An nu al R epor t Laporan Tah unan IOM International Organization for Migration OIM Organisasi Internasional untuk Migrasi M A N AG I N G M I G R AT I O N F O R T H E B E N E F I T O F A L L 2008 IOM in Brief / Sekilas IOM Established in 1951, the International Organization for Migration (IOM) is the principal intergovernmental organization in the field of migration. IOM is dedicated to promoting humane and orderly migration for the benefit of all. It does so by providing services and advice to governments and migrants. Berdiri pada 1951, International Organization for Migration (Organisasi Internasioal untuk Migrasi) atau IOM adalah organisasi internasional utama di bidang migrasi. IOM berdedikasi menjunjung tinggi migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama. IOM melakukannya dengan memberikan pelayanan dan nasehat ke pemerintah maupun Headquartered in Geneva, Switzerland, IOM is growing rapidly and currently counts 125 states as members. A further 16 states and 74 international and non-governmental organizations hold observer status. migrants. Berkantor pusat di Jenewa, Swiss, IOM berkembang pesat dan kini 125 negara tercatat sebagai anggota. Selain itu, 16 negara dan 74 organisasi internasional dan organisasi swadaya berstatus pengamat. IOM’s expenditures in 2007 reached US$783.8 million while the year 2005 saw a peak programme budget in excess of US$952 million. Approximately 5,600 staff are working on more than 1,770 projects from over 420 field offices in 129 countries (November 2008). Anggaran IOM pada 2007 mencapai AS$ 783,8 juta sementara pada 2005 anggaran program mencapai puncak hingga AS$952 juta. Sekitar 5.600 staff bekerja di lebih dari 1.770 proyek atas 420 kantor di 129 negara (Nopember 2008). IOM works in the four broad areas of migration management: • Migration and development • Facilitating migration • Regulating migration • Forced migration. IOM bergerak menangani migrasi di empat bidang IOM activities that cut across these areas include the promotion of international migration law, policy debate and guidance, protection of migrants’ rights, migration health and the gender dimension of migration. Sejumlah kegiatan IOM yang mencakup bidang- umum: • • • • Migrasi dan pembangunan Mengfasilitasi migrasi Mengatur migrasi Migrasi yang dipaksakan bidang tersebut meliputi pengenalan wacana hukum migrasi internasional, perdebatan dan acuan kebijakan, perlindungan hak-hak para migran, kesehatan migrasi dan dimensi gender dari migrasi. IOM in Indonesia / OIM di Indonesia IOM operations in Indonesia began with the processing of Vietnamese migrants in Tanjung Pinang, Riau, in 1979. These efforts were immediately followed by another major operation providing for the care, maintenance and assisted voluntary return of internally displace East Timorese. IOM memulai operasinya di Indonesia dengan IOM’s relationship with the Government of Indonesia extends back to 1991 when Indonesia became a formal Observer in the IOM Council. A Cooperative Agreement signed in 2000 recognized the valuable association established between the Government and IOM towards improving migration management. Hubungan IOM dengan pemerintah Indonesia dimulai IOM Indonesia’s programmes have expanded dramatically both in terms of their geographic reach and target populations, particularly since the tsunami struck Aceh province on the northernmost tip of the island of Sumatra December, 2004. Sub-offices are now located across the country with over 600 staff members working on a wide range of activities. Program-program IOM Indonesia telah berkembang memproses migran Vietname di Tanjung Pinang, Riau pada 1979. Serangkain usaha berlanjut dengan penyediaan perawatan, pemeliharaan dan bantuan pemulanan sukarela bagi para pengungsi Timor Timur. pada 1999 ketika Indonsia resmi menjadi pengamat dalam dewan IOM. Sebuah Perjanjian Kerjasama yang ditandatangai pada 2000 mengakui Hubungan yang sangat bermanfaat antara Pemerintah dan IOM dalam meningkatakan penanganan migrasi. dari sisi geografis maupun target penduduk, khususnya sejak tsunami menghantam propinsi Aceh di ujung utara pulau Sumatera pada Desember 2004. Kantorkantor cabang kini berdiri di penjuru nusantara dengan lebih dari 600 staff bekerja dalam beragam kegiatan. 4 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Table of Contents/ Daftar Isi 01 05 09 Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi Introduction / Kata Pengantar Emergency, Post-Conflict Migration Management / Penanganan Migrasi Darurat Pasca-Konflik 10 24 30 46 62 65 Regulating Migration 66 78 86 95 99 113 Counter-Trafficking Efforts / Upaya Penanggulangan Perdagangan Manusia Technical Cooperation & Capacity Building [ Police Training ]/ Kerjasama Teknis dan Pembangunan Kapasitas [ Pelatihan Polisi ] Irregular Migration / Migrasi Gelap Facilitating Migration / Menfasilitasi Migrasi Migration Health / Kesehatan Migrasi Project Development & Donor List / Pengembangan Proyek & Daftar Donor 114 115 117 National Construction Services / Layanan Konstruksi Nasional Water and Sanitation / Air dan Sanitasi Livelihood Support Programme / Program Dukungan Mata Pencaharian Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik Decommissioning Temporary Living Centres / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara Project Development / Pengembangan Proyek Donor List / Daftar Donor IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor OIM di Indonesia 1 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Message from the Chief of Mission / Pesan dari Ketua Misi 01 2 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Colleagues and Friends, Para rekan dan teman saya sekalian, It is with great pleasure that I present you the International Organization for Migration (IOM) Annual Report for 2008. This report summarizes the strategic and operational service responses of our many and varied programming activities in Indonesia in accordance with the principle that humane and orderly migration benefits migrants and society. Dengan bahagia saya persembahkan laporan tahunan International Organization for Migration (IOM) Tahun 2008. Laporan ini merangkum bantuan strategis dan operasional yang tercakup dalam program kegiatan kami yang beragam di Indonesia sejalan dengan prinsip kami bahwa migrasi yang manusiawi dan tertib membawa manfaat bagi para migran maupun masyarakat. Pada In 2008, IOM Indonesia built on its close working relationship with the Government of Indonesia and its traditional donors, tapping decades of experience in emergency response, post-conflict reintegration programming and technical expertise in the field of migration management. To improve the Government’s capacity to employ appropriate strategies and technology to monitor and take action against irregular migration and address other critical issues such as human trafficking and smuggling, IOM supports national and regional capacity-building activities and provides direct assistance to migrants in need. tahun 2008, IOM Indonesia membangun kerjasamanya yang erat dengan Pemerintah Republik Indonesia dan para donornya, memanfaatkan puluhan tahun pengalaman di bidang penanganan situasi darurat, program reintegrasi pasca konflik serta keahlian teknis di bidang penanganan migrasi. Dalam rangka meningkatkan kapasitas pemerintah RI untuk menerapkan berbagai strategi dan teknologi yang tepat guna untuk memonitor dan mengambil tindakan terhadap migrasi non-reguler dan menanggulangi masalah penting lainnya seperti perdagangan manusia dan penyelundupan manusia, IOM mendukung kegiatan peningkatan kapasitas tingkat nasional maupun regional dan memberikan bantuan secara langsung kepada para migran yang membutuhkan. IOM’s flexible and results-oriented approach has allowed the organization to establish itself as one of the major partners of the Indonesian Government and the international community in situations of internal displacement in Indonesia. IOM was one of the first international agencies working on the ground in Aceh after the 2004 Tsunami and continues to lead the way in providing post-disaster and post-conflict development assistance. Pendekatan yang diterapkan oleh IOM yang bersifat fleksibel dan berorientasikan pada hasil telah memungkinkannya untuk mengukuhkan diri sebagai salah satu mitra utama pemerintah RI dan masyarakat internasional menyangkut situasi pengungsian internal di Indonesia. IOM merupakan salah satu badan internasional pertama yang beroperasi di lapangan di Aceh setelah terjadinya tsunami di tahun 2004 dan tetap merupakan badan terdepan dalam memberikan bantuan pembangunan pasca-bencana dan pasca-konflik. With almost 240 million an archipelago spanning comprising 17,600 islands, source, destination and people spread across 5,000 kilometres and Indonesia is a prime transit country for Dengan hampir 240 juta penduduk tersebar di sebuah kepulauan yang terbentang seluas 5.000 kilometer dan terdiri dari 17.600 pulau, Indonesia merupakan negara 3 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 migrants with its porous borders and weaknesses in border and immigration management systems. It also experiences important internal migration flows due to constant labour movement, conflict and disasters. sumber, tujuan dan transit utama bagi migran, mengingat panjangnya perbatasan dan kelemahan dalam sistem penanganan imigrasi. Indonesia juga mengalami arus migrasi internal yang cukup besar mengingat sering terjadinya pergerakan tenaga kerja, konflik dan bencana alam. Migration continues to be one of the defining global issues of this century, with more and more people on the move today than at any other point in human history. IOM’s diverse programme architecture in Indonesia reflects these important and complex dynamics through capacity building and assistance in the field of migration management and by contributing to population stabilization after natural disasters, economic instability and conflict. Migrasi terus menjadi permasalahan global utama pada abad ini, dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang bergerak dewasa ini dibanding waktu lainnya dalam sejarah manusia. Kerangka program IOM yang beragam di Indonesia mencerminkan dinamika yang penting dan kompleks ini melalui peningkatan kapasitas dan bantuan di bidang penanganan migrasi dan dengan memberi kontribusi pada stabilisasi penduduk setelah terjadinya bencana alam, ketidakstabilan ekonomi dan konflik. This report has been divided into three key operational areas which reflect the work of IOM in Indonesia: Laporan ini telah dibagi berdasarkan tiga bidang Emergency and Post-Conflict Migration Management programming provides immediate and longterm assistance to displaced populations in postdisaster situations like those in Aceh and Java, and those affected by armed conflict, as has been the case in Aceh since the signing of the historic peace agreement in August 2005. Program Penanganan Migrasi Masa Darurat dan Pasca- The broad category of Regulating Migration includes migration management capacity-building activities with our government partners, service delivery to stranded migrants, the reintegration of thousands of victims of human trafficking, and a nation-wide police training to support of the Indonesian National Police reform programme. Kategori luas mengenai Penanganan Migrasi meliputi operasional utama yang mencerminkan kegiatan IOM di Indonesia: Konflik, yang memberikan bantuan langsung maupun jangka panjang kepada penduduk yang mengungsi dalam situasi pasca-bencana seperti di Aceh dan Jawa, serta penduduk yang terkena imbas konflik bersenjata, sebagaimana yang terjadi di Aceh sejak penandatanganan perjanjian perdamaian bersejarah di bulan Agustus 2005. peningkatan kapasitas dilaksanakan bersama penanganan para mitra migrasi yang pemerintah, penyampaian layanan kepada para migran yang terdampar, reintegrasi ribuan korban perdagangan manusia, serta pelatihan polisi secara nasional guna mendukung program reformasi Kepolisian Republik Indonesia. Migration Health covers the orderly and voluntary return of medical evacuees in post-disaster situations, and extends to training, research and Kesehatan Migrasi mencakup pemulangan secara tertib dan sukarela para pasien yang dievakuasi selama masa 4 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 direct mental and psychological assistance to migrants in distress – including victims of conflict, disaster and human trafficking in Indonesia. pasca-bencana, dan mencakup juga pelatihan, riset dan bantuan mental dan psikologis secara langsung kepada para migran yang menghadapi masalah – termasuk korban konflik, bencana dan perdagangan manusia di We are determined that IOM Indonesia will continue to meet the challenges and outstanding needs of vulnerable and mobile populations throughout the archipelago. We are committed to working with the Government of Indonesia in developing new sustainable programmes and projects to maintain our effective and holistic management of migration issues and intend to pursue this important task with the same energy and motivation in years to come. Indonesia. Kami bertekad agar IOM Indonesia akan terus menjawab tantangan dan kebutuhan mendesak para penduduk yang rentan dan bergerak di seluruh nusantara. Kami berkomitmen untuk bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan serangkaian program dan proyek baru yang berkelanjutan dan berkeinginan untuk memenuhi tugas mulia ini dengan tenaga dan motivasi yang sama di tahun-tahun mendatang. J. Steve Cook IOM Indonesia Chief of Mission/ Ketua Misi OIM Indonesia IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 5 Introduction/ Kata Pengantar 05 6 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 The International Organization for Migration is the leading intergovernmental organization working with migrants and governments to develop effective responses to migration challenges. Dedicated to promoting humane and orderly migration for the benefit of all for more than five decades, IOM has a proven record for success around the world. The International adalah Organization organisasi for Migration antar-pemerintah terkemuka yang berhubungan untuk mengembangkan efektif dalam migrasi. Dengan erat dengan menghadapi dedikasi yang permasalahan menjunjung migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan semua, selama lebih dari lima IOM established its first operations in Indonesia in 1979, facilitated the processing of Indo - Chinese boat people in Riau province during the 1980’s. pemerintah langkah-langkah dekade, IOM menunjukkan keberhasilannya di banyak negara. IOM pertama kali memulai perannya di Indonesia pada 1979 dengan menangani manusia perahu Following the mass displacement and humanitarian crisis triggered by East Timor’s vote for independence in 1999, the Organization established a massive sea, land and air bridge to help some 150,000 East Timorese return home. Indo-Cina di propinsi Riau pada 1980an. Setelah perpindahan masal dan krisis kemanusian yang terpicu oleh refendum di Timor Timur pada 1999, organisasi ini hadir memberikan bantuan besar-besaran The operation cemented IOM’s relations with the Government of Indonesia (GoI) and led to the establishment of an office in Jakarta and the signing of a Memorandum of Understanding in 2000. melalui laut, darat dan udara untuk membantu 150.000 kembali ke tempat asalnya. Sejumlah kegiatan tersebut menjadi dasar hubungan IOM dan pemerintah Indonesia hingga The excellent working relationship between IOM and the Government enabled the Organization to provide immediate large scale emergency response, recovery and reconstruction assistance, following the succession of natural disasters that struck Aceh (2004), Nias (2005), Yogyakarta (2006) and Padang (2007.) akhirnya dibukanya kantor perwakilan di Jakarta dan ditanda tanganinya nota kesepahaman pada 2000. Hubungan erat antara IOM dan pemerintah telah memungkinkan orgasniasi ini memberikan bantuan tanggap darurat, pemulihan dan rekonstrusi dalam skala besar ketika serangkaian IOM’s global mission values of supporting the efforts of government institutions to assist migrants wove themselves through operations across the nation, further linking programmes and expertise together. bencana alam menimpa Aceh (2004), Nias (2005), Yogyakarta (2006) dan Padang (2007). Misi global IOM mendukung badan-badan pemerintah dalam membantu penduduk migran menyatu dengan kegiatan operasional di seluruh The mission has brought relief to tens of thousands of tsunami and earthquake survivors through negeri dan memadukan beragam program dan keahlian. 7 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 logistics support, the restoration of livelihoods, construction of shelters, clinics and community centres, and also post-disaster physical- and mental health services. Misi ini telah menyalurkan bantuan bagi ribuan korban selamat tsunami dan gempa bumi melalui dukungan logistik, pemulihan mata pencaharian, pembangunan tempat penampungan sementara, klinik, fasilitas umum dan juga pelayanan-pelayanan fisik dan mental Throughout 2008 IOM and its partners continued to respond to migration health challenges in Indonesia in the fields of maternal and child health for internally displaced populations; psychosocial and mental health for conflict-affected communities; emergency medical response for victims of natural disasters; migration health assessments for migrants and refugees, and health services for irregular migrants and victims of trafficking. pasca bencana alam. Selama 2008, IOM dan mitra-mitranya masih terus menjawab tantangan-tantangan dalam kesehatan migrasi di Indonesia, termasuk kesehatan ibu hamil dan anak-anak dikalangan pengungsi; kesehatan psikososial dan jiwa bagi masyarakat yang terkena dampak konflik; tanggap darurat medis bagi korban bencana alam; pemeriksaan kesehatan migrasi bagi para migran dan pengungsi, dan pelayanan-pelayanan IOM’s global experience in post-conflict environments led the Indonesian Government and international donors to entrust the Organization to assist and support the Government with the reintegration of nearly 5,000 former combatants and amnestied political prisoners into mainstream Acehnese society, following the signing of the 2005 Helsinki Peace Accord. IOM further delivered tangible support to unemployed youth in highrisk parts of Aceh where to date, more than 1,100 clients have been referred to a job, apprenticeships, trainings, or small-business networks. kesehatan bagi migrant gelap dan korban perdangan manusia. Pengalaman global IOM di linkungan pasca konflik telah meyakinkan pemerintah Indonesia dan donor internasional untuk memberikan bantuan bagi organisasi ini dan dukungan bagi pemerintah dalam proses reintegrasi hampir 5.000 mantan kombatan dan tahanan politik ke masyarakat Aceh sebagai kelanjutan penandatangan perjanjian damai Helsinki pada 2005. Lebih jauh lagi, IOM telah memberikan bantuan bagi kelompok muda yang tidak bekerja di daerah-daerah bersiko tinggi di Aceh, dimana hingga kini lebih 1.100 The Government also turned to IOM in its efforts to combat human trafficking. Over the past four years the mission has provided specialist training for law enforcement officials, prosecuters and judiciaries, including the Justices of the Indonesian Supreme Court. IOM has also created Asia’s first medical recovery centres in selected police hospitals for trafficking victims. diantaranya telah menerima pekerjaan, praktek kerja, pelatihan-pelatihan, atau jaringan-jaringan bisnis kecil. Pemerintah juga meminta bantuan IOM dalam memerangi perdagangan manusia. Dalam empat tahun terakhir, misi ini telah memberikan pelatihan-pelatihan khusus bagi para perangkat hukum, pengacara dan jaksa, termasuk peradilan di tingkat Mahkamah Agung. Helping government manage migration-related issues is one of IOM’s core missions. IOM supports IOM juga telah membentuk pusat pemulihan bagi korban perdangan manusia di sejumlah rumah sakit 8 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 the Government’s efforts to regulate the movement of irregular migrants through Indonesia by providing extensive support services to stranded migrants. polisi dan merupakan yang pertama dilakukan di Asia. Membantu pemerintah dalam menangai masalahmasalah yang berhubungan dengan migrasi adalah The Organization is also working with the Indonesian Government to bolster the Indonesian National Police’s (INP) reform agenda. It has already trained almost 100,000 policemen and women in community policing and human rights, as part of a six-year programme, which was launched in 2004. salah satu misi utama IOM. IOM mendukung usaha pemerintah untuk mengatur migran gelap melalui penyediaan pelayanan dukungan menyeluruh bagi migrant yang terdampar. Organisasi ini juga berkerja dengan pemerintah Indonesia mendukung agenda reformasi Polri. Hingga kini, hampir 100.000 polisi termasuk polisi wanita IOM Indonesia’s mission stems from its partnerships with national and local government, nongovernmental agencies, grassroots community organizations and the donor community. dilatih dalam perpolisian masyarakat (polmas) dan hak azasi manusia (HAM), sebagi bagian dari enam tahun program yang diluncurkan pada 2004. Program-program IOM programmes continue to address the outstanding needs of vulnerable and mobile populations throughout the archipelago. And, innovative new programmes and projects currently under development will continue to do so in the years to come. IOM masih terus bersentuhan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang lemah dan berpindah di seluruh negeri ini. Dan, programprogram baru yang inovatif kini tengah dikembangkan dan akan mendatang. terus dikembangkan di tahun-tahun 9 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Emergency and Post-Conflict Migration Management/ Penanganan Migrasi Darurat dan Pasca-Konflik 10 National Construction Service / Layanan Konstruksi Nasional | 24 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi | 30 Livelihood Support Programme / 46 Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik | 62 Decommissioning Temporary Living Centers / Pengosongan Tempat Tinggal Sementara | Program Dukungan Mata Pencaharian | 09 10 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 National Construction Services/ Layanan Konstruksi Nasional Mursidah Gets a Better House / Mursidah Dapat Rumah yang Lebih Baik Mursidah enjoys playing with her granddaughter, Rini, while her house is being rebuilt by IOM in Lampeudaya village, in Mesjid Raya sub-district, Aceh Besar. Mursidah tengah bercengkrama dengan cucu The village is a quiet, peaceful place now, but almost four years ago, when the tsunami swept in, Mursidah lost her house and almost everything she owned. Desa ini begitu tenang, namun hampoir empat tahun For nearly a year she and her three sons lived in a cramped barrack block with hundreds of other families made homeless by the disaster. Selama hampir setahun, ia dan ketiga putranya They were happy and grateful when, together with 16 other families, they were among the first to receive a brick and timber house from the international NGO Oxfam. Mereka berbahagia dan penuh syukur ketika bersama In the past three years two of Mursidah’s sons have got married and moved out to start families of their own. But now, after three years, the timber structure of the house has begun to deteriorate. Dalam tiga tahun terkahir, dua dari tiga anaknya telah perempuannya, Riri ketika rumahnya dibangun IOM di desa Lampeudaya, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. yang lalu ketika tsunami menyapu desa ini, Mursidah kehilangan rumah dan hampir semua harta benda miliknya. tinggal di barak penampungan yang padat sementara bersama keluarga-keluarga lain korban tsunami. 16 keluarga lainya termasuk orang pertama yang menerima bantuan sebuah rumah yang dibangun dari bata dan kayu dari NGO internasional Oxfam. menikah dan keluar rumah untuk memulai kehidupan baru. Namun, kini setelah tiga tahun struktur kayu rumahnya mulai rusak I am very grateful because I plan to spend the rest of my life in this house. Soon my youngest son will also get married, but I will be safe and comfortable here. / Saya sangat berbahagia karena saya berencana menghabiskan hidup saya di rumah ini. Tidak lama lagi putra bungsu saya juga akan menikah, namun saya akan merasa aman dan nyaman disini. IOM dengan bantuan dana Oxfam kini tengah IOM, with funding from Oxfam, is now upgrading the timber superstructure with more long-lasting, durable, light-gauge steel and fiber cement board. menjalankan program untuk menggantikan struktur “I am very grateful because I plan to spend the rest of my life in this house. Soon my youngest son will also get married, but I will be safe and comfortable here,” says Mursidah. “Saya sangat berbahagia karena saya berencana bagian atas rumah dengan baja ringan yang lebih tahan lama dan papan fiber cement. menghabiskan hidup saya di rumah ini. Tidak lama lagi putra bungsu saya juga akan menikah, namun saya akan merasa aman dan nyaman disini,” kata Mursidah { Mursidah } 11 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. Mursidah 1 and her granddaughter Rini / Mursidah dan Rini cucu perempuannya. 2. Mursidah’s new house / Rumah baru Mursidah. 3 & 4. Mursidah’s and her new life. / Mursidah dan kehidupan barunya. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 12 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Shelter/Housing Perumahan After three years of post-tsunami reconstruction work in Aceh and Nias, IOM’s construction and housing services have seen the culmination of a range of projects designed to stabilize and revitalize communities displaced by the two natural disasters. Setelah tiga tahun rekonstruksi pasca tsunami di Aceh Construction was carried out in coordination with government and NGO partners, in close consultation with community committees, at the request of the Government of Indonesia. Konstruksi By early 2008, the final units of permanent housing for tsunami-affected families were completed. A total of 4,448 transitional shelters and permanent houses were built, along with 388 public buildings including schools, clinics and community centers. IOM’s construction programme was active in 125 communities across Aceh’s 15 coastal districts. Pada awal 2008, pembangunan unit rumah permanen dan Nias, pelayanan-pelayanan IOM konstruksi dan perumahan telah menunjukkan puncah dari beragam kegiatan yang dirancang untuk menstablilkan dan memulihkan masyarakat korban kedua bencana alam. dilakukan pemerintah dan melalui mitra koordinasi dengan konsultasi dengan NGO, kelompok-kelompok masyarakat, sesuai permintaan pemerintah Indonesia. terkhir untuk penerima bantuan korban tsunami selesai. Secara keseluruhan, 4,448 rumah sementara dan rumah permanen telah dibangun bersamaan dengan 388 bangunan umum seperti sekolah, klini dan gedung serba guna. Program konstruksi IOM aktif di 125 komunitas di 15 kabupatan sepanjang pesisir Aceh. With its original shelter projects now complete, IOM is currently providing shelter construction assistance to several NGOs who constructed semipermanent shelters for tsunami-affected families in Aceh as an interim measure after the tsunami. Dengan berakhirnya proyek perumahan, IOM kini tengah memberikan bantuan konstruksi perumahan atas sejumlah NGO yang telah membangun rumah semi permanen sebagai tempat sementara setelah tsunami. Oxfam, using a community-driven approach, constructed many houses throughout Aceh in 2005. The design used a masonry substructure and a wooden superstructure, which allowed beneficiary families to be involved in the construction and resulted in fast completion. Oxfam, menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, telah membangun banyak rumah diseluruh Aceh selama 2005. Rancangan yang menggunakan dinding beton pada struktur bagian bawah dan kayu pada bagian atas ini memungkinkan penerima bantuan terlibat dalam pembangunan dan selesai But the timber superstructures proved vulnerable to weather and insect infestation, resulting in deterioration and structural damage. They now need to be replaced with more durable structures. dalam waktu singkat. Tetapi bagian atas dari kayu tersebut terbukti tidak kuat atas perubahan cuaca dan gangguan serangga yang berakibatnya rusaknya struktur. IOM is currently conducting a project to remove the wooden superstructure of 48 houses and replace it with new, permanent superstructures using light-weight steel frames. In Banda Aceh and Aceh Besar, IOM in partnership with CARE, is also implementing a project to demolish existing structures and replace them with earthquake-resistant RISHA-designed houses. Kini IOM tengah melaksanakan sebuah proyek untuk mengganti struktur kayu atas 48 dengan atap permanen yang baru menggunakan struktur baja ringan. Di Banda Aceh dan Aceh dengan CARE juga Besar, IOM yang bermitra menjalankan sebuah proyek untuk menggantikan struktur bangunan lama dan menggantinya dengan RISHA. Construction was carried out in coordination with government and NGO partners, in close consultation with community committees, at the request of the Government of Indonesia. / Konstruksi dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah dan mitra NGO, konsultasi dengan kelompok-kelompok masyarakat, sesuai permintaan pemerintah Indonesia. 13 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM has used the RISHA design developed and certified in Indonesia since 2005. It incorporates a 38 to 44m2 modular reinforced pre-cast concrete structure and a septic system that can deal with the high water table found in most coastal communities. The project will construct 122 new 44m2 housing units, complete with three partitioned rooms, a kitchen alcove, and additional separate toilet and washing facilities connected to a sanitation system. IOM menggunakan rancangan rumah RISHA yang dikembangkan dan resmi digunakan di Indonesia sejak 2005. Rancangan ini terdiri atas 38 hingga 44m2 struktur beton modular dan system sanitasi yang dirancang untuk menangani tingkat permukaan air yang cukup tinggi dikebanyakan daerah pesisir. IOM akan membangun 122 unit rumah baru tipe 44m2, lengkap dengan tiga ruang terpisah, sebuah dapur dalam, kamar mandi dan tempat mencuci yang terhubung dengan saluran langsung ke system sanitasi. By the Numbers / Berdasarkan Angka Aceh - Nias / Aceh - Nias (30 June 2008) • Construction / Konstruksi 1,233 Transitional shelters constructed post-tsunami. / Penampungan sementara yang telah dibangun pasca-tsunami 3,215 Permanent houses constructed post-tsunami. / Rumah permanen yang telah dibangun pasca-tsunami 4,448 Total shelters and houses constructed. / Jumlah penampungan sementara dan rumah yang telah dibangun 247 Three-room school buildings constructed. / Tiga ruang bangunan sekolah yang telah dibangun 141 Other public buildings (clinics, community centres). / Bangunan umum lainnya (klinik, gedung serba guna) 4,836 Total units constructed (including houses, clinics, schools, community centers etc.) in Aceh and Nias. / Jumlah unit yang telah dibangun (termasuk rumah, klinik, sekolah, gedung serba guna, dll) di Aceh dan Nias Yogyakarta & Central Java / Yogyakarta & Jawa Tengah (31 October 2008) • Construction / Konstruksi 24 5 MCA prototype residential houses constructed. / Rumah contoh MCA telah dibangun. Community Centers constructed. / Fasilitas umum telah dibangun. • Training / Pelatihan 3,627 Beneficiaries that have received training in safe and earthquake-resistant construction practices. / Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Konstruksi Tahan Gempa. 3,608 Beneficiaries trained in Disaster Preparedness and Management. / Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan di bidang Kesiapsiagaan Bencana. 196 Community leaders trained in training others in basic community-based disaster risk management concepts. / Kader Lokal yang telah dikenalkan dengan Konsep Pengurangan resiko Bencana Berbasis Masyarakat. 820 Beneficiaries of household finance training. / Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan keuangan rumah tangga. 63 Beneficiaries of entrepreneurship training. / Penerima bantuan yang telah menerima pelatihan kewirausahaan. 14 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 From Tin Roof to Earthquake ~ Resistant House/ Dari Atap Seng ke Rumah Tahan Gempa Ulee Kareng is most famous throughout Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) province as a place for drinking coffee. Here, people from all walks of life gather at the Solong coffee shop to drink and chat about everything from social, economic and political issues to daily life. Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nama Ulee You can also find 12 houses here donated by the Queensland Government and built by IOM in 2006, housing families of staff working for the Dinas Pertanian (Department of Agriculture) at the time of the December 2004 tsunami. Di tempat ini pula, anda bisa menemukan 12 rumah Ibu Munajirah, wearing a Dinas Pertanian uniform, is an energetic single parent who lost almost all of her family when the wave struck. ”It was shattering for me. My husband had passed away a month earlier. Then the tsunami took almost all my other relatives. My two precious children are the reason why I have struggled and survived all this time,” she says. Ibu Munajirah yang mengenakan seragam Dinas Kareng telah dikenal sebagai sebuah tempat untuk menikmati kopi aceh. Di tempat ini, masyarakat dari berbagai kelompok dan golongan datang menikmati kopi sambil berbincang beragam hal mulai masalah sosial, ekonomi, politik hingga masalah keseharian. sumbangan pemerintah Queensland dan dibangun oleh IOM pada 2006, yang merupakan perumahan bagi staff yang bekerja pada Dinas Pertanian ketika bencana tsunami 2004 terjadi. Pertanian adalah seorang orangtua tunggal penuh semangat meski telah kehilangan hampir seluruh anggota keluarga ketika ombak menyergap. “Bencana itu sangat tak terkira, terlebih setelah kepergian suami saya,” kata Ibu Munajirah. “Sebulan kemudian, tsunami merenggut anggota keluarga yang lain. Kedua anak tersayang saya adalah alasan saya untuk tetap berjuang dan bertahan selama ini.” Another resident of the housing complex, Pak Syarifuddin, has a wife and three young children – two daughters and one son – aged four to 11 years old. They were living in a Dinas Pertanian house in Punge Ujong when the tsunami came and devastated their world. He remembers losing his father-in-law minutes after telling him about the giant wave sweeping in from the ocean. Salah satu penghuni lain perumahan tersebut, Pak Syarifuddin hidup dengan seorang istri dan tiga orang anak, dua putri dan satu putra berumur antara empat dan 11 tahun. Mereka tingal di sebuah rumah Dinas Pertanian di Punge Ujong ketika tsunami menghantam dan menghancurkan kehidupan mereka. Ia masih ingat kehilangan bapak mertuanya sesaat stelah menyampaikan kabar tentang ombak raksasa yang datang dari laut. Ibu Munajirah, is an energetic single parent who lost almost all of her family when the wave struck. / Ibu Munajirah adalah seorang orangtua tunggal penuh semangat meski telah kehilangan hampir seluruh anggota keluarga ketika ombak menyergap. © IOM Indonesia 2008 15 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 “I grabbed my family and rode my motorbike away from the sea with the wave roughly 300 meters behind us. My son saw it and is still traumatized by the memory of the tsunami and the earthquake,” he says. “Saya segera membawa keluarga saya dengan sepeda “We had to live in a single room in a hot tin roof warehouse belonging to Dinas Pertanian for over a year. We were very insecure and had to share the space with the Government because they needed it for offices.” “Lebih dari satu tahun kami harus tinggal digudang motor dan berusaha menjauh dari kejaran ombak yang berjarak sekitar 300 meter di belakang,” katanya. “Putra saya melihat semua kejadian tersebut dan hingga kini masih mengalami trauma atas gempa dan tsunami.” beratap seng milik Dinas Pertanian. Kami hidup penuh ketakutan dan merasa tidak yakin dengan pengaturan huninan sementara. Kami harus berbagi tempat dengan pemerintah karena mereka membutuhkan tempat untuk kegiatan perkantoran.” But the family are now happy and grateful for their new home provided by IOM and the Queensland Government. “It has helped us to get back to a normal life. I can focus on my work and feel assured now that my family is now living in a safe, earthquake-resistant house. Also it now takes me less than five minutes to get to work – I used to have to travel 10 kms,” smiles Pak Syarifuddin. Namun kini kedua keluarga berbahagia dan bersyukur atas rumah baru mereka yang diberikan IOM dan pemerintah Queensland. “Rumah ini telah membantu kami kembali ke kehidupan normal. Saya dapat fokus pada pekerjaan saya dan sekarang merasa yakin bahwa keluarga saya hidup di sebuah rumah yang aman dan tahan gempa. Terlebih lagi, kini saya membutuhkan waktu kurang dari lima menit untuk menuju tempat kerja, sebelumnya saya harus menempuh hingga 10km,” Pak Syarifuddin and Ibu Munajirah have been able to restart their lives in their new homes, returning to work and putting traumatic memories of the earthquake and tsunami behind them. senyum Pak Syarifuddin. “I will raise my two lovely children here and leave all the memories of pain and sorrow behind me,” says Ibu Munajirah. “Saya akan membesarkan kedua anak saya disini dan Pak Syarifuddin dan Ibu Munajirah telah dapat memulai awal kehidupan baru , kembali bekerja dan melupakan pengalaman-pengalaman traumatis. meninggalkan kepedihan dan kesedihan dimasa lalu,” kata Ibu Munajirah. These houses were built by IOM in 2006 with support from Queensland Government / Rumah-rumah ini dibangun oleh IOM pada 2006 dengan bantuan dari pemerintah Queensland. © IOM Indonesia 2008 16 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. One of the 96 — 44m2 — permanent 1 houses built by IOM in Blang Raya. / Satu dari 96 rumah permanen berukuran 44m2 yang dibangun IOM di Blang Raya. 2, 3, 4. The reconstruction process of permanent house, a school and a community center in Blang Raya. / Proses pembangunan rumah permanen, sekolah dan gedung serba guna di Blang Raya. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 17 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Colours in Blang Raya/ In order to ensure fairness and make sure residents would integrate with people from other areas, houses in the development were distributed through a lottery system. / Untuk memastikan keadilan dan menyatunya penduduk dengan para pendatang, rumah-rumah tersebut dibangun dan ditetapkan melalui sistem undi. Warna-warna di Blang Raya The road to Blang Raya in Pidie district winds through beautiful green hills and acres of paddy fields. The place conjures up the beauty of rural Indonesia and is far removed from the blistering heat of Sigli, the district capital. Jalan menuju kabupaten Pidie berliku melalui perbukitan IOM has built 96 44 m2 permanent houses, a school and a community center in Blang Raya, making it the largest new community in the area. While some residents are local, others are from western coastal areas affected by the tsunami. IOM telah membangun 96 rumah permanen berukuran hijau yang indah dan paran pematang padi. Tempat ini merupakan gambaran alam desa Indonesia dan sangat berbeda dibanding ibukota kabupaten, Sigli, yang panas terik. 