1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran bahasa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengajaran bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak
baik oleh guru bidang studi bahasa Indonesia, keluarga, maupun masyarakat.
Kedudukan dan peranan bahasa Indonesia marupakan keberhasilan dalam setiap
aspek pendidikan.
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diharapkan mampu
mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan segala potensi yang dimilikinya
secara optimal, yaitu guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
Keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran dikelas, terkait dengan kemampuan
guru, baik sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana dilapangan.
Selain itu,guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang pembelajaran berdasarkan
pengalaman
belajar
siswa
sehingga
menghasilkan
pembelajaran
yang
bermakna(Wahab. A dalam Winihasih 2006).
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia (Keraf, 1979:16).Tanpa adanya suatu
bahasa, manusia tidak bisa berkomunikasi, apalagi mengungkapkan ide-ide atau
konsep-konsep yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Oleh karena itu, bahasa
dipandang sebagai hal yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia untuk
mengadakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berkomunikasi,
manusia memakai sistem tanda-tanda atau lambang-lambang bunyi yang dinyatakan
1
dengan sadar. Bunyi-bunyi disusun menjadi kata dan kata-kata disusun menjadi
kalimat berdasarkan peraturan-peraturan tertentu. Dengan adanya kalimat-kalimat
itulah manusia bisa berkomunikasi dengan orang lain.
Pada umumnya bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota
masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan
kepentingan yang beraneka ragam. Untuk itu, para pemakai bahasa komunikatif
memerlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai ragam bahasa
yang dapat mendukung pengembangan pengetahuan keterampilan berkomunikasi.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ada secara lisan, dan
ada juga secara tertulis. Pemakaian bahasa secara lisan dapat dijumpai dalam siaran
televisi, siaran radio, dan dalam percakapan, baik secara formal maupun non formal.
Sedangkan pemakaian bahasa secara tertulis dapat dijumpai dalam kegiatan suratmenyurat, karang-mengarang, mencatat dan pembuatan laporan-laporan. Bahasa
memegang peran penting sebagai alat perhubungan antar anggota masyarakat, dengan
demikian menentukan pula pergaulan di masyarakat.
Menyadari akan pentingnya fungsi bahasa dengan ruang lingkup yang luas, dari
pergaulan masyarakat sampai pada pemanfaatan ilmu pengetahuan, artinya bahwa
bahasa Indonesia dipergunakan di segala bidang pendidikan. Di samping itu, fungsi
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mendapat tanggapan dalam pikiran
manusia, disusun, dan diungkapkan kepada orang lain sebagai bahan komunikasi.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan bahwa : “Kami Putra dan Putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Dalam perkembangannya
bahasa Indonesia telah diresmikan menjadi bahasa negara berdasarkan UUD RI
Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 yang berbunyi : “ Negara ialah bahasa Indonesia”.
2
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, baik seebagai bahasa nasional
maupun sebagai bahasa negara sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bahasa Indonesia mendukung seluruh aktivitas di segala segi kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam
kaitannya dengan kehidupan warga negara Indonesia secara individual juga sangat
penting.
Sehubungan dengan hal itu, sekolah sebagai lambang pendidikan formal
mempunyai peran yang cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Karena pada dasarnya tujuan pengajaran bahasa
pada setiap jenjang pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan be mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pengajaran kalimat merupakan salah satu pembelajaran yang terdapat dalam
kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia mulai tingkat Sekolah Dasar sampai dengan
Sekolah Menengah. Pengajaran menganalisis kalimat majemuk berupa penggunaan
kalimat tunggal, pengembangan serta penggabungan kalimat.
Pengajaran tata kalimat di SMP oleh guru bahasa Indonesia disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku. Pengajaran kalimat diberikan secara terpadu dengan unsuunsur kebahasaan yaitu struktur dan kosa kata, dalam aspek keterampilan yang ada
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. .
Dalam penggunaan bahasa Indonesia kalimat merupakan unsur terkecil utama
yang mendukung terbentuknya sebuah paragraph-wacana dan menjadi baik apabila
kalimat-kalimat pendukungnya tersusun secara baik pula. Dan apabila kita memegang
peranan penting dalam pemakian bahasa Indonesia sehari-hari, baik lisan maupun
tulisan.
3
Dengan menggunakan kalimat majemuk bertingkat biasanya siswa dapat
menyusun suatu paragraf atau wacana. Tidak hanya dengan menggunakan kalimat
tunggal saja. Kalimat majemuk bertingkat bagian-bagian kalimat seperti subjek,
predikat, objek dan keterangan (adverbal), yang dapat diperluas menjadi pola kalimat
baru. Dan bisa juga dengan menghubungkan beberapa kalimat tunggal, yang
dihubungkan dengan kata penghubung. Unsur-unsur kalimat yang digunakan tidak
sederajat atau sejajar.
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam menganalisis kalimat
majemuk masih banyak menemui suatu hambatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
perhatian siswa dalam menerima pembelajaran, siswa tidak memperhatikan pada saat
guru menjelaskan (bermain-main). Kurangnya perhatian guru terhadap siswa, karena
guru juga manusia biasa pasti ada saja kekurangan yang harus disempurnakan lagi
sehingga menjadi lebih baik. Solusi yang harus ditingkatkan adalah membaca buku
lebih rajin dan yang paling utama adanya minat belajar siswa harus dibangkitkan.
Untuk kriterian ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa adalah 8,0.
Bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 8,0 akan melakukan remidi
(mengulang) samapai siswa itu memang benar-benar mengerti terhadap materi yang
diajarkan.
Adapun tahapan yang harus diterapkan dalam strategi pembelajaran
konstruktivisme yaitu: orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Maka
peneliti memilih objek seperti ini, karena peneliti ingin menggali potensi siswa
mengenai kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan
strategi pembelajaran konstruktivisme dan nantinya hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pada dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran
4
bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian
dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat
dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1
SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, maka
masalah yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan
kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP
Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.
Bagaimanakah langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penerapan strategi
pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan menganalisis
kalimat majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun
Pelajaran 2012/2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Segala sesuatu yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Dalam hal ini ada
tujuan yang ingin dicapai.
1.3.1 Tujuan Umum
- Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang
selengkap-lengkapnya dan ikut menyumbangkan pikiran dalam rangka
pembinaan dan perkembangan bahasa Indonesia.
- Sebagai umpan balik bagi guru dalam proses mengajar bahasa Indonesia.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk mendapatkan informasi yang pasti dalam strategi pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat
majemuk bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua.
- Untuk menemukan langkah-langkah apa saja yang di tempuh untuk
meningkatkan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat
melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas
VIII.1 SMP Nusa Dua.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini memfokuskan pada :
1.
Peningkatan kemampuan menganalisis kalimat majemuk.
2.
Menerapkan strategi pembelajaran konstruktivisme.
1.5 Mamfaat Penelitian
Setiap bentuk usaha yang dilakukan pasti memiliki harapan-harapan yang
dicapai sehingga hasilnya bisa bermanfaat. Demikian halnya pada penelitian ini yang
memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:
1.5.1 Mamfaat Teoritis
- Diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan wawasan terhadap
keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menganalisis kalimat
majemuk.
- Dapat memberikan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia di
SMP Nusa Dua.
6
1.5.2 Manfaat Praktis
- Guru
Penelitian ini akan bermamfaat bagi guru sebagai masukan untuk lebih
kreatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam
menganalisis kalimat majemuk.
- Bagi Siswa
Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi siswa kelas VIII.1 di SMP Nusa
Dua, karena dengan metode konstruktivisme kemampuan siswa dalam
menganalisis kalimat majemuk dapat ditingkatkan.
- Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan bermamfaat bagi peneliti karena peneliti sebagai
calon guru yang nantinya dapat menerapkan media gambar dalam
pengajaran menganalisis kalimat majemuk.
- Bagi lembaga
Bagi lembaga, tempat penelitian menempuh pendidikan hasil penelitian ini
dapat di manfaatkan sebagai referensi serta digunakan sebagai bahan
pengajaran mata kuliah penulisan karya ilmiah.
1.6 Asumsi
Rencana penelitian ini berdasarkan seperangkat asumsi. Adapun yang dimaksud
asumsi adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan. Hal ini
merupakan suatu pegangan yang sangat penting dalam mengadakan suatu penelitian.
Seperangkat asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
7
1.
Semua siswa memiliki fasilitas yang sama dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2.
Pengajaran tentang kalimat majemuk di kelas VIII.1 SMP Nusa Dua telah
sesuai dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3.
Guru yang mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas VIII.1 SMP Nusa
Dua memiliki kewenangan mengajarkan bahasa Indonesia .
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu
pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk
meningkatkan berpikir dan bernalar serta memperluas wawasan.
Untuk menyampaikan ide atau gagasan, kita hendaknya mendalami penggunaan
bahasa Indonesia terutama penggunaan struktur kalimat tunggal maupun kalimat
majemuk. Kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis, yaitu : kalimat
majemuk rapatan, kalimat majemuk setara (koordinator) dan kalimat majemuk
bertingkat (sub ordinatif).
Dari bentuk kalimat majemuk yang ada, penulis hanya membahas kalimat
majemuk bertingkat (sub ordinatif) saja, namun kiranya penulis singgung sedikit
pengertian kalimat, pengertian kalimat majemuk, pengertian kalimat majemuk
rapatan dan pengertian kalimat majemuk setara.
2.1 Pengertian kalimat
Kalimat adalah kesatuan ujaran yang terkecil, berintonasi dan mengandung
pikiran
serta didukung dengan situasi
(Zainuddin,1991:59).Menurut Keraf,
(1970:154) kalimat adalah suatu kumpulan kata-kata yang terkecil yang mengandung
pikiran yang lengkap. Kalimat juga didefinisikan sebagai suatu bahasa yang relatif
9
dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa
(Tarigan,1985:5).
Mencermati pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa kalimat
mengandung nilai-nilai makna, perasaan dan dapat dipahami oleh kontribusi
pemikiran yang mampu melahirkan suasana komunikasi yang berkesinambungan.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kalimat adalah
suatu bahasa yang mengandung makna, pesan yang digunakan untuk mengutarakan
isi pikiran atau perasaan dalam situasi tertentu yang relatif berdasarkan pada unsur
alphabet kata, intonasi, frase dan klausa yang dapat dipahami oleh orang lain baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan.
2.2 Pengertian Kalimat Majemuk
Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut mengenai kalimat majemuk, perlu
kiranyaa disinggung sedikit penjelasan kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah suatu
kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau
lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola
yang baru (Keraf,1978:169).
Contoh :Anak itu menendang bola
Kalimat diatas adalah sebuah kalimat tunggal, kalimat tunggal ini bisa dirubah
menjadi kalimat majemuk. Cara mengubahnya ada bermacam-macam, ada dengan
jalan memperluas salah satu unsurnya.
