Pencegahan Kanker Serviks - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

advertisement
Sosialisasi Pesan “Pencegahan Kanker Serviks” oleh Yayasan
Kanker Indonesia Terhadap Pengetahuan
Mencegah Penyakit Kanker Serviks
(Survei pada ibu-ibu pengajian Majelis Ta’lim Nurul Falah Kota
Tangerang)
Sri Desti Purwatiningsih
Ika Puspitasari
UPI YAI
Jalan Pangeran Diponegoro No.74, Kenari, Jakarta Pusat
Fakultas Ilmu Komunikasi
Sosialisasi pesan pencegahan penyakit kanker serviks yang dilakukan oleh
fasilitator dan pendamping lokal merupakan salah satu tahap awal proses kegiatan
yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman serta
pengetahuan kepada masyarakat dalam mencegah terkenanya penyakit kanker
serviks. Populasi sasaran penelitian adalah ibu-ibu pengajian Majelis Ta’lim
Nurul Falah Kota Tangerang, dengan sampel 100 orang. Teknik sampling
menggunakan acidental Sampling. Besarnya pengaruh sosialisasi pesan
pencegahan kanker serviks terhadap pengetahuan mencegah penyakit kanker
serviks sebesar 53,6%. Terdapat pengaruh yang cukup tinggi antara sosialisasi
pesan kampanye terhadap pengetahuan pencegahan penyakit kanker serviks.
Key Word: Sosialisasi pesan , pengetahuan, kanker serviks
PENDAHULUAN
Sampai saat ini, kanker mulut
rahim merupakan salah satu masalah
kesehatan yang sangat ditakuti oleh
kaum
perempuan
Indonesia,
sehubungan dengan angka kejadian
dan angka kematiannya yang cukup
tinggi. Keterlambatan diagnosis pada
stadium lanjut, keadaan umum yang
lemah, status sosial ekonomi yang
rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan sarana dan prasarana,
jenis histopatologi, dan derajat
pendidikan
ikut
serta
dalam
menentukan prognosis penderita.
(Rasjidi, 2009). Kurangnya sosialisasi
dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman terhadap penyakit ini
membuat diagnosa penyakit ini
menjadi
terlambat
ditangani.
Sebenarnya dengan sosialisasi yang
dilakukan kepada masyarakat akan
bahaya kanker serviks diharapkan
mampu
mengurangi
penderita
penyakit kanker serviks secara luas.
Penderita kanker serviks rata-rata
dijumpai pada umur 45 tahun.
Menurut Aziz M.F. (2006), umumnya
insidens kanker serviks sangat rendah
di bawah umur 20 tahun dan
sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Menurut
Riono (1990), kanker serviks terjadi
pada wanita yang berumur lebih 40
tahun
tetapi
bukti
statistik
120
121
menunjukkan kanker serviks dapat
juga menyerang wanita antara usia 2030 tahun. Sebagian besar penyebab
terserang kanker serviks adalah
infeksi virus HPV. Lebih dari 90%
kanker serviks jenis skuamosa
mengandung DNA virus HPV dan
50% kanker serviks berhubungan
dengan HPV tipe 16 (Ferlay J et al,
2002). HPV adalah virus DNA yang
menginfeksi sel-sel epitel (kulit dan
mukosa). Selain itu pasangan yang
sering melakukan seks dengan
bertukar pasangan juga mempunyai
risiko mendapat kanker serviks. Studi
kasus kontrol menunjukkan bahwa
pasien dengan kanker serviks lebih
sering menjalani seks aktif dengan
pasangan yang melakukan seks
berulang kali (Belinson S., Smith
J.S.,Myers
E.,Olshan
A,
dan
Hartmann K., 2002).
Didasari pada kenyataan tersebut
maka perlu adanya peran pemerintah
dalam keikutsertaan menurunkan
jumlah penderita kanker serviks,
sebagai upaya peningkatan kualitas
hidup kaum wanita. Dalam hal ini
Yayasan Kanker Indonesia ikut
berperan serta dan berperan aktif
dalam Gerakan Nasional Peduli dan
Cegah Kanker Serviks (GNPCKS)
sebagai upaya peningkatan kualitas
hidup wanita Indonesia.
Salah satu upaya Yayasan Kanker
Indonesia adalah
mengurangi
penderita penyakit kanker serviks,
melalui deteksi dini kanker serviks
dengan melakukan skrining yang
dinamakan Papsmear, dan skrining
efektif. Papsmear adalah suatu
pemeriksaan
sitologi
yang
diperkenalkan oleh Papanicolaou pada
tahun 1943 untuk mengetahui adanya
keganasan
(kanker)
dengan
mikroskop. Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat dan tidak sakit
(Bustan, 2007). Hanya saja sebagian
besar wanita tidak mau menjalani
pemeriksaan, dan kanker serviks ini
karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman akan bahayanya kanker
serviks, sehingga sebanyak 50% kasus
baru kanker servik terjadi pada wanita
yang sebelumnya tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear.
