BAB II Kajian Pustaka 2.1 Metode Pembelajaran Praktikum 2.1.1 Pengertian Metode Bidang pendidikan sangat penting peranannya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan hendaknya dikelola dengan baik. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, kemampuan guru (Profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos‟‟ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara tertentu yang digunakan untuk menyampaikan pesan informasi dari satu penyampai informasi kepada penerima informasi (Mulyani Sumantri: 2001: 254). Sedangkan pakar lain mengatakan bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar (Slameto, 2003: 15). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2002) menyebutkan bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri 6 7 Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis, untuk mencapai tujuan pembelajaran (Wina Senjaya, 2008). Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2) demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium/pratikum; 6) pengalaman lapangan; 7) brainstorming; 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran atau informasi kepada peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2.1.2 Pengertian Praktikum Praktikum berasal dari kata “praktik”, artinya melakukan suatu kegiatan secara nyata dan berdasarkan pada teori yang sudah dipelajari sebelumnya. Praktikum merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan atau membuktikan suatu teori, yang meliputi, mengamati, mengukur sehingga diperoleh data yang kemudian dipergunakan untuk menarik kesimpulan. Sedangkan menurut KBBI (2001) praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dikeadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran praktik. Hamalik dalam Arsyad (2000) mengemukakan bahwa pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh psikologi pada siswa. Inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan 8 pengajaran akan tercapai secara maksimal jika disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan (Djamarah, 2002). Oleh karena itu sebagai seorang pengajar guru harus dapat menentukan kegiatan belajar mengajar yang tepat dan dapat menarik siswa khususnya mata pelajaran IPA. Salah satunya adalah praktikum yang merupakan bentuk pengajaran dimana siswa secara aktif dan langsung dalam usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman teori atau memberikan suatu keterampilan berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, dan berdasarkan petunjuk yang ada. Menurut Arsyad (2000) belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Praktikum merupakan bagian pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata atau belajar melalui pengalaman langsung apa yang diperoleh dalam teori. Kondisi ini menempatkan siswa dalam situasi yang menuntut siswa mengalami sendiri pertentangan pikiran secara pribadi, sehingga mampu merangsang minat dan keingintahuannya. Melalui pengetahuan empiris siswa akan tertolong dalam mencari tahu secara tuntas apa yang diterima dan diamati secara langsung. Kesulitan yang mungkin terjadi dari penjelasan guru akan teratasi dengan mudah. Metode pengajaran ini berupa penggunaan alat dengan bantuan alat-alat untuk menjelaskan suatu konsep tertentu (Omang, 1989). Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran IPA, sehingga IPA disebut dengan experimental science. Hal itu sejalan dengan pendapat Sagala, S (2005: 220) yang menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. 9 Praktikum bukanlah sekedar menggunakan alat, melainkan untuk memperlihatkan suatu prinsip, menguji kebenaran teori yang diperoleh secara teoritis dan untuk memperkuat pemahaman serta kepercayaan. (Wahyudi. 2004) Menurut Utomo, (1994) Praktikum merupakan salah satu bentuk pengajaran yang terutama cocok memenuhi fungsi pendidikan umum “latihan dan umpan balik” dan fungsi khusus “memperbaiki motivasi siswa”. Penggunaan kegiatan belajar mengajar ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri jawaban atas persoalan yang dihadapinya, sekaligus membuktikan kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Kerja praktik memberikan siswa suatu ide, untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari kelas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kerja praktik dapat membantu siswa untuk mendemonstrasikan hal-hal dengan mata pelajaran secara menyeluruh (Percival, 1998). Metode praktikum bukanlah metode yang baru dalam pembelajaran, hanya saja pada satuan pendidikan khususnya sekolah dasar metode ini jarang dilakukan. Metode praktikum ini unggul dari beberapa metode pembelajaran yang lain, salah satu yang menyebabkan metode ini unggul adalah pembekalan pengalaman empiris yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan minat yang kuat dalam diri siswa (Berg, 1991). Kegiatan praktikum memang membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar secara teori. Akan tetapi masalah tersebut dapat diatasi dengan mengatur waktu dan mengalokasikan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa ada masalah pada pengaturan waktunya. 2.1.3 Alasan Melaksanakan Praktikum Menurut (Berg, 1991; Lee, 1982; Mills. 