38 KAJIAN FARMAKOGNOSTIK SIMPLISIA DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) ASAL PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN Sutomo1, Arnida1, Febri Hernawati1,M. Yuwono2, 1 Program Studi Farmasi FMIPA Unlam, 2 Fakultas Farmasi Unair Jl. Ahmad Yani, KM. 36, Banjarbaru Kalimantan Selatan e-mail : [email protected] ABSTRAK Karamunting telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Dilihat dari prospek yang sangat potensial sebagai bahan obat maka perlu dilakukan kajian farmakognostik sampel untuk pengendalian mutu dan keaslian simplisia. Penelitian ini bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah dideskripsikan. Identifikasi kimia menunjukkan hasil positif terhadap aleuron, tanin, katekol, alkaloid dan saponin. Karakteristik farmakognostik secara kuantitatif yaitu kadar abu sebesar 3,1%, kadar abu tidak larut asam 2,89%, kadar abu larut air 1,69%, susut pengeringan 14%, kadar sari larut air 0,48%, kadar sari larut etanol sebesar 0,36% dan bahan organik asing 0%. Hasil kromatogram diperoleh senyawa spesifik pada fase gerak kloroform : metanol : butanol (15: 2: 1) dengan nilai Rf 0,72 pada pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366. Pada fase gerak n-heksana : etil asetat (8 : 2) diperoleh dua senyawa yang spesifik dengan nilai Rf masing-masing 0,65 dan 0,78 dengan pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366. Kata kunci : Rhodomyrtus tomentosa, farmakognostik, identifikasi A PHARMACOGNOSTIC STUDY OF KARAMUNTING LEAVES (Rhodomyrtus tomentosa) FROM PELAIHARI, SOUTH KALIMANTAN ABSTRACT Karamunting has been used as a traditional medicine. Considering its potential prospect as crude drug, a study for quality control and authenticity is needed. This study aims to provide a scientific base about pharmacognostic specification, either qualitatively and quantitatively. The result of qualitative and quantitative research has been described. Chemical identification shows that the plant contains aleurone, tannin, catechol, alkaloid and saponin. Quantitatively, the characteristic of this plant is diagnosed to have a 3,1 % of ash content, acid insoluble ash 2,89 %, water soluble ash 1,69 %, loss on drying 14 %, water soluble extractive 0,48 %, ethanol soluble extractive 0,36 % and foreign matter 0 %. From the result of the chromatogram, it is obtained that there is as specific compound at mobile phase chloroformmethanol-buthanol (15: 2: 1) with Rf value 0,72, which was detected with UV254 and UV366. At mobile phase n-hexane: ethyl acetate ( 8 : 2) two specific compounds were obtained with Rf value 0,65 and 0,78 detected with UV254 and UV366. Keyword : Rhodomyrtus tomentosa, pharmacognostic, identification. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 39 PENDAHULUAN Kalimantan (borneo) sangat kaya akan bahan alam baik tumbuhan maupun farmakologi yang lengkap dan usaha ke arah paten. Aktivitas lain yang telah dilaporkan hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Beberapa tumbuhan yang telah dari terbukti berkhasiat obat adalah pasak menstimulasi bumi, tabat barito, bawang dayak, sarang osteoblast MC3T3-E1 (Tung et al., 2009). semut, kuning, Senyawa yang berperan adalah glikosida karamunting. Masih banyak tumbuhan antrakuinon. Saising et al., (2008) dan yang belum terdokumentasikan secara Taurhesia et al. (1987) juga melaporkan lengkap adanya senyawa limonena, β-pinena, dan manuran, di kayu Indonesia tetapi telah tumbuhan rodomirton. dipatenkan oleh negara lain. Tumbuhan karamunting merupakan karamunting adalah diferensiasi Pada penelitian sel-sel ini akan dilakukan uji