variabel) yang ada pada subyek
penelitian, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif non-analitik, karena penelitian ini
hanya bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi,
dan dikatakan non-analitik karena penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif
mungkin fenomena tersebut, tanpa adanya analitis mengapa dan bagaimana
fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).
Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini hanyalah bersifat sepihak dan
kajian yang dilakukan bukan mengenai mengapa dan bagaimana fenomena tersebut
terjadi. Dalam hal ini kajian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai apakah
peresepan obat kardiovaskuler sudah sesuai standar menurut standar IONI tahun
2000 ditinjau dari dosis, interaksi, kontraindikasi dan efek sampingnya tanpa
dilakukan wawancara dengan dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Definisi Operasional
1. Pola peresepan adalah model atau gambaran peresepan obat meliputi
pemilihan jenis obat dan golongan obat, jumlah obat yang diberikan,
kesesuaian regimen dosis, cara pemberian obat, dan bentuk sediaan obat.
2. Gagal jantung adalah ketidakmampuan atau kegagalan jantung untuk
memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh yang
dialami oleh pasien.
3. Lembar catatan medik atau lembar rekam medik adalah lembar catatan
dokter, apoteker, dan perawat yang berisi data klinis pasien gagal jantung di
RSUP Dr. Sardjito yang meliputi data nomor rekam medik, umur, jenis
kelamin, diagnosa masuk, komplikasi, lama perawatan, jenis obat, dosis dan
aturan pakai obat yang didapat selama terapi.
4. Pasien rawat inap adalah pasien gagal jantung yang menjalani perawatan di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003.
5. Dosis adalah takaran pemberian obat kardiovaskuler yang diberikan dokter
kepada pasien gagal jantung yang sedang menjalani rawat inap di RSUP Dr.
Sardjito tahun 2003 berdasarkan standar IONI (2000).
6. Kontraindikasi adalah pemakaian obat yang kurang atau tidak sesuai dengan
kondisi pasien atau dengan kondisi khusus yang menyertai gagal jantung
seperti yang tertera pada hasil diagnosis berdasarkan pustaka IONI (2000).
7. Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain yang diberikan kepada pasien gagal jantung secara
hampir bersamaan oleh dokter, menurut pustaka IONI (2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Efek samping adalah adanya anggapan bahwa penyakit penyerta
yang
menyertai gagal jantung seperti yang tercantum dalam hasil diagnosis pasien,
dapat diperparah kondisinya oleh obat-obat kardiovaskuler yang digunakan,
menurut pustaka IONI (2000).
9. Obat kardiovaskuler adalah obat sistem kardiovaskuler yang digunakan untuk
mengobati gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun
2003.
10. Penyesuaian dosis adalah penyesuaian yang dilakukan terhadap dosis yang
diresepkan untuk pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito berdasarkan studi pustaka IONI 2000.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan bagian Rekam Medik RSUP Dr. Sardjito,
Yogyakarta.
D. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan medik (CM) pasien gagal
jantung yang menjalani rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
SardjitoYogyakarta periode januari – desember tahun 2003 dengan jumlah pasien
sebanyak 40 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Subyek dan Penetapan Subyek
Subyek penelitian yang didapatkan berjumlah 48 pasien tetapi data yang bisa
diteliti hanya sejumlah 40 pasien, sedangkan 8 pasien lainnya tidak digunakan karena
data yang tidak lengkap. Dari data 40 pasien yang diteliti tersebut, hanya 38 pasien
saja yang diberikan terapi obat-obat kardiovaskuler, sehingga untuk semua
perhitungan persentase (%) yang didasarkan pada jumlah pasien yang menggunakan
terapi obat-obat kardiovaskuler menggunakan data 38 pasien sebagai jumlah total
pasien (100%). Untuk perhitungan lainnya seperti perhitungan karakteristik pasien
dan perhitungan distribusi kelas terapi obat pada pasien gagal jantung, menggunakan
data 40 pasien sebagai jumlah total pasien (100%).
F. Jalannya Penelitian
1. Tahap perencanaan
Penelitian diawali dengan analisis situasi dan penentuan masalah. Analisis
dimulai dengan mencari informasi melalui komputer mengenai penyakit-penyakit
yang merupakan prevalensi tinggi untuk mencari data dan angka kejadian serta
informasi mengenai gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito. Penentuan
masalah
berdasarkan beberapa pustaka, peneliti mengamati bahwa dewasa ini angka kematian
akibat gagal jantung semakin meningkat seiring perubahan pola hidup masyarakat.
Peneliti melihat bahwa angka kejadian penyakit gagal jantung tidak hanya terjadi
pada pasien lanjut usia tapi juga pada anak-anak bahkan balita.
2. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dimulai dengan mencari nomor rekam medik pasien gagal
jantung yang menjalani rawat inap selama tahun 2003. Setelah mendapatkan nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rekam medik dari komputer, penelitian dilanjutkan dengan mencari data dari tiap
pasien. Data yang diambil sejumlah 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti hanya 40
pasien sedangkan data 8 pasien yang lain tidak digunakan karena data yang tidak
lengkap. Data yang diambil meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, usia,
diagnosis
masuk
(awal/utama),
diagnosis
lain/sekunder,
diagnosis
keluar,
komplikasi, lama perawatan, jenis obat, aturan pakai, cara pemberian, dan dignosis
penunjang lain.
3. Tahap analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap data pasien gagal jantung
mengenai obat yang digunakan dalam proses terapi. Analisis ketepatan pemilihan
jenis obat yang digunakan dalam terapi dilakukan dengan menggunakan
Pharmacotherapy Handbook (Wells, 2003). Analisis ketepatan dosis, kemungkinan
adanya interaksi, peninjauan adanya kontraindikasi, serta efek samping yang
mungkin timbul dengan menggunakan IONI (2000). Persentase didapatkan dengan
cara membagi jumlah kasus yang terjadi dengan jumlah total pasien yang ada
kemudian dikalikan 100%, bila hasil yang didapat (dalam %) lebih dari 100% berarti
bahwa terjadi pengulangan kasus pada satu pasien yang berarti juga bahwa satu
orang pasien mengalami lebih dari satu kasus.
Analisis ketepatan dosis dilakukan secara sepihak tanpa adanya wawancara
dengan dokter yang bersangkutan, dengan cara membandingkan dosis yang ada pada
peresepan dengan yang ada pada standar.
Analisis interaksi dilakukan berdasarkan data kombinasi obat yang diberikan
secara hampir bersamaan dalam satu hari, kemudian dibandingkan dengan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kombinasi yang potensial untuk terjadinya interaksi yang ada pada standar tanpa
melihat efek yang mungkin ditimbulkan setelah pemberian kombinasi obat tersebut
dan bagaimana interaksi tersebut bisa terjadi.
Analisis kontraindikasi dilakukan dengan memeriksa data obat yang
diberikan dalam peresepan, apakah obat kardiovaskuler yang diberikan tersebut
sudah sesuai dengan kondisi pasien yang tertera dalam diagnosis, baik diagnosis
utama, diagnosis sekunder maupun diagnosis komplikasi seperti yang terdapat dalam
standar.
Analisis efek samping dilakukan secara teoritis dengan cara melihat pada
standar efek samping dari obat-obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan
tanpa melihat secara langsung bagaimana dan mengapa efek samping tersebut bisa
terjadi pada pasien.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Data pasien yang meliputi identitas pasien, diagnosis, hasil pemeriksaan
laboratorium dikelompokkan dan diolah secara deskriptif dari masing-masing pasien
untuk memperoleh informasi tentang karakteristik pasien gagal jantung. Selanjutnya
data mengenai peresepan obat juga dikelompokkan berdasarkan golongan dan jenis
obat kemudian dianalisis mengenai ketepatan dosis,kemungkinan terjadinya interaksi
obat secara teoritis, kontraindikasi, serta efek samping yang mungkin ditimbulkan
secara teoritis berdasarkan IONI (2000). Kajian yang dilakukan pada pola peresepan
obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito meliputi : penyesuaian dosis, interaksi, kontraindikasi, dan efek samping
obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu: pertama, karakteristik pasien
yang meliputi distribusi pasien gagal jantung berdasarkan usia pasien dan jenis
kelamin pasien. Kedua, golongan dan jenis obat meliputi penggunaan obat pada
peresepan pasien gagal jantung dan penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien
gagal jantung. Ketiga, kajian pola peresepan meliputi ketepatan dosis, kemungkinan
terjadinya interaksi, kontraindikasi dan kemungkinan terjadinya efek samping obat.
A. Karakteristik Pasien
1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelusuran data didapatkan 48 pasien tetapi data yang bisa diteliti
hanya sebanyak 40 pasien, sedangkan data 8 pasien lainnya tidak dapat diteliti karena
tidak lengkap.
Tabel III. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
Jenis Kelamin
Jumlah Pasien
Persentase
1. Laki-Laki
15
37,5%
2. Perempuan
25
62,5%
TOTAL
40
100,0%
Sumber data: data olah rawat inap, tahun 2003.
Dari tabel III dapat diketahui bahwa dari semua pasien yang diberikan obat-obat
kardiovaskuler dalam peresepannya (38 pasien), jumlah pasien perempuan (62,5%)
lebih banyak dibandingkan jumlah pasien laki-laki (37,5%). Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh faktor resiko pada perempuan lebih besar dari laki-laki yaitu,
adanya pengaruh hormon estrogen pada wanita, penggunaan kontrasepsi, dan karena
pada dasarnya perempuan memiliki aktivitas fisik yang lebih sedikit dari laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Karakteristik pasien berdasarkan usia
Tabel IV. Distribusi Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap di RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan Usia Menurut WHO dan Pediatric
(Izenberg, 2000)
Kriteria
Kelompok Umur (Thn) Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Bayi
0-1
4
10%
2.
Anak-anak
2 - 12
8
20%
3.
Remaja
13 - 17
2
5%
4.
Dewasa
18 - 45
8
20%
5.
Usia pertengahan
46 - 59
9
22,5%
6.
Lanjut usia
60 - 74
8
20%
7.
Lansia tua
75 - 90
1
2,5%
8.
Sangat tua
> 90
TOTAL
40
100,0%
Berdasarkan kriteria usia dari WHO dan Pediatric (Izenberg, 2000), jumlah
pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito tahun 2003 hampir
merata terutama pada pasien dengan kriteria usia anak-anak (20%), dewasa (20%),
usia pertengahan (22,5%), dan pada lanjut usia (20%). Maka dapat dikatakan bahwa
saat ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya dapat terjadi pada
kelompok lanjut usia tapi juga dapat terjadi pada kelompok anak-anak bahkan pada
kelompok neonatus meskipun dalam jumlah yang sedikit (10%).
Penyebab gagal jantung pada neonatus utamanya adalah karena faktor
kelainan bawaan sedangkan pada kelompok dewasa, usia pertengahan, dan lanjut
usia penyebab gagal jantung adalah karena selain faktor kelainan bawaan juga karena
faktor lain seperti gaya hidup atau karena adanya penyakit lain yang menyebabkan
terjadinya gagal jantung misal, infark miokard. Meski demikian, terapi pengobatan
yang diberikan antara kelompok neonatus dan kelompok lanjut usia tidaklah jauh
berbeda. Perbedaan yang terjadi adalah pada masalah dosis dan aturan pakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Golongan dan Jenis Obat
1. Penggunaan obat pada peresepan pasien gagal jantung
Seperti diketahui bahwa gagal jantung sangat mungkin disebabkan oleh
penyakit lain seperti demam reumatik atau gagal ginjal dan mampu menimbulkan
komplikasi, oleh sebab itu terapi yang diberikan juga meliputi pemberian obat-obat
lain yang sesuai dengan kondisi pasien pada saat dirawat.
Tabel V. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No.
Kelas Terapi
Jumlah Pasien
Persentase
1.
Obat Kardiovaskuler
38
95,0%
2.
Obat Sistem Saraf Pusat
9
22,5%
3.
Obat Saluran Pernapasan
16
40,0%
4.
Analgesika
20
50,0%
5.
Anti Infeksi
29
72,5%
6.
Obat Gizi dan Darah
28
70,0%
7.
Obat Otot Skelet dan Sendi
3
7,5%
8.
Obat Saluran Cerna
12
30,0%
9.
Obat Hormonal
10
25,0%
10.
Obat untuk THT, Mata dan Kulit
3
7,5%
11.
Obat Obstetrik, Ginekologi dan
1
2,5%
Saluran Kemih
12.
Anestetika
1
2,5%
Pada tabel V diketahui, yang mendapatkan obat kardiovaskuler sebanyak 38
pasien (95%), obat sistem saraf pusat 9 pasien (22,5%), obat saluran pernapasan 16
pasien (40%), analgesika 20 pasien (50%), antiinfeksi 29 pasien (72,5%), obat gizi
dan darah 28 pasien (70%), obat otot skelet dan sendi 3 pasien (7,5%), obat saluran
cerna 12 (30%), obat hormonal 10 pasien (25%), obat untuk THT, mata, dan kulit 3
pasien (7,5%), obat obstetrik, ginekologi, dan saluran kemih 1 pasien (2,5%), dan
anestetika 1 pasien (2,5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan demikian diketahui pula bahwa seorang pasien tidak hanya
mendapatkan satu jenis obat saja pada peresepannya tetapi juga obat-obat lain yang
diberikan bersamaan dengan obat-obat kardiovaskulernya. Hal ini terjadi karena
selain gagal jantung, pasien juga memiliki penyakit lain, baik sebagai penyakit
komplikasi maupun sebagai penyakit penyebab dari gagal jantung.