Contoh: Anak yang kau sebut kemarin itu, menendang bola.
Bentuk kalimat semacam ini disebut kalimat majemuk.
10
Jadi kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas
sedemikian rupa sehingga perluasannya itu membentuk satu atau lebih pola kalimat
yang baru disamping pola yang sudah ada (Keraf, 1978: 187)
2.3 Pembagian Kalimat Majemuk
Menurut Heru Suparman (1981:23) kalimat majemuk dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu : a) kalimat majemuk rapatan, b) kalimat majemuk setara, dan c) kalimat
majemuk bertingkat.
2.3.1 Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat yang mempunyai kesamaan unsur,
maka kalimat-kalimat itu dapat digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan
menuliskan atau menyebutkan satu kali unsur-unsur yang sama itu atau merapatkan
unsur-unsur lain.
2.3.2 Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat tunggal yang digabungkan menjadi
sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal yang digabungkan itu
tidak kehilangan unsur-unsurnya(Herusantosa,1981:133).
2.3.3 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk rapatan dan
kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk bertingkat seluk-beluk yang cukup
banyak variasinya. Pada kalimat majemuk bertingkat terdapat istilah induk kalimat,
anak kalimat dan bahkan kadang-kadang ada cucu kalimat dan cicit kalimat. Istilah
induk kalimat memberitahukan kepada kita bahwa pada kalimat majemuk bertingkat
terdapat kalimat yang tidak sederajat kedudukannya.
11
Selanjutnya akan dijelaskan pengertian kalimat majemuk bertingkat: kalau
sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat
dan kalimat bentuknya ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan
terbentuklah kalimat majemuk bertingkat dengan ketentuan:
1.
Sisa kalimat sumber disebut induk kalimat
2.
Kalimat bentuknya disebut anak kalimat
3.
Anak
kalimat
diberi
nama
sesuai
dengan
sumber
yang
akan
digantinya.(Herusantosa,1981:56)
Contoh : Kedatangannya disambut oleh rakyat kemarin.
Kalau kalimat tunggal diatas kita analisis menurut jabatannya akan terjadi
-
Kedatangannya = Subjek
-
Disambut
= Predikat
-
Oleh rakyat
= Objek pelaku
-
Kemarin
= Keterangan tempat
Ternyata kalimat diatas terdiri dari empat unsur, tiap unsur yang ada dapat
diganti atau dikembangkan dengan kalimat.
Misalnya :
-
Unsur kemarin diganti dengan ketika matahari mulai condong ke barat
Penjelasan :
1) Induk kalimat
-
Kedatangan disambut oleh rakyat
2) Anak kalimat :
-
Ketika matahari mulai condong ke barat
12
Dalam tata bahasa Indonesia juga dijelaskan pengertian kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola-polanya tidak sederajat, salah satu pola
atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi
kedudukannya disebut induk kalimat sedangkan bagian yang lebih rendah
kedudukannya disebut anak kalimat (Keraf,1978:189).
Begitu juga dalam tata bahasa Indonesia dikatakan pengertian kalimat majemuk
bertingkat adalah kalimat yang dibangun oleh beberapa pola kalimat atau klausa
bebas. Hubungan antarklausa bersifat koordinatif, atau secara popular disebut
hubungan setara. Karena itu, ada pustaka yang menyebutnya kalimat majemuk setara
(Mulyono,2002:110).
Berdasarkan ketiga pendapat diatas kita tidak menemukan suatu perbedaan
prinsip, tetapi cara penyampaiannya yang berbeda sehingga dengan demikian dapat
penulis simpulkan bahwa kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang salah satu
unsur kalimat tunggal yang diperluas dan hasil perluasannya membentuk pola kalimat
baru. Pola kalimat yang kedudukannya lebih tinggi disebut induk kalimat, sedangkan
pola kalimat yang kedudukannya lebih rendah disebut anak kalimat atau pola kalimat
yang digabungkan tidak sederajat atau setara.
Perlu juga diketahui hubungan kalimat majemuk bertingkat ada secara ekslisit
dan implisit.
1)
Kalimat majemuk yang berhubungan secara eksplisit adalah hubungan anatara
anak kalimat dan induk kalimat yang ditandai dengan adanya kata penghubung:
karena, jika, oleh karena, kecuali dan sebagainya. Semua kata sambung yang
mendahului anak kalimat langsung menjadi tanda atau jenis anak kalimat
13
tersebut. Kata tugas : agar, supaya menunjukkan bahwa anak kalimat tersebut
pengganti keterangan tujuan.
Contoh :
2)
a.
Agar Ayah tetap sehat, saya memberikan obat ini kemarin.
b.
Jika ia menepati janjinya, aku akan memberikan hadiah.
Kalimat majemuk bertingkat yang berhubungan secara implisit adalah apabila
hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat tanpa menggunakan kata
sambung, melainkan hanya ada jeda atau hubungan batin.
Contoh :
a.
Habis manis sepah dibuang.
b.
Ia menepati janjinya, aku akan member hadiah
2.4 Unsur-Unsur Kalimat Majemuk Bertingkat
Unsur yang terdapat pada kalimat majemuk bertingkat meliputi unsur subjek,
objek, dan keterangan (adverbal). Tiap-tiap unsur dapat diganti dengan kalimat.
1)
Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Subjek
Contoh :
1) Kalimat tunggal
: Gadis sedang naik ke atas panggung
2) Kalimat majemuk bertingkat : Gadis yang menjadi juara naik ke atas
panggung
Penjelasan :
1) Induk Kalimat (IK)
2) Anak Kalimat (AK)
: Gadis sedang naik ke atas panggung
: yang menjadi juara
14
2)
Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Predikat
Contoh :
1) Kalimat tunggal
: Mereka belajar
2) Kalimat majemuk bertingkat : Mereka adalah anak-anak yang mempelajari
puisi
Penjelasan :
3)
1) Induk Kalimat(IK)
: Mereka belajar
2) Anak kalimat
: Anak-anak yang mempelajari puisi
Kalimat Majemuk Bertingkat Pengganti Anak Kalimat Objek
Contoh :
1) Kalimat tunggal
: Guru menasehati anak kemarin
2) Kalimat Majemuk bertingkat : Guru menasehati murid yang tidak pernah
masuk
Penjelasan :
4)
1) Induk kalimat (IK)
: Guru menasehati anak kemarin
2) Anak kalimat (AK)
: Murid yang tidak pernah masuk
kemarin
Kalimat Majemuk Berttingkat Pengganti Anak Kalimat Keterangan
(Adverbal).
Contoh :
1) Kalimat tunggal
: Ayah menulis surat tadi pagi
2) Kalimat majemuk bertingkat
: Ayah menulis surat ketika ibu membaca
Koran
15
Penjelasan :
5)
1) Induk kalimat (IK)
: Ayah menulis surat tadi pagi
2) Anak kalimat (AK)
: ketika ibu membaca Koran
Pengembangan
Unsur-Unsur
Kalimat
Menjadi
Kalimat
Majemuk
Bertingkat
Unsur yang dapat dikembangkan pada kalimat majemuk bertingkat meliputi
unsur, 1) subjek, 2) predikat, 3) objek dan 4) keterangan (adverbal).
1.
Pengembangan subjek memiliki empat cara yaitu:
a)
Menggunakan kata ganti penghubung
b) Anak kalimat didahului oleh kata penghubung
c)
Anak kalimat berbentuk kalimat langsung
d) Anak kalimat menggunakan struktur kalimat Tanya
2.
Pengembangan Predikat (Sebutan)
Pengembangan Predikat mempunyai dua cara yaitu:
a)
Anak kalimat terletak di belakang titik dua.
b) Anak kalimat berbentuk kalimat langsung.
3.
Pengembangan Objek
a)
Anak Kalimat Objek Penderita
b) Anak Kalimat Objek Pelaku
c)
Anak KalimatObjek Penyerta atau Objek Berkepentingan
d) Objek Berkata Depan
4.
Pengembangan Keterangan (Adverbal)
16
a)
Anak Kalimat Keterangan Waktu
b) Anak Kalimat Keterangan Tempat
c)
Anak Kalimat Keterangan Sebab
d) Anak Kalimat Keterangan Akibat
e)
Anak Kalimat Keterangan Syarat
f)
Anak Kalimat Keterangan Tujuan
g) Anak Kalimat Keterangan Perlawanan
h) Anak Kalimat Keterangan Perbandingan
i)
Anak Kalimat Keterangan Alat
j)
Anak Kalimat Keterangan Keadaan
k) Anak Kalimat Keterangan Perwatasan
l)
Anak Kalimat Keterangan Jumlah
m) Anak Kalimat Keterangan Asal
n) Anak Kalimat Keterangan Modalitas
o) Anak Kalimat Keterangan Derajat
2.5
Konstruktivisme
2.5.1 Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme pada dasarnya merupakan sebuah teori tentang proses orang
belajar. Teori ini memandang seseorang sebagai makhluk yang aktif dalam
mengonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam
konteks pembelajaran, siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun
pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri
dan merefleksikan pengalaman tersebut. Dalam konstruktivisme, guru berperan
17
sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran konstruktivisme,
penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh siswa sendiri. Pengembangan
pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan berupa masalahmasalah dari dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan siswa,untuk dibahas dan
dicari jalan keluarnya ( Oliver dalam Mudjiman, 2008: 25). Trianto (2009:106)
mengatakan bahwa dalam pembelajaran kontruktivisme, siswa harus menemukan
sendiri dan mentranformasikan informasi kompleks, menyesuaikan informasi baru
dengan aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Dalam hal ini siswa harus benar-benar
memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar bekerja mengerjakan
dan mencari solusi yang terbaik.
2.5.2 Karakter Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
Wena
(2009:140)
mengungkapkan
karakter
strategi
pembelajaran
konstruktivisme sebagai berikut :
a.
Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.
b.
Siswa didorong untuk menemukan / mengfontruksi sendiri konsep yang
sedang dikaji.
c.
Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jawab menyelesaikan tugas
bersama.
d.
Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras.
2.5.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Konstruktivisme
Prisip-prisip pembelajaran dengan strategi pembelajaran konstruktivisme telah
melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan
model pembelajaran yang menekannkan bahwa proses belajar siswa adalah pelaku
18
aktif kegiatan belajar dengan membangun sendiri pengetahuan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang
dimilikinya. Baharudin dan Esa (2008:128-139)
memaparkan beberapa model pembelajaran yang didasarkan kontruktivisme anatara
lain discovery learning,reception learning, aisted learning, active learning, the
accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.
