HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN

advertisement
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN
PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR
PADA KARYAWAN
Sasmita Rosari
ABSTRACT
The purpose of this study is to investigate the relationship between
Corporate Culture and Perception of Career Development. The subjects were 70
regular employees of PT. Bank Mandiri Tbk Cabang Hub Yogyakarta Sudirman
whose career period more than 2 years. The method of research used Scale of
Corporate Culture and Scale of Perception of Career Development as data
collected. The result describe that was a more significant correlation between
Corporate Culture and Perception of Career Development (rxy = 0.368, p<0.01).
The correlation indicated that the more strong corporate culture is, the more
positive perception of career development will be. In addition, there was no
significant difference in score of corporate culture between man and woman
(F =0.857, p>0.05).
------------Keywords; Corporate Culture, Perception of Career Development.
I.
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan potensi penggerak jalannya suatu
industri, apakah industri tersebut dapat berkembang dan bertahan di tengah
maraknya persaingan dalam dunia industri saat ini. Hal inilah menjadi titik tolak
beberapa perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang mereka miliki dengan membentuk satu manajemen sumber daya manusia
yang efektif. Melalui manajemen yang efektif, kebutuhan karyawan dapat segera
terpenuhi sejalan dengan daya tahan perusahaan, perluasan dan peningkatan
profitabilitas, keamanan kerja yang dijamin oleh perusahaan, dan lebih banyak
peluang kerja serta upah karir yang lebih tinggi. Dengan demikian sumber daya
manusia terpacu untuk mengembangkan dirinya.
Sebagian besar karyawan memandang pekerjaan atau karir mereka sebagai
wadah mencari uang untuk menghidupi keluarga mereka. Bagi mereka, yang
terpenting adalah upah atau gaji yang diberikan cukup untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Kelompok ini memandang bukanlah hal yang mudah untuk mencari
pekerjaan saat ini di tengah kondisi jumlah pengangguran semakin bertambah
yang diakibatkan keterbatasan lapangan kerja tidak sebanding dengan lulusan
calon tenaga kerja yang ada (baik jenjang sarjana, diploma maupun tingkat
sekolah menengah), begitu pula dengan jumlah karyawan yang mengalami PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja) tiap tahunnya semakin bertambah karena
keterbatasan yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Seperti halnya
pada tahun 2004, berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Depnakertrans), jumlah pekerja yang terkena pemutusan
255
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
hubungan kerja (PHK) selama tahun 2004 bahkan mencapai 153.851 orang dengan
4.099 kasus, dan pada tahun 2005, jumlah pekerja yang terkena PHK mencapai
109.382 orang dengan 3.481 kasus, sedangkan untuk tahun 2006 ini diperkirakan
angka karyawan yang terkena PHK masih akan tinggi (http://www.kompas.com,
diakses 10 Januari 2006). Pandangan- pandangan seperti di atas pada akhirnya
akan ikut mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan di dalam memandang nilai
dan makna dari pekerjaan yang dilakukannya.
Jika meninjau dari sudut pandang yang lain, akan ditemukan bahwa
semakin tinggi jabatan seseorang di tempat kerjanya, maka semakin tinggi pula
remunerasi yang diperolehnya. Demikian pula dengan tempat kerja, semakin
bonafit tempat kerja, semakin tinggi pula tingkat remunerasi yang dijanjikannya.
Untuk itu penting bagi karyawan untuk memahami makna pekerjaan yang
dilakukan sehingga karyawan tidak hanya berpandangan sempit yaitu hanya untuk
kepentingan dan kesenangan diri sendiri dan tidak mengarah pada kemajuan
perusahaan. Artinya seseorang akan bekerja hanya terbatas pada pemenuhan
kebutuhannya sehingga menunjukkan sikap kerja ‘seadanya’ atau asal kebutuhan
saat itu terpenuhi. Dengan pemahaman makna kerja yang rendah maka secara
akumulatif sumbangan karyawan terhadap perusahaan akan rendah juga.
Tidak semua karyawan memiliki pandangan bahwa bekerja hanya untuk
memenuhi aspek material saja. Bagi beberapa karyawan, pekerjaan tidak hanya
dihubungkan dengan aspek material saja, namun juga ikut terpenuhinya aspek
nonmaterial. Beberapa diantaranya: kebutuhan yang bersifat rohaniah,
kemungkinan atau kesempatan mengembangkan diri, suasana kerja yang
menyenangkan dan waktu untuk keluarga.
