Chapter II

advertisement
BAB II
PERKEMBANGAN ORGANISME HASIL MODIFIKASI GENETIK
(OHMG) BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT INTERNASIONAL DAN
PENGATURANNYA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
A. Definisi OHMG dan Perkembangannya
Bioteknologi bukanlah suatu teknologi yang baru tetapi merupakan suatu
rangkaian teknologi yang terus berkembang dan tumbuh dengan akar yang sudah
tertanam kuat (dalam banyak keadaan) sejak ribuan tahun yang lalu. Bioteknologi
sudah dikenal manusia dengan menggunakan sistem-sistem hayati, makhluk hidup
ataupun derivatifnya untuk membuat atau memodifikasi produk-produk atau
proses-proses untuk tujuan penggunaan khusus.
Bioteknologi meliputi berbagai proses tradisional seperti pembuatan bir
(brewing), pembuatan roti (baking), pembuatan anggur, pembuatan keju, produksi
berbagai makanan oriental seperti kecap dan tempe dan pengolahan limbah yang
di
dalam
prosesnya;
secara
empiris,
telah
dikembangkan
pemakaian
mikroorganisme sejak bertahun-tahun yang lalu. 20
Selain itu, bioteknologi sering digunakan oleh petani yaitu memodifikasi
tanaman dan hewan melalui perkawinan silang untuk mendapatkan turunan
dengan sifat seperti yang diinginkan. Bioteknologi tersebut dilakukan dengan
harapan dapat meningkatkan produksi dan menyempurnakan kualitas pangan guna
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
20
John E. Smith, Biotechnology, EGC, Jakarta, 1995, hal. 2-3.
Era bioteknologi ini menjadi salah satu tantangan bagi masyarakat
internasional yang sangat pesat perkembangannya, terutama di negara-negara
industri maju.
Produk-produk
bioteknologi
sangat
erat
dengan
perkembangan
bioteknologi pada zamannya. Adapun era bioteknologi dapat dibagi atas: 21
1. Era Pra Pasteur (sebelum 1865), perbaikan teknik fermentasi oleh
mikroorganisme misalnya minuman beralkohol.
2. Era Pasteur (1865-1940), pengembangan industri fermentasi pembuatan
etanol, butanol dan asam organik, perlakuan air buangan.
3. Era Antibiotika (1940-1960), pembuatan penisilin yang mulai digunakan
pada saat pendaratan tentara Amerika di Normandy selama perang dunia
kedua, vaksin virus, teknologi kultur sel hewan.
4. Era Pasca Antibiotika (1960-1975), asam-asam amino, eluidasi struktur
DNA, protein sel tunggal, enzim untuk detergen, gasohol, biogas,
teknologi rekombinan DNA.
5. Era Bioteknologi Modern (1975 - sampai saat ini), rekayasa genetika, zat
antibodi monoklonal, hormon insulin, hormon pertumbuhan ikan tuna.
Bioteknologi (teknologi hayati) mempunyai beraneka ragam bentuk
definisi, namun pada hakekatnya definisi itu melibatkan penggunaan enzim atau
sel-sel mikroba, hewan serta tumbuhan untuk proses sintesis, penguraian ataupun
perubahan materi. 22 Hal ini memerlukan perpaduan antara ilmu biokimia, biologi,
mikrobiologi, ilmu teknik kimia dan proses teknik, bersama-sama dengan disiplin
21
22
Suharto, Bioteknologi dalam Dunia Industri, Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hal. 4.
John E. Smith, Op.cit, hal. 1.
ilmu lainnya, sehingga pemanfaatan potensi dari berbagai disiplin ilmu tersebut
terlaksana secara optimal.
Bidang pengetahuan ini dapat diterapkan secara bermakna dalam beberapa
sektor industri. Sektor industri sudah berkembang jauh sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Pada saat ini sudah terjadi
pergeseran dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri.
Adapun beberapa definisi tentang bioteknologi dapat diuraikan sebagai
berikut: 23
‘Penerapan berbagai organisme, sistem atau proses biologis pada industri
manufakturing dan jasa.’
‘Penggunaan secara terpadu ilmu pengetahuan biokimia, mikrobiologi dan
teknik dalam upaya untuk menghasilkan suatu penerapan teknologi
(industri) dari kemampuan mikroorganisme, sel-sel kultur jaringan dan
bagian-bagiannya.’
‘Suatu teknologi dengan menggunakan fenomena biologi untuk
mencontoh dan membuat berbagai jenis substansi yang bermanfaat.’
‘Penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik dalam pengolahan
materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang dan jasa.’
‘Ilmu pengetahuan tentang berbagai proses produksi yang berdasarkan
pada kerja mikroorganisme serta komponen aktifnya dan pada proses
produksi yang melibatkan penggunaan sel dan jaringan dari organisme
yang lebih tinggi.’
‘Bioteknologi tidak lebih dari sebuah nama yang diberikan kepada
seperangkat teknik dan proses’
‘Bioteknologi merupakan penggunaan organisme hidup dan komponennya
dalam proses pertanian, industri pangan serta berbagai proses industri
lainnya.’
23
Ibid, hal. 2.
Sementara itu, Jean L. Marx menjelaskan definisi bioteknologi sebagai
penggunaan makhluk hidup atau bahan yang dihasilkan oleh makhluk hidup untuk
membuat produk yang berharga bagi manusia. 24
Bioteknologi menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknik
dalam pengolahan materi oleh unsur-unsur biologis untuk menghasilkan barang
dan jasa. Bioteknologi menggunakan organisme hidup dan komponennya dalam
proses pertanian, industri pangan serta berbagai proses industri lainnya.
Dalam proses bioteknologi, tujuannya adalah optimalisasi ciri-ciri khusus
yang diharapkan pada suatu organisme, contohnya produksi enzim yang spesifik,
pembentukan produk samping, dll.
Pengembangan dan perkembangan bioteknologi telah amat jauh dewasa
ini, dan manusia sebagai pelaku penerapan ilmu seakan tidak mempunyai batas
dalam memanfaatkan makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Kemajuan
bioteknologi telah amat jauh karena adanya dorongan nilai kemanfaatan dan nilai
ekonomi. 25 Bahkan dana penelitian bioteknologi lebih besar berasal dari sumber
industri swasta dibandingkan dengan dana dari pemerintah. Dampak kemajuan di
bidang bioteknologi dengan sendirinya membawa usulan penelitian penerapan
bioteknologi sebagai komoditi.
Pemegang kunci pada masa ini dalam bidang bioteknologi ini adalah
Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat. Bagaimana sikap
masing-masing negara dalam bersaing mengembangkan dan memasarkan produk-
24
Jean L. Marx, A Revolution in Biotechnology, Yayasan Obor Indonesia, Indonesia,
1991, hal. 485.
25
Hari Hartiko, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.
