Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air

advertisement
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai
Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen
Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Samosir, Firman Sutomo
Jurusan Ilmu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan, Kampus Unhas Tamalanrea, Tlp./Fax.: (0411)587076,
e-mail: [email protected]; Makassar, 90245
Abstrak
Tanaman jagung membutuhkan air dan nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen terhadap
pertumbuhan tanaman jagung, yang hasilnya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
merencanakan pola pengelolaan air maupun pemupukan nitrogen untuk mencapai efisiensi
penggunaan air maupun pupuk. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan pot menggunakan
rancangan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu regim air tanah yang terdiri 3
taraf yaitu K1 = 14.55 kg (kontrol, KAKP), K2 = 13.85 kg (-25% KP, fase vegetatif), dan K3 = 13,48 kg (37,5% KP, fase generatif) ) dan faktor kedua adalah pemberian pupuk nitrogen (N) terdiri 4 taraf
yaitu N0 = Tanpa perlakuan (kontrol), N1 = Pemberian 1 g N/pot pada umur 42 hst, 1 g N/pot 49
hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase generatif), N 2 = Pemberian 1 g N/pot pada umur 29 hst, 1 g N/pot
35 hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase vegetatif). N 3 = masing-masing taraf faktor yang diteliti dari setiap
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Regim air tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, tetapi pemupukan nitrogen maupun interaksinya berpengaruh sangat nyata. Hasil
tertinggi sebesar 175,30 cm pada interaksi pemupukan nitrogen N3 dengan regim air tanah K1.
Bobot kering tanaman tertinggi yakni 185,93 g ditunjukkan pada kedua perlakuan tersebut. Bobot
biji tertinggi ditunjukkan pula pada interaksi perlakuan ini sebesar 109,27 g. Efisiensi penggunaan
air hingga 37,5% dapat mendukung proses produksi tanaman jagung.
Kata kunci : Regim air tanah, defisiensi air, pemupukan nitrogen,
respon tanaman jagung
angkutan hasil-hasil fotosintesis ke seluruh
jaringan tanaman. Sebagian besar air yang
diperlukan oleh tanaman berasal dari tanah
yang disebut dengan air tanah.
Jagung merupakan tanaman dengan
tingkat penggunaan air sedang, berkisar antara 400-500 mm. Budidaya jagung tidak jarang
terkendala oleh tidak tersedianya air dalam
jumlah dan waktu yang tepat. Pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, lengas tanah
yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sementara itu, penundaaan
waktu tanam akan menyebabkan terjadinya
cekaman kekurangan air pada fase pertumbuhan sampai pembentukan biji.
Pendahuluan
Salah satu faktor penting yang menunjang pertumbuhan tanaman adalah air yang
merupakan faktor pembatas yang sangat penting untuk mendapatkan hasil panen jagung
yang tinggi. Lahan yang kekurangan air akan
menyebabkan aerasi udara dalam tanah terganggu dan pasokan oksigen dalam tanah
tidak lancar, sehingga perkembangan tanaman
menjadi tertunda atau mengalami kekerdilan.
Air diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, antara lain untuk
memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi
untuk pembentukan karbohidrat serta peng26
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pemupukan merupakan usaha untuk
mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dengan
memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman
akan lebih berkembang masuk ke dalam tanah
dan dapat lebih baik menggunakan persediaan
air di lapisan bawah tanah. Tanaman yang
mendapat cukup hara dapat menyelesaikan
siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat
dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara
juga tidak baik karena dapat meracuni tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya akan terganggu. Untuk mengurangi hara yang berlebih, pemberian pupuk tidak sekaligus dilakukan, tetapi secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Selain itu, defisiensi senyawa protein
menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan
kandungan selulosa dan lignin. Hal tersebut
menyebabkan tanaman jagung yang kekurangan nitrogen tampak kecil, kering, tidak
sekulen, dan sudut daun terhadap batang
sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan penelitian mengenai “respon tanaman jagung pada berbagai regim air tanah dan
pemberian pupuk nitrogen”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai regim air tanah dan pemberian pupuk
nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman
jagung.
percobaan pot. Analisis kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Universitas Hasanuddin,
Makassar, yang dilaksanakan dari bulan Juni
sampai September 2009.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel tanah sawah dari Desa Banggae Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar,
benih tanaman jagung hibrida varietas Nusantara 1, pupuk Urea, KCl, dan SP36,, air, kertas label, pot, dan bahan-bahan kimia, meteran, timbangan analitik, ayakan, dan seperangkat alat laboratorium.
