peranan sektor usaha kecil dan menengah dalam

advertisement
PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM
PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA
OLEH
MAHARANI TEJASARI
H14104116
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM
PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA
OLEH
MAHARANI TEJASARI
H14104116
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
MAHARANI TEJASARI. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA).
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor
ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu
bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal
tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Pada
tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari
total unit usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM meningkat
menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UKM, maka
turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja
yang diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi
sebanyak 85,4 juta jiwa. UKM menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di
Indonesia (BPS, 2007). Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah
pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.
Akan tetapi disisi lain, terdapat hambatan internal dan eksternal dari UKM. Sehingga
hal tersebut mengakibatkan produktivitas UKM sangat rendah dalam menciptakan nilai
tambah. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap PDB yang belum cukup tinggi.
Meskipun secara unit usaha merupakan usaha yang dominan di Indonesia, akan tetapi
sektor ini masih kalah bersaing dengan usaha besar yang jumlahnya sangat sedikit, akan
tetapi sumbangannya terhadap PDB sangat besar. Dalam menyikapi hal ini, strategi
pengembangan UKM yang dikaji yaitu dari sisi perbankan melalui bantuan keuangan.
Lembaga keuangan dalam sektor perbankan mempunyai fungsi sebagai intermediasi dalam
aktifitas suatu perekonomian. Hal tersebut ditinjau dengan adanya Kredit Usaha Kecil
(KUK) melalui Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Jika fungsi dari
kredit ini berjalan cukup baik maka hal tersebut dapat menciptakan nilai tambah. Sehingga
dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana strategi pengembangan UKM dapat
mempengaruhi kinerja UKM dari sisi penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dilihat
bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengembangan UKM
beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan
untuk menganalisis pengaruh UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini
digunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa nilai PDB UKM, Investasi UKM, Ekspor UKM, Tenaga Kerja UKM,
Jumlah UKM, Pendapatan per kapita, Kredit Modal kerja dan Kredit Investasi pada Kredit
Usaha Kecil (KUK) dari tahun 1996-2006.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148), Kredit Modal
Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang
positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan
jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari
penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, Kredit Investasi (-0.074278) secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih
banyak digunakan untuk investasi yang padat modal sehingga kurang adanya
pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047)
memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja
karena semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa
tenaga kerja UKM.
Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara signifikan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan
investasi akan mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya
yang masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor Indonesia
dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor. Sehingga
mengakibatkan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu : Pertama, Kredit
Modal Kerja (KMK) mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja
sehingga pemerintah dapat lebih meningkatkan lagi porsi KMK. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengurangi porsi kredit konsumsi atau memperbesar Kredit Usaha Kecil
secara umum. Selain itu dalam menghadapi kendala internal UKM terhadap akses
pembiayaan, pemerintah dapat memberikan kebijakan yang memudahkan UKM dalam
mengakses kredit. Kedua, salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM
yaitu investasi pada sektor UKM. Berdasarkan penelitian, menunjukan bahwa investasi
pada UKM dapat menciptakan nilai tambah secara signifikan terhadap PDB UKM.
Sehingga perhatian pada UKM dapat diberikan dengan meningkatkan investasi pada UKM.
Langkah tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan permudahan izin usaha dalam
investasi.
PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM
PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA
Oleh
MAHARANI TEJASARI
H14104116
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa
: Maharani Tejasari
Nomor Registrasi Pokok
: H14104116
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Alla Asmara, SPt, M.Si
NIP. 132 159. 707
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S.
NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2008
Maharani Tejasari
H14104116
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Maharani Tejasari, dilahirkan di kota Bandung pada tanggal 24
November 1986 dari pasangan Bapak Sutisna dan Ibu Etty Sofiati. Penulis merupakan anak
ke tiga dari lima bersaudara. Menyelesaikan pendidikan di Kota Bogor dari mulai TK di
Taman Kanak-Kanak Nurul Maghfirah pada tahun 1990 kemudian dilanjutkan di SDN
Caringin 1 pada tahun 1992, setelah itu melanjutkan di SLTPN 4 Bogor pada tahun 1998
dan menamatkan di SMUN 4 Bogor pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi di kota
yang sama yaitu Bogor tercinta pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis masuk IPB melalui jalur SPMB dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif di organisasi Ekonomi Syariah Club (SES-C) dan juga dalam beberapa
kepanitiaan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah
“Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai masukan yang positif terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di
Indonesia dan juga sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya. Disamping hal
tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Alla Asmara, SPt, M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Jaenal Effendi, MA. selaku dosen komisi pendidikan dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat.
3.
Orang tua penulis, Bapak Sutisna Sofyan dan Almh. Ibu Ety Sofiaty atas segala
dukungan dan cintanya yang begitu besar dan Tante Lilis Haryati yang telah
memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terhingga,dan juga kepada
saudara penulis yaitu teh Nenden, teh Irma, ka Sandy, Cindy dan Sheila. Tak lupa
kepada dua keponakan lucu penulis yaitu Bibil dan Jibril.
4.
Teman-teman yang telah menemani dalam suka dan duka hari-hari penulis yaitu
Niken, Lia, Dela, Dila, Fanya, Heni, Hana, Nisa, Septi, Rinda, Irma, dan Cai. Selain
itu juga kepada teman penulis yang lain yang telah ada dalam kebersamaan penulis
yaitu Lusi, Tika, Liana, Wida, Alin, Barita, Dika, Dyah dan semua teman-teman IE
Angkatan 41.
5.
Rangga Skripsiana dan keluarga yang pernah ada dalam hidup penulis. Terima kasih
atas dukungannya selama ini.
6.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini dan tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Bogor, Juli 2008
Maharani Tejasari
H14104116
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL......................................................................................
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xi
I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang..................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah...........................................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................
11
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................
12
1.5. Ruang Lingkup..................................................................................
12
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............
14
2.1. Definisi dan Ruang Lingkup UKM...................................................
14
2.2. Karakteristik UKM............................................................................
16
2.2.1. Aspek Permodalan UKM........................................................
17
2.2.2. Aspek Sumber Daya Manusia UKM......................................
19
2.3. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi...............................
21
2.4. Kebijakan Pemerintah........................................................................
24
2.5. Penelitian Terdahulu.........................................................................
25
2.6. Kerangka Pemikiran..........................................................................
27
2.7. Hipotesis............................................................................................
31
III. METODE PENELITIAN...................................................................
32
3.1. Jenis dan Sumber Data......................................................................
32
3.2. Metode Analisis.................................................................................
32
3.3. Uji Statistik........................................................................................
33
3.3.1. Uji Koefisien Determinan R2 ...................................................
33
3.3.2. Uji t- Statistik..........................................................................
34
3.3.3. Uji F-Statistik...........................................................................
35
3.4. Uji Ekonometrika...............................................................................
36
3.4.1. Multikolinearitas......................................................................
36
3.4.2. Autokorelasi.............................................................................
37
3.4.3. Heteroskedastisitas...................................................................
37
3.4.4. Uji Normalitas..........................................................................
38
IV. GAMBARAN UMUM........................................................................
39
4.1. Perkembangan UKM di Indonesia.....................................................
39
4.2. Peranan UKM di Indonesia................................................................
41
4.3. Permasalahan yang dihadapi UKM....................................................
43
4.4. Kebijakan Pemerintah.........................................................................
45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
48
5.1. Peranan UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja...............................
48
5.2. Peranan UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi...................................
54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
60
6.1. Kesimpulan.......................................................................................
60
6.2. Saran.................................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
62
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1.
Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006
di Indonesia(Unit).........................................................................
2
1.2.
Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar
Tahun 2005-2006 di Indonesia.....................................................
3
PDB Usaha Kecil Menengah menurut Sektor Ekonomi Tahun
2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)..............
4
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar
Tahun 2001-2006 di Indonesia (Orang).......................................
10
PDB dan Proporsi PDB Usaha Kecil, Menengah dan Besar
Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000
(Milyar).........................................................................................
39
Investasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2003-2006 Atas Dasar
Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)..................................
40
Ekspor dan Laju Pertumbuhan UKM menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2004-2006 (Juta Rupiah)...................................................
41
Posisi dan Pertumbuhan Kredit MKM Tahun 2002-2006 di
Indonesia.......................................................................................
47
5.1.
Hasil Regresi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja....................
48
5.2.
Hasil Regresi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi........................
55
5.3.
Ekspor Barang Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 20012006 (Juta Rupiah)........................................................................
58
1.3.
1.4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
30
2.1.
Kerangka Pemikiran.....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Data-data Pada Model Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja.....
66
2.
Data-data Pada Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi.........
67
3.
Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja..
68
4.
Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Pertumbuhan Ekonomi......
69
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha skala kecil dan menengah (UKM) di negara berkembang hampir selalu
merupakan kegiatan ekonomi yang terbesar dalam jumlah dan kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja. Begitu pula dengan kondisi yang ada di Indonesia, meskipun dalam
ukuran sumbangan terhadap PDB belum cukup tinggi, sektor ini dapat tetap menjadi
tumpuan bagi stabilitas ekonomi nasional. Sehingga perannya diharapkan dapat
menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia.
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor
ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu
bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya yang cenderung mengalami
keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap
tahunnya.
Berdasarkan Tabel 1.1. diketahui bahwa UKM mengalami peningkatan dalam jumlah
unit usaha. Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat
jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM memproduksi
barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang
rendah. Kedua; sebagian besar UKM mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat
modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya
suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis ekonomi yang
berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Sehingga
para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha
yang berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo dan Soejodono, 2004).
Tabel 1.1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia (Unit)
Tahun
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha besar
1999
37.859.509
52.214
1.885
2000
39.705.204
78.832
5.675
2001
39.883.111
80.969
5.915
2002
41.859.444
85.050
6.132
2003
43.372.885
87.357
6.514
2004
44.684.351
93.036
6.686
2005
47.006.889
95.855
6.811
2006
48.822.925
106.711
7.204
Sumber : Departemen Koperasi, 2007
Sektor ekonomi UKM di Indonesia secara kuantitas memiliki proporsi unit terbesar
berdasarkan angka statistik UKM terhadap lapangan usaha. Hal ini berdasarkan Tabel 1.1.
yang diketahui bahwa sebagian besar usaha di Indonesia berbentuk usaha kecil dan
menengah. Berdasarkan kondisi tersebut dengan bertambahnya jumlah unit UKM dari
tahun ke tahun akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas sehingga jumlah tenaga
kerja dalam unit UKM akan terserap cukup banyak.
