MEMIMPIN SEPERTI YESUS MEMIMPIN BERDASARKAN MATIUS 20:25-28 Pan Djun Tjhong ABSTRACT Leadership is a tricky word that has multi interpretation. The writer in this case would like to make an attempt to converge the ever broadening meaning of the word Leadership in to a common acceptable one the churches should implement. Having studied exegetically the book of Matthew 20:25-28, the writer arrived at the conclusion that Jesus like Leadership is basically Servant Leadership that is not hierarchical but rather down to earth. Not leading from the top but leading in the midst. Keywords: Leader, Leadership, Leading, Like Jesus PENDAHULUAN Kepemimpinan menurut Yesus untuk Kepemimpinan Gereja . Kepemimpinan adalah soal mempengaruhi orang lain sehingga mereka mau mengikuti, Untuk menggerakkan orang ke suatu arah yang baru, dibutuhkan pengaruh yang hanya di miliki pemimpin seperti definisi John Maxwell tentang Kepemimpinan yakni “Kepemimpinan adalah Pengaruh” 41 Perubahan adalah realitas mendasar bagi kehidupan organisasi dan tidak ada pemimpin yang kebal terhadap perubahan, selama momen-momen perubahan atau ketidakpastian yang besar, orang mencari pemimpin untuk bereaksi cepat menghadapi masalah-masalah dengan melakukan : memprediksi perubahanperubahan yang akan terjadi, menemukan solusi ketika masalah tersingkap, pemecahan masalah yang enteraktif, hikmat menghadapi perubahan, 41 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di sekeliling anda,Mitra Media,2001, hal 2 83 membandingkan tehnik-tehnik yang digunakan dalam kepemimpinan dengan kepemimpinan yang lainnya. 42 Pemahaman pemimpin yang minim terhadap pelayanan sebagai sebuah tim karena kekurang pengertian terhadap definisi tim yang berbeda dengan kelompok kerja, sehingga menyimpang dari tujuan tim, Carson berpendapat tentang definisi tim : sekelompok orang yang saling bergantung, yang berkomitmen terhadap sebuah maksud bersama, yang memilih bekerja sama untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa dmi kemuliaan Allah. 43 Siapapun dapat mengemudikan kapal, namun dibutuhkan seorang pemimpin untuk menentukan arahnya. Perencanaan perjalanan, mempelajari metode-metode serta penjelajah lain yang berpengalaman.seorang pemimpin yang baik tetap menjaga focus. Jack Welch,GE berkata:” mengendalikan arah anda adalah lebih baik dari pada dikendalikan olehnya” Pemimpin yang melakukan navigasi sudah melihat seluruh perjalanannya sebelum berangkat dari dermaga. Mereka memiliki visi untuk tujuan akhirnya, mereka memahami apa syaratnya untuk tujuan akhirnya. Tahu siapa yang dibutuhkan dalam tim, menyadari penghalang-penghalang yang jauh sebelum muncul di cakrawala. Visi adalah rumusan adalah rumusan dari salah satu atau gabungan dari apa yang harus dicapai,apa yang harus penulis punyai, penulis harus menjadi apa dimasa depan, sementara misi adalah rumusan dari salah satu atau gabungan apa yang haru s penulis lakukandan apa yang harus penulis selesaikan, tugas apa yang harus penulis laksanakan. Peter M . Senge percaya visi adalah “The What” yaitu 42 43 . Carson Pue, Mentoring Leader, Yayasan Andi Ofset, Yogjakarta, 2005. Hal 276. Ibid. Hal 191. 84 gambaran masa depan yang ingin penulis ciptakan, sedangkan misi adalah “The Why” yaitu alasan mengapa organisasi ada atau didirikan pada awalnya. 44 Nicolo Machiavelli didalam bukunya Il Principe mencoba menjawab sebuah pertanyaan klasik tentang mengapa aku menjadi pemimpin? Jawabannya “ Karena untuk berkuasa” setelah memiliki kekuasaan aku memimpin untuk mengamankan kekuasaanku ! ”Setelah semua kekuasaanku aman,aku memimpin agar aku tetap berkuasa ! ”Machiavelli membahas persoalan penting perihal kehormatan seorang pemimpin. Dia percaya suatu masalah harus dipahami sebagaimana adanya dalam kenyataan,dan bukan sebagaimana masalah itu dibayangkan. Seorang pemimpin yang ingin bertindak terhormat akan kecewa berada diantara benak manusia yang tidak berjiwa kesatria. 45 Machiavelli menganjurkan agar pemimpin tidak mengharamkan usaha untuk bertindak secara tidak kesatria termasuk berbuat kejahatan. Pemimpin tidak boleh takut sedikitpun menghadapi tuduhan melakukan kejahatan, kalau kejahatan itu perlu demi keselamatan Negara. Beberapa hal yang tampaknya baik, jika dilakukan akan membawa kehancuran sedangkan beberapa hal yang tampaknya jahat mungkin mendatangkan keamanan dan kemakmuran. Dalam hal ini Machiavelli jelas mengabaikan Integritas seorang pemimpin. persen dengan pendapat Nicolo 46 Penulis boleh tidak setuju seratus Machiavelli pendapatnya membuat penulis-bertanya-tanya tetapi bukankah sebagian sepertinya tidak sedikit dari pemimpin-pemimpin penulis baik yang di sekular maupun yang di Gereja yang 44 Jansen H. Sinamo, Agus santosa, Pemimpin Kredibel,Pemimpin Visioner,Jakarta, Intitut darma Mahardika 2002,Hal 162 45 Ibid; hal 3 46 Ibid; hal 4 85 sudah membaca, setuju dan menerapkan ide-ide Pak Nicolo Machiavelli di dalam kepemimpinannya. Jadi seharusnya kepemimpinan yang bagaimana yang paling relevan dewasa ini diterapkan di dalam kepemimpinan Gereja? Didalam kepemimpinanj gerejawi maupun bukan gerejawi maka tolok ukur yang harus dipakai bukankah yang menurut yesus yang paling relevan, dalam hal ini penulis menggunakan pola kepemimpinan Yesus yang tertuang dalam Matius 20:25-28 Matius 20: 25 – 28 “ Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian diantara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Tahun penulisan Injil Matius tidak dapat dipastikan, ada banyak pendapat soal ini. Hal yang pasti adalah bahwa Injil ini tidak mungkin ditulis sesudah tahun 100 Masehi. Karena Ignatius dari Antiokhia sudah mengutip dari Injil Matius pada awal Abad Kedua. Kami menerima kemungkinan bahwa Injil ini telah ditulis sebelum tahun 70 Masehi, beberapa saat setelah Injil Markus beredar di t engahtengah komunitas Kristen mula-mula. Namun karena pertimbangan situasi persebaran komunikasi yang tidak segampang sekarang, Injil Matius baru beredar luas pada rentang waktu tahun 80-100 Masehi. Mengenai tempat di mana Injil ini ditulis, juga tidak ad a petunjuk eksplisit. Meski begitu, akhir-akhir ini mayoritas penafsir lebih cenderung 86 menerima Antiokhia (Syria) sebagai tempat penulisannya. Pendapat ini lebih banyak dianut karena pertimbangan internal Injil itu sendiri. Bentuk bagian ini adalah khas Matius. Bagian ini adalah berbetuk nasihat „pengarahan terperinci‟ yang menetapkan tema dari pelayanan pengajaran Yesus dalam hubungannya dengan “datanglah kerajaan-Mu” 47 . Tekanannya ialah “pelayan-melayani” pada kedatangan Yesus bagi dunia. Menurut Alkitab Terjemahan Baru (ITB) yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia48, maka Matius 20:25-28 merupakan bagian akhir dari judul perikop “Permohonan ibu Yakobus dan Yohanes Bukan memerintah melainkan melayani”. Ketika dihubungkan kepada struktur dan garis besar kitab Matius, maka merupakan bagian ke-5 perihal penghakiman (19:2-26:2)49. Topik peristiwa dari Matius 20:20-28 adalah bagian kelanjutan bagaimana mengikut Yesus dan apa upah mengikut Yesus. Hal ini Nampak pada perikop sebelumnya, yaitu Orang muda yang kaya (19:1626), Upah mengikut Yesus (19:27-30), Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (20:1-16). Dan tempat peristiwa ini terjadi pada perjalanan Yesus ke Yerusalem. Jika melihat pada ayat selanjutnya di Mat.20:29 terkesan pada peristiwa “permintaan ibu Yakobus dan Yohanes meminta Yesus supaya kelak di Kerajaan Yesus, anaknya dapat duduk di Bdk. Dalam Doa Bapa Kami, tercatat, “… datanglah kerajaan-Mu..”. Kerajaan-Mu dalam konteks Matius adalah Kerajaan Sorga/Allah, seperti ayat-ayat lainnya yang tercatat di Injil Matius, seperti 5:3,10,20; 13:24,31,44; 18:1,3; 20:1. 48 Lembaga Alkitab Indonesia, Terjemahan Baru, Matius, Jakarta: LAI, cet.2, 2008. 49 Lih. Bab II - G. Struktur dan Garis Besar; bagian ke-5. Penghakiman (19:2-26:2). Pada bagian ini, kitab Matius dibagi ke dalam 6 bagian. 47 87 sebalah kanan dan kiri Yesus” terjadi di kota Yerikho. 50 Jika ini dibandingkan dengan Mrk. 10:46 (setelah dengan perikop yang sama di Mrk 10:35-45), maka terkesan ada kontradiksi yang tertulis di Matius dan Markus. Tetapi ketika mengurutkan dua tulisan ini, maka dapat ditemukan bahwa peristiwa “permintaan ibu Yakobus dan Yohanes meminta Yesus supaya kelak di Kerajaan Yesus, anaknya dapat duduk di sebalah kanan dan kiri Yesus” pada waktu perjalanan ke Yerusalem, sebelum tiba di Yerikho. Di Matius ada loncatan peristiwa, di mana si penulis kitab Matius tidak menuliskan di mana Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Yerikho, tetapi langsung menuliskan bahwa Yerus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho. Dalam naratif Mat. 20:20-28, Yakobus dan Yohanes adalah bukan satu-satunya yang memiliki masalah tersebut, murid-murid lainnya marah dengan mereka karena mereka juga ingin posisi tinggi. Kompetisi untuk status di antara rekan-rekan sangat penting dalam budaya mereka (ayat 24). 