Dari data 40 pasien yang diambil oleh peneliti, pasien yang dalam terapinya
diberikan obat kardiovaskuler sebanyak 38 pasien (95%) sedangkan 2 orang pasien
lainnya meskipun memiliki riwayat gagal jantung namun yang menyebabkan
keduanya dirawat inap bukanlah gagal jantungnya melainkan penyebab gagal jantung
itu sendiri yaitu, demam reumatik dan endokarditis sehingga hanya diberikan obat
anti infeksi.
Penggunaan obat kardiovaskuler pada 38 pasien (95%) sudah sesuai dengan
tujuan utama terapi pengobatan yaitu pengobatan gagal jantung.
Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Peresepan untuk Pasien Gagal Jantung di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No.
Golongan Obat
Jumlah Pasien
Persentase
1.
Obat Kardiovaskuler
42,5%
- Inotropik positif
17
- Antiaritmia
3
7,5%
- Antihipertensi
17
42,5%
- Antiangina
15
37,5%
- Diuretika
31
77,5%
- Koagulasi darah
10
25,0%
1
2,5%
- Hipolipidemika
- Syok dan hipotensi
3
7,5%
- Gangguan darah
3
7,5%
2.
Obat Sistem Saraf Pusat
- Hipnotik dan ansiolitik
4
10,0%
- Antiemetikum
5
12,5%
- Antiepilepsi
1
2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Lanjutan)
Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Pada Persepan Untuk Pasien Gagal Jantung di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003
No.
Golongan Obat
Jumlah Pasien
Persentase
3.
Obat Saluran Pernapasan
- Antiasma
6
15,0%
- Mukolitik
9
22,5%
- Antihistamin
4
10,0%
- kortikosteroid
2
5,0%
- kromoglikat
1
2,5%
4.
Analgesika
- Analgesika non-opioid
19
47,5%
- Analgesika opioid
1
2,5%
5.
Anti Infeksi
- Antibakteri
28
70,0%
- Antimikobakterium
2
5,0%
- Antiprotozoa
2
5,0%
- Antijamur
1
2,5%
6.
Obat Gizi dan Darah
- Vitamin
13
32,5%
- Mineral
13
32,5%
- Anemia dan kelainan darah
6
15,0%
- Nutrisi intravena
2
5,0%
- Nutrisi oral
2
5,0%
- Cairan dan elektrolit
7
17,5%
7.
Obat Otot Skelet dan Sendi
- Obat gout
2
5,0%
- Obat gangguan neuromuskuler
1
2,5%
8.
Obat Saluran Cerna
- Antidiare
4
10,0%
- Antitukak
6
15,0%
- Antihemorroid
2
5,0%
- Pencahar
4
10,0%
- Obat gangguan pencernaan
1
2,5%
9.
Obat Hormonal
- Antidiabetes
2
5,0%
- Kortikosteroid
8
20,0%
10.
Obat untuk THT, Mata dan Kulit
- Obat untuk THT
3
7,5%
- Obat untuk kulit
1
2,5%
11.
Obat untuk Obstetrik, ginekologi dan
saluran kemih
- Obat untuk gangguan saluran kemih
1
2,5%
12.
Anestetika
- Anestetika umum
1
2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VI menggambarkan distribusi golongan obat pada masing-masing kelas
terapi pada peresepan untuk pasien gagal jantung secara umum. Data menunjukkan
obat kardiovaskuler yang diresepkan meliputi obat inotropik positif (42,5%),
antiaritmia (7,5%), antihipertensi (42,5%), antiangina (37,5%), diuretik (77,5%),
obat yang mempengaruhi koagulasi darah (25%), obat hipolipidemik (2,5%), obat
untuk syok dan hipotensi (7,5%), serta obat untuk mengatasi gangguan darah (7,5%).
Obat saluran pernapasan yang diresepkan meliputi obat antiasma (15%), mukolitik
(22,5%), antihistamin (10%), kortikosteroid (5%), serta kromoglikat (2,5%). Obat
sistem saraf pusat yang diresepkan meliputi hipnotik dan ansiolitik (10%),
antiemetikum (12,5%), serta antiepilepsi (2,5%). Analgesik yang diresepkan terdiri
dari analgesik non opioid (47,5%), dan analgesik opioid (2,5%). Antiinfeksi yang
diresepkan terdiri dari antibakteri (70%), antimikobakterium (5%), antiprotozoa
(5%), dan antijamur (2,5%). Obat gizi dan darah yang diresepkan meliputi vitamin
(32,5%), mineral (32,5%), obat untuk anemia dan kelainan darah (15%), nutrisi
intravena (5%), nutrisi oral (5%), cairan dan elektrolit (17,5%). Obat otot skelet dan
sendi yang diresepkan meliputi obat gout (5%), obat untuk gangguan neuromuskuler
(2,5%). Obat saluran pencernaan yang diresepkan terdiri dari antidiare (10%),
antitukak (15%), antihemorroid (5%), pencahar (10%), obat untuk gangguan
pencernaan (2,5%). Obat hormonal yang digunakan terdiri dari antidiabetes (5%),
kortikosteroid (20%). Obat untuk THT, mata dan kulit yang digunakan terdiri dari
obat untuk THT (7,5%), obat untuk kulit (2,5%). Obat obstetrik, ginekologi, dan
saluran kemih yang diresepkan meliputi obat untuk gangguan saluran kemih (2,5%).
Anestetik yang digunakan adalah anestetik umum (2,5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan data di atas obat yang paling banyak diresepkan selain golongan
diuretik adalah golongan antibakteri. Dari data 40 pasien yang diteliti, 70% pasien
menerima antibakteri dalam peresepannya. Antibakteri tidak hanya diresepkan pada
kelompok usia lanjut saja melainkan juga pada kelompok usia yang lain. Semua
pasien yang menerima antibakteri dalam peresepannya memiliki riwayat gagal
jantung yang disebabkan oleh adanya suatu infeksi seperti gagal jantung karena
demam reumatik.
Menurut Standar Pelayanan Medik RSUP Dr. Sardjito, pemberian antibakteri
sangat dibenarkan bagi pasien yang mengalami gagal jantung karena suatu infeksi
seperti demam reumatik atau endokarditis infeksiosa. Dengan demikian data yang
ada sudah sesuai dengan standar pelayanan medik di RSUP Dr. Sardjito.
Berdasarkan IONI 2000, pemberian antibakteri pada pasien gagal jantung
dijelaskan secara lebih rinci. Penggunaan antibakteri pada pasien gagal jantung
dibenarkan terutama pada gagal jantung yang disebabkan oleh demam reumatik dan
endokarditis atau sebagai pencegahan terhadap endokarditis pada pasien yang
mengalami kelainan katup jantung yang akan mengalami prosedur dengan resiko
bakterimia, misalnya ekstraksi gigi atau pembedahan.
2. Penggunaan obat kardiovaskuler pada pasien gagal jantung
Dalam peresepan yang diberikan pada pasien gagal jantung terdapat berbagai
macam golongan obat kardiovaskuler. Hal ini disebabkan karena gagal jantung
adalah suatu sindrom kompleks yang sangat mungkin disebabkan oleh berbagai
macam penyakit kardiovaskuler yang lain misalnya, hipertensi. Menurut Wells
(2003) gagal jantung lebih sering terjadi karena adanya berbagai macam kerusakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau penyakit-penyakit pada kardiovaskuler itu sendiri yang mempengaruhi fungsi
sistolik, fungsi diastolik atau keduanya.
Tabel VII. Distribusi Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler Pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler Pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003
Golongan
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Obat inotropik
17
44,7 %
2.
Obat antiaritmia
3
7,9 %
3.
Obat antihipertensi
17
44,7 %
4.
Obat antiangina
15
39,5 %
5.
Obat diuretika
31
81,6 %
6.
Obat koagulasi darah
10
26,3 %
7.
Obat hipolipidemika
1
2,6 %
8.
Obat syok dan hipotensi
3
7,9 %
9.
Obat untuk gangguan darah
3
7,9 %
Pada tabel VII. Pasien gagal jantung yang diberikan obat inotropik positif
sebanyak 17 pasien (44,7%), 3 pasien (7,9%) diberikan obat antiaritmia, 17 pasien
(44,7%) diberikan obat antihipertensi, 15 pasien (39,5%) diberikan obat antiangina,
31 pasien (81,6%) diberikan obat diuretik, 10 pasien (26,3%) diberikan obat yang
mempengaruhi koagulasi darah, 1 pasien (2,6%) diberikan obat hipolipidemik, 3
pasien (7,9%) diberikan obat untuk syok dan hipotensi, dan 3 pasien (7,9%)
diberikan obat untuk gangguan darah. Data ini diperoleh dengan cara membagi
jumlah pasien yang menggunakan golongan obat kardiovaskuler dengan jumlah total
pasien yang dalam terapinya diberikan obat kardiovaskuler (38 pasien) bukan dengan
jumlah total pasien keseluruhan (40 pasien) sebab 2 pasien lainnya didalam terapinya
tidak diberikan obat-obat kardiovaskuler.
Berdasarkan data diketahui bahwa obat kardiovaskuler yang paling sering
diresepkan untuk pasien gagal jantung adalah golongan diuretik, karena hampir
semua pasien (81,6%) mendapatkan terapi diuretik. Pada standar pelayanan medik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RSUP Dr. Sardjito tahun 2002 tercantum bahwa terapi pertama yang diberikan pada
pasien gagal jantung adalah terapi digitalis, yang bekerja sebagai inotropik positif
pada gagal jantung. Sedangkan menurut IONI 2000 dijelaskan bahwa efek digitalis
tidak begitu penting dibanding dengan efek diuretik dan penghambat ACE. Pada
pasien gagal jantung yang telah terkendali dengan baik, digitalis dapat dihentikan,
dalam hal ini digitalis hanya dibutuhkan untuk mempertahankan ritme yang
memuaskan.
Pada kenyataannya dokter lebih sering memberikan diuretik dibandingkan
dengan digitalis, kemungkinan dengan pertimbangan bahwa digitalis memiliki indeks
terapi yang sempit dan potensial terjadinya toksisitas digitalis selama terapi.
Obat inotropik positif yang diresepkan adalah golongan glikosida jantung,
jenis obat digoksin, dan ada 17 pasien (44,7%) yang mendapatkan jenis obat ini.
Dalam gagal jantung, manfaat digoksin yang diharapkan adalah efeknya sebagai
inotropik positif yaitu, meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Efek inotropik
positif ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena
berkurang, ukuran jantung mengecil, tekanan vena yang berkurang akan mengurangi
gejala bendungan, sedangkan sirkulasi yang membaik, termasuk ke ginjal akan
meningkatkan diuresis dan hilangnya udem. Jadi efektivitas digoksin pada gagal
jantung
timbul
miokardium.
karena
kerja
langsungnya
dalam
meningkatkan
kontraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VIII. Distribusi Golongan Obat Antiaritmia pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1. Aritmia supraventrikel dan
Amiodaron
2
5,3%
ventrikel
2.
Aritmia ventrikel
Lidokain
1
2,6%
Pada tabel VIII ada dua golongan obat antiaritmia yang diresepkan, yaitu
golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel serta golongan aritmia ventrikel. Jenis
obat yang diberikan pada golongan aritmia supraventrikel dan ventrikel adalah
amiodaron (5,3%), sedangkan jenis obat yang diberikan pada golongan aritmia
ventrikel adalah lidokain (2,6%).
Tabel IX. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Tahun 2003
No.
Golongan Obat
1.
Penyekat α
2.
Penghambat ACE
3.
Antagonis reseptor
angiotensin II
Jenis Obat
Prazosin
Kaptopril
Delapril
Valsartan
Jumlah Pasien
1
10
1
6
Prosentase
2,6 %
26,3 %
2,6 %
15,8 %
Pada tabel IX dapat diketahui ada 3 golongan obat antihipertensi yang
diresepkan yaitu, penyekat
dengan jenis obat prazosin (2,6%), golongan
penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril (26,3%) dan delapril (2,6%) serta
golongan antagonis reseptor angiotensin II dengan jenis obat valsartan (15,8%).
Dalam pengobatan gagal jantung, manfaat yang diharapkan dari obat
antihipertensi adalah efeknya sebagai vasodilator. Berdasarkan data di atas jenis obat
yang paling banyak digunakan adalah jenis obat kaptopril yang bekerja sebagai
penghambat ACE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penghambat ACE mampu mengurangi pembentukan angiotensin II, suatu
protein yang menyebabkan vasokonstriksi. Akibatnya terjadi vasodilatasi dan
penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air,
serta retensi kalium yang secara tidak langsung mampu menurunkan beban kerja
jantung.
Tabel X. Distribusi Golongan Obat Antiangina pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2003
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah
No.
Section 1.01 Persentase
Pasien
1.
Golongan nitrat
Isosorbid 8
21,1%
dinitrat
2.
Antagonis Kalsium
Amlodipin
6
15,8%
Nifedipin
2
5,3%
3.
Bisoprolol
1
2,6%
Penyekat β
Dalam tabel X dapat diketahui 3 golongan obat antiangina yang diresepkan
meliputi golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat (21,1%), golongan
antagonis kalsium dengan jenis obat amlodipin (15,8%) dan nifedipin (5,3%) serta
golongan penyekat
dengan jenis obat bisoprolol (2,6%). Golongan yang paling
banyak diresepkan adalah golongan nitrat dengan jenis obat isosorbid dinitrat
(21,1%).