Percobaan disusun dalam bentuk percobaan faktorial (factorial design) dalam
rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri
atas dua faktor. Faktor pertama (main plot)
adalah perlakuan pemberian air (K) dan faktor
kedua adalah perlakuan pemberian pupuk
nitrogen (N).
Regim air (K) yang terdiri atas tiga
taraf, yaitu:
K1 = 14.55 kg (air tersedia di bawah kapasitas
pot)
K2 = 13,85 kg (-25% dibawah kapasitas pot
mulai masa vegetatif)
K3 = 13,65 kg (-37,5% di bawah kapasitas pot
mulai masa generatif)
Faktor
kedua adalah pemberian pupuk
nitrogen (N) yang terdiri atas empat taraf;
Tabel 1. Pemberian pupuk nitrogen (g/pot)
pada hari sesudah tanam
Pupuk
Umur Tanaman (hst)
nitrogen
42
49 56
(g/pot) 29 35
Bahan dan Metode
kaca
Penelitian ini dilaksanakan di rumah
Fakultas Pertanian dalam bentuk
N0
0
0
0
0
0
N1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
N2
27
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Kombinasi faktor yang diteliti menghasilkan 12 kombinasi perlakuan yang diulang
3 kali sehingga diperoleh 36 pot percobaan.
Untuk menentukan kadar air kapasitas
lapang dari media tanam digunakan metode
grafimetrik. Sampel media tanam yang telah
dikering anginkan diambil secara komposit
sebanyak 20 gram, dikeringkan dalam oven
dengan suhu 105oC selama 3 jam. kemudian
cawan tersebut ditimbang bersama tanah.
Kadar air dapat diketahui dengan rumus:
% KA = BTKU – BTKO x 100 %
BTKO
Bobot basah (BB) pot yang harus dipertahankan pada tiap perlakuan kadar air tanah
tersedia di hitung dengan rumus:
% KAKL =
BB – BK x 100 %
BK
Sampel tanah diambil secara komposit
di Desa Banggae Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar pada kedalaman 020 cm, kemudian dikering udarakan dan diayak dengan menggunakan ayakan tanah yang
berdiameter lubang 0,5 cm. Sampel tanah dicampur secara merata kemudian dimasukkan
ke dalam pot sebanyak 11,55 kg/pot.
Penanaman dilakukan dengan cara
menyamaikan benih jagung terlebih dahulu
selama 3 hari, kemudian dipilih tanaman
terbaik lalu dipindahkan pada wadah yang
telah disiapkan dan tiap pot ditanam satu
tanaman.
Pupuk-pupuk dasar Urea, KCl dan
SP36 diberikan setelah penanaman dengan
pemberian 1 g Urea/pot, 0,6 g KCl/pot yaitu
dengan melarutkannya dalam air, dan 1 g
SP36/ pot dengan membenamkannya dalam
tanah.
Untuk perlakuan pemberian pupuk
nitrogen N1 (Urea) diberikan 3 kali memasuki
masa pertumbuhan generatif yaitu pada umur
42 hari, 49 hari dan 56 hari masing-masing
diberikan 1 gr N/pot, perlakuan N2 diberikan
3 kali pada masa pertumbuhan vegetatif yaitu
pada umur 29 hari, 35 hari dan 56 hari masing
-masing 1 gr N/pot, dan untuk perlakuan N3
diberikan 5 kali yaitu mulai berumur 29 hari,
35 hari, 42 hari, 49 hari dan 56 hari masingmasing diberikan 1 gr N/pot dengan melarutkannya dalam air.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan dan pengendalian hama
dan penyakit. Khusus untuk penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore. Untuk mempertahankan kadar air pada tingkat tertentu
sesuai perlakuan, jumlah air yang diberikan
tergantung besarnya air yang hilang melalui
proses evapotranspirasi yang ditetapkan
dengan menimbang pot. Penambahan air disesuaikan dengan pengurangan bobot karena
evapotranspirasi. Penyiangan dilakukan secara manual terhadap gulma yang tumbuh di
pot, dilakukan mulai tanaman berumur 2
minggu setelah tanam.
