Aplikasi Tranformasi Hilbert Untuk Deteksi Sampul (Envelope Detection) Isyarat Suara Jantung Bernardinus Sri Widodo Program Studi Instrumentasi Medis, Politeknik Mekatronika Sanata Dharma, [email protected] Abstrak Dalam dunia kedokteran fonokardiogram digunakan untuk menganalisa kondisi jantung pasien. Fonokardiogram berupa visualisasi suara jantung yang berupa isyarat berosilasi sangat cepat (frekuensi tinggi). Pada kasus kelainan bising jantung terdapat pola-pola fonokardiogram (frekuensi rendah). Penelitian ini dilakukan usaha untuk mendeteksi inti isyarat suara jantung yang merupakan sampul dari isyarat yang berosilasi sangat cepat dengan menggunakan tranformasi hilbert, tapis lolos bawah dan tapis rerata. Hasil penelitian menunjukan bahwa transformasi hilbert bisa diaplikasikan untuk deteksi sampul, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan tapis-tapis yang optimal. Kata kunci: pengolahan isyarat, tapis, biomedika, analisis suara jantung, tranformasi hilbert, deteksi sampul Abstract In medical field phonocardiogram used to analyze the patient's heart condition. Phonocardiogram visualization of the heartsounds and it signal oscillates very fast (high ferquency). In the case of murmur cardiac abnormalities such patterns are plateu shaped, diamond shaped, crescendo and decrescendo. This patern can define as a low frequency. In this study an attempt is made to detect the core of the heart sounds signal which is a envelope of an fast oscillating signal by using Hilbert transform, lowpass filter and moving average filter. The results showed that the hilbert transform can be applied to detect the envelope of the fast oscillating signal. Further research needs to determine the method and parameters of the optimal filters. Keywords: Signal Processing, filter, biomedical, heart sounds analysis, hilbert transform, envelope detection. bisa menjadi lebih mudah karena dapat dipetakan ke 1. Pendahuluan dalam skema-skema gambaran suara jantung. Secara Stetoskop merupakan alat medis akuistik khusus gambaran skema suara bising jantung bisa sederhana yang berfungsi untuk memeriksa suara berbentuk berlian (diamon shaped), melemah dalam tubuh manusia. Tenaga medis sering (decrescendo), mendatar (plateau shaped) dan menggunakan stetoskop akuistik ini untuk menguat (crescendo)[3], seperti terlihat pada memeriksa suara jantung, paru-paru dan juga bisa Gambar 1. digunakan untuk mengetahui aliran darah dalam pembuluh arteri maupun vena. Penggunaan stetoskop akuistik memiliki beberapa kelemahan, seperti kepekaan telinga, kekerasan suara, gangguan derau, dengan demikian dibutuhkan keahlian dan pengalaman pemakai stetoskop akuistik ini. Stetoskop elektronik merupakan pengembangan dari stetoskop akuistik yang memungkinkan suara hasil akuisisi untuk direkam, diputar ulang maupun untuk Gambar 1. Skema suara bising jantung. dilakukan pengolahan isyarat seperti penguatan suara dan penghilang derau. Beberapa penelitian tentang isyarat suara Dalam bidang ilmu kedokteran jantung dikenal jantung pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya alat khusus yang digunakan untuk menganalisa suara seperti yang telah dilakukan oleh Widodo dan jantung, alat ini disebut fonokardiograf. Soesanti. Penelitian ini dilakukan untuk Fonokardiograf merupakan visualisasi suara jantung merealisasikan sistem akuisisi, pengolahan, dan yang berbentuk gambaran gelombang suara yang analisis isyarat suara jantung dengan metode terdiri dari suara jantung utama, suara jantung spektral dan alih-ragam gelombang singkat. tambahan dan suara bising. Dengan visualisasi Kemudian, Widodo mengaplikasikan ANN (Articial tersebut diharapkan proses analisis suara jantung ISSN: 2088-8252 165 Neural Network) untuk klasifikasi bising (murmur) jantung [7,8]. Sementara Ahmad Risal dan Sugirato sujoko meneliti pembuatan stetoskop elektronik berbasis PC yang mampu merekam, menampilkan grafik isyarat dalam kawasan waktu, grafik spektrum dan spektogram[6]. Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti dengan sudut pandang lain, yaitu untuk melakukan pengolahan isyarat suara jantung agar menghasilkan keluaran berupa inti dari isyarat suara jantung yang berupa sampul dari isyarat fonokardiogram yang berbentuk pola-pola sehingga mudah dikenali seperti yang terdapat dalam literatur dunia kedokteran[3]. Keluaran yang diharapkan adalah berupa isyarat berfrekeunsi rendah yang nilainya dibawah 200 Hz, seperti isyarat elektrokardiograf. Dengan demikian isyarat keluaran tersebut dapat lebih mudah untuk dianalisis baik oleh tenaga medis maupun untuk penelitian pengolahan isyarat selanjutnya. Dalam masing-masing kasus suara yang timbul adalah akibat aliran darah dengan kecepatan tinggi yang melewati celah sempit. Penyebab lain terjadinya suara bising adalah adanya kebocoran atau cacat septum yang memisahkan jantung bagian kiri dan bagian kanan, sehingga darah mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan berdampak menyimpangkan sirkulasi sistemik. Kasar atau halus suara bising dipengaruhi besarnya celah maupun tekanan dan volume darah yang mengalir [3]. Gambar 2. Suara Jantung S1, S2, S3 dan S4 terhadap ECG 2. Landasan Teori 2.1. Teori Suara Jantung & Bising Suara jantung yang didengar dengan menggunakan stetoskop adalah getaran suara dari jantung yang bersumber dari katub-katub jantung serta cacat pada dinding batas (septum) ventrikel. Katub-katub tersebut adalah katub mitral, trikuspid, pulmonal dan aorta. Detak jantung menghasilkan dua suara yang berbeda yang dapat didengarkan pada stetoskop, yang sering dinyatakan dengan lub-dub. Suara lub disebabkan oleh penutupan katup triscupid dan mitral (atrioventrikular) yang memungkinkan aliran darah dari serambi jantung (atria) ke bilik jantung (ventricle) dan mencegah aliran balik. Umumnya hal ini disebut suara jantung pertama (S1), yang terjadi hampir bersamaan dengan timbulnya kompleks QRS dari elektrokardiogram dan terjadi sebelum systole (periode jantung berkontraksi). Suara dub disebut suara jantung kedua (S2) dan disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aortic dan pulmonary) yang membebaskan darah ke sistem sirkulasi paruparu dan sistemik. Katup ini tertutup pada akhir systole dan sebelum katup atrioventrikular membuka kembali. Suara S2 ini terjadi hampir bersamaan dengan akhir gelombang T dari elektrokardiogram. Suara jantung ketiga (S3) sesuai dengan berhentinya pengisian atrioventrikular, sedangkan suara jantung keempat (S4) memiliki korelasi dengan kontraksi atrial. Suara S4 ini memiliki amplitudo yang sangat rendah dan komponen frekuensi rendah. Jantung abnormal memperdengarkan suara tambahan yang disebut murmur atau suara bising. Murmur disebabkan oleh pembukaan katup yang tidak sempurna atau stenotic (yang memaksa darah melewati celah sempit), atau oleh regurgitasi yang disebabkan oleh penutupan katup yang tidak sempurna dan mengakibatkan aliran balik darah. 