44m2, sebuah sekolah dan sebuah gedung serba guna di Blang Raya, menjadikannya sebagai komunitas baru terbersar di kawasan tersebut. Sebagian penduduknya adalah penduduk asli dan sebagian lainnya berasal dari pesisir pantai barat yang terimbas tsunami. “This is now our home and we are very grateful. There are many children here, but the school means that we do not have to worry about them having going to school somewhere far away,” says mother– of-four Khadijah. “Sekarang inilah rumah kami dan kami sangat bersyukur. Disini ada banyak anak tapi dengan sekolah ini kami tidak lagi harus khawatir karena mereka tidak lagi harus pergi ke sekolah lain yang jauh,” ujar ibu dengan empat anak, Khadijah. A multi-function community hall built on land bought by BRR, the Aceh and Nias Rehabilitation and Reconstruction Agency, allows residents get together and organize community activities. Sebuah gedung serba guna yang berfungsi untuk tempat musyawarah dan kegiatan umum dibangun diatas tanah yang telah dibeli Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias (BRR). “If someone wants to organize a wedding reception, we can have it here,” Abdus Salam, a resident of the colourful, hillside community. “Bila seseorang hendak melangsungkan resepsi pernikahan, kami bisa melaksanakannya di sini,” ujar Badus Salam, seorang penduduk yang tinggal di perumahan penuh The hall is also used for village committee meetings, including gatherings to discuss IOM’s current project in the village, which addresses water and sanitation issues. warna di perbukitan. Gedung serba guna juga digunakan untuk pertemuan desa, termasuk pertemuan untuk mendiskusikan proyek IOM dibidang air bersih dan sanitasi yang tengah berlangsung In order to ensure fairness and make sure residents would integrate with people from other areas, houses in the development were distributed through a lottery system. di desa. Untuk memastikan keadilan dan menyatunya penduduk dengan para pendatang, rumah-rumah tersebut dibangun dan ditetapkan melalui sistem undi. “This was a good system. Without it people from Blang Raya would probably have formed a separate community and people from other villages would have chosen to live near people from their old village. The lottery system forced us to mix and will foster a new sense of community,” says a young housewife living in the complex. “Ini adalah sistem yang bagus. Tanpa ini warga dari Blang Raya mungkin akan membentuk komunitas sendiri sementara warga dari daerah lain akan memilih tinggal berkelompok dengan warga dari kampung asalnya masing-masing. Sistem undi ini membuat kami harus bercampur dan menghadirkan perasaan bermasyarakat,” seorang ibu muda yang tinggal di perumahan ini. 18 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Rebuilding Hopes / Membangun Kembali Harapan - harapan Tanjong village used to be on the road to Lhoknga beach in Aceh Besar. On December 26th 2004 Yuni Miranda – Mira to her friends – was in the village. She remembers the coconut trees swaying in the sea breeze. Desa Tanjong dulu terletak di jalur menuju pantai ”The waves came from two directions - not only from Lhoknga beach, but also from the direction of Ulee Lhue port,” she says. “Ombak tidak hanya datang dari pantai Lhoknga, tapi Lhoknga di Aceh Besar. Pada 26 Desember 2004 Yuni Miranda – Mira ia biasa dipanggil – berada di desanya. Masih jelas teringat dibenaknya nyiur melambai ditiup angin pantai. juga dari arah pelabuhan Ulee Lheu,” ingat Mira. Mira melarikan diri dengan mengendarai sebuah sepeda She fled on a motorcycle with three other adults and an infant. The group survived the waves by reaching the Cut Nyak Dhien Museum and running up to the roof. My spirits are soaring. Soon I will be getting a new house... / Harapan saya membumbung tinggi. Sebentar lagi saya akan mendapatkan sebuah rumah baru... motor bersama tiga orang dewasa lain dan seorang bayi. Mereka selamat dari kejaran ombak dengan { Mira } memanjat atap Museum Cut Nyak Dhien. Namun pada pagi yang naas itu, ia kehilangan hampir But that morning Mira lost most of her family. Her mother and two sisters died in Calang, Aceh Jaya, her mother’s home town, where her father worked as a policeman. seluruh anggota keluarganya. Ibu dan dua saudara When Mira and her father gathered enough courage to return to Tanjong several days later, they saw that the entire village had been destroyed. All that remained of their house were the foundations. Ketika Mira’s hopes of rebuilding were raised when her father was subsequently registered to receive a new house as part of a community-driven housing project organized by the international NGO CARE. Harapan Mira mulai tumbuh ketika ayahnya terdaftar perempuannya meninggal di Calang, Aceh Jaya yang merupakan kampung halaman ibunya dan tempat tugas ayahnya sebagai seorang anggota kepolisian. keberanian Mira dan ayahnya terkumpul, beberapa hari kemudian mereka memberanikan diri kembali Tanjong. mereka melihat desa Tanjong yang telah hancur. Yang tersisa hanyalah dasar rumah. untuk mendapatkan bantuan rumah dari CARE sebagai bagian proyek perumahan berbasis masyarakat. IOM dengan dukungan CARE kini melanjutkan program IOM, with funding from CARE, has now become involved in the project and has started work on a new house for the family. tersebut dan telah mulai membangun sebuah rumah baru bagi keluarga ini. “Harapan saya membumbung tinggi. Sebentar lagi “My spirits are soaring. Soon I will be getting a new house and my cousin also just got a new job in a bank. Things are getting better,” says Mira. 1 saya akan mendapatkan sebuah rumah baru dan sepupu saya juga akam mulai bekerja di sebuah bank. Keadaan kini lebih baik,” kata Mira. 2 1. Mira in her new place of work. / Mira di tempat kerjanya yang baru. 2. Mira’s land in Tanjong village, Aceh Besar / Tanah milik Mira © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 di desa Tanjong, Aceh Besar. 19 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1 & 4. Participants 1 of MCA’s training that provided by IOM. / Peserta pelatihan MCA yang diberikan oleh IOM. 2 & 3. The participants of the training courses in disaster preparedness and save and earthquake resistant construction exchange their reward point from the training with building materials. / Peserta pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana serta pelatihan konstruksi tahan gempa, menukarkan poin © IOM Indonesia 2008 yang dikumpulkan selama pelatihan dengan bahan- 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 bahan bangunan. 20 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 “I Have Learned How to Save Lives…” (a story of a member of a local cadre for disaster preparedness) “Saya Belajar Cara untuk Menyelamatkan Korban…” (sebuah cerita kader lokal untuk program kesiapsiagaan bencana) Born and raised in Bantul, Agus, 32, was a survivor of the earthquake on May, 2006 and witnessed the complete devastation of his home village. On the 3rd August, 2008 a smiling Agus assisted IOM staff in unloading equipment from the truck. Together with 200 other community members from his village, Agus prepared for the Earthquake Simulation and Evacuation Drill being coordinated by IOM. Lahir dan dibesarkan di Bantul, Agus, 32, adalah salah seorang korban selamat dari bencana gempa bulan Mei 2006 dan menyaksikan kehancuran desa tempat tinggalnya. Pagi 3 Agustus 2008 itu , dengan semangat Agus mendampingi staf IOM menurunkan perlengkapan dari truk. Bersama dengan 200 anggota masyarakat lain dari desanya, Dusun Jati, Desa Sriharjo, Agus mempersiapkan Simulasi Gempa dan Latihan Simulasi Evakuasi yang dikoordinasi oleh IOM. Agus actively participated in IOM’s training courses in disaster preparedness and prevention; as well as training in safe and earthquake resistant construction practices. As an enthusiastic participant, IOM staff identified him as a perfect candidate for becoming a member of a local cadre for training other community members in Community Based Disaster Risk Management (CBDRM). Agus adalah salah satu warga yang telah aktif berpartisipasi dalam Pelatihan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana IOM, serta mengikuti Pelatihan Konstruksi Tahan Gempa. Sebagai salah satu peserta yang antusias, staf IOM memilih Agus sebagai kandidat tepat untuk menjadi salah satu kader lokal untuk melatih anggota masyarakat yang lain dengan mengikuti Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM). The simulation entailed hazard mapping, installation of evacuation route signs, and other critical elements of disaster response. The community had already acquired these skills through the disaster preparedness training programme conducted from August, 2007 until June, 2008. The training was conducted in 10 villages across the provinces of Yogyakarta and Central Java. All the community members are encouraged to take part in the simulation, Simulasi yang dilakukan pagi itu meliputi pemasangan peta ancaman, pemasangan tanda rute evakuasi, dan elemen penting lain mengenai persiapan dan respon yang perlu dilakukan terhadap bencana. Masyarakat telah memperoleh keterampilan ini melalui program Pelatihan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana yang telah diadakan selama bulan Agustus 2007 hingga Juni 2008. Pelatihan ini dilaksanakan di 10 desa tersebar di provinsi Yogyakarta dan Jawa Safe construction training participants fill in their post-test forms after completing their 6th module. / Peserta pelatihan konstruksi tahan gempa menjawab pertanyaan-pertanyaan setelah menyelesaikan modul ke enam. © IOM Indonesia 2008 21 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 including the local authorities. IOM also invited the local branch of the Indonesian Red Cross (PMI) to participate. Tengah. Semua anggota masyarakat dianjurkan untuk ikut serta dalam simulasi, termasuk aparat lokal setempat. IOM juga mengundang PMI cabang Bantul untuk berpartisipasi. The simulation of the earthquake and evacuation drill demonstrated the community’s capacity to respond to natural hazards, and specifically earthquakes. Moreover, it reinforced the function of the community committee, (formed with the assistance of IOM), established and socialized an evacuation meeting point, and ensured coordination with emergency response agencies such as the Indonesian Red Cross. In addition, the community learnt about setting up and operating a public kitchen, as well as, practicing First Aid on earthquake victims. The community energetically participated in the evacuation simulation, playing roles as earthquake victims and disaster responders. As an appointed coordinator, Agus took his responsibility seriously during the simulation, ensuring that each step of the disaster preparedness plan was undertaken. Agus and his fellow graduates from IOM’s training courses performed exceedingly well and in the event of a real disaster, they would surely save lives. Simulasi gempa dan simulasi evakuasi ini telah menunjukkan bencana kapasitas masyarakat untuk merespon alam, khususnya gempa. Terlebih lagi, kegiatan ini juga memperkuat fungsi panitia dusun, yang telah dibentuk dengan fasilitasi IOM, mendirikan dan mensosialisasikan tempat bertemu saat evakuasi bencana, dan memastikan koordinasi dengan organisasi yang merespon keadaaan darurat seperti Palang Merah. Sebagai tambahan, masyarakat belajar bagaimana mendirikan dan mengoperasikan dapur umum, serta mempraktekkan pertolongan pertama pada korban berpartisipasi gempa. dalam Masyarakat simulasi secara evakuasi, aktif berperan sebagai korban gempa dan responden bencana. Sebagai koordinator yang ditunjuk, Agus menjalankan tanggungjawabnya dengan baik pada saat simulasi, memastikan bahwa setiap langkah dalam rencana kesiapsiagaan bencana telah dilaksanakan. Agus dan rekan-rekannya yang telah lulus dari pelatihan IOM melakukan tugas dengan baik dan jika terjadi bencana di masa depan, mereka sudah cukup terlatih untuk menyelamatkan korban bencana. Agus explains, “ I found the IOM programme to be really useful because I gained a lot of important Agus menjelaskan, “Menurut saya, program IOM MCA-Agus, one of Local cadre in Jati sub village. / Agus, salah seorang kader MCA di dusun Jati. © IOM Indonesia 2008 22 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 knowledge from the trainings. The many things I learned included First Aid, disaster preparation steps, and we were also able to establish a network of local disaster responders should a disaster reoccur. Moreover, we established a very good relationship with IOM and were able to coordinate the simulation exercise together.” sangat berguna karena saya memperoleh berbagai pengetahuan Beberapa hal penting yang dari pelatihan saya pelajari tersebut. antara lain pertolongan pertama, langkah-langkah kesiapsiagaan bencana, dan bahwa kami dapat menghubungi kontak lokal terdekat jika bencana terjadi. Terlebih lagi, kami menjalin hubungan yang sangat baik dengan IOM dan mampu berkoordinasi dengan lancar dalam simulasi bersama.” The training courses in disaster preparedness and safe and earthquake resistant construction form part of the activities that IOM is implementing under the Mobile Community Assistance (MCA) programme. The programme was implemented with the support from the Yogyakarta and Central Java Assistance Program (YCAP), which forms part of the Australia – Indonesia Partnership. The MCA Programme is based on a CBDRM framework aimed at rebuilding communities holistically. It incorporates a number of integrated activities in addition to those mentioned above, including construction of seismic resistant prototype houses and community centres and livelihood interventions such as business management training and asset replacement. IOM has built the capacity of over 9,000 community members in a variety of fields, including: construction, disaster preparedness, household finance, entrepreneurship and business Pelatihan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana dan pelatihan konstruksi tahan gempa merupakan bagian dari kegiatan IOM yang dilaksanakan di bawah Program Mobile Community Assistance (MCA). Program ini dilaksanakan dengan bantuan dari Yogyakarta and Central Java Assistance Program (YCAP), bagian dari Kemitraan Australia- Indonesia. Program MCA berdasar pada kerangka PBBM yang bertujuan membangun masyarakat secara menyeluruh. Program ini menggabungkan berbagai aktivitas terintegrasi, selain yang telah disebutkan di atas, yaitu konstruksi rumah contoh tahan gempa dan fasilitas umum serta intervensi di bidang mata pencaharian seperti pelatihan manajemen bisnis dan penggantian asset. IOM telah meningkatkan kapasitas lebih dari 9.000 anggota masyarakat di berbagai bidang, termasuk: konstruksi, kesiapsiagaan bencana, keuangan rumah tangga, kewirausahaan dan manajemen bisnis. The training courses in disaster preparedness and safe and earthquake resistant construction form part of the activities that IOM is implementing under the Mobile Community Assistance (MCA) programme. / Pelatihan bencana kesiapsiagaan dan pelatihan dan pencegahan konstruksi tahan gempa merupakan bagian dari kegiatan IOM yang dilaksanakan di bawah Program Mobile Community Assistance (MCA). © IOM Indonesia 2008 23 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 management. In addition, IOM has completed the construction of 24 prototype residential houses and 5 community centers. The principles applied in the construction of these buildings are the same as those taught during the safe construction training. In this way, the buildings serve as an educational resource for the communities. In addition, IOM has successfully conducted a number of disaster preparedness festivals, which have experienced a very high community participation rate. Sebagai tambahan, Program MCA telah menyelesaikan pembangunan 24 rumah contoh dan 5 fasilitas umum. Teknik konstruksi yang digunakan dalam membangun bangunan ini sama dengan prinsip membangun yang diajarkan pada pelatihan konstruksi tahan gempa. Melalui cara ini, bangunan berguna sebagai sumber pendidikan bagi masyarakat. Sebagai tambahan, IOM telah sukses melaksanakan beberapa festival siaga bencana, yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. IOM juga secara aktif berpartisipasi dalam Kampanye The IOM has also actively participated in the Disaster Risk Reduction (DRR) Public Campaign held from May to June, 2008. This campaign aims to raise public awareness of the importance of DRR strategies across various sectors and will see joint activities undertaken by humanitarian agencies, local NGOs, Government institutions, the media and community organizations. As a key stakeholder in this Forum, the IOM have been able to provide a positive contribution through the materials developed in the MCA programme and their close relationship with the provincial level Governments. The IOM are well-positioned to move forward with further contributions toward this important growth area. All of these activities will ensure that communities are more resilience to future disasters and better equipped to respond to them when they occur. Publik Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang diadakan pada bulan Mei hingga Juni 2008. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya strategi Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dalam berbagai sektor dan dapat melihat aktivitas gabungan berbagai organisasi kemanusiaan, LSM lokal, institusi pemerintah, media serta organisasi masyarakat. Sebagai pemain aktif dalam forum ini, IOM turut memberi kontribusi positif melalui materi yang dikembangkan dalam Program MCA dan juga hubungannya yang cukup erat dengan Pemerintah Daerah. IOM telah memiliki posisi yang baik untuk bergerak maju memberikan lebih lanjut terhadap sektor yang berkembang ini. Semua aktivitas masyarakat lebih siap kontribusi penting dan ini akan menjamin menghadapi kemungkinan bencana di masa depan dan memiliki perlengkapan lebih untuk merespon saat hal itu terjadi. IOM has built the capacity of over 9,000 community members in a variety of fields, including: construction, disaster preparedness household finance, entrepreneurship and business management. / IOM telah meningkatkan kapasitas lebih dari 9.000 anggota masyarakat di berbagai bidang, termasuk: konstruksi, kesiapsiagaan bencana, keuangan rumah tangga, kewirausahaan dan manajemen bisnis. © IOM Indonesia 2008 24 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Water and Sanitation / Air dan Sanitasi Water and Sanitation in Eumpe Awee/ Air dan Sanitasi di Eumpe Awee Located in the hills of Atong village in Montasik sub-district, Aceh Besar, Eumpe Awee, population 193, received 50 houses from the IOMAmerican Red Cross Shelter project for relocated earthquake and tsunami victims. Eumpe Awee’s residents mainly come from coastal villages in Banda Aceh and Aceh Besar, such as Kajhu and Ulee Lheu. Most earn a living from farming, small businesses and day labour. Terletak di perbukitan desa Atong, kecamatan Montasik, Water and Sanitation Water and Sanitation The area, which is hilly and more arid than other parts of Aceh Besar, has limited access to clean water. Before the IOM built a water resevoir and a large well, residents had to walk to a neighbouring village for water. Dibanding daerah lain di Aceh Besar, kawasan yang Aceh Besar, Eumpe Awee, dengan 193 penduduk menerima 50 rumah bantuan kerjasama IOM dan American Red Cross (ARC) melalui proyek relokasi korban gempa dan tsunami. Komunitas Eumpe Awee terdiri dari penduduk yang berasal dari kampung-kampung pesisir di Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Kajhu dan Ulee Lheu. Kebanyakan mereka hidup dari berkebun, berdagang dan buruh harian. berbukit ini tergolong kering dan memiliki sedikit akses atas air bersih. penampungan Sebelum air dan dibangunnya sumur besar oleh tempat IOM, penduduk setempat harus berjalan ke desa lain untuk mendapatkan air. At the end of 2007 IOM started using trucks to deliver water as a temporary solution, while working with the community to plan a permanent water supply. Eventually they decided on a large, shallow well reservoir and a piping system to deliver the water to individual homes. In the interim, IOM built a large water reservoir and clean water was brought in by PDAM Tirta MoentalaLambaro. Pada akhir 2007 IOM mulai menggunakan truk sebagai solusi sementara pada saat bersamaan bekerja sama dengan masyarakat untuk merencanakan sebuah penyaluran air permanen. Akhirnya, mereka bersepakat atas sebuah sumur penampungan air yang lebar, dangkal dan sebuah sistem pipa untuk menyalurkan air ke masing-masing rumah. Sementara itu, IOM telah membangun sebuah tempat penampungan air yang besar dan air bersih disediakan oleh PDAM Tirta Moentala-Lambaro Village Water and Sanitation Committee When the community agreed to participate in the project, they established a Village Water and Sanitation Committee (BPAPL) and started making contributions to the establishment of a permanent water supply. The community took Village Water Committee and Sanitation Ketika masyarakat sepakat untuk berpartisipasi di proyek ini, mereka membentuk sebuah Village Water and Satnitation Committee/VWSC atau Badan The community agreed to participate in the project, they established a Village Water and Sanitation Committee (BPAPL) and started making contributions to the establishment of a permanent water supply. / Masyarakat sepakat untuk berpartisipasi di proyek ini, mereka membentuk sebuah Village Water and Satnitation Committee/VWSC atau Badan Pengelola Air dan Sanitasi Lingkunga (BPAL) dan mulai memberikan kontribusi atas hadirnya sebuah sistem penyaluran air permanen. 25 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. Access to a clean 1 water supply is one of the key factors in promoting durable solutions for people displaced by the tsunami in Aceh. / Akses atas tersedianya air bersih merupakan salah satu kunci utama dalam mengembangkan pemecahan jangka panjang bagi pengungsi korban tsunami di Aceh. 2. The completed well in Eumpee Awee. / Sumur gali Eumpee Awee setelah selesai. 3. At the end of 2007 IOM started using trucks to deliver water as a temporary © IOM Indonesia 2008 solution, while working with the community to plan 2 a permanent water supply. / Pada akhir 2007 IOM mulai menggunakan truk sebagai solusi sementara pada saat bersamaan bekerja sama dengan masyarakat untuk merencanakan © IOM Indonesia 2008 sebuah penyaluran air permanen. 3 4 4. The water from the well is distributed through all water tabs in Eumpee Awee. / Air dari sumur gali sudah mengalir ke setiap water tab di Eumpee Awee © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 26 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 charge as the planner, executor and supervisor of the water supply project. Pengelola Air dan Sanitasi Lingkunga (BPAL) dan mulai memberikan kontribusi atas hadirnya sebuah sistem penyaluran air permanen. Para warga berperan sebagai IOM facilitation ensured that the committee, which comprised seven men and 15 women, including health cadres, gained the capacity it needed to manage the water supply system. BPAPL members were trained in how to manage basic finances and how to manage water treatment. perencana, pelaksana sekaligus pengawas atas proyek penyaluran air ini. Fasilitasi dilakukan IOM untuk memastikan, kepanitiaan yang terdiri dari tujuh laki-laki dan 15 perempuan termasuk diantaranya kader kesehatan ini mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengelola sistem The community also asked to be trained in how to identify disease symptoms in children and simple first aid for children. Other trainings included participatory hygiene and sanitation. penyaluran air. Anggota BPAPL dilatih dalam mengelola pembukuan dasar dan bagaimana merawat perangkat penjernih air. Pencapaian BPAPL BPAPL Achievements Tim The IOM team followed a series of communitybased decision making and activities, during which the BPAPL decided to provide the labour to build the large shallow well. BPAPL subsequently led and coordinated the construction, as well as many hygiene and environmental health activities. kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat, dimana BPAPL The Construction of Shallow Well Pembangunan Sumur Dangkal Collecting ideas from the community, IOM facilitators at first did not believe it was possible to build one shallow well to provide for the water needs of the entire community. The normal size of a shallow well is 80-100cm in diameter and 300-600cm in depth. The actual need was 15,000m3 of water per day, which meant they needed to build a well 230cm in diameter with a depth of 700cm, which was calculated as able to supply 18,000 liters of water per day. fasilitator pada awalnya tidak yakin apakah mungkin mengikuti sejumlah musyawarah dan memutuskan untuk menyediakan tenaga kerja untuk membangun sumur dangkal yang lebar. Lebih jauh BPAPL memimpin dan mengkoordinasikan konstruksi termasuk sejumlah kegiatan berhubungan dengan higienitas dan kesehatan lingkungan. Mengumpulkan masukan dari masyarakat, IOM membangun sebuah sumur dangkal guna memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat atas air. Ukuran normal dari sebuah sumur dangkal adalah diameter 80-100cm dan kedalaman 300-600cm. Kebutuhan air per hari adalah 15.000m3 pembangunan dengan sebuah demikian sumur dibutuhkan dengan diameter 230cm dan kedalaman 700cm yang diperhitungkan dapat mensuplai 18.000 liter air per hari. BPAPL BPAPL conducted meetings with the community about plans to construct such a large well. The result of the meetings was followed up by making a commitment that the well should be built within 21 days and completed by community members. Next, they would install the pipes from well to reservoir, build a pump house and install IOM melakukan masyarakat serangkain tentang pertemuan dengan rencana-rencana untuk membangun sebuah sumur lebar. Hasil dari serangkain pertemuaan itu dilanjutkan dengan membuat komitmen untuk membuat sumur tersebut dalam 21 hari dan diselesaikan oleh anggota masyarakat. Kemudian mereka akan memasang pipa-pipa dari sumur ke tempat penampungan, membangun sebuah rumah Parents started to realize how important it is to wash their hands with soap, especially for their children. / Para orang tua mulai menyadari betapa pentingnya mencuci tangan mereka dengan sabun, khususnya untuk anak-anak. { Pak Edhy Musharwan } BPAPL treasurer / Bendahara BPAPL 27 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 the pump, plaster the floor of the well and set up a fence. pompa dan memasang pompa, melapisi lantai sumur The community of Eumpe Awee has reaped the rewards of the well they constructed and can even share the water for future community building needs. Masyarakat Eumpe Awee telah menikmati hasil dari Bapak Abdul Wahab, a member of the Eumpe Awee community, when asked about the advantages of having a well says: “kamoe jinoe hana masalah lee ngon ie.” (”We will no longer have any problems getting water.”) Bapak Abdul Wahab, seorang anggota masyarakat BPAPL informed to the community about “rules of the game” in order to maintain the sustainabilty of their water supply. They collect a fee for water in the amount of Rp1,000 per cubic meter of water they use. The money collected is allocated mostly for the maintainance of the pump and pipes. They have their own form to write down their usage of water based on what they learnt from their IOM training. BPAPL menjelaskan kepada masyarakat tentang “aturan dan memasang pagar. sumur yang mereka bangun dan bahkan dapat membagi air untuk kebutuhan bangunan-bangunan umum dimasa depan. Eumpe Awee, ketika ditanya tentang keuntungankeuntungan dari sebuah sumur mengatakan: “kamoe jinoe hana masalah lee ngon ie.” (“Kami tidak akan lagi menjumpai masalah untuk mendapatkan air”) main” agar dapat menjaga kelangsungan penyaluran air mereka. Mereka mengumpulkan iuran sebesar Rp1.000 per kubik meter air yang mereka gunakan. Uang yang terkumpul sebagian besar digunakan untuk perawatan pompa dan pipa-pipa. Mereka masingmasing mengisi formulir tentang penggunaan air berdasarkan pelatihan yang diberikan IOM “Alhamdulillah... hingga kini kami belum menjumpai “Alhamdulillah... until now we haven’t found any problems but still we try our best to be better,” says BPAPL leader Pak Zaman, three months into the community running its own water system. masalah apapun namun tentunya kami masih berusaha Hygiene Advisory Pesan-pesan Kesehatan BPAPL Eumpe Awee actively deliver health messages to their community. Every time they have a chance, they will ask their neighbours to help their community become healthy through changing their attidudes and actions – such as not throwing rubbish into the drainage and to participate in gotong royong community selfhelp. Hygiene promotions are also conducted through formal activities such as hand washing with soap demonstrations. BPAPL Eumpe Awee secara aktif menyampaikan pesan- Perhaps the most interesting hygiene promotion tool that BPAPL produced was a movie called Wash Your Hands with Soap. Every local stakeholder Boleh jadi, sarana promosi kesehatan yang palin menarik melakukan yang terbaik,” ujar ketua BPAPL Pak Zaman, masyarakat telah menjalankan sistem penyaluran air ini selama tiga bulan. pesan kesehatan ke anggota masyarakatnya. Disetiap kesempatan, mereka akan meminta tetangga masingmasing untuk membantu menjadikan lingkungan mereka menjadi sehat melalui perubahan perilaku dan tindakan, seperti tidak membuang sampah ke saluran drainase dan berpartisipasi dalam gotong royong. Promosi-promosi kesehatan pun dilakukan melalui sejumlah kegiatan resmi seperti demonstrasi mencuci tangan dengan sabun. yang dihasilkan BPAPL adlah sebuah film berjudul “Cucilah Tanganmu dengan Sabun”. Semua pihak yang 28 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 We had a talk before with the Indonesia Cooperative Boards for Aceh about the plan and we got a green light to develop it into a cooperative. / participated - the community, the health cadre and the local health clinic. berkepentingan terlibat, masyarakat, kader kesehatan “Parents started to realize how important it is to wash their hands with soap, especially for their children,” says BPAPL treasurer Pak Edhy Musharwan, who worked as the film’s cameraman and director. ”Para orang tua mulai menyadari betapa pentingnya BPAPL and Future Plans BPAPL dan Recana-rencana Masa Depan The community realized how important it was to have an organization managing the water supply and hope to develop the BPAPL to become the main organization to assist the village in other areas, not only on water management and environmental issues. Masyarakat menyadari betapa pentingnya untuk memiliki Coordinator of Eumpe Awee housing complex Pak Jamal says that he had discussions with BPAPL to develop it into a cooperative. He received positive feedback from BPAPL. Koordinator perumahan Eumpee Awee Pak Jamal menerima umpang balik yang positif dari BPAPL Sebelumnya kami telah berbicara dengan Badan Koperasi Indonesia untuk Aceh tentang rencana ini dan kami mendapat lampu hijau untuk menjadikannya sebagai sebuah koperasi. “We had a talk before with the Indonesia Cooperative Boards for Aceh about the plan and we got a green light to develop it into a cooperative,” Pak Edhy says. “We plan later that one of the functions will be to save and loan money, with seed money coming from members’ contributions”. “Sebelumnya kami telah berbicara dengan Badan { Edhy Musharwan } Koperasi Indonesia untuk Aceh tentang rencana ini dan BPAPL treasurer / Bendahara BPAPL Water and Sanitation Air dan Sanitasi Access to a clean water supply is one of the key factors in promoting durable solutions for people displaced by the tsunami in Aceh. IOM is currently working with 14,240 such people living in IOM-constructed houses throughout the province. Akses atas tersedianya air bersih merupakan salah satu dan klinik kesehatan setempat. mencuci tangan mereka dengan sabun, khususnya untuk anak-anak,” kata bendahara BPAPL Pak Edy Musharwan yang berkerja sebagai juru kamera dan sutradara film. sebuah organisasi yang mengelola penyaluran air dan berharap untuk mengembangkan BPAPL untuk menjadi organisasi utama yang membantu desa di daerahdaerah lain, tidak hanya tentang manajemen air dan masalah-masalah lingkungan. mengatakan bahwa ia telah berdiskusi dengan BPAPL untuk mengembangkannya menjadi sebuah koperasi. Ia kami mendapat lampu hijau untuk menjadikannya sebagai sebuah koperasi,” ujar Pak Edhy. “Kami berencana bahwa salah satu fungsinya adalah untuk simpan pinjang, dengan uang modal yang berasal dari kontribusi anggota.” kunci utama dalam mengembangkan pemecahan jangka (30 June 2008) panjang bagi pengungsi korban tsunami di Aceh. IOM bekerja sama dengan 14.240 korban selamat tsunami yang tinggal di rumah bantuan IOM diseluruh Aceh. Dengan pendekatan berbasis masyarakat, IOM bekerja With a community-based approach, IOM works with households to form Village Water and Sanitation Committees (VWSC) to maintain water and sanitation systems. sama dengan para keluarga membentuk Komite Penairan The VWSC will not only maintain these systems after the project ends, but will host a variety VWSC dibentuk tidak sekedar untuk memelihara sistem dan Sanitasi Desa atau Village Water and Sanitation Commitee (VWSC) guna memelihara sistem pengairan dan sanitasi. pengairan dan sanitasi setelah proyek ini berakhir, namun (31 October 2008) 29 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 community events to promote hygiene and share skills and knowledge with the wider community. juga mengadakan beragam kegiatan kemasyarakatan The project works in 83 communities in 11 districts of Aceh where IOM built houses for people who lost their homes, people relocated from various affected areas, and people in pre-existing communities. Proyek ini bekerja di 83 kelompok masyarakat di untuk dalam menggalakan perilaku hidup bersih dan berbagi keahlian serta pengetahuan ke khalayak luas. 11 kabupaten di Aceh dimana IOM telah membangun perumahan bagi mereka yang telah kehilangan tempat tinggalnya, masyarakat yang direlokasi dari berbagai daerah yang terkena bencana dan msayarakat yang telah lebih dahulu tinggal. To coordinate progress over such a broad area, IOM developed an innovative monitoring and evaluation system for all areas of the project – from community hygiene promotion to increased access to water and improved sanitation. Untuk mengkoordinasikan kemajuan program yang cukup luas ini, IOM mengembangkan sebuah inovasi sistem pengawasan dan evaluasi atas semua bagian dari proyek ini mulai dari penggalakan kebersihan masyarakat hingga peningkatan akses atas air bersih dan sanitasi. IOM community teams surveyed participating villages in order to create specific solutions for water, drainage and sanitation, hygiene promotion and training. Sejumlah tim IOM melakukan survey atas desa-desa yang terlibat untuk mencari pemecahan khusus untuk masalah air, drainase dan sanitasi, promosi higienitas dan pelatihan-pelatihan. The results of this survey and community mapping of over 1,000 households found that in most areas there is already considerable knowledge of water and sanitation issues, but low practice rates. Project teams use the information to develop tailored solutions for the communities in which they work. Hasil survey dan pendataan atas 1.000 keluarga menunjukkan tingkat pemahaman atas pentingnya air bersih dan sanitasi tergolong tinggi dikebanyakan masyarakat namun tingkat pelaksanaannya tergolong rendah. Tim proyek ini menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan pemecahan alternatif, disesuaikan dengan daerah tempat mereka bekerja. The project further aims to improve village sanitation through construction of drainage systems and improved septic systems for up to 1,413 households. These measures will help to ensure that villages meet Indonesian national standards and reduce potential environmental impact. Proyek ini lebih jauh bertujuan untuk meningkatkan sanitasi desa melalui pemembangunan dan peningkatan sistem septik untuk 1.413 keluarga. Langkah-langkah ini dilakukan untuk memastikan agar desa-desa ini bisa memenuhi standar nasional dan sekaligus mengurangi potensi-potensi dampak buruk pada lingkungan. By the Numbers / Berdasarkan Angka Community Water and Sanitation / Air dan Sanitasi Masyarakat 14,000 Individuals benefit from their improved water supply systems. / Jumlah orang yang menerima sistem penyaluran air yang lebih baik 1,412 Septic systems constructed or improved to national environmental health standards. / Sistem septic yang telah dibangun atau diperbaiki untuk memenuhi standar kesehatan lingkungan nasional 7,000 Individuals reached with hygiene promotions towards healthier communities. / Jumlah orang yang tercakup dalam promosi higienitas menuju masyarakat yang lebih sehat 27,490 Metres of drainage under construction. / Panjang drainase yang dalam proses pembangunan 30 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Livelihood Support Progamme/ Program Dukungan Mata Pencaharian Going Organic Proves Succesful/ Keberhasilan Bertanam Secara Organik At a recent “Aceh Go Organic” exhibition organized in Banda Aceh, IOM invited livelihoods project beneficiaries to showcase their products. The exhibition was opened by Vice Governor of Aceh Province Muhamad Nazar and included traditional dancing, discussion on organic themes and 17 exhibition stands. Pada sebuah pameran berjudul “Aceh Go Organic” Information was shared on a wide range of related topics, including permaculture, soil rehabilitation, organic farming and solid and liquid waste management, with related products on display and for sale. Products available at the IOM-supported stand included organic tomatoes and organic rice from Bireuen, and Eceng Gondok handicraft from Aceh Utara – all supported through a livelihoods project funded by AmeriCares. Liquid pesticide and newlydesigned, smaller bags of organic fertilizer produced by women’s cooperatives supported by IOM, with funding from USAID, were also available. Banyak informasi The organic tomatoes were freshly picked by a farmer and proved popular with the crowd, their taste being superior and sweeter to chemically-grown varieties. The organic rice was also a hit, with many interested in learning more about rice intensification farming and use of organic fertilizer and pesticides. Tomat-tomat organik segar yang dipetik oleh para However, the most popular products were the pillows made from Eceng Gondok – they sold out on the first day of the exhibition. Demand for organic and environmentally-friendly products is clearly growing in Aceh, with positive repercussions for beneficiaries growing and producing these goods. Namun demikian, produk yang paling populer adalah yang diadakan di Banda Aceh, IOM mengundang para penerima bantuan proyek mata pencaharian untuk menampilkan produk-produk mereka. Pameran tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur Propinsi Aceh Muhamad Nazar dan menampilkan tarian tradisional, diskusi dengan tema organik dan 17 bilik pameran. dari berbagai topik terkait dibagi, termasuk permaculture, rehabilitasi tanah, bertani secara organik, serta penanganan limbah padat dan cair, dan penyajian serta penjualan produk yang terkait. Produk yang tersedia di bilik-bilik yang mendapat bantuan dari IOM meliputi tomat organik dan beras organik dari Bireuen, dan barang kerajinan Eceng Gondok dari Aceh Utara – yang kesemuanya merupakan hasil bantuan proyek mata pencaharian yang diberikan oleh AmeriCares. Pestisida cair dan pupuk organik baru yang dikemas dalam kantong-kantong kecil yang diproduksi oleh koperasi wanita dengan bantuan dari IOM, melalui pendanaan dari USAID, juga tersedia. petani sangat digemari pengunjung, karena rasanya yang lebih segar dan manis dibanding dengan tomat yang ditanam mengunakan bahan kimia. Beras organik juga sangat populer, mendorong para pengunjung untuk belajar mengenai intensifikasi sawah dan penggunaan pupuk dan pestisida organik. bantal yang dibuat dengan eceng gondok – seluruh produk tersebut habis terjual pada hari pertama eksibisi. Permintaan akan produk organik dan ramah lingkungan jelas tumbuh pesat di Aceh, dengan dampak positif terhadap para penerima bantuan yang menanam dan memproduksi barang-barang tersebut. The organic tomatoes were freshly picked by a farmer and proved popular with the crowd, their taste being superior and sweeter to chemicallygrown varieties. / Tomat-tomat organik segar yang dipetik oleh para petani sangat digemari pengunjung, karena rasanya yang lebih segar dan manis dibanding dengan tomat yang ditanam mengunakan bahan kimia. 31 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1, 2 & 3. Aceh 1 GO organic exhibition, 14-15 March 2008. / Pameran Aceh GO organic, 14-15 Maret 2008. 4. The organic tomatoes were sought after during the exhibition. / Tomat organik banyak dicari selama pameran. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 32 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM Aceh Livelihoods Programming Program Mata Pencaharian Aceh IOM Supporting the Government with Comprehensive Approaches and DirectAssistance that Benefits Communities Mendukung Pemerintah Melalui Pendekatanpendekatan Menyeluruh dan Bantuan Langsung yang Membawa Manfaat bagi Masyarakat IOM has significant experience in promoting sustainable livelihoods in conflict and disasteraffected regions worldwide. In Aceh, IOM was one of the few agencies present in the province prior to the tsunami, working with local authorities to identify and later address the humanitarian gaps of those displaced by conflict. Since the tsunami, IOM has developed and implemented a range of livelihood support projects to provide immediate and long-term support to those affected by both the conflict and natural disaster. memajukan mata pencaharian secara berkelanjutan di IOM memiliki pengalaman yang mengesankan dalam daerah yang terkena dampak konflik dan bencana di seluruh dunia. Di Aceh, IOM merupakan salah satu dari sedikit badan yang telah di propinsi tersebut sebelum terjadinya tsunami, bekerjasama dengan pemerintah setempat dalam mengidentifikasi dan kemudian menanggulangi kebutuhankebutuhan bantuan kemanusiaan penduduk yang harus mengungsi akibat konflik. Sejak terjadinya tsunami, IOM telah mengembangkan dan menerapkan serangkaian proyek bantuan mata pencaharian guna menyediakan bantuan secara langsung maupun jangka panjang bagi mereka yang dirugikan oleh konflik maupun bencana lama. Access to Micro-Finance for Women The project to assess the needs of those displaced by conflict was initiated in 2004, with funding from USAID, and rapidly evolved in response to the tsunami. It later returned to the findings of the original assessment, which recognized that the destruction of livelihoods, and women’s changing roles therein, were a priority. IOM noted that women in Aceh often lacked access to information and capital, restricting their capacity to establish and expand their enterprises and support their families. Akses bagi Pembiayaan Mikro bagi Wanita Proyek yang meneliti kebutuhan warga yang mengungsi akibat konflik diluncurkan pada 2004, dengan pendanaan dari USAID, dan berkembang secara pesat terutama setelah bencana tsunami. Proyek ini kemudian kembali memberikan perhatian atas temuan-temuan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dengan menyadari bahwa hancurnya bentuk-bentuk mata pencaharian, serta peran wanita yang mengalami perubahan, merupakan sebuah prioritas. IOM melihat perempuan di Aceh seringkali kurang mendapat akses terhadap informasi dan modal, yang membatasi kemampuan mereka dalam menciptakan dan memperluas IOM has since supported 19 communities to establish female-managed savings and loan cooperatives, located in 14 districts of the province, with membership currently numbering 3,8381 women. IOM has adapted a model developed by a successful East Javanese women’s secondary cooperative whose approach is focused on the empowerment of women. usaha mereka dan membantu keluarga mereka. IOM sejak itu telah membantu 19 kelompok masyarakat untuk mendirikan koperasi wanita simpan pinjam, di 14 kabupaten dalam propinsi tersebut, dimana keanggotaan koperasi saat ini telah mencapai 3.8381 wanita. IOM telah mengadaptasi sebuah model yang dikembangkan oleh sebuah koperasi Jawa Timur yang pendekatannya berfokus pada pemberdayaan wanita. The cooperatives enable increased and sustained access for women from low-income rural households to financial services, including access to loans to establish or expand businesses, as well as savings services, thereby contributing to the reduction of poverty and increasing income levels at the household level. Koperasi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan dan kesinambungan akses terhadap layanan-layanan keuangan, termasuk akses terhadap pinjaman dalam rangka memperluas usaha, disamping layanan-layanan tabungan bagi perempuan yang berasal dari keluarga pedesaan dengan penghasilan rendah, dengan demikian memberi kontribusi terhadap pengurangan kemiskinan dan peningkatan tingkat IOM, together with its partners, has provided the cooperatives with initial start-up capital and continues to provide technical support through 1 As of June 2008 / Pada bulan Juni 2008 pendapatan di tataran rumah tangga. IOM bersama dengan para mitranya, telah menyuntik The cooperatives enable increased and sustained access for women from lowincome rural households to financial services. / Koperasi tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan dan kesinambungan akses terhadap layananlayanan keuangan. 