Berdasarkan Tabel 1.2. diketahui pada tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1
juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit usaha dengan menyerap tenaga kerja
sebanyak 83,2 juta jiwa. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 96,28 persen tenaga
kerja diserap oleh UKM. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah unit UKM telah mencapai
48,9 juta unit yang berarti mencapai 99,9 persen dari total unit usaha Indonesia. Sektor
UKM pada tahun 2006 menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 85,4 juta jiwa atau 96,18
persen terhadap seluruh tenaga kerja di Indonesia. Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM
berpotensi
menjadi
perekonomian.
wadah
pemberdayaan
masyarakat
dan
penggerak
dinamika
Tabel 1.2. Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun
2005-2006 di Indonesia
Tahun 2005
Uraian
1. UKM
2. Usaha Besar
Jumlah
Tahun 2006
Jumlah Unit
Usaha (unit)
Tenaga Kerja
(orang)
47.102.744
(99,9)
83.233.793
(96,28)
48.929.636
(99,9)
Tenaga
Kerja
(orang)
85.416.493
(96,18)
6.811
(0,1)
3.212.033
(3,72)
7.204
(0,1)
3.388.462
(3,82)
47.109.555
(100)
86.445.826
(100)
48.936.840
(100)
88.804.955
(100)
Jumlah Unit
Usaha (unit)
Sumber
: BPS, 2007 (diolah)
Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)
Berdasarkan Tabel 1.3. diketahui bahwa PDB pada sektor UKM meningkat setiap
tahunnya. Pertumbuhan kinerja usaha kecil dan menengah terlihat pada sumbangannya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada akhir tahun 2006 total PDB yang
disumbangkan UKM meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 1.778.745,7
milyar rupiah menyumbang 54,2 persen dari keseluruhan PDB. Berdasarkan lapangan
usaha PDB terbesar setiap tahunnya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran, dan pada tahun 2006 menyumbang sebesar 412.044,9 milyar rupiah. Kemudian
kedua terbesar disumbang oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
sebesar 412.044,9 milyar rupiah. Secara keseluruhan meningkatnya PDB pada sektor UKM
disebabkan juga oleh peningkatan kontribusi dari semua sektor.
Tabel 1.3. PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2003-2006 Atas
Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
PDB
PDB
PDB
PDB
Sektor
2003
2004
2005
2006
1. Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
2. Pertambangan dan
Penggalian
3. Industri Pengolahan
293.553,1
313.723,4
348.974,7
412.044,9
21.205,0
24.064,7
30.917,2
40.418,5
150.253,9
164.523,4
186.896,9
222.129,0
1.707,8
1.890,6
2.173,7
2.459,1
83.211,3
99.445,3
129.368,7
164.369,5
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
322.223,7
354.247,6
441.365,1
478.535,1
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan,
Persewaan dan Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
67.724,8
76.096,4
95.485,0
123.122,9
111.242,3
124.868,3
147.459,5
172.620,2
92.825,9
110.620,9
135.420,9
163.046,5
1.143.977,9
1.142.229,3
1.271.480,7
1.269.572,3
1.491.061,9
1.488.095,2
1.778.745,7
1.775.614,7
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih
5. Bangunan
PDB
PDB TANPA MIGAS
Sumber : Departemen Koperasi, 2008
Selain potensi yang dimiliki UKM selain itu terdapat keunggulan-keunggulan UKM
dibandingkan dengan usaha besar yaitu: (1) inovasi dalam teknologi yang telah dengan
mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) berbasis pada sumber daya lokal sehingga
dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3)
kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap
tenaga kerja; (4) fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar
yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya
birokratis; (5) terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan; (6) dimiliki
dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya
manusia; (7) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan
pembangunan yang efektif (Azrin, 2004).
Walaupun mempunyai potensi yang sedemikian banyak, kenyataan menunjukan
bahwa UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara
maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal
maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,
sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha yang belum mendukung bagi
perkembangannya.
Berdasarkan kondisi yang kurang menguntungkan tersebut diperlukan suatu upaya
untuk mengembangkan UKM. Perhatian untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah
setidaknya dilandasi oleh beberapa alasan. Salah satunya yaitu, UKM banyak menyerap
tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak
UKM juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya
banyak di daerah, pertumbuhan UKM akan menimbulkan dampak positif terhadap
peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam
distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi (Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan,
UKM jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi
sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam
upaya pengentasan kemiskinan.
Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh usaha kecil perlu
diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang mandiri serta dapat berkembang menjadi
usaha menengah. Disamping itu juga usaha menengah perlu ditingkatkan jumlahnya
menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul. Sehingga peranannya dalam penyerapan
tenaga kerja, ekspor dan pembentukan PDB semakin meningkat.
Perhatian pada UKM sebelumnya telah dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan
untuk pemberdayaan UKM melalui kredit bersubsidi dan bantuan teknis. Kredit untuk
pengembangan UKM bahkan telah dilakukan sejak tahun 1974. Kredit program pertama
UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK), dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Setelah
deregulasi perbankan pada tahun 1988, kredit UKM dengan bunga bersubsidi secara
berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank komersial.
Salah satu strategi pengembangan UKM antara lain adalah kemitraan dan bantuan
keuangan. Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1995 pola kemitraan usaha merupakan strategi
dalam pengembangan UKM dimana terdapat hubungan kemitraan antara UKM dan usaha
besar. Tujuan pola kemitraan usaha adalah untuk menjalin kerjasama yang harmonis antara
usaha skala besar dan UKM. Melalui kemitraan ini akan diperoleh manfaat dalam bentuk
transfer teknologi, distribusi kepemilikan.
Salah satu pengembangan UKM yang paling menentukan yaitu dengan adanya
bantuan keuangan melalui permodalan baik itu untuk modal kerja maupun untuk
membiayai pembangunan atau pembelian barang modal. Dengan diberlakukannya UU No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil Bank
Indonesia menyempurnakan ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui
peraturan Bank Indonesia Nomor. 3/2/PB/2001 tentang KUK. Selain itu Bank Indonesia
membantu pengembangan usaha kecil secara tidak langsung dengan meningkatkan
intensitas dan efektivitas bantuan teknis.
Melihat problematika yang masih menghinggapi perekonomian Indonesia, maka
strategi pengembangan UKM harus mampu mengatasi beberapa persoalan pokok. Salah
satunya
yaitu
menjadikan
UKM
sebagai
sektor
yang
kompetitif
sehingga
pengembangannya perlu mempertajam pilihan pada sektor tertentu. Bila ditelaah secara
sektoral, usaha kecil dan menengah memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang
memanfaatkan sumber daya alam, seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan. Disamping itu UKM juga mempunyai potensi dalam bidang
usaha tersier, seperti perdagangan, hotel dan restoran (Sutrisno, 2003).
Selama periode tahun 2003-2006, sektor UKM menciptakan nilai tambah di masingmasing bidang tersebut rata-rata 87,2 persen dan 75,5 persen. Sebaliknya usaha besar
memiliki keunggulan dalam pengolahan lanjutan produk primer, seperti manufaktur, listrik,
gas dan air bersih, komunikasi serta sektor pertambangan dan galian (BPS, 2007). Selain
itu upaya pengembangan UKM
merupakan upaya
penciptaan lapangan kerja untuk
menanggulangi kemiskinan.
Berdasarkan kondisi UKM di Indonesia, secara garis besar UKM memegang peranan
penting sebagai sektor yang potensial dan penjaga stabilitas perekonomian. Mengingat
usaha kecil dan menengah mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap angkatan kerja
Indonesia, maka penelitian yang berkaitan dengan UKM sangat penting dilakukan. Hal
tersebut diharapkan dapat membantu dalam mengatasi persoalan pada UKM. Sehingga
hasilnya dapat menimbulkan dampak positif terhadap pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi selanjutnya.
1.2. Permasalahan
Banyaknya angkatan kerja yang diserap sektor informal merupakan refleksi
ketidakmampuan sektor formal dalam membuka kesempatan kerja lebih luas terhadap
sebagian besar penduduk usia kerja. Sektor formal selama ini memang diakui sebagai
pemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi perekonomian negara namun disatu sisi sektor
ini mempunyai ketidakmampuan dalam menyerap banyak tenaga kerja. Disamping itu,
meskipun penyediaan kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang,
namun dalam kenyataannya kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat keterampilan
khusus yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pencari kerja. Dengan kata lain kondisi
keterampilan tenaga kerja ini sering tidak sesuai dengan kondisi keterampilan yang dituntut
oleh sektor formal pada umumnya (Cahyono, 1983).
Usaha kecil dan menengah yang tidak menuntut banyak persyaratan merupakan usaha
yang menarik bagi mereka yang mengalami kesulitan memasuki pasar tenaga kerja formal.
Dalam situasi resesi, UKM dapat menunjukan ketahanan yang tinggi disamping karena
daya tampung dan laju pertumbuhan sektor formal yang kurang memadai, lebih kecil dari
laju pertumbuhan angkatan kerja. Akan tetapi kemampuan dari segi modal dan pengetahuan
serta keterampilan yang terbatas mengakibatkan tidak memungkinkannya untuk masuk ke
dalam sektor formal. Keadaan tersebut diperkuat dengan situasi khusus yang sedang kita
hadapi dengan menurunnya pendapatan pemerintah yang kemudian mengakibatkan
terbatasnya anggaran belanja pemerintah (Kuncoro, 2006).
Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat
menciptakan nilai tambah. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa UKM belum
maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM
untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan.
Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala
usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja akan tetapi dengan
hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan
usaha.
Berdasarkan Tabel 1.4., UKM mempunyai kemampuan dalam menyerap tenaga kerja
yang begitu besar dibandingkan dengan usaha besar. Perkembangan kontribusi UKM dan
kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja selama periode tersebut menggambarkan
produktivitas pelaku UKM. Sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa unit usaha kecil
dan menengah pada umumnya menjadi sandaran hidup masyarakat. Selain itu, hal ini dapat
mengindikasikan bahwa UKM mempunyai peranan yang penting dalam membantu
memecahkan masalah pengangguran, pengentasan kemiskinan dan pemerataan distribusi
pendapatan.
Akan tetapi disisi lain, dengan kelemahan-kelemahan yang ada pada UKM
mengakibatkan produktivitas UKM sangat rendah dalam menciptakan nilai tambah dari sisi
sumbangannya terhadap PDB yang belum cukup tinggi. Meskipun secara unit usaha
merupakan usaha yang dominan di Indonesia, akan tetapi sektor ini masih kalah bersaing
dengan usaha besar yang jumlahnya cenderung sangat sedikit akan tetapi sumbangannya
terhadap PDB sangat besar. Sehingga permasalahan utama dalam pengembangan UKM
adalah bagaimana meningkatkan skala usaha sehingga kemampuannya dalam menciptakan
nilai tambah senantiasa meningkat. Dengan demikian skala usaha bertambah besar dan
kontribusinya terhadap PDB juga meningkat.
