peraturan daerah kabupaten selayar nomor 05 tahun 2008 tentang

advertisement
1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR
NOMOR 05 TAHUN 2008
TENTANG
KETENTUAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA ATAU
KELURAHAN, PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DAN
PEMEKARAN KELURAHAN MENJADI DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SELAYAR,
a.
Menimbang :
bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah mengamanatkan pemberian otonomi luas kepada daerah yang
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui
peningkatan
pelayanan,
pemberdayaan,
dan
peran
serta
masyarakat;
b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat, maka perlu membentuk desa atas
prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat;
c.
bahwa di samping desa, di wilayah perkotaan dapat dibentuk kelurahan
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan
fungsi-fungsi pemerintahan di perkotaan;
d.
bahwa agar desa dan kelurahan yang dibentuk sebagai suatu wilayah yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah mampu melaksanakan
tugas-tugasnya
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, maka perlu diatur
ketentuan
pembentukan,
penghapusan,
penggabungan
desa
atau
kelurahan dan perubahan status desa menjadi kelurahan dan Pemekaran
Kelurahan menjadi Desa;
e.
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, b, c dan d, maka
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Ketentuan Pembentukan,
Penghapusan, Penggabungan Desa atau Kelurahan, Perubahan Status Desa
menjadi Kelurahan dan Pemekaran Kelurahan menjadi Desa.
Mengingat
:
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan DaerahDaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
2
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang
Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status
Desa Menjadi Kelurahan;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 tentang
Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN SELAYAR
dan
BUPATI SELAYAR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
PENGHAPUSAN,
PERUBAHAN
TENTANG
KETENTUAN
PENGGABUNGAN
STATUS
DESA
DESA
MENJADI
PEMEKARAN KELURAHAN MENJADI DESA.
PEMBENTUKAN,
ATAU
KELURAHAN,
KELURAHAN
DAN
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Selayar;
2.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
3.
Bupati adalah Bupati Selayar;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Selayar;
5.
Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten di bawah
Kecamatan;
6.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten;
7.
Desa khusus adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah
Kabupaten
yang
pembentukannya
berdasarkan
pada
letak
geografis
yang
sulit
memberikan/mendapatkan jangkauan pelayanan, baik dari Ibukota Desa, Kecamatan
maupun Kabupaten dan mempunyai potensi unggulan yang perlu dikembangkan.
8.
Pembentukan Desa adalah Penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang
bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih;
9.
Pembentukan Desa Khusus adalah tindakan pemisahan satu desa menjadi dua desa atau
lebih dimana desa induk sulit memberikan pelayanan kepada masyarakat atau desa yang
dibentuk mempunyai potensi unggulan yang perlu dikembangkan.
10.
Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa kelurahan, atau bagian kelurahan
yang bersandingan, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih;
11.
Penghapusan desa adalah tindakan meniadakan desa yang ada sebagai akibat tidak lagi
memenuhi persyaratan;
12.
Penghapusan kelurahan adalah tindakan meniadakan kelurahan yang ada;
13.
Penggabungan desa adalah penyatuan dua desa atau lebih menjadi desa baru.
14.
Penggabungan kelurahan adalah penyatuan dua kelurahan atau lebih menjadi kelurahan
baru.
15.
Pemekaran desa adalah tindakan pemisahan satu desa menjadi dua atau lebih desa baru;
16.
Pemekaran kelurahan adalah tindakan pemisahan satu kelurahan menjadi dua atau lebih
kelurahan baru atau menjadi satu atau lebih desa baru;
4
BAB II
PEMBENTUKAN DESA & DESA KHUSUS
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 2
(1)
Pembentukan Desa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
(2)
Pembentukan Desa Khusus bertujuan untuk mendorong peningkatan pelayanan di bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kesempatan untuk
memanfaatkan dan mengembangkan potensi desa.
(3)
Pembentukan Desa dan Desa Khusus ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
[
Bagian Kedua
Syarat-Syarat Pembentukan
Pasal 3
(1)
Pembentukan Desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk, yaitu paling sedikit 1000 jiwa atau 200 KK;
b. Paling sedikit 3 (tiga) dusun;
c. Luas wilayah yaitu dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan
masyarakat;
d. Wilayah kerja yaitu memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun;
e. Sosial budaya yaitu dapat menciptakan kerukunan antar ummat beragama dan
kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;
f.
