Public PRivate Mix Pengendalian tubeRkulosis

advertisement
Stop
Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix
Pengendalian Tuberkulosis
Indonesia: 2011-2014
Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
2011
TB
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Kata Pengantar
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama diantara negara-negara
dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai
target Global untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru TB
BTA positif dan 85% kesembuhan. Saat ini peringkat Indonesia telah turun dari
urutan ketiga menjadi kelima diantara negara dengan beban TB tertinggi di dunia.
Meskipun demikian, berbagai tantangan baru yang perlu menjadi perhatian yaitu
TB/HIV, TB-MDR, TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya. Hal ini memacu
pengendalian TB nasional terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi
dan inovasi program.
Strategi Nasional Program Pengendalian TB 2011-2014 dengan tema “Terobosan
menuju Akses Universal”. Dokumen ini disusun berdasarkan kebijakan pembangunan
nasional 2010-2014, rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan
strategi global dan regional. Penyusunan strategi nasional ini melibatkan partisipasi
berbagai pihak pemangku kebijakan, pusat dan daerah, organisasi profesi, Gerdunas,
komite ahli TB, lembaga swadaya masyarakat, serta mitra internasional.
Strategi Nasional program pengendalian TB dengan visi “Menuju Masyarakat
Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan Berkeadilan”. Strategi tersebut bertujuan
mempertahankan kontinuitas pengendalian TB periode sebelumnya. Untuk mencapai
target yang ditetapkan dalam stranas, disusun 8 Rencana Aksi Nasional yaitu : (1)
Public-Private Mix untuk TB ; (2) Programmatic Management of Drug Resistance TB;
(3) Kolaborasi TB-HIV; (4) Penguatan Laboratorium; (5) Pengembangan Sumber
Daya Manusia; (6) Penguatan Logistik; (7) Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi
Sosial; dan (8) Informasi Strategis TB.
PPM di Indonesia dimulai dengan kegiatan Hospital DOTS Linkage (HDL) yang
melibatkan rumah sakit dan B/BKPM. Pelibatan kedua jenis fasilitas pelayanan
kesehatan didasarkan pertimbangan potensi yang besar dalam program pengendalian
TB. Tetapi hanya 38% rumah sakit di Indonesia yang telah menjalankan strategi
DOTS. Sebagian besar rumah sakit bahkan melaporkan angka keberhasilan
pengobatan yang rendah dan angka kasus mangkir yang tinggi. Sehingga perlu
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
i
Stop TB Rencana Aksi Nasional
menekankan upaya untuk memastikan peraturan/ regulasi terkait akreditasi rumah
sakit agar dapat mengakomodasi standar layanan TB (diagnosis, pengobatan dan
pelaporan) diterapkan secara nasional. Disamping itu juga di upayakan untuk
pengembangan penerapan regulasi akses OAT lini I dan II di pasar bebas serta
upaya untuk memastikan bahwa perijinan praktek dokter mengakomodasi standar
pelayanan TB internasional (ISTC).
Dokumen ini ditujukan kepada seluruh pelaksana program TB di semua tingkatan,
fasilitas dan penyedia pelayanan kesehatan, swasta dan stake holders terkait.
Dokumen ini diharapkan dapat mendorong implementasi kegiatan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan dalam Rencana Aksi Nasional PPM TB.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
berkontribusi dalam menyelesaikan Rencana Aksi Nasional ini. Segala kritik dan
saran yang membangun demi perbaikannya pada masa mendatang sangat diharapkan.
Semoga buku ini bermanfaat dalam pengendalian TB di Indonesia.
Mari kita lakukan terobosan dalam perjuangan melawan TB.
Jakarta, 14 Maret 2011
Direktur Jenderal PP&PL, Kementerian Kesehatan RI
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP, MARS, DTM&H
ii
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
TIM PENYUSUN
Pengarah
Tjandra Yoga Aditama
Yusharmen
H. M. Subuh
Editor
Dyah Erti Mustikawati
Nani Rizkiyati
Kontributor
Adi Utarini
Ari Probandari
Asik Surya
Carmelia Basri
Chawalit Natpratan
Deni Harbianto
Devi Yuliastanti
Eka Sulistyani
Jan Voskens
Munziarti
Nandy Wilasto
Novayanti R Tangirerung
Sri Retna Irawati
ST Patty
Vanda Siagian
Yodi Mahendradhata
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
iii
Stop TB Rencana Aksi Nasional
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …....................................................................................
Tim Penyusun ........………………………...………………………………………
Daftar Isi ………………………...………………………………………..…………
Daftar Tabel ....………………………….…………..………………………………
Daftar Singkatan ………………..…………..………………………………………
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………..
1. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014.............
2. Joint External Monitoring Mission 2011...........................................
3. Report of the sixth meeting of the Subgroup on Public–Private Mix
for TB care and control, Istanbul, Turkey, 16–18 February 2010.......
II.Analisis situasi.............................................................................
1. PPM pelayanan kesehatan.............................................................
1.1. Rumah Sakit dan B/BKPM......................................................
1.2. Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI.........................
1.3. Dokter praktik swasta, laboratorium swasta dan apotek swasta...
1.4. Fasilitas pelayanan kesehatan Lapas/Rutan..............................
1.5. Fasilitas pelayanan kesehatan Tempat Kerja/Perusahaan...........
1.6. Fasilitas pelayanan kesehatan Lembaga Swadaya Masyarakat.....
2. PPM tatakelola dan regulasi...........................................................
3. PPM Pembiayaan..........................................................................
III. Isu-isu strategis ekspansi PPM di Indonesia...........................
1. PPM pelayanan kesehatan.............................................................
1.1. Rumah Sakit dan B/BKPM......................................................
1.2. Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI..........................
1.3. Dokter praktik swasta, laboratorium swasta dan apotek swasta...
1.4. Fasilitas pelayanan kesehatan Lapas/Rutan..............................
1.5. Fasilitas pelayanan kesehatan Tempat kerja/perusahaan............
1.6. Pelayanan TB di masyarakat...................................................
2. PPM pembiayaan..........................................................................
3. PPM sumber daya manusia............................................................
iv
i
iii
iv
vi
vii
1
1
3
4
5
5
6
9
9
10
12
13
14
14
15
15
15
15
16
16
16
17
17
17
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
IV.Tujuan, Indikator dan Target.....................................................
1. Tujuan...........................................................................................
2. Indikator dan target........................................................................
V. Perumusan strategi....................................................................
1. Strategi PPM tatakelola dan regulasi................................................
1.1. Tujuan..................................................................................
1.2. Program Intervensi.................................................................
2. Strategi PPM pembiayaan................................................................
2.1. Tujuan..................................................................................
2.2. Program Intervensi.................................................................
3. Strategi PPM pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia............
3.1. Rumah Sakit dan B/BKPM......................................................
3.2. Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI..........................
3.3. Fasilitas pelayanan kesehatan di tempat kerja (work place)........
3.4. Fasilitas pelayanan kesehatan di Lapas/Rutan..........................
3.5. Dokter Praktik Swasta............................................................
3.6. Apotek swasta.......................................................................
3.7. Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat untuk
Pelayanan TB........................................................................
VI. Rencana Kegiatan..........................................................................
VIi.Monitoring dan evaluasi rencana aksi nasional PPM............
VIiI.Pembiayaan rencana aksi nasional PPM...................................
IX. Daftar Pustakai............................................................................
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
18
18
18
19
19
19
19
20
20
20
21
21
23
24
25
26
28
28
30
38
40
40
v
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Daftar Tabel
Tabel 1. Pencapaian ekspansi DOTS ke berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan (2010)....................................................................... 6
Tabel 2. Indikator, baseline dan target 2010-2014.................................... 18
Tabel 3. Rencana penganggaran RAN PPM TB 2011-2014 ......................... 40
Bagan 1.Kontribusi fasilitas pelayanan kesehatan dalam penemuan
kasus TB BTA positif................................................................... 7
Bagan 2.Rencana anggaran RAN PPM TB 2011-2014 ................................ 41
vi
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Daftar Singkatan
AIDS
: Acquired Immuno Deficiency Syndrome
AKMS
: Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi Sosial
ARSADA
: Asosiasi Rumah Sakit Daerah
ARSSI
: Asosiasi Rumah Sakit Swasta se-Indonesia
ARSPI
: Asosiasi Rumah Pendidikan Indonesia
BBKPM
: Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
BKPM
: Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BP
: Balai Pengobatan
BPOM
: Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BP4
: Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
BTA
: Basil Tahan Asam
CSR
: Corporate Social Responsibility
Dinkes
: Dinas Kesehatan
Ditjen Binfar : Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan
dan Alkes
Ditjen BUK
: Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Ditjen PAS
: Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Ditjen P2PL
: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
DM
: Diabetes Melitus
DOTS
: Directly Observed Treatment Short-course
DPS
: Dokter Praktik Swasta
DTPK
: Daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan
Fasyankes
: Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gerdunas
: Gerakan Terpadu Nasional
GFATM
: Global Fund to fight AIDS, Tuberculosis and Malaria
HIV
: Human Immunodeficiency Virus
HRD
: Human Resource Development
IAI
: Ikatan Apoteker Indonesia
IBI
: Ikatan Bidan Indonesia
IDI
: Ikatan Dokter Indonesia
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
vii
Stop TB Rencana Aksi Nasional
ISTC
: International Standard of Tuberculosis Care
JCI
: Joint Commission International
JEMM
: Joint External TB Monitoring Mission
Kanwil
: Kantor Wilayah
Kemenakertrans : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kemenhan
: Kementerian Pertahanan
Kemenkes
: Kementerian Kesehatan
KemenkumHAM : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
KIE
: Komunikasi Informasi dan Edukasi
KNCV
: Koninklijke Nederlandse Centrale Vereniging tot Bestrijding
der Tuberculose (Asosiasi TB Kerajaan Belanda)
K3
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lapas
: Lembaga Pemasyarakatan
LKC
: Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
MDG
: Millenium Development Goals
MDR
: Multi Drug Resistant
M&E
: Monitoring dan Evaluasi
NTP
: National TB Program
NU
: Nahdatul Ulama
PAMALI TB
: Pasien dan Masyarakat Peduli TB
Pelkesi
: Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia
Perdalin
: Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
PerPang TNI
: Peraturan Panglima Tentara Nasional Indonesia
Perdhaki
: Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia
PERSI
: Persatuan Rumah Sakit se-Indonesia
PMI
: Palang Merah Indonesia
Pokja
: Kelompok kerja
POLRI
: Kepolisian Republik Indonesia
Ponpes
: Pondok Pesantren
PPI-TB
: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis
PPM
: Public Private Mix
PPNI
: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPTI
: Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
Promkes
: Promosi Kesehatan
viii
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
PT. ASKES
: Perseroan Terbatas Asuransi Kesehatan
PT. JAMSOSTEK : Perseroan Terbatas Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pusdokkes POLRI : Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik
Indonesia
Puskes TNI
: Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia
RS
: Rumah Sakit
RumkitAD
: Rumah Sakit TNI Angkatan Darat
RumkitAL
: Rumah Sakit TNI Angkatan Laut
RumkitAU
: Rumah Sakit TNI Angkatan Udara
Rutan
: Rumah Tahanan
SPO
: Standar Prosedur Operasional
Subdit TB
: Sub-Direktorat Tuberkulosis
TB
: Tuberkulosis
TBCAP
: Tuberculosis Coalition Assistance Program
TB-IC
: Tuberculosis Infection Control
TNI
: Tentara Nasional Indonesia
UKBM
: Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
USAID
: United States Agency for International Development
WHO
: World Health Organization
WBP
: Warga Binaan Pemasyarakatan
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
ix
Stop TB Rencana Aksi Nasional
x
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi
tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama diantara negara-negara
dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai
target Millenium Development Goals (MDG) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70%
penemuan kasus baru BTA positif dan 85% kesembuhan. Saat ini, Indonesia telah
turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara dengan beban TB tertinggi
di dunia.
