Templat tugas akhir S1

advertisement
POLA MULTIDRUG RESISTANCE ISOLAT LAPANG
Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIKA
ANDI AULIA ARIESTY
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Mutidrug
Resistance Isolat Lapang Escherichia coli terhadap Antibiotika adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Andi Aulia Ariesty
NIM B04110066
ABSTRAK
ANDI AULIA ARIESTY. Pola Multidrug Resistance Isolat Lapang Escherichia
coli terhadap Antibiotika. Dibimbing oleh I WAYAN TEGUH WIBAWAN.
Sifat resistensi E. coli menjadi sangat menarik untuk diteliti, terutama
bakteri yang bersifat patogen. Beberapa penelitian mengenai peningkatan pola
resistensi antibiotika terhadap E. coli telah banyak dilakukan sehingga perlu
dilakukan pertimbangan terhadap jenis-jenis antibiotika yang masih sensitif dalam
penanganan infeksi E. coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas
dan pola multidrug resistance isolat lapang Escherichia coli terhadap antibiotika
eritromisin, cefepime, oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin. Isolat yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari 30 isolat lapang E. coli dan 1 isolat O157:H7
sebagai kontrol positif yang merupakan koleksi dari laboratorium mikrobiologi
FKH IPB. Uji sensitivitas dilakukan dengan menggunakan metode difusi kertas
cakram antibiotika pada media MHA. Seluruh isolat lapang E. coli menunjukkan
sifat resisten sebesar 100% terhadap antibiotika eritromisin dan oxacillin. Di sisi
lain isolat yang diuji memperlihatkan sensitivitas 100% terhadap cefepime, 80%
terhadap tetrasiklin, dan 56.7% terhadap azitromisin. Pola multidrug resistance
semua isolat ditunjukkan sedikitnya terhadap tiga jenis antibiotika.
Kata kunci: E. coli, multidrug resistance, resistensi antibiotika, sensitivitas
antibiotika
ABSTRACT
ANDI AULIA ARIESTY. Antibiotics Multidrug Resistance Pattern on
Escherichia coli from Field Isolates. Supervised by I WAYAN TEGUH
WIBAWAN.
The resistance properties of Escherichia coli are very interesting to be
studied, especially on the pathogenic one. Many studies about the increase of
antibiotic resistance in E. coli have been conducted. However there is a need to
determine antibiotic which sensitive in E. coli treatment. This study has an
objective to know the sensitivity and multidrug resistance pattern of E. coli from
field isolates to erythromycin, cefepime, oxacillin, azithromycin, and tetracycline
antibiotics. We used 30 field isolates and one O157:H7 isolate as positive control
from microbiology laboratory of FKH IPB. The sensitivity test is conducted with
antibiotic paper disk diffusion method on MHA media. All of the isolates showed
100% resistance to erythromycin and oxacillin. On the other hand, the isolates
showed 100% sensitive to cefepime, 80% to tetracycline, and 56.7% to
azithromycin. Multidrug resistance to at least three drugs for all isolates was
found.
Keywords: Antibiotic resistance, antibiotic sensitivity, E. coli, mutidrug resistance
POLA MULTIDRUG RESISTANCE ISOLAT LAPANG
Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIKA
ANDI AULIA ARIESTY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi: Pola Multidrug Resistance Isolat Lapang Eschericia coli terhaaap
Antibiotika
Nama
: Andi Aulia Ariesty
NIM
: 804110066
Disetujui oleh
I
Prof Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan, MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
'.2 1 SEP 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini adalah
sensitivitas antibiotika dan pola resistensi, dengan judul Pola Multidrug
Resistance Isolat Lapang Escherichia coli terhadap Antibiotika.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Drh I Wayan Teguh
Wibawan, MS selaku pembimbing serta Drh Siti Gusti Ningrum dan Drh Wyanda
Arnafia yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Agus Sumantri selaku Pengurus Laboratorium
Bakteriologi Bagian Mikrobiologi FKH yang telah berkontribusi banyak dalam
membantu mempersiapkan segala kebutuhan penulis dalam pelaksanaan
penelitiannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak,
adik serta keluarga Ganglion FKH 48 atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
Andi Aulia Ariesty
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis
1
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Klasifikasi dan Karakteristik Escherichia coli
Mekanisme Resistensi Antibiotika
Eritromisin
Cefepime
Oxacillin
Azitromisin
Tetrasiklin
Uji Kepekaan Antimikroba
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Pengujian
Isolat
Persiapan Uji dan Pengujian Isolat
Persiapan Media Agar
Persiapan Kultur
Cara Pengujian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
2
3
4
4
4
4
5
5
6
6
6
6
6
6
7
7
7
8
8
11
11
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Kategori sensitivitas Escherichia coli terhadap antibiotika
Hasil uji sensitivitas seluruh isolat Escherichia coli
Uji sensitivitas isolat E. coli O157:H7
Pola multidrug resistance pada isolat Escherichia coli
8
9
9
10
DAFTAR GAMBAR
1
2
Hasil subkultur isolat E. coli pada media EMB
Hasil uji sensitivitas isolat E. coli pada media Mueller-Hinton
8
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli
2 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli (lanjutan 1)
3 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli (lanjutan 2)
15
16
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi Escherichia coli patogen saat ini banyak ditemukan di lapangan dan
menjadi perhatian peneliti di bidang kesehatan hewan dan manusia karena infeksi
tersebut bersifat zoonosis. Salah satu serotipe patogen pada manusia yang saat ini
banyak diteliti adalah E. coli O157:H7 yang menyebabkan hemorrhagic colitis
(HS) yang ditandai dengan kram perut serta diare berdarah dan hemolytic uremic
syndrome (HUS) yaitu infeksi saluran kemih (Bibbal et al. 2014). Sebagai bakteri
yang dapat bersifat patogen, sifat resistensi E. coli menjadi sangat menarik untuk
diteliti, mengingat adanya sifat resistensi pada hewan dapat menularkan sifat
resistensinya ke manusia pada saat terjadinya perpindahan agen ini dari hewan ke
manusia. Selain itu, tindakan pengobatan pada hewan atau ternak yang sakit
akibat infeksi ini juga menjadi tidak efektif.