33 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 a series of training activities, monitoring and mentoring. The Aceh Reconstruction and Rehabilitation Agency (BRR) and the Department of Cooperatives have also directly provided loan capital to several cooperatives, with the latter also playing a role in monitoring and supporting cooperative development. As of June 2008, over IDR10,000,000,000 (over one million US dollars) had been issued in just over 7,000 loans. modal awal ke dalam koperasi-koperasi tersebut dan terus memberikan bantuan teknis melalui serangkaian kegiatan pelatihan, monitoring dan mentoring. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR) serta Departemen Koperasi juga telah memberikan bantuan modal secara langsung kepada beberapa koperasi, dimana mereka juga memainkan peran dalam monitoring dan membantu pengembangan koperasi. Pada bulan Juni 2008, lebih dari Rp10.000.000.000 (lebih dari satu juga dollar AS) telah diberikan melalui 7.000 pinjaman. Pada bulan Juni 2008, koperasi wanita (kopwan) yang In June 2008, the first legally registered secondary women’s cooperative in Aceh officially opened its doors to women and the wider public. The secondary cooperative, named Puskopwan Atjeh, was established with IOM support by five of the primary women’s cooperatives, and provides a range of services for its members such as capacity building and technical support, acting as a liaison in the provincial capital, and networking with potential funding sources to enhance access to loans for women in Aceh. IOM continues to provide a range of support services to Puskopwan Atjeh, which currently has 3,838 primary women’s cooperative members. pertama terdaftar secara sah di Aceh membuka usahanya kepada wanita dan masyarakat secara luas. Koperasi sekunder tersebut, yang dinamakan Puskopwan Atjeh, didirikan dengan bantuan IOM oleh lima kopwan primer, dan memberikan serangkaian layanan kepada para anggotanya seperti pengembangan kapasitas dan bantuan teknis, bertindak sebagai penghubung di ibukota propinsi, serta jaringan kerja dengan sumber pendanaan potensial guna meningkatkan akses terhadap pinjaman bagi wanita di Aceh. IOM terus bekerja untuk memberikan serangkaian layanan bantuan kepada Puskopwan Atjeh, yang saat ini memiliki 3.838 anggota wanita. Bantuan Tsunami Dengan pendanaan dari AmeriCares, IOM menyelesaikan Tsunami Response With funding from AmeriCares, IOM completed a two-year project in spring 2008, which provided business and skill training, livelihoods material inputs and construction of complementary smallscale infrastructure to 3,350 direct beneficiaries, with an additional estimated 10,000 indirect beneficiaries, in tsunami-affected communities along the east coast of Aceh. sebuah proyek berdurasi dua tahun pada musim semi 2008, yang menyediakan pelatihan usaha dan keterampilan, materi mata pencaharian, serta konstruksi infrastruktur pelengkap berskala kecil kepada 3.350 penerima bantuan, dengan sekitar 10.000 penerima manfaat secara tidak langsung, di masyarakat-masyarakat korban tsunami di pantai timur Aceh. Masyarakatyangmenjaditargetbantuaniniadalahmasyarakat dimana tempat tinggalnya dibangun oleh IOM. Sejalan dengan sektor pekerjaan utama di Aceh, 80% dari pihak Target communities were those in which IOM constructed homes. In line with the major employment sectors in Aceh, 80% of those assisted were engaged in either agriculture or fisheries. However, support was also provided to those active in home industries, waste management, trade and services, demonstrating the diversity of sectors that were supported by the project, and a reflection of the urban and rural environments in which the project operated. yang menerima bantuan berusaha di bidang pertanian atau perikanan. Namun, dukungan juga diberikan bagi mereka yang aktif dalam industri rumah, penanganan limbah, dagang dan jasa, yang menunjukkan keanekaragaman sektor dalam proyek ini, serta pencerminan lingkungan perkotaan dan pedesaan dimana proyek tersebut berlangsung. Bahan mata gamblang yang bahwa, diberikan secara bantuan-bantuan pertanian yang signifikan, seperti bibit dan peralatan, mengacu The livelihoods material distributed also reflect this breakdown, with significant agricultural inputs, such as seeds and tools, and a strong pencaharian menjelaskan pada pendekatan-pendekatan organik. Perhatian khusus diletakkan pada pengenalan teknikteknik intensifikasi sawah, dimana lebih dari 900 petani padi telah menerima pelatihan dan sebagian besar 34 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 emphasis on organic approaches. Particular emphasis was placed on the introduction of Rice Intensification Farming techniques, with over 900 rice farmers trained in this approach, and the majority utilizing organic fertilizer and noting higher yields. menggunakan pupuk organik dan telah menghasilkan panen yang lebih tinggi. Mata Pencaharian Membantu Program Psikososial Dengan pendanaan dari Bank Dunia, IOM saat ini menguji hipotesa bahwa program mata pencaharian Livelihoods to Support Psychosocial Programming dan kesehatan mental memiliki efek interaktif yang besar With funding from the World Bank, IOM is currently testing the hypothesis that livelihood and mental health programming have powerful interactive effects on each other, particularly in post-conflict settings. konflik. satu sama lainnya, khususnya dalam lingkungan pasca- Tingkat depresi, gangguan stress pasca-trauma (posttraumatic stress disorder), cidera di kepala serta psikosis akut seringkali cukup tinggi di antara penduduk yang telah mengalami kekerasan traumatis tingkat tinggi, Levels of depression, post-traumatic stress disorder, traumatic head injuries and acute psychoses are often quite high in populations that have suffered high levels of traumatic violence, thus it is plausible that providing livelihood support and training to mentally ill individuals will increase the effectiveness of mental health interventions. sehingga sangat dimungkinkan bahwa penyediaan bantuan mata pencaharian dan pelatihan kepada para individu yang mengalami gangguan kejiwaan akan meningkatkan efektifitas intervensi kesehatan mental. Memberikan akses terhadap pekerjaan merupakan intervensi psikososial yang paling besar dimana tersedianya struktur kegiatan, meningkatnya motivasi Providing access to work can be among the most powerful psychosocial interventions, providing daily structure, increasing motivation and feelings of selfworth, reintroducing individuals to social life, and reducing stigma associated with mental illness. dan perasaan harga diri, mengembalikan para individu ke kehidupan sosial, dan menekan stigma yang diasosiasikan dengan gangguan jiwa. Bekerjasama dengan Harvard Medical School, unit mata pencaharian IOM melakukan upaya bersama unit In collaboration with the Harvard Medical School, IOM’s livelihoods unit is working with IOM’s health unit, adding a livelihood development component to an existing IOM mental health treatment programme. kesehatan IOM, yang menghasilkan sebuah komponen pengembangan mata pencaharian terhadap program penanganan kesehatan jiwa yang sudah dilakukan oleh IOM. Unit kesehatan IOM saat ini menangani 1.000 pasien di IOM’s health unit is working with 1,000 patients in villages in Bireuen and Aceh Utara districts, providing direct assistance as well as building the capacity of local health services and strengthening the relationship between government services and local communities, to continue interventions as the project develops. beberapa desa di Bireuen dan Aceh Utara, memberikan bantuan langsung disamping mengembangkan kapasitas layanan kesehatan setempat dan memperkuat hubungan antara layanan pemerintah dan masyarakat setempat, dalam rangka melanjutkan intervensi dengan berkembangnya proyek tersebut. Unit mata pencaharian IOM memberikan bantuan bagi IOM’s livelihoods unit is working with 200 of these patients, most of whom live in impoverished communities and earn less than US$100 per month, helping them to identify livelihoods opportunities. The project will provide relevant business and/or skills training as well as material inputs to help patients develop or expand businesses. 200 dari jumlah keseluruhan pasien tersebut dengan mengidentifikasi peluang-peluang mata pencaharian karena sebagian besar dari mereka hidup di lingkungan miskin dan berpenghasilan kurang dari AS$100 per bulan. Proyek tersebut akan menyediakan pelatihan usaha dan/atau keterampilan, disamping masukan-masukan material guna membantu pasien mengembangkan atau memperluas usaha mereka. Providing access to work can be among the most powerful psychosocial interventions... / Memberikan akses terhadap pekerjaan merupakan intervensi psikososial... 35 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM Restores Micro- and Small Businesses in EarthquakeAffected Yogyakarta and Central Java IOM Membantu Pemulihan Perekonomian Masyarakat Korban Gempa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Java Reconstruction Fund ‘Java Reconstruction Fund’ As part of the its ongoing assistance to the recovery of livelihoods and business in earthquakeaffected Yogyakarta and Central Java, IOM launched a project financed by the Java Reconstruction Fund (JRF) aimed at assisting the restoration of 3,000 micro- and small enterprises (“MSE”) in the region. Sebagai bagian dari dukungan IOM atas pemulihan The project aims to enable affected businesses to regain their operating capacity by enhancing access to finance and providing technical assistance. It consists of four main components: asset replacement; access to finance; assistance for market access; technical assistance. Tujuan dari program ini adalah membuat usaha yang matapencaharian dan bisnis di daerah yang terkena dampak gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah, IOM baru saja memulai sebuah program yang didanai oleh ‘Java Reconstruction Fund’ (JRF). Program ini dibentuk untuk mendampingi pemulihan 3.000 usaha mikro dan kecil di wilayah tersebut. terkena dampak gempa untuk meraih kembali kapasitas operasional mereka dengan menyediakan akses terhadap keuangan dan penyediaan pendampingan teknis. Program ini terdiri dari empat komponen pendampingan utama: Penggantian Aset; Akses terhadap keuangan; Pendampingan terhadap Akses Pasar; Pendampingan Its objectives are to: • Kick-start MSEs by restoring basic production facilities, replacing livelihood equipment and rebuilding damaged community infrastructure. • Assist MSEs in accessing finance for fixed and working capital investments. • Strengthen financial management and entrepreneurship skills of MSEs in order to facilitate a long-term recovery that takes into account pre-earthquake capacity deficits. • Assist MSEs to recover lost buyers and restore markets through a series of market promotion initiatives. Teknis. Program ini bertujuan untuk : • Pendampingan terhadap usaha mikro dan kecil dengan memperbaiki infrastruktur desa dan fasilitas produksi dan mengganti asset mata pencaharian; • Mendampingi para pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengakses keuangan sehingga mereka dapat memulai kembali kegiatan usaha. • Memperkuat manajemen keuangan dan keterampilan usaha mikro dan kecil sekaligus memfasilitasi pemulihan jangka panjang yang tahan lama; • Mendampingi para pelaku usaha mikro dan kecil untuk memulihkan kembali jumlah pembeli dan mengembalikan The 27-month project started in March 2008 under a retroactive-financing agreement and was signed in October 2008 by IOM, the Government of Yogyakarta Special Province and the World Bank acting as administrator of the grant funds under the JRF. pasar melalui beberapa inisiatif promosi pemasaran; Program berjangka 27 bulan yang dimulai pada Maret 2008 ini, berada di bawah persetujuan keuangan yang retroaktif dan telah disetujui pada 7 Oktober 2008 antara IOM, Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bank Dunia yang berperan sebagai administrator The signature of the agreement enabled IOM to launch community engagement activities in selected villages across the region in order to identify businesses in need of support and formulate appropriate interventions. bagi pendanaan utama yang dilakukan di bawah JRF. Penandatanganan persetujuan ini memungkinkan IOM untuk memulai kegiatan pendampingan masyarakat di desa terpilih yang tersebar di area tersebut, guna mengidentifikasi bisnis yang memerlukan bantuan dan membuat invervensi yang sesuai. ”The aim of the IOM-JRF Livelihood Project is aligned with the Provincial Government’s reconstruction and development policy, which is to assist communities and small business to ” Inti program IOM-JRF ini adalah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah DIY, yaitu membantu masyarakat/ UKM agar mampu meningkatkan kemampuan mereka 36 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 increase their capacity to grow and generate income,“ says Bayudono, the Head of the Office for Settlement and Regional Infrastructure, Special Region of Yogyakarta. dalam berusaha, ” demikian menurut Ir. Bayudono, M.Sc, Kepala Dinas Kantor Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Provinsi DIY. Merujuk pada dimulainya aktivitas pendampingan Prior to the start of community engagement activities in October, IOM completed an assessment phase, which collected detailed data from all 837 villages in Yogyakarta and Central Java. masyarakat pada Oktober, IOM telah menyelesaikan Some 30 villages severely devastated by the earthquake, which had received no previous livelihood support and demonstrated high poverty levels were assessed by IOM teams. In coordination with local Government, 14 of these villages were subsequently selected for intervention. IOM will start implementing assistance to MSEs in these villages in early 2009. Melalui penilaian oleh tim lapangan IOM, didapatkan tahap pertama komponen penilaian dari Program yang mengumpulkan data lengkap atas 837 desa yang terkena dampak gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah. 30 desa yang paling parah terkena dampak gempa, yang belum menerima pendampingan ‘livelihood’ apapun dan memperlihatkan tingkat kemiskinan yang tinggi. Melalui koordinasi dengan pemerintah, 14 desa diantaranya terpilih menjadi sasaran pelaksanaan / program. IOM akan melaksanakan pendampingan Program ini bekerja sama dengan mitra lokal untuk memastikan bahwa kegiatan ini berkelanjutan dan mampu memberikan manfaat jangka panjang untuk usaha mikro dan kecil untuk bangkit kembali. kepada usaha mikro dan kecil di desa-desa tersebut pada awal 2009. Working with Partners to Create Lasting Impact The project works with local partners to ensure that activities are carried on beyond the life of the project and have a lasting impact on the ability of micro- and small enterprises to recover. Bekerjasama dengan Mitra untuk Menciptakan Manfaat Berkelanjutan Program ini bekerja sama dengan mitra lokal untuk memastikan bahwa kegiatan ini berkelanjutan dan mampu memberikan manfaat jangka panjang untuk usaha mikro dan kecil untuk bangkit kembali. IOM has partnered with the Yogyakarta chapter of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (KADIN-DIY) which will help IOM to provide capacity building and market access for beneficiaries. Local NGOs, training providers and research institutions will also play a key role, assisting IOM in capacity building, market studies and environmental impact assessments. IOM bermitra dengan KADIN (Kamar dagang dan Industri) cabang Yogyakarta yang akan membantu IOM dalam menyediakan pelatihan peningkatan kapasitas dan akses pasar bagi penerima bantuan. LSM lokal, para penyedia pelatihan dan institusi penelitian juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan program dengan membantu IOM melalui peningkatan kapasitas, analisa pasar dan analisa dampak lingkungan IOM has also established a partnership with the state-owned financial sector development company PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) to channel loans through local participating Micro Finance Institutions (MFIs). Lebih lanjut, IOM telah menjalin kerja sama dengan perusahaan pengembangan sektor keuangan milik negara PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk jalur pinjaman melalui partisipasi lokal Institusi Keuangan Mikro (MFI). Dana disalurkan melalui PNM The funds channeled through PNM and MFIs will be recycled and will continue to support earthquake-affected businesses and other disaster relief and preparedness activities in the region for a period of ten years. This will build lasting capacity in the region to deal with future disasters. The project works with local partners to ensure that activities are carried on beyond the life of the project and have a lasting impact on the ability of micro- and small enterprises to recover. dan MFI yang akan terus diputar dan membantu usaha yang terkena dampak gempa serta kegiatan kesiapsiagaan bencana di area tersebut untuk periode sepuluh tahun. Dengan demikian kapasitas daerah itu menghadapi kemungkinan bencana di masa depan dalam jangaka waktu panjang akan terbangun. 37 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 By the Numbers / Berdasarkan Angka Aceh / Aceh 3,687 Female members of IOM-assisted women’s cooperatives (Kopwan). / Jumlah anggota perempuan Kopwan yang dibantu IOM 8,086 Loans issued by Kopwan. / Jumlah pinjaman yang diberikan Kopwan 3,137 Kopwan members who are repeat borrowers. / Jumlah anggota Kopwan yang berulang kali meminjam 1,287 Kopwan members who failed to repay their loans on time. / Jumlah anggota Kopwan yang gagal membayar pinjaman tepat waktu 3,350 Households that have received material assistance to develop their businesses. / Jumlah keluarga yang telah menerima bantuan material untuk membangun bisnisnya 2,670 Beneficiaries who have participated in business education training. / Penerima bantuan yang telah berpartisipasi dalam pelatihan pendidikan bisnis 3,341 Beneficiaries who have participated in variety of skill training. / Penerima bantuan yang telah berpartisipasi dalam beragam pelatihan keahlian 15 Government officials who received advanced training in polyculture, rice intensification or agro-enterprise. / Pejabat pemerintah yang telah menerima pelatihan tingkat mahir dalam ‘polyculture’, intensifikasi padi atau perusahaan agro 619 Rice farmers benefiting from new pumps and irrigation system in Aceh Utara. / Petani-petani padi yang menerima keuntungan dari pompa-pompa baru dan sistem irigasi di Aceh Utara 167 Rice farmers benefiting from new irrigation canal in Pidie. / Petani-petani padi yang menerima keuntungan dari saluran irigasi baru di Pidie Yogyakarta & Central Java / Yogyakarta & Jawa Tengah 3 30,000 60 (31 October 2008) Roof tile and brick factories constructed. / Jumlah pabrik genteng dan batu bata yang telah dibangun Maximum number of roof tiles produced each month by each roof tile factory. / Jumlah maksimum genteng yang diproduksi oleh pabrik genteng setiap bulan Beneficiaries registered as members in roof tile cooperatives (for all factories). / Jumlah penerima bantuan yang terdaftar sebagai anggota dalam tiap koperasi genteng untuk 3 pabrik 132 Micro- and small enterprises supported with capacity building, market access and productive asset replacement. / Jumlah usaha kecil dan menengah yang mendapat bantuan pelatihan, akses pasar dan penggantian aset produktif 314 Earthquake-affected producers directly benefiting from the project. / Jumlah perajin terkena dampak gempa yang langsung menerima manfaat dari program 2 3,933 206 Earthquake-affected business premises rebuilt. / Jumlah usaha yang hancur akibat gempa dan telah dibangun kembali oleh IOM Bamboo sticks distributed to assist bamboo crafters. / Jumlah bambu yang didistribusikan untuk membantu perajin bambu Beneficiaries trained in technical crafting skills. / Jumlah penerima bantuan yang mendapat pelatihan teknik keterampilan kerajinan 38 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Recycling Materials for a Better Future/ Mendaur Ulang untuk Masa Depan yang Lebih Baik “Pak Jack”, that is how he is known to his neighbours in Punge Blang Cut, in Aceh Besar. The 42 year old has been in the waste collecting business for a long time, regularly collecting waste in his village and earning a steady income. Although his occupation may be embarrassing for some, Pak Jack doesn’t feel that way. “I will do any job as long as long as it is legal under Islamic law,” he says. “Pak Jack”, sebagaimana dirinya dikenal oleh tetangganya di Punge Blang Cut, di Aceh Besar. Pria berusia 42 tahun ini telah menggeluti pekerjaan memungut barang bekas sejak lama, secara teratur mengumpulkan barang di desanya dan memperoleh penghasilan yang stabil. Walau pekerjaan ini mungkin memalukan bagi beberapa orang, Pak Jack tidak merasa demikian. “Saya mau mengerjakan pekerjaan apa saja asal halal,” katanya. Ketika tsunami terjadi, ia kehilangan 12 ton barang During the Tsunami though, he lost 12 tons of painstakingly collected waste material and IDR180,000,000 worth of equipment – some purchased with loans from friends. bekas yang telah dikumpulkannya dengan susah payah dan peralatan senilai Rp.180.000.000 – beberapa dibelinya dengan pinjaman dari teman. “Saya hampir menjadi gila,” ingatnya. “Anak saya yang “I almost went mad,” he remembers. “My 18month-old son was taken by the Tsunami; four hours later I found the body.” berusia 18 bulan hilang ditelan tsunami; empat jam kemudian saya menemukan jenazahnya.” Untungnya, isteri dan dua anaknya yang lain selamat Fortunately, his wife and two other children survived because they were not in the house. But most of his relatives, including in-laws, mother and sister, were taken by sea and their bodies never found. karena sedang tidak berada di rumah. Namun banyak anggota keluarganya, termasuk mertua, ibu dan kakak perempuannya hanyut oleh ombak dan jenazah mereka tidak pernah ditemukan. Setelah musibah tersebut Pak Jack, beserta anggota Pak Jack, along with the rest of his family and neighbours, evacuated to Lambaro and lived in tents after the disaster. Here he met his cousin and together they started collecting the debris from the Tsunami. When he heard that IOM were building houses for Tsunami survivors, Pak Jack registered. “Alhamdulliah, I finally keluarga lainnya dan tetangganya, mengungsi ke Lambaro dan hidup di bawah tenda. Di sini ia bertemu dengan sepupunya dan bersama-sama mereka mulai mengumpulkan puing yang ditinggalkan tsunami. Kami mendengar IOM membangun rumah bagi korban tsunami, Pak Jack mendaftarkan diri. “Alhamdulillah saya akhirnya menerima rumah di desa Tingkeum, Aceh Besar.” During the Tsunami though, he lost 12 tons of painstakingly collected waste material and IDR180,000,000 worth of equipment – some purchased with loans from friends. / Ketika tsunami terjadi, ia kehilangan 12 ton barang bekas yang telah dikumpulkannya dengan susah payah dan peralatan senilai Rp.180.000.000– beberapa dibelinya dengan pinjaman= dari teman. © IOM Indonesia 2008 39 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 received a house in Tingkeum village, Aceh Besar”. Pak Jack dan sepupunya meminta peralatan dari IOM untuk mendukung usaha baru mereka termasuk timbangan dan alat-alat pemotong sehingga barang- Pak Jack and his cousin requested equipment from IOM to support their new business, including scales and cutting tools so that the waste could be cut and packed before delivery to an agent. With a loan and available tools, they restarted the business. barang bekas dapat dipotong dan dikemas sebelum dikirim ke seorang agen. Dengan pinjaman dan peralatan yang ada, mereka memulai kembali usahanya Apakah dukungan mata pencaharian telah membantu? “Tentu saja!”, kata Pak Jack. “Pendapatan saya sekarang bagus.” Did the livelihoods support help you? “Of course it did!” says Pak Jack. “My income now is good.” “Sebelum saya memiliki alat-alat potong, saya harus menyewa peralatan dengan biaya Rp. 150.000 per hari, jadi sedikit keuntungan bagi saya. Dan timbangan “Before I had the cutting tools, I had to rent the equipment for IDR150,000 for one day, so there was little left for me. And the small scales I had could only load a few items. saya yang kecil hanya memungkinkan saya untuk menimbang sedikit barang.” “Dengan peralatan baru, kami tidak perlu menyewa apa-apa. Bahkan, saat ini kamilah yang menyewakan “With the new tools we do not have to rent anything. Actually, we are now the ones renting tools to others. We also work more efficiently with the bigger scales so we not only save money but also make more money from renting the equipment.” peralatan kepada orang lain. Kami juga bekerja secara lebih efisien dengan timbangan yang lebih besar ini, sehingga kami tidak hanya menghemat uang, tapi juga menghasilkan uang dengan menyewakan peralatan.” Selain itu, Pak Jack membeli besi bekas dengan Among others, Pak Jack buys metal for Rp1,800 per kilogram and, after cutting it into smaller pieces, sells it on for IDR2,000 per kilogram. In one day, Pak Jack can collect 300 to 400 kilograms of waste and make a profit of between IDR100,000 and 200,000 per day. harga Rp.1.800 per kilogram dan, setelah memotongmotongnya menjadi bagian-bagian kecil, menjualnya seharga Rp.2.000 per kilogram. Pada satu hari Pak Jack dapat mengumpulkan 300 hingga 400 kilogram barang bekas dan mendapatkan keuntungan antara Rp.100.000 and Rp.200.000 per hari. “With the new tools we do not have to rent anything. Actually, we are now the ones renting tools to others.” / “Dengan peralatan baru, kami tidak perlu menyewa apa-apa. Bahkan, saat ini kamilah yang menyewakan peralatan kepada orang lain. “ © IOM Indonesia 2008 40 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 A New Income from Salted Eggs/ Penghasilan Baru dari Telur Asin Ibu Anisyah received livelihood support from IOM to start a business producing salted duck eggs from her home in Kampong Baro, in Bireuen. She previously worked as a labourer in the rice fields, with daily wages of only IDR10,000 per day – sufficient to cover only the most basic expenses. To supplement this income, she wove pandanus leaf mats which she sold at the local market. Ibu Anisyah menerima bantuan mata pencaharian dari IOM untuk memulai usaha memproduksi telur bebek asin di tempat tinggalnya di Kampong Baro, Bireuen. Sebelumnya ia bekerja sebagai buruh sawah, dengan gaji sebesar Rp.10.000 per hari – hanya cukup untuk menutup kebutuhan hidup dasar. Untuk menambah penghasilan, ia merajut tikar pandan yang dijualnya di pasar setempat. Namun dengan bertambahnya usia, ia tidak mampu However, as she grows older she is less able to work in the field, so she sought an alternative livelihood to support herself and her mother, who is often ill and needs constant care. lagi bekerja di sawah, sehingga ia mencari sumber After she received 1,500 eggs from IOM, along with the buckets and other necessary materials, she started her salted egg business. After a short time she earned a reputation within the community and was soon producing salted eggs in batches of 600 or 800, which she sells either from her home or at the market. Setelah menerima 1.500 butir telur dari IOM, beserta penghasilan tambahan untuk menopang hidup diri dan ibunya, yang sering jatuh sakit dan membutuhkan perawatan. ember dan bahan-bahan kebutuhan lainnya, ia memulai usaha telur asinnya. Dalam waktu singkat, ia menjadi terkenal di masyarakat setempat dan tidak lama kemudian mampu memproduksi telur asin sebanyak 600 atau 800 dalam sekali waktu, yang ia jualnya di rumah atau di pasar. Anisyah started her salted egg business after receiving 1,500 eggs from IOM along with the buckets and other necessary materials. / Anisyah memulai bisnis telur asinnya setelah menerima bantuan dari IOM sebanyak 1.500 butir telur dengan keranjang dan bahanbahan pendukunglainnya © IOM Indonesia 2008 41 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 As she is illiterate, she asks her buyers to write down the number of eggs they buy and the money they pay. It is a system based on trust and although some people have been dishonest, these are very few. Ibu Anisyah uses this record as her own book-keeping. Profit margins are tight, with Ibu Anisyah earning only IDR100 per egg sold, although she always sells out. She continues to supplement her income with mat weaving, making one high-quality mat every one or two months. Karena dirinya buta huruf, ia meminta pembeli untuk In early 2008, she asked IOM for a pushcart to help her deliver her eggs to the market. Recognizing the lack of transportation as a hindrance and willing to support her dedication, IOM provided the cart she requested. Pada awal 2008, ia meminta IOM sebuah kereta dorong Ibu Anisyah continues to work hard and, with the income she earns, she can now pay for the medical care her mother needs. She has even earned enough to start saving some money. “I have my own bank account now,” she grins. Ibu menulis banyaknya telur yang mereka beli dan uang yang mereka bayar. Sistem ini didasarkan pada kejujuran, dan walau beberapa orang telah tidak jujur, namun hal tersebut sangat jarang terjadi. Ibu Anisyah menggunakan catatan tersebut sebagai pembukuannya. Laba yang diperoleh sangat tipis, dengan Rp.100 untuk setiap telur yang dijual, walau mereka selalu habis terjual. Ia terus menambah penghasilan dengan merajut tikar, dengan memproduksi satu tikar setiap satu atau dua bulan. untuk membantunya membawa telur asin ke pasar. Dengan menyadari kekurangan transportasi sebagai hambatan dan dengan niat untuk mendukung dedikasinya, IOM menyediakan kereta yang dimintanya. Anisyah pendapatannya, terus ia bekerja keras sekarang dan, dapat dengan membiayai pengobatan yang dibutuhkan ibunya. Ia bahkan telah dapat menabung. “Saya sekarang sudah punya tabungan di bank,” katanya dengan senyum. Ibu Anisyah making salty eggs. / Ibu Anisyah membuat telur asin. © IOM Indonesia 2008 42 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Women Leading the Way in Rebuilding Livelihoods/ Wanita Memimpin Pembangunan Mata Pencaharian Ibu Cekwan was one of the first members of Kopwan Putro Ijo. Like so many others, she lost her home in the Tsunami but feels lucky that she and her husband survived the devastation. Soon after the disaster, she found a temporary home in a government-constructed barracks, located just outside of Meulaboh, where she continues to live while her new home is being built. Ibu Cekwan adalah salah satu anggota Kopwan Putro Within a year of the Tsunami, a group of women established a women’s cooperative with support from IOM. Ibu Cekwan recalls that some of the men complained, asking why the Kopwan was only for women when the men were the heads of the household. But these complaints were soon quelled as more and more women joined the Kopwan and loans were issued. Dalam waktu satu tahun setelah tsunami, sekumpulan Ibu Cekwan herself obtained a loan, borrowing IDR 2,000,000 which she used to expand the door-to-door clothes-selling business which she operated from her small barracks room. Business was good as her clients liked the possibility of buying clothes in their own homes and repaying their credit over time. Ibu Cekwan sendiri telah mendapatkan pinjaman Ijo. Seperti penduduk lainnya, ia kehilangan rumahnya saat tsunami, namun merasa beruntung bahwa diri dan suaminya selamat dari malapetaka. Tidak lama setelah musibah tersebut untuk sementara waktu, ia tinggal dalam barak yang didirikan pemerintah di luar Meulaboh, dimana ia hidup sembari menunggu rumah barunya dibangun. wanita mendirikan sebuah koperasi wanita dengan bantuan dari IOM. Ibu Cekwan bercerita bahwa beberapa pria mengeluh, mengapa Kopwan hanya untuk wanita sedangkan kepala rumah tangga adalah para pria. Namun keluhan-keluhan tersebut tidak lama disuarakan dengan semakin banyaknya wanita yang menjadi anggota dan pinjaman diberikan. sebesar Rp 2.000.000, yang telah digunakannya untuk memperbesar usaha penjualan baju keliling yang dimulainya berkembang dari dalam karena kamar para barak. pelanggannya Usahanya senang mendapatkan kesempatan untuk membeli baju di dalam rumah mereka dan membayarnya dengan mencicil. NOT YET Ibu Cek Wan with the clothes for sale. / Ibu Cek Wan dengan baju-baju dagangannya. © IOM Indonesia 2008 43 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 A university graduate in economics, Ibu Cekwan was elected treasurer of the Kopwan, although she still needs to meet with her group and gain their approval before she can apply for each loan. Dengan menyandang gelar sarjana ekonomi, Ibu Cekwan diangkat sebagai bendahara Kopwan, walau dirinya tetap harus bertemu dengan para anggota dan mendapatkan persetujuan mereka sebelum bisa mendapatkan pinjaman. Ibu Cekwan dengan tekun memelihara catatan keuangan Ibu Cekwan diligently keeps the group’s financial records, which allows her to monitor profits and plan purchases and loan repayments. Since her initial loan she has taken two more, which she used to further invest in her own business – such as the recent purchase of a motorcycle to expand and expedite her deliveries to a wider area. kelompok, yang memungkinkannya untuk memantau Her husband has been supportive throughout. He initially suggested that she open a clothing shop in the market but Ibu Cekwan analyzed the options and decided that door-to-door sales were much more profitable. Suaminya sangat mendukung usahanya. Ia telah “The Kopwan enables women to show that they can contribute too and are not just waiting for the men to earn an income,” Ibu Cekwan says proudly. “Kopwan memungkinkan wanita untuk menunjukkan laba dan merencanakan pembelian dan pelunasan pinjaman. Sejak pinjaman pertama yang diambilnya, Ibu Cekwan telah melakukan dua pinjaman lagi, yang ia gunakan untuk berinvestasi dalam usahanya – seperti untuk pembelian sebuah sepeda motor untuk memperluas dan mempercepat pengiriman barang ke tempat-tempat yang lebih jauh. menyarankan agar Ibu Cekwan membuka sebuah toko baju di pasar, namun setelah menimbang peluang tersebut Ibu Cekwan memutuskan bahwa penjualan secara keliling lebih menguntungkan. bahwa mereka juga dapat mendatangkan penghasilan dan tidak hanya menunggu pria untuk mendapatkan penghasilan,” kata Ibu Cekwan dengan bangga. Cek Wan member of ‘kopwan Putro Ijo’. / Cek Wan anggota kopwan Putro Ijo. © IOM Indonesia 2008 44 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Making a Living out of Reconstruction / Mendapat Nafkah dari Rekonstruksi Since Ibu Surajinah became a widow, she has lived and worked in Bantul to earn enough money to feed, clothe and shelter the three members of her family. Sejak Ibu Surajinah menjadi seorang janda, ia bekerja Prior to the earthquake in Yogyakarta on May 27, 2006, like many others in her community, she made about 150 traditional foot press tiles a day. This generated a meager and unpredictable income to support her family. Sebelum terjadinya gempa di Yogyakarta pada tanggal When the earthquake severely damaged the firing kilns used to produce the tiles, she and her neighbours lost most of their income and the equipment they needed to continue small-scale tile production. Ketika gempa bumi mengakibatkan kerusakan berat pada di Bantul untuk mencari pendapatan untuk memberi makan, membeli pakaian dan menyediakan atap bagi tiga anggota keluarganya. 27 Mei 2006, seperti banyak orang lainnya di desanya, ia memproduksi sekitar 150 genteng “kripik” tradisional per hari. Kegiatan ini mendatangkan pendapatan kecil dan tidak menentu untuk menopang kehidupan keluarganya. tungku yang digunakan untuk menghasilkan genteng tersebut, ia dan para tetangganya kehilangan sebagian besar pendapatan mereka dan peralatan yang mereka butuhkan untuk meneruskan produksi genteng berskala kecilnya. A year after the earthquake, IOM conducted a survey of Gunturgeni sub village, Poncosari village and Srandakan sub-district, Bantul. The traditional tile-producing area had received no post-earthquake assistance to restart tile production. Setahun setelah gempa, IOM menyelenggarakan sebuah survei di dusun Gunturgeni, desa Poncosari dan kecamatan Srandakan, Bantul. Daerah yang memproduksi ubin secara tradisional tersebut tidak menerima bantuan pasca-gempa untuk memulai kembali produksi ubin mereka. IOM then decided to implement a livelihood support programme using funding from the Yogyakarta – Central Assistance Program (YCAP), an initiative under the Australian-Indonesian Partnership. IOM kemudian memutuskan untuk melaksanakan sebuah program bantuan mata pencaharian dengan pendanaan dari Yogyakarta – Central Assistance Program (YCAP), sebuah inisiatif di bawah Kemitraan Australia-Indonesia. It built the Super WPG Roof Tile Factory – a cooperative project designed to train Ibu Surajinah and her neighbours in Gunturgeni in modern tile production and raise their living standards. Program tersebut mendirikan Pabrik Genteng Press Super WPG – sebuah proyek koperasi yang dirancang untuk melatih Ibu Surajinah dan tetangga-tetangganya di Gunturgeni memproduksi genteng secara modern dan “I have been waiting for such assistance.... Now I can earn more,” Ibu Surajinah says happily at her workplace, a roof tile factory which IOM built in Gunturgeni. / “Saya telah menantikan bantuan seperti ini... Kini saya pendapatan saya meningkat,” ujar Ibu Surajinah penuh gembira di tempat kerjanya, sebuah pabrik genteng yang dibangun IOM di Gunturgeni. © IOM Indonesia 2008 45 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 As an active as a member of the Gunturgeni roof tile cooperative, Ibu Surajinah has now returned to work from 8.00 am to 4.00 pm and has a steady income to support her family. meningkatkan taraf hidup mereka. Sebagai anggota aktif koperasi genteng Gunturgeni, Ibu Surajinah dapat kembali bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore dan memiliki penghasilan tetap untuk Through the project, three roof tile manufacturing facilities were constructed in order to centralize previously home-based production and create economies of scale to improve profit margins. Sixty producers, half of them women, were organized into cooperatives to own and operate the factories independently. menghidupi keluarganya. Melalui proyek ini, tiga fasilitas pembuatan genteng dibangun guna memusatkan produksi yang sebelumnya merupakan industri rumah, dan menciptakan ekonomi skala guna meningkatkan margin profit-nya. Enampuluh produsen, dimana setengahnya adalah wanita, diorganisir menjadi koperasi untuk memiliki dan mengoperasikan Capacity building activities equipped the cooperatives with a business plan and provided management training, mutual visitation and tile production experiments. New press machines, kilns and other equipment were also installed in the factories. pabrik-pabrik tersebut secara independen. Berbagai kegiatan pengembangan kapasitas memberikan kepada koperasi-koperasi tersebut suatu rencana usaha dan menyediakan pelatihan manajemen, kunjungan dan uji coba produksi genteng. Mesin press baru, tungku dan peralatan lainnya juga di pasang di pabrik-pabrik Trial production was launched in May 2008. IOM tested different batches of tiles at Gadjah Mada and Atma Jaya Universities. Sales were in line with forecasts and at the time of writing, more than 160,000 tiles have been sold. tersebut. Produksi uji coba diluncurkan di bulan Mei 2008. IOM menguji berbagai ubin yang dihasilkan di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Atma Jaya. Penjualan sesuai dengan perkiraan dan pada saat cerita ini ditulis, IOM also provided livelihood support to other sub sectors in the same village. Working in partnership with the Indonesian Chamber of Commerce, 281 micro and small business owners in the food processing, furniture and handicraft sectors were supported with asset replacement, business training, product diversification and assistance for market access. lebih dari 160.000 genteng telah terjual. IOM juga memberikan bantuan mata pencaharian kepada sub-sektor lainnya di desa yang sama. Bekerjasama dengan Kamar Dagang Indonesia, 281 pemilih usaha berskala mikro dan kecil di bidang pengolahan makan, perabotan dan kerajinan diberikan bantuan melalui penggantian modal, pelatihan usaha, diversifikasi produk dan bantuan akses pasar. IOM’s community engagement team conducts rapid field assessments in the village of Selopamioro, in Bantul, to inspect the condition of women-dominated ‘peyek’ industries. The rapid assessment is part of the first project component which aims to identify beneficiaries under the project. / Tim unit pendampingan masyarakat IOM melakukan penelitian cepat di lapangan di desa Selopamioro, Bantul, untuk memeriksa kondisi industri peyek yang didominasi oleh perempuan. Penelitian ini adalah bagian dari komponen awal proyek yang bertujuan © IOM Indonesia 2008 mengidentifikasi para penerima bantuan proyek ini. 46 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Post-Conflict Reintegration Progamme/ Program Reintegrasi Pasca-Konflik Supporting the Next Generation/ Menopang Generasi Berikut A five-year-old girl hurries across the front yard of a yellow stone building while other children run around the yard laughing happily under the supervision of several young women. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun lari di tanam The scene is in Sangkelan, a village situated on the outskirts of Nisam sub-district, now expanded and renamed as Bandar Baru sub-district, in Aceh Utara. The yellow stone building is a kindergarten - Raudhatul Athfal Bujang Makmur. Two classrooms were built by IOM in 2008 through its Makmue Gampong Karena Damee (MGKD) (Village Peace Due to Prosperity) project, with funding from Canada. Pemandangan ini terlihat di Sangkelan, sebuah desa sebuah bangunan berwarna kuning, sementara anakanak lainnya berlari-larian berbahagia sembari tertawa dibawah pengawasan beberapa wanita muda. yang terletak di pinggiran kecamatan Nisam, yang saat ini telah dimekarkan dan dinamakan kecamatan Bandar Baru, di Aceh Utara. Gedung berwarna kuning yang terbuat dari batu tersebut adalah taman kanak-kanak Raudhatul Athfal Bujang Makmur. Dua ruang kelas dibangun oleh IOM di tahun 2008 melalui proyek Makmue Gampong Karena Damee (MGKD) (Kemakmuran Desa Karena Perdamaian), dengan pendanaan dari Kanada. As an inclusive project, MGKD involves a bottomup planning process in which all the stages and activities, starting with project selection, planning and implementation, up to ongoing maintenance, are done entirely by members of the community. Sesuai bentuknya sebagai sebuah proyek yang inklusif, MGKD melibatkan proses perencanaan ‘bottom- up’ dimana semua tahapan kegiatan, dimulai dari penyeleksian, perencanaan dan pelaksanaan proyek, hingga pemeliharaan yang berkesinambungan, dilakukan sepenuhnya oleh anggota masyarakat. Sangkelan villagers initiated the kindergarten long before IOM became involved. They wanted to provide early schooling for their children and opened the kindergarten in July 2002. As they did not have a permanent school building, they used several, very basic semi-permanent buildings belonging to the village. But through the determination and hard work of young teachers led by Nuraini Daud, the kindergarten ran for six years. Penduduk desa Sangkelan telah mulai membangun taman kanak-kanak tersebut jauh sebelum IOM terlibat. Mereka ingin memberikan pendidikan secara dini bagi anak-anak dan membukanya pada Juli 2002. Karena mereka belum memiliki gedung sekolah permanen, mereka menggunakan beberapa bangunan semi- permanen yang sangat sederhana yang dimiliki oleh desa. Namun melalui tekad dan kerja keras para guruguru muda yang dipimpin oleh Nuraini Daud, taman kanak-kanak tersebut beroperasi selama enam tahun. At the beginning of 2008, IOM‘s MGKD project selected Sangkelan - a conflict-affected village Pada awal tahun 2008, proyek MGKD memilih Sangkelan As an inclusive project, MGKD involves a bottom-up planning process in which all the stages and activities, starting with project selection, planning and implementation, up to ongoing maintenance, are done entirely by members of the community. / Sesuai bentuknya sebagai sebuah proyek yang inklusif, MGKD melibatkan proses perencanaan ‘bottom-up’ dimana semua tahapan kegiatan, dimulai dari penyeleksian, perencanaan dan pelaksanaan proyek, hingga pemeliharaan yang berkesinambungan, dilakukan sepenuhnya oleh anggota masyarakat. 47 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1- 4. Kindergarten 1 students and teachers of Raudhatul Athfal Bujang Makmur. / Siswa taman kanak-kanak dan guru-guru Raudhatul Athfal Bujang Makmur. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 48 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 - for assistance. It took the villagers very little time to unanimously decide to use the MGKD grant to build a permanent building for the kindergarten. – sebuah desa yang terkena dampak konflik – untuk diberi bantuan. Para penduduk desa hanya membutuhkan sedikit waktu untuk secara bulat memutuskan menggunakan hibah MGKD untuk membangun sebuah gedung permanen untuk taman kanak-kanak tersebut. The project implementation was supervised by the elected Village Activity Implementation Team, whose leader was later elected as head of the village. During the implementation process, the village contributed whatever resources they could to the project. The school building was finished and handed over to the Sangkelan community in February 2008. Pelaksanaan proyek diawasi oleh Tim Pelaksana Kegiatan Desa yang dipilih warga, yang ketuanya kemudian diangkat sebagai kepala desa. Selama proses pelaksanaan, desa tersebut menyumbang segala sumber daya yang tersedia untuk proyek. Gedung sekolah tersebut selesai dibangun dan diserahkan kepada masyarakat Sangkelan pada Pebruari 2008. Last academic semester, the kindergarten admitted 38 children who are mostly resident in Sangkelan village. At the end of July 2008, some 25 new students were admitted. Pada semester akademik terakhir, sekolah tersebut The village can be proud that most of the daily operational costs of the school are covered by the community. The remainder comes from donations and a local NGO. The school does not determine how much parents should pay for their children’s education – most families make their living as farmers, have little money and so pay what they can, when they can. Desa tersebut dapat berbangga diri bahwa sebagian menerima 38 murid yang sebagian besar bertempat tinggal di desa Sangkelan. Pada akhir Juli 2008, sekitar 25 murid baru diterima. besar biaya operasional ditanggung oleh harian masyarakat sekolah tersebut setempat. Sisanya dibiayai oleh sumbangan dan sebuah LSM lokal. Sekolah tersebut tidak menentukan berapa iuran yang harus dibayar oleh orang tua untuk pendidikan anak mereka – kebanyakan keluarga mencari penghidupan sebagai petani, tidak memiliki banyak uang dan hanya membayar semampu mereka, dan hanya saat mereka mampu. In order to sustain the teaching-learning process at the kindergarten, Sangkelan villagers have been proactive in seeking outside financial assistance to maintain the school’s operational activities and to purchase more educational materials. They lobbied several government bodies and other institutions concerned with early childhood education, but without success. Guna menjaga kesinambungan proses pembelajaran di taman kanak-kanak, para warga Sangkelan telah proaktif mencari bantuan keuangan eksternal untuk memelihara kegiatan operasional sekolah dan untuk membeli materi pelajaran lebih lanjut. Mereka telah melobi beberapa instansi pemerintah dan lembaga lainnya di bidang pendidikan dini, namun tidak berhasil. When the MGKD Project Manager learnt about this, IOM supported their efforts with a letter of support to the Department of Education at district (kabupaten) level. As a result the department looked into the case, completed a verification process of the school and will hopefully grant the school an official accreditation. Ketika Manajer Proyek MGKD mengetahui ini, IOM mendukung upaya mereka dengan mengirim sebuah surat dukungan ke Dinas Pendidikan Kabupaten. Sebagai hasilnya, dinas tersebut menilik kasus mereka dan melaksanakan proses verifikasi terhadap sekolah tersebut dan diharapkan akan memberikan akreditasi resmi. This would mean that the school would be authorized to issue certificates to its graduating students, would be registered as an independent school and would thus be entitled to access state funds. Regardless the verification result, the kindergarten’s teachers have expressed their commitment to continue work to develop their village. Hal ini berarti bahwa sekolah tersebut dapat menerbitkan ijazah kepada para siswa yang lulus, terdaftar sebagai sekolah swadaya dan berhak mendapatkan anggaran dari negara. Namun apapun hasil dari verifikasi tersebut, para guru telah mengutarakan komitmen mereka untuk bekerja dalam membangun desa mereka. In order to sustain the teachinglearning process at the kindergarten, Sangkelan villagers have been proactive in seeking outside financial assistance to maintain the school’s operational activities and to purchase more educational materials. / Guna menjaga kesinambungan proses pembelajaran di taman kanakkanak, para warga Sangkelan telah proaktif mencari bantuan keuangan eksternal untuk memelihara kegiatan operasional sekolah dan untuk membeli materi pelajaran lebih lanjut. 49 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Rice-Processing Factory in Tanjung, Pameu, Aceh Tengah / Pabrik Pengolahan Padi di Tanjung, Pameu, Aceh Tengah The USAID-funded SCACP, through local partner Solidaritas Masyarakat Aceh Tengah Anti KKN (SMANGAT), has worked with farmer’s Self-Help Groups in the Pameu villages of Tanjung, Kuala Rawa, Merande Paya, and Paya Tampu, since 2006. Proyek SCACP yang didanai oleh USAID, melalui mitra Pameu sub-district is a neglected, conflict-affected area, largely populated by farmers who practice wet rice cultivation. Roughly 230 hectares are being cultivated, with more possible. In 2007, these farmers, in addition to receiving seed, organic fertilizer, and training, requested something entirely different: the ability to process their own product, therefore increasing profit at the point of production whilst being able to offer a business service to nearby rice farmers. Kabupaten Pameu adalah sebuah daerah yang telah lokal Solidaritas Masyarakat Aceh Tengah Anti KKN (SMANGAT), telah bekerjasama dengan kelompok swadaya petani di desa Tanjung, Kuala Rawa, Merande Paya, dan Paya Tampu di Pameu sejak 2006. terabaikan dan terkena dampak konflik, dimana sebagian besar penduduknya adalah petani yang mengelola sawah basah. Sekitar 230 hektar saat ini diolah, dengan peluang untuk lebih banyak lagi lahan yang dapat dikerjakan. Pada 2007, , disamping menerima bibit, pupuk organik, serta pelatihan para petani tersebut, meminta sesuatu yang sama sekali berbeda: kemampuan untuk memproses produk mereka sendiri, sehingga meningkatkan laba IOM has facilitated the purchase of the actual rice-processing machinery while the community gifted the land and constructed the building to house the equipment. In addition to the construction and machine installation, community members were extensively trained in equipment maintenance and technical issues. pada titik produksi dengan menawarkan layanan usaha kepada para petani beras di daerah sekitar mereka. IOM telah memfasilitasi pembelian mesin pengolah padi, sementara masyarakat memberikan lahan dan membangun sebuah bangunan untuk menampung peralatan tersebut. Para anggota masyarakat juga dilatih mengenai bagaimana memelihara peralatan. The rice-processing factory began operations in June 2008, and is capable of processing 1,500 tons of locally-produced rice per year. This riceprocessing machinery is the second of its kind in Aceh (the only other such factory is in the coastal town of Bireuen), and will turn Pameu into a center for rice processing in the Highlands. Pabrik pengolahan padi tersebut memulai operasi pada Juni 2008, dan saat ini dapat memproses 1.500 ton beras produksi lokal per tahun. Pabrik tersebut merupakan yang kedua di Aceh (satu lagi berada di kota Bireuen di daerah pesisir) dan akan menjadikan Pameu sebuah pusat pengolahan padi di daerah daratan tinggi. 1-2. Funded by USAID, IOM through SCACP facilitate the purchase, construction and 1 2 installation of rice-processing machinery. / Didanai oleh USAID, IOM melalui SCACP memfasilitasi pembelian, pembangunan dan pemasangan mesin pengolah padi. © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 50 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Information, Counselling and Referral Services (ICRS) and Support for Conflict-Affected Communities Layanan Informasi, Konseling dan Rujukan Serta Dukungan Bagi Masyarakat yang Terimbas Konflik Post-Conflict and Programme in Aceh Program Pasca-Konflik dan Reintegrasi IOM (PCRP) di Reintegration IOM’s Post-Conflict and Reintegration Programme (PCRP) in Aceh centers on a core caseload of 10,000 ex-combatants, amnestied political prisoners and vulnerable youth. Reintegration programming targets ex-combatants, amnestied political prisoners and vulnerable unemployed youth in high-risk areas using individual case management based on IOM’s internationally-recognized Information, Counselling and Referral Services (ICRS) model. Program Pasca-Konflik dan Reintegrasi di Aceh Aceh berfokus pada kelompok inti yang terdiri dari 10.000 mantan kombatan, mantan tahanan politik dan pemudapemuda rentan. Program reintegrasi menargetkan mantan kombatan, mantan tahanan politik dan kelompok pemuda rentan tanpa penghasilan tetap di daerah-daerah berisiko tinggi dengan melakukan penanganan kasus secara individual berdasarkan model Pelayanan Informasi, Konseling dan Rujukan (PIKR) milik IOM yang telah diakui di seluruh dunia. Komponen PIKR dari program ini didanai oleh Pemerintah The ICRS component of the programme is funded by the Government of Japan and works in dynamic partnership with some 82 civil society and small/ medium-sized business partners spanning over 2,000 villages across Aceh. Understanding Post-Conflict Gaps and Vulnerabilities: Charting a Way Ahead In 2007 IOM embarked on the formidable task of mining through all of its project data in an attempt to understand the gaps and vulnerabilities facing post-conflict recovery in Aceh, without having to subject its beneficiaries or communities to further surveys or assessments. The exercise was designed to provide a focus for IOM’s subsequent postconflict recovery work. Jepang dan dilaksanakan di bawah kemitraan dinamis dengan 82 organisasi masyarakat sipil serta mitra usaha berskala kecil/menengah yang mencakup 2.000 desa di seluruh Aceh. Memahami Kebutuhan dan Kerentanan Pasca-Konflik: Memetakan Jalan di Depan Pada 2007 IOM memulai tugas berat memilah semua data proyek guna memahami kekurangan-kekurangan serta kerentanan yang dihadapi kegiatan pemulihan pasca-konflik di Aceh, tanpa harus mengakibatkan para penerima bantuan atau masyarakat untuk harus mengikuti survei atau penelitian lebih lanjut. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan sebuah fokus bagi kegiatan pemulihan pasca-konflik IOM selanjutnya. Sebuah laporan berjudul “Meta-Analisa: Kerentanan, A report entitled “Meta-Analysis: Vulnerability, Stability, Displacement and Reintegration: Issues Facing the Peace Process in Aceh, Indonesia” has now been completed and was launched in December 2008, in Banda Aceh. Celebrating Peace in Aceh and Reinforcing Public Perceptions of the Peace Process The PCRP completed six peace concerts across Aceh to celebrate the third anniversary of the peace process, with the support of musician and Peace Ambassador Rafly and other local artists. Stabilitas, Perpindahan dan Reintegrasi: Permasalahan yang Dihadapi Proses Perdamaian di Aceh, Indonesia” telah selesai disusun dan dijadwalkan akan diluncurkan pada akhir tahun 2008. Merayakan Perdamaian di Aceh dan Memperkuat Persepsi Publik Terhadap Proses Perdamaian PCRP menyelenggarakan enam konser perdamaian di Aceh untuk merayakan tiga tahun proses perdamaian, dengan dukungan musisi dan Duta Besar Perdamaian dan artis-artis lokal lainnya. Acara-acara These celebrations were planned and implemented perayaan tersebut direncanakan dan dilaksanakan melalui koordinasi erat dengan BRA dan During each of these concerts, where crowds in excess of 20,000 gathered, peace pledges were signed by government, the army (TNI), police (INP), KPA, PETA and FORKAB. / Pada setiap acara konser tersebut, dimana pengunjung yang hadir melebihi 20.000 orang, deklarasi perdamaian ditandatangani oleh pemerintah, TNI, Polri, KPA, PETA and FORKAB. 51 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 in close coordination with the BRA and the Forum Komunikasi dan Koordinasi Desk Aceh (Forum for Communication and Coordination – FKK.) Forum Komunikasi dan Koordinasi Aceh (FKK.) Pada setiap acara konser tersebut, dimana pengunjung yang hadir melebihi 20.000 orang, deklarasi perdamaian During each of these concerts, where crowds in excess of 20,000 gathered, peace pledges were signed by government, the army (TNI), police (INP), KPA, PETA and FORKAB. ditandatangani oleh pemerintah, TNI, Polri, KPA, PETA and FORKAB. Serangkain konser dengan latar belakang foto-foto perdamaian, termasuk video dan sebuah spanduk Concerts were set against a backdrop of peace imagery, including video projections and a 70 meter banner developed as a pictorial essay (symbolically referred to as the Jala Damai Aceh or Peace Net of Aceh) featuring all aspects of peace ranging from reconstruction, water and sanitation and media, to reintegration and peaceful activity across the province. sepanjang 70 meter yang merupakan sebuah esay bergambar (secara simbolis diberi nama Jala Damai Aceh) memuat semua aspek perdamaian dari mulai rekonstruksi air dan kebersihan dan media, hingga reintegrasi dan kegiatan perdamaian di seluruh propinsi. Stabilisasi Masyarakat: Menjaga Keseimbangan Reintegrasi Individu Pendekatan IOM atas reintegrasi berfokus pada Community Stabilization: Balancing Individual Reintegration pembinaan stabilitas dan berupaya untuk mengimbangi IOM’s approach to reintegration is focused on enhancing stability and seeks to balance perceptions of fairness by directly addressing post-conflict recovery dynamics at the community level. dinamika persepsi keadilan dengan secara langsung menangani pemulihan pasca-konflik pada tingkat masyarakat. Kegiatan penstabilan masyarakat di lebih dari 1.200 desa mendukung reintegrasi individu melalui pemberian Community stabilization activities in over 1,200 villages support individual reintegration by assisting communities to take a leading role in social and economic recovery with activities spanning rebuilding infrastructure, livelihood support, community self-help and socio-cultural celebrations. Programme coverage is extensive and targets “hotspot” areas in Aceh where the risk of a relapse into conflict is highest. bantuan kepada masyarakat agar berperan dalam pemulihan sosial dan ekonomi dengan bentuk kegiatan seperti pembangunan kembali infrastruktur, dukungan mata pencaharian, swadaya masyarakat dan perayaan sosial budaya. Ruang lingkup program bersifat luas dan menargetkan “titik-titik panas” di Aceh dimana risiko kembalinya konflik adalah paling tinggi. Kegiatan stabilisasi masyarakat berpusat pada proyek berdampak cepat yang menargetkan masyarakat yang Community stabilization activities center on quick-impact projects targeting conflict-affected communities to which ex-combatants, amnestied political prisoners, refugees and internally-displaced people return. terimbas konflik ke mana para mantan kombatan dan tahanan politik, pengungsi dan pengungsi internal kembali. Sejak 2006, Proyek Bantuan bagi Masyarakat yang Terimbas Konflik (Support for Conflict-Affected Communities Project - SCACP) yang didanai oleh USAID Since 2006, the USAID-funded Support for ConflictAffected Communities Project (SCACP) has conducted community stabilization and peacebuilding activities through direct grassroots assistance to roughly 180,000 beneficiaries in 408 vulnerable communities across the Central Highlands in the four districts of Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, and Aceh Tenggara. telah melaksanakan stabilisasi masyarakat dan kegiatan penguatan perdamaian melalui bantuan langsung kepada sekitar 180.000 penerima bantuan di 408 masyarakat yang rentan di daerah tinggi Aceh di empat kabupaten, yakni Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara. Digabungkan dengan bantuan reintegrasi bagi mantan 52 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 In combination with reintegration assistance to ex-combatants, amnestied political prisoners and vulnerable youth, the aim is to transform the conflict-carrying capacities of both individuals and communities at the local level into peacegenerating capacities that directly support the peace process through tangible benefits placed in the hands of those who need it most. kombatan, tahanan politik dan kaum muda yang rentan, The raison d’etre of SCACP – whether it manifests itself as a new road, a gabion basket retaining wall, a hand-tractor, organic farming, a football field, a brick-kiln or a local concert – is peace-building through the restoration of trust within and between communities scarred by the conflict. Alasan dasar SCACP – baik dalam bentuk jalanan baru, tujuan dari proyek ini adalah mengubah kapasitas yang berpotensi konflik di dalam diri individu maupun masyarakat di tingkat lokal menjadi kapasitas yang dapat menciptakan perdamaian, yang secara langsung mendukung proses perdamaian melalui manfaat- manfaat nyata yang diberikan ke tangan para pihak yang paling membutuhkan. dinding penahan keranjang, traktor kecil, peternakan organik, lapangan sepak bola, tungku batu bata atau konser lokal – adalah pembangunan perdamaian melalui pengembalian rasa saling percaya di tengah dan di antara anggota masyarakat yang mengemban luka konflik. Community Stabilization: Makmu Gampong Kereuna Dame Stabilisasi Masyarakat: Makmu Gampong Kereuna Dame The success of the Aceh Peace Process hinges on the broadest possible community-level support, particularly in areas to which large numbers of former combatants and prisoners have returned. Specific programming has sought to stabilize these communities. Keberhasilan proses perdamaian di Aceh bertumpu pada Funded by the European Commission, UNDP and the Canadian International Development Agency (CIDA), IOM’s Village Prosperity Due to Peace (Makmu Gampong Kereuna Dame - MGKD) project has now delivered 1,715 community projects to an estimated 730,358 people in 721 conflict-affected villages. Dengan didanai oleh Komisi Eropa, UNDP dan Canadian dukungan masyarakat yang seluas-luasnya, khususnya di daerah-daerah di mana sejumlah besar mantan kombatan dan tahanan politik kembali ke masyarakatnya. Sejumlah khusus diupayakan untuk International Development Agency - CIDA, proyek IOM yang berjudul Makmur Desa Karena Damai (Makmu Gampong Kereuna Dame - MGKD) saat ini telah menghadirkan 1.715 proyek berbasis masyarakat kepada sekitar 730.358 warga di 721 desa yang terkena dampak konflik. Masyarakat Communities have benefited from a wide variety of community-based activities ranging from income generation to infrastructure projects such as road compaction, community building repair, and irrigation and flood drainage canals. As a result, reintegration has been facilitated, social cohesion and stabilization enhanced, and village ownership of the process increased. program menstabilkan kelompok masyarakat- tersebut. memperoleh banyak manfaat dari serangkaian kegiatan berbasis masyarakat mulai dari penciptaan pendapatan hingga proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, perbaikan gedung rakyat, serta saluran irigasi dan saluran banjir. Kini, reintegrasi telah terfasilitasi, kohesi sosial dan stabilisasi ditingkatkan, dan rasa kepemilikan desa terhadap proses yang berlangsung bertambah. Keterlibatan merupakan kata kunci. Disamping partisipasi Involvement is the key word. As well as community participation, local government is also fully involved. District and sub-district heads selected the villages to receive grants. masyarakat, pemerintah daerah juga dilibatkan secara penuh. Para Bupati dan Camat telah memilih desadesa yang akan menerima hibah. Para fasilitator dari Program Pembangunan Kecamatan juga bekerjasama Community stabilization activities in over 1,200 villages support individual reintegration by assisting communities to take a leading role in social and economic recovery... / Kegiatan penstabilan masyarakat di lebih dari 1.200 desa mendukung reintegrasi individu melalui pemberian bantuan kepada masyarakat agar berperan dalam pemulihan sosial dan ekonomi. 53 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 MGKD has a strong emphasis on women’s involvement through its ‘Women’s Leadership and Capacity Building’ training programme. / MGKD memberi penekanan pada keterlibatan perempuan melalui program pelatihan ‘Kepemimpinan dan Peningkatan Kapasitas Wanita’. Kecamatan Development Programme (PNPM) facilitators also work closely with IOM staff to oversee, give technical support and monitor projects. dengan staf IOM untuk mengawasi, memberikan dukungan teknis dan memonitor proyek. Proyek ini dilakukan oleh rakyat, dan untuk rakyat. Masyarakat memilih proyek dan melaksanakannya The project is by the people, for the people. The community chooses the project and implements it itself, creating a focus to foster social cohesion and community pride. sendiri, dengan tujuan membina kohesi sosial dan rasa bangga komunitas. Musyawarah yang dilakukan secara demokratis dengan proses yang bersifat inklusif dan transparan dalam memilih The inclusive and transparent process of democratic meetings to choose projects for the village and of project implementation by communities to ensure ownership is key. All groups including ex-combatants, amnestied prisoners, women, IDPs and youth have a voice and are fully involved. Often for the first time, leaders, men and women, former combatants and political prisoners, young and old get to have an equal say in the village decisionmaking and work together for the betterment of their community. proyek bagi desa dan pelaksanaan proyek oleh masyarakat To further enhance the effectiveness of the project in 2008, peace celebrations were organised to celebrate the anniversary of the signing of the Peace Agreement and the Indonesian Proclamation of Independence in nine remote and previously high-conflict villages. Guna lebih jauh meningkatkan efektifitas proyek pada guna menjamin rasa kepemilikan merupakan faktor kunci. Semua kelompok, termasuk bekas kombatan, mantan tahanan, perempuan, pengungsi internal, dan kaum muda, memiliki kesempatan mengemukakan pendapat dan terlibat secara penuh. Bagi kebanyakan dari mereka ini adalah pengalaman pertama kalinya dimana para pimpinan, pria dan wanita, mantan kombatan dan tahanan politik, baik muda maupun tua, memiliki suara yang sama dalam pengambilan keputusan dan bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan mereka. 2008, perayaan perdamaian untuk memperingati ulang tahun penandatanganan Perjanjian Perdamaian dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diselenggarakan di sembilan desa terpencil yang dahulunya berkonflik tinggi. Melalui musik dan komedi, yang menampilkan seekor Through music and comedy, involving a goat as the star, messages of improvements since the Peace Agreement and the importance of working together and maintaining peace were conveyed. Community leaders and local government representatives voiced their commitment to peace and publicly signed a pledge confirming their commitment to help maintain it. kambing sebagai bintang utama, disampaikan pesan- MGKD has a strong emphasis on women’s involvement through its ‘Women’s Leadership and Capacity Building’ training programme, which is being provided for village women with the potential of becoming organisers in their communities. This aims to not only encourage women to be present at village decisionmaking meetings, but also to be fully engaged. MGKD pesan mengenai kemajuan yang dicapai sejak Perjanjian Perdamaian, serta pentingnya bekerjasama dan menjaga perdamaian. Para tokoh masyarakat dan wakil pemerintah daerah mengemukakan komitmen mereka terhadap perdamaian dan di depan umum menandatangani sebuah janji yang menegaskan komitmen mereka untuk membantu mempertahankannya. memberi penekanan pada keterlibatan perempuan melalui program pelatihan ‘Kepemimpinan dan Peningkatan Kapasitas Wanita’, yang disediakan bagi perempuan di desa yang berpotensi menjadi penyelenggara di komunitas mereka. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk mendorong wanita untuk hadir pada rapat-rapat pembuatan keputusan di desa, namun terlibat secara penuh dalam keseluruhan proses. 54 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 By the Numbers / Berdasarkan Angka MGKD EC (completed 2006) UNDP (completed 2007) CIDA Phase 1 (completed March 2008) CIDA Phase 2 (ongoing) Total Number of Villages / Jumlah desa 230 95 255 141 721 Total Projects / Jumlah proyek 385 223 628 479 1,715 0 0 335 229 564 Beneficiaries / Penerima bantuan 165,966 94,410 263,478 206,504 730,358 Ex-combatants / Mantan kombatan 355 1,305 3,292 3,206 8,158 Political Prisoners / Tahanan politik n/a 159 147 324 630 Women-only Projects / Proyek khusus perempuan ICRS Programme 4,941 Number of GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners registered and provided with livelihood opportunities that focused predominantly on business/vocational training and small business start-up (first phase of reintegration programme supported by Government of Japan) / Jumlah mantan kombatan dan mantan tahanan politik GAM yang terdaftar dan diberikan peluang mata pencaharian yang berfokus pada pelatihan usaha/kerja dan pembentukan usaha kecil (fase pertama program reintegrasi yang didukung oleh pemerintah Jepang) 91% Of all registered GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners who received skills trainings ranging from animal husbandry and best-practice agricultural skills, to automotive repairs and small business management / Bagian dari seluruh mantan kombatan dan mantan tahanan politik GAM yang terdaftar yang menerima pelatihan keterampilan yang berkisar dari peternakan hewan serta praktek-praktek terbaik di bidang pertanian, hingga perbengkelan mobil serta pengelolaan usaha kecil. 3,535 Vulnerable unemployed youth in high-risk areas of Aceh registered by the current reintegration programme from a target of 5,000. To date, 1,129 clients have been referred to a job, apprenticeship, training, or small-business network / Pemuda tanpa pekerjaan tetap yang rentan di daerah-daerah berisiko tinggi di Aceh yang terdaftar oleh program reintegrasi yang saat ini sedang berjalan, dari target sejumlah 5.000. Hingga kini, 1.129 orang telah dirujuk ke sebuah pekerjaan, program magang, pelatihan, atau jaringan usaha kecil. 5,666 Vacancies (job, apprenticeship or magang, vocational training, and/or small business networks) identified through extensive labour market analysis for referral of ICRS clients / Posisi (pekerjaan, magang, pelatihan kerja, dan atau jaringan usaha kecil) yang diidentifikasi melalui analisa pasar kerja yang ekstensif untuk rujukan bagi klien ICRS. 27,531 Number of youth selected by their communities and screened by 15 local civil society organizations performing community facilitation in 76 sub-districts across eight high-risk districts throughout Aceh / Jumlah pemuda yang dipilih oleh masyarakat mereka dan disaring oleh 15 organisasi masyarakat sipil yang melaksanakan fasilitasi masyarakat di 76 kecamatan di delapan kabupaten berisiko tinggi di Aceh. 50,000 Distribution of monthly tabloid Tingkap that focuses on the Aceh Peace process Process and the role of youth. This is distributed though local print media, local civil society, and through ICRS field staff / Pendistribusian tabloid bulanan Tingkap yang berfokus pada Proses Perdamaian Aceh dan peran kaum muda. Majalah ini didistribusikan melalui media cetak lokal, masyarakat sipil setempat dan melalui staff lapangan PIKR. 102,000 People have attended six peace concerts in Lhoksumawe, Bireun, Takengon, Kutecane, Tapak Tuan, and Banda Aceh during from 2- to 15 August 2008 supported by the European Union, USAID, and the Government of Japan / Warga yang menghadiri enam konser perdamaian di Lhoksumawe, Bireun, Takengon, Kutecane, Tapak Tuan, dan Banda Aceh dari 2 hingga 15 Agustus 2008 yang didukung oleh Uni Eropa, USAID, dan pemerintah Jepang. 55 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. Rafly performs 1 during peace concert that commemorate three years of the peace process. / Rafly tampil dalam konser damai memperingati tiga tahun penandatanganan perjanjian damai. 2. The PCRP completed six peace concerts across Aceh in August 2008. / PCRP menyelenggarakan enam konser perdamaian di Aceh pada Agustus 2008. 3. The Signing of Peace Commitment by the Kapolsek of Kluet Tengah, © IOM Indonesia 2008 Ridwan Nasir; Lawe Melang, Kluet Tengah, Aceh 2 Selatan. / Penandatanganan perjanjian untuk menjaga perdamaian oleh Kapolsek Kluet Tengah, Ridwan Nasir; Lawe Melang; Kluet Tengah, Aceh Selatan. 4. Symbolic Tree © IOM Indonesia 2008 Planting by the Representative of KPA; Lawe Melang, 3 4 Kluet Tengah, Aceh Selatan. / Penanam pohon secara simbolis oleh perwakilan KPA; Lawe Melang, Kluet Tengah, Aceh Selatan. © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 56 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Promoting Peace through Effective Communication and Awareness-Raising / Memajukan Perdamaian Melalui Komunikasi yang Efektif dan Peningkatan Kesadaran In early 2008 IOM began an evaluation of its post conflict work in Aceh and identified four common approaches underpinning its postconflict communication and public information strategy. Di 2008, IOM memulai sebuah evaluasi terhadap kegiatan pasca-konfliknya di Aceh dan mengidentifikasi empat pendekatan umum yang melandasi strategi komunikasi dan informasi publik pasca-konflik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah: penargetan These were: targeting key actors and opinionshapers; applying alternative peace-building community interventions; process- and goaloriented planning and implementation; and strengthening relationships between local government and people. pelaku-pelaku utama dan pembentuk opini; menerapkan intervensi masyarakat peningkatan alternatif; perencanaan dan perdamaian pelaksanaan yang berorientasikan pada proses dan tujuan; dan memperkuat hubungan antara pemerintah setempat dan rakyat. Pada saat yang bersamaan, IOM telah mengembangkan At the same time IOM has developed a ”common identity” for all its post-conflict work, leveraging its achievements in support of trust-building between civil society and government. sebuah “identitas bersama” untuk semua kegiatan It has cultivated strong relationships with key partners FKK and BRA, and in September 2008 initiated a process to develop a common strategy through a workshop on peace and communication held in Kuala Lumpur, Malaysia. IOM telah membina hubungan yang kuat dengan para pasca-konfliknya, memanfaatkan keberhasilannya guna mendukung pembangunan rasa saling percaya antara masyarakat sipil dan pemerintah. mitra kunci, yakni FKK and BRA, dan pada September 2008 memulai sebuah proses untuk mengembangkan sebuah strategi bersama melalui sebuah lokakarya tentang perdamaian dan komunikasi yang dilaksanakan Children enjoying the Piasan Dame show at Desa Padang Meuriya, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. / Anak-anak menikmati pertunjukkan Piasan Dame di Desa Padang Meuriya, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. © IOM Indonesia 2008 57 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Key implementers from FKK, BRA and the Aceh Provincial Police came together and, through the facilitation of key IOM staff, developed a processand impact-oriented twelve-month action plan for conducting joint outreach, communication and socio-cultural activities. di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan difasilitasi IOM rara pelaksana utama dari FKK, BRA dan Polda Aceh bertemu dan , mengembangkan sebuah rencana aksi duabelas-bulan yang berorientasikan pada proses dan dampak dalam rangka melaksanakan kegiatan penggapaian, komunikasi dan social-budaya. The plan is already being put into action. Monthly tabloid Tingkap is being overhauled through contributions from FKK, BRA and the Provincial Police. Public information campaigns using SMS are also being developed, working with the local broadsheet Harian Aceh. Other activities from the plan are also being developed. They include broader peace socialization aimed at vulnerable youth in collaboration with the Rapa’i Foundation; development of a new phase of community radio in Aceh Tengah with Radio Amanda; a survey of community radio programming possibilities in Gayo Lues and Aceh Tenggara; and joint peace socialization in the Central Highlands with FKK and BRA. Rencana tersebut sudah mulai dilaksanakan. Tabloid bulanan Tingkap sedang dibenahi dengan kontribusi dari FKK, BRA dan Polda. Kampanye informasi masyarakat dengan menggunakan SMS juga dikembangkan, bekerjasama dengan surat kabar setempat Harian Aceh. Kegiatan-kegiatan lain dari rencana tersebut juga sedang dikembangkan. Diantaranya bekerjasama dengan Yayasan Rapa’i Foundation melakukan sosialisasi perdamaian yang lebih luas yang ditujukan pada para pemuda yang rentan; pengembangan sebuah fase baru radio masyarakat di Aceh Tengah dengan Radio Amanda; sebuah survey peluang penciptaan program radio masyarakat di Gayo Lues dan Aceh Tenggara; serta sosialisasi perdamaian bersama di daerah pegunungan dengan FKK dan BRA. Amat Leleh and Fatimah the goat, the stars of Piasan Dame show. / Amat Leleh dan Fatimah si kambing, bintang utama dari pertunjukkan Piasan Dame. © IOM Indonesia 2008 58 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Brick-Making in Mulie Jadi, Silih Nara, Aceh Tengah / Pabrik Batu Bata Mulie Jadi, Silih Nara, Aceh Tengah Mulie Jadi is a brick-making cooperative created by the USAID-funded SCACP. IOM provided startup materials and grants-in-kind while cooperative members contributed labour to build the shelters and kilns, and the community provided the land. Mulie Jadi adalah sebuah koperasi produsen batu bata yang The group is comprised of nine vulnerable, community-identified families, headed by five women and four men. Each Self-Help Group family has an average of four children; all are poor and impacted by the conflict. Only three of the members initially had experience in making bricks, the others learned a new trade from them. Kelompok ini terdiri dari sembilan keluarga rentan yang didirikan oleh proyek SCACP dengan pendanaan dari USAID. IOM menyediakan bahan-bahan dasar dan hibah berupa barang, sedangkan para anggota koperasi menyumbangkan tenaga untuk membangun penampungan dan tungku, dan masyarakat menyediakan lahan. telah diseleksi oleh masyarakat, yang dikepalai oleh lima wanita dan empat pria. Masing-masing keluarga swadaya tersebut rata-rata memiliki empat anak; kesemuanya berada dalam situasi miskin dan terkena dampak konflik. hanya tiga dari para anggotanya memiliki pengalaman di bidang pembuatan batu bata, sedangkan lainnya belajar mengenai usaha tersebut dari mereka. Mulie Jadi village has been without teachers for years; children, if they are able, travel to nearby villages to attend school. The cooperative has solved this problem by contributing a portion of their profits to pay the salary of a primary school teacher to teach the village’s young children. This project’s local partner has also used additional funds from the cooperative’s profits to build homes for SHG members who do not live near the brick cooperative. The cooperative has also donated bricks to build a small mosque in nearby Genting Gerbang village, at which the cooperative members worship. Mulie Jadi is also training ex-combatant clients from IOM’s ICRS Programme in the art of brick making. Desa Mulie Jadi selama bertahun-tahun tidak memiliki guru sekolah. Anak-anak, jika mampu, pergi ke desa tetangga untuk sekolah. Koperasi ini telah memecahkan masalah dengan menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk membayar gaji seorang guru sekolah dasar untuk mengajar anak-anak di desa. Mitra lokal proyek ini juga telah menggunakan dana tambahan dari laba koperasi guna membangun rumah bagi para keluarga swadaya yang bertempat tinggal jauh dari koperasi batu bata ini. Koperasi ini juga telah memberi sumbangan untuk pembangunan sebuah mesjid kecil di desa tetangga Genting Gerbang, dimana para anggota koperasi beribadah. Mulie