51 Kesepuluh murid lainnya menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes yang telah berusaha untuk tiba-tiba diangkat menjadi orangorang yang tertingi. Di sini kita melihat ambisi duniawi para murid. Kristus menyadari ketegangan yang timbul di antara murid-murid-Nya itu. Oleh sebab itu, Ia mengumpulkan murid-murid-Nya untuk memberi keterangan tentang hal memerintah dan melayani. Keterangan yang Bdk. ITB, LAI; Mat. 20:29 “Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia”. 51 lihat J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the Legal and Social Presuppositions of the Authors v. 1, (1977), hal.54; Bruce J. Malina, Social-Science Commentary On The Synoptic Gospels, Minneapolis, MN: Augsburg Fortress, 1993, hal. 133. 50 88 termahsyur ini terdapat juga di Markus 10:42-45 dengan kata-kata yang hampir sama. Ada perbedaan kecil antara kesaksian Matius dan Markus tentang peristiwa ini. Dalam Markus 10:35-45, disebutkan bahwa Yakobus dan Yohanes yang mendatangi Yesus dengan permintaan ini. Sedangkan Matius, yang datang adalah ibu mereka. 52 Secara indah keterangan itu menutup petunjuk-petunjuk yang Yesus berikan dalam Mat. 18-20 mengenai “pola kehidupan di jemaat Kristen.” 53 1. Struktur Teks Dalam pemberitahuan-Nya tentang “terkemuka”, Yesus menasihatkan mereka “menjadi pembesar” atau sebagai “pelayan” atau “hamba”. Ayat ini berbicara tentang perbedaan para pengikut Yesus dan yang bukan mengikut Yesus dalam memimpin atau memerintah. Sedangkan dalam gaya penulisan dalam struktur teks Matius 20:25-28 ini, penulis Injil Matius memakai gaya bahasa kiastik asimetris. Struktur teks dalam teks Matius 20:25-28, sebagai berikut : A Pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan B Pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. C Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara 52 William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28, diterj. Ferdinand Suleeman, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.1, 2009, hal.364. 53 .J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hal.399. 89 kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, C‟ dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; D Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Menunjukkan adanya keberlawanan berbeda, yakni pemerintah-pemerintah atau cara yang atau pebesar-pembesar dengan murid-muird Yesus dan Yesus dalam memimpin atau memerintah. Jadi konteks teks di atas memberikan perbedaan dengan tegas dalam memimpin atau memerintah yang dilakukan pemerintah-pemerintah dan pembesar-pembesar (ayat 25) dengan Yesus dan murid-murid-Nya (ayat 26-28) . Ide pokok yang terlihat dalam struktur khiastik-asimetris di atas adalah “dengan tangan besi” dan “dengan keras” sebagai indikator utama untuk mengenali pemerintah-pemerintah dan pembesar-pembesar dalam memerintah atau menjalankan kuasanya. Yesus memberikan pemisahan yang jelas kepada pengikut-pengikut-Nya dalam memerintah menjadi pelayan atau hamba. Itulah sebabnya, Yesus melontarkan petunjukpetunjuk bagi para murid-Nya untuk mengidentifikasi kepemimpinan pemerintah-pemrintah bangsa-bangsa dan pembesar-pembesar tersebut. Mat 20:25 berkata Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 90 ὁ δὲ Ἰηζοῦρ πποζκαλεζάμενορ αὐηοὺρ εἶπεν· οἴδαηε ὅηι οἱ ἄπσονηε ρ ηῶν ἐθνῶν καηακςπιεύοςζιν αὐηῶν καὶ οἱ μεγάλοι καηεξοςζι άζοςζιν αὐηῶν. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata (ὁ δὲ Ἰηζοῦρ πποζκαλεζάμε νορ αὐηοὺρ εἶπεν). Kata Yunani yang dimulai dari ayat ini adalah δὲ (de), Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan kata ini dengan “tetapi”. Kata δὲ (de) sebenarnya dapat diterjemahkan dengan kata lain “maka”. Jika menganalisa dua kata ini, yaitu “tetapi” dan “maka” memiliki pengertian yang berbeda apabila diterapkan pada konteks ayat sebelumnya (24), di mana para murid yang lain marah atas perimintaan ibu Yakobus dan Yohanes kepada Yesus. Kata “tetapi” memiliki pengertian bahwa bahwa ayat 25 atau bahkan ayat selanjutnya merupakan bentuk persyaratan pada apa yang terjadi pada ayat 20-24. Penulis menganalisa bahwa LAI memakai kata “tetapi”, karena hubungannya dengan topik permintaan ibu Yakobus dan Yohanes dengan perkataan Yesus pada ayat 25-28. Jika demikian, maka penggunaan kata “tetapi” memang tepat digunakan pada permulaan ayat 25. Sedangkan kata “maka” memiliki pengertian adanya reaksi terhadap peristiwa atau sikap sebelumnya. Dalam hal ini, penulis lebih tertarik menerjemahkan kata δὲ (de) dengan “maka”. Alasan penulis adalah kata δὲ (de) lebih tepat hanya merupakan kelanjutan ayat 24, bukan penghubung keseluruhan topik dari ayat 20-24 ke ayat 25-28. Hal ini akan semakin jelas, apabila kata awal bahasa Yunani ayat 24, yaitu kata kai (kai) juga diterjemahkan. Kata kai dapat diterjemahkan dengan kata “dan” atau “lalu” dan LAI tidak menerjemahkan kata 91 ini di ayat 24. Ketika kata kai diterjemahkan dengan kata “dan/lalu”, maka akan terlihat bahwa ayat 25 merupakan reaksi dari sikap Yesus terhadap kemarahan murid-murid-Nya pada Yakobus dan Yohanes di ayat 24. Jika memang demikian, maka lebih tepat jika kata de diterjemahkan dengan “maka” pada ayat 25. Apabila kata “maka” dilanjutkan dengan kata berikutnya, yaitu “Yesus memanggil mereka lalu berkata”. Kata “memanggil” berasal dari bahasa Yunani πποζκαλεζάμενορ (proskalesamenos), kata proskalesamenos berbentuk Aorist Middle Participle (AMP)54, maksudnya adalah Yesus memanggil murid-muridnya untuk datang langsung kepada-Nya karena ada tindakan utama sebelumnya, yaitu kemarahan murid-murid Yesus terhadap Yakobus dan Yohanes (ayat 24). Barclay M. Newman dan Philip Stine berpendapat murid-murid di sini menunjuk kepada Yakobus dan Yohanes, berdasarkan akhir ayat 24. 55 Tetapi di sini tidak sependapat dengan Barclay M. Newman dan Philip Stine, penulis sependapat dengan pendapat Duncan bahwa secara sosial, politik, dan budaya Yahudi para murid yang lain memarahi Yakobus dan Yohanes karena mereka juga ingin menjadi orang yang terpenting dan tertinggi dalam pemerintahan dan kemuliaan Yesus. 56 Dengan demikian semakin jelas bahwa kata de memang lebih tepat diterjemahkan “maka” di mana ini juga ditunjukkan kata proskalesamenos berbentuk kata kerja AMP. Jadi dikatakan bahwa Yesus memanggil murid-muridNya untuk datang langsung kepada karena murid-murid-Nya marah kepada 54 Aorist Middle Participle adalah kata kerja yang menunjukkan kegiatan sebelumnya kepada kegiatan yang ditunjukkan oleh kata kerja utama. Bdk. John Gresham Machen, New Testament Greek for Beginners, New York: Prentice Hall, hal. 116-117; James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal. 108-232. 55 Barclay M. Newman dan Philip C. Stane, Injil Matius, Jakarta: LAI, cet.2, 2008, hal. 632. 56 J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the Legal and Social Presuppositions of the Authors v. 1, hal.54. 92 Yakobus dan Yohanes karena permintaan ibunya dan keinginannya untuk duduk di sebelah kanan dan kiri pada waktu di kerajaan-Nya nanti. Selanjut kata εἶπεν (eipen) oleh LAI diterjemahkan “lalu berkata”. Kata kerja eipen berbentuk Aorist Active Indicatice 57 yang berarti bahwa kegiatan “Yesus berkata“ telah terjadi. Kata kerja ini dan bentuknya berbeda dengan yang digunakan oleh Markus, yaitu legei (legei) berbentuk Present Active Indicative (PAI) 58 , yaitu berarti bahwa kegiatan “Yesus berkata” sedang terjadi. Dengan demikian, seperti apa yang dikatakan Chamberlain bahwa dalam teks di Mat ius, penulis kitab Matius sedang menuliskan kembali (peristiwa yang telah terjadi) “Yesus berkata” kepada murid-murid-Nya. Tentunya ini juga nampak dan sesuai dengan kata kerja di depannya (proskalesaenos) yang berbentuk kegiatan yang telah terjadi sebelumnya atau pada masa lampau (Aorist). Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi (οἴδαηε ὅηι οἱ ἄπσονηερ ηῶν ἐθνῶν καηακςπιεύοςζιν αὐηῶν). Kata “kamu tahu” berasal dari bahasa Yunani οἴδαηε (iodate), kata iodate berbentuk Perfect Active Indicative Plural 59 (RAI) dan berasal dari kata kerja dasar εἴδυ (oido). Bentuk plural pada RAI 57 Kata kerja Aorist Active Indicative adalah kata kerja yang menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh subyek dan telah terjadi pada masa lampau, paling tidak dari sudut pandang si penulis. Dan ini terlihat pada kata proskalesamenos dengan menggunakan orang ke-3 tunggal. Bdk. William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New Testament, New York: The Macmillan Company, 1952, hal. 58-86; James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal. 108-232.. 