Meskipun program pengendalian TB nasional telah berhasil mencapai targettarget di atas, penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktek
swasta belum sesuai dengan strategi DOTS dengan penerapan standar pelayanan
berdasar International Standards for Tuberculosis Care (ISTC.) ISTC merupakan
serangkaian standar yang direkomendasikan secara internasional dan diharapkan
dapat digunakan oleh semua praktisi medis, baik swasta maupun pemerintah. ISTC
menunjang peningkatan pelayanan terhadap pasien TB dengan strategi Directly
Observed Treatment Short-course (DOTS) oleh para pemberi layanan kesehatan.
Rencana Aksi Nasional 2011-2014 ini menjabarkan analisis situasi, isu-isu strategis,
perumusan strategi, implementasi, monitoring dan evaluasi upaya pelibatan seluruh
penyedia pelayanan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan swasta
melalui pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan menjamin penerapan ISTC.
Dokumen ini disusun berdasar konsultasi dengan para pemangku kepentingan di
tingkat nasional dan propinsi serta mengacu pada: (1) Strategi nasional pengendalian
TB di Indonesia 2010-2014; (2) Joint External Monitoring Mission 2011; (3) Report
of the sixth meeting of the Subgroup on Public–Private Mix for TB care and control,
Istanbul, Turkey, 16–18 February 2010; dan (4) evaluasi perkembangan PPM DOTS
di Indonesia (bab 2).
1. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014
Strategi nasional Program Pengendalian TB 2011-2014 mengusung tema
“Terobosan menuju Akses Universal”. Dokumen tersebut disusun dengan mengacu
pada kebijakan pembangunan nasional 2010-2014, sistem kesehatan nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
1
Stop TB Rencana Aksi Nasional
2009, rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, strategi dan rencana
global dan regional, serta evaluasi perkembangan program TB di Indonesia.
Dengan visi mencapai “Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri dan
berkeadilan”, dikembangkan tujuh strategi yang merupakan terobosan menuju akses
universal. Tujuh strategi tersebut meliputi empat strategi utama dalam implementasi
pengendalian TB dan tiga strategi pendukung lainnya sebagai berikut:
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat
miskin serta rentan lainnya
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, LSM, dan swasta melalui
pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan menjamin penerapan International
Standards for TB Care
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
didukung dengan:
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, termasuk
pengembangan sumber daya manusia dan manajemen program pengendalian
TB
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program
pengendalian TB
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi stratejik
Pada strategi utama ke-3 diuraikan bahwa PPM diterapkan untuk melibatkan
berbagai jenis pelayanan kesehatan, antara lain lapas/rutan, tempat kerja, praktisi
swasta, rumah sakit, Balai Kesehatan Paru Masyarakat/Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (B/BKPM).
PPM di Indonesia dimulai dengan kegiatan Hospital DOTS Linkage (HDL) yang
melibatkan rumah sakit dan B/BKPM. Pelibatan kedua jenis fasilitas pelayanan
kesehatan didasarkan pertimbangan potensi yang besar dalam program pengendalian
TB. Selanjutnya, penguatan dan ekspansi implementasi HDL diperlukan untuk
memastikan seluruh pasien TB yang mengunjungi rumah sakit dan B/BKPM
mendapatkan pelayanan DOTS yang berkualitas. Berbagai penyedia pelayanan
kesehatan lainnya (sektor swasta, LSM, masyarakat, organisasi keagamaan, tempat
kerja, praktisi swasta, lapas/rutan) telah dilibatkan pula dalam menerapkan strategi
2
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
DOTS, meskipun dalam skala terbatas. Dengan banyaknya jumlah mitra dan penyedia
pelayanan yang terlibat dalam pengendalian TB, intervensi untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah dan Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten dalam mengelola
kemitraan dengan fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi profesi penting
dilakukan untuk ekspansi PPM dan promosi ISTC.
2. Joint External Monitoring Mission 2011
Joint External Monitoring Mission (JEMM) 2011 menengarai beberapa isu prioritas
untuk pengendalian TB di Indonesia, termasuk dua isu yang terkait PPM TB:
•
•
Ekspansi Hospital DOTS Linkage (HDL). JEMM 2011 menggarisbawahi: baru
38% rumah sakit di Indonesia yang menjalankan strategi DOTS; banyak rumah
sakit melaporkan angka keberhasilan pengobatan yang rendah dan angka
kasus mangkir yang tinggi; perundangan akreditasi rumah sakit harus lebih
memerhatikan standar pelayanan TB (diagnosis, pengobatan dan pelaporan)
Obat anti TB (OAT) di rumah sakit dan sektor swasta. JEMM 2011
menggarisbawahi: peresepan OAT kurang teregulasi; penjualan OAT di pasar
bebas kurang teregulasi.
Mencermati kedua isu di atas, JEMM 2011 memberikan rekomendasi sebagai
berikut:
•
•
Akeselerasi ekspansi HDL. JEMM 2011 menekankan perlunya upaya untuk
memastikan bahwa: peraturan terkait akreditasi rumah sakit mengakomodasi
standar layanan TB (diagnosis, pengobatan dan pelaporan); dan peraturan
tersebut diterapkan secara nasional.
Regulasi akses dan penggunaan OAT di rumah sakit dan sektor swasta. JEMM
2011 menekankan perlunya: pengembangan dan penerapan regulasi akses OAT
lini I dan II di pasar bebas; upaya untuk memastikan bahwa perijinan praktek
dokter mengakomodasi standar pelayanan TB internasional (ISTC).
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
3
Stop TB Rencana Aksi Nasional
3. Report of the sixth meeting of the Subgroup on Public–Private Mix for
TB care and control, Istanbul, Turkey, 16–18 February 2010
Pertemuan ke-6 PPM Subgroup menghasilkan tujuh rekomendasi untuk program
pengendalian TB nasional sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
•
4
Ekspansi PPM secara bertahap berdasar analisis situasi nasional sebagai upaya
untuk mewujudkan akses universal layanan TB.
Mengadopsi dan menggunakan pedoman dan instrumen PPM untuk memfasilitasi
ekspansi PPM sebagai upaya untuk berkontribusi terhadap penguatan sistim
kesehatan.
Memberdayakan sumber-sumber pembiayaan untuk ekspansi PPM dengan
memanfaatkan peluang melalui mekanisme pembiayaan nasional dan
internasional; menjamin kesinambungan dan ketercukupan pembiayaan
domestik program PPM.
Melibatkan perwakilan dari kelompok penyelenggara layanan kesehatan nonDOTS yang relevan sebagai pemangku kepentingan dalam perumusan strategi
nasional pengendalian TB.
Mengevaluasi dan melaporkan kontribusi PPM bagi pengendalian TB dengan
melakukan perubahan yang diperlukan pada sistim pencatatan dan pelaporan.
Inisiasi dan dokumentasi pendekatan-pendekatan komplementer untuk
mendukung ekspansi PPM seperti sertifikasi dan akreditasi layanan kesehatan;
menekan penggunaan obat TB yang tidak rasional; dan sistim untuk notifikasi
wajib kasus TB.
Integrasi pelibatan semua layanan kesehatan dalan ekspansi tata laksana MDRTB dan implementasi kolaborasi TB-HIV.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
ANALISIS SITUASI
Pola pencarian pengobatan pasien TB di masyarakat menunjukkan bahwa banyak
pasien TB memanfaatkan layanan kesehatan seperti rumah sakit, B/BKPM dan dokter
praktik swasta. Hasil studi prevalensi nasional TB tahun 2004 memperkirakan bahwa
sekitar 47-78% responden dengan riwayat TB mengawali pengobatan di rumah sakit,
B/BKPM dan dokter praktik swasta (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2005). Survei nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa lebih banyak penderita
TB yang menggunakan RS, B/BKPM dan dokter praktik swasta (63,89%) dibanding
Puskesmas (36,2%) untuk diagnosis TB. Sebanyak 78,1% responden rumah
tangga mengetahui adanya fasilitas pemeriksaaan dahak di RS. Sedangkan hanya
54,3% rumah tangga yang mengetahui bahwa pemeriksaan dahak dapat dilakukan
di Puskesmas. Dalam hal pengobatan, lebih banyak pasien TB yang memanfaatkan
RS, B/BKPM dan dokter praktik swasta (45,1%) dibanding Puskesmas (39,5%).
Selain itu, pasien TB dengan sosio-ekonomi rendah cenderung memanfaatkan RS
untuk diagnosis (Balitbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Data-data di atas merupakan fakta bahwa pelibatan semua jenis pemberi layanan
kesehatan dalam program TB dengan pendekatan PPM masih relevan sampai saat
ini.
Untuk melakukan pengembangan kegiatan kemitraan dengan semua fasilitas
pelayanan kesehatan diperlukan suatu analisis tentang kemajuan yang telah dicapai,
potensi yang bisa dikembangkan di masa datang dan kemungkinan kendala-kendala
yang mungkin ditemui di masa mendatang. Analisis situasi dideskripsikan dalam
tiga ranah yakni: pemberian layanan kesehatan, pembiayaan, dan tatakelola dan
regulasi.
1. PPM pelayanan kesehatan
Sejak tahun 2000, strategi DOTS telah diekspansi ke penyedia layanan kesehatan
selain Puskesmas melalui pendekatan kemitraan Public-Private Mix. Berbagai jenis
pelayanan telah diidentifikasi dan dilibatkan dalam program pengendalian TB seperti
rumah sakit pemerintah maupun swasta, fasilitas kesehatan di lingkungan TNI
dan POLRI, B/BKPM, dokter praktik swasta, perusahaan dengan fasilitas layanan
kesehatan dan LSM. Keterlibatan berbagai jenis pelayanan kesehatan tersebut telah
memberikan kontribusi dalam penemuan kasus TB BTA positif (Bagan 1)
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
5
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Bagan 1. Kontribusi fasilitas pelayanan kesehatan dalam penemuan
kasus TB BTA positif
1.1. Rumah Sakit dan B/BKPM
Sampai dengan tahun 2010, dari 1659 rumah sakit, yang tenaganya telah dilatih
dan melaporkan penemuan kasus adalah 634 (38,2%). Semua (28) B/BKPM
tenaganya telah dilatih dan melaporkan penemuan kasus (Data Subdit TB tahun
2010, tidak dipublikasikan). Ekspansi penerapan strategi DOTS sampai dengan
tahun 2010 lebih banyak diarahkan pada rumah sakit pemerintah (termasuk rumah
sakit Khusus Paru yang dahulu disebut RSTP), TNI dan Polri dan B/BKPM (Tabel 1),
sementara masih kurang pada kelompok rumah sakit Swasta dan rumah sakit milik
BUMN (tergantung dari pelibatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota).
