BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Dan Komunikasi Massa II.1.1. Komunikasi Secara epistemologis, istilah kata komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni communication dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Jika diartikan secara sederhana, berarti komunikasi adalah sebuah proses yang bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna dan pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut. Menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya dengan bernafas, jadi sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi (Cangara, 2003: 1). Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan karena kedua aspek itu saling melengkapi dalam pelaksanaannya. Sedangkan Harold Lasswell juga mengatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “siapa-berkata apa-melalui saluran apa-kepada siapa-dengan efek apa” Harold D.Laswell menyebutkan hal yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu: 1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya 2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya Universitas Sumatera Utara 3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosial Jika dilihat dari definisi komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi yakni sebagai proses, sebagai simbolik, sebagai sistem dan sebagai multi-dimensional. Maka tidak heran bila komunikasi juga mempunyai tujuan yang sangat universal. Tujuan dari sebuah proses komunikasi yaitu: 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude) 2. Untuk mengubah opini dan/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour) 4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur-unsur berikut: 1. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau source, sender atau encoder. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Universitas Sumatera Utara Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi. 3. Media Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar dan media massa lainnya. 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan, atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran. 5. Pengaruh Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan Universitas Sumatera Utara pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Tanggapan balik Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. 7. Lingkungan Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu. Aristoteles mengatakan suatu pesan akan terlaksana dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja, yaitu sumber, pesan dan penerima. Sedangkan Claude E.Shannon dan Warren Weaver (1949) menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. (Cangara, 2003: 22) Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah (dalam Ardianto, 2004: 19): Universitas Sumatera Utara 1. Fungsi informasi Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. 2. Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara yang mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca. 3. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. 4. Fungsi proses pengembangan mental Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. 5. Fungsi adaptasi lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Universitas Sumatera Utara 6. Fungsi memanipulasi lingkungan Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. II.1.2. Komunikasi Massa II.1.2.1. Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut Charles R. Wright, pakar komunikasi massa adalah “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics : it is directed toward relatively large, heterogenous and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often – times to reach most audience members simultaneously and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense”. (www.paperbackswap.com/-/book/007544652) Ithiel de Sola Pool, seorang ahli hukum (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai “komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed. Ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi.” (Wiryanto,2000:3). Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Namun, dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Media massa yang dimaksud adalah media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern. Komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, juga perlu membedakan massa dalam arti umum dengan massa dalam arti komunikasi massa. Kata massa dalam hal ini lebih mendekati arti secara sosiologis. Dengan kata lain, massa yang dimaksud adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi tertentu. Massa dalam komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton atau pembaca. Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004: 7). II.1.2.2. Unsur-unsur Komunikasi Massa Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur (source), pesan (message), saluran dan penerima (receiver) serta efek (effect). Harold D.Laswell mengatakan untuk memahami komunikasi massa dapat dipahami dengan bentuk pertanyaan yang dibuatnya, who says what in which channel to whom and with what effect: 1. Who (sumber atau komunikan) Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga. Lembaga yang dimaksudkan adalah surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku dan majalah. Universitas Sumatera Utara 2. What (pesan) Organisasi memiliki rasio keluaran yang tinggi atas masukannya dan sanggup melakukan encode terhadap pesan-pesan yang sama pada saat yang bersamaan. Pesan dalam komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan menjangkau audiens yang jumlahnya cukup banyak. 3. Which (saluran atau media) Menyangkut pada peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah, radio, film dan internet. 4. Whom (penerima atau mass audience) Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright, ada tiga karakteristik audiens, yaitu: (1) large, dimana besarnya mass audience yang relatif dan menyebar di berbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan tidak terikat di tempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikator (vice versa) 5. What (unsur efek atau akibat) Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang Universitas Sumatera Utara merupakan sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication atau mass audience sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed. II.1.2.3. Ciri-ciri Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tertentu (Nurudin,2003:63), seperti: 1. Komunikator bersifat melembaga Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri-ciri berupa kumpulan individu, dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. 2. Komunikan bersifat heterogen Artinya, mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan, berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat, tidak saling mengenal, tidak saling berinteraksi secara langsung, tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal. Universitas Sumatera Utara 3. Pesannya bersifat umum Artinya, dapat ditujukan kepada semua kalangan, pesan-pesan tidak boleh bersifat khusus, tidak disengaja untuk golongan tertentu. 4. Komunikasinya berlangsung satu arah Artinya, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). 5. Menimbulkan keserempakan Artinya, ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa hampir bersamaan. 6. Mengandalkan peralatan teknis Artinya, media massa sebagai alat utama dalam penyampaian pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Agar proses pemancaran atau penyebaran pesan lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. 7. Dikontrol oleh gatekeeper Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Universitas Sumatera Utara II.1.2.4. Fungsi Komunikasi Massa Sean Mac Bride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi massa dapat berfungsi sebagai: 1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaaan yang terjadi diluar dirinya. 2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar dari media massa. 4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. 5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun non formal. 6. Memajukan kebudayaan, yakni menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran. 7. Hiburan, yakni media massa memberikan situasi yang menyenangkan atau hiburan bagi khalayaknya. Karena salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan yang cukup. Universitas Sumatera Utara 8. Integrasi, yakni menjembatani perbedaan-perbedaan dari khalayak di seluruh tempat. II.1.2.5. Hambatan dalam Komunikasi Massa 1) Gangguan Jika pembicara menyampaikan pesan dengan suara seperti menggerutu, maka efektivitas pesannya akan terganggu. Ketidakjelasan ucapan dan hambatan – hambatan lain dalam proses komunikasi sebelum pesan mencapai audiens dinamakan gangguan (noise). Dalam komunikasi massa yang didasarkan pada peralatan mekanik dan elektronik yang kompleks, peluang terjadinya gangguan adalah tak terbatas karena ada banyak hal yang bisa berjalan secara keliru. Gangguan terjadi dalam tiga bentuk (Vivian, 2008 :459 – 460) : a. Gangguan Semantik komunikasi massa itu sendiri dapat mengganggu kesuksesan pesannya jika disusun dengan buruk. Susunan kata yang buruk salah satu contohnya, bicara seperti orang ngedumel juga termasuk dalam bentuk ini. b. Gangguan Saluran, ketika mendengar radio AM tapi suaranya terputus-putus, berarti itu dinamakan sedang mengalami gangguan saluran. Bentuk lainnya adalah tinta yang blobor di halaman majalah dan mikrofon yang tidak berbunyi saat penyiar membacakan berita. c. Gangguan Lingkungan. Instrusi yang terjadi di tempat penerimaan disebut juga gangguan lingkungan, misalnya saat Universitas Sumatera Utara membaca tiba-tiba bel pintu rumah berbunyi, terdengar suara anak menjerit, yang menggangu proses decoding yang sedang berlangsung saat proses komunikasi massa terjad 2) Filter Orang-orang yang menerima pesan media massa mungkin secara tidak sadar melakukan intervensi yang mengganggu kesuksesan proses komunikasi. Penyebabnya itu dikenal dengan filter (Vivian, 2008: 462). a. Filter Informasional. Jika seseorang tidak memahami bahasa satu simbol yang