BAB III METODOLOGI PENELITIAN

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka jenis metode
penelitian kualitatif dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian
kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif (Dr. Basrowi &
Dr.Suwandi, 2008:1). Dasar alasan perlunya melakukan penelitian kualitatif yaitu: 1)
sifat masalah itu sendiri yang mengharuskan menggunakan penelitian kualitatif, 2)
bertujuan untuk memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang kadang
kala sulit diketahui atau dipahami. Metode kualitatif juga dapat digunakan untuk
mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar dan cerita mengenai
segala sesuatu yang sebagian besar sudah dan dapat diketahui. Metode kualitatif juga
diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara terperinci tentang fenomena
yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi,
2008:8).
Menurut Sugiyono (2005) objek dalam penelitian kualitatif adalah objek
alamiah atau natural setting, sehingga penelitian kualitatif sering disebut sebagai
metode naturalistik. Objek yang alamiah adalah objek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek,
setelah berada di objek, dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah (Dr.
Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:44).
Jenis penelitian kualitatif secara umum yang banyak digunakan oleh
mahasiswa maupun oleh para praktisi antara lain sebagai berikut: (Prof. Dr. Emzir,
2012:18-26)
51
52
1. Penelitian Etnografi
Menurut LeCompte dan Schensul (1999) etnografi adalah sebuah metode
penelitian
yang
bermanfaat
dalam
menemukan
pengetahuan
yang
tersembunyi dalam suatu budaya atau komunitas. Tujuan dari penelitian
etnografi adalah untuk mengetahui esensi dari suatu budaya dan kompleksitas
uniknya untuk melukiskan sebuah gambaran tentang kelompok, interaksi dan
setingnya.
2. Penelitian Studi Kasus
Merupakan suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,
menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Dalam studi kasus, kita
dapat menggunakan berbagai teknik termasuk wawancara, observasi, dan
kadang-kadang pemeriksaan dokumen dan artefak dalam pengumpulan data.
Pemilihan
partisipan
harus
didasarkan
pada
kemampuan
mereka
menyumbang suatu pemahaman tentang fenomena yang akan diteliti.
3. Penelitian Fenomenologis
Penelitian fenomenologis melihat secara dekat interpretasi individual tentang
pengalaman-pengalamannya. Peneliti fenomenologis berusaha memahami
makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan, serta menghargai
bahwa
pengalaman
bervariasi
dan
kompleks,
mereka
biasanya
mengumpulkan sejumlah data melampaui waktu dari partisipan mereka.
Peneliti fenomenologis lebih memfokuskan pada esensi dari pengalaman
manusia dan lebih bertumpu pada wawancara sebagai cara yang paling tidak
bias untuk memahami apa makna pengalaman bagi partisipan.
53
4.
Penelitian Grounded Theory
Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif dan mengumpulkan data
menggunakan berbagai teknik lewat periode waktu yang lama. Data yang telah
dikumpulkan secara terus-menerus direview untuk membangun sebuah teori
yang didasarkan (grounded) pada data.
5. Penelitian Biografi / Naratif
Studi biografis adalah studi tentang seorang individual dan pengalamannya
sebagaimana dikatakan kepada peneliti atau ditemukan dalam dokumen-dokumen
dan materiil arsip.
Perbedaan kelima jenis penelitian kualitatif di atas dapat digambarkan
sebagai berikut: (Prof. Dr. Emzir, 2012:30)
Gambar 3.1 Tradisi yang Berbeda oleh Fokus (Cresswell, 1998)
54
Berdasarkan jenis penelitian kualitatif yang telah disebutkan diatas, maka
peneliti memilih untuk menggunakan metode yang bersifat deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif adalah melakukan penelitian terhadap bentuk strategi
komunikasi dalam praktik. Pengambilan data dapat dilakukan melalui studi pustaka
yang berkaitan dengan jagad kehumasan atau wawancara dengan narasumber yang
dianggap piawai dalam bidang ini, kemudian disajikan dalam bentuk diskusi guna
membandingkan dengan apa yang telah dihasilkan kegiatan studi di berbagai buku
komunikasi tersebut agar dapat disusun menjadi sebuah hasil penelitian untuk
memperoleh materi lengkap yang sistematis dan andal (Komunikasi, 2011).
3.2
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dapat diperoleh dari sumber primer atau sekunder. Data primer
mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang
berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Beberapa contoh sumber
data primer adalah responden individu, kelompok fokus, dan panel yang secara
khusus ditentukan oleh peneliti dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan
tertentu dari waktu ke waktu, atau sumber umum seperti majalah atau buku tua. Data
sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi
pemerintah, analisis industri oleh media, situs web, internet, dan seterusnya (Sekaran,
2006:60-61).