Penelitian oleh Ratnawati et al (2010) menunjukkan bahwa banyak kasus TB paru
di rumah sakit umum, baik yang tercatat sudah terlibat dalam program maupun
belum, tidak menggunakan pemeriksaan sputum. Penelitian oleh Probandari et al
(2010) pada 61 rumah sakit di Jawa yang telah melaporkan penemuan pasien TB
pada sistem pelaporan Program TB Nasional memperkirakan bahwa 13-53% dari
pasien TB paru dewasa tidak mendapatkan tatalaksana diagnosis dan pengobatan
standar sesuai dengan strategi DOTS. Hasil kajian JEMM tahun 2007 (WHO,2007)
menyebutkan bahwa 10-30% pasien TB di RS yang telah melaksanakan DOTS
tidak melakukan proses diagnosis dengan sputum secara lengkap. Penelitian lain
6
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
oleh Utarini et al (2007) menunjukkan adanya pola pemakaian obat anti TB lini
kedua yang tidak semestinya di rumah sakit yang telah menerapkan strategi DOTS.
Sebanyak 0,75% pasien TB paru dewasa kategori I dan 7,88% pasien TB paru
dewasa kategori II mendapatkan pengobatan hanya obat anti TB lini kedua. Obat
anti TB lini kedua digunakan bersama dengan obat anti TB lini kedua pada 11,6%
pasien TB kategori I dan 12,73% pasien TB kategori II. Ciprofloxasin merupakan
obat lini kedua yang paling banyak dipakai sebagai kombinasi dengan obat lini
pertama. Rendahnya kualitas pengobatan TB di rumah sakit dapat meningkatkan
probabilitas resistensi pengobatan TB pada kasus-kasus yang ditangani oleh rumah
sakit.
Tabel 1. Pencapaian ekspansi DOTS ke berbagai fasilitas pelayanan kesehatan
(2010)
RS Pemerintah
RS swasta BUMN TNI dan Polri B/BKPM
RSP
Total
1681
Jumlah fasyankes
533
867
63
181
28
9
Jumlah fasyankes-DOTS
315
221
22
73
28
8
667
Proporsi fasyankes DOTS
59,1%
25,5%
35%
40,3%
100%
89%
39,7%
Pada tahun 2009 dilakukan pula kajian pelaksanaan DOTS di 18 rumah sakit di
tingkat propinsi oleh Subdit TB, Subdit Rumah Sakit Khusus dan KNCV. Kajian
dilakukan pada tujuh unsur yakni: komitmen rumah sakit dan organisasi tim DOTS,
penemuan penderita, pengobatan, pengawasan pengobatan, pencatatan pelaporan,
jejaring internal dan eksternal, dan sarana prasarana. Hasil kajian menunjukkan
bahwa hanya 17% rumah sakit yang telah melakukan strategi DOTS secara optimal,
sedangkan 39% rumah sakit masih kurang dalam pelaksanaannya. Selain itu,
separuh rumah sakit yang dikaji tidak melakukan proses penemuan kasus sesuai
dengan pedoman yang ada. Selain itu, sebagian besar rumah sakit tidak memiliki
standar prosedur operasional untuk penemuan kasus dan tidak menjalankan sistem
cross-check pemeriksaan mikroskopis sebagai mana mestinya. Hanya 28% rumah
sakit yang menjalankan pedoman pengobatan sesuai strategi DOTS secara optimal.
Kurang dari 40% rumah sakit yang menjalankan pencatatan pelaporan yang
sesuai. Jejaring internal relatif masih lemah di 89% rumah sakit. Sebagian besar
rumah sakit (83%) tidak memiliki sarana seperti unit DOTS atau ruang perawatan
khusus pasien TB yang sesuai dengan standar PPI. Lebih lanjut, kajian tersebut
juga menyimpulkan keterkaitan erat antara komitmen direktur rumah sakit dengan
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
7
Stop TB Rencana Aksi Nasional
keberhasilan pelaksanaan strategi DOTS di rumah sakit. Hanya 59% rumah sakit
yang telah memiliki tim DOTS rumah sakit. Di antara rumah sakit yang telah memiliki
tim DOTS, hanya 28% yang berfungsi secara optimal (Kementerian Kesehatan RI,
2010b).
Fakta-fakta diatas menyimpulkan bahwa aspek kualitas masih merupakan menjadi
tantangan pada penerapan strategi DOTS di rumah sakit dan B/BKPM. Sebagai
upaya awal untuk memperbaiki kualitas penerapan strategi DOTS di rumah sakit dan
B/BKPM, diterbitkan buku pedoman manajerial pelayanan TB dengan strategi DOTS
di rumah sakit pada tahun 2010. Buku tersebut diharapkan mampu melengkapi
dan memperkuat pedoman yang telah ada. Lebih lanjut, permasalahan kualitas
pelaksanaan strategi DOTS di rumah sakit telah menumbuhkan wacana tentang
definisi operasional rumah sakit DOTS. Dalam pelaporan program TB nasional
selama ini, kategori rumah sakit DOTS meliputi rumah sakit yang telah dilatih dan
telah melaporkan penemuan kasus dan hasil pengobatannya.
Upaya melibatkan perawat dalam program pengendalian TB di rumah sakit dilakukan
pada tahun 2005 yang diinisiasi melalui Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) cabang Tangerang. Upaya pelibatan perawat dimulai kembali pada tahun
2010 dengan diselenggarakannya pelatihan (ToT) bagi perawat pendidik. Pelatihan
tersebut menggunakan modul Pedoman TB untuk para perawat dalam perawatan
dan pengendalian TB dan TB-MDR. Modul tersebut dibuat oleh Badan Perawat
Internasional (ICN) yang saat ini telah selesai diterjemahkan, tetapi belum terstandar
program pengendalian TB dan Pusdiklat aparatur BPPSDM Kementerian Kesehatan
RI.
Upaya menjalin kemitraan dengan perawat di rumah sakit dipandang sebagai strategi
yang penting. Hal ini karena perawat berpotensi mampu melakukan multi peran dalam
program penanggulangan TB. Perawat berpotensi sebagai care provider, konselor
dan pendidik. Sebagai care provider, perawat dapat berfungsi dalam monitoring
pengobatan, melakukan deteksi dini adanya efek samping obat dan melacak dan
mengembalikan kasus mangkir. Sebagai pendidik, perawat dapat memberikan
edukasi pada masyarakat tentang gejala-gejala TB agar meningkatkan penemuan
suspek TB. Dalam fungsinya sebagai konselor, perawat dapat memberikan alternatif
solusi yang dihadapi mulai diagnosis sampai pengobatan.
8
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Perkembangan pelibatan rumah sakit dan umum, rumah sakit tidak terlepas dari
peran mitra program penanggulangan TB. Sebagai contoh, pelatihan untuk staf
rumah sakit didanai oleh Global Fund Round 1, Round 5 dan USAID. Selain itu,
dengan pendanaan dari TBCAP (USAID) melalui KNCV, ditempatkan 38 Technical
Officer khusus rumah sakit dan tiga Senior Technical Officer khusus rumah sakit
untuk memperkuat ekspansi DOTS di 283 rumah sakit di di delapan provinsi (laporan
KNCV 2010, tidak dipublikasikan). Pedoman penerapan DOTS di rumah sakit telah
diterbitkan pada tahun 2007 oleh program TB nasional.
1.2.Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI
Kemitraan dengan TNI untuk melaksanakan pelayanan TB dengan strategi DOTS
telah diinisiasi pada tahun 2003, sedangkan POLRI pada tahun 2004. Fasilitas
pelayanan kesehatan TNI meliputi 96 rumkitad, 21 rumkital dan 21 rumkitau.
Sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan POLRI sebanyak 43 rumah sakit
Bhayangkara. Disamping itu baik TNI maupun POLRI juga memiliki sekitar 500
klinik/balai pengobatan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai dengan tahun 2010, telah dicatat beberapa kegiatan kerjasama, yaitu: (1).
Penerbitan buku pedoman penerapan DOTS di fasilitas pelayanan kesehatan AD
dan POLRI; (2). Monitoring evaluasi untuk rumah sakit TNI dan POLRI dilakukan
secara bertahap, yaitu: rumah sakit POLRI (2007 dan 2010), rumah sakit TNI di
pulau Jawa (2008) dan rumah sakit TNI di kawasan barat dan timur (2010) dengan
melibatkan Pusat Kesehatan TNI dan Direktorat Kesehatan AD, Dinas Kesehatan AU
dan AL; (3) Assessment HDL ke rumkitad, rumkitau dan rumkital pada tahun 2010;
(4) kerja sama antara subdit TB dengan Pusat Kesehatan TNI untuk menyusun
Peraturan Panglima TNI tentang pelayanan DOTS di fasilitas pelayanan kesehatan
TNI.
1.3.Dokter praktik swasta, laboratorium swasta dan apotek swasta
Perkembangan kemitraan dengan dokter praktik swasta masih relatif terbatas.
Namun demikian, fondasi bagi pengembangan kemitraan dengan dokter praktik
swasta telah dibangun. Sebagai contoh, pada tahun 2006 dilakukan pilot project
kemitraan dengan praktisi swasta di Medan dan Yogyakarta. Untuk mendukung
kemitraan dengan profesi dokter pada umumnya dan dokter praktik swasta pada
khususnya, Ikatan dokter Indonesia dan enam organisasi profesi lain pada tahun
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
9
Stop TB Rencana Aksi Nasional
2006 telah secara resmi mendukung penerapan Internasional Standard for TB Care
(ISTC) edisi pertama.
Isi ISTC edisi pertama telah diadaptasi sesuai dengan konteks Indonesia dan
didiskusikan dengan biro hukum kementerian kesehatan pada tahun 2007. Ringkasan
isi ISTC juga telah dimasukkan dalam Buku Pedoman Nasional Pengendalian TB dan
modul-modul pelatihan TB. ISTC edisi kedua (2009) masih dalam proses adaptasi
untuk implementasi secara nasional.
Untuk pelaksanaan sosialisasi ISTC dibentuk satuan tugas (Task Force) ISTC di tingkat
nasional, terdiri dari organisasi-organisasi profesi bersama Subdit TB. Selanjutnya
dibentuk satuan tugas ISTC di tingkat provinsi yang kemudian melakukan sosialisasi
di beberapa kabupaten/kota. Pada tahun 2009, dilakukan kegiatan evaluasi Task
Force ISTC untuk 21 provinsi. Dari evaluasi tersebut beberapa kendala teridentifikasi,
antara lain: (1) Ketiadaan data yang valid tentang jumlah dokter praktik swasta; (2)
Resistensi dokter spesialis terhadap ISTC; (3) Belum ada mekanisme terstruktur
untuk mengevaluasi dokter praktik swasta yang telah mengikuti sosialisasi ISTC.