farmakognostik dan aspek salah satu keaneragaman hayati yang standarisasinya harus seingga kelayakan karena telah pemanfaatan tumbuhan karamunting yang tumbuhan yang merupakan kekayaan hayati bangsa kita memiliki beberapa khasiat, diantaranya dapat ditingkatkan. Tujuan yang hendak anti diabetes, diare, luka bakar, dan sakit dicapai adalah penetapan beberapa aspek perut. telah standarisasi pada tumbuhan karamunting membuktikan aktivitas ekstrak metanol diantaranya data morfologi, anatomi sel, daun karamunting dan memberikan efek golongan senyawa, analisis kuantitatif, dan yang signifikan pada penurunan kadar kromatogram gula darah hewan uji pada dosis 200 karamunting. dikembangkan dilaporkan sebagai Sulistyo, dkk. (2009) ekstrak mg/kg BB. Uji yang lebih mendalam harus dilakukan untuk mendapatkan data Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) metanol daun 40 METODOLOGI PENELITIAN foil, kertas label, simplisia, batang, daun, Alat dan Bahan akar dan serbuk daun karamunting. Alat yang digunakan meliputi alat-alat Pemeriksaan morfologi tanaman gelas (Pirex), seperangkat alat maserasi, Bagian tumbuhan yang utuh (akar, plat KLT, kapas, bejana kromatografi, batang, buah, bunga dan daun) diambil cawan porselen, lampu spiritus, lampu UV, untuk kertas saring, gegep, mikroskop, neraca tanaman dideskripsikan secara umum, analitik termasuk ciri khasnya dan data yang (Ohaus), pisau silet, sendok tanduk, tissue, oven (Thermologic) dan rotary evaporator (Ika Laboratory), yang morfologi. Wujud diperoleh didokumentasikan. Pemeriksaan anatomi tumbuhan Bagian tumbuhan yang diperiksa (akar, Vournice (Naber). Bahan pemeriksaan digunakan dalam batang, dan daun) anatomi. diambil Bagian untuk penelitian ini adalah asam sulfat p.a pemeriksaan akar, (merck), etanol p.a (merck), akuades, batang, dan daun dipotong dengan model metanol p.a , kloroform p.a (Merck), asam irisan membujur dan melintang kemudian klorida, iodium (Merck), etil asetat p.a bentuk sel-selnya diamati menggunakan (merck), n-heksana p.a, n-butanol p.a, mikroskop pada perbesaran 40x dan aseton p.a silika gel GF254, besi (III) didokumentasikan. amonium sulfat p.a (Merck), Benedict, Pemeriksaan organoleptik tumbuhan vanilin, Bagian tumbuhan yang utuh (akar, Lieberman-Burchard, amonium hidroksida batang, buah, bunga dan daun) diperiksa (merck), kalium hidroksida, kalium iodida baik warna, bau, dan rasa, selanjutnya p.a (Merck), kertas saring Whatman 42 didokumentasikan. Dragendorff, Meyer, Wagner, (Whatman 1442-125), kapas, alumunium Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 41 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Identifikasi meliputi golongan Penetapan Kromatogram Ekstrak pati, metanol diidentifikasi dioksi menggunakan KLT dengan beberapa antrakuinon, karbohidrat, alkaloid, dan eluen yaitu : n-heksana-etil asetat (non saponin dengan menggunakan pereaksi polar), kloroform-metanol-air (polar) dalam spesifik. Hasil yang diperoleh disusun berbagai dalam bentuk tabel. kromatogram dilakukan dengan penampak Ekstraksi noda UV pada panjang gelombang 254 aleuron, samak/tanin, katekol, Ekstraksi dilakukan dengan metode nm perbandingan. dan 366 nm. Pengamatan Eluen terbaik dengan maserasi menggunakan pelarut metanol. perbandingan (memberikan Proses dilakukan melalui perendaman gambar selama 3 x 24 jam (tiap 24 jam dilakukan didokumentasikan. Data yang diperoleh penyaringan). Hasil ekstraksi diuapkan dari penelitian diolah dengan menyusun hingga diperoleh ekstrak kental. dalam bentuk tabel dan gambar. kromatogram terbaik Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif meliputi penetapan