PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN HIPERTENSI DIRUANG ANYELIR AN RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO MARSO WONOGIRI DI SUSUN OLEH : NINING KURNIAWATI P13101 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH LAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny.M DENGAN HIPERTENSI DIRUANG ANYELIR YELIR RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO MARSO WONOGIRI Karya Tulis Ilmiah Untuk Meme Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH : NINING KURNIAWATI P13101 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nining Kurniawati NIM : P. 13101 Program Studi : DIII Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah :Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Ny. M dengan Hipertensi di Ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 26 Maret 2016 Yang Membuat Penyataan NINING KURNIAWATI NIM. P.13101 ii HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ini diajukan oleh : Nama : Nining Kurniawati NIM : P13101 Program studi : D III Keperawatan Judul : Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Ny. M dengan Hipertensi di ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di : Surakarta Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016 DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ns.Aria Nurahman H.K, M.Kep ( ) ( ) ( ) NIK. 201387139 Penguji I : Ns.Joko Kismanto, S.Kep NIK. 200670020 Penguji II : Ns.Aria Nurahman H.K, M.Kep NIK. 201387139 Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES KusumaHusada Surakarta Ns. MeriOktariani, M. Kep NIK. 200981037 iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PemberianAromaterapi lemon terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny.M dengan hipertensi di ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso.” Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada yang terhormat : 1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ns. Meri Oktariani, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ns. Alfyana Nadya,M.Kep, selaku sekretaris Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Ns. Aria Nurahman H.K, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, iv perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Ns. Joko Kismanto, S.Kep, Selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini. 6. Ns. Aria Nurahman H.K, M.Kep, Selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan memberikan cermat, membimbing penulis masukan-masukan, inspirasi, perasaan dengan cermat, nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini. 7. Direktur RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M di ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 8. Ns. Niken S.Kep, selaku pembimbing lahan di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso yang telah memberikan banyak masukkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 9. Semua dosen program studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat. 10. Kedua orang tuaku (Joko Rahayu dan Paniyem) yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan. v 11. Adik tercinta saya Ansela Sherly Dwi Anjani dan Indah Tri Anjarwati yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini 12. Sahabat- sahabat terbaik saya (Tiyas Apriliani, Ratna Kurniawati, Anik Purwaningsih, Nurhalimah, Devi, Eka Puji A, Maya Winda Agustina, Reni, Yuni dan iyan , Yueli, dan Fikri) yang selalu memberi semangat dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 13. Penyemangatku Ishmed Fachri Pradana yang selalu memberi semangat dan dukungan tanpa lelah untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 14. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program Studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu – persatu, yang memberikan dukungan. Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.Amin. Surakarta, 26 Maret 2016 (Nining Kurniawati) vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i SURAT PERNYATAN TIDAK PLAGIATISME ...................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Tujuan Penulisan .................................................................... 6 C. Manfaat Penulisan .................................................................. 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ........................................................................ BAB III 8 1. Hipertensi ........................................................................ 8 2. Tekanan darah ................................................................. 29 3. Aromaterapi Lemon ........................................................ 33 B. KERANGKA TEORI ............................................................ 38 METODE PENULISAN APLIKASI RISET A. Subjek aplikasi riset ............................................................... 39 B. Tempat dan waktu .................................................................. 39 C. Media dan alat ........................................................................ 39 D. Prosedur tindakan ................................................................... 39 E. Alat ukur evaluasi .................................................................. 40 vii BAB IV BAB V BAB VI LAPORAN KASUS A. Identitas Pasien....................................................................... 41 B. Pengkajian .............................................................................. 