Dari tujuh model pembelajar tersebut, peneliti hanya menggunakan model
pembelajaran reception learning karena model pembelajaran ini mempunyai
karakteristik tersendiri, yaitu menekankan keaktifan siswa dalam belajar dan
menekankan cara-cara siswa mengkonstruksi pengetahuan yang sudah ada, agar dapat
menjadi bagian dari pengetahuan yang baru. Selain itu, model pembelajaran ini
menekankan beberapa tahap yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, di
antarannya melalui diskusi, observasi, eksperimen/percobaan, pemutaran film-film,
atau tugas-tugas belajar. Melalui eksperimen yang dilakukan, siswa dapat menunjang
sistematika
berpikir
dalam
menuangkan
idenya.
Desain
Pembelajaran
Konstruktivisme. Unsur-unsur desain menurut Mudjiman (2008:30) yaitu:
a.
Penetapan masalah, utamanya oleh guru, tetapi sejauh mungkin melibatkan
siswa.
b.
Pengelompokan siswa dengan mempertimbangkan berbagai faktor
sehingga kelompok tersebut dapat produktif.
c.
Upaya
menghubungkan
pengetahuan
yang
telah
dimiliki
dengan
pengetahuan yang akan dicari, sesuai dengan pemahaman kostruktivisme.
d.
Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan menjawab masalah.
e.
Pengomunikasian hasil kerja kelompok dengan kelompok lain; dan
19
f.
Refleksi terhadap kegiatan yang telah dijalankan dalam upaya memecahkan
masalah.
2.5.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme seperti yang dinyatakan oleh Thansoulos (dalam Mudjiman
2008:28) memiliki beberapa prinsip antara lain:
a.
Lebih berkepentingan dengan belajar bukan mengajar.
b.
Mendorong insiatif pembelajaran dalam melakukan kegiatan belajar.
c.
Menganggap pembelajaran sebagai penentu keterlaksanaan rencana untuk
mencapai tujuan belajar.
d.
Lebih mendorong munculnya rasa keingintahuan secara ilmiah, tidak
buatan.
e.
Memperhitungkan kepercayaan sikap dan motivasi pembelajaran dalam
mendorong mereka belajar.
f.
Menganggap belajar sesuatu yang tidak mungkin terpisah dengan segala
sesuatu yang telah diketahui pembelajaran.
g.
Belajar adalah aktif dan memerlukan orang lain dalam pelaksanaannya.
2.5.5 Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Wena (2009:140-143) terdapat 5 tahapan strategi pembelajaran
konstruktivisme adalah: orientasi, eksplorasi, interprestasi, rekreasi, dan evaluasi.
1.
Orientasi
Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dalam langkah
pembelajaran. Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkahlangkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta penilaian yang
20
diterapkan. Menurut Borich (dalam Wena, 2009:140) “ tahap orientasi sangat penting
dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan arah atau petunjuk bagi
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan”.
2.
Eksplorasi
Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang
dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca,
melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,
dan
sebagainya.
Melakukan
kegiatan
eksplorasi,
siswa
dirangsang
untuk
meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu kegiatan
belajar selanjutnya.
3.
Interpretasi
Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis,
diskusi,tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu
diperlukan kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat
tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah
meninjau dari berbagai aspek.
4.
Rekreasi
Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji menurut
kreasinya masing-masing. Menurut Clegg dan Berch (dalam Wena,2009:141) “ pada
setiap
akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu
menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari menjadi bermakna, lebih-lebih
untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari”.
21
5.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan
kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah
kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan
logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama
dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran
adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa. Kriteria penilaian
dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.
2.5.6 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM).
2.5.7 Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar.
1. Makna Belajar
Menurut
kaum
konstruktivis,
belajar
merupakan
proses
aktif
pelajar
mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar
juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau
bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2) Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik
secara kuat maupun lemah.
22
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan
kembali pemikiran seseorang.
4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan
yang
merangsang
pemikiran
lebih
lanjut
situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk
memacu belajar.
5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungan.
6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang dipelajari (Paul Suparno 2001:61).
2. Peran Pelajar
Bagi kaum konstrutivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar
membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri apa yang mereka
pelajari. Pelajar sendirilah yang bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Mereka
membawa pengertiannya yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri
yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna,
membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan
ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam
pengalaman
yang
baru
(Paul
Suparno,
2001:62).
Belajar merupakan proses organik untuk menemukan sesuatu bukan suatu proses
23
mekanik untuk mengumpulkan fakta. Belajar itu suatu perkembangan pemikiran
dengan membuat kerangka. Pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya
pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek,
memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog,
mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan
lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru. Pelajar harus membentuk
pengetahuan mereka sendiri dan guru membentuk sebagai mediator dalam proses
pembentukan itu. Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001:62) belajar
berarti terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses
selalu memperbaiki tingkat pemikiran yang tidak lengkap.
3. Makna Mengajar
Bagi
kaum
konstruktivis
menurut
Bettencourt
(1989)
dalam
Paul
Suparno(2001:65) mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru
ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan
justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.
4. Fungsi dan Peran Pelajar
Pengajar sebagai mediator dan fasilitator, menurut prinsip konstruktivis, seorang
pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar
proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan
bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator
dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
24
a)
Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung
jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Oleh karena itu
jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keigintahuan murid dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya
dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang
merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan
pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus
menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.
c)
Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah
pemikiran murid
jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang
berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid
(Paul Suparno, 2001:66).
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa
kegiatan yang dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh
pengajar yaitu:
a)
Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti
apa
yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
b) Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama
sehingga sungguh terlibat.
c)
Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar
juga di tengah pelajar.
25
d) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
e)
Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir bedasarkan
pengandaian yang tidak diterima guru (Paul Suparno, 2001: 66).
2.5.8 Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme
1. Kelebihan
1) Berpikir :Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk
menyelesaikan masalah, menjana ide dan membuat keputusan.
2) Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina
pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengapliksikannya
dalam semua situasi.
3) Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka
akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin murid melalui pendekatan ini
membina sendiri kepahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4)
Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan
rekan
dan
guru
dalam
membina
pengetahuan
baru.
http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/met
ode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran).
26
2. Kelemahan
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi,
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda,
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa, dan yang kebih penting lagi, dan
4)
Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan.http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/20
12/12/09/metode-konstruktivisme/.(strategi pembelajaran)
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Di dalam mengadakan suatu penelitian, peneliti harus menggunakan sebuah
metode. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam kegiatan
mengadakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (Netra, 1974:1).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quozi eksperimen. Quozi
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan tindakan kepada
siswa dan semua populasi atau siswa digunakan sebagai subjek eksperimen data
(Satyasa, 2008:24).
Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini metode yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) subjek,
objek, dan tempat penelitian, (3) rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian, (5)
pengumpulan data, dan (6) analisis data.
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa
inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di kelas. Menurut Caar dan Kemmis (Wardani 2007:1-3) penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial yang menggunakan refleksi
diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya,serta
bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.
28
PTK sebagai penelitian dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan dapat meningkatkan pembelajaran di kelas. Dalam penelitian
tindakan kelas memiliki tiga pengertian yaitu:
1.
Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermamfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
2.
Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.
3.
Kelas dalam hal ini terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian
yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan
dan pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah kelompok siswa
dalam kurun waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama pula (Arikunto, 2010:1).
3.2
Subjek, Objek, Tempat Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dikenai tindakan (Wendra,2007:53). Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau individu yang akan diteliti adalah
siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung yang jumlah siswa laki-laki 15 orang dan
jumlah siswa perempuan 19 orang dengan jumlah seluruhnya 34 orang dalam satu
kelas. Objek yang mencerminkan proses mencakup tindakan yang dilakukan dan
materi yang digunakan. Objek yang mencerminkan produk mencakup yang
diharapkan mengalami perbaikan respon siswa (Wendra,2007:54). Yang menjadi
objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menganalisis kalimat
29
majemuk bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada
siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sedangkan
lokasi/tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Nusa Dua
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
3.3
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Kunandar
(2008:45) menjelaskan penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian
ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis, terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti. Sejak disusunnya suatu
perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan-tindakan nyata di dalam kelas yang
berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Penelitian tindakan kelas lebih diarahkan pada praktik
pemecahan masalah yang terjadi dalam proses belajar-melajar. Untuk memecahkan
masalah tersebut diperlukan suatu tindakan secara bertahap (bersiklus). Berdasarkan
refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan
prosedur sebagai berikut.
1.
Perencanaan atau Planning
adalah tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
menganalisis kalimat majemuk.
2.
Tindakan atau acting
adalah pembelajaran seperti apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
meningkatkan kemampuan menganalisi kalimat majemuk bertingkat.
30
3.
Pengamatan atau observing
adalah pengamatan penelitian terhadap peran serta siswa selama pembelajaran
dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa dan;
4.
Refleksi atau reflecting
adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari
pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar-mengajar
selanjutnya.
Skema 01. Siklus atau Langkah – langkah Rancangan Penelitian Menurut Kurt
Lewin
.
`
Refleksi awal
Pelaksanaan
tindakan II
Observasi dan
evaluasi II
Penentuan
tindakan terbaik
Rencana tindakan I
Refleksi
tindakan I
Rencana
tindakan II
Pelaksanaan tindakan I
Observaesi dan
evaluasi I
Rencana tindakan III
Refleksi
tindakan II
Observasi dan
evaluasi III
Pelaksanaan tindakan III
Siklus I diawali dengan melakukan refleksi awal, setelah refleksi awal
dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindakan I. Apabila
perumusan rencana tindakan I sudah mantap, barulah diadakan pelaksanakan
tindakan I dengan memberikan siswa contoh kalimat majemuk bertingkat untuk
memberikan gambaran tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat, kemudian
31
diadakan observasi dan evaluasi terhadap tindakan I. Langkah selanjutnya
melaksanakan refleksi tindakan I. Apabila pelaksanaan tindakan I belum optimal
maka perlu dilakukan perancanaan tindakan II. Setelah perancanaan tindakan II sudah
selesai, kemudian diadakan pelaksanaan tindakan II. Selanjutnya diadakan observasi
dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan II. Setelah proses belajar mengajar
selesai, kemudian diadakan refleksi terhadap tindakan II. Selanjutnya sampai
menemukan peningkatan di siklus III. Demikian seterusnya, sampai ditemukan
keputusan tindakan terbaik.
3.4
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan penelitian tidak hanya dilakukan sekali
tetapi secara multisiklus. Oleh karena, dalam melakukan suatu tindakan
pembelajaran, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang
dikehendaki. Oleh karena itu, perubahan atau peningkatan dapat diikuti dari waktu ke
waktu selama tindakan dilaksnakan. Namun, jika hasilnya belum sesuai dengan
harapan berarti perlu dilakukan perbaikan pada tahap siklus berikutnya. Perbaikan
akan terus dilakukan sampai diperoleh hasil yang diinginkan. Dengan demikian,
tahap siklus akan ditentukan oleh tercapainya tujuan penelitian tindakan kelas secara
optimal.
