teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstrukti

advertisement
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
1 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
BIOLOGI ONLINE
blog pendidikan biologi
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme,
konstruktivisme, CBSA, Keterampilan Proses, sosial,
CTL, pendekatan komunikatif, pendekatan tematikintegratif
Bahan:
1. Teori belajar.
Sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus menguasai sejumlah teori atau filsafat
tentang belajar, termasuk beberapa pendekatan dalam pembelajaran. Teori belajar
tersebutsebagian sudah dikenal dalam pelaksanaan Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan
Kurikulum 2004. Sebagian bahkan sudah dikenal dalam mata kuliah tentang pendidikan dan
pengajaran. Penguasaan teori itu dimaksudkan agar guru mampu mempertanggungjawabkan
secara ilmiah perilaku mengajarnya di depan kelas.
a. Behaviorisme.
Teori ini di dalam linguistik diikuti antara lain oleh L.Bloomfield dan B.F.Skinner. Dalam hal
belajar, termasuk belajar bahasa, teori ini lebih mementingkan faktor eksternal ketimbang faktor
internal dari individu, sehingga terkesan siswa hanya pasif saja menunggu stimulus dari luar
(guru). Belajar apa saja dan oleh siapa saja (manusia atau binatang) sama saja, yakni melalui
mekanisme stimulus – respons. Guru memberikan stimulus, siswa merespons, seperti tampak pada
latihan tubian (drill) dalam pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang mementingkan kaidah
tatabahasa, struktur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, kalimat) dan bentuk-bentuk kebahasaan
merupakan penerapan behaviorisme, karena behaviorisme lebih mementingkan bentuk dan
struktur bahasa ketimbang makna dan maksud.
b. Gestalt.
Berbeda dengan behaviorisme yang bersifat fragmentaris (mementingkan bagian demi bagian,
sedikit demi sedikit), teori belajar ini melihat pentingnya belajar secara keseluruhan. Jika Anda
mempelajari sebuah buku, bacalah dari awal sampai akhir dulu, baru kemudian bab demi bab.
Dalam linguistik dan pengajaran bahasa, aliran ini melihat bahasa sebagai keseluruhan utuh,
melihat bahasa secara holistik, bukan bagian demi bagian. Belajar bahasa tidak dilakukan setapak
demi setapak,dari fonem, lalu morfem dan kata, frasa, klausa sampai dengan kalimat dan wacana.
Bahasa adalah sesuatu yang mempunyai staruktur dan sistem, dalam arti bahasa terdiri atas
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
2 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
bagian-bagian yang saling berpengaruhdan saling bergantung.
c. Kognitivisme.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi
antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi
adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan
kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari
informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya. Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya
ialah Jean Piaget, yang pernah mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak
yang terdiri atas beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B ) Piaget mengatakan
1
bahwa (i) anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya;
(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu
memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur
kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terusmenerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. (Lihat strategi
pembelajaran!).
d. Konstruktivisme.
Teori Piaget di atas melahirkan teori konstruktivisme dalam belajar. Piaget mengatakan bahwa
struktur kognisi itu dapat berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu sendiri.
Menurut konstruktivisme, pebelajar (learner, orang yang sedang belajar) akan membangun
pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang sudah diketahuinya. Karena itu belajar tentang dan
mempelajari sesuatu itu tidak dapat diwakilkan dan tidak dapat “diborongkan” kepada orang
lain. Siswa sendiri harus proaktif mencari dan menemukan pengetahuan itu, dan mengalami sendiri
proses belajar dengan mencari dan menemukan itu. Di sini diperlukan pemahaman guru tentang
“apa yang sudah diketahui pebelajar”, atau apa yang disebut pengetahuan awal (prior knowledge),
sehingga guru bisa tepat menyajikan bahan pengajaran yang pas: Jangan memberikan bahan yang
sudah diketahui siswa, jangan memberikan bahan yang terlalu jauh bisa dijangkau oleh siswa.
Patut diingat bahwa sebelum belajar bahasa Indonesia siswa sudah mempunyai bahasa ibu
(bahasa daerah) sebagai “pengetahuan awal” mereka. Pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilannya dalam bahasa daerahnya itu harus dimanfaatkan oleh guru untuk belajar
berbahasa Indonesia dengan lebih baik.
e. CBSA.
Sebenarnya CBSA sudah kita kenal sejak 1981 yang menyertai Kurikulum 1984 juga. CBSA itu
suatu pendekatan yang lahir untuk mengatasi keadaan kelas yang siswanya serba pasif. Adalah
pandangan yang salah jika dikatakan CBSA itu mengaktiĤan siswa dan “membuat guru diam”
(tidak aktif). Juga salah jika CBSA itu mesti berdiskusi secara kelompok, mesti memindahkan
bangku dan kursi. Yang penting sebenarnya ialah CBSA itu menuntut agar ada keterlibatan mentalpsikologis pada siswa sepanjang proses belajar-mengajar. Hanya saja keterlibatan mental-psikologis
itu kadang-kadang harus diwujudkan dalam perilaku fisik, misalnya bertanya, memberikan
jawaban dan tanggapan, memberikan pendapat, dsb. Dalam hal pelajaran bahasa Indonesia, CBSA
itu harus mewujud dalam kegiatan siswa untuk banyak berbicara dan menulis, pokoknya harus
aktif-produktif ketimbang pasif-reseptif. Dalam hal-hal tertentu CBSA itu mengharuskan siswa
banyak terlibat dalam proses belajar-mengajar, siswa mengalami belajarnya sendiri, mendalami
materi, dsb. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia CBSA amat bisa sejalan dengan pendekatan
komunikatif.
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
3 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
f. Keterampilan Proses.
