38 Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari

advertisement
38
KAJIAN FARMAKOGNOSTIK SIMPLISIA DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus
tomentosa) ASAL PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN
Sutomo1, Arnida1, Febri Hernawati1,M. Yuwono2,
1
Program Studi Farmasi FMIPA Unlam,
2
Fakultas Farmasi Unair
Jl. Ahmad Yani, KM. 36, Banjarbaru Kalimantan Selatan
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Karamunting telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Dilihat dari
prospek yang sangat potensial sebagai bahan obat maka perlu dilakukan kajian
farmakognostik sampel untuk pengendalian mutu dan keaslian simplisia. Penelitian ini
bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik secara kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah dideskripsikan. Identifikasi
kimia menunjukkan hasil positif terhadap aleuron, tanin, katekol, alkaloid dan saponin.
Karakteristik farmakognostik secara kuantitatif yaitu kadar abu sebesar 3,1%, kadar abu tidak
larut asam 2,89%, kadar abu larut air 1,69%, susut pengeringan 14%, kadar sari larut air
0,48%, kadar sari larut etanol sebesar 0,36% dan bahan organik asing 0%. Hasil
kromatogram diperoleh senyawa spesifik pada fase gerak kloroform : metanol : butanol (15:
2: 1) dengan nilai Rf 0,72 pada pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366. Pada fase
gerak n-heksana : etil asetat (8 : 2) diperoleh dua senyawa yang spesifik dengan nilai Rf
masing-masing 0,65 dan 0,78 dengan pengamatan dibawah lampu UV254 dan UV366.
Kata kunci : Rhodomyrtus tomentosa, farmakognostik, identifikasi
A PHARMACOGNOSTIC STUDY OF KARAMUNTING LEAVES (Rhodomyrtus
tomentosa) FROM PELAIHARI, SOUTH KALIMANTAN
ABSTRACT
Karamunting has been used as a traditional medicine. Considering its potential prospect as
crude drug, a study for quality control and authenticity is needed. This study aims to provide a
scientific base about pharmacognostic specification, either qualitatively and quantitatively.
The result of qualitative and quantitative research has been described. Chemical identification
shows that the plant contains aleurone, tannin, catechol, alkaloid and saponin. Quantitatively,
the characteristic of this plant is diagnosed to have a 3,1 % of ash content, acid insoluble ash
2,89 %, water soluble ash 1,69 %, loss on drying 14 %, water soluble extractive 0,48 %,
ethanol soluble extractive 0,36 % and foreign matter 0 %. From the result of the
chromatogram, it is obtained that there is as specific compound at mobile phase chloroformmethanol-buthanol (15: 2: 1) with Rf value 0,72, which was detected with UV254 and UV366. At
mobile phase n-hexane: ethyl acetate ( 8 : 2) two specific compounds were obtained with Rf
value 0,65 and 0,78 detected with UV254 and UV366.
Keyword : Rhodomyrtus tomentosa, pharmacognostic, identification.
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
39
PENDAHULUAN
Kalimantan (borneo) sangat kaya
akan bahan alam baik tumbuhan maupun
farmakologi yang lengkap dan usaha ke
arah paten.
Aktivitas lain yang telah dilaporkan
hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat. Beberapa tumbuhan yang telah
dari
terbukti berkhasiat obat adalah pasak
menstimulasi
bumi, tabat barito, bawang dayak, sarang
osteoblast MC3T3-E1 (Tung et al., 2009).
semut,
kuning,
Senyawa yang berperan adalah glikosida
karamunting. Masih banyak tumbuhan
antrakuinon. Saising et al., (2008) dan
yang belum terdokumentasikan secara
Taurhesia et al. (1987) juga melaporkan
lengkap
adanya senyawa limonena, β-pinena, dan
manuran,
di
kayu
Indonesia
tetapi
telah
tumbuhan
rodomirton.
dipatenkan oleh negara lain.