1985; Nasution, 1988; Omang, 1989) ada beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa guru melakukan praktikum yaitu : 10 a. Keinginan guru untuk melakukan penguatan atau peneguhan. Praktikum dapat digunakan untuk mengulangi dan mempertegas kebenaran teoritis yang dianjurkan oleh guru. b. Menunjukkan bahwa IPA adalah ilmu eksperimental sehingga kebenaran teoritis dapat diuji melalui praktikum. c. Dalam praktikum siswa terlibat dalam merumuskan masalah, menganalisa hasil, menarik kesimpulan dan siswa dapat menjelaskan kembali. d. Praktikum dapat digunakan untuk menghilangkan keraguan siswa terhadap suatu konsep sains. Praktikum juga merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan verbalisme pada siswa. e. Terbentuknya rasa ingin tahu, keterbukaan antar siswa, mempunyai sikap berani mengambil resiko dan pantang menyerah yang ada di dalam diri siswa. f. Penyerapan siswa terhadap materi pelajaran akan lebih tinggi jika bahasanya lebih kongkrit. g. Menunjang pelajaran dan mendidik siswa menjadi peneliti yang baik. 2.1.4 Keuntungan dan Kelebihan Praktikum Menurut Breg (1991), keuntungan praktikum bagi siswa ada tiga hal yaitu siswa lebih terlibat karena mereka sendiri yang melakukan, siswa dapat berpikir sendiri tidak menyembunyikan diri dalam kelas yang besar, dan siswa memperoleh keterampilan menggunakan alat. Manfaat yang juga menonjol dalam melakukan praktikum adalah hubungan antar personal yaitu kerja sama, komunikasi, keterbukaan dan merasa saling membutuhkan dan dibutuhkan (Kartika. 1985). Berikut ini beberapa kelebihan praktikum menurut (Percial dan Elington, 1998) : a. Dalam penyampaian bahan, menggunakan kegiatan dan pengalaman langsung dan kongkrit. Kegiatan dan pengalaman demikian lebih menarik perhatian siswa dan memungkinkan makna. pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai 11 b. Lebih realistis dan mempunyai makna, sebab siswa bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata, siswa langsung mengaplikasikan kemampuannya. c. Para siswa belajar langsung menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah pemecahan masalah. d. Banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar. Kegiatan demikian akan membangkitkan motivasi belajar sebab kegiatan belajar akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Selain kelebihan, terdapat juga kelemahan praktikum yaitu membutuhkan persiapan yang rumit dan cermat dari guru. Jika persiapan tidak baik atau kurang maka peluang kegagalan akan munculnya kendala-kendala semakin besar. Berikut ini beberapa kelemahan praktikum menurut (Percial dan Elington, 1998) : a. Membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan belajar secara teori. b. Bagi siswa yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. c. Menuntut kemandirian, kepercayaan diri sendiri, kebiasaan bertindak sebagai subjek pada lingkungan yang kurang memberikan peran kepada anak sebagai subjek, karena umumnya mereka lebih banyak diperlakukan sebagai objek. d. Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektifitasnya, terlalu cepat pada suatu kesimpulan dan membuat generalisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang sangat terbatas. 2.1.5 Tujuan Praktikum (Utomo dan Ruijter (1994)) : a. Keterampilan Kognitif : Melatih agar teori dapat dimengerti, agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintegrasikan, agar teori dapat diterapkan kepada problema yang nyata. b. Keterampilan Afektif : Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri, belajar bekerja sama, belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya. 12 c. Keterampilan Psikomotorik : Belajar memasang peralatan sehingga benar-benar berjalan, belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu. 2.2 Alat Peraga Periskop Sederhana. 2.2.1 Pengertian Alat Peraga Menurut Nasution (1985: 100) alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar agar lebih efektif. Pendapat lain dari pengertian alat peraga atau AudioVisual Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978: 11). Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Berdasarkan uraian dari para ahli jelaslah bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa, sebagai alat bantu dalam mengajar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif serta dapat membantu siswa untuk memahami suatu konsep atau materi pelajaran dan bagi guru untuk membantu, melengkapi atau bahkan menggantikan tugas guru dalam mengajar. 2.2.2 Pengertian Periskop Periskop merupakan alat optik untuk mengamati dari posisi tersembunyi. Morgan Robertson (30 September 1861- 24 Maret 1915) adalah pengarang cerita pendek dan novel terkenal Amerika Serikat, kemungkinan ia juga penemu periskop. Periskop biasanya digunakan pada kapal selam atau kendaraan lapis baja untuk melihat apa saja yang ada di atas permukaan laut atau di luar kendaraan lapis baja. 13 Periskop generasi baru ini dikenal dengan nama Photonic Mast. Photonic mast tidak menggunakan prisma dan lensa seperti diperiskop biasa. Komponenkomponennya merupakan komponen elektronik canggih yang berfungsi sebagai unit sensor elektro-optik yang bisa menyediakan tampilan visual, sarana navigasi kapal, serta berbagai fungsi komunikasi lainnya. Sensor multifungsi ini terletak pada bagian yang dapat berotasi (rotating head). Kelebihan lain desain baru ini adalah ukurannya yang sangat kecil. Periscope well yang menjadi „markas‟ tidak lagi menjulur dari dasar sampai sail, justru periscope well desain baru ini hanya terletak di bagian sail saja sehingga ruang kendali dapat diposisikan di bagian yang lebih luas dan tidak sempit. Faktor keselamatan pun dapat ditingkatkan karena canggihnya teknologi yang melingkupi kapal selam masa depan ini. Prinsip kerja periskop, Periskop di kiri menggunakan cermin, sedangkan periskop kanan menggunakan prisma adalah posisi pengamat. Tugas utama periskop adalah untuk mengintip keadaan di permukaan laut saat kapal selam masih menyelam di bawah air. Sebuah periskop yang paling sederhana memiliki dua cermin, yang satu terletak di ujung atas (berfungsi sebagai mata pengintipnya), yang lainnya terletak di dasar periskop. Cahaya yang terkumpul di cermin atas kemudian diarahkan menuju cermin di dasar periskop sehingga nahkoda kapal dapat melihat bayangan benda yang ada di depan periskop di atas permukaan laut. Seiring perkembangan teknologi, periskop kapal selam pun mengalami banyak penyempurnaan, panjang periskop biasanya bisa mencapai 18 meter. 