83 MEMIMPIN SEPERTI YESUS MEMIMPIN BERDASARKAN

advertisement
MEMIMPIN SEPERTI YESUS MEMIMPIN BERDASARKAN MATIUS
20:25-28
Pan Djun Tjhong
ABSTRACT
Leadership is a tricky word that has multi interpretation. The writer in this case
would like to make an attempt to converge the ever broadening meaning of the
word Leadership in to a common acceptable one the churches should implement.
Having studied exegetically the book of Matthew 20:25-28, the writer arrived at
the conclusion that Jesus like Leadership is basically Servant Leadership that is
not hierarchical but rather down to earth. Not leading from the top but leading in
the midst.
Keywords: Leader, Leadership, Leading, Like Jesus
PENDAHULUAN
Kepemimpinan menurut Yesus untuk Kepemimpinan Gereja
. Kepemimpinan adalah soal mempengaruhi orang lain sehingga mereka
mau mengikuti, Untuk menggerakkan orang ke suatu arah yang baru, dibutuhkan
pengaruh yang hanya di miliki pemimpin seperti definisi John Maxwell tentang
Kepemimpinan yakni “Kepemimpinan adalah Pengaruh” 41
Perubahan adalah realitas mendasar bagi kehidupan organisasi dan tidak
ada pemimpin yang kebal terhadap perubahan, selama momen-momen perubahan
atau ketidakpastian yang besar, orang mencari pemimpin untuk bereaksi cepat
menghadapi masalah-masalah dengan melakukan : memprediksi perubahanperubahan yang akan terjadi, menemukan solusi ketika masalah tersingkap,
pemecahan
masalah
yang
enteraktif,
hikmat
menghadapi
perubahan,
41
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di sekeliling anda,Mitra
Media,2001, hal 2
83
membandingkan tehnik-tehnik yang digunakan dalam kepemimpinan dengan
kepemimpinan yang lainnya. 42
Pemahaman pemimpin yang minim terhadap pelayanan sebagai sebuah
tim karena kekurang pengertian terhadap definisi tim yang berbeda dengan
kelompok kerja, sehingga menyimpang dari tujuan tim, Carson berpendapat
tentang definisi tim : sekelompok orang yang saling bergantung,
yang
berkomitmen terhadap sebuah maksud bersama, yang memilih bekerja sama untuk
mencapai hasil-hasil yang luar biasa dmi kemuliaan Allah. 43
Siapapun
dapat mengemudikan
kapal,
namun
dibutuhkan
seorang
pemimpin untuk menentukan arahnya. Perencanaan perjalanan, mempelajari
metode-metode serta penjelajah
lain yang berpengalaman.seorang pemimpin
yang baik tetap menjaga focus. Jack Welch,GE berkata:” mengendalikan arah
anda adalah lebih baik dari pada dikendalikan olehnya” Pemimpin yang
melakukan navigasi sudah melihat seluruh perjalanannya sebelum berangkat dari
dermaga. Mereka memiliki visi untuk tujuan akhirnya, mereka memahami apa
syaratnya untuk tujuan akhirnya. Tahu siapa yang dibutuhkan dalam tim,
menyadari penghalang-penghalang yang jauh sebelum muncul di cakrawala. Visi
adalah rumusan adalah rumusan dari salah satu atau gabungan dari apa yang harus
dicapai,apa yang harus penulis punyai, penulis harus menjadi apa dimasa depan,
sementara misi adalah rumusan dari salah satu atau gabungan apa yang haru s
penulis lakukandan apa yang harus penulis selesaikan, tugas apa yang harus
penulis laksanakan. Peter M . Senge percaya visi adalah “The What” yaitu
42
43
. Carson Pue, Mentoring Leader, Yayasan Andi Ofset, Yogjakarta, 2005. Hal 276.
Ibid. Hal 191.
84
gambaran masa depan yang ingin penulis ciptakan, sedangkan misi adalah “The
Why” yaitu alasan mengapa organisasi ada atau didirikan pada awalnya. 44
Nicolo Machiavelli didalam bukunya Il Principe mencoba menjawab
sebuah pertanyaan klasik tentang mengapa aku menjadi pemimpin? Jawabannya “
Karena untuk berkuasa” setelah memiliki kekuasaan aku memimpin untuk
mengamankan kekuasaanku ! ”Setelah semua kekuasaanku aman,aku memimpin
agar aku tetap berkuasa ! ”Machiavelli membahas persoalan penting perihal
kehormatan seorang pemimpin. Dia percaya suatu masalah harus dipahami
sebagaimana adanya dalam kenyataan,dan bukan sebagaimana masalah itu
dibayangkan. Seorang pemimpin yang ingin bertindak terhormat akan kecewa
berada diantara benak manusia yang tidak berjiwa kesatria.
45
Machiavelli
menganjurkan agar pemimpin tidak mengharamkan usaha untuk bertindak secara
tidak kesatria termasuk berbuat kejahatan. Pemimpin tidak boleh takut sedikitpun
menghadapi tuduhan melakukan kejahatan, kalau kejahatan itu perlu demi
keselamatan Negara. Beberapa hal yang tampaknya baik, jika dilakukan akan
membawa kehancuran sedangkan beberapa hal yang tampaknya jahat mungkin
mendatangkan keamanan dan kemakmuran. Dalam hal ini Machiavelli jelas
mengabaikan Integritas seorang pemimpin.
persen
dengan
pendapat
Nicolo
46
Penulis boleh tidak setuju seratus
Machiavelli
pendapatnya membuat penulis-bertanya-tanya
tetapi
bukankah
sebagian
sepertinya tidak sedikit dari
pemimpin-pemimpin penulis baik yang di sekular maupun yang di Gereja yang
44
Jansen H. Sinamo, Agus santosa, Pemimpin Kredibel,Pemimpin Visioner,Jakarta,
Intitut darma Mahardika 2002,Hal 162
45 Ibid; hal 3
46
Ibid; hal 4
85
sudah membaca, setuju dan menerapkan ide-ide Pak Nicolo Machiavelli di dalam
kepemimpinannya.
Jadi seharusnya kepemimpinan yang bagaimana yang paling relevan
dewasa ini diterapkan di dalam kepemimpinan Gereja?
Didalam kepemimpinanj gerejawi maupun bukan gerejawi maka tolok
ukur yang harus dipakai bukankah yang menurut yesus yang paling relevan,
dalam hal ini penulis menggunakan pola kepemimpinan
Yesus yang tertuang
dalam Matius 20:25-28
Matius 20: 25 – 28 “ Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu,
bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan
tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka. Tidaklah demikian diantara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Tahun penulisan Injil Matius tidak dapat dipastikan, ada banyak pendapat soal ini.
Hal yang pasti adalah bahwa Injil ini tidak mungkin ditulis sesudah tahun 100
Masehi. Karena Ignatius dari Antiokhia sudah mengutip dari Injil Matius pada
awal Abad Kedua. Kami menerima kemungkinan bahwa Injil ini telah ditulis
sebelum tahun 70 Masehi, beberapa saat setelah Injil Markus beredar di t engahtengah komunitas Kristen mula-mula. Namun karena pertimbangan situasi
persebaran komunikasi yang tidak segampang sekarang, Injil Matius baru beredar
luas pada rentang waktu tahun 80-100 Masehi.
Mengenai tempat di mana Injil ini ditulis, juga tidak ad a petunjuk
eksplisit. Meski begitu, akhir-akhir ini mayoritas penafsir lebih cenderung
86
menerima Antiokhia (Syria) sebagai tempat penulisannya. Pendapat ini lebih
banyak dianut karena pertimbangan internal Injil itu sendiri.
Bentuk bagian ini adalah khas Matius. Bagian ini adalah berbetuk nasihat
„pengarahan terperinci‟ yang menetapkan tema dari pelayanan pengajaran
Yesus
dalam
hubungannya
dengan
“datanglah
kerajaan-Mu”
47
.
Tekanannya ialah “pelayan-melayani” pada kedatangan Yesus bagi dunia.
Menurut Alkitab Terjemahan Baru (ITB) yang diterbitkan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia48, maka Matius 20:25-28 merupakan bagian
akhir dari judul perikop “Permohonan ibu Yakobus dan Yohanes Bukan
memerintah melainkan melayani”. Ketika dihubungkan kepada struktur
dan garis besar kitab Matius, maka merupakan bagian ke-5 perihal
penghakiman (19:2-26:2)49.
Topik peristiwa dari Matius 20:20-28 adalah bagian kelanjutan
bagaimana mengikut Yesus dan apa upah mengikut Yesus. Hal ini
Nampak pada perikop sebelumnya, yaitu Orang muda yang kaya (19:1626), Upah mengikut Yesus (19:27-30), Perumpamaan tentang orang-orang
upahan di kebun anggur (20:1-16). Dan tempat peristiwa ini terjadi pada
perjalanan Yesus ke Yerusalem. Jika melihat pada ayat selanjutnya di
Mat.20:29 terkesan pada peristiwa “permintaan ibu Yakobus dan Yohanes
meminta Yesus supaya kelak di Kerajaan Yesus, anaknya dapat duduk di
Bdk. Dalam Doa Bapa Kami, tercatat, “… datanglah kerajaan-Mu..”. Kerajaan-Mu
dalam konteks Matius adalah Kerajaan Sorga/Allah, seperti ayat-ayat lainnya yang tercatat di Injil
Matius, seperti 5:3,10,20; 13:24,31,44; 18:1,3; 20:1.
48 Lembaga Alkitab Indonesia, Terjemahan Baru, Matius, Jakarta: LAI, cet.2, 2008.
49
Lih. Bab II - G. Struktur dan Garis Besar; bagian ke-5. Penghakiman (19:2-26:2). Pada
bagian
ini,
kitab
Matius
dibagi
ke
dalam
6
bagian.
47
87
sebalah kanan dan kiri Yesus” terjadi di kota Yerikho.
50
Jika ini
dibandingkan dengan Mrk. 10:46 (setelah dengan perikop yang sama di
Mrk 10:35-45), maka terkesan ada kontradiksi yang tertulis di Matius dan
Markus. Tetapi ketika mengurutkan dua tulisan ini, maka dapat ditemukan
bahwa peristiwa “permintaan ibu Yakobus dan Yohanes meminta Yesus
supaya kelak di Kerajaan Yesus, anaknya dapat duduk di sebalah kanan
dan kiri Yesus” pada waktu perjalanan ke Yerusalem, sebelum tiba di
Yerikho. Di Matius ada loncatan peristiwa, di mana si penulis kitab Matius
tidak menuliskan di mana Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Yerikho,
tetapi langsung menuliskan bahwa Yerus dan murid-murid-Nya keluar dari
Yerikho.