Tumbuhan karamunting merupakan
karamunting
adalah
diferensiasi
Pada
penelitian
sel-sel
ini
akan
dilakukan uji farmakognostik dan aspek
salah satu keaneragaman hayati yang
standarisasinya
harus
seingga
kelayakan
karena
telah
pemanfaatan tumbuhan karamunting yang
tumbuhan
yang
merupakan kekayaan hayati bangsa kita
memiliki beberapa khasiat, diantaranya
dapat ditingkatkan. Tujuan yang hendak
anti diabetes, diare, luka bakar, dan sakit
dicapai adalah penetapan beberapa aspek
perut.
telah
standarisasi pada tumbuhan karamunting
membuktikan aktivitas ekstrak metanol
diantaranya data morfologi, anatomi sel,
daun karamunting dan memberikan efek
golongan senyawa, analisis kuantitatif, dan
yang signifikan pada penurunan kadar
kromatogram
gula darah hewan uji pada dosis 200
karamunting.
dikembangkan
dilaporkan
sebagai
Sulistyo,
dkk.
(2009)
ekstrak
mg/kg BB. Uji yang lebih mendalam harus
dilakukan
untuk
mendapatkan
data
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
metanol
daun
40
METODOLOGI PENELITIAN
foil, kertas label, simplisia, batang, daun,
Alat dan Bahan
akar dan serbuk daun karamunting.
Alat yang digunakan meliputi alat-alat
Pemeriksaan morfologi tanaman
gelas (Pirex), seperangkat alat maserasi,
Bagian tumbuhan yang utuh (akar,
plat KLT, kapas, bejana kromatografi,
batang, buah, bunga dan daun) diambil
cawan porselen, lampu spiritus, lampu UV,
untuk
kertas saring, gegep, mikroskop, neraca
tanaman dideskripsikan secara umum,
analitik
termasuk ciri khasnya dan data yang
(Ohaus),
pisau
silet,
sendok
tanduk, tissue, oven (Thermologic) dan
rotary
evaporator
(Ika
Laboratory),
yang
morfologi.
Wujud
diperoleh didokumentasikan.
Pemeriksaan anatomi tumbuhan
Bagian tumbuhan yang diperiksa (akar,
Vournice (Naber).
Bahan
pemeriksaan
digunakan
dalam
batang,
dan
daun)
anatomi.
diambil
Bagian
untuk
penelitian ini adalah asam sulfat p.a
pemeriksaan
akar,
(merck), etanol p.a (merck), akuades,
batang, dan daun dipotong dengan model
metanol p.a , kloroform p.a (Merck), asam
irisan membujur dan melintang kemudian
klorida, iodium (Merck), etil asetat p.a
bentuk sel-selnya diamati menggunakan
(merck), n-heksana p.a, n-butanol p.a,
mikroskop pada perbesaran 40x dan
aseton p.a silika gel GF254, besi (III)
didokumentasikan.
amonium sulfat p.a (Merck), Benedict,
Pemeriksaan organoleptik tumbuhan
vanilin,
Bagian tumbuhan yang utuh (akar,
Lieberman-Burchard, amonium hidroksida
batang, buah, bunga dan daun) diperiksa
(merck), kalium hidroksida, kalium iodida
baik warna, bau, dan rasa, selanjutnya
p.a (Merck), kertas saring Whatman 42
didokumentasikan.
Dragendorff,
Meyer,
Wagner,
(Whatman 1442-125), kapas, alumunium
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
41
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
Identifikasi
meliputi
golongan
Penetapan Kromatogram
Ekstrak
pati,
metanol
diidentifikasi
dioksi
menggunakan KLT dengan beberapa
antrakuinon, karbohidrat, alkaloid, dan
eluen yaitu : n-heksana-etil asetat (non
saponin dengan menggunakan pereaksi
polar), kloroform-metanol-air (polar) dalam
spesifik. Hasil yang diperoleh disusun
berbagai
dalam bentuk tabel.
kromatogram dilakukan dengan penampak
Ekstraksi
noda UV pada panjang gelombang 254
aleuron,
samak/tanin,
katekol,
Ekstraksi dilakukan dengan metode
nm
perbandingan.
dan
366
nm.