dipakai komunikator, proses komunikasi akan cacat. Orang tidak punya informasi untuk menguraikan pesan. Filter semacam ini dapat datang dari pihak komunikator yang kosakatanya tidak cocok dengan kosakata yang dimiliki audien, tetapi juga kebanyakan merupakan kekurangan di pihak audien. b. Filter Fisik. Ketika pikiran penerima sedang kelelahan, maka filter fisik akan menganggu proses komunikasi massa. Orang mabuk merupakan salah satu contohnya dan komunikator massa tidak punya banyak kontrol atas filter fisik ini. c. Filter Psikologis. Pandangan dan pengalaman yang berbeda bisa saja mempengaruhi dalam menanggapi pesan massa. Misalnya, dua wanita bersahabat yang bersama-sama menonton film Fatal Attraction. Salah satu wanita itu sudah menikah dan istri yang setia; yang satunya selingkuh dengan pria beristeri. Karena punya gagasan dan pengalaman hidu yang berbeda Universitas Sumatera Utara dalam kesetiaan perkawinan yang merupakan tema dari film itu, maka kedua wanita itu melihat dan mendengar kata-kata yang sama, tetapi melihat dua film yang “berbeda” . II.2. Televisi sebagai Media Massa Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu berupa unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendy, 1993: 192). Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004: 125). Sedangkan menurut Kuswandi, media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat (Kuswandi, 1996: 1). Menurut Effendy, televisi siaran merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Effendy, Universitas Sumatera Utara 2002:21). Marshall Mc. Luhan, yakin bahwa media elektronik, dalam hal ini televisi mampu membuat kita tergantung dan menciptakan kembali dunia dalam sebuah “perkampungan global”. II.2. 1. Televisi di Indonesia Masyarakat Indonesia, kini tidak lagi menganggap bahwa televisi itu merupakan barang mewah dan langka, seperti beberapa puluh tahun yang lalu, kini televisi tersebut sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat untuk mendapatkan informasi. Sebagai bukti dewasa ini kita bisa mengecek sendiri hampir tiap rumah pasti memiliki televisi dari berbagai merk yang ada di pasaran. Komunikasi massa di Indonesia berkembang (termasuk televisi) , setelah peresmian satelit komunikasi Palapa pada tanggal 17 Agustus 1976 (HUT RI ke 31). Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder mampu meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon secara bolak balik atau 800 telepon satu arah. Satelit tersebut dihubungkan dengan 40 buah statiun bumi , 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi. (www.wikipedia.co.id) Televisi masuk ke Indonesia bertepatan dengan Asian Games KE 4, di jakarta pada tahun 1962. Peresmian pesta olahraga antar negara negara asia tenggara tersebut bersamaan dengan peresmian penyiaran televisi oleh Presiden Soekarno, pada 24 Agustus 1962. Televisi yang pertama ada di Indonesia ialah TVRI, dengan durasi tayangan antara 30 menit hingga 1 jam tiap harinya. Setelah 7 Tahun TVRI diresmikan jumlah penggunaan pesawat televisi meningkat dari angka 10.000 unit pesawat televisi menjadi 65.000 unit pesawat televisi. Universitas Sumatera Utara (http://atrioarismunandar6.blogspot.com/2007/02/makna-konsolidasi-stasiunstasiun-tv.html - 30k) Sebagai tambahan , bukti berkembang pesatnya dunia pertelevisian di Indonesia adalah dengan bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta yang dibarengi dengan deregulasi pertelevisian oleh pemerintah sejak tahun 1990 atau tepatnya sejak tanggal 24 agustus 1990 , masyarakat memiliki alternative tontonan selain dari TVRI. Hingga saat ini saja bisa kita lihat di indonesia terdapat 11 stasiun televisi, dengan ciri khas mereka masing masing, misalnya tvOne dan Metro TV yang identik dengan siaran yang informative dan edukative, Global TV dengan menyajikan mayoritas acara hiburan, dan masih banyak lagi ciri dari masing-masing stasiun televisi yang ada di Indonesia. Kini pun tidak hanya jenis stasiun televisi yang beragam tetapi jenis jenis model televisi pun sudah beragam, hal ini tergantung dari kocek masyarakat untuk memilih jenis tipe model pesawat televisinya.(http://kosmik.web.id/ilmu-komunikasi/pertelevisian-indonesia/) II.2.2. Kekuatan dan Kelemahan Televisi Televisi merupakan suatu media massa yang diperuntukkan kepada khalayak ramai juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Khasali dalam menjalankan fungsinya, televisi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan televisi. (Khasali, 1995:121 - 125) Beberapa kelebihan televisi di antaranya (Morissan, 2008:56 – 58): Universitas Sumatera Utara 1) Karena sifatnya yang audio visual, pemirsa dapat terbantu oleh kehadiran gambar. Oleh karena itu setiap orang pasti memiliki gambaran yang sama, tidak ada imajinasi yang berbeda. 2) Dapat menyaksikan kejadian di tempat jauh tanpa harus pergi ke tempat tersebut. Hal ini dapat dinikmati dalam siaran langsung pertandingan olahraga atau konser musik. Tak perlu pergi ke Italia untuk menyaksikan pertandingan Juventus melawan Inter Milan. Cukup duduk santai di depan televisi bisa menyaksikan pertandingan tersebut. 