HASIL DAN PEMBAHASAN kadar abu, kadar abu larut dalam asam, Hasil Penelitian kadar Pemeriksaan Morfologi Karamunting abu larut dalam air, susut pengeringan, kadar sari larut air, kadar sari Tumbuhan Karamunting merupakan larut etanol, dan penetapan bahan organik perdu berkayu dengan tinggi mencapai 4 asing. Metode penetapan didasarkan pada meter, menyerupai semak. Letak daun panduan buku farmakope indonesia edisi bersilang berhadapan dan tulang daun tiga IV (Depkes RI, 1995). dari pangkal, bentuk daun oval, ujung dan pangkal meruncing, permukaan atas Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) tepi daun daun rata, mengkilap 42 sedangkan permukaan bawah daun kasar dan pada penampang melintang terdapat karena halus. karakteristik daun yaitu berupa trikoma di Panjang daun 5 hingga 7 cm dan lebarnya bagian epidermis bawah daun yang sangat sekitar 2 hingga 3 cm. banyak, sedangkan di bagian epidermis memiliki Bunga rambut-rambut berwarna merah muda atas tidak terdapat trikoma. dengan Berkas pembuluh pada penampang kelopak berlekatan, mahkota bunga lima, melintang batang terletak menyebar di butik satu dan kepala putik berbintik hijau. bagian Buah muda berwarna hijau dengan bagian Parenkim korteks pada batang tersusun atas dihiasi helain menyerupai kelopak atas sel yang rapat. Berkas pembuluh dengan warna yang senada dan bakal terdapat pula pada bagian endodermis buah yang keunguan, bentuk beruang setelah matang majemuk empat buah sampai akan enam, berubah silinder terletak pusat antara dari batang. sklerenkim dan korteks. Trikoma pada batang juga tampak menjadi ungu dengan rasa yang manis. pada penampang membujur batang. Sistem perakaran tunggang, kokoh di Penampang melintang akar dapat diamati bawah permukaan tanah. dengan jelas berkas pembuluh menyebar Pemeriksaan Anatomi Karamunting di bagian pusat dan sebagian terdapat di Hasil pemeriksaan anatomi tanaman endodermis pada korteks. Penampang dapat dilihat dari penampang melintang melintang menunjukkan adanya serabut dan membujur tiap organ tanaman. Tipe akar di bagian terluar dari epidermis stomata tipe anomositik terlihat dengan (gambar 1). jelas pada penampang membujur daun, Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 43 Gambar 1f. Penampang membujur akar Pada penampang melintang akar, terdiri atas selapis sel. Serabut akar epidermis terdiri atas selapis sel yang terdapat di bagian luar epidermis. tersusun dengan rapat. Setelah epidermis Pengamatan mikroskopik dilakukan terdapat bagian yang disebut korteks yang dengan perbesaran objektif 40X. terdiri atas sel parenkim, lapisan paling dalam dari korteks terdiri atas sebaris sel Pemeriksaan Organoleptik Berkas Pemeriksaan organoleptik tanaman pembuluh terlihat menyebar di bagian dilakukan terhadap warna, bau dan rasa tengah silinder pusat, dan sebagian lagi tiap organ tumbuhan. Hasil pemeriksaan terdapat pada memberikan informasi terhadap spesifikasi korteks. Susunan sel meristem pada akar terhadap ciri-ciri tumbuhan yang diteliti. sangat Sistem Peranan penting pemeriksaan oganoleptik pembuluh terdapat di bagian tengah dan sangat terkait dengan kemurnian dan terlihat epidermis dan endodermis yang mencegah pemalsuan simplisia khususnya yang disebut di endodermis. bawah kompak endodermis dan padat. Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) 44 pada sediaan obat tradisional. Tiap spesifik, termasuk tumbuhan karamunting. tumbuhan memiliki pencirian yang berbeda Hasil dan dilihat pada tabel 1. informasi terhadap bagian yang pemeriksaan organoleptik dapat Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptik tumbuhan karamunting No Warna Bau Rasa 1 Bagian tanaman Daun Hijau Khas Sepat, kelat 2 Batang Coklat kehijauan Khas Pahit 3 4 Akar Bunga Coklat tua Merah keunguan Khas Khas Pahit Pahit 5 Buah Ungu kehitaman Khas Manis Hasil tanaman pemeriksaan menunjukkan organoleptik bahwa daun Umumnya spesies dari family yang sama memiliki beberapa kemiripan secara berwarna hijau dengan rasa yang sepat morfologi sehingga dapat memberikan dan peluang kesalahan identifikasi tumbuhan. kelat, batang berwarna coklat kehijauan, akar berwarna coklat hitam Deskripsi secara agak merah dan bunga berwarna merah organoleptik sangat diperlukan sebagai muda keunguan dengan bau yang khas identifikasi awal terhadap tanaman dan dan rasa yang pahit. Buah berwarna ungu sangat kehitaman setelah masak, berbau khas sampel di lapangan. berguna dan rasanya manis. Karakteristik organoleptik erat kaitannya dengan karakteristik morfologi sebab deskripsi morfologi biasanya dilengkapi dengan deskripsi organoleptis yang meliputi ciri warna, bau dan rasa. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 morfologi dalam dan pengambilan 45 Analisis kuantitatif daun karamunting Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Daun Karamunting . Pengujian meliputi penetapan kadar abu total, kadar dilakukan terhadap senyawa kimia golongan aleuron, pati, zat samak atau tanin, katekol, karbohidrat, alkaloid, 1,8 dioksiantrakinon, saponin. Hasil uji tumbuhan karamunting dan identifikasi daun menunjukkan adanya senyawa golongan aleuron, tanin, katekol, alkaloid dan saponin (tabel 2). Tabel 2. Hasil uji identifikasi senyawa kimia daun karamunting No Komponen Hasil 1 Aleuron Positif 2 3 4 5 6 Pati Samak/tanin Katekol 1,8 dioksiantrakinon Karbohidrat (Glukosa & Galaktosa) Alkaloid Saponin Negatif Positif Positif Negatif Negatif 7 8 Positif Positif abu yang larut dalam air, kadar abu yang tidak larut asam, susut pengeringan, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan bahan organik asing. Hasil Analisis kuantitatif daun karamunting dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Hasil penetapan kadar daun karamunting No 1 2 3 4 5 6 7 Parameter Hasil Kadar abu total Kadar abu tidak larut dalam asam Kadar abu larut air Susut pengeringan Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Bahan organik asing 3,1 % 2,89 % 1,69 % 14 % 0,48 % 0,36 % 0% Kadar abu menurut Soetarno & Soediro (1997) merupakan uji kemurnian Aleuron mengandung vitamin, katekol dan beberapa senyawa golongan simplisia untuk menetapkan tingkat saponin berkhasiat sebagai anti mikroba, pengotoran oleh logam-logam dan silikat. tanin Berdasarkan berkhasiat sebagai astringen. Beberapa senyarwa alkaloid berkhasiat sebagai anti diare, anti diabetes, anti hasil pengujian maka diperoleh data untuk kadar abu total mikroba dan anti malaria. sebesar 3,1%, untuk kadar abu tidak larut Hasil Analisis Kuantitatif Daun asam dan kadar abu larut air masing- Karamunting masing 2,89% dan 1,69%. Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) 46 Menurut Sapna et al., (2008) salah jumlah terendah bahan kimia kandungan penting dalam simplisia yang terekstraksi pada pelarut obat adalah tertentu. Untuk obat tradisional pelarut penetapan kadar abu total dan kadar abu yang lazim digunakan untuk ekstraksi tidak larut asam. Penetapan kadar abu adalah air dan etanol (Soetarno & Soediro, erat kaitannya dengan tingkat keamanan 1997). Hasil pengujian menunjukkan kadar penggunaan simplisia sebagai bahan obat sari larut air lebih besar yaitu 0,48% tradisional. Dengan penetapan kadar abu dibanding kadar sari larut etanol sebesar dapat diketahui presentase kandungan 