1 studi tentang kehidupan sosial budaya

advertisement
1
STUDI TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SUKU TAJIO
DITINJAU DARI ASPEK NILAI-NILAI KEWARGANEGARAAN DI DESA
POSONAKECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Nilda1
Alri Lande2
Hasdin Hanis3
Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana kehidupan sosial budaya
masyarakat Suku Tajio ditinjau dari aspek nilai-nilai Kewarganegaraan di desa
Posona Kecamatan Kasimbar Kabupaten parigi Moutong. Tujuan penelitian ini
untuk mendeskripsikan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tajio
di tinjau dari aspek nilai-nilai kewarganegaraan. jenis penelitian ini deskriptif
kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Desa Posona. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 9 orang. Metode penelitian ini observasi, wawancara dan
dokumentasi. Kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tajio ditinjau dari
aspek nilai-nilai Kewarganegaraan di desa Posona yang dijelaskan dalam dua
bagian yaitu kehidupan sosial dan kehidupan budaya yang merupakan suatu pola
kehidupan atau aturan dalam masyarakat Suku Tajio untuk menciptakan
ketentraman dan kesejahtraan dalam masyarakat yang beradab berdasarkan
warisan orang tua atau nenek moyang Suku Tajio sehingga dapat dilestarikan
pada masyarakat luas. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Berdasarkan
tinjauan dari aspek nilai kewarganegaraan terhadap nilai sosia budaya
masyarakat Suku Tajio teryata ada nilai sosial budaya Suku Tajio yang masih
sesuai dengan nilai-nilai kewarganegaraan yaitu Nolapi sedangkan nilai yang
bertentangan dengan nilai kewarganegaraan yaitu nilai kemanusiaan dalam acara
Gabu dan nilai keadilan sosial dalam kesenian tari Dabang yang sampai saat ini
masih mereka pertahankan. Akan tetapi kebudaya masyarakat Suku Tajio
merupakan identitas Nasional yang merupakan bagian dari keanekaragaman
budaya Bangsa Indonesia.
Kata kunci: Kehidupan Sosial Budaya; Masyarakat Suku Tajio; Nilai-nilai
Kewarganegaraan
1
A 321 11 002, Mahasiswa Program Studi PPKn, FKIP, Universitas Tadulako.
Pembimbing I
3
Pembimbing II
2
2
PENDAHULUAN
Keragaman kehidupan masyarakat Indonesia dilatarbelakangi oleh berbagai sistem
nilai budaya tertentu yang bersumber dari identitas kelompok etnik, agama dan kepercayaan.
Selanjutnya melahirkan berbagai gagasan, konsep, dan pikiran dalam bentuk abstrak.
Kemajemukan ini akan menciptakan kesatuan sosial budaya yang intinya akan berorientasi
kepada terciptanya tata kehidupan yang harmonis dengan saling menghargai kebudayaan
yang saling berbeda tersebut.
Khususnya di Desa Posona Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong, terdapat
sebagian masyarakat yang hidup sampai sekarang yang masih sangat mempertahankan adat
kebiasaan dalam nilai-nilai kehidupan sosial budaya, yang memiliki berbagai perbedaan pola
kehidupan masyarakat dengan masyarakat desa lainnya. Kelompok masyarakat ini jika dilihat
dari aspek kehidupan budayanya tidak banyak diketahui oleh masyarakat lainnya, khususnya
di Provinsi Sulawesi Tengah, yang mana masyarakat ini juga merupakan salah satu bagian
dari masyarakat yang berada di Sulawesi Tengah. Masyarakat tersebut adalah Suku Tajio
yang memiliki sebuah sejarah tersendiri yang mereka yakini bahwa ditemukan sosok
pemudah gagah yaitu Datu Wilat dan wanita cantik sedang mandi di mata air yang keluar
dari lubang batu kemudian keduanya melangsungkan perkawinan dan di karuniai 4 orang
anak yang kesemuanya laki-laki ketika dewasa ke 4 anak tersebut mengembara mencari
pasangan (jodoh) yang sampai saat ini masyarakat Suku Tajio beranak pinak sampai pada
saat ini (Hamlin Dg Malindu, 2006:8-9)4.