Dari total sekitar 98.000 anggota IDI, 7000 dokter telah mengikuti sosialisasi
ISTC, namun baru sekitar 1342 yang melaporkan penemuan kasus pada program
nasional pengendalian TB pada tahun 2009 (data Program TB Nasional 2010, tidak
dipublikasikan). Pada tahun 2007 IDI bersama subdit TB dan organisasi profesi
lainnya telah disusun panduan tata laksana DOTS bagi DPS dan tahun 2008 modul
pelatihan DOTS bagi dokter praktik swasta juga telah dikembangkan. Pelatihan
DOTS bagi dokter praktik swasta telah diuji coba oleh IDI kepada 227 dokter di lima
kota/kabupaten di empat provinsi (Jakarta Timur, Bandung, Cimahi, Malang dan
Padang). Sedangkan PDPI pusat juga telah melatih 23 dokter spesialis paru dan
23 perawat di wilayah DKI. Jumlah total keseluruhan dokter yang sudah dilatih 250
orang (data Subdit TB, tidak dipublikasikan).
Sampai dengan saat ini, belum ada upaya untuk menginisiasi kemitraan dengan
laboratorium swasta. Proyek pilot kemitraan dengan farmasi (apotek swasta) pada
tahun 2006 telah diujicobakan di tiga kota (Denpasar, Semarang, Bandung),
dengan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Buku pedoman
untuk pelayanan farmasi telah diterbitkan pada tahun 2006 dan dalam pedoman
ini telah diuraikan peran farmasi apotek swasta telah. Pada tahun 2009, dilakukan
10
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
workshop di Bogor bersama 11 dinas kesehatan provinsi untuk menyusun rencana
aksi farmasi bagi provinsi (data subdit TB, tidak dipublikasikan). Kemitraan dengan
farmasi dalam program pengendalian TB telah bergerak ke arah regulasi untuk
mengatur akses terhadap obat anti TB. Farmasi yang ada di dalam fasilitas pelayanan
kesehatan misalnya rumah sakit atau puskesmas diharapkan membantu memantau
peresepan yang menggunakan OAT lepasan.
1.4.Fasilitas pelayanan kesehatan Lapas/Rutan
Potensi penularan TB-HIV di lapas/rutan merupakan tantangan besar bagi program
pengendalian TB. Sebagian besar lapas/rutan memilik kepadatan penghuni yang
melebihi kapasitas. Selain itu, jumlah penghuni yang merupakan pengguna napza
suntik dan mengidap infeksi HIV mengalami peningkatan. Hasil kajian menunjukkan
bahwa prevalensi TB pada penghuni Lapas/Rutan di wilayah Jabotabek adalah 7,5
kali lebih besar dari populasi umum (data Subdit TB, tidak dipublikasikan).
Kemitraan dengan Lapas/Rutan dalam pengendalian TB telah dimulai sejak tahun
2003 dengan suatu kajian awal yang dilanjutkan dengan penandatanganan nota
kesepahaman antara Dirjen P2PL dan Dirjen PAS pada tahun 2004. Kegiatan
kemitraan dengan lapas/rutan dimulai pada tahun 2007 secara bertahap. Sebagai
acuan teknis,telah diterbitkan Buku Strategi Pengendalian TB di lapas/rutan dan
petunjuk teknis pengendalian TB di lapas/rutan yang merupakan hasil kerjasama
antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Saat ini sedang disusun pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi TB di lapas/
rutan. Pelatihan untuk petugas di lapas/rutan telah dilaksanakan di 15 provinsi (118
lapas/rutan dengan fasilitas klinik dari total 344 rutan/lapas) dengan menggunakan
modul pelatihan yang dikembangkan oleh Subdit TB. Selain itu 160 lapas/rutan
telah mendapatkan sensitisasi kebijakan program pengendalian TB.
Permasalahan yang ada dalam penerapan program pengendalian TB di lapas/rutan
adalah lemahnya sistim monitoring termasuk pencatatan dan pelaporan (dari 15
provinsi baru 6 yang melaporkan penemuan kasus TB), serta kurangnya dukungan
manajemen lapas/rutan. Sampai saat ini belum dilakukan evaluasi jumlah lapas/
rutan yang telah menerapkan strategi DOTS. Meskipun program pengendalian
TB dan HIV sudah di bawah satu direktorat sejak Januari 2011, yaitu Direktorat
Bina Kesehatan dan Keperawatan, tetapi kedua program tersebut masih kurang
terintegrasi di tingkat lapas/rutan.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
11
Stop TB Rencana Aksi Nasional
1.5. Fasilitas pelayanan kesehatan Tempat Kerja/Perusahaan
Buku pedoman penanggulangan TB di tempat kerja telah diterbitkan sejak tahun
2008. Pada tahun 2008 pula, diadakan lokakarya dan advokasi untuk dinas kesehatan
propinsi dan manajer perusahaan. Di tingkat nasional, telah dibentuk kelompok
kerja (pokja) penanggulangan TB di tempat kerja yang terdiri dari Direktorat Bina
Kesehatan Kerja dan Olah Raga, P2ML (Depkes), K3 (Direktorat Norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, Depnakertrans), Persatuan dokter perusahaan, WHO, KNCV,
dan rumah sakit Persahabatan.
Sesuai dengan prinsip penerapan strategi DOTS di tempat kerja, yaitu membangun
komitmen dalam pelaksanaan strategi DOTS maka pada tahun 2008 dibentuk
Pokja penanggulangan TB di tempat kerja. Pokja bekerja sama dinas kesehatan
provinsi, dinas nakertrans provinsi dan wasor kabupaten/kota melakukan kajian
pada 21 perusahaan di tujuh provinsi (Sumut, DKI, Jabar, Banten, Jatim, Sulsel
dan Lampung). Hasil kajian menunjukkan adanya komitmen awal, sarana untuk
memberikan pelayanan TB serta adanya sistem jejaring rujukan.
Kemitraan dengan tempat kerja/perusahaan umumnya dilakukan dengan
menyelenggarakan pelayanan bagi pasien TB di tempat kerja, bekerjasama dengan
LSM lokal dan rumah sakit setempat dengan pembiayaan perusahan. Beberapa
perusahaan yang memiliki fasilitas kesehatan sendiri (misalnya PTPN IV Perkebunan
Kelapa Sawit kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara; PT Nikkomas Gemilang
Banten) memberikan pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi karyawan, keluarga
ataupun masyarakat di sekitarnya. Di Jawa Barat, Yayasan Kusuma Buana (LSM
lokal) bekerja sama dengan HOPE menjalin kerjasama dengan beberapa industri
Penanaman Modal Asing seperti Pfizer and Johnson, Nike, Levi Strauss, dan
Panasonic.
Saat ini, program kemitraan dengan industri dikembangkan tidak hanya sebatas
penyediaan pelayanan TB di tempat kerja, melainkan pula untuk penguatan sistem
kesehatan dalam program penanggulangan TB. Sebagai contoh, telah diinisiasi
suatu kemitraan antara Dinas Kesehatan Kabupaten Timika dengan PT Freeport
untuk menyelenggarakan program TB setempat melalui LSM lokal. PT Chevron
secara global memberikan dana untuk program kesehatan termasuk TB. PT Kaltim
Prima Coal di Kalimantan Timur telah menjalin kerjasama dengan IDI, PPTI dan
PMI untuk melakukan pelatihan kader, pelatihan dan supervisi.
12
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
1.6. Fasilitas pelayanan kesehatan Lembaga Swadaya Masyarakat
Kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat telah dimulai sejak tahun 1999
dengan pembentukan Gerdunas TB. Sampai dengan tahun 2010, terdapat 50 mitra
yang terdaftar dalam keanggotaan Gerdunas, namun hanya 32 mitra TB yang aktif. LSM
yang terlibat dalam Program pengendalian TB terdiri dari organisasi pemerintahan,
institusi pendidikan, organisasi profesi, asosiasi/yayasan/perkumpulan, organisasi
keagamaan dan LSM internasional. Dalam konteks pemberian pelayanan TB, LSM
telah terlibat dalam penemuan kasus melalu fasilitas pelayanan kesehatan yang
dimiliki LSM dan perluasan pelayanan TB di area terpencil dan wilayah khusus
(pesantren dan lapas).
Fasilitas pelayanan kesehatan LSM yang telah terlibat dalam program TB merupakan
rumah sakit dan klinik yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, antara lain
sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
Tiga klinik PPTI (Muara Angke, Baladewa, JRC)
Delapan klinik PELKESI (NTT, Maluku, Sulut)
Lima klinik PERDHAKI (NTT, Maluku Utara)
LKC (Jawa Barat dan Banten)
67 rumah sakit dan klinik Aisyiah di 16 provinsi.
PKPU (Klinik Duren Sawit)
Terdapat beberapa model kemitraan dengan LSM dalam konteks pemberian
pelayanan TB.
Model pengembangan Urban health centre, dilakukan oleh PPTI, Hope, dan LKC.
Selain itu, terdapat model pengembangan Sub Health Centre – Health Centre. Model
tersebut telah dikembangkan di beberapa provinsi seperti Sumbar dan NTB.
Kemitraan dengan pesantren telah diinisiasi pada tahun 2007 di Pondok Pesantren
Tegal Rejo, Magelang, Jawa Tengah. Bentuk kegiatan yang dilakukan dengan
memberi pelatihan pada 50 santri Siaga Mandiri dan membuka pos kesehatan
pesantren dengan penyediaan obat anti TB oleh Kementerian kesehatan. Namun
demikian, tidak ada tindak lanjut kegiatan pada saat ini.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
13
Stop TB Rencana Aksi Nasional
2. PPM tatakelola dan regulasi
Instrumen akreditasi pelayanan TB dengan strategi DOTS di rumah sakit tengah
dalam proses pengembangan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Ke
depan kategori rumah sakit DOTS akan disesuaikan dengan pemenuhan tujuh standar
akreditasi layanan DOTS di rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2010b), yang
meliputi:
•
•
•
•
•
•
•
Proses pelayanan TB mengacu pada pedoman nasional program TB dan ISTC;
Adanya tim DOTS;
Adanya standar prosedur operasional untuk pelayanan TB dan uraian tugas
untuk tim DOTS;
Adanya sarana dan peralatan yang menunjang yakni: ruangan unit DOTS,
ruangan memenuhi persyaratan PPI-TB, ruangan KIE untuk pasien dan
keluarga, laboratorium pemeriksaan dahak;
Kebijakan/pedoman tentang pelayanan TB sesuai strategi DOTS dan ISTC;
Komitmen untuk mendukung continuing professional development bagi petugas
yang melayani pasien TB;
Pelaksanaan evaluasi pelayanan dan pengendalian mutu TB.