Panen tanaman jagung pada saat berumur 101 hari setelah tanam, yaitu setelah
tongkol jagung sudah kering.
Parameter yang diamati yaitu:
Tinggi tanaman (cm) diukur pada akhir
penelitian
Bobot tongkol (g) dihitung pada akhir
penelitian
Bobot berangkasan (g) tanaman jagung
dihitung pada akhir penelitian
Bobot kering tanaman jagung (Bobot
tongkol+berat berangkasan)
Persentase bobot tongkol terhadap bobot
kering tanaman
Kadar N tanaman jagung dan Serapan N
tanaman jagung.
28
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom) atau
diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama secara statistic tidak berbeda nyata
Hasil dan Pembahasan
Tinggi tanaman jagung disajikan pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air tidak berpengaruh nyata,
tetapi pemberian pupuk nitrogen dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman.
Terlihat pada Tabel 3 bahwa pengaruh
pemberian nitrogen nyata pada ketiga regim
air, nilai bobot tongkol pada N3 lebih besar
daripada perlakuan lainnya, walaupun perbedaan antara dua perlakuan tidak selalu nyata.
Pengaruh regim air nyata pada pemberian nitrogen N1, N2, dan N3. Pengurangan
air tersedia K2 ke K3 meningkatkan bobot
tongkol jagung pada pemberian nitrogen N1,
dan N3 tetapi tidak berpengaruh nyata pada
pemberian nitrogen N2.
Bobot berangkasan tanaman jagung
disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim
air dan pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap
bobot berangkasan.
Tabel 2. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
tinggi (cm) tanaman jagung,
Makassar 2009
Regi
m
air
Pemberian pupuk nitrogen
N0
N1
N2
N3
K1
y137,63c
x150,00b
x156,83b
x175,30a
K2
x142,07c
y145,30c
x154,50b
y165,13a
K3
z127,43c
x156,43b
x149,47b
x175,03a
Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom)
atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama
secara statistic tidak berbeda nyata
Tabel 4. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
bobot berangkasan (g) tanaman jagung,
Makassar, 2009
Data pada Tabel 2 terlihat bahwa
pengaruh pemberian nitrogen nyata pada
ketiga regim air. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan pemberian nitrogen N3. Pengaruh
regim air nyata pada pemberian pupuk
nitrogen N0, N1, dan N3. Pada ketiga pemberian
pupuk nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil
dari pada K2, dan K1.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
berbagai perlakuan regim air dan pemberian
pupuk nitrogen berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot tongkol (Tabel 3).
Regi
m
Air
N1
N2
N3
K1
x17,70c
x64,47b
x89,07b
x 109,27
a
K2
x23,27c
y25,40c
y54,20b
y99,67a
K3
x19,73d
x87,33b
y52,13c
x 107,20
a
N1
N2
N3
K1
x98,67a
x97,00a
x81,80b
x76,67b
K2
y74,53a
y71,80a
x69,93a
x67,00a
K3
z65,47a
z62,67a
y59,13a
y54,87a
Data pada Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen tidak berpengaruh nyata pada ketiga regim air.
Pengaruh regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian nitrogen. Pada keempat perlakuan pemberian nitrogen ini nilai
regim air K3 lebih kecil dibandingkan K2, dan
K1.
Pemberian Pupuk nitrogen
N0
N0
Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom) atau
diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama secara statistic tidak berbeda nyata
Tabel 3. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
bobot tongkol (g) tanaman jagung,
Makassar, 2009
Regim
air
Pemberian Pupuk nitrogen
29
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pengaruh regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian nitrogen. Pada keempat pemberian nitrogen ini nilai regim air
K3 lebih kecil dari K2 dan K1.
Bobot kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 5. Sidik ragam menunjukkan
bahwa berbagai perlakuan regim air dan
pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya
berpengaruh sangat nyata terhadap berat
kering tanaman.
Persentase berat tongkol terhadap
bobot kering tanaman jagung disajikan pada
Tabel 6. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa berbagai perlakuan regim air dan
pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya
berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bobot tongkol terhadap bobot kering
tanaman.