Sejumlah penelitian terkait pola resistensi dari E. coli ini telah dilakukan
oleh para peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Suardana et al. (2011)
menggunakan serotipe E. coli O157:H7 isolat lokal, membuktikan bahwa strain
lokal E. coli O157:H7 hasil isolasi feses sapi menunjukkan 40% resisten terhadap
antibiotika amoksisilin. Hasil penelitian lainnya dari Suardana et al. (2014) dari 7
isolat E. coli O157:H7 hasil isolasi 82 sampel feses ayam serta satu isolat kontrol
menunjukan 85.7% isolat bersifat resisten terhadap antibiotika metisilin, 71.4%
resisten terhadap antibiotika penisilin G, serta 42.9% resisten terhadap antibiotika
doksisiklin hidroklorida dan streptomisin. Hasil kajian juga menemukan 42.9%
isolat bersifat resisten terhadap 2 jenis antibiotika, 14.3% resisten terhadap 3 jenis
antibiotika, 14.3% resisten terhadap 4 jenis antibiotika dan 14.3% resisten
terhadap 5 jenis antibiotika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan telah terjadi
peningkatan pola resistensi dan bersifat multidrug resistance dari agen E. coli
O157:H7 sehingga perlu dilakukan pertimbangan terhadap jenis-jenis antibiotika
yang masih sensitif dalam penanganan infeksi E. coli.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas isolat lapang E.
coli terhadap antibiotika eritromisin, cefepime, oxacillin, azitromisin, dan
tetrasiklin serta pola multidrug resistance dari agen tersebut.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data isolat lapang E.
coli yang telah resisten dan yang masih sensitif terhadap antibiotika eritromisin,
cefepime, oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin.
2
Hipotesis
E. coli yang diperoleh dari isolat lapang sensitif terhadap antibiotika
eritromisin, cefepime, oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Karakteristik Escherichia coli
Bakteri E. coli merupakan bakteri yang memiliki habitat alami dalam
saluran penceraan manusia maupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh
Theodor Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885. Bakteri ini
berbentuk batang, berukuran 0.4-0.7 x 1.0-3.0 µm, termasuk dalam bakteri Gram
negatif, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil, tidak
membentuk spora, serta fakultatif anaerob. Klasifikasi E. coli menurut Songer dan
Post (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari sitoplasma yang
mengandung nukleoprotein. Membran sel tersebut ditutupi oleh dinding sel
berlapis kapsul. Flagela dan pili E. coli menjulur dari permukaan sel. Tiga struktur
antigen utama permukaan yang digunakan untuk membedakan serotipe golongan
E. coli adalah dinding sel, kapsul, dan flagela. Dinding sel E. coli berupa
lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan menghasilkan endotoksin serta
diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul E. coli berupa polisakarida yang dapat
melindungi membran luar dari fagositik dan sistem komplemen, diklasifikasikan
sebagai antigen K. Flagela E. coli terdiri dai protein yang bersifat antigenik dan
dikenal sebagai antigen H. Sejauh ini telah ditemukan sebanyak 170 tipe antigen
O, 100 tipe antigen K, dan 75 tipe antigen H. Faktor virulensi E. coli juga
disebabkan oleh enterotoksin, heolisin, siderofor, dan molekul pengikat besi
(aerobaktin dan enterobaktin) (Sharma 2012).
E. coli dapat membentuk koloid pada saluran pencernaan manusia maupun
hewan dalam beberapa jam setelah kelahiran. Faktor predisposisi pembentukan
koloid ini adalah mikroflora dalam tubuh masih sedikit, rendahnya kekebalan
tubuh, stres, pakan, dan infeksi agen patogen lain. Kebanyakan E. coli memiliki
virulensi yang rendah dan bersifat oportunis (Songer dan Post 2005).Berdasarkan
perbedaan serotipe dan virulensi, strain E. coli patogen ynag menyebabkan
penyakit pada saluran pencernaan dibedakan menjadi tujuh golongan, yaitu
enterotoksigenik (ETEC), enteroinvasif (EIEC), enteropatogenik (EPEC),
enterohemoragik (EHEC), enteroagregatif (EAEC), diffusion adheren (DAEC),
dan uropatogenik (UPEC) (Kaper et al. 2004).
3
Mekanisme Resistensi Antibiotika
Penggunaan antibiotika dalam dunia peternakan telah banyak dilakukan
sebagai tambahan pada pakan hewan terutama sapi, babi, serta unggas tidak hanya
sebagai pengobatan terhadap penyakit, tetapi juga digunakan sebagai pencegahan
dan pemacu pertumbuhan (Susanto 2014). Antibiotika adalah senyawa kimia yang
dihasilkan secara alami oleh cendawan maupun diproduksi secara sintetis yang
bertujuan untuk menghambat atau membunuh bakteri (Susanto 2014).
Menurut Ebrahim (2010) mekanisme kerja antibiotika terjadi melalui
beberapa cara yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri, mengganggu
keutuhan membran sel mikroba, menghambat sintesa protein, menghambat
sintesis asam nukleat, dan menghambat metabolisme sel bakteri. Antibiotikayang
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk di dalamnya
adalah golongan antibotika β-laktam, basitrasin, dan glikopeptida. Antibiotika
yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yang termasuk di dalamnya
adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antibakteri kemoterapetik.
Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang
termasuk di dalamnya adalah golongan aminoglikosida kloramfenikol, makrolida,
linkosamid, tetrasiklin, glisisiklin, oksazolidinon, streptogramin, dan
pleuromutilin. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis asam
nukleat, yang termasuk di dalamnya adalah nitromidazol, nitrofuran, rifampin,
fluoroquinolon. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat metabolisme sel
bakteri, yang termasuk di dalamnya adalah sulfonamid, trimetoprim, asam paminosalisilat, dan sulfon (Ebrahim 2010).