Padahal jika wanita mau melakukan
pemeriksaan Papsmear, penyakit
kanker serviks suatu hari bisa saja
musnah, seperti halnya polio (Depkes
RI, 2005).
Sosialisasi pesan mencegah sejak
dini penyakit kanker serviks melalui
pemeriksaan
papsmear
sering
dilakukan oleh Yayasan Kanker
Indonesia melalui berbagai media
massa, tetapi pada kenyataannya
masih banyak wanita yang terserang
oleh
penyakit
ini.
Sehingga
berdasarkan pada kenyataan tersebut
di atas perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui mengetahui apakah
adanya pengaruh sosialilsasi pesan
kampanye
terhadap
peningkatan
pengetahuan mencegah penyakit
kanker serviks” pada kaum wanita.
KERANGKA TEORI
Pesan Komunikasi
Pesan pada dasarnya bersifat
abstrak. Untuk membuatnya konkret
agar dapat dikirim dan diterima oleh
komunikan, manusia dengan akal
budinya
menciptakan
sejumlah
lambang komunikasi berupa suara,
mimik, gerak – gerik, bahas lisan, dan
bahasa tulisan (Cangara, 2006).
Pengirim pesan akan lebih sukses
dalam menjelaskan pesannya apabila
ia menggunakan empati, artinya dapat
menempatkan dirinya pada tempat
122
penerima pesan. Dalam kedudukan
demikian, pengirim pesan dapat
memperkirakan
reaksi
penerima
secara efektif (Moekijat, 2005).
Adapun pesan menurut Effendy
(2007), adalah: “suatu komponen
dalam proses komunikasi berupa
paduan dari pikiran dan perasaan
seseorang
dengan
menggunakan
lambang,
bahasa/lambang-lambang
lainnya disampaikan kepada orang
lain”
(Effendy,
2007).
Dapat
disimpulkan bahwa pesan
adalah
materi yang disampaikan kepada
orang lain dalam bentuk gagasan baik
verbal maupun nonverbal, untuk
menyatakan maksud tertentu sesuai
dengan kebutuhan orang lain sesuai
dengan manfaat dan kebutuhannya.
Kanker Serviks
Kanker Serviks atau yang lebih
dikenal sebagai kanker leher rahim
adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim /serviks yang
merupakan bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.
Pada penderita kanker serviks terdapat
sekelompok jaringan yang tumbuh
secara terus- menerus yang tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak
berguna bagi tubuh, sehingga jaringan
disekitarnya tidak dapat berfungsi
dengan baik (Sarwono, 1996). 90%
dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan
10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal
yang menuju ke dalam rahim. Kanker
serviks terjadi jika sel-sel serviks
menjadi abnormal dan membelah
secara tak terkendali (Rasjidi, 2008).
Jika sel serviks terus membelah maka
akan terbentuk suatu massa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas. Jika tumor tersebut
ganas, maka keadaannya disebut
kanker serviks. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun (Aziz M.F, 2006).
Sosialisasi Pesan
Charlotte
Buhler
(dalam
Ahmadi,
2011),
mendefinisikan
sosialisasi sebagai proses yang
membantu individu-individu belajar
dan menyesuaikan diri, bagaimana
cara hidup dan berfikir kelompoknya
agar ia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya. Sedangkan Peter
Berger (dalam Ahmadi, 2011),
mendefinisikan sosialisasi sebagai
suatu proses dimana anak belajar
menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Lain
halnya menurut Kimball Young
(dalam Gunawan, 2000)
yang
menyatakan
bahwa,
sosialisasi
merupakan
hubungan
interaktif
dimana seorang dapat mempelajari
kebutuhan sosial dan kultural yang
menjadikan
sebagai
anggota
masyarakat. Sementara Thomas Ford
Hoult mendefinisikan
sosialisasi
sebagai proses belajar individu untuk
bertingkah laku sesuai dengan standar
yang terdapat dalam kebudayaan
masyarakatnya.
Sedangkan Soekanto
(2002),
menyatakan
bahwa
sosialisasi
mencakup proses yang berkaitan
dengan kegiatan individu-individu
untuk mempelajari tertib sosial
lingkungannya, dan menyerasikan
pola interaksi yang terwujud dalam
konformitas,
non
konformitas,
penghindaran diri, dan konflik. Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa dalam sosialisasi individu
belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
123
Sosialisasi adalah sebuah proses
penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam sebuah
kelompok
atau
masyarakat
(Wahyudianto, 2006). Sedangkan
Susanto (1983), menyatakan bahwa
sosialisasi
ialah
proses
yang
membantu individu melalui belajar
dan menyesuaikan diri, bagaimana
cara hidup dan bagaimana cara
berfikir kelompoknya, agar dapat
berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.