Pengamatan
Eluen
terbaik
dengan
maserasi menggunakan pelarut metanol.
perbandingan
(memberikan
Proses dilakukan melalui perendaman
gambar
selama 3 x 24 jam (tiap 24 jam dilakukan
didokumentasikan. Data yang diperoleh
penyaringan). Hasil ekstraksi diuapkan
dari penelitian diolah dengan menyusun
hingga diperoleh ekstrak kental.
dalam bentuk tabel dan gambar.
kromatogram
terbaik
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif meliputi penetapan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kadar abu, kadar abu larut dalam asam,
Hasil Penelitian
kadar
Pemeriksaan Morfologi Karamunting
abu
larut
dalam
air,
susut
pengeringan, kadar sari larut air, kadar sari
Tumbuhan Karamunting merupakan
larut etanol, dan penetapan bahan organik
perdu berkayu dengan tinggi mencapai 4
asing. Metode penetapan didasarkan pada
meter, menyerupai semak. Letak daun
panduan buku farmakope indonesia edisi
bersilang berhadapan dan tulang daun tiga
IV (Depkes RI, 1995).
dari pangkal, bentuk daun oval, ujung dan
pangkal
meruncing,
permukaan
atas
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
tepi
daun
daun
rata,
mengkilap
42
sedangkan permukaan bawah daun kasar
dan pada penampang melintang terdapat
karena
halus.
karakteristik daun yaitu berupa trikoma di
Panjang daun 5 hingga 7 cm dan lebarnya
bagian epidermis bawah daun yang sangat
sekitar 2 hingga 3 cm.
banyak, sedangkan di bagian epidermis
memiliki
Bunga
rambut-rambut
berwarna
merah
muda
atas tidak terdapat trikoma.
dengan
Berkas pembuluh pada penampang
kelopak berlekatan, mahkota bunga lima,
melintang batang terletak menyebar di
butik satu dan kepala putik berbintik hijau.
bagian
Buah muda berwarna hijau dengan bagian
Parenkim korteks pada batang tersusun
atas dihiasi helain menyerupai kelopak
atas sel yang rapat. Berkas pembuluh
dengan warna yang senada dan bakal
terdapat pula pada bagian endodermis
buah
yang
keunguan,
bentuk
beruang
setelah
matang
majemuk
empat
buah
sampai
akan
enam,
berubah
silinder
terletak
pusat
antara
dari
batang.
sklerenkim
dan
korteks. Trikoma pada batang juga tampak
menjadi ungu dengan rasa yang manis.
pada
penampang
membujur
batang.
Sistem perakaran tunggang, kokoh di
Penampang melintang akar dapat diamati
bawah permukaan tanah.
dengan jelas berkas pembuluh menyebar
Pemeriksaan Anatomi Karamunting
di bagian pusat dan sebagian terdapat di
Hasil pemeriksaan anatomi tanaman
endodermis pada korteks. Penampang
dapat dilihat dari penampang melintang
melintang menunjukkan adanya serabut
dan membujur tiap organ tanaman. Tipe
akar di bagian terluar dari epidermis
stomata tipe anomositik terlihat dengan
(gambar 1).
jelas pada penampang membujur daun,
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
43
Gambar 1f. Penampang
membujur akar
Pada
penampang
melintang
akar,
terdiri atas selapis sel. Serabut akar
epidermis terdiri atas selapis sel yang
terdapat
di
bagian
luar
epidermis.
tersusun dengan rapat. Setelah epidermis
Pengamatan
mikroskopik
dilakukan
terdapat bagian yang disebut korteks yang
dengan perbesaran objektif 40X.
