2.4 CO2 Analyzer CO2 analyzer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai CO2. CO2 analyzer terdiri dari dua bagian yaiu tester dan analyzer. Analyzer merupakan bagian yang dihubungkan langsung dengan plastik sampel (teddler bag) di mana di dalam analyzer terdapat mesin analisis beserta saringan. Tester merupakan alat yang dihubungkan dengan analyzer sehingga tester dapat menunjukkan nilai CO2 yang diperoleh. Satuan yang digunakan yaitu mV. permukaan tanah, kelembaban tanah. suhu tanah serta BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2008 hingga Juli 2009. Pengambilan data bertempat di Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia RAPP Langgam, Riau. Kemudian penelitian dilanjutkan di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu CO2 analyzer, chamber, digital thermometer, theta probe, plastik sampel penangkap gas CO2 (teddler bag), pipa untuk pengukuran kedalaman air tanah, meteran, alat tulis beserta seperangkat komputer untuk pengolahan data. Bahan-bahan yang digunakan adalah lahan gambut beserta gas CO2. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilaksanankan setiap bulan selama dua hari. Terdapat enam plot, dimana tiap plot mempunyai dua macam jenis plot yaitu plot Root Cut dan Plot Control. Plot pertama berjarak 100 meter dari pinggir kanal, dilanjutkan plot dua hingga enam dimana setiap plot berjarak kurang lebih 100 meter. Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran emisi CO2 dari tanah, kedalaman air tanah, penurunan Gambar 3. Lokasi penelitian di Langgam 3.3.2 Pembuatan Plot Tiap plot mempunyai dua tipe tempat pengambilan CO2, yaitu plot Root Cut dan plot Control. Pengukuran CO2 dengan respirasi akar diukur pada plot Control sedangkan pengukuran CO2 tanpa respirasi akar diukur pada plot Root Cut, dengan tujuan untuk mengukur fluks CO2 dari dekomposisi gambut sehingga dapat diprediksi emisi akar. Plot Control merupakan tempat pengambilan sampel CO2 dengan panjang 1 meter dan lebar 1 meter. Di pasang tiga tempat dudukan ruang gas sampel yang terbuat dari stainless steel, dudukan chamber ini dipasang permanen sehingga tempat pengambilan CO2 tidak berubah-ubah. Pembuatan Plot Root Cut hampir sama dengan pembuatan plot Control, yang membedakan antara plot Root Cut dan plot Control yaitu akar di sekeliing Plot Root Cut dipotong kemudian dipasang water permeable sheet di dalam tanah untuk melindungi Plot Root Cut tersebut. 4 Control Root Cut Gambar 4. Sketsa Plot Control dan Plot Root Cut 3.3.3 Pengukuran CO2 dari Tanah Pengukuran CO2 dilakukan dengan menggunakan closed chamber method. Ruang sampel gas atau chamber terbuat dari bahan stainless steel, dimana mempunyai diameter 20 cm dan tinggi 25 cm. Pengambilan sampel gas pertama dlakukan sebelum ruang gas ditutup (0 menit). Pengambilan sampel gas kedua dilakukan 6 menit setelah ruang gas ditutup. Sampel gas dimasukkan ke dalam plastik sampel (teddler bag). Kemudian sampel gas yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan CO2 analyzer. FluksCO 2 = mgCm −2 h −1 = ρ× V ∆C 273 × × ×α A ∆t 273 + t Keterangan : : kerapatan gas CO2 ρ (1.9770*106 mg CO2/m3) V : H (tinggi ruang contoh gas (m)) A ∆C : perubahan konsentrasi gas (m3 ∆t t m-3h-1) : suhu rata-rata α : 12 44 3.3.4 Pengukuran Curah Hujan Pengukuran curah hujan menggunakan alat yang disebut Raingauge. Raingauge dapat mengukur data curah hujan harian. Satuan yang digunakan yaitu mm. Gambar 5. Ruang sampel gas yang digunakan pada closed chamber method (sumber : Hatano R dan Toma Y, 2007) Setelah pencatatan data dari CO2 analyzer, kemudian dilakukan perhitungan fluks CO2. Perhitungan fluks CO2 menggunakan program Microsoft excel yang telah disediakan, yaitu CO2 fluks calculation. Berikut rumus gas CO2 (mV) yang dikonversi menjadi fluks gas CO2 (mgCm-2h-1). Gambar 6. Rain Gauge 5 3.3.5 Pengukuran Suhu Tanah Pengukuran suhu tanah dilakukan selama pengukuran gas CO2, suhu tanah yang diukur yaitu pada kedalaman 10 cm. pengukuran suhu tanah menggunakan thermocouple k-probe (automatic temperature soil). Pengukuran suhu tanah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi chamber. pipa, ujung pipa yang dimasukan ditutup. Pipa dipasang permanen sehingga tempat pengukuran tidak berubah-ubah. Pengukuran dilakukan setiap bulan. Pengambilan data kedalaman air tanah dilakukan di setiap plot dengan cara memasukkan selang ke dalam pipa hingga ujung selang menyentuh permukaan air. Kemudian berikan tanda pada selang yang sejajar dengan permukaan pipa. Keluarkan selang dari pipa. Ukur menggunakan meteran dari ujung selang hingga tanda yang sudah diberikan. Hasil yang diperoleh kemudian dikurangkan dengan rata-rata nilai penurunan permukaan tanah. Gambar 7. Pengukuran suhu tanah 3.3.6 Pengukuran Kelembaban Tanah Pada setiap plot dilakukan pengukuran kelembaban tanah. Pengukuran ini juga dilakukan selama pengukuran CO2, kelembaban tanah yang diukur yaitu pada kedalaman 10 cm. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban tanah yaitu theta probe. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi chamber. Gambar 9. Pengukuran water table 3.3.8 Pengukuran Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) Penurunan permukaan tanah dilakukan pada semua plot. Pengukuran penurunan permukaan tanah diukur menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada pipa water table. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan mengelilingi pipa. Gambar 8. Pengukuran kelembaban tanah 3.3.7 Pengukuran Kedalaman air tanah (Water Table) Pengukuran kedalaman air tanah menggunakan selang dan meteran. Pada titik pengambilan data dimasukkan pipa berdiameter 3.5 cm dengan kedalaman 4 meter. Pada sisi pipa dibuat lubang kecil untuk jalur masuknya air, kecilnya lubang membuat tanah tidak dapat masuk ke dalam Gambar 10. Pengukuran subsidence 6