Adapun
yang
dimaksud
dengan pesan dalam penelitian ini
adalah informasi atau isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau
komunikator kepada penerima atau
komunikan. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui
media komunkasi atau melalui media
telekomunikasi, isinya bisa berupa
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasihat atau propaganda.
Dalam hal ini pesan yang
disampaikan oleh komunikator yang
tingkat kredibilitasnya tinggi akan
lebih banyak memberi pengaruh
kepada perubahan sikap dalam
penerimaan pesan daripada jika
disampaikan oleh komunikator yang
tingkat
kredibilitasnya
rendah.
Rakhmat (2007) mengatakan “Dalam
berkomunikasi yang berpengaruh
terhadap komunikan bukan hanya apa
yang disampaikan, tetapi juga keadaan
komunikator secara keseluruhan”.
Komunikasi yang efektif bagi
sebuah pesan adalah menarik, dapat
memenuhi
kebutuhan
individual
(personal needs) bagi komunikan, dan
cara memperoleh informasi dapat
memberikan
kepuasan
pada
kebutuhan pesan yang diterimanya.
Pesan dapat memuaskan kebutuhan
emosi, pesan dapat memuaskan
kebutuhan harapan yang logis bagi
penerima pesan.
Isi pesan sangat menentukan
efektivitas komunikasi. Schramm
(dalam Effendy, 2007) mengatakan
bahwa
agar
komunikasi
yang
dilancarkan dapat lebih efektif, maka
pesan yang disampaikan harus
memenuhi
syarat-syarat
sebagai
berikut : 1. Pesan harus dirancang dan
disampaikan
sedemikian
rupa
sehingga dapat menarik perhatian
sasaran dimaksud. 2. Pesan harus
menggunakan
tanda-tanda
yang
tertuju kepada pengalaman yang sama
antara sumber dan sasaran, sehingga
sama-sama dapat dimengerti. 3. Pesan
harus membangkitkan kebutuhan
pribadi
pihak
sasaran
dan
menyarankan beberapa cara untuk
memperoleh kebutuhan itu. 4. Pesan
harus menyarankan sesuatu jalan
untuk memperoleh kebutuhan tadi,
yang layak bagi situasi kelompok di
mana sasaran berada pada saat ia
gerakkan
untuk
memberikan
tanggapan yang dikehendaki.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan sosialisasi
pesan disini adalah penyampaian
informasi kepada masyarakat luas
khususnya kaum wanita
yang
dilakukan oleh Yayasan Kanker
Indonesia dalam mensosialisasikan
pencegahan penyakit kanker serviks.
Pengetahuan Mencegah Penyakit
Kanker Serviks
Pengetahuan mengenai kanker
serviks perlu yang sedang dipelajari
sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap objek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan kanker
serviks bukanlah sesuatu yang sudah
124
ada dan tersedia dan sementara orang
lain tinggal menerimanya, namun
sebagai suatu pembentukan yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap
saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu dan didapat setelah
seseorang melakukan penginderaan
terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan
telinganya. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih kuat dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. (Wawan & Dewi 2010)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian adalah aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, berencana dan mengikuti
konsep ilmiah untuk mendapatkan
sesuatu yang objektif dan rasional
tentang sesuatu hal (Priyatno, 2008).
Penulis
menggunakan
metode
penelitian kuantitatif, yaitu metode
penelitian yang menggambarkan atau
menjelaskan suatu masalah yang
hasilnya dapat digeneralisasikan. Data
kuantitatif
adalah
data
yang
dinyatakan dalam bentuk angka. Tipetipe data kuantitatif adalah data
nominal, data ordinal, data interval,
dan rasio. Penelitian ini tidak terlalu
mementingkan kedalaman data atau
analisis, tetapi lebih mementingkan
aspek keluasan data sehingga data
atau hasil penelitian dianggap
merupakan representasi dari seluruh
populasi.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survey.
Menurut Achmadi dan Narbuko
(2001) “Survey adalah penyelidikan
yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada
dan mencari keterangan-keterangan
faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun suatu daerah.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kelompok
atau kumpulan subjek atau objek yang
akan dikenai generalisasi hasil
penelitian (Priyatno, 2008). Populasi
sasaran peneliti adalah ibu-ibu
pengajian Majelis Ta’lim Nurul Falah
Kota Tangerang dengan jumlah 150
orang.