58 Present Active Indicative (PAI), yaitu kegiatan yang dilakukan oleh subyek dan kegiatan yang dilakukan benar-benar sedang terjadi. Bdk. William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New Testament, hal. 58-86; James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal. 108-232.. 59 Perfect Active Indocative adalah kegiatan yang benar-benar telah terjadi dengan sempurna atau lengkap. Bdk. William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New Testament, hal. 58-86. 93 menunjuk pada murid-murid Yesus 60 . Maka dapat diartikan bahwa kata oidate memiliki arti “murid-murid Yesus tahu dengan cara/melalui melihat”. Apa yang diketahui murid-murid Yesus dengan cara melihat? Murid-murid Yesus mengetahui bahwa (ὅηι,hoti) pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi. Kata-kata “pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa” berasal dari bahasa Yunani ἄπσονηερ ηῶν ἐθνῶν (arxontes ton ethon). Kata arxontes dapat diterjemahkan oleh LAI: “pemerintah-pemerintah”, NIV dan RSV: “ruler”. Dalam bahasa Indonesia kata “pemerintah”61 memiliki beberapa makna, salah satu maknanya adalah “penguasa suatu negara (bagian negara)”. Jika yang dimaksud LAI dengan “pemerintah” adalah penguasa suatu negara (bagian negara atau wilayah), maka mereka “memerintah”. Kata “memerintah” berasal dari bahasa Yunani καηακςπιεύοςζιν (katakurieusin). Kata ini berbentuk Present Active Indicative (PAI), dan kata katakurieusin memiliki arti memerintah dengan berlebihan atau menjalankan kekuasaannya di luar control/tidak terkontrol. Dengan kata lain bahwa para “pemerintah” yang dibicarakan oleh Yesus sedang memerintah atau berkuasa atau sedang memegang jabatannya dengan kekuasaan yang di luar control/tidak terkontrol/sewenangwenang (LAI menerjemahkan dengan “tangan besi”). Kepada siapakah para pemerintah ini memerintah/menjalankan kekuasaan dengan tangan 60 Bdk. Pada ayat 2a:24 dan 20:25a, konteks dimana Yesus sedang bersama dan berbicara kepada murid-murid-Nya. 61 [n] (1) sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya; (2) sekelompok orang yg secara bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan; (3) penguasa suatu negara (bagian negara): ~ negeri dimisalkan pengemudi negara; negara memerlukan ~ yg kuat dan bijaksana; (4) badan tertinggi yg memerintah suatu negara (spt kabinet merupakan suatu pemerintah): beberapa anggota DPR meminta supaya ~ segera menyerahkan rancangan undangundang itu ke DPR; jawaban ~ dibacakan oleh Menteri Dalam Negeri; (5) negara atau negeri (sbg lawan partikelir atau swasta): baik sekolah ~ maupun sekolah partikelir harus dibangun tiga tingkat; (6) pengurus; pengelola: ~ perkebunan dan tambang. Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/pemerintah#ixzz2XcfUPDzM 94 besi/sewenang-wenang (di luar control/tidak terkontrol)? Kata selanjutnya yang digunakan adalah αὐηῶν (auton), yang diterjemahkan secara literal “mereka”. Kata “mereka” belum berbentuk kata yang jelas, tetapi jika dihubungkan dengan pemerintah yang memerintah dalam suatu Negara/wilayah tentu menandakan hubungan atasan dan bawahan. Jika atasannya adalah pemerintah, maka bawahannya adalah rakyata, orang-orang yang diperintah. Maka dapat disimpulkan bahwa murid-murid Yesus mengetahui bahwa para pemerintah bangsa/wilayah memerintah dengan sewenang-wenang kepada rakyatnya. Kekaisaran Roma dijalankan dengan sewenang-wenng/tangan besi oleh Kaisar yang menguasai Senat dan tentara Romawi. Ini rantai komando memberikan penekanan kepada pihak yang berwenang. Dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka (καὶ οἱ μεγάλοι κατεξουσιάζουσιν αὐτῶν). Kalimat ini dimulai dengan καὶ (kai, “dan”) memiliki arti bahwa kalimat ini merupakan kelanjutan yang tak terpisahkan dan memiliki makna yang sama dengan kalimat sebelumnya. Kalimatnya adalah “pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka”. Kata “pembesar-pembesar berasal dari bahasa Yunani οἱ μεγάλοι (hoi megaloi), dengan terjemahan literal dapat diterjemahkan bahwa pembesarpembesar adalah orang-orang yang mebuat dirinya besar. Apakah yang mereka perbuat untuk membuat diri mereka besar? Kata berikutnya yang memperjelaskan apak yang membuat mereka menjadi besar, yaitu καηεξοςζιάζοςζιν (katezousiazousin). Kata katezousiazousin adalah kata kerja yang berbentuk Present Active Indicative (PAI), yang mana LAI menerjemahkan “menjalankan kuasanya dengan keras”. Jadi para pembesar-pembesar menjadi besar dengan cara 95 menjalankan kuasanya dengan keras, dapat diterjemahkan dengan “menguasai dengan paksa”. Siapa yang dikuasai dengan paksa? Kata Yunani berikutnya menandakan orang yang dikuasai dengan paksa, yaitu αὐηῶν (auton). Seperti dengan kalimat sebelumnya, kata auton diterjemahkan secara literal adalah “mereka” yang menunjuk pada “rakyat” seperti pada kata auton pada kalimat sebelumnya. Tentunya pendapat ini lebih diperkuat di mana kata kai menjadi penghubung antara kalimat “pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka” dengan kalimat sebelumnya “pemerintah-pemerintah bangsabangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi”. Dan kata “dan” merupakan kata penghubung yang menunjukan keterikatan yang tidak bisa dilepaskan dengan antara kata/kalimat sebelum dan sesudahnya, maka apabila di tempatkan da lam tabel menjadi seperti di bawah ini : Pemerintah-pemerintah bangsa- Pembesar-pembesar bangsa Memerintah dengan tangan besi menjalankan (sewenang-wenang) kuasanya/menguasainya dengan keras (paksa) atas mereka (rakyatnya) Kesimpulan dari ayat 25 adalah kedua kalimat tersebut memiliki kesejajaran makna; pemerintah-pemerintah pembesar memerintah/menjalankan sewenang-wenang/paksaan, bahkan bangsa-bangsa dan pembesar- kekuasaannya dengan menguasai secara menindas atas rakyat mereka. 96 Mat 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, οὐσ οὕηυρ ἐζηὶν 62 ἐν ὑμῖν ἀλλ‟ ὃρ ἂν θέλῃ 63 ἐν ὑμῖν μέγαρ γενέζ θαι ἔζηαι ὑμῶν διάκονορ64, Tidaklah demikian di antara kamu. (οὐσ οὕηυρ ἐζηὶν). Ungkapan ini dalam bahasa tertentu lebih baik diungkapkan dengan “Namun di antara kalian tidak boleh begitu”, atau “ Kalian tidak boleh seperti ini, atau “seharunya bukan begitu cara kalian”. Di sini bisa juga dituliskan “Namun itu bukan cara yang sebaiknya kalian lakukan (terhadap) satu sama lain”. 65 Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, (ἐν ὑμῖν ἀλλ‟ ὃρ ἂν θέλῃ). Ungkapan ini adalah terjemahan harafiah dari bahasa Yunani yang umumnya dipakai dalam terjemahan Terjemahannya dapat juga menjadi, isalnya “dianggap besar/hebat” atau “menjadi penting”.66 hendaklah ia menjadi pelayanmu, (ἐν ὑμῖν μέγαρ γενέζθαι ἔζηαι ὑμῶν διάκονορ,). Kata ini diterjemahkan menjadi “pelayan bagi yang lain” dalam suatu terjemahan. Artinya pelayan bagi jemaat Kristen di 62 e;stai {B}. Although the combination of B and D in support of evsti,n is not insignificant, the Committee judged that the preponderant weight of the external evidence supports the future tense. The same variation occurs also in the parallel at Mk 10.43. 63 Will be great (θέλῃ εἶναι). See on Matthew 20:14. Rev. would be. 64 Minister (διάκονορ) Servant, Matthew 20:27 (δοῦλορ). Δοῦλορ, perhaps from δέυ, to bind, is the bondman, representing the permanent relation of servitude. Διάκονορ, probably from the same root as διώκυ, to pursue, represents a servant, not in his relation, but in his activity. The term covers both slaves and hired servants. The attendants at the feast at Cana ( John 2:5) are called διάικονοι. In the epistles διάκονορ is often used specifically for a minister of the Gospel (1 Corinthians 3:5; 2 Corinthians 3:6; Ephesians 3:7). The word deacon is, moreover, almost a transcription of it (Philippians 1:1; 1 Timothy 3:8, 1 Timothy 3:12). It is applied to Phoebe (Romans 16:1). 65 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633. 66 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633. 97 mana orang itu menjadi anggotanya. Terjemahan tertentu menggantinya ke dalam bentuk kata kerja, yaitu “harus melayani yang lain”. 67 Ini untuk menangani kesalahan 2 (ambisi untuk menjadi yang termulia). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat-ayat ini: Pertama, orang yang ingin menjadi besar, harus mau menjadi pelayan (diakonos); sedangkan orang yang ingin menjadi yang terkemuka/yang nomer satu (literal: „to be first‟), harus mau menjadi hamba (doulos). Pulpit Commentary: “our Lord takes occasion further to tell his disciples (ver. 25-28) that greatness in his kingdom consists not in getting service, but in doing service; not in having servants, but in being servants” [= Tuhan kita menggunakan kesempatan lebih lanjut untuk memberi tahu para murid (ay 25-28) bahwa kebesaran dalam kerajaanNya tidak terdiri dari „mendapatkan pelayanan‟, tetapi dalam „melakukan pelayanan‟; bukan dalam „mempunyai pelayan-pelayan‟, tetapi dalam „menjadi pelayan-pelayan‟]. 