7.
produk industri bioteknologi mereka ini, tergantung banyak faktor, yang meliputi
kemampuan investasi modal swasta, kekuatan dan kelemahan lembaga penelitian
universitas, tingkat kerja sama antara industri dengan universitas, dan peranan
pemerintah. 26
Apabila membicarakan masalah dunia bioteknologi saat ini, fokus
perhatian ditujukan kepada salah satu bentuk bioteknologi modern, yaitu
teknologi rekayasa genetika. Teknologi rekayasa genetika atau transgenik di
negara-negara maju pada saat ini biasanya digunakan dalam bidang pertanian
untuk memproduksi apa yang dinamakan Genetically Modified Organism (GMO)
atau disebut juga Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG). 27 OHMG
dikenal juga dengan istilah Living Modified Organism (LMO).
OHMG dalam pertanian adalah tanaman yang direkayasa secara genetik
sehingga memiliki kemampuan-kemampuan seperti: memproduksi zat untuk
pertahanan
terhadap
hama
(insektisida
atau
herbisida),
meningkatkan
produktivitas, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ekstrem.
Tanaman hasil rekayasa genetik sering disebut juga sebagai tanaman transgenik.
Rekayasa Genetika atau Genetic Engineering adalah penerapan teknik
DNA rekombinan untuk menimbulkan sifat keturunan baru pada suatu organisme,
dengan jalan memasukkan gen-gen baru ke dalam sel-sel organisme itu. 28
Pada hakekatnya semua sifat organisme akan bergantung pada
penjumlahan keseluruhan gennya. Perubahan dalam molekul DNA yang
26
Jean L. Marx, Op.cit., hal. 450.
Francis Fukuyama, Our Post Human Future: Consequences of Biotechnology
Revolution, Profile Book Ltd, London, 2002.
28
Jean L. Marx. Op.cit, hal. 489.
27
menyusun komplemen genetika suatu organisme merupakan sarana yang dipakai
oleh organisme tersebut untuk berkembang dan beradaptasi terhadap lingkungan
yang baru.
Virus, bakteri, atau setiap sel dari makhluk hidup atau organisme memiliki
inti atau nukleus. Di dalam inti dijumpai sifat baka yang disebut: gen (sifat baka
yang diturunkan). Gen dapat bersifat khusus dan umum. Misalnya tanaman tuba
(Lonchocarpus nicou) memiliki gen khusus menghasilkan rotenon yang dijumpai
dalam akar tuba sebagai insektisida, sedangkan gen umum akan menghasilkan
tanaman tuba. Demikian pun tembakau, gen khusus dapat menghasilkan nikotin di
dalam daunnya, di samping gen umum yang akan menghasilkan tanaman
tembakau. Hewan ataupun manusia juga memiliki gen khusus yang dapat
menghasilkan organ atau sel organ tertentu di samping gen umum yang
memberikan turunan kepada jenisnya. Baik gen umum maupun gen khusus dari
setiap organisme terdiri dari bahan kimia: Desoxyribonucleic acid = DNA dan
Ribonucleic-acid = RNA.
Struktur DNA ini ini diungkapkan oleh dua ilmuwan dari Universitas
Cambridge, yaitu: James Watson dan Francis Crick. DNA ialah materi pembawa
informasi genetik dalam sel makhluk hidup yang berupa untaian molekul asam.29
Penemuan inilah yang menjadi dasar bioteknologi modern dalam bidang
kesehatan dan pertanian.
Melalui teknik yang dikenal sebagai teknik DNA rekombinan, manusia
dapat mengambil potongan DNA dari gen suatu spesies makhluk hidup untuk
29
Reader’s Digest, When, Where, Why & How It Happened: The Secret of Double Helix,
Reader’s Digest Association Far Fast Ltd., London, 1993, hal. 382.
kemudian memindahkan dan memasukkan (menyisipkan) potongan DNA tersebut
kepada untaian DNA dalam sel makhluk hidup lainnya, sehingga makhluk yang
disisipi DNA tersebut dapat memiliki sifat atau karakteristik dari makhluk hidup
yang DNA-nya diambil tadi. 30 Teknik DNA rekombinan yang secara populer
disebut dengan istilah kloning gen atau rekayasa genetik ini memberikan
kesempatan yang potensial dan tidak terbatas untuk menciptakan bentuk-bentuk
baru kombinasi gen yang pada saat ini tidak dijumpai dalam kondisi alami.
Rekayasa genetik pernah didefinisikan sebagai “pembentukan kombinasi
baru dari materi keturunan melalui penyisipan mulekul asam nukleat, yang
dihasilkan dengan cara apa pun di luar sel, ke dalam sembarang sistem virus,
plasmid bakteri atau pun sistem vektor lainnya sehingga memungkinkan
penyatuaannya ke dalam organisme yang menjadi hospes, dan bentuk-bentuk
kombinasi ini tidak terdapat secara alami namun mempunyai kemampuan
memperbanyak diri secara berkesinambungan”. 31
Teknik-teknik ini memungkinkan splicing molekul DNA yang asalnya
cukup berbeda-beda dan bila digabungkan dengan teknik-teknik pada transformasi
genetik dll, akan memudahkan penyisipan DNA asing ke dalam organisme
lainnya, khususnya bakteri. 32
Jadi, DNA dapat
diisolasi dari sel-sel tumbuhan, hewan
atau
mikroorganisme (donor) dan dapat dipecah menjadi sejumlah fragmen yang
terdiri atas satu atau lebih gen. Fragmen semacam ini kemudian dapat
dirangkaikan dengan potongan DNA lain (vektor) dan kemudian diteruskan
30
Ibid., hal. 385.
John E. Smith, Op.cit, hal. 53.
32
Ibid.
31
kepada sel hospes atau sel resipien sehingga menjadi bagian dari komplemen
genetik hospes yang baru. Sel hospes kemudian dapat diperbanyak secara massal
untuk menghasilkan sifat-sifat genetik baru dan kemampuan kimiawi yang tidak
dapat diperoleh melalui cara-cara konvensional mutasi atau pembiakan selektif.
Walaupun sejauh ini banyak karya penelitian yang melibatkan bakteri, teknikteknik tersebut terus berkembang dengan kecepatan yang mengherankan, dan
ditemukan cara-cara untuk memasukkan DNA ke dalam organisme lain seperti
ragi dan kultur sel hewan serta tumbuhan. Dengan syarat bahwa materi genetik
yang dipindahkan melalui cara ini dapat mengadakan replikasi dan dapat
diekspresikan ke dalam tipe sel yang baru, jenis-jenis organisme yang bisa
diproduksi lewat rekayasa genetik dengan sifat-sifat genetik yang baru pada
dasarnya tidak terbatas. 33
Organisme-organisme hasil rekayasa genetika yang pertama adalah bakteri
bersel tunggal yang telah disisipi gen-gen manusia yang dapat menghasilkan
produk-produk bernilai, seperti insulin (untuk penderita diabetes) atau hormon
tumbuh manusia (untuk anak-anak bermasalah keterbelakangan pertumbuhan).