Tabel 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2006
di Indonesia (Orang)
Tahun
Kecil
Menengah
Besar
Jumlah
2001
70.884.594
3.802.834
2.962.943
77.650.371
2002
73.905.002
3.902.895
3.017.995
80.825.892
2003
77.947.490
3.994.863
3.145.736
85.088.089
2004
76.415.980
4.030.620
3.154.771
83.601.371
2005
78.994.872
4.238.921
3.212.033
86.445.826
2006
80.933.384
4.438.109
3.388.462
88.804.955
Sumber : Departemen Koperasi, 2008
Dalam hal ini, strategi pengembangan UKM yang dikaji yaitu dari sisi perbankan
melalui bantuan keuangan. Lembaga keuangan dalam sektor perbankan mempunyai fungsi
sebagai intermediasi dalam aktifitas suatu perekonomian. Hal tersebut ditinjau dengan
adanya Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi
(KI). Jika fungsi dari kredit ini berjalan cukup baik maka hal tersebut dapat menciptakan
nilai tambah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana strategi
pengembangan UKM dapat mempengaruhi kinerja UKM dari sisi penyerapan tenaga kerja.
Selain itu, dilihat bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi.
Disamping itu, pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi mengharuskan pemerintah
untuk menyediakan dan memperluas lapangan pekerjaan yang diperuntukan bagi angkatan
kerja tersebut. Sehingga dengan mengembangkan sektor UKM dari sisi perbankan dengan
adanya kredit investasi dan modal kerja diharapkan masalah ketenagakerjaan dapat teratasi.
Dengan pengembangan tersebut sektor ini mempunyai kemampuan untuk menyerap tenaga
kerja lebih banyak dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi tersebut yaitu :
1. Bagaimana pengaruh pengembangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja beserta
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya di Indonesia?
2. Bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh pengembangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja beserta
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya di Indonesia.
2. Menganalisis peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai keadaan UKM di Indonesia dalam
rentang waktu 11 tahun. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah dalam mengembangkan UKM sehingga pada akhirnya dapat memberikan
kontribusi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga
diharapkan dapat berguna sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan
bagi Penulis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
yang sudah diperoleh selama pendidikan ini.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup sektor UKM pada semua sektor di Indonesia. Data yang
digunakan dimulai pada tahun 1996 sampai tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti pengaruh pengembangan UKM dari aspek finansial berupa Kredit Usaha Kecil
yang terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi terhadap penyerapan tenaga kerja.
Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja
seperti jumlah usaha UKM di Indonesia,
pendapatan per kapita dan PDB sektor UKM. Sedangkan dalam menganalisis pertumbuhan
ekonomi UKM digunakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu investasi, tenaga kerja,
ekspor dan jumlah usaha UKM.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Definisi dan Ruang Lingkup UKM
Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama,
tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya
dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan
perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok
perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent,
tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif.
Tapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan
untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktekpraktek inovasi strategis.
Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam.
Sebelum dikeluarkannya UU No.9/1995, setidaknya ada lima instansi yang
merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu
adalah Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia,
Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima
instansi itu, kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan
menggunakan pendekatan finansial.
Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia manggambarkan bahwa perusahaan
dengan jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan
dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 - 19 orang sebagai industri
kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20 - 99 orang sebagai industri sedang atau
15
menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai
industri besar.
Mengacu Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari
segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: (1) memiliki kekayaan bersih
paling banyak 200 Juta Rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha), atau (2) memiliki hasil penjualan paling banyak 1 Milyar Rupiah per
tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah : (1) untuk sektor industri,
memiliki total aset paling banyak 5 Milyar Rupiah per tahun, dan (2) untuk sektor
nonindustri, memiliki kekayaan bersih paling banyak 600 Juta Rupiah tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak 3 Milyar Rupiah per tahun. INPRES No. 10 Tahun 1999
mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayan
bersih lebih besar dari 200 Juta Rupiah sampai maksimal 10 Milyar Rupiah.
Departemen Perindustrian memalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian
No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil
berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya),
bernilai kurang dari 600 Juta Rupiah. Departemen Perdagangan membatasi usaha
kecil berdasarkan modal kerjanya.
Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha (dagang) yang
modal kerjanya bernilai kurang dari 25 Juta Rupiah. Sedangkan Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan,
16
pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi.
Menurut Kadin yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama
adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 600 Juta Rupiah. Adapun untuk
kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal
kerja kurang dari 250 Juta Rupiah dan memiliki nilai usaha kurang dari 1 Milyar
Rupiah.
Selain itu, pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara
mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif
tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenis-jenis usaha atau
bisnis. Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada intinya
mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai berikut.
1.
untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoritis).
2.
untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.
3.
untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi
perusahaannya.
4.
untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja
perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004).
2.2. Karakteristik UKM
Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep tentang
usaha kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu
daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan usaha kecil,
menengah dan besar. Ada empat aspek yang dipergunakan dalam konsep UKM
17
tersebut, yaitu pertama, kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan
atau kumpulan pemodal; ketiga, wilayah operasinya terbatas pada lingkungan
sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya; keempat, ukuran
dari perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud
bisa jumlah pekerja atau karyawan atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo
dan Soejodono, 2004)
Dari suatu penelitian Balton (1971) dalam Partomo dan Soejodono (2004),
menyatakan bahwa pimpinan atau pengurus perusahaan skala kecil, menengah
pada umumnya kurang atau tidak mengenyam pendidikan formal atau mempunyai
pendapat yang lemah terhadap perlunya pendidikan dalam pelatihan. Diantara
usaha kecil menengah tersebut terdapat jenis kegiatan yang disebut kerajinan yang
bisa dibedakan yaitu kerajinan yang bermutu tinggi dan yang bermutu rendah.
Kerajinan yang bermutu tinggi mempunyai nilai seni yang tinggi dan pembelinya
dari kalangan tertentu, sedangkan yang bermutu rendah untuk dijual lokal dengan
harga yang relatif murah. Disamping itu, terdapat pula karakteristik UKM ditinjau
dari aspek permodalan dan sumber daya manusia UKM.
2.2.1. Aspek Permodalan UKM
Salah satu hambatan bagi pengembangan kesempatan kerja disektor UKM
adalah terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor ini. Modal adalah
sumber-sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang atau
barang. Modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor produksi untuk
membeli sektor produksi untuk membeli modal baru dalam bentuk barang baru
18
lagi (Cahyono, 1983). Salah satu bentuk permodalan bagi suatu usaha yaitu dalam
bentuk kredit.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005).
Mengacu pada pengertian kredit menurut Ronohadiwirjo (1969), Mubyarto
(1989) dan Baker (1968) dalam Kuncoro (1996), bahwa kredit mempunyai
peranan sangat penting dalam memacu perkembangan usaha, terutama dalam
pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat penting untuk
meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko apabila usaha
itu gagal memberikan penerimaan lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan
kredit menjadi :
a. kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk
membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif.
Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan
atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.
b. kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja
untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya
pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Kredit
ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
19
c. kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk
pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,
modernisasi, maupun eksapansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek
baru.
2.2.1. Aspek Sumber Daya Manusia UKM
Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan
formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup perusahaan-perusahaan yang
mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala
besar. Sebaliknya, sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik
sebagai berikut : (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif
kecil; (3) Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk
bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; (5)
Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar sektor informal
dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal sangat beraneka ragam.
Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM (Cahyono, 1983).
Tenaga kerja sektor informal memiliki karakteristik tertentu antara lain : (1)
tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar; (2) tidak memiliki
keterampilan yang memadai; (3) biasanya tidak atau memiliki sedikit pendidikan
formal; (4) biasanya tenaga kerja kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga
kerja keluarga (Cahyono, 1983).
Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas
ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor
20
produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiw (2003) mengasumsikan bahwa
suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga
kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :
Qt=f (Lt,Kt)
(1)
Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut
Model Neoklasik adalah sebagai berikut :
Πt=TR-TC
(2)
TR=PT.QT
(3)
Dimana :
Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa
hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga kerja (L).
Bellante (1990) mengasumsikan tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang
diberikan kepada pekerja (w) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku
bunga (r).
TC=rtKt+wtLt
(4)
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka
diperoleh :
Πt=pt.Qt-rt.Kt-wtLt
(5)
Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi
keuntungan diatas harus sama dengan nol (π’=0), sehingga didapatkan :
Wt Lt=pt . f(Lt,Kt)-r1Kt
Lt=pt . f(Lt,Kt)-r1Kt/wt
(6)
(7)
21
Dimana :
Lt
wt
pt
Kt
rt
Qt
= Permintaan Tenaga Kerja
= Upah Tenaga Kerja
= Harga Jual Barang per unit
= Kapital (Investasi)
= Tingkat Suku Bunga
= Output (PDB)
Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga
kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (Investasi), Output (pendapatan), tingkat
suku bunga (r) dan tingkat upah (w).
2.3. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar
jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik itu disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi
bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan yang dikelola oleh dua
departemen, yaitu (1) Departemen Perindustrian dan Perdagangan; (2)
Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang
telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataanya
kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai
usaha besar.
Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai
tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini
digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami
perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan
22
ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju
pertumbuhan PDB yang merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi
suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut Mankiw (2003) merupakan
hubungan antara tingkat output (Y) dengan tingkat input (capital and labour).
Turunan pertama fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut:
Y=f(K,L)
(8)
Berdasarkan hal tersebut, maka nilai PDB secara langsung dipengaruhi oleh
tingkat investasi yang merupakan ΔK (Δ capital) dan angkatan kerja yang
merupakan Labour (L) dalam fingsi produksi. Investasi UKM setiap tahunnya
terus meningkat hal ini dapat mempertinggi efisiensi ekonomi dalam bentuk
barang-barang modal yang sangat penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi.
Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia
paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam
kegiatan ekonomi di berbagai sektor; (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar;
(3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran
koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian
nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada
masa mendatang (Kuncoro, 2002).
Pemberdayaan UKM secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan
mampu
menyelaraskan
struktur
perekonomian
nasional,
mempercepat
pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun. Selain itu juga dapat
23
mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan,
mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.
Pemberdayaan UKM diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya
saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha
baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis
pengetahuan, teknologi dan sumberdaya lokal (Gie Kian, K, 2003).
Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang memadai. Pada
kondisi ekonomi Indonesia saat ini, relatif sulit menarik investasi dalam jumlah
yang besar. Untuk itu, keterbatasan investasi perlu diarahkan pada upaya
mengembangkan wirausaha mikro, kecil dan menengah, karena memiliki ICOR
yang rendah dengan lag waktu yang singkat. Pemberdayaan UKM diharapkan
lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam
jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang
lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran
terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia (Kemenkop, 2004).
Pemberdayaan UKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena
menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan
membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM
akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan
industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM akan
memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga
dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Kemenkop, 2004).
24
2.4. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan UKM dalam jangka panjang
bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses
pembangunan nasional. Khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka
mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
peningkatan
pendapatan.
Sasaran
dan
pembinaan
usaha
kecil
adalah
meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang semakin
tangguh dan mandiri. Sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam
perekonomian nasional.
