BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron PENGARUH ADOPSI KONSUMEN PASCA MASA TAYANG IKLAN AXE TERHADAP MINAT BELI ULANG DI SEMARANG Mahmud1 [email protected] Amron2 [email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Abstrak Konsumen akan mereferensikan suatu produk bermula dari perasaan konsumen setelah mengkonsumsi produk melampaui harapan mereka. Konsumen memiliki kebiasaan untuk berbagi informasi dengan rekan mereka tentang suatu produk yang menurut persepsi mereka mempunyai nilai yang tinggi. Penelitian ini akan mengembangkan menganalisi minat beli ulang suatu produk parfume dalam proses adopsi konsumen. Sampel yang diambil dalam penelitian adalah konsumen parfume “AXE” dengan ukuran sampel sebanyak 120 responden dengan metode purposive sampling. Metode kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkatan dari kegunaan produk, atribut produk, memori iklan, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan minat beli ulang. Penelitian ini terdapat 5 (lima) hipotesis yang akan dibuktikan dan dianalisis. Analisis data mengunakan program AMOS dengan SEM yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hasil analisis dengan SEM menunjukkan bahwa 1) kegunaan produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pelanggan, 2) atribut produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pelanggan, 3) Nilai pelanggan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan, 4) kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli ulang dan 5) memori iklan memiliki dampak yang positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Kata kunci : memori iklan, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan, minat beli ulang Abstract Consumers will reference a product, starting from consumers feel after consuming products beyond their expectations. Consumers have the habit to share information with their colleagues on a product which are perceived to have a high value. This study will develop buying interest re-analyzing a perfume products in the consumer adoption process. Samples taken in the research is that consumers perfume "AXE" with a sample size of 120 respondents by purposive sampling method. Questionnaire method used to determine the level of product usability, product attributes, memory advertising, customer value, customer satisfaction and rebuying interest. In this study there were five (5) hypothesis to be proved and analyzed. Data analysis using AMOS program with SEM is used to prove the hypothesis of the study. Results of the analysis by SEM shows that is 1) the usefulness of the product positive and significant impact on customer value, 2) Product attributes has a positive and significant impact on customer value, 3) customer value has a significant impact on satisfaction customers, 4) customer satisfaction significantly influence the rebuying interest and 5) advertising memory has a positive and significant impact on the rebuying interest. Keywords: Advertising memory, customer value, customer satisfaction, rebuying interest Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 1 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron 1. Latar Belakang Masalah Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran dengan tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya agar berkembang dan memperoleh laba. Keberhasilan pemasaran ini sangat tergantung dari reaksi individu dan reaksi kelompok dengan dinyatakan dalam bentuk pola-pola pembelian. Perkembangan di bidang pemasaran telah menjadi salah satu penyebab meningkatnya perhatian dan minat masyarakat terhadap perilaku konsumen. Dari perilaku pembelian konsumen akan terbentuk suatu loyalitas konsumen yang pada akhirnya menimbulkan perilaku pembelian yang berulang pada produk yang telah dikonsumsinya. Proses adopsi konsumen merupakan serangkaian tahap dimana konsumen dapat mengadopsi produk atau layanan baru., di dunia persaingan saat ini, baik layanan atau produk, konsumen dihadapkan dengan banyak pilihan. Proses adopsi konsumen (consumer adoption proccess) terhadap produk baru dimulai sejak selesainya