terdiri atas sel parenkim, lapisan paling
dalam dari korteks terdiri atas sebaris sel
Pemeriksaan Organoleptik
Berkas
Pemeriksaan organoleptik tanaman
pembuluh terlihat menyebar di bagian
dilakukan terhadap warna, bau dan rasa
tengah silinder pusat, dan sebagian lagi
tiap organ tumbuhan. Hasil pemeriksaan
terdapat
pada
memberikan informasi terhadap spesifikasi
korteks. Susunan sel meristem pada akar
terhadap ciri-ciri tumbuhan yang diteliti.
sangat
Sistem
Peranan penting pemeriksaan oganoleptik
pembuluh terdapat di bagian tengah dan
sangat terkait dengan kemurnian dan
terlihat epidermis dan endodermis yang
mencegah pemalsuan simplisia khususnya
yang
disebut
di
endodermis.
bawah
kompak
endodermis
dan
padat.
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
44
pada
sediaan
obat
tradisional.
Tiap
spesifik, termasuk tumbuhan karamunting.
tumbuhan memiliki pencirian yang berbeda
Hasil
dan
dilihat pada tabel 1.
informasi
terhadap
bagian
yang
pemeriksaan
organoleptik
dapat
Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptik tumbuhan karamunting
No
Warna
Bau
Rasa
1
Bagian
tanaman
Daun
Hijau
Khas
Sepat, kelat
2
Batang
Coklat kehijauan
Khas
Pahit
3
4
Akar
Bunga
Coklat tua
Merah keunguan
Khas
Khas
Pahit
Pahit
5
Buah
Ungu kehitaman
Khas
Manis
Hasil
tanaman
pemeriksaan
menunjukkan
organoleptik
bahwa
daun
Umumnya spesies dari family yang sama
memiliki
beberapa
kemiripan
secara
berwarna hijau dengan rasa yang sepat
morfologi sehingga dapat memberikan
dan
peluang kesalahan identifikasi tumbuhan.
kelat,
batang
berwarna
coklat
kehijauan, akar berwarna coklat hitam
Deskripsi
secara
agak merah dan bunga berwarna merah
organoleptik sangat diperlukan sebagai
muda keunguan dengan bau yang khas
identifikasi awal terhadap tanaman dan
dan rasa yang pahit. Buah berwarna ungu
sangat
kehitaman setelah masak, berbau khas
sampel di lapangan.
berguna
dan rasanya manis.
Karakteristik
organoleptik
erat
kaitannya dengan karakteristik morfologi
sebab
deskripsi
morfologi
biasanya
dilengkapi dengan deskripsi organoleptis
yang meliputi ciri warna, bau dan rasa.
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
morfologi
dalam
dan
pengambilan
45
Analisis kuantitatif daun karamunting
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
Daun Karamunting
.
Pengujian
meliputi penetapan kadar abu total, kadar
dilakukan
terhadap
senyawa kimia golongan aleuron, pati, zat
samak atau tanin, katekol, karbohidrat,
alkaloid,
1,8
dioksiantrakinon,
saponin.
Hasil
uji
tumbuhan
karamunting
dan
identifikasi
daun
menunjukkan
adanya senyawa golongan aleuron, tanin,
katekol, alkaloid dan saponin (tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji identifikasi senyawa
kimia daun karamunting
No
Komponen
Hasil
1
Aleuron
Positif
2
3
4
5
6
Pati
Samak/tanin
Katekol
1,8 dioksiantrakinon
Karbohidrat (Glukosa &
Galaktosa)
Alkaloid
Saponin
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
7
8
Positif
Positif
abu yang larut dalam air, kadar abu yang
tidak larut asam, susut pengeringan, kadar
sari larut air, kadar sari larut etanol dan
bahan
organik
asing.
