BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat serta menjadi bahan baku makanan dan pakan ternak. Ubi kayu segar juga merupakan hasil pertanian yang mudah rusak atau tidak tahan simpan karena tingginya kandungan air serta mengandung asam sianida (HCN) (Adamafio et al., 2010). Ubi kayu mengandung glikosida sianogenik berupa linamarin 93% dan lotaustralin 7% (Heyne, 1987) yang dapat dihidrolisis menjadi HCN oleh enzim endogen yaitu linamarase ketika jaringan tanaman rusak selama pemanenan, pengolahan atau proses mekanis lainnya (Sasria, 2010). Asam ini dapat menghambat penyerapan oksigen pada sistem pernafasan, hilang kesadaran, bahkan kematian. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat ubi kayu aman dikonsumsi. Upaya tersebut umumnya bertujuan untuk mengurangi kadar dari HCN, modifikasi pati serta memperpanjang daya simpan dari ubi kayu tersebut (Adegunwa et al., 2011). Salah satunya adalah melalui proses fermentasi. Penelitian sebelumnya menggunakan proses fermentasi dapat meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar HCN dari produk ubi kayu (Akindahunsi et al., 1999). Fermentasi dapat membawa perubahan sifat fisikokimia dan sifat fungsional umbi-umbian (Tanya et al., 2006). Menurut Achi dan Akomas (2006) proses fermentasi ubi kayu melibatkan mikrobia spesifik yaitu bakteri asam laktat (BAL), bakteri selulolitik dan khamir amilolitik. Di Indonesia khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, telah dikenal berbagai macam produk olahan dari ubi kayu seperti growol, tape, tiwul, dan gatot yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu dengan fermentasi alami tanpa penambahan mikrobia. Uji mikrobiologis yang pernah dilakukan pada growol menunjukkan bahwa BAL yang tumbuh adalah jenis Lactobacillus yang bersifat homofermentatif. Menurut Rahayu et al. (2000) di dalam gatot dan growol (fermented raw cassava) terdapat strain BAL yang termasuk dalam genus Lactobacillus. Selama ini yang banyak diperoleh adalah anggota spesies L. plantarum, L. pentosus, Pediococcus pentosus dan Streptococcus thermophilus. Mocav merupakan salah satu produk yang mulai banyak dikembangkan karena dianggap sifat fisiknya mendekati sifat terigu sehingga potensial untuk digunakan sebagai pengganti terigu. Khamir dan BAL amilolitik diketahui dapat meningkatkan kualitas mocav. Diperolehnya manfaat dari penggunaan mikrobia untuk peningkatan kualitas gizi ubi kayu serta penurunan kadar HCN, perlu dilakukannya isolasi mikrobia dengan aktivitas amilolitik dan kemampuan mikrobia tersebut dalam menurunkan kadar HCN dari ubi kayu sehingga diperoleh produk yang layak dikonsumsi dan tidak mempengaruhi kesehatan masyarakat. B. Permasalahan Ilmiah Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan beberapa permasalahan ilmiah terkait screening aktivitas amilolitik isolat khamir dan bakteri asam laktat pada ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) terfermentasi sebagai upaya penurunan kadar asam sianida (HCN) sebagai berikut : 1. Apakah pada bahan olahan ubi kayu terfermentasi terdapat isolat khamir dan bakteri asam laktat yang memiliki aktivitas amilolitik ? 2. Isolat manakah yang memiliki aktivitas amilolitik tertinggi? 3. Bagaimana potensi isolat khamir dan bakteri asam laktat tersebut dalam menurunkan kadar asam sianida (HCN) pada produk mocav melalui proses fermentasi? 4. Bagaimanakah status taksonomis dari isolat khamir dan BAL terpilih tersebut? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat khamir dan BAL yang memiliki aktivitas amilolitik dari bahan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) terfermentasi potensial meurunkan kadar HCN melalui proses fermentasi serta mengetahui status taksonomis dari isolat khamir dan BAL terpilih. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh starter berupa isolat khamir dan BAL yang memiliki aktivitas amilolitik tertinggi dari olahan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) terfermentasi dan mampu menurunkan kadar HCN sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki proses fermentasi mocav yang terkontrol sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.