proses inovasi produk dan mulai diperkenalkannya produk ke pasar. Tahap adopsi yang diikuti konsumen terjadi sebelum atau bahkan setelah adopsi yang sebenarnya yaitu dari 1) kesadaran – bila konsumen tidak mengetahui produknya maka tidak akan pernah membelinya, 2) pencarian informasi dan minat yaitu konsumen tidak akan membelinya kecuali tahu tentang hal itu, 3) Evaluasi/Percobaan - adalah konsumen melakukan uji coba produk, 4) adopsi yaitu konsumen akhirnya memutuskan untuk mengadopsi produk tersebut (Hitesh Bhasin, 2016). Referensi positif konsumen tentang produk bermula dari persepsi mereka tetang produk dengan secara konsisten sesuai atau melebihi harapan mereka. Oleh karena itu produk dan jasa seharusnya di mata konsumen mempunyai nilai yang tinggi untuk menghindari referensi negatif (negative word of mouth). Hal ini penting untuk menjadi perhatian karena berdasarkan penelitian ditemukan bahwa orang lebih berminat untuk menceritakan pengalaman negatif daripada pengalaman positif mereka. (Wilson,1991). Periklanan merupakan salah satu alat yang paling umum digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada konsumen yang menjadi target pasar. Iklan merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan pesan maupun untuk membangun preferensi merek. Berbagai merek produk pengharum tubuh / parfum yang kini banyak beredar di pasar, mengunakan media iklan untuk mempromosikan produk-produknya. Kondisi ini mengakibatkan perang promosi dan ajang persaingan antar produsen parfum. Perilaku setiap orang dalam pembelian terhadap suatu produk berbedabeda, karena mereka mempunyai penerimaan dan penilaian yang berbedabeda terhadap suatu produk. Tingkat adopsi mereka pun berbeda sehingga tingkah laku mereka dalam memutuskan untuk melakukan pembelian ulang (Repeat Purchasing) terhadap suatu produk juga berbeda-beda. AXE merupakan salah satu produk Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 2 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron pengharum tubuh/parfum dari PT. Unilever Indonesia Tbk. Perusahaan melakukan inovasi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Selain itu itu perusahaan juga mengemas iklan AXE agar dapat menarik minat konsumen dalam bentuk story line yaitu iklan yang dibuat dalam bentuk cerita pendek untuk menggambarkan merek yang diiklankan, salah satu versinya adalah “Versi Pendekatan”. Ilustrasi cerita pada iklan tersebut bahwa parfume AXE lebih harum dibandingkan wangi bunga. Dengan iklan yang menarik, perusahaan berusaha untuk menarik minat konsumen untuk terus melakukan pembelian yang berulang pada produknya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan mengulas minat beli ulang dalam proses adopsi konsumen dan hubungan antara kegunaan produk, atribut produk, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan memori iklan terhadap minat beli ulang di kalangan mahasiswa. 2. Telaah Pustaka dan Perumusan Hipotesis 2.1 Proses Adopsi Konsumen (Consumer Adoption Process) Proses pengadopsian (Adoption Process) meliputi perubahan sikap yang dialami oleh konsumen sejak pertama kali mendengar tentang produk, jasa atau ide baru hingga mereka mengadopsinya (Boyd et al, 2000). Proses adopsi konsumen (Consumer Adoption Process) yang dilalui konsumen terhadap produk baru dimulai sejak selesainya proses inovasi produk dan mulai diperkenalkannya produk tersebut ke pasar (Budiman, 2003). Proses ini berlangsung melalui berbagai tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Pengetahuan yaitu tahap dimana konsumen memperoleh informasi tentang keberadaan produk atau produk hasil inovasi untuk pertama kali, 2) Persuasi yaitu konsumen mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap produk baru, 3) Keputusan yaitu memutuskan untuk mengadopsi atau menolak produk inovasi, 4) Implementasi yaitu konsumen memutuskan untuk memakai produk inovasi secara rutin atau permanen, 5) Konfirmasi yaitu kemungkinan konsumen melakukan peninjauan kembali keputusan yang telah dibuatnyaa. Pada tahap ini bila konsumen mendapatkan pengalaman atau informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan maka ada kemungkinan mereka membatalkan keputusan adopsinya (Roger, 1983). 