Pengembangan pengetahuan dan kompetensi merupakan perwujudan dari
kesempatan
mengembangkan
diri.
Setiap
karyawan
perlu
untuk
mempertimbangkan hal ini dalam memilih pekerjaan atau menentukan arah karir
mereka. Pekerjaan yang sifatnya rutinitas dan tidak memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk mengembangkan diri, suatu saat akan membuat karyawan
menjadi tertinggal dan mungkin tidak sanggup mengikuti perubahan. Jika hal ini
terjadi, karyawan kemungkinan akan mengalami kemandegan karir nantinya.
Sehingga sangat diperlukan upaya mengembangkan karir dan diri (Atmosoeprapto,
2001).
Jaffe dan Scott (Prasaja, 1996) mengatakan bahwa pengembangan karir
merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi dan gerakan strategis yang
mengarah pada pencapaian prestasi yang tinggi dan kemajuan pribadi sepanjang
jalur karir. Tujuan pengembangan karir secara umum adalah membantu karyawan
memusatkan perhatian pada masa depannya dalam perusahaan dan membantu
karyawan mengikuti jalur karir yang melibatkan proses belajar secara terusmenerus. Hal ini berarti karyawan mendapat tanggung jawab, wewenang, dan jenis
tugas yang semakin besar.
Ahli lain, Byars & Rue (2000) mengemukakan pandangannya tentang
pengembangan karir. Pengembangan karir diartikan sebagai aktivitas yang
dilakukan terus-menerus, usaha yang disusun oleh organisasi yang memiliki fokus
256
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
pada pengembangan dan memperkaya sumber daya manusia di dalam organisasi
dalam menerangkan kebutuhan karyawan dan organisasi.
Beberapa fakta menunjukkan sebagian perusahaan kehilangan sumber
daya manusia yang sangat berpotensi untuk mengembangkan dan memberi
kemajuan perusahaan. Hal ini dikarenakan ketidakjelasan arah dan proses
pengembangan karir yang dirasakan oleh karyawan sedangkan salah satu
kebutuhan yang dimiliki oleh individu adalah mengaktualisasikan diri. Ketika
seorang karyawan merasa bahwa dirinya tidak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri dan karir yang dimilikinya saat ini, karyawan tersebut akan
mencari tempat yang menawarkan arah dan jenjang karir yang lebih jelas sebagai
jalan memenuhi kebutuhannya.
Beberapa perusahaan telah membuat program pengembangan karir namun
beberapa diantaranya tidak diterima secara positif oleh karyawan. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh bagaimana karyawan mengukur diri sendiri yang dilandasi
oleh pengalaman yang diterima oleh karyawan sepanjang perjalanan kerja atau
perjalanan karirnya. Apabila karyawan dalam satu perusahaan merasakan nilainilai yang ada di perusahaan sesuai dengan pandangan hidupnya, tidak
menyimpang dari prinsip pribadinya, bahkan merupakan nilai-nilai pribadi yang
dipegang dalam hidupnya, maka karyawan tersebut akan bekerja dengan baik.
Keadaan akan semakin berkembang lebih baik apabila karyawan juga ikut
memahami maksud, tujuan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan serta turut
merasakan bahwa harapan dan cita-citanya sejalan dengan tujuan perusahaan,
maka karyawan akan lebih terdorong lagi untuk bekerja lebih baik karena
menyadari sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan akan bermanfaat juga bagi
dirinya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
menciptakan suasana kerja atau budaya kerja yang menyenangkan. Keadaan ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robbins (2001) yang
mengatakan bahwa konsep budaya perusahaan dalam beberapa dekade saat ini
dipercaya sebagai salah satu alat pencapai keunggulan dan keberhasilan
perusahaan yang dapat membedakan antara satu perusahaan dengan perusahaan
lain sehingga setiap perusahaan memiliki budaya yang unik dan berbeda.
Budaya perusahaan terbentuk dari kesepakatan nilai-nilai pribadi anggota
perusahaan yang pada akhirnya dikukuhkan sebagai nilai-nilai yang dipegang
bersama. Demikian pula sebaliknya budaya perusahaan akan diserap oleh
karyawan menjadi nilai-nilai pribadi mereka. Dengan kata lain ada hubungan
timbal balik antara nilai pribadi dan nilai perusahaan. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Schein (1992) budaya perusahaan terdiri dari asumsi-asumsi
dasar yang dipelajari baik sebagai hasil pemecahan masalah yang timbul dalam
proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil pemecahan
masalah yang timbul dalam perusahaan, antar unit-unit perusahaan yang berkaitan
dengan integrasi. Budaya timbul sebagai hasil belajar bersama dari para anggota
perusahaan agar dapat bertahan.