Senyawa nitrat bekerja langsung merelaksasi otot polos pembuluh vena,
tanpa bergantung pada sistem persarafan miokardium. Dilatasi vena menyebabkan
alir balik vena berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Distribusi Golongan Obat Diuretik pada Peresepan Obat Kardiovaskuler
pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2003
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Golongan tiazid
Indapamid
2
5,3%
2.
Diuretik kuat
Furosemid
30
78,9%
3.
Diuretik hemat-kalium
Spironolakton
8
21,1%
Pada tabel XI diketahui bahwa terdapat 3 golongan obat diuretik yang
diresepkan meliputi : golongan tiazid dengan jenis obat indapamid (5,3%), golongan
diuretik kuat dengan jenis obat furosemid (78,9%) serta golongan diuretik hematkalium dengan jenis obat spironolakton (21,1%). Furosemid adalah jenis obat dari
golongan diuretik kuat yang paling banyak diresepkan.
Pada gagal jantung, berkurangnya volume darah yang masuk ke arteri
menyebabkan ginjal menahan air dan garam. Sistem renin-angiotensin-aldosteron
pun dipacu sehingga terbentuk angiotensin II yang merangsang sekresi aldosteron.
Aldosteron menambah retensi natrium disertai pembuangan kalium. Semua ini yang
menyebabkan retensi cairan pada penderita gagal jantung. Diuretik memacu ekskresi
NaCL dan air sehingga beban hulu berkurang dan gejala bendungan paru serta
bendungan sistemik berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XII. Distribusi Golongan Obat Koagulasi Darah pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Antiplatelet
2.
Hemostatik dan
antifibrinolitik
Asetosal
Dipiridamol
Asam
traneksamat
8
1
1
21,1%
2,6%
2,6%
Tabel XII menunjukkan bahwa terdapat 2 golongan obat koagulasi darah
yang diresepkan yaitu, golongan antiplatelet dengan jenis obat asetosal (21,1%) dan
dipiridamol (2,6%) serta golongan hemostatik dan antifibrinolitik dengan jenis obat
asam traneksamat (2,6%). Obat koagulasi darah yang paling banyak diresepkan
adalah asetosal dari golongan antiplatelet (21,1%).
Gangguan tromboembolik merupakan salah satu penyebab penting bagi
kesakitan dan kematian. Tromboembolis vena terjadi sebagai komplikasi dari
gangguan lain yang salah satunya adalah gagal jantung. Itu sebabnya antiplatelet
diberikan pada terapi gagal jantung untuk mengurangi agregasi platelet, sehingga
dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana trombi
terbentuk melalui agregasi platelet.
Tabel XIII. Distribusi Golongan Obat Hipolipidemik pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Prosentase
1.
Statin
Simvastatin
1
2,6%
Hanya satu golongan obat hipolipidemik yang diresepkan pada terapi gagal
jantung kali ini yaitu golongan statin dengan jenis obat simvastatin (2,6%). Golongan
statin telah terbukti dapat mengurangi kejadian koroner, semua kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kardiovaskuler, dan total kematian pada pasien umur sampai dengan 70 tahun dengan
riwayat panyakit jantung koroner seperti riwayat angina atau infark miokard akut,
dan dengan kolesterol plasma 5,5 mmol/l atau lebih. Obat-obat ini juga berperan
pada pencegahan primer penyakit jantung koroner pada beberapa pasien dengan
hiperkolesterolemia dan peningkatan resiko terjadinya kejadian-kejadian koroner.
Tabel XIV. Distribusi Golongan Obat Syok dan Hipotensi pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Amina simpatomimetik
Dopamin
Dobutamin
2
1
5,3%
2,6%
Tabel XIV menggambarkan bahwa hanya satu golongan obat syok dan
hipotensi yang diresepkan yaitu, golongan amina simpatomimetik dengan jenis obat
dopamin (5,3%) dan jenis dobutamin (2,6%).
Tabel XV. Distribusi Golongan Obat Gangguan Darah pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler pada Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003
No.
Golongan Obat
Jenis Obat
Jumlah Pasien
Persentase
1.
Vasodilator perifer
Sinarizin
1
2,6%
2.
Vasodilator serebral
Sitikolin
2
5,3%
Golongan obat gangguan darah yang diresepkan menurut data di atas terdiri
dari vasodilator perifer dengan jenis obat sinarizin (2,6%) dan golongan vasodilator
serebral dengan jenis obat sitikolin (5,3%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Kajian Pola Peresepan
1. Penyesuaian dosis
Tabel XVI. Jumlah Dan Persentase Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Dosis Di Dalam Peresepan Obat
Kardiovaskulernya Perlu Dilakukan Penyesuaian
Penyesuaian Dosis
Jumlah Pasien
Persentase
No.
1.
Mengalami penyesuaian dosis
16
42,1%
2.
Tidak mengalami penyesuaian
22
57,9%
dosis
TOTAL
38
100,0%
Dari tabel XVI diketahui bahwa jumlah pasien yang perlu mengalami
penyesuaian dosis dalam peresepan obat kardiovaskulernya sebanyak 16 pasien
(42,1%) sedangkan sisanya tidak memerlukan penyesuaian dosis. Jumlah ini (42,1%)
tentu sangat memerlukan perhatian khusus mengingat hampir separuh pasien dari
jumlah total pasien yang mendapatkan terapi obat kardiovaskuler (38 pasien)
mengalami penyesuaian dosis. Menurut data, sebanyak 16 pasien tersebut 8 pasien
diantaranya adalah pasien dari kelompok usia dewasa, sedangkan sisanya adalah dari
kelompok usia lansia 4 pasien, 2 pasien anak-anak, dan 2 pasien lainnya adalah dari
kelompok neonatus.
Penyesuaian dosis yang terjadi pada peresepan pasien gagal jantung untuk
kelompok lansia dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan
dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk kelompok lansia (dalam IONI 2000,
dosis untuk lansia akan disebutkan berdasarkan usia). Sebab tidak ada metode khusus
untuk menghitung dosis pada lansia dengan gagal jantung, seperti pada pasien yang
mengalami komplikasi dengan penyakit ginjal atau hati. Meskipun tidak ada rumus
dosis tertentu, dosis pemberian obat pada lansia tetap harus diperhatikan karena pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok ini telah mengalami penurunan fungsi-fungsi organ tubuh, sehingga dosis
yang tidak tepat akan menimbulkan efek samping atau toksisitas dari pemakaian obat
kardiovaskuler tersebut. Jika diperlukan, penyesuaian dosis untuk lansia biasanya
disesuaikan menurut perbandingan berat badan pasien dengan berat badan pasien
dewasa normal (70 kg).
Begitu pula penyesuaian dosis untuk kelompok usia anak-anak dan neonatus,
penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan dosis pada peresepan dengan
dosis yang ada pada IONI 2000 khusus untuk anak-anak dan neonatus berdasarkan
usia (dalam IONI 2000, dosis untuk anak-anak dan neonatus disebutkan dalam
satuan mg/kg). Meskipun ada banyak metode yang dapat digunakan untuk
menghitung dosis pada anak-anak dan neonatus, dosis bisa dihitung dari dosis
dewasa berdasarkan berat badan, usia, luas permukaan badan, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut, namun berdasarkan data rekam medis yang diambil tidak
dicantumkan data berat badan atau luas permukaan badan.
Untuk pasien dewasa, penyesuaian dosis dilakukan dengan membandingkan
dosis pada peresepan dengan dosis dewasa pada standar. Berikut disajikan tabel yang
memuat jumlah dan persentase jenis obat kardiovaskuler yang memiliki dosis yang
kurang sesuai dengan dosis pada standar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVII. Persentase Kesesuaian dan Ketidaksesuaian Dosis Jenis Obat
Kardiovaskuler dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal
Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI
2000
No. Sesuai / Kurang Sesuai
1.
Dosis Sesuai
2.
Jumlah Jenis Obat
11
Persentase
50%
11
22
50%
100%
Dosis Kurang Sesuai
TOTAL
Berdasarkan tabel XVII di atas terdapat 11 jenis obat (50%) yang mengalami
dosis kurang sesuai berdasarkan IONI 2000 dari 22 jumlah total jenis obat yang
diberikan selama terapi. Angka ini (50%) merupakan angka yang cukup besar oleh
sebab itu perlu dilakukan evaluasi
kembali
dalam pemberian obat-obat
kardiovaskuler.
Ketidaksesuaian dosis yang dimaksud adalah dosis lebih besar atau kurang
dari yang tercantum dalam IONI 2000 baik pada dosis awal maupun pada dosis
lazimnya.
Data pada tabel XVII menggambarkan bahwa di dalam peresepan obat
kardiovaskuler yang diresepkan terdapat 11 jenis obat kardiovaskuler yang dosisnya
kurang sesuai dengan standar meliputi : 4 kasus untuk peresepan kaptopril, 3 kasus
untuk peresepan valsartan, 2 kasus untuk peresepan digoksin, 1 kasus untuk
peresepan prazosin, 1 kasus untuk peresepan nifedipin, 1 kasus untuk peresepan
dipiridamol, 1 kasus untuk peresepan asetosal, 3 kasus untuk peresepan isosorbid
dinitrat, 2 kasus untuk peresepan amiodaron, 5 kasus untuk peresepan furosemid, dan
3 kasus untuk peresepan spironolakton. Obat yang paling sering diresepkan dengan
dosis yang kurang sesuai dengan standar adalah furosemid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adanya peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar ini
kemungkinan disengaja oleh dokter dengan berbagai pertimbangan seperti,
kenyataan bahwa dokter telah mengkombinasikan obat-obat tersebut dengan obatobat lain yang memiliki efek yang lebih kurang sama dan diharapkan dapat saling
membantu dalam menimbulkan efek yang diinginkan.
Namun demikian, peresepan dengan dosis yang kurang sesuai dengan standar
tanpa pertimbangan resiko yang baik dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping
yang tidak diharapkan yang mungkin akan memperparah kondisi pasien. Bahkan
pada peresepan dengan dosis di bawah standar mungkin efek yang diharapkan tidak
akan terwujud, atau timbulnya toleransi terhadap obat yang bersangkutan. Sedangkan
pada peresepan dengan dosis di atas standar dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya toksisitas pada pasien.
2. Interaksi
Pada peresepan dengan banyak macam obat memang sangat memungkinkan
untuk terjadinya interaksi. Hal ini dapat diketahui melalui efek samping yang timbul
dari penggunaan obat secara bersamaan.
Dari kajian yang telah dilakukan pada peresepan obat kardiovaskuler untuk
penyakit gagal jantung kali ini, ditemukan beberapa kombinasi yang berpotensi
untuk terjadinya interaksi jika diberikan secara bersamaan, efek yang terjadi dari
interaksi ini dari ringan hingga berbahaya. Kajian interaksi yang dilakukan pada
penelitian kali ini hanya membandingkan kombinasi obat kardiovaskuler pada
peresepan dengan daftar kombinasi obat kardiovaskuler yang potensial untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadinya interaksi dalam IONI 2000. Tabel XVIII. berikut ini akan menyajikan
persentase kejadian interaksi obat kardiovaskuler pada peresepan.
Tabel XVIII. Prosentase Kombinasi Obat Kardiovaskuler pada Peresepan Obat
Kardiovaskuler untuk Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Tahun 2003 Yang Potensial Terjadinya Interaksi Berdasarkan IONI
2000
No.
Jenis Obat
Interaksi dengan
Jumlah Kasus
Persentase
1.
Diuretik kuat
Diuretik lainnya
9
23,7 %
2.* Diuretik kuat
Glikosida jantung
12
31,6 %
3.* Diuretik lainnya
Glikosida jantung
6
15,8 %
4.
Diuretik kuat
Antagonis kalsium
6
15,8 %
5.
Diuretik lainnya
Antagonis kalsium
2
5,3 %
6.* Diuretik kuat
Penghambat ACE
9
23,7 %
7.* Diuretik kuat
Antagonis reseptor
5
13,2 %
Angiotensin II
8.* Diuretik lainnya
Antagonis reseptor
2
5,3 %
angiotensin II
9.
Diuretik kuat
1
2,6 %
Penyekat β
10.* Diuretik kuat
Antiaritmia
2
5,3 %
11. Glikosida jantung
Penghambat ACE
5
13,2 %
12. Glikosida jantung
Antagonis reseptor
1
2,6 %
angiotensin II
13.* Glikosida jantung
Antagonis kalsium
1
2,6 %
14.* Glikosida jantung
Antiaritmia
1
2,6 %
15.* Antagonis kalsium
1
2,6 %
Penyekat β
16. Antagonis kalsium
Penghambat ACE
1
2,6 %
17. Antagonis kalsium
Antagonis reseptor
6
15,8 %
angiotensin II
18. Antagonis reseptor Penyekat β
1
2,6 %
angiotensin II
TOTAL
71
186,8 %
Keterangan : *Menunjukkan interaksi yang potensial berbahaya ( bisa ekstrim ) serta
membutuhkan perhatian khusus.
Tabel XVIII. menggambarkan adanya interaksi yang terjadi pada kombinasi
obat-obat kardiovaskuler yang diresepkan. Dari tabel di atas dapat diketahui ada
beberapa kombinasi obat kardiovaskuler yang seringkali diresepkan bersamaan
padahal obat tersebut potensial untuk saling berinteraksi yaitu, kombinasi obat antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diuretik kuat dengan diuretik lainnya ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan
glikosida jantung ada 12 kasus (31,6%), diuretik lainnya dengan glikosida jantung
ada 6 kasus (15,8%), diuretik kuat dengan antagonis kalsium ada 6 kasus (15,8%),
diuretik kuat dengan penghambat ACE ada 9 kasus (23,7%), diuretik kuat dengan
antagonis reseptor angiotensin II ada 5 kasus (13,2%), glikosida jantung dengan
penghambat ACE ada 5 kasus (13,2%), dan antagonis kalsium dengan antagonis
reseptor angiotensin II ada 6 kasus (15,8%).