Sebenarnya keterampila proses itu serupa dan senafas dengan CBSA karena roh dari kedua
pendekatan itu sama yaitu bagaimana agar siswa itu terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar di
dalam kelas. Keterampilan proses ini lahir antara lain karena guru sering hanya memperhatikan
hasil belajar dan kurang memperhatikan proses untuk mencapai hasil itu. Dengan kata lain, guru
(dan murid) menghalalkan segala cara agar memperoleh hasil yang “baik” tanpa melihat cara
(teknik, metode, pendekatan, teori) memperoleh hasil itu. Akibatnya, guru berlaku kurang jujur,
misalnya dengan membuat soal-soal yang sangat-saangat mudah, membiarkan murid menyontek,
dan sebagainya; murid pun berlaku tidak jujur, yakni sengaja menyiapkan sontekan, turunan, dan
sebagainya. Sebenarnya, sejak kurikulum 1975 kita sudah mengenal TIK (Tujuan Instruksional
Khusus) yang rumusannya mencantumkan cara-cara untuk mencapai hasil belajar yang bisa
diamati dan diukur. Dalam rumusan yang kira-kira sama, KBK pun merumuskan “kompetensi”
dengan deskriptor-deskriptor tertentu. Dalam bahasa Indonesia pendekatan ini dapat secara
langsung digunakan untuk menilai perilaku berbhasa sehari-hari di dalam kelas secara terusmenerus.
g. Belajar secara Sosial.
Istilah Inggrisnya ialah social learning, dan sekarang dikenal dengan istilah belajar secara gotong
royong. Pendekatan ini menekankan pentingnya belajar bersama, secara berkelompok atau
berpasangan, mengingat di dalam kehidupan bermasyarakat pun orang
selalu bekerja sama untuk melakukan sesuatu. Dalam pelajaran bahasa Indonesia pendekatan ini
bisa diterapkan misalnya dalam menyusun karya tulis (membuat laporan, membuat sinopsis,
meringkas bacaan, dan sebagainya), berdiskusi, berdialog, mendengarkan, dan sebagainya.
h. CTL.
Seiring dengan diperkenalkannya KBK, muncul gagasan tentang CTL, singkatan dari Contextual
Teaching and Learning, atau mengajar dan belajar secara kontekstual. Pendekatan ini sebenarnya
diilhami oleh filsafat konstruktivisme. Sebenarnya siswa itu bisa didorong untuk aktif melakukan
tindak belajar jika apa yang dipelajari itu sesuai dengan konteks. Konteks ini tidak sekadar
diartikan lingkungan belajar. Konteks itu bisa berupa konteks siswa (usia, kondisi sosial-ekonomi,
potensi intelektual, keadaan emosi, dsb), konteks isi (materi pelajaran), konteks tujuan (tujuan
belajarnya, kompetensi yang hendak dicapai), konteks sosial-budaya, konteks lingkungan, dsb. Ada
beberapa unsur dalam CTL yang harus diterapkan di dalam proses belajar-mengajar, antara lain,
pertanyaan, inkuiri, penemuan, pengalaman. Dalam pelajaran bahasa dan sastera Indonesia guru
hendaknya memperhatikan kondisi kebahasaan siswa: apakah siswa Anda berasal dari pedesaan
atau perkotaan, dari keluarga ekonomi lemah atau keluarga mampu, ada di SMP atau SMA. Guru
hendaknya juga memperhatikan besar-kecilnya pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa
Indonesia dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini sering menyulitkan guru karena
guru dan murid mempunyai latar belakang kebahsaan yang sama sehingga kedua pihak bisa
melakukan “kesalahan” yang sama dalam berbahasa Indonesia. Guru yang berlatar belakang
bahasa Bali tentu sulit mengidentifikasi kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang dilakukan
murid-muridnya yang juga berkatar belakang bahasa Bali, karena guru tidak menyadari
kesalahannya sendiri. Minat siswa dalam sastra dan kesastraan juga bisa bergantung kepada latar
belakang di atas.
i. Pendekatan Komunikatif.
Ini adalah pendekatan khas dalam belajar berbahasa. Intinya pendekatan ini menuntut agar (i)
siswa diberi kebebasan berbicara tanpa beban (wajib berbahasa Indonesia yang baik dan benar);
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
4 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
(ii) siswa mampu mengomunikasikan gagasannya kepada orang lain dan mampu menangkap
dana memahami gagasan orang lain; (iii) siswa lebih banyak belajar berbahasa (empat keterampilan
berbahasa) ketimbang belajar bahasa (teori, kaidah tatabahasa, struktur bahasa,dsb); (iv) guru tidak
perlu banyak menyalahkan ujaran siswa, apalagi menginterupsi ketika siswa sedang berbicara,
karena hal itu dapat mematikan motivasi siswa untuk berbicara. Bahasa harus kita pandang secara
holistik (menyeluruh), bukan serpih-serpih (bagian demi bagian). Pendekatan komunikatif
hakikatnya juga sejalan dengan prinsip-prinsip dalam pragmatik.
j. Pendekatan Tematik-Integratif.
Sebenarnya pendekatan ini sudah kita kenal pada kurikulum 1984. Intinya, tiap pelajaran harus
berpijak pada tema atau subtema tertentu. Dan tiap bahan pelajaran tidaklah berdiri sendiri
melainkan dipadukan (diintegrasikan) dengan bahan pelajaran yang lain. Dalam belajar berbahasa
Indonesia, bahan pelajaran dapat dipadukan secara internal, misalnya keterampilan berbicara
dengan tema pariwisata dengan keterampilan menulis, dengan aspek kebahasaan seperti kalimat
dan frasa. Dapat pula secara eksternal dipadukan dengan sastra. Bahkan bahasa Indonesia dapat
dipadukan dengan mata pelajaran yang lain. Misalnya, untuk pelajaran kalimat majemuk, guru
dapat memadukan kalimat majemuk dengan keterampilan membaca, dan bacaan itu diambil dari
buku teks Sejarah, Ekonomi, Biologi, IPA, IPS, dsb. Artinya, siswa dapat ditugasi untuk mencari
dan menemukan contoh-contoh kalimat majemuk di dalam buku-buku teks itu.
2 Penerapan Teori Belajar.
Dalam hal penerapan teori belajar, guru hendaknya memperhatikan dulu kompetensi dasar yang
hendak dicapai oleh siswa, indikator, deskriptor, dan bahan ajarnya. Misalnya, jika untuk
kompetensi K, indikator I, dan deskriptor D, serta bahan ajar fakta dan kosep frasa, guru akan
menggunakan pendekatan tematik-integratif, bagaimana wujudnya dalam Rencana Pembelajaran?