Resistensi antibiotika adalah ketidakmampuan antibiotika melakukan
fungsinya terhadap bakteri. Mekanisme terjadinya resistensi antibiotika terhadap
bakteri terjadi menjadi dua aspek, yaitu aspek biokimia dan aspek genetik. Aspek
biokimia adalah inaktivasi antibiotika, modifikasi target, efflux pumps, dan
merubah permeabilitas dari membran luar bakteri. Aspek genetik resistensi adalah
dengan mutasi dan transfer material genetik secara horisontal (Guilfole 2007;
Dzidic et al. 2008).
Inaktivasi antibiotika dilakukan oleh bakteri dengan memproduksi enzim
yang akan memecah struktur kimia dari antibiotika sehingga antibiotika tidak
dapat berfungsi, terjadi resistensi. Salah satunya adalah enzim β-laktamase yang
diproduksi oleh bakteri golongan Enterobacteriaceae (Guifole 2007). Resistensi
juga terjadi melalui kemampuan bakteri untuk memodifikasi target antibiotika
dengan adanya mutasi gen yang menjadi tempat perlekatan antibiotika ke
targetnya. Penisilin bekerja dengan cara berikatan dengan protein yang akan
membentuk dinding sel, bakteri akan melakukan mutasi pada protein tersebut
sehingga antibiotika tidak dapat menempel dan tidak akan berfungsi. Kemampuan
bakteri yang lain adalah dengan melakukan pengeluaran antibiotika yang masuk
ke dalam sel dengan mekanisme efflux pumps. Mekanisme ini terjadi karena
adanya energi yang mengeluarkan antibiotika lebih cepat daripada ketika
antibiotika tersebut masuk ke dalam sel (Guilfole 2007).
Menurut Guilfole (2007) tranfer gen resisten dari bakteri yang telah resisten
ke bakteri yang masih peka dapat melalui tiga mekanisme yaitu transformasi,
konjugasi, dan transduksi. Terjadinya transformasi karena adanya kemampuan
bakteri yang dapat menyerap DNA, jika DNA tersebut mengandung gen resisten
4
akan terjadi kolaborasi gen sehingga terjadi resistensi. Konjugasi terjadi jika
bakteri mempunyai kesamaan sex yang menyebabkan terjadinya perpindahan
plasmid bakteri resisten ke bakteri yang peka. Elemen genetik lain selain plasmid
yaitu transposom mempunyai kemampuan melompat dari satu kromosom ke
kromosom lain dan juga bisa ke strain bakteri lainnya. Transduksi adalah metode
perpindahan DNA dengan bantuan bakteriofag. Kemampuan bakteriofag adalah
dengan menghancurkan sel bakteri atau virus yang akan membawa gen resisten
untuk dipindahkan ke bakteri lainnya.
Eritromisin
Eritromisin merupakan antibiotika golongan makrolida yang bekerja dengan
berikatan pada ribosom subunit 50 S sehingga menghambat sintesis protein
bakteri. Antibiotika golongan makrolida efektif digunakan terhadap infeksi bakteri
Gram positif baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik (Gaynor dan
Alexander 2003). Selain itu, efektif juga terhadap bakteri Gram negatif seperti
Neisseria, Haemophilus influenzae, Bordotella pertussis, Brucella, Rickettsia,
Treponema dan Mycoplasma pneumoniae (Plumb 2008). Resistensi silang dapat
terjadi pada berbagai antibiotika golongan makrolida. Antibiotika ini dapat
bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis bakteri dan konsentrasi
antibiotika dalam darah (Kanoh dan Bruce 2010). Beberapa penelitian
menunjukkan resistensi E. coli terhadap antibiotika eritromisin cukup tinggi
sebesar 80% (Nguyen et al. 2011; Erfianto 2014).
Cefepime
Cefepime merupakan antibiotika golongan sefalosporin generasi keempat,
yang bekerja sama halnya dengan golongan sefalosporin lain dengan menghambat
sintesis dinding sel bakteri. Antibiotika ini memiliki spektrum yang lebih luas
dibanding generasi ketiga dan lebih stabil terhadap bakteri penghasil β-laktamase.
Cefepime efektif terhadap aktivitas bakteri Gram positif seperti beberapa strain
Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp.. Selain itu efektif juga terhadap
bakteri Gram negatif yang setara dengan sefalosporin generasi ketiga yang
memiliki aktivitas cukup baik terhadap infeksi Enterobacteriaceae seperti
Enterobacter spp., Escherichia coli, Proteus spp., dan Klebsiella (Plumb 2008).
Oxacillin
Oxacillin termasuk dalam antibiotika penisilin (penicillinase-resistant
penicillin) golongan β-laktam yang efektif terhadap bakteri Gram positif seperti
Staphylococcus spp. dan Streptococcus spp.. Oxacillin bekerja dengan
menghalangi sintesis dinding sel bakteri dengan cara mengikat protein pengikat
penisilin. Antibiotika ini digunakan untuk infeksi bakteri Gram positif yang telah
membentuk kekebalan terhadap antibiotika golongan β-laktam (Plumb 2008).
Azitromisin
Sama halnya dengan eritromisin, azitromisin juga merupakan antibiotika
golongan makrolida yang bekerja pada ribosom subunit 50 S bakteri. Antibiotika
5
ini memiliki spektrum yang luas, efektif terhadap bakteri Gram positif maupun
bakteri Gram negatif. Azitromisin memiliki aktifitas absorbsi yang lebih baik di
dalam tubuh dibandingkan eritromisin (Plumb 2008).