3. PPM Pembiayaan
Program TB Nasional mulai menyadari bahwa keterlibatan lembaga pembiayaan
swasta berpotensi sebagai target advokasi yang efektif. Direktorat Jenderal PP&PL
telah menandatangai nota kesepahaman dengan PT Jamsostek pada World TB Day
24 Maret 2010. Saat ini Jamsostek melayani 159.811 perusahaan dengan 13
juta pekerja dan keluarganya. Cakupan DOTS oleh Jamsostek diharapkan secara
bertahap meningkat. PT Askes baru dilibatkan untuk pengadaan obat. Jamskesda
dan Jamskesmas selama ini memberikan pembiayaan pengobatan TB untuk pasien
kurang mampu.
14
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
ISU-ISU STRATEGIS EKSPANSI PPM
DI INDONESIA
1. PPM pelayanan kesehatan
1.1. Rumah Sakit dan B/BKPM
•
•
•
•
•
•
•
•
•
40% pasien TB di Indonesia berobat ke rumah sakit dan praktisi swasta, namun
baru 38% rumah sakit di Indonesia yang menjalankan strategi DOTS.
ISTC belum sepenuhnya diterapkan sebagai standar diagnosis dan tata laksana
TB.
Lemahnya case holding serta tingginya default rate.
Banyak pasien TB di rumah sakit yang belum terlaporkan, baik yang telah
menjalankan strategi DOTS maupun yang belum.
Lemahnya jejaring internal dan eksternal (termasuk pencatatan dan pelaporan,
validasi data serta monitoring dan supervisi dari dinas kesehatan, pelacakan
kasus rujukan dan mangkir).
Banyak pasien TB tanpa penyulit di rumah sakit yang tidak dirujuk ke puskesmas
untuk pengobatan.
Tingginya variasi kualitas penerapan strategi DOTS di antara rumah sakit yang
memiliki tenaga pengelola program TB/tim DOTS rumah sakit dilatih.
Lemahnya regulasi penerapan DOTS di rumah sakit.
Kurangnya komitmen beberapa pimpinan rumah sakit.
1.2. Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI
•
•
•
•
•
Sebagian besar rumah sakit yang sudah mengikuti sosialisasi DOTS belum
menjalankan program TB dengan strategi DOTS.
Jejaring internal dan eksternal belum berjalan dengan baik.
Variasi struktur oganisasi pelayanan dan tipe fasilitas pelayanan kesehatan.
Mobilitas tinggi dan situasi khusus, misalnya pasien berlayar.
Potensi untuk mobilisasi masyarakat dan menjangkau populasi terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK) belum dimanfaatkan.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
15
Stop TB Rencana Aksi Nasional
1.3. Dokter praktik swasta, laboratorium swasta dan apotek swasta
•
•
•
•
•
Ketersediaan data dokter praktik swasta, apotik swasta dan laboratorium
swasta.
Keterlibatan dokter praktik swasta dalam program TB masih sangat terbatas.
Laboratorium kesehatan swasta belum dilibatkan secara sistimatis dalam
program TB.
Apotek swasta belum dilibatkan secara sistimatis dalam program TB.
Pemantauan terpadu pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara berjenjang
oleh Subdit TB, Dinas Kesehatan dan organisasi profesi.
1.4. Fasilitas pelayanan kesehatan Lapas/Rutan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Baru 118 dari 344 lapas/rutan (34%) dengan fasilitas kesehatan yang tenaganya
telah dilatih program TB telah menerapkan DOTS.
Pencatatan dan pelaporan masih lemah sehingga data masih terbatas.
Variasi komitmen antar jenjang dan antar lapas/rutan.
Variasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki /digunakan oleh lapas/
rutan.
Jejaring dengan fasilitas pelayanan kesehatan di luar lapas/rutan (puskesmas/
rumah sakit) untuk diagnosis dan pengobatan masih lemah.
Sebagian besar penghuni lapas/rutan belum dapat mengakses layanan TB.
Kolaborasi TB-HIV masih terbatas.
Tinggi risiko transmisi akibat tingkat kepadatan hunian dan upaya pengendalian
infeksi yang masih terbatas.
Penanganan dalam konteks transfer antar lapas/rutan dan rujukan paska masa
tahanan masih banyak kendala.
Program TB di lapas/rutan belum terintegrasi dengan strategi pengendalian HIV Kementerian Hukum dan HAM
1.5. Fasilitas pelayanan kesehatan Tempat kerja/perusahaan
•
•
•
16
Jumlah pekerja tidak berimbang dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan.
Variasi fasilitas kesehatan antar perusahaan.
Belum optimalnya dukungan manajemen perusahaan dalam penerapan strategi
DOTS di tempat kerja.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
•
•
Belum optimalnya pemberdayaan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk
program TB.
Belum terbentuknya jejaring eksternal program TB antara fasilitas pelayanan
kesehatan perusahaan dengan dinas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
1.6. Pelayanan TB di masyarakat
•
•
•
Masih banyak LSM yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk yang
terlibat dalam program HIV/AIDS yang belum dilibatkan dalam program TB.
Variasi kapasitas LSM yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Belum terlibatnya fasilitas pelayanan kesehatan pesantren dalam program TB.
2. PPM pembiayaan
•
•
•
Data Askes/Jamsostek yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan belum
tersedia.
Kontribusi Askes/Jamsostek dalam program TB belum terevaluasi.
Asuransi-asuransi pemerintah maupun swasta lainnya belum dilibatkan.
3. PPM sumber daya manusia
•
•
•
•
•
•
Pemenuhan tenaga medis, paramedis dan laboratoriun terlatih program TB di
rumah sakit.
Tingginya turn over tenaga petugas TB di rumah sakit.
Mutasi tenaga kesehatan TNI dan POLRI yang telah dilatih.
Terbatasnya tenaga kesehatan TNI dan POLRI yang telah dilatih program TB.
Terbatasnya tenaga terlatih program TB untuk pelayanan kesehatan di lapas/
rutan.
Program TB belum terintegrasi sepenuhnya dalam kurikulum pendidikan tenaga
kesehatan (misal: dokter, perawat, SKM, farmasis, analis kesehatan).
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
17
Stop TB Rencana Aksi Nasional
TUJUAN, INDIKATOR DAN TARGET
1. Tujuan
Semua pasien TB mendapatkan akses layanan DOTS yang berkualitas dengan
penerapan ISTC oleh seluruh pemberi pelayanan kesehatan.
2. Indikator dan target
Tabel 2. Indikator, baseline dan target 2010-2014
Indikator
Baseline (2010)
2011
2012
2013
2014
Prosentase rumah sakit dan BBKPM/
BKPM yang sudah melaksanakan
strategi DOTS
38%
40%
42%
44%
45%
Prosentase kasus baru TB BTA positif yang dilaporkan oleh rumah sakit dan
BBKPM/BKPM di antara total kasus
baru TB BTA positif
15%
18%
20%
23%
25%
NA
NA
50%
70%
80%
<30%
<20%
<15%
<10 %
<5%
Jumlah perusahaan yang memiliki unit DOTS dan melaporkan penemuan
kasus TB
20
40
60
70
80
Jumlah asuransi pemerintah atau swasta
yang memberikan jaminan pembiayaan
bagi pasien TB
1
3
5
7
10
DOTS dimasukkan dalam kriteria akreditasi Rumah sakit
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Jumlah dokter praktik swasta yang melaporkan penemuan kasus TB
Jumlah apotek swasta yang tersosialisasi
TB DOTS
1342
1370
1400
1430
1460
100
110
120
130
140
Prosentase lembaga pemasyarakatan dan
rumah tahanan (yang memiliki klinik)
yang melakukan skrining TB pada warga
binaan pemasyarakatan/tahanan baru
34%
45%
55%
70%
80%
Angka keberhasilan rujukan
Angka putus berobat di Rumah sakit
DOTS
18
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
PERUMUSAN STRATEGI
1. Strategi PPM tatakelola dan regulasi
1.1. Tujuan
Strategi dalam ranah tatakelola dan regulasi bertujuan untuk memperkuat tatakelola
dan regulasi yang terkait PPM.
1.2. Program Intervensi
Untuk memperkuat tatakelola dan regulasi yang terkait PPM, direncanakan intervensi
sebagai berikut:
1. Penguatan Kelompok Kerja PPM di tingkat nasional maupun provinsi.
2. Pengembangan regulasi yang terkait PPM.
• Menerapkan standarisasi layanan DOTS di RS melalui regulasi rumah
sakit
o Menyusun standar pelayanan kedokteran untuk TB di rumah sakit.
o Finalisasi instrumen akreditasi layanan DOTS di rumah sakit.
o Melakukan standarisasi rumah sakit yang telah menerapkan strategi
DOTS.
o Melakukan analisis tugas dan standarisasi tenaga rumah sakit yang
akan dilatih bersama HRD TB.
o Mengintegrasikan penerapan strategi DOTS dalam akreditasi rumah
sakit.
o Mendorong pemanfaatan indikator TB dalam sasaran mutu rumah
sakit (sertifikasi ISO, akreditasi rumah sakit, JCI, dll).
o Menetapkan bentuk pengakuan rumah sakit yang telah menerapkan
strategi DOTS (branding rumah sakit).
• Sertifikasi dokter praktek swasta untuk layanan DOTS.
• Mengintegrasikan pengobatan TB dan penyediaan obat TB lini satu dan
dua dan kedua dalam sistem regulasi mutu pelayanan farmasi di RS dan
fasilitas kesehatan lainnya.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
19
Stop TB Rencana Aksi Nasional
•
Regulasi layanan apotek/farmasi dalam penyediaan dan dispensing obat
TB lini satu dan dua.
• Mengeksplorasi peran regulasi terhadap perusahaan melalui diskusi
dalam forum CSR dengan berbagai pihak yang terkait, seperti: universitas,
departemen tenaga kerja, kementerian BUMN.
3. Pelibatan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang terkait PPM secara sinergis
dan bertahap dengan pemanfaatan dan penguatan sistem layanan kesehatan
yang sudah ada, antara lain:
• Meningkatkan koordinasi program TB dengan Direktorat Jenderal BUK dan
asosiasi profesi lembaga rumah sakit.
• MoU antara Ditjen PP dan PL Kemenkes, Ditjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, Ditjen Hubungan Industrial Kemenakertrans dan
KemenBUMN tentang pelaksanaan CSR program TB.
4. Penguatan supervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPM secara
terpadu.
2. Strategi PPM pembiayaan
2.1. Tujuan
Meningkatkan peran swasta dan masyarakat dalam pembiayaan pasien TB.
2.2. Program Intervensi
•
•
•
•
•
•
20
Membuat kesepakatan kerjasama antara Ditjen PPPL dan PT Askes Persero
tentang penerapan strategi DOTS.
Menfasilitasi PT Jamsostek persero untuk membuat perencanaan bersama dan
pengembangan sistem logistik obat TB.
Peningkatan CSR melalui koordinasi dengan Pusat Promosi Kesehatan
(Kemenkes) dan Istana Wapres untuk penerapan CSR program TB.
Pendekatan kepada semua perusahaan asuransi untuk peningkatan pembiayaan
layanan TB oleh perusahaan asuransi.
Melakukan assessment klaim pembiayaan asuransi.