Adapun menurut Partomo dan Soejodono (2004), kebijakan pemerintah
terkait dengan pengembangan UKM yaitu :
1.
pembinaan kewirausahaan. UU RI No. 9 Tahun 1995 menyatakan
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan dalam sumber daya manusia. Didalam pola pengembangan
tersebut
dilakukan
dengan
pendekatan
interaksi
antara
kemauan,
kemampuan dan kesempatan. Kegiatan tersebut meliputi pendidikan dan
pelatihan, magang dan studi banding serta pemberian bantuan untuk
mandiri.
2.
kemitraan usaha. Kemitraan usaha menjamin kemandirian pihak-pihak yang
bermitra, karena kemitraan bukan proses merger atau akusisi. Kemitraan
usaha berlandaskan tanggung jawab moral dan etika bisnis sesuai dengan
demokrasi ekonomi berdasarkan pasal 33 UUD 1945. Proses ini
25
menciptakan keterkaitan antara usaha yang kukuh tanpa harus melakukan
integrasi vertikal atau konglomerasi.
3.
bantuan permodalan. Pada umumnya permodalan UKM masih lemah, hal ini
turut mementukan keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan di
bidang permodalan, termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat
melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM. Dengan
diberlakukannya UU No:23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kegiatan
yang dilakukan oleh BI dalam membantu pengembangan usaha kecil salah
satunya yaitu Kredit Usaha Kecil (KUK).
2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Azrin (2004) mengungkapkan bahwa dengan
alat analisis tabel I-O diketahui pengembangan UKM dapat memberikan
kontribusi untuk menekan terjadinya kebocoran wilayah yang ditimbulkan oleh
sektor-sektor lain. Kebocoran wilayah ini terjadi karena tingginya keterkaitan
kebelakang sedang keterkaitan ke depannya cenderung rendah. Selain itu juga
berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda karena nilai tambah yang
semestinya dapat ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah
lain. Pengembangan UKM di Kota Bogor memberikan dampak positif bagi
pengembangan wilayah, peningkatan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga
kerja hal ini terkait dengan struktur perekonomian wilayah.
Penelitian tentang pengembangan UKM juga telah dilakukan oleh Lamadlau
(2006). Dalam penelitian tersebut ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
26
pengembangan UKM yaitu terdapat 4 faktor dominan di Kabupaten Bogor yang
mempengaruhi keberhasilan pengembangan UKM agroindustri di Kabupaten
Bogor. Faktor tersebut yaitu : (1) Kebijakan pemerintah, (2) kemampuan
teknologi, (3) pemasaran, (4) akses permodalan.
Dengan menggunakan penilaian pendapat gabungan dari responden ahli,
keempat faktor dominan ini teridentifikasi bahwa keseluruhan kebijakan
pemerintah merupakan faktor yang paling berpengaruh (0,519) disusul dengan
akses permodalan (0,251), pemasaran (0,195) dan kemampuan teknologi (0,071).
Hal ini berjalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyar (2004) bahwa
kebijakan pemerintah adalah faktor yang paling berpengaruh. Selain dari pada itu,
hasil ini juga menunjukan bahwa pendapat para responden ahli serta urutan
prioritas tersebut sejalan dengan keadaan serta gambaran kondisi aktual pelaku
usaha UKM di Kabupaten Bogor. Disamping itu akses untuk mendapatkan
bantuan permodalan dari lembaga keuangan juga sangat dibutuhkan mengingat
selama ini sumber permodalan dan keuangan kebanyakan UKM berasal ari
sumber-sumber permodalan konvensional seperti kredit dari pemasok atau
pinjaman dari keluarga sehingga berpengaruh terhadap akselerasi perkembangan
skala usaha UKM.
Penelitian tentang penyerapan tenaga kerja juga dilakukan oleh Prihartanti
(2007). Berdasarkan hasil pembahasan menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja seperti Upah Riil, Investasi Riil, PDRB
Riil, Jumlah Unit Usaha serta Dummy Krisis telah memberikan pengaruh yang
nyata pada taraf 5 persen. Berdasarkan pengujian faktor yang paling
27
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah jumlah unit usaha. Semakin besar
jumlah perusahaan-perusahaan baru pada sektor industri di Kota Bogor maka
semakin besar pula tenaga kerja yang diserap pada sektor tersebut. Dengan
demikian sektor industri memiliki peran penting dalam rangka mengurangi
pengangguran di Kota Bogor. Semakin berkembangnya sektor industri khususnya
dalam peyerapan tenaga kerja, sehingga pengangguran semakin berkurang.
Menurut Polman (2000) dalam Azrin (2004) didalam upaya pengembangan
UKM perlu adanya kebijakan yang benar-benar mendukung iklim usaha dan
konsisten dalam penerapannya (faktor eksternal). Selain itu, kebijakan UKM
tersebut juga harus mencakup pemecahan masalah keuangan yang dihadapi UKM.
Selain faktor eksternal, faktor internal juga perlu dipertimbangkan dalam rangka
pengembangan UKM, antara lain perlu adanya perumusan indikator untuk
memonitor dan mengevaluasi produktivitas UKM.
2.6. Kerangka Pemikiran
Pembangunan sektor perekonomian di Indonesia melalui pengembangan
usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan hal utama yang perlu diprioritaskan
agar membuat UKM menjadi sektor yang unggul dan menjadi tumpuan bagi
pembangunan. UKM sendiri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh perseorangan maupun badan uaha dengan tujuan untuk memproduksi barang
atau jasa guna diperniagakan secara komersial. UKM sebagai kegiatan ekonomi
dan sekaligus bagian integral dunia usaha regional maupun nasional mempunyai
kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam
28
mewujudkan pembangunan daerah pada umumnya dan pembangunan ekonomi
pada khususnya. UKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat,
dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat
serta mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Kondisi UKM di Indonesia mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik
dari segi jumlah usaha, investasi, maupun kontribusinya terhadap PDB..
Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor
UKM mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam
menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UKM adalah
sektor yang potensial apabila dikembangkan.
Meskipun UKM mempunyai potensi dalam menyerap tenaga kerja akan
tetapi UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara
maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha
yang belum mendukung bagi perkembangannya (Azrin, 2004; Lamadlau, 2006).
Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
UKM. Upaya tersebut salah satunya yaitu dari aspek finansial yang dilakukan
pemerintah dengan bantuan permodalan dalam bentuk kredit. Yang dimaksud
dengan kredit dalam penelitian ini yaitu Kredit Usaha Kecil. Kredit Usaha Kecil
terbagi dalam tiga jenis penggunaan yaitu Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja,
29
dan Kredit Konsumsi. Pengembangan UKM dari sisi kredit diharapkan dapat
memacu pertumbuhan dengan adanya pertambahan skala usaha sehingga dapat
menyerap tenaga kerja lebih banyak. Dalam penggunaan kredit ini, penelitian
ditekankan pada Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja karena pada jenis
penggunaan kredit tersebut adanya pertambahan barang dan jasa dalam skala
produksi. Sehingga Kredit Konsumsi tidak termasuk ruang lingkup yang
dikarenakan dalam kredit ini tidak adanya pertambahan barang dan jasa.
Selain itu pengembangan UKM dalam penyerapan tenaga kerja dari sisi
finansial juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : jumlah unit
usaha kecil dan menengah, PDB dalam skala kecil menengah dan pendapatan per
kapita. Dengan kredit Investasi dan Modal kerja dari perbankan merupakan
investasi yang ditanamkan pada sektor UKM yang diharapkan akan meningkatkan
skala produksi UKM. Sehingga dengan peningkatan skala produksi tersebut maka
kebutuhan tenaga kerja akan terus bertambah. Oleh karena itu dengan adanya
pengembangan UKM yang menambah Investasi, nilai ekspor dan tenaga kerja
yang diserap pada sektor UKM akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui
pembentukan PDB UKM.
30
Kondisi UKM di
Indonesia saat ini
Kelemahan UKM :
1. Faktor Eksternal
2. Faktor Internal
Strategi Pengembangan
UKM
Bantuan Permodalan
Pendapatan
Per kapita
Nilai
Ekspor
UKM
Kredit Usaha Kecil :
1. Modal Kerja
2. Investasi
Penyerapan Tenaga Kerja
PDB
Sektor
UKM
Investasi
UKM
Pertumbuhan Ekonomi
Keterangan : ------ (variabel tidak bebas)
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Jumlah
Usaha
UKM
31
2.7. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang akan dipecahkan,
maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis
tersebut antara lain :
1. kredit modal kerja dan kredit investasi mempunyai pengaruh yang positif
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM.
2. jumlah unit usaha mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan
tenaga kerja.
3. output nasional (PDB) mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan
tenaga kerja UKM.
4. pendapatan per kapita mempunyai pengaruh yang negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja.
5. tenaga kerja dan investasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan PDB.
6. nilai ekspor mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Semakin besar nilai ekspor maka semakin besar nilai PDB.
32
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data sekunder
tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Bank Indonesia dan
Departemen Koperasi Jakarta. Data yang dikumpulkan berupa data Produk
Domestik Bruto (PDB) skala usaha kecil menengah, jumlah usaha UKM,
pendapatan per kapita, Investasi UKM, Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja,
Ekspor UKM dan tenaga kerja UKM. Data tersebut diteliti periode tahun 19962006.
3.2. Metode Analisis Data
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja
pada sektor UKM dan pertumbuhan ekonomi. Model analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan 2 model regresi
berganda dengan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square) Software yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang dimasukan dalam Microsoft Excel
dan diolah menggunakan Eviews 4.1. adapun model persamaan ekonometrika
sebagai berikut :
1. Fungsi Penyerapan Tenaga Kerja
LogPTK = b0+ b1LogJUUt+b2LogPPKt+ b3LogPDBt+b4LogKIt+b5LogKMKt+εt
33
Dimana :
PTK = Penyerapan Tenaga Kerja sektor UKM (orang)
JUU = Jumlah Unit Usaha UKM periode ke-t (Unit)
PPK = Pendapatan Per kapita periode ke-t (Rupiah)
PDB = Produk Domestik Bruto sektor UKM periode ke-t (Rupiah)
KI = Kredit Investasi Usaha Kecil Periode ke-t (Rupiah)
KMK= Kredit Modal Kerja Usaha Kecil Periode ke-t (Rupiah)
2. Fungsi Pertumbuhan PDB
LogPDB = a0+a1LogIt+a2LogJTKt+a3LogNE+εt
Dimana :
PDB = Pertumbuhan PDB Indonesia (Rupiah)
It
= Investasi pada sektor UKM periode ke-t (Rupiah)
JTK = Jumlah Tenaga Kerja pada sektor UKM periode ke-t (Orang)
NE = Nilai Ekspor UKM (Rupiah)
3.3. Uji Statistik
3.3.1. Uji Koefisien Determinan R2
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar
keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas yang terpilih terhadap
variabel tidak bebas. Sifat dari R2 adalah besarannya yang selalu bernilai positif
namun lebih kecil dari satu (0 < R2 < 1). Jika R2 bernilai satu maka terjadi
kecocokan sempurna dimana variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh garis
regresi, sedangkan jika nilainya nol itu berarti tidak ada varians variabel tak bebas
dapat diterangkan oleh variabel bebas. Oleh karena itu, semakin dekat nilai R2
dengan satu model tersebut semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tak bebas, demikian juga sebaliknya. Untuk menghitung R2, maka dapat
menggunakan rumus dibawah ini:
R2= JKR
JKT
(3)
34
Dimana:
R2
: Koefisien determinasi
JKR : Jumlah Kuadrat Regresi
JKT : Jumlah Kuadrat Total
3.3.2. Uji t- Statistik
Uji-t digunakan untuk melihat pengaruh dari setiap variabel bebas terhadap
variabel tak bebas. Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk melihat secara
statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dalam suatu model
bersifat signifikan atau tidak.