Masyarakat Suku Tajio dikenal dengan masyarakat Tajio atau orang Tajio asli. Istilah
Tajio berasal dari bahasa Suku Tajio yang artinya “Tidak”. Jadi peneliti bisa menyebut bahwa
Tajio adalah salah satu suku yang tidak dengan mudah terpengaruh oleh kehidupan sosial
budaya masyarakat lainnya dan tetap menjunjung tinggi nilai sosial budaya masyarakat yang
telah diwariskan nenek moyang mereka yang di wariskan kepada generasi berikutnya. Hal
ini terbukti dengan masih adanya suku Tajio dan masyarakatnya masih sangat melestarikan
budayanya .Hal inilah yang mendorong peneliti mengambil judul skripsi yang berjudul” Studi
tentang Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Suku Tajio ditinjau dari Aspek Nilai-nilai
Kewarganegaraan di Desa Posona Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong”. Agar
kita dapat melihat dari tinjauan nilai-nilai kewarganegaraan terhadap nilai-nilai kehidupan
sosial budaya masyarakat Suku Tajio yang selama merupakan kebudayaan.
4
Malindu, D.H. 2006. Kronologis Kasimbar Dahulu dan Sekarang. Kasimbar: TidakDiterbitkan.
3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Menurut Nawawi (2003: 64)5
metode deskriptif yaitu “metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan,
kemudian mengambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana adanya di
iringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian peneliti akan
mengambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan faktafakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaranya berdasarkan data yang diperoleh,
yang berhubungan dengan kajian penelitian dengan memberi penjelasan-penjelasan yang
lengkap yang didasarkan pada jangkauan dan ke dalaman yang diteliti untuk memperoleh
mengambarkan kehidupan sosial budaya masyarakat suku Tajio ditinjau dari aspek nilai-nilai
kewarganegaraan, penelitian ini dilaksanakan di desa Posona Kecamatan Kasimbar
Kabupaten Parigi Moutong Teknik pengambilan subjeknya menggunakan teknik purposive
sampling, dalam hal ini sampel ditetapkan dengan sengaja oleh peneliti didasarkan atas
kriteria atau pertimbangan tertentu (Sanapiah Faisal dalam Taslih, 2005:20)6. Subjek dalam
penelitian ini adalah 9 yang terdiri dari 5 tokoh masyarakat, 2 aparat desa, 2 toko adat.
Teknik pengumpulan data mengunakan teknik observasi dimaksudkan untuk mengadakan
pengamatan langsung di lokasi penelitian. Adapun hal-hal yang diobservasi atau diamati
yaitu mencatat hal-hal yang dianggap perlu dan berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti. Hal yang perlu diobservasi adalah segala bentuk aktivitas masyarakat Suku Tajio
sehari-hari. Teknik wawancara dilakukan terhadap para tokoh masyarakat, tokoh adat dan
anggota masyarakat Suku Tajio yang dianggap mengetahui dan mengerti serta dapat
membantu dalam memberikan informasi mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat Suku
Tajio yang peneliti akan teliti. Dan dokumentasi data dokumentasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini berupa gambar dan/ foto-foto yang berhubungan dengan pelaksanaan dalam
penelitian. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data serta verifikasi atau
penarikan kesimpulan.
HASIL
Kehidupan sosial budaya masyarakat suku tajio di desa Posona Kecamatan Kasimbar
Kabupaten Parigi Moutong.
5
6
Nawawi, H (2003), Metode penelitian bidang sosial, Yogyakarta :Gaja Mada University Press
Taslih, (2005).Studi integrasi sosial di Desa Wani II Wilayah Kecamatan Tawaeli. Skripsi pada program studi
PPKn, Jurusan P.IPS FKIP UNTAD palu :tidak diterbitkan.
4
1. Kehidupan Sosial
M. Choli Mansyur (1980:14)7 bahwa, “Hidup bermasyarakat adalah dimana
sekelompok orang atau sikap tingka laku maupun perbuatan, segala perbuatan dan
tingkahlaku diatur dalam suatu tata tertip/ undang-undang/ peraturan tertentu”.