Sampel adalah bagian dari populasi
yang akan diteliti Secara praktis,
sampel biasanya terdiri atas sejumlah
kecil unit sampling yang proporsional
dan merupakan elemen-elemen target
yang
dipilih
dari
kerangka
samplingnya (Priyatno, 2008). Pada
penelitian ini kuesioner dibagikan ke
100 responden.
Penarikan
sampel
dilakukan
dengan tehnik accidental Sampling
atau atau disebut pemilihan secara
tidak sengaja (seketemunya). Dalam
memilih sampel, peneliti tidak
mempunyai pertimbangan lain kecuali
berdasarkan kemudahan saja.
Definisi operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur
yang diperlukan untuk memasuki unitunit analisis ke dalam kategorikategori tertentu dari tiap-tiap variabel
(Prasetyo
dan
Jannah,
2005).
Sedangkan
Singarimbun
(dalam
125
Hamidi, 2007), menegaskan bahwa
definisi operasional adalah petunjuk
bagaimana sebuah variabel diukur.
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur
yang diperlukan untuk memasuki unitunit analisis ke dalam kategorikategori tertentu dari tiap-tiap variabel
(Prasetyo
dan
Jannah,
2005).
Sedangkan
Singarimbun
(dalam
Hamidi, 2007), menegaskan bahwa
definisi operasional adalah petunjuk
bagaimana sebuah variabel diukur.
Adapun dimensi-dimensi yang akan
diukur adalah sebagai berikut:
I. Sosialisasi Pesan
Meskipun
proses
sosialisasi
dipisahkan secara
formal
dan
informal, namun hasilnya sangat sulit
untuk
dipisah-pisahkan
karena
individu
biasanya
mendapat
sosialisasi formal dan informal
sekaligus
a) Tahap Persiapan
(Preparatory
Stage)
Mempersiapkan
konsep-konsep
dari sosialisasi
yang
akan
dilakukan oleh penyelenggara.
b) Tahap Meniru (Play Stage )
Sosialisasi
yang
diadakan
penyelenggara bisa diserap oleh
para peserta untuk di praktekan
atau dilaksanakan.
c) Tahap Siap Bertindak (Game
Stage )
Pelaksanaan yang dilakukan sudah
mulai berkurang digantikan oleh
peran
yang secara langsung
dipraktekan sendiri oleh para
peserta yang mengikuti program
sosialisasi
dengan
penuh
kesadaran.
d) Tahap Penerimaan Norma Kolektif
(Generalized Other)
Sosialisasi dianggap telah berhasil,
dan dapat menempatkan program
yang dilaksanakan bisa berada
pada posisi masyarakat secara
luas.
Pengetahuan Mencegah Penyakit
Kanker Serviks
Pengetahuan yang diterima
dan
dimiliki
oleh
responden
merupakan hasil dari tahu dan didapat
setelah mereka mendapatkan pesanpesan mengenai pencegahan penyakit
kanker serviks dari yayasan kanker
Indonesia. Adapun penjelasan masingmasing dari dimensi pengetahuan
mencegah kanker serviks adalah
sebagai berikut;
a) Tahu
(know),
merupakan
kemampuan responden dalam
mengingat materi tentang kanker
serviks yang telah dipelajari
sebelumnya,
termasuk
dalam
tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima.
b) Memahami
(comprehension),
merupakan kemampuan responden
dalam menjelaskan secara benar
objek atau materi tentang kanker
serviks yang telah disosialisasikan.
c) Aplikasi (application), kemampuan
dalam menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan
kondisi yang benar hasil dari
sosialisasi.
d) Analisis (analysis), kemampuan
responden dalam menjabarkan
materi atau suatu objek hasil dari
sosialisasi pesan tentang kanker
serviks.
126
e) Sinthesis (synthesis), kemampuan
responden dalam meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dari
materi kanker serviks yang
disosialisasikan di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi (evaluation), kemampuan
responden
dalam
melakukan
penilaian terhadap materi atau
objek tentang kanker serviks.
Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku di masyarakat.
Tabel Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
a. Mempersiapkan lokasi, perijinan dan
tanggal pelaksanaan
Tahap Persiapan
Likert
b. Mempersiapkan materi dan nara
sumber
Sosialisasi yang diadakan
Variabel X
Meniru
penyelenggara bisa diserap oleh para Likert
peserta untuk di praktekan
Sosialisasi
Pesan
a. Para peserta langsung mempraktekkan materi yang disampaikan
Siap Bertindak
Likert
b. Melaksanakan materi yang disampaikan tanpa paksaan
Penerimaan Norma umum
Likert
Kolektif
Variabel
Dimensi
Know
Variabel Y
Comprehen sion
Pengetahuan
kanker
Serviks
Application
Analysis
Indikator
Kemampuan
responden
dalam
mengingat materi tentang kanker
serviks dan dapat memanggil kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
Kemampuan
responden
dalam
menjelaskan secara benar objek atau
materi tentang kanker serviks yang
telah disosialisasikan.