3) Dapat menikmati beragam tayangan hiburan dengan gratis. Tak perlu pergi ke movie theater untuk menyaksikan film yang bermutu. 4) Informasi yang disajikan bersifat up to date, kejadian yang baru terjadi dapat disaksikan di televisi. 5) Banyaknya saluran dalam televisi membuat setiap orang dapat menyaksikan program favorit masing-masing. Beberapa kekurangan televisi di antaranya (Morissan,2008:60): 1) Dibatasi oleh durasi program dan panjangnya visualisasi. 2) Tidak bisa didengarkan sambil lalu. 3) Kemungkinan muncul tayangan yang mengandung unsur kekerasan, kriminalitas, dan seks tanpa disensor semakin banyak. Hal ini dapat berperangaruh buruk terutama bagi anak-anak dan remaja. 4) Sebagai media elektronik, pesan yang disampaikan bersifat selintas. 5) Berita yang disampaikan kurang mendalam Universitas Sumatera Utara II.3. Teori S-O-R Prinsip stimulus-respon pada dasarnya merupakan suatu prisip belajar yang sedarhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu (Sasa,2005: 5.14). S-O-R ini merupakan singkatan dari Stimulus – Organism – Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog, yaitu Parlov, Shiner dan Hull. Teori ini dilandasi oleh suatu anggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu. Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan akan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya. Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikolog yang kemudian menjadi teori komunikasi ini menyatakan bahwa, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur -unsur dalam teori S-O-R adalah: a) Stimulus (S) : Pesan b) Organism (O) : Komunikan c) Response (R) : Efek Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how” bukan “what” atau “why”. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya, jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting, yaitu : Universitas Sumatera Utara a) Perhatian b) Pengertian c) Penerimaan Organism: Perhatian Stimulus Pengertian Penerimaan Gambar . 3 Response Teori SOR (Effendy, 2002: 253) Bagan di atas menunjukan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin tidak diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Model ini bilamana dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan, yakni tentang pengaruh tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap sikap mahasiswa FISIP USU akan permasalahan publik, dapat digambarkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Stimulus: Organism: Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne Mahasiswa FISIP USU Respons: Munculnya sikap mahasiswa akan permasalahan publik Gambar . 4 Model S-O-R (Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne dan sikap Mahasiswa Universitas Sumatera Utara) Gambar di atas menerangkan bahwa stimulus yang dimaksud adalah tayangan ““Apa Kabar Indonesia Malam””, sedangkan Mahasiswa USU yang telah diberi rangsangan oleh tayanga tersebut merupakan komunikan atau disebut juga dengan Organism. Sikap Mahasiswa FISIP USU akan permasalahan publik merupakan efek atau response yang terjadi sebagai akibat dari komunikan menonton tayangan ““Apa Kabar Indonesia Malam”” di tvOne. II.4. Teori Komunikator Dalam komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikasi haruslah luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika komunikasi dilangsungkan melalui media massa. Faktor-faktor yang Universitas Sumatera Utara berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut AA Procedure atau from attention to action procedure. AA Procedure ini sebenarnya penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA, yaitu attention, interest, desire, decision dan action (Khasali, 1995: 178). Proses pentahapan komunikasi mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terdapat faktor daya tarik komunikator (source attractiveness). Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator (Effendy, 2007: 34). Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) merupakan awal kesuksesan komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk Universitas Sumatera Utara melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana daharapkan komunikator. Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendy, 2007: 306). Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena komunikatorlah yang mengelola, mengatur, dan menyusun (mengorganisasikan) Universitas Sumatera Utara pesan sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak dan tujuan dari komunikasi dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap khalayak. Setelah komunikator mengorganisasikan pesan maka pesan tersebut harus dibuat terstruktur. Komunikator harus menentukan informasi yang harus disampaikan terlebih dahulu terhadap khalayak yang tidak sepaham dengan komunikator. Bagian mana yang didahulukan, yang penting ataukah yang kurang yang penting. Karena seorang komunikator akan sukses dalam komunikasinya, apabila ia menyesuaikan komunikasinya dengan the image dari