analisis perilaku antisosial pada tokoh yuno gasai dihubungkan

advertisement
ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA
TOKOH YUNO GASAI DIHUBUNGKAN
DENGAN KONSEP POLA ASUH PADA
ANIME MIRAI NIKKI
Rizqy Amalia
Universitas Bina Nusantara, Jalan K. H. Syahdan No. 9 Jakarta 11480, 021-534 5830,
[email protected]
Rizqy Amalia, Roberto Masami Prabowo, S.S., M.Si.
ABSTRACT
The research analyzed antisocial behavior in the character Yuno Gasai. Antisocial behavior in the
character was connected by the parenting concept. Research goal is to explain that antisocial
behavior is affected by the wrong parenting. Research methods applied was qualitative research
methods. Analysis were done by cutting the dialogues, cutting the scenes, and applied the theories on
the scenes. The theories applied are Antisocial Personality Disorder concept by Atsushi, and
Parenting concept by Baumrind. It is concluded that antisocial behavior is affected by authoritarian
and permissive parenting.
Keywords: Antisocial Personality Disorder, authoritarian, permissive, parenting
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis kepribadian yang ada pada diri karakter yang terdapat pada karakter Yuno
Gasai. Kepribadian antisosial yang ada pada diri karakter tersebut dikaitkan dengan konsep pola asuh.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bahwa kepribadian antisosial dapat dipengaruhi oleh
bentuk pola asuh yang kurang tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengambil percakapan, adegan, dan mencocokkan dengan teori.
Teori yang diaplikasikan adalah konsep Antisocial Personality Disorder oleh Atsushi, dan konsep
pola asuh oleh Baumrind. Disimpulkan bahwa perilaku antisosial dipengaruhi oleh pola asuh otoriter
dan permisif.
Kata kunci: Antisocial Personality Disorder, otoriter, permisif, pola asuh
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang hidupnya tidak bisa sendiri atauhidupnya bergantung satu
sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya dorongan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya,
tunduk pada aturan dan norma yang berlaku, selalu memiliki kebutuhan untuk bantuan dari manusia
lainnya, dan potensi manusia akan benar-benar hidup jika berada di antara manusia lainnya (Setiadi,
2005).
Untuk bersosialisasi, manusia membutuhkan agen sosialisasi. Menurut Jaeger (dalam
Andersen dan Taylor, 2007), ada 4 macam agen sosialisasi, yaitu keluarga, teman, media massa, dan
lembaga pendidikan. Keluarga adalah perantara sosialisasi pertama yang paling penting untuk tumbuh
berkembang sebagai seorang anak.
Di dalam bahasa Jepang, keluarga disebut sebagai kazoku (
). Nakane (dalam Tobing,
2006 : 74) menjelaskan bahwa kazoku adalah “badan alamiah dari kehidupan”, yaitu hubungan yang
bukan hanya karena adanya ikatan pertalian darah dan pertalian keturunan, tetapi juga karena adanya
ikatan dalam hubungan kerjasama perekonomian. Di sini, pengertian kazoku hampir sama dengan
pengertian family yang ada pada keluarga Barat.
Umumnya, setiap keluarga memiliki latar belakang yang berbeda. Karena itu, pola asuh
terhadap anak pun berbeda juga. Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya (Kohn dalam DeLamater dan Ward, 2013: 98). Sikap orang tua yang dimaksud meliputi cara
orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, dan cara orang tua menunjukkan
otoritasnya juga memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Menurut Baumrind (dalam
Widyarini, 2009 : 11) ada tiga bentuk pola asuh, yaitu pola asuh authoritarian (otoriter) yakni pola
asuh orang tua yang kaku; pola asuh authoritative (demokratis) yaitu pola asuh dengan keterbukaan
dan kebebasan berpendapat; dan pola asuh permissive (permisif) yakni kebebasan yang menyeluruh
pada diri sang anak.