68 Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Orang yang hidup untuk mendapat, direndahkan. Orang yang hidup untuk memberi dan melayani, dipuji. Perhatikan kata-kata „pelayanmu‟ dan „hambamu‟ dalam ay 26-27 ini. Dalam bagian paralel dari ay 26-27 ini, yaitu Mark 10:44 dikatakan bahwa kita harus mau „menjadi hamba dari semuanya‟. Mat 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; καὶ ὃρ ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι ππῶηορ ἔζηαι ὑμῶν δοῦλορ· 67 68 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633. Pulpit Commentary, hal 300. 98 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, (καὶ ὃρ ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι ππῶηορ ἔζηαι). Kata “terkemuka” di sini menggantikan “besar” dan “hamba” menggantikan “pelayan”. Jadi “terkemuka” bisa menjadi “paling penting” atau “mempunyai kedudukan tertinggi”. Ini tentu tidak berarti bahwa kita betul-betul menjadi hamba manusia (bdk. 1Kor 7:23 - “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”) atau bahwa kita harus tunduk kepada orang-orang yang kita layani! Maksudnya adalah bahwa kita harus membaktikan waktu, karunia, tenaga, dan pikiran kita untuk orang-orang yang kita layani. Sekalipun kita harus dengan rendah hati mau melayani sesama manu sia, tetapi pada saat yang sama kita harus senantiasa sadar bahwa Tuhan adalah Tuan kita yang sebenarnya! Karena itu, pada saat orang-orang yang kita layani mempunyai keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, maka kita harus melakukan keinginan Tuhan dan bukan keinginan manusia (Kis 5:29). Ini harus dicamkan oleh hamba-hamba Tuhan yang seringkali betul-betul menjadi hamba manusia, dan bukannya hamba Tuhan Hendaklah ia menjadi hambamu; (ὑμῶν δοῦλορ·). Kata “hamba” menunjuk pada pekerjaan sederhana dalam jemaat Kristen. Suatu terjemahan menggantikan dengan sangat baik ke dalam bentuk kata kerja, sepert”harus merendahkan diri terhadap semuanya”. Hal itu juga bisa diungkapkan sebagai “seharusnya menempati kedudukan yang sangat rendah (atau sederhana)” atau lebih baik “menjadi orang yang melayani semuanya”. 99 Mat 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." ὥζπεπ ὁ ςἱὸρ ηοῦ ἀνθπώπος οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ διακο νῆζαι καὶ δοῦναι ηὴν τςσὴν αὐηοῦ λύηπον ἀνηὶ πολλῶν69. sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (ὥζπεπ ὁ ςἱὸρ ηοῦ ἀνθπώπος οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ δι 69 After pollw/n several Western witnesses (D and, with minor variations, F it syrc, hmg) add ~Umei/j de. zhtei/te evk mikrou/ auvxh/sai kai. evk mei,zonoj e;latton ei=nai) Eivserco,menoi de. kai. paraklhqe,ntej deipnh/sai mh. avnakli,nesqe eivj tou.j evxe,contaj to,pouj( mh,pote evndoxo,tero,j sou evpe,lqh| kai. proselqw.n o` deipnoklh,twr ei;ph| soi( :Eti ka,tw cw,rei( kai. kataiscunqh,sh|) VEa.n de. avnape,sh|j eivj to.n h[ttona to,pon kai. evpe,lqh| sou h[ttwn( evrei/ soi o` deipnoklh,twr( Su,nage e;ti a;nw( kai. e;stai soi tou/to crh,simon (“But seek to increase from that which is small, and from the greater to become less. When you enter into a house and are invited to dine, do not recline in the prominent places, lest perchance one more honorable than you come in, and the host come and say to you, „Go farther down‟; and you will be put to shame. But if you recline in the lower place and one inferior to you comes in, the host will say to you, „Go farther up‟; and this will be advantageous to you”). Pulpit Commentary, hal 296. Mat 18:1-4 - “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: „Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?‟ Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: „Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”. 69 After pollw/n several Western witnesses (D and, with minor variations, F it syrc, hmg) add ~Umei/j de. zhtei/te evk mikrou/ auvxh/sai kai. evk mei,zonoj e;latton ei=nai) Eivserco,menoi de. kai. paraklhqe,ntej deipnh/sai mh. avnakli,nesqe eivj tou.j evxe,contaj to,pouj( mh,pote evndoxo,tero,j sou evpe,lqh| kai. proselqw.n o` deipnoklh,twr ei;ph| soi( :Eti ka,tw cw,rei( kai. kataiscunqh,sh|) VEa.n de. avnape,sh|j eivj to.n h[ttona to,pon kai. evpe,lqh| sou h[ttwn( evrei/ soi o` deipnoklh,twr( Su,nage e;ti a;nw( kai. e;stai soi tou/to crh,simon (“But seek to increase from that which is small, and from the greater to become less. When you enter into a house and are invited to dine, do not recline in the prominent places, lest perchance one more honorable than you come in, and the host come and say to you, „Go farther down‟; and you will be put to shame. But if you recline in the lower place and one inferior to you comes in, the host will say to you, „Go farther up‟; and this will be advantageous to you”). Interpolasi ini is a piece of floating tradition, an expanded but inferior version of Lk 14.8-10. 100 ακονῆζαι). Kata “sama seperti”, dengan kata-kata ini Matius mengawali pernyataan Yesus tentang Anak Manusia sebagai teladan bagi orang-orang yang ingin menjadi murid-Nya. Dalam beberapa bahasa “sama seperti Anak Manusia” mungkin lebih baik ditulis dalam pernyataan lengkap, misalnya “Ia harus sama seperti Anak Manusia yang dating ..”, ataupun “itu sama persis dengan Anak Manusia. Ia dating bukan agar …”. Penjelasan tentang Anak Manusia (lihat 8:20). Kata “datang bukan untuk dilayani”, ungkapan ini bisa diterjemahkan dalam bentuk kalimat aktif, seperti “bukannya datang agar orang lain melayani -Nya”. Sekalipun Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua ayat-ayat yang berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas ayat-ayat itu bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir atau dilahirkan ke dalam dunia, tetapi datang ke dalam dunia. „Datang‟ berbeda dengan „lahir / dilahirkan‟ karena „datang‟ menunjukkan suatu tindakan aktif dan menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelumnya) dari Yesus, dan ini menunjukkan kekekalan dan keilahian Yesus. “Untuk melayani”, kata ini mungkin perlu obyek, seperti “untuk melayani orang lain”. Kata kerja yang dipilih untuk menerjemahkan “melayani” tidak boleh mengesankan melayani di meja makan. Kalau seorang presiden / pejabat tinggi datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah 101 merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia datang justru untuk melayani. Ada banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayan, 70 bahwa pelayanan Ia gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan dengan senang hati, bukan dengan berat hati. 71 Ia sibuk dengan pelayanan sehingga tidak sempat makan. 72 Dan perlu diingat bahwa Kristus juga pernah mengatakan bahwa seorang murid tidak lebih dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau kita tidak melayani, dan bahkan bersikap sebagai „tuan besar‟ dalam gereja, maka kita adalah murid yang lebih dari Guru kita, dan hamba yang lebih dari Tuan kita. dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (καὶ δοῦναι ηὴν τςσὴν αὐηοῦ λύηπον ἀνηὶ πολλῶν). Bentuk kata benda Yunani yang diterjemahkan “menjadi tebusan banyak orang” diubah menjadi kata kerja “untuk membebaskan banyak orang”. Kata yang dipilih untuk 70 Mark 1:38 - “JawabNya: „Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah data ng.‟”. Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: „MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”. Ia mengatakan bahwa datang untuk memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan. 71 Mark 6:30-34 - “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: „Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!‟ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yan g tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”. 72 Luk 23:43 - di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia masih melayani penjahat yang bertobat. 102 menerjemahkan “tebusan” tidak boleh mengesankan pembayaran (dengan uang) terhadap suatu hal. Latar belakang istilah itu dalam bahasa Ibrani dipusatkan pada perbuatan membebaskan, dan bukan pada pembayaran uang tebusan. Kita dapoat menerjemahkannya “membebaskan banyak orang dari dosa mereka”. 73 Puncak kerendahan hati Kristus adalah penebusan yang Ia lakukan. Pulpit Commentary: “The crowning example of his humility is that he gave his life as a ransom for the souls of men” (= Teladan puncak dari kerendahan hatiNya adalah bahwa Ia memberikan nyawaNya sebagai tebusan untuk jiwa-jiwa manusia). 74 Kata „tebusan‟ (= ransom) berarti „harga yang dibayar untuk penebusan tawanan‟. Dalam peperangan, ada tawanan. Ransom / tebusan adalah uang untuk menebus tawanan itu. Perhatikan bahwa kalau tebusan / ransom itu dibayar, tawanan itu pasti bebas. Tebusan itu dibayar kepada Bapa! Origen mengajarkan bahwa Yesus membayar tebusan kepada setan. 