1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan salah satu sarana demokrasi. Pesta demokrasi yang merupakan perwujudan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung di Indonesia belakangan dilaksanakan setelah pemilihan presiden secara langsung. Dari proses pemilihan presiden yang dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004, dapat dilihat dari hasil perolehan suara menunjukkan bahwa rakyat memiliki pilihan sendiri yang lepas dari ikatanikatan ideologi politik. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung digelar di tanah air pertama kali pada tahun 2005, Pilkada langsung ini memberikan kesempatan yang luas bagi pemilih untuk menentukan pilihannya sesuai keinginan dan hati nurani masing-masing yang ada di daerah. Mulai dari pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota yang dipandang sebagai sebuah proses demokrasi. dan jika kemenangan secara demokratis diukur secara kuantitatif, maka rakyat sebagai pemilih punya andil bagi seseorang untuk menduduki kursi kepala daerah. Penyelenggaraan Pilkada diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalamnya dijelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agar mampu melahirkan kepemimpinan daerah yang efektif dengan commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memperhatikan prinsip demokrasi, persamaan,keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; untuk mewujudkan kepemimpinan daerah yang demokratis yang memperhatikan prinsip persamaan dan keadilan, penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang memenuhi persyaratan (Undang-Undang Republik Indonesia, 2008). Menurut Dr. Afrina Sari.M.Si dalam jurnalnya yang berjudul “Komunikasi Politik dan Diplomasi Berbasis Kearifan Lokal (Analisis Pilkada dalam Proses Kampanye Politik”, Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) merupakan sebuah pesta demokrasi tingkat wilayah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. PILKADA di Indonesia dimana dilaksanakan berdasarkan sistem politik Indonesia, setiap pasangan calon harus di usung oleh partai politik yang mendukung pasangan tersebut. Pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013 -2018 digelar 26 Mei 2013. Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Jawa Tengah ditetapkan sebanyak 27.385.985 pemilih. Dari jumlah tersebut perempuan menjadi pemilih terbesar yakni sebanyak 13.774.665 orang. Sedangkan pemilih laki-laki sebanyak 13.611.320 orang. Penetapan dilakukan melalui rapat pleno terbuka rekapitulasi jumlah pemilih tetap dan tempat pemungutan suara (TPS) di kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jawa Tengah. Sedangkan jumlah TPS yang ditetapkan yakni sebanyak 61.951 TPS. Dari data tersebut, DPT terbanyak di Jawa Tengah yakni di wilayah Kabupaten Brebes sebesar 1.488.243 pemilih. DPT commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id terkecil di wilayah Kota Magelang yakni sebanyak 94.302 pemilih. Untuk jumlah pemilih perempuan terbanyak di Kabupaten Cilacap sebanyak 744.688. Sedang jumlah pemilih laki-laki terbanyak di wilayah Kabupaten Brebes 752.455 pemilih. Lalu, TPS terbanyak berada di wilayah Kabupaten Cilacap sebanyak 3.107 TPS. Dan TPS paling sedikit yakni di Kota Magelang yang hanya 200 TPS. (Kompas.com, Senin 15 April 2013) Pemilihan Gubernur Jawa Tengah periode 2013 -2018 diikuti oleh tiga pasangan yaitu pasangan H. Bibit Waluyo – Sudijono Sastroatmodjo (incumbent) yang diusung koalisi Partai Demokrat, PAN dan Partai Golkar, pasangan Ganjar Pranowo – Heru Sujatmoko, diusung PDIP dan pasangan Hadi Prabowo – Don Murdono diusung PKS , Gerindra , PKB , PPP, Hanura dan PKNU. Kecamatan Slogohimo terdiri dari 17 kelurahan dan desa, jumlah pemilih yang terdaftar dalam rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah sebanyak 45.472 orang dengan rincian yaitu sebanyak 22.794 pemilih laki-laki dan 22.678 pemilih perempuan. Pemilihan gubernur dilaksanakan di 108 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di seluruh kelurahan dan desa di Kecamatan Slogohimo. Upaya untuk meraih suara pemilih pun dilakukan dengan berbagai cara. Strategi komunikasi pun dirancang oleh para masing-masing calon gubernur demi mendapatkan suara dari masyarakat. Mulai dari kampanye iklan di media massa, memasang spanduk dan baliho diberbagai tempat, hingga mendatangi daerahdaerah secara langsung. Dan Nimmo menjelaskan bahwa orang yang paling banyak diterpa komunikasi persuasif kampanye adalah yang paling cenderung commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id telah sampai kepada putusan pemberian suara (Nimmo, 2006:162). Ini berarti bahwa seharusnya jika semakin banyak terpaan kampanye yang diterima oleh seseorang maka akan mempengaruhi keputusan memilihnya. Menurut Alo Liliweri kampanye politik adalah aktivitas berencana yang terorganisasi secara baik yang bertujuan untuk melindungi para kandidat agar mereka dapat melangkah dengan lapang menuju kursi legislatif atau eksekutif. Kampanye politik yang diorganisasi dengan baik selalu berusaha untuk mendapatkan pengaruh dari balikan dari khalayak, lebih khusus para pemilih yang akan membuat keputusan yang tepat yang dapat melanjutkan pengaruh tersebut pada kelompok-kelompoknya (Liliweri, 2011:712). Menjelang Pemilu adalah masa saatnya kampanye di mana setiap calon melakukan pendekatan kepada pemilih untuk menarik dukungan dengan memasang iklan politik. Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik merupakan sebuah saluran kampanye yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap pemilih. Apalagi dengan arus teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu. Medium ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Hal itu salah satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang memiliki televisi maupun radio, bahkan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Dengan kata lain komunikasi massa banyak digunakan untuk kepentingan kampanye. Pengertian komunikasi massa menurut Severin 1977; Tan 1981; dan Wright 1986; adalah bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran commit to user perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal jauh, sangat heterogen, dan menimbulkan efek-efek tertentu (dalam Liliweri:1990). Media massa memiliki pengaruh besar karena pesan yang disampaikan akan serentak menjangkau khalayak yang luas dan juga dapat diulang-ulang penayangannya. Persepsi, interpretasi, maupun opini publik mudah dipengaruhi lewat iklan maupun berita dalam media. Dengan melakukan iklan, politisi atau partai dapat mendongkrak tingkat popularitasnya. Dunia advertising ini dapat menggambarkan secara jelas kepada publik karena pada dasarnya iklan bersifat persuasif dan informatif. Karena bersifat informatif, iklan politik menjadi sarana politik bagi publik untuk menyadarkan mereka bahwa publik siap ikut untuk menjadi konstituen yang kuat, cerdas dan mandiri. Iklan politik juga dapat mendorong terciptanya suatu persaingan yang sehat antara peserta untuk membuat atau menciptakan program-program baru yang di butuhkan oleh khalayak. Peran media diharapkan dapat melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Setidaknya berperan dalam penambahan informasi tentang pemilu. Informasi tersebut bisa mempengarui perilaku memilih. Sehingga akan berdampak pada sistem politik yang berjalan. Selain itu, media dapat menjadi sarana sosialisasi. Bisa penyampaian program-program dari kandidat calon gubernur, kemudian media juga menjadi sarana untuk memberitakan sepak terjang kandidat. Sehingga berharap masyarakat mempunyai penilaian. Tidak salah pilih terhadap kandidat gubernur. Media juga memiliki peran mengawasi (kontrol) terhadap pemerintah. Memberikan informasi kepada publik atas aktivitas-aktivitas dan keputusan-keputusan politik yang dilakukan pemerintahannya. Aktivitas dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 6 digilib.uns.ac.id keputusan politik akan menjadi sentral perhatian. Dan secara tidak langsung akan membentuk opini dalam masyarakat. Menjelang Pilgub Jawa Tengah tahun 2013 para kandidat calon gubernur berlomba-lomba melakukan kampanye untuk merebut hati rakyat. Berbagai cara dilakukan mulai dengan berbagai macam saluran media politik untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Dimulai dari media cetak, para kandidat calon gubernur memasang iklan kampanye mereka pada surat kabar lokal seperti Solopos dan Jawapos bahkan tidak tanggung-tanggung untuk menonjolkan diri mereka memasang iklan pada halaman pertama di koran tersebut. Media elektronik juga digunakan dalam kampanye calon kandidat mulai dari radio lokal di daerah-daerah di Jawa Tengah bahkan sampai memasang iklan di televisi nasional, para kandidat ini juga jeli menggunakan media baru seperti internet dengan membuat web maupun dengan membuat akun di jejaring sosial yang banyak digunakan khususnya oleh kaum muda seperti Facebook dan Twitter. Selain kampanye di media massa para calon juga menggunakan media lain seperti dengan media format kecil dengan cara membagi-bagikan misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker. Tidak kalah menonjol dalam setiap pemilu di Indonesia yaitu kampanye dengan menggunakan media luar ruang (outdoor media), sangat banyak dijumpai dipasang di pinggir-pinggir jalan misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, iklan mobil, kalender dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun citra (image building). Media luar ruangan ini adalah kampanye yang paling menonjol karena spanduk commit to user perpustakaan.uns.ac.id 7 digilib.uns.ac.id maupun baliho terlihat dipasang dimana-mana di segala penjuru baik dari wilayah kota besar sampai dengan pelosok desa bisa dijumpai