Hipotesis :
H0 : a1=0
i=1,2,3,…….k
H1 : a1≠0
t-hitung=ai
S(a)
t-tabel =t α/2(n-k)
(4)
dimana :
S(a) = Simpangan baku koefisien dugaan
Kriteria Uji :
t-hitung > t α/2(n-k) , maka tolak H0
t-hitung < t α/2(n-k) , maka terima H0
Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti variabel bebas berpengaruh nyata
terhadap variabel tak bebas dan sebaliknya jika H0 diterima berarti variabel bebas
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin besar nilai t-hit
maka akan semakin kuat bukti bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik.
35
3.3.3. Uji F-Statistik
Selain uji signifikan t-stat, ada juga uji signifikan serentak yaitu uji F-stat.
Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari pergerakan seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan dari variabel tak
bebasnya dalam suatu persamaan. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan
adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hal ini
disebut hipotesis nol.
Hipotesis :
H0 : a1 = 0
H1 : minimal ada salah satu a1 ≠ 0
Uji statistic yang digunakan adalah uji F :
F Hitung = R2 /k-1
(1-R2) /n-k
F Tabel = F α(k-1, n-k)
(5)
Kriteria uji :
F-hitung > F α(k-1, n-k) , maka tolak H0
F-hitung < F α(k-1, n-k) , maka terima H0
Dimana :
R = Koefisisen Determinasi
n = Banyaknya Data
k = Jumlah koefisien Regresi dugaan
Jika H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh
nyata terhadap variabel tak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak
ada satupun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas.
Semakin besar nilai F-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa terdapat minimal
36
salah satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap keragaman dari
variabel tak bebas.
3.4. Uji Ekonometrika
3.4.1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah terdapatnya hubungan linear yang sempurna
diantara beberapa variabel yang menjelaskan dari model regresi. Konsekuensi dari
adanya Multikolinearitas adalah sebagai berikut : Apabila ada kolinearitas
sempurna diantara x, koefisien regresinya tak tentu dan kesalahan standarnya tak
terhingga. Jika kolinearitas tingkatnya tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna,
penaksiran koefisien regresi adalah mungkin, tetapi kesalahan standarnya
cenderung besar. Sebagai hasilnya nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir
dengan tepat.
Multikolinearitas dalam Gujarati (1978) dapat dideteksi dengan beberapa
indikator sebagai berikut:
1. tanda paling jelas dari multikolinearitas adalah ketika R2 sangat tinggi.
2. dalam model yang hanya meliputi dua variabel yaitu dengan memeriksa
korelasi derajat nol atau sederhana antara dua variable tadi. Dan apabila
terdapat korelasi yang tinggi maka dapat dipastikan bahwa adanya gejala
multikolinearitas.
3. dengan memeriksa koefisien korelasi parsial apabila dalam model yang
meliputi lebih dari dua variabel x mempunyai korelasi derajat nol.
4. jika terdapat R2 tinggi tetapi korelasi parsial rendah.
37
3.4.2. Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model klasik mengasumsikan
bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi
oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain.
Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah varian residual yang diperoleh akan
lebih rendah dari pada semestinya sehingga mengakibatkan R2 menjadi lebih
tinggi dan pengujian hipotesis dengan menggunakan t statistic dan F statistic.
Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
E-Views. Uji yang digunakan adalah Breusch-Godfrey Serial Correlation LM.
Hipotesis pada uji ini adalah :
H0 = ρ0 = 0, tidak terjadi autokorelasi
H1 = ρ0 ≠ 0, terjadi autokorelasi
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square lebih besar dari taraf nyata (α)
yang digunakan maka hipotesis H0 diterima sehingga tidak ditemukan gejala
autokorelasi pada model. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-square lebih kecil
dari taraf nyata (α) yang digunakan maka hipotesis H0 ditolak, sehingga
ditemukan gejala autokorelasi pada model.
3.4.3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari
variabel independen tidak memiliki nilai yang sama atau nilai ragam error term
tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Hal ini melanggar asumsi
38
dasar regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai yang
konstan atau memiliki varian yang sama. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi
dalam data cross-section karena data ini menghimpun data yang mewakili
berbagai ukuran.
Hipotesis untuk melihat terjadinya gejala heteroskedastisistas adalah:
H0 = ρ0 = 0, homoskedastisitas
H1 = ρ0 ≠ 0, heteroskedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas
yaitu dengan menggunakan White heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan:
1.
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square lebih besar dari taraf nyata (α)
yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami
heteroskedastisitas.
2. Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Square lebih kecil dari taraf nyata (α) yang
digunakan,
maka
model
persamaan
yang
digunakan
mengalami
heteroskedastisitas.
3.4.4. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan jika sample yang digunakan kurang dari 30. Uji
ini disebut dengan Jarque-Bera Test. Kriteria uji yang digunakan adalah jika nilai
probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) > taraf nyata maka error term terdistribusi
normal, sebaliknya jika nilai probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) < taraf nyata
maka error term tidak terdistribusi normal.
39
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan UKM di Indonesia
Pada tahun 2005 nilai PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat
sebesar 1750,66 Triliun Rupiah. Peran UKM yaitu sebesar 979,71 Triliun Rupiah
atau 55,96 persen dari total PDB Nasional. Kontribusi usaha kecil tercatat sebesar
688, 9 Triliun Rupiah atau 39,35 persen, usaha menengah sebesar 290,8 Triliun
Rupiah atau 16,61 persen dan usaha besar berkontribusi sebesar 770,9 Triliun
Rupiah atau 44,04 persen dari keseluruhan PDB.
Tabel 4.1. PDB dan Proporsi PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun
2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar)
Tahun
Kecil
Menengah
Besar
Jumlah
2003
619.021,9
(39,25)
257.101,4
(16,3)
701.048,0
(44,45)
1.577.171,3
(100,00)
2004
650.290,3
(39,26)
688.909,1
(39,35)
725.959,4
(39,31)
274.192,9
(15,56)
290.803,3
(16,61)
306.614,5
(16,60)
732.033,6
(44,18)
770.943,6
(44,04)
814.081,0
(44,09)
1.656.516,8
(100,00)
1.750.656,1
(100,00)
1.846.654,9
(100,00)
2005
2006
Sumber
: Departemen Koperasi, 2008
Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)
Sampai dengan tahun 2006 perkembangan usaha kecil dan menengah
(UKM) meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum.
Pada Tabel 4.1. terlihat PDB UKM berdasarkan nilai tambah dan laju
pertumbuhannya. Meskipun secara nominal nilai tambah UKM semakin besar tiap
tahunnya akan tetapi usaha besar tetap memberikan kontribusi terbesar baik itu
berdasarkan proporsi dan kuantitas. Pada tahun 2006 tercatat proporsi usaha kecil
40
sebesar 39,31 persen dan usaha menengah mencapai 16,60 persen terhadap total
PDB sebesar 1.846.654,9 Milyar Rupiah.
Keberhasilan pertumbuhan PDB, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya
investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM diharapkan mampu
mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap
kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Selanjutnya dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Tabel 4.2. Investasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2003-2006 Atas Dasar
Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)
Tahun
Kecil
Menengah
Jumlah
2003
60.038,938
69.418,505
129.457,443
2004
71.789,351
82.592,408
154.381,759
2005
83.533,652
94.520,945
178.054,597
2006
85.625,085
97.089,264
182.714,349
Sumber : Departemen Koperasi, 2008
Berdasarkan nilai investasi pada Tabel 4.2., investasi keseluruhan UKM
setiap tahunnya semakin bertambah. Dari tahun 2003 investasi UKM adalah
sebesar 129.457.443 Juta Rupiah dan pada tahun 2006 menjadi 182.714.349 Juta
Rupiah atau terjadi peningkatan sebesar 29,15 persen dalam kurun waktu 4 tahun.
Pada tahun 2006, investasi pada usaha kecil sebesar 85.625.085 Juta Rupiah dari
total investasi keseluruhan 182.714.349 Juta Rupiah atau mempunyai porsi
sebanyak 46,86 persen. Selain itu, sisanya usaha menengah mempunyai porsi
sebesar 53,14 persen sebanyak 97.089.264 Juta Rupiah. Berdasarkan kondisi
tersebut kinerja sektor riil akan terus membaik karena dilihat dari kecenderungan
41
investasi yang semakin meningkat, sehingga dengan produktivitas yang terus
meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan pula turut meningkat.
Tabel 4.3. Ekspor dan Laju Pertumbuhan UKM Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2004-2006 (Milyar Rupiah)
Sektor
2004
2005
2006
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan.
2. Pertambangan dan
Penggalian.
3. Industri Pengolahan
Total Ekspor
8.715,366
11.535,426
12.662,709
638,675
1.139,938
1.621,320
86.194,198
97.662,700
107.915,486
95.548,239
(23,93)
110.338,064
(15,48)
122.199,515
(10,75)
Sumber
: Departemen Koperasi, 2008
Keterangan : dalam kurung ( ) menunjukan persentase (%)
Selanjutnya, dalam ekspor peranan UKM masih belum signifikan karena
pertumbuhannya cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun. Berdasarkan Tabel
4.3. laju pertumbuhan ekspor barang usaha kecil dan menengah terus menurun
sehingga pada tahun 2006 turun menjadi sebesar 10,75 persen mencapai
122.199.515 Juta Rupiah. Berdasarkan kontribusinya menurut sektor ekonomi,
selama kurun waktu 2004-2006 sektor Industri Pengolahan merupakan
penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Kemudian berturut-turut diikuti oleh
sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan serta Pertambangan dan
Penggalian.
4.2. Peranan UKM di Indonesia
Peran UKM dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:
(1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi disetiap sektor;
(2) penyedia lapangan kerja yang terbesar; (3) pemain penting dalam
42
pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar
baru dan inovasi; (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran dalam
kegiatan ekspor. Peran UKM sangat strategis dalam perekonomian nasional,
sehingga perlu manjadi fokus pembangunan ekonomi pada masa mendatang.
Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan akan mampu
menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan
ekonomi nasional diatas 6 persen per tahun dan memperbaiki pemerataan
pendapatan masyarakat.
Dalam sepuluh tahun terakhir pasca krisis jumlah dan persentase usaha
skala kecil dan menengah terus tumbuh. Perkembangan jumlah UKM pada
periode tahun 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 3,88 persen dari
47.102.744 unit pada tahun 2005. Pada tahun 2006 jumlah seluruh usaha yang
ada di Indonesia sebanyak 48.936.840 unit usaha diantaranya sebanyak
48.929.636 merupakan usaha kecil dan menengah (Tabel 1.1.). Hampir sebesar 99
persen unit usaha di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah.
Berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 sektor ekonomi yang
mempunyai proporsi unit terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri
Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; dan (5) Jasa-Jasa. Sedangkan
sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit usaha terkecil berturut-turut yaitu
sektor (1) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3) Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan terakhir (4) Listrik, Gas dan Air Bersih.
43
Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi, apabila tenaga kerja tersebut sebagai sumberdaya ekonomi dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Seiring dengan pertumbuhan unit usaha
UKM, dalam penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup
berarti. Bila pada tahun 1999 jumlah tenaga kerja yang diserap UK sebanyak 59.9
juta orang selama 3 tahun naik berturut-turut menjadi 68.3 juta orang atau naik 4,6
persen rata-rata setiap tahun. Persentase kenaikan penyerapan tenaga kerja yang
tinggi terjadi pula pada UM dan UB. Penyerapan tenaga kerja UK terbesar terjadi
di sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yakni 36.4 juta orang di
tahun 2001 dan meningkat menjadi 37,0 juta orang di tahun 2002.
Pada tahun 2006 UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 85.416.493 0rang
atau 96,18 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Jumlah ini
meningkat sebesar 2,62 persen atau 2.182.700 orang dibandingkan tahun 2005.
Kontribusi usaha kecil tercatat sebanyak 80.933.384 orang atau 91,14 persen dan
usaha menengah sebanyak 4.483.109 orang atau 5,05 persen (Tabel 1.4). Untuk
usaha kecil Pertanian, Peternakan, Perhutanan dan Perikanan tercatat memiliki
peran terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebanyak 37.965.878 orang
atau sebesar 46,91 persen dari total tenaga kerja yang diserap.
4.3. Permasalahan yang dihadapi UKM
Meskipun UKM merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan akan
tetapi tetapi didalamnya terdapat faktor-faktor yang menghambat pengembangan
44
UKM itu sendiri. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi Usaha Kecil dan
Menengah meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang termasuk
faktor internal yaitu : Kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan.
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan
unit usaha. Kurangnya permodalan UKM oleh karena pada umumnya usaha kecil
dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat
terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya
sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta
oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Disamping itu pengembangan UKM juga terkait dengan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan
merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan kualitas SDM usaha
kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya
sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha
tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan
keterbatasan kualitas SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkannya.
Selain faktor internal terdapat pula permasalahan UKM yang dipengaruhi
oleh faktor eksternal yaitu : Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif dan
kebijaksanaan pemerintah untuk mengembangkan UKM, meskipun dari tahun ke
tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif.
45
Kendala lain yang dihadapi oleh UKM adalah mendapatkan perizinan untuk
menjalankan usaha mereka. Disamping hal tersebut terdapat pula permasalahan
eksternal yang meliputi terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya informasi
yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
terbatasnya akses pasar.
4.4. Kebijakan Pemerintah
Menghadapi permasalahan UKM baik dari segi intenal maupun eksternal,
maka pemerintah membuat suatu kebijakan tertentu mengenai UKM. Kebijakan
tersebut diantaranya yaitu pembinaan UKM, kemitraan usaha dan bantuan
permodalan. Akan tetapi dalam penelitian ini fokus masalah adalah kebijakan
pemerintah melalui strategi pengembangan UKM dengan adanya bantuan
keuangan. Selain itu, berdasarkan persoalan yang membelit UKM, permasalahan
yang paling mempengaruhi dalam perkembangan UKM adalah terbatasnya modal
yang dimiliki. Sehingga hal tersebut membuat UKM sulit untuk meningkatkan
skala usahanya dan memperluas pangsa pasar produk UKM. Menanggapi hal itu
pemerintah mulai memberikan bantuan permodalan bagi UKM dengan
memberikan kredit usaha kecil.
Sehubungan dengan itu, kebijakan pemerintah dalam pembangunan dibidang
ekonomi antara lain menetapkan bahwa usaha pemerataan hasil pembangunan
harus mencakup program untuk memberikan kegiatan kepada usaha kecil. Hal
tersebut untuk memperluas dan mengatur usahanya dengan mengikutsertakan
dalam ruang lingkup tanggung jawab yang lebih besar dengan jalan memperkuat
46
permodalannya, meningkatkan keterampilannya dan membantu pemasaran hasil
produknya. Sementara itu arah PJP II sebagaimana digariskan dalam GBHN, telah
menetapkan antara lain bahwa pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial.
Sejak awal pembangunan nasional, perbankan telah memberikan perhatian
yang sangat besar terhadap pengembangan usaha kecil dengan menyediakan
kredit yang dapat menunjang pembiayaan usaha kecil melalui berbagai fasilitas
kredit kecil bersubsidi. Hal ini dimulai dengan diperkenalkannya pola Kredit
Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen (KIK/KMKP) pada tahun 1973.
kredit tersebut mempunyai masa pelunasan hingga 10 tahun, dan suku bunga
bersubsidi.
Setelah deregulasi perbankan pada 1988, kredit UKM dengan bunga
bersubsidi secara berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank komersial.
Selain itu, donor internasional juga menyusun kredit program investasi bagi UKM
dalam mata uang rupiah. Antara 1990 dan 2000, Bank Indonesia mendanai
berbagai kredit program dengan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Kredit Usaha Tani (KUT),
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana/Sangat Sederhana (KPRS/SS), dan Kredit
Usaha Kecil dan Mikro yang disalurkan melalui koperasi dan bank perkreditan
rakyat.
Salah satu pengembangan UKM yaitu dengan adanya bantuan keuangan
melalui permodalan baik itu untuk modal kerja maupun untuk membiayai
47
pembangunan
atau
pembelian
barang modal.
Sehubungan
dengan
itu,
diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dalam
membantu pengembangan usaha kecil Bank Indonesia menyempurnakan
ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui peraturan Bank Indonesia
Nomor. 3/2/PB/2001 tentang KUK. Selain itu Bank Indonesia membantu
pengembangan usaha kecil secara tidak langsung dengan meningkatkan intensitas
dan efektivitas bantuan teknis.
Tabel 4.4. Posisi dan Pertumbuhan Kredit MKM Tahun 2002-2006 di
Indonesia
Jenis Penggunaan
Posisi Kredit (Triliun Rp)
2002
2003
2004
2005
2006
KMK
KI
KK
Total
Sumber
73,7
(35,6)
17,4
(9,7)
69,9
(36,7)
161,0
(32,7)
91,1
(23,7)
22,8
(31,1)
93,3
(33,3)
207,1
(28,6)
111,6
(22,5)
28,5
(25)
131,0
(40,6)
271,1
(30,9)
151,4
(27,8)
33,6
(16,1)
284,8
(36,8)
369,9
(36,4)
180,8
(19,4)
38,2
(13,6)
208,9
(13)
428,0
(15,7)
: Bank Indonesia, 2007
Keterangan : dalam kurung ( ) menunjukan persentase (%)
Searah dengan perkembangan kredit secara umum, Kredit kepada Mikro,
Kecil dan Menengah juga terus tumbuh dan berkembang. Realisasi penyaluran
kredit MKM pada 2006 mencapai Rp 428,0 Triliun (Tabel 4.4.) atau tumbuh
sebesar 15,7 persen. Kondisi ini mencerminkan persepsi positif perbankan
terhadap sektor MKM sebagai salah satu unit usaha yang layak diberikan kredit
dan memberikan keuntungan komersial. Sebagian besar pangsa Kredit MKM
disalurkan untuk kegiatan produktif. Berdasarkan jenis kredit, 51,2 persen dari
48
total Kredit MKM disalurkan dalam bentuk kredit modal kerja dan investasi
dengan pangsa masing-masing sebesar 42,3 persen dan 8,9 persen. Berdasarkan
perkembangan jenis kredit, sektor perdagangan dan sektor industri merupakan
sektor dengan pangsa kredit yang besar (BI, 2007).
49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia dilihat
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut yaitu Produk
Domestik Bruto (PDB) UKM, jumlah unit usaha UKM (JUU), pendapatan per
kapita (PPK), Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Hasil
estimasi model ditunjukan dalam Tabel 5.1 berikut ini :
Tabel 5.1. Hasil Regresi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Variable
Coefficient
Probability
C
3.386841
0.0002
LOG_PDB
0.062321
0.0000
LOG_JUU
0.904148
0.0000
LOG_PPK
-0.378047
0.0003
LOG_KMK
0.035586
0.0002
LOG_KI
-0.074278
0.0000
R-squared
0.999608
Adjusted R-squared
0.999216
F-statistic
2548.657 Prob(F-statistic)
0.000000
Durbin-Watson stat
1.986143
Keterangan : Taraf Nyata α=0,05(5%)
Berdasarkan hasil pendugaan pada parameter Tabel 5.1., hasil analisis
regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki kecocokan model yang tinggi.
Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R2) pada persamaan
penyerapan tenaga kerja bernilai 0.999608 (99,96 %). Artinya bahwa faktor-faktor
penyerapan tenaga kerja seperti PDB Riil, Jumlah Unit Usaha UKM, Pendapatan
Per kapita Riil, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi yang terdapat dalam
model dapat menjelaskan keragaman sebesar 99,96 persen dan sisanya 0,04
persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.
50
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan dengan nilai statistik uji-t
menunjukan bahwa empat variabel berpengaruh nyata pada taraf nyata lima
persen. Variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Jumlah Unit Usaha,
PDB UKM, Pendapatan Per kapita, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Uji-f
menunjukan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas F sebesar
0.000000 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa
pengaruh yang ditimbulkan keseluruhan variabel penjelas secara serempak
terhadap variabel bebas adalah baik. Artinya dari kelima variabel bebas dalam
model tersebut setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap
penyerapan tenaga kerja.
Estimasi parameter regresi dengan mengggunakan Ordinary Least Square
(OLS) harus memenuhi asumsi-asumsi klasik. Untuk melihat apakah asumsi dasar
tersebut dipenuhi, perlu dilakukan pengujian setelah perhitungan dan uji hipotesis
dilakukan. Pengujian asumsi dasar tersebut meliputi uji multikolineritas, uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mendeteksi ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi dasar tersebut. Bila terjadi
pelanggaran, maka akan diperoleh asumsi yang tidak valid.