3.4.1 Refleksi Awal
Refleksi awal bertujuan untuk mengumpulkan data – data awal mengenai
permasalahan serta kendala – kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran.
Pada tahapan ini peneliti melakukan pra tes untuk mengetahui kemampuan dasar
32
yang dimiliki oleh siswa, hasil pra tes ini digunakan sebagai titik tolak untuk
menentukan kemajuan yang dicapai pada pelaksanaan penelitian.
3.4.2 Perencanaan Tindakan
Supaya penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, maka diperlukan
penyusunan perencanaan yang matang.
Tahap perencanaan tindakan disusun sebagai berikut :
1.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2.
Menyusun skenario pembelajaran
3.
Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipakai dalam kegiatan prates.
3.4.3 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis
kalimat majemuk bertingkat
siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua adalah dengan
menggunakan penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme. Adapun skenario
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 02. Skenario kerja dalam penelitan tindakan kelas (PTK)
NO
(1)
PENELITI
(2)
1.
-
2.
-
3.
-
4.
-
SISWA
(3)
Kegiatan Awal
Membuka pelajaran dan
- Memberitahukan siswa yang
melakukan absensi
tidak hadir
Memberikan apersepsi tentang - Menyimak apersepsi dengan
pelajaran yang akan dibahas
seksama
Menginformasikan tujuan
- Menyimak dengan kosentrasi
pembelajaran
Menyampaikan indikator
- Menyimak sambil mencatat
pembelajaran yang akan
seperlunya
dilakukan
Kegiatan Inti
33
(1)
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
(2)
Eksplorasi
- Guru bertanya tentang materi
kalimat majemuk bertingkat
- Guru menjelaskan materi
kalimat majemuk bertingkat
- Guru menjelaskan cara
menganalisis kalimat majemuk
bertingkat melalui penerapan
strategi pembelajaran
konstruktivisme
- Guru menyuruh siswa untuk
mengamati sebuah teks
wacana dalam buku pelajaran
Elaborasi
- Guru meminta siswa untuk
mencari sebuah teks wacana
yang bertema objek wisata bali
(3)
- Siswa menjawab batas
yangmereka ketahui
- Mencatat hal-hal penting dan
bertanya terhadap hal yang
kurang dipahami
- Menyimak penjelasan guru
dengan baik
- Siswa mencermati teks wacana
dalam buku pelajaran.
- Siswa menganalisis kalimat
majemuk bertingkat dalam teks
wacana yang dibawanya
- Guru menyuruh siswa untuk
menganalisis teks wacana yang
dibawa oleh masing-masing
siswa
Konfirmasi
- Guru memberikan komentar
salah satu siswa terhadap hasil
- Menganalisis kalimat
majemuk bertingkat
dalam teks wacana
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
terkait materi kalimat
majemuk bertingkat
- Guru menjawab pertanyaan
siswa dengan informasi yang
tepat dan benar
- Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran
Penutup
- Guru menutup pembelajaran
dan mengucapkan salam
penutup
34
Siswa lain membuat komentar
tentang menganalisis teks wacana
yang dibacakan oleh temannya
Mendengarkan komentar guru
dengan baik
Siswa yang kurang paham
bertanya dengan sopan
Siswa mencatat jawaban dari
pertanyaan yang diajukan
Siswa mendengarkan dengan
seksama
Membalas salam.
3.4.4 Observasi dan Evaluasi
Observasi dan Evaluasi dilaksanakan untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai pelaksanaan tindakan dan mengetahui keberhasilan tindakan. Observasi
dilakukan oleh peneliti dengan mencatat semua kegiatan yang terjadi selama tindakan
berlangsung.
Evaluasi dilaksanakan setelah satu siklus dilaksanakan secara tuntas. Pemberian
yang diberikan berupa tes untuk mendapatkan data tentang kemampuan setiap siswa
mengenai menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan strategi
pembelajaran konstruktivisme.
3.4.5 Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data observasi dan evaluasi pada siklus I dilakukan
refleksi yang bertujuan untuk menganalisis kelemahan-kelemahan tindakan pada
siklus I. Kelemahan tersebut dilihat dari masalah-masalah dialami siswa pada saat
pelaksanaan kegiatan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan penerapan
strategi pembelajaran konstruktivisme.
3.5
Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan data yang
dikumpulkan. Apabila dalam penelitian diperlukan data yang bermacam-macam
maka yang dipakai untuk mengumpulkan data berbeda-beda pula sesuai dengan jenis
data yang hendak dikumpulkan.
Untuk mencari data yang diharapkan, maka
dalam penelitian ini, digunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data utama (data primer). Mengenai
menganalisis unsur-unsur kalimat majemuk bertingkat.
35
kemampuan siswa dalam
3.5.1 Metode Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara mendapatkan informasi mengenai suatu hal,
Wirajaya (2008:10). Informasi ini diperoleh dari guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia tentang kesulitan dan kendala dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
3.5.2 Metode Observasi
Metode observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan sangat
cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya prilaku, dan proses lainnya, Kunandar
(2008:143). Observasi atau pengamatan bagaimana siswa mempersiapkan diri
menerima pelajaran, bagaimana sikap siswa ketika mengerjakan tugas, bagaimana
sikap siswa saat melakukan latihan menulis eksposisi.
3.5.3 Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan
nilai standar yang ditetapkan (Nurkencana, 1992:34). Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan siswa untuk mendengarkan dengan seksama menggunakan tes untuk
memperoleh data primer yang menyangkut kemampuan menganalisis kalimat
majemuk bertingkat. Tes yang dapat dipakai adalah tes yang berbentuk objektif
berjumlah 20 soal yang mempunyai bobot masing-masing adalah 1. SMI= 1x20= 20.
36
Norma absolut skala sebelas adalah suatu susunan atau tingkatan yang terdiri dari
kategori. Masing - masing dinyatakan dari 0 sampai dengan 10. Angka 0 menyatakan
kategori terendah dan angka 10 menyatakan kategori tertinggi.
Tabel 03. Acuan lengkapnya pedoman konversi skala sebelas adalah sebagai
berikut.
No
Tingkat Kesukaran
Skor Standar
(1)
(2)
(3)
01.
95% - 100%
10
02.
85% - 94%
9
03.
75% - 84%
8
04.
65% - 74%
7
05.
55% - 64%
6
06.
45% - 54%
5
07.
35% - 44%
4
08.
25% - 34%
3
09.
15% - 24%
2
10.
5% - 14%
1
11.
0% - 4%
0
Dengan demikian selanjutnya akan diperoleh skor mentah dengan kriteria
penguasaan yang dapat dicari sebagai berikut :
Penguasaan 95%
= 95 x 20 = 19
100
Penguasaan 85%
= 85 x 20 = 17
100
37
Penguasaan 75%
= 75 x 20 = 15
100
Penguasan 65%
= 65 x 20 = 13
100
Penguasaan 55%
= 55 x 20 = 11
100
Penguasaan 45%
= 45 x 20 = 9
100
Penguasaan 35%
= 35 x 20 = 7
100
Penguasaan 25%
= 25 x 20 = 5
100
Penguasaan 15%
= 15 x 20 = 3
100
Penguasaan 5%
= 5 x 20 = 1
100
Penguasaan 0%
= 0 x 20 = 0
100
Berdasarkan perhitungan konversi tersebut diatas, maka pedoman konversinya
adalah sebagai berikut.
Tabel 04. Pedoman perhitungan konversi menganalisis kalimat majemuk
bertingkat
No
Skor Mentah
Skor Standar
(1)
(2)
(3)
01.
19 -20
10
02.
17 -18
9
03.
15 -16
8
04.
13 -14
7
38
(1)
(2)
(3)
05.
11 – 12
6
06.
9 – 10
5
07.
7 -8
4
08.
4-6
3
09.
3-4
2
10.
1
1-2
11.
0
0
(Nurkancana, 1992 : 98)
Contoh :
Jika seorang siswa dalam mengerjakan soal dengan memperoleh skor sebanyak
20, maka siswa tersebut akan meperoleh nilai 10 dengan predikat istimewa, demikian
juga apabila meperoleh skor mentah 3, maka nilainya adalah 2 dengan predikat
buruk sekali.
Selanjutnya ditentukan predikat nilai standar yang dimulai dari 1 – 10. Predikat
tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
Tabel 05. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk
Bertingkat melalui Strategi Pembelajaran Konstruktivisme.
Normal Absolut Skala 11
Nilai
Kriteria
(1)
(2)
(3)
87 – 100
10
Istimewa
79 - 86
9
Baik sekali
71 – 78
8
Baik
39
(1)
(2)
(3)
62 – 70
7
Lebih dari cukup
54 – 61
6
Cukup
46 – 53
5
Hampir cukup
38 – 45
4
Kurang
29 – 37
3
21 – 28
2
12 – 20
1
Kurang sekali
Buruk
Buruk sekali
(Depdikbud, 1980 : 10)
3.6
Analisis Data
Setelah pengumpulan data, data yang terkumpul dianalisis. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif yaitu dimana data
yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh simpulan. Data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus
ke-N. Data yang harus dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk
bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme.
Untuk mendapat gambaran secara umum tentang kemampuan menganalisis
kalimat majemuk bertingkat kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung, tahun pelajaran
2012/2013 maka perlu dicari nilai rata-rata yang diperoleh siswa. Untuk memperoleh
nilai rata-rata digunakan rumus seperti berikut :
40
M = ∑fx
N
Keterangan :
M
= Mean (angka rata-rata)
∑fx
= jumlah skor standar
N
= jumlah individu yang diteliti atau banyak siswa
(Nurkancana, 1986:152)
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan tahap-tahap
pembelajaran serta prosedur yang sudah ditentukan dalam rencana tindakan. Dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut, diperoleh data yang diperlukan untuk
dievaluasi. Data yang diperoleh berupa hasil observasi terhadap siswa selama
pelaksanaan tindakan kelas dan data hasil tes kemampuan menganalisis kalimat
majemuk bertingkat pada siswa kelas VIII.1 setiap akhir pelaksanaan tindakan.
4.1.1 Observasi Awal
Berdasarkan pengamatan langsung yang penulis lakukan di kelas VIII.1 SMP
Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat penulis catat tetang beberapa
hal yaitu: (1) jumlah siswa dalam satu rombongan dikatan tidak gemuk dan tidak
kurus artinya sudah memenuhi syarat dalam satu ruangan, (2) pengembangan bahan
ajar oleh guru masih kurang, sehingga guru terkesan kurang kreatif, (3) pendekatan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak diterapkan oleh guru,
sehingga siswa menjadi pasif dan tidak bersemangat dalam pelajaran menganalisis
kalimat majemuk bertingkat, (4) guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan
(5) siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, ide, bakat dan
kreatifitasnya dalam bentuk berdiskusi kelompok kecil.