Tetrasiklin
Antibiotika golongan tetrasiklin bekerja dengan menghambat sintesis
protein bakteri dengan mengikat unit ribosom 30S sehingga t-RNA tidak
menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil
RNA. Proses masuknya tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri dengan difusi pasif
melalui kanal hidrofilik dan transpor aktif yang nantinya akan menghambat proses
sintesis protein bakteri (Chopra dan Marilyn 2001). Golongan tetrasiklin memiliki
spektrum yang luas yang efektif bekerja pada bakteri Gram positif aerobik
maupun non aerobik, begitu juga dengan bakteri Gram negatif, Mycoplasma,
Rickettsia, Clamydia, dan beberapa protozoa. Strain bakteri yang resisten terhadap
antibiotika ini antara lain Pseudomonas aeruginosa, Proteus, Serratia, Klebsiella,
Arcanobacterium, dan beberapa strain E. coli patogen (Plumb 2008).Strain E. coli
yang telah diteliti dan resisten terhadap tetrasiklin antara lain E. coli O157:H7 dan
E. coli K-12 (George dan Levi 1983; Schroeder 2002).
Uji Kepekaan Antimikroba
Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain: metode dilusi, metode difusi, dan E-test. Metode
dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu dilusi perbenihan cair dan dilusi
agar. Metode ini bertujuan untuk menentukan aktifitas antimikroba secara
kuantitatif, antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau kaldu yang
selanjutnya ditanami bakteri yang akan diuji. Setelah diinkubasi selama 24 jam,
dapat dilihat konsentrasi terendah bakteri yang menghambat pertumbuhan atau
disebut dengan MIC (minimum inhibition concentration) (Tenover 2006; OIE
2012).
Metode difusi merupakan metode pengujian yang paling sering digunakan
karena mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Metode ini
menggunakan cakram kertas yang telah dibubuhkan sejumlah tertentu
antimikroba. Kertas cakram ini kemudian ditempatkan pada media yang telah
ditanami bakteri yang akan diuji. Konsentrasi antimikroba ditentukan oleh difusi
dari kertas cakram dan adanya zona hambat bening karena pertumbuhan bakteri
yang dihambat penyebarannya di sekitar difusi antimikroba. Terbentuknya zona
bening di sekitar cakram menunjukkan bakteri yang diuji sensitif terhadap
antimikroba (CLSI 2008; OIE 2012).
Metode lain yang digunakan dalam pengujian antimikroba adalah metode Etest (Epsilometer test) yang juga berdasarkan prinsip difusi. E-test menggunakan
strip persegi panjang yang telah mengandung antibiotika. Bakteri ditanam dalam
agar kemudian pada permukaan agar ditempelkan strip E-test. Antibiotika akan
berdifusi ke dalam agar dan akan membentuk zona hambat yang terlihat pada
konsentrasi bertingkat pada strip. Zona hambat akan berbentuk elips setelah
inkubasi selama 24 jam, ketika sampai pada garis zona yang telah melekat pada
6
strip atau tidak ada zona hambat lagi maka pada konsentrasi tersebut adalah
pembacaan hasil MIC (Luber et al. 2003; OIE 2012).
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di Laboratorium
Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medis, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet (IPHK), Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah koleksi laboratorium yang
berasal dari sampel isolat lapang asal daging, hati, dan feses sapi potong yang
telah diidentifikasi sebagai E. coli, media isolasi dan subkultur adalah eosin
methylen blue agar (EMB), tripsin soy agar (TSA), serta Mueller Hinton agar
(MHA) sebagai media uji resistensi, kertas cakram antibiotika (eritromisin,
cefepime, oxacillin, azitromisin, tetrasiklin), NaCl, aquades steril, air, sabun
(Dettol®), dan alkohol 70%.
Alat yang digunakan ialah alat pelindung diri, plastik steril tahan panas,
cotton swab, cawan petri (diameter 10 cm), tabung reaksi (volume 15 ml), rak
tabung reaksi, pinset, jaruminokulasi (ose), pembakar Bunsen, pengocok tabung
(vortex), inkubator, penangas air, autoklaf, lemari steril, lemari pendingin, dan
penggaris.
Prosedur Pengujian
Isolat
Isolat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 isolat lapang E. coli
asal daging, hati, dan feses sapi potong yang telah diidentifikasi sebagai E. coli
dan 1 isolat O157:H7 sebagai kontrol positif yang merupakan koleksi dari
laboratorium mikrobiologi FKH IPB.
Persiapan Uji dan Pengujian Isolat
Pemeriksaan sensitivitas Escherichia coli terhadap antibiotika eritromisin,
cefepime, oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin dilakukan dengan metode difusi
dengan mengukur diameter zona hambatan di sekitar kertas cakram. Secara umum,
tahapan pengujian sensitivitas bakteri terhadap antibiotika tersebut yaitu suspensi
bakteri disebarkan ke atas permukaan media MHA. Kertas cakram yang
mengandung antibiotika kemudian ditempelkan di atas permukaan media agar
yang telah disebar dengan suspensi bakteri uji. Biakan bakteri uji kemudian
diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Isolat lapang dinyatakan sensitif
terhadap antibiotika bila terbentuk zona hambatan berwarna bening di sekitar
kertas cakram.
7
Persiapan Media Agar
Pembuatan media EMB dilakukan untuk memastikan isolat yang digunakan
merupakan isolat E. coli. Media EMB dibuat dengan memasukkan 37.5 g bahan
yang terdiri dari 10 g pepton, 10 g laktosa, 2 g dipotassium phosphate, 0.4 g eosin,
0.065 g methylen blue, dan 15 g agar ke dalam 100 ml aquades, kemudian
dipanaskan hingga mendidih. Media kemudian disterilkan di dalam autoklaf
dengan tekanan 2 atm pada suhu 121 °C selama 5 menit.
Media TSA dibuat dengan memasukkan 40 g bahan yang terdiri dari 15 g
tripton, 5 g soy pepton, 5 g NaCl, dan 5 g agar ke dalam 100 ml aquades
kemudian dipanaskan hingga mendidih. Media yang telah mendidih kemudian
disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 2 atm pada suhu 121 °C selama 15
menit. Media kemudian dituang ke dalam cawan petri untuk digunakan.
Media MHA dibuat dengan memasukkan 2 g ekstrak daging sapi, 17.5 g
kasein, 1.5 g pati, dan 17 g agar ke dalam 100 ml aquades, kemudian dipanaskan
hingga meniddih. Media kemudian disterilkan di dalam autoklaf tekanan 2 atm
pada suhu 121 °C selama 5 menit. Media kemudian dituang ke dalam cawan petri
untuk digunakan selanjutnya.