Ell Woar dalam P. J. Boumen (1985:19)8 mengemukakan bahwa“Kehidupan sosial
harus dipandang sebagai suatu tabiat kejiwaan yang lebih tinggi. Sesuatu yang tumbuh dari
satuan biologis ialah dorongan untuk makan, dorongan untuk mempertahankan diri dan
dorongan untuk melangsunkan jenis.” Dengan demikian bahwa kehidupan sosial di dalam
masyarakat merupakan kehidupan masyarakat dengan segala bentuk dan permasalahan hidup
dari sesuatu yang sederhana sampai pada tahap yang lebih rumit.
a. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Akibat adanya suatu perkawinan maka akan terbentuk suatu kelompok kerabat
yang disebut keluarga batih atau keluarga inti, suatu keluarga batih terdiri atas
seorang suami, seorang istri dan sejumlah anak-anak yang belum menikah. Adapun
prinsip keturunan yang berlaku pada masyarakat Suku Tajio adalah sistem
kekerabatan yang mengambil garis keturunan (marga/vamm) dari pihak laki-laki. Hal
ini di sampaikan dari hasil wawancara dengan informan yang menyatakan:
bahwa marga/ vamm harus mengikuti dari pihak laki-laki tanpa melihat status
sosial dari pihak laki-laki walaupun pihak laki-laki seorang petani dan wanitanya
berprofesi lebih tinggi dari pihak laki-laki.(wawancara 30 Mei 2015).
Mengenai organisasi yang ada di Desa Posona yang memang lebih spesifiknya
di buat untuk masyarakat Suku tajio itu belum ada hal ini di sampaikan dari hasil
wawancara dari informan bahwa :
Secara lebih khususnya organisasi untuk menjalin silaturahmi sesama Suku Tajio
itu belum ada. Tetapi secara tidak langsung telah terjalin silaturahmi antara
masyarakat Suku Tajio, bahkan bukan hanya Suku Tajio tetapi dengan Suku
lainya melalui sebuah kegiatan seperti perkawinan, dan acara kematian di situ
akan terjalin gotong-royong antara Suku Tajio dan Suku lainya. Partisipasi juga
terjalin dengan baik yaitu pada saat pencalonan kepala desa dimana semua calon
itu berasal dari masyarakat Suku Tajio tetapi Suku lain tetap ikut berpartisipasi
dalam hal pemilihan kepala desa maka dari itu sangat sulit dilakukan sebuah
7
8
M. Choli Mansyur, 1980. Sosiologi masyarakat kota dan desa. Surabaya : Usaha Nasional.
P.J. Boumen, 1985. Sosiologi, pengertian dan masalah.Yogyakarta.
5
organisasi yang secara khusnya hanya di peruntukan untuk masyarakat Suku
Tajio.
b. Sistem ekonomi dan Mata Pencarian Hidup
Pada umumnya masyarakat Suku Tajio bermata pencarian di bidang petani
diantaranya petani sawah, kebun (cengke, kelapa, coklat) tetapi yang sangat
diharapkan oleh masyarakat Suku Tajio ini adalah tanaman cengkeh untuk menunggu
hasil panen dari cengkeh maka Masyarakat Suku Tajio sekarang ini bertani nilam
(menanam nilam) yang hasil panenya juga sangat menjanjikan selain itu juga
menanam tanaman palawija yang hasilnya di jual untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Walaupun mata pencarian masyarakat Suku Tajio sebagai petani tetapi kondisi
ekonomi mereka tergolong dalam strata sosial yang sudah cukup baik. Dan ( Hasil
wawancara bersama Sekdes Bapak Samrula 24 Mei 2015)
c. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Dahulunya peralatan hidup masyarakat Suku Tajio masih sangat tradisional
peralatan dapur dulunya seperti “susupit”(gepe-gepe) terbuat dari bambu tetapi
seiring dengan perkembangan zaman maka peralatan hidup mereka pun beruba sedikit
moderen sekarang ini sudah mengunakan “susupit” dari almenium, Bahkan saat ini
Masyarakat desa Posona khususnya masyarakat Tajio hampir secara keseluruhan
menggunakan kompor gas karena mendapatkan bantuan dari pemerintah yang
disalurkan kedesa, dimana pembagian ini diberikan secara merata dengan cara antri
tanpa melihat status ekonomi ataupun Suku dan hal itu berjalan dengan baik.
d. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Suku Tajio khususnya pengetahuan dalam
bidang pendidikan sangat baik. Hal ini dapat di lihat dari semua aparat pengurus desa
baik kepala Desa, Sekertaris Desa dan bahkan camat dari Desa Posona Kecamatan
Kasimbar itu merupakan orang Tajio asli yaitu Bapak Riswan, S.Pd., M.Pd. Di Desa
posona terdapat 4 Sekolah yang terdiri dari TK, SDN 1 Posona, SDN 2 Posona, dan
SMP 2 Kasimbar. Beberapa sekolah yang ada di Desa Posona mayoritas siswanya
adalah bersuku Tajio. Lain halnya dengan pendidikan anak TK dimana tidak
mendapatkan bantuan dana akan tetapi para orang tua khusus orang Tajio tetap
antusias untuk menyekolahkan anaknya , hal ini di ungkapkan oleh salah satu nara
sumber yang menyatakan bahwa:
faktor utama hambatan tersebut adalah faktor ekonomi karna mayoritas
pekerjaanya adalah petani jadi pendapatan mereka tidak tetap sehingga dalam
6
pembayaran administrasi sekolah harus menunggu hasil panen, oleh sebab itu pihak
guru memberikan kebijaksanaan yaitu tengang waktu kepada orang tua siswa asalkan
orang tua siswa membuat sebuah perjanjian/kesepakatan kapan administrasi akan
dilunasi.
2. Kehidupan budaya
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1994:52)9 bahwa
“kebudayaan merupakan nilai yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat
bernilai dalam hidup. Selanjutnya dimanifestasikan sebagai suatu karya produk
masyarakat itu sendiri.
a. Sistem Religi
Masyarakat Suku Tajio dalam hal kepercayaan masih menganut faham
animisme yang masih percaya terhadap hal-hal yang gaib yang biasa di sebut
sando/dukun dalam mengobati penyakit tetapi kepercayaan itu hanya sebagian
kecil masyarakat Suku Tajio yang masih menganut kepercayaan tersebut. Secara
keseluruhan Masyarakat Suku Tajio beragama Islam adapun yang beragama lain
itu bukan merupakan bagian dari masyarakat
Suku Tajio tetapi masyarakat
pendatang. Akan tetapi walaupun di Desa Posona terdapat beberapa Suku yang
memeluk selain agama islam tetapi masing-masing saling menghargai agama yang
lain hal itu terlihat pada hari raya agama islam maka agama sahabat
menghargainya begitupun sebaliknya sehingga terciptanya kerukunan antar umat
beragama.
b. Bahasa
Bahasa atau sistem perlambangan manusia baik secara lisan maupun tulisan
memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi. Orang Tajio yang berusia 40-an
jika bertemu dengan orang Suku Tajio maka mereka akan berkomunikasi
menggunakan bahasa Tajio tetapi jika orang Suku Tajio bertemu dengan Suku lain
maka mereka akan menggunakan bahasa indonesia. Masyarakat Suku Tajio juga
mengetahui bahasa Suku lain seperti bugis bahkan jika bertemu dengan orang
bugis kadang kalah orang Tajio mengunakan bahasa Bugis begitu pun sebaliknya.
Akan
9
tetapi
akibat
pengaruh
dari
pergaulan
zaman
sekarang
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Pustaka Utama Gramedia.
dapat
7
menggakibatkan kepunahan bahasa Tajio yang di sebabkan oleh orang Tajio itu
sendiri contonya orang tua bila berbicara dengan anaknya lebih sering
menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggaruh
perkembangan zaman saat ini akan sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan
kebudayaan salah satunya bahasa Tajio.
c. Kesenian
Masyarakat Suku Tajio sampai saat ini masih mempertahankan sebuah alat
kesenian tradisional yang mereka gunakan pada saat waktu-waktu tertentu seperti
pada saat pernikahan, mosalia, dan acara kematian.