Jadi juga melatih para mantan kombatan dari Program ICRS IOM mengenai seni pembuatan batu bata. Banyak dari klien The women are full-time employees of the Self-Help Group in Mulie Jadi village. / Para wanita ini adalah pegawai tetap dari kelompok swadaya di desa Mulie Jadi. © IOM Indonesia 2008 59 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Many of the ICRS clients continue to work with Mulie Jadi, increasing the production capacity of the collective and their profits. ICRS tersebut terus bekerja di Mulie Jadi, sehingga meningkatkan kapasitas produksi serta laba koperasi tersebut. Proses pembuatan batu bata ini dimulai dengan penggalian The brickmaking process begins when Mulie Jadi’s men dig wide, flat holes in the clay soil and fill them with water. The village’s water buffalos are used to churn the clay into mud. The clay mash is partially diluted of water; bricks are then cast with brick molds from the semi-dry mud. lubang yang lebar dan datar di tanah liat oleh para pria Mulie Jadi dan mengisinya dengan air. Kerbau kemudian digunakan untuk membajak tanah liat tersebut menjadi lumpur. Air dari lubang tersebut kemudian dikuras dan cetakan batu bata kemudian diisi dengan lumpur setengah kering. Batu bata yang dihasilkan kemudian dikeringkan di bawah The bricks are then dried under the shelters before being fired in large brick kilns for three days. Mulie Jadi’s kilns can fire 53,000 bricks simultaneously but do not operate at maximum capacity because of a lack of shelters for drying. After three days of firing, the bricks are cooled down for three to four days before being sold. A brick from the cooperative sells for an average of 260 Rupiah, with the profits shared out among the members and a small percentage returned to the local partner. peneduh sebelum dipanaskan di tungku-tungku besar Mulie Jadi’s women are more productive than the men; the male cooperative members, working together, only produce about 800 bricks per day while the women collectively process 1,000. The women are full-time employees of the Self-Help Group and gain all their income from it. They bring their families to work, and are teaching their older children the trade. Para wanita Mulie Jadi lebih produktif dibandingkan dengan selama tiga hari. Tungku Mulie Jadi dapat memanggang 53.000 batu bata secara serentak, namun karena kurangnya peneduh untuk mengeringkan bata tungku ini tidak dapat beroperasi pada kapasitas maksimum. Setelah tiga hari dipanggang, batu bata tersebut didinginkan selama tiga hingga empat hari sebelum dijual. Satu buah batu bata dijual dengan harga sekitar 260 Rupiah, dan laba yang diperoleh dibagi rata ke setiap anggota dan sebuah persentase kecil dikembalikan ke mitra lokal. para pria. Para anggota koperasi pria secara bersama-sama hanya mampu menghasilkan sekitar 800 batu bata sehari, sedangkan para wanita secara bersama-sama memproduksi 1.000 bata. Para wanita adalah pegawai tetap dari kelompok swadaya dan mendapat gaji dari tempat ini. Mereka membawa anggota keluarga mereka untuk bekerja dan mengajari anak-anak mereka yang tertua mengenai usaha tersebut. Mulie Jadi’s kilns can fire 53,000 bricks simultaneously. / Tungku Mulie Jadi dapat memanggang 53.000 batu bata secara serentak. © IOM Indonesia 2008 60 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 A Life Raft for Village Women / Sebuah Rakit Kehidupan bagi Wanita di Desa About a fifth of the one hundred or so households in Alue Peunawa village, Babahrot sub-district of Aceh Barat Daya, are headed by widows. Dari sekitar seratus rumah tangga di desa Alue Peunawa Like other families, many of the women abandoned their agricultural land located on the opposite side of the river from the village, due to the conflict and the lack of any means to cross the water. Seperti keluarga lainnya, banyak perempuan tersebut village, kecamatan Babahrot di kabpaten Aceh Barat Daya, 20 diantaranya dikepalai oleh perempuan. meninggalkan tanah pertanian mereka akibat konflik dan kurangnya sarana transportasi untuk menyeberangi sungai. Kesulitan-kesulitan ini memaksa mereka untuk mencari Most found other low paid jobs to support their families or worked small plots of land near their homes to produce food. nafkah dengan bekerja seadanya yang hanya cukup untuk sekedar makan sehari-hari. Proyek Makmu Gampong Kareuna Damee (MGKD) IOM, IOM’s Makmu Gampong Kareuna Damee (MGKD) project, with funding from the Canadian International Development Agency (CIDA), then extended a small grant to the women of Peunawa village. yand didanai Canadian International Development Agency (CIDA), memberikan dana hibah kecil kepada para perempuan di desa ini. Mereka memanfaatkan uang hibah tersebut dengan membuat sebuah rakit bagi mereka untuk menyeberangi They used the money to build a raft to take them across the river to their former farmland. They subsequently re-cleared their fields and are now growing rice, peanuts, bananas, corn and other crops to support their families. They sell some of their harvest and consume the rest. sungai menuju tanah garapan mereka. Mereka membersihkan kembali lahan tersebut dan kini telah menanam padi, kacang, pisang, jagung dan panen lainnya untuk menghidupi keluarga mereka. Mereka menjual sebagian hasil panen dan mengkonsumsi sisanya. Mereka juga mendapatkan penghasilan dengan menjual They also earn money by selling eatable fern leaves that grow wild by the banks of the river. On the way home from work in the evening, they stop to pick the leaves. daun pakis yang tumbuh liar di tepi sungai. Dalam perjalanan pulang di sore hari, mereka berhenti untuk memetik daun-daun tersebut. Di rumah, mereka mengumpulkan dan mengikat At home they tie the leaves into neat bundles and then sell them to the ‘vegetable agent’ who comes to the village to pick up vegetables to sell in the Blangpidie district capital market. daun pakis tersebut dan menjualnya ke agen sayuran yang datang ke desa untuk mengambil sayur-mayur 1-2. Women of Alue yang kemudian dijual di pasar ibukota kabupaten Peunawa village Blangpidie. decided to use the money to build a raft to take them across the river to 1 2 their farm land. / Para perempuan di desa Alue Peunawa memutuskan menggunakan uang bantuan untuk membuat rakit yang membantu mereka menyebrangi sungai menuju ladang © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 tempat mereka bekerja. 61 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 From War to Peace : An Ex-Combatant’s Story / Dari Perang ke Perdamaian : Cerita Seorang Mantan Kombatan For years, former combatant Hasan lived in the bush and slept rough in the mountains with the Free Aceh Movement (GAM.) He often wondered if he would ever return to help rebuild his village. Selama bertahun-tahun, Hasan, seorang mantan kombatan, hidup Then, on August 15, 2005, the Helsinki Peace Agreement was signed. Not long after, Hasan handed over his gun and returned to his village in Panton Rayeuk B, Banda Alam, East Aceh. Pada 15 Agustus 2005, Perjanjian Perdamaian Helsinki A year later IOM introduced a Canadian governmentfunded programme named Makmue Gampong Kareuna Damee (Village Prosperity Due to Peace) (MGKD) to Banda Alam and other Acehnese villages. Setahun kemudian, IOM mensosialisasikan sebuah di semak belukar dan tidur di pegunungan bersama Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ia sering bertanya apakah suatu saat ia akan dapat kembali dan membantu pembangunan desanya. ditandatangani. Tidak lama kemudian, Hasan menyerahkan senjatanya dan kembali ke desanya di Panton Rayeuk B, Banda Alam, Aceh Timur. program yang didanai oleh pemerintah Kanada yang dinamai Makmue Gampong Kareuna Damee (Kemakmuran Desa Karena Perdamaian) atau MGKD ke Banda Alam dan desa-desa lainnya di Aceh. Hasan jumped at the opportunity to help his community. He was elected as a Pendamping Lokal or local facilitator for the programme and in that capacity started to visit and support many villages in the sub- district. Hasan langsung mengambil kesempatan itu untuk membantu komunitasnya. Ia dipilih sebagai Pendamping Lokal atau fasilitator untuk program tersebut dan dalam kedudukannya tersebut mulai mengunjungi dan membantu banyak desa di kecamatannya. In April 2008, MGKD began its second phase in Aceh Timur. Hasan was given additional training and became involved in every stage of the programme, from socialization and women’s and village meetings, to project implementation. Pada April 2008, MGKD memasuki fase kedua di Aceh Timur. Hasan diberikan bantuan tambahan dan ikut terlibat di setiap fase program mulai dari sosialisasi dan pertemuan wanita dan desa, hingga pelaksanaan proyek. The skills that developed recently helped him to get elected as the Head of Panton Rayeuk B village. ”I am filled with hope that the peace in Aceh will last forever and that the MGKD programme will be a great success,” he says. Keterampilan yang telah dikembangkannya baru-baru ini Hasan is one of many ex-combatants actively involved in the implementation of the MGKD programme in Banda Alam sub-district. Hasan merupakan salah satu dari banyak mantan membantunya untuk dipilih sebagai Kepala Desa Panton Rayeuk B. ”Saya sangat berharap perdamaian di Aceh akan berlangsung seterusnya dan bahwa program MGKD akan sangat berhasil,” katanya. 1. Hasan participating at FDPL Traning in Banda Alam, Aceh kombatan yang secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program MGKD di kecamatan Banda Alam. Timur. / Hasan berpartisipasi dalam pelatihan FDPL di Banda 1 2 Alam, Aceh Timur. 2. Hasan working at UPK Office in Banda Alam, Aceh Timur. / Hasan bekerja di kantor UPK di Banda Alam, Aceh Timur. © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 62 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Decommissioning Temporary Living Centres/ Pengosongan Tempat Tinggal Sementara IOM’s role in the decommissioning process for Temporary Living Centers (TLCs) for families displaced by the tsunami is now complete, with less than 600 people left in makeshift barracks in Aceh Besar and Aceh Barat. Peran IOM dalam proses pengosongan tempat tingal sementara telah rampung dengan kurang dari 600 pengungsi internal yang masih tinggal di tempat tinggal sementara di Aceh Besar dan Aceh Barat. Proyek dilakukan melalui survei mendalam dari rumah The project implemented an in-depth house-tohouse survey of the people still in TLCs in 2007 and has since handed over coordination of the project to government agencies. ke rumah atas penghuni yang masih bertahan hingga 2007. Sejak saat itu, koordinasi proyek telah diserah terimakan ke badan-badan pemerintah. Faktor-faktor kunci yang menghentikan proses relokasi Key factors stopping people from relocating were identified as unsatisfactory new permanent housing that lacked proper water, sanitation and electricity; the fact that people’s jobs were closer to the TLCs than the permanent sites; and a fear among some residents that while entitled to new housing, they were not convinced that they would receive it and were therefore reluctant to move. diidentifikasi sebagai rumah permanent yang tidak layak karena kurangnya air bersih, sanistasi dan listrik; tempat kerja yang lebih dekat ke barak dibanding lokasi-lokasi permanent; dan kekhawatiran bahwa meskipun mereka berhak atas bantuan perumahan, namun mereka tidak yakin bahwa mereka akan menerimanya sehingga mereka enggan untuk pindah. Guna mendorong relokasi dari tempat tinggal sementara,, To promote relocation from TLCs, the project incorporated several components including: • Identifying and coordinating with new housing providers for residents. • Working with local government, the Aceh Rehabilitation and Reconstruction agency (BRR), local communities and residents to encourage ineligible non-displaced people to leave the sites. • Repairing or renovating completed houses that are not up to standard, by providing electricity, water or sanitation. • Providing small return assistance packages to households that cannot afford to move themselves. proyek ini memiliki beberapa komponen terdiri dari: • Mengidentifikasi dan berkoordinasi dengan penyedia perumahan bagi penghuni. • Bekerjasama dengan pemerintah setempat, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), masyarakat setempat dan para penghuni untuk mendorong perpindahan keluarga non pengungsi. • Memperbaiki atau merenovasi rumah tidak memenuhi standard dengan menyediakan listrik, air dan sanitasi; • Memberikan paket bantuan pemulangan kepada keluarga yang tidak mampu untuk pindah rumah. Selama proyek berlangsung, IOM membantu lokasilokasi tersebut dengan merawat dan memperbaiki During the course of the project IOM supported the sites, maintaining and repairing septic systems, improving drainage and providing supplies such as mosquito netting to families waiting for permanent housing. sistem septic, menyediakan bagi meningkatkan kebutuhan keluarga-keluarga seperti yang kualitas kelambu menanti drainase, nyamuk selesainya pembangunan rumah masing-masing. IOM telah berkoordinasi erat dengan pemerintah IOM coordinated closely with the government throughout the project, lobbying and advocating on behalf of displaced families waiting to be re-housed. Indonesia selama pelaksanaan proyek ini, melobi dan mewakili keluarga-keluarga yang masih menunggu untuk menerima rumah. IOM coordinated closely with the government throughout the project, lobbying and advocating on behalf of displaced families waiting to be re-housed. / IOM telah berkoordinasi erat dengan pemerintah Indonesia selama pelaksanaan proyek ini, melobi dan mewakili keluargakeluarga yang masih menunggu untuk menerima rumah. 63 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1-4. During 1 the course of the project IOM supported the sites, maintaining and repairing septic systems, improving drainage and providing supplies such as mosquito netting to families waiting for permanent housing. / IOM telah berkoordinasi erat dengan pemerintah Indonesia selama pelaksanaan proyek ini, melobi dan mewakili keluargakeluarga yang masih menunggu untuk menerima rumah.ke badanbadan pemerintah. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 64 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 5-8. The project 5 implemented an in-depth houseto-house survey of the people still in TLCs in 2007 and has since handed over coordination of the project to government agencies. / Proyek dilakukan melalui survei mendalam dari © IOM Indonesia 2008 rumah ke rumah atas penghuni yang masih bertahan 6 7 hingga 2007. Sejak saat itu, koordinasi proyek telah diserah terimakan ke badan-badan pemerintah. © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 8 © IOM Indonesia 2008 By the Numbers Temporary Living Centres (TLCs), Aceh 1,839 Households (73.6% of all surveyed) moved out of TLCs into new living situations by the end of the project. / Keluarga (73.6% dari total survei) yang telah pindah dari TLC ke kehidupan baru pada akhir proyek 660 Households (26.4%) remaining in TLCs at the end of the intervention. / Keluarga (26.4%) yang masih bertahan di TLC pada akhir intervensi 170 TLCs decommissioned with assistance from IOM. / Pengosongan TLC dengan bantuan dari IOM 760 Estimated number of internally displaced people moved to permanent housing after barriers to movement addressed. / Perkiraan jumlah pengungsi yang telah berpindah ke rumah permanen setelah anjuran untuk pindah disampaikan 65 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Regulating Migration/ Menangani Migrasi 66 Counter Trafficking Efforts / Upaya Penanggulangan Perdagangan Manusia | 78 Technical Cooperation & Capacity Building [ Police Training ] / Kerjasama Teknis dan Pembangunan Kapasitas [ Pelatihan Polisi ] | 86 Irregular Migration / Migrasi Gelap | 65 66 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Counter-Trafficking Efforts/ Upaya Penanggulangan Perdagangan Manusia Overcoming the Trauma of Human Trafficking/ Mengatasi Trauma Perdagangan Manusia Rasti (not her real name) thought she knew everything about working overseas, having spent two years in Singapore. As a relatively self-confident and career-minded woman with more than 10 years of experience in a service industry, she wasn’t a wide-eyed naive girl leaving her village for the first time. Working did not just give her independence, new skills and broader horizons – it was also her refuge from a difficult situation at home. Setelah tinggal dua tahun di Singapure, Rasti (bukan nama When an advertisement in the classifieds section of a local newspaper promised a well-paid job in Japan, she didn’t hesitate to call the agent’s number. It was very appealing: working as a karaoke hostess in Japan, with the equivalent of more than IDR30 million in tips, on top of a good salary. Ketika sebuah iklan di sebuah surat kabar lokal menjanjikan She was also not required to do any preparatory paperwork – it would all be done for her. Soon she had landed in Tokyo and traveled to a small town four hours away, where she was introduced to a mamasan. Ia juga tidak diharuskan mengurus dokumen-dokumen Then the trouble started. She was told that she owed the agent IDR450 million, which she could pay off by working as a sex worker for a year. Effectively enslaved by the ficticious debt, she began sex work two days after arriving in Japan. Masalah mulai bermunculan. Ia diberitahu bahwa ia She counted every client she was forced to serve. After sleeping with 20 men, some old Rasti menghitung klien yang ia dipaksa untuk melayani. sebenarnya) berpikir dia tahu segala hal tentang bekerja di luar negeri. Sebagai seorang perempuan yang cukup percaya diri dan mengutamakan karir dengan lebih dari sepuluh tahun pengalaman disebuah jasa pelayanan, dia bukanlah seorang gadis lugu yang meninggalkan desa untuk pertama kalinya. Bekerja tidak hanya memberikanya kemerdekaan, sejumlah keterampilan baru dan wawasan yang lebih luas, tapi juga merupakan pelarian dari kesulitan di kampung halamannya. sebuah pekerjaan dengan penghasilan tinggi di Jepang, tanpa ragu-ragu ia menghubungi nomor telepon agen tersebut. Iklan yang begitu menggoda: jumlah tips yang setara lebih dari 30 juta rupiah, diluar gaji yang cukup bagus. karena semuanya telah disiapkan. Tidak lama setelah itu, ia telah mendarat di Tokyo dan melanjutkan empat jam perjalanan menuju sebuah kota kecil dimana ia dipertemukan dengan seorang mamasan. berhutang ke agen sebesar 450 juta rupiah yang ia dapat lunasi dengan bekerja selama setahun sebagai pekerja seks. Terbelenggu oleh hutang yang fiktif, ia telah memulai pekerjaan seks dua hari setelah tiba di Jepang. Setelah melayani 20 laki-laki, beberapa diantaranya cukup She counted every client she was forced to serve. After sleeping with 20 men, some old enough to be her father, she decided that she could not endure the work and would escape... / Rasti menghitung klien yang ia dipaksa untuk melayani. Setelah melayani 20 laki-laki, beberapa diantaranya cukup tua untuk menjadi bapak baginya, ia memutuskan bahwa ia tidak lagi tahan atas pekerjaan dan akan melarikan diri... 67 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1-4. Through 1 cooperation with government and civil society partners since March 2005, IOM Indonesia has supported over 3,200 Indonesian trafficked persons with assistance including return, recovery and reintegration. / Melalui kerja sama dengan pemerintah dan mitramitra organisasi kemasyarakatan sejak Maret 2005, lebih dari 3.200 warga negara Indonesia yang diperdagangkan telah dibantu IOM Indonesia termasuk pemulangan, pemulihan dan reintegrasi. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 68 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 enough to be her father, she decided that she could not endure the work and would escape, despite threats from the mamasan that if she tried to get away, Yazuka gangsters would come after her and torture her. tua untuk menjadi bapak baginya, ia memutuskan bahwa Eventually she devised an escape plan with another Indonesian woman and was rescued by the police. The police then referred both women to the Indonesian embassy, who in turn referred them to IOM Japan. Akhirnya Rasti secara hati-hati mewujudkan rencana IOM Japan notified IOM Indonesia, offered support and helped the women to return home. On arrival IOM counter trafficking staff met them and took them to the Recovery Center for victims of trafficking at the National Police Hospital. IOM Jepang memberitahu IOM Indonesia, menawarkan The Center provided a thorough medical check and psychosocial counseling in a friendly atmosphere. There she shared her hopes and fears with IOM staff. Clearly still traumatized by her experience, she said she didn’t want to work overseas again. But if possible, she did would like to train as a hairstylist and, hopefully, one day start her own salon. Pusat ini menyediakan pemeriksaan kesehatan menyeluruh IOM encouraged her and referred her to a local NGO partner, which monitored her progress as she enrolled in a hairstyling course. She obtained a certificate and volunteered to help at IOM’s trafficked victims’ center, where she taught beauty salon skills to other victims, shared stories and gave them hope. “Move on. There is still so much more in life,” she told them. Now, realizing her dream, she is back in her hometown and running her own salon. IOM mendorong keinginannya itu dengan mengarahkannya ia tidak lagi tahan atas pekerjaan dan akan melarikan diri, meskipun ancaman mamasan mengatakan bahwa kelompok Yakuza akan menangkap dan menyiksa dirinya bila ia berusaha melarikan diri. pelarian diri bersama seorang perempuan dari Indonesia dan diselamatkan oleh pihak kepolisian. Polisi langsung membawa keduanya ke kedutaan besar Indonesia yang kemudian menyerahkan ke IOM Jepang. dukungan dan membantu keduanya kembali ke Indonesia. Setibanya di Indonesia, staff counter trafficking IOM menemui mereka dan membawa mereka ke pusat pemulihan korban traffiking di Rumah Sakit Polri. dan bimbingan psychosocial di lingkungan yang bersahabat. Di tempat ini dengan staf IOM, ia berbagi cerita tentang harapan dan ketakutannya. Sangat jelas ia masih trauma atas pengalamannya tersebut, ia mengatakan ia tidak akan bekerja di luar negeri lagi. Namun bila memungkinkan, ia berkeinginan untuk berlatih menjadi penata rambut dan berharap suatu saat nanti ia bisa memiliki sebuah salon. ke mitra NGO lokal, yang memonitor perkembangannya setelah ia mendaftarkan diri ke sebuah pelatihan penata rambut. Ia kini telah mengantongi ijazah dan secara sukarela membantu di pusat pemulihan korban traffiking IOM, dimana ia mengajarkan sejumlah keterampilan kecantikan ke korban-korban yang lain, berbagi cerita dan memberikan harapan. “Maju. Hidup ini begitu kaya,” ujarnya. Kini impiannya terwujud, ia kembali di kampung halamannya dan memiliki salon pribadi. 69 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1-4. In 2008 IOM 1 has been an active partner alongside other agencies in providing technical assistance to define the framework for applying the legislation at local and national levels. / Pada 2008 IOM telah menjadi mitra aktif dengan organisasiorganisasi lain dalam menyediakan bantuan teknis dalam menyiapkan kerangka kerja untuk mengaplikasi undang-undang pada tingkat lokal dan nasional. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 70 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Counter Trafficking Unit Following the passage of its Anti-Trafficking Law in 2007, the government and civil society organizations have been working to lay the ground work for successful implementation of the law. Since 2003, IOM has been actively engaged with many of its components, including prevention, criminal justice and victim assistance. Unit Penanggulangan Perdagangan Orang Setelah disahkannya undang-undang anti perdagangan orang pada 2007, pemerintah dan organisasi-organisasi kemasyarakatan telah bekerja untuk memastikan keberhasilan dari pelaksanaan undang-undang tersebut. Sejak 2003, IOM telah secara aktif terlibat dengan banyak komponen dari elemen-elemen tersebut, termasuk pencegahan, pengadilan kejahatan dan bantuan untuk In 2008 IOM has been an active partner alongside other agencies in providing technical assistance to define the framework for applying the legislation at local and national levels. It has supported Indonesia’s implementation of the law to prevent trafficking, to prosecute traffickers, and to protect victims. korban. Pada 2008 IOM telah menjadi mitra aktif dengan organisasi-organisasi lain dalam menyediakan bantuan teknis dalam menyiapkan kerangka kerja untuk mengaplikasi undang-undang pada tingkat lokal dan nasional. Sejauh ini telah membantu Indonesia dalam melaksanakan undangundang untuk mencegah perdagangan orang, untuk Technical Support for Government and NGO Partners Based on its years of experience in Indonesia, IOM’s Counter Trafficking Unit has notably provided technical support to government partners. During 2008, the government has worked on finalizing Standard Operating Procedures, Minimal Standards of Assistance, a National Plan of Action on Trafficking in Persons, and similar efforts to embed counter trafficking thinking in national legislation and local planning. menghukum para pedagang orang dan untuk melindungi korban. Bantuan Teknis untuk Pemerintah dan Mitra NGO Melihat pengalamannya di Indonesia, unit penanggulangan perdagangan orang IOM secara khusus telah memberikan dukungan teknis untuk mitra-mitra pemerintah. Selama 2008, pemerintah telah bekerja untuk menyelesaikan Standar Prosedur Operasional, Standar Minimal Bantuan, dan sebuah rencana kerja aksi nasional tentang perdagangan orang, dan usaha-usaha serupa untuk memasukkan IOM staff are involved with inter-agency efforts to provide coordinated technical support on standards, enhanced mechanisms to better meet challenges, and increased coordination between district, provincial, and national efforts. pemikiran tentang perdagangan orang pada lembaga legislatif nasional dan lokal. Staff IOM terlibat dalam usaha antar organisasi untuk memberikan dukungan teknis yang terkordinasi sesuai standar, meningkatkan mekanisme dalam menghadapi In addition, IOM has helped over 80 partners from its extensive NGO and faith-based organization network to attend various public hearings and discussions on government documents and legislation. Their involvement has enhanced civil society participation and provides an opportunity for direct NGO experience from the field to be heard by central and local government officials. tantangan-tantangan dan meningkatkan koordinasi di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional. Lebih jauh lagi, IOM telah membantu 80 mitra NGO dan jaringan organisasi keagamaan untuk mengikuti beragam kegiatan dengar pendapat dan diskusidiskusi tentang keputusan-keputusan pemerintah dan legislatif. Keterlibatan mereka telah meningkatkan partisipasi masyarakat madani dan memberikan sebuah Assistance for Trafficked Persons Direct assistance to trafficked persons has continued to be a central focus for IOM Indonesia, particularly in the medical and psycho-social help. In addition to supporting individuals at the IOM Recovery Center at the Jakarta National Police Hospital, IOM continues to build the capacity of government medical staff to harmonize services for victims as mandated under Indonesian law. kesempatan untuk bagi para pejabat pemerintah untuk mendengar langsung pengalaman dari para NGO. Bantuan bagi Korban Perdagangan Bantuan langsung bagi orang-orang yang pernah diperdagangkan telah menjadi perhatian utama IOM Indonesia, khususnya bantuan dalam bidang medis dan psikososial. Selain memberikan bantuan ke setiap korban di RS Polri, IOM terus memberikan pelatihan bagi staff medis Direct assistance to trafficked persons has continued to be a central focus for IOM Indonesia, particularly in the medical and psycho-social help. / Bantuan langsung bagi orang-orang yang pernah diperdagangkan telah menjadi perhatian utama IOM Indonesia, khususnya bantuan dalam bidang medis dan psikososial. 71 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Through cooperation with government and civil society partners since March 2005, IOM Indonesia has supported over 3,200 Indonesian trafficked persons with assistance including return, recovery and reintegration. pemeritah untuk menyelaraskan pelayanan-pelayannya atas korban-korban sesuai mandat hukum Indonesia. Melalui kerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra organisasi kemasyarakatan sejak Maret 2005, lebih dari 3.200 warga negara Indonesia yang diperdagangkan telah In 2008, IOM focused on provision of medical and psycho-social support for trafficked persons, largely based out of the Jakarta Recovery Center. In addition, IOM continues working with government medical staff from multiple ministries who provide services for trafficked persons to coordinate assistance as well as enhance capacity. dibantu IOM Indonesia termasuk pemulangan, pemulihan dan reintegrasi. Pada 2008, IOM secara khusus menyediakan dukungan medis dan psikososial bagi korban perdagangan orang, yang terpusat di Pusat Pemulihan Jakarta. Selain itu, IOM terus bekerja sama dengan staff medis pemerintah yang berasal dari sejumlah departemen yang menyediakan pelayananpelayanan bagi korban perdagangan dalam rangka Criminal Justice and Labour Trafficking IOM Indonesia has responded to labour trafficking in the region by re-launching programming to increase the capacity of the criminal justice system. According to data collected from IOM beneficiaries, around 70% of trafficked persons assisted were trafficked for domestic work. The US Department of State’s GTIP office has provided support for IOM to build upon three years of expertise in this field since 2004. mengkoordinasikan bantuan sekaligus meningkatakan kapasitas. Peradilan dan Perdagangan Orang IOM Indonesia menanggapi perdagangan orang dengan kembali meluncurkan program untuk meningkatkan kapasitas sistem peradilan. Berdasarkan data dari penerima bantuan IOM, sekitar 70 persen korban perdagangan yang dibantu, diperdagangkan sebagai pembantu rumah tangga. Pemerintah Amerika dalam hal ini kantor untuk memerangi In addition to revising user-friendly guidelines created during previous programming, IOM is carrying out coordination trainings in 2008 and 2009 between criminal justice and labour agencies in key sending areas for migrant workers. perdagangan orang, telah mendukung IOM dalam bidang ini selama tiga tahun sejak 2004. Selain memperbaiki memperbaiki garis pedoman yang dibuat pada program sebelumnya, IOM juga mengkoordinasi pelatihan-pelatihan pada 2008 dan 2009 yang meliputi sistem Additionally, social service agencies have joined the trainings to enhance the referral network that is vital for delivery of necessary services and protection for trafficked persons. A fund to support trafficked persons through the criminal justice process also simultaneously provides direct support for victims as well as capacity building for service providers. peradilan dan lembaga-lembaga tenaga kerja. Lebih jauh lagi, lembaga-lembaga sosial juga mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut untuk menambah jaringan rujukan mengingat pentingnya pelayanan dan perlindungan bagi korban-korban perdagangan. Dana untuk mebantu koran-korban perdangan melalui sistem peradilan yang juga bantuan langsung bagi korban merupakan bentuk To further entrench training and awareness of the law, IOM works with criminal justice agencies to create training materials for police and prosecutors. As IOM focuses on the sustainability of its services, the curriculum developed in partnership with the training institutions, will long outlive the actual funded life of the programme. pembangunan kapasitas bagi para penyedia jasa. Dalam rangka memperdalam pelatihan dan pemahaman hukum, IOM berkerjasama dengan lembaga-lembaga hukum untuk membuat materi-materi pelatihan bagi kepolisian dan jaksa. Dengan pemikiran kesinambungan program ini, IOM bersama lembaga-lembaga pelatihan mengembangkan kurikulum yang akan bertahan lama dan mandiri. As with all of IOM’s counter trafficking activities, protection of victims is an underlying theme throughout the guidelines, trainings and curriculum. IOM seeks to increase prosecutions through capacity building and training, and to increase the participation of consenting victims in the legal process. Sejalan dengan aktifitas penanggulangan perdagangan manusia IOM, perlindungan korban adalah tema utama diseluruh pedoman, pelatihan-pelatihan dan kurikulum. IOM mencoba meningkatkan peradilan melalui pembangunan kapasitas dan pelain, dan untuk meningkatkan kesukarelaan korban untuk berpartisipasi dalam proses hukum. 72 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 By the Numbers (March 2005 - October 2008) A. General Information of VoTs Sex / Jenis Kelamin Age of VoTs / Usia Korban Trafficking Children / Anak-anak Infant / Bayi % Adults / Dewasa Total Female / Perempuan 5 666 2,202 2,873 89.17% Male / Laki-laki 0 142 207 349 10.83% Total 5 808 2,409 3,222 100% Province Origin/ Total % Destination Where VoTs were Trafficked/ Propinsi Asal Total % Negara Tujuan dimana Korban Trafficking di Perdagangkan West Kalimantan/ Kalimantan Barat 709 22% West Java/ Jawa Barat 682 21.17% Malaysia/ Malaysia 2,432 75.49% 613 19.03% East Java/ Jawa Timur 400 12.41% Indonesia/ Indonesia Central Java/ Jawa Tengah 352 10.92% Saudi Arabia/ Saudia Arabia 60 1.86% North Sumatera/ Sumatera Utara 221 6.86% Singapore/ Singapura 27 0.84% Japan/ Jepang 27 0.84% West Nusa Tenggara/ Nusa Tenggara Barat 220 6.83% Syria/ Siria 12 0.37% Lampung/ Lampung 158 4.9% Kuwait/ Kuwait East Nusa Tenggara/ Nusa Tenggara Timur 129 4% South Sumatera/ Sumatera Selatan 66 2.05% Banten/ Banten 66 2.05% South Sulawesi/ Sulawesi Selatan 56 1.74% Others/ Lainnya Forms of Exploitation / 44 1.37% 119 3.7% 3,222 Total 100% % Jenis Eksploitasi Domestic Worker / Pramuwisma 0.31% 7 0.21% Iraq/ Irak 7 0.21% 27 0.84% 3,222 100% Others/ Lainnya Total DKI Jakarta/ DKI Jakarta Total 10 Mauritius/ Mauritius Type of Direct Assistance Provided to VoTs/ Frequency/ Jenis Bantuan Langsung yang Diberikan kepada Korban Trafficking Frekuensi Health services / Pelayanan kesehatan 2,960 General psychosocial counselling / Konsul psikososial umum 3,222 Psychological assessment / Assessment psikologis 2,212 Psychiatric care / Perawatan psikiatrik 1,765 54.78% Assisted return / Bantuan pemulangan Reintegration assistance / Bantuan reintegrasi* Sex Worker / Pekerja Seks 506 15.7% Other / Lainnya 392 12.17% Plantation Worker / Buruh Tani 170 5.28% Waitress / Pramusaji 86 2.67% Construction or Labourer / Pekerja Konstruksi atau Buruh 73 2.26% Shopkeeper / Penjaga Toko 68 2.11% Factory Worker / Buruh Pabrik 66 2.05% Nanny or Babysitter / Pengasuh Anak 53 Fisherman / Nelayan 255 3,222 see below Breakdown of Reintegration Assistance/ Frequency/ Jenis Bantuan Reintegrasi Frekuensi Follow up counselling services/ Pelayanan konseling lanjutan 1,265 Small business assistance/ Bantuan usaha kecil 677 Follow up transportation assistance/ Bantuan transportasi lanjutan 794 1.64% Follow up medical care/ Bantuan kesehatan lanjutan 355 Education assistance/ Bantuan pendidikan 158 Non-formal education assistance/ Bantuan pendidikan non-formal 254 17 0.53% Beggar / Pengemis 6 0.19% Masseuse / Tukang Pijat 6 0.19% Scavenger / Pemulung 6 0.19% 5 0.15% Legal assistance/ Bantuan pendampingan hukum 94 Baby Selling / Perdagangan Bayi 3 0.09% Credit Union enrollment / Bantuan pengikutsertaan pada koperasi simpan pinjam 39 Cultural Dancer / Penari Tradisional 3,222 100% Refuse any type of reintegration support/ Menolak semua jenis bantuan reintegrasi Total 215 73 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 B. Medical and Psychological Data Most Common Medical Diagnoses / Total Diagnosa Medis yang Paling Sering Umum Dijumpai Anemia / Anemia 568 Reproductive Tract Inf / Infeksi Saluran Reproduksi 533 Dental Caries / Karies dentis 520 Urinary Tract Inf / Infeksi Saluran Kencing 504 Candidiasis / Kandidiasis 428 Dyspepsia / Dispepsia 257 Headache / Sefalgia (sakit kepala) 224 Other Respiratory Dis / Gangguan pernafasan lainnya 170 Refraction Dis / Gangguan refraksi 153 Hypotension / Hipotensi 149 Skin parasite & Dermatitis / Infestasi parasit pada kulit dan dermatitis 118 Menstrual Cycle Dis / Gangguan siklus menstruasi 106 Physical Trauma / Trauma fisik 79 Tuberculosis / Tuberkulosis 29 Results of Psychological Assessment / Hasil Pengkajian Psikologis Proportion of Positive STI Results Based on Total Tested / % Proportion of Positive STI Results Based on Total Tested Chlamydia / Klamidia 70.5 Gonorrhea / Gonorhea 5.8 Trichomoniasis / Trikomoniasis 4.4 Hepatitis B / Hepatitis B 3.9 Syphilis / Sifilis 2.9 Genital wart / Kondiloma akuminata 1.6 HIV Positive / HIV positif 1.4 Adult / Dewasa % (n=1,747) Child / Anak-anak % (n=465) Post traumatic stress symptoms / Gelaja stres paska trauma 30 20 Depression symptoms / Gejala depresi 81 72 Psychiatric problems / Masalah psikiatrik 12 11 Anxiety symptoms / Gejala cemas (atau ansietas) 62 55 Excessive use of alcohol / Penggunaan alkohol berlebih 5 9 Excessive use of drugs / Penggunaan obat-obatan berlebih 3 7 Excessive use of smoking / Merokok berlebihan 4 11 10 8 Suicidal ideations/ plans/ attempts / Ide/ rencana/ upaya bunuh diri 8 10 No psychological problem / Tidak terdapat masalah psikologis 7 14 Low self esteem / Tingkat kepercayaan diri yg rendah Results of Psychiatric Assessment / Hasil Pengkajian Psikiatrik Category / Kategori All RC / All RC Frequency / Frekuensi % Organic, including symptomatic, mental disorder / Gangguan jiwa organik, termasuk simptomatik 8 3.1 Mental and behavioural disorders due to psychoactive substance use / Gangguan jiwa dan perilaku akibat penggunaan substansi psikoaktif 2 0.8 Schizophrenia, Schizotypal and delusional disorders / Skizofrenis, gangguan skizotipal dan gangguan waham 83 32.6 Affective disorders, depressive disorder, bipolar affective disorders, manic disorders / Gangguan afektif, gangguan depresi, gangguan afektif bipolar, gangguan manik 76 29.8 Neurotic, stress-related and somatoform disorders / Neurosis, gangguan berkaitan dengan stres dan gangguan somatoform 78 30.6 Mental retardation / Retardasi mental 3 1.2 Behavioural and emotional disorders with onset usually occurring in childhood and adolescence / Gangguan perilaku dan emosi dengan onset pada masa anak dan remaja 5 1.9 255 100 Total 74 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Success Story/ Cerita Sukses IOM’s Counter Trafficking Unit has worked closely with the Indonesian government and civil society to enhance health services provided for trafficked persons. Regardless of the type of trafficking, the level of exploitation experienced through trafficking is often extreme, often causing physical and mental health complications. Unit Counter Trafficking IOM telah bekerjasama secara erat Throughout its comprehensive return, recovery and reintegration activities carried out since 2005, IOM has provided medical and psycho-social assistance, while building the capacity of local service providers. As with other direct assistance, IOM aims to lessen its direct role while building and increasing the services of government and NGO providers. Kegiatan pelayanan menyeluruh seperti pemulangan, Through provision of recovery services to over 3,200 Indonesian trafficked persons, IOM Indonesia has worked alongside local and national health officials, medical NGOs, and multiple government bodies including police hospitals, the Ministry of Health and the Ministry of Social Affairs. Melalui penyediaan pelayanan pemulihan atas 3.200 To enhance the quality of services and a wider understanding of trafficking versus other forms of violence and patient-centered care, IOM has facilitated multiple training programmes for government health officials. Dalam usahanya meningkatkan kualitas pelayanan dan dengan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kesehatan bagi korban perdagangan manusia. Terlepas dari bentuk perdagangan tersebut, tingkat exploitasi yang dialami selama proses perdagangan itu sering terbilang ekstrem dan tidak jarang menyebabkan komplikasi pada kesehatan fisik maupun mental. pemulihan dan reintergrasi telah dilakukan sejak 2005, IOM tidak hanya menyediakan bantuan pelayanan medis dan psikososial, tapi juga membangun kapasitas para penyedia layanan. Seiring dengan dukungannya yang lain, IOM berkeinginan mengurangi peran langsungnya dengan membangun dan meningkatkan kapasitas pelayanan dari pemerintah dan NGO. korban perdagangan manusia di Indonesia, IOM Indonesia telah menjalin kerjasama yang amat produktif dengan pejabat kesehatan lokal dan national, NGO yang bergerak di bidang kesehatan, dan sejumlah badan pemerintah termasuk rumah sakit-rumah sakit Polri, Departemen Kesehatan dan Departemen Sosial. pemahaman yang lebih luas tentang perdagangan manusia dan bentuk lain dari kekerasan, serta perawatan yang berpusat pada pasien, IOM telah memfasilitasi banyak program pelatihan untuk pejabat kesehatan pemerintah. To enhance the quality of services and a wider understanding of trafficking versus other forms of violence and patient-centered care, IOM has facilitated multiple training programmes for government health officials. 