Persiapan Kultur
Masing-masing 30 isolat lapang dan 1 isolat O157:H7 diinokulasikan ke
media agar TSA dan diikubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Bakteri yang telah
ditumbuhkan tersebut kemudian diambil dengan menggunakan ose dan
dimasukkan ke dalam larutan NaCl steril 20 ml sebanyak 1 tabung. Larutan
tersebut lalu dihomogenkan dengan vortex selama 2 menit untuk membuat
suspensi. Kekeruhan suspensi disamakan dengan kekeruhan Mac Farland 1.
Cara Pengujian
Masing-masing suspensi bakteri disebarkan ke atas permukaan media MHA
dengan menggunakan cotton swab steril. Tiap cawan petri berisi 6 lembar kertas
cakram yang masing-masing mengandung antibiotika eritromisin, cefepime,
oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin. Kertas cakram tersebut diletakkan di atas
permukaan kultur media. Cawan petri tersebut ditutup dan diinkubasi pada suhu
37 °C selama 24 jam. Agar data yang didapatkan akurat, maka pengujian isolat
dilakukan secara duplo.
Hasil uji ditentukan dengan mengamati dan mengukur diameter zona
hambatan yang terbentuk di sekeliling kertas cakram menggunakan penggaris.
Diameter zona hambatan yang terbentuk berbeda-beda untuk berbagai antibiotika.
Kategori sensitivitas E. coli terhadap antibiotika eritromisin, cefepime, oxacillin,
azitromisin, dan tetrasiklin disajikan pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Kategori sensitivitas Escherichia coli terhadap antibiotika
Jenis
Antibiotika*
E 15 µg
FEP 30 µg
OX 10 µg
AZM 15 µg
TE 30 µg
R
≤ 13
≤ 14
≤ 21
≤ 13
≤ 11
Sensitivitas E. coli (mm)
I
14-22
15-17
14-17
12-14
S
≥ 23
≥ 18
≥ 22
≥ 18
≥ 15
*E: Eritromisin 15 µg; FEP: Cefepime 30 µg; OX: Oxacillin 10 µg; AZM: Azitromisin 15 µg; TE:
Tetrasiklin 30 µg
Sumber: CLSI (Clinical and Laboratory Standar Institute) 2008
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif
menggunakan tabel dan gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolat Escherichia coli yang ditanam pada media agar EMB memperlihatkan
pertumbuhan yang baik dengan koloni berwarna biru kehitaman dan kilau hijau
metalik. Hal tersebut mengindikasikan adanya fermentasi laktosa dan produksi
asam yang mengendap sehingga menimbulkan pigmen hijau metalik (ASM 2010).
Gambaran hasil uji sensitivitas dari salah satu isolat lapang terhadap antibiotika
eritromisin, cefepime, oxacillin, azitromisin, dan tetrasiklin pada media MHA
tersaji pada Gambar 2. Sensitivitas isolat ditentukan dengan mengukur zona
hambatan yang terbentuk disekitar kertas cakram antibiotika.
Gambar 1 Hasil subkultur isolat E. coli pada media EMB
9
Ket : R: Resisten; S: Sensitif; E: Eritromisin; FEP: Cefepime; OX: Oxacillin; AZM: Azitromisin;
TE: Tetrasiklin.
Gambar 2 Hasil uji sensitivitas isolat E. coli pada media Mueller-Hinton
Tabel 2 Hasil uji sensitivitas isolat lapang Escherichia coli
Ket : E: Eritromisin; FEP: Cefepime; OX: Oxacillin; AZM: Azitromisin; TE: Tetrasiklin
Jumlah
isolat
R
: Resisten;
S : Sensitif; I : Intermediet Persentase (%)
Jenis
Antibiotika
Eritromisin
Cefepime
Oxacillin
Azitromisin
Tetrasiklin
Resisten
30
0
30
7
6
Intermediet
0
0
0
6
0
Sensitif
0
30
0
17
24
Resisten
100
0
100
23.3
20
Intermediet Sensitif
0
0
0
100
0
0
20
56.7
0
80
Tabel 3 Uji sensitivitas isolat E. coli O157:H7
Jenis
Antibiotika
Hasil uji
Eritromisin
Cefepime
Oxacillin
Azitromisin
Tetrasiklin
R
S
R
I
R
Seluruh isolat lapang E. coli pada menunjukkan sifat resisten sebesar 100%
terhadap antibiotika eritromisin dan oxacillin, tersaji pada Tabel 2. Sementara itu,
isolat menunjukkan 23.3% resisten terhadap azitromisin dan 20% terhadap
tetrasiklin. Sensitivitas seluruh isolat E. coli terhadap antibiotika cefepime cukup
baik dengan persentase sebesar 100%, 80% terhadap tetrasiklin, dan 56.7%
terhadap azitromisin. Interpretasi intermediet sebesar 20% ditunjukkan oleh
isolate lapang terhadap antibiotika azitromisin. Tabel 3 menyajikan uji sensitivitas
isolat E. coli O157:H7 terhadap antibiotika eritromisin, cefepime, oxacillin,
azitromisin, dan tetrasiklin.
Eritromisin memiliki efektifitas yang cukup baik melawan bakteri Gram
positif dan beberapa bakteri Gram negatif akan tetapi kebanyakan strain
Enterobacteriaceae seperti Pseudomonas, E. coli dan Klebsiella memperlihatkan
10
sifat resisten terhadap antibiotika ini (Plumb 2008). Hasil uji sensitivitas
menunjukkan seluruh isolat E. coli memiliki sifat resisten 100% terhadap
antibiotika eritromisin. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Erfianto
(2014) yang menunjukkan resistensi E. coli asal isolat sapi potong yang diimpor
melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta terhadap eritromisin sebesar 81.7%.
Penelitian lain menunjukkan tingkat resistensi E. coli asal isolat ayam broiler dan
ayam lokal sebesar terhadap antibiotika eritromisin cukup tinggi sebesar 86.8%
(Susanto 2014). Resistensi E. coli terhadap antibiotika eritromisin dapat terjadi
dengan beberapa mekanisme yang diperantarai oleh plasmid, antara lain dengan
modifikasi reseptor atau target obat yang melibatkan gen erythromycin resistance
methylase dan inaktivasi antibiotika oleh enzim esterase yang dihasilkan oleh
Enterobacteriaceae termasuk E. coli (Krisnaningsih 2005). Menurut Suwito dan
Setiandji (2011) penggunaan eritromisin pada ternak sering ditambahkan pada
campuran pakan atau feed additive dan campuran dalam air minum ternak sebagai
pemacu pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pakan, dan mengurangi kejadian
infeksi.