4.1.2 Hasil Tes Awal
Pada pelaksanaan tes awal, peneliti tidak memberikan penjelasan lengkap
tentang materi yang akan diberikan kepada siswa, peneliti hanya memberikan
42
gambaran tentang materi menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Penelitian ini
dilakukan pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2013. Peneliti memperoleh data yang
diperlukan dengan memberikan tes soal menganalisis kalimat majemuk.
Hasil dari penelitian tes awal ini, hanya mendapatkan data dari hasil tes
menjawab soal menganalisis kalimat majemuk bertingkat, tanpa memberikan materi
tentang cara menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Adapun data tes awal dari
hasil tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang berjudul “ Tanah Lot”
http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/metodekonstruktivisme/.(strategi pembelajaran)
Tabel 06. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat
Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran
Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun
Pelajaran 2012/2013.
No
(1)
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Nama Siswa
(2)
Agni Manik Sriasih
Agus Ryan K.
Agus Suardana
Agus Surya Aristin
Ayu Pradnya, IGst.
Ayu Thesya J.
Buma Dyatmika
Bayu Setyo Nugroho
Deby Choiriah
Devi Kusuma Wati
Ega Aprilia Wati, A.A
Elisabeth W.
Faradyla Putri Vidy
Feny Damayanti D.
Candle Yuniko Dewi
Guntur Kresta Putra
Irvan P.W., I Pt
Nadila Ayu Pertiwi
Oki Krisnayanthi
Safaico Churotul A.
Sariani
Skor
Mentah
(3)
12
10
11
8
10
11
10
11
11
10
11
11
11
11
11
14
13
9
11
10
11
43
Skor
Standar
(4)
6
5
6
4
5
6
5
6
6
5
6
6
6
6
6
7
7
5
6
5
6
Keterangan
(5)
Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Kurang
Hampir Cukup
Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Hampir Cukup
Cukup
(1)
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
(2)
Sendy Nia Faleh
Septiari
Silviana
Suarta
Suwantika
Trisna Sari
Vinesy Indah Kesia
Wahyu Budi S.
Widya Adnyana
Wisnu Bayu Bianggi
Yudi Antara Widya
Yudi Ardita
Yuni Nuryanti P.
Jumlah
Rata-rata
(3)
10
8
11
8
10
11
8
11
8
8
11
11
7
-
(4)
5
4
6
4
5
6
4
6
4
4
6
6
4
184
5,41
(5)
Hampir Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Hampir Cukup
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Cukup
Cukup
Kurang
4.1.3 Analisis Data Tes Awal
Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasinya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 07. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung
Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi
Pembelajaran Konstruktivisme pada Tes Awal.
No
Kategori
Rentangan
skor
X
F
FX
Persen
(%)
Nilai ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.
Istimewa
87-100
10
0
0
0
2.
Baik Sekali
79-86
9
0
0
0
3.
Baik
71-78
8
0
0
0
4.
Lebih dari
Cukup
62-70
7
2
14
5,89%
5.
Cukup
54-61
6
17
102
50%
44
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
6.
Hampir
Cukup
46-53
5
8
40
23,52%
7.
Kurang
38-45
4
7
28
20,59%
8.
Kurang
Sekali
29-37
3
0
0
0
9.
Buruk
21-28
2
0
0
0
10.
Buruk
Sekali
13-20
1
0
0
0
34
184
100%
Jumlah
(8)
184
34
= 5,41
(Cukup)
Berdasarkan tabel di atas, tes menganalisis kalimat majemuk bertingkat yang
diikuti oleh 34 siswa, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 5,41
dengan rincian, siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 2 orang (5,89%), siswa
yang memperoleh nilai 6 sebanyak 17 orang (50%), siswa yang memperoleh nilai 5
sebanyak 8 orang (23,52%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 7 orang
(20,59%), sehingga kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada tes
awal dikelompokkan dengan kategori cukup. Oleh karena itu, perlu dilakukan
peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap berikutnya.
4.1.4 Refleksi
Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 09 diketahui bahwa skor standar siswa 184
dengan nilai rata-rata 5,41 berkategori cukup. Hasil tes tersebut belum memenuhi
target yang ditentukan oleh peeneliti yaitu 8. Dari hasil yang diperoleh siswa masih
banyak ditemukan masalah, hal ini disebabkan karena: (1) siswa kurang
45
memperhatikan penjelasan mengenai tes, (2) siswa menganggap tes awal tida serius,
(3) beberapa siswa mengerjakan tes awal dengan seadanya atau tidak serius, (4) siswa
sungkan untuk bertanya, (5) beberapa siswa belum memahami pengertian kalimat
majemuk bertingkat.
4.1.5 Siklus I
4.1.5.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
dimulai pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2013 untuk materi, hari Jumat tanggal 22
Maret 2013 untuk evaluasi. Dalam perencanaanya, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan oleh peneliti yaitu:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks kalimat majemuk
bertingkat.
3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa.
4. Menjelaskan materi dengan lebih sabar berdasarkan hasil refleksi.
5. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.
6. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.
4.1.5.2 Pelaksanaan
Tabel 08. Skenario Tindakan Siklus I
No
(1)
1.
Kegiatan Guru
(2)
Pembukaan
Absensi
Apersepsi
Menyampaikan pembahasan
materi
Menyampaiakan tujuan.
46
Kegiatan Siswa
(3)
Siswa merespon sesuai absen
Siswa memperhatikan.
(1)
2.
3.
(2)
(3)
pembelajaran.
Inti
a. Orientasi
a. Orientasi
Siswa mendengarkan dengan
Guru memperkenalkan dan
seksama penjelasan dari guru
menjelaskan materi
yaitu
Siswa memperhatikan
menganalisis kalimat majemuk
Beberapa
sisw
mencoba
bertingkat
menunjukkan contoh kalimat
Guru memunjukkan.
majemuk bertingkat.
b. Eksplorasi
b. Eksplorasi
Guru
meminta
siswa
Masing-masing siswa menjawab
menjawab pertanyaan dari
pertanyaan
dari
rumusan
rumusan masalah.
masalah.
c. Interpretasi
c. Interpretasi
Guru
meminta
siswa
Masing-masing
siswa
mengumpulkan hipotesis di
mengumpulkan hipotesis di
meja guru agar tidak diubah
meja guru agar tidak diubah
lagi.
lagi.
d. Rekreasi
d. Rekreasi
Guru meminta siswa mendata
Siswa mendata fakta-fakta yang
fakta-fakta yang mendukung
mendukung
ataupun
ataupun yang berentangan
bertentangan dengan jawaban
dengan jawaban hipotesis
atau hipotesis masing-masing.
mereka.
e. Evaluasi
e. Evaluasi
Guru mengembalikan jawaban
Masing-masing siswa menerima
yang dibuat oleh siswa.
jawaban
Guru membimbing siswa
Dengan bimbingan guru, siswa
untuk menemukan jawaban
mencoba menemukan jawaban
yang benar atau dapat diterima
yang benar sesai dengan data
sesuai dengan data atau
yang diperoleh
informasi
yang diperoleh
Siswa
bersama
guru,
berdasarkan
data
yang
merumuskan
simpulan
dri
dikumpulkan
temuan hipotesis.
Guru merumuskan simpulan
dari temuan hipotesis dan
jawaban
yang
benar
berdasarkan data yang relevan.
Penutup
Mengadakan refleksi tentang
Mengadakan refleksi tentang
materi yang telah diberikan
materi yang telah berlangsung
Memberikan penguatan pada
Siswa menyimak penjelasan
tugas yang telah dikerjakan
guru tentang hasil pekerjaannya
siswa
47
(1)
(2)
Mempersiapkan
tindakan untuk
berikutnya
(3)
scenario
pertemuan
Siswa
sebagai
upaya
memperbaiki kekurangan.
4.1.5.3 Observasi
Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa prilaku siswa sudah mendapatkan
hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1) siswa sudah
mulai aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih
mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti, siswa sudah percaya diri
untuk bertanya.
4.1.5.4 Hasil Tes Siklus I
Adapun hasil tes yang duperoleh siklus I dengan tes objektif sebanyak 20 butir
soal dalam buku LKS (Ayo Belajar Bahasa Indonesia ) SMP semester 2 kelas VIII.1
adalah sebagai berikut.
Tabel 09. Hasil Penelitian Siklus I Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran
Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung
Tahun Pelajaran 2012/2013.
No
(1)
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama Siswa
(2)
Agni Manik Sriasih
Agus Ryan K.
Agus Suardana
Agus Surya Aristin
Ayu Pradnya, IGst.
Ayu Thesya J.
Buma Dyatmika
Bayu Setyo Nugroho
Deby Choiriah
Devi Kusuma Wati
Ega Aprilia Wati, A.A
Elisabeth W.
Faradyla Putri Vidy
Feny Damayanti D.
Skor
Mentah
(3)
14
12
12
11
12
13
12
12
13
11
13
12
13
13
48
Skor
Standar
(4)
7
6
6
6
6
7
6
6
7
6
7
6
7
7
Keterangan
(5)
Lebih dari Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
(1)
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
(2)
Candle Yuniko Dewi
Guntur Kresta Putra
Irvan P.W., I Pt
Nadila Ayu Pertiwi
Oki Krisnayanthi
Safaico Churotul A.
Sariani
Sendy Nia Faleh
Septiari
Silviana
Suarta
Suwantika
Trisna Sari
Vinesy Indah Kesia
Wahyu Budi S.
Widya Adnyana
Wisnu Bayu Bianggi
Yudi Antara Widya
Yudi Ardita
Yuni Nuryanti P.
Jumlah
Rata-rata
(3)
12
14
14
11
13
11
14
13
12
13
8
12
14
10
12
12
12
13
10
7
-
(4)
6
7
7
6
7
6
7
7
6
7
4
6
7
5
6
6
6
7
5
4
215
6,32
(5)
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Kurang
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Kurang
4.1.5.5 Analisis Data Siklus I
Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10. Pengelompokan Prestasi Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung
Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Peningkatan Kemampuan
Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Strategi
Pembelajaran Konstruktivisme pada Siklus I
No.
Kategori
Rentan
gan
Skor
X
F
FX
Persen
(%)
Nilai ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.
Istimewa
87-100
10
0
0
0
49
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2.
Baik Sekali
79-86
9
0
0
0
3.
Baik
71-78
8
0
0
0
215
34
= 6,32
(Lebih dari
Cukup)
4.
Lebih dari
Cukup
62-70
7
15
105
44,11%
5.