1. Tarian Dabang
Dimana tarian Dabang ini dimainkan pada saat acara pernikahan yaitu
menjemput pengantin dan mengantar pengantin yang di mainkan oleh 5
orang laki-laki, 1 orang memainkan Gong, 2 orang bermain Gimbal dan 2
orang yang memainkan tarian Dabang dengan alat yang mereka gunakan
adalah membawah pedang serta mengunakan pakean dari kuliat kayu.
Tarian Dabang ini hanya dapat dimainkan pada saat pernikahan dari
keturunan kerajaan dari orang Tajio.
2. Gurincang (gulintang)
Kesenian ini digunakan dengan cara dipukul biasanya digunakan pada
saat perkawinan juga dan pada saat melakukan adat Mosalia. Dimana
mosalia ini anak-anak di injakan kepala sapi. Adat ini secara turun
temurun selalu dilakukan oleh masyarakat Suku Tajio.
3. Rabana
Kesenian ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan.
Alat ini secara umum dimainkan pada saat pernikahan hanya untuk
menggantar pengantin laki-laki saja.
4. Teula-ula
Kesenian ini berbentuk seperti model manusia terbuat dari kain.
Kemudian digantungkan didepan rumah dalam acara-acara pernikahan dan
kedukaan.
3. Adat Istiadat Masyarakat Suku Tajio
a. Upacara perkawinan (Nolapi)
Sebelum mereka melaksanakan perkawinan terlebih dahulu Masyarakat Suku Tajio
melakukan mombare tejalang yang artinya pemberitahuan awal dari pihak laki-laki
8
kepada pihak wanita mengenai maksud ingin meminang, setelah itu dilanjutkan
dengan tahap peduta yang artinya peminanggan/ pelamaran yang dihadiri oleh para
tokoh adat, aparat desa dan tokoh masyarakat dari masing-masing keluarga. Yang
dibicarakan secara musyawarah masalah mahar yang akan dibawah oleh pihak
keluarga laki-laki sesuai kemampuan ekonomi mereka kepada keluarga perempuan
serta waktu pernikahan, setelah semuanya dilaksanakan dengan baik maka di ndoung
ponggeme yang artinya (malam pacar) dilaksanakan melontibi (bapaci), yang
melakukan adat melontibi itu adalah 7 orang laki-laki dari pihak keluarga laki-laki dan
7 orang perempuan.
Pada hari perkawinan dilaksanakan akad nikah yang dihadiri oleh toko adat setelah
itu ada acara yang namanya momaende yang artinya
bamartua dimana kedua
mempelai dibawah kerumah keluarga laki-laki, Sebelum masuk di dalam rumah
keluarga laki-laki di depan pintu telah tersediah baki kecil yang berisi tafang,
simaguri, kadombu, kayu ngo, siranindi, sirampang dan pati/ parang, yang disebut
Suku Tajio adalah ponggunjakong kedua mempelai harus menginjakan baki tadi
sambil memegang tafala (tombak). Setelah itu kedua mempelai di suloki (dimasukan
ke dalam sarung sebanyak 3 kali), lalu kedua mempelai nosisipoi yang artinya baku
suap dimana laki-laki menyuapi makan kepada perempuan dan begitupun sebaliknya,
setelah tiga hari pernikahan maka kedua mempelai tadi dilakukan acara selamatan.
Adat dari perkawinan ini secara turun temurun masih dilaksanakan oleh masyarakat
Suku Tajio dalam hal perkawinan (Nolapi).
b. Upacara Adat Kematian
Upacara kematian yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Tajio tidak jauh
berbeda dengan tradisi dalam agama islam yang mereka anut. Setelah orang yang
meninggal dimakamkan lalu pihak kerabat dan warga desa melakukan Gabu atau
selamatan untuk mendoakan atau mengirimkan doa kepada yang meninggal ,
adapun selamatan yang biasa dilakukan masyarakat Suku Tajio adalah Gabu
tolumbengi (3 hari), Gabu pitumbengi (7 hari), Gabu sompulu (10 hari), Gabu
sompulu apat (14 hari), Gabu rompulu (20 hari), setelah gabu 20 maka seterusnya
gabu 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, sampai gabu 104 dalam salah satu gabu/
selamatan ada acara tertentu yang disebut dengan teakeka dimana dilakukan
meyembeli kambing yang dipercaya hewan yang disembeli tadi itu sebagai
kenderaan bagi yang meninggal tadi.