Kemampuan dalam menggunakan
materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang benar hasil
dari hasil sosialisasi.
Kemampuan
responden
dalam
menjabarkan materi atau suatu objek
hasil dari sosialisasi pesan tentang
kanker serviks.
Skala
Likert
Likert
Likert
Likert
127
Synthesis
Evaluation
Kemampuan
responden
dalam
meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dari materi kanker Likert
serviks yang disosialisasikan di dalam
bentuk keseluruhan yang baru.
Kemampuan responden melakukan
penilaian terhadap materi atau objek Likert
tentang kanker serviks.
Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini data dianalisis
dengan
1)
Uji Validitas
Uji Validitas adalah uji untuk
mengetahui
ketepatan
atau
kecermatan suatu instrumen dalam
mengukur apa yang ingin diukur
(Priyatno,
2008:16),
Validitas
dihitung dengan membandingkan nilai
  x  y  
 xy 

N


rxy 
2
2



 x  
 y 
2
2
 x 
  y 


N 
N 

Uji Reliabilitas
Menurut Kriyantono, 2007),
reliabilitas artinya memiliki sifat dapat
dipercaya. Dengan kata lain, suatu alat
ukur memiliki reliabilitas bila hasil
pengukurannya
relatif
konsisten
apabila alat ukur tersebut digunakan
berulang kali oleh peneliti lainnya.
Uji reliabilitas digunakan
untuk mengetahui konsistensi alat
ukur, apakah alat pengukur yang
digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran tersebut
diulang.
Pada
penelitian
ini
menggunakan metode cronbach’s
alpha. Metode ini dipilih karena,
menurut Priyatno (2008) metode
cronbach’s alpha sangat cocok
corrected item correlation setiap butir
pertanyaan terhadap nilai r kritis pada
tabel r. Untuk dapat dikategorikan
valid, nilai corrected item correlation
setiap butir pertanyaan harus lebih
besar dari nilai r kritis pada tabel r.
Dapat dihitung dengan rumus Product
Moment Pearson
Keterangan :
rxy
: Koefisien korelasi item dan skor total
∑xy
: Jumlah hasil perkalian x dan y
∑x
: Jumlah nilai item valid faktor x
∑y
: Jumlah nilai item yang valid
N
: Jumlah subyek penelitian
digunakan pada skor berbentuk skala
(misalnya 1-4, 1-5) atau skor
rentangan (misalnya 0-20, 0-50).
Uji signifikan pada penelitian ini
dilakukan pada taraf 0,1 artinya
instrumen dapat dikatakan reliabel
bila nilai alpha lebih besar dari nilai r
kritis produk moment atau kita bisa
menggunakan batasan tertentu seperti
0,600.
Menurut Priyatno (2008),
Keputusan alat ukur dikatakan reliabel
dengan:
1) Apabila cronbach’s alpha yang
dihasilkan > 0,600 maka butirbutir instrumen penelitian tersebut
dinyata reliabel.
2) Apabila cronbach’s alpha yang
dihasilkan < 0,600 maka butir-
128
butir
instrumen
tersebut
dinyatakan tidak reliabel.
2
 k    b 
r11  
1 
2 

k

1


 

t
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan
statistik, statistik pada penelitian ini
adalah eksplanatif. Statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2003).
Data Coding
Data Coding merupakan suatu
proses penyusunan sistematis data
mentah (yang ada dalam kuesioner) ke
dalam bentuk yang mudah dibaca oleh
mesin pengelola data seperti komputer
(Prasetyo, 2006). Dalam proses
pengerjaan
koding,
peneliti
r=
Keterangan:
r xy
= koefisien korelasi
n
= jumlah sampel
x
= skor setiap item
y
= skor total
Cara mencari reliabilitas dengan
menggunakan
rumus
Alpha
Cronbach:
Keterangan:
rii
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan
∑σb²
: jumlah butir varian
σi²
: varian total
menggunakan Microsoft Excel dan
bantuan program komputer SPSS versi
20.