Potensi Desa yaitu meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;
g. Batas Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;
h. Sarana dan Prasarana yaitu tersedianya infrastruktur Pemerintahan Desa dan
Perhubungan;
i.
Jumlah penduduk / KK desa yang dimekarkan paling sedikit sama dengan jumlah
penduduk / KK Desa hasil pemekaran;
(2)
Pembentukan Desa Khusus harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
Jumlah penduduk yaitu paling sedikit 400 jiwa atau 100 KK;
b.
Paling sedikit 2 (dua) dusun;
c.
Keadaan wilayah terisolir sehingga sulit dijangkau;
d.
Sosial budaya yaitu dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;
e.
Potensi desa yaitu meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;
f.
Batas desa dinyatakan dalam bentuk peta desa yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;
g.
Desa yang akan dibentuk tersebut memiliki kekhususan untuk dapat dikembangkan.
5
Bagian Ketiga
Tata Cara Pembentukan Desa dan Desa Khusus
Pasal 4
(1)
Desa dan desa khusus dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2)
Pembentukan desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan setelah mencapai usia
penyelenggaraan pemerintahan desa paling singkat 5 (lima) tahun.
(3)
Pembentukan desa khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan alasan wilayah
yang akan dijadikan desa khusus terisolir sehingga pelaksanaan pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau.
Pasal 5
Tata cara pembentukan desa dan desa khusus adalah sebagai berikut :
a.
Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk Desa atau Desa Khusus;
b.
Masyarakat mengajukan usul pembentukan Desa atau Desa Khusus kepada BPD dan Kepala
Desa;
c.
BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang
pembentukan Desa atau Desa Khusus dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan Desa;
d.
Kepala Desa mengajukan usul pembentukan Desa atau Desa Khusus kepada Bupati melalui
Camat disertai Berita Acara Rapat BPD dan rencana wilayah administrasi Desa atau Desa
Khusus yang akan dibentuk;
e.
Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati menugaskan Tim Kabupaten
bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa atau Desa Khusus yang akan
dibentuk yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati;
f.
Dalam hal rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak dibentuk Desa baru atau Desa
Khusus Bupati menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau
Desa Khusus;
g.
Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa Khusus
sebagaimana dimaksud huruf f, harus melibatkan Pemerintah Desa, BPD dan unsur
masyarakat desa, agar dapat ditetapkan secara tepat batas-batas wilayah Desa atau Desa
Khusus yang akan dibentuk;
h.
Bupati mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa
Khusus, hasil pembahasan Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat Desa kepada DPRD
dalam Rapat Paripurna DPRD;
i.
DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Desa atau Desa Khusus dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan
Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat Desa;
j.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa Khusus yang telah
disetujui Bersama oleh DPRD dan Bupati ditetapkan menjadi Peraturan Daerah;
6
k.
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa Khusus
sebagaimana dimaksud huruf j, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh)
hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama;
l.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa Khusus sebagaimana
dimaksud huruf k, ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan
tersebut disetujui bersama;
m.
Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa atau Desa
Khusus yang telah ditetapkan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada huruf l, Sekretaris
Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut dalam Lembaran Daerah.
Bagian Keempat
Penentuan Ibukota Desa & Desa Khusus
Pasal 6
Penentuan ibukota desa dan desa khusus dituangkan dalam Peraturan Daerah mengenai
Pembentukan Desa yang bersangkutan.
Bagian Kelima
Pembagian Wilayah
Pasal 7
(1)
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan desa dibentuk dusun.
(2)
Dusun dibentuk dengan Peraturan Desa.
(3)
Pembentukan dusun sebagaimana dimaksud ayat (2), harus menyebutkan nama, luas
wilayah, jumlah peduduk dan batas dusun.
(4)
Syarat-syarat dan tata cara pembentukan dusun diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keenam
Hak dan Kewenangan Desa
Pasal 8
Hak dan Kewenangan Desa adalah sebagai berikut :
a. Hak :
1. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri; dan
2. menolak pelaksanaan tugas pembantuan yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana
dan prasarana.
b. Kewenangan :
1. kewenangan yang sudah ada berdasarkan asal-usul Desa;
2. kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum dilaksanakan
oleh daerah dan pemerintah; dan
3. tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan atau Pemerintah Kabupaten.