Hasil
Analisis
kuantitatif daun karamunting dapat dilihat
pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Hasil penetapan kadar daun
karamunting
No
1
2
3
4
5
6
7
Parameter
Hasil
Kadar abu total
Kadar abu tidak larut
dalam asam
Kadar abu larut air
Susut pengeringan
Kadar sari larut air
Kadar
sari
larut
etanol
Bahan organik asing
3,1 %
2,89 %
1,69 %
14 %
0,48 %
0,36 %
0%
Kadar abu menurut Soetarno &
Soediro (1997) merupakan uji kemurnian
Aleuron
mengandung
vitamin,
katekol dan beberapa senyawa golongan
simplisia
untuk
menetapkan
tingkat
saponin berkhasiat sebagai anti mikroba,
pengotoran oleh logam-logam dan silikat.
tanin
Berdasarkan
berkhasiat
sebagai
astringen.
Beberapa senyarwa alkaloid berkhasiat
sebagai anti diare, anti diabetes, anti
hasil
pengujian
maka
diperoleh data untuk kadar abu total
mikroba dan anti malaria.
sebesar 3,1%, untuk kadar abu tidak larut
Hasil Analisis Kuantitatif Daun
asam dan kadar abu larut air masing-
Karamunting
masing 2,89% dan 1,69%.
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
46
Menurut Sapna et al., (2008) salah
jumlah terendah bahan kimia kandungan
penting
dalam
simplisia yang terekstraksi pada pelarut
obat
adalah
tertentu. Untuk obat tradisional pelarut
penetapan kadar abu total dan kadar abu
yang lazim digunakan untuk ekstraksi
tidak larut asam. Penetapan kadar abu
adalah air dan etanol (Soetarno & Soediro,
erat kaitannya dengan tingkat keamanan
1997). Hasil pengujian menunjukkan kadar
penggunaan simplisia sebagai bahan obat
sari larut air lebih besar yaitu 0,48%
tradisional. Dengan penetapan kadar abu
dibanding kadar sari larut etanol sebesar
dapat diketahui presentase kandungan
0,36%. Penetapan ini juga sangat berguna
anorganik yang kemungkinan masuk ke
untuk
dalam tubuh dan merusak organ tubuh.
berhubungan
satu
hal
evaluasi
yang
cukup
bahan
baku
Penetapan susut pengeringan yaitu
kadar bagian yang menguap dari suatu zat
diperoleh
sebesar
14%.
Susut
proses
formulasi
dengan
simplisia
penggunaannya
sebagai obat tradisional apabila ingin
dipasarkan.
Uji
kemurnian
simplisia
untuk
pengeringan (Soetarno & Soediro, 1997)
mengetahui cemaran bahan organik asing
ditetapkan
untuk
menjaga
kualitas
yang ditambahkan pada simplisia sebagai
karena
berkaitan
dengan
pemalsu atau pengganti adalah melalui
kemungkinan pertumbuhan kapang atau
penentuan bahan organik asing. Bahan
jamur serta zat yang mudah menguap
organik asing tersebut dapat berasal dari
pada simplisia.
tumbuhan atau hewan lain, atau senyawa
simplisia
Kadar sari merupakan salah satu
bagian standarisasi sederhana senyawa
bahan alam melalui proses ekstraksi.
Kadar
sari
merupakan
uji
kemurnian
simplisia yang dilakukan untuk mengetahui
aktif sintetik yang ditambahkan pada obat
tradisional dalam bentuk simplisia.
Untuk
penetapan
bahan
organik
asing yang berasal dari tumbuhan atau
hewan
lain
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
dilakukan
sesuai
dengan
47
metode MMI. Hasil penetapan bahan
metanol daun karamunting menggunakan
organik asing yang diperoleh adalah 0%
fase gerak n-heksana-etil asetat (8:2) dan
karena tidak ditemukan cemaran ataupun
kloroform-metanol-butanol (15:2:1). Fase
bahan organik asing dari sampel yang
diam yang digunakan adalah silikagel
diperiksa. Untuk kandungan bahan organik
GF254.
asing terdapat standar atau batas tertentu
dengan menggunakan penampak bercak
yang sangat mempengaruhi mutu simplisia
sinar UV pada panjang gelombang 254 nm
sebagai bahan baku obat yaitu tidak boleh
dan 366 nm. Data kromatogram yang
lebih dari 2%.