75 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 / Dalam usahanya meningkatkan kualitas pelayanan dan pemahaman yang lebih luas tentang perdagangan manusia dan bentuk lain dari kekerasan, serta perawatan yang berpusat pada pasien, IOM telah memfasilitasi banyak program pelatihan untuk pejabat kesehatan pemerintah. To refresh the knowledge of medical staff from the Police Hospital, Department of Social Affairs and BNP2TKI’s Registration Center at the Jakarta airport for returning migrant workers, IOM medical staff teamed up with Police Hospital staff to provide refresher training for 25 physicians and nurses in October 2008. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan dan Another important focus of the training is to encourage strong case management, including comprehensive health assessments, record keeping, special considerations for children and mental health assistance. The training also provides an opportunity for health practitioners from different agencies to discuss the challenges of assistance provision, as well as how to enhance their coordination. Sebuh fokus penting dari pelatihan adalah untuk Training materials are based on IOM’s worldwide standards and experience in Indonesia, and are consistent with the global UN.GIFT Guidelines for Health Providers on Trafficking in Persons, drafted in 2008, to which IOM Indonesia medical staff contributed. Materi pelatihan didasarkan pada standar internasional In the coming year, IOM will continue providing medical assistance to victims of trafficking, training to Indonesian medical practitioners and technical assistance for government partners on further integrating medical recovery under Indonesian law. Pada tahun mendatang, IOM akan terus memberikan meningkatkan kemampuan pelayanan staf di rumah sakit Polri, Departemen Sosial, BNP2TKI di bandar udara Jakarta, staff kesehatan IOM bekerja sama dengan staff rumah sakit Polri telah memberikan pelatihan penyegaran bagi 25 tenaga kesehatan dan perawat pad Oktober 2008. mendorong manajemen kasus, termasuk pemeriksaan kesehatan menyeluruh, pencatatan, bantuan kesehatan khusus bagi anak-anak dan bantuan kesehatan mental. Pelatihan tersebut tidak hanya memberikan kesempatan bagi para praktisi kesehatan dari berbagai organisasi untuk berdiskusi tentang tantangan-tantangan dalam penyediaan bantuan, namun juga bagaimana meningkatkan koordinasi. yang dianut IOM dan pengalaman-pengalaman nyata di Indonesia yang juga sejalan dengan pedoman global UN.GIFT bagi para penyelenggara pelayanan kesehatan atas korban perdagangan yang disusun pada 2008 dimana staf medis IOM Indonesia terlibat di dalamnya. bantuan kesehatan bagi korban perdagangan, pelatihan bagi praktisi kesehatan Indonesia dan bantuan teknis untuk mitra-mitra pemerintah dalam usaha menyatukan pemulihan kesehatan dibawah hukum Indonesia. 76 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Bring Back the Sight / Mengembalikan Penglihatan Reni was offered a job in Hong Kong as domestic worker. Before she left, she was required to pay US$27 to a recruitment agent and US$50 for a passport. She was then taken to work at the agent’s house while her travel documents were processed. However, she was not paid for her labour and was prohibited from leaving the home during the three months she spent there. Reni ditawari kerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong. Sebelum dia pergi, dia harus membayar AS$27 kepada agen tenaga kerja dan AS$50 untuk membuat paspor. Sementara menunggu dokumen perjalanannya diproses, Reni kemudian dibawa untuk diperkerjakan di rumah agendipindahkan ke rumah agen. Namun, ia tidak dibayar atas pekerjaannya dan dilarang meninggalkan rumah selama tiga bulan ia tingal di sana. When she finally arrived in Hong Kong, a local labour agency, Helper Inc, placed her in a home for four months and then located a more desirable long-term position with a man named Mr. Wu. It was here that Reni’s two-year nightmare began. Ketika akhirnya ia tiba di Hong Kong, sebuah agen tenaga kerja setempat, Helper Inc, menempatkannya di sebuah rumah selama empat bulan hingga kemudian mendapatkan kontrak jangka panjang yang menjanjikan dengan seorang bernama Mr.Wu. Disinilah dua tahun In addition to assisting Wu’s his immediate family, Reni was also worked for his mother and brothers, 18-hour days cooking and cleaning that began at 6 am. Her determination to build a better life for her young daughter in East Java saw her through the first year of her contract. Every month, Wu brought Reni to a bank where he withdrew her monthly HKD 2,220 salary (roughly US$300.00) but she never saw the money. Her employer, who held her passport and other documents, claimed the full amount of her salary was being used to pay for her travel papers, clothes and food. mimpi buruk Reni mulai. Selain bekerja untuk keluarga Wu, Rami juga bekerja untuk ibu dan kakak-kakak Mr. Wu, setiap hari selama 18 jam memasak dan mencucui yang dimulai jam 06.00 pagi. Keingingan untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi putrinya di Jawa Timur mendorongnya bekerja hingga akhir kontrak pada tahun pertamannya. Setiap bulannya, Wu mengajak Reni ke bank untuk mengambil gajinya yang sebesar 2200 dolar Hong Kong (sekitar 300 dolar Amerika) namun ia tidak pernah menerima uang tersebut. Majikannya yang memegan paspor dan dokumen lainnya, mengatakan bahwa jumlah keseluruhan gajinya The situation went from bad to worse when Wulearned Reni had written a letter to family in Indonesia informing them of her position. Her enraged employer beat Reni and threatened to turn her over to the police should she ever write to her family again. telah digunakan untuk membayar biaya perjalanan, dokumen, pakaian-pakaian dan makanan. Keadaan ini semakin memburuk ketikan Wu mengatahui bahwa Reni telah menulis surat ke keluarganya di Indonesia yang menjelaskan keadaannya. Majikannya yang marah memukul dan mengancam akan melaporkannya ke polisi All contact with her small circle of friends was prohibited through the second year of her contract, which was marked by regular assaults and humiliations. Reni related later that she was often forced to eat garbage, drink soapy water and was threatened with being locked in a coffin, or dumped penniless in rural Chinese to fend for herself. bila ia kembali menulis surat ke keluarganya lagi. Semua bentuk komunikasi dengan teman-temannya dilarang selama tahun kedua kontraknya yang juga ditandai dengan siksaan dan penghinaan yang semakin sering terjadi. Reni pun masih ingat ketika ia dipaksa untuk memakan sampah, meminum air sabun dan diancam 77 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 “The reason why I got beaten up because Mr. Wu has a serious legal problem,” she later told IOM. “He took it out on me. No matter what I did, I would always got beaten up.” akan dimasukan ke peti mati dan dikirim ke China jika dia melawan. “Saya disiksa Mr. Wu, karena dia punya masalah serius dengan Wu’s assaults – he beat her with shoes and sandals, often slamming her head into the wall – began to take their toll on Reni’s eyes in particular. Her vision began to blur until she could not see clearly. She became forgetful and slow to respond to questions. Her health declined so noticeably that Wu ultimately dumped Reni at the airport in Hong Kong with no money and a airline ticket to Indonesia. pihak berwajib. Karena kesal, dia selalu melampiaskannya ke saya. Apapun yang saya lakukan pasti dianggap salah, dan saya selalu disiksa karenanya.” Siksaan Wu seperti pemukulan menggunakan sepatu dan sandal, dan seringkali membenturkan kepalanya ke dinding mulai menunjukkan akibatnya, tertutama pada mata Reni. Penglihatannya mulai kabur hingga akhirnya ia tidka bisa lagi melihat jelash. Ia mulai menjadi pelupa dan bereaksi lambat atas pertanyaan-pertanyaan. Kondisi kesehatannya menurut drastis hingga Wu akhirnya meninggalkan Reni di The airline staff was never informed about the low vision that she had. Before departing, Reni was forced to sign a 6-page paper which she didn’t know what was written there. She was threatened that she should no longer work in Hong Kong. bandar udara di Hong Kong tampa uang dan sebuah tiket untuk kembali ke Indonesia. Staff dari maskapai penerbangan tidak diberitahu tentang kondisi penglihatannya. Namun sebelum berangkat, Reni dipaksa menandatangani enam lembar kerjtas yang dia On arrival at Jakarta ‘s Soekarno-Hatta airport Reni was escorted by a sympathetic migrant labour inspector to the airport’s dedicated terminal for returning overseas migrant workers where she was referred to IOM’s recovery center at Kramat Jati Police Hospital. sendiri tidak tahu apa yang tertulis di dalamnya. Ia diancam bahwa dia tidak boleh lagi bekerja di Hong Kong. Setibanya di Bandar udara Soekarno-Hatta di Jakarta, Reni didampingi oleh seorang staf yang ramah menuju terminal yang khusus disediakan bagi pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Ia kemudian dirujuk ke Pusat Pemulihan There IOM’s staffers provided Reni medical assistance, counseling and psychosocial treatment. She was educated about human trafficking, reproductive health, and safe migration practices. Her father was contacted and managed to visit her at the Recovery Center. Terpadu IOM di Rumah Sakit Polri. Staf multi disipliner IOM memberikan pelayanan medis dan psikologis berupa konseling dan psikososial untuk Reni. Dia juga menerima informasi tentang Perdagangan Orang, Kesehatan Reproduksi dan Pesan Bermigrasi Aman. Ayahnya datang menjenguknya di Rumah Sakit. When she got better, she was escorted home to East Java to join the rest of her family. She continued receiving assistance from IOM’s NGO partner to ensure her full recovery. With treatment, Reni’s vision gradually improved and she now lives with her young daughter and extended family. Ketika dia sudah membaik, dia lalu didampingi pulang ke rumah untuk bertemu keluarga besarnya. Sepulangnya, Reni masih menerika bantuan dari IOM melalui mitra LSMnya untuk memastikan pemulihan yang sempurna. Dengan perawatan, penglihatan Reni membaik dan ia kini tinggal bersana putri dan keluarga besarnya. 78 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Technical Cooperation & Capacity Building [ Police Training ] / Kerjasama Teknis dan Pembangunan Kapasitas [ Pelatihan Polisi ] INP Consults With NGOs on Community Policing Law Draft / Polri Diskusi Draft Perkap Polmas dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesian National Police (INP) Law Division Head Inspector General Aryanto Sutadi met with representatives of 15 NGOs focusing on security sector reform in September 2008 to obtain input for the transformation of the “Kapolri Decree 737” into the new “Kapolri Law on Community Policing Draft”. Kepala Divisi Pembinaan Hukum (Kadiv Binkum) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Inspektur Jeneral Aryanto Sutadi berkonsultasi dengan perwakilan dari 15 LSM. Pembicaraan yang berfokus reformasi sektor keamanan pada 12 September 2008 ditujukan untuk menggalang masukan dalam merevisi ”Skep Kapolri 737” menjadi ”Peraturan Kapolri tentang Polmas (Perkap The discussion, facilitated by IOM and Partnership for Governance Reform, was the first time the INP and civil society have came together to share their views on a law which will impact on everyone’s lives and is an indication of ongoing reform underway in the INP. Polmas)”. Diskusi ini merupakan indikasi penting atas itikad Polri untuk reformasi. Dimana untuk pertama kalinya Polri dan masyarakat sipil berdiskusi dan memberikan pandangan obyektif bagi sistem peraturan yang akan berdampak bagi kehidupan semua orang. The INP Police Chief (Kapolri) Decree 737 on the “Implementation of Community Policing Strategy in INP Duties”, issued in October 2005, is now being revised to finalize its implementation across the country by formulating and passing the Kapolri Law on Community Policing Draft. Inspektur Jeneral Aryanto Sutadi yang memimpin proses finalisasi dalam Kelompok Kerja Polmas untuk menyempurnakan percepatan kebijakan-kebijakan dalam penerapan Polmas, mengungkapkan harapannya untuk suatu sistem Polmas yang lebih terintegrasi, menyeluruh, dan aplikatif bagi para wakil LSM dan Inspector General Aryanto Sutadi, who was assigned to lead the finalization process on behalf of the INP hopes the consultation with civil society will result in a more integrated, holistic, applicable community policing strategy. masyarakat sipil. “Kami (Polri) hendak mengembangkan (Polmas) yang lebih luas cakupannya namun tetap berdasar pada Polmas,” kata optimalisasi “We want to develop community policing on a much wider scale, but we are still at an early stage,” says Sutadi. “Community policing should not stop at problem solving, but must also focus on evaluation and prevention,” he adds. Sutadi mengenai pranat-pranata penyempurnaan keamanan masyarakat yang sudah ada. “Polmas tidak boleh hanya sebatas pada penyelesaian masalah, tetapi juga harus terfokus pada evaluasi dan pencegahan,” tambah Sutadi . Perwakilan LSM secara positif pada pertemuan ini The discussion, facilitated by IOM and Partnership for Governance Reform, was the first time the INP and civil society have came together to share their views on a law. / Diskusi ini merupakan indikasi penting atas itikad Polri untuk reformasi. Dimana untuk pertama kalinya Polri dan masyarakat sipil berdiskusi dan memberikan pandangan obyektif bagi sistem peraturan yang akan berdampak bagi kehidupan semua orang. 79 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. IOM’s 1 contribution helps the INP to integrate the principles and concepts of community policing and international human rights standards into its policies and operational practices. / Kontribusi IOM membantu Polri untuk memadukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep pemolisian dan standar-standar ham internasional kedalah kebijakankebijakan dan operasionalnya. 2. An agreement between the representatives of custom board, police, religious © IOM Indonesia 2008 leader and local government on implementation of community 2 policing. / Kesepakatan penerapan polmas oleh perwakilan lembaga adat, kepolisian, tokoh agama, dan perwakilan pemerintah. 3. Introduction of IOM Indonesia © IOM Indonesia 2008 representatives, Steve Cook, Sarah Domingo and 3 the new INP chief General Bambang Hendarso Danuri. / Perkenalan perwakilan IOM Indonesia, Steve Cook, Sarah Domingo dan Kapolri baru Jendral Polisi Bambang © IOM Indonesia 2008 Hendarso Danuri 80 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 NGO representatives list several key recommendations, including the need for a reward and punishment system; understanding and cooperation of other government institutions; and the clarification of definitions, roles, and implementation strategies. mengajukan sejumlah rekomendasi seperti perlunya sistem penghargaan dan sanksi; pemahaman dan kerja sama institusi pemerintah lainnya; dan klarifikasi pengertian, peran, dan strategi penerapan. “Harus ada suatu sistem penghargaan dan sanksi bagi semua anggota Polri pada semua tingkat,” ujar Rusdi “There must be a reward and punishment system for all INP personnel at all levels if community policing is to work nationwide,” says Rusdi Marpaung of the NGO Impartial. Marpaung dari Imparsial. Apabila Marpaung menekankan pada sistem penghargaan dan sanksi, Ayi Bunyamin dari Praxis berfokus pada kesalahpahaman akan Polmas dan Ayi Bunyamin of the NGO Praxis sees some misunderstanding of community policing and Community Police Partnership Forums. “Community Police Partnerships must explain that it is the INP that participates in the community,” says Bunyamin. Forum Kemitraan Polisi masyarakat. “Bentuk dari kemitraan masyarakat-polisi harus diterangkan secara rinci untuk menjelaskan bahwa Polri-lah yang bekerjasama dengan masyarakat,” kata Bunyamin. “Harus ada penjelasan yang lebih langsung dan “There must also be more explanation on what community policing is and what it is not,” adds Mufti of the Institute of Defense Security and Peace Studies (IDSPS). tegas mengenai apa Polmas dan apa yang bukan Polmas,” tambah Mufti dari Institut Studi Pertahanan Keamanan dan Perdamaian (IDSPS) mengenai beberapa organisasi kemasyarakatan yang pro-kekerasan. First winner of community policing poster competition. / Pemenang pertama lomba poster polmas. © IOM Indonesia 2008 81 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 He stresses the difficulties opposed by several violent community organizations and believes that objective outsiders are needed to evaluate community policing. Mufti juga menekankan pentingnya kehadiran suatu badan indipenden yang obyektif untuk mengevaluasi penerapan Polmas. Sampai saat ini IOM telah memfasilitasi pelatihan To date, over 12,000 police officers in seven provinces – West Java, East Java, West Kalimantan, Riau Islands, Jakarta, Bali and Nanggroe Aceh Darussalam – have been trained in community policing and human rights facilitated by IOM and funded by the Royal Netherlands Embassy and the European Commission. Polmas dan hak asasi manusia bagi lebih dari 12,000 anggota Polri di tujuh propinsi – Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Jakarta, Bali, dan Nanggroe Aceh Darussalam –, dengan dukungan dana dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, dan Komisi Eropa. Sebagai bagian integral dukungannya atas Polri, As an integral part of its support to the INP, IOM has facilitated the establishment of over 78 Community Police Partnership Forums in six provinces in an effort to ensure greater cooperation between local law enforcement agencies and members of the community. Members of the forums are democratically elected and work closely with local police to identify and find solutions to law and order problems. IOM telah memfasilitasi pembentukan lebih dari 78 Forum Kemitraan Polisi Masyarakat di tujuh propinsi demi menjamin kerja sama yang lebih baik antara badan-badan penegakan hukum setempat dan anggota masyarakat. Anggota forum ini dipilih secara demokratis dan erat bekerjasama dengan polisi untuk mengidentifikasi dan mencari solusi dari masalah-masalah keamanan dan ketertiban. First winner of human rights poster competition. / Pemenang pertama lomba poster HAM. © IOM Indonesia 2008 82 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 POLICE REFORM PROGRAMME PROGRAM REFORMASI POLISI The success of Phase 1 of IOM’s “Strengthening the Indonesian National Police through Institution Building” project encouraged IOM, the Netherlands and the Indonesian National Police (INP) to launch Phase II of the programme in October 2007. Keberhasilan fase I proyek IOM dalam “Penguatan Kepolisian Republik Indonesia melalui pembangunan Kapsitas,” telah mendorong IOM, Pemerintah Kerajaan Belanda, dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk melanjutkan fase II program ini pada Oktober 2007. The aim of both projects has been to support the implementation of Pemolisian Masyarakat (Polmas) community policing and the promotion of human rights. The second phase of the programme will also focus on ensuring sustainability and preparing the transfer of the programme to the INP. It will be an integral part of the INP reform process, which is in the process of transforming the INP into a professional, accountable and effective law enforcement institution. IOM’s contribution has helped the INP to integrate the principles and concepts of community policing and international human rights standards into its policies and operational practices. The programme has now been implemented in the provinces of West Java, East Java, West Kalimantan, Riau Islands, Jakarta, Bali, and since August 2006, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). One of the key activities in the second phase of the programme has been the successful introduction of community policing to 505 regional police chiefs – one of the programme’s major target groups - in late 2007. IOM has also continued to strengthen the capacity of the INP’s training institutions to deliver human rights and community policing education in a sustainable way, reinforcing the commitment and capacity of senior officers to pursue and consolidate the reforms. IOM has also helped the INP to develop relevant policies on the implementation of community policing. It advised the INP on the refinement of Decree 737 - the INP Chief Regulation Regarding the Basic Manual on Strategies and Implementation of Community Policing in the Performance of INP Duties. This legislation was officially ratified and signed by the INP Chief and the Minister of Justice and Human Rights on October 13, 2008. Tujuan dari keduanya adalah untuk mendukung pelaksanaan Pemolisian Masyarakat (Polmas) dan sosialisasi prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM). Fase kedua program ini akan terfokus pada kesinambungan proses transfer ke Polri. Program ini akan menjadi bagian terpadu dari proses transformasi Polri menjadi sebuah lembaga yang profesional, terpercaya, dan perangkat hukum yang efektif. Kontribusi IOM telah membantu Polri untuk memadukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep pemolisian dan standar-standar ham internasional kedalah kebijakan-kebijakan dan operasionalnya. Program tersebut kini telah dilaksanakan di propinsi Jawa Barat, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Jakarta, Bali dan sejak Agustus 2006, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan pada tahap kedua program adalah sosialisasi yang sukses atas 505 Kepala Kesatuan Wilayah – yang merupakan kelompok target utama proyek ini – pada akhir 2007. IOM juga terus melanjutkan penguatan kapasitas lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan Polri untuk menyebarkan Polmas dan HAM secara berkesinambungan dan mandiri, dan juga memperkuat komitmen dan kapasitas kepemimpinan Polri tingkat atas dalam mengejar dan menyatukan upaya-upaya reformasi Polri. IOM juga membanau Polri dalam pengembangan kebijakan-kebijakan yang pengimplementasian Polmas. Kebijakan-kebijakan tersebut memberi masukan-bagi Polri dalam perevisian Surat Keputusan (SKEP) 737 menjadi “Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar dan Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri”. Keputusan tersebut yang telah ditandatangani dan disahkan oleh Kapolri dan Menteri Hukum dan HAM pada 13 Oktober 2008. One of the key activities in the second phase of the programme has been the successful introduction of community policing to 505 regional police chiefs – one of the programme’s major target groups - in late 2007. / Salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan pada tahap kedua program adalah sosialisasi yang sukses atas 505 Kepala Kesatuan Wilayah pada akhir 2007. 83 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 As of September 2008, some 6,809 INP personnel had undertaken human rights training for law enforcement officials. A further 816 INP members are now qualified as human rights trainers. A total of 6,393 officers have undergone community policing training, with another 487 now working as community policing trainers. Hingga September 2008, sebanyak 6.809 anggota Polri telah menjalani pelatihan HAM bagi penegak hukum,. Lebih jauh lagi 816 anggota Polri kini telah memenuhi persyaratan sebagai pelatih HAM. Sebanyak 6.393 anggota telah menjalani pelatihan Polmas, dengan 487 anggota yang kini bertugas sebagai pelatih Polmas. Because IOM’s community policing and human rights training modules are now embedded in the INP curriculum, which is administered nationwide by the INP Education and Training Institute (Lemdiklat), a total of 100,000, or 25 percent of all INP officers have now been trained in community policing and human rights. The total will rise to some 200,000 by the end of 2009. Karena modul pelatihan Polmas dan HAM IOM kini telah diserap ke dalam kurikulum Polri, yang dijalankan oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri ,di seluruh Indonesia,sebanyak 100.000, atau 25 persen dari seluruh kekuatan Polri telah dilatih Polmasdan HAM, dengan perkiraan 200.000 akan selesai dilatih pada akhir 2009. By the Numbers 6,809 816 201,400 6,393 487 2,522 100,000 78 200,000 (September 2008) National Police officers trained in human rights / Anggota Polri telah mengikuti pelatihan HAM bagi penegak hukum National Police officers trained to become trainers on human rights / Anggota Polri dilatih menjadi trainer HAM bagi petugas penegak hukum Human rights and community policing training manuals produced for national police schools (SPN) nationwide / Manual pelatihan HAM dan Polmas dicetak dan disebarluaskan ke SPN seluruh Indonesia Police officers trained in community policing / Anggota Polri telah mengikuti pelatihan Polmas Police officers trained to become trainers on community policing / Anggota Polisi telah dilatih menjadi trainer Polmas Members of IOM-assisted community-police partnership forums / Anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan FKPM yang dibentuk IOM 25 percent of the total INP have been trained in human rights and community policing by the INP’s education and training department, using IOM training modules / 25 % anggota Polri telah dilatih HAM dan Polmas melalui Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri dengan menggunakan modul pelatihan IOM Community Police Forums established in 6 Project areas / FKPM dibentuk di 6 lokasi proyek IOM Police officers expected to be trained by 2009 / Anggota yang diperkirakan sudah dilatih pada akhir tahun 2009 8,000 Police Officers trained in Basic Principles of Human Rights for Law Enforcement Officers (NAD) / Anggota polisi telah mengikuti pelatihan HAM bagi penegak hukum (NAD) 7,624 Police Officers trained in Basic Community Policing (NAD) / Anggota Polri telah mengikut pelatihan Polmas (NAD) 243 Police Officers trained to be trainers in Human Rights and Community Policing (NAD) / Anggota Polri dilatih menjadi trainer HAM dan Polmas (NAD) 70,727 INP and Community Members attended “Safari Ramadhan” on CP & HR (NAD) / Anggota Polri dan anggota masyarakat mengikuti “Safari Ramadhan” tentang HAM & Polmas (NAD) 14,370 INP and community members attended CP & HR Awareness Raising Workshop / Anggota Polri dan anggota masyarakat mengikuti lokakarya sosialisasi HAM & Polmas (NAD) 44 678 1,680 National Police Officers trained to become trainers on Basic Communication Skill and Teaching Method / Anggota Polri dilatih menjadi trainer nasional untuk IPS dan Metode Pembelajaran berbasis kompetensi Police Officers at Polda level trained to be trainers on Basic Communication Skill and Teaching Method / Anggota Polri dilatih menjadi trainer SPN/Polda untuk IPS dan Metode Pembelajaran berbasis kompetensi INP and community members attended CP & HR Awareness Raising Workshop / Anggota Polri dan anggota masyarakat mengikuti lokakarya sosialisasi HAM & Polmas 84 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Understanding Community Policing through Story Telling/ Memahami Perpolisian Masyarakat melalui Hikayat In September 2008, The International Organization for Migration (IOM) reached into Aceh’s colorful past to deliver contemporary messages relating to police reform. Pada September 2008, IOM melihat balik ke sejarah keragaman budaya di Aceh untuk menyampaikan pesan-pesan Perpolisian Masyarakat (Polmas). Sebagai bagian dari komitmen yang berkesinambungan As part of its continuing commitment to support the Indonesian National Police’s (INP) on-going reform agenda, IOM facilitated a traditional Hikayat (story telling) competition in Aceh province. untuk mendukung proses Reformasi ditubuh Polisi More than 50 enthusiastic participants from across the province, which is healing from decades of conflict and the trauma of the December 2004 Asian Tsunami, travelled to the capital Banda Aceh to relate their experiences with policing, both positive and negative. Speakers included serving members of the INP, businesspeople and junior high school students. Lebih dari 50 peserta dari seluruh penjuru propinsi Republik Indonesia (Polri), IOM memfasilitasi Lomba Pembacaan Hikayat di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Aceh, termasuk daerah yang pernah terkena konflik, datang ke ibukota, Banda Aceh. Mereka menyajikan gambaran pengalaman mereka baik positif maupun negatif yang berhubungan dengan polmas. Para peserta terdikir dari anggota Polri, masyarakat umum dan pelajar. Memanfaatkan momentum hari jadi Polisi Wanita Using the momentum of Indonesian Police Women’s 60th anniversary, the competition further addresses the need to include women in community policing initiatives. ke-60, kompetisi ini juga mengetengahkan pesan pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. ‘Dengan berpegang pada kearifan lokal, kompetisi “By tapping into local cultural wisdom, this competition serves as a tool to create better understanding of community policing and human rights, increases women’s involvement in implementation, and at the same time brings the Acehnese back to their almost forgotten culture,” says Police Commissioner Erna Widowati. ini berperan sebagai sarana untuk meningkatkan pemahanan yang lebih baik tentang polmas dan Hak Azasi Manusia (HAM), meningkatkan peran perempuan dalam penerapannya dan sekaligus membangkitkan kembali kebudayaan Aceh yang sudah mulai terlupakan,’’ ujar Kompol Erna Widowati. IOM sebelumnya telah berhasil beradaptasi dengan IOM has successfully adapted Aceh’s unique cultural traditions in the past, organizing a travelling Hikayat tour in 2006 to deliver news of the peace deal signed between separatists and the tradisi budaya Aceh, salah satunya dengan melakukan Hikayat Tour pada 2006 yang menyampaikan berita dan pesan-pesan tentang ditanda tanganinya perjanjian damai antara GAM dan pemerintah RI. Using the momentum of Indonesian Police Women’s 60th anniversary, the competition addresses the need to include women in community policing initiatives. / Memanfaatkan momentum hari jadi Polisi Wanita ke-60, kompetisi ini mengetengahkan pesan pentingnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. © IOM Indonesia 2008 85 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 national government, and creating a multi-ethnic arts umbrella organization in the restive Central Highlands. Pada saat bersamaan, kegiatan tersebut telah menjadi This event culminating with the final competition on 26 August 2008 is driven by the desire to strengthen people’s understanding of community policing in Aceh; the need to respect human rights; and the need to restore trust between the police and the community after nearly three decades of conflict. IOM and INP considered this competition the appropriate approach as it aims to deliver various moral and normative messages to the community. Puncak kegiatan yang ditandai dengan pelaksanaan payung budaya di daerah-daerah yang terkena konflik seperti dataran tinggi Aceh. final pada 26 Agustus 2008, terlaksana atas dorongan untuk menguatkan pemahaman masyarakat tentang polmas di NAD. Lebih jauh lagi, kegiatan ini ditujukan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai HAM and kebutuhan untuk mengembalikan kepercayaan antara polisi dan masyarakan pasca konflik yang berlangsung lebih dari tiga dekade. IOM dan pendekatan The perspective is shared and supported by Aceh Tamiang Police chief, Adjunct Senior Commissioner (AKBP) Hariyanta who supervises regency that culturally is considered as the most diverse one in the province. polri menilai yang tepat ini adalah bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan norma-norma ke masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Aceh Taminga, AKBP Hariyanta yang mengawasi “The main key in implementing community policing is to understand the local wisdom. By doing so, the community will percieve the police not only as their protector but more as their partner,” says AKBP Hariyanta. kompetisi karena kebupaten dimana kebudayaannya termasuk yang paling beragam di propinsi ini. ‘’Kunci utama dalam menerapkan Polmas adalah memahami kearifan lokal. Melalui itu masyarakat akan melihat polisi tidak hanya sebagai pelindung tapi lebih sebagi mitra mereka,” kata AKBP Hariyanta This competition was one of series of events in a two-year police training programme which IOM has embarked on in Aceh with the financial support and cooperation of the Royal Netherlands Embassy and the European Union. The programme focuses on human rights and community policing training and is designed to support the Helsinki Peace Accords signed by the government and the Free Aceh Movement (GAM) in August 2005. Kompetisi ini merupakan bagian dari sejumlah kegiatan dalam dua tahun program pelatihan polisi yang difasilitasi IOM dengan dukungan Kedutaan Besar Belanda dan Uni Eropa. Kegiatan ini terfokus pada pelatihan HAM dan polmas dan dirancang untuk mendukung perjanjian damain Helsinki yang ditanda tangani oleh GAM dan pemerintah RI pada Agustus 2005. “The main key in implementing community policing is to understand the local wisdom. By doing so, the community will percieve the police not only as their protector but more as their partner,” says AKBP Hariyanta. / ‘’Kunci utama dalam menerapkan Polmas adalah memahami kearifan lokal. Melalui itu masyarakat akan melihat polisi tidak hanya sebagai pelindung tapi lebih sebagi mitra © IOM Indonesia 2008 mereka,” kata AKBP Hariyanta 86 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Irregular Migration / Migrasi Gelap Human Interest Story / Cerita Kemanusiaan The Management and Care of Irregular Immigrants Project (MCIIP) has brought to life the concept of human rights in Indonesian immigration detention and Immigration officers have shown great interest in learning how to observe international human rights instruments in their daily work. Proyek MCIIP telah menghembuskan kehidupan bagi This situation has come about through a long process of consultation in designing immigration standards and operating procedures for detention staff. The new procedures use human rights instruments for their framework and cover a range of operational areas associated with the care of irregular immigrants in detention. Situasi ini merupakan hasil dari proses konsultasi konsep HAM di lingkungan detensi imigrasi Indonesia dan bahkan para petugas Imigrasi telah menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti instrumen- instrumen HAM internasional dalam kegiatan mereka sehari-hari. yang panjang untuk merancang standar imigrasi dan prosedur operasional bagi staff detensi. Prosedur yang baru menggunakan instrumen-instrumen HAM sebagai kerangka kerja dan mencakup serangkaian bidang-bidang operasional yang terkait dengan penanganan imigran non-reguler yang berada dalam detensi. Between October and December 2008, 200 staff from across the Indonesian archipelago were trained in the new standard operating procedures and human rights issues. All chiefs of detention houses were trained as trainers to ensure that senior managers supported the implementation and sustainability of the programme. This was the first national course for immigration officers in Indonesia with a focus on human rights and the role of Immigration officers in observing international human rights law. Antara Oktober dan Desember 2008, 200 staff dari seluruh nusantara menerima pelatihan prosedur standar operasional yang baru serta masalahmasalah HAM. Kegiatan ini merupakan pelatihan tingkat nasional pertama bagi para petugas imigrasi di Indonesia yang berfokus pada HAM dan peran petugas imigrasi dalam memenuhi ketentuan HAM internasional. Pelatihan nasional ini adalah wujud keinginan yang sangat tinggi dari pihak staff detensi Imigrasi untuk The national training has highlighted an eagerness within Immigration detention staff to provide professional services to detainees and they take pride in being able to observe human rights principles within their unique workplace. IOM has played an memberikan pelayanan yang profesional bagi para detainee dan perasaan bangga akan kemampuan mereka dalam memenuhi prinsip-prinsip HAM ditengah kondisi tempat kerja mereka yang unik. IOM telah memainkan peran yang penting dalam menegaskan This was the first national course for immigration officers in Indonesia with a focus on human rights and the role of Immigration officers in observing international human rights law. / Kegiatan ini merupakan pelatihan tingkat nasional pertama bagi para petugas imigrasi di Indonesia yang berfokus pada HAM dan peran petugas imigrasi dalam memenuhi ketentuan HAM internasional. 87 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1-4. IOM in 1 collaboration with the Directorate General of Immigration provide care, maintenance, and return counselling to the migrants. / IOM bekerjasama dengan Dirjen Imigrasi merawat, menangani, dan menyediakan konseling bagi para migran. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 88 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 important role in highlighting the human rights needs of people in Indonesian detention and providing officers of the Directorate General of Immigration the tools to ensure human rights are protected. kebutuhan HAM para individu yang berada dalam detensi imigrasi dan memberikan perangkat untuk menjamin agar HAM dilindungi.kepada para petugas Direktorat Jenderal Imigrasi Para pelatih dari kantor imigrasi berada dalam posisi The Immigration trainers are well placed to provide future training on human rights and immigration standards to new officers as they enter the detention environment. yang tepat untuk memberikan pelatihan-pelatihan Background Latar Belakang The Management and Care of Irregular Immigrants Project (MCIIP) commenced in 2007 and will be completed by mid-2009. MCIIP seeks to enhance the Directorate General of Immigration’s capacity to care and manage irregular immigrants in Indonesia through the development of standard operating procedures incorporating: human rights instruments; the enhancement of Indonesian Immigration’s returns function; and the renovation and refurbishment of two detention facilities. Combined, these three project components will ensure that irregular immigrants detained in Indonesia will be provided with a standard of care which complies with international standards. Proyek Penanganan dan Perawatan Imigran Non- The MCIIP team operates in two locations: embedded within the Directorate General of Immigration, providing advice directly to the Director of Law Enforcement and Investigation; and in Tanjung Pinang, Bintan Island. Tim MCIIP bekerja di dua lokasi: dari dalam Direktorat Refurbishment and Renovation Renovasi dan Pelengkapan To ensure that irregular immigrants are provided with appropriate care, it is essential that detention facilities are maintained well. Indonesian detention houses have been in a state of disrepair for many years and the Directorate General of Immigration has had insufficient funds to provide regular maintenance and repair. The MCIIP has addressed these concerns in the two largest detention houses, Tanjung Pinang and Jakarta. Untuk menjamin para imigran non-reguler diberikan HAM serta standar-standar imigrasi di masa mendatang kepada para petugas baru sewaktu masuk ke dalam pelayanan detensi. Reguler (Management and Care of Irregular Immigrants Project - MCIIP) diluncurkan pada 2007 dan akan selesai pada pertengahan 2009. MCIIP berupaya untuk meningkatkan kapasitas Direktorat Jenderal Imigrasi untuk merawat dan menangani imigran non-reguler di Indonesia melalui pengembangan prosedur operasional standar yang memasukkan instrumeninstrumen HAM; peningkatan fungsi pemulangan Imigrasi Indonesia; serta renovasi dan pelengkapan dua fasilitas detensi. Secara bersama-sama ketiga komponen proyek ini akan menjamin bahwa para imigran non-reguler yang ditahan di Indonesia akan diberikan perawatan standar yang sesuai dengan standar internasional. Jenderal Imigrasi, memberikan nasehat secara langsung kepada Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, dan di Tanjung Pinang, di Pulau Bintan. perawatan yang layak, adalah penting agar fasilitas detensi dipelihara dengan baik. Banyak fasilitas detensi di Indonesia mengalami kerusakan dan Direktorat Jenderal Imigrasi tidak memiliki anggaran yang memadai untuk melakukan perawatan dan perbaikan secara teratur. MCIIP telah menjawab kebutuhan tersebut di dua fasilitas detensi yang paling besar, yakni Tanjung Pinang dan Jakarta. 