7
BAB III
PEMBENTUKAN KELURAHAN
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 9
(1)
Kelurahan
dibentuk
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
pelayanan
masyarakat,
melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
(2)
Pembentukan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Bagian Kedua
Syarat-syarat Pembentukan
Pasal 10
Pembentukan Kelurahan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a.
jumlah penduduk paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK;
b.
paling sedikit 3 (tiga) lingkungan;
c.
luas wilayah paling sedikit 5 km²;
d.
bagian wilayah kerja dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan
masyarakat;
e.
Kelurahan
dibentuk
di
kawasan
perkotaan
dan
atau
di
wilayah
Ibu
Kota
Kabupaten/Kecamatan.
f.
sarana dan prasarana pemerintah yaitu :
1. memiliki kantor pemerintahan;
2. memiliki sarana transportasi yang lancar;
3. sarana komunikasi yang memadai;
4. fasilitas umum yang memadai.
g.
jumlah penduduk / KK Kelurahan yang dimekarkan paling sedikit sama dengan jumlah
penduduk / KK Kelurahan hasil pemekaran ( Paling sedikit 2.000 Jiwa atau 400 KK )
h.
pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling
singkat 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan.
Bagian Ketiga
Pembagian Wilayah
Pasal 11
(1)
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan Kelurahan, dibentuk Lingkungan.
(2)
Lingkungan dibentuk dengan Keputusan Bupati.
(3)
Pembentukan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (2), harus menyebutkan nama, luas
wilayah, jumlah penduduk dan batas lingkungan.
(4)
Syarat-syarat dan tata cara pembentukan Lingkungan diatur dengah Peraturan Bupati.
8
BAB IV
PEMEKARAN KELURAHAN MENJADI DESA
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 12
Pemekaran Kelurahan menjadi
masyarakat,
melaksanakan
Desa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
fungsi
pemerintahan
sehingga
beberapa
lingkungan
dapat
meningkatkan kreatifitasnya.
Bagian Kedua
Syarat-syarat
Pasal 13
(1) Pemekaran Kelurahan menjadi Desa harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Jumlah penduduk paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 kk ;
b. Paling sedikit 3 (tiga) Lingkungan yang akan berubah status menjadi Dusun;
c. Luas wilayah yaitu dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan
masyarakat;
d. Sosial budaya yaitu dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan
bermasyarakat;
e. Potensi wilayah yaitu meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;
f.
Dibentuk di kawasan lingkungan yang wilayah kerjanya bercirikan pedesaan;
g. Setelah Kelurahan dimekarkan menjadi Desa, maka jumlah penduduk/KK Kelurahan yang
dimekarkan masih memenuhi syarat pembentukan Kelurahan.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pemekaran Kelurahan Menjadi Desa
Pasal 14
Tata cara pemekaran Kelurahan menjadi Desa adalah sebagai berikut :
a.
Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk Desa;
b.
Masyarakat mengajukan usul pembentukan kepada Bupati melalui Camat dengan
menyebutkan nama, luas wilayah, jumlah penduduk dn sarana/prasarana pemerintahan;
c.
Dengan memperhatikan dokumen usulan masyarakat, Bupati menugaskan Tim Kabupaten
besrama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Kelurahan termasuk wilayah
Kelurahan yang akan dibentuk menjadi Desa, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi
kepada Bupati;
d.
Dalam hal rekomendasi Tim Kabupaten menyatakan layak dan bersyarat dibentuk Desa,
Bupati menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa;
e.
Dalam hal rekomendasi Tim Kabupaten menyatakan tidak layak dibentuk Desa, Bupati
menyampaikan kepada masyarakat bahwa Kelurahan yang bersangkutan tidak layak
dimekarkan menjadi Desa;
f.
Bupati mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa kepada DPRD
dalam Rapat Paripurna DPRD;
9
g.
DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Desa;
h.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah disetujui bersama oleh
DPRD dan Bupati ditetapkan menjadi Peraturan Daerah;
i.
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sebagaimana
dimaksud huruf h, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung
sejak tanggal persetujuan bersama;
j.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sebagaimana dimaksud huruf i,
ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan tersebut disetujui
bersama;
k.
Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah
ditetapkan oleh Bupati sebagaimana dimaksud huruf j, Sekretaris Daerah mengundangkan
Peraturan Daerah tersebut dalam Lembaran Daerah.
BAB V
PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA
Pasal 15
(1)
Desa yang karena perkembangan tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, dapat dihapus atau digabung dengan Desa lain.