Perhitungan data dilakukan dengan cara membagi jumlah kasus interaksi
yang terjadi dalam peresepan (71 kasus) dengan jumlah total pasien yang dalam
peresepannya menerima terapi obat-obat kardiovaskuler (38 pasien). Dari hasil
penjumlahan persentase, didapatkan hasil lebih dari 100%, hal ini berarti terjadi
pengulangan kasus pada satu pasien atau dengan kata lain terdapat kasus dimana satu
orang pasien mengalami lebih dari satu kasus interaksi.
Dari data dapat diketahui, bahwa total kasus terjadinya kombinasi obat
kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi sebanyak 71 kasus atau
sebesar 186,8%. Jumlah ini termasuk jumlah yang sangat besar, yang berarti bahwa
ada kasus dimana satu orang pasien mempunyai resiko terjadinya interaksi lebih dari
satu interaksi dalam peresepannya. Terlebih lagi jika kombinasi obat-obat tersebut
benar-benar menimbulkan interaksi dan menghasilkan suatu efek yang berbahaya.
Tetapi perlu juga diingat bahwa dalam beberapa kasus kemungkinan dokter sengaja
memberikan suatu kombinasi obat meskipun diketahui bahwa dalam kombinasi
tersebut dapat terjadi interaksi dengan maksud untuk mencapai tujuan terapi yang
diinginkan, karena tidak semua hasil interaksi itu buruk. Dalam penelitian ini peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hanya mengamati kemungkinan terjadinya interaksi dalam kombinasi-kombinasi
obat kardiovaskuler tersebut berdasarkan standar tanpa mengamati efek yang
dihasilkan setelah pemberian obat-obat tersebut secara bersamaan.
3. Kontraindikasi
Kajian kontraindikasi pada penelitian ini dilakukan dengan memeriksa
apakah obat-obat kardiovaskuler yang diberikan tidak kontraindikasi dengan kondisi
gagal jantung pasien pada umumnya, dan terhadap kondisi-kondisi khusus yang
menyertai penyakit gagal jantung pasien pada saat dirawat seperti yang tertera pada
hasil diagnosis.
Tabel XIX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal Jantung yang Mengalami
Kontraindikasi dengan Jenis Obat Kardiovaskuler yang Diberikan Selama Terapi di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
Golongan Obat
Jenis Obat
Kontraindikasi
Jumlah
Persentase
Terhadap
Pasien
Antagonis
valsartan
Gagal ginjal
4
10,5%
reseptor
angiotensin II
Dari hasil analisis data didapatkan 1 kasus kontraindikasi yang terjadi pada
peresepan yaitu, satu kasus dengan jenis obat valsartan dimana terdapat 4 pasien
yang mendapatkan valsartan pada peresepannya. Valsartan adalah salah satu obat
dari golongan antagonis reseptor angiotensin II yang bekerja mirip dengan
penghambat ACE yang dikontraindikasikan dengan gagal ginjal, ke 4 pasien tersebut
memiliki riwayat gagal ginjal dalam hasil diagnosisnya sehingga pemakaian
valsartan dalam terapi 4 pasien tersebut perlu mendapatkan perhatian yang khusus
serta pemantauan yang ketat terhadap fungsi ginjalnya dan pada pasien lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Efek samping
Ada jenis obat yang efek sampingnya bersifat ringan sehingga dapat ditolerir,
tetapi ada juga jenis obat yang efek sampingnya bersifat berat, sehingga perlu
dihentikan penggunaannya. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh
penggunaan obat dapat dihindari salah satunya dengan mengetahui kondisi pasien
gagal jantung itu sendiri maupun kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal
jantungnya seperti yang tertera pada hasil diagnosis.
Dari hasil kajian efek samping obat kardiovaskuler pada penelitian kali ini,
didapatkan satu kasus terapi yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek samping
yaitu, terapi penghambat ACE dengan jenis obat kaptopril. Penghambat ACE mampu
menimbulkan efek samping berupa gangguan darah, salah satunya adalah anemia.
Tabel XX. Jumlah dan Persentase Pasien Gagal JantungYang Dalam Hasil
Diagnosisnya Memiliki Riwayat Penyakit Penyerta Yang akan Diperparah
Kondisinya Oleh Obat-Obat Kardiovaskuler
Golongan Obat
Jenis Obat
Penyakit Penyerta Jumlah Pasien Persentase
yang Diperparah
Kondisinya
Penghambat
Kaptopril
Anemia aplastik
1
2,6%
ACE
Pada tabel XX ada 1 pasien yang mendapatkan terapi penghambat ACE
dengan jenis obat kaptopril padahal memiliki riwayat anemia aplastik pada hasil
diagnosisnya, hal ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebab pemberian
kaptopril
dikhawatirkan
akan
menimbulkan
efek
memperparah kondisi anemia pasien yang bersangkutan.
samping
yaitu
semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Jumlah jenis obat kardiovaskuler dalam peresepan yang memiliki dosis kurang
sesuai dengan standar sebanyak 11 jenis obat (50%) dari jumlah total jenis
obat kardiovaskuler yang diberikan dalam peresepan (22 jenis).
2. Kombinasi obat-obat kardiovaskuler yang potensial untuk terjadinya interaksi
sebanyak 18 jenis interaksi dengan jumlah kasus sebanyak 71 (186,8%) dari
jumlah
total
pasien
gagal
jantung
yang
mendapatkan
terapi
obat
kardiovaskuler (38 pasien).
3. Jenis obat kardiovaskuler yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal
jantung pasien atau terhadap kondisi-kondisi khusus yang menyertai penyakit
gagal jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis yaitu, valsartan
sebanyak 4 pasien (10,5%) kontraindikasi terhadap gagal ginjal.
4. Jenis obat kardiovaskuler yang kemungkinan akan menimbulkan efek samping
atau memperparah kondisi gagal jantung pasien maupun kondisi-kondisi
khusus yang menyertai gagal jantung pasien adalah kaptopril dengan jumlah
sebanyak 1 pasien (2,6%), efek samping yang mampu ditimbulkan atau
diperparah kondisinya adalah anemia aplastik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disarankan sebagai berikut:
1. Bagi pihak RSUP Dr. Sardjito
a. Perlu diperhatikan penggunaan obat yang memerlukan penyesuaian dosis
b. Pada pemberian beberapa kombinasi obat, perlu diperhatikan adanya
kemungkinan interaksi obat yang terjadi
c. Obat-obat yang dikontraindikasikan terhadap kondisi gagal jantung pasien
atau kondisi-kondisi khusus pasien yang menyertai penyakit gagal jantung
sebaiknya dihindari penggunaannya.
d. Perlu adanya pemantauan efek samping obat yang digunakan.
2. Bagi pihak pendidikan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
a. Perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut yang mengevaluasi alasan yang
digunakan para dokter dalam memberikan terapi bagi pasiennya terutama
dalam hal dosis obat, kombinasi obat serta pemilihan obat.
b. Akhir-akhir ini gagal jantung bukanlah lagi suatu penyakit yang hanya
diderita oleh pasien lansia tetapi juga terjadi pada kelompok usia anak-anak
bahkan pada neonatus, maka perlu dilakukan suatu penelitian lanjut terhadap
kelompok usia anak-anak tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2000a, Kesehatan Anak, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR.
Sardjito, Buku 2, bab XI, 167-170, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Anonim., 2000b, Penyakit Jantung, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP DR.
Sardjito, Buku 3, bab XVI, 87-88, Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Anonim., 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Braunwald E., 2000, Heart Failure, in Wintrobe M.M., et al, Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 6thEdition, Mc Graw Hill, New York.
Braunwald, Fauci, Kasper, Hauser, Longo, Jameson., 2002, Harrison’s Principles of
Internal Medicine : Harrison’s Manual of Medicine, 5th edition, 556, Mc
Graw Hill, USA.
Bustami Z.S., dan Muchtar A., 1999, Obat Gagal Jantung, dalam S.G Ganiswara,
(Ed.), Edisi 4, Farmakologi dan Terapi, 271-288, FK-UI, Jakarta.
Deedwania P.C, Carbajal E.V, 1995, Congestive Heart Failure, dalam Michael H.C.,
Current and Treatment in Cardiology, 152, Appleton and Lange, a Simon
and Schuster Company, USA.
Dipiro J T., 2003, AHFS Drug Handbook, 2nd edition, 124-125, Lippincott Williams
and Wilkins, USA.
Ganong W.F., 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, 529, EGC, Jakarta.
Hidayati W.B., 2001, Gagal Jantung : Masalah Utama Penyakit Kardiovaskuler,
Medika, 27 (4), 266.
Izenberg N, 2000, Pediatric, 2-3, Springhouse Corporation, Pennsylvania.
Kisworo B., 1996, Teknik Diagnosis Gagal Jantung, Medika, 22 (6), 474.
Knight J.F., 1989, Usahakan Jantung Sehat, diterjemahkan oleh M. Panjaitan dan
Lina Lintang, 83-85, Indonesia Publishing House, Bandung.
Lefrandt R., 1996, Penanganan Gagal Jantung Kongestif Berat dengan Penyekat Beta
(Bisoprolol) di ICCU RSUP Manado, Medika, 22 (10), 703, 768-774.
Meece J., 2003, Diabetes Mellitus : Pathophysiology and Complications,
International Journal of Pharmaceutical Compounding, 7(1), 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mutscler E., dan Derendorf H., 1995, Drug Action : Basic Principles and
Therapeutic Aspect, 347, 353, CRC-Press, Boston.
Nelson W.E, 1996, dalam Wahab, (Ed.), edisi 15, volume 2, Ilmu Kesehatan Anak,
1658-1662, EGC, Jakarta.
Nurkusuma D.D., 2001, Posyandu Lanjut Usia di Puskesmas Pare Kabupaten
Temanggung, Medika, 27(8), 531.
Panjaitan C.Z., 1991, Tetap Bugar Sampai Tua : Terobosan Baru Untuk Mencapai
Usia Maksimal, 83-85, Indonasia Publishing House, Bandung.
Pratiknya A.W., 2001, Dasar-Dasar metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, Edisi 1,10-13, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Santoso B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 23(10), 6-9.
Santoso B., 1997, Drug Interaction In Southeast Asia, Medical Progress, 24(5), 5-8.
Setiawati A., 1999, Interaksi Obat, dalam S.G Ganiswara, (Ed.), edisi 4,
Farmakologi dan Terapi, 800-810, FK-UI, Jakarta.
Shryock H, MD., dan Hardinge M.G, MD., 2003, Kiat Keluarga sehat : Mencapai
Hidup Prima dan Bugar, Jilid 3, 13, Indonesia Publishing House,
Bandung.
Susilowati M.R.D., 2002, Evaluasi Dosis, Interaksi, dan Kontraindikasi Peresepan
Obat Kardiovaskuler Pada Pasien Geriatri Gagal Jantung Kongesti Rawat
Inap di Rumah Sakit Panti RapihYogyakarta Periode Januari - Juni 2000,
Skripsi, 5-6, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Tjay T.H., dan Raharja K., 2002, Obat-Obat Penting, Edisi 5, 38, 549-558, PT Elex
Media Computindo Gramedia, Jakarta.
Wells B.G., Dipiro J.T., Schawinghammer T.L., Hamilton C. W., 2003,
Pharmacotherapy Handbook, 5th Edition, 56-63, McGraww Hills, New
York.
Woodley M., 1995, Pedoman Pengobatan, 171, Departement of Medicine,
Washington University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian
Dosis Dalam Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di
Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
No.
Jenis Obat
1
Kaptopril
.
Σ
Kasus
1
Dosis pada Resep
Dosis awal
2 x 12,5 mg
Dosis lazim
3 x 12,5 mg
2
1
3 x 12,5 mg
2 x 12,5 mg
2.
Valsartan
(Blopress)
2
1
1 x 16 mg
1 x 8 mg
3.
Digoksin
1
2 x 0,025 mg PC
1
1
1 x 1 tab (0,25 mg)
1 x 0,4 mg
Nifedipin
1
5 mg sekali sehari
Dipiridamol
1
3 x 75 mg
4.
Prazosin
(Minipress)
5.
6
Dosis Standar pada
IONI 2000
Dosis awal
2 x 6,25 mg-12,5 mg
Dosis lazim
2 –3 x 25 mg
Jenis
Ketidaksesuaian
SS
DS
DS
DS
80 mg sekali sehari
DS
DS
* Dosis awal
(digitalisasi cepat) 11,5 mg / 24 jam
(digitalisasi tidak
cepat) 250-500 mcg /
hari
Dosis lazim
125-250 mcg / hari
(pada fibrilasi atrial)
250-500 mcg / hari
(keadaan gawat)
DS
*Dosis lazim lanjut
usia
125 mcg / hari
Dosis awal
0,5 mg 2-4 x / sehari
Dosis lazim
1 mg 2-3 x / sehari
Dosis awal
2 x 10 mg
Dosis lazim
2 x 10-40 mg
300-600 mg sehari
dalam dosis terbagi
3-4 x sebelum makan
DS
DS
DS
DS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Daftar Jenis Obat Kardiovaskuler Yang Perlu Dilakukan Penyesuaian Dosis Dalam
Peresepan Obat Kardiovaskuler Untuk Pasien Gagal Jantung Di Instalasi Rawat Inap
RSUP DR. Sardjito Tahun 2003 Berdasarkan IONI 2000
No.