Seorang anak dapat membentuk kepribadiannya sesuai dengan kondisi dan situasi
keluarganya. Kepribadian dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi personality. Berasal dari
bahasa latin “persona”, yang berarti kedok atau topeng. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kepribadian adalah sifat hakiki yg tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yg
membedakannya dari orang atau bangsa lain. Menurut Kartono dan Gulo (2003: 140), pengertian
kepribadian adalah tingkah laku khas dan sifat seseorang seseorang yang membuatnya berbeda dengan
orang lain. Kemudian, kepribadian dapat juga berarti integrasi karakteristik dari pola, minat, tingkah
laku, potensi, minat, pendirian, kemampuan dan struktur-struktur yang dimiliki seseorang. Setiap
manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Bahkan pada anak-anak atau orang dewasa yang
kembar identik sekalipun, tidak ada kepribadian yang persis sama. Kepribadian seseorang bisa saja
mirip, namun pasti memiliki perbedaan satu sama lain (Adiyanto, 2010: 105).
Menurut Robbins dan Judge (2015:127), kepribadian merupakan keseluruhan cara dimana
seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Istilah sifat yang dapat diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang merupakan kepribadian.
Kepribadian dapat terbentuk sesuai dengan lingkungannya, hal yang paling dasar dan yang
paling utama yaitu dibentuk dan terbentuk oleh keluarga. Seorang anak akan tinggal dan tumbuh di
tengah lingkungan keluarga tersebut. Sehingga, media pertama yang menjadi tempat seseorang untuk
latihan berinteraksi dengan orang lain tidak lain merupakan keluarganya sendiri. Sebagai seorang anak,
ia akan tumbuh dan berkembang ditengah keluarganya mengikuti pola asuh yang diterapkan oleh
kedua orangtuanya.
Setelah remaja, barulah ia mulai keluar dari keluarga yang sempit untuk mengenal faktor lain
diluar keluarga. Meskipun berbeda, kepribadian seorang anak tidak akan jauh dari orang tuanya.
Namun, tetaplah anak itu menjadi individu yang pribadi, yang orang lain tidak akan bisa
menggantikannya, bahkan pada anak kembar sekalipun (Surbakti, 2009 : 30). Kepribadian anak
dibentuk berdasarkan pola asuh yang diterapkan oleh keluarganya. Berbeda-beda pola asuh yang
diterapkan, maka berbeda pula kepribadian yang dimiliki anak tersebut.
Pola asuh orang tua memiliki dampak positif dan negatif bagi anaknya, terutama pola asuh
otoriter dan permisif. Pola asuh yang otoriter akan memberi tekanan psikologis bagi sang anak.
Dengan tidak menerapkan sistem demokratif dan pemberian kontrol yang ketat, orang tua cenderung
menerapkan konsep hukuman kepada anak. Anak yang diterapkan pola asuh otoriter mengalami
tekanan psikologis yang mendalam, namun tidak disadari oleh orang tua. Orang tua otoriter tidak
menyadari pentingnya pendapat anak. Penyebab orang tua otoriter biasanya adalah orang tua masih
berpegang teguh dengan tradisi lama, yaitu bahwa orang tua berpegang teguh pada prinsip merekalah
yang memegang kuasa penuh atas anak. Alasan lainnya adalah bahwa orang tua menaruh harapan
besar kepada anak. Selain itu bisa juga karena depresi orang tua yang mendalam sehingga anak
menjadi pelampiasan orang tua. Dampak pola asuh permisif adalah anak sulit mengontrol emosinya,
kurang memiliki empati dan memiliki kontrol sosial yang buruk. (Widyarini, 2009 : 12).
Dampak pola asuh otoriter dan permisif kepada anak ada berbagai macam dan menghasilkan
kepribadian yang berbeda. Jika dibiarkan, bisa mengacu kepada Antisocial Personality Disorder, atau
kelainan kepribadian antisosial. Antisocial Personality Disorder (ASPD) adalah suatu kelainan di
家族
mana seseorang merasa kesulitan untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada, dan melakukan
banyak hal yang melanggar norma tanpa merasa menyesal. Kelainan ini juga mengacu kepada
kepribadian seseorang yang menunjukkan keacuhan, ketidakpedulian, dan/atau permusuhan kepada
orang lain, terutama yang berkaitan dengan norma sosial dan budaya (Setiadi and Kolip, 2013 : 229).