Tabel 6. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
persentase bobot tongkol terhadap berat kering
(%) tanaman jagung, Makassar, 2009
Tabel 5. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
bobot kering (g) tanaman jagung,
Makassar, 2009
Regi
m
N0
Air
Regi
m
Air
Pemberian Pupuk nitrogen
N1
N2
N3
x 170,87
K1
x116,37b
x161,47a
a
x185,93a
y 124,13
K2
x97,80bc
y97,20c
b
y166,67a
K3
y85,20d
x150,00b
y111,27c
z162,07a
Pemberian Pupuk nitrogen
N0
N1
N2
N3
K1
y15,40d
y39,26c
x51,84b
y58,84a
K2
x23,67c
z25,74c
y43,27b
y59,80a
K3
x23,20d
x58,08b
y46,86c
x66,15a
Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada
perlakuan nitrogen N0
Data pada Tabel 6, terlihat bahwa
pengaruh pemberian nitrogen nyata pada
ketiga perlakuan regim air. Nilai persentase
berat tongkol terhadap berat kering tanaman
jagung tertinggi pada perlakuan pemberian
nitrogen N3.
Pengaruh regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian nitrogen. Pengurangan air tersedia K2 ke K3 meningkatkan
perssentase berat tongkol terhadap berat
kering tanaman pada pemberian nitrogen N1,
tetapi tidak berpengaruh nyata pada pemberian nitrogen N2
Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada
perlakuan nitrogen N0
Data pada Tabel 5, terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen tidak berpengaruh
nyata pada perlakuan regim air K1 yaitu N1, N2,
dan N3. Tetapi berpengaruh nyata pada perlakuan regim air K2, dan K3. Bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian nitrogen N3.
Pengaruh regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian nitrogen. Pada
keempat pemberian nitrogen ini nilai regim
air K3 lebih kecil dari K2 dan K1.
30
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Serapan N total tanaman jagung pada
Tabel 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar N.
Tabel 8. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
serapan N (%) tanaman jagung,
Makassar, 2009
Regi
m
N0
Air
Tabel 7. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap
kadar N (%) tanaman jagung,
Makassar, 2009
Regim
Pemberian Pupuk nitrogen
N0
N1
N2
x0,17bc
x0,19bc
x0,24b
x0,44a
K2
y0,13bc
x0,16bc
x0,20b
y0,30a
K3
z0,07c
y0,08c
y0,12b
z0,17a
N1
N2
N3
K1
x166,32c
x189,47b
x198,26b
x338,42a
K2
y94,96bc
y117,35b
c
y138,22b
y200,64a
K3
z45,09c
z47,93c
z68,93b
z93,91a
Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan
nitrogen N0
N3
K1
Pemberian Pupuk nitrogen
Korelasi antara kadar N (%) dengan
bobot tongkol (g/pot) dapat digambarkan
dengan persamaan regresi (Gambar 1, 2, dan
3).
Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan
nitrogen N0
Pada Tabel 7, terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga
perlakuan regim air. Nilai kadar N tertinggi
pada perlakuan pemberian nitrogen N3.
Pengaruh perlakuan regim air nyata
pada keempat perlakuan pemberian nitrogen.
Pada keempat perlakuan pemberian nitrogen
ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2, dan K1.
Serapan N total tanaman jagung disajikan pada Tabel 8. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai regim pemberian air
dan pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap
serapan N.
Data pada Tabel 8 terlihat bahwa
pengaruh pemberian nitrogen nyata pada
ketiga perlakuan regim air. Nilai serapan N
tanaman jagung tertinggi pada perlakuan
pemberian nitrogen N3.
Pengaruh perlakuan regim air nyata
pada keempat perlakuan pemberian pupuk
nitrogen. Pada keempat perlakuan pemberian
nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2,
dan K1.
Gambar 1. Hubungan kadar N (%) dengan
bobot tongkol (g/pot) pada perlakuan regim air K1, Makassar, 2009
Gambar 2. Hubungan kadar N (%) dengan
bobot tongkol (g/pot) pada perla
31
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Diagram di atas menunjukkan korelasi
nyata terlihat pada perlakuan regim air K1 dan
K2, bobot tongkol meningkat dengan meningkatnya kadar N tanaman. Pada perlakuan
regim air K3 peningkatan bobot tongkol yang
besar dari kadar N senilai rata-rata perlakuan
pemberian nitrogen N0 ke N1. Tetapi kadar N
yang lebih tinggi pada perlakuan regim air
K3N2 tidak meningkatkan berat tongkol
tanaman jagung.