Teknik pengumpulan data merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan guna
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Observasi,
wawancara, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman, gambar, dan percakapan
informal semua merupakan sumber data kualitatif (Prof. Dr. Emzir, 2012:37).
55
Maksud dari pengumpulan data agar peneliti mendapatkan data-data dari berbagai
sumber yang dapat digunakan dalam analisis penelitian. Pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3.2.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan
merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian. Semua
yang dilihat dan didengar asalkan sesuai dengan tema penelitian, semuanya dicatat
dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka. Dari
pengertian itu dapat dipahami bahwa observasi merupakan salah satu metode
pengumpulan data dimana peneliti melihat mengamati secara visual sehingga
validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer (Dr. Basrowi &
Dr.Suwandi, 2008:93-94).
Guba dan Lincoln (1981) menyatakan melalui observasi manfaat yang dapat
diperoleh peneliti yaitu: 1) observasi mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya; 2)
observasi memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat
oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap fenomena dari segi
pandangan dan anutan para subjek pada waktu itu; 3) observasi memungkinkan
peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga
memungkinkan pula sebagai peneliti menjadi sumber data; 4) observasi
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari
pihaknya maupun dari pihak subjek (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:96).
56
Saat melakukan observasi, peneliti dapat melakukan salah satu dari dua peran
ketika mengumpulkan data observasional lapangan yaitu sebagai pengamat nonpartisipan atau pengamat partisipan (Sekaran, 2006:103).
1. Pengamat Non-Partisipan (Nonparticipant-Observer)
Dalam peran non-partisipan, peneliti mungkin mengumpulkan data yang
diperlukan dalam kapasitas tersebut tanpa menjadi bagian integral dari sistem
organisasi. Misalnya, peneliti bisa duduk di sudut sebuah kantor, mengamati, dan
mencatat bagaimana manajer menghabiskan waktunya. Observasi terhadap
semua kegiatan manajer, selama periode beberapa hari, akan memungkinkan
peneliti untuk membuat sejumlah generalisasi tentang bagaimana para manager
biasanya menghabiskan waktu mereka. Hal ini mensyaratkan peneliti harus
secara fisik hadir di tempat kerja untuk periode waktu panjang dan membuat
studi observasional memakan waktu.
2. Pengamat Partisipan (Participant-Observer)
Dalam peran partisipan, peneliti memasuki organisasi atau lingkungan penelitian,
dan menjadi bagian tim kerja. Misalnya peneliti bergabung dengan organisasi
sebagai seorang karyawan dan mengobservasi dinamika dalam kelompok sambil
menjadi bagian dari organisasi kerja dan kelompok kerja.
Dalam penelitian ini, peneliti menjadi pengamat partisipan di MNC Fashion
selama tiga bulan dimulai sejak periode 18 Februari hingga 18 Mei 2013 dengan
menjadi bagian dari tim kerja (intern) yang terlibat dalam proses produksi berbagai
kegiatan yang ada di MNC Fashion.
Berikut ini kekuatan dan kelemahan dari studi observasional yang dijelaskan
dalam tabel: (Sekaran, 2006:105)
57
Kekuatan
Kelemahan
Data yang diperoleh apa adanya, dan
pada umumnya lebih dapat dipercaya
dan bebas dari bias responden
Pengamat harus hadir secara fisik untuk
periode waktu yang panjang
Lebih mudah untuk mencatat akibat dari
pengaruh lingkungan pada hasil spesifik
Waktunya lama, membosankan, dan
mahal
Lebih mudah untuk mengobservasi
kelompok individu tertentu
Proses pemikiran kognitif individu tidak
dapat ditangkap
Tabel 3.1 Kekuatan dan Kelemahan Observasi
3.2.2 Wawancara
Metode berikutnya dalam pengumpulan data kualitatif adalah wawancara
yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti. Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) sebagai pengaju / pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu (Dr. Basrowi &
Dr.Suwandi, 2008:127).
Bentuk dari wawancara bisa terstruktur atau tidak terstruktur, berikut ini
dijelaskan mengenai perbedaan keduanya: (Sekaran, 2006:68-70)
1. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interviews)
Disebut wawancara tidak terstruktur karena pewawancara tidak memasuki situasi
wawancara dengan urutan pertanyaan yang terencana untuk ditanyakan kepada
responden. Tujuan wawancara ini adalah membawa beberapa isu pendahuluan ke
permukaan supaya peneliti dapat menentukan variabel yang memerlukan
investigasi mendalam lebih lanjut. Pada wawancara tidak terstruktur, responden
biasanya terdiri atas mereka yang dipilih saja karena sifat-sifatnya yang khas.