2.2.3 Pengertian periskop sederhana Mengutip dari artikel wikipedia Indonesia, Periskop sederhana adalah alat untuk melihat ketika dihalangi kerumunan orang. Periskop sederhana dapat dibuat dengan menggunakan kardus atau kertas karton yang diberi cermin pararel dan saling berhadapan dengan sudut 45 pada setiap sisinya. Sebuah periskop yang paling sederhana memiliki dua cermin, yang satu terletak di ujung atas (berfungsi sebagai mata pengintipnya), yang lainnya terletak di dasar periskop. Seperti yang diungkap 14 pada bagian awal, bahwa periskop itu sebenarnya merupakan alat yang digunakan pada kapal selam atau kendaraan lapis baja untuk melihat apa saja yang ada di atas permukaan laut atau diluar kendaraan lapis baja, maka sebenarnya model periskop sederhana ini hanya sebatas memperkenalkan prinsip dasar pada periskop, yang mana untuk melihat benda tidak harus kelihatan seluruh bagian kepala, atau dengan kata lain memperkenalkan cara melihat benda dengan cara sembunyi-sembunyi tidak secara langsung terlihat siapa yang melihat dengan memanfaatkan sifat cahaya dapat dipantulkan dan pada akhirnya cahaya mengenai mata kita. 2.2.4 Cara Membuat Periskop Sederhana. Bahan dan alat periskop sederhana adalah sebagai berikut: 1. Bahan : a. Kardus bekas atau kertas karton b. Dua buah cermin c. Solasi kertas atau selotip d. Lem 2. Alat : a. Gunting b. pemes atau silet c. Penggaris d. pensil atau pulpen 3. Cara mengerjakan : a. Sediakan dua macam cermin datar, kardus bekas/ kertas karton, dan alat pendukung lainnya. b. Bagilah kardus/ kertas karton menjadi empat bagian yang sama. c. Buatlah dua buah persegi kecil. d. Potonglah persegi panjang kecil membentuk sudut 45 pada dua sisi yang lain. e. Lipatlah kardus membentuk persegi panjang dan rekatkan dengan selotip. 15 f. Selipkan cermin datar pada celah bersudut dan rekatkan dengan selotip. Salah satu cermin menghadap ke atas dan yang lainnya menghadap ke bawah. g. Tutuplah ujung persikop dengan cermin di bagian dalam. Rekatkan sisi penutup yang di dalamnya terdapat cermin itu dengan solasi keras. h. Posisi lembar sisi yang akan digabung menjadi persikop seperti dibawah ini : Gambar 2.1 : Skema Model Periskop Sederhana. i. Tegakkan periskop, putar-putar posisi periskop agar lubang pengintai mengarah pada suatu objek tertentu. Amati cermin bawah melalui lubang pengintai. j. Jika semua bagian sudah direkatkan, maka jadilah persikop sederhana itu. Cobalah untuk melihat bagian luar kelas dengan kepala tersembunyi di balik tembok. Gambar 2.2 : Periskop Sederhana 16 2.2.5 Penggunaan Periskop Sederhana dalam Pembelajaran Kehadiran alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan-bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media atau alat peraga sebagai perantara kerumitan bahan yang akan disampaikan, Daryanto (2010: 4). Selembar kertas karton, bahkan bekas kardus sekalipun, bisa dibentuk menjadi sebuah alat peraga pendidikan yaitu periskop sederhana. Periskop sederhana ini adalah suatu alat bantu dalam pembelajaran yang memiliki kekuatan kreativitas yang tentu saja biasa dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam memahami materi tentang pemantulan cahaya. Penggunaan alat peraga periskop sederhana dalam pembelajaran, memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, kreatif dan dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena periskop sederhana dapat dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana serta mudah didapatkan. Bentuk periskop ini bisa disesuaikan dengan kreativitas masing-masing siswa, asalkan periskop dibuat dengan aturan-aturan tertentu serta dapat digunakan. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan, peranan media pembelajaran seperti alat peraga merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi sehingga tidak terjadi kesalahan miskonsepsi. Dalam proses belajar mengajar alat peraga periskop sederhana dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien dan dapat membantu siswa memahami materi tentang “Sifatsifat cahaya” terutama pada poin pemantulan cahaya. Periskop sederhana ini digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk memperkuat pembelajaran “Penerapan sifat cahaya dalam membuat suatu karya”. Alat ini dapat digunakan untuk mengintai atau melihat benda-benda di balik tembok, sebagai refleksi sederhana periskop yang dipakai di kapal selam. 17 Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran alat peraga periskop sederhana juga dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan antusias, karena alat peraga yang menarik dapat menarik perhatian mereka dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hal ini akan berdampak pada kemampuan siswa untuk mengembangkan kreativitas serta meningkatkan kualitas belajar siswa. 2.3 Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan IPA serta ruang lingkupnya, IPA memiliki dua pengertian yaitu dari segi pendidikan dan IPA itu sendiri. 2.3.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta sebagai makhluk Tuhan”. Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”. Berdasarkan definisi pendidikan dari para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Dari definisi dari para ahli juga dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola pikir saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang, jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik. 18 2.3.2 Pengertian IPA IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998: 23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Menurut Abdullah (1998: 18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Berdasarkan pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah, berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum, sehingga akan terus di sempurnakan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu fisika, biologi dan kimia. Pada apek fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam. Dari uraian mengenai pengertian pendidikan dan IPA, maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan, dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan IPA menurut Tohari (1978: 3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA”. Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998: 46) merupakan “Suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan 19 disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”. Berdasarkan pendapat dari kedua ahli tentang pendidikan IPA, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di dalam masyarakat. Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di Sekolah Dasar. Memiliki kepribadian yang baik, dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori lama tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru, hanya saja teori tersebut bukan untuk dihafal namun diterapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut nampaklah pendidikan IPA harus bisa menumbuhkan sikap ilmiah yang ada di dalam siswa, serta dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian yang baik, agar siswa bisa menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan, untuk itu perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik yang memerlukan pembuktian secara nyata. (http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/pengertian-pendidikan-ipa-danperkembangannya/). 20 2.3.3 Tujuan Pengajaran IPA di Sekolah Dasar. IPA merupakan konsep pembelajaran yang erat kaitannya dengan alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia, sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia maupun di Negara-negara maju sangat mempengaruhi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Tujuan pengajaran IPA di sekolah bisa sangat beragam, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, sains-teknologi dan masyarakat ataupun IPA untuk pengembangan sikap dan nilai, dan pendekatan keterampilan personal dan sosial. Secara keseluruhan berbagai kemungkinan tujuan pengajaran IPA ini bisa diwujudkan melalui pengajaran IPA di laboratorium, karena proses pembelajaran IPA bukan hanya menyangkut olah pikir (minds-on) tetapi juga olah tangan (hands-on) yang berupa kerja praktik. Melalui kerja praktik ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan proses IPA, yaitu kompetensi psikomotoriknya, bahkan ada kemungkinan juga dapat berkembangnya aspek afektif. Kegiatan praktik ini dapat berupa penemuan ataupun discovery yang dilakukan guru, kelompok siswa baik di labolatorium, bahkan bisa di dalam kelas, maupun di lapangan. IPA sebagai produk atau IPA buku teks adalah pengajaran tubuh pengetahuan IPA yang terdapat dalam buku pelajaran IPA. Berbagai topik bahasan IPA di sekolah biasanya diajarkan dengan beragam konsep dan keterkaitannya, serta hubungan antara berbagai konsep tadi dengan hukum-hukum alam, penjelasan teoritis, beragam diagram, contoh perhitungan, eksperimen dan lain-lain. 21 Tujuan pengajaran IPA ditingkat Sekolah Dasar ditunjukkan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. John W. Santrock mengungkapkan bahwa pengajaran IPA yang efektif haruslah bisa membantu siswa untuk membedakan antara kesalahan yang berguna dan miskonsepsi, antara kesalahan yang berada di jalur yang benar dengan pemahaman yang tidak lengkap, dan ide yang benar-benar salah yang perlu diganti dengan konsep yang benar-benar akurat. Kemudian juga, kebanyakan siswa lebih tertarik pada sains yang membahas persoalan sehari-hari yang relevan dengan kehidupan mereka ketimbang mendiskusikan teori-teori abstrak. Kedua pendapat tersebut semakin menguatkan bahwa tujuan pembelajaran sains yang ditetapkan harus bisa membantu siswa dalam memahami suatu konsep pembelajaran IPA agar tidak terjadi miskonsepsi, dan harus relevan dengan kebutuhan anak. http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/pengertianpendidikan-ipa-dan-perkembangannya/. 2.4 Pembelajaran IPA dengan Metode Praktikum dengan Alat Peraga Periskop Sederhana Suparno, P (2007) menjelaskan bahwa metode praktikum adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran. Dalam mengimplementasikan kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil antara 2-4 orang, tergantung pada ketersediaan alat dan bahan. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar umumnya siswa kesulitan dalam melakukan percobaan, karena itu guru harus menyediakan LKS sebagai panduan bagi siswa dalam melakukan praktikum. Penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dalam pembelajaran IPA khususnya untuk menjelaskan konsep pemantulan cahaya sangat 22 baik untuk menunjang pembelajaran. Apalagi jika siswa terlibat dalam membuat periskop sederhana, siswa akan termotivasi dalam belajar. Selain itu siswa dapat berkreasi sendiri dengan kreativitasnya masing-masing untuk dapat membuat periskop sederhana yang akan membantunya dalam memahami materi tentang pemantulan cahaya, agar penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sedehana ini dapat mencapai hasil dengan baik maka perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut (sumber : Science Education Quality Imphovement Project (SEQIP)) : 2.4.1 Langkah Persiapan Sebelum memulai pembelajaran ini guru harus melakukan percobaan sendiri untuk menghasilkan bayangan dan membuat periskop sederhana. Dengan demikian guru dapat memberikan petunjuk yang tepat kepada siswa. Persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum antara lain; a. Menetapkan tujuan praktikum b. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan c. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum 2.4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktikum 2.4.3 Pengenalan Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya siswa diberi pemahaman tentang pemantulan cahaya. Mintalah siswa untuk mengamati gejala pemantulan cahaya dengan menggunakan cermin datar. Berdasarkan pengetahuan ini siswa dapat diberi beberapa pertanyaan, misalnya apa saja kegunaan cermin datar, dengan bantuan cermin datar dapatkah siswa membelokan cahaya matahari dari halaman ke dalam rumah?. Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawaban mereka. Mungkin jawaban siswa ada yang benar, dan ada juga yang salah. 23 Tugas guru adalah mencatat jawaban-jawaban tersebut di papan tulis dengan catatan jangan dibahas dulu. Untuk memasuki kegiatan inti pembelajaran, dapat ditegaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar dan bermain-main dengan cermin, dan membuat peralatan sederhana dengan menggunakan cermin datar. Hal ini pasti dapat membuat siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selama proses pelaksanaan metode praktikum berlangsung guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun per kelompok. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain: 1) Kegiatan 1 (Membelokan Cahaya) a. Perhatikan cahaya matahari di halaman sekolah. Bila cahaya matahari di luar bersinar terang, ajukanlah permasalahan berikut ini. Bagaimana caranya agar cahaya matahari tersebut dapat dibelokan sehingga masuk ke dalam ruang kelas? b. Berikan cermin datar kepada salah seorang siswa. Mintalah siswa tersebut ke halaman sekolah dengan membawa cermin. Suruh ia bermain-main dengan cermin tersebut untuk membelokan cahaya matahari masuk ke dalam kelas, misalnya melalui lubang pintu, melalui jendela, melalui kaca dinding kelas dan lain-lain. c. Mintalah siswa yang lain untuk mengamati hasil kegiatan temannya tadi. Ajaklah siswa untuk mendiskusikan kegiatan tersebut. Arahkan diskusi untuk menarik kesimpulan. d. Jika cuaca tidak mendukung guru bisa menggunakan cahaya lampu senter sebagai pengganti cahaya matahari, kemudian mintalah dua orang siswa maju di depan kelas, satu memegang cermin dan anak kedua memegang lampu senter. Kemudian arahkan cahaya lampu senter pada cermin, putar atau arahkan cahaya yang mengenai cermin pada benda-benda di sekitar kelas dengan catatan tidak boleh di arahkan pada siswa lain yang ada di dalam kelas. 24 2) Kegiatan 2 (Memantulkan Cahaya) a. Susun lampu senter, balok kayu (buku) dan karet penghapus dimeja demonstrasi seperti gambar berikut ini : senter Buku/balok kayu 2 buah cermin Karet penghapus Gambar 2.3 : Demonstrasi Kegiatan 2 b. Ajukan permasalan berikut “Bagaimana caranya agar cahaya lampu senter dapat menerangi karet penghapus, tanpa mengangkat senter?”. Siswa yang telah menemukan jawabannya diminta untuk maju di depan kelas menjelaskan sekaligus mempraktikannya, siswa yang lain diminta untuk memperhatikan. Diharapkan ada siswa yang menemukan cara dengan menggunakan dua buah cermin yang dipasang saling berhadapan di bagian atas. Salah satu cermin dicondongkan ke arah nyala senter sedangkan cermin kedua dicondongkan ke arah karet penghapus, jika tidak ada yang bisa, guru bisa memberikan pertanyaan yang dapat membuka ide siswa. Jika ibu/ bapak menggunakan dua buah cermin ini dengan dipasang saling berhadapan di bagian atas, bisa tidak nyala senter itu mengenai karet penghapus?. Sekarang salah satu cermin dicondongkan ke arah nyala senter, sedangkan cermin kedua dicondongkan ke arah karet penghapus apa yang anak-anak lihat? (ini alternatif jika tidak ada yang dapat menjawab permasalahan di atas). Prinsip pembelokan cahaya oleh cermin datar yang baru ditemukan itu dapat digunakan sebagai dasar dalam perancangan peralatan sederhana yaitu periskop sederhana, untuk menerapkan pengetahuan ini ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan selanjutnya. 25 3) Kegiatan 3 (Memantulkan Cahaya) Berdasarkan pengetahuan setelah siswa melakukan percobaan sebelumnya mintalah salah satu siswa berdiri di depan kelas membelakangi teman-temannya dengan memegang cermin datar, mintalah dia untuk menyebutkan nama temantemannya yang duduk di belakangnya, misalnya namanya siapa, duduk dengan siapa dan lain-lain. Setelah siswa terampil menggunakan cermin datar untuk mengamati benda-benda di belakangnya serta untuk membelok-belokkan cahaya, ajak mereka untuk membuat periskop sederhana. 4) Kegiatan 4 (Membuat Periskop Sederhana) Setelah siswa terampil menggunakan cermin datar untuk mengamati bendabenda di belakangnya serta untuk membelokkan cahaya, ajaklah siswa untuk membuat “Periskop sederhana”. Jelaskanlah terlebih dahulu bagaimana cara membuat periskop sederhana. 2.4.4 Tindak Lanjut Metode Praktikum Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah: a. Meminta siswa membuat laporan praktikum. b. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil laporan praktikum. c. Meminta siswa untuk menyimpan kembali semua perlengkapan yang telah digunakan. Penggunaan metode praktikum IPA dengan alat peraga periskop sederhana ini diharapkan dapat membantu siswa memahami materi tentang pemantulan cahaya, serta untuk mengembangkan kreativitas siswa yang meliputi aspek rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman, toleransi terhadap resiko dan mempunyai energi dalam memecahkan masalah tentang materi yang disampaikan serta dapat membuat suatu alat peraga yang dapat membantunya dalam memahami materi tersebut. 