75 Ini adalah ajaran yang salah! Setan tidak berhak menerima tebusan apa-apa, karena manusia berdosa kepada Allah, dan karena itu Yesus harus membayar tebusan kepada Allah. Tebusan itu untuk menebus „banyak orang‟ (ay 28 bdk. Mark 10:45 Mat 26:28).76 73 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.634. Pulpit Commentary, hal 283. Bdk. Fil 2:5-8 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. 75 Pulpit Commentary, hal 297. 76 Ada pertentangan antara Calvinisme / Reformed dengan Arminianisme dalam hal ini. Calvinisme berkata: Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan (Limited Atonement), dan penebusan ini “memastikan” keselamatan orang-orang pilihan itu. Arminianisme berkata: Kristus mati untuk menebus semua orang (Universal Atonement), dan penebusan ini “memungkinkan” semua orang untuk selamat. Mat 20:28 ini adalah salah satu dasar dari ajaran Calvinisme ini. Ayat itu mengatakan bahwa Yesus menyerahkan nyawanya untuk menebus banyak (tidak semua!) orang. Memang harus diakui ada ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Yesus mati untuk menebus semua orang. Tetapi, dalam Kitab Suci, kata 74 103 "Kepemimpinan" tidak mengubah orang, tetapi untuk menawarkan mereka ruang dan kebebasan di mana perubahan dapat terjadi. Ini bukan ajakan untuk mengadopsi gaya hidup gembala, tetapi karunia kesempatan bagi dombadombanya untuk menemukan dirinya sendiri. Tidak ada keuntungan posisi sebagai pemimpin di gereja: Penggembalaan (atau kepemimpinan Kristen) bukan tuan atas orang lain atau suatu otoritas atas orang lain. Kepemimpinan bukan mengintimidasi, memaksa, menghambakan, atau mendominasi bawahan, junior, dan "domba." Tidak ada otoritarianisme, penghormatan, keunggulan posisional, senioritas, hirarki, atau keuntungan yang aneh atau tertentu untuk setiap pemimpin dalam gereja, karena “hanya” Kristus yang adalah kepala gereja (Ef 1:22, 5:23; Kol 1:18 ). Di bawah Satu Kepala, Satu Guru, Satu Pemimpin dan Satu Bapa (Mat 23:8-10), semua orang di gereja dari pemimpin tertua untuk anggota termuda semua adalah saudara dan saudari dalam keluarga, yang merupakan metafora utama untuk gereja dalam PB (Gal 6:10; Rom 8:29; Ef 2:19; 1 Tim 3:15, 5:1 -2; 1 Yoh 2:12-13).77 Kekurangan kepemimpinan Kristen mengarah ke sebuah kekurangan gereja. „semua‟, tidak selalu betul-betul berarti „semua‟! Contoh: Dalam Ro 5:18 kata „semua‟ yang pertama, betul-betul berarti „semua‟, tetapi kata „semua‟ yang kedua, tidak mungkin diartikan betul-betul „semua‟, karena kalau diartikan demikian, akan menjurus pada ajaran Universalisme (= ajaran yang mengatakan bahwa semua manusia akan masuk surga, tidak ada yang masuk neraka), yang jelas adalah ajaran sesat. Jadi, kata „semua‟ yang kedua harus diartikan „semua orang pilihan / semua orang percaya‟ 77 Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003. Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership. Jurnal, Faculty Publications: Agricultural Leadership, Education & Communication Department. Paper 51. Juni 2006,hal.300-326. 104 Carl Frederick Buchner 78 (novelis dan teolog, lahir 1926) mengatakan, "Gereja sering dikatakan seperti ketiadaknyamanan pada keluarga yang disfungsional. Ada kehadiran majelis yang otoriter,. para profesional yang merasa tahu semua jawaban dan panggilan tujuan hidupnya, beberapa orang mengihndari tantangan karena mereka tidak berani atau karena mereka merasa itu akan tidak ada gunanya jika mereka lakukan. Ada yang tampak dari luar bersahabat tetapi batin jemaat merasa kesepian. Ada aturan tidak tertulis dan agenda tersembunyi, keraguan dan perbedaan pendapat yang hanya demi kesopanan yang disimpan dan tidak terselesaikan. Ada orang dengan segala macam antusiasme dan kreatifitas yang tidak cukup sering memanfaatkan atau bahkan diakui karena kecenderungannya tidak mengganggu ketenangan tetapi terus melakukan hal -hal yang cara mereka selalu lakukan." Dari Matius 20:25-28, Yesus menjelaskan tiga hal tentang penggembalaan (atau kepemimpinan Kristen), yaitu : 1. Apa yang bukan kepemimpinan Kristen. 2. Apa kepemimpinan Kristen itu. 3. Bagaimana model kepemimpinan Kristen. 78 Carl Frederick Buchner adalah seorang novelis dan teolog yang lahir pada 11 Juli 1926 di New York. Ia adalah seorang pendeta Presbyterian ditahbiskan dan penulis lebih dari tiga puluh buku yang diterbitkan sejauh ini. Karyanya meliputi berbagai genre, termasuk fiksi, otobiografi, esai dan khotbah. Bdk. Carl Fredick Buchner, Telling Secrets, 1991. Buku ini berisi memori perjalanannya pada rasa penderitaan dalam hidupnya sendiri. Dia melihat penderitaan dan kesembuhan dengan cara yang sangat manusiawi. Dengan cara itu, saya menemukan bukunya benar-benar menyegarkan. Dia membawa kejujuran imannya, bahwa ini akan memiliki waktu yang sulit mencerna buku ini. Dia berbicara tentang Allah yang berbicara melalui hieroglif dari hal-hal yang terjadi pada kita. Premis-Nya adalah bahwa dalam menjaga rahasia dan nyeri yang tersembunyi, dimana kita melakukan tindakan merugikan diri sendiri dan untuk masyarakat. 105 Injil Sinoptik Matius, Markus, dan Lukas mengatakan hal yang sama 79 . Sebuah kegagalan gereja adalah ketika ia berfungsi dan / atau beroperasi tidak seperti dunia. Kepemimpinan duniawi jelas dan hirarki yang jelas, yaitu top-down, sehingga ketika seorang pemimpin memberikan perintah, ia mengharapkan hal itu harus diikuti dan ditaati, atau akan menghadapi konsekuensinya. Apakah ini juga bagaimana penggembalaan atau kepemimpinan gereja dilakukan? Dapat dikatakan, ketiga penulis Injil sinoptik - Matius, Markus dan Lukas - jelas menyatakan dan menjelaskan apa maksud eksplisit Yesus ketika mengatakan tanpa ketidaktegasan pada penggembalaan dan kepemimpinan Kristen : 1. Apa yang bukan penggembalaan (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk 22:25-26a), 2. Apa penggembalaan (Mt 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26b), 3. Apa penggembalaan dalam hidupnya sendiri (Mat 20:28; Mrk 10:45, Luk 22:27). Apabila membandingkan dalam Injil Yohanes katakan tentang penggembalaan atau kepemimpinan Kristen yang seperti Kristus? Selain Matius, Markus dan Lukas, Yohanes juga menunjukkan bahwa penggembalaan tidak memimpin dari tahta meneriakkan perintah dan arahan kepada junior dan bawahan. Sebaliknya, penggembalaan selalu dengan cekungan kesederhanaan, kerendahan hati, dan mencuci handuk rendah dari budak atau hamba (Yoh 13:1-5; 12-15). Bagaimana para pemimpin gereja mula-mula dan rasul? Apa yang mereka katakan tentang penggembalaan umat Allah? Bagi Paulus, gembala adalah 79 Perikop yang sama ditulis di dalam Matius 20:25-28 dan Markus 10:35-45. Apabila membandingkan dengan topic yang sama, maka di dalam Lukas dapat ditemukan dengan hal yang sama, seperti di Lukas 22:25-26 (bdk. Matius 23:11, markus 9:35). 106 seorang hamba. Paulus berkata, "Siapa Apolos? Dan siapa Paulus? Hanya hamba (diakonos), melalui siapa Anda datang untuk percaya" (1 Kor 3:5). "Ini, kemudian, adalah bagaimana Anda harus menganggap kita: sebagai hamba (diakonos?) Kristus" (1 Kor 4:1). Saat ini, istilah "hamba Allah" atau "hamba Kristus" telah menjadi sebuah gelar kehormatan, yang praktis dan fungsional mungkin berarti bahwa Anda adalah pemimpin di gereja. Tapi kata Yunani untuk hamba - Paulus menggunakan dua kata yang berbeda "douloss" dan "diakonos??", yang keduanya diterjemahkan menjadi "hamba" dalam bahasa Inggris - memiliki kehormatan di dalamnya apa pun. "Diakonos" berarti "seorang pelayan, orang yang menyajikan "underrower, makanan pendayung dan minuman," bawahan, sementara asisten, "Doulos" petugas." Paulus berarti juga mengidentifikasikan dirinya sebagai hamba / budak (doulos) Kristus di sebagian besar surat-suratnya (Rom 1:1; 2 Kor 4:5; Gal 1:10, Ef 6:06, Phil 1:1; Tit 1:01 ), yang berarti "budak, hamba, petugas." ("doula" muncul 127 kali dalam PB.) Paulus menggunakan tiga kata Yunani yang berbeda untuk "hamba" untuk mengidentifikasi dirinya. Apakah kita berpikir tentang pemimpin Kristen hari ini sebagai pelayan, bawahan, asisten, petugas dan budak? Ini adalah bagaimana Paulus menganggap dirinya sebagai hamba Kristus. Sebagai seorang hamba, dia tidak akan "berkuasa atas" iman apapun (2 Kor 1:24). (Pandangan kepemimpinan/penggembalaan yang salah sering menyebabkan perpecahan yang malang di gereja). Bagi Petrus, penggembalaan (kepemimpinan gereja) adalah bukan tuan atas kawanan domba Allah. Petrus awalnya tidak menyambut kepemimpinan pelayan Yesus dan keras menolak untuk mengijinkan Yesus membasuh kakinya (Yoh 13:6-8). Kemungkinan, dia merasa bahwa dia, sebagai 107 domba, yang lebih muda dan junior, harus menjadi orang yang