Gen-gen tersebut ditransplantasikan ke bakteri sehingga bakteri itu mampu
menghasilkan protein-protein bernilai itu dalam jumlah besar. 34
Jadi, produk GMO atau Organisme Hasil Modifikasi Genetik (OHMG)
merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi memanipulasi sifat baka atau
gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui suatu perkawinan untuk menghasilkan
organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang ditentukan. Metode ini dipakai
33
Ibid.
R. Walgate, Miracle or Menace? Biotechnology and The Thrid World, The Panos
Institute, London, 1993, hal. 2.
34
salah satunya untuk menciptakan tanaman-tanaman rekayasa genetika yang
kemudian digunakan sebagai teknik pertanian pangan yang meliputi bidang:
peningkatan produksi, peningkatan kualitas, perbaikan pasca panen, dan
processing. Dengan menggunakan teknik rekayasa genetika ini, produk pertanian
yang dihasilkan menjadi lebih banyak, lebih besar dan tahan lama, dengan harga
yang lebih murah dibandingkan dengan produk pertanian konvensional. Produk
transgenik memiliki berbagai keunggulan dari tanaman-tanaman konvensional
karena kemampuan menghasilkan pertahanan terhadap hama dan tanaman secara
mandiri, maupun keunggulan-keunggulan lain seperti kandungan nutrisi yang
lebih banyak, mudah beradaptasi terhadap lingkungan, dan sebagainya.
Teknologi rekayasa genetik ini menawarkan perkembangan teknologi
pertanian yang sulit untuk dibendung. 35 Bioteknologi ini juga akan terus
menciptakan peluang-peluang baru yang menarik bagi pengembangan dan
keuntungan komersial dalam berbagai sektor industri, termasuk pelayanan
kesehatan dan kedokteran, pertanian dan kehutanan, produksi bahan-bahan kimia
dalam jumlah sedikit atau besar, teknologi pangan, produksi bahan bakar, dan
energi. 36 Hal ini tentu sangat menakjubkan dan membawa penerapan ilmu ini
kepada kemungkinan pemanfaatan yang tidak terbatas.
B. Manfaat OHMG bagi Kehidupan Masyarakat Global
Banyak ahli yakin bahwa penerapan rekayasa genetika sangat membantu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara global, diantaranya
35
Ilyani S. Andang, Laporan Nasional Keamanan Hayati Indonesia, YLKI, Jakarta,
2009. hal. 4.
36
Jhon E. Smith, Op.cit,. hal. 13-14.
menyediakan kebutuhan pangan masa depan dengan kualitas yang lebih baik;
alternatif sumber energi yang dapat diperbarui, misalnya biomass dan biofuel
yang dapat menggantikan sumber energi konvensional; perawatan kesehatan lebih
baik; obat-obatan yang lebih efektif; efisiensi pertanian yang lebih baik dan
penggunaan pestisida kimia yang relatif lebih sedikit. 37
Beberapa produk hasil rekayasa genetika atau produk OHMG diantaranya:
1. Produk Farmasi
Pemenuhan kebutuhan produk farmasi tertentu apabila dilakukan dengan
teknologi konvensional akan memerlukan bahan dan biaya yang tidak sedikit.
Sebagai contoh hormon somastatin, yaitu hormon pertumbuhan pada manusia.
Hormon ini sangat sulit diisolasi dari hewan, diperlukan setengah juta otak domba
untuk mendapatkan 0,005 gram somastatin murni. Sedangkan melalui OHMG, 9
liter produk fermentasi bakteri sudah dapat menghasilkan somastatin dengan
jumlah yang sama. 38
Teknologi rekayasa genetika dalam bidang farmasi menghasilkan protein,
vaksin, dan antibiotika. Contoh produk farmasi yang dihasilkan dari teknologi
rekayasa genetika antara lain: 39 somatostatin, hasil transplantasi gen eukariosit
dari hipofisismanusia ke gen E coli. Hormon pertumbuhan pada manusia (human
growth hormone) ini diberikan kepada para penderita dwarfisme hipofisis dan
berfungsi untuk meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan; somatotropin,
hormon yang jugadikloning dari bakteri E Coli, digunakan sebagai hormon
37
Ruth Mackenzie, et. Al., An Explanatory Guide to the Cartagena Protocol on
Biosafety, IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK, 2003, hal. 8.
38
Mangku Sitepoe, Op.cit., hal. 17.
39
Ibid., hal. 17-21.
pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar, dan pendarahan di lambung;
insulin, untuk pengobatan diabetes melitus; interferon, untuk pengobatan
hepatitis, herpes simplex, dan herpes zooster; vaksin rabies; vaksin herpes; vaksin
hepatitis B; vaksin kolera; vaksin lepra; vaksin malaris; berbagai macam
antibiotika; beberapa preparat diagnostik; xenotransplantasi (transplantasi dari
hewan ke manusia); dan terapi gen sebagai pengobatan penyakit kronis dan
beberapa kelainan makrogenetik.
2. Produk Non-pangan
Sementara itu manfaat teknologi rekayasa genetika juga telah menyentuh
bidang-bidang lain seperti bidang peternakan, perkebunan, dan kehutanan.
Produk-produk tersebut misalnya: 40 vaksin, antibiotika, dan hormon pertumbuhan
untuk hewan; ternak kloning; berbagai macam tanaman tahan herbisida, insek,
jamur, dan cacing; tanaman yang toleran terhadap kekeringan dan cuaca dingin;
tanaman hutan jati transgenik, yaitu tanaman dengan struktur kayu yang
diinginkan; tanaman anggrek transgenik yang tahan lama dengan warna bunga
yang diinginkan; tanaman karet yang menghasilkan lateks dengan kadar protein
lebih tinggi; dan bahkan tanaman kapas yang menghasilkan serat kapas berwarna.
3. Produk Pangan
Pesatnya laju pertumbuhan penduduk dunia berakibat meningkatnya
kebutuhan pangan, sementara lahan untuk pertanian makin sempit. Alasan ini
memacu manusia untuk menciptkan sejumlah inovasi baru di bidang pertanian,
salah satunya adalah bioteknologi dengan penggunaan OHMG ini. Kekurangan
40
Ibid., hal. 22-39.
pangan bergizi akan menyebabkan gangguan kesehatan dan tingkat kecerdasan
manusia.
Pembangunan industri pangan didukung oleh sektor pertanian dan
perkebunan; untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia.
Teknik rekayasa genetika juga dilakukan pada bahan pangan antara lain
berupa tomat, jagung, kedelai, kanola, bunga kol, keju, tepung susu, kentang,
beras, food additive, dan sebagainya.