Jenis Obat
7.
Asetosal
(Ascardia)
8.
Isosorbid
dinitrat
Amiodaron
(Cordaron)
9.
10.
11.
Furosemid
(Lasix,
Furosemid)
Spironolakton
( Aldacton )
Σ
Kasus
1
Dosis pada Resep
320 mg
Dosis Standar pada
IONI 2000
• Pencegahan
sekunder penyakit
serebrovaskular
75-300 mg
• Mengurangi
kematian setelah
infark
miokardium
150-300 mg
40-160 mg sampai
240 mg k/p
Jenis
Ketidaksesuaian
AS
3
3 x sehari, 5 mg
2
1 x sehari, 100 # 3x sehari, 200 mg
mg
selama 1 minggu
DS
1
½-½-0
20 mg – 20 mg
DS
1
1
3 x 1, 40 mg
I.1 x sehari, 5mg
II.2 x sehari, 5mg
1
2 x 400 mcg
1
1
2 A / 8 jam
I. 1 x ¼ tablet,
100 mg
II. 2 x ¼ tablet,
100 mg
1 - 0 – 0 ; 12,5
mg
I. 1 x 40 mg
II. 1 x 25 mg
III. 2 hari sekali
1
1
Keterangan : AS : Di Atas Standar
# 2x sehari, 200 mg
selama 1 minggu
berikutnya
# Dosis lazim,
200 mg sehari
Dosis awal
40 mg / sehari
Dosis lazim
20 mg / sehari
lalu dilanjutkan
40 mg / sehari
tingkatkan hingga
250 mg
1-3 mg / KgBB / sehari
Dosis awal
20-50 mg / 24jam
Anak
3 mg / kg dalam dosis
terbagi
dewasa
100-200 mg sehari
Anak
3 mg / kg dalam dosis
terbagi
DS : Di Bawah Standar
DS
AS
DS
DS
AS
AS
DS
I AS
II. DS
III. DS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran II.
Standar Pelayanan Medis
Rumah Sakit Umum Pusat
DR. Sardjito
(Bagian Kesehatan Anak)
Gagal Jantung
Pengertian
Gagal jantung secara klinis dideflnisikan sebagai suatu keadaan, jantung
tidak mampu lagi menghasilkan isi semenit yang cukup untuk kebutuhan tubuh, atau
tidak mampu lagi mendorong darah ke a. pulmonalis atau kedua-duanya. Dari segi
praktis, gagal jantung dibagi raenjadi 3 macam :
1. Gagal j antung kanan
2. Gagal j antung kiri
3. Gagal j antung kanan dan kiri
Ketidakmampuan jantung kanan menyebabkan darah tertimbun dalam atrium
kanan, vena cava dan sirkulasi besar. Gagal jantung kiri banyak disebabkan oleh
stenosis katup mitralis karena demam rematik. Pada keadaan ini atrium kiri
mengalami dilatasi dan hipertrofi. Aliran darah dan paru ke atrium kiri terbendung,
akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis meninggi dan kemudian juga pada kapiler
paru dan a. pulmonalis. Bendungan darah dalam paru menyebabkan sesak napas
waktu bekerja (dyspnea d'
effort) atau waktu tidur (prthopnea). Pada anak, bendungan
paru ini sering menimbulkan batuk. Untuk memperbesar isi semenit, jantung
memperkuat sistole dan frekuensi denyut jantung juga meningkat, sehingga terjadi
takikardi.
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung kiri.
Setelah terjadi hipertensi pulmonal, terjadi timbunan darah dalam ventrikel kanan,
selanjutnya terjadi gagal jantung kanan.
Penyebab Gagal Jantung
- Pada minggu pertama, biasanya karena :
• Hyploplastic left heart syndrome
• Koarktasio aorta
• Transposisi pembuluh darah besar
• Penyakit endomiokardium, terutama iniokarditis karena virus coxsackie B
• Infusiensi katup trikuspidal dengan septum masih utuh
• Anomali Einstein
• Disfungsi miokardium karena hipoksemia berat
• Fistula arteriovenosa
• Anemia, umumnya anemia hemolitik kronik kongenital
• Polisitemia
• Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- Pada tahun pertama, biasanya karena :
• Transposisi arteria besar
•
Kelainan jantung kongenital dengan shunt dari kiri ke kanan yang cukup
besar
• Takikardi supraventrikular
- Pada anak yang lebih besar, biasanya karena :
• Demam rematik
• Hipertansi karena kelainan ginjal
• Miokarditis (karena demam rematik dan lain-lain)
• Anemia
• Endokarditis infeksiosa pada kelainan jantung ringan
• Fibrosis kistik (melalui kor pulmonal).
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Gejala dan tanda tak spesifik
• Kelelahan waktu makan dan minum
• Anoreksia
• Muntah
• Pertumbuhan badan terlambat
• Iritabel
2. Gagal jantung kanan (kongesti darah di sirkulasi besar)
• Takikardi
• Takipnea
• Desakan vena meninggi
• Hepatomegali
• Edema
• Asites
• Kardiomegali
3. Gagal jantung kiri (kongesti di paru)
• Batuk kronis
• Seringbersin
• Dyspnea d'
effort
• Takikardi
• Kardiomegali
4. Gagal jantung kanan dan kiri (gabungan 2 dan 3)
5. Gejala dan tanda lain :
• Edema muka / preorbital
• Ronki basah basal
• Irama gallop
• Anggota basan dingin dan lembab
• Keringat keluar terus-menerus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tatalaksana
Penderita baru dengan gagal jantung boleh dirawat jalan, bilamana gagal
jantung tidak berat dan penderita serta keluarganya bisa diajak kerjasama
(sebenarnya lebih baik penderita gagal jantung dirawat inap).
Tatalaksana penderita rawat inap
1. Tirah baring, sering enak pada posisi setengah duduk
2. Oksigenasi adekuat
3. Diit jantung, kalau perlu rendah garam.
4. Medikamentosa:
Digitalis : kebanyakan yang dipakai adalah digoksin, diberikan dengan dosis
inisial yang selanjutnya dengan dosis rumat: Dosis inisial:
- Prematur/neonatus : 0,03-0,05 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral.
- Umur 2 minggu-2 tahun : 0,04-0,06 mg i.v. atau i.m.: 0,06-0,08 mg peroral.
- Lebih dan 2 tahun : 0,02-0,04 mg i.v. atau i.m.: 0,04-0,06 mg peroral.
Cara Pemberian :
Dosis inisial diberikan dalam 24 jam : mula-mula '/2 dosis, 8 jam kemudian V*
dosis dan 8 jam kemudian % dosis. Bagan pemberian digitalis
8 jam 8 jam 8 jam
---------- x --------- x --------- x ---------- x
½
dosis ¼ dosis ¼ dosis
rumat
Dosis rumat: 1/3-1/5 dosis inisial, diberikan dalam 2 kali/hari; atau diberikan 2
kali sehari dengan dosis 0,01 mg/kg bb/kali pemberian dengan dosis maksimum 2
x 0,125 mg (tidak boleh melebihi 1 tablet sehari).
- Diuretik : biasanya tidak diberikan secara rutin, hanya pada keadaan tertentu ;
istirahat, diit rendah garam dan digitalis kurang berefek, atau diberikan pada gagal
jantung kanan murni.
a. Furosemid: 0,5-0,75 mg/kg bb/kali, i.v., dapat diulang tergantung
keadaan, maksimal 8 mg/kg bb/hari : 1 -1,5 mg/kg bb/kali, per os, dapat
diberikan 3 kali pemberian b. Ethacrynic acid : 0,5 - 1 mg/kg bb/kali, i.v.,
dapat diulang 12 jam sekali
10-20 mg/kg bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis c. Klorotiazid : 20 - 50 mg/kg
bb/hari, per os, dibagi 3-4 dosis d. Spironolakton (Aldakton): 2 - 3 mg/kg
bb/hari agar dapat memperbesar resistensi kalium dan menghambat
aldosteron.
- Antibiotik : mungkin diperlukan (tergantung penyebab).
- Sedativa ringan bila diperlukan.
5. Pada gagal jantung karena anemia harus dikerjakan transfusi PRC.
Pemantauan
- Keadaan umum, tanda utama frekuensi nadi dan respirasi.
- Volume air kemih tampung 24 jam.
- Oksigenasi.
- Kemungkinan intoksikasi digitalis, terutama karena dosis berlebih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Catatan:
Intoksikasi digitalis ditandai:
- Gejala ekstrakardial: nausea, muntah
- Gejala kardial: ekstra sistole, bigemini, blokade AV, aritmia sinus yang jelas,
takikardia atrial paroksismal.
Tatalaksana intoksikasi digitalis
- Hentikan pemberian digitalis
- Hentikan pemberian diuretik
- Monitor dengan EKG terus-menerus
- Obati aritmia yang timbul
- Periksa kadar elektolit, beri kalium seperlunya sampai kadar kalium normal
- Kemungkinan perlu transfusi tukar.
Tatalaksana penderita rawat jalan
1. Medikamentosa:
- Digitalis rumatan, misalnya : digoksin (lihat atas), maksimum diberikan 2 x 0,12
mg/hari
- Diuretik : tiap bulan
2. Kontrol: tiap bulan
3. Dipantau : keluhan, tanda fisik, kalau perlu EKG dan foto Rontgen dada.
Penderita dinyatakan sembuh bilamana gejala dan tanda sudah menghilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Standar Pelayanan Medis
Rumah Sakit Umum Pusat
DR Sardjito
(Bagian Penyakit Jantung)
Gagal Jantung
Definisi
Merupakan gambaran kegagalan jantung untuk memberikan aliran darah yang
dibutuhkan, dengan sendirinya nutrisi dan oksigen untuk proses metabolisme
jaringan.
Kriteria
a. Kerusakan miokard secara langsung :
1. penyakit jantung koroner;
2. keadaan kekurangan vitamin (beri-beri);
3. miokarditis;
4. kardiomiopathi.
b. Proload yang tinggi:
1. atrial septal defect;
2. ventrikular septal defect;
3. aortic regurgitation;
4. mitral regurgitation;
5. patent ductus arteriosus.
c. Afterload yang tinggi:
1. aortic stenosis;
2. systemic hipertension;
3. pulmonic stenosis;
4. coarctation of the ventrikel. d.
Keterbatasan pengisian ventrikel:
1. mitral stenosis;
2. constrictive pericarditis;
.
3. restrictive cardiomyopathies.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik diagnostik, rekaman elektrokardiografi foto thoraks,
pemeriksaan pulmonary disease, infeksi baru. Edema akibat penyakit ginjal dan
hepar.
Pengelolaan
Gagaljantung deraj at ringan
1. digoksin, dosis dikurangi pada gangguan fungsi ginjal.
2. diet, rendah garam.
3. aktivitas, dikurangi sesuai kemampuan.
Gagal jantung derajat sedang
1. digoksin dengan loading dose dan dosis pemeliharaan,
2. diet, tanpa garam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. aktivitas, pembatasan aktivitas dengan istirahat secukupnya.
Gagal jantung derajat berat
Seperti pada gagal jantung derajat sedang, hanya pasien perlu opname, obat
vasodilator.