257
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
Bagi perusahaan, tidaklah susah mengarahkan perilaku karyawan dalam
mencapai tujuan perusahaan apabila budaya perusahaan itu telah tertanam kuat
pada karyawannya. Suatu budaya kuat apabila nilai inti organisasi tersebut
dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Budaya yang tertanam
kuat di dalam diri karyawan akan mendorong dan meningkatkan motivasi kerja
karyawan yang akan meningkatkan produktivitas kerja. Peningkatan produktivitas
yang diikuti oleh kepuasan kerja akan memberi pandangan positif karyawan
terhadap pengembangan karirnya baik secara individu maupun organisasional.
Apabila karyawan memiliki penyerapan budaya perusahaan yang kuat dan
persepsi yang baik terhadap pengembangan karir secara individual dan
organisasional maka karyawan tersebut akan tetap bertahan untuk berkarir di
perusahaan tersebut namun apabila penyerapan budaya yang kuat hanya diikuti
persepsi terhadap pengembangan karir secara individual tanpa adanya program
pengembangan karir organsiasional maka ada kemungkinan karyawan keluar dari
perusahaan tersebut.
Seperti halnya dengan Bank Mandiri yang saat ini menjadi salah satu bank
pemerintah terbesar di Indonesia yang memiliki cabang sekitar 789 cabang. Bank
Mandiri memiliki visi menjadi “Bank Terpercaya Pilihan Anda“ kini menerapkan
nilai-nilai baru sebagai ciri dan budaya yang dibentuk oleh bank tersebut. Saat ini
Bank Mandiri menerapkan beberapa nilai-nilai baru, yaitu: kepercayaan, integritas,
profesionalisme, fokus pada nasabah dan kesempurnaan. Fokus pada nilai-nilai
tersebut sebagai bagian dari budaya digunakan sebagai salah satu strategi untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan lebih dari keadaan yang sebelumnya,
yaitu: untuk meningkatkan profesionalisme SDM melalui penerapan corporate
values, performance culture, sales & risk culture (http://members.bumnri.com/mandiri_con/business-profile, diakses 7 Februari 2006) sehingga di tengahtengah persaingan yang begitu deras, Bank Mandiri tetap bertahan dan
mendapatkan kepercayaan untuk terus melayani nasabah mereka. Untuk itu, Bank
Mandiri terus berupaya mendorong peningkatan penghayatan karyawan atas
budaya kerja perusahaan. Bank Mandiri juga mempunyai program pengembangan
karir yang jelas sehingga akan mendukung karyawan yang memiliki
pengembangan karir individu dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu
usaha yang dilakukan oleh Bank Mandiri adalah berupaya mengembangkan
sumber daya manusia melalui program pelatihan dan penjelasan jalur karir yang
ada di perusahaan. Demikian pula halnya dalam pelaksanaan proses
pengembangan karir pada karyawan tidak terlepas dari budaya perusahaan yang
ada di dalam.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2. 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah karyawan tetap Bank Mandiri Yogyakarta, yang
memiliki usia antara 25-55 tahun dengan lama kerja lebih dari 2 tahun. Alasan
pemilihan subjek dengan kriteria seperti ini adalah diperkirakan pada usia tersebut
258
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
subjek berada pada tahap penetapan dan tahap pemeliharaan karir dalam proses
pengembangan karir (Glueck,1986). Dengan demikian, diperkirakan pada usia
antara 25-55 tahun dan lama kerja lebih dari 2 tahun, karyawan sudah dapat
menyerap budaya perusahaan dan memiliki persepsi terhadap pengembangan
karir.
2.2. Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat pengumpul data yang
disusun sendiri oleh penulis, yaitu:
1. Skala Persepsi terhadap Pengembangan Karir
Persepsi terhadap pengembangan karir karyawan diungkap dengan
menggunakan Skala Persepsi Terhadap Pengembangan Karir dengan
menggunakan aspek-aspek Handoko (1995), Werther and Davis (1996) meliputi
aspek pengembangan karir individual dan organisasional menjadi 9 aspek yang
terdiri dari: aspek prestasi kerja, eksposur, permintaan berhenti, kesetiaan
organisasional, mentors dan sponsors, kesempatan untuk tumbuh, dukungan
manajemen, umpan balik, dan kelompok kerja kohesif.