Rekayasa genetik digunakan untuk memproduksi jenis atau berbagai
varietas tanaman baru (tanaman transgenik), misalnya penemuan varietas tomat
transgenik yang awet (lebih lama membusuk) melalui penyisipan gen dari ikan
flounder, jagung yang disisipi gen dari bakteri yang dapat memproduksi racun
bagi serangan (hama), varietas padi yang disisipi gen dari bakteri sehingga tahan
terhadap berbagai tanaman pengganggu, dsb. 41
Pada umumnya, tanaman transgenik direkayasa agar memiliki sifat-sifat:
ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan
nutrisi, dan peningkatan daya simpan.
Produk-produk pangan yang diolah dari bahan transgenik masih
mengandung OHMG di dalamnya. Artinya, proses pengolahan menjadi produk
pangan tidak menghilangkan jejak transgenik bahan tersebut.
Perkembangan teknologi rekayasa genetis ini sangat cepat, terutama di
negara maju, sementara negara berkembang menjadi sasaran empuk pasar produk
41
93.
Hira Djamtani, Bioteknologi dan Keselamatan Hayati, Konphalindo, Jakarta, 1995, hal.
rekayasa genetis. Produk-produk pangan rekayasa genetis ini dianggap dapat
memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dengan penggunaan bioteknologi modern ini
maka akan dapat mengatasi krisis pangan dan kelaparan yang ada di negara
Dunia Ketiga.
Beberapa negara yang menanam tanaman transgenik antara lain: Australia,
Argentina, Bulgaria, Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Meksiko, Rumania,
Spanyol, Afrika Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat.
C. Dampak Merugikan OHMG terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Manusia
Dalam pengembangan dan penerapan ilmu, sejarah telah menunjukkan
bahwa teknologi sebagai produk ilmu selalu menunjukkan adanya dua sisi, yaitu
sisi manfaat dan sisi merugikan tergantung dari manusia pengguna ilmu dan
pengguna teknologi. Hal ini juga terjadi dalam bioteknologi, khususnya teknologi
rekayasa genetik (OHMG).
Di tengah optimisme para ilmuwan terhadap keuntungan-keuntungan
OHMG ini, terdapat beberapa fakta adanya dampak merugikan (dampak negatif)
dari OHMG ini terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, perdagangan
internasional antara negara berkembang dan negara maju, dan bahkan etika.
Para ahli banyak yang mendukung pemanfaatan teknologi rekayasa
genetika, namun tidak sedikit pula yang menentangnya. Alasan menentang
penggunaan teknologi rekayasa genetika ini didasarkan pada pemikiran bahwa
teknologi ini tergolong baru yang dampaknya belum bisa diketahui oleh
pengetahuan manusia pada masa sekarang. Untuk bisa membuktikan aman-
tidaknya suatu teknologi baru harus dilakukan penelitian menyeluruh yang
memerlukan waktu.
Suatu teknologi yang belum jelas jaminan keamanannya semestinya tidak
langsung begitu saja diintroduksi dan diedarkan kepada masyarakat. Tidak adanya
jaminan keamanan ini menimbulkan kekhawatiran:
“...Kemungkinan dampak negatif OHMG baik bagi lingkungan maupun
bagi kehidupan manusia tidak dapat dihindarkan. Dampak negatif yang
ditimbulkan oleh produk OHMG maupun produk yang dihasilkan dari
OHMG berpangkal tolak dari sifat organisme hasil rekayasa genetika,
bahan kimia yang muncul akibat genetic engineering, baik organisme
maupun produk yang dihasilkan.” 42
Terlebih lagi, rekayasa genetika melibatkan organisme hidup yang akan
terus menerus berproses selama kehidupan ada. Terlibatnya organisme hidup
mengindikasikan bahwa rekayasa genetika tidak sesederhana yang dibayangkan
oleh para ahli sebelumnya.
1. Dampak OHMG terhadap Lingkungan
Penerapan teknologi rekayasa genetika berpengaruh pada lingkungan,
khususnya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biological diversity
atau biodiversity) mengacu pada variasi besar tipe ekosistem, jenis (spesies), dan
genetis binatang, tumbuhan, dan mikroorganisme,atau keanekaragaman di antara
makhluk hidup dari semua sumber, baik dari daratan, laut, dan ekosistem akuatik
lainnya serta kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya.
Keanekaragaman
hayati
berperan
penting
dalam
evolusi
dan
mempertahankan sistem pendukung hidup biosfer. Sementara itu, pemenuhan
42
Mangku Sitepoe, Op. cit., hal 51.
kebutuhan pangan, sandang, kesehatan dan kebutuhan lain pun tergantung pada
keanekaragaman hayati.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, banyak pakar bioteknologi
mengkhawatirkan
dampak
OHMG
menimbulkan
kerusakan
ekosistem,
kontaminasi genetis, dan potensi hilangnya keanekaragaman genetis akibat
pemindahan materi gen dari OHMG ke organisme lain, resistensi akibat pelepasan
tanaman transgenik tahan biopestisida, kerusakan lingkungan secara tidak
langsung (penggunaan pestisida pada tanaman resisten terhadap pestisida), serta
kerusakan genomik. 43
Pelepasan OHMG ke alam berpotensi menimbulkan gangguan ekologi,
antara lain transfer materi genetik kepada organisme lain (misalnya melalui
crosspollination), dampak pada organisme non-target, dampak pada bakteri tanah
dan siklus nitrogen. Selain itu, tingkat risiko yang ditimbulkan oleh OHMG ini
bervariasi di tiap negara tergantung sifat suatu tanaman atau lingkungan tempat
tanaman itu berada.
OHMG
menggunakan
makhluk
hidup
sebagai
bahan
baku,
memanipulasinya pada tingkat unit kehidupan terkecil, yaitu gen DNA, serta
melepaskannya ke alam sebagai makhluk hidup atau produk berbasis hayati.
Sekali dilepas ke alam layaknya makhluk hidup lain, transgenik akan berinteraksi
dengan lingkungan, bereproduksi, bermigrasi, dan lain-lain.
43
Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Bioteknologi: Imperialisme Modal &
Kejahatan Globalisasi, Insist Press, Yogyakarta, 2003, hal. 10.
Food and Agriculture Organization of United Nations (FAO) melihat
bahwa pemanfaatan OHMG berpotensi memiliki dampak negatif bagi lingkungan
hidup, antara lain:
a. unintended effects on the dynamics of populations in the receiving
environment as a result of impacts on non-target species, which may occur
directly by predation or competition, or indirectly by changes in land use
or farming practices;
b. unintended effects on biogeochemistry, especially through impacts on soil
microbial populations that regulate the flow of nitrogen, phosphorus and
other essential elements;
c. the transfer of inserted genetic material to other domesticated or native
populations, generally known as gene flow, through pollination, mixed
matings, dispersal or microbial transfer.44
Selanjutnya dijelaskan dalam terbitan di atas, bahwa:
Because these potentially adverse effects have been documented in the
field with non-GMO species, and because the consequences of these effects
could be serious, it is important to regulate and monitor all introductions
of GMOs effectively. Field experiments in ecology take months or years to
become valid. Furthermore, current data on GMOs in the field should be
viewed as location-specific, and extrapolations from laboratory or
computer simulation to the field must be made cautiously.