Kriteria sembuh
Frekuensi jantung normal, tidak sesak napas, edema dan sianosis
menghilang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Data Analisis Peresepan Obat Kardiovaskuler Pasien Gagal Jantung di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
DR. Sardjito Tahun 2003
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1108159
JK/usia: P/26 thn
Lama dirawat: 6 hari
DU: CKD stage
V e.c susp
GNC
DK: DL:
Decompensasi
cordis gr III e.c
susp HHD
HT sta II
Anemia
normositiknormokromik
Komplikasi: -
EKG: STC HR
106x/menit
Kardiomegaki +
Asam folat
CaCO3
Lasix
Tensivak
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Asam folat
Kalsium-karbonat
Furosemide
Amlodipin bensilat
3x1
3x1
1 A/12 jam
1x10 mg
Lama
pakai
6 hari
6 hari
6 hari
6 hari
Dosis
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I *)
Furosemide+amlodipin bensilat
-
Efek samping **)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1090959
JK/usia: L/71 thn
Lama dirawat: 7 hr
DU: Anemia aplastik
D
Anemia
aplastik
K:
DL:
Decom.cordi
s gr II
HT gr II
Komplikasi: Pasien
meninggal dunia
EKG:
HR 96x/mnt
Susp LVH
Dying heart
Flat pupil
Midriasis
maksimal
Kaptopril I
Kaptopril II
Prednison
Dopamin I
Dopamin II
Dopamin III
Ceftriakson
Radin
Antasid
Fluimycil
Vitonal
Ekstra PRC
*dexamethas
on
*lasix
Transfusi
PRC (lasix
pre transfusi)
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Dosis
Ceftriakson
Ranitidin
Antasid
Asetilsistein
Multivitamin
2x12,5 gr
3x12,5 gr
6-3-0
6 tetes/makro
9 tetes/makro
12 tetes/makro
1 gr/ 12 jam
1 A/ 12 jam
3xCI
3xCI
3x1
Lama
pakai
1 hari
6 hari
2 hari
5 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Dexamethason
1 A/ jam
3 hari
SS
Furosemide
Furosemide
1 A/ jam
1 kalf / jam
3 hari
7 hari
SS
SS
Kaptopril
Prednison
Dopamine
SS
DS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I *)
Kaptopril+furosemid
-
Efek samping **)
Kaptopril
memperburuk
kondisi anemia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1083543
JK/usia: L/11 thn
Lama dirawat: 7 hr
DU: gagal
ginjal kronik
DK: DL: Decomp.cordis
ISK
Retinopati
Komplikasi: pasien
meninggal dunia
EKG:
-
Cefotaksim
Amoksisilin
Furosemide
Calcidin
Parasetamol
Dopamine
Ceftazidime
Eks.lasix
Asam
nalidiksat
UGD :
Aminoleban
Dopamine
Albumin
D 10 ½ %
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Cefotaksim
Amoksisilin
Furosemide
Multivitamin
Parasetamol
Dopamine
Ceftazidime
Furosemide
Asam nalidiksat
3 x 650 mg
3 x 350 mg
1 x 20 mg
3x1
200 mg k/v
10 cc/200 mg
3 x 500 mg
20 mg
2 x 250 mg
Lama
pakai
5 hari
4 hari
7 hari
7 hari
7 hari
6 hari
2 hari
I hari
1 hari
Campuran nutrisi
Dopamine
Albumin
Cairan elektrolit
8 cc/ jam
2 cc/jam
40 cc
26 cc/jam
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Dosis
AS
AS
SS
SS
DS
SS
AS
SS
AS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I *)
-
-
Efek samping **)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0874143
JK/usia: P/66 thn
Lama dirawat: 9 hr
DU: gagal
ginjal
terminal
DK:
CRF
dengan HD 2
x seminggu
DL: Komplikasi:
Decomp.cordis
HT
Anemia
Bronchopneumonia
EKG:
STC 104 x/ mnt
Augmentin
Lasix
Ketosteril
CaCO3
Folavit
Nefrovit
Norvask
Natrilix
Blopress
Mucophect
Codein
Aminophylin
Eprex
Cefobid
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Co amoksiklav /
amoksisi-lin-asam
klavulanat
Furosemide
As.amino esensial
Kalsium karbonat
As.folat
As.folat
Amlodipin bensilat
Indapamid
Valsartan
Ambroxol
Codein
Aminophylin
Apoetin
sefoperazon
Dosis
2 x 500 mg
Lama
pakai
9 hari
2x1
3x1
3x1
3x1
1x1
2 x 5 mg
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
1x1
1 x 16 mg
1x1
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
9 hari
SS
DS
SS
SS
SS
SS
SS
3x1
2 x 1 gr
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+indapamide
CaCO3+indapamide
Valsartan+amlodipin
bensilat
Valsartan
terhadap
gagal
ginjal
Efek
samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1113040
JK/usia: L/44 thn
Lama dirawat: 1 hari
DU: ST elevated
myocard infark
DK: DL: Decomp cordis
Sepis
Ischaemic heart
desease
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
EKG:
S T C.HR 115 x /
mnt
VES frekuensi
RPBB komplet
RVH
Ceftriakson
Azitromicin
Lasix
ISDN
Trombo aspilet
Fluimycil
Sistenol
KSR
Inf. asering
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0011631
JK/Usia: L/19 thn
Lama dirawat: 1 hari
DU: Thallasemia
mayor
DK: DL: Decomp.cordis
Syok kardiogenik
Hemosiderosis
Komplikasi: pasien
meninggal dunia
EKG:
HR 115 x /mnt
PR memanjang
Surp HVKa
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Ceftriakson
Azitromicin
Furosemide
Isosorbid dinitrat
Asetosal
1 g / 12 jam
1 x 500 mg
1 A / 12 jam
3 x 5 mg
Lama
pakai
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
2 x 80 mg
1 hari
SS
Asetilsistein
Parasetamol
Kalium-klorida
Cairan elektrolit
3xCI
3 x 1 k/p
2x1
12 tts / mnt
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
SS
SS
SS
SS
Lama
pakai
1 hari
1 hari
Dosis
1 hari
SS
K/P
5A
1 hari
1 hari
SS
SS
1 sub K/P
1 tablet
1 hari
1 hari
SS
SS
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Lasix I
Lasix II
Furosemide
Furosemide
Transfusi PRC
- Dexameth.
- Lasix
Diazepam
Dondexin +
anti histamin
Parasetamol
Novalgin
Transfusi PRC
-Dexamethason
-Furosemide
Diazepam
Difenhidramin kombinasi
Parasetamol
Antalgin
40 mg
2–4
mg/kgBB/x
5cc/kgBB/hr
Dosis
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I *)
-
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I *)
-
-
Efek samping **)
-
Efek samping **)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1106270
JK/usia: P/3 bln
Lama dirawat: 5 hari
DU: Supraventrikuler
takikardi
DK: Decomp.cordis
PJB
ASD
DL: Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
EKG:
HR 214 x /mnt
SVT
ASD secundum
kecil
L-R shunt
M I sedang
T I berat
Digoksin
Minipress
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0718776
JK/usia: P/4 thn
Lama dirawat: 6 hari
DU: Vomitus profuse
tanpa dehidrasi
DK: DL: Decomp.cordis
Komplikasi: -
EKG: -
Cefotaxim
Parasetamol
Cupressin
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Digoksin
Prazosin
2 x 0,025 mg PC
0,4 mg
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Cefotaksim
Parasetamol
Delapril
3 x 500 mg
150 mg K/P
I x CI
Lama
pakai
5 hari
1 hari
Dosis
Lama
pakai
6 hari
3 hari
1 hari
Dosis
DS
DS
AS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+prazosin
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
Efek samping **)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1089584
JK/usia: L / 58 thn
Lama dirawat: 44 hari
DM: Tetanus gr I
DL: Decomp.cordis
Diabetes mellitus
Gangren gigi
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
-
Obat paten
Per-oral:
Cedocard
Radin
T. aspilet
Neurobion
Stugeron
Climadan
Digestadon
Farmachrol
Sistenol
Novalgin
Diazepam
Glibenklamid
Glucophag
Amaxil
New diatab
Pamol
ISDN
Non-oral :
Inf.
Flagyl(+RL)
Atropin sulfat
Inj.Valium
Novalgin
Baralgin
Lidocain
Dalacin C –
Peresepan
Nama generik
Dosis
regimen
Lama
pakai
Dosis
Isosorbid -dinitrat
3x1
36 hari
DS
Ranitidin
Asetosal
Vit. B kompleks
Sinarizin
Klindamisin
Domperidon
Aluminium –
hidroksida
Parasetamol
Antalgin
Diazepam
Glibenklamid
Metformin
Glimepiride
Attapulgit aktif
Parasetamol
Isosorbid dinitrat
2x1
1x2
3x1
3x1
4x1
1x1
3x1
35 hari
40 hari
43 hari
24 hari
27 hari
10 hari
11 hari
SS
SS
AS
SS
SS
DS
SS
9 hari
6 hari
3 hari
1 hari
1 hari
8 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
k/p
k/p
k/p
1-1-0
2 mg
3x1
1x1
3 x 1,
(pengganti
cedocard)
Metronidazol
Atropin sulfat
Diazepam
Antalgin
Antalgin(penggan
ti Novalgin)
3 x 300 mg
k/p
k/p
1 A/24 jam
1 A/24 jam
24 hari
DS
8 hari
6 hari
SS
SS
Lidocain hidroklorida
Klindamisin
100 mg/1520 mnt
300 mg/6jam
1 hari
SS
9 hari
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
phosphat
Ekst.
Pronalges
H2O2
Tarivid tts
Metronidazol
Inf.
Martos+amino
vel
Valium
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 0120783
JK/usia: P/59 thn
Lama dirawat: 1 hari
DU: Unstable angina
pectoris
Decomp.cordis gr II etc.
IHD/HHD
DK: -
DL: HT sta. II
Komplikasi: -
HR 80 x / 1 menit
1 x sehari
1 x sehari
1 hari
1 hari
SS
SS
3 x sehari
500mg drip
21 hari
8 hari
SS
SS
Maltosa+as.amino
1 : 1, 2 hari
sekali
5 A dalam
500 cc R L
12-12-12
8 hari
SS
8 hari
SS
3 hari
SS
Dosis
2x1
Lama
pakai
1 hari
3 x 5 mg
2 x 80 mg
2 x 5 mg
1 A/12 jam
1 x 10 mg
320 µg
500 mg
5 mg
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
SS
SS
AS
SS
SS
AS
SS
SS
Diazepam
RL
Cairan elektrolit
Obat paten
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Data laboratorium
EKG:
Ketoprofen
Hidrogen peroksida
Ofloksasin
Metronidazol
Aspar K
ISDN
T. aspilet
Diazepam
Lasix
Simvastatin
Ascardia
Inj. Antalgin
Inj. Valium
Kalium Laspartat
Isosorbid dinitrat
Asetosal
Diazepam
Furosemide
Simvastatin
Asetosal
Antalgin
Diazepam
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1110293
JK/usia: P/70 thn
Lama dirawat: 8 hari
DU: Sepsis
DK: -
DL: Decomp.cordis gr
III ec susp.HHD
EKG:
STC
APB jarang
Susp LVH
HR 120 x /mnt
GEA
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
Ceftriakson
Parasetamol
Domperidon
-tab
Aspar K
Inj.Lasix
Inj.Flodex
Inj.metronida
-zole
Inj.gentamyc
-in
Digoksin
Lasix tab
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1110397
JK/usia: P/25 thn
Lama dirawat: 5 hari
DU: AIHA tipe
campuran
DK: DL: Decomp.cordis
gr I-II ec AHD
AIHA tipe
campuran
Hiperurisemia
Komplikasi: -
EKG:
STC
Inj.Ceftazidime
Inj.medixone
Inj.sotatic
Sistenol
lasix
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Ceftriakson
Parasetamol
Domperidon tab
1 gr/12 jam
3 x 1 K/P
3 x 1 AC
Lama
pakai
7 hari
2 hari
5 hari
Kalium L-aspartat
Furosemide
Metronidazole
Metronidazole
3x1
1 A/12 jam
500 mg/8 jam
500 mg/8 jam
8 hari
6 hari
1 hari
5 hari
SS
SS
Gentamycin
60 mg/ 12 jam
5 hari
AS
Digoksin
Furosemide
2 x ½ tab
1-1-0
3 hari
1 hari
SS
SS
Dosis
1 gr/8 jam
12 gr/6 jam
Lama
pakai
5 hari
5 hari
K/P
1 hari
SS
K/P
1-0-0
1 hari
5 hari
SS
SS
Peresepan
Nama generik Dosis regimen
Ceftazidime
Metil prednisolon
Metokloprami
da
Parasetamol
Furosemide
Dosis
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
Efek samping**)
-
Efek samping**)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1108097
JK/usia: L/34 thn
Lama dirawat: 8 hari
DU: CKD st.V ec
susp.GNC
DK: -
DL: Decomp.cordis gr
I/II et causa susp
HHD
Hipertensi st II
Komplikasi: -
EKG:
STC Hr 110 x /
mnt
Iskemik interval
Inj.lasix
Nifedipin
Tensivask
CaCO3
As.folat
Approvel
Maintate
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Furosemide
Nifedipin
Amlodipin bensilat
Kalsium karbonat
Asam folat
Valsartan
Bisoprolol
Dosis
2 A/ 8 jam
5 mg
1 x 10 mg
Lama
pakai
8 hari
1 hari
8 hari
3xI
3xI
1 x 150 mg
1 x I (10 mg)
8 hari
8 hari
1 hari
5 hari
SS
SS
SS
SS
SS
DS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+nifedipin
Furosemide+amlodipin
Furosemide+bisoprolol
Furosemide+valsartan
Nifedipin+bisoprolol
Nifedipin+valsartan
Amlodipin+bisoprolol
Amlodipin+valsartan
Bisoprolol+valsartan
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0080185
JK/usia: P/67 thn
Lama dirawat: 38
hari
DU: intra cerebral
infarction
DK: DL: Decomp.cordis
DM II NO
Bronchopneumo
nia
Komplikasi: pasien
meninggal dunia
EKG:
STC
Nicholin
Neurocet
Blopress
Farmasol
Vasotin
Asering
Kenalog in ora base
Ka En 3 B
Digoksin
Tensivask
Aspar K
Ekst.
parasetamol
Inj.ceftriakso
n
Metformin
Neurotam
Polimixin B
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Lama
pakai
Dosis
Citikolin
Pirasetam
Valsartan
Asetosal
Dipiridamol
Cairan elektrolit
Kortikosteroid
2 x 500 mg
4 x 3g
1 x 8 mg
3 x 100 mg
3 x 75 mg
20 tpm
3 x sehari
SS
SS
DS
DS
DS
SS
SS
Natrium
klorida+glukosa
Digoksin
20 tpm
SS
AS
Amlodipin
bensilat
Kalium L-aspartat
1x1 tab (0,25
mg)
1 x 10 mg
3 x 2 tab
SS
Parasetamol
Ceftriakson
1 tab K/P
2 gr/24 jam
SS
SS
Metformin
Pirasetam
polimiksin
2 x 500 mg
4x3
1 x I tab
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Valsartan+digoksin
Valsartan+amlodipin
bensilat
Digoksin+amlodipin
bensilat
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1110353
JK/usia: P/85 thn
Lama dirawat: 8 hari
DU: Decomp.cordis
gr IV etc.