89 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 A major refurbishment of the Tanjung Pinang facility in Riau Province, Sumatra, will provide detainees with modern facilities which will enable a better standard of care for them during their time in Indonesia. The increased capacity to house detainees will ease the overcrowding problem in other detention houses in Indonesia – the main Jakarta detention centre in Kalideres is currently undergoing renovations. The refurbishment and renovation work is essential for improving the care of detainees. Kegiatan perbaikan atas fasilitas Tanjung Pinang di Propinsi Riau, Sumatera, akan memberikan fasilitasfasilitas modern bagi para detainee, dengan standar pelayanan yang lebih baik mereka berada di Indonesia. Peningkatan kapasitas dalam menampung para detainee akan meringankan masalah kepadatan yang dialami fasilitas detensi lainnya di Indonesia – pusat detensi Jakarta di Kalideres saat ini tengah menjalani renovasi. Perbaikan di fasilitas Tanjung Pinang selesai pada akhir 2008. Kantor Imigrasi Indonesia akan merekrut staff untuk ditugaskan pada fasilitas tersebut dan memulai The Tanjung Pinang facility refurbishment will be completed by the end of 2008. Indonesian Immigration will recruit staff specifically for the facility and commence operations shortly after the official handover from IOM. operasi segera setelah serah terima resmi dari IOM. Kantor Keimigrasian Indonesia dan IOM telah bekerjasama secara erat selama proses perbaikan dan renovasi untuk menjamin dipertimbangkannya kebutuhan pihak Direktorat Jenderal dalam program Indonesian Immigration and IOM have cooperated closely on the refurbishment and renovation works to ensure that the needs of the Directorate General have been accounted for in the works programme. tersebut. Prosedur Standar Operasional Kantor Imigrasi sebelumnya telah bekerjasama erat dengan IOM mengidentifikasi dalam beberapa kebutuhan tahun prosedural ini untuk para staff Standard Operating Procedures di rumah detensi imigrasi (Rudenim) dan untuk Immigration has worked closely with IOM over the past year to identify the procedural needs of staff in detention facilities and to collaborate on the development of a standard operating procedural (SOPs) manual for use in all detention houses, detention rooms and border checkpoints. berkolaborasi pada pengembangan sebuah pedoman prosedur standar operasional (SOP) untuk digunakan di seluruh rumah detensi, ruang detensi, serta tempattempat pemeriksaan di perbatasan. SOP tersebut memberikan panduan mengenai perawatan semua detainee yang berkaitan dengan These SOPs provide guidance on the care of all detainees in relation to food, healthcare, communication, grievances, and other aspects of daily life in a detention facility. The SOPs also provide for the needs of special groups including individuals with a disability and unaccompanied minors. makanan, layanan kesehatan, komunikasi, keluhan, dan aspek-aspek lainnya dari kegiatan sehari-hari dalam lingkungan detensi. SOP tersebut juga memperhatikan kebutuhan kelompok-kelompok dengan kebutuhan khusus termasuk para individu yang mengidap cacat serta anak-anak tanpa pendamping. IOM mengembangkan sebuah paket pelatihan untuk IOM developed a training package for the SOPs and conducted training of trainers in October 2008 followed by a national training programme in Jakarta, Makassar, Batam and Bali. The national training programme was conducted by Immigration trainers with the support of the MCIIP team. SOP dan menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih The SOPs training introduced participants to international human rights instruments and their application in the detention environment. Over a three-day training course, Immigration participants were able to appreciate how the SOPs related to international standards and how they would assist in the care of detainees. Pelatihan pada Oktober 2008 yang diikuti dengan sebuah program pelatihan nasional di Jakarta, Makassar, Batam dan Bali. Program pelatihan nasional dilakukan oleh para pelatih dari Imigrasi dengan dukungan dari tim MCIIP. SOP tersebut telah mengenalkan para peserta kepada instrumen-instrumen Hak Azasi Manusia (HAM) internasional dan penerapannya di lingkungan detensi. Selama masa tiga hari pelatihan para peserta dari Imigrasi mulai memahami keterkaitan dengan standar internasional dan dapat membantu dalam memberikan perawatan atas para detainee. 90 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 After national training, the SOPs will be formally adopted by Indonesian Immigration in the form of directives and manuals made available to all detention facilities. The directives on the SOPs will form part of the overall series of directives and regulations for the Directorate General and as such will be included in the Immigration Academy’s programme of study. Assisted Returns The MCIIP has provided Indonesian Immigration with a range of familiarisation activities related to Assisted Voluntary Return (AVR). In March 2008, a two-day workshop was convened for directors and staff drawn from the returns, detention, legal, planning, and international cooperation sections of the Immigration office. The workshop focused on the concept of AVR and the processes for assisting irregular migrants to leave Indonesia voluntarily. The national training programme for the new SOPs manual has provided guidance to immigration detention staff on the returns process and their obligations. Setelah pelatihan nasional tersebut, SOP secara resmi akan diberlakukan oleh Imigrasi Indonesia dalam bentuk instruksi dan pedoman yang disediakan bagi semua fasilitas detensi. Surat Keputusan tentang SOP tersebut akan menjadi bagian dari serangkaian instruksi dan peraturan untuk Direktorat Jenderal tersebut dan disertakan dalam bahan ajaran Akademi Keimigrasian. Pemulangan dengan Bantuan MCIIP telah memberikan Imigrasi Indonesia serangkaian kegiatan sosialisasi yang berkaitan dengan Pemulangan Sukarela Dengan Bantuan (Assisted Voluntary Return - AVR). Pada Maret 2008, sebuah lokakarya dua-hari diselenggarakan bagi para direktur dan staff yang diambil Regional Cooperation Model (RCM) IOM works closely with the Indonesian and Australian authorities to support their efforts to regulate the movement of irregular migrants through Indonesia. It helps hundreds of migrants intercepted en route to Australia and left stranded in Indonesia. seksi pemulangan, detensi, hukum, Imigrasi. Lokakarya tersebut berfokus pada konsep AVR dan proses untuk membantu para migran non-reguler untuk meninggalkan Indonesia secara sukarela. Program pelatihan nasional untuk pedoman SOP memberikan panduan bagi staff detensi mengenai proses pemulangan dan kewajiban-kewajiban mereka. Kantor Imigrasi Indonesia juga telah bekerjasama dengan Indonesian Immigration has also worked closely with the MCIIP team in addressing the capacity building needs of their returns unit. A range of procedural documentation and handbooks were developed for the relevant sections of Immigration to facilitate returns. These documents are awaiting final approval from the Immigration office. dari perencanaan, dan kerjasama internasional dari kantor tim MCIIP dalam membahas kebutuhan peningkatan kapasitas bagi unit pemulangan mereka. Serangkaian dokumentasi prosedural dan buku saku telah dikembangkan bagi seksi-seksi yang terkait dalam kantor Imigrasi guna memfasilitasi pemulangan. Dokumen-dokumen tersebut sedang menunggu persetujuan akhir dari kantor Imigrasi. Model Kerjasama Regional (Regional Cooperation Model - RCM) IOM bekerjasama secara erat dengan pemerintah Indonesia dan Australia dalam mendukung upaya mereka mengatur pergerakan migran gelap melalui Indonesia. Kerjasama tersebut membantu ratusan migran yang ditangkap dalam perjalanan mereka menuju Australia dan terdampar di Indonesia. Para migran mendapatkan perawatan, penanganan dan The migrants receive care, maintenance and return counseling from IOM field staff. In 2008 these totaled: 18 cases in Natuna; 5 in Medan; 7 in Bogor; 23 in Kupang; 1 in Batam; 6 in Merauke; 3 in Bali; 26 in Bima, Sumbawa; 9 in Labuan Bajo, 6 in Larantuka, Flores; 19 migrants in Jakarta; and 3 in Surabaya. konseling dari para staff IOM di lapangan. Pada 2008 bantuan tersebut diberikan atas: 18 kasus di Natuna; 5 di Medan; 7 di Bogor; 23 di Kupang; 1 di Batam; 6 di Merauke; 3 di Bali; 26 di Bima, Sumbawa; 9 di Labuan Bajo, 6 di Larantuka, Flores; 19 migran di Jakarta; dan 3 di Surabaya. IOM juga memfasilitasi pemulangan secara sukarela 91 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM also facilitated the voluntary return of a total of 12 migrants from Jakarta; 5 from Bogor; 4 from Makassar; and 4 from Mataram. Reinforcing Management Irregular Migration (RMIM) of The “Reinforcing Management of Irregular Migration in Indonesia through the Setting Up of a Network of Monitoring and Coordination Offices” is implemented by IOM in collaboration with the Directorate General of Immigration (DITJENIM) at the Ministry of Legal and Human Rights Affairs and the Indonesian National Police (MABES POLRI), with the support of the Australia’s Department of Immigration and Citizenship. atas sejumlah 12 migran dari Jakarta; 5 dari Bogor; 4 dari Makassar; dan 4 dari Mataram. Memperkuat Penanganan Migrasi Non-Reguler (Reinforcing Management of Irregular Migration - RMIM) “Penguatan Penanganan Migrasi Non-Reguler di Indonesia Melalui Pembentukan Sebuah Jaringan Kantor Monitoring dan Koordinasi” dilaksanakan oleh IOM di bawah kerjasama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi (DITJENIM) pada Departemen Hukum dan HAM serta Mabes Polri, dengan dukungan dari Departemen Keimigrasian dan Kewarganegaraan Australia. Permasalahan seputar migran yang tertangkap dibahas dalam kerangka kesepakatan tripartite – Model Kerjasama Regional atau Regional Cooperation Model The issue of intercepted migrants is addressed in the framework of the tripartite agreement – the Regional Cooperation Model (RCM) established by the governments of Indonesia, Australia and IOM. (RCM) yang didirikan oleh pemerintah Indonesia, Australia dan IOM. Dalam kerangka tersebut, instansi pemerintah Indonesia bertanggung jawab menetapkan niat dari para migran Within this framework, the Indonesian authorities are responsible for determining the intention of intercepted migrants. Those identified as transiting through Indonesia on their way to Australia or New Zealand are referred to IOM for assistance. yang ditangkap. Mereka yang diidentifikasi sebagai migran yang melakukan transit di Indonesia menuju Australia atau Selandia Baru, dirujuk ke IOM untuk diberikan bantuan. Disamping memberi bantuan secara materi, IOM In addition to providing material assistance, IOM informs migrants of their rights to claim asylum and refers those who wish to submit such requests to UNHCR. IOM continues to provide care and maintenance services while migrants are being considered by UNHCR for refugee status. IOM also facilitates assisted voluntary returns should the migrants opt to return home. memberikan penjelasan kepada para migran mengenai Although the above arrangements work, the interception and the subsequent handling of irregular migrants has remained a problem due to a number of factors, including loose border controls and a lack of cooperation among law enforcement agencies in the field. Meskipun Given Indonesia’s open maritime and large land borders, and the limited capacity of the Indonesian immigration authorities, irregular migration flows are generally not well recorded. Dengan besarnya daerah kelautan dan panjangnya hak-hak mereka dalam meminta suaka dan merujuk mereka yang ingin mengajukan permintaan kepada UNHCR. IOM terus memberikan layanan perawatan dan penanganan bersamaan ketika status para migran tengah oleh UNHCR. IOM juga memfasilitasi pemulangan sukarela dengan bantuan jika para migran memilih untuk pulang ke negara mereka. langkah-langkah tersebut berhasil, penangkapan dan penanganan para migran nonreguler masih merupakan masalah mengingat beberapa faktor, termasuk pengawasan perbatasan yang masih kurang dan kurangnya kerjasama diantara para badan penegak hukum di lapangan. garis perbatasan Indonesia, serta terbatasnya kapasitas pejabat imigrasi di Indonesia, arus migrasi non-regular umumnya tidak tercatat dengan baik. Koordinasi antara Ditjen Imigrasi dan kepolisian terkadang juga kurang Coordination between immigration and the police dan para petugas terkadang tidak mengetahui bahwa 92 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 is also sometimes lacking and authorities are sometimes unaware of support and resources available for stranded migrants. dukungan dan sumber daya tersedia bagi para migran yang terdampar. Oleh karena itu IOM berupaya untuk mengisi IOM is therefore working to address existing gaps and strengthen coordination between immigration, police and local government officials through the setting up a network of field offices, provision of training, and awareness-raising activities. kekurangan-kekurangan dan memperkuat koordinasi The overall objective of the project has been to contribute to the regional efforts between the Governments of Indonesia and Australia to focus on irregular migration, while at the same time ensuring adequate treatment of stranded migrants. One of its specific aims is to monitor migration flows and provide timely and efficient management of intercepted irregular migrants; and to do this by establishing effective coordination mechanisms between responsible law enforcement agencies at the local level through regular targeted training sessions. Tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah memberi antara pihak imigrasi, Polri dan pejabat pemerintah daerah melalui pendirian sebuah jaringan kantor di lapangan, penyelenggaraan pelatihan, dan kegiatan peningkatan kesadaran. kontribusi terhadap kerjasama regional antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang terfokus pada migrasi non-reguler, pada saat yang bersamaan menjamin diberikannya penanganan yang layak bagi para migran yang terdampar. Salah satu tujuan khususnya adalah memonitor arus migrasi dan melakukan penanganan secara cepat dan efisien terhadap para migran non-reguler yang tertangkap; dan untuk melakukan kegiatan tersebut dengan cara menciptakan mekanisme koordinasi yang efektif antara badan-badan penegak hukum yang bertanggung jawab di tingkat lokal melalui pelatihan-pelatihan secara From the start of the project in October 2007 through October 2008 there have been 34 training workshops conducted in 33 cities across Indonesia – in Medan, Kupang, Makassar, Pontianak, Lampung, Batam, Banda Aceh, Surabaya, Mataram, Jayapura, Maumere, Banjarmasin, Kendari, Tual, Denpasar, Sibolga, Bengkulu, Tanjung Pinang, Malang, Pangkal Pinang, Biak, Bima, Pare-pare, Ambon, Singkawang, Tanjung Balai Karimun, Ternate, Menado, Merauke, Yogyakarta, Palu, Atambua and Serang-Banten. periodik. Sejak awal proyek pada Oktober 2007 hingga Oktober 2008, terdapat 34 lokakarya-pelatihan yang diselenggarakan di 33 kota di Indonesia – di Medan, Kupang, Makassar, Pontianak, Lampung, Batam, Banda Aceh, Surabaya, Mataram, Jayapura, Maumere, Banjarmasin, Kendari, Tual, Denpasar, Sibolga, Bengkulu, Tanjung Pinang, Malang, Pangkal Pinang, Biak, Bima, Pare-pare, Ambon, Singkawang, Tanjung Balai Karimun, Ternate, Menado, Merauke, Yogyakarta, Palu, Atambua dan Serang-Banten. A total of 741 participants attended the training sessions, including officials from Immigration (286), the Indonesian National Police (300), local government (141) and the Indonesian Navy (14). The subjects covered by the training included the fundamentals of international migration; international law and covenants that cover the rights of migrants; national human rights instruments and its application in the context of irregular migration; and people smuggling and trafficking in persons as a trans-national crime. Sejumlah 741 peserta mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut, termasuk para pejabat dari Imigrasi (286), Kepolisian Republik Indonesia (300), pemerintah daerah (141) serta Angkatan Laut Indonesia (14). Topik pelatihan meliputi dasar-dasar migrasi internasional; hukum dan perjanjian internasional yang mengatur hak-hak para migran; instrumen HAM nasional serta penerapannya dalam konteks migrasi non-reguler; serta penyelundupan manusia dan perdagangan manusia (human trafficking) sebagai suatu bentuk kejahatan trans-nasional. 93 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1-4. IOM developed 1 a training package for the SOPs and conducted training of trainers in October 2008 followed by a national training programme in Jakarta, Makassar, Batam and Bali. / IOM mengembangkan sebuah paket pelatihan untuk SOP dan menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih pada Oktober 2008 yang diikuti dengan sebuah program pelatihan nasional di Jakarta, Makassar, Batam dan Bali. © IOM Indonesia 2008 2 © IOM Indonesia 2008 3 © IOM Indonesia 2008 4 © IOM Indonesia 2008 94 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 By the Numbers / Berdasarkan Angka Nationality / Kebangsaan Total Afghanistan / Afganistan 43 China / Cina 2 Indonesia / Indonesia 14 Iran / Iran 10 Iraq / Irak 56 Somalia / Somalia 1 Sri Lanka / Sri Lanka 6 Vietnam / Vietnam 4 Grand Total / Total Keseluruhan 136 Destination / Tujuan Total Afghanistan / Afganistan 16 Australia / Australia 44 Canada / Kanada 19 Colombo / Kolombo 1 Denmark / Denmark 2 Iran / Iran 10 Iraq / Irak 5 New Zealand / Selandia Baru 25 Sri Lanka / Sri Lanka 4 Sweden / Swedia 3 United States / Amerika Serikat 5 Vietnam / Vietnam 2 Grand Total / Total Keseluruhan 136 Movement / Perpindahan Destination / Tujuan Family Reunification / Pertemuan Kembali Keluarga United States Family Reunification Total / Jumlah Keseluruhan Pertemuan Kembali Keluarga Humanitarian Assistant / Bantuan Kemanusiaan 5 1 New Zealand 3 4 Australia 44 Canada 19 Denmark 1 Iraq New Zealand Sri Lanka Sweden Resettlement Total / Jumlah Keseluruhan dari yang Menetap Kembali Voluntary Return / Kembali Secara Sukarela 5 Denmark Humanitarian Assistant Total / Jumlah Keseluruhan Bantuan Kemanusiaan Resettlement / Menetap Kembali Total Afghanistan Colombo 1 22 1 3 91 16 1 Iran 10 Iraq 4 Sri Lanka 3 Vietnam 2 Voluntary Return Total / Jumlah Keseluruhan yang Kembali Secara Sukarela 36 Grand Total / Total Keseluruhan 136 95 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Facilitating Migration / Menfasilitasi Migrasi 95 96 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Facilitating Migration / Menfasilitasi Migrasi Background Latar belakang As Indonesian workers seek work within Indonesia and around the world, migration and development issues and safe migration practices are increasingly important. To protect migrant workers and to optimize the benefits of labour migration for migrants, Indonesia and destination countries – mainly South East Asia and the Middle East – clearly formulated labour migration policies and legislation are needed. Bersamaan dengan para pekerja Indonesia yang mencari peluang kerja di Indonesia dan di luar negeri, kepentingankepentingan migrasi dan pembangunan termasuk praktek-praktek perpindahan pekerja secara aman pun meningkat. Untuk melindungan para pekerja migran dan mengoptimalkan keuntungan-keuntungan atas perpindahan pekerja bagi para pekerja, Indonesia dan negara tujuan – kebanyakan di Asia Tenggara dan Timur Tengah – jelas dibutuhkan kebijakan-kebijakan migrasi dan legislatif terformulasi. In 2008, IOM Indonesia significantly expanded programming in these areas to better meet the needs of Indonesian migrant workers, their families, communities and the nation as a whole. Pada 2008, IOM Indonesia dengan meyakinkan meluaskan programnya dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan para pekerja migran Indonesia, keluarga yang ditinggalkan, masyarakat dan negara secara keseluruhan. IOM works closely with the government and civil society organizations to maximize the positive relationship between migration and development in Indonesia and worldwide. IOM erat bekerjasama dengan pemerintah dan organisasiorganisai kemasyarakatan untuk memaksimalkan hubungan positif antara migrasi dan pembangunan di Indonesia dan global. The Ministry of Foreign Affairs and the Coordinating Ministry for Economic Affairs are key partners in designing and carrying out these activities. The Ministry of Manpower and Transmigration and the National Board for the Placement and Protection of Overseas Migrant Workers, which is mandated to oversee prevention, protection, and placement initiatives, have also been strong partners. Departemen Luar Negeri dan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian adalah mitra-mitra kunci dalan merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan ini. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia juga merupakan mitra-mitra kuat yang diberikan mandat untuk mengawasi usaha-usaha pencegahan, perlindungan dan penempatan. Migration & Development Migrasi dan Pembangunan Remittances continue to be a key source of income for countries around the world – especially those like Indonesia, which send thousands of Remiten masih merupakan sumber utama pendapatan negara-negara di dunia – khususnya negara-negara seperti Indonesia, yang mengirim ribuan pekerja ke luar negeri Remittances continue to be a key source of income for countries around the world – especially those like Indonesia... / Remiten masih merupakan sumber utama pendapatan negara-negara di dunia – khususnya negara-negara seperti Indonesia... IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 97 98 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 workers abroad each year. According to the IMF, Indonesia perceived US$5.7 billion in remittances in 2006. setiap tahunnya. Menurut IMF, pada 2006 diperkirakan remiten Indonesia mencapai 5,7milyar dolar amerika. Untuk memahami jalur remiten dari Malaysia dan To better understand remittance corridors from Malaysia and from the Netherlands, IOM Indonesia has launched a project focused on data collection, policy dialogue, dissemination of good practices and pilot project implementation to further enhance remittance flows to Indonesia. Belanda, IOM Indonesia telah meluncurkan sebuah proyek yang terfokus pada pengumpulan data, dialog kebijakan, berbagi pengalaman berharga dan pengimplementasion pilot proyek untuk meningkatkan aliran remiten ke Indonesia. Dengan dukungan Komisi Eropa, sejumlah kegiatan Funded by the European Commission, these activities are being carried out with IOM Philippines. This further benefits regional shared learning about migration and development best practices. As government, civil society, and the banking sector are all key actors in the migration and development sphere, actors from all three areas are involved with the programme. tersebut dilakukan bersama IOM Filipina. Lebih jauh lagi, kerjasama ini memberikan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang migrasi dan perkembangannya di region. Pemerintah, masyarakat madani dan sektor perbankan yang merupakan pelaku utama dalam lingkaran migrasi dan pembangunan, mereka juga terlibat dalam program ini. Migrasi Tenaga Kerja Labour Migration Seiring dengan usaha Indonesia untuk memberikan As Indonesia seeks to better support its migrant workers when they travel abroad for work, IOM is supporting enhanced labour migration practices to common destination countries for Indonesian workers. dukungan yang lebih baik atas pekerja yang berkerja di luar negeri, IOM tengah mendukung meningkatkan pemahaman tentang migrasi tenaga kerja di negaranegara merupakan tujuan pekerja Indonesia. Biro kependudukan, pengungsi dan migrasi pemerintah The US Department of State’s Bureau for Population, Refugees and Migration (PRM) supports IOM Indonesia’s activities to link officials from Indonesia and receiving countries, to research current policies and their implications, and to develop a plan of action to better meet the current challenges. Amerika Serikat mendukung kegiatan-kegiata IOM Indonesia dengan menghubungkan pihak-pihak terkait Indonesia dengan negara-negara tujuan, untuk meneliti kebijakan-kebijakan yang tengah berlangsung dan implikasi-implikasinya, dan untuk mengembangkan sebuah rencana aksi untuk menghadapi tantangantantangan yang ada. As with other IOM activities around the world, IOM Indonesia tries to facilitate the development of policies and programmes of mutual benefit to the government, migrants and Indonesian society. Sehubungan dengan kegiatan-kegiatan IOM di seluruh dunia, IOM Indonesia mencoba memfasilitasi pengembangan kebijakan-kebijakan dan progam- program yang memberikan manfaaat untuk pemerintah, para migran dan masyarakat Indonesia. IOM supports Indonesia’s efforts to protect its workers overseas through instruments including the 2004 National Law on the Placement and Protection of Indonesian Migrant Workers Overseas and the ASEAN Cebu Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. IOM mendukung usaha-usaha Indonesia untuk melindungi pekerjanya di luar negeri melalui Undang-undang tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dan Deklarasi ASEAN-Cebu untuk melindungi dan menjunjung hak-hak para tenaga kerja. 99 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Migration Health/ Kesehatan Migrasi 99 100 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Migration Health / Kesehatan Migrasi A Dedication to Saving Mothers’ Lives / Pengabdian untuk Menyelamatkan Nyawa Ibu It is a hot day in Bireuen, like any other. At 12:30pm, under a blazing sun, village midwife Ida Laila hurriedly packs her equipment, leaves her colleagues at the Puskesmas Jangka clinic in Bireuen District and rushes off to her other workplace at the polindes (village delivery post) in Alue Kuta. Hari itu suasana cukup cerah di Bireuen, seperti hari-hari biasanya. Waktu telah menunjukkan pukul 12.30 dan suhu udara di luar terasa menyengat kulit. Setelah menerima tamu di Puskesmas Jangka, Kabupaten Bireuen, Ida Laila, yang berprofesi sebagai bidan desa, langsung berkemas dan bergegas menuju tempat kerja lainnya di pos persalinan desa (polindes) yang terletak di Desa Aluekuta. To reach her duty station, Ida, who has been working as village midwife in Biruen for 12 years, rides a motorbike loaned to her by the Puskesmas. Crossing a makeshift bridge and small, rutted roads through a swamp area, Ida takes about half an hour to reach her “office.” “In the beginning, it was very hard,” she says. “But I don’t feel like that anymore, as my job is to work as a midwife wherever I’m most needed.” Untuk mencapai tempat kerjanya, bidan desa yang sudah 12 tahun mengabdi itu mengendarai sepeda motor yang dipinjamkan puskesmas. Melewati jembatan darurat dan jalan sempit berkerikil di area pertambakan, Ida tiba di “kantor” dalam waktu 25 menit. Itulah hari-harinya. “Mulanya terasa berat, tapi sekarang tidak lagi karena profesi bidan sudah menjadi cita-cita saya,” kata Ida. Persoalan lain yang dihadapi bidan Ida adalah rusaknya A major problem she faces is that the polindes in Alue Kuta, like many others in Aceh, is in a state of total disrepair due to lack of maintenance during the conflict and the fact that local government doesn’t have funding to repair it. polindes seperti kebanyakan tempat di Aceh karena tidak terurus akibat konflik di Aceh. Sementara itu, pemerintah daerah setempat tidak memiliki dana cukup untuk merehabilitasi polindes. Namur Ida yang telah mengunjungi ALue Kuta selama But Ida, who has been visiting Alue Kuta for two years since the signing of the Aceh Peace Agreement, has personally rented a small plot of land and built another polindes in which village mothers can give birth. When they approach their due date, she overnights in the polindes to help them deliver. Her services are free. dua tahun terakhir semenjak vitanda tanganinya perjanjian damai, telah rela merogoh koceknya untuk menyewa tanah penduduk dan membangun polindes alternatif sebagai praktik persalinan warga desa. Ketika di suatu desa ada beberapa ibu yang siap melahirkan, Ida akan menginap di Polindes. Untuk pelayanannya, ia tidak memungut biaya. Tekad pengabdian dan bekal pendidikan kebidanan Ida’s dedication and her diploma in midwifery led her to become a village midwife serving remote areas. When patients cannot get to the polindes she will often spend the night in their house and manage the delivery on the spot. Home deliveries can be risky mendorongnya untuk ikhlas menjadi bidan di wilayah terpencil. Ketika pasien tidak dapat datang ke colindas, tidak jarang Ida menginap di rumah pasien dan melakukan persalinan di tempat. Tanpa fasilitas medis yang memadai, persalinan di rumah bisa cukup beresiko, namun In the beginning, it was very hard,” she says. “But I don’t feel like that anymore, as my job is to work as a midwife wherever I’m most needed. / Mulanya terasa berat, tapi sekarang tidak lagi karena profesi bidan sudah menjadi cita-cita saya. { Ida } 101 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 1. Inside the 1 polindes (village delivery post) in Alue Kuta. / Ruang dalam dari polindes di Alue Kuta. 2 & 4. IOM continued to provide childbirth emergencies training and developed a clinical training network system in three west coast districts of Aceh Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya. / IOM terus menyediakan pelatihan kegawat daruratan dalam persalinan dan telah mengembangkan © IOM Indonesia 2008 sistem jaringan pelatihan klinis di tiga kabupaten di pesisir barat Aceh seperti kabupaten 2 Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya. 3. IOM selected Ida for the training and then identified her as one of the clinical educators © IOM Indonesia 2008 (trainers) in ‘Puskesmas’ Jangka. // IOM memilih Ida 3 4 untuk mengikuti pelatihan dan kemudian menunjukkan sebagai salah satu pelatih klinis di Puskesmas Jangka. © IOM Indonesia 2008 © IOM Indonesia 2008 102 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 without proper medical facilities, but Ida, like most midwives, would never refuse to assist a delivery. Ida, seperti kebanyakan bidan, tidak akan pernah menolak Ida used to worry about problem deliveries and used to refer cases with even minor complications to the district hospital. But since receiving IOM training in August 2007 on the management of post-partum hemorrhaging and neonatal asphyxia, she is much more confident. Ida pun sering waswas bila harus berhadapan dengan proses IOM selected Ida for the training and then identified her as one of the clinical educators (trainers) in Puskesmas Jangka. With support from IOM, Ida and 47 other clinical educators then successfully trained over 600 midwives in Bireuen on the management of post-partum hemorrhage and neonatal asphyxia. IOM memilih Ida untuk mengikuti pelatihan dan kemudian “The IOM training was very useful. I always worried before, but the training gave me confidence. I can now help more patients and don’t have to refer them to the hospital,” she says. “Pelatihan IOM sangat berguna. Sebelumnya saya selalu As people travel faster to more destinations, individuals link the health environments of their home, transit and host countries. Thus global communities are being created sharing health risks and potential benefits1. Seiring dengan lebih cepatnya perjalan orang-orang ke untuk membantu persalinan. kelahiran yang bermasalah. Dalam situasi tersebut, Ida merujuk pasiennya ke rumah sakit. Namun sejak menerima pelatihan IOM pada Agustus 2007 tentang Penanganan perdarahan Paska Melahirkan dan Gagal Nafas pada Bayi, ia kini jauh lebih percaya diri. menunjukkan sebagai salah satu pelatih klinis di Puskesmas Jangka. Dengan dukungan IOM, bidan Ida bersama 47 bidan pelatih lainnya berhasil melatih lebih dari 600 bidan di Bireuen dalam hal Penanganan perdarahan Paska Melahirkan dan Gagal Nafas pada Bayi. khawatir, namun pelatihan ini telah memberikan percaya diri. Kini saya dapat menolong lebih banyak pasien dan tidak perlu merujuk mereka ke rumah sakit,” ujarnya. daerah tujuan yang lebih beragam, kesehatan lingkungan di daerah asal, daerah transit dan daerah tujuan terhubungkan oleh para individu. Dengan demikian, masyarakat global kini tengah terbentuk dimana resiko kesehatan dan potensi keuntungan di dalamnya pun Population mobility is a fact of life in modern Indonesia. But to millions of Indonesian migrant workers and aspirant migrants the economic gains of migration may be offset against its social and health costs. Indonesia with 17,600 islands spread across 2 million square kilometres, with the world’s fourth largest population is by international standards a highly mobile population. saling berbagi 1. Mobilitas populasi adalah sebuah fakta kehidupan modern di Indonesia namun bagi jutaan tenaga kerja Indonesia dan keinginan menambah keutungan dari migrasi harus dibayar tinggi dengan kerugian-kerugian sosial dan kesehatan. Indonesia, dengan 17.600 pulau menyebar sepanjang 2 juta kilometer persegi dan dikenal sebagi negara terpadat keempat didunia, menurut standar Millions of Indonesian workers leave their families and villages to work in cities, mining enterprises, factories, construction sites and plantations in various parts of the country. internasional adalah sebuah populasi dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Jutaan tenaga kerja Indonesia meninggalkan keluarga dan kampung halamannya untuk bekerja di perkotaan, Hundreds of thousands of others leave the country each year to work abroad. The majority are of poorly educated and unskilled. Some 80% are women who migrate to work in the domestic and caregiver sector. pertambangan, perusahaan, pabrik, tempat-tempat konstruksi dan perkebunan-perkebunan di berbagai tempat di Indonesia. Ratusan ribu lainnya setiap tahunnya meninggalkan negeri ini untuk bekerja di luar negeri. Namun tidak seperti negara Irregular migration through the country’s porous borders with Papua New Guinea, Timor-Leste, Malaysia and Singapore is also increasing, making migrants more vulnerable to exploitation, abuse, harassment 1 tetangganya, kebanyakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berpendidikan rendah, tidak berketerampilan. 80 persen diantaranya adalah perempuan yang berkerja disektor rumah tangga dan pengasuhan. Health and Migration: Bridging the Gap. International Dialogue on Migration No. 6. p. 25. International Organization for Migration. 2005 Home deliveries can be risky without proper medical facilities, but Ida, like most midwives, would never refuse to assist a delivery. / Tanpa fasilitas medis yang memadai, persalinan di rumah bisa cukup beresiko, namun Ida, seperti kebanyakan bidan, tidak akan pernah menolak untuk membantu persalinan. 103 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 and marginalization from health and social services. Migrasi gelap melalui perbatasan-perbatasan tidak resmi, seperti Papua New Guinea, Timor Timur, Malaysia dan Mobility in Indonesia is also associated with internal displacement as a result of conflict or natural disasters. This increases the burden on the country’s generally under-resourced public health and social services. Singapura, juga meningkat yang menjadikan para migran tersebut rentan atas eksploitasi, penyiksaan, pelecehan dan ketersisihan atas pelayanan-pelayanan kesehatan dan sosial. Mobilitas di Indonesia selama ini telah diasosiasikan Indonesia leads the list of countries at risk of a pandemic from the highly pathogenic Avian Influenza caused by the H5N1 virus. The health and livelihood implications of such a pandemic would be dire, particularly in terms of displacement. dengan pengungsi akibat konflik dan bencana-bencana alam yang berakibat meningkatnya beban negara dalam sumber-sumber kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial. Indonesia kini memimpin daftar negara-negara di In 2008 IOM with its partners continued to respond to migration and public health challenges in Indonesia through its various health programmes in maternal and child health for internally displaced populations and host communities; psychosocial and mental health for post-conflict affected communities; emergency medical response for victims of natural disasters; integrated HIV and population mobility awareness raising for targeted beneficiaries of IOM programmes and services; avian influenza and pandemic preparedness for migrants and host communities; migration health assessments for migrants and refugees; and health and social services for irregular migrants and victims of trafficking. bawah ancaman pendemik dari yang sangat patogen Avian influensa yang disebabkan virus H5N1. Pengaruh kesehatan dan mata pencaharian akibat pendemik ini akan sangat besar, khususnya dalam hal perpindahan penduduk Pada 2008, IOM dengan mitra-mitranya terus menjawab tantangan-tantangan migrasi dan kesehatan masyarakat di Indonesia melaui beragam program kesehatan seperti kesehatan ibu dan anak di pengungsian dan tempat tujuan; tanggap darurat bagi korban bencana alam; peningkatan kesadaran mengenai HIV dan mobilitas penduduk yang terintegrasi bagi penerima bantuan program dan layanan IOM; flu burung dan persiapan menghadapi pandemi bagi para migran dan masyarakat setempat dimana para migran tinggal; pemeriksaan kesehatan bagi para migran dan pengungsi; pelayananpelayanan kesehatan dan sosial bagi para imigran gelap Maternal and Child Health (MCH) In its third year of implementation, IOM’s partnership with the Harvard Medical School (HMS) to advance safe delivery and neonatal health in communities where former internally displaced people (IDPs) have resettled became increasingly integrated into the public health system. The programme continued to train midwives in managing obstetrical emergencies and neonatal asphyxia and moved towards a more structured approach in addressing neonatal health by supporting and utilizing the training system of the Ministry of Health and the World Health Organization (WHO) for Integrated Management of Childhood Illness. dan korban-korban perdagangan manusia. Kesehatan Ibu dan Anak Dalam tahun ketiga implementasinya, IOM yang berkerja sama dengan Harvard Medical School (HMS) mengutamakan persalinan aman dan kesehatan neonatal di lingkungan dimana mantan pengungsi telah kembali menetap dan menjadi bagian sistem kesehatan di target kabupaten. Seiring dengan progam yang terus melatih para bidan dalam tatalaksana kegawatdaruratan obstetrik dan asfiksia neonatal, program ini juga merambah ke sebuah pendekatan terstruktur tentang penanganan kesehatan neonatal melalui dukungan dan memanfattkan sistem pelatihan Departemen Kesehatan dan WHO dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit With the successful implementation of its maternal and child health programme in Aceh, IOM is now developing a model programme for other parts of Indonesia. As a member of UN Country Team, IOM continued to participate in the development of the UN Joint Programme of Support for Papua and hopes to extend its maternal and child health interventions to the province. Dengan keberhasilan pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di Aceh, IOM kini tengah mengembangkan sebuah model program untuk daerah-daerah lain di Indonesia. Sebagai anggota ‘UN Country Team’, IOM terus berpartisipasi dalam pengembangan ‘UN Joint Programme of Support for Papua’ dengan harapan dapat memperluas intervensi kesehatan ibu dan anak di propinsi tersebut. 104 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 AmeriCares: “Improving Maternal, Child and Community Health in Western Districts of Aceh - Special Focus on Transitional Living Centres” / AmeriCares: ” Meningkatkan Kesehatan Ibu, Anak dan Masyarakat di Pesisir Barat Aceh, Khususnya di Tempat Tinggal Sementara” In its second phase of implementation of this project, IOM continued to provide childbirth emergencies training and developed a clinical training network system in three west coast districts of Aceh - Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya. Competency-based training and training of trainers (ToT) on the “Management of Asphyxia and Post Partum Hemorrhage” were provided to 653 midwives to improve maternal and child health interventions in villages and puskesmas clinics. Additional training was provided to 357 midwives on post partum survival, focusing on mother and neonates less than 2 months old. Pada fase kedua pelaksanaannya, IOM terus menyediakan pelatihan kegawat daruratan dalam persalinan dan telah mengembangkan sistem jaringan pelatihan klinis di tiga kabupaten di pesisir barat Aceh seperti kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya. Pelatihan berbasis kompetensi dan ToT (‘training of trainers’) mengenai “Tatalaksana Asfiksia Neonatus dan Perdarahan Post Partum” diberikan atas 653 bidan untuk meningkatkan penanganan kesehatan ibu dan anak di pedesaan dan puskesmas. Pelatihan tambahan diberikan atas 357 bidan mengenai kelangsungan hidup post partum bagi ibu dan neonatus berusia kurang dari dua bulan. Untuk mengevaluasi para lebih jauh keahlian dan bidan yang dilatih IOM To evaluate the skills and competency of the midwives trained, IOM initiated the Observed Structured Clinical Exam (OSCE) for 300 midwives from 26 puskesmas clinics in Nagan Raya and Aceh Barat. The OSCE assessed the effectiveness of ToT and field training and provided the direction for future trainings. kemampuan An Integrated Management for Children Illness (IMCI) evaluation is currently being conducted in 15 puskesmas clinics in Aceh Barat and Nagan Raya, in collaboration with WHO and the Ministry of Health. The study is designed to identify the quality of care delivered to sick children at outpatient health facilities and the quality of counselling, availability of health system supports and the principal barriers. Saat ini, evaluasi manajemen terpadu balita sakit memprakarsai the ‘Observed Structured Clinical Exam’ (OSCT) atau Ujian Klinis Terobservasi dan Terstruktur atas 300 bidan dari 26 puskesmas di Nagan Raya dan Aceh Barat. OSCE menilai keefektifan ToT dan pelatihan lapangan sekaligus memberikan arahan untuk pelatihan-pelatihan berikutnya. tengah dilakukan di 15 puskesmas di kawasan Aceh Barat dan Nagan Raya yang berkerja sama dengan WHO dan Departemen Kesehatan. Tujuan utama dari evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kualitas perawatan yang diberikan bagi balita yang layanan berkualitas diberikan bagi anak yang sakit di fasilitas-fasilitas kesehatan rawat jalan dan kualitas penyuluhan, tersedianya pendukung-pendukung sistem kesehatan dan tantangan-tangan utama. Save the Children and UNICEF: “Capacity Building of Health Staff in Bireuen on Childbirth Emergencies “ / Save the Children dan UNICEF: “Pembangunan Kapasitas Staf Kesehatan di Bireun dalam Kegawatdaruratan Persalinan “ This joint project implemented by Save the Children, UNICEF and IOM developed a clinical training network system in Bireuen using the same model as implemented on the west coast of Aceh. A total of 48 midwives participated in a training of trainers. After completing the training, this group trained 661 midwives in their villages to identify and manage birth asphyxia and post-partum hemorrhage. Proyek bersama Save the Children, UNICEF dan IOM mengembangkan sebuah sistem jaringan pelatihan klinis di kabupaten Bireun, menggunakan model yang sama yang diterapkan di pesisir barat Aceh. Dengan jumlah keseluruhan 48 bidan yang berpartisiasi dalam pelatihan untuk pelatih. Setelah menyelesaikan pelatihan, kelompok ini melatih 661 bidan di desa masing-masing untuk mengidentifikasi dan menangani gejala sesak napas pada kelahiran dan pendarahan pasca persalinan. Packages of Techno Tube and Dee Lee Suction and 300 training DVDs, co-funded by the Americares project, were distributed to the midwives enrolled in the trainings. The OSCE was also applied to monitor and evaluate the progress of the project and results of the training. Some 298 midwives were assessed on their knowledge and skills regarding neonatal asphyxia, the third stage of labour and their management. Paket-paket techno tube dan Dee Lee Suction serta 300 DVD pelatihan yang juga didanai oleh Americares, dibagikan ke para bidan yang mengikuti pelatihan. OSCE juga dilakukan untuk memonitor dan mengevaluasi kemajuan proyek dan hasil pelatihan. 