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Gambar 2.
Kromatografi
lapis
tipis
Pengamatan
bercak
dilakukan
ekstrak
Tabel 4. Hasil KLT ekstrak metanol daun karamunting A = fase gerak n-hexan:EtoAc (8:2)
dan B dengan fase gerak CHCl3:MeOH:BuOH (15:2:1)
Banyak noda dan nilai Rf
Fase
λ = 254 nm
λ = 366 nm
gerak N
Warna
Rf
No
Warna
Rf
o
0,22
U**
1
0,22
U
1
0,44
U**
2
0,58
U
2
0,58
J
3
0,72
H
3
A
0,72
K**
4
0,82
C
4
0,82
C
5
0,85
H
5
0,85
U**
6
0,15
U**
1
0,38
U
1
0,38
J
2
0,65
C
2
0,65
K**
3
0,66
H
3
B
0,66
C
4
0,72
U
4
0,78
U**
5
0,78
H
5
0,92
C
6
0,92
H
6
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
48
delapan noda dengan nilai Rf 0,22; 0,26;
0,38; 0,43; 0,65; 0,66; 0,78 dan 0,92.
Nilai
Rf
Senyawa
spesifik
yang
diperoleh dari fase gerak kloroform :
metanol : butanol (15:2:1) adalah 0,72
berwarna
coklat
pada
pengamatan
dibawah UV254 dan berfluorosensi kuning
pada pengamatan UV366.
UV254
UV366
UV254
UV366
A1
A2
B1
B2
Penggunaan Fase gerak non polar nheksana:etil asetat (8:2) dengan UV254
diperoleh lima noda dengan nilai Rf 0,22;
Gambar 2. Hasil KLT ekstrak metanol
daun karamunting A1 & A2
dengan fase gerak nhexan:EtoAc (8:2) dan B1 & B2
dengan fase gerak
CHCl3:MeOH:BuOH (15:2:1)
0,5; 0,58; 0,72; dan 0,82. Pengamatan
menggunakan UV366 diperoleh enam noda
dengan nilai Rf 0,22; 0.44; 0,58; 0,72; 0,82
dan 0,85
Penggunaan fase gerak kloroform :
metanol:butanol
perbandingan
(15:2:1)
memberikan pemisahan yang baik dan
diperoleh enam noda dengan nilai Rf 0,38;
0,65;
0,66;
Pengamatan
0,72;
0,78
dan
menggunakan
0,92.
UV366
diperoleh enam noda dengan nilai Rf 0,15;
0,38;
0,65;
Pengamatan
0,66;
0,78
kromatogram
dan
Nilai
Rf
Senyawa
spesifik
yang
diperoleh dari fase gerak n-heksana:etil
asetat (8:2) adalah dua senyawa dengan
nilai Rf masing-masing 0,65 dan 0,78
berwarna
pengamatan
coklat
UV254
dan
dan
hijau
pada
berfluorosensi
kuning dan ungu pada pengamatan UV366.
0,92.
setelah
disemprot dengan H2SO4 10% diperoleh
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
49
fase gerak n-heksana:etil asetat (8:2)
KESIMPULAN
daun
diperoleh dua senyawa yang spesifik
mikroskopik
dengan nilai Rf masing-masing 0,65
adalah trikoma pada epidermis bawah
dan 0,78 pada pengamatan dibawah
daun, stomata tipe anomositik dan
lampu UV254 dan UV366.
1. Karakteristik
simplisia
karamunting
secara
berkas pembuluh yang menyebar pada
parenkim silinder pusat.