Skala ini terdiri dari 38 aitem yang sahih dengan koefisien korelasi antara
aitem total berkisar antara 0,3372-0,8244 yang terdiri dari butir-butir pernyataan
favourable dan unfavourable. Hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0,9591. Setiap butir
pernyataan diberikan 4 alternatif jawaban, yaitu: “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju
(S)”, “ Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”
2. Skala Budaya Perusahaan
Skala Budaya Perusahaan ditujukan untuk mengungkap kedalaman atau kuatlemahnya budaya perusahaan yang diserap oleh karyawan sebagai tempat dimana
karyawan bekerja atau berkarir. Skala budaya perusahaan disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Miller (1984) yang terdiri dari 8 aspek, yaitu:
asas tujuan, konsensus, keunggulan, kesatuan, prestasi, empirik, keakraban, dan
integritas. Skor yang tinggi pada Skala Budaya Perusahaan menunjukkan
kecenderungan karyawan menyerap budaya perusahaan dengan kuat sehingga
pengaruh budaya perusahaan semakin nyata dalam bentuk dan intensitas perilaku
karyawan.
Skala ini terdiri dari 37 aitem yang sahih dengan koefisien korelasi antara
aitem total berkisar antara 0,3132-0,8805 yang terdiri dari butir-butir pernyataan
favourable dan unfavourable. Hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan
Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0,9566. Setiap butir
pernyataan diberikan 4 alternatif jawaban, yaitu: “Sering Sekali (SS)”, “ Sering
(S)”, “ Jarang (J)”, dan “Jarang Sekali (JS)”.
259
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
2.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh penulis di Bank Mandiri Cabang
Hub Yogyakarta Sudirman dimulai sejak tanggal 11 April 2006 sampai dengan 7
Juni 2006.
2.4. Metode Analisis Data
Data yang akan diperoleh dari kedua skala tersebut adalah data kuantitatif
dimana jenis skor dari data yang diperoleh diperkirakan merupakan skor interval.
Oleh karena itu metode analisis data yang direncanakan untuk digunakan adalah
analisis korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2004). Analisis ini dipakai
untuk menguji apakah ada hubungan antara budaya perusahaan dengan persepsi
terhadap pengembangan karir pada karyawan. Dalam penelitian ini, pengolahan
data penelitian menggunakan bantuan program SPSS for Windows Release 11.5.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Deskripsi Data Penelitian
Salah satu bentuk analisis yang dihasilkan adalah deskripsi data empirik
penelitian dibandingkan dengan data hipotetik yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai kategorisasi skor budaya perusahaan maupun skor persepsi terhadap
pengembangan karir karyawan. Perbandingan data hipotetik dengan data empirik
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1: Perbandingan Data Hipotetik dengan Data Empirik
Variabel
PTPK
BP
Min
38
37
Skor Hipotetik
Maks
Mean
152
95
148
92,5
SD
19
18,5
Min
82
86
Skor Empirik
Maks
Mean
152
127,26
148
124,44
SD
15,710
16,700
Keterangan:
PTPK
= Persepsi Terhadap Pengembangan Karir
BP
= Budaya Perusahaan
Min
= nilai minimum
Maks
= nilai maksimum
SD
= deviasi standar
Mean
= nilai rata-rata
Kriteria kategorisasi untuk data variabel persepsi terhadap pengembangan
karir dengan jumlah frekuensi dan persentase individu yang termasuk di dalamnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2: Kategorisasi Data pada Variabel Persepsi Terhadap Pengembangan Karir
Variabel
Persepsi terhadap
Pengembangan Karir
Rentang Nilai
X<76
76 ≤ X ≤ 114
X >114
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Frekuensi
0
10
60
Persentase
0%
14,3%
85,7%
260
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
Dari tabel di atas dapatlah disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini
memiliki persepsi terhadap pengembangan karir yang tinggi karena rerata empirik
yang dimilikinya yaitu 127,26 berada pada kategori tinggi (X >114).