Dalam naratif Mat. 20:20-28, Yakobus dan Yohanes adalah bukan
satu-satunya yang memiliki masalah tersebut, murid-murid lainnya marah
dengan mereka karena mereka juga ingin posisi tinggi. Kompetisi untuk
status di antara rekan-rekan sangat penting dalam budaya mereka (ayat
24). 51 Kesepuluh murid lainnya menjadi marah kepada Yakobus dan
Yohanes yang telah berusaha untuk tiba-tiba diangkat menjadi orangorang yang tertingi. Di sini kita melihat ambisi duniawi para murid.
Kristus menyadari ketegangan yang timbul di antara murid-murid-Nya itu.
Oleh sebab itu, Ia mengumpulkan murid-murid-Nya untuk memberi
keterangan tentang hal memerintah dan melayani. Keterangan yang
Bdk. ITB, LAI; Mat. 20:29 “Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari
Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia”.
51 lihat J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the
Legal and Social Presuppositions of the Authors v. 1, (1977), hal.54; Bruce J. Malina,
Social-Science Commentary On The Synoptic Gospels, Minneapolis, MN: Augsburg
Fortress,
1993,
hal.
133.
50
88
termahsyur ini terdapat juga di Markus 10:42-45 dengan kata-kata yang
hampir sama. Ada perbedaan kecil antara kesaksian Matius dan Markus
tentang peristiwa ini. Dalam Markus 10:35-45, disebutkan bahwa Yakobus
dan Yohanes yang mendatangi Yesus dengan permintaan ini. Sedangkan
Matius, yang datang adalah ibu mereka. 52 Secara indah keterangan itu
menutup petunjuk-petunjuk yang Yesus berikan dalam Mat. 18-20
mengenai “pola kehidupan di jemaat Kristen.” 53
1. Struktur Teks
Dalam
pemberitahuan-Nya tentang
“terkemuka”, Yesus
menasihatkan
mereka
“menjadi
pembesar”
atau
sebagai
“pelayan”
atau
“hamba”. Ayat ini berbicara tentang perbedaan para pengikut Yesus dan
yang bukan mengikut Yesus dalam memimpin atau memerintah.
Sedangkan dalam gaya penulisan dalam struktur teks Matius
20:25-28 ini, penulis Injil Matius memakai gaya bahasa kiastik asimetris.
Struktur teks dalam teks Matius 20:25-28, sebagai berikut :
A Pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya
dengan tangan besi dan
B Pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya
dengan keras
atas mereka.
C Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa
ingin
menjadi
besar di antara
52
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28, diterj.
Ferdinand Suleeman, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.1, 2009, hal.364.
53 .J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, hal.399.
89
kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu,
C‟ dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hambamu;
D Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Menunjukkan
adanya keberlawanan
berbeda, yakni pemerintah-pemerintah
atau
cara
yang
atau pebesar-pembesar dengan
murid-muird Yesus dan Yesus dalam memimpin atau memerintah. Jadi
konteks teks di atas memberikan perbedaan
dengan tegas dalam
memimpin atau memerintah yang dilakukan pemerintah-pemerintah dan
pembesar-pembesar (ayat 25) dengan Yesus dan murid-murid-Nya (ayat
26-28) . Ide pokok yang terlihat dalam struktur khiastik-asimetris di atas
adalah “dengan tangan besi” dan “dengan keras” sebagai indikator utama
untuk mengenali pemerintah-pemerintah dan pembesar-pembesar dalam
memerintah atau menjalankan kuasanya. Yesus memberikan pemisahan
yang jelas kepada pengikut-pengikut-Nya dalam memerintah menjadi
pelayan atau hamba. Itulah sebabnya, Yesus melontarkan petunjukpetunjuk bagi para murid-Nya untuk mengidentifikasi kepemimpinan
pemerintah-pemrintah bangsa-bangsa dan pembesar-pembesar tersebut.
Mat 20:25 berkata Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu
tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya
dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan
keras
atas
mereka.
90
ὁ δὲ Ἰηζοῦρ πποζκαλεζάμενορ αὐηοὺρ εἶπεν· οἴδαηε ὅηι οἱ ἄπσονηε
ρ ηῶν ἐθνῶν καηακςπιεύοςζιν αὐηῶν καὶ οἱ μεγάλοι καηεξοςζι
άζοςζιν αὐηῶν.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata (ὁ δὲ Ἰηζοῦρ
πποζκαλεζάμε νορ αὐηοὺρ εἶπεν). Kata Yunani yang dimulai dari ayat ini
adalah δὲ (de), Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan kata ini dengan
“tetapi”. Kata δὲ (de) sebenarnya dapat diterjemahkan dengan kata lain “maka”.
Jika menganalisa dua kata ini, yaitu “tetapi” dan “maka” memiliki pengertian
yang berbeda apabila diterapkan pada konteks ayat sebelumnya (24), di mana para
murid yang lain marah atas perimintaan ibu Yakobus dan Yohanes kepada Yesus.
Kata “tetapi” memiliki pengertian bahwa bahwa ayat 25 atau bahkan ayat
selanjutnya merupakan bentuk persyaratan pada apa yang terjadi pada ayat 20-24.
Penulis menganalisa bahwa LAI memakai kata “tetapi”, karena hubungannya
dengan topik permintaan ibu Yakobus dan Yohanes dengan perkataan Yesus pada
ayat 25-28. Jika demikian, maka penggunaan kata “tetapi” memang tepat
digunakan pada permulaan ayat 25.
Sedangkan kata “maka” memiliki pengertian adanya reaksi terhadap
peristiwa atau sikap sebelumnya. Dalam hal ini, penulis lebih tertarik
menerjemahkan kata δὲ (de) dengan “maka”. Alasan penulis adalah kata δὲ (de)
lebih tepat hanya merupakan kelanjutan ayat 24, bukan penghubung keseluruhan
topik dari ayat 20-24 ke ayat 25-28. Hal ini akan semakin jelas, apabila kata awal
bahasa Yunani ayat 24, yaitu kata kai (kai) juga diterjemahkan. Kata kai dapat
diterjemahkan dengan kata “dan” atau “lalu” dan LAI tidak menerjemahkan kata
91
ini di ayat 24. Ketika kata kai diterjemahkan dengan kata “dan/lalu”, maka akan
terlihat bahwa ayat 25 merupakan reaksi dari sikap Yesus terhadap kemarahan
murid-murid-Nya pada Yakobus dan Yohanes di ayat 24. Jika memang demikian,
maka lebih tepat jika kata de diterjemahkan dengan “maka” pada ayat 25.
Apabila kata “maka” dilanjutkan dengan kata berikutnya, yaitu “Yesus
memanggil mereka lalu berkata”. Kata “memanggil” berasal dari bahasa Yunani
πποζκαλεζάμενορ (proskalesamenos), kata proskalesamenos berbentuk Aorist
Middle Participle (AMP)54, maksudnya adalah Yesus memanggil murid-muridnya
untuk datang langsung kepada-Nya karena ada tindakan utama sebelumnya, yaitu
kemarahan murid-murid Yesus terhadap Yakobus dan Yohanes (ayat 24). Barclay
M. Newman dan Philip Stine berpendapat murid-murid di sini menunjuk kepada
Yakobus dan Yohanes, berdasarkan akhir ayat 24.
55
Tetapi di sini tidak
sependapat dengan Barclay M. Newman dan Philip Stine, penulis sependapat
dengan pendapat Duncan bahwa secara sosial, politik, dan budaya Yahudi para
murid yang lain memarahi Yakobus dan Yohanes karena mereka juga ingin
menjadi orang yang terpenting dan tertinggi dalam pemerintahan dan kemuliaan
Yesus. 56 Dengan demikian semakin jelas bahwa kata de memang lebih tepat
diterjemahkan “maka” di mana ini juga ditunjukkan kata proskalesamenos
berbentuk kata kerja AMP. Jadi dikatakan bahwa Yesus memanggil murid-muridNya untuk datang langsung kepada karena murid-murid-Nya marah kepada
54
Aorist Middle Participle adalah kata kerja yang menunjukkan kegiatan sebelumnya
kepada kegiatan yang ditunjukkan oleh kata kerja utama. Bdk. John Gresham Machen, New
Testament Greek for Beginners, New York: Prentice Hall, hal. 116-117; James Hope Moulton, A
Grammar of New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal.
108-232.
55 Barclay M. Newman dan Philip C. Stane, Injil Matius, Jakarta: LAI, cet.2, 2008, hal.
632.
56
J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the Legal and Social
Presuppositions of the Authors v. 1, hal.54.
92
Yakobus dan Yohanes karena permintaan ibunya dan keinginannya untuk duduk
di sebelah kanan dan kiri pada waktu di kerajaan-Nya nanti.
Selanjut kata εἶπεν (eipen) oleh LAI diterjemahkan “lalu berkata”. Kata
kerja eipen berbentuk Aorist Active Indicatice 57 yang berarti bahwa kegiatan
“Yesus berkata“ telah terjadi. Kata kerja ini dan bentuknya berbeda dengan yang
digunakan oleh Markus, yaitu legei (legei) berbentuk Present Active Indicative
(PAI) 58 , yaitu berarti bahwa kegiatan “Yesus berkata” sedang terjadi. Dengan
demikian, seperti apa yang dikatakan Chamberlain bahwa dalam teks di Mat ius,
penulis kitab Matius sedang menuliskan kembali (peristiwa yang telah terjadi)
“Yesus berkata” kepada murid-murid-Nya. Tentunya ini juga nampak dan sesuai
dengan kata kerja di depannya (proskalesaenos) yang berbentuk kegiatan yang
telah terjadi sebelumnya atau pada masa lampau (Aorist).
Kamu
tahu,
bahwa
pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi (οἴδαηε ὅηι οἱ ἄπσονηερ ηῶν
ἐθνῶν καηακςπιεύοςζιν αὐηῶν). Kata “kamu tahu” berasal dari bahasa
Yunani οἴδαηε (iodate), kata iodate berbentuk Perfect Active Indicative Plural 59
(RAI) dan berasal dari kata kerja dasar εἴδυ (oido). Bentuk plural pada RAI
57
Kata kerja Aorist Active Indicative adalah kata kerja yang menunjukkan kegiatan yang
dilakukan oleh subyek dan telah terjadi pada masa lampau, paling tidak dari sudut pandang si
penulis. Dan ini terlihat pada kata proskalesamenos dengan menggunakan orang ke-3 tunggal.