Untuk menjawab pertanyaan ini guru hendaknya menentukan dulu temanya, misalnya lalu-lintas.
Jika kompetensi yang hendak dicapai ialah keterampilan membaca pemahaman, maka ditentukan
bacaan bertema lalu-lintas yang dipastikan mengandung sekian banyak frasa. Jika Anda mengajar
di SMP, bacaan seperti itu dapat dicari dalam buku teks IPS tentang transportasi. Di situ Anda
sudah melakukan integrasi antardisiplin atau antarmata pelajaran. Di dalam bacaan itu siswa
diperkenalkan dengan fakta tentang frasa dan bukan frasa. Lalu guru melakukan diskusi untuk
mencapai pemahaman tentang konsep frasa. Siswa kemudian bisa diajak mengalami belajar dengan
cara mencari dan menemukan frasa-frasa lain dalam novel atau cerpen. Lagi-lagi ini adalah
pendekatan integratif. Siswa akhirnya diminta membuat laporan singkat secara tertulis. Artinya,
Anda telah melakukan integrasi internal: aspek kebahasaan (yakni konsep frasa), keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis.
Cobalah buat Rancangan Pembelajaran, dengan kondisi seperti di atas tetapi dengan
menggunakan teori konstruktivisme!
3 Beberapa Catatan.
a. Fakta: dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bisa mengacu kepada fakta-fakta
kebahasaan seperti bahasa terdiri atas bunyi-bunyi; sebuah kata terdiri atas fonem-fonem; kalimat
terdiri atas beberapa kata, dsb.
b. Konsep: mengacu kepada batasan, definisi, atau deskripsi (perian) tentang fon, fonem, morf,
morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dsb.
c. Prosedur: mengacu kepada langkah-langkah dalam mempelajari suatu pengetahuan atau
keterampilan tertentu. Misalnya, bagaimana prosedur menulis surat resmi, membuka dan
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
5 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
menutup diskusi, cara mengajukan pertanyaan dalam diskusi, dsb.
d. Prinsip: mengacu kepada teori, rumus, hukum, dsb.yang bersifat aksiomatis. Misalnya, dalam
bahasa Indonesia ada hukum D-M, ada prinsip kerjasama dalam percakapan, ada kaidah tentang
giliran berbicara, dsb.
Masing-masing itu merupakan bahan ajar yang sedikit banyak mempunyai ciri khas, sehingga
teori dan pendekatannya pun bisa berbeda. Misalnya, agak sulit kita mengajarkan prinsip atau
konsep jika kita harus menggunakan teori behaviorisme.
b. Indikator Esensial: Menentukan strategi pembelajaran Bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi pelajaran.
Deskriptor:
1)
Mendeskripsikan berbagai strategi pembelajaran.
2)
Memilih strategi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang sesuai dikaitkan dengan
karakteristik peserta didik, dan materi ajar.
Bahan:
1 Strategi Pembelajaran.
Dalam dunia militer, strategi ialah cara memenangkan perang (war), dengan mempertahankan
keadaan dan kekuatan lawan dan membandingkannya dengan keadaan dan kekuatan sendiri.
Dalam proses belajar-mengajar, strategi itu harus “memenangkan” perjuanagn guru dan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu tiga hal harus diperhatikan guru, yaitu (i)
karakteristik siswa, (ii) kompetensi yang hendak dicapai, dan (iii) bahan ajar.
Menurut Raka Joni (1984), strategi, atau sering disebut model-model mengajar (teaching models),
berarti “pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar”.
Sifat “umum” dari pola itu mengacu kepada jenis dan urutan perilaku tersebut tampak
dipergunakan dan atau diperagakan guru-murid dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Jadi
konsep strategi ini mengacu kepada karaktersitik abstrak rentetan perbuatan guru-murid di dalam
peristiwa belajar-mengajar. Implisit di balik karakteristik abstrak itu adalah penalaran (rasionel)
yang membedakan strategi yang satu dengan strategi yang lain secara mendasar. Patut diingat
juga bahwa istilah strategi ini sering dikacaukan dengan pendekatan.Berikut ini dikemukakan
berbagai strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Raka Joni (1984).
2. Berbagai Strategi
Berbagai strategi dapat dimunculkan dari beberapa dasar penggolongan.
(1) Berdasarkan pengaturan guru-siswa.
Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan strategi pembelajaran oleh seorang guru atau oleh
tim pengajar. Lalu, berdasarkan hubungan guru-siswa, dapat dibedakan strategi pembelajaran
tatap muka atau dengan media pembelajaran, misalnya melalui media cetak, audiovisual (televisi,
CD, VCD). Dari sudut siswa, dapat dibedakan pembelajaran klasikal (seluruh kelas) atau
kelompok kecil (5-7 orang), atau individual.
(2) Struktur peristiwa belajar-mengajar.
Dari sudut struktur ini dapat dibedakan strategi pembelajaran tertutup, dalam arti segala
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
6 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
sesuatunya telah ditentukan secara relatif ketat dalam rancangan pembelajaran, dan strategi yang
relatif terbuka. Dalam hal ini tujuan khusus (kompetensi yang hendak dicapai) dan bahan ajar
serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan itu ditentukan ketika proses belajarmengajar berlangsung. Dalam model kedua itu peranan siswa bisa teramat besar. Penejlasan agak
terperinci tentang pembelajaran inkuiri akan disajikan kemudian.
(3) Peran pembelajar-pebelajar di dalam mengolah pesan.