membasuh kaki pemimpinnya. Tetapi kemudian Petrus berkata kepada semua rekan penatua dan pemimpin gereja hampir Yesus telah berkata kepadanya beberapa dekade sebelumnya - baik negatif dan positif: "tidak lording (katakyrieu?) Atas mereka yang dipercayakan kepada Anda, tetapi menjadi contoh bagi kawanan domba" (1 Pet 5:3). Jelas, penggembalaan harus ditunjukkan sebagai contoh hidup, bukan oleh bawahan memerintah yang merasa seolah-olah mereka tidak punya pilihan lain selain patuh.80 Sebagaimana dinyatakan di atas, penulis paling tidak memberikan pertimbangkan kepemimpinan dalam tiga bagian: 1. Apa yang bukan kepemimpinan Kristen (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk 22:25-26a) 2. Apa kepemimpinan Kristen (Mat 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26 b) 3. Apa penggembalaan/kepemimpinan dalam kehidupan Kristus sendiri (Mat 20:28; Mrk 10:45; Luk 22:27) I. Apa yang bukan Kepemimpinan Kristen (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk 22:25-26a) Hirarkis kepemimpinan dalam duniawi berbeda dengan kepemimpinan dalam kerajaan Allah. Dalam tiga teks dari Injil Sinoptik, Yesus mengkontraskan hirarki kepemimpinan dari dunia non-Yahudi dengan kepemimpinan dalam Kerajaan Allah. Para murid Yakobus dan Yohanes telah memohon Yesus (melalui ibu mereka) untuk memberi mereka 80 Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall 2004, Vol. 1, No. 2. Bdk. Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003. 108 kursi kekuasaan atas di kerajaan yang mereka pikir Yesus akan dirikan (Mat 20:20-21; Mrk 10:35-37). Dalam Luk 22:24 para murid Yesus sedang bertengkar di antara mereka sendiri untuk yang dari mereka dianggap yang terbesar. Sebagai tanggapannya, Yesus mulai dengan mengatakan kepada mereka tanpa kata-kata apa kepemimpinan Kristen (atau penggembalaan) dengan jelas (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk 22:25-26a). Kepemimpinan hirarkis adalah memiliki kekuasaan atas yang lain. Apa yang Yesus kutuk adalah pemimpin yang hanya menindas atau tirani. Dia mengutuk bentuk kepemimpinan hirarki itu sendiri. Apa itu kepemimpinan hirarkis? Ungkapan "tuan atas" (Mat 20:25; Mk 10:42) berasal dari kata Yunani (katakyrieu?) Yang berarti "membawa di bawah kekuasaan seseorang, untuk menaklukkan, menguasai, untuk terus tunduk, untuk menjadi tuan dari, latihan memerintah atas. " Kata Katakyrieu? digunakan hanya empat kali dalam PB dan selalu digunakan secara negatif. Kisah Para Rasul 19:16 mengacu pada roh jahat yang "mengalahkan" tujuh anak Skewa.) Ungkapan berikutnya "otoritas olahraga atas" (katexousiaz ?) mirip dan berarti "untuk menjalankan kekuasaan, memegang kekuasaan." Kata kerja ini hanya digunakan dua kali dalam PB (Mat 20:25; Markus 10:42). Yesus dengan jelas menggambarkan gaya kepemimpinan dibangun di atas struktur sosial rantai-perintah. Hal ini berakar pada gagasan bahwa kekuasaan dan otoritas mengalir dari atas ke bawah. Kepemimpinan hirarkis berakar dalam konsep duniawi kekuasaan. Hal ini menjelaskan mengapa endemik untuk semua birokrasi tradisional. Hal ini hadir dalam bentuk setan hubungan tuan atau hamba. Hal ini hadir di 109 seluruh dunia militer dan korporasi. Hal ini digunakan di mana-mana dalam budaya sekuler. Harus juga ada di gereja? Tidak ada menurut Yesus. Tapi sayangnya gereja sering beroperasi dengan bentuk seperti kepemimpinan hirarkis juga.81 Mengapa kepemimpinan hirarkis yang tidak diinginkan bagi umat Allah? Ini mengurangi interaksi manusia dalam hubungan gaya-perintah. Hubungan seperti itu asing bagi pemikiran dan praktek dalam PB. Yesus tidak berbasa-basi, tegas dan eksplisit mengecam kepemimpinan hirarkis, Dia mengatakan, (Mat 20:26, Mrk 10:43, Luk 22:26) "Tidak demikian halnya dengan kamu, kamu tidak harus seperti itu.". Tidak ada ruang dalam pengajaran Yesus untuk model kepemimpinan hirarkis, yang duniawi dan sekuler dan bertentangan dengan Kristen. Matthew Henry 82 , dalam komentarnya di Matius 20:20-28, menulis, "Jadi keras adalah untuk orangorang yang sia-sia, bahkan orang-orang yang baik, memiliki kewenangan tersebut, dan tidak boleh sombong dengan itu, dan jangan lebih terluka daripada baik dengan itu, bahwa Tuhan Yesus melihat cocok sepenuhnya untuk membuang itu dari gerejanya. " Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah (Mzm 24:1), termasuk setiap sen yang kita miliki. Alkitab juga mengatakan bahwa umat Allah harus memuliakan Tuhan dengan kekayaan mereka (Amsal 03:09). Maleakhi menantang umat Tuhan untuk perpuluhan (Maleakhi 3:10). Ketika kita orang 81 Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry. Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership, hal.300-326. 82 Matthew Henry, Matthew, Matthew Henry‟s Commentary The Whole Bible, Hendrickson Publishers, 2008. Lih. Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003. 110 gembala Allah, kami mendorong mereka untuk menjadi pelayan yang baik dari uang mereka, dimulai dengan persepuluhan. Persepuluhan adalah pemberian buah sulung kita kepada Allah (Ulangan 26:1-2, 10), bukan sisa - setelah kami telah menghabiskan pada apa yang kita inginkan. Kami membujuk, nalar dan daya tarik dengan orang Kristen untuk memberikan perpuluhan mereka, sulung mereka kepada Allah. Tapi kita tidak tuan atas mereka dan menjalankan otoritas kami atas mereka untuk memeras persepuluhan dari mereka. Tidak menjalankan kewenangan atas orang lain tidak berarti bahwa tidak ada disiplin gereja. Beberapa mungkin berpikir bahwa tidak lording atas orang lain berarti bahwa gereja memungkinkan orang lain untuk melakukan apapun yang mereka inginkan. Ini tidak begitu, karena Yesus memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana untuk menangani dengan dosa di dalam gereja (Mat 18:15-17).83 Hasil kepemimpinan hirarkis hampir semuanya buruk. Menurut Yesus, penggembalaan tidak seperti kepemimpinan hirarkis, yang dengan mudah morphis menjadi model memuakkan menekankan ego untuk gembala. Ketika gembala melakukan "tuan atas" kepemimpinan, mereka: 1. Membuat asumsi bahwa orang lain harus melayani / mentaati pemimpin mereka dalam rangka untuk melayani / taat kepada Allah. 2. Secara fungsional menggantikan Roh Kudus, yang adalah Allah. 3. Apakah kekerasan terhadap kepemimpinan yang ada dalam Allah Tritunggal. 83 Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry. 111 4. Mereka sendiri menekankan status, pangkat, jabatan, kehormatan, kemuliaan dan kuasa. 5. Mempromosikan elitisme dan eksklusivitas. 6. Menekan kebebasan (berfungsi anugerah) dari Anak Allah. 7. Mencegah berpikir kritis. 8. Pecahnya citra gereja sebagai keluarga yang penuh kasih. 9. Menghambat kemajuan umat Allah. 10. Tempatkan keterbatasan parah pada kepemimpinan Kristus. II. Apa Kepemimpinan Kristen (Mt 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26 b) Bagaimana Yesus mengkontraskan kepemimpinan hirarkis dari penggembalaan (atau kepemimpinan Kristen)? 84 Penggembalaan (Kristus-seperti Hirarki Kepemimpinan Kepemimpinan Kristen) "Di antara" orang lain. Menghormati "Atas" orang lain. Mengontrol orang orang lain. Umum. Inklusif. Dari lain. Elite. Eksklusif. Dari atas ke bawah. bawah ke atas. Berdasarkan posisinya, tingkatan, status, Berdasarkan karakter ilahi. dan jabatan penghormatan. Diukur dengan keunggulan, Diukur dengan kerendahan hati dan 84 Bdk. Don Page dan Paul T.P. Wong, A Conceptual Framework for Measuring ServantLeadership, Langley: Trinity Western University, Chapter 5. Bdk. juga Ralph Lewis, larry C. Spears, and Berth A. Lafferty, Myers-Briggs dan and Servant-Leadership: The Servant-Leader and Personality Type, The Spears Center For Servant-Leadership, Ralph Lewis Associate. 