Tabel 4 Pola multidrug resistance pada isolat Escherichia coli
Pola Multidrug Resistance
E- OX-AZM
E-OX-TE
E-AZM-TE
OX-AZM-TE
E-OX-AZM-TE
Jumlah Isolat
7
7
2
2
2
Peresentase (%)
23.3
23.3
6.7
6.7
6.7
*E: Eritromisin; OX: Oxacillin; AZM: Azitromisin; TE: Tetrasiklin
Tabel 4 menunjukkan pola resistensi seluruh isolat E. coli terhadap beberapa
jenis antibiotika. Sebanyak 23.3% isolat memperlihatkan pola resistensi terhadap
tiga jenis antibiotika yakni eritromisin, oxacillin, azitromisin, dan eritromisin,
oxacillin, tetrasiklin. Isolat juga memperlihatkan pola resistensi terhadap tiga jenis
antibiotika lain sebesar 6.7% terhadap antibiotika eritromisin, azitromisin,
tetrasiklin dan oxacillin, azitromisin, tetrasiklin. Selain itu, didapatkan pula pola
resistensi isolat sebesar 6.7% terhadap empat jenis antibiotika yakni eritromisin,
oxacillin, azitromisin, tetrasiklin. Menurut Nikaido (2009) adanya pola resistensi
bakteri terhadap beberapa jenis antibiotika (mutlidrug resistance) terjadi karena
akumulasi plasmid yang resisten atau transposon dari gen yang masing-masing
mengkode resistensi terhadap agen tertentu atau melalui aksi multidrug efflux
pumps yang masing-masing dapat mempompa keluar lebih dari satu jenis
antibotika.
E. coli merupakan bakteri komensal yang secara normal terdapat pada
saluran pencernaan hewan dan manusia, keberadaan E. coli pada pangan biasanya
dihubungkan dengan keberadaan bakteri patogen lainnya dan dikaitkan dengan
indikator kualitas mikrobiologi pangan (Mead 2007). Kajian mengenai resistensi
E. coli terhadap beberapa jenis antibiotika telah banyak dilakukan (Raghunath
2008). Menurut Sidik (2015) resistensi yang dihasilkan oleh E. coli secara
konsisten paling tinggi terjadi pada antibiotika yang telah lama digunakan pada
manusia dan hewan. Peningkatan kejadian dan penyebaran bakteri yang bersifat
resisten terhadap lebih dari satu jenis antibiotika terjadi dalam dua dekade terakhir.
11
Meningkatnya kejadian resistensi juga terjadi pada jenis antibiotika baru seperti
pada golongan fluoroquinolon dan sefalosporin (Tadesse et al. 2012). Penelitian
Sidik (2015) menunjukkan adanya resistensi isolat E. coli terhadap jenis
antibiotika yang lebih baru yaitu sefalotin dan sefoksitin dari golongan
sefalosporin. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap isolat lapang E. coli dan E.
coli O157:H7 yang diuji menunjukkan sensitivitas yang cukup baik sebesar 100%
terhadap antibiotika cefepime yang yang merupakan golongan sefalosporin
generasi IV. Berbeda dengan kelompok sefalosporin lain, cefepime merupakan
suatu molekul zwitter ion yang memiliki muatan netral yang dapat meningkatkan
aktivitas bakterisidal. Hal tersebut mengakibatkan panetrasi yang cepat melalui
saluran porin pada membran luar bakteri Gram negatif patogen dibanding
golongan sefalosporin lainnya.
Resistensi bakteri terhadap antibiotika telah ada sejak awal ditemukannya
senyawa antibiotika (Sidik 2015). Keberadaan sifat resistensi dibutuhkan oleh
organisme penghasil antibiotika untuk melindungi diri mereka terhadap produk
yang mereka hasilkan begitupun dengan organisme yang awalnya peka kemudian
beradaptasi sehingga dapat bertahan hidup. Sifat resisten dapat muncul secara
spontan karena adanya mutasi atau merupakan sifat yang dipindahkan dari bakteri
lain yang telah resisten. Kecenderungan meningkatnya sifat resistensi terjadi
karena semakin meningkatnya penggunaan antibiotika. Munculnya resistensi
terhadap antibiotika tidak hanya terjadi pada bakteri patogen saja tetapi dapat
terjadi pada bakteri yang bersifat komensal (Philips et al. 2004).
Interpretasi intermediet pada uji sensitivitas ditunjukkan oleh antibiotika
azitromisin. Hal ini menunjukkan aktivitas yang tidak optimal yang akan dicapai
oleh antibiotika tersebut dalam penggunaan klinis terhadap infeksi karena bakteri
yang sama. Penggunaan antibiotika dengan interpretasi intermediet sebaiknya
dihindari dan diganti dengan antibiotika lain dari golongan yang sama namun
memiliki potensi dan spektrum yang lebih baik (Krisnaningsih et al. 2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Isolat lapang E. coli masing-masing menunjukkan tingkat sensitivitas
terhadap cefepime (100%), tetrasiklin (80%), dan azitromisin (56.7%). Sementara
itu isolat lapang E. coli menunjukkan hasil resisten terhadap eritromisin (100%),
oxacillin (100%), azitromisin (23.3%), dan tetrasiklin (20%) serta hasil
intermediet terhadap azitromisin (20%). Pola multidrug resistance isolat E. coli
yang paling banyak terbentuk adalah eritromisin, oxacillin, azitromisin dan
eritromisin, oxacillin, tetrasiklin. Cefepime efektif digunakan dalam menangani
infeksi E. coli.