9
PEMBAHASAN
Kewarganegaraan (citizenship) berdasarkan Depdiknas (2002:7)10, merupakan materi
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial-kultur,
bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil dan berkarakter, sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tajio yang
dijelaskan dalam dua bagian yaitu kehidupan sosial dan kehidupan budaya yang di tinjau dari
aspek nilai-nilai kewarganegaraan.
1. Nilai ketuhanan
Mengandung arti bahwa percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut
agama dan kepercayaan masing-masing. Karena itu bangsa Indonesia percaya bahwa nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa akan memberi bimbingan dalam segala gerak cara dan wujud
masyarakat yang makmur dan berkeadilan sosial yang dicita-citakan.
Kepercayaan itulah yang ada dalam kebudayaan masyarakat Suku Tajio mereka
menempatkan agama dan keyakinan pada Tuhannya yaitu upacara kematian dalam acara
Gabu/ selamatan yang dimana acara Gabu ini memiliki tujuan untuk mendoakan orang yang
telah meninggal agar Tuhan menerima rohnya dan memudahkan perjalananya di akhirat dan
mengampuni segala dosa-dosanya, hal tersebut merupakan harapan yang disertai doa kepada
Tuhanya berharap agar yang meninggal mendapatkan tempat yang baik disisi Tuhanya. Juga
dalam adat upacara pernikahan yaitu penyambutan penganti ke rumah pihak lelaki sepasang
pengantin menginjakan kakinya diatas pongunjakong dan sambil memegang tombak yang
dipandu oleh tokoh adat sambil nonggane yang bermaksud memohon segala harapan kepada
Tuhan agar kedua mempelai menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, dan warahma, dan
yang paling utama adalah perkawinan dalam acara akad nikah melakukan ijab kabul,
syahadat dan istigfar. Hal ini mengandung makna nilai ketuhanan yang maha ESA.
2. Nilai Persatuan dan kesatuan
Persatuan merupakan wujud untuk melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia, hidup rukun
dalam perbedaan, kerja sama, gotong royong saling membantu nilai yang terdapat dalam
kehidupan sosial Masyarakat Suku Tajio berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada acara
perkawinan, dan kematian dimana pada acara ini seluruh masyarakat Suku Tajio bahkan suku
lain berkumpul saling membantu dan bekerja sama serta bergotong royong hal itu terlihat dari
10
Depdiknas. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Jakarta: Rafika Aditama
10
awal tahap perkawinan mombare tejalang, peduta, momaende sampai pada acara selamatan
bagi kedua mempelai serta pada acara kematian dimana masyarakat khususnya Suku Tajio
akan berbondong-bondong datang ke tempat kedukaan atau dirumah orang yang meninggal
mereka saling bergotong-royong untuk mempersiapkan segalanya begitupun halnya pindah
rumah. Gotong-royong dalam masyarakat Suku Tajio memberikan bukti bahwa inilah
warisan budaya bangsa Indonesia yang diajarkan atau diterapkan oleh para pejuang-pejuang
Indonesia hingga dibudayakan oleh masyarakat terdahulu Suku Tajio sampai saat ini hingga
memberikan kontribusi bahwa generasi Indonesia masih mengenal identitas jati diri bangsa
Indonesia tersebut melalui adat-adat daerah yang memiliki nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
3. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Kemanusiaan seperti yang dimaksud secara keseluruhan mempunyai arti bahwa sifat
manusia adalah memperlakukan manusia lain secara adil, tidak sewenang-wenang. Hasil
penelitian bahwa masyarakat Suku Tajio dalam hal kekerabatan yaitu terjadinya sebuah
perkawinan yang akan membentuk sebuah keluarga yang dimana marga/ vammnya akan
mengikuti keturunan dari pihak ayahnya sekalipun seorang ibunya bersuku Tajio dan
ayahnya dari Suku lain maka marga dari keturunanya tetap menggikuti dari pihak laki-laki
sekalipun seorang ibunya memiliki jabatan ataupun keturunan dara biru. Karena pengambilan
marga/vam bagi Suku Tajio
tidak melihat dari sisi status sosial. Hal Memperlakukan
manusia dengan jiwa kemanusiaan ini juga terlihat dalam acara perkawinan Suku Tajio pada
tahap Meduta/ pelamaran dimana tidak sewenang-wenang memaksakan keterbatasan,
menyesuaikan kemampuan ekonomi seseorang. Akan tetapi pada upacara kematian atau
Gabu bertentangan dengan nilai kemanusiaan karena dalam acara Gabu ini ada acara tertentu
yang disebut Teakeka, acara Teakeka ini wajib dilakukan, Apa bila tidak dilakukan, bagi
keluarga yang ditinggalkan secara moral akan terbebani. Sementara acara Teakeka ini
membutuhkan biaya yang cukup besar.