Bdk. William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New Testament, New
York: The Macmillan Company, 1952, hal. 58-86; James Hope Moulton, A Grammar of New
Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal. 108-232..
58 Present Active Indicative (PAI), yaitu kegiatan yang dilakukan oleh subyek dan
kegiatan yang dilakukan benar-benar sedang terjadi. Bdk. William Douglas Chamberlain, An
Exegetical Gramar of the Greek New Testament, hal. 58-86; James Hope Moulton, A Grammar of
New Testament Greek. Volume I Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908. Hal. 108-232..
59 Perfect Active Indocative adalah kegiatan yang benar-benar telah terjadi dengan
sempurna atau lengkap. Bdk. William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek
New Testament, hal. 58-86.
93
menunjuk pada murid-murid Yesus 60 . Maka dapat diartikan bahwa kata oidate
memiliki arti “murid-murid Yesus tahu dengan cara/melalui melihat”. Apa yang
diketahui
murid-murid
Yesus dengan cara melihat?
Murid-murid
Yesus
mengetahui bahwa (ὅηι,hoti) pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi. Kata-kata “pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa”
berasal dari bahasa Yunani ἄπσονηερ ηῶν ἐθνῶν (arxontes ton ethon). Kata
arxontes dapat diterjemahkan oleh LAI: “pemerintah-pemerintah”, NIV dan RSV:
“ruler”. Dalam bahasa Indonesia kata “pemerintah”61 memiliki beberapa makna,
salah satu maknanya adalah “penguasa suatu negara (bagian negara)”. Jika yang
dimaksud LAI dengan “pemerintah” adalah penguasa suatu negara (bagian negara
atau
wilayah),
maka
mereka
“memerintah”.
Kata
“memerintah” berasal dari bahasa Yunani καηακςπιεύοςζιν (katakurieusin).
Kata ini berbentuk Present Active Indicative (PAI), dan kata katakurieusin
memiliki arti memerintah dengan berlebihan atau menjalankan kekuasaannya di
luar control/tidak terkontrol. Dengan kata lain bahwa para “pemerintah” yang
dibicarakan oleh Yesus sedang memerintah atau berkuasa atau sedang memegang
jabatannya dengan kekuasaan yang di luar control/tidak terkontrol/sewenangwenang (LAI menerjemahkan dengan “tangan besi”). Kepada siapakah para
pemerintah
ini
memerintah/menjalankan
kekuasaan
dengan
tangan
60
Bdk. Pada ayat 2a:24 dan 20:25a, konteks dimana Yesus sedang bersama dan berbicara
kepada murid-murid-Nya.
61 [n] (1) sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya; (2) sekelompok orang yg secara
bersama-sama memikul tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan; (3) penguasa
suatu negara (bagian negara): ~ negeri dimisalkan pengemudi negara; negara memerlukan ~ yg
kuat dan bijaksana; (4) badan tertinggi yg memerintah suatu negara (spt kabinet merupakan suatu
pemerintah): beberapa anggota DPR meminta supaya ~ segera menyerahkan rancangan undangundang itu ke DPR; jawaban ~ dibacakan oleh Menteri Dalam Negeri; (5) negara atau negeri (sbg
lawan partikelir atau swasta): baik sekolah ~ maupun sekolah partikelir harus dibangun tiga
tingkat; (6) pengurus; pengelola: ~ perkebunan dan tambang.
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/pemerintah#ixzz2XcfUPDzM
94
besi/sewenang-wenang (di luar control/tidak terkontrol)? Kata selanjutnya yang
digunakan adalah αὐηῶν (auton), yang diterjemahkan secara literal “mereka”.
Kata “mereka” belum berbentuk kata yang jelas, tetapi jika dihubungkan dengan
pemerintah yang memerintah dalam suatu Negara/wilayah tentu menandakan
hubungan atasan dan bawahan. Jika atasannya adalah pemerintah, maka
bawahannya
adalah
rakyata,
orang-orang
yang
diperintah.
Maka
dapat
disimpulkan bahwa murid-murid Yesus mengetahui bahwa para pemerintah
bangsa/wilayah
memerintah
dengan
sewenang-wenang
kepada
rakyatnya.
Kekaisaran Roma dijalankan dengan sewenang-wenng/tangan besi oleh Kaisar
yang menguasai Senat dan tentara Romawi. Ini rantai komando memberikan
penekanan kepada pihak yang berwenang.
Dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka (καὶ
οἱ
μεγάλοι
κατεξουσιάζουσιν αὐτῶν). Kalimat ini dimulai
dengan καὶ (kai, “dan”) memiliki arti bahwa kalimat ini merupakan kelanjutan
yang tak terpisahkan dan memiliki makna yang sama dengan kalimat sebelumnya.
Kalimatnya adalah “pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka”. Kata “pembesar-pembesar berasal dari bahasa Yunani οἱ μεγάλοι (hoi
megaloi), dengan terjemahan literal dapat diterjemahkan bahwa pembesarpembesar adalah orang-orang yang mebuat dirinya besar. Apakah yang mereka
perbuat untuk membuat diri mereka besar? Kata berikutnya yang memperjelaskan
apak
yang
membuat
mereka
menjadi
besar,
yaitu
καηεξοςζιάζοςζιν
(katezousiazousin). Kata katezousiazousin adalah kata kerja yang berbentuk
Present Active Indicative (PAI), yang mana LAI menerjemahkan “menjalankan
kuasanya dengan keras”. Jadi para pembesar-pembesar menjadi besar dengan cara
95
menjalankan kuasanya dengan keras, dapat diterjemahkan dengan “menguasai
dengan paksa”. Siapa yang dikuasai dengan paksa? Kata Yunani berikutnya
menandakan orang yang dikuasai dengan paksa, yaitu αὐηῶν (auton). Seperti
dengan kalimat sebelumnya, kata auton diterjemahkan secara literal adalah
“mereka” yang menunjuk pada “rakyat” seperti pada kata auton pada kalimat
sebelumnya. Tentunya pendapat ini lebih diperkuat di mana kata kai menjadi
penghubung antara kalimat “pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan
keras atas mereka” dengan kalimat sebelumnya “pemerintah-pemerintah bangsabangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi”. Dan kata “dan” merupakan
kata penghubung yang menunjukan keterikatan yang tidak bisa dilepaskan dengan
antara kata/kalimat sebelum dan sesudahnya, maka apabila di tempatkan da lam
tabel menjadi seperti di bawah ini :
Pemerintah-pemerintah bangsa-
Pembesar-pembesar
bangsa
Memerintah dengan tangan besi
menjalankan
(sewenang-wenang)
kuasanya/menguasainya dengan
keras (paksa)
atas mereka (rakyatnya)
Kesimpulan dari ayat 25 adalah kedua kalimat tersebut memiliki
kesejajaran
makna;
pemerintah-pemerintah
pembesar memerintah/menjalankan
sewenang-wenang/paksaan,
bahkan
bangsa-bangsa
dan
pembesar-
kekuasaannya dengan menguasai secara
menindas
atas
rakyat
mereka.
96
Mat 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
οὐσ οὕηυρ ἐζηὶν 62 ἐν ὑμῖν ἀλλ‟ ὃρ ἂν θέλῃ 63 ἐν ὑμῖν μέγαρ γενέζ
θαι ἔζηαι ὑμῶν διάκονορ64,
Tidaklah demikian di antara kamu. (οὐσ οὕηυρ ἐζηὶν). Ungkapan ini
dalam bahasa tertentu lebih baik diungkapkan dengan “Namun di antara kalian
tidak boleh begitu”, atau “ Kalian tidak boleh seperti ini, atau “seharunya bukan
begitu cara kalian”. Di sini bisa juga dituliskan “Namun itu bukan cara yang
sebaiknya kalian lakukan (terhadap) satu sama lain”.
65
Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu, (ἐν ὑμῖν ἀλλ‟ ὃρ ἂν θέλῃ). Ungkapan ini
adalah terjemahan harafiah dari bahasa Yunani yang umumnya dipakai dalam
terjemahan Terjemahannya dapat juga menjadi, isalnya “dianggap besar/hebat”
atau “menjadi penting”.66 hendaklah ia menjadi pelayanmu, (ἐν ὑμῖν μέγαρ
γενέζθαι ἔζηαι ὑμῶν διάκονορ,). Kata ini diterjemahkan menjadi “pelayan
bagi yang lain” dalam suatu terjemahan. Artinya pelayan bagi jemaat Kristen di
62
e;stai {B}. Although the combination of B and D in support of evsti,n is not
insignificant, the Committee judged that the preponderant weight of the external evidence supports
the future tense. The same variation occurs also in the parallel at Mk 10.43.
63 Will be great (θέλῃ εἶναι). See on Matthew 20:14. Rev. would be.
64
Minister (διάκονορ) Servant, Matthew 20:27 (δοῦλορ). Δοῦλορ, perhaps from δέυ, to
bind, is the bondman, representing the permanent relation of servitude. Διάκονορ, probably from
the same root as διώκυ, to pursue, represents a servant, not in his relation, but in his activity. The
term covers both slaves and hired servants. The attendants at the feast at Cana ( John 2:5) are called
διάικονοι. In the epistles διάκονορ is often used specifically for a minister of the Gospel (1
Corinthians 3:5; 2 Corinthians 3:6; Ephesians 3:7). The word deacon is, moreover, almost a
transcription of it (Philippians 1:1; 1 Timothy 3:8, 1 Timothy 3:12). It is applied to Phoebe
(Romans 16:1).
65 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633.
66 Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633.
97
mana orang itu menjadi anggotanya. Terjemahan tertentu menggantinya ke dalam
bentuk kata kerja, yaitu “harus melayani yang lain”. 67
Ini untuk menangani kesalahan 2 (ambisi untuk menjadi yang termulia).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat-ayat ini: Pertama, orang yang
ingin menjadi besar, harus mau menjadi pelayan (diakonos); sedangkan orang
yang ingin menjadi yang terkemuka/yang nomer satu (literal: „to be first‟), harus
mau menjadi hamba (doulos). Pulpit Commentary: “our Lord takes occasion
further to tell his disciples (ver. 25-28) that greatness in his kingdom consists not
in getting service, but in doing service; not in having servants, but in being
servants” [= Tuhan kita menggunakan kesempatan lebih lanjut untuk memberi
tahu para murid (ay 25-28) bahwa kebesaran dalam kerajaanNya tidak terdiri dari
„mendapatkan pelayanan‟, tetapi dalam „melakukan pelayanan‟; bukan dalam
„mempunyai pelayan-pelayan‟,
tetapi
dalam
„menjadi pelayan-pelayan‟].