12
Saran
Penelitian lanjutan di tingkat peternakan diperlukan untuk mengetahui
faktor penyebab resistensi E. coli terutama E. coli yang bersifat patogen terhadap
beberapa antibiotika yang sering digunakan dalam peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
[ASM] American Society for Microbiology. 2010. Eosin-Methylene Blue
[Internet]. (diperbaharui 2010 Jun 25 [diunduh 2015 Sep 10]). Tersedia
pada:
www.microbelibrary.org/library/laboratory-test/2871-eosinmethylene-blue.
Bibbal D, Estelle L, Monique K, Carine P, Franck F, Philippe C, Emilie G, Eric
O, Frederic A, Hubert. 2014. Intimin gene (eae) subtype-based Real-Time
PCR strategy for specific detection of Shiga toxin-producing Escherichia
coli serotypes O157:H7, O26:H11, O103:H2, O111:H8, and O145:H28 in
cattle feces. Appl Environ Microbiol. 80(3):1177.
Chopra I, Marilyn R. 2001. Tetrasiklin antibiotics: Mode of action, applications,
molecular biology, and epidemiology of bacterial resistance. Microbiol Mol
Biol Rev. 65(2):232-260.
[CLSI] Clinical and Laboratory Standards Institute. 2008. Performance Standards
for Antimicrobial Disk and Dilution Susceptibility Tests for Bacteria
Isolated from Animals, Approved Standard. Ed ke-3. Pennsylvania (US):
CLSI.
Dzidic S, Suskovic J, Kos B. 2008. Antibiotic resistance mechanism in bacteria:
Biochemical and genetic aspect. Food Technol Biotechnol. 46(1):11-21.
Ebrahim GJ. 2010. Bacterial resistance to antimicrobials. J Trop Pediatr.
56(3):141-143.
Erfianto GI. 2014. Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik yang
diisolasi dari sapi potong yang diimpor melalui pelabuhan Tanjung Priok
Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gaynor M, Alexander SM. 2003. Macrolide antibiotics: Binding site, mechanism
of action, resistance. Curr Top Med Chem. 3(4):949-961.
George AM, Stuart BL. 1983. Aplifiable resistance to tetracycline,
chloramphenicol, and other antibiotics in Escherichia coli: Involvement of a
non-plasmid –determined efflux of tetracycline. J Bacteriol. 155(2):531540.
Guilfole PG. 2007. Antibiotic Resistance Bacteria. New York (US): Chelsea
House Pub.
Kanoh S, Bruce KR. 2010. Mechanisms of action and clinical application of
macrolides as immunomodulatory medications. Clin Microbiol Rev.
23(3):590-615.
Kaper JB, James PN, Harry LTM. 2004. Pathogenic Escherichia coli. Baltimore
(US): University of marland School of Medicine..
13
Krisnaningsih MMF, Widya A, Haryadi W. 2005. Uji sensitivitas isolat
Escherichia coli patogen pada ayam terhadap beberapa jenis antibiotika.
Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Luber P, Edda B, Elke G, Jutta W, Helmut H. 2003. Comparison of Broth
Microdilution, E test, and Agar Dilution Methods for Antibiotic
Susceptibility Testing of Campylobacter jejuni and Campylobacter coli. J
Clin Microbiol. 41(3):1062-1068.
Mead GC. 2007. Microbiological Analysis of Red Meat, Poultry and Eggs.
Cambridge (UK): Woodhead Pub.
Nguyen MCP, Paul LW, Mathilde B, Antoine A, Roland R, Annie C. 2011.
Escherichia coli as reservoir for macrolide resistance genes. Emerg Infect
Dis. 15(10):1648-1650.
Nikaido H. 2009. Mutidrug resistance in bacteria. Annu Rev Biochem. 78:119146.doi:10.1146/annurev.biochem.78.082907.145923.
[OIE] World Organization for Animal Health. 2012. Laboratory Methodologies
for Bacterial Antimicrobial Susceptibility Testing [Internet]. [diunduh 2015
Feb 12]. Tersedia pada:
www.oie.int/fileadmin/Home/fr/Our_scientific_expertise/docs/pdf/GUIDE_
2.1_ANTIMICROBIAL.pdf.
Phillips I, Casewell M, Cox T, De Groot B, Friis C, Jones R, Nightingale C,
Preston R, Waddell J. 2004. Does the use antibiotics in food animal pose a
risk to human health? A critical review of published data. J Antimicrob
Chemother. 53(1):28-52.
Plumb CD. 2008. Plumbs: Veterinary Drug Handbook. 6th Ed. Stockholm,
Wisconsin (UK): Pharma Vet. Inc.
Raghunath D. 2008. Emerging antibiotic resistance in bacteria with special
reference to India. J Biosci. 33(4):593-603.
Schroeder CM, Cuiwei Z, Chitrita DR, Jocelyn T, Shaohua Z, David GW, David
DW, Patrick FM, Robert DW, Jianghong M. 2002. Antimicrobial resistance
of Escherichia coli O157 isolated from human, cattle, swine, and food. Appl
Environ Microbiol. 68(2):576-581.
Sharma R. 2012. Isolation and molecular characterization of E. coli O157:H7 &
other pathogenic E. coli from dairy herds feaces & waste water of Solan
District of Himachal Pradesh. Solan (IN): Shoolini University.
Sidik KR. 2015. Deteksi Salmonella dan Escherichia coli pada tepung telur yang
diimpor melalui pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan resistensinya
terhadap antibiotika [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Songer JG, Post KW. 2005. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal
Agents of Animal Disease. Missouri (US): Elsevier Saunders.
Suardana IW, Iwan HU, Putu Ayu SP, Mas DR. 2014. Uji kepekaan antibiotika
isolat Escherichia coli O157:H7 asal feses ayam. Buletin veteriner udayana.
6(1):19-27.
Suardana IW, Suarsana IN, Wibowo MH, Widiasih DA. 2011. Isolasi dan uji
kepekaan Escherichia coliO157:H7 isolat lokal asal feses sapi terhadap
berbagai jenis antibiotika. J SainVet. 29(2):57-64.