2. Simplisia
UCAPAN TERIMAKASIH
karamunting
Terimakasih kepada Dikti melalui dana
mengandung senyawa aleuron, tanin,
hibah pekerti dan tim Penelitian tumbuhan
katekol, alkaloid, dan saponin.
karamunting,
3. Parameter
daun
farmakognostik
spesifik
semoga
penelitian
akan
berlanjut sampai tuntas.
yang diperoleh yaitu kadar abu total
sebesar 3,1%, untuk kadar abu tidak
PUSTAKA
larut asam dan kadar abu larut air
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta.
masing-masing
2,89%
dan
1,69%.
Kadar sari larut air lebih besar yaitu
0,48 % dibanding kadar sari larut
etanol
sebesar
0,36%.
Penetapan
susut pengeringan 14% dan kadar
bahan organik asing adalah 0 %.
4. Senyawa spesifik yang diperoleh dari
hasil
KLT
pada
fase
kloroform:metanol:butanol
gerak
(15:2:1)
dengan nilai Rf 0,72 pada pengamatan
dibawah lampu UV254 dan UV366. Pada
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M &
Kurniadi B. 2008. Buku Ajar Fitokimia.
Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan
Alam Universitas Airlangga. Airlangga
University Press. Surabaya.
Motooka. 2003. Downy rosemyrtle,
Isenberg
bush,
Rhodomyrtus
tomentosa (Aiton) Hassk. Weeds of
Hawai‘i’s Pastures and Natural Areas;
An Identification and Management
College of Tropical Agriculture and
Human Resources, University of
Hawai‘i at Mänoa
Saising, J., Voravuthikunchai, A. Hiranrat,
P., W. Mahabusarakam, M. Ongsakul
& S. 2008. Rhodomyrtone from
Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk.
as
a
Natural
Antibiotic
for
Staphylococcal Cutaneous Inceftion.
Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting… (Sutomo dkk)
50
Department of Microbiology, Chemistry
and Natural Product Research Centre,
Faculty of Science, Prince of Songkhla
University, Hat Yai, Songkhla 90112,
Tahiland.
Sapna, Soni., K. Avinash, T. Mukul,
Pathak A.K. Pharmacognostic and
Phytochemical Investigation of Stevia
rebaudiana. 2008. Pharmacognosy
magazine Vol 4. Truba Institute of
Pharmacy, Bhopal, India.
Soetarno, S. & Soediro I. S. 1997.
Standarisasi Mutu Simplisia dan
Ekstrak Bahan Obat Tradisional.
Jurusan Farmasi FMIPA ITB dalam
Buku Peringatan 50 Tahun Pendidikan
Farmasi ITB. Bandung.
Sulistyo,
N.H,
Hernawaty,
F.,
Shafwatunnida, L., Rusida E.R., &
Rahman, M.A.. 2007. Uji Aktivitas
Daun
Karamunting
(Rhodomyrtus
Tomentosa) Sebagai Obat Diabetes
Melitus Di Daerah Pelaihari Kecamatan
Pelaihari Kabupaten Tanah Laut
Kalimantan Selatan.
Taurhesia, S, I. Soediro & A. G. Suganda.
1987. Pemeriksaan Flavonoid dan
Minyak Atsiri Daun Karamunting
(Rhodomyrtus
tomentosa
W.Ait,
Myratceae) Dept. Farmasi ITB.
Tung, NH, Ding Y, Choi EM, Van Kiem P,
Van Minh C dan Kim YH. 2009. New
anthracene
glycosides
from
Rhodomyrtus tomentosa stimulate
osteoblastic differentiation of MC3T3E1 cells. U.S. National Library of
Medicine and the National Institutes of
Health.
www.springerlink.com/index/60128006
Q4T33U79.pdf
Diakses Tanggal 27 Juni 2009.
Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 38 - 50
Download