Engelstad (1997) menyatakan bahwa
pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil
yang menyebabkan warna daun menjadi lebih
hijau dan meningkatkan ratio tajuk akar. Oleh
karena itu pemberian nitrogen yang optimal
dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Faktor ini ditambah dengan optimalnya
penyerapan unsur hara. Optimalnya penyerapan unsur hara adalah akibat dari tingginya
perlakuan regim air K1. Hal ini karena air
sangat berperan dalam proses penyerapan
hara pada tanaman, dimana air merupakan
agen yang dapat berperan dalam melarutkan
unsur hara dan mentransportasikannya ke
dalam jaringan tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lakitan (2002) bahwa dengan
mobilitas air memungkinkan air dapat membawa hara dari tanah ke jaringan tanaman,
perjalanan air dalam tumbuhan dimulai
dengan absorpsi air pada permukaan akar. Air
masuk ke dalam akar melalui sel-sel epidermis dan rambut akar (modifikasi sel epidermis). Air dari sel-sel endodermis selanjutnya masuk ke dalam pembuluh xilem melalui proses osmosis. Air dari pembuluh xylem
akar, bergerak melalui xilem batang hingga ke
xilem daun.
Hasil perhitungan berbagai perlakuan
terhadap bobot tongkol tanaman mem-perlihatkan bahwa berbagai perlakuan pemberian air, pemberian pupuk nitrogen dan
interaksi antara pemberian air dan pemberian
pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap
bobot tongkol. Kombinasi perlakuan yang
paling memberikan pengaruh signifikan adalah perlakuan pemberian air K1 dengan pemberian pupuk nitrogen N3. Hal ini disebabkan
oleh dua faktor tersebut, yaitu kombinasi
Gambar 3. Hubungan kadar N (%) dengan bobot
tongkol (g/pot) pada perlakuan regim
air K3, Makassar, 2009
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan yang memberikan pengaruh yang
paling besar terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman adalah perlakuan regim air K1
dengan pemberian pupuk nitrogen N3. Hal ini
akibat pengaruh langsung dari unsur nitrogen,
dimana dosis pemupukan pada perlakuan ini
adalah yang paling maksimal dibanding
dengan perlakuan lainnya. Meningkatnya pertumbuhan tanaman jagung akibat pemberian
nitrogen berkaitan dengan peranan nitrogen
yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan
tanaman.
32
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
antara tingginya dosis nitrogen dan kadar air
tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Buckman dan Brady (1982) bahwa pupuk N
mempunyai efek yang paling menonjol pada
tanaman karena N cenderung meningkatkan
pertumbuhan di atas tanah dan memberikan
warna hijau pada daun, dan pada jagung akan
memperbesar tongkol (buah) serta meningkatkan kandungan protein. Lebih lanjut dikemukakan oleh Foth (1994) bahwa kelimpahan nitrogen mendorong pertumbuhan
yang cepat dengan perkembangan daun, batang yang berwarna hijau tua yang lebih besar
serta mendorong pertumbuhan vegetatif di
atas tanah.
Demikian pula dengan rendahnya berat tongkol pada perlakuan regim air K3
dengan tanpa pemberian pupuk nitrogen N0
juga terindikasi disebabkan oleh rendahnya
kadar air tanah dan unsur N dibanding
perlakuan lainnya. Rendahnya kadar air akan
menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara, sedang rendahnya kadar N akan
menyebabkan rendahnya bobot tongkol
tanaman, hal ini sesuai pendapat Hakim et al.
(1986), bahwa kekurangan unsur nitrogen
pada tanaman akan menampakkan gejala
warna kuning pada daun, biji mengerut dan
bobot buah rendah.