298 bidan dinilai pengetahuan dan keahliannya sesak napas pada bayi baru lahir, fase tiga persalinan dan penanganannya. Proyek ini terus mendukung sebuah program perbincangan The project also continued to support a radio health talk show aired once a week on a local radio station to support community awareness on health issues. kesehatan di radio lokal yang disiarkan seminggu sekali The IOM project team also conducted a workshop for key stakeholders and partners on lessons learned and sustainability of IOM health programmes in Bireuen. Tim IOM juga melakukan sebuah pelatihan bagi para To ensure the sustainability of trainings and transfer of information at the puskesmas and community level, IOM procured 13 pelvic models, 17 TV sets and DVD players, 300 t-shirts with MCH messages, and posters for each puskesmas clinic in each Bireuen sub-district. Untuk memastikan kesinambungan pelatihan-pelatihan, untuk meningkatkan pemahaman tentang masalahmasalah kesehatan. pihak yang berkepentingan dan mitra-mitranya untuk belajar dari pengalaman dan kesinambungan programprogram kesehatan di Bireuen. transfer informasi di tingkat puskesmas dan masyarakat, IOM membeli 13 model panggul, 17 televisi dan mesin DVD, 300 kaos dengan pesan MCH, poster-poster yang diberikan ke setiap puskesmas dan masyarakat di kecamatankecamatan di Bireuen. 106 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Psychosocial and Mental Health Psikososial dan Kesehatan Mental In 2008, IOM in partnership with the HMS and with the support of the World Bank continued to provide psychosocial and mental health services and outreach to communities affected by the past conflict in Aceh. Pada 2008, IOM bermitra dengan HMS dan didukung Conceived from the findings of the mental health assessments during demobilization health assessment of the ex-combatants and designed from the results of the structured baseline studies on the psychosocial and mental health needs of communities affected by the past conflict; the programme has not only provided and established medical, psychosocial and mental health services and training in conflict affect communities, but also embarked on testing the Mengacu pada hasil temuan asesmen tentang kesehatan Bank Dunia terus menyediakan pelayanan-pelayan psikosial dan kesehatan mental dan menjangkau komunitas masyarakat yang terkena dampak konflik di Aceh. mental selama demobilisasi asesmen kesehatan atas mantan kombatan dan rancangan atas hasil-hasil penilaian-penilaian dasar terstruktur tentant psikososial dan kebutuhan atas kesehatan mental bagi masyarakat yang terkena dampak konflik; program ini tidak hanya telah memberikan dan menyediakan pelayanan- pelayanan medis, psikososial dan kesehatan mental serta pelatihan di masyarakat yang terkena dampak konflik, tapi juga memulai pengujian hipotesa bahwa World Bank: Direct Health and Psychosocial Assistance Programme (DHPAP Extension Phase) / World Bank: Program Bantuan Langsung Kesehatan dan Psikososial (DHPAP ‘Extension Phase’) The DHPAP Extension Phase also known as Psychosocial Health in Bireuen for Post-Conflict Affected Communities aims to contribute to the efforts of the Ministry of Health and the Government of Indonesia to establish successful outreach and reintegration programmes for communities affected by conflict, by providing intensive general and mental health care for villages in Aceh affected by years of conflict and enhancing the capacity of the formal health care system to systematically identify and treat patients with mental health illnesses. The DHPAP Extension Phase juga dikenal sebagai Kesehatan Psikososial di Bireuen bagi Masyarakat yang Mengalami Dampak Konflik, bertujuan memberikan kontribusi bagi DepKes, Pemerintah Indonesia untuk menghasilkan program reintegrasi bagi masyarakat yang terkena dampak konflik dengan menyediakan perawatan intensif umum dan kesehatan mental di desadesa di Aceh yang terkena dampak konflik bertahuntahun dan meningkatkan kapasitas sistem kesehatan formal untuk secaras sistematis mengidentifikasi dan merawat pasien dengan penyakit-penyakit mental. Secara khusus program ini dirancang untuk memprakarsai Specifically, the programme is designed to initiate and establish mental health services for remote communities (in the context of the provision of general health services), and then to transition responsibility for the continuation of general and mental health services to the District Health Offices. dan mendirikan pelayanan-pelayan kesehatan mental di masyarakat-masyarakat terpencil (dalam konteks tersedianya pelayanan-pelayanan kesehatan), dan kemudian secara bertahap melimpahkan kelanjutan pelayanan kesehatan dan kesehatan mental ke Dinas Kesehatan Kabupaten. 270 perawat kesehatan mental masyarakat dan kader Some 270 community mental health nurses and jiwa desa dilatih di dua kabupaten, Bireuen dan Aceh 107 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 hypothesis that improving the economic situation of victims of conflict suffering from mental health problems would help improve their mental health condition. meningkatkan keadaan perekonomian dari korban konflik yang menderita masalah kesehatan mental akan membantu meningkatkan kondisi kesehatan mental . Dengan demikian, sebagai bagian dari kegiatan Thus, as part of its psychosocial and mental health activities, IOM provided livelihood assistance to 200 individuals over a control group of 600 individuals with similar history of conflict exposure and suffering from mental health problems. psikososial dan kesehatan mental, IOM memberikan Psychosocial and mental health counselling is also integrated as a subject in the training curriculum of the IOM’s Indonesian National Police Training Programme. Two trainings on counselling were conducted for 64 trainers of the Aceh National Police (POLDA NAD) in 2008. Penyuluhan psikososial dan kesehatan mental telah village volunteers were trained from two districts Biruen and Aceh Utara - covering 50 selected villages on community-based approaches to case detection and management of mental and psychosocial trauma among conflict-affected communities. Utara yang meliputi 50 desa terpilih, menggunakan bantuan mata pencaharian bagi 200 individu dari 600 masyarakat terkontrol yang memiliki kesamaan sejarah konflik dan menderita masalah-masalah kesehatan mental. menjadi bagian terpadu dan sebuah mata pelajaran pelatihan di “Program Pelatihan Polisi Indonesia” yang difasilitasi IOM. Dua pelatihan tentang penyuluhan telah diberikan atas 64 pelatih dari Polda NAD selama 2008. pendekatan berbasis masyarakat untuk mendektesi kasus dan menangani trauma mental dan psikososial dikalangan komunitas terkena dampak politik. Para pasien dengan masalah mental yang sebelumnya Pre-screened patients with mental health problems were medically confirmed by an IOM consultant psychiatrist visiting Bireun every three weeks. A total of 5,992 general medical patients were seen and provided with medical treatment and 1,500 patients were identified with symptoms of mental health illness. telah melalui penyaringan akan menerima perawatan Treatment and follow up was provided by community mental health nurses, village volunteers and the IOM psychiatrist. A referral system is also in place and the psychiatrist can refer any case requiring tertiary management. Patients from remote villages are provided with transport to district hospitals or puskesmas clinics as deemed appropriate. Serangkaian penyuluhan dan perawatan disediakan oleh lanjutan setelah mengunjungi konsultan Bireuen setiap psikiatris tiga IOM, minggu yang sekali, memberikan rekomendasinya. 5,992 pasien umum sudah berkonsultasi dan diberikan perawatan medis dan 1,500 pasien diidentifikasi dengan gejala-gejala dan tandatanda penyakit mental. community mental health nurse (CMHN) atau perawat kesehatan mental desa tergantung tingkat keparahannya. Sebuah sistem rujukan telah tersedia dan konsultan psikiatris IOM merujuk kasus-kasus yang membutuhkan perawatan lebih lanjut. Sistem transportasi pun tersedia untuk membawa pasien dari daerah terpencil ke rumah sakit-rumah sakit di kabupaten atau puskesmas. 108 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 HIV and Population Mobility HIV dan Mobilitas Populasi In Indonesia, IOM ensures that the link between population mobility and HIV is appropriately addressed and integrated in the activities of its programmes. Interventions are based on a multidisciplinary rights-based approach addressing specific HIV-related vulnerabilities of mobile and migrant populations including displaced persons and victims of trafficking. Di Indonesia, IOM memastikan hubungan antara mobilitas penduduk dan HIV dipahami dan terpadu dengang kegiatan dari sejumlah programnya. Intervensi diadasakan pada pendekatan multi disiplin yang secara spesifik berhubungan dengan komunitas yang rentan terkena HIV termasuk pengunsi dan korbang perdagangan manusia . Komponen pencegahan dan perawatan kini terpadu HIV prevention and care components are integrated in IOM’s community health education and promotion projects targeting populations who are displaced by the tsunami in its Community Health Revitalization Programme and conflict affected communities in its Direct Health and Psycho-social Assistance Programme in Aceh. dengan proyek pendidikan dan kampanye IOM yang menargetkan masyarakat yang mengungsi karena tsunami melalui Program Pemulihan Kesehatan Masyarakat dan masyarakat yang terkena dampak konflik melalui Program Bantuan Langsung Kesehatan dan Psikososial. HIV juga dipadukan dalam bimbingan psikososial, medis HIV is also integrated in the psycho-social counselling, medical and referral services provided to irregular migrants under its Management and Care of Intercepted Irregular Migrants Programme, as well as to victims of trafficking assisted through its Return, Recovery and Reintegration Programme. dan pelayanan rujukan yang disediakan untuk migran gelap melalui ‘Management and Care of Intercepted Irregular Migrants Programme’, termasuk korban perdagangan manusia yang dibantu melalui ‘Return, Recovery and Reintegration Programme’. Untuk program-program lainnya, pemahaman tentang For other programmes, HIV awareness is integrated with gender-based violence in the curriculum for human rights and community policing taught to the police through IOM’s Indonesian National Police Training Programme. HIV dipadukan dengan kekerasan berdasarkan gender dalam mata pelajaran hak azasi manusia dan perpolisian masyarakat yang diajarkan IOM pada polisi melalui ‘Indonesian National Police Training Programme’. IOM memastikan bahwa konsultasi pribadi dan IOM ensures that high quality voluntary counselling and confidential HIV testing is undertaken as part of the Immigration Health Assessments that IOM undertakes for migrants and refugees resettling in countries that require an HIV test. kerahasiaan tes HIV yang berkualitas dilaksanasakan Since 2007, IOM as a member of the UN Joint Team on HIV, has worked closely with its UN partners in developing the UN Joint Programme of Support for HIV in Papua. It has also advocated to include HIV and Population Mobility interventions in the National AIDS Commission Round 9 proposal to GFATM. Sejak 2007, sebagai anggota UN Joint Team dalam On advocacy and support to policy development, IOM works with a wide range of international organizations, governmental and non-governmental organizations for the protection of migrants’ rights and reducing HIV vulnerability of mobile populations. Berkenaan dengan advokasi dan dukungan dalam sebagai bagian dari Immigration Health Assessments dimana IOM membantu para migran dan pengungsi untuk menetap di negara-negara yang mewajibkan sebuah tes HIV penanganan HIV, IOM telah erat bekerja sama dengan mitra PBB dalam mengembangkan ‘UN Joint Programme of Support for HIV ‘di Papua. Program ini juga mengadvokasi untuk menyertakan intervensi HIV dan Mobilitas Penduduk dalam proposal komisi AIDS Nasional ke GFATM. pengembangan kebijakan, IOM berkerja sama dengan beragam organisasi internasional, pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk melindungi hak-hak para migran dan mengurangi rentannya mobilitas penduduk atas HIV. 109 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Emerging Diseases and Re-emerging Penyakit Baru and Yang Bermunculan Kembali In 2008 Indonesia was the world’s most affected country with the highest number of infections and fatalities from the Avian and Human Influenza (AHI) virus. With 110 human deaths reported by July 2008 and countless loss of poultry livestock across the country, this devastating disease is a now major threat to the country’s population and economy. It could also become the source of a global pandemic. Pada 2008, Indonesia adalah negara yang paling parah terkena dampak virus AVIAN dan Human Influenza (AHI) dengan angka tertinggi infeksi dan korban meninggal. Pada Juli 2008, 11 orang dilaporkan meninggal dan tidak terhitung jumlah ternak mati di Indonesia, penyakit ini menjadi ancaman utama bagi pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Virus ini juga bisa menjadi sumber pendemik global. Penduduk yang berpindah, khususnya para pengungsi Mobile populations, particularly internally displaced people who are dependent on poultry farming, are particularly vulnerable to the disease and must be included in pandemic preparedness interventions. yang bergantung dari usaha ternak unggas sangat rentang atas penyakit ini and harus diikut sertakan dalam kesiap siagaan intervensi pendemik. Secara global, IOM bermitra dengan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memberikan akses bagi para Globally, IOM, in partnership with the UN System, supports migrant access to compensation for livestock loss and public health interventions to protect them against the disease. migran untuk mendapatkan ganti rugi dari hilangnya mata pencaharian dan intervensi kesehatan untuk melindungi mereka dari penyakit. Di Indonesia, IOM telah merampungkan penilaian In Indonesia IOM completed a baseline assessment that determined the level of knowledge, attitude and practice regarding AHI and pandemic preparedness in targeted communities of its programmes in Yogyakarta. These findings were discussed in a multi-sectoral workshop of key stakeholders representing government and nongovernment sectors. dasar yang menentukan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku atas AHI dan kesiap siagaan pendemik di sejumlah kelompok masyarakat di Yogyakarta. Temuanemuan ini telah didiskusikan dalam pelatihan multi sektor yang melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang mewakili pemerintah dan sektor non pemerintah. Diskusi ini telah menghasilkan seperangkat rekomendasi yang menunjukkan prioritas-prioritas The outcome of discussions produced a set of recommendations that outlined the priorities in addressing the threat of AHI pandemic in the province. dalam menyampaikan ancaman pendemik AHI di propinsi ini. Termasuk dikalangan These included behaviour change among poultry breeders; implementation of agricultural regulatory measures from raising poultry to marketing poultry products; increasing public awareness on AHI and pandemic preparedness; developing a national pandemic preparedness manual with standard operating procedures for the public; and maximizing efforts to seek government and donor support for AHI and pandemic preparedness programming in Yogyakarta. didalamnya adalah peternak unggas, perubahan perilaku pengimplementasian peraturan pertanian mulai dari pengembangbiakan unggas hingga pemasaran hasil-hasil ternak unggas, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang AHI dan kesiapsiagaan pendemik; mengembangkan panduan kesiapsiagaan pandemik dengan standar operasional bagi masyarakat; memaksimalkan usahan-usaha untuk mencari dukungan pemerintah dan donor dalam mendukung program AHI dan kesiapsiagaan pendemik di Yogyakarta. Sejakan dengan rekomendasi-rekomendasi tersebut, In line with the recommendations, IOM integrated information on AHI pandemic preparedness in three of its Community Based Disaster Risk IOM memadukan informasi AHI dan kesiapsiagaan pendemik di tiga dari pelatihan ‘Community Based Disaster Risk Management‘ (CBDRM) atas 157 sukarelawan 110 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Management (CBDRM) trainings to 157 village volunteers in Yogyakarta. It also produced and disseminated 1,400 leaflets, 1,400 posters, 1,400 stickers, 50 banners, 300 calendars, 320 flipcharts and 1,200 booklets through its programmes servicing migrants and internally displaced populations in both Yogyakarta and Aceh. di Yogyakarta. Hal tersebut juga menghasilkan deng menyerbarkan 1.400 brosur, 1.400 poster, 1.400 stiker, 50 spanduk, 300 kalender, 320 ‘flipchart’ dan 1.200 buku saku melalui program yang menjangkau para migran dan pengungsi di Yogyakarta dan Aceh. Untuk meningkatkan jangkauan hingga ke penduduk berpindah, IOM melatih 69 staff di Yogyakarta dan To improve outreach to mobile populations, IOM trained 69 of its programme staff in Yogyakarta and Banda Aceh to disseminate accurate information AHI and pandemic preparedness to beneficiaries of their programmes. Banda Aceh untuk menyebarkan informasi yang benar ke para penerima bantuan program IOM tentang AHI dan kesiapsiagaan pendemik. Untuk 2009, IOM Indonesia akan terus melebarkan kegiatan-kegiatannya untuk meningkatkan kesadaran In 2009 IOM Indonesia will continue to expand its awareness raising and pandemic preparedness activities to provinces with mobile populations. Awareness raising will be integrated in IOM’s various programmes and pandemic preparedness will focus on ensuring that mobile populations, including tourists, are better informed of the risks. dan kesiapsiagaan dengan penduduk pendemik berpindah. di propinsi-propinsi Usaha peningkatan kesadaran ini dipadukan dengan beragam program IOM dan kesiapsiagaan pendemik akan difokuskan untuk memastikan penduduk berpindah seperti wisatawan, menerima informasi yang tepat tentang resiko-resiko. Konter Trafiking dan Kesehatan Indonesia merupakan negara asal, transit dan tujuaan Counter-trafficking and Health bagi perdagangan orang. Kesenjangan sosial dan ekonomi Indonesia is a country of origin, transit and destination for trafficked persons. The socioeconomic discrepancies between regions and income differentials with neighbouring countries such as Malaysia and Singapore have led many Indonesians to leave their home villages to seek a better life in big cities and abroad. antara reqion dan perbedaan pendapatan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura menyebabkan banyak pekerja Indonesia meninggalkan kampung halamannya untuk mencari penghidupan yang lebih baik di kota-kota besar dan luar negeri. Mesikipun diyakini ribuan warga Indonesia diperdagangkan di luar negeri, banyak perempuan, laki- Although thousands of Indonesians are believed to be trafficked abroad, many women, men and children are trafficked internally for various kinds of exploitation, including the commercial sex industry and domestic servitude. laki dan anak-anak diperdagangkan di dalam negeri yang berakibar beragam eksploitasi, termasuk industri seks komersil dan pembantu rumah tangga. Pemerintah Indonesia mensyahkan Undang-undang Anti Perdagangan Manusia pada April 2007 (UUPTPPO/ The Government of Indonesia passed its first Anti Trafficking Law in April 2007 (UUPTPPO/ No. 21/ 2007) and its subsequent regulations in 2008. This guarantees the right of all trafficked persons to medical and psychosocial care. No. 21/ 2007) dan peraturan-peraturannya pada 2008. Keduanya menjamin hak-hak para korban perdagangan untuk mendapatkan pelayanan medis dan psikososial. IOM memainkan peran advokasi yang penting dan memberikan IOM played an important advocacy role and provided technical support in drafting the legislation, based on its delivery of services to over 3,000 Indonesian victims of trafficking since 2005. dukungan teknis dalm menyusun rancangan perundang-undangan, dengan didasarkan pada penyampaian pelayanan ke 3000 lebih korban perdagangan sejak 2005. Pemerintah Indonesia dengan dukungan IOM kini The Government of Indonesia is currently mengembangkan standard minimum untuk penyediaan 111 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 developing minimal standards for service provision to trafficked persons, as well as Standard Operating Procedures, with IOM support. pelayanan bagi korban-korban perdagangan, termasuk standard prosedur operasional. Pada 2008, IOM terus menjalankan pusat pemulihan In 2008 IOM continued to operate its one stop recovery centre at the Indonesian National Police Hospital in Jakarta, where comprehensive medical and psychosocial assistance is provided to trafficked persons. It also continued to build the capacity of other government facilities, especially shelters managed by the Department of Social Affairs, in providing accommodation, food and psychosocial care. terpadu di Rumah Sakit Polri di Jakarta, dimana pelayanan terpadu medis dan bantuan psikososial disediakan bagi korban perdagangan mansua. IOM juga terus membangun kapasitas dari fasilitas-faslilitas pemerintah lainnya seperti tempat penampungan yang dikelola oleh Departemen Sosial dengan menyediakan akomodasi, makanan dan perawatan psikososial. Kesehatan dan Migrasi Gelap Di 2008 Indonesia masih merupakan negara tujuan utama Health and Irregular Migrants bagi para pencari suaka dan migran berbasis ekonomi In 2008 Indonesia remained a major transit country for asylum seekers and economic migrants trying to reach Australia. Migrants often risk perilous sea journeys aboard ill-equipped and unsuitable vessels crewed by ruthless smugglers. Those stranded or intercepted in Indonesia are usually penniless and cannot access health or social services. yang menuju ke Australia. Para migran sering mengambil resiko melalui laut yang ganas dengan menumpangi |kapal laut yang minim peralatan dan diawaki para penyelundup yang tidak berperikemanusiaan. Mereka yang terdampat dan ditangkap di Indonesia pada umumnya tidak memiliki uang dan tidak memiliki akses atas pelayanan kesehatan dan sosial. Sejak 1999, IOM melalui kesepakatan kerjasama teknis Since 1999, IOM, through a technical cooperation agreement on migration management with the Government of Indonesia has provided counselling, medical care, food, shelter and voluntary repatriation assistance to stranded irregular migrants. To date, IOM’s Management and Care of Intercepted Irregular Immigrants Project has helped over 4,997 migrants and continues to provide medical services, notably in the area of psychosocial and mental health. dalam penanganan migran dengan pemerintah Indonesia telah menyediakan bimbingan, perawatan medis, makanan, tempat tinggal dan bantuan repatriasi sukarela bagi pare migran tersebut. Hingga kini, Proyek Management and Care of Intercepted Irregular Immigrants IOM telah membantu 4.997 migran dan terus menyediakan pelayanan medis, terutama dalam hal psikososial dan kesehatan mental. Penelitian Kesehatan Migrasi Jaminan berkualitas atas pemeriksaan kesehatan Migration Health Assessment imigrasi; permeriksaan kesehatan sebelum keberangkata Quality assured immigration health assessment; pre-departure health checks and travel health assistance are IOM’s traditional services for visa applicants, refugees and immigrants to Australia, Canada, New Zealand and the USA. dan bantuan kesehatan untuk perjalanan adalah Immigration health assessment consists of a complete physical examination, chest x-ray and laboratory tests following the requirements of the migrant’s country of destination. For migrants or visa applicants requiring serology testing for HIV and syphilis, IOM ensures that pre- and post HIV test counselling are provided. Pemeriksaan kesehatan immigrasi terdiri dari sebuah pelayanan-pelayanan yang disediakan IOM sejak dulu bagi para pemohon visa, pengungsi dan imigran yang menuju Australia, Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat. pemeriksaan lengkap fisik, ronsen paru-paru dan serangkaian tes laboratorium berdasarkan persyaratan imigrasi negara tujuan. Bagi para migran dan pemohon visa yang membutuhkan tes untuk HIV dan syphilis, IOM memastikan tersedianya penyuluhan sebelum dan sesudah tes HIV dilakukan. 112 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 From October 2007 to September 2008 a total of 429 migrants, refugees and visa applicants underwent their immigration health assessment with IOM. Of those examined, 362 were selfpaying immigrants and visa applicants from Indonesia applying for resettlement to Australia, Canada and New Zealand. Some 67 were refugees bound for Australia, Canada, New Zealand and the USA. Mulali Oktober 2007 hingga September 2008, 429 migran, pengungsi dan pemohon visa telah melalui pemeriksaan kesehatan imigrasi dengan IOM. Dari jumlah yang diperiksa tersebut, 362 diantaranya adalah imigran dan pemohon visa pribadi dari Indonesia yang mengajukan permohonan untuk menetap di Australia, Kanada dan Selandia Baru. Sementara 67 lainnya adalah pengungsi yang akan menuju ke Australia, Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat. By the Numbers (1st October 2007 - 30th September 2008) Facts on IOM and Harvad Medical School (HMS) Health Programmes in Aceh / Data Program-program IOM dan HMS di Aceh 5 Districts in Aceh are covered by IOM and HMS health programmes / Kabupaten di Aceh yang tercakup dalam program-program IOM dan HMS 47 Sub-Districts in Aceh are covered by IOM and HMS health programmes / Kecamatan di Aceh yang tercakup dalam program-program IOM dan HMS 107 Midwife clinical educators trained on childbirth emergencies / Pelatih bidan klinis yang dilatih tentang kegawat daruratan kelahiran bayi 653 Village midwives trained on childbirth emergencies in Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya / Bidan desa yang dilatih tentang kegawat daruratan kelahiran bayi di Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya 5,992 Conflict-affected people received direct health assistance / Masyarakat yang terkena dampak konflik-penerima bantuan kesehatan langsung 1,530 Mentally ill patients received treatment and follow-up / Pasien dengan penyakit jiwa yang menerima perawatan dan rujukan 48 Midwives trained as clinical educators for 661 village midwives in 17 sub-districts of Bireuen / Bidan yang dilatih sebagai pendidik klinis dari 661 bidan desa di 17 kecamatan di Bireuen 270 Community mental health nurses and village volunteers trained in counselling and early detection of mental illness / Perawat kesehatan mental masyarakat dan relawan desa dilatih tentang penyluhan dan pendeteksian dini penyakit mental 598 Midwives were evaluated on their skills and knowledge by using “Observed Structured Clinical Exam “ / Bidan dinilai atas kemampuan dan ilmu pengetahuan menggunakan “ Observed Structured Clinical Exam “. 357 Village midwives were given additional training on post partum survival training focusing on mothers and neonates under 2 months old / Bidan desa yang diberikan pelatihan tambahan tentang post partum survival terfokus pada ibu dan balita 0-2 bulan Facts on IOM Migration Health Activities in Indonesia / Data Kegiatan-kegiatan Kesehatan Migrasi IOM di Indonesia 429 Migrants and refugees underwent immigration health assessment through the IOM Clinic / Migran dan pengungsi yang melalui pemeriksaan kesehatan imigrasi melalui klinik IOM 4,997 Irregular migrants receive direct health and psychosocial assistance from IOM / Migran gelap menerima bantuan langsung kesehatan dan psikososial dari IOM 4,472 Number of health consultations provided to irregular migrants under the care of IOM / Jumlah konsultasi kesehatan yang diberikan atas migran gelap dibawah penanganan IOM 1,130 Irregular migrants with health problems referred for hospital management and care / Migran gelap dengan masalah kesehatan yang dirujuk untuk perawatan rumah sakit 113 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Project Development & Donor List/ Pengembangan Proyek & Daftar Donor 114 Project Development / Pengembangan Proyek | 115 Donor List / Daftar Donor | 113 114 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM Indonesia, with its broad range of operations throughout the indonesian archipelago, is one of the largest IOM missions in the world. IOM Indonesia successfully raised USD 17,1 million for 14 new programmes and projects in 2008. IOM Indonesia, dengan berbagai macam kegiatan operasionalnya di berbagai pelosok negeri ini, merupakan salah satu misi IOM terbesar di dunia. IOM Indonesia berhasil menghimpun dana sebesar AS$ 17.1 juta untuk 14 program dan proyek baru di tahun 2007. With support from the Governments of Australia, Canada, Japan, United Kingdom, United States of America, The Netherlands, and Queensland as well as from the European Commission, the United Nations (UN) and the multi-donor Java Reconstruction Fund, the Mission secured its long-term presence in Indonesia to support the Government of Indonesia’s initiatives in the areas of Counter-Trafficking, Migration Management, Security Sector Reform, Return Assistance to Migrants, Post-Disaster and Post-Conflict Rehabilitation, Migration Health, Migration and Development, and Labour Migration. Thanks to the funding raised in 2008 in close coordination with its UN and nonUN humanitarian relief partners, IOM continued to be one of the main humanitarian actors in Indonesia. Dengan dukungan dari pemerintah Australia, Kanada, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan Queensland, beserta Komisi Eropa, PBB, dan multidonor ‘Java Reconstruction Fund’, Misi Indonesia telah mengkukuhkan dan menjamin kelangsungan jangka panjang di Indonesia Pemerintah Indonesia penanganan migrasi, untuk di mendukung bidang reformasi inisiatif konter-trafiking, sektor keamanan, bantuan pemulangan para migran, bantuan pemulihan pasca-bencana dan pasca-konflik, kesehatan migrasi, migrasi dan perkembangan, dan migrasi tenaga kerja. Berkat pendanaan yang berhasil dihimpun pada 2008 berkoordinasi dengan para partner dari PBB dan lembaga bantuan kemanusiaan non-PBB, IOM terus menjadi salah satu pelaku kemanusiaan terbesar di Indonesia. While traditional bi- and multilateral donors were the main contributors to IOM’s activities in Indonesia throughout 2008, IOM continued to receive funding from international non-governmental organizations, demonstrating its attractiveness as a flexible, handson organization, and its capacity to deliver highquality services and effective assistance. Walau para kontributor utama kegiatan IOM di Indonesia masih berupa donor bilateral dan multilateral, IOM menerima dukungan yang semakin besar dari organisasi-organisasi non-pemerintah Internasional, hal tersebut menunjukkan daya tarik IOM sebagai organisasi yang fleksibel, siap terjun ke lapangan, dan berkapasitas untuk menyediakan pelayanan berkualitas IOM Indonesia’s strategy remains to further strengthen partnerships with governments, UN agencies and NGOs, and to engage the private sector as a true partner in support of the needs of governments, migrants and communities. Working in close partnership with national and local authorities, as well as the international community, and a large network of non-governmental organizations, IOM Indonesia helps the Government of Indonesia develop and implement migration policy, legislation and administrative mechanisms by providing technical assistance and training to government migration managers, and help to migrants in need. dan bantuan yang efektif. In 2008, IOM has received funding from 20 different donors, confirming a solid and diversified funding base in Indonesia. Pada tahun 2008, IOM telah menerima pendanaan dari Strategi IOM Indonesia kian mempererat kemitraan dengan pemerintah, lembaga-lembaga PBB dan LSM, serta merangkul sektor swasta sebagai mitra nyata dalam dukungan terhadap kebutuhan pemerintah, migrant, dan komunitas. Kerjasama dengan pemerintah lokal dan nasional, komunitas internasional dan jejaring LSM, IOM Indonesia membantu pemerintah Indonesia dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan migrasi, perundang-undangan, dan mekanisme administratif dengan menyediakan bantuan teknis dan pelatihan bagi manajer migrasi pemerintah, serta bantuan bagi migrant yang membutuhkan. 20 donor yang berbeda, sebagai sumber pendanaan yang handal dan terdiversifikasi. 115 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 Donor List Daftar Donor • Government of Australia - Australian Agency for International Development (AusAID); Department of Immigration and Citizenship (DIAC) • Government of Canada - Canadian International Development Agency (CIDA) • Government of Japan • Government of Queensland • Government of the Netherlands - Ministry of Justice, Ministry for Development Cooperation, Royal Netherlands Embassy (RNE) • Government of the United Kingdom Department for International Development (DFID) • Government of the United States of America - United States Agency for International Development (USAID), Office of U.S. Foreign Disaster Assistance, Department of Labor, Department of State / Bureau of Population, Refugees and Migration (USDOS/PRM), The Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G/TiP) • European Commission • Java Reconstruction Fund (JRF) • The World Bank • UNICEF • American Red Cross • AmeriCares • CARE Canada • OXFAM • Save the Children • Pemerintah Total value of project and programme portfolio in 2008 / Nilai dari proyek dan portfolio program pada 2008 US$ 17,091,641 Total value of funding raised for new projects in 2008. / Nilai dari pendanaan yang dihimpun untuk proyek baru pada 2008 US$ 28,325,284 Total value of projects under development. / Nilai total dari proyek-proyek dalam pengembangan - Australian Agency for Immigration and Citizenship (DIAC) • Pemerintah Kanada - Canadian International Development Agency (CIDA) • Pemerintah Jepang • Pemerintah Queensland • Pemerintah Belanda - Ministry of Justice, Ministry for Development Cooperation, Royal Netherlands Embassy (RNE) • Pemerintah Kerajaan Inggris - Department for International Development (DFID) • Pemerintah Amerika Serikat - United States Agency for International Development (USAID), Office of U.S. Foreign Disaster Assistance, Department of Labor, Department of State / Bureau of Population, Refugees and Migration (USDOS/PRM), The Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G/TiP) • Komisi Eropa • Java Reconstruction Fund (JRF) • Bank Dunia • UNICEF • Palang Merah Amerika • AmeriCares • CARE Canada • OXFAM • Save the Children By the Numbers / Berdasarkan Angka US$ 76,101,034 Australia International Development (AusAID); Department of 31 Number of projects implemented by IOM Indonesia in 2008. / Jumlah proyek yang diimplementasikan oleh IOM pada 2008 19 Number of projects implemented by IOM in Aceh in 2008. / Jumlah proyek yang diimplementasikan oleh IOM di Aceh pada 2008 14 Number of new projects in 2008. / Jumlah proyek baru pada 2008 26 Number of projects under development. / Jumlah proyek dalam pengembangan 20 Number of donors in 2008. / Jumlah donor pada 2008 (As of end of November 2008 / per Nopember 2008) 116 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor tor IOM di Indonesia 117 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 117 118 IOM Indonesia - Annual Report/ Laporan Tahunan 2008 IOM Jakarta • Menara Eksekutif Floor 13th, Jl. MH Thamrin Kav. 9, Jakarta Pusat 10350 • Phone : (+6221) 3983 8529 • Fax : (+6221 3983 8528 • Email : [email protected] IOM Jakarta Medical [ All correspondence must be channelled through IOM Jakarta ] • Jl. HOS Cokroaminoto No.16, Jakarta Pusat 10350 • Phone : (+6221) 315 8165 • Fax : (+6221) 315 8208 IOM Jakarta CTU’s Recovery Centre • Pusat Pelayanan Terpadu [ PPT ] RS Polri Sukanto 2nd Floor, Jl. RS Polri No.11, Kramat Jati, Jakarta Timur • Phone : (+6221) 8087 8964 • Fax : (+6221) 8087 8963 IOM Lhokseumawe • Desa Hagu Teungoh Banda Sakti, Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) IOM Bireuen • Jl. Prof. Ismuha, Desa Bireuen, Meunasah, Tgk. Digadong, Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) IOM Calang • Desa Dayah Baro Krueng Sabe, Aceh Jaya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) IOM Takengon • Gunung Bukit Kabayakan, Takengon, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) IOM KutaCane • Jl. Ahmad Yani No.38, Pulo Kemiri, Kutacane, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) IOM Bogor [ ops ] • Jl. Raya Puncak Cibogo 2, PLN Udiklat No.107, Megamendung 16770, Bogor • Phone : (+62251) 259 348 • Fax : (+62251) 253 082 IOM Medan • Jl. Panglima Nyak Makam No.12E, Medan • Phone : (+6261) 4154 418 • Fax : (+6261) 4154 418 IOM Banda Aceh • Jl. Sudirman No. 32, Banda Aceh 23230, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) • Phone : (+62651) 435 56 • Fax : (+62651) 435 54 • Email : [email protected] IOM Lampung [ Ops ] • Jl. KH Mansyur No 115, Rawa Laut, Kec. Tj Karang Timur, Bandar Lampung • Mobile : (+62) 813 6949 4039 (Elfius Sembiring) IOM Meulaboh • Jl. Imam Bonjol No.111, Seunebok Ujung, Meulaboh, Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) • Phone : (+62655) 7006 295 IOM Batam [ Ops ] • Tiban UU Blok IV/ 5B, RT/ RW 002/ 11, Kel. Tiban Lama, Kec. Sekupang Batam • Mobile : (+62) 811 773 460 IOM Tanjung Pinang • Jl. Citra no.39 Tanjung Pinang 21073 Kepulauan Riau • Phone : (+62771) 311 961 Fax : (+62771) 311 961 IOM Yogyakarta • Jl. H.O.S Cokroaminoto No.109, Yogyakarta 55253 • Phone : (+62274) 619 055 / 619 056 • Fax : (+62274) 619 012 • Email : [email protected] IOM Surabaya [ CTU & Ops ] • Jl. Raya Pabean, Tropodo (Juanda Baru), Garden Dian Regency Alamanda II-25, Surabaya 60264, Jawa Timur • Mobile : (+62) 812 1027 970 / (+62) 812 3020 917 • Fax : (+6231) 869 0127 IOM Situbondo • Perumahan Panorama Indah, Blok E 28-29, Sumberkorlak, Situbondo • Mobile : (+62) 812 3009 469 IOM Denpasar [ Police Project ] • Polri-RNE Coordination Office, POLDA Bali 2nd Floor, Jl. WR Supratman No.7, Denpasar, Bali • Mobile : (+62) 818 0552 0323 IOM Mataram [ ops ] • Jl. Brawijaya No. 99, Mataram, Lombok Barat 83234 • Phone : (+62370) 671 721 • Fax : (+62370) 671 388 IOM KUPANG [ ops ] • Jl. Printis Kemerdekaan No. 17, (UNICEF Building), Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) • Phone : (+62380) 828 382 • Mobile : (+62) 813 3943 4575 • Fax : (+62380) 828 382 IOM Pontianak • Jl. Anggrek No. 7, Pontianak 78121, Kalimantan Barat • Phone : (+62561) 763 943 • Fax : (+62561) 763 953 IOM Makasar [ ops ] • Perumahan Griya Prima Tonasa, Blok C5/ 13, Daya, Biringkanaya, Jl. P. Kemerdekaan KM 16, Makasar, Sulawesi Selatan • Phone : (+62411) 512 723 • Mobile : (+62) 813 3293 4450 IOM Ambon [ ops ] • Jl. Rijaldi No.25, Gang Vista, Ambon • Mobile : (+62) 811 293 796 IOM Merauke [ ops ] • Jl. Bhakti Gang II, Kelurahan Maro, Kecamatan Merauke, Kabupaten Merauke • Phone : (+62971) 325 891 • Mobile : (+62) 813 7663 1888 The aim of the IOM-JRF Livelihood Project is aligned with the Provincial Government’s reconstruction and development policy, which is to assist communities and small business to increase their capacity to grow and generate income. / Inti program IOM-JRF ini adalah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah DIY, yaitu membantu masyarakat / UKM agar mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam berusaha. – Ir. Bayudono, M.Sc – The Head of the Office for Settlement and Regional Infrastructure, Special Region of Yogyakarta Kepala Dinas Kantor Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Provinsi DIY IOM International Organization for Migration OIM Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM INDONESIA HEAD OFFICE Menara Eksekutif Floor 13th • Jl. MH. Thamrin Kav.9 • Jakarta 10350 • Indonesia Phone : +62 (0) 21 3983 8529 • Fax : +62 (0) 21 3983 8528 www.iom.or.id