68
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Orang yang hidup untuk mendapat,
direndahkan. Orang yang hidup untuk memberi dan melayani, dipuji.
Perhatikan kata-kata „pelayanmu‟ dan „hambamu‟ dalam ay 26-27 ini.
Dalam bagian paralel dari ay 26-27 ini, yaitu Mark 10:44 dikatakan bahwa kita
harus mau „menjadi hamba dari semuanya‟.
Mat 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah
ia menjadi hambamu;
καὶ ὃρ ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι ππῶηορ ἔζηαι ὑμῶν δοῦλορ·
67
68
Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.633.
Pulpit Commentary, hal 300.
98
dan
barangsiapa
ingin
menjadi
terkemuka
di antara
kamu,
(καὶ ὃρ ἂν θέλῃ ἐν ὑμῖν εἶναι ππῶηορ ἔζηαι). Kata “terkemuka” di
sini menggantikan
“besar”
dan “hamba”
menggantikan
“pelayan”.
Jadi
“terkemuka” bisa menjadi “paling penting” atau “mempunyai kedudukan
tertinggi”.
Ini tentu tidak berarti bahwa kita betul-betul menjadi hamba manusia (bdk.
1Kor 7:23 - “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena
itu janganlah kamu menjadi hamba manusia”) atau bahwa kita harus tunduk
kepada orang-orang yang kita layani! Maksudnya adalah bahwa kita harus
membaktikan waktu, karunia, tenaga, dan pikiran kita untuk orang-orang yang
kita layani. Sekalipun kita harus dengan rendah hati mau melayani sesama manu sia, tetapi pada saat yang sama kita harus senantiasa sadar bahwa Tuhan adalah
Tuan kita yang sebenarnya! Karena itu, pada saat orang-orang yang kita layani
mempunyai keinginan yang bertentangan dengan keinginan Tuhan, maka kita
harus melakukan keinginan Tuhan dan bukan keinginan manusia (Kis 5:29). Ini
harus dicamkan oleh hamba-hamba Tuhan yang seringkali betul-betul menjadi
hamba manusia, dan bukannya hamba Tuhan
Hendaklah ia menjadi hambamu; (ὑμῶν δοῦλορ·). Kata “hamba”
menunjuk pada pekerjaan sederhana dalam jemaat Kristen. Suatu terjemahan
menggantikan dengan sangat baik ke dalam bentuk kata kerja, sepert”harus
merendahkan diri terhadap semuanya”. Hal itu juga bisa diungkapkan sebagai
“seharusnya menempati kedudukan yang sangat rendah (atau sederhana)” atau
lebih
baik
“menjadi
orang
yang
melayani
semuanya”.
99
Mat 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
ὥζπεπ ὁ ςἱὸρ ηοῦ ἀνθπώπος οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ διακο
νῆζαι καὶ δοῦναι ηὴν τςσὴν αὐηοῦ λύηπον ἀνηὶ πολλῶν69.
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani
(ὥζπεπ ὁ ςἱὸρ ηοῦ ἀνθπώπος οὐκ ἦλθεν διακονηθῆναι ἀλλὰ δι
69
After pollw/n several Western witnesses (D and, with minor variations, F it syrc, hmg)
add ~Umei/j de. zhtei/te evk mikrou/ auvxh/sai kai. evk mei,zonoj
e;latton ei=nai) Eivserco,menoi de. kai. paraklhqe,ntej deipnh/sai
mh.
avnakli,nesqe
eivj
tou.j
evxe,contaj
to,pouj(
mh,pote
evndoxo,tero,j sou evpe,lqh| kai. proselqw.n o` deipnoklh,twr
ei;ph| soi( :Eti ka,tw cw,rei( kai. kataiscunqh,sh|) VEa.n de.
avnape,sh|j eivj to.n h[ttona to,pon kai. evpe,lqh| sou h[ttwn(
evrei/ soi o` deipnoklh,twr( Su,nage e;ti a;nw( kai. e;stai soi
tou/to crh,simon (“But seek to increase from that which is small, and from the greater to
become less. When you enter into a house and are invited to dine, do not recline in the prominent
places, lest perchance one more honorable than you come in, and the host come and say to you,
„Go farther down‟; and you will be put to shame. But if you recline in the lower place and one
inferior to you comes in, the host will say to you, „Go farther up‟; and this will be advantageous to
you”). Pulpit Commentary, hal 296. Mat 18:1-4 - “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu
kepada Yesus dan bertanya: „Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?‟ Maka Yesus
memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: „Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini,
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan
menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”.
69
After pollw/n several Western witnesses (D and, with minor variations, F it syrc, hmg)
add ~Umei/j de. zhtei/te evk mikrou/ auvxh/sai kai. evk mei,zonoj
e;latton ei=nai) Eivserco,menoi de. kai. paraklhqe,ntej deipnh/sai
mh.
avnakli,nesqe
eivj
tou.j
evxe,contaj
to,pouj(
mh,pote
evndoxo,tero,j sou evpe,lqh| kai. proselqw.n o` deipnoklh,twr
ei;ph| soi( :Eti ka,tw cw,rei( kai. kataiscunqh,sh|) VEa.n de.
avnape,sh|j
eivj
to.n
h[ttona
to,pon
kai.
evpe,lqh|
sou
h[ttwn( evrei/ soi o` deipnoklh,twr( Su,nage e;ti a;nw( kai.
e;stai soi tou/to crh,simon (“But seek to increase from that which is small, and from
the greater to become less. When you enter into a house and are invited to dine, do not recline in
the prominent places, lest perchance one more honorable than you come in, and the host come and
say to you, „Go farther down‟; and you will be put to shame. But if you recline in the lower place
and one inferior to you comes in, the host will say to you, „Go farther up‟; and this will be
advantageous to you”). Interpolasi ini is a piece of floating tradition, an expanded but inferior
version
of
Lk
14.8-10.
100
ακονῆζαι). Kata “sama seperti”, dengan kata-kata ini Matius mengawali
pernyataan Yesus tentang Anak Manusia sebagai teladan bagi orang-orang yang
ingin menjadi murid-Nya. Dalam beberapa bahasa “sama seperti Anak Manusia”
mungkin lebih baik ditulis dalam pernyataan lengkap, misalnya “Ia harus sama
seperti Anak Manusia yang dating ..”, ataupun “itu sama persis dengan Anak
Manusia. Ia dating bukan agar …”. Penjelasan tentang Anak Manusia (lihat 8:20).
Kata “datang bukan untuk dilayani”, ungkapan ini bisa diterjemahkan dalam
bentuk kalimat aktif, seperti “bukannya datang agar orang lain melayani -Nya”.
Sekalipun Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi kalau kita meneliti semua
ayat-ayat yang berhubungan dengan inkarnasi, maka terlihat bahwa mayoritas
ayat-ayat itu bukannya mengatakan bahwa Yesus itu lahir atau dilahirkan ke
dalam dunia, tetapi datang ke dalam dunia. „Datang‟ berbeda dengan „lahir /
dilahirkan‟ karena „datang‟ menunjukkan suatu tindakan aktif dan
menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelumnya) dari Yesus, dan ini
menunjukkan kekekalan dan keilahian Yesus.
“Untuk melayani”, kata ini mungkin perlu obyek, seperti “untuk melayani
orang lain”. Kata kerja yang dipilih untuk menerjemahkan “melayani” tidak boleh
mengesankan melayani di meja makan. Kalau seorang presiden / pejabat tinggi
datang ke suatu daerah, pasti mereka tidak datang untuk melayani, tetapi
sebaliknya mereka menuntut pelayanan yang baik. Tetapi pada waktu Yesus, yang
adalah Raja di atas segala raja, Pencipta, Pemilik, dan Penguasa seluruh alam
semesta dengan segala isinya, datang ke dalam dunia, Ia bukan datang untuk
dilayani, tetapi untuk melayani. Bahwa Ia tidak datang untuk dilayani sudah
101
merupakan sesuatu yang luar biasa, tetapi lebih dari itu di sini dikatakan bahwa Ia
datang justru untuk melayani.
Ada banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa kehidupan Yesus
adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pelayan,
70
bahwa pelayanan Ia
gambarkan sebagai makananNya, menunjukkan bahwa pelayanan adalah sesuatu
yang rutin dalam hidupNya, dan bahwa pelayanan adalah sesuatu yang Ia lakukan
dengan senang hati, bukan dengan berat hati. 71 Ia sibuk dengan pelayanan
sehingga tidak sempat makan. 72
Dan perlu diingat bahwa Kristus juga pernah mengatakan bahwa seorang
murid tidak lebih dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau
kita tidak melayani, dan bahkan bersikap sebagai „tuan besar‟ dalam gereja, maka
kita adalah murid yang lebih dari Guru kita, dan hamba yang lebih dari Tuan kita.
dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang (καὶ δοῦναι ηὴν τςσὴν αὐηοῦ λύηπον ἀνηὶ πολλῶν). Bentuk
kata benda Yunani yang diterjemahkan “menjadi tebusan banyak orang” diubah
menjadi kata kerja “untuk membebaskan banyak orang”. Kata yang dipilih untuk
70 Mark 1:38 - “JawabNya: „Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang
berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah data ng.‟”.
Yoh 4:34 - “Kata Yesus kepada mereka: „MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang
mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”. Ia mengatakan bahwa datang untuk
memberitakan Injil, dan ini berarti suatu pelayanan.
71
Mark 6:30-34 - “Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan
memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada
mereka: „Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!‟ Sebab
memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak
sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.
Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka.
Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga
mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka
tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yan g tidak
mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.
72 Luk 23:43 - di kayu salibpun, dalam keadaan menderita kesakitan yang luar biasa, Ia
masih melayani penjahat yang bertobat.
102
menerjemahkan “tebusan” tidak boleh mengesankan pembayaran (dengan uang)
terhadap suatu hal. Latar belakang istilah itu dalam bahasa Ibrani dipusatkan pada
perbuatan membebaskan, dan bukan pada pembayaran uang tebusan. Kita dapoat
menerjemahkannya “membebaskan banyak orang dari dosa mereka”. 73
Puncak kerendahan hati Kristus adalah penebusan yang Ia lakukan. Pulpit
Commentary: “The crowning example of his humility is that he gave his life as a
ransom for the souls of men” (= Teladan puncak dari kerendahan hatiNya adalah
bahwa Ia memberikan nyawaNya sebagai tebusan untuk jiwa-jiwa manusia). 74
Kata „tebusan‟ (= ransom) berarti „harga yang dibayar untuk penebusan tawanan‟.