Oxfam, sebuah lembaga masyarakat internasional, menyebutkan bahwa
bioteknologi modern termasuk diantaranya tanaman transgenik mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Further losses of biodiversity from monocultures;
b. Alien genes (including ‘terminator genes’) transfer from GM crops to
other varieties of the same crop and to other species, with unknown
effects;
c. Increased resistance of weeds and pests to agrochemicals, resulting in
increased us;
d. Decreased natural soil fertility (through reducing the activity of nitrogenfixing bacteria);
44
FAO Information Division, FAO Ethics Series 2: Genetically Modified Organisms,
Consumers, Food Safety, and Environment, FAO, Rome, 2001.
Produk-produk bioteknologi hasil rekayasa genetik yang digunakan dan
dilepaskan ke lingkungan alam terbuka (antara lain: tanaman transgenik untuk
pertanian pangan dan perkebunan, dan mikroorganisme transgenik yang
digunakan sebagai biopestisida, bioremediasilahan, dan sebagainya) yang
mengandung gen yang disisipkan ke organisme induk, dikhawatirkan akan dapat
memindahkan gen yang disisipkan ke organisme lain baik kepada spesies yang
sama maupun kepada spesies yang berbeda. Perpindahan gen tersebut dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan sifat, vegetasi dan habitat alam. Perubahanperubahan tersebut dikhawatirkan dapat merugikan kelestarian keanekaragaman
hayati yang mendukung daya hidup bagi kehidupan di muka bumi ini. Walaupun
tidak semua tanaman transgenik memiliki kelakuan memindahkan gen, tetapi
kemungkinan tersebut tidak dapat diabaikan. Salah satu contoh adalah
perpindahan gen dari kanola (Brasica Napus) penghasil minyak nabati, ke
tanaman sekerabat.
Contoh lain dari penyimpangan teknologi rekayasa genetis yang berbahaya
bagi lingkungan
adalah jagung transgenik yang mengandung Bt (Bacillus
thuringiensis). Sasaran gen Bt adalah membunuh hama ulat penggerek jagung.
Namun, setelah diadakan penelitian ternyata Chrysopa predator alami ulat
penggerek jagung juga mati keracunan Bt yang terdapat dalam tanaman jagung.
Hal ini juga terjadi pada kupu-kupu Danaus plexippus yang mati setelah
memakan gulma yang ditaburi tepung jagung yang mengandung Bt, padahal
kupu-kupu yang makan tepung jagung biasa, tidak mati (Trubus No. 357/Agustus
1999). 45
Ancaman bahaya lainnya bagi lingkungan dapat berupa hal-hal berikut
ini: 46
1. Tanaman transgenik dapat menjadi gulma atau tumbuhan yang tidak
diinginkan di ladang, di lapangan, di tepi jalan, dan di ekosistem yang
tidak dikelola. Hal ini tentu menimbulkan kerugian karena harus
mengeluarkan biaya untuk mengatasi gulma.
2. Tanaman transgenik dapat bertindak sebagai perantara masuknya gen-gen
asing ke tumbuhan liar yang kemudian berubah menjadi gulma. Tanaman
transgenik kemungkinan dapat mengganggu ekosistem alami dan sulit
dievaluasi
3. Tanaman rekayasa yang mengandung partikel virus akan memudahkan
terciptanya virus-virus baru yang mungkin lebih intensif menimbulkan
penyakit baru pada tumbuhan.
4. Tanaman yang direkayasa untuk menghasilkan senyawa beracun seperti
obat-obatan dan pestisida dapat menjadi ancaman yang membahayakan
organisme lain, misalnya burung-burung yang mencari makan di ladang
jagung.
Dengan demikian, penggunaan organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG) ini dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia menjadi salah satu
ancaman bagi keberadaan makhluk hidup dan ekosistem. Untuk itu, penerapan
45
46
Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Op.cit., hal. 78-79.
Ibid., hal. 113-114.
bioteknologi harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana, sebab di balik
keunggulannya, ada kekhawatiran pelepasan produk hasil rekayasa genetis ke
alam dapat menimbulkan pencemaran biologis yang lebih berbahaya daripada
pencemaran kimia dan nuklir.
2. Dampak OHMG terhadap Kesehatan
Penggunaan rekayasa genetika maupun produknya berisiko menimbulkan
akibat tak terduga dikaitkan dengan terakumulasinya hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat bersifat toksis, alergis, dan bahaya
genetik lainnya di dalam pangan manusia. 47
Ketika para ahli memasukkan sebuah gen baru ke dalam suatu organisme,
terdapat “possition effect” yang dapat mengakibatkan perubahan pola gen dan
perubahan fungsi genetik yang tidak dapat diperkirakan. Rekayasa genetika dapat
membawa reaksi yang tidak diinginkan dan berpotensi menghasilkan racun.
Penggunaan virus rekayasa genetika sebagai vektor juga dapat membuat genom
tidak stabil, dan juga berkemungkinan menciptakan virus-virus baru, dan akhirnya
penyakit-penyakit baru.
Salah satu kekhawatiran masyarakat terhadap produk OHMG adalah
alergen (suatu protein yang menimbulkan reaksi alergi), yang dengan tidak
sengaja terbawa masuk ke dalam produk pangan. Gen baru yang dimasukkan ke
dalam tumbuhan atau hewan dapat mempengaruhi gen lain dan menjadikan
makanan tersebut beracun atau menimbulkan efek alergi yang serius.
47
Mangku Sitepoe, Op. cit., hal. 47.
Beberapa tanaman produk bioteknologi mengandung gen yang mengatur
sifat yang disebut dengan resistensi terhadap antibiotik. Peneliti menggunakan gen
tersebut sebagai penanda untuk mengetahui apakah gen yang diinginkan telah
berhasil dimasukkan ke dalam sel. Kekhawatiran yang timbul adalah gen tersebut
dapat pindah dari tanaman produk bioteknologi ke mikroorganisme, yang
umumnya terdapat dalam usus manusia dan mengakibatkan meningkatnya
ketahanan terhadap antibiotik.
Selain itu, rekayasa genetika berpengaruh pada perubahan mutu gizi.
Sebagai contoh buah tomat yang tahan dingin, terlihat tetap segar selama
berminggu-minggu padahal nilai gizinya sudah berkurang atau bahkan sudah
tidak ada.
Berikut contoh lain dampak bioteknologi terhadap kesehatan manusia: 48
a. Produk komersial pertama rekayasa genetis adalah insulin. Tetapi, di
Inggris, beberapa konsumen pingsan setelah menggunakan produk insulin
transgenik tersebut.
b. Lusinan orang meninggal dunia dan ratusan sakit parah setelah
menggunakan L-tryptophan hasil rekayasa genetis.
c. Di AS, hormon pertumbuhan hasil bioteknologi malah menimbulkan
gangguan kesehatan yang serius bagi anak-anak. Penggunaannya berkaitan
dengan penyakit leukemia dan melanoma.