Meskipun dikatakan antisosial, seseorang yang mengidap ASPD bukan berarti menghindar
dari segala macam bentuk interaksi dengan orang lain. Orang itu akan terus berinteraksi sebagaimana
orang lain pada umunya, namun merasa kesulitan atau sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk
merasakan empati, hingga tidak mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Perilaku
antisosial disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kegagalan pada tahap awal kehidupan
(tahap anak-anak) untuk mengenal moral dan etika. Kegagalan ini biasanya diakibatkan karena pola
asuh yang kurang tepat dari orang tua (Setiadi dan Kolip, 2013 : 229). Fenomena ini dituang ke dalam
sebuah anime yang bernama Mirai Nikki.
Permasalahan yang penulis akan bahas dalam penelitian ini adalah menganalisis adanya
kesinambungan antara perilaku antisosial dengan konsep pola asuh yang terdapat pada karakter Yuno
Gasai dalam anime Mirai Nikki. Analisis tersebut dikaitkan dengan konsep Antisocial Personality
Disorder menurut Atsushi Sato, serta konsep pola asuh menurut Diana Baumrind. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui adanya kesinambungan antara perilaku antisosial dengan pola asuh yang
diterapkan orang tua.
Penulis mengambil tinjauan pustaka berdasarkan penelitian mengenai agresi perilaku remaja
berhubungan dikaitkan dengan konsep pola asuh pada artikel dalam jurnal yang ditulis oleh Ni Made
Taganing (2008) berjudul Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Di
dalam artikel jurnal tersebut, Taganing membahas mengenai hubungan pola asuh otoriter yang
diterapkan orang tua dan dampaknya pada perilaku agresif remaja. Ada penelitian lain mengenai
antisosial yang terdapat pada artikel jurnal berjudul
(hanshakaiseijinkakushougai keikousha ni okeru chien narabi ni
kokuritsu ni yoru hoshuu no kachi waribiki) yang ditulis oleh Atsushi (2014). Di dalam artikel jurnal
tersebut ada pembahasan antisosial, remunerasi, dan penyebab awal antisosial. Selain kedua jurnal
tersebut, penulis juga mengambil tinjauan pustaka berdasarkan artikel jurnal berjudul Anger and
Perceived Parenting: a Study of Japanese Population yang ditulis oleh Kitamura, Ohashi, Murakami,
dan Goto (2014). Artikel jurnal ini membahas tentang agresi yang dilakukan anak pada umumnya
disebabkan oleh ketiadaaan sosok ayah. Ayah mempengaruh persepsi pola asuh yang berhubungan
dengan agresi.
に確率による報酬の価値割引
反社会性人格障害傾向者における遅延ならび
METODE PENELITIAN
Penulis memilih dan menetapkan metode penelitian serta metode pengumpulan data. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dan metode pengumpulan datanya adalah metode kepustakaan.
Setelah itu penulis menetapkan metode deskriptif analitis sebagai metode analisis data dan landasan
teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu konsep Antisocial Personaliy Disorder, konsep pola
asuh, ikuji, konsep keluarg Jepang, dan konsep keluarga Jepang modern. Berawal dari metode
kepustakaan dan metode pendekatan kualitatif, selanjutnya penulis menetapkan sumber data. Sumber
data yang digunakan penulis adalah anime yang berjudul Mirai Nikki. Dari sumber data tersebut,
penulis memilih dan menetapkan adegan-adegan yang menunjukkan perilaku dan karakteristik
antisosial, dan menetapkan adegan-adegan yang menunjukkan pola asuh otoriter dan permisif.
Penelitian dimulai dari metode deskriptif analitif yang digunakan untuk memilah atau
mengklarifikasikan sebanyak delapan (8) data berdasarkan sub judul. Dilanjutkan dengan mengkaji
dua data pola asuh. Berangkat dari kajian data yang sudah ada, kemudian dicocokkan dengan landasan
teori yang digunakan penulis. Penulis memperoleh simpulan akhir penelitian bahwa terdapat
kesinambungan antara perilaku antisosial yang dilakukan Yuno Gasai dan pola asuh yang diterapkan
orang tuanya di dalam anime Mirai Nikki.
HASIL DAN BAHASAN
1.1 Analisis Karakteristik Antisosial Yuno Gasai
Menurut Setiadi dan Kolip (2013: 228) ada dua (2) karakteristik utama antisosial, yaitu
introvert dan asosial. Introvert adalah sifat ketertutupan, yakni seseorang tidak suka berada di
antara kelompok besar dan lebih memilih berada di kelompok kecil bahkan menyendiri.