Cukup
54-61
6
16
96
47,06%
6.
Hampir Cukup
46-53
5
2
10
5,89%
7.
Kurang
38-45
4
1
4
2,94%
Kurang Sekali
29-37
3
0
0
0
9.
Buruk
21-28
2
0
0
0
10.
Buruk Sekali
13-20
1
0
0
0
34
215
100%
8.
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui nilai rata-rata kelas VIII.1 adalah 6,32
dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 15 orang (44,11%), siswa
yang memperoleh nilai 6 sebanyak 16 orang (47,06%), siswa yang memperoleh nilai
5 sebanyak 2 orang (5,89%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 1 orang
(2,94%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat
pada siklus I dikategorikan lebih dari cukup.
4.1.5.6 Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tindakan I, diketahui bahwa nilai rata-rata
dari 34 siswa adalah 6,32 dengan kategori lebih dari cukup. Prestasi siswa meningkat,
50
tetapi nilai tersebut belum memenuhi target yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 8,0.
Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, maka secara
rutin peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan metode
analisis deskriptif kualitatif. Analisis pertama untuk pelaksanaan tindakan yang
diambil, bahwa pelaksanaan sesuai atau tidak dengan rencana. Analisis kedua
tersebut kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat.
Pada penelitian tindakan I ini, ditentukan beberapa kelemahan, baik di penelitian
maupun masalah yang dihadapi siswa, yang harus diperbaiki lagi dalam tindakan II.
Kelemahan penelti dalam tindakan I adalah: (1) pemberian materi yang agak cepat,
(2) ceramah yang terlalu banyak mendominasi, (3) peneliti belum memberikan
pertanyaan yang memancing keingintahuan siswa secara maksimal.
Adapun masalah yang dihadapi siswa adalah: (1) siswa kurang memperhatikan
materi yang telah dijelaskan, (2) siswa belum dapat memanfaatkan waktu yang
tersedia untuk megerjakan tes, (3) sebagian besar siswa masih ada yang malu untuk
bertanya.
Semua kelemahan dan masalah yang dalam tindakan I akan diperbaiki dengan
mengadakan tindakan II. Diharapkan dengan memperbaiki kelemahan dan mengatasi
masalah yang terjadi, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis
kalimat majemuk bertingkat melalui strategi pembelajaran konstruktivisme.
51
4.1.6 Siklus II
4.1.6.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11
April 2013 untuk materi dan Jumat tanggal 12 April 2013 untuk evaluasi. Dalam
perencanaannya, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti yaitu:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan teks objektif
3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa
4. Memperbaiki cara penyampaian materi.
5. Menjelaskan materi dengan lebih sabar.
6. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.
7. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.
8. Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain kalimat tunggal, kalimat
majemuk bertingkat dalam menganalisis sebuah wacana dan kemampuan
mengutarakan pendapat tentang kalimat majemuk betingkat juga sangat
penting.
4.1.6.2 Pelaksanaan
Tabel 11. Skenario Tindakan Siklus II
No.
1.
2.
Kegiatan Guru
Kegiatan siswa
Pembukaan
Absensi
Siswa merespon sesuai absen
Aprsepsi
Siswa
memperhatikan
dengan seksama.
Menyampaikan pokok bahasan
materi
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Inti
52
(1)
(2)
a. Orientasi
Guru memperkenalkan dan
menjelaskan materi kembali
Guru menunjukkan contoh
kalimat majemuk bertingkat
yang berbeda dari pertemuan
sebelumnya.
b. Eksplorasi
guru meminta beberapa siswa,
menunjukkan kalimat majemuk
bertingkat seperti SPOK
Guru memancing keaktifan
siswa untuk bertanya mengenai
kegiatan tersebut.
c. Interpretasi
Guru membimbing siswa untuk
menentukan rumusan masalah
dalam kegiatan menganalisis
kalimat majmeuk bertingkat
untuk dipecahkan.
d. Rekreasi
Guru meminta siswa menjawab
pertanyaan
dari
rumusan
masalah
Guru meminta masing-masing
siswa mengumpulkan hipotesis
di meja guru agar tidak diubah
lagi
Guru meminta siswa mendata
fakta-fakta yang mendukung
ataupun yang bertentangan
dengan jawaban atau hipotesis
mereka
e. Evaluasi
Guru mengembalikan jawaban
yang dibuat oleh siswa
Guru membimbing siswa untuk
menentukan jawaban yang benar
atau dapat diterima sesuai
dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan data yng
dikumpulkan
Guru merumuskan simpulan
dari temuan hipotesis dan
53
(3)
a. Orientasi
Siswa mendengarkan dengan
seksama penjelasan dari guru
Siswa memperhatikan
b. Eksplorasi
Beberapa siswa mencoba
menunjukkan contoh kalimat
majmeuk bertingkat
Siswa mulai aktif bertanya
agar lebih memahami
c. Interpretasi
Siswa dengan bimbingan
guru, menentukan rumusan
masalah
yang
akan
dipecahkan.
d. Rekreasi
Masing-masing
siswa
menjawab pertanyaan dari
rumusan masalah
Masing-masing
siswa
mengumpulkan hipotesis di
meja guru agar tidak diubah
lagi
Siswa mendata fakta-fakta
yang mendukung ataupun
bertentangan dengan jawaban
atau
hipotesis
masingmasing.
e. Evaluasi
Masing-masing
siswa
menerima jawabannya
Dengan bimbingan guru,
siswa mencoba menemukan
jawaban yang benar sesuai
dengan data yang diperoleh
Siswa
bersama
guru,
merumuskan simpulan dari
temuan
hipotesis
dan
jawaban yang benar.
(1)
3.
(2)
jawaban yang benar berdasarkan data
yang relevan
Penutup
Mengadakan refleksi tentang
materi yang telah diberikan
Member penguatan pada tugas
yang telah dikerjakan siswa
Mempersiapkan
scenario
tindakan
untuk
pertemuan
berikutnya.
(3)
Mengadakan refleksi tentang
materi yang telah berlansung
Siswa upaya memperbaiki
kekurangan.
4.1.6.3 Observasi
Pada kegiatan observasi dapat diketahui bahwa perilaku siswa sudah
mendapatkan hasil yang lebih baik atau tidak. Adapun hal-hal yang diamati yaitu: (1)
siswa sudah aktif mengikuti proses pembelajaran dengan tekun, (2) siswa lebih
mendengarkan penjelasan guru, (3) apabila belum mengerti siswa sudah percaya diri
untuk bertanya.
4.1.6.4 Hasil Tes Siklus II
Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II dengan soal objektif
sebanyak 20 butir soal adalah sebagai berikut.
Tabel 12.
No
(1)
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
Hasil Penelitian Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis
Kalimat Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi
Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa
Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Nama Siswa
(2)
Agni Manik Sriasih
Agus Ryan K.
Agus Suardana
Agus Surya Aristin
Ayu Pradnya, IGst.
Ayu Thesya J.
Buma Dyatmika
Bayu Setyo Nugroho
Skor
Mentah
(3)
15
15
15
12
14
15
13
14
54
Skor
Standar
(4)
8
7
7
6
7
8
7
7
Keterangan
(5)
Lebih dari Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Cukup
(1)
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
(2)
Deby Choiriah
Devi Kusuma Wati
Ega Aprilia Wati, A.A
Elisabeth W.
Faradyla Putri Vidy
Feny Damayanti D.
Candle Yuniko Dewi
Guntur Kresta Putra
Irvan P.W., I Pt
Nadila Ayu Pertiwi
Oki Krisnayanthi
Safaico Churotul A.
Sariani
Sendy Nia Faleh
Septiari
Silviana
Suarta
Suwantika
Trisna Sari
Vinesy Indah Kesia
Wahyu Budi S.
Widya Adnyana
Wisnu Bayu Bianggi
Yudi Antara Widya
Yudi Ardita
Yuni Nuryanti P.
Jumlah
Rata-rata
(3)
14
12
15
14
15
14
14
15
14
14
14
13
14
14
13
14
13
14
14
13
13
13
13
14
15
13
-
(4)
7
6
8
7
8
7
7
8
7
7
7
7
7
7
6
7
7
7
7
7
7
7
7
7
8
7
242
7,11
(5)
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Kurang
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Kurang
4.1.6.5 Analisis Data Siklus II
Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasenya, dapat
dilihat pada table berikut.
Tabel 13. Analisis Data Hasil Siklus II
Kategori
Rentangan
skor
X
F
FX
Persen
(%)
Nilai ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.
Istimewa
87-100
10
0
0
0
No
55
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
2.
Baik Sekali
79-86
9
0
0
0
3.
Baik
71-78
8
6
48
17,64%
4.
Lebih dari
Cukup
62-70
7
26
182
76,47%
5.
Cukup
54-61
6
2
12
5,89%
6.
Hampir
Cukup
46-53
5
0
0
0
7.
Kurang
38-45
4
0
0
0
8.
Kurang
Sekali
29-37
3
0
0
0
9.
Buruk
Buruk
Sekali
21-28
2
0
0
0
13-20
1
0
0
0
34
242
10.
Jumlah
(8)
242
34
= 7,11
(Baik)
100%
Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui nilai rata-rata kelas adalah 7,11 dengan
rincian siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 6 orang (17,64%), siswa yang
memperoleh nilai 7 sebanyak 26 orang (76,47%), dan siswa yang memperoleh nilai 6
sebanyak 2 orang (5,89%) sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat
majemuk bertingkat dalam soal objektif pada siklus II diketegorikan baik.
4.1.6.6 Refleksi
Setelah diadakan penelitian siklus II, maka diketahui nilai rata-rata dari 34 siswa
adalah 7,11 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes perlu
diadakan refleksi untuk menegtahui bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat atau
56
belum. Pada saat proses pembelajaran, peneliti melihat antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran dan mencoba menemukan jawaban dengan panduan pertanyaan
pemancingan keaktifan dari peneliti, hasil tes siswa pun semakin meningkat, akan
tetapi setelah dikoreksi masih terdapat sedikit kekurangan yaitu siswa lebih
mempioritaskan kosa kata, padahal dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat
siswa juga perlu memperdalam kemampuan untuk memahami maksud yang ingin
disampaikan oleh cerita lewat wacana dan memberikan pendapat tentang wacana
tersebut.
Mengetahui kekurangan tersebut, peneliti berupaya memperbaiki penyampaian
materi agar lebih diserap oleh siswa dan menyempurnakan kemampuan mereka
dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat. Peneliti juga harus memberikan
pertanyaan pemancing keaktifan siswa secara lebih teratur melelui penelitian
berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti akan mengadakan tindakan III
sebagai upaya memperbaiki kekurangan pada tindakan II.
4.1.7 Siklus III
4.1.7.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
pada hari kamis tanggal 18 April 2013 untuk materi dan evaluasi dilaksanakan pada
hari jumat tanggal 19 April 2013.