48
Hesty Widiyanti dan Ika N. Krishnayanti, Op.cit. hal. 120.
Selain berpengaruh pada masalah lingkungan dan kesehatan seperti
disebutkan di atas, teknologi rekayasa genetika membawa konsekuensi sosial dan
ekonomi yang sangat besar.
Rekayasa genetika akan mempengaruhi gaya hidup, mata pencaharian, dan
budaya tradisional komunitas asli (indigenous community), karena teknik ini
mengandalkan impor.
Teknologi rekayasa genetika hanya dapat dilakukan oleh pemilik modal
yang sangat besar, yaitu perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs). Kekuatan
ekonomi dan politik yang mengendalikan sumber-sumber genetik di bumi akan
menguasai dunia ekonomi yang akan datang seperti ketika era industrialisasi
menguasai bahan bakar fosil dan logam mulia dan mengendalikan pasar dunia. “In
the years ahead, the planet’s shrinking gene pool is going to become a source of
increasing monetary value.” 49
Aspek etika, religi, dan kepercayaan juga menjadi masalah bagi teknologi
rekayasa genetika. Bisa saja suatu makanan, walaupun tidak terlihat secara kasat
mata pada bentuknya, mengandung bahan yang diharamkan oleh agama (misalnya
gen atau enzim babi bagi umat muslim), atau bertentangan dengan keyakinan
(misalnya gen hewan yang dimasukkan ke dalam sayuran bagi vegetarian),
ataupun yang bersifat menjijikkan (misalnya bakteri E Coli yang didapatkan dari
tinja untuk memproduksi hormon tertentu).
Dengan demikian, masalah keamanan hayati terhadap penggunaan produkproduk OHMG di alam terbuka perlu dipertimbangkan baik untuk jangka pendek
49
Jeremy Rifkin, Op. cit., hal. 37.
maupun jangka panjang, baik dari segi keamanan hayati, kesehatan masyarakat,
kehidupan sosial budaya, dan kehidupan berkeimanan.
D. Pengaturan Hukum Internasional tentang OHMG
Seperti telah dikemukakan bahwa OHMG dan produknya telah menyentuh
kehidupan manusia dan lingkungannya sehingga keamanan (safety) OHMG perlu
diantisipasi dengan berbagai peraturan yang diterapkan secara internasional
maupun intern setiap negara konsumen OHMG sehingga dampak negatif yang
ditimbulkan dapat diminimalkan.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat instrumen
hukum internasional yang berlaku yang dapat digunakan untuk mengatur
mengenai OHMG maupun bioteknologi modern. Sebagaimana akan diuraikan
berikut ini:
1. United Nations Convention
Keanekaragaman Hayati)
on
Biological
Diversity
(Konvensi
Peran keanekaragaman hayati dalam penerapan teknologi sangat besar,
terutama mengingat keanekaragamn hayati adalah bahan dasar bagi penerapan
bioteknologi.
Meningkatnya industri-industri bioteknologi dan meluasnya penyebaran
produk-produk bioteknologi melalui perdagangan telah banyak menimbulkan
pertentangan-pertentangan tentang manfaat dan risiko berbagai macam produk
bioteknologi terhadap lingkungan keanekaragaman hayati, kesehatan manusia dan
kesehatan ternak. Pertentangan-pertentangan tersebut telah mulai dirasakan
setelah penandatanganan Konvensi Keanekaragaman Hayati disepakati.
Dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati, bioteknologi dinyatakan secara
eksplisit pada pasal 2, pasal 18, dan pasal 19 konvensi.
Pasal 2 memuat berbagai pengertian atau terminologi yang dipergunakan
dalam pasal-pasal konvensi. Pasal ini memuat definisi bioteknologi, yaitu sebagai
berikut:
“Bioteknologi ialah penerapan teknologi yang menggunakan sistem-sistem
hayati,
makhluk
hidup
atau
derivatifnya,
untuk
membuat
atau
memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk penggunaan
khusus.”
Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, OHMG maupun teknik
rekayasa genetik dikatakan sebagai salah satu bentuk bioteknologi modern.
Dengan demikian OHMG jelas merupakan salah satu yang dimaksudkan
Konvensi sebagai bioteknologi.
Pasal 8 Konvensi merupakan pengaturan mengenai konservasi in-situ.
Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta
pemeliharaan dan pemulihan jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan
alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi atau budidaya, di dalam
lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Dalam bagian (g) pasal
tersebut dinyatakan bahwa:
“ . . . para pihak wajib mengembangkan dan memelihara cara-cara untuk
mengatur, mengelola, atau mengendalikan risiko yang berkaitan dengan
penggunaan dan pelepasan organisme termodifikasi hasil bioteknologi,
yang mungkin mempunyai dampak lingkungan yang merugikan, yang
dapat mempengaruhi konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan
keanekaragaman hayati, dengan memperhatikan pula risiko terhadap
kesehatan manusia.”
Pasal 19 mengatur mengenai penanganan bioteknologi dan pembagian
keuntungan. Pasal ini terdiri dari 4 ayat, sebagai berikut:
1. Setiap pihak wajib memberlakukan upaya-upaya legislatif, administratif
dan kebijakan, bila diperlukan untuk memungkinkan peran serta yang
efektif dalam kegiatan penelitian bioteknologi yang dilakukan para Pihak,
khususnya negara-negara berkembang, yang menyediakan sumber daya
genetik bagi penelitian tersebut, dan bila layak.
2. Setiap pihak wajib melakukan upaya praktis untuk mendorong dan
mengembangkan akses prioritas, dengan dasar adil oleh para pihak,
terutama negara-negara berkembang, kepada hasil dan keuntungan yang
timbul dari bioteknologi yang didasarkan pada sumber daya genetik, yang
disediakan oleh Pihak-Pihak tersebut. Akses semacam itu harus didasarkan
persyaratan yang disetujui bersama.
3. Para pihak wajib mempertimbangkan kebutuhan akan protokol dan modelmodelnya yang menentukan prosedur yang sesuai, mencakup, khusunya
persetujuan yang diinformasikan lebih dulu, di bidang pengalihan,
penanganan,
dan
pemanfaatan
secara
aman
terhadap
organisme
termodifikasi hasil bioteknologi, yang mungkin mempunyai akibat
merugikan terhadap konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan
keanekaragaman hayati.
4. Setiap pihak yang secara langsung atau dengan melalui pejabat resmi
menurut yurisdiksinya menyediakan organisme seperti dalam ayat (3)
diatas, harus menyediakan informasi yang ada tentang peraturan
penggunaan dan keamanan yang diperlukan oleh pihak tersebut dalam
menangani organisme semacam itu, maupun informasi yang ada mengenai
dampak potensial organisme tertentu kepada Pihak yang akan menerima
organisme.