susp.HHD
dengan edema
pulmo
EKG:
LVH
OMI antero septal
DK: DL: CAP resiko IV
DM II NO
dengan
hiperglikemia
HT stad.I
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
No. M R: 0996158
JK/usia: P/5 thn
Lama dirawat: 8 hari
DU: Decomp.cordis
DK: DL: Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG: -
Lasix
Digoksin
Cedocard
Aspar K
Capoten
T.aspilet
Inj.ceftriakso
n
Flumycil
RL
Azithromicin
Furosemide
Obat paten
Ceftriakson
Claforan
Rocephin
Toradol
Metoclopramid
Transibroncho
Kemicetin
Cefiksim
Aldacton
Alinamin F
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Furosemide
Digoksin
Isosorbid dinitrat
Kalium L-aspartat
Kaptopril
Asetosal
Ceftriakson
1-1-0
2x½
3 x 5 mg
2x1
3 x 12,5 mg
1 x 80 mg
1 gr / 12 jam
Lama
pakai
8 hari
8 hari
8 hari
4 hari
8 hari
3 hari
5 hari
Asetilsistein
Natrium laktat
Azithromicin
Furosemide
3 x CI
3 x 10 unit
1 x 500 mg
1-1-0
5 hari
5 hari
1 hari
1 hari
SS
SS
SS
SS
Dosis regimen
Dosis
500 mg
1 x 500 mg
2 x 500 mg
3 x 15 mg
Lama
pakai
1 hari
4 hari
4 hari
4 hari
k/P
3 x 1 cth
4 hari
4 hari
SS
SS
5 mg/kg/x
1x½
3 x 50 mg
4 hari
4 hari
4 hari
SS
SS
SS
Peresepan
Nama generik
Ceftriakson
Cefotaksim
Ceftriakson
Ketorolak
trometamol
Metoklopramid
Ambroxol
Kloramfenikol
Cefiksim
Spironolakton
Tiamin tetrahidro
–sulfuril disulfida
basa
Dosis
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
AS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+digoksin
Furosemide+kaptopril
Digoksin+kaptopril
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0376961
JK/usia: P/67 thn
Lama dirawat: 4 hari
DU:
Gagal ginjal
terminal
DK: DL: Komplikasi:
Decomp.cordis
Anemia
Bronchopneumonia
EKG:
OMI anterior
-
CaCO3
As. Folat
Approval
Radin
Theranex
Furosemide
Nifedipin
As.Mefenamat
Diabetion
Osteocal
Ketosteril
Imunos
Lasix
Primperon
Cefobid
Aminophylin
Rocatrol
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Lama
pakai
4 hari
4 hari
4 hari
4 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Dosis
Kalsium karbonat
As. Folat
Valsartan
Ranitidin
As. Traneksamat
Furosemide
Nifedipin
As. Mefenamat
3x1
3x1
1x1
2x1
3x1
2x1
1 x 10 mg
Besiglukonat
Kalsiummagnesium
As. Essential
Mineral
Furosemide
Pankreatin
Sefoperazon
Aminophylin
Kalsitrol
1x1
1x1
1 hari
1 hari
SS
SS
3x1
1x1
1 A/8 jam
k/P
1 gr / 12 jam
3x1
1x1
1 hari
1 hari
4 hari
4 hari
4 hari
2 hari
1 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Valsartan+furosemide
Valsartan+nifedipin
Furosemide+kalsium
karbonat
Valsartan
terhadap
gagal
ginjal
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1089561
JK/usia: P/23 thn
Lama dirawat: 12
hari
DU : effusi pleura
sinistra etc.
specific proses
DK: DL: Decomp.cordis
gr II etc.
cardiomyopathy
peripartum
Anemia
nomositiknormokromik
Komplikasi: -
EKG:
STC
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Ceftriakson
Azithromicin
Ceftriakson
Azithromicin
Pavol
Atrovent
Parasetamol
Ipratropium bromida
Budesonid
Parasetamol
Digoksin
Digoksin
Furosemide
Kaptopril
Pulmicort
Sistenol
Lanoxin
Digoksin
Lasix tab
Kaptopril
2 gr / 24 jam
1 x 500 mg(I)
1 x 250 mg
3 x 1 K/P
2 cc
2 cc
3 x 1 K/P
½A
2 x ½ tab
1/2 –0-0
2 x 6,25
Lama
pakai
7 hari
7 hari
Dosis
1 hari
1 hari
SS
SS
1 hari
11 hari
1 hari
9 hari
3 hari
3 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+kaptopril
Kaptopril+furosemide
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1067764
JK/usia: L/45 thn
Lama dirawat: 15 hari
DM : Gagal jantung gr
II
DU: Gagal jantung gr IV
susp. Iskemik heart
desease
DL: Insufisiensi renal pyelolithiasis
dextra post
pyelolitektomi
Hiperalbuminema
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
OMI
anteroseptal
LV strain
Obat paten
Inj. Lasix
Aspar K
Inj. Dolana
ISDN
Kaptopril
Laxadin sulfa
Ceftriakson
T. aspilet
Radin
Nephrolitotomi
Siprofloxadin
ext.
Diazepam
Peresepan
Nama generik
Dosis
regimen
2 A / 8 jam
Furosemide
Kalium L-aspartat 3 x 1
1 A K/P
Tramadol
3 x 5 mg
Isosorbid dinitrat
3 x 6,25 mg
Kaptopril
3 x 1 Ct
Parafin
Ceftriakson
Asetosal
Ranitidin
Heksamin
1 gr / 12 jam
2 x 80 mg
1 A / 8 jam
20-1-200
Siprofloksasin
2 x 500 mg
Diazepam
2000cc/24
jam
Lama
pakai
15 hari
15 hari
3 hari
12 hari
12 hari
12 hari
6 hari
12 hari
3 hari
1 hari
4 hari
1 hari
Dosis
AS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+kaptopril
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Obat paten
No. M R: 0723488
JK/usia: L/10 bln
Lama dirawat: 8 hari
DM: Tetralogi fallot
DU: Decomp. Cordis
DL: Ventrikel –tunggal
EKG:
Ventrikel tunggal
TGA
PA
Kolateral
Atresia –
pulmonal
Transposisi –arteri
besar
Identitas
Cefotaxim
Parasetamol
Furosemide
Aldacton
Spironolakton
Ambroxol
Avil
Ambroxol
Feniramin
maleat
Digoksin
Furosemide
Ketotifen
Cotrimoxazol
Digoksin
Ekst. Lasix
Ketotifen
Cotrimoxazol
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Cefotaxim
Parasetamol
Lasix I
Data laboratorium
DU: Decomp.cordis
Atrial septal
deffect
DL: Decomp. cordis
Komplikasi: -
EKG:
ASD secundum
basah
Dextroposisi
2 x 1/7 tab
3 mg
2 x ¾ tab
2 x 30 mg
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Obat paten
No. MR: 0943296
JK/usia: L/54 thn
Lama dirawat: 5 hari
DM: Bronchopneumonia
3 x 320 mg
3 x 70 mg K/P
1 x 5 mg (I)
2 x 5 mg (II)
1 x ¼ tab (I)
2 x ¼ tab (II)
3 x 2/15 tab
3 x 1/6 tab
Lama
pakai
7 hari
8 hari
6 hari
1 hari
6 hari
1 hari
3 hari
7 hari
6 hari
1 hari
4 hari
4 hari
4 hari
Dosis
Dosis
SS
SS
SS
SS
-
Terbutalin sulfat
½ A K/P
Lama
pakai
3 hari
Lasix
Digoksin
Aldacton
Nebulizer –
ventrikel
Furosemide
Digoksin
Spironolakton
Terbutalin sulfat
20 mg
2 x 0,1 mg
2 x ½ tab
½ A K/P
4 hari
4 hari
3 hari
3 hari
Nebulizer
bricasma
SS
SS
AS
AS
AS
AS
SS
SS
SS
SS
SS
DS
DS
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+spironolakton
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
-
Efek samping**)
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1114971
JK/usia:P/24 th
Lama dirawat: 3 hari
DM: Decomp.cordis
gr IV etc.susp.
IHD/HHD
EKG:
STC HR 140 x /
mnt
Poor wave
progression dd
OMI antero septal
kardiomyopathi
Inj. Lasix
Kaptopril
ISDN
T. aspilet
Aspar K
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Furosemide
Kaptopril
Isosorbid dinitrat
Asetosal
Kalium L-aspartat
1 A/ 8 jam
2 x 6,25 mg
3 x 5 mg
2 x 80 mg
3x1
Lama
pakai
4 hari
4 hari
4 hari
4 hari
4 hari
Dosis
Lama
pakai
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
7 hari
Dosis
SS
SS
DS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+
kaptopril
-
Efek samping**)
-
DU: Decomp.cordis
gr I-II etc.susp.
IHD dd
cardiomyopathi
DL: Obesitas
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 0503376
JK/usia: P/13 thn
Lama dirawat: 7 hari
DU: Decomp.cordis
Atrial septal deffect secundum
HT pulmonal
DK: DL: Down syndrome
Asthma
bronkiale
Komplikasi:
Down syndrome
Asthma bronkiale
EKG:
Hipertrophi
ventrikel kanan dan
kiri
AV blok derajat I
Cefadroxil
Digoksin
Aminophylin
Aldacton
Lasix
Ambroxol
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Cefadroxil
Digoksin
Aminophylin
Spironolacton
Furosemide
Ambroxol
2 x 400 mg
2 x 0,1 mg
2 x 60 mg
2 x 12,5 mg
1 x 20 mg
3 x 1 cth
DS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+spironolakton
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1087282
JK/usia: P/65 thn
Lama dirawat: 3 hari
DU: ischaemic heart
desease
EKG:
NSR
DK: DL: Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1067681
JK/usia: P/12 thn
Lama dirawat: 15 hari
DU: Demam rematik
akut
DK: DL: Decomp.cordis
Prolaps ringan
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
Sinus takikardi
Fluimycil
Digoksin
Inj. Lasix
Becombion F
Primperon
Profenid
Nebulizer
Ventolin
Flexotide
Obat paten
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Asetilsistein
Digoksin
Furosemide
Vit.B komplek
Pankreatin
Ketoprofen
Terbutalin sulfat
Salbutamol
Flutikason propionat
4x1
4x1
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Asetosal
Asetosal
Prednison
Prednison
Ospen
Phenoxymetil –
penicillin
Bisacodil
Dulcolax
2 x 1 capsul
1 x ½ tab
1A
2x1
1A
4 x 1 tab (I)
3 x 1 tab (II)
3 x ½ tab (I)
2-1-1 tab (II)
1-1-1 tab (III)
3 x 1 tab (250
mg)
1x1
Lama
pakai
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
2 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Dosis
Lama
pakai
7 hari
8 hari
7 hari
7 hari
1 hari
15 hari
Dosis
1 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
DS
SS
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
Efek samping**)
-
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. M R: 1098285
JK/usia: P/5 thn
Lama dirawat: 30 hari
DM: Decomp.cordis
DU: Decomp.cordis
DL: DA ventrikel
septal deffect
Komplikasi:
Endokarditis
Data
laboratorium
EKG:
-
Obat paten
Lasix
Aldacton
Prednison
Digoksin
Ampicillin
Gentamisin
Glostrum
Dulcolax
Cefotaksim
Candistin
Curvit
Parasetamol
Avil
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Furosemide
Spironolacton
Prednison
Digoksin
Ampicillin
Gentamicin
Multivitamin
Bisacodil
Cefotaksim
Nistatin
Vitamin
Parasetamol
Feniramin –
maleat
1 mg/kgBB
2 x ½ tab
2 mg/kgBB/hr
2 x ¼ tab
4 x 600 mg
2 x 30 mg
1 x cth
1x1
3 x 800 mg
3 x cs
1 x cth
120 mg k/p
½ tab
Lama
pakai
19 hari
30 hari
1 hari
27 hari
19 hari
29 hari
27 hari
1 hari
8 hari
8 hari
8 hari
1 hari
5 hari
Dosis
SS
SS
AS
SS
AS
AS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+spironolacton
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1072124
JK/usia: P/65 thn
Lama dirawat: 10 hari
DU: CLL
DK: DL: Decomp.cordis
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
STC
NSR
Ischaemic
antero septal
Obat paten
Sistenol
Aspar K
Capoten
Parasetamol
Kalium L-aspartat
Kaptopril
Inf. KaEN 3B
Miovitam
Cedocard
Allopurinol
Lanaxin
T. aspilet
Kaptopril
Q – ten
Levichol
Urdafark
Natrium klorida
Dulcolax
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1112316
JK/usia: P/32 thn
Lama dirawat: 7 hari
DU: Post BMV pada
decomp.cordis
gr IV etc. MS
severe
DK: DL: Komplikasi: -
EKG:
LVH
LAH
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Multivitamin
Isosorbid dinitrat
Allopurinol
Digoksin
Asetosal
Kkaptopril
Ubikuinon
Multivitamin
As.Ursodeoksikolat
Bisacodil
K /P
2 x 6,25 mg (I)
2 x 12,5 mg
(II)
20 tts/1 mnt
2 x 1 tab
1 x 300 mg
1 tab
1 x 1 k/p
3 x 6,25 mg
1 tab
1 tab
1 tab
1 tab
Peresepan
Nama generik Dosis regimen
Lama
pakai
10 hari
9 hari
8 hari
2 hari
Dosis
9 hari
SS
10 hari
7 hari
5 hari
3 hari
7 hari
7 hari
3 hari
1 hari
6 hari
6 hari
1 hari
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
Lama
pakai
Dosis
SS
SS
SS
SS
Inj. Ceftriakson
Lasix
Aldacton
Fluimycil
Inj.