Adapun hal-hal yang dipersiapkan peneliti dalam perencanaan pembelajaran adalah:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
57
2. Menyiapkan format observasi kegiatan siswa dan tek kalimat majemuk
bertingkat.
3. Menyiapkan tes untuk menguji pemahaman materi pada siswa.
4. Memperbaiki cara penyampaian materi.
5. Menjelaskan materi dengan lebih sabar.
6. Mengaktifkan keingintahuan siswa melalui berbagai pertanyaan.
7. Mengurangi metode ceramah dan memperbanyak latihan pada siswa.
8. Memberikan penjelasan pada siswa bahwa selain, kalimat tunggal, kalmia
majemuk dalam menganalisis dan kemampuan mengutarakan pendapat
tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat juga sangat penting.
4.1.7.2 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti menyiapkan skenario tindakan yang digunakan
saat pelaksanaan tindakan siklus III. Diharapkan dengan adanya susunan tindakan
yang teratur, dapat memudahkan peneliti saat mengajar di dalam kelas.
Tabel 14. Skenario Tindakan Siklus III
No.
(1)
1.
2.
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
(3)
(2)
Pembukaan
Absensi
Siswa merespon sesuai absen
Apersepsi
Siswa memperhatikan dengan
seksama.
Menyampaikan pokok materi
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Inti
a. Orientasi
a. Orientasi
Guru memperkenalkan dan
Siswa mendengarkan secara
menjelaskan materi
yaitu
seksama penjelasan dari guru
menganalisis kalimat majemuk
Siswa memperhatikan
bertingkat
Beberapa siswa mencoba
Guru menunjukkan sebuah
menunjukkan anak kalimat
58
(2)
(3)
(1)
contoh kalimat majemuk dalam
bentuk cerita rakyat.
b. Eksplorasi
Guru meminta beberapa siswa,
menunjukkan anak kalimat dan
induk kalimat dalam cerita
rakyat tersebut
Guru memancing keaktifan
siswa
untuk
bertanya
mengenai kegiatan tersebut
Guru membimbing siswa
untuk menentukan rumusan
masalah
dalam
kegiatan
menganalisis kalimat majemuk
bertingkat untuk dipecahkan.
c. Interpretasi
Guru
meminta
siswa
menjawab pertanyaan dari
rumusan masalah.
d. Rekreasi
Guru meminta masing-masing
siswa mengumpulkan hipotesis
di meja guru agar tidak diubah
lagi
Guru meminta siswa mendata
fakta-fakta yang mendukung
ataupun yang bertentangan
dengan jawaban atau hipotesis
mereka.
e. Evaluasi
Guru mengembalikan jawaban
yang dibuat oleh siswa
Guru membimbing siswa
untuk menentukan jawaban
yang benar atau dapat diterima
sesuai dengan data atau
informasi
yang diperoleh
berdasarkan
data
yang
dikumpulkan
Guru merumuskan simpulan
dari temuan hipotesis dan
jawaban
yang
benar
berdasarkan data yang relevan.
59
dan induk kalimat dalam cerita
rakyat tersebut.
b. Eksplorasi
Siswa mulai aktif bertanya
agar lebih memahami
Siswa dengan bimbingan
guru, menentukan rumusan
masalah
yang
akan
dipecahkan.
c. Interpretasi
Masing-masing
siswa
menjawab
pertanyaan
darirumusan masalah.
d. Rekreasi
Masing-masing
siswa
mengumpulkan hipotesis di
meja guru agar tidak diubah
lagi
Siswa mendata fakta-fakta
yang mendukung ataupun
bertentangan dengan jawaban
atau
hipotesis
masingmasing.
e. Evaluasi
Masing-masing
siswa
menerima jawabannya
Dengan bimbingan guru,
siswa mencoba menentukan
jawaban yang benar sesuai
data yang diperoleh
Siswa
bersama
guru,
merumuskan simpulan dari
temuan
hipotesis
dan
jawaban yang benar.
3.
(1)
Penutup
(2)
Mengadakan refleksi tentang
materi yang telah diberikan
Member penguatan pada tugas
yang telah dikerjakan siswa
(3)
Mengadakan refleksi tentang
materi yang telah berlansung
Siswa menyimak penjelasan
guru tentang hasil pekerjaan
siswa
sebagai
upaya
memperbaiki kekurangan.
4.1.7.3 Observasi
Dari hasil observasi diketahui bahwa perilaku siswa sudah menampakkan hasil
atau belum. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, perilaku siswa
dalam proses pembelajaran telah menampakan hasil yang baik. Adapun hal-hal yang
diamati, antara lain : (1) siswa telah mampu menganalisis kalimat majemuk
bertingkat dengan lebih baik, (2) siswa telah mampu dalam mengemukakan
pendapatnya tentang kalimat majemuk bertingkat yang diberikan oleh peneliti tanpa
malu-malu seperti sebelumnya.
4.1.7.4 Hasil Tes Siklus III
Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan III dengan menjawab
soal objektif mengenai menganalisis kalimat majemuk bertingkat sebanyak 20 butir
soal, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 15. Penelitian Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat
Majemuk Bertingkat melalui Penerapan Strategi Pembelajaran
Konstruktivisme pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung
Tahun Pelajaran 2012/2013.
No
(1)
01.
02.
03.
04.
05.
Nama Siswa
(2)
Agni Manik Sriasih
Agus Ryan K.
Agus Suardana
Agus Surya Aristin
Ayu Pradnya, IGst.
Skor
Mentah
(3)
15
15
15
15
15
60
Skor
Standar
(4)
8
8
8
8
8
Keterangan
(5)
Lebih dari Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
06.
(1)
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Ayu Thesya J.
(2)
Buma Dyatmika
Bayu Setyo Nugroho
Deby Choiriah
Devi Kusuma Wati
Ega Aprilia Wati, A.A
Elisabeth W.
Faradyla Putri Vidy
Feny Damayanti D.
Candle Yuniko Dewi
Guntur Kresta Putra
Irvan P.W., I Pt
Nadila Ayu Pertiwi
Oki Krisnayanthi
Safaico Churotul A.
Sariani
Sendy Nia Faleh
Septiari
Silviana
Suarta
Suwantika
Trisna Sari
Vinesy Indah Kesia
Wahyu Budi S.
Widya Adnyana
Wisnu Bayu Bianggi
Yudi Antara Widya
Yudi Ardita
Yuni Nuryanti P.
Jumlah
Rata-rata
18
(3)
15
15
15
15
18
15
18
15
15
18
16
15
15
15
16
15
15
16
15
15
16
15
15
15
15
15
18
15
-
9
(4)
8
8
8
8
9
8
9
8
8
9
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
9
8
277
8,14
Lebih dari Cukup
(5)
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Lebih dari Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Kurang
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Lebih dari Cukup
Hampir Cukup
Kurang
4.1.7.5 Analisis Data Siklus III
Dari pengelompokan prestasi yang diperoleh siswa serta persentasinya, maka
penjelasan yang lebih rinci tentang pengelompokan prestasi serta persentasenya dapat
dilihat pada tabel berikut.
61
Tabel 16. Analisis Data Hasil Siklus III
Kategori
Rentangan
skor
X
F
FX
Persen
(%)
Nilai ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1.
Istimewa
87-100
10
0
0
0
2.
Baik Sekali
79-86
9
5
45
14,70%
3.
Baik
71-78
8
29
232
85,30%
4.
Lebih dari
Cukup
62-70
7
0
0
0
5.
Cukup
54-61
6
0
0
0
6.
Hampir
Cukup
46-53
5
0
0
0
7.
Kurang
38-45
4
0
0
0
8.
Kurang
Sekali
29-37
3
0
0
0
9.
Buruk
21-28
2
0
0
0
10.
Buruk
Sekali
13-20
1
0
0
0
34
277
100%
No
Jumlah
62
277
34
= 8,14
(Baik Sekali)
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 8,14 yang berarti
berkategori baik sekali, dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5
orang (14,70%), siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 29 orang (85,30%).
Berdasarkan nilai rata-rata kelas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa
dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat telah meningkat dan mencapai target
yang diinginkan peneliti, maka dengan demikian penelitian ini hanya dilaksanakan
sampai pada siklus III.
4.1.7.6 Refleksi
Dari hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh pada siklus III diketahui bahwa
kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat dalam menjawab soal objektif
telah meningkat. Siswa yang berjumlah 34 orang, hamper seluruhnya telah mampu
menganalisis kalimat majemuk bertingkat dengan baik, terbukti melalui rata-rata
kelas yang meningkat 8,14 pada siklus III. Maka ketuntasan siswa dalam
menganalisis kalimat majemuk bertingkat baik secara individu maupun klasikal telah
mencapai criteria yang ditentukan peneliti.
Berdasarkan hasil yang dicapai dari pelaksanaan siklus III, maka peneliti tidak
perlu lagi melanjutkan pelaksanaan ke siklus berikutnya.
4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Penelitian Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Peningkatan Kemampuan Menganalisis Kalimat Majemuk Bertingkat
melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa
kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Siklus
No.
Nama Siswa
S-0
S-I
S-II
S-III
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
63
01.
Agni Manik Sriasih
61
70
72
76
Meningkat
02.
Agus Ryan Kurniantara
51
60
68
72
Meningkat
03.
Agus Suardana,
56
60
68
74
Meningkat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
04.
Agus Surya Aristina
44
56
60
72
Meningkat
05.
Ayu Pradnya, I Gst
52
60
68
72
Meningkat
06.
Ayu Thesya Julyastini
60
68
72
80
Meningkat
07.
Buma Dyatmika
52
60
64
72
Meningkat
08.
Bayu Setyo Nugroho
56
60
68
74
Meningkat
09.
Deby Choiriah
56
64
68
72
Meningkat
10.
Devi Kusuma Wati
52
56
60
72
Meningkat
11.
Ega Aprilia Wati, A.A
60
64
72
80
Meningkat
12.
Elisabeth Wirasasmita
56
60
68
72
Meningkat
13.
Faradyla Puri Vidy
60
68
72
80
Meningkat
14.
Feny Damayanti D.
56
64
68
72
Meningkat
15.
Candle Yuniko Dewi
56
60
68
72
Meningkat
16.
Guntur Kresnta Putra
68
70
72
80
Meningkat
17.
Irvan P.W
64
68
70
76
Meningkat
18.
Nadila Ayu Pertiwi
52
56
68
72
Meningkat
19.
Oki Krisnayanthi
56
64
68
74
Meningkat
20.
Safaico Chorutul A
52
56
64
72
Meningkat
21.
Sariani
60
68
70
76
Meningkat
22.
Sendy Nia Faleh
52
64
68
72
Meningkat
23.