Selain dari pasal-pasal tersebut di atas, bagian Pembukaan Konvensi
Keanekaragaman Hayati secara implisit memandatkan perlunya perhatian khusus
terhadap OHMG maupun bioteknologi. Dalam pembukaan disebutkan bahwa:
“Para pihak . . . memperhatikan juga bahwa jika ada ancaman terhadap
pengurangan yang nyata atau hilangnya keanekaragaman hayati,
kekurang-pastian ilmiah tidak seharusnya dijadikan alasan penangguhan
tindakan-tindakan untuk menghindarkan atau memperkecil ancaman
tersebut.”
Ketentuan pembukaan tersebut diatas merupakan manifestasi dari Prinsip
15 Deklarasi Rio, yaitu Precautionary Principle (Prinsip Kehati-hatian/Prinsip
Pencegahan), yang berbunyi:
“In order to protect the environment, the precautionary approach shall be
widely applied by States according to their capabilities where there are
threats of serious or irreversible damage, lack of full scientific certainty
shall not be used as a reason for posponing cost-effective measures to
prevent environmental degradation.”
2. Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati
Pada tahun 2000, perkembangan pasal 19 Konvensi Keanekaragaman
Hayati ini merupakan dasar bagi disepakatinya Cartagena Protocol on Biosafety
to The Convention on Biological Diversity. Protokol merupakan perjanjian
internasional yang materinya lebih sempit dibanding treaty atau convention. 50
Protokol yang sering disebut sebagai Biosafety Protocol (Protokol
Cartagena tentang Keamanan Hayati), merupakan kesepakatan internasional
mengenai pentingnya diadakan prosedur pengamanan untuk transfer dan
penggunaan organisme hasil modifikasi genetik (OHMG). Protokol ini diperlukan
untuk
mencegah erosi pada keanekaragaman hayati.
Terminologi apa yang
dimaksud dengan Biosafety sendiri adalah:
“efforts to reduce and eliminate the potential risks resulting from
biotechnology and its products”.
Protokol ini merupakan realisasi dari Pasal 8 (g) dan 19 (3) dari Konvensi
Keanekaragaman Hayati. Protokol yang terdiri dari 40 Pasal dan tiga lampiran ini
disepakati di Montreal pada tanggal 29 Januari 2002.
Sampai saat ini terhitung tak kurang dari 161 negara telah menandatangani
instrumen hukum internasional tersebut. 51
Protokol ini bertujuan untuk memberikan aturan dalam memastikan
tingkat proteksi yang memadai dalam hal transfer, penanganan, dan penggunaan
yang aman dari organisme hidup hasil bioteknologi modern yang mungkin
berpengaruh merugikan terhadap kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan
keanekaragaman hayati, dengan juga mempertimbangkan risiko terhadap
kesehatan manusia, dan khususnya pada pergerakan lintas batas.
50
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2008, hal. 92.
51
Sekretariat United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi
Keanekaragaman Hayati), dalam http://www.cbd.int/biosafety, 14 Februari 2011.
Pada dasarnya, protokol keamanan hayati ini berisi sekelompok peraturan
tentang uji coba apa yang perlu dilakukan sebelum organisme hasil modifikasi
genetis dilepas ke alam, apa saja jenis organisme yang boleh/tidak boleh dilepas
ke alam, serta rencana keamanan bila organisme yang dilepas terbukti berbahaya.
Protokol ini juga penting untuk menguji keamanan produk bioteknologi untuk
dikonsumsi manusia dan untuk mencegah negara dijadikan tempat pengujian
organisme tersebut tanpa sepengetahuan pemerintah dan masyarakat.
Sebagai satu-satunya rejim hukum internasional yang mengatur mengenai
pergerakan lintas batas OHMG, Protokol Cartagena memuat beberapa prinsip
penting dalam hal penanganan produk transgenik atau Living Modified Organism
(LMO). Beberapa prinsip penting tersebut diatur dalam bagian mukadimahnya
sebagai berikut:
1. Prinsip Kehati-hatian. Dasar yang digunakan adalah Prinsip 15 Deklarasi
Rio tahun 1992 yang menyatakan bahwa tidak adanya kepastian ilmiah,
tidak adanya atau kurang memadainya informasi ilmiah, tidak boleh
digunakan untuk menunda atau menghambat langkah preventif yang tepat
untuk mencegah kerusakan lingkungan. Prinsip ini penting mengingat sifat
ketidakpastian dari OHMG yang cukup tinggi.
2. Pengakuan atas Risiko. Dengan disahkannya Protokol ini berarti dunia
internasional mengakui potensi risiko bioteknologi modern, sehingga
perdebatan mengenai keamanan seharusnya tidak berlarut-larut.
3. Pusat Asal Usul dan Keragaman. Protokol ini mengakui pentingnya pusat
asal-usul dan pusat keragaman hayati, sehingga harus diperhatikan secara
khusus dalam transfer dan pemanfaatan OHMG.
4. Status Setara. Kedudukan protokol ini bukanlah subordinasi terhadap
perjanjian internasional lainnya.
5. Kedaulatan Negara. Protokol ini mengakui kedaulatan negara dan bahkan
kedaulatan atas wilayah laut tidak dipengaruhi dengan menandatangani
protokol ini.
6. Regulasi Nasional. Protokol ini membenarkan tindakan lebih protektif di
tingkat nasional, untuk mengamankan keragaman hayati. Tetapi terdapat
klausul yang menyatakan bahwa asalkan tindakan protektif tersebut sesuai
dengan ketentuan protokol dan kewajiban dalam memenuhi hukum
internasional.
Ada beberapa unsur penting lainnya dalam batang tubuh dari Protokol
Kemanan Hayati yang harus ditelaah lebih lanjut dalam kaitannya dengan
kepentingan nasional:
1. Tujuan dan Ruang Lingkup
Mengenai tujuan dan ruang lingkup pengaturan dalam Protokol diatur
dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5. Pada intinya disebutkan bahwa
Protokol ini bertujuan mengadakan perlindungan dalam transfer,
penanganan dan penggunaan yang aman dari OHMG yang mungkin
berpengaruh merugikan bagi keragaman hayati dan kesehatan manusia,
khususnya menyangkut pergerakan lintas batas. Ruang lingkup Protokol
hanya mengatur sebatas prosedur pengamanan bagi OHMG yang langsung
digunakan untuk pangan, pakan, dan processing. Prosedur pengamanan
juga tidak berlaku bagi obat-obatan manusia hasil rekayasa genetik,
apabila sudah diatur oleh perjanjian internasional yang lain.
2. Prosedur Persetujuan Berdasarkan Informasi Dini (Advanced Informed
Agreement)
Dalam Pasal 6-12 Protokol, diatur hal ihwal mengenai Advanced Informed
Agreement (AIA) atau ‘persetujuan yang berdasarkan informasi dini’. AIA
merupakan serangkaian prosedur yang diberlakukan terhadap OHMG
yang pertama kali dimaksudkan untuk diintrodusir ke lingkungan atau
wilayah negara pengimpor.