Penulis juga membuat kategorisasi untuk data variabel budaya perusahaan
dengan rumusan yang sama. Kriteria kategorisasi untuk data variabel budaya
perusahaan dengan jumlah frekuensi dan persentase individu yang termasuk di
dalamnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3: Kategorisasi Data pada Variabel Budaya Perusahaan
Variabel
Budaya Perusahaan
Rentang Nilai
X<74
74 ≤ X ≤ 111
X > 111
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Frekuensi
0
18
52
Persentase
0%
25,7%
74,3%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa subjek pada penelitian ini
memiliki penyerapan budaya perusahaan yang tinggi yang dapat dilihat dari
frekuensi perilaku karyawan yang diungkap melalui skala penelitian. Rerata
empirik yang dihasilkan yaitu 124,44 berada dalam kategori tinggi (X >111).
3.2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi data
subjek dalam penelitian apakah bersifat normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan penulis dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
dari SPSS for Windows release 11,5. Hasil analisis menunjukkan nilai probabilitas
(p) data variabel persepsi terhadap pengembangan karir adalah sebesar 0,002
(p<0,05), sedangkan pada data variabel budaya perusahaan menunjukkan nilai
probabilitas (p) sebesar 0,000 (p<0,05). Kedua hasil tersebut menggambarkan
bahwa distribusi data subjek pada variabel persepsi terhadap pengembangan karir
dan budaya perusahaan tidak normal.
3.3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari
Pearson tidak dapat dilakukan karena tidak terpenuhinya salah satu syarat
penggunaan korelasi tersebut, yaitu distribusi data normal (Diekhoff, 2001).
Dengan demikian, uji hipotesis haruslah dilakukan dengan teknik korelasi
nonparametrik. Penulis menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau (Field, 2000).
Dari hasil analisis korelasi budaya perusahaan dengan persepsi terhadap
pengembangan karir diperoleh angka koefisien korelasi (rxy) = 0,368 dengan p
sebesar 0,000. Nilai p<0,01 menunjukkan korelasi yang sangat signifikan antara
budaya perusahaan dengan persepsi terhadap pengembangan karir. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara budaya perusahaan
dengan persepsi terhadap pengembangan karir diterima dan hubungan tersebut
adalah hubungan positif .
261
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
3.4. Hasil Tambahan
Analisis korelasi dilakukan berdasarkan jenis kelamin untuk melihat ada
tidaknya korelasi antara variabel budaya perusahaan dengan variabel persepsi
terhadap pengembangan karir pada kelompok subjek laki-laki dan perempuan
dengan menggunakan uji t.
Tabel 4: Hasil Analisis Korelasi Budaya Perusahaan dengan Persepsi terhadap
Pengembangan Karir .
JK
Analisis
BP
Uji
normalitas
Angka
koefisien
1,342
PTPK
0,981
Uji
linearitas
Uji korelasi
BP*PTPK
37.514
BP*PTPK
0,523
Koefisien
deterrminasi
BP*PTPK
0,512
Laki-laki
Nilai p
0,055
(p>0,05)
0,291
(p>0,05)
0,000
(p<0,05)
0,000
(p<0,05)
Ket.
Normal
Angka
koefisien
1,826
Normal
1,768
Tidak
linear
Sangat
signifikan
51.143
0,186
Perempuan
Nilai p
Ket
0,003
(p<0,05)
0,004
(p<0,05)
0,000
(p<0,05)
0,147
(p>0,05)
Tidak
normal
Tidak
normal
Tidak
linear
Tidak
signifikan
0,283
Keterangan:
BP
= Budaya Perusahaan
PTPK = Persepsi terhadap Pengembangan Karir
JK
= Jenis Kelamin
Ket.
= Keterangan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi yang tidak normal
maupun data yang tidak linear merupakan dasar penulis untuk menggunakan
analisis korelasi nonparametrik yaitu korelasi Kendall’s Tau. Hasil analisis data
menunjukkan:
a. Pada kelompok subjek laki-laki, angka koefisien korelasi antara variabel
budaya perusahaan dengan persepsi terhadap pengembangan karir (r) = 0,523
dengan p sebesar 0,000 (p<0,01) menunjukkan bahwa korelasi tersebut sangat
signifikan. Angka koefisien determinasi (r2) = 0,512 menunjukkan sumbangan
efektif budaya perusahaan terhadap persepsi terhadap pengembangan karir
pada kelompok subjek laki-laki sebesar 51,2%.
b. Pada kelompok subjek perempuan, angka koefisien korelasi antara variabel
budaya perusahaan dengan persepsi terhadap pengembangan karir (rxy) =
0,186 dengan p sebesar 0,147 (p>0,05) menunjukkan bahwa korelasi tersebut
tidak signifikan.
