Siaran Pers Penciptaan Kesempatan Kerja yang Bermutu dalam Konteks Pasar Bebas ASEAN Diskusi Kebijakan Hotel Sari Pan Pacific, Rabu, 5 November 2014, 08.30 – 12.00 Jakarta 05/11/14 - Menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, JustJobs Network (JJN), sebuah lembaga think tank global yang melakukan penelitian mengenai penciptaan kesempatan kerja, Perkumpulan Prakarsa (Center for Welfare Studies) dan AKATIGA (Center for Social Analysis), dua lembaga penelitian dan analisis kebijakan nasional, mendorong pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan integrasi ASEAN sebagai kesempatan untuk memperluas penciptaan lapangan kerja yang bermutu untuk angkatan kerja Indonesia yang makin bertambah. Janji presiden Joko Widodo ketika berkampanye, yaitu menciptakan 10 juta lapangan kerja baru selama 5 tahun masa pemerintahannya, dapat memanfaatkan integrasi MEA untuk tujuan ini. “Dunia internasional menaruh harapan yang sangat besar terhadap pemerintahan baru dibawah kepemimpinan presiden Joko Widodo, dan berharap bahwa pertumbuhan Indonesia menjadi pertumbuhan yang berkualitas dan merata, dan bukannya jobless growth”, kata Gregory Randolph, peneliti dari JJN. Agar Indonesia khususnya dan kawasan ASEAN umumnya menjadi pusat pertumbuhan, Gregory melanjutkan, ada tiga sektor penting yang perlu diberikan perhatian khusus yaitu sektor pertanian, industri dan jasa. Contohnya disektor pertanian, diberlakukannya MEA akan mendorong investasi di sektor pertanian, yang disatu sisi akan mendorong produktivitas, namun “Industrialisasi pertanian juga dapat menyingkirkan petani kecil dan keluarganya, sehingga pemerintah perlu memastikan bahwa mereka yang tetap bekerja di pertanian akan memperoleh pekerjaan yang produktif dengan upah yang baik dan bagi mereka yang keluar dari sektor pertanian akan mendapatkan pekerjaan yang layak”, Indrasari Tjandraningsih, peneliti AKATIGA mengingatkan. Mendukung usaha kecil menengah di industri pertanian misalnya, akan menjembatani sektor pertanian dan sektor manufaktur pedesaan dan akan membawa potensi penciptaan kesempatan kerja dan pertumbuhan yang berkesinambungan. Integrasi Indonesia kedalam MEA juga akan mendorong pergerakan pekerja lintas batas negara. Mobilitas pekerja ke negara lain tidak boleh menafikan kewajiban negara untuk melindungi pekerja. Migrasi tenaga kerja berketerampilan rendah ditengarai akan meningkat di tahun-tahun awal implementasi MEA. 1 Victoria Fanggidae, peneliti Perkumpulan Prakarsa mengatakan bahwa perhatian khusus terhadap kesejahteraan dan perlindungan sosial bagi pekerja migran penting mengingat kerentanan mereka terhadap eksploitasi. Dua deklarasi yang diadopsi oleh pemimpin ASEAN yakni ASEAN Declaration on Strengthening Social Protection dan ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers, belum sepenuhnya melindungi pekerja migran. Deklarasi pertama hanya ditujukan bagi warganegara dan bukannya pekerja migran sedangkan deklarasi kedua tidak mencantumkan komitmen perlindungan sosial bagi pekerja migran. Prinsip kedua deklarasi ini harus dikombinasikan sehingga pekerja migran juga diberikan perlindungan sosial. Penciptaan lapangan kerja dengan memacu pertumbuhan ekonomi, membuka pintu investasi sebesar-besarnya, meningkatkan produktivitas dan daya saing, membuka lahan pertanian baru, dan lain sebagainya dapat dilakukan, namun faktor-faktor perlindungan sosial bagi pekerja tidak boleh diabaikan sehingga lapangan kerja yang diciptakan adalah lapangan kerja yang layak dan berkualitas. JJN, PRAKARSA dan AKATIGA mendorong pemerintahan Indonesia yang baru untuk memastikan bahwa integrasi ekonomi Indonesia kedalam MEA disiapkan sebaik-baiknya sehingga membawa manfaat bagi rakyat Indonesia, dan bukannya membawa rakyat Indonesia menjadi penonton dan pasar belaka, bahkan korban di era pasar bebas ASEAN ini. Diskusi Kebijakan mengenai isu penciptaan kesempatan yang bermutu dalam konteks pasar bebas ASEAN akan diadakan oleh JJN, Perkumpulan Prakarsa dan AKATIGA di Hotel Sari Pan Pacific, Jln. MH. Thamrin No.6. pada hari Rabu, tanggal 5 November 2014, dimulai pada pukul 8:30 pagi. Diskusi ini juga akan dihadiri oleh beberapa stakeholder terkait seperti dari APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia), ILO (International Labor Organization), ASEAN, Migrant Care, Kementan, Kemenperin, Kemenakertrans, beberapa perwakilan organisasi buruh, lembaga penelitian, akademisi, LSM dan lain-lain. Untuk komunikasi lebih lanjut, hubungi: Gregory Randolph Indrasari Tjandraningsih Victoria Fanggidae : +62 81 282 078 471; +91 81 304 325 82 (HP); [email protected] (email) : +62 85 863 398 315 (HP); [email protected] (email) : +62 81 338 734 774 (HP); [email protected] (email) 2