media berbagai macam kampanye media luar ruang ini. Selain itu para calon juga memanfaatkan saluran komunikasi publik, misalnya mengadakan acara di lapangan, panggung kesenian, sampai dengan kampanye di pasar-pasar. Dalam kegiatan kampanye calon gubernur Jawa Tengah ini, dapat dikatakan bahwa setiap orang yang terkena terpaan kampanye melalui media menerima dan menanggapi pesan kampanye tersebut sesuai dengan sikapnya sendiri yang timbul dari tatanan psikologis pemilih itu sendiri dan dipengaruhi pula dengan kepercayaan yang dianutnya serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan dimana dia tinggal. Masyarakat pemilih dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kecamatan Slogohimo yang memiliki budaya tradisional yang sama diasumsikan akan memiliki orientasi dan perilaku yang sama dalam menanggapi isi pesan kampanye melalui media. Mereka akan memaknai pesan komunikasinya yaitu pesan kampanye para calon gubernur dan memberikan tanggapan yang kirakira sama. Selain pengaruh media disini juga terdapat pengaruh dari pemuka pendapat atau biasa disebut opinion leader . Sebuah pesan komunikasi awalnya disiarkan melalui media massa kepada pemuka pendapat dalam hal ini adalah tokoh masyarakat setempat, lalu oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi tersebut diteruskan secara komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang kurang keterbukaannya terhadap media massa, atau dengan perkataan lain orangorang yang tidak berlangganan surat kabar, tidak memiliki radio atau tidak sering menonton televisi. Dalam hubungan sosial yang informal seperti itu, si pemuka commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi juga mengintrepretasikannya. Disini tampak adanya pengaruh pribadi (personal influence) yang merupakan mekanisme penting yang bisa merubah komunikasi. Pemuka pendapat ini biasanya seorang yang memiliki pendidikan, pengetahuan, ataupun kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Di Kecamatan Slogohimo sendiri yang mayoritas penduduknya petani dan buruh biasanya yang menjadi pemuka pendapat adalah eperti pemuka agama seperti ustad lalu guru dan perangkat desa, serta orang-orang yang aktif dalam partai politik yang lebih banyak mengetahui informasi tenteng pemilihan yang berperan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang calon gubernur yang akan dipilih. Pemuka pendapat ini lalu bisa meneruskan informasi yang dia dapatkan kepada masyarakat mengenai melalui komunikasi antarpribadi. Media massa selama ini dianggap sebagai media yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pemilih namun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Pawito (2009:180) pengaruh media massa terhadap pemilih beragam dan tidak bersifat langsung. Pengaruh ini ditentukan sejumlah variabel perantara seperti persepsi, latar belakang pribadi individu pemilih, nilai-nilai serta normanorma yang berlaku di masyarakat terutama dalam tingkatan kelompok di mana individu pemilih berada. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Natana El Andi tentang “Studi Pola Pengaruh Komunikasi dalam Keputusan Memilih Pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012” menyimpulkan bahwa media massa dapat berpengaruh pada commit to user keputusan memilih pada pemilukada DKI Jakarta 2012 walaupun pengaruhnya perpustakaan.uns.ac.id 9 digilib.uns.ac.id terbatas, apalagi apabila dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Walaupun dalam komunikasi interpersonal itu sendiri terdapat peranan media massa. Iklan politik di televisi bukan sumber informasi utama, melainkan pemberitaan yang menjadi sumber informasi di media massa. Informasi yang didapat di media massa berkaitan dengan figur kandidat, pencitraannya, dan isu yang mengelilinginya adalah yang paling mendapat perhatian, bukan program kerja. Pola pengaruh komunikasi interpersonal dan massa dalam penelitian ini saling berkaitan. Media massa tidak dapat mempengaruhi secara langsung khalayak, melainkan hanya sebagai instrumen untuk menyebarkan informasi mengenai pemilukada, informasi tersebut kemudian diterima oleh khalayak, yang kemudian menyebarkan informasi kepada orang lain dalam bentuk komunikasi interpersonal. (Andi, 2012:11) Memang ada beberapa keraguan akan potensi media dalam mempengaruhi khalayak pemilih, mengingat keterbatasannya tidak banyak mengubah perilaku pemilih setelah orang memiliki sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat John Klaper (dalam Cangara: 2009) bahwa faktor psikologis dan sosial ikut mempengaruhi dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain, proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Hal yang sama juga disimpulkan oleh Sander and Pace (dalam Cangara: 2009) bahwa media massa pada dasarnya hanya mampu berada pada tataran pembentukan citra (image), sementara yang berperan untuk mengajak orang untuk mengubah pilihan adalah komunikasi antarpribadi. Media hanya memberi pengaruh pada hal-hal yang sifatnya singkat dan tidak lama. Oleh karena itu commit to user perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id Sander dan Pace mengusulkan agar pemilu menekankan pada image world view daripada isu-isu. Sebab para pemilih pada umumnya cenderung untuk mengikuti pada awal dan akhir kampanye. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa lebih banyak berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku (Cangara, 2009:411). Beberapa teori yang telah dikemukan diatas mengenai komunikasi politik dalam hal ini kampanye pemilihan gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018 yaitu tentang pengaruh terpaan kampanye politik melalui berbagai media yang dilakukan oleh para calon gubernur terhadap keputusan memilih masyarakat yang melatarbelakangi penelitian ini. Menurut penjelasan diatas tidak hanya kampanye politik melalui media saja yang berhubungan terhadap keputusan memilih namun juga komunikasi antarpribadi dan persepsi atas kredibilitas calon gubernur. Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah efek komunikasi politik yang bermuara pada pemberian suara atau keputusan memilih masyarakat. Pemilihan Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri sebagai tempat penelitian didasari karena Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu Kecamatan paling ujung di Wonogiri yang hampir berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur maka tentu saja memiliki budaya yang menarik, selain itu Kecamatan ini termasuk wilayah perbatasan yang jauh dari pusat Propinsi Jawa Tengah akan menarik diteliti bagaimana masyarakat pemilih disini menanggapi segala pesan komunikasi kampanye politik dalam pemilihan Gubernur. Selain itu karena disini merupakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id tempat tinggal penulis menjadi pertimbangan untuk lebih mudah mendapatkan data-data yang diperoleh melalui survey kepada masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 2. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan terpaan media kampanye politik di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 3. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan komunikasi antarpribadi di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? 4. Apakah ada perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan kredibilitas calon di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan terpaan media kampanye politik pada Pilgub Jateng 2013 di commit to user kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan intensitas komunikasi antarpribadi pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan keputusan memilih berdasarkan persepsi atas kredibilitas calon gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang hubungan antara terpaan media kampanye politik Calon Gubernur dengan keputusan memilih Calon Gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri b. Hasil penelitian dapat digunakan menjadi acuan dalam yang menghubungkan teori dan praktek yang menjadi landasan dalam penelitian-penelitian di masa datang. 2. Manfaat Secara Praktis Sebagai gambaran untuk mengetahui gambaran umum tentang hubungan antara media kampanye politik Calon Gubernur, komunikasi interpersonal, persepsi atas kredibilitas calon gubernur dengan keputusan memilih Calon Gubernur pada Pilgub Jateng 2013 di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id E. Kerangka Pemikiran dan Teori 1. Komunikasi Politik a. Pengertian Komunikasi Politik Menurut Miriam Budiarjo politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau yang menyangkut proses menentukan tujuantujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konfllik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai bersifat persuasi (mempengaruhi) dan jika perlu bersifat paksaan. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), bukan tujuan pribadi seseorang (Budiarjo, 2002:8). Politik, seperti komunikasi, adalah proses; dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Yang dimaksud disini bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan namun pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif yang berarti segala cara bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan gambar, gerakan sikap tubuh, perangrai, dan pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs mengatakan dengan cara sederhana, “Politik adalah pembicaraan, atau lebih tepat kegiatan politik adalah berbicara.” Komunikasi meliputi politik, bila orang mengamati konflik mereka menurunkan makna perselisihan melalui commit toperselisihan user komunikasi. Bila orang menyelesaikan mereka, penyelesaian itu 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id adalah hal yang diamati, diinterpretasikan, dan dipertukarkan melalui komunikasi (Nimmo, 1999:89). Komunikasi dikatakan sebagai komunikasi politik tergantung pada karakter pesan dan dampaknya terhadap sistem politik. Semakin jelas pesan komunikasi maka semakin signifikan pula komunikasi tersebut dinilai sebagai komunikasi politik. Dalam setiap realitas kehidupan politik pasti terjadi komunikasi politik. Komunikasi ini tidak hanya tampil dalam bentuk aksi-aksi protes menuntut hak yang terampas ataupun menyuarakan aspirasi. Kehidupan politik meniscayakan adanya rapat, pidato, kampanye, kontak antar-lembaga, debat dalam sidang parlemen, perundingan ataupun negosiasi (Pawito, 2009:4). b. Unsur Komunikasi Politik Seperti halnya disiplin komunikasi lainnya, komunikasi politik sebagai body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur. Cangara (2009;37-39) menjelaskan unsur komunikasi politik sebagai berikut: 1. Komunikator Politik Komunikator politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati, politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris LSM, dan kelompok-kelompok masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya pemerintahan. commit to user penekan dalam perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id 2. Pesan Politik Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, undang-undang pemilu, pernyataan politik, artikel atau brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, dsb. 3. Saluran atau Media Politik Saluran media politik adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, media elektronik, media format kecil, media luar ruang (outdoor media), saluran komunikasi kelompok, saluran komunikasi publik, saluran komunikasi sosial. 4. Sasaran atau Target Politik Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negri, buruh, pemuda, perempuan, ibu rumah tangga, pensiunan, veteran, pedagang kaki lima, tukang, nelayan, petani yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia. 5. Pengaruh atau efek Komunikasi Politik Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara ini sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi tingkat presiden dan wakil presiden, anggota DPR, MPR, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada tingkat DPRD. c. Fungsi Komunikasi Politik Fungsi komunikasi politik yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro (dalam Cangara, 2009:39-41) yang menyebutkan bahwa komunikasi politik berfungsi untuk memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang dilakukan lembaga politik maupun hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat, lembaga politik disini contohnya partai yang memberikan informasi kepada masyarakat atas usaha-usaha yang telah dilakukan oleh calon atau kandidatnya dalam suatu pemilihan untuk menjelaskan kepada masyarakat seberapa kompeten kandidat yang dicalonkan partai tersebut. Komunikasi politik juga berfungsi untuk melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga politik; ini penting ketika sebelum adanya pemilihan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana kebijakan dan program yang akan dijalankan sehingga masyarakat bisa menilai kebijakan atau program manakah yang paling baik. Dengan adanya komunikasi politik juga dapat mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi suara dan juga dapat menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan menampilkan para juru commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kampanye, artis, dan para komentator atau pengamat politik. Komunikasi politik juga diharapkan bisa menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap gerakan reformasi dan demokratisasi. Komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian informasi, pendapat, keyakinan yang berkenaan dengan politik yang aktifitasnya menandai keberadaan dan aktualisasi lembaga-lembaga politik, komunikasi merupakan fungsi dari sistem politik, dan komunikasi politik berlangsung dalam suatu sistem politik tertentu (Pawito, 2009:2). Salah satu kegiatan komunikasi politik yang melibatkan partisipasi masyarakat Indonesia adalah pemilu karena para komunikator politik dalam hal ini politikus partai melakukan proses penyampaian pesan politik kepada masyarakat dengan tujuan untuk memenangkan pemilu. 2. Pemilihan Umum (Pemilu) Pemilu merupakan arena kompetisi untuk mengisi jabatan-jabatan politik di pemerintahan yang didasarkan pada pilihan formal warga negara yang memenuhi syarat. Peserta pemilu dapat berupa perseorangan atau partai tapi yang paling utama adalah partai politik. Partai politik mengajukan kandidat dalam pemilu yang kemudian dapat dipilih oleh rakyat. Pemilu merupakan mekanisme terpenting untuk keberlangsungan demokrasi perwakilan karena rakyat bisa memilih wakilnya, selain itu pemilu juga menjadi indikator negara demokrasi. (Pamungkas, 2009:3) commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pemilu menjadi ajang untuk melakukan pesta demokrasi yang mewujudkan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Richard R. Lau, Andersen dan David P. Redlawsk (2008) menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul “An Exploration of Correct Voting in Recent U.S. Presidential Elections” “Democracy works best when citizens are interested in politics, able to place current events in proper historical context, attentive to the actions of representatives in government, and engaged in the governing process to the extent they vote for the candidates they believe best represent their interests”. Demokrasi akan berjalan dengan baik apabila warga tertarik pada politik, mampu menempatkan kejadian terkini dalam konteks sejarah yang tepat, memperhatikan tindakan perwakilan di pemerintahan, menyadari aturan kelembagaan sehingga dapat memahami tindakan yang diambil oleh pemerintah, serta terlibat dalam proses pemilihan dan dapat memilih calon yang mereka percaya paling mewakili kepentingan mereka. Luca Corazzini (2013) dalam jurnalnya “Elections and Deceptions: An Experimental Study on the Behavioral Effects of Democracy” menjelaskan “ The virtue of democratic elections has been seen in their role as means of screening and sanctioning shirking public officials. The results suggest that elections and campaigns confer important benefits beyond their screening and sanctioning functions.”. Disini Corazzini menjelaskan bahwa pemilu yang demokratis tidak hanya berfungsi sebagai skrining dan fungsi sanksi namun juga terlayaninya kepentingan publik dengan baik. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Pemilu di Indonesia Pemilu secara nasional pertama kali diadakan pada tahun 1955, kemudian Pemilu era Orde Baru sejak 1971 hingga 1997 sebanyak enam kali, Pemilu era Reformasi tahun 1999, tahun 2004 dan tahun 2009. Sementara itu pemilu-pemilu yang bersifat lokal untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah telah berlangsung sejak tahun 2005 (Tricahyo, 2009) Jadi di Indonesia terdapat Pemilu Legislatif (untuk memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD) serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dimulai sejak tahun 2004 dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono sehingga menjadi Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. Pada tahun 2009 dilaksanakan pemilihan umum presiden kembali untuk kedua kalinya di Indonesia yang diselenggarakan pada 8 Juli 2009. Mengikuti kesuksesan Pemilu Presiden secara langsung maka pada tahun 2005 juga diadakan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang pertama kali dilaksanakan di Kutai Kartanegara lalu diikuti oleh daerah-daerah lainnya. Menurut UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD dijelaskan bahwa pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat adalah sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat yang aspiratif, berkualitas, dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan dijelaskan pula bahwa pemilihan umum wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. (KPU, 2008) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id Dihapuskannya fungsi pemilihan presiden dan wakil presiden dari kekuasaan MPR memiliki makna bahwa kekuasaan memilih presiden dan wakil presiden dikembalikan kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Dengan hasil perubahan pasal 1 ayat (2) maka pemilihan presiden dilaksanakan menurut ketentuan UUD, yang disebutkan dalam ayat 6A ayat (1) Presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Selanjutnya dalam pasal 22E ayat (2) disebutkan bahwa pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta DPRD (Tricahyo, 2009:76) b. Pemilihan Kepala Daerah Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung merupakan koreksi terhadap pelaksanaan Pilkada melalui perwakilan (oleh DPRD) sebagaimana pernah diamanatkan Undang-Undang No.22 Tahun 1999. Koreksi ini semakin nyata dengan diimplementasikannya payung hukum pelaksanaan Pilkada langsung, yakni Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diperbaiki dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2008 (Agustino, 2009:78) Menurut Agustino (2009:74-76) beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari demokratisasi nasional di tingkat lokal adalah yang pertama adalah menciptakan sistem pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat, dalam konteks Pilkada, aktor-aktor politik di daerah dapat menjadi pejuang demokrasi mana kala orientasi perjuangannya adalah berdasar pada kepentingan user daerahnya. Yang kedua Pilkada mayoritas warga yang bertujuancommit positif tountuk 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel, responsif dan demokratis. Karena dalam pilkada dibangun politik yang berorientasi ke daerah sehingga kebutuhan riil masyarakat relatif selalu diusahakan untuk dipenuhi. Dengan adanya pemerintahan daerah maka pembangunan tidak hanya di pusat saja, pengembangan sumber daya manusia yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja di daerah sampai dengan pengambilan keputusan (kebijakan publik) yang memperhatikan suku, etnis, dan budaya daerah. Yang ketiga Pilkada merupakan alat yang baik untuk memberikan pelajaran politik bagi warga masyarakat di daerah. Dalam setiap pemilu setiap partai ataupun calon yang diajukan partai pastilah melakukan kampanye politik melalui berbagai cara dan berbagai media. Dengan adanya kampanye politik ini para anggota partai dan kandidat calon yang diajukan baik sebagai anggota DPR, Presiden sampai dengan Kepala Daerah dapat mengenalkan dirinya dan mempersuasi masyarakat untuk mendulang suara bagi partai maupun orang yang menginginkan jabatan dalam pemerintahan. 