112 daya/kekuatan eksternal dan pengaruh penghambaan. politik. Menjauhi Memanfaatkan posisi mereka penghormatan khusus, untuk menganggap diri mereka sebagai memerintah atas orang lain. "lebih muda." Mengalir dari kelemahlembutan Beroperasi pada struktur sosial rantai seperti anak-anak dan pelayanan perintah politis. pengorbanan. Menyebabkan kekaguman, keheranan, Menanamkan rasa takut manusia. dan kebebasan. Penggembalaan tidak bersikeras untuk ditaati atau dilayani. Mat 20:26-27 (Mrk 10:43-44) mengatakan, "Tidak demikian halnya dengan kamu. Sebaliknya, siapa pun yang ingin menjadi besar di antara kamu harus menjadi pelayanmu (diakonos), dan barangsiapa ingin menjadi yang pertama harus menjadi budakmu (doulos). " Diakonos (pelayan, pelayan) dan budak (doulos) adalah dua dari posisi terendah dalam masyarakat Yahudi. Hamba dan budak tidak akan pernah berharap bahwa siapa pun akan melayani mereka atau mentaatinya. Yesus secara jelas menggambarkan penggembalaan dalam hal telanjang dan merendahkan seperti itu. Akibatnya, ia membalikkan status mereka dalam komunitas para murid untuk menunjukkan keunggulan dan kebesaran dengan menjadi kecil dan terendah (Mat 23:11-12, Luk 9:48). Paulus memahami menjadi hina dan yang terburuk (1 Kor 15:9, Ef 3:8; 1 Tim 1:15). Penggembalaan umat Tuhan harus ditandai dengan 113 tidak mengasumsikan bahwa orang-orang untuk melayani pemimpin mereka karena ketaatan mereka tidak perlu diragukan lagi. Prinsip-prinsip ini berlaku tidak hanya untuk penggembalaan di gereja tetapi juga dalam semua hubungan manusia (Ef 5:21-6:09).85 Pemimpin atau Gembala bertindak seperti mereka memiliki setidaknya klaim untuk memimpin orang lain. Setelah, para murid berdebat tentang "siapa di antara mereka dianggap yang terbesar" (Luk 22:24), yang merupakan masalah abadi manusia. Kegagalan setiap orang adalah untuk ingin besar, atau setidaknya lebih besar dari beberapa orang lain. Ini sengaja memproyeksikan citra kebesaran tentang diri kita sendiri, seperti menjadi orang yang kuat dan berkuasa, atau bahkan sebagai orang baik dan peduli. Gembala mungkin sangat rentan terhadap proyek kehebatan mereka sendiri sebagai Gembala Agung. Sebagai tanggapan, Yesus berkata, "yang terbesar di antara kamu harus seperti yang termuda, dan orang yang memerintah seperti orang yang melayani" (Luk 22:26). "Yang terbesar di antara kamu" mungkin pemimpin gereja dan orang-orang dengan status dan kekuasaan, dan "harus seperti yang termuda" mungkin mereka yang memiliki setidaknya klaim untuk memerintah orang lain. Seorang pemimpin gembala (kepemimpinan Kristen) tidak akan menjadi tuan atas orang lain ketika mereka tahu bahwa mereka memiliki setidaknya klaim untuk memimpin orang lain. 86 Pemimpin Gembala (kepemimpinan Kristen) berlatih saling takluk terhadap orang lain. Pemimpin Gembala (pemimpin Kristen) tidak untuk 85 Bdk. juga Ralph Lewis, Larry C. Spears, and Berth A. Lafferty, Myers-Briggs dan and Servant-Leadership: The Servant-Leader and Personality Type. Bdk. Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2. 86 Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership, hal.300-326. Lih. Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2. 114 menguasai dan tuan atas kawanan domba Allah tetapi praktik saling takluk satu sama lain (Ef 5:21). Tidak hanya harus pemuda tunduk kepada pria yang lebih tua, tapi pria yang lebih tua juga harus "pakaian (diri) dengan kerendahan hati terhadap satu sama lain" (1 Pet 5:5). Paulus, pemimpin besar, tidak menutup kemungkinan atas orang lain, tetapi "membuat dirinya hamba kepada semua orang" (1 Kor 9:19). Model Kepemimpinan (Mat 20:28; Mrk 10:45; Luk 22:27) Hidup dan mati, Yesus melayani (bukan tuan atas) kita untuk kebaikan utama kami. Matius 20:28 mengatakan, "sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Setelah menyatakan apa yang muridmuridnya tidak boleh dan harus lakukan sebagai pemimpin atau gembala, Tuhan Yesus memberi contoh-contoh kerendahan hati dan merendahkan sebagai cara penggembalaan yang benar. Yesus, sebagai Anak Manusia dan Raja segala raja, seharusnya dilayani oleh semua. Tapi dia tidak hanya hidup sebagai hamba tetapi dia juga meninggal sebagai kurban. Dalam melayani, ia pergi tentang berbuat baik terhadap semua manusia, dalam sengsaranya ia melakukan kebaikan terbesar bagi semua manusia. Itu niatnya sepanjang datang ke dunia ini untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan (Mrk 10:45). 87 Yesus tidak menggunakan haknya untuk tuan atas orang lain. Jika pernah ada orang yang bisa berhak tuan atas orang lain dan berotoritas atas mereka, maka orang tersbut akan menjadi Yesus. Namun, Yesus tidak datang untuk 87 Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hal. 371. Bdk. Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall 2004, Vol. 1, No. 2. Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership, hal.300-326. 115 menggunakan haknya sebagai Tuhan dan Raja yang berhak dapat memerintah seluruh rakyatnya, termasuk gereja. Dia berkata, "Sebab siapakah yang lebih besar, orang yang berada di meja atau yang melayani? Apakah bukan orang yang ada di meja? Tapi aku di antara kamu sebagai orang yang melayani" (Luk 22:27). Yesus yang benar bisa dilayani, dilayani orang lain seperti pelayan, menunggu di meja. Yesus merendahkan begitu sempurna serta orang mengenalinya siapa dia sesungguhnya, karena ia membuat dirinya tiada apa-apa dan menjadi subyek dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:5 -8). Saat Yesus sedang sengsara, Ia diejek sebagai orang yang tidak memiliki kekuatan dan tidak ada pengaruh. Pemimpin atau gembala terbaik dalam Alkitab adalah ayah dari anak yang hilang (Luk 15:11-32). Ketika anak bungsunya memiliki perasaan egois dan tidak masuk akal dalam permintaan untuk memiliki bagiannya dari warisan ayahnya, Luk 15:12 mengatakan, "Jadi dia membagi hartanya di antara mereka." Para ayah yang memiliki hak dan kewenangan untuk menolak permintaan anaknya bukan tuan atas dirinya atau menjalankan otoritas kebapaan atasnya. Sebaliknya, ia mengambil rasa sakit yang memilukan yang diakibatkan atas sikap egois dan tak berperasaan dari permintaan anaknya dan menyerah pada dirinya. Dia tidak memaafkan atau menyetujui permintaan anaknya. Tapi ia ingin anaknya untuk mencintainya dengan bebas, dan bukan karena ia tidak punya pilihan. Sang ayah juga tidak menjadi tuan dan menjalankan kekuasaannya atas kemarahan anak yang lebih tua, tapi ia dibujuk, dengan memberikan alasan yang masuk akal dan memintanya untuk bergabung ke dalam pesta di rumah untuk menyambut dengan bahagia anaknya yang lebih muda. Allah adalah seperti bapa kedua anak-anak- 116 Nya yang hilang. Bagaimana mungkin ayah begitu murah hati untuk kedua anak anaknya? Sang ayah adalah ramah kepada semua anak-anaknya kecuali satu anak. Pernah ada anak lain yang berteriak kepada ayahnya untuk menyelamatkannya. Pada malam sebelum ia meninggal, ia berdoa dalam penderitaan dengan keringat itu seperti tetesan darah jatuh ke tanah, "Bapa, ambillah cawan ini (penderitaan) dari saya" (Mat 26:39; Mrk 14:36, Luk 22: 42). Dia tidak bisa menanggung penderitaan siksaan atas kematian yang akan dialami. Saat Yesus meninggal, Ia berteriak, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku" (Mat 27:46; Markus 15:34). Berbeda dengan ayah yang mengulurkan tangan untuk kedua anaknya hilang, Bapa ini adalah diam dan memalingkan wajahnya. Anak ini memang ditinggalkan oleh Bapa-Nya dan ditinggalkan untuk mati dalam kesendirian. Mengapa Bapa ini melakukan hal ini? Itu untuk memungkinkan dia untuk mati sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28; Markus 10:45). Itu supaya dia bisa memperpanjang cinta dan kasih karunia-Nya kepada semua anakNya yang hilang lainnya. 88 Hanya mengenal Yesus yang bukan tuan atas kita, memungkinkan kita untuk bukan tuan atas orang lain. Kita tidak bisa mengubah diri kita sendiri. Jika kita telah menjadi tuan atas orang lain selama beberapa dekade, kita bisa tiba -tiba berhenti? tidak. Namun, kita bertanggung jawab untuk berhenti. Kita tidak pernah bisa mengubah diri kita sendiri. Namun, ketika kita melihat Yesus yang menjadi tebusan untuk menebus kita, sesuatu terjadi. Sesuatu yang misterius, megah, mengagumkan dan ajaib menyentuh hati kita dengan cara yang tidak dapat ditolak 88 Bdk. Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, hal. 369-371. Bdk. Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2. 117 atau menolak. Hanya Yesus menjadi tebusan bagi kita (Mat 20:28, Mrk 10:45) bahwa kita dapat menyampaikan, membebaskan dan dibebaskan. Hanya Yesus terkutuk bukan kita (Gal 3:13) supaya kita dapat diberkati. Hanya Yesus menjadi dosa bagi kita (2 Kor 5:21) supaya kita bisa menjadi orang benar. Hanya Yesus membayar harga yang mahal dari dosa yang kita seharus nya bayar (Rom 6:23 a) supaya kita memungkin mulai hidup baru. Hanya Yesus mati untuk dosa-dosa kita (1 Kor 15:03; 1 Pet 3:18) supaya kita yang seharusnya mati dapat hidup. Hanya mengenal Yesus yang bukan tuan atas kita - memungkinkan kita untuk tidak menjadi tuan dan mengintimidasi orang lain. Hanya mengenal Yesus - yang meninggal sebagai tebusan kita - memungkinkan kita untuk mencintai dan menghormati orang lain dari hati kita. Kesimpulan. Dalam teks ini, Yesus mengajar para murid bahwa kebesaran sejati dalam kerajaan Allah mengharuskan seseorang untuk menjadi seorang hamba dan budak. Jelas, itu radikal bagi Yesus untuk mendefinisikan kebesaran dalam hal kehambaan. Orang Yahudi merasa dirinya bebas, tetapi mereka menganggap nonYahudi sebagai budak sosial.89 Untungnya, baik dalam arti Yahudi menjadi budak Allah dan umum Yunani-Romawi praktek menjual diri ke perbudakan memberikan model konseptual bagi mereka untuk menganggap diri mereka sebagai telah menjadi " budak "dari Kristus. 