166 2.2. Tranformasi Hilbert Banyak aplikasi pengukuran menghasilkan isyarat yang mengandung komponen yang berosilasi sangat cepat. Amplitudo osilasi bervariasi perlahanlahan dengan waktu, dan bentuk variasi waktu lambat disebut isyarat sampul (envelope). Isyarat sampul ini mengandung informasi penting tentang isyarat suara jantung. Dengan menggunakan transformasi Hilbert, osilasi cepat dapat dihapus dari isyarat suara jantung untuk menghasilkan representasi langsung dari isyarat sampul (envelope) itu saja[5]. Transformasi Hilbert menawarkan beberapa kemampuan menarik untuk analisis bentuk gelombang. Sebuah Transformasi Hilbert dapat dilakukan hanya dengan pergeseran fasa semua komponen (dalam kawasan frekuensi) dengan p/2 dan kembali ke kawasan waktu. Tranformasi Hilbert dicapai dengan mengalikan dengan sinyal pembawa (carrier), yang bisa kondisi derau tetap atau memang spektrum keadaan tunak berasal dari isyarat masukan [1]. Transformasi hilbert pada dasarnya adalah keluaran sistem linier invarian waktu dari 1/t respon impuls, dimana hanya dapat mengubah fase isyarat, tetapi tidak mengubah energi dan daya melalui transformasi hilbert [2], secara matematis tranformasi hilbert didefinisikan sebagai berikut : ISSN: 2088-8252 3. Metode dan Pembahasan Penelitian ini menggunakan perangkat lunak Matlab 7.3.0 (R2006b) yang berjalan pada sistem operasi Microsoft Windows XP Profesional dengan hardware berprosesor Intel Atom 1.6 Ghz memori 1 Gigabyte. Sedangkan sampel isyarat suara jantung didapatkan dari hasil mengunduh di website Texas Heart Institute yang meruapakan bagian dari Rumah Sakit St. Luke's Episcopal Texas Amerika. Gambar 4. Ilustrasi cara kerja deteksi sampul dengan tranformasi hilbert Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian. Tahap awal dari penelitian ini adalah mempersiapkan data-data isyarat suara jantung. Isyarat-isyarat tersebut berupa rekaman yang diunduh dari website Texas Heart Institute data, yang berupa file berformat mp3. Selanjutnya perlu dilakukan konversi dari file mp3 menjadi sebuah isyarat yang bisa dibaca oleh software matlab. Tahap berikutnya adalah dengan mengaplikasikan tranformasi hilbert yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk atau pola isyarat atau informasi sesungguhnya dari isyarat suara jantung. Tujuan dari enveloping ini sama prinsipnya dengan proses demodulasi dari sinyal termodulasi AM pada gelombang radio. Di sisi pemancar, isyarat asli yang berupa frekuensi rendah dimodulasikan oleh gelombang pembawa yang memiliki frekuensi lebih tinggi. Kemudian, di sisi penerima sinyal termodulasi akan didemodulasi untuk memisahkan isyarat asli dengan isyarat pembawanya. Pada dasarnya tarnformasi hilbet adalah tranformasi 90 derajat pergeseran fasa. Semua frekuensi negatif dari isyarat akan ditanformasikan menggeser +90 derajat, sedangkan semua frekuensi positif akan digeser -90 derajat. Langkah berikutnya adalah dengan melewatkan tapis lolos bawah (low pass filter) dan tapis rerata pergeseran jendela (moving average filter) untuk mendapatkan isyarat yang lebih reprensentatif dengan pola yang diharapkan. 4. Hasil Penelitian Dari hasil percobaan didapatkan visualisasi tahap-tahap pengolahan isyarat suara jantung. Isyarat pertama adalah tampilan isyarat hasil sadapan piranti akuisisi yang berupa isyarat suara. Pada Gambar 5.a), terlihat isyarat suara jantung berupa isyarat frekuensi tinggi yang ditandai dengan banyaknya gelombang yang sangat rapat. Tahap kedua adalah pengolahan isyarat dengan cara mendeteksi sampul isyarat suara tersebut dengan menggunakan tranformasi hilbert pada tahapan ini isyarat yang muncul hanyalah isyarat positif karena proses deteksi sampul hilbert melalui proses pengkuadaratan. Hasil deteksi ini belum menghasilkan isyarat yang berupa pola yang jelas, hasilnya masih terlihat bentuk bentuk gelombang yang berupa riak-riak yang runcing seperti terlihat pada gambar 5.b). Ilustrasi cara kerja deteksi sampul (envelope) dengan Tranformasi Hilbert[4] digambarkan seperti gambar berikut : Gambar 5. Tampilan isyarat masukan dan hasil tranformsi hilbert. Untuk mendapatkan pola isyarat yang jelas dan lebih halus, maka isyarat dilewatkan melalui tapis lolos bawah untuk mengilangkan komponen isyarat ISSN: 2088-8252 167 frekuensi tinggi. Pada percobaan ini digunakan tapis lolos bawah butterforth orde 2 dengan frekuensi potong 11,025 hz. Keluran tapis lolos bawah secara visual, tampak berbentuk gelombang yang membentuk pola-pola tertentu. Walaupun sudah berbentuk pola gelombang, isyarat keluaran pada tahap ini masih memiliki sedikit riak-riak pada ujung gelombangnya. Maka untuk lebih memperjelas bentuk atau pola gelombang pada tahap terakhir dari percobaan ini, isyarat dilewatkan tapis rerata atau moving average filter, seperti terlihat pada gambar 6.b). Hasil akhir tersebut sudah merupakan isyarat dengan frekuensi rendah sehingga dapat dengan lebih mudah untuk dilakukan pengolahan isyarat untuk meneganalisa bentuk-bentuk pola dari isyarat suara jantung. Pada gambar 6.c), ditampilkan antara isyarat asli dan hasil deteksi, dari gambar tersebut terlihat secara visual bahwa hasil deteksi terlihat besarnya amplitudo isyarat hasil deteksi merupakan rerata atau nilai tengah antara amplitudo tinggi dan rendah dari isyarat masukan. Gambar 6. Proses pengolahan isyarat dan perbandingan masukan dan keluaran 168 5. Kesimpulan dan Saran Secara visual, aplikasi tranformasi hilbert untuk deteksi sampul isyarat suara jantung dapat bekerja dengan baik. Hal ini ditandai dengan hasil akhir dari proses yang berupa isyarat berfrekuenasi rendah yang merupakan informasi dasar yang dibutuhkan oleh tenaga medis untuk menganalisa isyarat suara jantung. Dalam penelitian ini belum dilakukan analisis lebih mendalam tentang pemilihan metode dan nilai-nilai tapis lolos bawah serta tapis rerata agar dapat menghasilkan hasil deteksi yang maksimum. Diharapkan penelitian dapat dilanjutkan dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mempertajam bentuk pola-pola isyarat suara jantung tersebut sehingga dapat dengan lebih mudah untuk dilakukan pengenalan dan dan klasifikasi pola isyarat suara jantung. Daftar Pustaka [1] Densil Cabrera, “Using the Hilbert Transform for Sonification of Sound”, Faculty of Architecture, University of Sydney http://web.arch.usyd.edu.au/~densil/sos/sonifications/hilbert/h ilbert.html [2] Lihan Liu Haibin Wang Yan Wang Ting Tao Xiaochen Wu, Feature “Analysis of Heart Sound Based on the Improved Hilbert-Huang Transform”, 3rd IEEE International Conference Computer Science and Information Technology (ICCSIT), 2010 [3] Lukman H Maknun, “Fonokardiografi, Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I”, Balai Penerbit FKUI, 1996 [4] Margarita Maria Escobar Perez , Beat Detection In Music Using Average Mutual Information, Research Project Report, University Of Miami, Florida, 2001 [5] N.Thrane, J.Wismer, H.Konstantin-Hansen & S.Gade, “Practical use of the Hilbert transform”, Brüel&Kjær, Denmark, http://www.bksv.com/doc/bo0437.pdf [6] Rizal Achmad dkk., “Stetoskop Elektronik Sederhana Berbasis PC dengan Fasillitas Pengolahan Sinyal Digital untuk Auskultasi Jantung dan Paru”, Seminar Instrumentasi Berbasis Fisika, Institut Teknologi Bandung, 2006 [7] Widodo, T.S. & Soesanti, Indah, “Akuisisi Pengolahan dan Analisis Isyarat Suara Jantung”, Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2006 [8] Widodo, T.S., “Aplikasi Jaringan Neural Artifisial Untuk Klasifikasi Murmur Suara Jantung”, Jurusan Teknik Elektro Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2006 ISSN: 2088-8252