26 2.5 Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan penciptaan besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya. Menurut Campbel (1986) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti. Baru berarti bersifat inovasi, belum ada sebelumnya, segar, menarik dan aneh. Berguna berarti dapat memberikan kepuasan, praktis, memudahkan, memperlancar, dan sebagainya. Kreativitas dapat dimengerti berarti dapat dibuat dalam kesempatan lain. Menurut (Clark Moustatis), kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Kreativitas menurut (KBBI) adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Sedangkan menurut (Conny R. Semiawan) Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan baru yang menerapkannya dalam pemecahan masalah. Utami Munandar (1992) mengatakan kreatif sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Sejalan dengan Utami Munandar, Parnes (dalam Issenberg, 1993: 4) menyatakan kreativitas sebagai proses berpikir dan merespon yang meliputi menghubungkan dengan pengalaman sebelumnya, merespon stimulus (objek, simbol, ide, orang, situasi) dan paling tidak menghasilkan kombinasi yang unik. Hughes, Ginnet, dan Curphy (1996 dalam Akande, 1997: 91) menyatakan bahwa kreativitas didukung oleh tiga komponen, yaitu: keahlian (expertise), berfikir imajinatif (imaginative thinking), dan motivasi yang menantang (instrinsic motivation). Keahlian berkembang dari kumpulan pengetahuan yang intensif sebagai sumber ide atau kreativitas; berfikir imaginatif merupakan kemampuan untuk melihat sesuatu dengan cara berbeda atau untuk menarik pola atau keterkaitan dari sesuatu yang nampak tidak berkaitan; sedangkan motivasi yang menantang umumnya akan mendorong seseorang untuk bekerja keras mencari solusi terhadap permasalahan. 27 Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Utami Munandar: 1992). Berdasarkan pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah upaya-upaya untuk mencari, menemukan dan menghasilkan gagasan baru, baik dalam mencari solusi terhadap permasalahan, maupun dalam menghasilkan karya-karya baru atau orisinil di dalam berbagai bidang kehidupan. Menurut Campbell (1986: 27-44) terdapat lima ciri umum orang kreatif, yaitu : Ciri-ciri pokok; 1) memiliki kelincahan mental (berpikir ke segala arah atau berpikir divergen); orang kreatif tidak berpikir hanya tertuju pada satu arah, ia berpikir dari segala arah, dari segala aspek, pikirannya tidak bisa diam, ia suka berpikir tentang sesuatu yang dilihat dan dialaminya dan tidak mau hanya sekedar menerima. 2) Fleksibilitas konseptual; jika memiliki konsep tentang sesuatu ia cenderung akan senantiasa memperbaiki sampai ia benar-benar yakin akan konsepnya, ia tidak mau bekerja sekedarnya, 3) orisionalitas; apa yang dipikirkan, dikonsepkan, dan dikerjakan tidak meniru pikiran atau konsep orang lain tetapi merupakan miliknya secara orisinil, 4) ia suka hal-hal bersifat kompleks kurang suka pada hal-hal sederhana, 5) memiliki kecakapan dalam banyak hal. Ciri-ciri yang memungkinkan; 1) suka bekerja keras, 2) berpikir mandiri, 3) pantang menyerah. Menurut Rhodes (Munandar, 1988) kreativitas dapat ditinjau dari “Pribadi yang kreatif”, dan juga dari segi faktor-faktor “pendorong (press)” kreativitas dari segi “proses kreatif”, dan juga dari segi “produk kreativitas”, yang dirumuskan dengan istilah 4P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk). Melalui pendekatan 4P, Mundandar mendefinisikan kreativitas sebagai berikut : 1. Pribadi Kreativitas ditinjau dari dimensi pribadi (person) merupakan ungkapan dari keunikan individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik dan orisinil diharapkan timbul gagasan baru dan produk-produk yang 28 inovatif. Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. 2. Pendorong Press atau dorongan maksudnya adalah dorongan dari lingkungan dan dari diri sendiri untuk berkreasi menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Potensi kreatif yang dimiliki seseorang harus didukung oleh situasi dan lingkungan sekitar agar dapat menciptakan sesuatu yang inovatif. Selain itu juga harus ada dorongan dari dalam diri, sebab potensi yang tidak dipaksakan dari dalam diri tidak akan mencapai keunggulan kreativitas. 3. Proses Diperlukan suatu proses untuk bersibuk diri secara kreatif dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif. Kreativitas sebagai proses menunjuk pada perlunya seseorang berusaha untuk melihat lebih jauh dan lebih mendalam, daripada menginginkan hasil (produk) secepat-cepatnya. Kreativitas tidak hanya tergantung dari timbulnya inspirasi, tetapi menuntut ketekunan dan keuletan, waktu dan kerja keras (Torrance dalam Munandar, 1988). 4. Produk Kreativitas ditinjau dari dimensi produk diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan produk baru atau membentuk kombinasi baru antara unsur-unsur yang ada atau yang sudah diketahui sebelumnya. Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada 29 aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan di atas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut : Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu: 1) Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. 2) Tahap Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya. 3) Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”. 4) Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mereka memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi di dalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir). Proses kegiatan kreatif bagi siswa merupakan sebuah program yang memberikan kesempatan dan tempat untuk mereka mengekspresikan pikiran, ide, perasaan, aksi, dan kemampuan dalam berbagai penggunaan media dan aktivitas. Adapun menurut Mayesky (1990) prinsip yang perlu di perhatikan dalam melakukan proses kreativitas untuk siswa adalah: 30 1) Memperhatikan proses bukanlah hasil (product) Tujuan utama kegiatan kreativitas bukanlah terlihat dari produk yang dihasilkan melainkan proses ketika berkreasi tersebut. Dalam proses kretivitas tersebut dapat terlihat menggambarkan pengalaman dan perasaan anak. Alasan lainnya mengapa proses kreativitas lebih penting daripada produk yang dihasilkan adalah seorang anak belum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menggunakan material. Oleh karena itu, sebaiknya kegiatan kreativitas memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi berdasarkan kemampuan anak untuk mengkonstruksi sesuatu melalui cara mereka sendiri. 