Dalam penelitian ini data
dianalisis dengan uji korelasi dimana
analisis korelasi yaitu suatu teknik
untuk menentukan sampai sejauh
mana terdapat hubungan dua variabel
(Achmadi dan Narbuko, 2001). Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu, variabel bebas sosialisasi pesan
pencegahan penyakit kanker serviks
(X)
dan variabel tak bebas
Pengetahuan mencegah penyakit
kanker serviks (Y). Untuk mengetahui
erat tidaknya hubungan antara
variabel digunakan uji korelasi,
pengujian selanjutnya dengan uji
signifikansi
koefisien
korelasi
sederhana, selain dapat menggunakan
tabel,
juga
dapat
dihitung
menggunakan
rumusan
Korelasi
Product Moment sebagai berikut:
129
(∑x2)
∑x2
∑y2
(∑y2)
= kuadrat jumlah skor item
= jumlah kuadrat skor item
= jumlah kuadrat skor item
= kuadrat jumlah skor total
Sedangkan menurut Sugiyono
(2009), untuk memberikan penafsiran
interpretasi koefisien korelasi yang
ditemukan besar atau kecil, maka
berpedoman pada ketentuan yang
terdapat pada tabel berikut ini:
Interval koefisien
0,00 – 0,199
0.20 – 0,399
0, 40 – 0, 599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Korelasi dapat positif dan
negatif. Korelasi positif menunjukan
arah yang sama pada hubungan antar
variabel. Artinya, jika variabel 1 besar
maka variabel 2 semakin besar pula.
Sebaliknya
korelasi
negatif
menunjukan arah yang berlawanan.
Artinya, jika variabel 1 besar maka
variabel 2 semakin kecil.
Analisi Regresi
Analisis dengan uji regresi
digunakan untuk menguji hubungan
( Y= a +
bx )
Keterangan :
Y= Variabel terikat (Dependent)
X= Variabel bebas (Independen)
Tingkat hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
sebuah variabel dependen dengan
variabel independent. Dalam uji
regresi ini variabel dependennya
adalah Sosialisasi pesan dan variabel
independentnya
adalah
Kanker
serviks. Uji regresi yang dilakukan
adalah Uji Regresi Linear Sederhana.
Dalam Uji Regresi Linear ini, peneliti
ingin mengetahui pengaruh variabel
independent
terhadap
variabel
dependen. Persamaan umum Uji
Regresi Linear Sederhana adalah :
a= Nilai intercept (konstan) atau harga Y bila
X= 0
b= Koefisien regresi, yaitu angka peningkatan
atau penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independent. Bila
b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi
penurunan.
Nilai a dihitung dengan rumus :
130
Nilai b dihitung dengan rumus :
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Responden yang menjadi objek
penelitian adalah ibu-ibu pengajian
Majelis Ta’lim Nurul Falah Kota
Tangerang yang berjumlah 100 orang
dari hasil perhitungan sampel dalam
penelitian ini. Adapun karakteristik
identitas responden berupa umur dan
pekerjaan dapat dilihat pada tabeltabel di bawah ini;
Tabel Pekerjaan
Umur
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Negri
Wiraswasta
Karyawan Swasta
Jumlah
18 responden
30 responden
21 responden
31 responden
Dari tabel di atas diketahui
responden yang bekerja sebagai Ibu
Rumah
Tangga
sebanyak
18
responden (18%). Pegawai Negri
sebanyak 30 responden (30%).
Wiraswasta 21 responden (21%).
Karyawan Swasta 31 responden
Percent
18%
30%
21%
31%
(31%). Maka dari tabel di atas dapat
diketahui karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan menunjukkan
bahwa sebagian besar
responden
(31%) merupakan karyawan swasta.
Tabel Usia Responden
Umur
19 - 21 Tahun
22 - 24 Tahun
25 - 27 Tahun
28 > Tahun
Jumlah
3 responden
18 responden
51 responden
28 responden
Tabel di atas memperlihatkan
bahwa sebagian besar responden yang
berusia 19 - 21 tahun sebanyak 3
orang (3%), sedangkan yang berusia
22 - 24 tahun sebanyak 18 orang
(18%), usia 25 – 27 tahun sebanyak
Percent
3%
18%
51%
28%
51 orang (51%). Dan yang berusia 28
tahu keatas sebanyak 28 orang atau
sebesar 28% Kesimpulan dari
karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan
menunjukkan
bahwa
131
sebagian besar responden berusia 25
– 27 tahun sebanyak 51 orang (51%)..
Hasil Uji Bivariate
adalah sosialisasi pesan pencegahan
penyakit kanker serviks, sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini
adalah
pengetahuan
mencegah
penyakit kanker serviks.
Teknik pengolahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Bivariatte dengan program
SPSS for Windows versi 20.00.