2.2 Minat Beli Ulang Kinnear dan Taylor (1995) menjelaskan bahwa minat beli merupakan tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum melaksanakan keputusan untuk membeli. Pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu merupakan pembelian ulang. Menurut Ferdinand (2005) menyatakan bahwa minat beli ulang dapat dilihat melalui keadaan sebagai berikut : 1) Minat transaksional yaitu kecenderungan untuk melakukan pembelian ulang produk, 2) Minat referensial yaitu kecenderungan untuk mereferensikan produk kepada relasi atau kerabat yang dikenal agar turut Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 3 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron membeli produk tersebut, 3) Minat preferensial yaitu kecenderungan untuk selalu memilih produk sebagai preferensi utama, 4) Minat eksploiratif yaitu kecenderungan untuk selalu mencari informasi mengenai produk untuk mendukung sifat-sifat produk yang diminati tersebut. Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika konsumen memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu produk timbul setelah konsumen mencoba produk tersebut dan kemudian timbul rasa suka atau tidak suka terhadap produk tersebut Rasa suka terhadap produk timbul bila konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas baik dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan mereka. Dengan kata lain produk tersebut mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat ulang untuk membeli akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa minat beli ulang adalah kecenderungan konsumen untuk membeli produk tertentu karena perasaan puas terhadap produk tersebut. 2.3 Kepuasan Pelanggan Keseluruhan sikap pelanggan setelah memperoleh dan menggunakan barang atau jasa disebut kepuasan pelanggan (Mowen dan Minor, 1998). Perasaan puas timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka tentang kinerja suatu produk terhadap tidak sesuai dengan harapan mereka maka akan menimbulkan ketidakpuasan. Sedangkan jika kinerja produk tersebut sesuai atau bahkan melebihi, harapan maka akan menimbulkan kepuasan pelanggan. Kepuasan total dari pelanggan ditentukan oleh kepuasan terhadap atribut produk, kepuasan terhadap informasi yang diperoleh dan persepsi terhadap kinerja produk. Kepuasan terhadap atribut merupakan penilaian kepuasan subyektif konsumen sebagai hasil dari observasi terhadap kinerja atribut. Persepsi terhadap kinerja merupakan kepercayaan terhadap atribut-atribut produk, tingkat atribut atau hasil. (Spreng, Mackenzie dan Olshavsky, 1996). Inman dan Zeelenberg (2002) menemukan bahwa jika pengalaman konsumen pada pembelian sebelumnya adalah positif maka konsumen mempunyai kecenderungan untuk mengulangi pembelian dengan memilih merek yang sama pada keputusan pembelian berikutnya. Menurut Kotler dan Armstrong (2010), kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja suatu produk yang dibandingkan dengan harapannya. Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya, bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Sedangkan kinerja produk merupakan persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Perusahaan dalam rangka bertahan Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 4 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron dalam bisnis dan memenangkan persaingan maka pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek yang vital (Simamora, 2002). Ada banyak pendekatan yang digunakan untuk membangun kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang baik. Beberapa pendekatan tersebut antara lain adalah 1) Memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan, 2) Perusahaan harus mampu membangun komitmen untuk menciptakan visi dalam rangka memperbaiki proses pelayanan. Komitmen dalam hal ini adalah memperbaiki cara berfikir, perilaku, kemampuan dan managemen, middle management, sampai pada staf petugas pelayanan, 3) Memberikan kesempatan pelanggan untuk menyampaikan keluhan. Perusahaan dapat membentuk complain atau suggestion