Dalam peperangan, ada tawanan. Ransom / tebusan adalah uang untuk menebus
tawanan itu. Perhatikan bahwa kalau tebusan / ransom itu dibayar, tawanan
itu pasti bebas. Tebusan itu dibayar kepada Bapa! Origen mengajarkan bahwa
Yesus membayar tebusan kepada setan. 75 Ini adalah ajaran yang salah! Setan tidak
berhak menerima tebusan apa-apa, karena manusia berdosa kepada Allah, dan
karena itu Yesus harus membayar tebusan kepada Allah. Tebusan itu untuk
menebus „banyak orang‟ (ay 28 bdk. Mark 10:45 Mat 26:28).76
73
Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, Injil Matius, hal.634.
Pulpit Commentary, hal 283. Bdk. Fil 2:5-8 - “Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
75 Pulpit Commentary, hal 297.
76
Ada pertentangan antara Calvinisme / Reformed dengan Arminianisme dalam hal ini.
Calvinisme berkata: Kristus mati hanya untuk menebus orang-orang pilihan (Limited Atonement),
dan penebusan ini “memastikan” keselamatan orang-orang pilihan itu. Arminianisme berkata:
Kristus mati untuk menebus semua orang (Universal Atonement), dan penebusan
ini “memungkinkan” semua orang untuk selamat. Mat 20:28 ini adalah salah satu dasar dari ajaran
Calvinisme ini. Ayat itu mengatakan bahwa Yesus menyerahkan nyawanya untuk
menebus banyak (tidak semua!) orang. Memang harus diakui ada ayat-ayat yang seolah-olah
menunjukkan bahwa Yesus mati untuk menebus semua orang. Tetapi, dalam Kitab Suci, kata
74
103
"Kepemimpinan" tidak mengubah orang, tetapi untuk menawarkan mereka
ruang dan kebebasan di mana perubahan dapat terjadi. Ini bukan ajakan untuk
mengadopsi gaya hidup gembala, tetapi karunia kesempatan bagi dombadombanya untuk menemukan dirinya sendiri. Tidak ada keuntungan posisi
sebagai pemimpin di gereja: Penggembalaan (atau kepemimpinan Kristen) bukan
tuan atas orang lain atau suatu otoritas atas orang lain. Kepemimpinan bukan
mengintimidasi, memaksa, menghambakan, atau mendominasi bawahan, junior,
dan "domba." Tidak ada otoritarianisme, penghormatan, keunggulan posisional,
senioritas, hirarki, atau keuntungan yang aneh atau tertentu untuk setiap pemimpin
dalam gereja, karena “hanya” Kristus yang adalah kepala gereja (Ef 1:22, 5:23;
Kol 1:18 ). Di bawah Satu Kepala, Satu Guru, Satu Pemimpin dan Satu Bapa (Mat
23:8-10), semua orang di gereja dari pemimpin tertua untuk anggota termuda
semua adalah saudara dan saudari dalam keluarga, yang merupakan metafora
utama untuk gereja dalam PB (Gal 6:10; Rom 8:29; Ef 2:19; 1 Tim 3:15, 5:1 -2; 1
Yoh 2:12-13).77
Kekurangan kepemimpinan Kristen mengarah ke sebuah kekurangan gereja.
„semua‟, tidak selalu betul-betul berarti „semua‟! Contoh: Dalam Ro 5:18 kata „semua‟ yang
pertama, betul-betul berarti „semua‟, tetapi kata „semua‟ yang kedua, tidak mungkin diartikan
betul-betul „semua‟, karena kalau diartikan demikian, akan menjurus pada ajaran Universalisme (=
ajaran yang mengatakan bahwa semua manusia akan masuk surga, tidak ada yang masuk neraka),
yang jelas adalah ajaran sesat. Jadi, kata „semua‟ yang kedua harus diartikan „semua orang pilihan
/ semua orang percaya‟
77
Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model and
The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003. Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler,
Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of Servant Leadership. Jurnal, Faculty
Publications: Agricultural Leadership, Education & Communication Department. Paper 51. Juni
2006,hal.300-326.
104
Carl Frederick Buchner 78 (novelis dan teolog, lahir 1926) mengatakan,
"Gereja
sering dikatakan
seperti
ketiadaknyamanan
pada keluarga
yang
disfungsional. Ada kehadiran majelis yang otoriter,. para profesional yang merasa
tahu semua jawaban dan panggilan tujuan hidupnya, beberapa orang mengihndari
tantangan karena mereka tidak berani atau karena mereka merasa itu akan tidak
ada gunanya jika mereka lakukan. Ada yang tampak dari luar bersahabat tetapi
batin jemaat merasa kesepian. Ada aturan tidak tertulis dan agenda tersembunyi,
keraguan dan perbedaan pendapat yang hanya demi kesopanan yang disimpan dan
tidak terselesaikan. Ada orang dengan segala macam antusiasme dan kreatifitas
yang
tidak
cukup
sering
memanfaatkan
atau
bahkan
diakui
karena
kecenderungannya tidak mengganggu ketenangan tetapi terus melakukan hal -hal
yang cara mereka selalu lakukan."
Dari Matius 20:25-28, Yesus menjelaskan tiga hal tentang penggembalaan
(atau kepemimpinan Kristen), yaitu :
1. Apa yang bukan kepemimpinan Kristen.
2. Apa kepemimpinan Kristen itu.
3. Bagaimana model kepemimpinan Kristen.
78
Carl Frederick Buchner adalah seorang novelis dan teolog yang lahir pada 11 Juli 1926
di New York. Ia adalah seorang pendeta Presbyterian ditahbiskan dan penulis lebih dari tiga puluh
buku yang diterbitkan sejauh ini. Karyanya meliputi berbagai genre, termasuk fiksi, otobiografi,
esai dan khotbah. Bdk. Carl Fredick Buchner, Telling Secrets, 1991. Buku ini berisi memori
perjalanannya pada rasa penderitaan dalam hidupnya sendiri. Dia melihat penderitaan dan
kesembuhan dengan cara yang sangat manusiawi. Dengan cara itu, saya menemukan bukunya
benar-benar menyegarkan. Dia membawa kejujuran imannya, bahwa ini akan memiliki waktu
yang sulit mencerna buku ini. Dia berbicara tentang Allah yang berbicara melalui hieroglif dari
hal-hal yang terjadi pada kita. Premis-Nya adalah bahwa dalam menjaga rahasia dan nyeri yang
tersembunyi, dimana kita melakukan tindakan merugikan diri sendiri dan untuk masyarakat.
105
Injil Sinoptik Matius, Markus, dan Lukas mengatakan hal yang sama 79 .
Sebuah kegagalan gereja adalah ketika ia berfungsi dan / atau beroperasi tidak
seperti dunia. Kepemimpinan duniawi jelas dan hirarki yang jelas, yaitu top-down,
sehingga ketika seorang pemimpin memberikan perintah, ia mengharapkan hal itu
harus diikuti dan ditaati, atau akan menghadapi konsekuensinya. Apakah ini juga
bagaimana penggembalaan atau kepemimpinan gereja dilakukan? Dapat dikatakan,
ketiga penulis Injil sinoptik - Matius, Markus dan Lukas - jelas menyatakan dan
menjelaskan apa maksud eksplisit Yesus ketika mengatakan tanpa ketidaktegasan
pada penggembalaan dan kepemimpinan Kristen :
1. Apa yang bukan penggembalaan (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk
22:25-26a),
2. Apa penggembalaan (Mt 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26b),
3. Apa penggembalaan dalam hidupnya sendiri (Mat 20:28; Mrk 10:45, Luk
22:27).
Apabila
membandingkan
dalam
Injil
Yohanes
katakan
tentang
penggembalaan atau kepemimpinan Kristen yang seperti Kristus? Selain Matius,
Markus dan Lukas, Yohanes juga menunjukkan bahwa penggembalaan tidak
memimpin dari tahta meneriakkan perintah dan arahan kepada junior dan
bawahan. Sebaliknya, penggembalaan selalu dengan cekungan kesederhanaan,
kerendahan hati, dan mencuci handuk rendah dari budak atau hamba (Yoh 13:1-5;
12-15).
Bagaimana para pemimpin gereja mula-mula dan rasul? Apa yang mereka
katakan tentang penggembalaan umat Allah? Bagi Paulus, gembala adalah
79
Perikop yang sama ditulis di dalam Matius 20:25-28 dan Markus 10:35-45. Apabila
membandingkan dengan topic yang sama, maka di dalam Lukas dapat ditemukan dengan hal yang
sama,
seperti
di
Lukas
22:25-26
(bdk.
Matius
23:11,
markus
9:35).
106
seorang hamba. Paulus berkata, "Siapa Apolos? Dan siapa Paulus? Hanya hamba
(diakonos), melalui siapa Anda datang untuk percaya" (1 Kor 3:5). "Ini, kemudian,
adalah bagaimana Anda harus menganggap kita: sebagai hamba (diakonos?)
Kristus" (1 Kor 4:1). Saat ini, istilah "hamba Allah" atau "hamba Kristus" telah
menjadi sebuah gelar kehormatan, yang praktis dan fungsional mungkin berarti
bahwa Anda adalah pemimpin di gereja. Tapi kata Yunani untuk hamba - Paulus
menggunakan dua kata yang berbeda "douloss" dan "diakonos??", yang
keduanya diterjemahkan menjadi "hamba" dalam bahasa Inggris - memiliki
kehormatan di dalamnya apa pun. "Diakonos" berarti "seorang pelayan, orang
yang
menyajikan
"underrower,
makanan
pendayung
dan minuman,"
bawahan,
sementara
asisten,
"Doulos"
petugas."
Paulus
berarti
juga
mengidentifikasikan dirinya sebagai hamba / budak (doulos) Kristus di sebagian
besar surat-suratnya (Rom 1:1; 2 Kor 4:5; Gal 1:10, Ef 6:06, Phil 1:1; Tit 1:01 ),
yang berarti "budak, hamba, petugas." ("doula" muncul 127 kali dalam PB.)
Paulus menggunakan tiga kata Yunani yang berbeda untuk "hamba" untuk
mengidentifikasi dirinya. Apakah kita berpikir tentang pemimpin Kristen hari ini
sebagai pelayan, bawahan, asisten, petugas dan budak? Ini adalah bagaimana
Paulus menganggap dirinya sebagai hamba Kristus. Sebagai seorang hamba, dia
tidak
akan
"berkuasa
atas"
iman
apapun
(2
Kor
1:24).