Tiap proses belajar-mengajar tentu mempunyai tujuan atau kompetensi yang hendak dicapai,
selalau ada pesan yang bisa berupa pengetahuan (knowledge), wawasan, keterampilan, atau isi
pengajaran lainnya. Pesan itu dapat disajikan melalaui strategi ekspositoris atau strategi heuristik
atau hipotetis. Dalam strategi ekspositoris pembelajar (guru) sudah mengolah tuntas sebelum
proses belajar-mengajar berlangsung lalu disampaikan kepada pebelajar (siswa). Sebaliknya,
dalam strategi heuristik pesan itu diolah sendiri oleh pebelajar dengan bantuan, sedikit atau
banyak, gurunya. Yang tergolong heuristik ialah penemuan (discovery) dan inkuiri (inquiry). Dalam
hal penemuan siswa menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya
sebagai akibat dari pengalaman belajarnya yang sudah diatur oleh guru. Contohnya ialah
percobaan di dalam laboratorium. Di dalam inkuiri, struktur peristiwa belajar benar-benar bersifat
terbuka, dalam arti siswa sepenuhnya dilepas untuk menemukan sesuatu melalui proses asimilalsi,
yaitu proses “memasukkan” hasil pengamatannya ke dalam struktur kognitifnya yang telah
tersedia, dan proses akomodasi, yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan (modifikasi) atau
penyesuaian-penyesuaian di dalam struktur kognitifnya yang lama sehingga cocok dengan gejala
(pengetahuan) baru yang diamati.
(4) Proses pengolahan pesan.
Bagaimanapun yang namanya belajar itu mesti melibatkan proses berpikir, khususnya dalam
mengolah pesan, melalui pengalaman belajarnya. Proses berpikir ini tidak sama dari orang ke
orang, juga tidak sama bagi bahan ajar yang berbeda-beda. Ada proses pengolahan pesan yang
berpangkal pada yang umum (generik), berupa teori, hukum, prinsip, rumus, kepercayaan, dsb.
untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada gejala-gejala yang khusus. Strategi ini disebut
strategi deduktif. Sebaliknya, ada peristiwa belajar-mengajar yang pengolahan pesannya bertolak
dari conntoh-contoh atau gejala-gejala konkret menuju ke perampatan (generalisasi) atau prinsip
yang bersifat umum. Strategi belajar yang bergerak dari khusus ke umum ini disebut strategi
induktif.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (1972) mengadakan pengelompokan lain yang dianggap para pakar
lebih komprehensif, dalam arti bahwa penggolongan ini dilakukan dengan memperhatikan
beberapa faktor sekaligus, seperti wawasan tentang manusia dan dunianya, tujuan belajar, dan
lingkungan belajar. Mereka mengemukakan empat kelompok model atau strtaegi pembelajaran.
(1) Kelompok model-model interaksi sosial.
Kelompok model-model ini didasarkan kepada dua asumsi pokok, yaitu (a) masalah-masalah
sosial diidentifikasi dan dipecahkan atas dasar dan melalui kesepakatan yang diperolah di dalam,
dan dengan menggunakan proses-proses sosial, dan (b) proses sosial yang demokratis perlu
dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti seluas-luasnya secara built-in
dan terus-menerus.
Yang tergolong kelompok ini ialah pengajaran dengan model yurisprudensi, yasng bertujuan
untuk melatih kemampuan berpikir sebagaimana dibutuhkan di dalam penelitian IPA, meskipun
penerapannya di dalam ilmu-ilmu sosial untuk dapat memahami peristiwa kemasyarakatan juga
diharapkan. Yang lain ialah model kerja kelompok, yang menekankan pembentukan keterampilan
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
7 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
untuk ambil bagian dalam proses-proses kelompok yang menekankan keterampilan komunikaksi
antarpribadi (interpersonal), bekerja dan inkuiri ilmiah. Pembentukan pribadi di dalam
aspek-aspek di atas merupakan hasil pengiring yang penting yang hendak dicapai. (Lihat
pendekatan sosial di atas!).
(2) Kelompok model-model pengolahan informasi.
Kelompok ini bertolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia: bagaimana
manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengolah data, mendeteksi masalah, menyusun
konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan lambang-lambang. Model-model ini sangat
bermanfaat untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam
kegiatan akademik, tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Model ini juga penting bagi
pembentukan konsep, pembentukan kemampuan berpkir pada umumnya tetapi juga untuk
kemampuan sosial-moral, dan untuk proses berpikir akomodatif.
(3) Kelompok model-model personal — humanistik.
Model-model ini meletakkan nilai tertinggi pada perkembangan pribadi di dalam memandang
dan membangun realitas, yang melihat manusia terutama sebagai pembuat makna (meaning
maker). Atau dengan kata lian, kelompok ini mengutamakan proses perngorganisasian internal
yang dilakukan individu serta pengaruhnya terhadap cara dan proses “pergaulan” individu
tersebut dengan lingkungannya dengan dirinya sendiri. Model-model mengajar dalam kelompok
ini sangat mementingkan efek pengiring (nurturent effects) sistem lingkungan belajar. Contoh dari
model ini ialah model pengajaran non-direktif dari Carl Rogers yang bermanfaat untuk
pembentukan kemampuan belajar mandiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri
sendiri sehingga terbentuk konsep diri (self-concept). Yang lain ialah model sinektetik dari William
Gordon, bermanfaat untuk pembentukan kreativitas dan kemampuan secara kreatif.
(4) Kelompok model-model modifikasi perilaku.
Ini bertolak dari psikologi behavioristik, yang mementingkan penciptaan sistem lingkungan
belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan (reinforcement) terhadap perilaku secara efektif
sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki. Istilah teknis yang digunakan untuk proses
pembentukan perilaku dengan manipulasi ini shaping (Inggris to shape ‘membentuk’). Contohnya
ialah model operant conditioning dari tokoh behaviorisme, B.F.Skinner.
Dari sumber-sumber lain dapat dapat ditambahkan beberapa strategi pembelajaran yang berikut.
(1) Strategi inkuiri.