Hasil analisis uji t yang diperoleh antara kelompok subjek laki-laki dan
kelompok subjek perempuan pada variabel budaya perusahaan menunjukkan
angka probabilitas (f) = 0,876 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan. Nilai ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat
penyerapan budaya perusahaan pada kelompok subjeklaki-laki dan perempuan,
262
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
yang ditunjukkan pula dari nilai mean variabel budaya perusahaan kelompok
subjek laki-laki sebesar 124,12 dan kelompok subjek perempuan sebesar 124,75.
3.5. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan telah menunjukkan bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara budaya perusahaan dengan persepsi terhadap
pengembangan karir pada karyawan dan hubungan tersebut adalah hubungan yang
positif. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan
antara budaya perusahaan dengan persepsi terhadap pengembangan karir pada
karyawan dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat budaya
perusahaan yang diserap oleh karyawan maka semakin positif pula persepsi
karyawan terhadap pengembangan karirnya.
Mondy & Noe (1993) menyatakan bahwa budaya perusahaan merupakan
sistem nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang
berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku. Aspekaspek budaya perusahaan seperti: asas tujuan, konsensus, keunggulan, kesatuan,
prestasi, empirik, keakraban, dan integritas yang menjadi dasar yang digunakan
untuk mengukur penyerapan karyawan terhadap budaya perusahaan yang dilihat
dari frekuensi perilakunya. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Matsumoto
(Moeljono, 2003) yang menegaskan budaya perusahaan adalah seperangkat sikapsikap, nilai-nilai, keyakinan yang dipegang oleh sekelompok orang dan
dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian,
penerimaan yang kuat terhadap budaya perusahaan akan terlihat dalam diri
individu dan kesediaan individu untuk mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dilihat dari pola perilakunya.
Perusahaan yang memiliki budaya yang kuat akan mendorong individu
untuk terus berkembang bersama-sama dengan tujuan perusahaan, walaupun
tingkat pertumbuhan tiap-tiap individu berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan
fungsi budaya perusahaan menurut Susanto (1997) yang dapat dilihat dari dua sisi
yaitu: bagi SDM dan bagi perusahaan. Bagi SDM, budaya perusahaan menjadi
pedoman perilaku untuk menyamakan visi dalam melaksanakan tugas dan
mendorong SDM untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Bagi perusahaan,
budaya perusahaan menjadi unsur pembentuk kebijakan, dasar pembuatan
program pengembangan SDM, rasa identitas, sarana membangun komitmen
karyawan, dan pengendali perilaku.
Pengembangan karir merupakan outcomes yang berasal dari interaksi
antara karir individu dan interaksi antara karir individu dengan proses manajemen
karir perusahaan. Visi dan misi perusahan, pola interaksi, sistem nilai, dan
berbagai kebijakan perusahaan merupakan fungsi dan bukti dari keberadaan
budaya perusahaan yang turut serta mempengaruhi pengembangan karir seseorang.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Atmosoeprapto (2001) yang
mengemukakan beberapa hal sebagai konsep pribadi yang digunakan individu
dalam pengembangan karirnya, yaitu: kemampuan dan kecakapan, motif dan
kebutuhan, dan nilai-nilai. Nilai-nilai ini merupakan pola interaksi antara individu
263
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
dengan lingkungannya, dimana dalam hal ini individu akan menyerap nilai-nilai
yang ada di dalam perusahaan, lingkungan pekerjaan, produk atau layanan seperti
apa yang diharapkan.