0,36%. Penetapan ini juga sangat berguna anorganik yang kemungkinan masuk ke untuk dalam tubuh dan merusak organ tubuh. berhubungan satu hal evaluasi yang cukup bahan baku Penetapan susut pengeringan yaitu kadar bagian yang menguap dari suatu zat diperoleh sebesar 14%. Susut proses formulasi dengan simplisia penggunaannya sebagai obat tradisional apabila ingin dipasarkan. Uji kemurnian simplisia untuk pengeringan (Soetarno & Soediro, 1997) mengetahui cemaran bahan organik asing ditetapkan untuk menjaga kualitas yang ditambahkan pada simplisia sebagai karena berkaitan dengan pemalsu atau pengganti adalah melalui kemungkinan pertumbuhan kapang atau penentuan bahan organik asing. Bahan jamur serta zat yang mudah menguap organik asing tersebut dapat berasal dari pada simplisia. tumbuhan atau hewan lain, atau senyawa simplisia Kadar sari merupakan salah satu bagian standarisasi sederhana senyawa bahan alam melalui proses ekstraksi. Kadar sari merupakan uji kemurnian simplisia yang dilakukan untuk mengetahui aktif sintetik yang ditambahkan pada obat tradisional dalam bentuk simplisia. Untuk penetapan bahan organik asing yang berasal dari tumbuhan atau hewan lain Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 dilakukan sesuai dengan 47 metode MMI. Hasil penetapan bahan metanol daun karamunting menggunakan organik asing yang diperoleh adalah 0% fase gerak n-heksana-etil asetat (8:2) dan karena tidak ditemukan cemaran ataupun kloroform-metanol-butanol (15:2:1). Fase bahan organik asing dari sampel yang diam yang digunakan adalah silikagel diperiksa. Untuk kandungan bahan organik GF254. asing terdapat standar atau batas tertentu dengan menggunakan penampak bercak yang sangat mempengaruhi mutu simplisia sinar UV pada panjang gelombang 254 nm sebagai bahan baku obat yaitu tidak boleh dan 366 nm. Data kromatogram yang lebih dari 2%. diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4 dan Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Gambar 2. Kromatografi lapis tipis Pengamatan bercak dilakukan ekstrak Tabel 4. Hasil KLT ekstrak metanol daun karamunting A = fase gerak n-hexan:EtoAc (8:2) dan B dengan fase gerak CHCl3:MeOH:BuOH (15:2:1) Banyak noda dan nilai Rf Fase λ = 254 nm λ = 366 nm gerak N Warna Rf No Warna Rf o 0,22 U** 1 0,22 U 1 0,44 U** 2 0,58 U 2 0,58 J 3 0,72 H 3 A 0,72 K** 4 0,82 C 4 0,82 C 5 0,85 H 5 0,85 U** 6 0,15 U** 1 0,38 U 1 0,38 J 2 0,65 C 2 0,65 K** 3 0,66 H 3 B 0,66 C 4 0,72 U 4 0,78 U** 5 0,78 H 5 0,92 C 6 0,92 H 6 Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) 48 delapan noda dengan nilai Rf 0,22; 0,26; 0,38; 0,43; 0,65; 0,66; 0,78 dan 0,92. Nilai Rf Senyawa spesifik yang diperoleh dari fase gerak kloroform : metanol : butanol (15:2:1) adalah 0,72 berwarna coklat pada pengamatan dibawah UV254 dan berfluorosensi kuning pada pengamatan UV366. UV254 UV366 UV254 UV366 A1 A2 B1 B2 Penggunaan Fase gerak non polar nheksana:etil asetat (8:2) dengan UV254 diperoleh lima noda dengan nilai Rf 0,22; Gambar 2. Hasil KLT ekstrak metanol daun karamunting A1 & A2 dengan fase gerak nhexan:EtoAc (8:2) dan B1 & B2 dengan fase gerak CHCl3:MeOH:BuOH (15:2:1) 0,5; 0,58; 0,72; dan 0,82. Pengamatan menggunakan UV366 diperoleh enam noda dengan nilai Rf 0,22; 0.44; 0,58; 0,72; 0,82 dan 0,85 Penggunaan fase gerak kloroform : metanol:butanol perbandingan (15:2:1) memberikan pemisahan yang baik dan diperoleh enam noda dengan nilai Rf 0,38; 0,65; 0,66; Pengamatan 0,72; 0,78 dan menggunakan 0,92. UV366 diperoleh enam noda dengan nilai Rf 0,15; 0,38; 0,65; Pengamatan 0,66; 0,78 kromatogram dan Nilai Rf Senyawa spesifik yang diperoleh dari fase gerak n-heksana:etil asetat (8:2) adalah dua senyawa dengan nilai Rf masing-masing 0,65 dan 0,78 berwarna pengamatan coklat UV254 dan dan hijau pada berfluorosensi kuning dan ungu pada pengamatan UV366. 