(Pandangan
kepemimpinan/penggembalaan yang salah sering menyebabkan perpecahan yang
malang di gereja). Bagi Petrus, penggembalaan (kepemimpinan gereja) adalah
bukan tuan atas kawanan domba Allah. Petrus awalnya tidak menyambut
kepemimpinan pelayan Yesus dan keras menolak untuk mengijinkan Yesus
membasuh kakinya (Yoh 13:6-8). Kemungkinan, dia merasa bahwa dia, sebagai
107
domba, yang lebih muda dan junior, harus menjadi orang yang membasuh kaki
pemimpinnya. Tetapi kemudian Petrus berkata kepada semua rekan penatua dan
pemimpin gereja hampir Yesus telah berkata kepadanya beberapa dekade
sebelumnya - baik negatif dan positif: "tidak lording (katakyrieu?) Atas mereka
yang dipercayakan kepada Anda, tetapi menjadi contoh bagi kawanan domba" (1
Pet 5:3). Jelas, penggembalaan harus ditunjukkan sebagai contoh hidup, bukan
oleh bawahan memerintah yang merasa seolah-olah mereka tidak punya pilihan
lain selain patuh.80
Sebagaimana dinyatakan di atas, penulis paling tidak memberikan
pertimbangkan kepemimpinan dalam tiga bagian:
1. Apa yang bukan kepemimpinan Kristen (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk
22:25-26a)
2. Apa kepemimpinan Kristen (Mat 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26 b)
3. Apa penggembalaan/kepemimpinan dalam kehidupan Kristus sendiri (Mat
20:28; Mrk 10:45; Luk 22:27)
I.
Apa yang bukan Kepemimpinan Kristen (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a,
Luk 22:25-26a)
Hirarkis
kepemimpinan
dalam
duniawi
berbeda
dengan
kepemimpinan dalam kerajaan Allah. Dalam tiga teks dari Injil Sinoptik,
Yesus mengkontraskan hirarki kepemimpinan dari dunia non-Yahudi
dengan kepemimpinan dalam Kerajaan Allah. Para murid Yakobus dan
Yohanes telah memohon Yesus (melalui ibu mereka) untuk memberi mereka
80
Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall
2004, Vol. 1, No. 2. Bdk. Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent
Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003.
108
kursi kekuasaan atas di kerajaan yang mereka pikir Yesus akan dirikan (Mat
20:20-21; Mrk 10:35-37). Dalam Luk 22:24 para murid Yesus sedang
bertengkar di antara mereka sendiri untuk yang dari mereka dianggap yang
terbesar. Sebagai tanggapannya, Yesus mulai dengan mengatakan kepada
mereka tanpa kata-kata apa kepemimpinan Kristen (atau penggembalaan)
dengan jelas (Mat 20:25-26b, Mk 10:42-43a, Luk 22:25-26a).
Kepemimpinan hirarkis adalah memiliki kekuasaan atas yang lain.
Apa yang Yesus kutuk adalah pemimpin yang hanya menindas atau tirani.
Dia mengutuk
bentuk kepemimpinan
hirarki itu sendiri. Apa itu
kepemimpinan hirarkis? Ungkapan "tuan atas" (Mat 20:25; Mk 10:42)
berasal dari kata Yunani (katakyrieu?) Yang berarti "membawa di
bawah kekuasaan seseorang, untuk menaklukkan, menguasai, untuk terus
tunduk, untuk menjadi tuan dari, latihan memerintah atas. " Kata
Katakyrieu? digunakan hanya empat kali dalam PB dan selalu
digunakan secara negatif. Kisah Para Rasul 19:16 mengacu pada roh jahat
yang "mengalahkan" tujuh anak Skewa.) Ungkapan berikutnya "otoritas
olahraga atas" (katexousiaz ?) mirip dan berarti "untuk menjalankan
kekuasaan, memegang kekuasaan." Kata kerja ini hanya digunakan dua kali
dalam PB (Mat 20:25; Markus 10:42). Yesus dengan jelas menggambarkan
gaya kepemimpinan dibangun di atas struktur sosial rantai-perintah. Hal ini
berakar pada gagasan bahwa kekuasaan dan otoritas mengalir dari atas ke
bawah. Kepemimpinan hirarkis berakar dalam konsep duniawi kekuasaan.
Hal ini menjelaskan mengapa endemik untuk semua birokrasi tradisional.
Hal ini hadir dalam bentuk setan hubungan tuan atau hamba. Hal ini hadir di
109
seluruh dunia militer dan korporasi. Hal ini digunakan di mana-mana dalam
budaya sekuler. Harus juga ada di gereja? Tidak ada menurut Yesus. Tapi
sayangnya gereja sering beroperasi dengan bentuk seperti kepemimpinan
hirarkis juga.81
Mengapa kepemimpinan hirarkis yang tidak diinginkan bagi umat
Allah? Ini mengurangi interaksi manusia dalam hubungan gaya-perintah.
Hubungan seperti itu asing bagi pemikiran dan praktek dalam PB. Yesus
tidak berbasa-basi, tegas dan eksplisit mengecam kepemimpinan hirarkis,
Dia mengatakan, (Mat 20:26, Mrk 10:43, Luk 22:26) "Tidak demikian
halnya dengan kamu, kamu tidak harus seperti itu.". Tidak ada ruang dalam
pengajaran Yesus untuk model kepemimpinan hirarkis, yang duniawi dan
sekuler dan bertentangan dengan Kristen. Matthew Henry
82
, dalam
komentarnya di Matius 20:20-28, menulis, "Jadi keras adalah untuk orangorang yang sia-sia, bahkan orang-orang yang baik, memiliki kewenangan
tersebut, dan tidak boleh sombong dengan itu, dan jangan lebih terluka
daripada baik dengan itu, bahwa Tuhan Yesus melihat cocok sepenuhnya
untuk membuang itu dari gerejanya. "
Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah (Mzm 24:1),
termasuk setiap sen yang kita miliki. Alkitab juga mengatakan bahwa umat Allah
harus memuliakan Tuhan dengan kekayaan mereka (Amsal 03:09). Maleakhi
menantang umat Tuhan untuk perpuluhan (Maleakhi 3:10). Ketika kita orang
81
Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry. Bdk.
John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct Clarification of
Servant Leadership, hal.300-326.
82 Matthew Henry, Matthew, Matthew Henry‟s Commentary The Whole Bible,
Hendrickson Publishers, 2008. Lih. Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An
Opponent Process Model and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003.
110
gembala Allah, kami mendorong mereka untuk menjadi pelayan yang baik dari
uang mereka, dimulai dengan persepuluhan. Persepuluhan adalah pemberian buah
sulung kita kepada Allah (Ulangan 26:1-2, 10), bukan sisa - setelah kami telah
menghabiskan pada apa yang kita inginkan. Kami membujuk, nalar dan daya tarik
dengan orang Kristen untuk memberikan perpuluhan mereka, sulung mereka
kepada Allah. Tapi kita tidak tuan atas mereka dan menjalankan otoritas kami atas
mereka untuk memeras persepuluhan dari mereka.
Tidak menjalankan kewenangan atas orang lain tidak berarti bahwa tidak
ada disiplin gereja. Beberapa mungkin berpikir bahwa tidak lording atas orang
lain berarti bahwa gereja memungkinkan orang lain untuk melakukan apapun
yang mereka inginkan. Ini tidak begitu, karena Yesus memberikan pedoman yang
jelas tentang bagaimana untuk menangani dengan dosa di dalam gereja (Mat
18:15-17).83
Hasil kepemimpinan hirarkis hampir semuanya buruk. Menurut Yesus,
penggembalaan tidak seperti kepemimpinan hirarkis, yang dengan mudah morphis
menjadi model memuakkan menekankan ego untuk gembala. Ketika gembala
melakukan "tuan atas" kepemimpinan, mereka:
1. Membuat asumsi bahwa orang lain harus melayani / mentaati pemimpin
mereka dalam rangka untuk melayani / taat kepada Allah.
2. Secara fungsional menggantikan Roh Kudus, yang adalah Allah.
3. Apakah kekerasan terhadap kepemimpinan yang ada dalam Allah
Tritunggal.
83
Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry.
111
4. Mereka sendiri menekankan status, pangkat, jabatan, kehormatan,
kemuliaan dan kuasa.
5. Mempromosikan elitisme dan eksklusivitas.
6. Menekan kebebasan (berfungsi anugerah) dari Anak Allah.
7. Mencegah berpikir kritis.
8. Pecahnya citra gereja sebagai keluarga yang penuh kasih.
9. Menghambat kemajuan umat Allah.
10. Tempatkan keterbatasan parah pada kepemimpinan Kristus.
II.
Apa Kepemimpinan Kristen (Mt 20:26 b-27; Mk 10:43 b-44; Luk 22:26 b)
Bagaimana
Yesus
mengkontraskan
kepemimpinan
hirarkis
dari
penggembalaan (atau kepemimpinan Kristen)? 84
Penggembalaan (Kristus-seperti
Hirarki Kepemimpinan
Kepemimpinan Kristen)
"Di antara" orang lain. Menghormati
"Atas" orang lain. Mengontrol orang
orang lain.
Umum.
Inklusif.
Dari
lain. Elite. Eksklusif. Dari atas ke bawah.
bawah ke atas.
Berdasarkan posisinya, tingkatan, status,
Berdasarkan karakter ilahi.
dan jabatan penghormatan.
Diukur
dengan
keunggulan, Diukur dengan kerendahan hati dan
84
Bdk. Don Page dan Paul T.P. Wong, A Conceptual Framework for Measuring ServantLeadership, Langley: Trinity Western University, Chapter 5. Bdk. juga Ralph Lewis, larry C.
Spears, and Berth A. Lafferty, Myers-Briggs dan and Servant-Leadership: The Servant-Leader
and Personality Type, The Spears Center For Servant-Leadership, Ralph Lewis Associate.
112
daya/kekuatan eksternal dan pengaruh penghambaan.
politik.
Menjauhi
Memanfaatkan
posisi
mereka
penghormatan
khusus,
untuk
menganggap
diri
mereka
sebagai
memerintah atas orang lain.
"lebih muda."
Mengalir
dari
kelemahlembutan
Beroperasi pada struktur sosial rantai
seperti
anak-anak
dan
pelayanan
perintah politis.
pengorbanan.
Menyebabkan kekaguman, keheranan,
Menanamkan rasa takut manusia.
dan kebebasan.