Dari hasil analisis data diperoleh sumbangan efektif budaya perusahaan
terhadap persepsi terhadap pengembangan karir pada karyawan sebesar 38,6%
(dengan angka koefisien determinasi 0,386), sedangkan sisanya 61,4%
dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini berarti banyak faktor-faktor lain yang turut
mempengaruhi persepsi karyawan terhadap pengembangan karirnya. Gomes
(2003) mengemukakan bahwa keputusan-keputusan dalam hidup akan
mempengaruhi karyawan dalam mengambil keputusan-keputusan dalam
pekerjaan, seperti: karir pasangan, kebutuhan pendidikan anak-anak, dan gaya
hidup yang dimiliki akan mempengaruhi cara pandang karyawan terhadap
pekerjaannya saat ini dan tujuan yang akan dicapainya dengan karir yang
dimilikinya. Dari sisi organisasional, ada beberapa hal yang mempengaruhi
diantaranya: karakteristik organisasi, proses adminitrasi, struktur organisasi,
unsur-unsur yang khas dari perusahaan (gaya kepemimpinan, bentuk komunikasi
dan motivasi). Sedangkan dari luar perusahaan seperti halnya nilai-nilai dan
budaya nasional.
Hasil analisis tambahan untuk analisis korelasi berdasarkan jenis kelamin,
terdapat perbedaan hasil antara kelompok subjek laki-laki dan perempuan. Pada
kelompok subjek laki-laki ditemukan bahwa variabel budaya perusahaan
berkorelasi positif sangat signifikan dengan variabel persepsi terhadap
pengembangan karir pada karyawan. Sumbangan efektif budaya perusahaan
terhadap persepsi terhadap pengembangan karir pada kelompok subjek ini sebesar
51,2%. Sedangkan pada kelompok subjek perempuan, ditemukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel budaya perusahaan dengan variabel
persepsi terhadap pengembangan karir.
Pada kelompok subjek perempuan, tidak adanya hubungan yang signifikan
ini dikarenakan adanya faktor fear of success dalam diri perempuan yang membuat
perempuan umumnya membatasi kesuksesan mereka untuk menghindari
konsekuensi negatif yang timbul dari kesuksesan yang dimilikinya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Horner (dalam Seniati, 1992) yang mengatakan bahwa
munculnya konflik fear of success pada perempuan karena proses sosialisasi yang
dialami perempuan tidak mempersiapkan mereka untuk menampilkan tingkah laku
yang berorientasi pada kesuksesan, sehingga akhirnya mereka cenderung memiliki
rasa takut untuk meraih sukses. Horner juga menambahkan bahwa ketakutan
meraih sukses merupakan representasi internal dari stereotipe masyarakat bahwa
kompetensi, kemandirian, kompetisi dan prestasi intelektual tidak searah dengan
femininitas.
Nanik, Prihanto & Lasmono (1995) menyimpulkan ada beberapa faktor
yang menyebabkan fear of success pada perempuan, yaitu: pola asuh orang tua
yang cenderung menumbuhkan sikap perempuan kurang mandiri karena pola
patriarki yang menganggap bahwa posisi laki-laki ditempatkan di atas
perempuaan, budaya Timur yang masih menganggap femininitas sebagai sifat
264
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
yang harus dimiliki kaum perempuan, tuntutan peran jenis perempuan untuk
mengurus rumah tangga, kondisi ekonomi dan latar belakang keluarga.
Selanjutnya dari hasil uji t antara kelompok subjek laki-laki dan
perempuan pada variabel budaya perusahaan, diperoleh probabilitas sebesar 0,857
(p>0,05) yang menggambarkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian tidak ada perbedaan tingkat penyerapan budaya perusahaan antara lakilaki dan perempuan dengan nilai mean yang tidak jauh berbeda.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya perusahaan
dengan persepsi terhadap pengembangan karir pada karyawan. Artinya
semakin tinggi nilai-nilai budaya yang diserap oleh karyawan dalam sebuah
perusahaan maka semakin tinggi pula persepsi terhadap pengembangan karir
yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah nilai-nilai budaya yang diserap
karyawan maka semakin rendah pula persepsi terhadap pengembangan karir
yang dimilikinya.
2. Skor subjek pada variabel budaya perusahaan termasuk dalam kategori tinggi,
demikian pula dengan skor subjek pada variabel persepsi terhadap
pengembangan karir termasuk dalam kategori tinggi.
3. Analisis tambahan untuk analisis korelasi berdasarkan jenis kelamin,
ditemukan bahwa variabel budaya perusahaan berkorelasi positif sangat
signifikan dengan variabel persepsi terhadap pengembangan karir pada
kelompok subjek laki-laki. Sumbangan efektif budaya perusahaan terhadap
persepsi terhadap pengembangan karir pada kelompok subjek ini sebesar
51,2%.
4. Dari hasil analisis tambahan uji t terhadap budaya perusahaan, diperoleh tidak
ada perbedaan antara kelompok subjek laki-laki dan perempuan.