0,92. setelah disemprot dengan H2SO4 10% diperoleh Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50 49 fase gerak n-heksana:etil asetat (8:2) KESIMPULAN daun diperoleh dua senyawa yang spesifik mikroskopik dengan nilai Rf masing-masing 0,65 adalah trikoma pada epidermis bawah dan 0,78 pada pengamatan dibawah daun, stomata tipe anomositik dan lampu UV254 dan UV366. 1. Karakteristik simplisia karamunting secara berkas pembuluh yang menyebar pada parenkim silinder pusat. 2. Simplisia UCAPAN TERIMAKASIH karamunting Terimakasih kepada Dikti melalui dana mengandung senyawa aleuron, tanin, hibah pekerti dan tim Penelitian tumbuhan katekol, alkaloid, dan saponin. karamunting, 3. Parameter daun farmakognostik spesifik semoga penelitian akan berlanjut sampai tuntas. yang diperoleh yaitu kadar abu total sebesar 3,1%, untuk kadar abu tidak PUSTAKA larut asam dan kadar abu larut air Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. masing-masing 2,89% dan 1,69%. Kadar sari larut air lebih besar yaitu 0,48 % dibanding kadar sari larut etanol sebesar 0,36%. Penetapan susut pengeringan 14% dan kadar bahan organik asing adalah 0 %. 4. Senyawa spesifik yang diperoleh dari hasil KLT pada fase kloroform:metanol:butanol gerak (15:2:1) dengan nilai Rf 0,72 pada pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366. Pada Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M & Kurniadi B. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Airlangga University Press. Surabaya. Motooka. 2003. Downy rosemyrtle, Isenberg bush, Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. Weeds of Hawai‘i’s Pastures and Natural Areas; An Identification and Management College of Tropical Agriculture and Human Resources, University of Hawai‘i at Mänoa Saising, J., Voravuthikunchai, A. Hiranrat, P., W. Mahabusarakam, M. Ongsakul & S. 2008. Rhodomyrtone from Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. as a Natural Antibiotic for Staphylococcal Cutaneous Inceftion. Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk) 50 Department of Microbiology, Chemistry and Natural Product Research Centre, Faculty of Science, Prince of Songkhla University, Hat Yai, Songkhla 90112, Tahiland. Sapna, Soni., K. Avinash, T. Mukul, Pathak A.K. Pharmacognostic and Phytochemical Investigation of Stevia rebaudiana. 2008. Pharmacognosy magazine Vol 4. Truba Institute of Pharmacy, Bhopal, India. Soetarno, S. & Soediro I. S. 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan Obat Tradisional. Jurusan Farmasi FMIPA ITB dalam Buku Peringatan 50 Tahun Pendidikan Farmasi ITB. Bandung. Sulistyo, N.H, Hernawaty, F., Shafwatunnida, L., Rusida E.R., & Rahman, M.A.. 2007. Uji Aktivitas Daun Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) Sebagai Obat Diabetes Melitus Di Daerah Pelaihari Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Taurhesia, S, I. Soediro & A. G. Suganda. 1987. Pemeriksaan Flavonoid dan Minyak Atsiri Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait, Myratceae) Dept. Farmasi ITB. Tung, NH, Ding Y, Choi EM, Van Kiem P, Van Minh C dan Kim YH. 2009. New anthracene glycosides from Rhodomyrtus tomentosa stimulate osteoblastic differentiation of MC3T3E1 cells. U.S. National Library of Medicine and the National Institutes of Health. www.springerlink.com/index/60128006 Q4T33U79.pdf Diakses Tanggal 27 Juni 2009. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50