komunikan, yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya, pengalamannya, kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya. Singkatnya komunikator harus dapat menjaga kesemestaan alam mental yang terdapat pada komunikan, yang oleh Prof. Hartley disebut “The Image of Other” (Effendy, 2007:44). Adapun gambar dari karakteristik komunikator adalah sebagai berikut: Credibility Attractiveness Likeability Trustworthiness Expertise Gambar .5 Karakteristik Komunikator Kredibilitas komunikator terdiri dari gabungan dari daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan Universitas Sumatera Utara keahlian (expertise). Kredibilitas memperngaruhi penerimaan komunikan terhadap seorang komunikator dan pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya (Clow & Baack, 2007:214). Dalam penelitian ini komunikatornya adalah tvOne yang menayangkan acara ““Apa Kabar Indonesia Malam””, lebih spesifiknya dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada presenter dan narasumber dalam acara ““Apa Kabar Indonesia Malam””. II.5. Teori Pesan Dalam sebuah artikel “How Communication Works” yang dipublikasikan tahun 1954, Wilbur schramm membuat 3 model yang dimulai dari komunikasi manusia yang sederhana, kemudian mengembangkan dengan memperhitungkan pengalaman dua individu hingga model komunikasi yang interaktif. Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari kata latin communis yang artinya common (sama). Menurut schram komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya 3 unsur: 1. Sumber berupa seorang individual berbicara, menulis, menggambar, dan bergerak atau sebuah organisasi komunikasi (Koran, rumah produksi, televise) 2. Pesan dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau sinyal – sinyal lain yang memiliki makna Universitas Sumatera Utara 3. Sasaran dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah kelompok, mahasiswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televise, dan lain-lain. Menurut teori Cutlip dan Center, pesan meliputi berbagai hal yang dikenal dengan The 7C’s of Communication (Ruslan, 1997:72-74), yaitu: a) Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun berita kepercayaan itu berawal dari kinerja, baikpihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya. b) Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaaan sosial yang bertentangan dan seiring dengan keadaan tertentu dan memperhatikan sikap partisipatif. c) Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat. d) Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dan komunikan. e) Continuity, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan. f) Consistency, yaitu ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau materi pesan harus konsisten dan tidak membingungkan audiens. Universitas Sumatera Utara g) Capability, kemampuan khalayak terhadap pesan , yaitu melibatkan berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan-kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya. Selain itu Pesan juga haruslah disusun sedemikian rupa agar memudahkan pengertian, pengingatan, dan perubahan sikap. Efek dari pengorganisasian pesan yang tersusun dan tidak tersusun ternyata berbeda. Menurut penelitian dari Beighley tahun 1952, pesan yang tersusun dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak tersusun dengan baik (Rakhmat, 2005: 295). Ada enam macam retorika dalam penyusunan/ pengorganisasian pesan menurut Aristoteles, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topical. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya dalam urutan induktif, dikemukakan perincian-perincian dan kemudian ditarik kesimpulan. Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab akibat atau akibat sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Sedangkan untuk urutan topical, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan. Klassifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang asing (Rakhmat, 2005: 45). Sesudah urutan-urutan pesan di atas, psikologi komunikasi menambahkan lagi satu urutan yang disebut urutan psikologis. Urutan ini adalah yang paling terkenal dan yang paling dahulu dikemukakan oleh Alan H. Monroe pada akhir Universitas Sumatera Utara 1930-an. Urutan ini kemudian disebut motivied sequence, yang menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan, yaitu: a. Attention (perhatian) b. Need (kebutuhan) c. Satisfaction (pemuasan) d. Visualization (visualisasi) e. Action (tindakan) Yang maksudnya ialah bila anda ingin mempengaruhi orang lain maka rebutlah dahulu perhatiannya. Selanjutnya bangkitkan kebutuhannya dengan memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu. Gambarkan dalam pikirannya kerugian dan keuntungan yang akan diperolehnya bila ia menerapkan gagasan anda dan akhirnya doronglah agar ia bertindak. II.6. Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan jenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci menegenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial itu tidaklah mudah. Oleh karena itu efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Universitas Sumatera Utara Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah berkaiatan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks. Pada umumnya kita lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media pada kita daripada apa yang kita lakukan pada media massa. Sebagai contoh, kita ingin mengetahui untuk apa kita mambaca surat kabar, mendengarkan siaran radio, menonton teleivi dan seterusnya. Tetapi kita tidak mau tahu bagaimana surat kabar, siaran radio dan televisi dapat menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Efektifitas komunikasi ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain faktor komunikator, pesan dan faktor penerimaan komunikasi (Wiryanto, 2000: 45) Efektifitas komunikasi bila dilihat dari sudut komunikan, maka seseorang akan menerima sebuah pesan kalau terdapat 4 kondisi, yaitu: 1. Ia benar mengerti pesan komunikasi. 2. Pada saat mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai tujuannya. 3. Pada saat mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu berkaitan dengan kepentingannya. 4. Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun fisik. Dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penerimaan memegang peranan penting dalam menentukan terjadinya efek komunikasi. Bahwa tanggapan yang diinginkan komunikan harus menguntungkan bagi komunikan itu sendiri. Karena itu dalam hal ini komunikan bertindak sebagai subjek terhadap Universitas Sumatera Utara efek komunikasi massa. Akan tetapi efek komunikasi yang timbul belum tentu sama pada masing- masing individu. Hal ini wajar, mengingat manusia pada umumnya cenderung untuk berpegang pada kerangka referensi (frame of reference) dan pengalaman (frame of experience). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa akan menimbulkan efek atau pengaruh apabila pesan yang dilancarkan sesuai dengan kerangka referensi dan kerangka pengalaman dari komunikan. Jika tidak, ia tidak akan menggunakan media massa tersebut untuk mencapai tujuannya pun tidak akan tercapai. Menurut Steven M. Chaffe (Karlinah, Dkk, 1999) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri: a. Efek Ekonomi, yaitu adanya pertumbuhan dalam bidang ekonomi dengan hadirnya media massa. Misalnya kehadiran surat kabar sudah pasti menghidupkan pabrik penyuplai kertas, pengusaha percetakan, dan grafika serta membuka lapangan kerja. b. Efek Sosial, yaitu berkaitan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial masyarakat pengguan media massa. Sebagai contoh kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari pemiliknya. c. Penjadwalan kegiatan sehari-hari, dimana dengan hadirnya media massa maka khalayak menyediakan waktu untuk menikmati media yang ingin dikonsumsinya. Misalnya untuk ibu-ibu rumah tangga Universitas Sumatera Utara menjadwalkan waktunya untuk menonton sinetron yang disenanginya. d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman, dimana khalayak menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan psikologinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan yang tidak nyaman. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta tentu saja akan senang untuk mendengarkan lagu-lagu yang bertema cinta sedangkan orang yang sedang terkena musibah akan lebih senang untuk mendengarkan atau menonton acara yang bersifat siraman rohani untuk lebih menguatkan diri atas musibah yang dialami. e. Efek membutuhkan perasaan tertentu, yaitu selain perasaan tidak senang, kehadiran media juga dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Misalnya wanita remaja lebih senang membaca majalah Aneka daripada majalah Femina. Perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak berupa perubahan sikap (kognitif), perasaan (afektif), dan perilaku (behavioral). a. Efek Kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Universitas Sumatera Utara b. Efek Afektif, yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televise atau film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak. c. Efek Konatif, yaitu bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan afektif. Dengan kata lain efek konatif setelah muncul, setelah efek kognitif dan efek afektif. Pendekatan ketiga adalah observasi kepada khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) pengguna media yang dikenai efek komunikasi massa. a. Audience Profile (Profil Khalayak), mencakup variabel-variabel: Jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, kedudukan/jabatan kepemilikan media. Dari data-data tersebut dapat diketahui gambaran khalayak yang menggunakan suatu media massa tertentu. b. Media Exposure (Terpaan Media), berusaha mencari data-data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan, durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media meliputi media audio, audiovisual, media cetak, dan sebagainya. c. Audience Rating (Peringkat Khalayak), digunakan untuk mengetahui persepsi khalayak terhadap jenis media, jenis informasi, format acara dan komunikator yang menjadi