90 Dengan demikian, mereka akan memiliki beberapa konsep subyek penundukan untuk kemauan dan diperintah orang lain. Yesus menyimpulkan 89 Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. (Downer‟s Grove, IL: InterVarsity Press), 1993, hal.163. 90 Bartchy, S.S. “Servant; Slave,” International Standard Bible Encyclopedia. Edited by Geoffrey W. Bromiley. Vol. 4. 2d ed. (Grand Rapids: W. B. Eerdmans Publishing Company), 1988, hal.420. 118 dengan menyatakan teladannya bagi mereka untuk mengikuti: "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (20:28). Yesus mungkin sedang menyinggung sini untuk hamba yang menderita dari Yesaya 53, yang menawarkan kehidupan-Nya atas banyak orang. Ini juga merupakan standar Yahudi "berapa banyak lagi" (qal vahomer) argumen: Jika tuannya dilayani, berapa banyak lagi yang harus mereka lakukan juga. 91 Murid-murid Kristus dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya tentang kerendahan hati, melayani dan pengorbanan diri sendiri. 92 Dalam terang Matius 20:25-28, apa yang bisa dikatakan kepemimpinan hamba hari ini? Empat prinsip aplikasi akan disorot dari pembahasan sebelumnya. Pertama, benar-benar pelayanan "besar" harus ditandai dengan tidak mementingkan diri sendiri. Seseorang tidak harus mencari posisi atau kekuasaan, kebesaran jabatan yang dicapai hanya melalui jasa dan pengorbanan diri. Hal ini bertentangan dengan filosofi kepemimpinan yang berlaku, yang mendorong "salah satu cara bekerja menuju puncak (kekuasaan, kebesaran, jabatan, uang)" dan "berjuang mempertahankan posisi kekuasaan." Ketika tempat hamba Allah dalam posisi tanggung jawab dan komando, mereka harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan itu. Sebaliknya, mereka harus menjaga sikap ketaatan sebagai hamba. Tidak peduli apa tugas uang tuan minta mereka untuk lakukan, tidak ada tempat untuk sombong, karena mereka hanya melakukan apa yang diminta dari mereka sebagai hamba Allah. Mereka harus melaksanakan tugas mereka dalam rendah hati, layanan rela berkorban untuk orang lain. 91 Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament, hal.100. Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary. Edited by David A. Hubbard and Glenn W. Barker. Vol. 33B. (Dallas: Word Books, Publisher), 1995, hal.581. 92 119 Kedua, mereka yang benar-benar dalam posisi seorang hamba menyadari bahwa status mereka tidak didasarkan pada siapa mereka atau apa yang mereka lakukan, tapi kepada siapa mereka milik. Mereka tidak memiliki status mereka sendiri tetapi hanya menyandang status tuan mereka. Mereka tidak akan berusaha untuk mendapatkan status berdasarkan setiap pekerjaan yang dilakukan, atau prestasi. Sebaliknya, semua kekuasaan dan kemuliaan dilakukan untuk Yesus Kristus. Tidak diperlukan perjuangan untuk pengakuan manusia dimana untuk menandakan seorang pemimpin yang rendah hati. Ketiga, hamba berutang ketaatan eksklusif dan mutlak pada tuannya. Apapun yang tuan katakan kepada mereka untuk melakukan mereka harus bersedia untuk mematuhi perintah-Nya. Seorang hamba sadar akan fakta bahwa ia telah kehilangan semua hak untuk merdeka dan secara lengkap tunduk kepada kehendak tuannya. Keempat, hamba tidak berusaha dengan usaha mereka sendiri untuk menyediakan kebutuhan mereka dan mengumpulkan harta duniawi yang besar. Sebaliknya, hamba bergantung pada penyediaan tuannya. Tuan akan selalu melihat bahwa hamba memiliki apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Pegawai mengakui bahwa segala sesuatu yang mereka telah miliki atau dapat adalah milik tuan. Kaum materialisme memandang bahwa mere ka mengejar kekuasaan, jabatan, uang dan lainnya sebagai usaha menjaring "keamanan finansial", sedangkan bagi hamba, pencarian harta duniawi hanya sebagai tambahan dari pencarian terlebih dari dari Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat.6:33). 120 Singkatnya, jelas bahwa permintaan Yakobus dan Yohanes mencerminkan perspektif terdistorsi nilai-nilai kepemimpinan masyarakat mereka, dimana kebaikan terbesar tampaknya bahwa yang melayani diri dengan mencari kehormatan, posisi, kemuliaan dan prestise. Namun, kerajaan yang dibawa oleh Yesus mendefinisikan kebesaran kepemimpinan dengan cara-dalam hal kehambaan sepenuhnya berlawanan. Cara ini asing bagi dunia dan sifat manusia, namun itu adalah jalan Yesus dan demikian menjadi cara murid-Nya. Muridmurid Kristus harus ditandai dengan kerendahan hati dan kehambaan yang ditandai Jesus.93 DAFTAR PUSTAKA Alfred Plummer, An Exegetical Commentary on the Gospel According to S. Matthew (London: Robert Scott, 1909), Antonia Fraser, Cromwell: Our Chief of Men (St. Albans: Panther, 1975) A. Richardson, An Introduction to the Theology of the New Testament,( London, 1961) Bartchy, S.S. “Servant; Slave,” International Standard Bible Encyclopedia. Edited by Geoffrey W. Bromiley. Vol. 4. 2d ed. (Grand Rapids: W. B. Eerdmans Publishing Company, 1988) B. Reicke, “Synoptic Prophecies on the Destruction of Jerusalem,” in Studies in New Testament and Early Christian Literature, Fs. A. P. Wikgren, ed. D. E. Aune (Leiden: Brill, 1972), Ben F. Meyer, The Aims of Jesus (Philadelphia: Fortress, 1979) B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).Carson Pue, Mentoring Leader, Yayasan Andi Ofset, Yogjakarta, 2005.) C Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 93 Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary, hal.583. 121 C. F. D. Moule, “St. Matthew‟s Gospel: Some Neglected Features,” SE 2 (1964): 90-99; Moule) D.A. Carson, Douglas J. Moo, dan Leon Morris, An Introduction to New Testament, (Grand Rapids: Zondervan), Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru: Volume 1, (Surabaya: Momentum, penerj. Hendry Ongkowidjojo, cet.2, 2010), E. J. Goodspeed, Matthew: Apostle and Evangelist, (Philadelphia: J. C. Winston, 1959). F. W. Beare, The Gospel According to Matthew (Oxford: Blackwell, 1981), Fry, L. W. Toward a theory of spiritual leadership. (Leadership Quarterly, 2003) Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary. Edited by David A. Hubbard and Glenn W. Barker. Vol. 33B. (Dallas: Word Books, Publisher, 1995) Henri Nouven, The Way of The Heart, Ballantine Books, 1981 Jansen Sinamo, Kerja Profesional,( Bina Media Informasi, Jakarta. 2012) Jansen H. Sinamo, Agus santosa, Pemimpin Kredibel,Pemimpin Visioner(,Jakarta, Intitut darma Mahardika 2002,) John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di sekeliling anda(,Mitra Media,2001) . John P. Meier, The Vision of Matthew: Christ, Church, and Morality in the First Gospel (New York: Paulist, 1979 J. A. T. Robinson, Redating the New Testament (Philadelphia: Westminster, 1976) Martin Hengel, Studies in the Gospel of Mark (Philadelphia: Fortress, 1985), J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003 John Gresham Machen, New Testament Greek for Beginners, New York: Prentice Hall Johnson, S. D., & Bechler, C.c. Examining the relationship between listening effectiveness and leadership emergence: Perceptions, behaviors, and recall. (Small Group Research, 1998) 122 James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908 J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the Legal and Social Presuppositions of the Authors v. 1 James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908 J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal.401. Bdk. mis. Gerhardus von Rad, Theologie des Alten Testaments, Munchen, 1960 John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership. Jurnal, Faculty Publications: Agricultural Leadership, Education & Communication Department. Paper 51. Juni 2006 Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall 2004 Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006 John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. (Downer‟s Grove, IL: InterVarsity Press), 1993 M. Smallwood, The Jews Under Roman Rule (Leiden: Brill, 1976) Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang: Departemen Literatur YPII, 1999) Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003 R.H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art, Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on his Literary and Theological Art, (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1982) Shuster, J. Transforming your leadership style. (Association Management, 1994) 123 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, AB 26 (Garden City, N.Y.: Doubleday, 1981), Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.11, 2012) William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New Testament W. L. Lane, The Gospel According to Mark, NICNT (Grand Rapids: Eerdmans, 1974) Wolff, S. B., Pescosolido, A. T., & Druskat, V. U. Emotional intelligence as the basis of leadership emergence in self-managing teams. (Leadership Quarterly, 2002) 124