Susanto E. 2014. Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotika yang diisolasi
dari ayam broiler dan ayam lokal di Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
14
Suwito W, R Setiadji. 2011. Uji kepekaan antibiotika verotoksigenik E. coli
(VTEC) yang diisolasi dari beberapa peternakan sapi perah di Jawa Barat.
Di dalam: Prasetyo LH et.al, editor. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner: Teknologi Peternakan dan Veteriner untuk
Peningkatan Produksi dan Antisipatif Terhadap Perubahan Iklim; 2011 Jun
7-8; Bogor, Indonesia. Jakarta (ID): IAARD Press. hlm 376-383.
Tadesse DA, Zhao S, Tong E, Ayers S, Singh A, Bartholemew MJ, McDermott
PF. 2012. Antimicrobial drug resistance in Escherichia coli from humans
and food animals, United States, 1950-2002. Emerg Infect Dis. 18(5):741749.
Tenover FC. 2006. Mechanism of antimicrobial resistance in bacteria. Am J Med.
119(6):3-10.
15
Lampiran 1 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli
No. sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
Eritromisin
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
Hasil Uji (cm)
Cefepime Oxacillin Azitromisin Tetrasiklin
2.5
0
1.0
2.0
2.5
0
3.0
2.0
2.5
0
2.0
2.0
S
R
S
S
2.1
0
1.5
1.7
2.0
0
1.4
1.8
2.05
0
1.45
1.75
S
R
I
S
2.5
0
2.7
2.1
25
0
2.8
2.0
2.5
0
2.75
2.05
R
R
S
S
2.0
0
1.4
1.7
2.0
0
1.4
1.7
2
0
1.4
1.7
S
R
I
S
2.3
0
2.6
2.0
2.5
0
2.2
1.7
2.4
0
2.4
1.85
S
R
S
S
2.3
0
0
0
2.1
0
0
0
2.2
0
0
0
S
R
R
R
2.0
0
1.4
1.7
2.0
0
1.4
1.7
2.0
0
1.4
1.7
S
R
I
S
2.2
0
2.8
2.0
2.1
0
2.5
1.5
2.15
0
2.65
1.75
S
R
S
S
2.3
0
2.2
2.0
2.1
0
2.0
1.5
2.2
0
2.1
1.75
S
R
S
S
2.6
0
2.6
2.1
2.4
0
2.4
1.8
2.5
0
2.5
1.95
S
R
S
S
2.3
0
2.9
2.3
2.2
0
1.7
2.5
2.25
0
2.3
2.4
S
R
S
S
16
Lampiran 2 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli (lanjutan 1)
No. sampel
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
Eritromisin
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
Hasil Uji (cm)
Cefepime Oxacillin Azitromisin Tetrasiklin
2.1
0
1.5
1.7
2.1
0
1.5
1.8
2.1
0
1.5
1.75
S
R
I
S
2.2
0
1.4
1.8
2.1
0
1.4
1.8
2.15
0
1.4
1.8
S
R
I
S
2.5
0
2.8
2.1
2.3
0
1.4
1.5
2.4
0
2.1
1.8
S
R
S
S
2.4
0
1.4
2.3
2.1
0
1.4
1.9
2.25
0
1.3
2.1
S
R
R
S
2.3
0
3.2
2.2
2.5
0
1.0
2.2
2.4
0
2.1
2.2
S
R
S
S
2.2
0
1.0
2.0
2.3
0
1.2
2.3
2.25
0
1.1
2.1
S
R
R
S
2.3
0
2.8
0
2.2
0
1.3
0.8
2.25
0
2.05
0.4
S
R
S
R
2.3
0
1.2
2.3
2.5
0
1.2
2.3
2.4
0
1.2
2.3
S
R
R
S
2.3
0
1.5
2.2
2.3
0
1.0
2.0
2.3
0
1.25
2.1
S
R
R
S
2.5
0
2.5
1.0
2.3
0
1.4
1.0
2.35
0
1.95
1.0
S
R
S
R
2.3
0
2.9
1.0
2.5
0
1.2
0.8
2.4
0
2.05
0.9
S
R
S
R
17
Lampiran 3 Data hasil uji sensitivitas isolat Escherichia coli (lanjutan 2)
No. sampel
23
24
25
26
27
28
29
30
E. coli
O157:H7
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
1
2
Rataan
Ket
Eritromisin
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
0
0
0
R
Hasil Uji (cm)
Cefepime Oxacillin Azitromisin Tetrasiklin
2.2
0
3.0
2.1
2.2
0
1.2
1.5
2.2
0
2.1
1.8
S
R
S
S
2.1
0
1.2
2.12
2.4
0
1.5
1.7
2.25
0
1.35
1.9
S
R
R
S
2.3
0
2.8
2.1
2.1
0
1.3
1.7
2.2
0
2.05
1.9
S
R
S
S
2.2
0
2.3
2.2
2.1
0
1.1
2.0
2.5
0
1.7
2.1
S
R
I
S
2.4
0
2.8
2.4
2.2
0
1.2
2.2
2.3
0
2.0
2.3
S
R
S
S
2.2
0
3.5
2.3
1.9
0
1.6
1.0
2.05
0
2.55
1.65
S
R
S
S
2.5
0
2.5
0
2.3
0
2.0
0
2.4
0
2.25
0
S
R
S
R
2.1
0
1.2
1.9
2.1
0
1.2
1.8
2.1
0
1.2
1.85
S
R
R
S
2.5
0
1.0
0.8
2.4
0
2.3
1.0
2.45
0
1.65
0.9
S
R
I
R
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 17 april 1993 dari ayah Andi
Abd Radjab dan ibu Andi Suarni. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Benteng dan pada tahun
yang sama penulis lulus masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis masuk dalam keanggotaan Ikatan
Mahasiswa Sul-Sel-Bar IPB (IKAMI) pada periode tahun 2011-sekarang dan
keanggotaan Himpunan Profesi Satwa Liar pada periode tahun 2012-2014. Pada
bulan Juni-Juli 2013 penulis melakukan pengabdian masyarakat di Desa Ternadi,
Kudus, Jawa Tengah. Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melakukan pengabdian
nusantara di Kabupaten Siak, Provinsi Kepulauan Riau.
Download