Strategi yang sangat dianjurkan oleh Bruner (1966) ini dapat dipandang sebagai unsur penting
dalam teori konstruktivisme. Dalam strategi inkuiri siswa didorong untuk secara aktif terlibat
dalam kegiatan belajarnya dan membangun konsep-konsep bagi dirinya sendiri. Ini berarti
perilaku guru untuk selalu “menceramahi” dalam bentuk sajian teori, hukum, prinsip, dsb yang
bersifat induktif harus dihindari. Model inkuiri akan sangat memacu siswa untuk selalu ingin tahu
dan memotivasi siswa untuk mandiri dalam menentukan solusi, dan berpikir kritis. Dari paparan
singkat di atas, kita dapat melihat bahwa strategi ini senafas dengan pendekatan CBSA,
keterampilan proses, dan pendekatan komunikatif. Dalam hal itu guru dapat membantu dan
melatih dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman.Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
strategi ini dapat digunakan, misalnya, dalam membaca pemahaman. Siswa dapat diminta untuk
mencari dan menemukan makna kata-kata tertentu di dalam kamus. Dari situ mereka akan
tertantang untuk “melihat” kata-kata lain. Pelajaran tentang polisemi, homonimi, makna kias, dsb
juga dapat menggunakan strategi ini dengan memanfaatkan kamus. Dalam hal keterampilan
mendengarkan guru dapat memanfaatkan televisi dengan berbagao ragam bahasanya.
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
8 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
(2) Model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran yang juga menekankan pentingnya berpikir kritis, terutama berpikir tingkat
tinggi, juga dianut oleh model ini. Tujuannya agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
konsep esensial dari bahan ajar. Kadang-kadang strategi ini juga disebut “pendekatan”, dan sama
dengan istilah-istilah seperti Pembelajaran Berbasis-Proyek (Project-Based Learning), Pendidikan
Berbasis Pengalaman (Experience-Based Education), Pembelajaran Autentik (Authentic Learning),
Pembelajaran Berpijak pada Kenyataan Hidup (Anchored Instruction).
Salah satu ciri penting dari model ini ialah penentuan sebuah masalah (problematik) yang dapat
dirumuskan dalam sebuah pertanyaan. Masalah ini akan dikaji dan diteliti, dicarikan
pemecahannya. Dalam hal yang berhubungan dengan masalah sosial dan humaniora,
pemecahannya tentu tidak cukup dari satu aspek tertentu, tetapi diperlukan perlakuan
antardisiplin ilmu. Penelitian ini harus berakhir dengan sebuah produk atau karya tertulis yang
harus disajikan secara lisan atau dipajang. Tujuan model ini ialah membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan secara
umum mengembangkan keterampilan intelektual.
(3) Model pembelajaran kooperatif.
Kita sudah maklum, tidak ada dua manusia yang persis sama dalam berbagai hal. Tiap siswa
adalah individu yang unik. Perbedaan inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh dunia pendidikan.
Mereka dapat dimanipulasikan oleh guru untuk belajar secara kooperatif, bekerja sama. Ini yang
disebut belajar secara kooperatif (kooperative learning) atau belajar secara sosial (social learning).
Dengan cara ini potensi-potensi positif yang ada di dalam diri tiap siswa dipertemukan dalam
kegiatan belajar bersama, dalam kelompok-kelompok kecil (5-7 orang), tidak hanya untuk hal-hal
yang bersifat intelektual melainkan juga untuk urusan sikap dan nilai. Dalam budaya Jawa konsep
ini mungkin lebih tepat dipahami sebagai perilaku yang “serba saling”, yaitu saling asih, saling asah,
dan saling asuh, yang secara sederhana dapat dikatakan bahwa belajar secara kooperatif itu dapat
membangun rasa kasih sayang (yang kuat dan “pandai” menyayangi dan membantu yang lemah
dan “kurang pandai”), membangun kebiasaan bertukar pikiran, berdiskusi, bermusyawarah
dengan sesama teman atau orang lain, dan membangun kerja sama, kebiasaan saling
mengingatkan, saling melengkapi (bukan saling bersaing dan bertentangan). Dari sini pula
ditunjukkan adanya ketergantungan antarmanusia, perlu dan manfaatnya hubungan dan kontak
pribadi melalui pertemuan tatap muka, sehingga terjalin komunikasi terbuka sehingga terjalin
persaudaraan, pertemanan, dan solidaritas, tetapi juga terbangun tanggung jawab individu untuk
jalinan tersebut. Untuk itu patut disarankan adanya pengelompokan yang bersifat heterogen.
Dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa secara berkelompok bisa, misalnya, menyusun
pantun atau puisi, mengisi teka-teki silang, menulis anekdot atau naskah pidato, menyusun
laporan, dsb.
3. Memilih Strategi.
Strategi itu boleh saja kita umpamakan sebagai penggunaan salah satu pendekatan (atau lebih),
berikut metode-metode dan teknik-teknik yang cocok untuk ketiga hal di atas.Dalam dunia
pengajaran bahasa dipahami bahwa pendekatan itu bersifat aksiomatis, mengacu kepada asumsi,
teori, prinsip, hukum, dsb. tentang psikologi belajar dan tentang bahasa yang kita yakini
kebenarannya. Metode bersifat prosedural, yaitu langkah-langkah pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan yang sudah ditentukan. Teknik merupakan implementasi dari metode itu. Jika,
misalnya, guru sudah menentukan “strategi” CBSA, atau strategi “semi-terbuka” dan inkuiri,
dengan pendekatan komunikatif, maka dia harus melihat ketiga hal tsb, kemudian
mengharmoniskannya dengan strategi terpilih. Jika pendekatan komunikatif yang dipilih, maka
seluruh metode dan teknik tidak boleh menyimpang dari prinsip-prinsip komunikatif. Misalnya,
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
9 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
jangan mengajarkan struktur bahasa atau kaidah tatabahasa, seperti mempersoaalkan apa kalimat
tanya itu, susunannya bagaimana, intonasinya bagaimana, dst., apalagi membahas kalimat tanya
tanpa mengaitkannya dengan keterampilan berbahasa tertentu, apalagi paparannya lebih banyak
didominasi guru, karena semuanya itu bertentangan dengan CBSA dan pendekatan komunikatif.