Mengadvokasi dan meningkatkan kapasitas perusahaan asuransi kesehatan
dalam kebijakan dan kontrol mutu penatalaksanaan TB dalam hal:
o Kebijakan penggunaan obat standar TB
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
o
o
Kebijakan penerapan strategi DOTS dalam pemilihan-evaluasi penyedia
pelayanan yang dikontrak oleh perusahaan asuransi kesehatan
Praktek validasi/verifikasi dalam penatalaksanaan TB dengan memanfaatkan
sistem pelaporan klaim asuransi
3. Strategi PPM pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia
Strategi terkait pemberian layanan kesehatan dirumuskan menurut jenis fasilitas
pelayanan kesehatan yang dilibatkan dalam PPM.
3.1. Rumah Sakit dan B/BKPM
3.1.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja rumah sakit dan B/BKPM adalah untuk:
•
•
•
•
Meningkatkan mutu implementasi strategi DOTS di rumah sakit dan B/BKPM
serta mengoptimalkan skrining TB dengan keadaan khusus (DM, HIV, Hepatitis,
Ibu hamil, Ibu menyusui, Ibu dengan kontrasepsi).
Memperkecil peluang yang hilang (missed opportunity) bagi penderita untuk
mendapatkan penatalaksanaan kasus TB dengan strategi DOTS.
Meningkatkan keberhasilan pengobatan dan penurunan angka putus berobat.
Menekan timbulnya kasus TB kebal obat ganda.
3.3.2. Program Intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
Meningkatkan koordinasi program TB dengan Direktorat Jenderal BUK dan
asosiasi profesi lembaga rumah sakit dengan:
o Memantau pelaksanaan SK menteri.
o Memantau cakupan rumah sakit yang telah dilibatkan BUK dalam strategi
DOTS.
o Meningkatkan komitmen pimpinan rumah sakit.
o Mendorong asosiasi profesi lembaga rumah sakit di bawah PERSI untuk
berperan aktif (ARSSI, ARSPI, ARSADA dan lain sebagainya).
Meningkatkan kapasitas tim DOTS di rumah sakit dan B/BKPM untuk
menerapkan strategi DOTS.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
21
Stop TB Rencana Aksi Nasional
•
•
•
•
•
•
22
Meningkatkan sistem supervisi ke rumah sakit dan B/BKPM
o Memfinalkan panduan dan piranti supervisi strategi DOTS di rumah sakit
dan B/BKPM berdasarkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan, segregation
of duty dan mengintegrasikan ISTC dalam panduan tersebut.
o Melatih keterampilan wasor dan tim supervisi untuk melakukan supervisi
penerapan strategi DOTS di rumah sakit dan B/BKPM.
Meningkatkan jejaring internal melalui upaya koordinasi dalam penatalaksanaan
klinis dan manajerial TB (termasuk TB/HIV)
o Menetapkan prosedur di semua unit pelayanan yang terkait dalam
penatalaksanaan pasien TB dan TB/HIV.
o Melakukan audit medik TB.
o Menyusun integrated clinical pathway TB sebagai piranti untuk menerapkan
ISTC dalam penatalaksaan TB di rumah sakit dan B/BKPM.
o Mengaktifkan peran komite/panitia farmasi dan terapi untuk mengevaluasi
penggunaan obat TB di rumah sakit.
Mempertegas peran perawat Rumah Sakit dan B/BKPM sebagai case manager
dan konselor TB
o Meningkatkan kemampuan perawat untuk melakukan konseling TB.
o Menetapkan peran perawat sebagai case manager di tingkat rumah sakit,
baik untuk pasien TB di rawat jalan maupun rawat inap.
o Meningkatkan koordinasi antara case manager dengan wasor TB.
Memperkuat jejaring eksternal dengan Dinas Kesehatan, laboratorium daerah,
Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan
keberhasilan pengobatan.
Melakukan pengendalian infeksi pada pasien TB bersama dengan tim
pencegahan dan pengendalian infeksi:
o Mensosialisasikan etika batuk kepada pasien dan tenaga kesehatan
o Melakukan intervensi administratif
o Mendorong tenaga kesehatan untuk menggunakan personal protection
equipment
o Melakukan perbaikan fisik (ventilasi dll)
Bersama dengan tim SI menyusun database TB di rumah sakit dan B/BKPM
bersama dengan tujuan untuk:
o Mengakomodasi berbagai sistem pelaporan yang terkait TB,
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
o
•
Meningkatkan konsistensi data RS untuk kepentingan pelaporan TB dan
pelaporan pola morbiditas RS serta
o Meningkatkan cakupan database TB ke seluruh pasien TB yang dikelola
rumah sakit dan B/BKPM, tidak hanya terbatas pada pasien TB yang
ditangani dengan strategi DOTS.
Meningkatkan dukungan bagi pasien TB yang berobat di RS bekerjasama
dengan tim AKMS
o Melibatkan LSM dalam melakukan kunjungan rumah dan tindak lanjut
pasien TB yang mangkir dan drop-out.
o Menetapkan prosedur dan peran LSM untuk memperkuat jejaring
eksternal.
o Melakukan KIE untuk masyarakat tentang DOTS di rumah sakit.
3.2. Fasilitas pelayanan kesehatan TNI dan POLRI
3.2.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan TNI
dan POLRI adalah untuk meningkatkan input untuk penerapan strategi DOTS serta
mengembangkan jejaring internal-eksternal bagi fasilitas pelayanan kesehatan di
lingkungan TNI dan POLRI.
3.2.2. Program Intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
Melakukan advokasi keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan milik TNI dan
POLRI ke pihak manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan pelaksana
pelayanan kesehatan
o Meningkatkan kapasitas tim TB di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
untuk menerapkan strategi DOTS melalui pelatihan (on-the-job) bersama
dengan tim HRD.
o Meningkatkan koordinasi antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten untuk menjamin logistik obat dan laboratorium yang
memadai secara kontinyu bersama dengan tim logistik dan laboratorium.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
23
Stop TB Rencana Aksi Nasional
o
•
•
•
Menetapkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam implementasi
strategi DOTS sesuai dengan kapasitas pelayanannya (peran rujukan
diagnosis, peran rujukan pengobatan dll).
Mengembangkan jejaring internal dalam struktur TNI dan POLRI
o Memperkuat tim DOTS di fasilitas pelayanan kesehatan.
o Menyusun prosedur dan alur pelayanan di rawat jalan dan rawat inap.
Mengembangkan jejaring eksternal
o Mengembangkan prosedur dalam case finding dan case-holding pasien
TB.
o Menyusun mekanisme rujukan ke fasyankes yang lebih lengkap (termasuk
rumah sakit umum).
o Memperkuat koordinasi antara fasyankes TNI dan POLRI dengan Dinas
Kesehatan dan fasyankes lainnya.
o Memperkuat koordinasi antar fasyankes di dalam struktur TNI dan
POLRI.
Mengembangkan fasilitas DOTS di masyarakat untuk menindaklanjuti diagnosis
dan pengobatan TB di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
3.3. Fasilitas pelayanan kesehatan di tempat kerja (work place)
3.3.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja implementasi strategi DOTS di tempat kerja
adalah untuk tersosialisasinya strategi DOTS di tempat kerja pada pemilik/manajemen
dan tercapainya standarisasi penerapan strategi DOTS di tempat kerja.
3.3.2. Program intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
24
Mengidentifikasi perusahaan dengan risiko tinggi penularan TB.
Memperluas akses informasi dan layanan TB dengan strategi DOTS di tempat
kerja dengan:
o Advokasi kepada pemilik/manajemen tentang hak pekerja dan Corporate
Social Responsibility (CSR).
o Sosialisasi pada tenaga kesehatan yang bekerja sebagai tim kesehatan di
tempat kerja.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
o
•
•
•
•
Sosialisasi pada organisasi pekerja, buruh pekerja dan keluarganya bekerja
sama dengan tim AKMS.
o Bekerjasama dengan pihak penyedia pelayanan kesehatan yang dikontrak
oleh perusahaan (misalnya SOS) untuk memberikan update mengenai
standar diagnosis dan pengobatan TB.
Melakukan revisi pedoman penanggulangan TB dengan strategi DOTS di tempat
kerja.
Menyusun pedoman monitoring evaluasi implementasi strategi DOTS di tempat
kerja.
Meningkatkan kapasitas tim TB di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut untuk
menerapkan strategi DOTS bersama tim HRD.
Meningkatkan koordinasi antara fasilitas pelayanan kesehatan perusahaan
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk:
o Menjamin logistik obat dan laboratorium yang memadai secara kontinyu.
o Monitoring evaluasi pelaksanaan program TB di perusahaan/BUMN.
o Menjamin kesinambungan pencatatan dan pelaporan pasien TB.
o Pelacakan pasien mangkir.
3.4. Fasilitas pelayanan kesehatan di Lapas/Rutan
3.4.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja implementasi strategi DOTS di lapas/
rutan adalah untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan dengan mengembangkan pelayanan yang
terpadu dan memperkuat jejaring internal dan eksternal dalam penerapan strategi
DOTS di lapas/rutan.
3.4.2. Program intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
•
Memperkuat komitmen lapas/rutan melaksanakan program TB dengan
Sosialisasi program TB ke Kanwil KemenKumHAM, KaLapas dan KaRutan.
Melakukan revisi buku petunjuk teknis pengendalian TB di Lapas/Rutan, buku
strategi pengendalian TB di lapas/rutan.
Menyelesaikan buku pedoman TB-IC di lapas/rutan.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
25
Stop TB Rencana Aksi Nasional
•
o
o
o
o
•
•
•
o
o
o
o
•
o
o
o
o
Melaksanakan pengendalian infeksi TB di lapas/rutan
Mensosialisasikan etika batuk kepada tahanan dan tenaga kesehatan
Melakukan intervensi administratif
Mendorong tenaga kesehatan untuk menggunakan personal protection
equipment
Melakukan perbaikan fisik (ventilasi dll)
Meningkatkan case finding dengan dukungan pembiayaan pemeriksaan
radiologis khususnya kasus TB-HIV di lapas/rutan
Bersama tim HRD meningkatkan kapasitas Tim DOTS di lapas/rutan
Memperkuat jejaring internal
Membentuk /memperkuat tim DOTS di fasilitas pelayanan kesehatan di lapas/
rutan.
Memantau prosedur pemindahan WBP/tahanan dari rutan ke lapas dan dari
lapas ke lapas lainnya.
Meningkatkan koordinasi antara petugas lapas/rutan dan tenaga kesehatan
dalam pemindahan WBP/tahanan.
Monitoring case-holding dengan memanfaatkan data di pencatatan-pelaporan
TB
Memperkuat jejaring eksternal
Meningkatkan koordinasi antara fasilitas pelayanan kesehatan di lapas/
rutan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk menjamin logistik obat dan
laboratorium yang memadai secara kontinyu dan keberhasilan pengobatan.
Bekerja sama dengan tim AKMS untuk memanfaatkan peer group narapidana/
tahanan dan tamping untuk memberikan penyuluhan dan pendampingan
selama pengobatan TB.
Meningkatkan supervisi oleh wasor ke lapas/rutan.