system, misalnya dengan mengadakan hotline bebas pulsa, 4) Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan patnership sesuai dengan situasi pemasaran. Perusahaan dapat menghubungi pelanggan dalam waktu yang tidak lama sebelum memberikan layanan untuk mengetahui kepuasan dan harapan pelanggan (Accountable Marketing). Sedangkan Proactive Marketing adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menghubungi pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan pelayanan kepada pelanggannya. Partership Marketing berarti bahwa perusahaan membangun kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk meningkatkan citra dan posisi peusahaan di pasar (Simamora, 2002). 2.4 Nilai Pelanggan Woodruff (1997) menyatkan bahwa nilai pelanggan merupakan penilaian menyeluruh atas kegunaan suatu produk berdasarkan persepsi atas apa yang diterima dan apa yang dikorbankan oleh konsumen. Pelanggan membuat keputusan berdasarkan nilai yang diterima dan pelanggan akan membeli produk atau jasa dari perusahaan yang mereka yakini menawarkan nilai pelanggan yang tinggi. (Naumann, 1995) Nilai pelanggan merupakan perbandingan dari manfaat yang diperoleh dari pengorbanan yang dikeluarkkan oleh konsumen, meliputi transaction cost, life cycle cost dan resiko yang harus ditanggung untuk mendapatkan barang atau jasa. Tiga hal pembentuk persepsi nilai pelanggan adalah kualitas layanan, kualitas produk, dan harga atau pengorbanan yang harus dibayarkan oleh konsumen berupa uang atau sumber daya lainnya seperti tenaga, waktu, dan upaya untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut (Naumann, 1995). Nilai pelanggan yang tinggi bisa tercapai bila ketiga faktor tersebut berada dalam keadaan keseimbangan atau melebihi harapan konsumen. Nilai mengacu pada kualitas produk yang dapat dinikmati konsumen pada suatu tingkat harga tertentu (Oliver, 1997). Konsumen dapat menentukan nilai suatu produk, karena konsumen yang menentuan manfaat dan pengorbanan. Nilai bagi konsumen bisa berarti harga yang murah, sesuatu yang diinginkan oleh konsumen pada suatu produk, kualitas yang didapatkan dengan membayarkan Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 5 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron sejumlah harga tertentu. Dapat disimpulkan bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan keseluruhan penilaian konsumen berdasarkan persepsi mereka terhadap manfaat yang diterima dari suatu produk itu (Zeithaml, 1988). Konsumen menganggap bahwa kualitas produk utama dan layanan penunjang merupakan satu kesatuan yang utuh. Kualitas yang baik dari suatu produk harus ditunjang dengan kualitas layanan penunjang yang baik pula untuk menciptakan nilai pelanggan yang tinggi (Naumann, 1995). Forner et al (1996) mengatakan bahwa persepsi nilai pelanggan merupakan faktor penentu kepuasan konsumen. Kepuasan timbul dalam benak konsumen bila kinerja produk sama atau melebihi harapan mereka. Dengan kata lain bila persepsi nilai produk tinggi, maka konsumen akan puas (Spreng et al, 1996). Oleh karena itu penjual dapat meningkatkan persepsi nilai dengan meningkatkan persepsi pembeli terhadap kualitas produk atau manfaat, relatif terhadap harga jual. 2.5 Kegunaan Produk Dalam proses adopsi konsumen, setelah konsumen mengetahui tentang keberadaan produk baru maka secara rasional konsumen akan melihat kegunaan produk itu bagi dirinya. Apabila konsumen merasa produk tersebut memberikan manfaat sesuai yang diharapkannya, maka konsumen akan merasa bahwa produk tersebut memiliki nilai yang tinggi bagi dirinya. Oliver (1997) mengatakan bahwa kegunaan suatu produk atau jasa merujuk pada kemampuan produk atau jasa terebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Manfaat suatu produk dapat dibagi menjadi tiga macam : 1) Esperiential Benefits adalah manfaat yang dirasakan ketika menggunakan produk tersebut (berhubungan dengan product related atributes), 2) Funtional Benefits adalah manfaat yang lebih instrinsik dirasakan, contohnya produk mobil bermesin diesel hemat biaya bahan bakarnya, 3) Symbolic Benefits adalah manfaat yang berhubungan dengan