Andaikata Anda mengajar di SMP di wilayah pedesaan. Cobalah dulu membayangkan seperti apa
karateristik mereka dari segi perkembangan kognitifnya, keadaan sosial-ekonominya, dsb. Yang
Anda hadapi adalah siswa kelas 3 (atau kelas 9). Anda bayangkan berapa rerata usia mereka,
kemampuan berbahasanya seperti apa. Kemampuan yang hendak dicapai ialah menulis dengan
bahan ajar paragraf argumentasi. Bayangkan seperti apa kira-kira motivasi dan minat mereka untuk
menulis, dan kemampuan mereka untuk berargumentasi. Jika jawaban untuk semua itu “kurang
positif”, maka Anda perlu memakai metode imitasi, yakni minta siswa untuk membaca contohcontoh dalam bacaan; gunakan pula teknik pertanyaan atau pancingan,yakni memancing minat
siswa dengan berbagai pertanyaan, memancing dengan pertanyaan agar siswa memberikan
argumen, dst. Dalam seperti agak sulit jika guru memakai strategi “terbuka”. Mungkin guru perlu
memakai strategi pengajaran berkelompok dengan strategi induktif.
c. Indikator Esensial: Menyusun rancangan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
berdasarkan strategi yang telah dipilih.
Deskriptor:
1)
Menyusun silabus dan rencana pembelajaran;
2)
Merancang kerangka pengalaman belajar (tatap muka, terstruktur, dan mandiri) untuk
mencapai kompetensi;
3)
Memilih dan mengorganisasikan materi dan bahan ajar;
4)
Memilih dan merancang media dan sumber belajar yang diperlukan;
5)
Membuat rancangan evaluasi proses dan penilaian hasil belajar.
Bahan:
1. Silabus.
Seorang guru dintuntut menguasai seluruh isi materi kurikulum sebagai bagian pokok dari
kompetensi profesionalnya. Kurikulum itu menurunkan silabus. Sebenarnya tiap guru wajib
menyusun sendiri silabus bagi sekolah dan siswa-siswanya sendiri. Artinya, silabus merupakan
hasil penyesuaian antara kurikulum nasional dengan kondisi dan karakteristik sekolah dan siswa.
Tetapi, yang sangat mungkin sebagian dari silabus itu, sedikit atau banyak, sudah disepakati
bersama oleh sekelompok guru bidang studi.
Silabus berisi uraian program yang mencantumkan bidang studi yang diajarkan, tingkat sekolah,
semester, pengelompokan kompetensi dasar, materi pokok, indikator, tema, strategi pembelajaran,
alokasi waktu, dan strategi asesmennya. Wujudnya serupa dengan GBPP. Dari silabus diturunkan
ke rencana pembelajaran (RP).
2. Rancangan Pembelajaran.
RP diturunkan dari silabus. RP merupakan rancangan pembelajaran yang disusun guru untuk satu
atau dua pertemuan untuk mencapai satu kompetensi dasar. RP itu harus merupakan program
yang dapat diterapkan di dalam kelas. Isinya berupa gambaran tentang kompetensi dasar (yang
hendak dicapai), indikator, materi pokok, skenario pembelajaran tahap demi tahap, dan penilaian
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
10 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
belajar.
(1) Merumuskan tujuan/kompetensi dasar.
Kompetensi dasar atau indikator hasil belajar harus dirumuskan secara jelas-gamblang. Jika kita
menggunakan model Tujuan Instruksional Khusus (TIK), maka rumusannya harus mengandung
unsur: A (audience), yakni siswa; B (behaviour), yaitu perilaku yang diharapkan dikuasai siswa; C
(condition) yakni syarat atau kondisi yang diciptakan guru untuk mencapai perilaku yang
diharapkan, dan D (degree), yaitu tingkat atau kriteria keberhasilan belajar. Jika tujuan itu diperinci
dalam beberapa jenjang maka urutannya harus logis, dalam arti dari yang mudah ke yang sukar,
dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, dari berpikir tingkat
rendah ke berpikir tingkat tinggi.
Di samping tujuan, yang hakikatnya merupakan dampak atau hasil instruksional (instructional
effects), guru juga harus merancang dampak atau hasil pengiring (nurturent effects)-nya. Hasil atau
efek instruksional adalah hasil langsung dari tindak mengajar, yaitu hasil yang dirumuskan di
dalam kompetensi dasar atau tujuan tersebut. Jika tujuan instruksionalnya dirumuskan “Diberi
sebuah topik tentang pariwisata siswa mampu menyusun sebuah paragraf argumentatif terdiri dari 200
kata.”, maka hasil instruksionalnya pastilah sesuai dengan rumusan itu. Tetapi, di balik rumusan
itu haruslah dirumuskan juga pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, atau wawasan yang
terbentuk sebagai hasil yang mengiringi tujuan-tujuan instruksional tadi. Misalnya: mengetahui
cara berargumentasi, terampil berdebat, berbahasa secara logis, bernalar dalam bahasa, berpikir
kritis, santun dalam berargumen, jujur dan bertanggung jawab atas kritik-kritiknya, dsb. Berbeda
dengan hasil instruksional yang segera bisa dilihat setelah, misalnya, siswa diberi tes hasil belajar,
dampak pengiring ini mungkin baru dapat tercapai dalam beberapa pertemuan.
(2) Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran, dan sumber belajar.
Pertama harus dibedakan antara media pembelajaran (bagan, gambar, grafik, jangka,
penggaris, hand-out, LKS, dsb) dengan sumber belajar (kamus umum, kamus istilah, ensiklopedi,
buku teks, buku sumber, dsb). Media dapat dibagi menjadi media cetak (hand-out, LKS) dan
media elektronik (mesin perekam, televisi, komputer, CD, VCD).Dapat pula dibedakan antara
media pandang atau media visual (bagan, gambar, grafik), media dengar atau audio (mesin
perekam, kaset, radio), dan media dengar-pandang atau audio-visual (televiisi, CD, VCD). Kedua
unsur di atas, sedikit atau banyak, harus ada dan tersedia; keduanya harus sesuai dengan kompetensi
yang hendak dicapai dan bahan-ajar. Di dalam RP guru harus secara jelas menyebutkan apa medianya
dan apa sumber belajarnya, difungsikan untuk apa, dan mengapa menggunakan media ini dan
sumber belajar itu. Misalnya, jika kompetensi dasarnya berhubungan dengan keterampilan
mendengarkan, mungkin perlu disediakan media cetak berupa formulir isian (berisi hal-hal yang
perlu diperhatikan) atau hand-out (lembar pegangan), dan media elektronik berupa radio, mesin
perekam, atau televisi. Sumber belajarnya mungkin berupa buku teks dan kamus (KBBI). Sumber
belajar ini juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dan dengan lingkungan siswa,
di samping dengan materi.