Seseorang yang antisosial menemukan kebahagiaan berada di dalam kelompok kecil. Seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 1.1.1 Yuno Diajak Main oleh Teman-temannya
Pada adegan tersebut, ditunjukkan bahwa Yuno tidak mau bermain bersama teman-teman
barunya dan lebih memilih menyendiri. Selain itu, Yuno juga menuliskan kata shine di atas tanah
menggunakan kakinya. Yuno lebih suka menyendiri atau hanya bersama Yukki.
Meskipun seorang introvert lebih memilih menyendiri atau bersama kelompok kecil, dia akan
bergabung dengan kelompok besar apabila kelompok tersebut memiliki tujuan atau ketertarikan
yang sama. Seperti ditunjukkan pada adegan berikut
Gambar 1.1.2 Yuno membuat aliansi dengan Akise
Pada adegan tersebut, Yuno menyetujui aliansi yang diajukan Akise karena mereka memiliki
tujuan yang sama, yaitu menyelamatkan Yukki. Meski Yuno lebih memilih untuk hanya bersama
Yukki dan tidak mempercayai Akise, dia setuju untuk bekerja sama dengan Akise karena
memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama.
Karakteristik yang utama kedua adalah asosial. Asosial adalah sikap merendahkan keinginan,
keselamatan, dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Seorang yang asosial
biasanya menganggap dirinya lebih baik dari orang lain sehingga menolak untuk bergabung
dengan orang lain karena orang lain tidak pantas untuk bergabung dengannya, kecuali orangorang yang dia pilih. Seorang yang asosial pun akan memandang kemampuan orang lain lebih
rendah daripada dirinya (Setiadi dan Kolip, 2013: 228), seperti ditunjukkan pada adegan berikut.
Gambar 1.1.3 Yuno merendahkan Tsubaki
Pada adegan tersebut, Yuno dan Yukki hampir terbunuh oleh aliran Omekata yang dipimpin
oleh Tsubaki. Namun Yuno datang dan membunuh aliran kelompok tersebut dan memberi
pilihan pada Yukki, yaitu jika Yukki bersama Tsubaki, dia akan mati sedangkan jika Yukki
bersama Yuno, dia akan hidup. Yuno merendahkan kemampuan Tsubaki dengan mengatakan
bahwa dia tidak bisa dan tidak pantas untuk melindungi Yukki.
Berdasarkan kedua data diatas, penulis mengambil simpulan bahwa Yuno memiliki dua
karaketeristik utama antisosial, yaitu asosial dan introvert. Asosial ditunjukkan dengan sikap
Yuno yang merendahkan kemampuan orang lain, dan introvert ditunjukkan dengan tidak adanya
keinginan untuk bergabung dalam suatu kelompok, kecuali kelompok tersebut menguntungkan
dan memiliki tujuan yang sama.
1.2
Analisis Tindakan Antisosial Yuno Gasai
Selanjutnya penulis menganalisis tindakan-tindakan antisosial Yuno Gasai berdasarkan lima
(5) data yang penulis dapatkan.
Data 1
Gambar 1.2.1 Yuno membaca Jurnal Yukiteru miliknya
Dalam adegan tersebut, Yuno terlihat marah ketika dia melihat di jurnalnya bahwa Yukki dan
Tsubaki membicarakan hal buruk tentangnya. Yuno menjadi cepat marah. Ditunjukkan dalam
adegan ini bahwa Yuno mengancam akan membunuh Tsubaki dengan kapak Tindakan antisosial
ini disebut dengan agresif (Atsushi, 2014). Seseorang yang antisosial tidak bisa mengontrol
emosinya dan cepat marah ketika melihat sesuatu yang tidak disukainya, selain itu, seseorang
yang antisosial tidak bisa berpikir panjang dan mudah terprovokasi, seperti ditunjukkan pada
adegan berikut.
Gambar 1.2.2 Jurnal Yukiteru milik Yuno
Di dalam adegan tersebut, Yuno mengetahui bahwa Yukki dan Tsubaki membicarakan
dirinya, namun tanpa mengetahui apa yang mereka bicarakan, Yuno marah dan tidak suka jika
Yukki berbicara dan dekat dengan Tsubaki. Yuno menjadi impulsif, tidak bisa berpikir panjang
dan berpikir bahwa Tsubaki mempengaruhi Yukki untuk membencinya. Karena tidak suka,
Yuno mengancam untuk membunuh Tsubaki. Tindakan ini menunjukkan ketidak mampuan
seorang yang antisosial untuk mengontrol emosinya, karena itu dia menjadi impulsif, dan hal itu
mengacu kepada sifat agresif yang ditunjukkan dengan ancaman, bahkan penyerangan fisik
(Atsushi, 2014).
