perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia pada era modern seperti saat ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi kehidupan manusia pada era sebelumnya, baik itu menyangkut kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Di dalam kehidupan pribadi misalnya dapat dilihat dari gaya berpakaian, gaya berbicara dan pola pikir yang secara nyata sudah banyak mengalami perubahan. Hal serupa juga terjadi di dalam kehidupan sosial, seperti perubahan dalam pergaulan. Pergaulan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Masa remaja adalah masa dengan usia antara 12 hingga 21 tahun. Masa remaja terbagi menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal (12-15), masa remaja pertengahan (15-18), masa remaja akhir (18-21) (Desmita:2005:190). Pada penelitian ini sasarannya adalah peserta didik kelas XI SMK. Peserta didik SMK kelas XI pada umumnya berusia sekitar 16-17 tahun, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kelas XI tergolong pada masa remaja pertengahan. Pada masa ini remaja telah memiliki kemampuan kognitif, yaitu memahami pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya (Myers, dalam Desmita:2005:194). Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa remaja sudah mulai dapat menyimpulkan persepsi-persepsi orang terhadapnya. Persepsi tersebut ada yang memahami sebagai persepsi postif dan ada juga yang memahami sebagai persepsi negatif. Jika individu menganggap bahwa pemikiran orang terhadapnya berupa persepsi negatif, maka akan timbul sebuah konflik. Konflik yang muncul contohnya adalah kesalahpahaman antar individu sehingga membuat individu tidak simpati dengan individu yang bersangkutan. Konflik ini sering terjadi di dalam kehidupan sekolah. Kehidupan sekolah merupakan tempat dimana individu menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Hal ini disebabkan karena commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 setiap hari dari pagi hingga sore, waktu yang dihabiskan adalah bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah. Teman sebaya sangat berpengaruh terhadap remaja. Hal ini dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti yang menyatakan bahwa remaja lebih banyak diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, terj. Istiwidayati: 1996: 213). Sesuai dengan pendapat ahli di atas, dapat diartikan bahwa remaja sudah memiliki keluarga sendiri yaitu kelompok sebayanya. Hal yang dilakukan oleh remaja berdasarkan apa yang dilakukan oleh teman kelompok sebayanya seperti sikap, cara berpenampilan dan perilakunya pun juga hampir sama dengan kelompok sebayanya. Persamaan- persamaan ini timbul disebabkan karena hampir dalam satu hari mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman sebayanya. Jika salah satu anggota tidak sama dengan anggota lain, maka salah satu anggota itu akan tidak disukai dan akan dikucilkan dari kelompok sebaya tersebut. Kelompok sebaya merupakan wadah dimana di dalamnya terdapat beberapa individu yang memiliki keinginan yang sama dan tidak memberlakukan peraturan yang ada tetapi memberlakukan peraturan sendiri seperti yang diinginkan kelompok sebaya tersebut (Horrocks dan Benimoff dalam Hurlock, terj. Istiwidayati:1996:214). Berdasarkan pendapat tersebut kelompok sebaya dapat diartikan sebagai wadah berkumpulnya individu yang memiliki minat yang sama dan saling berkaitan, di dalamnya terdapat interaksi saling mempengaruhi dalam perilaku untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa macam-macam kelompok sebaya, Hurlock, terj. Istiwidayati (1999: 215) mengemukakan lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja, antara lain; teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok terorganisasi dan kelompok gang. Berdasarkan macam-macam kelompok sebaya tersebut, yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah kelompok gang. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok gang. Mereka biasanya terdiri dari anak-anak yang sejenis dengan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial (Hurlock, terj. Istiwidayati: 1996 :215). Dari pendapat tersebut dijelaskan bahwa anak-anak yang termasuk gang adalah anak-anak yang menghadapi penolakan cenderung berperilaku antisosial dan ternyata adanya gang itu sendiri justru menimbulkan persaingan. Persaingan antar kelompok akan menimbulkan permusuhan. Hal ini sesuai dengan teori motivasi realistic group conflict (konflik antar kelompok) yang menjelaskan bahwa keadaan berkompetisi akan membuat permusuhan antar kelompok yang akan bermuara pada saling berprasangka satu sama lain (Gerungan: 2010). Persaingan yang timbul akibat pembentukan kelompok sebaya pada zaman sekarang salah satunya adalah persaingan untuk mendapatkan pengakuan atau julukan gang yang paling terkenal di dalam lingkungan sekolah terutama di kelasnya. Dalam hal ini mereka bersaing untuk menunjukkan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Masing-masing kelompok akan menganggap bahwa kelompoknya yang paling mampu dan paling unggul. Berdasarkan hal tersebut maka akan muncul sebuah prasangka terhadap kelompok lain agar seolah-olah kelompoknya saja yang paling mampu dan unggul. Prasangka ini contohnya adalah pada masing-masing kelompok mencurigai dan berpendapat negatif tentang kelompok lain. Prasangka sosial muncul karena masing-masing kelompok menganggap rendah kelompok lain, sehingga mereka menimbulkan pemikiran atau pendapat buruk tentang kelompok yang lain. Uraian ini sesuai dengan teori prasangka yaitu teori kognitif (ingroup dan outgroup), dimana ingroup adalah kelompok kita dan outgroup adalah mereka (Bimo Walgito:2010). Keadaan ingroup dan outgroup menimbulkan banyak perselisihan dan persaingan. Persaingan antar kelompok di dalam kelas akan membuat masingmasing kelompok ingin merasa dianggap kelompok yang paling unggul. Seperti yang dibahas dalam paragraf sebelumnya bahwa prasangka akan timbul karena commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 mereka menganggap rendah kelompok lain sehingga mendorong untuk berpikiran negatif terhadap kelompok lain tersebut. Akibatnya, akan menimbulkan permusuhan antar kedua kelompok. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, persaingan antar kelompok dan saling mengunggulkan kelompoknya masing-masing akan membuat permusuhan dan bermuara pada sikap yaitu prasangka. Prasangka yang timbul dari salah satu anggota kelompok akan membuat semua anggota kelompok ikut berprasangka dengan anggota kelompok lain. Prasangka seperti ini dinamakan sebagai prasangka sosial. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain (Ahmadi: 1999: 212). Sedangkan menurut Brown (2005) dalam Budi Susetyo (2010: 72), prasangka merupakan sikap sosial atau keyakinan kognitif yang bersifat merendahkan, pengekspresian perasaan kognitif, atau tindakan bermusuhan atau diskriminatif terhadap anggota suatu kelompok yang dihubungkan keanggotaannya dalam kelompok tersebut. Dari pendapat tentang prasangka tersebut, dapat disimpulkan bahwa prasangka sosial merupakan sebuah sikap, perasaan serta penilaian biasanya cenderung negatif dan bersifat merendahkan baik individu ataupun kelompok terhadap kelompok lain berdasarkan pada keanggotaan dari kelompok tertentu. Yeni Widyastuti (2014: 76) memaparkan bentuk-bentuk prasangka sosial adalah was-was, ketakutan, kecurigaan, penghinaan, permusuhan dan tindakan saling menjatuhkan antar kelompok. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diartikan bahwa prasangka cenderung ke arah yang negatif dan menimbulkan perpecahan. Karena sifatnya yang cenderug negatif, maka prasangka perlu dikurangi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir semakin banyaknya perpecahan antar individu dan antar kelompok pada peserta didik saat ini. Salah satu cara untuk mengurangi perilaku prasangka adalah dengan layanan bimbingan kelompok teknik role playing. Mengenai bimbingan kelompok, Prayitno & Amti berpendapat bahwa bimbingan kelompok merupakan pemberian commit to user informasi dalam suasana perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 berkelompok (2004: 309). Dari pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa bimbingan kelompok tidak hanya diberikan pada satu individu saja, tetapi berkelompok. Gazda dalam Prayitno dan Amti, memaparkan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan pemberian informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat (2004:310). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalahnya secara tepat. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk kelompok untuk membantu mereka dalam mengatasi masalahnya secara tepat. Salah satu teknik bimbingan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Role Playing. Model bermain peran (role playing) dikembangkan oleh Fannie Shaftel dan George Shaftel. Bermain peran merupakan suatu model pembelajaran, dimana peserta didik diminta untuk memainkan peran tertentu, terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial (Sobry Sutikno:2014:73). Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa role playing merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk membantu menyelesaikan masalahnya melalui pendalaman karakter pada saat bermain peran. Masalah peserta didik dalam hal ini adalah masalah sosial, sehingga setelah melakukan role playing, diharapkan prasangka sosial peserta didik menjadi berkurang. Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing ini dirasa sesuai untuk mengurangi perilaku prasangka pada peserta didik. Prasangka sosial peserta didik memberikan dampak pada interaksi sosialnya. Interaksi sosial disini adalah interaksi antar individu maupun antar kelompok di dalam sebuah kelas, maka masalah ini sesuai jika diselesaikan dengan menggunakan bimbingan kelompok. Sedangkan role playing merupakan sebuah kegiatan bermain peran yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah peserta didik. Peserta didik diharapkan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 akan mengurangi perilaku prasangka dengan adanya pelaksanaan teknik role playing ini. Dari hasil wawancara dengan konselor sekolah SMK Batik 2 Surakarta mengatakan bahwa hampir setiap kelas ada beberapa kelompok sebaya dan banyak permasalahan antar kelompok pada peserta didik karena adanya kesalahpahaman dan berprasangka pada kelompok lainnya. Faktor bersaing juga menjadi salah satu penyebabnya. Kelompok satu dengan yang lain tidak mau dikalahkan. Hal ini menimbulkan dampak yang negatif, yaitu mengurangi keakraban suasana di kelas. Banyak peserta didik yang saling bersaing dan mengutamakan kelompok atau kelompok sebaya nya saja. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pencapaian tugas perkembangan peserta didik. Fenomena tersebut yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul yaitu “KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGURANGI PRASANGKA SOSIAL PADA PESRTA DIDIK KELAS XI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA”. B. Identifikasi Masalah Dari uraian yang menjadi latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Adanya beberapa gang di SMK Batik 2 Surakarta. 2. Adanya persaingan dan sikap saling mengunggulkan kelompoknya sendiri sehingga menimbulkan permusuhan antar kelompok. 3. Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain menjadi kurang akrab. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, selanjutnya ditetapkan bahwa pembatasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut: 1. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta. 2. Objek penelitian ini adalah prasangka sosial dan layanan bimbingan kelompok teknik role playing. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan “Apakah layanan bimbingan kelompok teknik role playing efektif untuk mengurangi prasangka sosial peserta didik kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta ?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan layanan bimbingan kelompok teknik role playing untuk mengurangi prasangka sosial peserta didik kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat menambah wawasan teoritik tentang model bimbingan yang efektif dalam mengurangi prasangka sosial peserta didik b. Memberikan bukti nyata secara teoritik bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok teknik role playing dapat mengurangi prasangka sosial peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah, membantu memberikan kebijakan perijinan pelaksanaan penelitian serta membantu sekolah dalam menyelenggarakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. b. Bagi Konselor Sekolah, memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan bimbingan kelompok terutama yang berkenaan dengan perkembangan sosial peserta didik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 c. Bagi Guru Mata Pelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengatasi masalah sosial yang berkaitan dengan prasangka sosial peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar. d. Bagi Peserta Didik, memberikan masukan atau saran dalam upaya mengurangi perilaku prasangka sosial peserta didik kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta sehingga meningkatkan sumber daya pendidikan untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas. e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pengembangan untuk penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. commit to user