4. Nilai Keadilan Sosial
Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materil maupun spirituil. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya meliputi
nilai keselarasan, keseimbangan, dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh rakyat Indonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan
politik, serta tingkat ekonominya. Dalam kehidupan budaya masyarakat Suku Tajio keadilan
yang terlihat pada saat mendapatkan bantuan kompor gas dimana pembagian ini dibagikan
secara merata tanpa melihat status sosial dan Suku sekalipun kepala desa adalah dari
masyarakat Suku Tajio, selain itu keadilan sosial juga terlihat pada upacara perkawinan pada
11
tahap melontibi (bapaci) dimana pada acara melontibi diminta utusan 14 orang, dari pihak
laki-laki 7 orang perwakilan dan dari pihak perempuan 7 orang perwakilan yang berjumlah
sama tanpa melihat Suku dari pihak laki-laki maupun perempuan. Nilai keadilan ini juga
terlihat di masyarakat desa Posona dengan tidak dibentuknya sebuah organisasi yang
diperuntukan bagi masyarakat Suku Tajio karna mencegah akan adanya dikriminasi. Adapun
yang bertentangan dengan nilai keadilan ini adalah tari Dabang dimana tarian Dabang
merupakan kesenian dari Suku Tajio yang hanya dapat di di lakukan pada acara pernikahan
dari kerajaan orang Tajio, hal tersebut dapat menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat
Suku Tajio lainya.
5. Nilai Ketertiban
ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan dapat berfungsi dan berperan
sesuai ketentuan yang ada. Tertib dalam kehidupan sangat di utamakan oleh masyarakat
Suku Tajio hal ini terlihat pada perbedaan keyakinan/ agama yang ada di desa Posona tetapi
mereka saling menghargai dalam acara hari-hari besar keagamaan antara agama satu dengan
agama yang lainya sehinga terciptanya kerukunan antar umat beragama agar tidak mengangu
ketertiban orang lain. Nilai ketertiban juga terlihat dalam upacara pernikahan dimana sebelum
melakukan pelamaran keluarga laki-laki melakukan mombare tejalang/ pemberitahuan awal
kepada keluarga pihak perempuan sebelum melakukan pelamaran. Dimana masyarakat Suku
Tajio smemiliki serta menerapkan norma atau aturan untuk berkunjung kerumah orang,
sebelum berkunjung mereka memberitahukan terlebih dahulu. Peraturan dapat diartikan
sebagai suatu tatanan yang berisi petunjuk, kaidah atau ketentuan yang dibuat untuk
mengatur. Peraturan dibuat agar ditaati dan untuk menciptakan suasana yang tertib
(Sugiharso 2009:11)11.
6. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
perwakilan
Nilai ini terlihat pada kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tajio Terlihat pada
sistem pembayaran administrasi sekolah pihak guru memberikan kebijaksanaan yaitu tengang
waktu
kepada
orang
tua
siswa
asalkan
orang
tua
siswa
membuat
sebuah
perjanjian/kesepakatan kapan administrasi akan di lunasi, dengan sebuah kebijaksanaan
tersebut maka antara guru dan orang tua melakukan musyawarah mengenai pembayaran
sekolah. Hal ini juga terlihat pada saat upacara pernikahan Suku Tajio dimana pada tahap
meduta/ pelamaran yang dihadiri oleh ketua adat, dan aparat desa yang mewakili masing11
Sugiharso, dkk.(2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Surabaya: Adi Perkasa.