3. Kampanye Politik Sebuah kampanye menurut Kotler dan Roberto (dalam Cangara, 2009:284) , “is an organized effort conducted by one group (the change agent) which intends to persuade others (the target adopters), to accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes, practices and behaviour.” Kampanye adalah sebuah upaya yang dikelola oleh suatu kelompok (agen perubahan) yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id ditujukan untuk mempersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi, atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu. Rogers dan Storey (dalam Venus, 2012:7) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Merujuk pada definisi tersebut maka setiap kegiatan kampanye komunikasi setidaknya merujuk pada empat hal yaitu tindakan kampanye ditujukan untuk menciptakan efek dan dampak tertentu, jumlah sasaran khalayak yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Kampanye dilakukan secara terlembaga karena penyelenggara kampanye umumnya adalah lembaga yang bisa saja berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta sampai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Terlepas dari siapapun penyelenggaranya, kampanye pasti selalu memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apapun ragam tujuan upaya perubahan yang dikakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), perilaku (behavioural). Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan pengaruh yang harus dicapai secara bertahap agar suatu kondisi perubahan tercipta (Venus, 2012:9-10). Charles U. Larson (dalam Venus, 2012:11) membagi jenis kampanye menjadi tiga macam yaitu product oriented campaigns yaitu kampanye yang berorientasi kepada produk umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Candidate oriented campaigns yaitu kampanye yang berorientasi pada kandidat yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Ideologically or cause oreiented campaigns yaitu kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial. Dari kategori tersebut candidate oriented campaigns merupakan jenis kampanye politik (political campaigns) yang tujuannya adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum. Kampanye politik merupakan aktivitas berencana yang terorganisasi secara baik yang bertujuan untuk melindungi para kandidat agar mereka dapat melangkah dengan lapang menuju kursi legislatif atau eksekutif. Kampanye politik yang diorganisasi dengan baik selalu berusaha untuk mendapatkan pengaruh dari balikan dari khalayak, lebih khusus para pemilih yang akan membuat keputusan yang tepat yang dapat melanjutkan pengaruh tersebut pada kelompok-kelompoknya (Liliweri, 2011:712) Dalam melakukan kampanye politik saluran media digunakan oleh para komunikator untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya bisa saja melalui berbagai media. Misalnya media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah, buku. Media elektronik, misalnya film, radio, televisi, video, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (outdoor media), misalnya baliho, spanduk, reklame, electronic board, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, iklan mobil, kalender dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk membangun citra (image building). Saluran commit to user perpustakaan.uns.ac.id 24 digilib.uns.ac.id komunikasi kelompok, misalnya partai politik (DPP, DPW, DPC, DPAC), organisasi profesi, ikatan alumni, organisasi sosial keagamaan, karang taruna, kelompok pengajian, kelompok tani dan nelayan, koperasi, persatuan olahraga, kerukunan keluarga, perhimpunan minat, dsb. Saluran komunikasi publik, misalnya aula, balai desa, pameran, alun-alun, panggung kesenian, pasar, swalayan, sekolah, kampus. Saluran komunikasi sosial, misalnya pesta perkawinan, acara sunatan, arisan, pertunjukan wayang, pesta rakyat, pesta tani, dan semacamnya (Cangara, 2009:38) Pada akhirnya kampanye politik bertujuan untuk mengambil hati masyarakat agar menentukan pilihan terhadap calon terentu. Kampanye pemilihan umum menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti konsekuensi komunikasi politik. Berkaitan dengan tindakan pemberian suara dan tindakan memberikan suara. Dan Nimmo menelaah konvergensi berbagai arah persuasi kampanye politik dalam setting politik pemilihan umum. Tekanannya ada dua: Pertama, pada karakter pemberian suara sebagai kontruksi sosial dan personal yang aktif dan opini politik, dan kedua pada cara pemilih memperhitungkan komunikasi kampanye dalam membentuk perilaku mereka. (Nimmo, 1999:177) Kesuksesan dalam suatu kampanye tidak lepas dari faktor-faktor yang menunjang keberhasilannya, menurut Rice dan Atkin (dalam Venus, 2012:137) ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan kampanye. Pertama, peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan, dan mendorong khalayak dalam commit Peran to userkomunikasi antarpribadi. Bentuk berpartisipasi dalam proses kampanye. perpustakaan.uns.ac.id 25 digilib.uns.ac.id komunikasi antarpribadi khususnya yang dilakukan lewat kelompok teman sebaya dan jaringan sosial dipandang sebagai instrumen yang penting dalam menciptakan perubahan perilaku. Karakteristik sumber dan media. Kredibilitas sumber memberikan kontribusi yang besar bagi pencapaian tujuan kampanye. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan selama proses kampanye terutama diarahkan untuk mengevaluasi tujuan dan efektifitas pesan kampanye. Selain hal tersebut juga ada faktor himbauan pesan, perilaku preventif, serta kesesuaian waktu, aksesibilitas dan kecocokan agar pesan-pesan kampanye yang disampaikan menjadi efektif. 4. Keputusan Memilih Masyarakat merupakan komponen penting dalam kegiatan pilgub, dimana tiap-tiap individu memiliki kebebasan yang berdaulat dalam memilih salah seorang yang dipercaya untuk menjadi pemimpin mereka. Bagi calon gubernur, masyarakat merupakan pendukung yang akan diajak untuk memilih dirinya dalam memenangkan pilgub. Namun demikian, kebebasan menentukan calon gubernur bagi masing-masing individu bisa terdapat banyak perbedaan, dimana perbedaan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya motivasi, tujuan, pandangan maupun faktor pendorong lain bagi seseorang dalam mengambil keputusan dalam memilih calon gubernur. Menurut George R. Terry dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-Prinsip Manajemen” yang diterjemahkan oleh J. Smith, mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan memilih alternatif dari dua atau beberapa commit to tujuan user yang ingin dicapai.” (2003:34). alternatif yang ada untuk menentukan arah perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id Dalam kaitannya dengan politik yaitu keputusan memilih yang disebut juga perilaku memilih atau voting behavior merupakan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam responnya untuk ikut serta dalam kehidupan politik dengan memilih siapa yang berkuasa dalam lingkungan politik. Pada perilaku memilih, yang ditekankan adalah kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mereka melakukan pilihan itu (Sofiah, 2003:18). Dan Nimmo menjelaskan bahwa orang yang paling banyak diterpa komunikasi persuasif kampanye adalah yang paling cenderung telah sampai kepada putusan pemberian suara (Nimmo, 2006:162). Ini berarti bahwa seharusnya jika semakin banyak terpaan kampanye yang diterima oleh seseorang maka akan mempengaruhi keputusan memilihnya. Dalam teori komunikasi, media massa seperti televisi, radio dan surat kabar memiliki kekuatan yang sangat besar dalam mengubah image, wawasan dan persepsi penerima, sementara komunikasi antarpribadi dan kelompok memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku khalayak sasaran. Oleh karena itu antara komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain, melainkan saling melengkapi dalam mencapai efektifitas komunikasi. Dalam buku Onong Effendy (1981:86-87) dijelaskan tentang “Theories of Mass Communication” yang dikemukakan oleh Melvin DeFleur yang masingmasing dia namakan Individual Differences Theory, Social Relationship Theory. Teori ini memiliki keterkaitan satu sama lain dimana menjelaskan tentang komunikasi massa dan pengaruhnya terhadap khalayak. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 27 digilib.uns.ac.id Indivudual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan dirubah oleh tatanan psikologisnya. Dalam kegiatan kampanye, dapat dikatakan bahwa setiap orang yang terkena terpaan kampanye melalui media menerima dan menanggapi pesan kampanye tersebut sesuai dengan sikapnya sendiri yang timbul dari tatanan psikologis pemilih itu sendiri dan dipengaruhi pula dengan kepercayaan yang dianutnya serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan dimana dia tinggal. Teori yang kedua Social Relationship Theory berdasarkan “Two Step Flow of Communication” yang tengah diketengahkan oleh Paul Lazarfeld. Menurut teori tersebut, sebuah pesan komunikasi awalnya disiarkan melalui media massa kepada pemuka pendapat. Pada gilirannya oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi tersebut diteruskan secara komunikasi antarpribadi kepada orangorang yang kurang keterbukaannya terhadap media massa, atau dengan perkataan lain orang-orang yang tidak berlangganan surat kabar, tidak memiliki radio atau tidak sering menonton televisi. Dalam hubungan sosial yang informal seperti itu, si pemuka pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi juga mengintrepretasikannya. Disini tampak adanya pengaruh pribadi (personal influence) yang merupakan mekanisme penting yang bisa merubah komunikasi. Sesuai dengan teori ini dalam masyarakat ada seorang opinion leader atau pemuka pendapat yaitu seseorang yang biasanya menjadi panutan dan memiliki to user Pemuka pendapat ini biasanya pengaruh dalam suatu kelompokcommit masyarakat. perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id seorang yang memiliki pendidikan, pengetahuan, ataupun kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Dari uraian teori DeFleur diatas dapat dilihat bahwa khalayak dalam hal ini masyarakat pemilih memperhatikan suatu pesan komunikasi massa dari media massa yang sesuai dengan kepentingan dan sikapnya dan dipengaruhi juga oleh kepercayaan dan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan tempat tinggalnya lalu akan menciptakan kesamaan orientasi dan perilaku apabila dia tinggal dalam kelompok masyarakat yang tradisional contohnya adalah masyarakat pedesaan. Teori yang selanjutnya menjelaskan aliran dua tahap yaitu pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa diterima oleh pemuka pendapat lalu diteruskan melalui komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang kurang terbuka dan memiliki akses yang sedikit terhadap informasi. Terakhir DeFleur menjelaskan tentang norma budaya yang memberikan pengaruh pada komunikasi massa dari memperkuat bentuk sosial yang ada, menciptakan keyakinan baru serta bisa saja merubah norma yang ada yang bisa merubah bentuk tingkah laku seseorang atau kelompok. Sikap dan pola perilaku masyarakat di dalam proses memaknai pesan dari media massa, tak lepas dari pengaruh organisasi-organisasi beserta tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar yang terdapat di dalam masyarakat. Di antara organisasi-organisasi yang terdapat di dalam lingkungan masyarakat, organisasi agama adalah salah satu yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi sikap dan pola perilaku masyarakat. Di dalam organisasi agama, terdapat tokoh agama, di mana tokoh-tokoh agama tersebut menjadi commit user panutan dan sebagai opinion leader bagi tomasyarakat dalam kehidupan sehari- 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hari. Agama dan tokoh-tokoh agama bukan saja berperan dalam kehidupan beragama saja, melainkan juga berperan dalam kehidupan sosial politik. Memang ada beberapa keraguan akan potensi media dalam mempengaruhi khalayak pemilih, mengingat keterbatasannya tidak banyak mengubah perilaku pemilih yang telah memiliki sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat John Klaper (dalam Cangara: 2009) bahwa faktor psikologis dan sosial ikut mempengaruhi dalam proses penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain, proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Hal yang sama juga disimpulkan oleh Sander and Pace (dalam Cangara: 2009) bahwa media massa pada dasarnya hanya mampu berada pada tataran pembentukan citra (image), sementara yang berperan untuk mengajak orang untuk mengubah pilihan adalah komunikasi antarpribadi. Media hanya memberi pengaruh pada hal-hal yang sifatnya singkat. Jadi, apabila sasaran khalayak yang ingin dicapai relatif besar sebaiknya gunakan media massa seperti televisi, tetapi apabila sasaran yang ingin dicapai sifatnya lokal dan jumlahnya relatif kecil, misalnya untuk pemilihan bupati atau walikota, cukup dengan media surat kabar, radio setempat, selebaran, serta kampanye terbuka. Akan untuk jangkauan wilayah yang lebih luas memerlukan kombinasi beberapa media (multi-media) sebab kombinasi media akan memiliki pengaruh jauh lebih besar dari media tunggal. Namun dengan digunakannya kombinasi media ini tentu saja memerlukan biaya yang relatif besar (Cangara, 2009: 380-382). commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengaruh yang terjadi bisa dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge) dan perilaku (behaviour). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk persepsi dan perubahan pendapat (opinion). Perubahan sikap disini maksudnya adalah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang dikelola dalam bentuk prinsip sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu obyek. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan atau ideologi, orang berubah sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya ternyata tidak benar. Oleh karena itu, ia berubah sikap untuk mengganti kepercayaan itu. Sementara itu yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa lebih banyak berpengaruh terhadap pengetahuan dan wawasan seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku (Cangara, 2009:411). Dari konteks komunikasi politik, menurut Cangara (2009:412-427) keberhasilan sebuah kampanye politik hingga akhirnya sampai pada keputusan memilih sekurang-kurangnya ditentukan oleh empat faktor yakni partai politik, media massa, kapabilitas individu dan kebijakan program. Peranan partai sangat besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam menentukan pilihannya. Menjelang pemilu masyarakat banyak dijejali informasi politik melalui berbagai macam media promosi, mulai dari TV, radio, surat kabar, tabloid, majalah, bulletin, kalender, stiker, payung, tas, bendera, baliho, spanduk, dsb. commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Faktor yang diharapkan dari pengaruh media adalah upaya untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui sosialisasi program para kandidat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Kapabilitas individu dari kandidat yang dicalonkan juga mempengaruhi keputusan memilih sebab kapabilitas adalah kemampuan sesorang untuk mampu menarik simpati orang lain dan menaruh kepercayaan sehingga ia memilihnya. Kapabilitas diperoleh dari berbagai faktor yaitu: pengetahuan, keterampilan berkomunikasi (communication skills), kepribadian dan hubungan kemanusiaan (personality and human relations), dan kepemimpinan (leadership). Kebijakan dan program juga memiliki pengaruh dalam keberhasilan kampanye. Dalam praktik kampanye politik, isi kampanye biasanya dikaitkan dengan platform partai. Jika platform atau program kerja itu memiliki perspektif yang baik sudah tentu akan mempengaruhi pemilih. Selain faktor kebijakan program memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam memilih calon, juga beberapa faktor lain yang perlu mendapat perhatian yaitu faktor psikologis, faktor budaya, etnis dan kedaerahan, serta faktor agama yang dianut dan juga lingkungan keluarga ( Cangara,2009:412-427) Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa keputusan memilih masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun ada faktor yang berpengaruh cukup besar yaitu terpaan kampanye politik calon gubernur melalui media baik itu media elektronik media cetak maupun media luar ruang, lalu dipengaruhi juga oleh commit to user komunikasi antarpribadi baik dengan lingkungan sekitar maupun dengan tokoh perpustakaan.uns.ac.id 32 digilib.uns.ac.id masyarakat. Selain dua hal tersebut masyarakat memilih calon gubernur juga karena persepsi pemilih akan kredibilitas calon tersebut. a. Terpaan Kampanye Politik melalui Media Massa Menurut Asep Saeful Muhtadi (2008:51) media massa memiliki kekuatan pengaruh yang besar dalam ikut mengendalikan arah perubahan masyarakat, khususnya dalam kerangka politik. Para peneliti percaya bahwa media massa memiliki pengaruh penting dalam proses pembentukan cara berpikir dan berperilaku politik masyarakat. Sebagai contoh studi yang dilakukan Jalaluddin Rakhmat (dalam Muhtadi, 2008) yang mengindikasikan bahwa pengetahuan kebanyakan pemimpin muslim Indonesia dipengaruhi oleh media massa yang dikonsumsinya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap mereka terhadap Amerika Serikat berkorelasi dengan informasi yang diperoleh lewat media massa nasional maupun internasional seperti koran, majalah, radio dan film Media massa saat ini menjadi salah satu pilihan yang digunakan untuk tujuan-tujuan komunikasi politik. Di Indonesia gejala ini mulai terlihat awal 1990an terutama ketika frekuensi penggunaan media massa oleh partai-partai politik selama musim kampanye semakin meningkat (Muhtadi, 2008:52) Di tahun 2000an ini para politikus juga memanfaatkan berbagai media untuk mempromosikan dirinya seperti di televisi, radio, koran, sampai spandukspanduk dan baliho di tepi jalan. Penayangan iklan politik di media elektronik maupun cetak bertujuan untuk menyampaikan pesan politik ataupun hanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 33 digilib.uns.ac.id sekedar ingin dikenal saja. Menurut Tinarbuko (2009:58) iklan politik dengan penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif menjadi pilihan yang sangat efektif untuk membangun perhatian dan minat serta membentuk sikap target audiens secara massal melalui media. Selain itu, iklan politik dibutuhkan untuk meningkatkan awareness pemilih kepada calon yang akan berlaga di dalam pamilihan umum. Cangara (2009:376) menjelaskan bentuk-bentuk saluran kampanye politik sebagai diantaranya media cetak, media elektronik, media format kecil, media luar ruang (outdoor media), saluran komunikasi kelompok, saluran komunikasi publik saluran komunikasi sosial. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah kampanye dari calon gubernur yang menggunakan media cetak, media elektronik dan media luar ruang saja. Berbeda dengan media cetak, pesan-pesan kampanye pada media elektronik disampaikan saluran elektronik misalnya televisi dan radio. Kelebihan media ini adalah bisa menembus ruang dan waktu, sehingga informasinya sangat cepat dan serempak meliputi semua wilayah yang berada dalam radius penerimaan. Selain radio dan televisi, media internet juga telah banyak digunakan oleh masyarakat yang berpendidikan, terutama kalangan akademisi, birokrat, dan mahasiswa. Dengan difasilitasi jaringan satelit, internet dapat menyajikan informasi global dari berbagai belahan bumi, mulai dari informasi politik, pendidikan, agama, bisnis, data, dan surat elektronik (e-mail). Perkembangan terakhir adalah munculnya teknologi komunikasi telepon seluler yang sudah commit to user hampir dimiliki oleh semua kalangan masyarakat sebagai alat komunikasi yang perpustakaan.uns.ac.id 34 digilib.uns.ac.id dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks politik, telepon seluler bisa menjadi media komunikasi untuk mengajak, mempengaruhi bahkan menghujat, dan membentuk persekongkolan dalam menentukan pilihan dengan sangat rahasia (Cangara, 2009:376) Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk lukisan, dan ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai dilihat banyak orang. Jangkauannya terbatas kecuali orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama, dan bisa dipindah-pindahkan dari tempat satu ketempat yang lain. Bentuk-bentuk media luar ruang antara lain : spanduk, baliho, reklame, bendera, umbul-umbul, balon, iklan pohon. Pada masa kampanye biasanya media luar ruang ini banyak sekali dijumpai dimana-mana, di pinggir-pinggir jalan, ditempel di pohon dan dipasang bendera dan umbul-umbul yang bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat yang lewat. Selain media luar ruang juga digunakan media format kecil biasanya terdiri dari berbagai macam media, tetapi bentuknya lebih kecil dan isinya terkadang terfokus pada satu macam informasi, mudah dibawa kemana-mana, mudah menarik perhatian orang banyak. Bentuk media format kecil ada dalam buletin, leaflet, selebaran, brosur, poster, kalender, stiker, pin (Cangara, 2009:376). Walaupun secara umum media massa adalah saluran utama dari kegiatan kampanye, namun perlu juga diperhitungkan hal lain yang menjadi keterbatasan intitusi media massa. Untuk pesan-pesan tertentu orang cenderung menerimanya commit to user muncul hubungan antarpribadi dari orang lain sebagai sumber informasi, sehingga 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagai sumber informasi. Sehingga akan muncul hubungan yang saling melengkapi antara dua sumber tersebut (Venus, 2012:92). Selama ini media massa memang dianggap sebagai media yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pemilih namun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Pawito (2009:180) pengaruh media massa terhadap pemilih beragam dan tidak bersifat langsung. Pada umumnya kajian mengenai pengaruh iklan politik berkisar pada tingkatan kognitif yaitu menambah pengetahuan pemilih, afektif terhadap persepsi pemilih mengenai kandidat dan perilaku yaitu pengaruh media massa terhadap preferensi atau kemungkinan keputusan memilih. b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Menurut Effendy (1981:48-49) komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, seperti telepon. Ciri khas komunikasi antarpribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two way traffic communication). Dalam komunikasi antarpribadi komunikator dan komunikan saling bergantian fungsi. Pada suatu ketika komunikan menjadi komunikator, dan juga komunikator bisa menjadi komuikan. Dalam komunikasi antarpribadi komunikator utama adalah orang yang pertama menyampaikan pesan karena dia yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan komunikasi itu. Efektifnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id komunikasi antarpribadi adalah karena adanya arus balik langsung, komunikator dapat melihat tanggapan komunikan secara langsung, baik secara verbal, dalam bentuk jawaban dengan kata maupun secara nonverbal dalam bentuk gerak-gerik, sehingga komunikator dapat mengulangi atau meyakinkan pesannya pada komunikan. Pengertian efektif dalam komunikasi antarpribadi ini ialah dalam hubungan dengan perubahan sikap (attitude change), sebab di lain pihak komunikasi massa juga efektif dibanding jenis komunikasi lainnya karena dapat mencapai jumlah komunikan yang relatif lebih besar secara serempak (Effendy, 1981:49). Dan Nimmo menjelaskan komunikasi interpersonal terdiri atas saling tukar menukar kata lisan diantara dua orang atau lebih, dalam masalah politik Nimmo menelaah kontak interpersonal bagi kepentingan politik, yakni sifat dasar komunikasi dan faktor-faktor yang membantu membentuk garis bentuk pesan yang dipertukarkan (Nimmo, 1999:177-184). Di Indonesia komunikasi antarpribadi banyak diperankan oleh tokohtokoh masyarakat dan pemuka pendapat (opinion leader) dalam mempengaruhi anggota masyarakat yang dipimpinnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketergantungan masyarakat yang pada tokoh-tokoh pendapat. Para pemuka pendapat rata-rata memiliki status ekonomi lebih baik daripada warga yang dipimpinnya, apabila sebagian besar masyarakat dalam kelompoknya sebagian petani dan buruh tani maka pemuka pendapat ini bisa saja pengusaha, pegawai negeri seperti dosen atau guru. Mereka juga memiliki akses yang lebih mudah commit to user terhadap media komunikasi karena memiliki televisi dan berlangganan surat kabar perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id atau majalah karena masyarakat yang perekonomiannya menengah kebawah menganggap majalah ataupun surat kabar bukan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Para pemuka pendapat ini biasanya memiliki mobilitas yang tinggi keluar dari desa tempat tinggalnya sehingga mendapatkan banyak informasi dari dunia luar dan banyak bertemu juga dengan orang-orang yang bisa memberikan informasi serta memiliki hubungan baik dengan para agen pembaharu seperti dokter, penyuluh pertanian, dan pekerja sosial dari Lembaga Swadaya Masyarakat. Paul Lazarfeld (dalam Pawito:123) dalam penelitiannya menemukan fakta bahwa kebanyakan pemilih ternyata lebih dipengaruhi oleh jalinan komunikasi antarpribadi dengan orang lain dalam proses-proses pengambilan keputusan memilih yang dikonsepkan oleh Lazarfed yaitu oleh pendapat pemimpin (opinion laeder). Opinion leader ini pada dasarnya adalah seorang tokoh masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang lebih aktif dalam politik atau setidaknya lebih berminat terhadap politik, dan mereka juga lebih banyak mengonsumsi media dibandingkan dengan orang-orang kebanyakan. Yang lebih penting lagi mereka memang sering memberikan saran atau pertimbangan kepada orang lain mengenai keputusan memilih. Dari penelitian tersebut Lazarfeld (dalam Effendy 1981:87) kemudian memperkenalkan teori “Two Step Flow of Communication”. Menurut teori ini, sebuah pesan komunikasi awalnya disiarkan melalui media massa kepada pemuka pendapat. Pada gilirannya oleh pemuka pendapat ini pesan komunikasi tersebut commit to user diteruskan secara komunikasi antarpribadi kepada orang-orang yang kurang 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keterbukaannya terhadap media massa, atau dengan perkataan lain orang-orang yang tidak berlangganan surat kabar, tidak memiliki radio atau tidak sering menonton televisi. Dalam hubungan sosial yang informal seperti itu, si pemuka pendapat tadi bukan saja meneruskan informasi, tetapi juga mengintrepretasikannya. Disini tampak adanya pengaruh pribadi (personal influence) yang merupakan mekanisme penting yang bisa merubah komunikasi. Sesuai dengan teori ini dalam masyarakat ada seorang opinion leader atau pemuka pendapat yaitu seseorang yang biasanya menjadi panutan dan memiliki pengaruh dalam suatu kelompok masyarakat. Pemuka pendapat ini biasanya seorang yang memiliki pendidikan, pengetahuan, ataupun kelas sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. c. Kredibilitas Dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan masing-masing, setiap orang juga berperan sebagai sumber pesan atau komunikator bagi orang lain. Sebagai sumber informasi seseorang haruslah peduli dengan kredibilitas dirinya, dimana kredibilitas ini berkaitan dengan persepsi khalayak tentang keefektifan seseorang sebagai pembicara. Seperti halnya dengan para pelaku kampanye. Ia harus memperhitungkan kredibilitas dirinya di mata khalayak bila ingin pesan-pesan yang disampaikan dedengarkan dan diterima. Untuk mengerti konsep kredibiltias sumber harus dilihat bahwa hal ini tidak selalu dimiliki oleh seorang pembicara atau pelaku kampanye, tetapi bergantung kepada persepsi khalayak yang dihadapi. Jadi khalayaklah yang menentukan seseorang memiliki kredibilitas atau tidak. commit to user pada pertanyaan siapakah dia, Kredibilitas seorang pelaku kampanye bergantung perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id topik apa yang dibicarakannya, bagaimana situasinya, dan siapa khalayak sasarannya. Karakteristik pribadi khalayak juga mempengaruhi cara mereka memberikan respon terhadap pesan kampanye yang diterima dan juga turut menentukan persepsi mereka terhadap sumber pesan. Pada kenyataannya, penerimaaan seseorang terhadap sebuah pesan tergantung pada kredibilitas sumber yang mengirimkan pesan tersebut. Makin tinggi tingkat kredibilitas, makin tinggi pula kemampuan sumber tersebut dalam mempengaruhi khalayak. Atas dasar pertimbangan ini maka dalam kegiatan kampanye kredibilitas pelaku sebagai sumber pesan harus benar-benar diperhitungkan agar aktivitas kampanye yang dilakukan berjalan sesuai tujuan (Venus, 2012:55-57). Cangara (2009:427) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mendukung kesuksesan kampanye politik sehingga mempengaruhi keputusan memilih adalah kapabilitas individu atau kandidat yang mencalonkan diri karena kapabilitas adalah kemampuan sesorang untuk mampu menarik simpati orang lain dan menaruh kepercayaan sehingga ia memilihnya. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” juga menjelaskan pengaruh dari kredibilitas komunikator ini sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas sumber atau komunikator dalam berkomunikasi kepada komunikan. Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang dia katakan tetapi juga keadaan dia sendiri. Komunikator tidak dapat menyuruh pendengar untuk memperhatikan yang dia katakan, namun juga siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa lebih penting daripada apa. Aristoteles (dalam Rakhmat, 2002:255) menyebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos commit to user perpustakaan.uns.ac.id 40 digilib.uns.ac.id terdiri dari pikiran, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, good character, good will). Hovland dan Weiss (dalam Rakhmat,2002:256) menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur yaitu expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Kedua komponen ini disebut dengan istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda. Untuk expertness, McCroskey menyebutnya authoritativeness; Markham menamainya faktor reliablelogical; Berlo, Lemetz dan Mertz menggunakan qualification. Untuk trustworthiness peneliti lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor. Semua istilah itu disebut kredibilitas, tetapi tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang mempengaruhi efektivitas sumber namun juga dilihat unsur lainnya yaitu atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan (source power). Semuanya itu disebut sebagai Ethos (Rakhmat, 2002:256). Dimensi-Dimensi Ethos Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C Kelman (dalam Rakhmat, 2002:256) pengaruh komunikasi kita terhadap orang lain berupa tiga hal yaitu internalilasi, indentifikasi, dan ketundukan. Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya, dimensi ethos yang paling relevan disini adalah kredibilitas yaitu keahlian komunikator atau kepercayaan komunikan kepada to user komunikator. Identifikasi terjadicommit apabila individu mengambil perilaku yang 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan dengan orang atau kelompok. Dimensi ethos yang paling berkaitan dengan identifikasi adalah atraksi atau daya tarik komunikator. Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut, dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan adalah kekuasaan. a. Kredibilitas Kredibilitas adalah seperangakat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal penting yaitu yang pertama kredibilitas adalah persepsi komunikan; jadi tidak inheren jadi tidak inheren dalam diri komunikator. Kredibilitas berkenaan dengan sifatsifat komunikator, yang disebut komponen kredibilitas. Dua komponen yang penting dalam kredibilitas adalah kepercayaan dan keahlian. Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap sebagai seorang yang cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya apakah komunikator dianggap jujur, bermoral, sopan, adil, dan etis. Yang perlu ditegaskan adalah semua komponen kredibilitas tersebut terletak pada persepsi komunikan dan bukan inheren pada diri komunikator. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 42 digilib.uns.ac.id Selain komponen tersebut diatas Koehler, Annatol, dan Applbaumm menambahkan empat komponen lagi yaitu dinamisme, sosiabilitas, koorientasi, dan karisma. Komunikator memiliki dinamisme apabila ia dipandang sebagai seorang yang bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Sosiabilitas datang dari kesan komunikan tentang komunikator sebagai seorang yang periang dan senang bergaul. Koorientasi merupakan kesan komunikan terhadap komunikator sebagai seorang yang mewakili kelompok yang disenangi dan mewakili nilai-nilai dari kelompok tersebut. Namun menurut Jalaluddin Rakhmat sosiabilitas dan koorientasi masuk dalam komponen atraksi. Selanjutnya adalah karisma yang digunakan untuk menunjukkan suatu sifat yang luar biasa yang dimiliki komunikator yang dapat menarik dan mengendalikan komunikan. (Rakhmat, 2002:256) b. Atraksi Faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal antara lain adalah daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan dan kemampuan. Orang cenderung menyenangi orang-orang yang tampan atau cantik, yang banyak kesamaannya, dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Disini akan dijelaskan pengaruh fisik dan kesamaan dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi yaitu mengubah sikap atau perilaku. Atraksi fisik akan membuat komunikator menarik, dan karena menarik maka komunikator tersebut akan memiliki daya persuasif. Komunikan juga tertarik pada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dirinya dengan si komunikator. Komunikasi akan lebih efektif apabila commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id komunikator dan komunikan memiliki kesamaan misalnya dalam status ekonomi, sosial, sikap dan kepercayaan (Rakhmat, 2002:256-265). d. Variabel Penelitian Dari uraian teori diatas dapat ditarik tiga variabel independen yaitu terpaan media kampanye politik (X1), intensitas komunikasi antarpribadi (X2), dan persepsi atas kredibilitas calon gubernur (X3) yang mempengaruhi keputusan memilih masyarakat yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Variabel X1 Terpaan Media Kampanye Politik Variabel X2 Variabel Y Intensitas Komunikasi Antarpribadi Keputusan Memilih Variabel X3 Persepsi atas Kredibilitas Calon Gubernur F. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. commit to user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Terdapat perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan terpaan media kampanye politik di kalangan masyrakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 3. Terdapat perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan komunikasi antarpribadi di kalangan masyarakat Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. 4. Terdapat perbedaan pilihan calon gubernur dari pemilih berdasarkan kredibilitas calon di kalangan masyarakat Kecamatn Slogohimo Kabupaten Wonogiri. G. Definisi Konsepsional dan Operasional 1. Definisi Konsepsional Konsep merupakan suatu abstraksi fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1991:33). Definisi konsepsional adalah suatu pemikiran umum yang menggambarkan hubungan antara konsep konsep khusus yang akn menentukan variabel variabel yang akan saling berhubungan. a. Variabel Independen (X1) Terpaan Media Kampanye Politik : Terpaan media kampanye politik didefinisikan sebagai tingkat keseringan responden diterpa oleh media kampanye politik yang dilakukan oleh kandidat calon yang bersaing dalam pilkada. Yang diukur adalah seberapa sering responden diterpa oleh media kampanye politik yaitu media elektronik (televisi commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan radio), media cetak (surat kabar/koran), dan media luar ruang (spanduk, baliho, poster). b. Variabel Independen (X2) Intensitas Komunikasi Antarpribadi : Intensitas komunikasi antarpribadi didefinisikan seberapa sering responden membicarakan kandidat calon baik dengan keluarga, tetangga, teman, tokoh agama, aktivis partai dan aparat pemerintahan. c. Variabel Independen (X3) Persepsi atas Kredibilitas Calon : Persepsi atas kredibilitas calon didefinisikan sebagai seberapa tinggi penilaian responden terhadap komponen kredibilitas yang harus dimiliki oleh kandidat. Komponen kredibiltas tersebut adalah cerdas, ahli dalam pemerintahan, berpengalaman, jujur, sopan, adil, tampan, muda, berwibawa, aktif, tegas, berani, senang bergaul, memiliki kesamaan nilai, dan berkarisma. d. Variabel Dependen (Y) Keputusan Memilih : Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah tindakan memilih alternatif dari dua atau beberapa alternatif yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.” (2003:34). 2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1991:36). Dengan membaca definisi operasional ini maka seseorang bisa mengetahui pengukuran suatu variabel. Adapun perincian nilai masing-masing sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id a. Variabel Independen (X1) Terpaan Media Kampanye Politik Secara operasional terpaan kampanye politik indikatornya adalah sebagai berikut: 1. Seberapa sering responden melihat iklan kampanye politik calon gubernur melalui televisi? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 2. Seberapa sering reponden mendengarkan iklan kampanye politik calon gubernur melalui radio? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 3. Seberapa sering responden membaca iklan kampanye politik calon gubernur melalui surat kabar/koran? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 4. Seberapa sering responden melihat iklan kampanye politik calon gubernur melalui media luar ruang (contoh: spanduk, baliho, poster)? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Variabel Independen (X2) Intensitas Komunikasi Antarpribadi Secara operasional komunikasi antarpribadi inikatornya adalah sebagai berikut: 1. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan keluarga? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 2. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan tetangga? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 3. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan teman? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 4. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan tokoh agama? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) 5. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan aktivis partai? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 6. Seberapa sering Anda membicarakan calon gubernur dengan aparat pemerintahan? a. Sering (9-14 kali) b. Cukup sering (4-8 kali) c. Jarang/ hampir tidak pernah (0-3 kali) c. Variabel Independen (X3) Persepsi atas Kredibilitas Calon Secara operasional kredibilitas terdiri dari faktor-faktor yang disebut ethos yang memiliki tiga komponen yaitu kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Selain itu ada empat komponen lagi yaitu dinamisme, sosiabilitas, koorientasi, dan karisma. Indikator penilaiannya adalah: Keahlian 1. Gubernur yang baik haruslah seorang yang cerdas. a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 2. Gubernur yang baik haruslah seorang yang ahli dalam pemerintahan a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 3. Gubernur yang baik haruslah seorang yang berpengalaman. a. Setuju b. Ragu-ragu commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Tidak setuju Kepercayaan 1. Gubernur yang baik haruslah seorang yang jujur a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 2. Gubernur yang baik haruslah seorang yang sopan a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 3. Gubernur yang baik haruslah seorang yang adil a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju Atraksi 1. 2. Gubernur yang baik haruslah seorang yang tampan a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju Gubernur yang baik haruslah seorang yang muda a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Gubernur yang baik haruslah seorang yang berwibawa a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju Dinamisme 1. Gubernur yang baik haruslah seorang yang aktif a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 2. Gubernur yang baik haruslah seorang yang tegas a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju 3. Gubernur yang baik haruslah seorang yang berani a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju Sosiabilitas 1. Gubernur yang baik haruslah seorang yang senang bergaul a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju commit to user perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id Koorientasi 1. Gubernur yang baik haruslah seorang yang memiliki kesamaan nilai a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju Karisma 1. Gubernur yang baik haruslah yang berkarisma a. Setuju b. Ragu-ragu c. Tidak setuju d. Variabel Dependen (Y) Keputusan Memilih Secara operasional keputusan memilih indikator penilaiannya adalah: Siapakah calon gubernur yang responden pilih dalam pemilihan gubernur Jawa tengah lalu? a. Hadi Prabowo – Don Murdono b. Bibit Waluyo – Sudijono c. Ganjar Pranowo – Heru Sudjatmiko H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan jenis penelitian eksplanasi atau penjelasan (Explanatory Research), dimana dalam penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel commit to user perpustakaan.uns.ac.id 52 digilib.uns.ac.id melalui tabulasi silang. (Singarimbun dan Effendy, 1991:5). Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari survey menggunakan kuesioner diolah menggunakan program spss untuk menjelaskan perbedaan dari variabel-variabel yang ada melalui tabulasi silang. 2. Teknik Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode korelasional, menurut Rakhmat (2007:27) metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain dengan cara menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat serta berusaha meneliti hubungan diantara variabel melalui pengujian hipotesis. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Pemilihan obyek penelitian di Kecamatan Slogohimo adalah karena kecamatan ini berada di wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan Jawa Tengah namun peneliti melihat kampanye politik yang ada di wilayah ini sangatlah beragam diterima masyarakat sehingga peneliti tertarik untuk meneliti variabel-variabel tersebut di wilayah ini. 4. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh commit to user peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, perpustakaan.uns.ac.id 53 digilib.uns.ac.id 2010:61). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah warga Kecamatan Slogohimo yang telah memiliki hak pilih dan warga yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan Gubernur adalah 23.955 orang berdasarkan Daftar Pemilih Tetap dari Panitia Pemilihan Kecamatan Slogohimo. Dari hasil rekapitulasi perolehan suara Kecamatan Slogohimo diperoleh hasil yaitu pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmiko paling unggul di kecamatan ini yaitu sebanyak 68,13%, lalu disusul pasangan Bibit Waluyo-Sudijono sebanyak 14,2%, dan Hadi Prabowo-Don Murdono sebanyak 12,69%. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi ini. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2010:61). Populasi penelitian adalah seluruh warga Kecamatan Slogohimo yang telah memiliki hak pilih. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Gubernur pada tanggal 26 Mei 2013 adalah sejumlah 23.955 orang (DPT Kecamatan Slogohimo). Jumlah tersebut adalah keseluruhan dari 17 kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Slogohimo. Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini diambil dari satu kelurahan dan satu desa di Slogohimo yang merepresentasikan masyarakat Slogohimo yaitu Desa Watusomo dan Kelurahan Bulusari. Pemilihan desa dan kelurahan ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan hasil penelitian antara pengaruh kampanye yang ada di Kelurahan Bulusari yang berada di pusat Kecamatan Slogohimo dengan Desa Watusomo yang berada jauh dari pusat kecamatan, karena adanya perbedaan distribusi media kampanye yang berada di kelurahan maupun desa maka dipilihlah sampel dari satu desa dan satu kelurahan ini. Khususnya untuk media luar ruang ada perbedaan dimana di Kelurahan Bulusari lebih banyak dijumpai kampanye dari calon dengan menggunakan media luar ruang sedangkan di Desa Watusomo juga ada tetapi jumlahnya lebih sedikit. Adapun jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya di Desa Watusomo sebanyak 1109 orang ditambah dari Kelurahan Bulusari sebanyak 1926. Jadi populasi yang akan diteliti sebanyak 2945 orang. Dari populasi diatas maka banyaknya sampel dalam penelitian ini, diambil berdasarkan rumus Yamane (dalam Jalaludin, 2007) dibawah ini: N n= Nd2 +1 Keterangan: n = sampel N = populasi commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d = presisi 1 = angka konstan Dalam hal ini presisi standar error (d) yang digunakan adalah 10% karena diperkirakan kesalahan yang terjadi sebesar 10%. Dengan demikian sampel adalah: 3035 n= 3035 x 10%2 + 1 2945 n= 30,35 + 1 2945 n= 31,35 n = 96,81 Sehingga besarnya sampel yang diambil minimal adalah 96,71 yang dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100 responden. 5. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang ditentukan terpenuhi (Sugiyono, 2009:85). Dalam penelitian ini ciri-ciri sampel yang memenuhi syarat agar bisa dijadikan responden adalah warga dari Kelurahan Bulusari dan Desa Watusomo yang telah berumur 17 tahun commit to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keatas yang telah memiliki hak pilih dan menyalurkan pilihannya pada Pilgub Jawa Tengah 2013. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian, diisi oleh responden kemudian diolah dengan analisis penelitian. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden (Sugiyono, 2009:142). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 31 item pertanyaan yang disebarkan kepada 100 orang masyarakat Kecamatan Slogohimo yang telah memiliki hak pilih dan menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun 2013 yang dibagi dari Kelurahan Bulusari sebanyak 63 orang responden dan 37 responden dari Desa Watusomo. Untuk menjaga validitas jawaban kuesioner yang disebarkan kepada responden peneliti melakukan pendampingan ketika responden mengisi kuesioner sehingga peneliti dapat menjelaskan apabila ada hal-hal yang kurang dipahami oleh responden. Peneliti menyebarkan kuesioner secara langsung baik kepada individu ke rumah-rumah maupun ke kelompok yang meliputi kelompok ibu-ibu posyandu, kelompok tani, dan perkumpulan RT. commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 7. Analisis Data Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu eksplanasi, maka statistik yang digunakan adalah inferensial. Statistik inferensial diartikan sebagai statistik yang digunakan dalam penelitian sosial sebagai alat ukur untuk menganalisa data untuk tujuan- tujuan eksplanasi. Artinya statistik model ini hanya diperlukan untuk tujuan-tujuan generalisasi. (Sugiyono, 2009:148) Menurut jenis datanya yaitu ordinal dan nominal maka tehnik analisa data hasil penelitian ini menggunakan Chi Square. Chi Square berfungsi untuk menguji perbedaan, baik dalam satu kelompok sampel maupun untuk menguji perbedaan diantara dua kelompok atau lebih. Setelah didapatkan hasil data dari kuesioner analisisnya akan dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS 17 yaitu program komputer yang digunakan untuk membantu mengolah data statistik dengan cara menginput data statistik dan akan diolah untuk berbagai keperluan yang spesifik. (Santoso, 2001:2) commit to user