Dalam hal materi yang perlu diperhatikan ialah cakupannya, baik secara kuantitas (keluasannya)
maupun secara kualitas (kedalamannya). Sistematika materi harus ditata (diurut, disusun) secara
logis. Materi juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Untuk itu
diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang siswa (Ingat pendekatan
kontekstual!). Materi yang “terlalu mudah” bagi siswa akan membuat siswa jenuh dan tidak
bermanfaat bagi mereka; materi yang “terlalu sulit”, karena terlalu jauh dari pengetahuan-awal
mereka, akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk mempelajarinya, bahkan bisa frustrasi.
Akhirnya, guru harus memperhatikan kemutakhiran materi itu, berikut contoh dan ilustrasinya.
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
11 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
(3) Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran.
Skenario adalah sebuah rancangan berupa kerangka pengalaman belajar, dalam bentuk perilaku
belajar sswa. Pengalaman belajar itu biasanya dilakukan dengan tatap muka antara guru-siswa,
tetapi dapat pula dalam bentuk belajar terstruktur dan mandiri. Belajar terstruktur ialah belajar
untuk mendalami materi sajian, yang dalam kurikulum lama mungkin disebut kegiatan
kokurikuler, wujudnya bisa berupa latihan, mencari contoh-contoh pendukung, dsb. Belajar
mandiri merupakan kegiatan belajar yang mengarah ke perluasan atau penerapan materi di luar
kelas.
(4) Rancangan evaluasi proses dan hasil belajar.
Penilaian (evaluasi, asesmen) yang dirancang mencakup dua kegiatan, yaitu penilaian proses dan
penilaian hasil belajar. Penilaian proses menyoroti perilaku siswa selama proses belajar-mengajar,
perilaku yang dapat diamati dan mencakup, misalnya prakarsa siswa untuk bertanya,
menyumbangkan saran/pikiran, menjawab pertanyaan, memberikan saran perbaikan, mengoreksi
kesalahan, kesediaan untuk membantu teman, dsb. Semua itu menunjukkan aktivitas siswa. Untuk
itu barangkali yang perlu disiapkan guru ialah blanko (form) pengamatan, yang dapat diisi segera
setelah proses belajar-mengajar usai. Di dalam blanko itu dicantumkan aktivitas-aktivitas apa
yang hendak diamati guru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dan semua itu harus sudah
dirancang dalam RP. Jadi penilaian proses itu merupakan penilaian yang bersifat nontes.
Penilaian hasil belajar biasanya berupa tes. Untuk itu guru harus menentukan dulu jenis dan
prosedur penilaian, serta menyiapkan alat evaluasi. Jika hasil belajar akan dinilai dengan tes esai,
tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. Tuliskan pertanyaan- pertanyaannya,
berikut saran jawabannya. Sertakan pula skor (termasuk bobotnya, jika ada) untuk masing-masing
unsur dari jawaban itu. Misalnya, jika siswa diminta menulis sebuah paragraf, guru harus sudah
menentukan unsur-unsur apa dari paragraf itu yang akan dinilai: urutan yang logis, kohesi dan
koherensi, diksi, ejaan, dsb. Masing-masing unsur itu dapat diberi bobot skor yang berbeda-beda.
Yang penting syarat-syarat untuk melakukan tugas itu harus jelas bagi siswa (supaya tidak salah
mengerjakan) dan guru (supaya mudah menskor dan menilai).
Jika penilaian dilakukan dengan tes objektif, buatlah alatnya, yaitu berupa seperangkat butir tes
yang sesuai dengan tujuan dan materi, yang memang mampu mentes apa yang seharusnya dites,
berikut kunci jawabannya. Tes ini sebaiknya mencakup seluruh materi yang dipelajari oleh siswa.
Perhatikan jenjang kesulitan tes: jangan hanya bersifat hapalan (recall), melainkan juga
pemahaman dan penerapan, syukur bisa lebih.
DAFTAR BACAAN
Ardiana, Leo Indra.dkk 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas. 2005. Buku Saku Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dit.PTK dan KPT.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan & Rineka Cipta.
Gulö, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Joni,T.Raka. 1984. Strategi Belajar-Mengajar, suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta: Ditjen Dikti, P2LPTK.
Joni, T.Raka.1985. Cara Belajar Siswa Aktif, Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian. Jakarta: Ditjen
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
12 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
Dikti, P2LPTK.
Joni,T.Raka, dkk. 1985. Wawasan Kependidikan Guru. Jakarta: Ditjen Dikti, P2LPTK.
Mappa, Syamsu, dkk. 1984. Teori Belajar-Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti, P2LPTK.
Nurhadi dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda, dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Sumarsono. 2002. Filsafat Bahasa. Jakarta: Grasindo
IKLAN
CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN,
RRP, SILABUS, DLL))
Ingin membuat PTK tapi merasa sulit????
Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan???
Ingin membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek?????
Ingin membuat RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah?????
Kini tidak usah bingung lagi ada Pak Zaif yang siap membantu berbagai kesulitan dan kesusahan
yang anda hadapi di bidang pendidikan di CV Zaif Ilmiah semua masalah anda di bidang
pendidikan akan dibantu, ingin membuat PTK saya bantu, membuat Karya Ilmiah saya bantu,
membuat berbagai perangkat pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact
Person 081938633462 atau Email di zaiĠ [email protected]
INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya jangan lupa hubungi Pak
Zaif di nomer 081938633462 atau Email di zaiĠ [email protected]
TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES
PAK ZAIF
04/29/2010 - Posted by zaiĠ io | Belajar Dan Pembelajaran
19 Komentar »
1. saya mau tentang pembelajaran kooperatif learning dan student center learning
Komentar oleh dyland Sumba | 05/11/2010
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
2. Terima kasih,
Referensi yang mengembangkan pemahaman dan mempermudah bagi kami sebagai
mahasiswa dalam menyusun tugas atau makalah….