Pada persamaan penyerapan tenaga kerja diketahui bahwa pada persamaan
ini tidak terjadi autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas yang dapat
diabaikan dengan uji Klein. Sehingga pada persamaan ini model dapat memenuhi
asumsi dasar Selain itu, karena jumlah data < 30 maka dilakukan uji normalitas
dan hasilnya yaitu pada model tersebut error term dapat terdistribusi dengan
normal (Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3).
51
Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori
ekonomi. Pada uji ini yang dilihat adalah tanda serta nilai dari koefisien variabel
bebas, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pada variabel jumlah unit usaha
memberikan pengaruh yang signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan
hasil uji ekonomi jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif dengan
penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari jumlah unit usaha adalah 0.904148.
Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah unit usaha sebesar 1 persen akan
meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap sebesar 0.904148 persen. Hal ini
sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang
positif dengan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan jumlah usaha sama artinya
dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan kerja akan
terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah
unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya.
Hasil dapat dirujuk pada Bab sebelumnya dengan melihat Tabel 1.1. dan Tabel
1.4. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihartanti (2006)
bahwa
peningkatan
jumlah
unit
usaha
dapat
mengakibatkan
semakin
meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja disektor tersebut.
Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan
lapangan kerja yang cukup untuk angkatan kerja yang semakin bertambah.
Terutama bagi negara berkembang termasuk Indonesia dimana pertumbuhan
angkatan kerja lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja.
Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk Indonesia yang cenderung tinggi
sehingga cenderung pula melebihi pertumbuhan kapital. Berdasarkan kondisi
52
tersebut dengan semakin meningkatnya jumlah unit UKM maka akan membantu
dalam penyediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru. Sehingga dengan ini
tujuan pembangunan dapat tercapai untuk peningkatan kesejahteraan dan
mengurangi angka kemiskinan yang merupakan masalah utama negara
berkembang khususnya Indonesia.
Nilai PDB pada sektor UKM memberikan pengaruh yang signifikan pada
penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari nilai PDB adalah sebesar 0.062321.
Nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan PDB sebesar 1 persen akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.062321 persen. Hal ini sesuai
dengan hipotesis bahwa nilai PDB mempunyai hubungan yang positif dengan
penyerapan tenaga kerja.
Angka tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkat PDB sektor UKM,
maka meningkatkan investor yang menanamkan modalnya disektor UKM. Dalam
hal ini investor tersebut adalah pemerintah yang telah mewujudkan program
pengembangan UKM dengan adanya Kredit Usaha Kecil. Sehingga dengan
kondisi tersebut semakin banyak nilai investasi yang ditanamkan pada sektor
UKM semakin tinggi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM.
Selain itu pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan
kerja, karena dengan adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan
input. Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi produksi dari
PDB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prihartanti
(2006) bahwa PDB secara signifikan memberikan pertumbuhan yang positif
53
terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil dapat dirujuk pada Bab sebelumnya
dengan melihat Tabel 1.4. dan Tabel 4.1.
Nilai Kredit Modal Kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Kredit Modal Kerja adalah
0.035586. Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan Kredit Modal Kerja sebesar 1
persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 0.035586
persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa Kredit Modal Kerja mempunyai
hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Kredit Modal Kerja
adalah kredit yang digunakan sebagai modal awal untuk membuka suatu usaha,
dengan membuka lapangan usaha baru sama artinya dengan membuka
kesempatan kerja. Sehingga dengan membuka kesempatan kerja maka akan
terjadi penyerapan tenaga kerja. Penyaluran kredit kepada usaha kecil merupakan
program
pengembangan
UKM
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
dan
mengurangi pengangguran. Penyaluran kredit ini diharapkan akan menciptakan
lapangan kerja baru yang sangat dibutuhkan bagi angkatan kerja Indonesia yang
terus bertambah.
Nilai Kredit Investasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Kredit Investasi adalah -0.074278.
Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan Kredit Investasi sebesar 1 persen akan
menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.066512 persen. Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis bahwa Kredit Investasi mempunyai hubungan yang positif
dengan penyerapan tenaga kerja. Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan
untuk menambah skala usaha dengan bertujuan untuk meningkatkan hasil
54
produksi dengan mengganti bagian dari penyediaan barang modal yang rusak dan
tambahan dalam penyediaan modal yang ada. Kredit ini biasanya digunakan untuk
membeli barang-barang modal yang baru dan cenderung digunakan untuk
investasi yang padat modal untuk meningkatkan tingkat efisiensi suatu produksi.
Sehingga pada kredit investasi tersebut kurang dapat memberdayakan sumberdaya
manusia melalui penyerapan tenaga kerja.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh tim pengkaji dari
Departemen Koperasi (2006) terhadap dampak penggunaan kredit UKM di
sepuluh propinsi di Indonesia. Pada sepuluh propinsi tersebut diketahui bahwa
hampir seluruh kredit digunakan untuk pembelian bahan baku, peralatan UKM
dan pembayaran gaji. Selain itu, dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
meskipun kredit untuk bahan baku berpengaruh positif terhadap volume usaha
akan tetapi pengaruhnya tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Secara keseluruhan, meskipun kredit investasi mempunyai hubungan yang
negatif dengan penyerapan tenaga kerja akan tetapi kredit ini bukan berarti
menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan pada
awalnya kredit investasi digunakan sebagai bantuan permodalan dalam Kredit
Usaha Kecil bedasarkan tujuan penggunaannya untuk berinvestasi dengan sasaran
pengusaha UKM. Selain itu kredit ini juga bertujuan untuk mengembangkan
usaha para pengusaha UKM yang mempunyai keterbatasan dalam kepemilikan
modal, sehingga sisi positifnya yaitu untuk para pemilik usaha kecil dan
menengah agar dapat mengembangkan usahanya. Disamping itu, proporsi kredit
ini dibandingkan dengan kredit lain tidak begitu besar. Kredit Investasi pada tahun
55
2006 tercatat hanya sebesar 38,2 Triliun Rupiah, berbeda dengan Kredit Modal
Kerja yang sebesar 180,8 Triliun Rupiah dan Kredit Konsumsi sebesar 208,9
Triliun Rupiah (Bank Indonesia, 2007).
Pendapatan per kapita memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Pendapatan per kapita
adalah
sebesar -0.378047 . Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan pendapatan per
kapita sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar
0.378047 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa pendapatan per kapita
mempunyai pengaruh negatif dengan penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Anderson (1982) dalam Lamadlau (2006)
menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara
semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Hal tersebut dikarenakan bahwa
kenaikan pendapatan per kapita di negara berkembang kemungkinan dipengaruhi
oleh sektor diluar UKM yaitu sektor usaha besar. Terbukti dengan sumbangan
PDB nasional yang masih didominasi oleh usaha besar dibandingkan dengan
usaha kecil. Sehingga dengan kondisi tersebut, jika ada kenaikan baik itu dari segi
nilai tambah, kuantitas ataupun proporsi diluar UKM maka akan mempengaruhi
pangsa tenaga kerja UKM. Dimana pada kondisi tersebut terdapat kemungkinan
bahwa terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada usaha besar.
5.2. Peranan UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi
Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu diindikasikan
dengan pertumbuhan PDB UKM. Pertumbuhan PDB UKM dipengaruhi oleh
56
beberapa faktor yaitu tenaga kerja UKM (TK), investasi UKM (I) dan nilai ekspor
UKM (EKS). Hasil estimasi model ditunjukan dalam Tabel 5.2. berikut ini :
Tabel 5.2. Hasil Regresi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Variable
Coefficient
Probability
C
-43.37780
0.0029
LOG_TK
2.813870
0.0022
LOG_I
0.850550
0.0003
LOG_EKS
-0.062499
0.3464
R-squared
0.981639
Adjusted R-squared
0.973770
F-statistic
124.7474
Durbin-Watson stat
2.089700 Prob(F-statistic)
0.000002
Keterangan : Taraf Nyata α=0,05(5%)
Berdasarkan hasil pendugaan parameter Tabel 5.2., hasil analisis regresi
menunjukan bahwa persamaan ini memiliki kecocokan model yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R2) pada persamaan
pertumbuhan ekonomi bernilai
0.9816390 (98,16 %). Artinya bahwa faktor-
faktor pertumbuhan ekonomi seperti Tenaga Kerja pada sektor UKM, Investasi
UKM, Ekspor UKM dan Jumlah Unit UKM yang terdapat dalam model dapat
menjelaskan keragaman sebesar 98,16 persen dan sisanya 1,83 persen dijelaskan
oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan oleh nilai statistik uji-t
menunjukan bahwa dua variabel (Prob < 0,05) berpengaruh nyata pada taraf nyata
lima persen. Variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Tenaga Kerja
sektor UKM dan Investasi UKM. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh
secara signifikan yaitu Ekspor UKM. Uji-f menunjukan hasil yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari probabilitas F sebesar 0.00002
yang nilainya lebih kecil dari
taraf nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa pengaruh yang ditimbulkan keseluruhan
57
variabel penjelas secara serempak terhadap variabel independent adalah baik.
Artinya dari ketiga variabel independent dalam model tersebut setidaknya ada satu
variabel yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi..
Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat masalah pada OLS. Pada model
persamaan pertumbuhan ekonomi menunjukan bahwa persamaan ini dapat
memenuhi kriteria ekonometrika. Hal tersebut dikarenakan pada model persamaan
tidak terdapat autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas yang dapat
diabaikan dengan uji Klein. Selain itu, uji normalitas menunjukan bahwa pada
persamaan ini error term terdistribusi normal (Hasil dapat dilihat pada Lampiran
4).
Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori
ekonomi. Pada uji ini yang dilihat adalah tanda serta nilai dari koefisien variabel
bebas, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.2. Nilai Tenaga Kerja memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien dari
Tenaga Kerja adalah 2.81387. Nilai tersebut menunjukan bahwa peningkatan
jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 2.813870 persen. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu penentu
pertumbuhan ekonomi. Semakin produktif tenaga kerja semakin tinggi pula nilai
tambah dan output yang dihasilkan. Tenaga kerja dipandang sebagai faktor
produksi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya guna faktor produksi
lainnya seperti dalam pengelolaan usaha dan pemanfaatan modal. Hasil dapat
dirujuk pada Bab sebelumnya dengan melihat Tabel 1.4. dan Tabel 1.3.
58
Nilai Investasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Nilai koefisien dari Investasi adalah 0.850550. Nilai tersebut
menunjukan bahwa peningkatan Investasi sebesar 1 persen maka akan
meningkatkan PDB sebesar 0.850550 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis
bahwa investasi mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi
karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi.
Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM dapat mendorong kenaikan output
dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan
perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Sesuai teori ekonomi makro salah satu unsur yang mempengaruhi PDB
adalah investasi dimana jika terjadi peningkatan investasi juga akan meningkatkan
PDB. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan teori Harrod-Domar bahwa investasi
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
investasi akan meningkatkan nilai tambah atau penghasilan untuk masa datang
karena nilai tambah suatu investasi akan selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Hasil dapat dirujuk dengan melihat Tabel 1.3. dan Tabel 4.2.