kebutuhan yang mendasari untuk bermasyarakat dan menunjukkan aktualisasi diri (berhubungan dengan non-product related atributes). Studi yang dilakukan Taylor and Todd (1995) dan Gefen and Straub (2000) mengungkapkan bahwa kegunaan produk dalam persepsi konsumen berpengaruh pada minat untuk menggunakan produk. Kualitas produk merupakan salah satu faktor pembentuk nilai pelanggan. Dalam pandangan konsumen, nilai suatu produk merupakan kualitas produk yang dinikmati konsumen dengan pengorbanan sejumlah sumber daya tertentu (misal uang) (Oliver, 1997). Persepsi kegunaan produk di mata konsumen yang tinggi mengindikasikan bahwa kualitas produk juga tinggi. 2.6 Atribut Produk Menurut Kotler dan Armstrong, (2010) atribut prosuk mrupakan keseluruhan dari bagian-bagian produk yang memiliki kemampuan dana memberikan keuntungan serta dapat Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 6 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron memuaskan kebutuhan, yang terdiri dari kualitas produk, ciri-ciri produk dan desain produk. Kualitas produk (product Quality) adalah suatu produk untuk menunjukkan berbagai fungsi termasuk ketahanan, keterandalan, ketetapan dan kemudahan dalam penggunaan. Ciri-ciri produk (product Feature) adalah sebuah alat bersaing yang membedakan produk badan usaha dengan produk pesaing. Sedangkan desain produk adalah fungsi dan corak produk yang merupakan proses desain yang menjadi sebuah produk yang menarik, murah, aman dan tidak mahal untuk digunakan dan pelayanan. (Kotler dan Armstrong, 2010) Dengan adanya atribut-atribut pada suatu produk maka akan terbentu persepsi seseorang. Atribut yang berbeda pada dua buah produk akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula di mata konsumen. Keputusan tentang atribut yang ada sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk. Keunggulan bersaing dapat ditimbulkan melalui atribut produk atau pembedaan cirri khas suatu produk. Dua produk yang memiliki fungsi yang sama dimata produsen belum tentu sama menurut pandangan konsumen. Karena itu konsumen akan lebih puas terhadap produk yang memiliki atribut atau ciri khas tertentu yang dianggapnya lebih bernilai. (Kotler dan Armstrong, 2010) 2.7 Memori Iklan Pada dasarnya iklan adalah semua bentuk penyajian komunikasi non personal tentang ide-ide, produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen, dengan maksud untuk mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk yang ditawarkan (Dun dan Barban, 1982). Melalui iklan produsen menyatakan keberadaan merek produk tersebut untuk membujuk para konsumen untuk membelinya dengan mengatakan bahwa merek produk tersebut memiliki atributatribut yang bervariasi. Periklanan akan mempertinggi keakraban dengan nama merek, yang akan berdampak di waktu yang akan datang ketika konsumen membutuhkan produk atau jasa tersebut. Menurut Institut Praktisi Periklanan Inggris, periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas barang atau jasa tertentu yang semurah-murahnya (Jefkins, 1997). Kasali (1992:83) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui apakah iklan tersebut efektif atau tidak yaitu dengan memperhatikan elemenelemen penting yang dikenal dengan AIDCA (Attention, Interrest, Desire, Conviction, Action). Proses ini menekankan individu untuk memahami cara-cara orang berperilaku sehingga pemasar perlu memandang suatu pasar secara keseluruhan karena pelanggan didalam suatu pasar memiliki perilaku yang berbeda-beda. Dalam proses AIDCA menggambarkan bahwa pembeli melewati tahap Attention (perhatian), tahap interrest (ketertarikan), tahap Desire (keinginan), tahap Conviction (keyakinan), tahap Action (tindakan). Urutan ini tepat bila audiens memiliki keterlibatan tinggi merasakan perbedaan besar dalam kategori tersebut. Model AIDCA Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 7 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron mengukur tentang tanggapan audiens yang mana pembeli dihadapkan pada pengambilan keputusan pembeli. Audiens dapat seseorang atau kelompok, golongan masyarakat tertentu atau masyarakat pada umumnya. Model AIDCA meliputi (Kasali, 1992:83) 2.8 Pengembangan Hipotesis Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan dianalisis antara lain : 1. Persepsi kegunaan produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi nilai pelanggan. 