Berdasarkan data di atas, penulis menarik simpulan ada dua bentuk tindakan antisosial yang
dilakukan Yuno, yaitu agresif, yakni sifat cepat marah, dan impulsif, yakni ketidak mampuan
seseorang untuk berpikir panjang.
Data 2
Gambar 1.2.3 Yuno menyekap Yukki dan Hinata
Dalam adegan tersebut, Yuno menyekap Yukki dan Hinata di dalam satu ruangan. Tujuan
Yuno melakukan hal tersebut adalah supaya teman-teman Yukki tidak datang menyelamatkan
Yukki, dan semua yang menghalanginya mati supaya Yukki terus bersamanya. Di dalam adegan
tersebut, terlihat tindakan antisosial yang menunjukkan bahwa Yuno tidak peduli dengan
keselamatan orang lain, asalkan tujuannya tercapai. Atsushi (2014) mengatakan bahwa seseorang
yang antisosial tidak peduli dengan keselamatan orang lain. Seseorang yang memiliki
kepribadian antisosial cenderung hanya memikirkan kebahagiaan dan tujuan diri sendiri, dan
akan melakukan apapun untuk mencapai kesenangannya termasuk menyakiti orang lain.
Tindakan ini juga ditunjukkan oleh adegan berikut ini.
Data 3
Gambar 1.2.4 Perangkap yang dibuat Yuno
Dalam adegan tersebut, Yuno menyekap Yukki dan Hinata, dan memasang perangkap di
sekitar hotel tempatnya menyekap Yukki agar semua orang yang berusaha menyelamatkan
Yukki mati. Disamping itu, Yuno juga menyekap Akise, Kousaka, dan Mao di dalam ruangan
yang dialiri gas agar mereka semua mati.
Selain itu, di dalam kedua adegan tersebut penulis mendapati tindakan antisosial yang lain,
yaitu tidak ada rasa penyesalan. Seseorang yang memiliki kepribadian antisosial sulit merasakan
empati dan perasaan orang lain, karena dia tidak bisa membedakan norma yang baik dan buruk.
Oleh karena itu, dia akan terus melakukan tindakan yang menyimpang dan tidak merasakan
penyesalan (Atsushi, 2014).
Berdasarkan data di atas, penulis menarik simpulan bahwa ada dua (2) tindakan antisosial
yang dilakukan Yuno, yaitu tidak peduli dengan keselamatan orang lain asalkan kebahagiaan dan
tujuannya tercapai, dan tidak adanya rasa penyesalan.
Data 4
Gambar 4.1.2.5 Yuno terprovokasi Akise
Dalam adegan di atas, Akise membongkar masa lalu Yuno ketika dia menemukan tiga mayat
di belakang rumah Yuno. Mendengar masa lalunya dibongkar, Yuno terprovokasi dan marah.
Selain itu, Yuno juga mengancam akan membunuh Akie dan kawan-kawan. Menurut Atsushi,
(2014), salah satu tindakan antisosial adalah agresif. Agresif dapat dipicu oleh provokasi, dan
seseorang yang memiliki kepribadian antisosial mudah terprovokasi orang lain, karena dia tidak
bisa mengontrol emosinya. Sifat ini dapat mengacu kepada impulsive, yaitu ketidak mampuan
untuk berpikir panjang.
Selain itu, penulis mendapati tindakan antisosial yang lain, yaitu tidak adanya rasa
penyesalan. Yuno tidak menyesal sudah menyekap Akise dan kawan-kawan di dalam ruangan
yang dialiri gas. Hal ini dikarenakan seseorang tidak bisa merasakan empati sehingga dia akan
melakukan penyimpangan terus menerus, dan tidak bisa merasakan penyesalan.
Berdasarkan data di atas, penulis mendapati tiga (3) tindakan antisosial yang dilakukan Yuno,
yaitu agresif, yakni sifat cepat marah; impulsive, yakni ketidak mampuan seseorang untuk
berpikir panjang; dan tidak ada rasa penyesalan atas penyimpangan yang dilakukan.