12
masing keluarga untuk melakukan musyawarah mengenai mahar yang akan dibawah oleh
keluarga laki-laki.
7. Demokrasi
Demokrasi adalah gagasan yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban,
dimana nilai ini terlihat dalam kehidupan masyarakat Suku Tajio yaitu walaupun pada saat
pencalonan kepala desa secara keseluruhan para calon berasal dari Suku Tajio tetapi bukan
berarti yang akan melakukan pesta demokrasi hanya dilakukan oleh masyarakat Suku Tajio
melihat mayoritas masyarakat Desa Posona adalah orang Tajio karna disini Suku lain juga
memiliki persamaan hak dan kewajiban, kebebasan dan perlakuan yang sama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tajio
dilakukan berdasarkan dua bagian yaitu kehidupan sosial dan kehidupan budaya yang
merupakan suatu pola kehidupan atau aturan dalam masyarakat Suku Tajio untuk
menciptakan ketentraman dan kesejahtraan dalam masyarakat yang beradab hingga sampai
saat ini masih mereka pertahankan yang merupakan warisan nenek moyang mereka.
Berdasarkan tinjauan dari aspek nilai kewarganegaraan yaitu: nilai ketuhanan, nilai
persatuan, nilai ketertiban, nilai keadilan, nilai kerakyatan, nilai kemanusiaan, serta nilai
demokrasi terhadap nilai sosia budaya masyarakat Suku Tajio teryata ada nilai sosial budaya
yang masih sesuai dengan nilai-nilai kewarganegaraan yaitu Nolapi
dan nilai yang
bertentangan dengan nilai kewarganegaraan yaitu nilai kemanusiaan (moralitas) dalam acara
Gabu dan nilai keadilan sosial dalam kesenian tari Dabang yang sampai saat ini masih
mereka pertahankan. Akan tetapi kebudaya masyarakat Suku Tajio merupakan identitas
Nasional yang merupakan bagian dari keanekaragaman budaya Bangsa Indonesia.
Saran
Setiap warga negara diberikan kebebasan untuk memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya, kebudayaan Suku Tajio perlu untuk dipelihara dan dilestarikan sebagai
wujud membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air, kebudayaan di setiap daerah perlu
untuk dilestarikan karena kebudayaan merupakan warisan bangsa yang memiliki nilai-nilai
jati diri bangsa Indonesia. Zaman globalisasi dan moderen akan mengakibatkan memudarnya
rasa cinta terhadap kebudayaan disuatu daerah dikalangan kehidupan generasi sekarang
seperti kebudayaan bahasa Tajio yang ada di Desa Posona Kecamatan Kasimbar Kabupaten
13
Parigi Mouton. Untuk itu diperlukan adanya penelitian terhadap kebudayaan di suatu daerah
agar menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku
cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan sesuai dengan konsep kewarganegaraan.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2002). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Jakarta: Rafika Aditama
Malindu,
D.H. 2006. Kronologis
TidakDiterbitkan.
Kasimbar
Dahulu
dan
Sekarang.
Kasimbar:
Nawawi, H (2003), Metode penelitian bidang sosial, Yogyakarta :Gaja Mada University
Press
Taslih, (2005).Studi integrasi sosial di Desa Wani II Wilayah Kecamatan Tawaeli. Skripsi
pada program studi PPKn, Jurusan P.IPS FKIP UNTAD palu :tidak diterbitkan.
M. Choli Mansyur, 1980. Sosiologi masyarakat kota dan desa. Surabaya : Usaha Nasional.
P.J. Boumen, 1985. Sosiologi, pengertian dan masalah.Yogyakarta.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Pustaka Utama
Gramedia.
Sugiharso, dkk.(2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Surabaya: Adi Perkasa.
Download