Meningkatkan keterlibatan lapas/rutan dalam kegiatan monitoring evaluasi
program TB oleh Dinas Kesehatan.
3.5. Dokter Praktik Swasta
3.5.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja implementasi strategi DOTS pada dokter
praktik swasta adalah untuk meningkatkan keterlibatan dokter praktik swasta dalam
penerapan strategi DOTS berbasis ISTC, mengembangkan jejaring antara praktisi
26
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
swasta dokter-laboratorium-farmasi serta memperkuat jejaring eksternal untuk
mendukung praktisi swasta.
3.5.2. Program intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
Mengembangkan jejaring antara dokter praktik swasta, laboratorium, farmasi
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
o Berkoordinasi dengan tim laboratorium dalam pelibatan laboratorium
swasta, melatih petugas laboratorium dalam sistem jaminan mutu eksternal
laboratorium untuk pemeriksaan TB serta mengintegrasikan jaminan mutu
pemeriksaan TB dalam akreditasi laboratorium.
o Pelibatan apotek swasta dalam notifikasi suspek/kasus TB dan penyediaan
pengobatan TB yang standar.
Memperkuat aspek regulasi pelayanan yang terkait dengan penatalaksanaan
TB
o Meningkatkan pengawasan penjualan obat TB di toko/warung obat.
o Sertifikasi ISTC pada dokter praktik swasta untuk memfasilitasi persyaratan
untuk perpanjangan ijin praktek dokter.
Mengadvokasi organisasi profesi untuk pendidikan kedokteran berkelanjutan
tentang TB
o Mengembangkan media web-based continuing education TB untuk
memperoleh SKP.
o Menyusun program pendidikan kedokteran berkelanjutan tentang TB
dalam persyaratan untuk perpanjangan ijin praktek dokter.
Mengembangkan jejaring internal dan eksternal untuk dokter praktik swasta
o Mengevaluasi hasil-hasil ujicoba model keterlibatan dokter praktik swasta
di Indonesia
o Diseminasi panduan penerapan DOTS di dokter praktik swasta
o Mengembangkan model RR untuk dokter praktik swasta
Bersama dengan HRD, meningkatkan kapasitas dokter praktik swasta (in service
training)
Mengembangkan jejaring sistem notifikasi penyedia layanan yang terkait
perusahaan asuransi
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
27
Stop TB Rencana Aksi Nasional
3.6. Apotek swasta
3.6.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan kinerja pelayanan farmasi dalam implementasi strategi
DOTS adalah untuk melibatkan profesi farmasi dan fasilitas pelayanan farmasi
swasta dalam mendeteksi kasus TB dan mendorong pengobatan TB yang sesuai
standar.
3.6.2. Program Intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
•
•
Bersama dengan tim OR:
o Mengevaluasi hasil penelitian operasional tentang pelayanan farmasi dan
pilot keterlibatan farmasi yang telah dilakukan di Indonesia
o Merencanakan dan melakukan penelitian operasional peresepan TB di
apotek dan toko obat serta potensi peran farmasi
Mengadvokasi organisasi profesi farmasi dan farmakologi (Ikatan Apoteker
Indonesia) untuk meningkatkan peran farmasi dalam mendeteksi kasus TB
dan mendorong pengobatan TB yang rasional ke anggotanya melalui forum
pertemuan ilmiah atau organisasi lainnya.
Mengintegrasikan pengobatan TB dan penyediaan obat TB lini pertama dan
kedua dalam memperkuat sistem regulasi mutu pelayanan farmasi di RS dan
fasilitas kesehatan lainnya.
Mengembangkan dan mengujicoba model keterlibatan farmasi dalam strategi
DOTS.
3.7. Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat untuk Pelayanan TB
3.7.1. Tujuan
Tujuan rencana peningkatan keterlibatan LSM (NGO, FBO, pesantren dll) dalam
implementasi strategi PPM adalah untuk mengembangkan potensi peran LSM untuk
memperkuat jejaring eksternal PPM di rumah sakit, penjara, serta di masyarakat.
28
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
3.7.2. Program Intervensi
Untuk mencapai tujuan tersebut, direncanakan intervensi sebagai berikut:
•
•
Menetapkan standarisasi pelayanan TB di LSM
Bersama dengan tim AKMS:
o Mengevaluasi berbagai kegiatan pilot penerapan strategi DOTS di pesantren
(misalnya di Jawa Tengah, Kediri dan lainnya).
o Membentuk jejaring antara pesantren dengan sarana pelayanan kesehatan
terdekat yang sudah melaksanakan DOTS.
o Memperkuat peran LSM dalam mendukung deteksi dan pengobatan TB.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
29
30
Assessment DKI & Jawa Barat
Pertemuan hasil assessment
Sosialisasi hasil assessment
Pembentukan pokja provinsi
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
2
2
1
2
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
4
1
Mengembangkan draft tool untuk pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
1
assessment
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
Menyusun rencana aksi pokja PPM
4
1
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
1
Pengembangan regulasi TB-IC
pertemuan BUK Dasar, BUK Rujukan, 1
Perdalin, Ditjen PAS, Subdit TB,
KNCV
Menyusun pokja PPM nasional
1
Revisi pedoman manajerial dan teknis pertemuan BUK Dasar, BUK Rujukan, 1
TB-IC
Perdalin, Ditjen PAS, Subdit TB,
KNCV
1
1
Support Pokja TB-IC Nasional
pertemuan BUK Dasar, BUK Rujukan,
Perdalin, Ditjen PAS, Subdit TB,
KNCV
Pembuatan Pokja TB-IC Nasional
pertemuan BUK Dasar, BUK Rujukan, 1
1
Perdalin, Ditjen PAS, Subdit TB,
KNCV
4
2011
KegiatanUnit
Pelaksana
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
6.1. Strategi PPM Tata Kelola
RENCANA KEGIATAN
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Penyusunan pedoman assessment PPM pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
Penyusunan pedoman PPM
3
3
Pertemuan penyusunan regulasi layanan pertemuan Binfar, BPOM, IAI, Ditjen P2PL
apotek/farmasi OAT lini I & II
4
2
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Diseminasi hasil
Penyusunan surat edaran & juklak
pertemuan Subdit TB, PT. ASKES, 3
Jamsostek, asuransi swasta
3
1
2
Koordinasi pembiayaan layanan
pertemuan Subdit TB, PT. ASKES, Jamsostek, asuransi swasta
2
1
9
Workshop pembiayaan layanan TB dari pertemuan Subdit TB, PT. ASKES, berbagai jaminan kesehatan
Jamsostek, asuransi swasta
6.3. Strategi PPM Pembiayaan
Pertemuan persiapan
Pengumpulan data
Assessment claim pembiayaan asuransi pertemuan Subdit TB, PT. ASKES,
Jamsostek, asuransi swasta
Revisi Pedoman Layanan Farmasi pertemuan Binfar, BPOM, IAI, Ditjen P2PL
untuk TB
3
3
3
3
6.2. Strategi PPM Regulasi
Support pertemuan pokja HDL tingkat pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
provinsi
3
pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
Support pertemuan pokja nasional & pertemuan BUK Rujukan, Subdit TB, KNCV
provinsi
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
31
32
200 400 400 400
200
Pengembangan instrumen akreditasi RS pertemuan Subdit TB & Subdit RS Khusus
Pelatihan surveyor akreditasi RS
Tryout tools ke surveyor
Pencetakan pedoman klinis dan terapi eksemplar Subdit TB & Subdit RS Khusus
TB di RS
kunjungan Subdit TB & Subdit RS Khusus
2000
24
1
3
4
Pengembangan pedoman klinis dan pertemuan Subdit TB & Subdit RS Khusus
terapi TB di RS
3
Penyusunan rencana pengembangan pertemuan Dinkes Prov, Subdit TB, KNCV,
8
HDL Provinsi
BUK Rujukan
pertemuan Subdit TB & Subdit RS Khusus
40
66
360 360 2520 2520 2520
Asistensi teknis
pertemuan TO PPM
40
66
200 250 450 450 450
40
66
Cluster Kab/Kota (RS, Puskesmas, B/BKPM, DPS)
14
33
100 100 100
Cluster Kab/Kota (RS,
Puskesmas, B/BKPM, DPS)
6
33
32
16
pertemuan Dinkes Prov & Kab/Kota
Pertemuan jejaring eksternal
40
100 200 200 200
40
100
40
20
20
300 300 300 300 1200 1200 1200
pertemuan Tim DOTS RS & B/BKPM
Pertemuan jejaring internal
kunjungan Subdit TB & Subdit RS Khusus
RS
(Pemerintah, Dinkes Provinsi
BUMN/
Perusahaan, Dinkes Kab/Kota
Swasta,
TNI/POLRI)
& B/BKPM)
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
Supervisi/bimbingan teknis
6.4.1. Rumah Sakit dan B/BKPM
6.4. Strategi PPM Pelayanan kesehatan
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Penyusunan panduan pengkajian pertemuan Subdit TB, Dit Keperawatan, keperawatan TB di fasilitas kesehatan
PPNI, KNCV
Pencetakan pedoman perawatan & eksemplar Subdit TB, Dit Keperawatan, pengendalian TB
PPNI, KNCV
Pencetakan modul penatalaksanaan
eksemplar Subdit TB, Dit Keperawatan, keperawatan TB di fasilitas kesehatan
PPNI, KNCV
Pencetakan panduan pengkajian eksemplar Subdit TB, Dit Keperawatan,
keperawatan TB di fasilitas kesehatan
PPNI, KNCV
Pengembangan jejaring internal & pertemuan Pusdokkes POLRI, Subdit TB
eksternal POLRI
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
9
1
Assessment wilayah DTPK
kunjungan Kemenhan (SR GF R10), Puskes TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
Workshop pengembangan model &
pertemuan Kemenhan (SR GF R10), Puskes pedoman pelayanan TB DTPK
TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
1
pertemuan Pusdokkes POLRI, Subdit TB
pertemuan Kemenhan, Puskes TNI, Subdit TB
Sosialisasi POLRI
Pengembangan jejaring internal & eksternal TNI
2
1
2
1
2
1
2
1000 1000
1000 1000
1000 1000
4
4
Sosialisasi TNI
pertemuan Kemenhan (SR GF R10), Puskes TNI, Subdit TB
6.4.2. Fasilitas pelayanan kesehatan
TNI dan POLRI
Penyusunan pedoman perawatan & pertemuan Subdit TB, Dit Keperawatan, pengendalian TB
PPNI, KNCV
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
33
34
3
1
Persiapan AKMS TNI/POLRI
pertemuan Kemenhan (SR GF R10), Puskes TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
Implementasi AKMS TNI/POLRI
pertemuan Kemenhan (SR GF R10), Puskes
TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
1
1
pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
7
7
Sosialisasi Kalapas & Karutan
7
1
pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
Sosialisasi Kanwil KemenkumHAM
20
20
10
10
1
3
1000
1000
1
3
Assessment TB-IC
kunjungan BUK dasar, KemenkumHAM, Subdit TB, FHI
Pengembangan Instrumen MonEv TB-IC pertemuan BUK dasar, KemenkumHAM, 1
Subdit TB, FHI
Workshop TB-IC
pertemuan BUK dasar, KemenkumHAM, Subdit TB, FHI
6.4.3. Fasilitas pelayanan kesehatan
Lapas/Rutan
Pelatihan AKMS
pertemuan Kemenhan (SR GF R10), Puskes