Pengaruh perlakuan pemberian air
dengan pupuk nitrogen berpengaruh nyata
terhadap bobot kering berangkasan total bobot kering tanaman, dan persentase bobot
tongkol. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tersebut membutuhkan air yang tersedia untuk penampilan optimal, dimana ketersedian air diperlukan untuk menyesuaikan
diri dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Defisit air dalam jangka waktu yang
pendek hanya berpengaruh pada kapasitas
pertukaran gas dan efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang mengakibatkan
menurunnya efisiensi pembentukan bahan
kering. Air yang cukup akan mendukung peningkatan produksi tanaman, sebaliknya rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar
tanaman (Garner et al.,1991). Cekaman air
pada masa generatif, akan menurunkan produksi. Tanaman jagung yang mengalami defisit air, translokasi fotosintat ke biji akan
terhambat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen sangat berpengaruh
nyata terhadap kadar N tanaman. Hal ini
karena kadar N dipengaruhi oleh faktor kadar
air tanah dan pemberian nitrogen. Semakin
banyak pemberian nitrogen maka kadar N
dalam tanaman juga meningkat. Walaupun
terjadi peningkatan pemberian nitrogen namun tidak menyebabkan bobot kering tanaman bertambah. Hal ini karena pemberian nitrogen di atas titik optimalnya akan mengakibatkan sebagian nitrogen yang diasimilasi
akan memisahkan diri sebagai amida, sehingga pemberian nitrogen yang berlebih hanya
menaikkan kadar N pada tanaman tetapi mengurangi sintesis karbohidrat (Affandi, 2002).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen sangat berpengaruh
nyata terhadap serapan N. Serapan N oleh
tanaman jagung akan semakin meningkat
dengan semakin besar kadar air tanah. Jika
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman
keadaan ini sesuai, karena semakin besar
kadar air tanah, mengakibatkan pertumbuhan
tanaman akan semakin baik. Soepardi (1983)
33
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
menyatakan bahwa peningkatan dosis N pada
batas tertentu dapat merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman. Lanjut Thamrin
dan Hanafi, (1992) mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
dipengaruhi oleh keadaan air dalam jaringan
tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan
tanaman cukup, maka semua proses yang
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berjalan sebagai
mana mestinya. Jika kandungan air dalam
jaringan tanaman kurang, maka semua proses
yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terganggu, akibatnya tanaman akan layu dan mati.
Kriteria kadar N dalam jaringan tanaman tergolong rendah (Cope dan Rouse,
1973). Hal ini diduga karena sifat N yang labil,
nitrogen dapat hilang melalui volatilisasi ammonia terutama dalam keadaan kering. Menurut Jones et.al. (1998) bahwa kisaran kecukupan nitrogen untuk tanaman jagung adalah
2.70 – 4.00 %.
Pada grafik korelasi antara kadar N
dengan berat tongkol tanaman jagung menunjukkan bobot tongkol meningkat dengan
meningkatnya kadar N. Menurut Hairiah et.al
(2000) bahwa efisiensi serapan hara oleh
tanaman baik secara monokultur maupun
tumpang sari. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat singkronisasi antara zat hara tersedia
didalam tanah dengan saat tanaman membutuhkannya masih rendah. Selain itu nilai
efisiensi penggunaan N dapat ditingkatkan
dengan menyeleksi genotif yang cocok dan
mengurangi kehilangan nitrat. Kehilangan
nitrat dapat dikurangi dengan menyediakan N
sesuai dengan jumlah dan waktu yang
dibutuhkan tanaman.
Kesimpulan
Perlakuan regim air K1 dengan pemberian pupuk nitrogen N3 memberikan peningkatan pertumbuhan tanaman jagung yang
signifikan (tinggi tanaman, bobot tongkol, bobot berangkasan, total bobot kering tanaman,
kadar N, dan serapan N).
Daftar Pustaka
Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. lmu
tanah. (Terjemahan: Soegiman). Bharata
Karya Aksara, Jakarta.
Cope, J.T. and R.D. Rouse. 1973.Interpretation
of soil test results. pp.35-54. In L.M.
Walsh and J.D. Beaton (ed.). Soil Testing
and Plant Analysis. Revised Edition.
SSSA, Madison, WI.
Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan
Pupuk. UGM Press. Yogyakarta.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
(Terjemahan: Soenartono Adisoemarto).
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gardner, F. P. , R. Brent pearce dan Goger L.
Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan
Budidaya, Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Hakim, N., Yusuf Nyakpa, A.M Lubis, sutopo,
Sail, M.R., Diha, M.A., Go Ban Hong, dan
Bailey, H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Lingga P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali press, Jakarta.
Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan
Tanah. Angkasa, Bandung.
Suprapto dan Marzuki. R, 2002. Bertanam
Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Bagian Ilmu-Ilmu Tanah.
Fakultas pertanian IPB, Bogor.
Thamrin, M dan H. Hanafi. 1992. Peranan
mulsa sisa tanaman terhadap konservasi
lengas tanah pada sistem budidaya
tanaman semusim di lahan kering.
34
Download