2. Preferensi berdasarkan atribut produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi nilai pelanggan. 3. Persepsi nilai pelanggan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. 4. Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang 5. Memori iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Kota Semarang. Pengambilan sampel sebagai responden menggunakan metode “purposive sampling” dengan kriteria yaitu mahasiswa di Semarang sebagai pemakai parfum AXE dan pemirsa iklan AXE sebanyak 120 responden. 3.2 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan Struktural Equation Modeling (SEM) yang memungkinkan untuk pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit”, secara simultan untuk menguji model dan hipotesis (Ferdinand, 2005). Adapun model pengembangan minat beli ulang dalam proses adopsi konsumen yang diajukan merupakan adaptasi dari model yang dikembangkan oleh Thamrin, S.D (2003) dan Budiman, AS (2003). Model tersebut tergambar melalui diagram struktural berikut ini : Kegunaan Produk Atribut Produk Produ k Memori H1 H2 Nilai Pelan ggan H3 Minat beli ulan g H5 Iklan Gambar 1 : Model Kerangka Teoritis Sumber : Thamrin, Sylvia D, (2003) dan Budiman, A.S (2003) Pada diagram struktural tersebut diketahui bahwa dimensi yang mempengaruhi minat beli ulang dibagi menjadi tiga yaitu dimensi kepuasan pelanggan, nilai pelanggan dan atribut produk. Dimensi kepuasan pelanggan terdiri dari faktor atribut produk, nilai pelanggan dan memori iklan. Sedangkan dimensi nilai pelanggan terdiri dari dimensi kegunaan produk dan atribut produk. Dengan demikian penelitian ini hanya memfokuskan pada tiga variabel independen yaitu kegunaan produk, atribut produk dan memori iklan. Sedangkan variabel nilai pelanggan diambil sebagai Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 H4 Kepuasa nPelang gan Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 8 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron variabel dependen ketiga yang menjadi penghubung antara kepuasan pelanggan dan minat beli ulang. Hal ini dikarenakan nilai pelanggan mempunyai pengaruh yang tidak langsung terhadap minat beli ulang tetapi berpengaruh langsung terhadap kepuasan pelanggan (Thamrin, 2003). Ditambah lagi kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam menimbulkan minat ulang untuk membeli. Nilai pelanggan dapat diukur melalui tiga indikator yaitu penilaian kualitas produk, penilaian manfaat dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan serta penilaian kualitas dan harga dibanding produk lain yang setara. Sedangkan kepuasan pelanggan diukur melalui dua indikator yaitu kepuasan selama mengkonsumsi dan kepuasan terhadap informasi yang tersedia pada kemasan produk. Untuk minat beli ulang akan diukur melalui empat indikator yaitu minat transaksional, minat preferensi, minat referensi dan minat eksploratif. 4. Hasil dan Pembahasan Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model (SEM) secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory factor analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analisis full model SEM ditampilkan pada Gambar 2 (lampiran) Uji terhadap kelayakan full model SEM ini diringkas sebagaimana dalam tabel berikut : Tabel 1 Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model (SEM) Goodness of Fit Indeks Cut-off Value Hasil Analisis Evaluasi Model Chi – Square Kecil (<154.301 ) 145.992 Baik 0.05 0.08 0.90 0.90 2.00 0.95 0.95 0.119 0.035 0.875 0.832 1.150 0.969 0.974 Baik Baik Probability RMSEA GFI AGFI CMIN / DF TLI CFI Marginal Baik Baik Baik Sumber : Data primer yang diolah Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat diterima. Tingkat signifikansi sebesar 0,119 yang menunjukkan sebagai suatu model persamaan struktural yang baik. Indeks pengukuran TLI, CFI, CMIN/DF dan RMSEA berada dalam rentang nilai yang diharapkan meskipun GFI dan AGFI diterima secara marginal. Dengan demikian uji kelayakan model SEM sudah memenuhi syarat penerimaan. Setelah semua asumsi dapat dipenuhi, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana diajukan pada bab sebelumnya. Pengujian 5 hipotesis penelitian ini dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (CR) dari suatu hubungan kausalitas dari hasil pengolahan SEM sebagaimana pada tabel berikut : Pengujian Hipotesis 1 yaitu Parameter estimasi hubungan kegunaan produk dengan nilai pelanggan menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,523. Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Marginal Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 9 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron Nilai pengujian C.R = 4,645 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kegunaan produk memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai pelanggan. Pengujian Hipotesis 2 : Parameter estimasi hubungan atribut produk dengan nilai pelanggan menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,439. Nilai pengujian C.R = 4,031 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa atribut produk memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai pelanggan. Pengujian Hipotesis 3 : Parameter estimasi hubungan nilai pelanggan dengan kepuasan pelanggan menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,652. Nilai pengujian C.R = 5,009 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa nilai pelanggan memiliki pengaruh yang signifikan dengan kepuasan pelanggan. Pengujian Hipotesis 4 : Parameter estimasi hubungan kepuasan pelanggan dengan minat beli ulang menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,437. Nilai pengujian C.R = 3.781 dengan probabilitas = 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang signifikan dengan minat beli ulang. Pengujian Hipotesis 5 : Parameter estimasi hubungan memori iklan dengan minat beli ulang menunjukkan nilai koefisien standardized sebesar 0,376. Nilai pengujian C.R = 3.337 dengan probabilitas = 0,001 < 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa memori iklan memiliki pengaruh yang signifikan dengan minat beli ulang. Dengan demikian Hipotesis 1 sampai dengan 5 dapat diterima. 5. Simpulan 1. Kegunaan produk memiliki pengaruh yang posotif signifikan terhadap nilai pelanggan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kegunaan produk parfum akan mampu meningkatkan nilai pelanggan. 2. Atribut produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai pelanggan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi atribut produk akan mampu meningkatkan nilai pelanggan. 3. Nilai pelanggan memiliki dampak yang positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai pelanggan maka semakin tinggi minat beli ulang. 4. Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Hal ini berarti bahwa apabila kepuasan pelanggan meningkat maka minat beli ulang juga akan meningkat. 5. Memori iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli ulang. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi memori iklan maka semakin tinggi pula minat beli ulang. Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 10 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron 6. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Berdasarkan data empiris menunjukkan bahwa informasi mengenai kegunaan dari parfume sebagai suatu kebutuhan yang penting akan menjadi strategi yang tepat untuk membuka peluang pembelian ulang produk parfum oleh konsumen. 2. Penonjolan dari keunggulan nilai dan atribut produk nampaknya juga harus menjadi metode penting dalam membuat suatu konsep pemasaran terpadu yang didukung dengan media periklanan yang baik. Konsep keunggulan nilai bahwa AXE sebagai parfume laki-laki yang paling terkenal di seluruh dunia harus ditonjolkan dalam pemberian image tersebut baik secara kualitas, ciri khas maupun pada warna maupun kemasan yang menarik. 