TNI, Subdit TB
3
1000
Pencetakan pedoman penerapan strategi eksemplar Pusdokkes POLRI, Subdit TB
DOTS faskes POLRI
1000
Pencetakan buku PerPang TNI
eksemplar Kemenhan (SR GF R10), Puskes
TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
1
1000
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
Pencetakan pedoman pelayanan eksemplar Kemenhan (SR GF R10), Puskes
TB DTPK
TNI, Pusdokkes POLRI,
Subdit TB
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Pencetakan juknis & strategi penanggulangan TB nasional
Pemeriksaan radiologis
Finalisasi buku pedoman TB-IC
Pencetakan buku pedoman TB-IC
Koordinasi program TB di lapas
Ditjen PAS, Subdit TB
Penyusunan instrumen survey pertemuan IDI (SR)
layanan TB
Revisi panduan tatalaksana DOTS DPS
Pencetakan panduan tatalaksana eksemplar IDI (SR)
DOTS DPS
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
pertemuan IDI (SR)
1
2
1
1
4
4
1000
4
2
4
4
1000
2
20000
1
2
1
1
PB IDI untuk sertifikasi DOTS
pertemuan IDI (SR)
Koordinasi antara Dinkes Provinsi,
Kab/Kota, dan IDI untuk
mengembangkan segitiga praktisi
swasta, lab swasta/pemerintah, dan
farmasi
pertemuan IDI (SR)
Penyusunan & finalisasi SK Kebijakan
1
1
1
Rapat koordinasi antar organisasi profesi pertemuan IDI (SR)
1
eksemplar Ditjen PAS, Subdit TB
pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
2000
6
1000
420 420 420 420 1680 1680
pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
orang
eksemplar Ditjen PAS, Subdit TB
6.4.4. Dokter Praktik Swasta
Revisi juknis & strategi penanggulangan pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
TB nasional
1000
Pencetakan SOP jejaring internal Lapas eksemplar Ditjen PAS, Subdit TB
& Rutan
3
Penyusunan SOP jejaring internal pertemuan Ditjen PAS, Subdit TB
Lapas & Rutan
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
35
36
3
1
1
1
2
2
2
Sosialisasi kepada serikat buruh
pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans, Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
Workshop kepada tenaga kesehatan pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans, perusahaan dan tenaga kesehatan Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
outsourcing
APINDO
Advokasi kepada pihak manajemen pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans, perusahaan
Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
Pencetakan buku pedoman eksemplar Subdit TB, Kemenakertrans, 1000
penanggulangan TB di tempat kerja
Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
Peningkatan CSR melalui koordinasi pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans, 1
dengan Pusat Promosi Kesehatan
Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
Revisi pedoman penanggulangan TB pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans, 3
di tempat kerja
Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
Pengembangan jejaring eksternal & pertemuan Subdit TB, Kemenakertrans,
internal
Dit Binkesja, Jamsostek, BUMN,
APINDO
10000
4
4
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
Pencetakan buku ISTC versi panjang & eksemplar IDI (SR)
singkat
6.4.5. Fasilitas pelayanan kesehatan Tempat
kerja/perusahaan
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Pencetakan pedoman pelayanan TB
di masyarakat
eksemplar Subdit TB, BUK, LSM
Penyusunan pedoman pelayanan TB
pertemuan Subdit TB, BUK, LSM
di masyarakat
6.4.7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
Masyarakat
2000
4
4
2011
2012 2013 2014
TW1 TW2 TW3 TW4
Pengembangan sistem notifikasi
pertemuan Subdit TB, PT. ASKES, Jamsostek, asuransi swasta
6.4.6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
Jejaring Perusahaan Asuransi
KegiatanUnit
Pelaksana
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
37
Stop TB Rencana Aksi Nasional
MONITORING DAN EVALUASI
RENCANA AKSI NASIONAL PPM
Pelaksanaan RAN PPM TB 2011-2014 harus dimonitor secara berkala dan dievaluasi
secara sistematis. Sebagai tahap awal akan dibentuk Pokja PPM TB Nasional yang
salah satu tugas pokoknya adalah memantau dan mengevaluasi implementasi RAN
PPM TB. Pokja PPM ini akan mengembangkan pedoman monitoring dan evaluasi
RAN PPM TB.
Monitoring akan dilaksanakan oleh Pokja PPM TB setiap enam bulan dalam pertemuan
rutin Pokja dan setiap tahun sebagai bagian dari pertemuan rutin monitoring evaluasi
program TB nasional. Monitoring dan evaluasi RAN PPM TB tidak terlepas dari
monitoring dan evaluasi Stranas TB dan RAN yang lain. Tujuan untuk monitoring
RAN PPM TB adalah untuk: (1) memantau proses dan perkembangan implementasi
RAN PPM TB dengan mengacu pada indikator dan target yang telah ditetapkan
dalam dokumen RAN PPM TB; (2) mengidentifikasi masalah dan kesenjangan pada
waktu implementasi RAN PPM TB; dan (3) mengatasi masalah yang teridentifikasi
dan mengantisipasi dampak dari permasalahan. Para pemangku kepentingan PPM
TB (misal: DitJen BUK, Ditjen PAS, Organisasi profesi, asosiasi RS, asuransi), akan
dilibatkan dalam kegiatan monitoring ini.
Evaluasi RAN PPM TB yang akan dilaksanakan oleh Pokja PPM TB bertujuan antara
lain untuk menganalisis relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlanjutan
RAN PPM TB untuk memberikan arah kebijakan PPM TB jangka panjang. Selain
melakukan kajian evaluasi secara khusus (data primer), Pokja PPM TB akan
memanfaatkan berbagai sumber data sekunder untuk kepentingan evaluasi RAN PPM
TB. Data sekunder evaluasi dapat bersumber dari laporan monitoring RAN PPM TB,
pelaporan rutin fasilitas pelayanan kesehatan yang terlibat dalam PPM TB (termasuk
RS pemerintah, swasta, BUMN; B/BKPM; Lapas & Rutan, klinik perusahaan &
BUMN), temuan berbagai hasil riset operasional oleh badan penelitian, perguruan
tinggi, LSM dan evaluasi yang diselenggarakan oleh organisasi internasional (seperti
Joint External Monitoring Mission - yang diselenggarakan setiap tiga tahun dan
evaluasi eksternal lainnya yang terkait PPM TB).
38
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Untuk meningkatkan akuntabilitas publik dan transparansi, laporan temuan
monitoring dan evaluasi RAN PPM TB akan disebarluaskan melalui pertemuanpertemuan nasional (misal Kongres Nasional) dan internasional (misal Kongres
IUATLD), pencetakan laporan, bulletin dan website. Dengan demikian para
pemangku kepentingan PPM TB di tingkat lokal, nasional maupun internasional
dapat mengakses hasil evaluasi tersebut untuk kepentingan pembelajaran dan
terutama perbaikan yang berkelanjutan dalam upaya pengendalian TB.
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
39
Stop TB Rencana Aksi Nasional
PEMBIAYAAN
RENCANA AKSI NASIONAL PPM
Pembiayaan yg dibutuhkan untuk mendukung implementasi rencana kerja
PPM Tuberkulosis di Indonesia tahun 2011 – 2014 adalah sebesar Rp.
244.718.120.000,00. Anggaran terbesar selama kurun waktu tersebut digunakan
untuk Strategi PPM di Pelayanan Rujukan (Rumah Sakit dan B/BKPM). Kegiatan
dalam PPM TB, mengalami kenaikan relatif signifikan di Tahun 2012 (hampir 50%).
Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 lebih diarahkan kepada konsolidasi
(perencanaan, assessment, uji coba dan koordinasi internal), sedangkan tahun
berikutnya merupakan periode pelaksanaan dan ekspansi secara nasional.
Tabel 3. Rencana penganggaran RAN PPM TB 2011-2014 (dalam Juta Rupiah)
Strategi PPM
2011
2012
2013
2014
Strategi PPM layanan kesehatan
40
•Fasyankes di Masyarakat
1,966.99 1,966.99 4,666.99 4,666.99
•Fasyankes Jejaring Asuransi
166.47 1,664.70 1,664.70 1,664.70
•Fasyankes Perusahaan/BUMN
1,190.40 4,790.40 4,790.40 4,790.40
•Fasyankes TNI POLRI
600.00 1,440.01 1,494.01 1,500.00
•Fasyankes Rutan Lapas
600.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00
•Dokter Praktik Swasta
2,508.08 11,521.39 11,534.88 11,548.55
•Rumah Sakit dan B/BKPM
5,591.95 18,000.00 18,191.95 18,191.95
Strategi PPM Pembiayaan
1,404.00 1,404.00 1,404.00 1,404.00
Strategi PPM Regulasi
4,981.68 4,981.68 3,181.68 3,181.68
Strategi PPM Tata Kelola
21,148.88 21,148.88 19,632.38 19,632.38
TOTAL 40,158.45 68,418.05 68,060.98 68,080.65
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
Stop TB Rencana Aksi Nasional
Bagan 2. Rencana anggaran RAN PPM TB 2011-2014 (dalam juta Rupiah)
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
41
Stop TB Rencana Aksi Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI (2010) Riset Kesehatan Dasar 2010.
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta
JEMM (2007) Report of the Joint External TB Monitoring Mission Indonesia (16-27
April 2007). WHO: Geneva
JEMM (2011) Report of the Joint External TB Monitoring Mission Indonesia 2011
[Powerpoint Presentation]
Kementerian Kesehatan RI (2005) Survei Prevalensi Tuberkulosis di Indonesia
2004. Kementerian Kesehatan Ri: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2010a) Strategi Nasional Program Pengendalian TB
2011-2014. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2010b) Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Probandari A, Lindholm L, Stenlund H, Hurtig AK (2010) Missed opportunity for
standardized diagnosis and treatment among adult tuberculosis patients in hospitals
involved in Public-Private Mix for Directly Observed Treatment Short-Course strategy
in Indonesia: a cross-sectional study. BMC Health Serv Res. 2010. May 7;10:113.
Ratnawati et al (2010) Pengunaan International Standard for TB Care (ISTC) dalam
penegakkan diagnosis TB paru oleh tenaga medis pada rumah sakit umum di DKI
Jakarta 2009 [Unpublished report]
Utarini A, Probandari A, Lestari T, Sanjoto H, Arifin (2007). Final Report: Assessment
of Hospital DOTS Implementation. A project report to World Health Organization
Jakarta. Hospital Management Post Graduate Program, Faculty of Medicine,
Universitas Gadjah Mada.
WHO (2010) Report of the sixth meeting of the Subgroup on Public–Private Mix for
TB care and control, Istanbul, Turkey, 16–18 February 2010. WHO: Geneva
42
Public Private Mix Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
ISBN: 978-602-8937-53-5
Download