2) Memperhatikan kebutuhan anak Kegiatan kreativitas harus memperhatikan kebutuhan anak, disesuaikan dengan usia, kemampuan, dan minat. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan area yang dapat memfasilitasi pengalaman kreatif anak, b. Menyiapkan material-material sehingga anak mendapatkan pengalaman berkreasi, c. Menyiapkan kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. 2.5.1 Ciri-ciri Individu Kreatif Semiawan (1984) membagi ciri-ciri individu yang kreatif, yaitu adanya dorongan ingin tahu yang lebih besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan, bebas dalam mengemukakan pendapat, menonjol dalam suatu bidang, memiliki pendapat sendiri dan mampu mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, dapat bekerja sendiri dan senang mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan Munandar (1982) melalui penelitiannya, menyebutkan ciri-ciri kepribadian yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, memiliki inisiatif dan minat yang luas, memiliki kebebasan dalam berpikir, bersifat ingin tahu, penuh semangat, berani mengambil resiko, memiliki keyakinan dan berani berpendapat. 31 Ayan (2002) mengajukan 4 kualitas pribadi seseorang yang disebut sebagai karakteristik kepribadian yang sangat potensial untuk upaya-upaya mencari, menemukan dan menghasilkan gagasan baru serta karya-karya baru atau orisinil di dalam berbagai bidang kehidupan (Kreatifitas), yang akan peneliti gunakan dalam mengembangkan angket untuk mengukur kreativitas siswa. Karakteristik kepribadian tersebut meliputi aspek: 1. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu merupakan komponen pertama yang sangat penting bagi usaha-usaha kreatif yang dilakukan seseorang. Hal ini disebut juga sebagai kekuatan mempertanyakan sesuatu. 2. Keterbukaan terhadap pengalaman Keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan atau informasi baru juga merupakan komponen yang vital dalam kreativitas, untuk menjadi orang yang kreatif diperlukan persediaan informasi dan pengalaman yang banyak serta beraneka ragam dari waktu ke waktu, agar cukup informasi dan pengalaman, seseorang harus bersikap fleksibel, terbuka, mau menerima, dan menghargai berbagai pandangan, pemikiran, pendapat, dan hasil karya orang lain. Dalam fleksibilitas dan keterbukaan ini, seseorang akan dapat memperkaya pengetahuan yang telah ada di dalam struktur kognitif sehingga ia berpeluang besar untuk dapat memunculkan gagasan-gagasan yang luar biasa. 3. Toleransi terhadap resiko Toleransi terhadap resiko merupakan kesanggupan atau kesediaan seseorang untuk mengambil resiko, terhadap apa saja yang hendak diusahakan atau dihasilkan. Keterbukaan dan keingintahuan seseorang juga akan berkembang dengan baik apabila seseorang mempunyai toleransi yang tinggi atau kesanggupan untuk menerima resiko-resiko tertentu yang mungkin ditimbulkan. 32 4. Energi Pada umumnya orang yang kreatif memiliki energi yang luar biasa, khususnya energi fisik. Proses-proses kreatif berlangsung mulai dari pencarian gagasan sampai dengan pengujian atau pelaksanaan gagasan tersebut sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain. Proses ini tentu membutuhkan konsentrasi penuh, komitmen, ketekunan dan ketahanan kerja dan waktu kerja lembur dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun. Itulah sebabnya mengapa orang kreatif sanggup memikirkan sesuatu dan bekerja keras dalam waktu lama, karena mereka mempunyai stamina dan energi fisik yang luar biasa. 2.5.2 Pentingnya Kreativitas Pentingnya kreativitas tertera dalam Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 yang intinya antara lain adalah melalui pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia ang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, juga mandiri. Selain itu Utami Munandar (2004: v,1,7) banyak memberikan penjelasan mengenai pentingnya kreativitas antara lain : 1) Kreativitas adalah esensial untuk pertumbuhan dan keberhasilan pribadi, dan sangat vital untuk pembangunan Indonesia; sehubungan dengan ini peranan orang tua, guru, dan masyarakat sangat menentukan. 2) Pengembangan sumber daya berkualitas yang mampu mengantarkan Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain, baik dalam pembangunan ekonomi, politik maupun sosial budaya pada hakikatnya menuntut komitmen kita untuk dua hal yaitu : a) penemukenalan dan pengembangan bakatbakat unggul dalam berbagai bidang, dan b) pemupukan dan pengembangan kreativitas yang pada dasarnya dimiliki setiap orang, tetapi perlu ditemukenali dan dirangsang sejak dini. 33 Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas memang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki kreativitas tinggi demi membangun Indonesia. 2.6 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Hilmansyah dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Praktikum Fisika terhadap Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah Umum”. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran praktikum fisika siswa terhadap kreativitas siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dengan judul “Penerapan Strategi Open Ended Problem Bersetting Kooperatif untuk Meningkatkan Kreativitas dan Pemahaman Pecahan bagi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Malang”. Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan dati tindakan I ke tindakan II yaitu 72,9 % (cukup) menjadi 85,42% (baik). Dengan kata lain terdapat peningkatan terhadap aktivitas siswa dari tindakan I ke tindakan II. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kreativitas dan pemahaman siswa dengan penerapan strategi Open Ended Problem Berseting Kooperatif adalah meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dengan judul “Menumbuhkan Kreativitas Siswa melalui Pembelajaran Grafik Fungsi Eksponen dengan Pendekatan Open-Ended Problem di Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Tanjung Selor. (Tesis). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran grafik fungsi eksponen dengan pendekatan open-ended problem dapat menumbuhkan sikap kreatif siswa dengan persentase rata-rata 73,35% dari 30 siswa dan masuk dalam kategori kreatif. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan dan pekerjaan siswa, diperoleh hasil bahwa siswa rata-rata dapat menjawab semua soal tes yang diujikan, meskipun belum seluruhnya benar, tetapi paling tidak siswa telah memberikan beberapa alternatif jawaban benar dalam menyelesaikan soal tes yang diujikan. Rata-rata nilai yang 34 diperoleh siswa adalah 77,50 dan respon siswa positif terhadap pembelajaran grafik fungsi eksponen dengan pendekatan open-ended problem. Penelitian yang dilakukan oleh Huda yang berjudul “Pembelajaran Kubus dan Balok dengan Pendekatan RME untuk Menumbuhkan Kreativitas Siswa Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Probolinggo. (Tesis). Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan termasuk pada kategori sangat baik. Dari hasil tes, skor rata-rata (dalam persen) dari keseluruhan siswa yang memperoleh skor pada tindakan I adalah 85,29%. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhnya kreativitas siswa melalui pembelajaran kubus dan balok dengan pendekatan RME. Penelitian yang dilakukan oleh Harini dengan judul “Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Menumbuhkan Kreativitas Siswa pada Sistem Persamaan Linear Dua Variabel” (Tesis). Hasil penelitian pada tindakan I menunjukkan bahwa aktivitas guru dari pengamat 1 dan 2 termasuk kategori baik yaitu 73,44% dan 75%. Sedangkan aktivitas siswa mencapai skor 60,15% dengan kategori cukup baik. Tes hasil belajar menunjukkan 89,47% siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan 10,53% belum memenuhi. Tumbuhnya kreativitas siswa menunjukkan dari penilaian 1 ke 2 berturutturut yaitu 65,55% dan 77,55% dengan kategori kreatif. Disini aktivitas siswa belum memenuhi kategori aktivitas yang diharapkan, karena dibawah kategori baik dengan persentase skor rata-rata (SR) ≥ 70 %, sehingga perlu dilanjutkan pada tindakan II. Pada tindakan II menunjukkan bahwa aktivitas guru dari pengamat 1 dan 2 termasuk kategori sangat baik yaitu 89,1 % dan 92,19%. Sedangkan aktivitas siswa mencapai skor 79,79% dengan kategori baik. Tes hasil belajar menunjukkan 89,5% siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan 10,5% belum memenuhi. Sedangkan untuk tumbuhnya kreativitas siswa menunjukkan dari penilaian 2 ke 3 berturut-turut yaitu 77,55% dan 81,99%, dengan kategori meningkat dari kreatif ke sangat kreatif. 35 Berdasarkan hasil kajian yang relevan maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara menerapkan model pembelajaran, pendekatan serta praktikum. Penelitian yang telah diuraikan sudah meneliti kreativitas siswa-siswi SMP dan SMA. Penelitian dengan menggunakan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana akan dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar. Dengan adanya penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas siswa pada tingkat Sekolah Dasar. 2.7 Kerangka Berpikir Pengembangan kreativitas sangat dibutuhkan oleh peserta didik manapun. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan pengembangan otak kanan, karena belahan otak kanan lebih banyak berfungsi untuk mengutamakan respon yang terkait dengan persepsi holistik, imajinatif, kreatif dan bisosiatif. Hal ini berbeda dengan otak kiri yang lebih bertugas untuk menangkap persepsi kognitif serta berpikir secara linier, logis, teratur dan lateral. Biasanya fungsi otak kiri lebih pada bidang pengajaran yang verbalistis dengan menekankan pada segi hafalan dan persepsi kognitif saja (Utami Munandar). Untuk itulah guna mengefektifkan otak kanan pada siswa maka diperlukan “experiental learning” (belajar berdasarkan pengalaman langsung). Bagaimana kita dapat mengoptimalkan kemampuan otak kanan anak didik?. Ada beberapa metode yang dapat dipakai antara lain dengan metode praktikum dengan menggunakan alat peraga periskop sederhana, guna lebih mengefektifkan fungsi divergennya (dimana anak-anak dibiasakan untuk selalu memberikan ide dan alternatif yang tidak homogen). Hal ini akan berdampak pada anak yang kreatif, suka berpikir beda dan penuh ide. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan pada sebuah gambar 2.4 berikut ini : 36 Pembelajaran Secara Konvensional Pengukuran pertama Pembelajaran (Menggunakan metode pratikum dengan alat peraga periskop sederhana) Pengukuran kedua Rata-rata nilai Rata-rata nilai Lebih Efektif Penggunaan Metode Praktikum dengan Alat Peraga Periskop Sederhana Pelajaran IPA terhadap Kreativitas Siswa Kelas V SD Kanisius Cungkup. Gambar 2.4: Skema Kerangka Berpikir Penelitian 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Ho : Pembelajaran dengan penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA tidak efektif terhadap kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Ha : Pembelajaran dengan penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA lebih efektif terhadap kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hipotesis penelitian, maka peneliti menduga “Pembelajaran dengan penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA lebih efektif terhadap kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.