Data 5
Gambar 4.1.2.6 Yuno memanipulasi Yukki
Berdasarkan adegan di atas, Yuno menusuk dirinya sendiri dan mengatakan kepada Akise
bahwa dia telah menang, dan menyuruhnya memberitahu Yukki bahwa Yuno sudah mati. Tetapi,
Yuno menelepon Yukki dan mengatakan kepada Yukki bahwa Akise-lah yang mencoba
membunuhnya.
Menurut Atsushi (2014), salah satu tindakan antisosial adalah manipulasi. Manipulasi adalah
tindakan menipu dan menyalah gunakan nama orang lain untuk kepentingan sendiri. Di dalam
adegan ini, Yuno memanipulasi dan berbohong kepada Yukki agar Yukki membunuh temantemannya dan Akise.
Tindakan manipulasi yang lain juga dilakukan Yuno ketika dia menyekap Yukki di dalam
hotel. Dia mengirimkan pesan palsu kepada Hinata dan Mao menggunakan nama Yukki dan
Hinata agar teman-temannya datang menyelamatkan mereka, seperti ditunjukkan pada adegan
berikut.
Gambar 4.1.2.7 Yuno mengirim pesan palsu kepada Hinata dan Mao
Selain manipulasi, penulis menemukan tindakan lain yang dilakukan oleh Yuno , yaitu tidak
adanya rasa penyesalan, seperti ditunjukkan pada adegan berikut.
Gambar 4.1.2. Jurnal Yukiteru milik Yuno
Berdasarkan adegan tersebut, Yuno bahagia telah membuat Yukki membunuh Hinata dan
Mao. Dia tidak merasakan penyesalan, malah dia tertawa karena sudah membuat Yukki
membunuh mereka. Menurut Atsushi (2014), seseorang yang memiliki kepribadian antisosial
sulit merasakan empati dan mengontol emosinya, oleh sebab itu mereka tidak menyesali
perbuatan mereka yang menyimpang. Mereka tidak memiliki kontrol sosial dan menjadikan
mereka sulit untuk mengikuti norma dan aturan yang ada.
Berdasarkan data diatas, penulis mendapati dua (2) tindakan antisosial yang dilakukan Yuno
Gasai, yaitu manipulasi dan tidak ada rasa penyesalan.
1.3 Penyebab Antisosial Yuno Gasai
1.3.1 Pola Asuh Otoriter Orang Tua Yuno
Menurut Atsushi (2014), salah satu penyebab antisosial adalah pola asuh yang kurang
tepat. Pertama, pola asuh yang akan peneliti bahas adalah pola asuh otoriter yang diterapkan
oleh ibu Yuno, yaitu Saika Gasai. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.2.1.1 Pola asuh otoriter Saika Gasai
Berdasarkan gambar di atas, ditunjukkan bahwa Saika menerapkan pola asuh otoriter.
Pola asuh otoriter menerapkan hukuman dan kekerasan sebagai bentuk pengajaran moral
(Baumrind dalam Widyarini, 2009: 11). Berdasarkan adegan di atas, Saika menerapkan pola
asuh otoriter karena dia mengalami stress, suaminya tidak pernah pulang. Karena itu, melihat
sosok Yuno sebagai anak dan sosok yang lemah, semua kekesalannya diluapkan kepada Yuno.
Saika memberi hukuman ketika Yuno pulang terlambat dan membantah, dengan cara
memasukkannya ke dalam kandang. Selain itu, Saika juga memiliki obsesi untuk menjadikan
Yuno kaum elite. Saika ingin Yuno menjadi anak perempuan yang cantik, dengan berat badan
ideal dan tingkat akademis yang selalu tinggi. Ketika Yuno tidak tahan dan menyatakan
pendapatnya, Saika menghukumnya dan memasukkannya ke dalam kandang.
Atsushi (2014) mengatakan bahwa pola asuh orotiter memberi dampak bagi kepribadian
antisosial. Anak menjadi trauma dan merasa tidak dipercaya, karena segala pendapatnya tidak
dihargai oleh orang tua. Anak menjadi melakukan tindakan manipulatif. Selain itu, seorang
anak menjadi agresif , karena selalu diterapkan hukuman fisik sebagai penyelesaian masalah.