Dari keempat variabel bebas terdapat satu variabel bebas yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu Nilai Ekspor UKM.
Hal tersebut dikarenakan nilai probabilitas Nilai Ekspor yang lebih besar dari taraf
nyata. Ekspor berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi karena hampir sebagian besar ekspor di Indonesia masih
bergantung dengan input impor sehingga nilai ekspor tersebut tidak berpengaruh
59
nyata terhadap pertumbuhan PDB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arif (1993) yang menyatakan bahwa jika ekspor masih bergantung
pada input impor maka pengaruhnya tidaklah nyata terhadap PDB. Ekspor dapat
berpengaruh nyata terhadap PDB jika kandungan input impornya kecil. Selain itu,
hal tersebut juga dipengaruhi kondisi ekspor di Indonesia yang masih didominasi
oleh nilai ekspor usaha besar sehingga salah satu hal yang mempengaruhi tidak
berpengaruhnya ekspor UKM adalah sumbangan dan kontribusinya yang masih
rendah.
Tabel 5.3. Ekspor Barang Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 20012006 (Juta Rupiah)
Tahun
Kecil
Menengah
Besar
Jumlah
2001
21.489.793
59.356.731
467.404.256
548.250.780
(3,92)
(10,82)
(85,26)
(100)
2002
20.468.762
66.821.272
419.589.951
506.879.986
(4,04)
(13,18)
(82,78)
(100)
2003
19.941.068
57.155.647
416.139.131
493.235.846
(4,04)
(11,59)
(84,37)
(100)
2004
24.408.027
71.140.210
508.658.073
604.206.311
(4,04)
(11,77)
(84,19)
(100)
2005
28.048.167
82.289.898
604.394.520
714.732.585
(3,92)
(11,51)
(84,57)
(100)
2006
30.303.653
91.895.863
656.123.537
778.323.052
(3,89)
(11,80)
(84,31)
(100)
Sumber
: Departemen Koperasi, 2007
Keterangan : dalam kurung ( ) menunjukan persentase (%)
Berdasarkan Tabel 5.3. diketahui perbandingan kontribusi dari ekspor
usaha kecil, menengah dan besar. Mulai tahun 2001 hingga 2006 menunjukan
meskipun tiap tahunnya secara nominal menunjukan pertumbuhan, akantetapi
rata-rata setiap tahunnya berdasarkan proporsi usaha adalah tetap. Usaha kecil dan
menengah mempunyai proporsi yang lebih kecil dibandingkan usaha besar,
khususnya usaha kecil yang mempunyai proporsi yang sangat rendah. Hal tersebut
60
dapat mengindikasikan rendahnya produktivitas UKM dalam ekspor sehingga
mengakibatkan rendahnya kontribusi UKM dalam ekspor nasional. Rendahnya
produktivitas pada ekspor UKM dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya
yaitu yang paling dominan adalah terdapat hambatan dalam birokrasi dan masih
rendahnya kualitas atau mutu barang yang dihasilkan.
61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha, Kredit Modal Kerja
dan PDB UKM secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan, Kredit Investasi dan pendapatan per
kapita secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga
kerja.
2. Tenaga kerja dan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Jumlah unit UKM secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, terdapat
variabel yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi yaitu nilai ekspor.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan UKM, maka saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Kredit Modal Kerja
mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sehinggga berdasarkan hal tersebut diharapkan pemerintah dapat lebih
meningkatkan lagi porsi Kredit Modal Kerja. Hal itu dapat dilakukan dengan
mengurangi porsi kredit konsumsi ataupun dengan memperbesar porsi Kredit
Usaha Kecil secara umum. Selain itu dalam menghadapi kendala internal
62
UKM terhadap akses pembiayaan, pemerintah dapat memberikan kebijakan
yang memudahkan UKM dalam mengakses kredit.
2. salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM yaitu investasi
pada sektor UKM. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang menunjukan
bahwa investasi pada UKM dapat memberikan nilai tambah secara signifikan
terhadap PDB UKM. Sehingga perhatian pada UKM dapat diberikan dengan
meningkatkan investasi pada UKM. Langkah tersebut dapat berupa perbaikan
iklim usaha dan permudahan izin usaha dalam investasi.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdudin, A. 2006. Pengkajian Dukungan Finansial dan Non Finansial dalam
Pengembangan Sentra Bisnis UKM. Jurnal Pengkajian Koperasi dan
UKM, Tahun II, No 7, 2006.
Arief, S. 1993. Pemikiran Pembangunan dan Kebijaksanaan Ekonomi. Penerbit
Lembaga Riset Pembangunan. Jakarta.
Azrin, M. 2004. Dampak Ekonomi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Kota Bogor [Tesis].
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 1997-2007. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 1997-2006. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan
Hukum di Indonesia. BPS. Jakarta.
Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank
Indonesia. Jakarta.
Bantacut, T. dan Sutrisno R. 2001. Pengembangan Ekonomi Berbasis Usaha
Kecil dan Menengah dalam Kemitraan dan Pengembangan Ekonomi
Lokal. Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota Bussiness Inovation
Centre of Indonesia. Jakarta.
Bellante, D dan M. Jakson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. BPFE, Yogyakarta.
Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di
Indonesia. Depkop. Jakarta.
Firmansyah, 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah. LIPI. Jakarta.
Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan.
Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah].
Erlangga, Jakarta.
64
Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2005),
Pengembangan Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.
Jakarta.
Kuncoro, M. 1996. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP
KMP YPPM, Yogyakarta.
---------------. 2002. Usaha Kecil Di Indonesia : Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan. Jurnal Ekonomi, Tahun II, Vol 7, Januari.
---------------. 2006. Tantangan dan Peluang Ekonomi Kerakyatan dalam Era
Globalisasi Ekonomi. Analisis CSIS, XXVI, no 1.
Lamadlau, T. M. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
Agroindustri di Kabupaten Bogor [Tesis]. Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Mankiw, N. G. 2003. Teori Makroekonomi: Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi. Ghalia, Jakarta.
Prihartanti, D. E. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Industri di Kota Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rakhmasari, A. 2006. Analisis Pengaruh Nilai Upah Minimum Kabupaten
Terhadap Investasi, Penyerapan Tenaga Kerja, dan PDRB di Kabupaten
Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Soetrisno. 2003. Model Pengelolaan dan Pengembangan Usaha UKM. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, No 1, Jilid 8.
Tampubolon, R. 2007. Perencanaan Kredit Investasi Dalam Pengembangan
Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI) [Tesis].
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tampubolon, Y. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Perdagangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Sektor Perdagangan di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Fakultas Ekonomi
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Thamrin, F. D. 2002. Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil [Tesis].
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
65
Thoha, M. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. LIPI. Jakarta.
Tim Pengkaji UKMK. 2006. Kajian Dampak Program Perkreditan dan
Perkuatan Permodalan Usaha Kecil dan Menengah terhadap
Perekonomian Daerah. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Tahun I,
No 1, 2006.
---------------. 2006. Hambatan Usaha Kecil dan Menengah dalam Kegiatan
Ekspor. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Tahun I, No 1, 2006.
---------------. 2006. Kajian Usaha Mikro Indonesia. Jurnal Pengkajian Koperasi
dan UKM, Tahun I, No 1, 2006.
66
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data-data Pada Model Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Tahun
Tenaga Kerja
UKM (Orang)
Jumlah Unit
UKM (Unit)
PDB Riil UKM
(Juta Rupiah)
1996
75293135
41745303
Kredit Modal
Kerja Riil (Juta
Rupiah)
688270528
123645.06
1997
65208956
39765110
249572637
253588.03
69067.71
218.07
1998
64313573
36813578
219178893
93494.78
39736.76
186.75
1999
67169844
37911723
219757647
50295.90
19472.92
193.36
2000
72704416
36784036
760089500
117050.44
19716.40
193.96
2001
74687428
39964080
791597200
81353.90
24670.78
203.83
2002
77807898
41944494
829616900
87037.55
24823.46
211.69
2003
81942353
43460242
876123000
182137.15
28222.09
209.62
2004
80446600
44777387
924483200
108115.59
35025.74
217.43
2005
83233793
47102744
979712400
123809.09
36701.81
227.90
2006
85416493
48929636
1032573900
139568.17
36244.43
236.80
Sumber : BPS, Bank Indonesia dan Departemen Koperasi, 2008
Kredit
Pendapatan per
Investasi Riil
kapita Riil (Juta
(Juta Rupiah)
Rupiah)
33268.21
211.63
15
Lampiran 2. Data-data Pada Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Tahun
1996
Tenaga Kerja UKM Investasi Riil UKM
(Orang)
(Juta Rupiah)
75293135
12197588.4
PDB Riil UKM
Nilai Ekspor UKM
(Juta Rupiah)
(Juta Rupiah)
688270528
118706762.00
1997
65208956
17687359.9
249572637
27995057.02
1998
64313573
11932449.8
219178893
51999555.78
1999
67169844
10600136.4
219757647
17369260.57
2000
72704416
12180438.5
760089500
22787256.42
2001
74687428
12040989.8
791597200
21692113.23
2002
77807898
11182839.7
829616900
21285060.72
2003
81942353
10715309.1
876123000
17892020.19
2004
80446600
12009109.9
924483200
20839310.14
2005
83233793
11828072.0
979712400
20550952.69
2006
85416493
11799178.9
1032573900
22125568.71
Sumber : Departemen Koperasi, 2008
16
Lampiran 3. Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
2.193270
10.46961
Probability
Probability
0.483502
0.313821
Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.242608
1.531434
Probability
Probability
0.798615
0.465001
Uji Multikolinearitas
LOG_PPK
LOG_PDB
LOG_KMK
LOG_KI
LOG_JUU
Uji Normalitas
LOG_PPK
1.000000
0.583196
0.506489
0.450952
0.924853
LOG_PDB
0.583196
1.000000
0.173251
-0.242437
0.695401
LOG_KMK
0.506489
0.173251
1.000000
0.714145
0.324539
LOG_KI
0.450952
-0.242437
0.714145
1.000000
0.254639
LOG_JUU
0.924853
0.695401
0.324539
0.254639
1.000000
17
Lampiran 4. Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
Uji Autokorelasi
10.83444
10.07051
Probability
Probability
0.010271
0.073262
18
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.172771
0.711052
Probability
Probability
0.846147
0.700805
Uji Multikolinearitas
LOG_PDB
LOG_TK
LOG_EKS
LOG_I
LOG_PDB
1.000000
0.931683
-0.203950
0.945293
LOG_TK
0.931683
1.000000
-0.285992
0.800219
LOG_EKS
-0.203950
-0.285992
1.000000
-0.032488
LOG_I
0.945293
0.800219
-0.032488
1.000000
19
Uji Normalitas
Download