58
Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka
yang lebih mengetahui informasi yang diperlukan.
2. Wawancara Terstruktur (Structured Interviews)
Merupakan wawancara yang diadakan ketika diketahui pada permulaan
informasi apa yang diperlukan. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan
yang direncanakan untuk ditanyakan kepada responden. Pertanyaan yang
sama akan diajukan kepada semua responden. Tetapi berdasarkan urgensi
situasi, peneliti yang berpengalaman dapat mengutip jawaban responden dan
mengajukan pertanyaan relevan lain.
Ketika melakukan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
wawancara, peneliti menggunakan bentuk wawancara terstruktur dengan
menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada informaninforman yang akan diwawancara. Secara garis besar daftar pertanyaan yang
akan diajukan kepada informan adalah sama, namun ada beberapa pertanyaan
yang berbeda terkait jabatan informan itu sendiri.
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) atau
melalui
telepon
(telephone
interview).
Ketika
merencanakan
untuk
melakukan sebuah wawancara sangat bergantung kepada tingkat kesulitan
persoalan yang dihadapi, durasi wawancara, kenyamanan kedua pihak, dan
wilayah geografis yang diliput oleh survei. Pada wawancara tatap muka,
peneliti dapat memastikan secara langsung tepat atau tidaknya respons yang
dipahami oleh responden serta mudah untuk melakukan klarifikasi.
Sedangkan wawancara telepon paling tepat dilakukan untuk wawancara yang
letak geografisnya luas dan harus diperoleh dengan segera, dan dengan
wawancara telepon informasi dapat diperoleh dalam periode waktu yang
59
relatif singkat dari dalam negri maupun secara internasional (Sekaran, 2006:77-78).
Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara mendalam
(indepth-interview) yakni teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan
dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lebih lama (Bungin, 2008:108). Peneliti
mewawancarai secara mendalam pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi
program How To Be diantaranya tim kreatif, produser, production assistant, dan
wardrobe planner untuk mendapatkan informasi yang lebih detil terkait proses
pembuatan program How To Be itu sendiri.
3.2.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga
akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Dalam
penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan
sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara mendalam (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:158).
3.3
Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi
60
tersebut dan memungkinkannya untuk disajikan apa yang sudah ditemukan kepada
orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan
pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian
pola-pola, dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari, dan
pembuatan keputusan apa yang akan peneliti katakan kepada orang lain (Prof. Dr.
Emzir, 2012:85).
Menurut Strauss dan Corbin (1990:58) analisis data kualitatif, khususnya
dalam penelitian Grounded Theory terdiri atas tiga jenis pengkodean (coding) utama
yaitu: 1) pengkodean terbuka (open coding); 2) pengkodean berporos (axial coding),
dan 3) pengkodean selektif (selective coding) (Prof. Dr. Emzir, 2012:137).
Unit satuan data yang digunakan oleh peneliti adalah hasil wawancara secara
mendalam terhadap pihak-pihak yang di wawancarai dalam tim produksi program
How To Be di MNC Fashion. Unit data ini kemudian dikelompokkan, dan kemudian
hasilnya diteliti lebih jauh oleh peneliti guna mengetahui peranan tim kreatif dalam
pembuatan program How To Be.
3.4
Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dapat dilakukan dengan menggunakan interogasi data.
Menurut Schatzman dan Strauss (1973:120) analisis tidak dapat menceritakan apa
yang harus diungkapkannya, jalan terbaik ialah mengadakan interogasi data yang
berarti mengajukan seperangkat pertanyaan pada data agar terungkap berbagai
persoalan dari data itu sendiri. Kedua penulis menyarankan untuk menggunakan dua
macam cara pengajuan pertanyaan yang saling membantu, yakni cara substantif dan
cara logis.
61
Cara substantif menggunakan konsep kosakata dari disiplin ilmu yang terkait,
sedangkan cara logis menggunakan cara eksperimental, komparasi, historis, berpikir
analogis, dan proses bekerja. Cara ini dapat membantu analisis dalam menghasilkan
ide yang mengkaitkan antara satu data dengan data yang lainnya dalam satu
konfigurasi (Dr. Basrowi & Dr.Suwandi, 2008:202-203).
Download