Mengingat arti pentingnya perencanaan dan pengembangan karir yang
jelas bagi karyawan dan budaya yang mempengaruhi perilaku kehidupan
karyawan di dalam lingkungan perusahaan, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan, yaitu:
a. Mensosialisasikan dan memelihara budaya perusahaan agar dapat diserap oleh
semua karyawan dengan baik. Hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain:
seleksi dan penempatan karyawan yang tepat, setiap unsur karyawan dari
pimpinan sampai dengan karyawan biasa mengambil peran menerapkan nilainilai perusahaan.
b. Mensosialisasikan jenjang dan jalur pengembangan karir yang jelas sehingga
karyawan memahami sepenuhnya kaitan tujuan pribadi dan tujuan perusahaan
dalam pekerjaan mereka.
c. Memperjelas dan mengelola program pengembangan karir dengan baik
sehingga meningkatkan motivasi karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan
penyediaan dan pengaktifan sarana konseling dan mentor yang jelas bagi
265
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
karyawan untuk membimbing mereka yang ingin terus maju, juga
memfasilitasi karyawan dengan pengadaan pelatihan-pelatihan guna
peningkatan softskill maupun keterampilan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosoeprapto, K. 2001. Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. Jakarta:
PT. Elex Media Computindo
Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Byars L. & Rue L. 2000. Human Resources Management. Sixth Edition. New
York: Irwin McGraw-Hill International Edition.
Diekhoff, G. 2001. Statistics for The Sosial And Behavioral Sciences: Univariate,
Bivariate, Multivariate. New York: WCB Publishers.
Glueck, W.F. 1986. Personnel: A Diagnostic Approach. Texas: Bussines
Publishing Inc.
Gomes, F.C. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset.
Field, Andy. 2000. Discovering Statistics using SPSS for Wondows. New Delhi:
SAGE Publications.
Handoko, T.H. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi
ke-2. Yogyakarta: BPFE UGM.
Kurnia, M. 2002. Sistem Karir dan Pengembangan Karir di Organisasi Tanpa
Batas. Majalah Usahawan NO. 04 TH XXXI, April 2002.
Miller, L.M. 1984. American Spirit: Vision of New Coorporate Culture. New
York: Warner Books, Inc.
Moeljono, D. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Koorporasi. Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Elex Media Computindo.
Mondy, R.W. & Noe R.M. 1993. Human Resources Management. Fifth Edition.
Boston: Allyn and Bacon Company.
Nanik, Prihanto S. & Lasmono K.H. 1995. Hubungan Antara Kebutuhankebutuhan Sosial dan Fear Of Success (FOS) Pada Wanita Dewasa Awal.
Anima, X. April-Juni, 39; 74-99.
Prasaja, I.J. 1996. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Dan Komitmen
Karyawan Pada Organisasi. Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Fakultas Psikologi UGM.
Robbins. 2001. Organizational Behavior: Concepts,
Application. London: Prentice-Hall International Inc.
Controversies
and
266
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
Schein, E.H. 1992. Organizational Culture and Leadership. San Fransisco: Jossey
Boss.
Seniati, L. 1992. Perbandingan Peran Jenis Kelamin dan Fear Of Success Antar
Dua Generasi Wanita. Jurnal Psikologi Indonesia, 4; 37-45.
Susanto, A.B. 1997. Budaya Perusahaan: Manajemen & Persaingan Bisnis1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Werther, William B. Davis, & Keith. 1993. Human Resources and Personnel
Management. Fifth Edition. London: Irwin Mc.Graw Hill.
http://www.kompas.com, diakses 10 Januari 2006.
http://members.bumn-ri.com/mandiri_con/business-profile. 2006. Profile Mandiri
Bank (diakses 7 Februari 2006)
267
_____________
ISSN 0853 - 0203
VISI (2009) 17 (3) 255 - 267
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sasmita Rosari, lahir di Medan pada tanggal 20 Mei 1984. Saat ini merupakan
salah satu dosen tetap pada Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi (S1) dari Universitas Gadjah Mada
Yoogyakarta. Aktif terlibat dalam Layanan Psikologi Terapan Fakultas Psikologi
Universitas HKBP Nommensen dalam melaksanakan berbagai pemeriksaan
psikologis (psiko-test), seminar dan berbagai pelatihan.
268
_____________
ISSN 0853 - 0203
Download