Variabel bebas dalam penelitian ini
Uji Korelasi
Tabel Correlations
Sosialisasi Pesan
Sosialisasi Pesan
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pengetahuan
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan di
atas dapat dijelaskan hasil analisisnya
yaitu dengan jumlah sampel 100
responden, ada korelasi antara
Sosialisasi
Pesan
dengan
Pengetahuan Kanker, dimana hasil
koefisien korelasi didapat sebesar
0,732, sehingga dapat disimpulkan
Hasil uji Regresi
Analisis regresi linear sederhana
adalah hubungan serta pengaruh
secara linear antara suatu variabel
Pengetahuan
1
.732**
100
.000
100
.732**
1
.000
100
100
bahwa terdapat hubungan antara
variable Sosialisasi Pesan dengan
Pengetahuan Kanker. Untuk r hitung
sama dengan 0,732 berada pada
interval 0,60-0,70, diperoleh tingkat
hubungan yang kuat Sosialisasi Pesan
dengan Pengetahuan Kanker.
independen
sosialisasi
pesan
pencegahan penyakit kanker serviks
(x) dengan variabel dependen
Tabel Coefficients a
1
Model
(Constant)
Sosialisasi.Pesan
Dependent Variable: Pengetahuan
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
t
6.076
5.544
1.096
.730
.069
.732 10.636
Sig.
.276
.000
132
pengetahuan mencegah penyakit
kanker serviks (y). Analisis ini
untuk mengetahui arah pengaruh
antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah positif atau
negatif dan untuk memprediksi nilai
dari variabel dependen apabila nilai
variabel
independen
mengalami
kenaikan atau penurunan (Priyatno,
2009)
Persamaan regresinya sebagai
berikut:
Y = a + bX
Y = 6.076+ 0.730
Angka-angka tersebut dapat
diartikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 6.076 artinya
jika Sosialisasi Pesan (x), maka
Pengetahuan Kanker (y) nilainya
positif sebesar 0.730.
b. Koefisien
regresi
variabel
Sosialisasi Pesan (x) sebesar 6.076,
Pengetahuan Kanker (y) 0.730.
Koefisien bernilai positif artinya
terjadi pengaruh positif antara
Sosialisasi
Pesan
tehadap
Pengetahuan Kanker, semakin
besar daya tarik Pengetahuan
Kanker
semakin
meningkat
Sosialisasi Pesan.
Dengan menggunakan tingkat
signifikansi 5% atau 0,05. Tabel
distribusi t dicari pada a = 5 % : 2 =
25% atau 0,25 (uji 2 sisi) dengan
derajat kebebasan (df) n – k – 1 atau
100 – 1 – 1 = 98 (n adalah jumlah
sampel dan k adalah jumlah variabel
independen) maka dapat diketahui
nilai t tabel yang di peroleh adalah
0,197 (Priyatno, 2009:71).
Dengan kriteria pengujian:
Ho diterima jika – t tabel ≤ t
hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika – t hitung < -t
tabel atau t hitung > t tabel 0,197
Nilai t hitung 10.636 dan nilai t
tabel 0,197 jadi nilai t hitung > t tabel
dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh signifikan antara
Sosialisasi Pesan (x) terhadap
Pengetahuan Mencegah Penyakit
Kanker Serviks (y). Jadi, dalam
penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa Sosialisasi Pesan berpengaruh
terhadap Pengetahuan Mencegah
Penyakit Kanker Serviks.
Besarnya
angka
koefisien
determinasi diperoleh kontribusi (r2)
atau r square dalam penghitungan
diatas adalah sebesar 0,536 atau sama
dengan 53,6%. Angka tersebut
mempunyai arti bahwa besarnya
pengaruh Sosialisasi Pesan (x) sebesar
53,6%
terhadap
pengetahuan
mencegah penyakit kanker serviks (y)
dan sisanya sebesar 46,4% dijelaskan
oleh variabel lain diluar variabel yang
digunakan pada penelitian ini.
Nilai t hitung 10.636 dan nilai t
tabel 0,197 jadi nilai t hitung > t tabel
dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh signifikan antara
Sosialisasi Pesan pencegahan penyakit
kanker
serviks
(x)
terhadap
Pengetahuan mencegah penyakit
Kanker serviks (y).
133
Model Summary
Model
1
R
.732a
R Square
.536
Adjusted
R Square
Std. Error of the Estimate
.531
5.63470
Predictors: (Constant), Sosialisasi.Pesan
Besarnya
angka
koefisien
determinasi diperoleh kontribusi (r2)
atau r square dalam penghitungan
diatas adalah sebesar 0,536 atau sama
dengan 53,6%. Angka tersebut
mempunyai arti bahwa besarnya
pengaruh Sosialisasi Pesan penyakit
KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh sosialisasi pesan
pencegahan
penyakit
kanker
serviks
terhadap
pengetahuan
mencegah penyakit kanker serviks.