Penggembalaan tidak bersikeras untuk ditaati atau dilayani. Mat 20:26-27
(Mrk 10:43-44) mengatakan, "Tidak demikian halnya dengan kamu. Sebaliknya,
siapa pun yang ingin menjadi besar di antara kamu harus menjadi pelayanmu
(diakonos), dan barangsiapa ingin menjadi yang pertama harus menjadi budakmu
(doulos). " Diakonos (pelayan, pelayan) dan budak (doulos) adalah dua dari posisi
terendah dalam masyarakat Yahudi. Hamba dan budak tidak akan pernah berharap
bahwa siapa pun akan melayani mereka atau mentaatinya. Yesus secara jelas
menggambarkan penggembalaan dalam hal telanjang dan merendahkan seperti itu.
Akibatnya, ia membalikkan status mereka dalam komunitas para murid untuk
menunjukkan keunggulan dan kebesaran dengan menjadi kecil dan terendah (Mat
23:11-12, Luk 9:48). Paulus memahami menjadi hina dan yang terburuk (1 Kor
15:9, Ef 3:8; 1 Tim 1:15). Penggembalaan umat Tuhan harus ditandai dengan
113
tidak mengasumsikan bahwa orang-orang untuk melayani pemimpin mereka
karena ketaatan mereka tidak perlu diragukan lagi. Prinsip-prinsip ini berlaku
tidak hanya untuk penggembalaan di gereja tetapi juga dalam semua hubungan
manusia (Ef 5:21-6:09).85
Pemimpin atau Gembala bertindak seperti mereka memiliki setidaknya
klaim untuk memimpin orang lain. Setelah, para murid berdebat tentang "siapa di
antara mereka dianggap yang terbesar" (Luk 22:24), yang merupakan masalah
abadi manusia. Kegagalan setiap orang adalah untuk ingin besar, atau setidaknya
lebih besar dari beberapa orang lain. Ini sengaja memproyeksikan citra kebesaran
tentang diri kita sendiri, seperti menjadi orang yang kuat dan berkuasa, atau
bahkan sebagai orang baik dan peduli. Gembala mungkin sangat rentan terhadap
proyek kehebatan mereka sendiri sebagai Gembala Agung. Sebagai tanggapan,
Yesus berkata, "yang terbesar di antara kamu harus seperti yang termuda, dan
orang yang memerintah seperti orang yang melayani" (Luk 22:26). "Yang terbesar
di antara kamu" mungkin pemimpin gereja dan orang-orang dengan status dan
kekuasaan, dan "harus seperti yang termuda" mungkin mereka yang memiliki
setidaknya klaim untuk memerintah orang lain. Seorang pemimpin gembala
(kepemimpinan Kristen) tidak akan menjadi tuan atas orang lain ketika mereka
tahu bahwa mereka memiliki setidaknya klaim untuk memimpin orang lain. 86
Pemimpin Gembala (kepemimpinan Kristen) berlatih saling takluk
terhadap orang lain. Pemimpin Gembala (pemimpin Kristen) tidak untuk
85
Bdk. juga Ralph Lewis, Larry C. Spears, and Berth A. Lafferty, Myers-Briggs dan and
Servant-Leadership: The Servant-Leader and Personality Type. Bdk. Jay Taylor, Servant
Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2.
86 Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct
Clarification of
Servant Leadership, hal.300-326. Lih. Jay Taylor, Servant Leadership,
Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2.
114
menguasai dan tuan atas kawanan domba Allah tetapi praktik saling takluk satu
sama lain (Ef 5:21). Tidak hanya harus pemuda tunduk kepada pria yang lebih tua,
tapi pria yang lebih tua juga harus "pakaian (diri) dengan kerendahan hati
terhadap satu sama lain" (1 Pet 5:5). Paulus, pemimpin besar, tidak menutup
kemungkinan atas orang lain, tetapi "membuat dirinya hamba kepada semua
orang" (1 Kor 9:19).
Model Kepemimpinan (Mat 20:28; Mrk 10:45; Luk 22:27)
Hidup dan mati, Yesus melayani (bukan tuan atas) kita untuk kebaikan
utama kami. Matius 20:28 mengatakan, "sama seperti Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Setelah menyatakan apa yang muridmuridnya tidak boleh dan harus lakukan sebagai pemimpin atau gembala, Tuhan
Yesus memberi contoh-contoh kerendahan hati dan merendahkan sebagai cara
penggembalaan yang benar. Yesus, sebagai Anak Manusia dan Raja segala raja,
seharusnya dilayani oleh semua. Tapi dia tidak hanya hidup sebagai hamba tetapi
dia juga meninggal sebagai kurban. Dalam melayani, ia pergi tentang berbuat baik
terhadap semua manusia, dalam sengsaranya ia melakukan kebaikan terbesar bagi
semua manusia. Itu niatnya sepanjang datang ke dunia ini untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan (Mrk 10:45). 87
Yesus tidak menggunakan haknya untuk tuan atas orang lain. Jika pernah
ada orang yang bisa berhak tuan atas orang lain dan berotoritas atas mereka, maka
orang tersbut akan menjadi Yesus. Namun, Yesus tidak datang untuk
87
Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006,
hal. 371. Bdk. Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall
2004, Vol. 1, No. 2. Bdk. John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and
Construct Clarification of Servant Leadership, hal.300-326.
115
menggunakan haknya sebagai Tuhan dan Raja yang berhak dapat memerintah
seluruh rakyatnya, termasuk gereja. Dia berkata, "Sebab siapakah yang lebih besar,
orang yang berada di meja atau yang melayani? Apakah bukan orang yang ada di
meja? Tapi aku di antara kamu sebagai orang yang melayani" (Luk 22:27). Yesus
yang benar bisa dilayani, dilayani orang lain seperti pelayan, menunggu di meja.
Yesus merendahkan begitu sempurna serta orang mengenalinya siapa dia
sesungguhnya, karena ia membuat dirinya tiada apa-apa dan menjadi subyek dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:5 -8). Saat Yesus
sedang sengsara, Ia diejek sebagai orang yang tidak memiliki kekuatan dan tidak
ada pengaruh.
Pemimpin atau gembala terbaik dalam Alkitab adalah ayah dari anak yang
hilang (Luk 15:11-32). Ketika anak bungsunya memiliki perasaan egois dan tidak
masuk akal dalam permintaan untuk memiliki bagiannya dari warisan ayahnya,
Luk 15:12 mengatakan, "Jadi dia membagi hartanya di antara mereka." Para ayah
yang memiliki hak dan kewenangan untuk menolak permintaan anaknya bukan
tuan atas dirinya atau menjalankan otoritas kebapaan atasnya. Sebaliknya, ia
mengambil rasa sakit yang memilukan yang diakibatkan atas sikap egois dan tak
berperasaan dari permintaan anaknya dan menyerah pada dirinya. Dia tidak
memaafkan atau menyetujui permintaan anaknya. Tapi ia ingin anaknya untuk
mencintainya dengan bebas, dan bukan karena ia tidak punya pilihan. Sang ayah
juga tidak menjadi tuan dan menjalankan kekuasaannya atas kemarahan anak
yang lebih tua, tapi ia dibujuk, dengan memberikan alasan yang masuk akal dan
memintanya untuk bergabung ke dalam pesta di rumah untuk menyambut dengan
bahagia anaknya yang lebih muda. Allah adalah seperti bapa kedua anak-anak-
116
Nya yang hilang. Bagaimana mungkin ayah begitu murah hati untuk kedua anak anaknya?
Sang ayah adalah ramah kepada semua anak-anaknya kecuali satu anak.
Pernah ada anak lain yang berteriak kepada ayahnya untuk menyelamatkannya.
Pada malam sebelum ia meninggal, ia berdoa dalam penderitaan dengan keringat
itu seperti tetesan darah jatuh ke tanah, "Bapa, ambillah cawan ini (penderitaan)
dari saya" (Mat 26:39; Mrk 14:36, Luk 22: 42). Dia tidak bisa menanggung
penderitaan siksaan atas kematian yang akan dialami. Saat Yesus meninggal, Ia
berteriak, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku" (Mat 27:46;
Markus 15:34). Berbeda dengan ayah yang mengulurkan tangan untuk kedua
anaknya hilang, Bapa ini adalah diam dan memalingkan wajahnya. Anak ini
memang ditinggalkan oleh Bapa-Nya dan ditinggalkan untuk mati dalam
kesendirian. Mengapa Bapa ini melakukan hal ini? Itu untuk memungkinkan dia
untuk mati sebagai tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28; Markus 10:45). Itu
supaya dia bisa memperpanjang cinta dan kasih karunia-Nya kepada semua anakNya yang hilang lainnya. 88
Hanya mengenal Yesus yang bukan tuan atas kita, memungkinkan kita
untuk bukan tuan atas orang lain. Kita tidak bisa mengubah diri kita sendiri. Jika
kita telah menjadi tuan atas orang lain selama beberapa dekade, kita bisa tiba -tiba
berhenti? tidak. Namun, kita bertanggung jawab untuk berhenti. Kita tidak pernah
bisa mengubah diri kita sendiri. Namun, ketika kita melihat Yesus yang menjadi
tebusan untuk menebus kita, sesuatu terjadi. Sesuatu yang misterius, megah,
mengagumkan dan ajaib menyentuh hati kita dengan cara yang tidak dapat ditolak
88
Bdk. Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, hal. 369-371. Bdk. Jay Taylor,
Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, No. 2.
117
atau menolak. Hanya Yesus menjadi tebusan bagi kita (Mat 20:28, Mrk 10:45)
bahwa kita dapat menyampaikan, membebaskan dan dibebaskan. Hanya Yesus
terkutuk bukan kita (Gal 3:13) supaya kita dapat diberkati. Hanya Yesus menjadi
dosa bagi kita (2 Kor 5:21) supaya kita bisa menjadi orang benar. Hanya Yesus
membayar harga yang mahal dari dosa yang kita seharus nya bayar (Rom 6:23 a)
supaya kita memungkin mulai hidup baru. Hanya Yesus mati untuk dosa-dosa kita
(1 Kor 15:03; 1 Pet 3:18) supaya kita yang seharusnya mati dapat hidup. Hanya
mengenal Yesus yang bukan tuan atas kita - memungkinkan kita untuk tidak
menjadi tuan dan mengintimidasi orang lain. Hanya mengenal Yesus - yang
meninggal sebagai tebusan kita - memungkinkan kita untuk mencintai dan
menghormati orang lain dari hati kita.
Kesimpulan.