(2)
Penghapusan atau penggabungan Desa sebagaimana dimaksud ayat (1), terlebih dahulu
dimusyawarahkan oleh Pemerintah Desa dan BPD dengan masyarakat Desa masing-masing.
(3)
Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (2), ditetapkan dalam Keputusan Bersama
Kepala Desa yang bersangkutan.
(4)
Keputusan Bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (3) disampaikan kepada
Bupati melalui Camat.
(5)
Hasil Penggabungan atau Penghapusan Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
BAB VI
PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN
Pasal 16
(1)
Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat dihapus atau digabung.
(2)
Penghapusan dan penggabungan Kelurahan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan
pengkajian yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB VII
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
Pasal 17
(1)
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan berdasarkan prakarsa
Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat.
(2)
Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) disetujui paling sedikit 2/3 penduduk
desa yang mempunyai hak pilih.
10
(3)
Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi
syarat :
a. luas wilayah paling sedikit 5 Km²;
b. jumlah penduduk paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK;
c. prasarana dan sarana yang memadai bagi terselenggaranya Pemerintahan Kelurahan;
d. potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha, jasa dan produksi serta keanekaragaman
mata pencaharian;
e. kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status penduduk dan
perubahan nilai agraris ke jasa dan industri; dan
f. meningkatnya volume pelayanan.
Pasal 18
(1)
Desa yang berubah status menjadi Kelurahan, Lurah dan perangkatnya diisi oleh Pegawai
Negeri Sipil yang tersedia.
(2)
Kepala Desa dan Perangkat Desa serta anggota BPD dari Desa yang diubah statusnya
menjadi Kelurahan, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberi pesangon serta
penghargaan sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat.
(3)
Pesangon sebagaimana dimaksud ayat (2) diberikan sebanyak 3 (tiga) bulan gaji yang
dibebankan pada APBD.
Pasal 19
Tata cara pengajuan dan penetapan perubahan status Desa menjadi Kelurahan adalah sebagai
berikut :
a.
adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk merubah status Desa menjadi
Kelurahan;
b.
masyarakat mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada BPD dan
Kepala Desa;
c.
BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul masyarakat tentang
perubahan status Desa menjadi Kelurahan, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita
Acara hasil rapat BPD tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;
d.
Kepala Desa mengajukan usul perubahan status Desa menjadi Kelurahan kepada Bupati
melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD;
e.
dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati menugaskan Tim Kabupaten
bersama Tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan diubah statusnya
menjadi Kelurahan, yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati;
f.
dalam hal
rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak untuk merubah status Desa
menjadi Kelurahan, Bupati menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan
Status Desa menjadi Kelurahan;
g.
Bupati mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Status Desa Menjadi Kelurahan
kepada DPRD dalam Rapat Paripurna DPRD;
11
h.
DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan
Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat desa;
i.
Rancangan Peraturan Daerah Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah disetujui
oleh DPRD dan Bupati disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Daerah;
j.
penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa menjadi
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada huruf i, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama;
k.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan
sebagaimana dimaksud pada huruf j, ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak Rancangan tersebut disetujui bersama; dan
l.
dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Status Desa menjadi
Kelurahan yang ditetapkan oleh Bupati sebagaimana dimaksud pada huruf k, Sekretaris
Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut dalam Lembaran Daerah.
Pasal 20
(1)
Berubahnya status Desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumber-sumber
pendapatan Desa menjadi kekayaan daerah.
(2)
Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dikelola oleh
Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa atau
Kelurahan, Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan dan Pemekaran Kelurahan menjadi
Desa dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui pemberian
pedoman umum, bimbingan, arahan dan supervisi.
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 22
Pembiayaan Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa atau Kelurahan, Perubahan Status
Desa menjadi Kelurahan dan Pemekaran Kelurahan menjadi Desa dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
12
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Selayar Nomor 3
Tahun 2000
tentang Ketentuan Pembentukan Desa dan Kelurahan dan Peraturan Daerah
Kabupaten Selayar Nomor 7 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Selayar Nomor 3 Tahun 2000 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Selayar.
Ditetapkan di Benteng
pada tanggal 30 Mei 2008
BUPATI SELAYAR,
H. SYAHRIR WAHAB
Diundangkan di Benteng
pada tanggal 2 Juni 2008
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SELAYAR,
H. ZUBAIR SUYUTHI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR TAHUN 2008 NOMOR 05
13
Download