Dari hasil uji statistik diperoleh
bahwa
Dengan
menggunakan
tingkat signifikansi 5% atau 0,05.
Tabel distribusi t dicari pada a = 5
% : 2 = 25% atau 0,25 (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n – k
– 1 atau 100 – 1 – 1 = 98 (n adalah
jumlah sampel dan k adalah jumlah
variabel independen) maka dapat
diketahui nilai t tabel yang di
peroleh adalah 0,197 antara
sosialisasi
pesan
pencegahan
penyakit kanker serviks
(x)
terhadap pengetahuan mencegah
penyakit kanker serviks (y).
2. Berdasarkan hipotesis sebelumnya
maka
pembuktian
hipotesis
sementara telah diperoleh hasil
kanker serviks (x) sebesar 53,6%
terhadap pengetahuan mencegah
penyakit kanker serviks (y) dan
sisanya sebesar 46,4% dijelaskan oleh
variabel lain diluar variabel yang
digunakan pada penelitian ini.
hipotesis nol ditolak, Nilai t hitung
10.636 dan nilai t tabel 0,197 jadi
nilai t hitung > t tabel dan Ho
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh signifikan antara
Sosialisasi
pesan
pencegahan
penyakit kanker serviks (x)
terhadap pengetahuan mencegah
penyakit Kanker serviks (y). Jadi,
dalam
penelitian
ini
dapat
disimpulkan bahwa Sosialisasi
Pesan
berpengaruh
terhadap
pengetahuan mencegah penyakit
kanker serviks.
DAFTAR PUSTAKA
134
Ahmadi
A,
1982,
Sosiologi
pendidikan membahas gejala
pendidikan dalam konteks sosial
masyarakat, Bina Ilmu, Surabaya
Ahmadi A. dan Narbuko C, 2001,
Metode Penelitian, Bumi Aksara,
Jakarta.
Aziz. MF. Andrijono Saifuddin AB,
Editors, 2006, Buku acuan
nasional onkologi ginekologi,
Edisi kedua, Jakarta, Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Bustan MN, 2007, Epidemiologi
penyakit tidak menular, Cetakan
2, Rineka Cipta, Jakarta.
Belinson S.,Smith J.S., Myers
E.,Olshan A.,Hartmann K.,2002,
Descriptive Evidence That Risk
Profiles
for
Cervical
Intraepithelial Neoplasia 1,2 & 3
are Unique,Am.J.
Cangara, H, 2008. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Rajawali Press.
Jakarta.
DEPKES. RI, 2005, Penanggulangan
kanker serviks dengan vaksin
HPV, Depertemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Effendy, O.U. 2007, Ilmu Komunikasi
(teori dan Praktek). PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Ferlay J, et al. GLOBOCAN 2002
Cancer Incidence, Mortality and
Prevalence
Worldwide.:
CancerBase, IARC, Lyon.
Gunawan, A,
Pendidikan,
Jakarta.
2000, Sosiologi
Rineka
Cipta,
Hamidi. 2007. Metodelogi Penelitian
dan Teori Komunikasi. Malang:
UMM
Kriyantono, R, 2007. Teknik Praktis
Riset Komunikasi, Kencana,
Jakarta.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori
dan Pengukuran Pengetahuan,
Sikap
dan
Perilaku
Manusia..Nuha
Medika,
Yogyakarta.
Moekijat, 2005, Pengantar Sistem
Informasi Manajemen. Penerbit
Mandar Maju. Bandung
Nasution, 2006, Berbagai Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar
(Jakarta: Bumi Aksara).
Prasetyo. B & Jannah, LM, 2005,
Metode Penelitian Kuantitatif.:
PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Prasetyo B, 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif : Teori dan Aplikasi.
Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Priyatno D, 2008, Mandiri belajar
SPSS untuk analisis data dan uji
statistik, Mediacom, Yogyakarta.
Rakhmat
J,
1989,
Psikologi
Komunikasi,
Remaja
RosdaKarya, Bandung.
Rasjidi I, 2009, Onk Indonesian
Journal of Cancer Vol. III, No. 3,
Juli - September
135
Riono, Y., 1999, Kanker Leher
Rahim,
Dept of Surgery
Holywood Hospital, Australia.
Sarwono, P. Kanker Serviks. In: M.
Farid Azis, Andri Jono, Abdul
Bari Saifuddin, editors. 2006.
Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi.
Edisi
Pertama.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Soekanto S.,2002, Sosiologi Suatu
Pengantar,
Raja
Grafindo
Persada, Jakarta
Susanto, P .A S. 1983. Pengantar
Sosiologi dan Perubahan Sosial.
Bina. Jakarta.
Wahyudianto A. 2006. Sosiologi.
Kuala Pustaka. Solo
Download