Septiari
44
56
64
72
Meningkat
24.
Silviana
60
68
70
76
Meningkat
25.
Suarta
44
44
64
72
Meningkat
26.
Suwantika
52
60
68
74
Meningkat
64
27.
Trisna Sari
60
68
70
76
Meningkat
28.
Vinesy Indah Kesia
44
48
64
72
Meningkat
29.
Wahyu Budi S.
56
60
68
72
Meningkat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
30.
Widya Adnyana
44
56
64
72
Meningkat
31.
Wisnu Bayu Bianggi L.
44
56
64
74
Meningkat
32.
Yudi Antara Wijaya
56
64
68
72
Meningkat
33.
Yudi Ardita
60
70
72
80
Meningkat
34.
Yuni Nuryanti Putri H.
44
48
64
72
Meningkat
JUMLAH
1.848
2.074
2.296
2.518
Meningkat
RATA-RATA
54,35
61
67,52
74,05
Meningkat
Keterangan :
S – 0 = Tes awal
S–I
= Siklus I
S – II = Siklus II
S – III = Siklus III
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian ini diketahui berdasarkan hail observasi dan hasil kemampuan
siswa menganalisis kalimat majemuk bertingkat melalui strategi pembelajaran
konstruktivisme. Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam menganalisis kalimat
majemuk bertingkat dari tes awal hingga siklus III, nilai rata-rata kelas mengalami
peningkatan secara bertahap.
65
Agar lebih jelas, peneliti membuat tabel perbandingan nilai rata-rata kelas dari
pra siklus hingga siklus III yang diperoleh selama melaksanakan penelitian di kelas
VIII.1 SMP Nusa Dua Badung, tabel perbandingan tersebut menunjukkan bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus III.
Adapun tabel perbandingan nilai rata-rata yang menunjukkan terjadinya
peningkatan hasil belajar pada siswa selama pra siklus hingga siklus III adalah
sebagai berikut.
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tes awal sampai siklus III,
sebagaian besar nilai skor standar siswa mengalami peningkatan. Dimulai dari tes
awal, nilai rata-rata kelas adalah 5,41 dengan rincian siswa yang memperoleh nilai 7
sebanyak 2 orang (5,89), siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 17 orang (50%,),
siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang (23,52%), dan siswa yang
memperoleh nilai 4 sebanyak 7 orang (20,59%), sehingga kemampuan siswa dalam
menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada tes awal dikelompokkan dengan
ketegori cukup.
Pada hasil tes siklus I, nilai rata-rata kelas adalah 6,32 dengan rincian siswa yang
memperoleh nilai 7 sebanyak 15 orang (44,11%), siswa yang memperoleh nilai 6
sebanyak 16 orang (47,06%), siswa yng memperoleh nilai 5 sebanyak 2 orang
(5,89%), dan siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 1 orang (2,94%), sehingga
kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada siklus I
dengan kategori lebih dari cukup.
Pada hasil tes siklus II, nilai rata-rata kelas adalah 7,11 dengan rincian siswa
yang memperoleh nilai 8 sebanyak 6 orang (17,64), siswa yang memperoleh nilai 7
sebanyak 26 orang (76,47%), dan siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 2 orang
66
(5,89%), sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis kalimat majemuk
bertingkat pada siklus II dikategorikan baik.
Pada hasil tes siklus III, nilai rata-rata siswa adalah 8,14 dengan rincian siswa
yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang (14,70%), siswa yang memperoleh nilai 8
sebanyak 29 orang (85,30%), sehingga kemampuan siswa dalam menganalisis
kalimat majemuk bertingkat pada siklus III dikategorikan baik sekali.
Berdasarkan pada hasil observasi siswa selama mengikuti pembelajaran
menganalisis kalimat majemuk bertingkat di dalam kelas, dari tes awal hingga siklus
III menunjukkan peningkatan antara lain: (1) siswa aktif dalam proses pembelajaran,
(2) siswa aktif bertanya, (3) siswa semangat untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan pembangkit keaktifan dari peneliti.
4.2.1 Langkah-langkah strategi pembelajaran konstruktivisme
a. Orientasi
Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-langkah
pembelajaran, hasil akan diharapkan dari siswa, serta nilai yang diterapkan. Tahap
orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan
arah atau petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Eksplorasi
Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang
dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: membaca,
melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,
dan sebagainya.
c. Interpretasi
67
Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi,
Tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan
kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi.
d. Rekreasi
Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menganalisis sesuatu yang
mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topic/masalah yang dikaji menurut
masing-masing. Pada akhirnya setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa
dituntut untuk mampu menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari
menjadi bermakna.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan
kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah
kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan
logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama
dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran
adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.
68
BAB V
PENUTUP
Hasil penelitian sudah jelas dengan rinci pada Bab IV. Lengkapnya suatu
penelitian haruslah disertai dengan kesimpulan akhir. Oleh karena itu, pada Bab V
dikemukakan simpulan penelitian mengenai peningkatan kemampuan menganalisis
kalimat majemuk bertingkat melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme
pada siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada
bagian ini akan diuraikan secara rinci tentang simpulan dan saran.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut.
1.
Strategi
pembelajaran
konstruktivisme
dapat
meningkatkan
kemampuan
menganalisis kalimat majemuk bertingkat pada siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua
Badung Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini terbukti dari masing-masing siklus
sebagai berikut.
a.
Hasil pelaksanaan siklus awal kemampuan menganalisis kalimat majemuk
bertingkat siswa kelas VIII.1 SMP Nusa Dua Badung masih kurang dilihat
dari skor rata-rata siswa 54,35.
b.
Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat
melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siklus I
dilihat dari skor rata-rata sebesar 61.
69
c.
Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat
melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme pada siklus II
dilihat dari skor rata-rata sebesar 67,52.
d.
Hasil pelaksanaan kemampuan menganalisis kalimat majemuk bertingkat
melalui penerapan strategi pembelajaran konstruktivisme siklus III dilihat
dari skor rata-rata sebesar 74,05.
Di sini dapat dilihat terjadi peningkatan setiap siklus melalui stratrgi
pembelajaran konstruktivisme. Yang menyebabkan terjadinya peningkatan nilai siswa
menganalisis kalimat majemuk bertingkat karena siswa mendapat pengetahuan baru
tentang menganalisis kalimat majemuk bertingkat, melalui strategi pembelajaran
konstruktivisme
wawasan
siswa
dalam
mengasah
kemampuannya
dalam
menganalisis kalimat majemuk sangatlah baik. Karena disni siswa yang aktif (selalu
ingin tahu), dan guru hanya sebagai pendamping dalam proses pembelajaran.
2. Langkah-langkah strategi pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran
menganalisis kalimat majemuk bertingkat adalah sebagai berikut.
a. Orientasi
Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu langkah-langkah
pembelajaran, hasil akan diharapkan dari siswa, serta nilai yang diterapkan. Tahap
orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberikan
arah atau petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Eksplorasi
Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah/konsep yang
dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: membaca,
70
melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet,
dan sebagainya.
c. Interpretasi
Dalam hal ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi,
Tanya jawab, atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan
kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi.
d. Rekreasi
Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menganalisis sesuatu yang
mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topic/masalah yang dikaji menurut
masing-masing. Pada akhirnya setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa
dituntut untuk mampu menghasilkan sehingga informasi yang telah dipelajari
menjadi bermakna.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan
kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran adalah
kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan
logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk bekerja sama
dan memikul tanggung jawab bersama, sedangkan evaluasi pada akhir pembelajaran
adalah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa.
71
5.2 Saran
Untuk mengatasi masalah atau hambatan yang dihadapi siswa kelas VIII.1 SMP
Nusa Dua Badung dalam melakukan proses pembelajaran menganalisis kalimat
majemuk bertingkat perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a.
Bahasa Indonesia perlu dibina dan dikembangkan seperti mengadakan
ceramah-ceramah bahasa Indonesia di sekolah.
b.
Para siswa hendakanya membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia,
terutama dalam pembelajaran disekolah, dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar.
c.
Kesadaran siswa dalam membaca harus ditingkatkan, karena dalam
membaca dengan kosentrasi kita dapat menganalisis kalimat majemuk
betingkat dengan benar. Karena dalam pelajaran berbahasa ada 4
keterampilan yang harus kita miliki antara lain: menyimak, bebicara,
membaca, dan menulis.
d.
Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan,
hendaknya tersedia lebih banyak sehinggga siswa dapat memiliki
pengetahuan penggunaan klausa dan prase dalam menganalisis kalimat
mejmuk betingkat.
e.
Buku-buku yang ada kaitannya dengan menganalisis kalimat majemuk
khususnya kalimat majemuk bertingkat hendaknya disediakan sehingga
siswa yang ingin mendalami masalah yang terkait akan semakin mudah
mempelajarinya. Dimana sumber/buku sangatlah berperan penting dalam
pembelajaran.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta-Latihan ke-7.
Baharudin, dan Esa.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media Group.
Battencourt dan Suparno. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Depdibud. 1980. Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:Direktur Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Fosnot. 1989. Metodelogi pembelajaran.Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
http//strategipembelajarankonstruktivisme.wordpress.com/2012/12/09/metodekonstruktivisme/.(strategi pembelajaran) .
Herusantosa. 1991. “Sintaksis I”. Singaraja: Fakultas Keguruan Universitas
Udayana.
Herusuparman. 1981. “Sintaksis II”. Singaraja: Fakultas Keguruan Universitas
Udayana.
Keraf, Goris.1970. Tata Bahasa Indonesia. Ende- Flores: Nusa Indah.
.1978. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Airlangga
University Press
Kunandar. 2008. Langkah
Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Prasada.
Kurt Lewis. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI.
Mudjiman. 2008. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada:
University Press.
Mulyono, Iyo.2002.Bahasa Indonesia,Pengembangan Kalimat dan Problematiknya.
Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari-ABA Bandung.
Netra, Ida Bagus.1974. Metodelogi Penelitian. Singaraja : IKIP UNUD
Nurkancana W.dan Sumartana. 1986. “Evaluasi Pendidikan”.Solo : Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional
73
Suparno,Paul.2001. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT.
Santyasa, M. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Tarigan.1985. Pendidikan Keterampilan Bahasa Indonesia. Jakarta. UT.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Wahab, A dalam Winasih.2006. Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Surabaya: Airlangga University Press.
Wena, 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Akasa.
Wendra, I Wayan. 2007. Buku Ajar Penulisan Karya Iilmiah. Singaraja : Universitas
pendidikan Ganesha.
Wirjaya Asep Yudha,Sudarmawati dkk. 2008.Berbahasa dan Bersastra Indonesia
untuk /SMP/Mts Kelas VIII.Surakarta: CV. Putra Nugraha.
Zainudin.1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.
74
75
Download