1.3.2 Pola Asuh Permisif Orang Tua Yuno
Gambar 4.2.2.1 Pola asuh permisif Ushio Gasai
Berdasarkan adegan di atas, ditunjukkan bahwa Ushio tidak pernah ada di rumah karena
sibuk dengan pekerjaannya. Saika menjadi stress dan meluapkan segala emosinya kepada Yuno.
Dalam konsep keluarga modern Jepang yang diatur oleh Undang-Undang Showa, hubungan
antara suami-istri sangat diutamakan (Tobing, 2006: 69). Hal ini disebabkan adanya prinsip
keluarga demokrasi bahwa anak akan terlepas dari sistem Ie dan membentuk keluarga batih
sendiri. Di dalam adegan di atas, hubungan antara Saika dan Ushio tidak berjalan dengan
semestinya. Ushio sibuk bekerja tanpa mengetahui kebutuhan Saika.
Selain itu, Ushio menetapkan pola asuh permisif. Pola asuh permisif adalah pola asuh
apatis, yang tidak mempedulikan anak dan membiarkan anak melakukan apapun tanpa ada
batasan. Menurut Baumrind (dalam Widyarini, 2009: 12) penerapan pola asuh permisif
menjadikan anak memiliki rasa empati yang kurang. Hal ini disebabkan karena orang tua tidak
mau tahu dengan apa yang anak lakukan. Selain itu, anak tidak memiliki kontrol sosial yang
baik, karena tidak mengerti moral yang baik dan yang buruk.
Melihat kedua pola asuh di atas, penulis menarik simpulan bahwa pola asuh berperan
penting dalam pembentukan kepribadian antisosial anak. Pola asuh otoriter menyebabkan anak
merasa tidak dipercaya, maka dari itu dia memanipulasi seseorang, juga membuat seorang anak
agresif dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Pola asuh permisif menjadikan anak
tidak mengetahui moral yang baik dan buruk. Selain itu, pola asuh permisif juga menjadikan
anak tidak memiliki empati, sehingga memiliki kontrol sosial yang buruk (Atsushi, 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Pada anime Mirai Nikki, penulis menemukan adanya karakteristik antisosial yang dimiliki Yuno
Gasai. Karakteristik yang pertama adalah introvert, yakni ketertutupan. Seorang introvert tidak akan
mau bergabung dengan kelompok besar, dan memilih untuk berada di kelompok kecil. Sikap introvert
ini ditunjukkan Yuno ketika dia diajak main oleh teman-teman barunya, dan dia tidak mau. Meskipun
tidak ingin bergabung ke dalam kelompok besar, seorang introvert akan bergabung ke dalam
kelompok besar ketika kelompok tersebut memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama. Hal ini
ditunjukkan ketika Yuno bergabung dengan Akise demi menyelamatkan Yukki. Karena mereka
berdua memiliki tujuan yang sama, maka Yuno setuju membuat aliansi dengan Akise. Karakteristik
yang kedua adalah asosial, yakni sikap merendahkan keinginan, kemampuan, dan perasaan seseorang
dan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan Yuno
merendahkan kemampuan Tsubaki, dan merasa bahwa hanya Yuno yang bisa menyelamatkan Yukki.
Selanjutnnya penulis menemukan beberapa tindakan yang dilakukan Yuno yang menunjukkan
kepribadian antisosial. Yang pertama adalah kesulitan mengontrol emosi. Ditunjukkan dengan
mudahnya Yuno terprovokasi ketika melihat Yukki berbicara dengan Tsubaki. Selain itu, Yuno juga
mudah terprovokasi ketika Akise membongkar masa lalunya. Kesulitan mengontrol emosi ini memicu
tindakan kedua, yaitu sifat impulsive dan agresif, ditunjukkan ketika Yuno mengancam membunuh
Tsubaki ketika membicarakan Yuno, dan mengancam membunuh Akise ketika membongkar
rahasianya. Tindakan ketiga yang dilakukan Yuno adalah manipulasi, dilakukan dengan cara
menyalah gunakan nama Yukki dan Hinata untuk mengirimkan pesan palsu agar semua datang ke
dalam perangkap Yuno, serta berbohong kepada Yukki mengatakan bahwa Akise menyerangnya agar
Yukki membunuh semua teman-temannya. Yang keempat adalah Yuno tidak peduli dengan
keselamatan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan pemasangan perangkap agar teman-temannya
tidak datang menyelamatkan Yukki, serta menyerang teman-teman Yukki yang berusaha
menyelamatakannya. Yang terakhir adalah Yuno tidak memiliki rasa penyesalan, ditunjukkan dengan
tidak adanya empati ketika sudah menculik, menyekap, dan membius Yukki dan menyerang temantemannya, serta tertawa ketika Yukki membunuh teman-temannya.