Dexamethason
Ospen
Pralax
Ceftriakson
Furosemide
Spironolacton
Asetilsistein
1 gr/ 12 jam
½-0-0
12,5;1-0-0
3 x CI
4 hari
4 hari
6 hari
6 hari
SS
SS
DS
SS
Dexamethason
Phenoxymetil
-penicillin
Sefalexim
1 A/12 jam
2x1
7 hari
3 hari
DS
DS
1 x 1 CII
3 hari
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+kaptopril
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1075906
JK/usia: L/11 thn
Lama dirawat: 12 hari
DU: Decomp.cordis
kiri
DK: DL : Penyakit jantung
-rematik
Mitral stenosis
Mitral insufisiensi
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
Right bundle
branch block
Atrial fibrilasi
-
Obat paten
Peresepan
Nama generik Dosis regimen
Digoksin
Lasix
Digoksin
Furosemide
Aldacton
Spironolacton
Ospen
As.Salisilat
Prednison
Phenoxymetil
-penicillin
As. Salisilat
Prednison
Antasida
Phenoxymetil
-penicillin
Antasida
Phenoxymetil
-penicillin
2 x 0,125 mg
1 x 40 mg
1 x 40 mg, 2
hari sekali
1 x 40 mg
1 x 25 mg
1 x 25 mg, 2
hari sekali
3 x 250mg/hari
3 x 500mg/hari
2 mg/
kgBB/hari
15 tab (5-5-5)
K/P
3 x 250 mg
Lama
pakai
12 hari
9 hari
4 hari
Dosis
3 hari
7 hari
4 hari
DS
SS
SS
7 hari
SS
11 hari
11 hari
SS
SS
11 hari
4 hari
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+spironolacton
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1085908
JK/usia: P/5 bln
Lama dirawat: 7 hari
DU: Decomp.cordis
DK: -
EKG:
Sinus takikardi
Ventrikel ekstrim
sistole paroxi
DL:
Dextrocardia
, ASD besar,
PDA kecil,
TI trivial
HBO2
Parasetamol
Largactil
Vitamin B1
KCl
Cefotaxim
Amikasin
Digoksin
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
HBO2
Parasetamol
Klorpromasin
Vitamin
Kalium klorida
Cefotaxim
Amikasin
Digoksin
3 x 35 mg
3 x 3,5 mg
2 x 50 mg
3 x 90 mg
3 x 350 mg
2 x 27 mg
0,1 mg/8 jam (I)
0,05 mg/8 jam
(I)
0,05 mg (I)
2 x 0,03 mg (II)
Lama
pakai
Dosis
7 hari
7 hari
7 hari
5 hari
6 hari
6 hari
1 hari
DS
AS
SS
SS
SS
AS
SS
6 hari
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
Hidrosefalus
Conjunctiviti
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 0714317
JK/usia: L/7 thn
Lama dirawat: 14 hari
DM: Decomp.cordis
DU: Decomp.cordis
PJB asianotik
USD dg
endokarditis
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG: -
Obat paten
Peresepan
Nama generik Dosis regimen
Ampicillin
Ampicillin
4 x 1 gr
Gentamicin
Gentamicin
2 x 45 mg
INH
INH
Rifampicin
Rifampicin
Pirazinamide
Pirazinamide
10 mg/kgBB/hari,
1x1
15 mg/kgBB/hari,
1x1
25 mg/kgBB/hari,
2x1
1 x 1, 10 mg
Vit B6
Vitamin B6
Lama
pakai
Dosis
13 hari
AS
13
hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
DS
SS
AS
AS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1074618
JK/usia: L/50 thn
Lama dirawat: 1 hari
EKG:
Tall T
DM: Penurunan kesadaran etc.
encephalitis
DU: Penurunan kesadaran etc.
encephalitis
Lasix
Aspar K
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Dosis
1 A/12 jam
2x1
Lama
pakai
1 hari
1 hari
1 gr/12 jam
3x1
2 x 250 mg
2x1
1x1
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
SS
SS
SS
SS
SS
Dosis
1 A/12 jam
2 x 1 tab
3 x 12,5 mg
1 x 100 mg
Lama
pakai
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
2 x 80 mg
2x1
3 hari
1 hari
SS
DS
Ceftriakson
Sistenol
Inj. Nicholini
Inj. Zeftrix
Inj. Tyason
Furosemide
Kalium Laspartat
Ceftriakson
Parasetamol
Citikolin
Ceftriakson
Ceftriakson
Obat paten
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
SS
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
-
Efek samping**)
-
DL: Decomp.cordis
gr II etc. susp.
cardiomyopathi
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1112927
JK/usia: P/49 thn
Lama dirawat: 3 hari
DM: Decomp.cordis
gr.II etc.susp.
IHD/HHD
DU: Decomp.cordis
gr.II etc.susp.
IHD/HHD
DL: HT stad.II
Komplikasi: -
Data laboratorium
EKG:
Sinus rhythm
VPB frekuen
LBBB inkomplet
Furosemide
Aspar K
Kaptopril
Cordaron
T. aspilet
Alupent
Furosemide
Kalium L-aspartat
Kaptopril
Amiodaron hidroklorida
Asetosal
Orsiprenalin sulfat
SS
SS
DS
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+kaptopril
Furosemide+amiodaron hidroklorida
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1096201
JK/usia: L/1 bln
Lama dirawat: 10 hari
DU: Decomp.cordis
DK: DL: Patent ductus arteriol
Data
laboratorium
EKG:
-
Insufisiensi mitral
anemia
Komplikasi:
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 0438726
JK/usia: P/65 thn
Lama dirawat: 3 hari
DM: Decomp.cordis
gr II etc.susp.
IHD/HHD
Gastroenteritis -akut
tanpa dehidrasi
DU : Decomp.cordis
gr II
DL: HHD/IHD
Gastroenteritis akut tanpa
dehidrasi
AFRVRAFNVR
Komplikasi: -
Obat paten
Digoksin
Vitaplet
Dibekasin
Ampicillin
Digoksin
Multivitamin
Dibekasin
Ampicillin
Avil
Cefotaxim
Parasetamol
Feniramin maleat
Cefotaxim
Parasetamol
Obat paten
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Data laboratorium
EKG:
AFNVR 80 x / 1
mnt
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Digoksin
Cordaron
Kaptopril
Ranitidin
New diatab
ISDN
Aspar K
Cotrimoxazol
Lasix
2 x 1/5 tab
1 x 0,3 cc
2 x 4,5 mg
10 mg/kg/hr,
2 x 175 mg
3 x ¼ tab
2 x 175 mg k/p
50 mg k/p
Lama
pakai
Dosis
10 hari
SS
SS
SS
SS
9 hari
9 hari
3 hari
8 hari
5 hari
1 hari
-
-
Efek samping**)
-
SS
SS
DS
Dosis
1 x ½ tab
1x1
Lama
pakai
3 hari
3 hari
Attapulgit aktif
Isosorbid dinitrat
Kalium L-aspartat
Cotrimoxazol
3 x 1, 12,5 mg
1 A/8 jam (I)
1 A/12 jam (II)
3x1
3x1
1x1
480 mg, 2 x 2
3 hari
2 hari
1 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
DS
SS
DS
SS
DS
SS
SS
Furosemide
½-½-0
2 hari
DS
Digoksin
Amiodaron hidroklorida
Kaptopril
Ranitidin
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
SS
DS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+amiodaron
Digoksin+kaptopril
Digoksin+furosemide
Furosemide+amiodaron
Kaptopril+furosemide
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1066903
JK/usia: L/52 thn
Lama dirawat: 17 hari
DM: Diabetes mellitus
DU: Gagal ginjal terminal
Diabetes mellitus
DK: pasien meninggal
dunia
Data
laboratorium
EKG:
-
Identitas
Blopress
Norvask
Diabetion
Vometa
Lasix
Ketosteril
Kaptopril
Cefobid
Vitacal
Komplikasi:
Gagal jantung
Anemia
Edema pulmo
( Lanjutan )
Obat paten
Data laboratorium
Obat paten
No. MR: 1108327
JK/usia: L/38 thn
Lama dirawat: 5 hari
DM: Decomp.cordis
Infeksi sekunder
-paru-paru
DU: Cor pulmonale
Decomp.cordis
DK: Cor pulmonale
Decomp.cordis
Hiperuricemia
DL: Penyakit paru
obstruktif kronis
Komplikasi:
Gagal napas
EKG:
-
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Valsartan
Amlodipin bensilat
Besi-glukonat
Domperidon
Furosemide
As. Amino essential
Kaptopril
Sefoperazon
Mineral
Dosis tidak
dicantumkan,
maka digunakan
dosis dewasa
pada standar
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Lama
pakai
Dosis
-
SS
Lama
pakai
Dosis
Inj.
Furosemide
Inj. Furosemide
1 A / 24 jam
5 hari
SS
Inj.
Ceftriakson
Azitromycin
Inj. Ceftriakson
Azitromycin
5 hari
5 hari
Flumycil
Asetilsistein
1 gr / 12 jam
1 x 500 mg (I)
1 x 250 mg (II)
3x1
SS
SS
SS
SS
5 hari
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Kaptopril+amlodipin
Kaptopril+furosemide
Valsartan+amlodipin
Valsartan+furosemide
Amlodipin+furosemide
Valsartan
terhadap
gagal
ginjal
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
-
Efek samping**)
-
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1085116
JK/usia: P/10 thn
Lama dirawat: 8 hari
DM: Decomp.cordis
DU: Sindroma Nefrotik
Data laboratorium
EKG:
-
DK: Decomp.cordis
ASD II besar
PJB asiakotik
Sindroma nefrotik
ISK
DL: Decomp.cordis
Inf.saluran kemih
Komplikasi: -
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1099914
JK/usia: P/14 thn
Lama dirawat: 22 hari
DM: DU: Dilated cardiomyopathi
DK: DL: Decomp.cordis
Hiponetremia
Hiperbilirubine mia obstruktif
Komplikasi: -
Data
laboratorium
EKG:
-
Obat paten
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Digoksin
Lasix
Aldacton
Prednison
Ampicillin
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Vitamin B6
Digoksin
Furosemide
Spironolacton
Prednison
Ampicillin
Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamide
Vitamin B6
Obat paten
Lasix
Digoksin
Kaptopril
Dobutamin
Valium
Oralit
Vit.B1
Aminoleban
2 x 0,125 mg
2 x 12,5 mg
2 x 12,5 mg
4-3-3
4 x 306 mg
1 x 220 mg
1 x 220 mg
1 x 350 mg
1 x 5 mg/x
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Furosemide
Digoksin
Kaptopril
Dobutamin
Diazepam
Oralit
Vit. B 1
Nutrisi
2 x 400 g
2 x ½ tab
2 x 12,5 mg
4 cc/ jam
1 x 2 mg k/p
k/p
2 x 100 mg
2 x ¼ tab
Lama
pakai
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
8 hari
Lama
pakai
22 hari
22 hari
22 hari
22 hari
22 hari
22 hari
22 hari
22 hari
Dosis
SS
SS
SS
SS
AS
SS
SS
DS
SS
Dosis
DS
SS
DS
SS
SS
SS
SS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Digoksin+furosemide
Digoksin+spironolacton
-
-
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Furosemide+digoksin
Furosemide+kaptopril
Digoksin+kaptopril
Efek samping**)
-
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
( Lanjutan )
Identitas
No. MR: 1030235
JK/usia: P/50 thn
Lama dirawat: 1 hari
DM: CRF
DU: Gagal ginjal terminal
Diabetes mellitus
DK: CRF
DL: Komplikasi:
Decomp.cordis
Asidosis metabolit
Anemia
Data
laboratorium
EKG:
-
Obat paten
Blopress
Norvask
Furosemide
CaCO3
As. Folat
Natrilix
Aqulam
Uradium
Cyproxin
Peresepan
Nama generik
Dosis regimen
Valsartan
Amlodipin bensilat
Furosemide
Kalsium karbonat
Asam folat
Indapamid
Aqulam
Uradium
Siprofloksasin
Dosis
1 x 16 mg
1 x 5 mg
Lama
pakai
1 hari
1 hari
3x1
3x1
3x1
1x1
1x1
2x1
2x1
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
AS
SS
SS
SS
SS
SS
SS
DS
SS
Analisis Peresepan
Interaksi
K I*)
Valsartan+amlodipin
Valsartan+furosemide
Valsartan+indapamid
Amlodipin+furosemide
Amlodipin+indapamid
Furosemide+indapamid
Keterangan :
No. M R
JK
DM
DU
DK
DL
: Nomor Medical Record (rekam medik) pasien rawat inap Rumah Sakit DR.. Sardjito
: Jenis Kelamin
: Diagnosis Masuk
: Diagnosis Utama
: Diagnosis Keluar
: Diagnosis Lain
Valsartan terhadap
gagal
ginjal
Efek samping**)
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HHD : Hipertensi Heart Disease
IHD : Ischaemic Heart Disease
HT : Hipertensi
CKD : Chronic Kidney Disease
ISK : Infeksi Saluran Kemih
CRF : Chronic Renal Failure
PJB : Penyakit Jantung Bawaan
ASD : Atrial Septal Deffect
GEA : Gastroenteritis Akut
AIHA : Auto Immune Haemolytic Anemia
AHD : Anemia Heart Disease
DM : Diabetes Mellitus
CLL : Chronic Limphocyt Leucek
BMV : Balening Mitral Valvuloplasthy
PDA : Patent Ductus Arteriosus
UAP : Unstable Angina Pectoris
K I*) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang kontraindikasi terhadap penyakit gagal jantung pasien atau kondisi-kondisi
khusus yang menyertainya seperti yang tersebut dalam hasil diagnosis, (contoh : valsartan kontraindikasi terhadap kondisi
khusus gagal ginjal yang menyertai gagal jantung pasien).
Efek samping**) : adalah obat-obat kardiovaskuler yang mampu memperparah kondisi-kondisi khusus yang menyertai gagal
jantung pasien seperti yang tertera dalam hasil diagnosis, (contoh : kaptopril yang akan memperburuk kondisi anemia yang
menyertai gagal jantung pasien).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Download