Dalam teks ini, Yesus mengajar para murid bahwa kebesaran sejati dalam
kerajaan Allah mengharuskan seseorang untuk menjadi seorang hamba dan budak.
Jelas, itu radikal bagi Yesus untuk mendefinisikan kebesaran dalam hal
kehambaan. Orang Yahudi merasa dirinya bebas, tetapi mereka menganggap nonYahudi sebagai budak sosial.89 Untungnya, baik dalam arti Yahudi menjadi budak
Allah dan umum Yunani-Romawi
praktek
menjual diri ke perbudakan
memberikan model konseptual bagi mereka untuk menganggap diri mereka
sebagai telah menjadi " budak "dari Kristus. 90
Dengan demikian, mereka akan memiliki beberapa konsep subyek
penundukan untuk kemauan dan diperintah orang lain. Yesus menyimpulkan
89
Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament. (Downer‟s
Grove, IL: InterVarsity Press), 1993, hal.163.
90 Bartchy, S.S. “Servant; Slave,” International Standard Bible Encyclopedia. Edited by
Geoffrey W. Bromiley. Vol. 4. 2d ed. (Grand Rapids: W. B. Eerdmans Publishing Company),
1988, hal.420.
118
dengan menyatakan teladannya bagi mereka untuk mengikuti: "Sama seperti Anak
Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (20:28). Yesus
mungkin sedang menyinggung sini untuk hamba yang menderita dari Yesaya 53,
yang menawarkan kehidupan-Nya atas banyak orang. Ini juga merupakan standar
Yahudi "berapa banyak lagi" (qal vahomer) argumen: Jika tuannya dilayani,
berapa banyak lagi yang harus mereka lakukan juga. 91 Murid-murid Kristus
dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya tentang kerendahan hati, melayani dan
pengorbanan diri sendiri.
92
Dalam terang Matius 20:25-28, apa yang bisa
dikatakan kepemimpinan hamba hari ini? Empat prinsip aplikasi akan disorot dari
pembahasan sebelumnya. Pertama, benar-benar pelayanan "besar" harus ditandai
dengan tidak mementingkan diri sendiri. Seseorang tidak harus mencari posisi
atau kekuasaan, kebesaran jabatan yang dicapai hanya melalui jasa dan
pengorbanan diri. Hal ini bertentangan dengan filosofi kepemimpinan yang
berlaku, yang mendorong "salah satu cara bekerja menuju puncak (kekuasaan,
kebesaran, jabatan, uang)" dan "berjuang mempertahankan posisi kekuasaan."
Ketika tempat hamba Allah dalam posisi tanggung jawab dan komando, mereka
harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan itu. Sebaliknya,
mereka harus menjaga sikap ketaatan sebagai hamba. Tidak peduli apa tugas uang
tuan minta mereka untuk lakukan, tidak ada tempat untuk sombong, karena
mereka hanya melakukan apa yang diminta dari mereka sebagai hamba Allah.
Mereka harus melaksanakan tugas mereka dalam rendah hati, layanan rela
berkorban untuk orang lain.
91
Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament, hal.100.
Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary. Edited by David A. Hubbard and
Glenn W. Barker. Vol. 33B. (Dallas: Word Books, Publisher), 1995, hal.581.
92
119
Kedua, mereka yang benar-benar dalam posisi seorang hamba menyadari
bahwa status mereka tidak didasarkan pada siapa mereka atau apa yang mereka
lakukan, tapi kepada siapa mereka milik. Mereka tidak memiliki status mereka
sendiri tetapi hanya menyandang status tuan mereka. Mereka tidak akan berusaha
untuk mendapatkan status berdasarkan setiap pekerjaan yang dilakukan, atau
prestasi. Sebaliknya, semua kekuasaan dan kemuliaan dilakukan untuk Yesus
Kristus. Tidak diperlukan perjuangan untuk pengakuan manusia dimana untuk
menandakan seorang pemimpin yang rendah hati.
Ketiga, hamba berutang ketaatan eksklusif dan mutlak pada tuannya.
Apapun yang tuan katakan kepada mereka untuk melakukan mereka harus
bersedia untuk mematuhi perintah-Nya. Seorang hamba sadar akan fakta bahwa ia
telah kehilangan semua hak untuk merdeka dan secara lengkap tunduk kepada
kehendak tuannya.
Keempat, hamba tidak berusaha dengan usaha mereka sendiri untuk
menyediakan kebutuhan mereka dan mengumpulkan harta duniawi yang besar.
Sebaliknya, hamba bergantung pada penyediaan tuannya. Tuan akan selalu
melihat bahwa hamba memiliki apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kehendak-Nya. Pegawai mengakui bahwa segala sesuatu yang mereka telah miliki
atau dapat adalah milik tuan. Kaum materialisme memandang bahwa mere ka
mengejar kekuasaan, jabatan, uang dan lainnya sebagai usaha menjaring
"keamanan finansial", sedangkan bagi hamba, pencarian harta duniawi hanya
sebagai tambahan dari pencarian terlebih dari dari Kerajaan Allah dan
kebenarannya
(Mat.6:33).
120
Singkatnya, jelas bahwa permintaan Yakobus dan Yohanes mencerminkan
perspektif terdistorsi nilai-nilai kepemimpinan masyarakat mereka, dimana
kebaikan terbesar tampaknya bahwa yang melayani diri dengan mencari
kehormatan, posisi, kemuliaan dan prestise. Namun, kerajaan yang dibawa oleh
Yesus
mendefinisikan
kebesaran
kepemimpinan
dengan
cara-dalam
hal
kehambaan sepenuhnya berlawanan. Cara ini asing bagi dunia dan sifat manusia,
namun itu adalah jalan Yesus dan demikian menjadi cara murid-Nya. Muridmurid Kristus harus ditandai dengan kerendahan hati dan kehambaan yang
ditandai Jesus.93
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Plummer, An Exegetical Commentary on the Gospel According to S.
Matthew (London: Robert Scott, 1909),
Antonia Fraser, Cromwell: Our Chief of Men (St. Albans: Panther, 1975)
A. Richardson, An Introduction to the Theology of the New Testament,( London,
1961)
Bartchy, S.S. “Servant; Slave,” International Standard Bible Encyclopedia. Edited
by Geoffrey W. Bromiley. Vol. 4. 2d ed. (Grand Rapids: W. B. Eerdmans
Publishing Company, 1988)
B. Reicke, “Synoptic Prophecies on the Destruction of Jerusalem,” in Studies in
New Testament and Early Christian Literature, Fs. A. P. Wikgren, ed. D. E. Aune
(Leiden: Brill, 1972),
Ben F. Meyer, The Aims of Jesus (Philadelphia: Fortress, 1979)
B.F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).Carson
Pue, Mentoring Leader, Yayasan Andi Ofset, Yogjakarta, 2005.)
C Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984),
93
Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary, hal.583.
121
C. F. D. Moule, “St. Matthew‟s Gospel: Some Neglected Features,” SE 2 (1964):
90-99; Moule)
D.A. Carson, Douglas J. Moo, dan Leon Morris, An Introduction to New
Testament, (Grand Rapids: Zondervan),
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru: Volume 1, (Surabaya: Momentum,
penerj. Hendry Ongkowidjojo, cet.2, 2010),
E. J. Goodspeed, Matthew: Apostle and Evangelist, (Philadelphia: J. C. Winston,
1959).
F. W. Beare, The Gospel According to Matthew (Oxford: Blackwell, 1981),
Fry, L. W. Toward a theory of spiritual leadership. (Leadership Quarterly, 2003)
Hagner, Donald A. Word Biblical Commentary. Edited by David A. Hubbard and
Glenn W. Barker. Vol. 33B. (Dallas: Word Books, Publisher, 1995) Henri
Nouven, The Way of The Heart, Ballantine Books, 1981
Jansen Sinamo, Kerja Profesional,( Bina Media Informasi, Jakarta. 2012)
Jansen H. Sinamo, Agus santosa, Pemimpin Kredibel,Pemimpin
Visioner(,Jakarta, Intitut darma Mahardika 2002,)
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di sekeliling anda(,Mitra
Media,2001)
.
John P. Meier, The Vision of Matthew: Christ, Church, and Morality in the First
Gospel (New York: Paulist, 1979
J. A. T. Robinson, Redating the New Testament (Philadelphia: Westminster,
1976)
Martin Hengel, Studies in the Gospel of Mark (Philadelphia: Fortress, 1985),
J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
John Gresham Machen, New Testament Greek for Beginners, New York: Prentice
Hall
Johnson, S. D., & Bechler, C.c. Examining the relationship between listening
effectiveness and leadership emergence: Perceptions, behaviors, and recall. (Small
Group Research, 1998)
122
James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I
Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908
J. Duncan M. Derrett, Studies in the New Testament: Glimpses of the Legal and
Social Presuppositions of the Authors v. 1
James Hope Moulton, A Grammar of New Testament Greek. Volume I
Prologomena. Edinburgh: T & T Clark. 1908
J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal.401. Bdk. mis. Gerhardus von Rad,
Theologie des Alten Testaments, Munchen, 1960
John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct
Clarification of Servant Leadership. Jurnal, Faculty Publications: Agricultural
Leadership, Education & Communication Department. Paper 51. Juni 2006
Jay Taylor, Servant Leadership, Encounter: Journal for Pentecostal Ministry, Fall
2004
Jacob van Bruggen, Markus: Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006
John E. Barbuto dan Wheeler, Daniel W., Scale Development and Construct
Clarification of Servant Leadership
Keener, Craig S. The IVP Bible Background Commentary: New Testament.
(Downer‟s Grove, IL: InterVarsity Press), 1993
M. Smallwood, The Jews Under Roman Rule (Leiden: Brill, 1976)
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu, Malang: Departemen Literatur
YPII, 1999)
Paul T. P. Wong dan Don Page, Servant Leadership: An Opponent Process Model
and The Revised Servant Leadership Profile, paper, October, 2003
R.H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art,
Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on his Literary and Theological
Art, (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 1982)
Shuster, J. Transforming your leadership style. (Association Management, 1994)
123
W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, AB 26 (Garden City, N.Y.: Doubleday,
1981),
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet.11,
2012)
William Douglas Chamberlain, An Exegetical Gramar of the Greek New
Testament
W. L. Lane, The Gospel According to Mark, NICNT (Grand Rapids: Eerdmans,
1974)
Wolff, S. B., Pescosolido, A. T., & Druskat, V. U. Emotional intelligence as the
basis of leadership emergence in self-managing teams. (Leadership Quarterly,
2002)
124
Download