Kepribadian antisosial memiliki kesinambungan dengan pola asuh yang diterapkan orang tua.
Menurut Atsushi (2014), kepribadian antisosial dapat disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat.
Seperti misalnya pola asuh otoriter dan permisif. Pola asuh otoriter diterapkan oleh ibu Yuno, yaitu
Saika Gasai. Saika menggunakan hukuman ketika Yuno mengatakan pendapatnya, dan ketika Yuno
terlambat. Penerapan hukuman ini membuat Yuno merasa tidak dipercaya, sehingga Yuno
memanipulasi orang lain untuk kesenangannya sendiri. Selain itu, Yuno menjadi impulsive dan agresif.
Pola asuh permisif diterapkan oleh ayah Yuno, yaitu Ushio Gasai. Ushio tidak pernah pulang dan
tidak mau tahu dan peduli terhadap apa yang terjadi di rumahnya. Dampaknya adalah Yuno tidak
mengerti etika dan moral. Selain itu, Yuno memiliki kontrol emosi dan sosial yang buruk, yang
mengakibatkan Yuno kesulitan untuk berempati dengan orang lain.
Karena penulis hanya membahas karakter Yuno Gasai saja, saran penulis untuk penelitian
selanjutnya jika ingin menggunakan anime ini sebagai sumber data, penulis selanjutnya dapat meneliti
perilaku soushoku danshi yang ditunjukkan oleh karakter Yukiteru Amano sebagai akibat dari
perceraian keluarga.
REFERENSI
Adiyanto, Gunawan. (2010). A to Z Cara Mendidik Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo
Andersen, Margaret dan Taylor, Howard. (2007). Sociology: Understanding a Diverse
Society. Belmont, CA: Thomson Higher Education
反社会性人格障害傾向者における遅延ならびに確率による報酬
の価値割引.パーソナリティ研究, 1, 17 (20). Diakses 10 Juli 2015 dari
Atsushi, Sato. (2014).
https://www.jstage.jst.go.jp/article/personality/17/1/17_1_50/_pdf
DeLamater, John dan Ward, Amanda. (2013). Handbook of Social Psychology. London:
Springer
Djamarah, SyaifulBahri. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga:
Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghiamitasya, Mellisa. (2013). Perubahan Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak Di Jepang
pada Era Shoushika. Japanology, 1, 1 (14-15). Diakses 5 April dari
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/japanology07347c47262full.pdf
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali. (2003). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Ramzielah, Fidy.(2013). Undang-Undang Cuti Mengasuh Anak Untuk Mengatasi Shoushika
Mondai di Jepang Ditinjau Dari Faktor Sosial Budaya. Japanology, 1, 1 (15-16). Diakses
17 Juli dari http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JAPANOLOGY42231d31d2a973fullabstract.pdf
Robbins, Stephen dan Judge, Timothy. (2015). Essentials of Organizational Behaviour. USA:
Pearson
Santrock, John .W. (2003) Child Development: An Introduction. Boston: McGraw – Hill
Setiadi, Elly M. (2007). Panduan Kuliah: Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman. (2013). Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Bandung: Kencana
Soekanto, Soerjono. (2003) Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surbakti, E.B. .(2009). Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo
Takanishi, Ruby dan Hamburg, David A. (2006).Preparing Adolescents for the TwentyCentury: Challenging Facing Europe and the United States. Cambridge: Cambridge
University Press
Tobing, Ekayani. (2006). Keluarga Tradisional Jepang dalam Perspektif Sejarah dan
Perubahan Sosial. Depok: Iluni KWJ
Widyarini, Nilam. (2009). Psikologi Populer: Relasi OrTu dan Anak. Jakarta: Elex Media
Komputindo
RIWAYAT PENULIS
Rizqy Amalia lahir di Jakarta, 22 Juni 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina
Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2015.
Download