Prosedur AIA terdiri dari empat buah komponen, yaitu: notifikasi atau
pemberitahuan oleh pihak pengekspor OHMG kepada negara pengimpor,
pemberitahuan tentang penerimaan notifikasi oleh negara pengimpor
kepada pihak pemberi notifikasi tersebut, prosedur pemberian keputusan
terhadap notifikasi atau permohonan,dan pengkajian ulang (review)
terhadap keputusan atau izin yang diberikan oleh negara pengimpor
OHMG.
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk memberi kepastian bahwa negara
pengimpor OHMG mendapat kesempatan dan kapasitas untuk melakukan
penilaian dan pengujian terhadap risiko OHMG sebelum memberikan
persetujuan atas impor produk tersebut.
AIA berlaku secara otomatis untuk pengiriman OHMG pertama yang akan
dilepas ke lingkungan. Informasi tentang akan diadakan pengiriman
OHMG pertama diberikan oleh eksportir kepada negara pengimpor.
Keputusannya harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dini, dan
didahului oleh analisis mengenai risiko, sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 10 Ayat 6 yang berbunyi:
“Lack of scientific certainty due to insufficient relevant scientific
information and knowledge regarding the extent of the potential adverse
effects of a living modified organism on the conservation and sustainable
use of biological diversity inthe Party of import, taking also into account
risks to human health, shall not prevent that Party from taking a decision,
as appropriate, with regard to the import of the living modified
organism.”
Ada beberapa hal penting yang juga harus dicatat yaitu bahwa: dokumen
pengiriman OHMG untuk dilepas ke lingkungan harus dilabel sebagai
OHMG; apabila 270 hari sejak penerimaan notifikasi belum ada
keputusan, bukan berarti negara tujuan menyetujui impor; AIA tidak
berlaku bagi OHMG yang diidentifikasikan oleh para pihak sebagai
mungkin tidak berpengaruh pada keragaman hayati dan kesehatan
manusia; AIA tidak berlaku untuk penggunaan OHMG dalam lingkungan
terbatas ataupun dalam transit. Untuk OHMG bagi penggunaan langsung
sebagai pangan,pakan (makanan ternak), atau untuk bahan pengolahan
(processing) suatu produk pangan, pakan, atau produk industri lainnya,
diperlukan persyaratan hukum nasional untuk menyetujui impor OHMG;
dokumen impor OHMG juga harus diberi label yang menyatakan
‘mungkin mengandung OHMG’ terutama sebelum pengiriman pertama.
3. Penilaian dan Manajemen Risiko (Risk Assesment & Risk Management)
Biosafety Protocol mengatur mengenai kewajiban begi negara pengimpor
untuk melakukan Risk Assesment dan Risk Management terhadap OHMG.
Hal ihwal mengenai kedua hal tersebut diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16.
Hal yang dimaksud sebagai prosedur risk assesment pada intinya adalah,
setelah menerima notifikasi mengenai kemungkinan pengiriman OHMG
yang pertama kali, negara pengimpor harus melakukan analisis resiko
sesuai dengan arahan Protokol dalam Annex III dan bukti ilmiah lain.
Dalam poin 3 Annex III, Biosafety Protocol disebutkan bahwa:
“Risk assessment should be carried out in a scientifically sound and
transparet manner, and can take into account expert advice of, and
guidelines developed by, relevant international organizations.”
Setelah dilakukan risk assesment, para pihak harus melaksanakan risk
management (pengelolaan resiko) untuk mengatur dan mengendalikan
risiko yang diidentifikasi dalam penilaian resiko. Para pihak akan
menetapkan mekanisme dan strategi untuk mengatur, mengelola dan
mngendalikan risiko pergerakan lintas batas OHMG.
4. Pertimbangan Sosial Ekonomi
Dalam Pasal 26 Protokol disebutkan bahwa para pihak, dalam hal
memutuskan impor OHMG atau dalam mengimplementasikan protokol
boleh untuk melakukan pertimbangan sosial ekonomi, sebagaimana
disebutkan berikut ini:
“the Parties, in reaching a decision on import under this Protocol or
under its domestic measures implementing the Protocol, may take into
account, consistent with their international obligations, socio economic
considerations arsing from the impact of living modified organisms on the
conservation and sustainable use of living modified organisms on the
conservation and sustainable use of biological diversity, especially with
regards to the value of biological diversity to indegnous and local
communities.’
5. Tanggung Jawab dan Pemulihan
Dalam Pasal 27 Protokol memandatkan para pihak untuk merumuskan
peraturan internasional atau berbagi prosedur pertanggungjawaban dan
pemulihan oleh para pihak atas kerusakan yang disebabkan dari
pergerakan lintas batas OHMG. Perumusan peraturan dan prosedur
tersebut harus sudah diselesaikan dalam jangka waktu 4 tahun setelah
Protokol lahir.
6. Partisipasi Masyarakat
Dalam Pasal 23 para pihak diwajibkan memfasilitasi kesadaran,
pendidikan dan partisipasi masyarakat dalam masalah produk OHMG.
Pada intinya, unsur penting dalam pasal ini adalah:
a. Masyarakat harus diberikan akses pada informasi tentang OHMG,
yang diidentifikasi boleh diimpor;
b. Para pihak wajib melakukan konsultasi dengan masyarakat, sesuai
hukum nasional,dalam mengambil keputusan tentang impor OHMG;
c. Memberikan akses masyarakat pada Balai Kliring Keamanan Hayati
(Biosafety Clearing House).
7. Pengembangan Kapasitas dan Lembaga Berwenang
Dalam Pasal 22, para pihak diwajibkan memperkuat sumber daya manusia
dan institusi di dalam melaksanakan protokol ini. Pasal tersebut juga
menyajikan ketentuan bagi para pihak dari negara maju untuk melakukan
kerja sama internasional dalam bidang teknologi, keuangan dan
pengetahuan bagi pengembangan kapasitas negara berkembang.Pasal 19
memberikan rujukan dalam pembentukan lembaga yang akan berwenang
dalam melaksanakan protokol yaitu: national focal point, dan otoritas
nasional yang berkompeten. National focal point akan berhubungan
dengan sekretariat protokol, sementara otoritas yang berkompeten
menjalankan fungsi administrasi atas nama negara.
8. Biosafety Clearing House, dan Pembagian Informasi
Dalam Pasal 20 Protokol diatur mengenai pentingnya didirikan sebuah
Biosafety Clearing House (Balai Kliring Keamanan Hayati) yang akan
memfasilitasi pertukaran informasi ilmiah, teknis, lingkungan hidup dan
hukum tentang OHMG, serta beserta pengalaman terkait. Dalam hal ini
Balai Kliring tersebut juga diwajibkan untuk memberikan perhatian
khusus dalam hal membantu negara berkembang maupun negara
terbelakang penandatanganan protokol dalam mengimplementasikan
aturan-aturan Protokol.
Download