favorit khalayak. Peringkat khalayak sangat baik dilakukan untuk mencari informasi yang paling dibutuhkan khalayak, Universitas Sumatera Utara media yang paling sering digun akan khalayak, format acara yang paling disenangi khalayak dan komunikator (broadcaster, newscaster, reporter, host, dsb) yang paling bagus dalam menyampaikan pesan – pesan. d. Efek Media, bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kehadiran suatu media atau proses penyampaian pesan mempengaruhi khalayak dalam berpikir, bersikap, atau berperilaku. Penelitian ini juga untuk mengetahui sejauhmana perubahan sosial yang terjadi karena kehadiran media atau karena pesan dari media massa. II.7. Talkshow Program Talkshow adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (Host). Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Di Inggris sendiri, istilah talkshow ini biasa disebut dengan chat show. Pengertian talkshow adalah sebuah program televisi dimana seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana serius tapi santai yang dipandu oleh moderator/presenter. Kadang kala talkshow menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Acara talkshow ini terkadang diikuti dengan menerima telepon dari para pemirsa yang berada dirumah atapun di tempat lain. Universitas Sumatera Utara Talkshow sering kali disiarkan secara siaran langsung (live). Namun ada juga beberapa program acara talkshow mengandalkan taped talk program, artinya direkam dahulu baru disiarkan. (Pane,2004 : 80) II.8. Sikap II.8.1. Pengertian Sikap Menurut Effendy (2004: 19) sikap adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory activity), suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1999), sikap dapat didefenisikan sebagai evaluasi konsep secara menyeluruh yang dilakukan oleh seseorang. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon evaluative merupakan bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap yang muncul yang didasari proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap rangsangan dalam bentuk nilai baik dan buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, positif atau negatif, yang kemudian mengkristal menjadi potensi dan reaksi terhadap suatu objek. Menurut Allport ada tiga komponen yang terdapat dalam sikap yaitu sebagai berikut (Mar’at, 1993:13) : 1. Kognitif: Merupakan komponen yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh manusia dan berhubungan dengan kepercayaan, pengetahuan dan pemahaman. 2. Afektif: Merupakan komponen pembentukan dan perubahan sikap pada khalayak setelah mengenal aspek kognitif dan Universitas Sumatera Utara komponen ini menyangkut kehidupan emosional seseorang yang dapat diamati langsung. 3. Konatif: Merupakan kecenderungan bertingkah laku dan dapat diamati langsung serta berhubungan dengan kebiasaan dan tindakan. Menurut Rakhmat (2007:39) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu: 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. 2. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari. 3. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan. 4. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Severin (2009: 179), defenisi penting sikap adalah sebagai berikut: 1. Sikap pada dasarnya adalah suatu cara “pandang” terhadap sesuatu. 2. Kesiapan mental dan sistem syaraf, yang diorganisasikan melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada responsrespons seseorang terhadap semua objek dan situasi terkait. 3. Sebuah kecenderungan yang bertahan lama, dipelajari untuk berperilaku dengan konsisten terhadap sekelompok objek. 4. Sebuah sistem evaluasi positif atau negatif yang awet, perasaan-perasaan emosional, dan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah objek sosial. Secara singkat, sikap ditentukan oleh citra dan citra ditentukan oleh sumbersumber informasi. Diantara sumber informasi yang paling penting dalam kehidupan modern adalah media massa. Media massa tidak mengubah sikap secara langsung. Media massa mengubah dulu citra dan citra mendasari sikap. II.8.2. Fungsi Sikap Katz (1960) berpendapat bahwa pembentukan dan perubahan sikap harus dipahami dalam istilah fungsi-fungsi sikap bagi kepribadian. Karena fungsi-fungsi ini berbeda, demikian pula kondisi dan teknik perubahan sikap. Oleh karena itu Katz mengidentifikasikan empat fungsi utama sikap yang bermanfaat bagi kepribadian (Severin, 2009: 197), yaitu: 1. Fungsi Instrumental Universitas Sumatera Utara Penyelarasan atau Kebermanfaatan Sejumlah sikap dipegang kuat karena manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan menimbulkan sanksi. 2. Fungsi Pertahanan Diri Sejumlah sikap kuat dipegang karena manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari penegetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. 3. Fungsi Ekspresi Nilai Beberapa sikap dipegang kuat karena memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan pada jati diri. 4. Fungsi Pengetahuan Beberapa sikap dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia akan kacau. Universitas Sumatera Utara