12 Edisi Minggu Bisnis Indonesia 8 Mei 2011 KORPORASI Kinerja PT Buana Listya Tama Tbk PT Buana Listya Tama Tbk Menuju samudera pasar modal Indikator Pendapatan Laba bersih Total aset 2009 (miliar) 2010 (miliar) 247,69 (-214,24) 1.622,33 566,99 6,46 2.842,85 Sumber: Riset PT Valbury Asia Securities; diolah BISNIS/ILHAM NESABANA STEFANUS ARIEF S Bisnis Indonesia S atu lagi calon emiten pelayaran siap mengarungi samudera pasar modal Indonesia. PT Buana Listya Tama Tbk, salah satu dari sekian banyak anak usaha raksasa pelayaran nasional PT Berlian Laju Tanker Tbk, dijadwalkan listing pada 23 Mei 2011. Buana Listya Tama berdiri sejak 2005 yang bergerak pada usaha pelayaran angkutan kargo cair terutama minyak dan gas. Selain itu, perusahaan mengoperasikan kapal FPSO (Floating Production Storage Offloading). Perseroan melepas 39,76% atau setara dengan 7,26 juta lembar saham kepada publik yang proses penawaran awal (bookbuilding) telah dimulai sejak 14 April 2011. Kehadiran emiten ini akan menjadi yang kedua tahun ini, menyusul perusahaan pelayaran pertambangan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk milik salah satu raksasa tambang di Indonesia, PT Indika Energy Tbk. Sektor pelayaran nasional memang tengah mencari energi baru untuk bangkit, di tengah masih banyaknya perusahaan yang bergerak di transportasi laut yang masih berkutat dengan kesulitan keuangan. Kebijakan asas cabotage yang diterbitkan pemerintah di mana setiap kapal yang berlayar di Tanah Air harus berbendera Indonesia, memang memberi dampak positif bagi industri pelayaran nasional. Direktur Buana Listya Tama Kevin Wong mengatakan pihaknya memang tengah memfokuskan kegiatan usahanya di dalam negeri, terutama untuk meraih kontrak angkutan migas ke sejumlah daerah di Indonesia. “Buana Listya lebih banyak melayani arus pelayaran di dalam negeri,” katanya, belum lama ini. Sebagai emiten baru di pasar modal, tentu investor berkepentingan mencermati prospek usaha perusahaan ini ke depan. Penjualan dan penawaran saham dengan kode emiten BULL ini dijadwalkan berlangsung pada 12-16 Mei 2011. Mengacu pada rencana perusahaan, 52,1% dana hasil penawaran umum perdana akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan, sementara 38,7% dipakai untuk melunasi utang kepada induk usahanya, Berlian laju Tanker. Sisa dana 9,2% disiapkan untuk modal kerja, meliputi pembelian bahan bakar minyak (BBM), perawatan kapal dan suku cadang lainnya. Proyeksi jumlah dana yang akan dikantongi perusahaan ini berkisar Rp762,3 miliar hingga Rp1,27 triliun. Melihat komposisi penggunaan dananya, perusahaan beraset Rp2,84 triliun ini terlihat serius membangun armada pelayaran yang kuat dengan mengoperasikan kapal baru. Pada Akhir 2010, Buana Listya Tama memiliki 21 armada kapal dengan kapasitas tonase mencapai 633.869 deadweight tonnage (DWT), di mana enam kapal di antaranya merupakan milik Berlian Laju. Tahun ini, mereka berencana BISNIS/YAYUS YUSWOPRIHANTO Buana fokus meraih kontrak angkutan minyak dan gas ke sejumlah daerah di Indonesia. mengoperasikan 24 armada dengan kapasitas 653.000 DWT. Dengan modal segar yang diperoleh dari penawaran umum serta dukungan kuat dari induk usahanya, perusahaan ini berani mematok target pertumbuhan lebih tinggi. Usai IPO, perusahaan langsung mengincar target perolehan laba bersih sebesar US$35 juta atau setara dengan Rp311,5 miliar. Jumlah itu meningkat hampir 48 kali lipat dari nilai laba bersih yang diperoleh pada 2010 sebesar Rp6,62 miliar. Keyakinan ini berdasarkan jumlah kontrak yang telah diperoleh serta proyeksi perolehan pendapatan melalui operasional enam armada baru pada Febuari 2011 serta kontribusi penuh segmen FPSO. Harga saham Kerap kali dalam penawaran umum saham perdana, perdebatan soal mahal tidaknya harga saham sering menjadi perbincangan. Berdasarkan analisa PT Valbury Asia Securities rasio laba bersih terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio (PER) Buana Listya Tama berada di kisaran 289,7489,2 kali mengacu pada kinerja akhir 2010. Nilai itu jauh di atas rata-rata PE industri pelayaran regional yang berada di posisi 17,08 kali. Artinya, harga ini memang tergolong mahal dengan prospek industri yang berisiko. Namun, jika menggunakan asumsi target laba bersih 2011, PER Buana Listya Tama hanya sebesar 6,2-10,3 kali. Angka ini di bawah rata-rata industri pelayaran regional yang diperkirakan 16,41 kali pada tahun ini. Perusahaan telah menetapkan kebijakan dividen maksimal sebesar 30% mulai tahun buku 2011 dengen melihat kebutuhan dana dan kondisi keuangan perseroan. Proyeksi laba bersih per lembar saham (earning per share/EPS) Buana Listya Tama pada tahun pertama usai penawaran umum perdana diperkirakan sebesar Rp0,36. Satu catatan lagi, perusahaan telah menandantangani non-compete agreement dengan Berlian Laju Tanker, dimana satu klausul di dalamnya menyebutkan tidak akan berebut pangsa pasar antara keduanya. Artinya, target market Buana Listyta Tama hanya pada angkutan energi migas, sementara Berlian Laju Tanker memperoleh jatah angkutan kimia cair dan gas global. Lewat komitmen ini, kedua perusahaan ini bertujuan tetap tumbuh dengan dua segmen pasar berbeda yang berada di dalam satu industri yang sama. ([email protected])