3. Iklan masih memiliki tingkat memori yang sedang (biasa saja) dalam benak konsumen. Hal ini mengimplikasikan bahwa pihak pemasar harus memberikan strategi yang baik dalam periklanan. Pembuatan iklan yang menarik serta frekuensi tayang yang lebih tepat waktu nampaknya dapat menjadi pertimbangan pemasar agar iklan tersebut dapat berada secara kuat dalam memori pemirsa sebagai calon konsumen.. Daftar Pustaka Boyd, W.Herper, Jr.Orvile C Walker, Jr. Jean, Claude Larreche, 2000. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta. Dunn, S. Waston and Arnold M.Barban, 1982, Advertising: It’s Role in Modern Marketing, New York: CBS College Publishing. Engel FJ, DR Blacwell, dan WP Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Diterjemahkan Budijanto. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta Ferdinand, A., 2005. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Peneitian Untuk Skripsi, Tesis Magister & Disertasi Doktor. Semarang: Seri Pustaka Kunci, BP Undip-UNDIP Press. Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Edisi Ketiga. Penerbit PT. Erlangga, Yogyakarta Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya Di Indonesia. Penerbit PT. Pustaka Utama Grafitim Jakarta Kinner, Thomas C, dan James R Taylor. 1995. Riset Pemasaran. Edisi Ketiga. Terjemahan. Penerbit PT. Erlangga, Jakarta Kotler, P., & Armstrong, G. (2010). Principles of marketing. pearson education Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 11 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron Mowen, Jhon C. and Michael Minor, 1998, Consumer Behavior, 5th Edition, New Jersey: Prentice-Hall. Naumann, Earl.,1995, Creating Customer Value:The Path To Sustainable Conpetitive Advantage, Thomson Executive Press, Cincinnati,Ohio. Oliver, Richard, L, 1997, Satisfaction : A Behavioral Perspective on the Consumer, Mc.Grawhill Companies, Inc, USA Rogers, Everett M, 1983, Diffusion of innovations, 3rd Edition, New York:The Fee Press Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta JOURNAL ARTICLE Budiman A.S., 2003, “Minat Mereferensikan Dalam Proses Adopsi Konsumen Pasca Masa Edukasi Pasar Fitur GPRS IM3 SMART Di Surabaya”. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia. Vol. II, Mei, 1-8 Fornell, C., Johnson, M.D., Anderson, E.W., Cha, J. and Bryant, B.E., 1996. The American customer satisfaction index: nature, purpose, and findings. the Journal of Marketing, pp.7-18. Gender Differences In the Perception and Use of E-Mail : An Extension to the Technology Acceptance Model, Journal of the Association for Information System, Vol. I Article 8 Hitesh Bhasin, 2016, Adoption Process, http://www.marketing91.com/adop tion-process/ diunduh 24 April 2017 jam 21.00 Inman, J. Jeffrey dan Marcel Zeelenberg, 2002, Regret in Repeat Purchase versus Switching Decisions: The Attenuating Role of Decision Justifiability, Journal of Consumer Research, Vol.29, Juni, 116-128 J. Jeffrey Inman, Marcel Zeelenberg, 2002 Regret in Repeat Purchase versus Switching Decisions: The Attenuating Role of Decision Justifiability. Journal of Consumer Research, 29 (1): 116-128. doi: 10.1086/339925 Spreng, Richard A., Scott B. MacKenzie and Richard W. Olshavsky, 1996, “A Re-Examination of the Determinants of Consumer Satisfaction,” Journal of Marketing, 60 (July), 15-32 Taylor, S, and Todd, PA.,1995, Understanding Information Technology Usage: A Test of competing Models, Information System Research, 6:2, 144-176 Gefen, David, and Straub, Detmar, 1997, Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 12 BIMA BINGKAI MANAJEMEN Pengaruh Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan Axe Terhadap Minat Beli Ulang Di Semarang / Mahmud / Amron Thamrin, Sylvia D, 2003, Studi Mengenai Proses Adopsi Konsumen Pasca Tayang Iklan Produk “Xon Ce” di Surabaya, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. II, September, 141-154. Woodruff, Robert B., 1997, “Customer Value: The Next Source of Competitive Advantage”, Journal of The Academy Marketing Science, Vol. 25, 139-153 Seminar Nasional dan Call for Paper 2017 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Publikasi Jurnal Ilmiah dalam Menyikapi Permenristekdikti RI No.20 Tahun 2017 Hotel Grasia, 9 Mei 2017 Pascasarjana (S2) STIE Dharmaputra Semarang 13