\m/
Komentar oleh Rudi | 07/27/2010
3. mantap gan artikelnx.. membantu sekali
Komentar oleh abimanyu | 02/08/2011
4. Thanx y,sgt mmbantu
Komentar oleh lien | 09/20/2011
5. thanks brother!!
Komentar oleh Tois Piece | 10/02/2011
6. aku suka
Komentar oleh Bank Taizz | 10/05/2011
7. makasih telah membantu
Komentar oleh Fitriy Manizz | 10/17/2011
8. sdikit bisa dipakai buat otak atik…
Komentar oleh Fafa Za | 11/20/2011
9. Mkasih banyak ,,Bisa membantu saya untuk mengerjakan tugas…
Komentar oleh Laila hilfah | 11/23/2011
10. artikelnya bantu bgĴ t ..makasihhh banyak ya
Komentar oleh dianggi | 11/27/2011
11. like
Komentar oleh Sohib Saputra | 01/23/2012
12. thank;s sob…
Komentar oleh fuad bakrie | 01/30/2012
13. alhamdulillah,bisa buat bekal ujian……….
Komentar oleh devi | 02/15/2012
14. makasih banyak…..
Komentar oleh diaz | 02/29/2012
15. Penulisnya siapa ya? akan saya jadikan acuan.
13 of 15
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
Komentar oleh boby | 03/03/2012
16. terima kasih Pak atau Bu atau Mba dan Mas yang telah membekali bberbagai metode dan
teknik dalam mengajar hal ini sangat membantu saya. semoga menjadi amal baik dan dapat
imbalan dara sang Pencita amiin
Komentar oleh Ai Sri | 04/01/2012
17. CARA JITU CEPAT LULUS TES TPA Oto BAPPENAS, PSIKOTES, TOEFL UJIAN SARINGAN
MASUK CPNS/BUMN, S2 (PASCA SARJANA) UI,UGM,UNPAD, ITB,STAN, UI
INTERNATIONAL (PASTI BISA)
SPESIALIS PELATIHAN TPA/PSIKOTES/ TOEFL UI,UGM,UNPAD, ITB,STAN,UI
INTERNATIONAL
Ijin no:3789/PLSM/ I-133/VII/ 1995
CARA JITU, CEPAT LULUS TES TPA, PSIKOTES &TOEFL (PASTI BISA)!
Kami adalah Spesialis pelatihan TPA (Test Potensi Akademik)/PSIKOTES dan TOEFL
memberikan pelayanan jasa pelatihan TPA dan TOEFL. Adapun pelatihan TPA, PSIKOTES dan
TOEFL merupakan persyaratan Mutlak bagi Bapak/Ibu guna untuk mengikuti:
- Tes Kenaikan Jabatan / Pangkat untuk CPNS dan BUMN
- Tes untuk melanjutkan Pendidikan ke jenjang S1,Pasca Sarjana S2 untuk UMUM.
- MEMBANTU REKAN-REKAN MAHASISWA/UMUM AGAR LULUS PSIKOTES DAN
WAWANCARA KE PERUSAHAAN OIL AND GAS, BANK- BANK,CPNS, SERTA
PERUSAHAAN MULTI NASIONAL LAINNYA DI SELURUH INDONESIA(SUDAH
TERBUKTI).
Note:
- Biaya Belajar di Bayar di Muka
HUBUNGI KAMI di:
LYSSA,ST,MM / 021.71136838/ 0813 1879 2677
Wisma Metropolitan 2,World Trade Centre, Jl. Jendral Sudirman,Jakarta
Komentar oleh lyssa, ST,MM | 07/01/2012
18. makasih infonya, sangat bermanfaat
Komentar oleh liszia dev mutiara | 07/28/2012
19. [...] hĴ p://zaiĠ io.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behaviorisme-gestalt-
14 of 15
kognitivisme-konstr…; diakses 16 Maret 2012; 20.24 WIB [...]
Ping balik oleh Teori Belajar | putrawijilsetyana | 03/31/2013
SINOPSIS
BLOG INI BERISI SEMUA MATERI TENTANG BIOLOGI DAN PENDIDIKAN YANG DIBUAT
OLEH ORANG YANG HAUS AKAN ILMU DAN BERCITA-CITA TINGGI UNTUK MENJADI
DOSEN DAN MEMAJUKAN ILMU PENGETAHUAN DIMANAPUN DIA BERADA DAN
MENGABDI
11/12/2013 20:09
teori-teori belajar behaviorisme, gestalt, kognitivisme, konstruktivisme...
15 of 15
http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/teori-teori-belajar-behavioris...
IKLAN
CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN,
RPP, SILABUS, DLL))
Ingin membuat PTK tapi merasa sulit???? Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan??? Ingin
membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek????? Ingin membuat
RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah????? Kini tidak usah bingung lagi ada
Pak Zaif yang siap membantu berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda hadapi di bidang
pendidikan di CV Zaif Ilmiah semua masalah anda di bidang pendidikan akan dibantu, ingin
membuat PTK saya bantu, membuat Karya Ilmiah saya bantu, membuat berbagai perangkat
pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact Person 081938633462 INSYA
ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya jangan lupa hubungi Pak Zaif di
nomer 081938633462 ATAU lewat E-mail di zaiĠ [email protected]. DIJAMIN PTK ATAU KARYA
ILMIAHNYA BARU LANGSUNG DIBIKINKAN BUKAN STOK LAMA ATAU COPY PASTE
SEHINGGA DIJAMIN ORIGINALITASNYA TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES PAK
ZAIF
Site info
BIOLOGI ONLINE
Tema: Andreas04 oleh Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.
Ikuti
Follow “BIOLOGI ONLINE”
Powered by WordPress.com
11/12/2013 20:09
Download