42 C. Rumusan Diagnosa ................................................................ 48 D. Perencanaan............................................................................ 49 E. Implementasi .......................................................................... 52 F. Evaluasi .................................................................................. 57 PEMBAHASAN A. Pengkajian .............................................................................. 61 B. Perumusan Masalah ............................................................... 65 C. Perencanaan............................................................................ 71 D. Implementasi .......................................................................... 74 E. Evaluasi .................................................................................. 76 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ 82 B. Saran ...................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP viii DAFTAR TABEL 1. Table 2.1. Klasifikasi hipertensi .......................................................... 10 2. Table 2.2 Klasifikasi hipertensi ........................................................... 11 ix DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1. Pathway ........................................................................... 14 2. Gambar 1.2. Kerangka Teori ............................................................... 38 3. Gambar 1.3. Genogram ........................................................................ 43 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Usulan Judul Aplikasi Jurnal Lampiran 3. Surat Pernyataan Lampiran 4. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5. Jurnal Utama Lampiran 6. Asuhan Keperawatan Lampiran 7. Lembar obsevasi Aplikasi Jurnal Lampiran 8. Lembar kegiatan mahasiswa xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kejadian hipertensi meningkat menurut WHO (2012) dalam Kartikasari (2012) menyatakan bahwa terdapat prevalensi penderita hipertensi sebanyak 839 juta orang, dengan kenaikan presentase 18% pada tahun 2009 menjadi 80% pada tahun 2012 yang penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) mencatat bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia meningkat dari 31,7% menjadi 33,24% pada tahun 2008 dimana usia 55 tahun sampai dengan 74 tahun wanita beresiko lebih tinggi dari pada laki-laki. Di Jawa Tengah, terdapat prevalensi hipertensi sebesar 7,9% yang diklasifikasikan menurut hasil pengukuran tekanan darah sebesar 7,6% dan 0,3% menurut pengobatan non farmakologi. Kabupaten Surakarta tercatat sebagai daerah dengan prevalensi tertinggi di Jawa Tengah dan angka kejadian penyakit sebesar 13,4%. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan penting didunia karena prevalensinya yang tinggi serta hubunganya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal. di Amerika, The Third National Health and Nutrition Examination Survey menyatakan bahwa terdapat prevalensi hipertensi 12% pada resiko penyakit jantung koroner, 1 2 24% pada stroke dan 6,8% berakhir pada kematian. Penyakit hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi atau disebut juga silent killer. Hal ini sangat penting untuk melanjutkan pemantauan tekanan darah secara rutin dan hal ini sangat penting jika ada riwayat keluarga penyakit jantung (Triyanto, 2014) Hipertensi merupakan penyebab kematian dini ketiga di dunia. Penyebab kematian hipertensi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang disebabkan penyakit renovaskuler, jantung, aldosteronisme dan gagal ginjal. Disisi lain, kejadian hipertensi pada penderita dapat dipengaruhi dari pola perilaku hidup masyarakat seperti merokok, kurang olah raga, stress, kegemukan dan alcohol (Kartikasari, 2012). Pola perilaku hidup masyarakat yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko komplikasi jangka panjang penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi, seperti infark miokardium, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan mortalitas dini (Sargowo, 2012). Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian pada penderita hipertensi (Indrawati dkk, 2009). Penatalaksanaan hipertensi dapat digunakan dengan farmakologi dan non farmakologis. Penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretik, simpatik, beta bloker dan vasodilator yang 3 mempunyai efek samping penurunan curah jantung. Pemberian terapi non farmakologis relative praktis dan efisien, terapi non farmakologis banyak digunakan untuk mengatasi hipertensi karena bersifat alamiah dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Terapi non farmakologi yang bersifat terapi pengobatan alamiah diantaranya adalah akupresur (akupuntur tanpa jarum), pengobatan herbal dari cina, terapi jus, terapi herbal, pijat, yoga, aromaterapi, pernafasan dan relaksasi, pengobatan pada pikiran dan tubuh biofeedback meditasi, hypnosis (Triyanto, 2014). Salah satu terapi non farmakologi yang digunakan untuk hipertensi yaitu aromaterapi lemon. Aromaterapi lemon dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi, karena kandungan Bioflavonoids dan kalium sebagai antioksidan dan memperkuat dan memperlebar lapisan dalam pembuluh darah dan dapat mengontrol darah tinggi, mengontrol rasa mual dan pusing, serta memberikan sensasi menenangkan untuk pikiran (Suranto, 2011). Ketika minyak atsiri dihirup, molekul yang menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung di mana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui bola dan saluran olfactory ke dalam sistem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan 4 yang berupa pelepasan senyawa eletrokimia yang menyebabkan relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh, sehingga produksi hormon adrenalin menurun, hal ini dapat membuat penurunan tekanan darah (Jain, 2011 :197). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ardini Werdyastri, Yunie Armiyati, Muslim Argo Bayu Kusuma pada bulan maret 2014 sebanyak 36 responden menunjukan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sitolik maupun tekanan darah diastolik setelah pemberian aromaterapi lemon (Koensoemardiyah, 2009). Sebagai perawat, pemantauan tekanan darah menjadi tindakan penting karena dapat menjadi asuhan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam pencegahan komplikasi hipertensi lebih lanjut. Oleh karena itu, perawat perlu memberikan penanganan non farmakologis sebagai penanganan awal sebelum penambahan obat obatan hipertensi dan berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi (Triyanto, 2014). Berdasarkan hasil data dari RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso kota Wonogiri pasien hipertensi menduduki peringkat ke 3 dari 5 besar penyakit pada bulan Desember tahun 2015, sedangkan yang menduduki peringkat pertama dyspepsia sebanyak 306 orang. Hipertensi mengalami peningkatan di setiap tahunya. Jumlah pasien hipertensi 202 orang. laki-laki sebanyak 98 orang perempuan 104 orang, sedangkan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 2 pasien. Sedangkan diruang Anyelir menduduki peringkat pertama untuk 2 dari ruang penyakit dalam lainya pada tahun 2015 (Rekam Medik RSUD Wonogiri 2015). 5 Data pasien diruang Anyelir RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada bulan Januari 2016 sebanyak 20 pasien respon terhadap hipertensi pasien mengeluh nyeri kepala berputar karena peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan penglihatan kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intra cranial, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, kesadaran menurun. Hasil wawancara yang dilakukan pada perawat RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso kota Wonogiri didapatkan hasil bahwa belum pernah ada perawat yang menggunakan aromaterapi lemon sebagai salah satu teknik nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi biasanya diruang Anyelir pasien hipertensi diberikan terapi medis injeksi IV furosemide 40 mg/12 jam dan captropil 25 mg/8jam dan setelah diberikan terapi farmakologi, tekanan darah mengalami penurunan secara cepat tetapi tidak untuk jangka lama karena pengaruh obat, selain itu jika mengkonsumsi obat farmakologi setiap hari tidak baik untuk kesehatan terutama di ginjal. Berdasarkan permasalahan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian aromaterapi lemon untuk menurunkan tekanan darah pada pasien Ny. M dengan hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 6 B. TUJUAN PENULIS 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan hasil peneliti tentang pemberian Aromaterapi lemon pada Ny.M dengan Hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso kota Wonogiri. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.M dengan hipertensi. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.M dengan hipertensi. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.M dengan hipertensi. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.M dengan hipertensi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.M dengan hipertensi. f. Penulis mampu menganalisa hasil dari pengaruh Pemberian Aromaterapi lemon pada Ny.M dengan hipertensi. C. MANFAAT PENULIS 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dengan Hipertensi. 7 2. Bagi Institusi Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan dating. 3. Bagi Rumah Sakit Aplikasi ini diharapkan dapat memberikan referensi baru bagi pelayanan asuhan keperawatan dirumah sakit untuk mengelola pasien dengan hipertensi. 4. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara mengontrol tekanan darah dengan relaksasi aromaterapi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Hipertensi a. Definisi Hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik 140 (bagian atas) dan diastolik 90 (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainya (Herlambang, 2013). b. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi 1. Hipertensi Esensial (Primer) Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi.Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor genetic, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium dan kalsium). Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu- satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala 8 9 baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung. 2. Hipertensi sekunder Pada hipertensi sekunder, penyebab, dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan oleh obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainya seperti obesitas, resistensi insulin, hiperteroidisme, dan pemakainan obat-obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid. Menurut Susilo dan Ari (2011 : 48) bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu : 1) toksin, 2) faktor genetik, 3) umur, 4) jenis kelamin, 5) etnis, 6) stress, 7) kegemukan, 8) nutrisi, 9) merokok, 10) narkoba, 11) alkohol, 12) kafein, 13) kurang olahraga, 14) kolessterol tinggi. Menurut pudiastuti (2013 : 21) bahwa penyebab hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Secara genetis a. Gangguan fungsi barostat renal b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam c. Abnormalitas tranportasi natrium kalium d. Respon SPP (system saraf pusat) terhadap stimus psiko sosial 10 e. Gangguan metabolisme seperti (glukosa, lipid, dan resistensi insulin) 2. Faktor lingkungan a. Faktor psikososial : kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas fisik, status social ekonomi, keturunan, kegemukan dan konsumsi minuman keras (beralkohol) b. Faktor konsumsi garam c. Pengguna obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortisone) dan beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang d. Merokok juga merupakan faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin 3. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah a. Pada jantung : terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit b. Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi. c. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi 1. Berdasarkan JNC VII : Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi (Sumber: JNE VII, 2003). Drajat Tekanan sistolik Tekanan (mmHg) diastolik (mmHg) 11 Normal < 120 dan<80 Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi 140-159 atau 90-99 ≥160 atau ≥100 drajat I Hipertensi drajat II 2. Menurut European Society of Cardiology : Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi (sumber : ESC , 2007) Kategori Tekanansistolik Tekanan (mmHg) diastolic (mmHg) Optimal < 120 Dan < 80 Normal 120-129 Dan/atau 80-84 Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89 Hipertensi drajat I 140-159 Dan/atau 90-99 Hipertensi drajat II 160-179 Dan/atau 100109 Hipertensi drajat II ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistolik ≥ 190 < 90 terisolasi 12 d. Manifestasi Klinis 1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala yang lazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis (Amin, 2013). Menurut Pudiastuti (2013 : 22) tanda dan gejala pada penderita hipertensi yaitu : a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina b. Nyeri pada kepala c. Mual dan muntah d. Edema e. Patofisiologi dan Pathway Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh 13 yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinta telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014 : 12) Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol system saraf yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi curah jantung dan tekanan vaskuler perifer. Hal ini yang ikut dalam pengaturan tekanan darah dan curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter anterior. Bila diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer meningkat. Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun (Muttaqin, 2009 : 263). Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah. Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar dialami oleh arteriole sehingga perbedaan desakan besar bila arteriole menyempit akan menaikkan desakkan darah. Stadium pertama dari hipertensi sensil adalah kenaikan tonus dari arteriole (Murwani, 2011 : 83). 14 Pathway (Perjalanan dari penyakit hipertensi) Faktor predisposisi : usia, jenis kelamin, merokok Stress kurang olahraga, genetic, alcohol, Konsentrasi garam, obesitas Hipertensi Ansietas Tekanan sistemik darah kerusakan vaskuler pembuluh darah perubahan situasi Beban kerja jantung perubahan struktur krisis situasional Aliran darah makin cepat keseluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi kebutuhan penyumbatan pembuluh darah metode koping tidak efektif Vasokontriksi ketidakefektifan koping gangguan sirkulasi ginjal vasokontrik pembuluh darah ginjal otak Resistensi pembuluh darah otak pembuluh darah retina sistemik koroner Vasokontriksi iskemia miokard spasme arterior Nyeri kepala Blood flow darah Respon RAA Merangsang Aldosteron Risiko cidera Aferload Penurunan curah jantung Nyeri dada fatigue Intoleransi aktifitas informasi yang minim Retensi NA suplai O2 ke otak Edema Kelebihan volume cairan Defisiensi Pengetahuan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Amin, 2013 : 216-217) 15 f. Komplikasi Menurut pudiastuti (2013) bahwa orang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi pada penyakit berikut : 1. Stroke 2. Serangan jantung 3. Gagal ginjal 4. Kebutaan 5. Payah jantung Menurut murwani (2011) bahwa komplikasi hipertensi adalah: 1. Ginjal Komplikasi pada ginjal bisa menyebabkan hematuri, BAK sedikit 2. Otak Komplikasi pada otak bisa menyebabkan stroke (stroke adalah cidera serebrovaskuler dengan gangguan neurologis fokal yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah dan stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hiperteropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang) 3. Mata Komplikasi pada mata bisa menyebabkan retinapati hipertensi 16 4. Jantung Komplikasi pada jantung bisa menyebabkan terjaadi pembesaran ventrikel kiri dengan atau tanpa payah jantung infark jantung g. Pemeriksaan penunjang Menurut Padila (2013 : 359) bahwa pemeriksaan penunjang hipertensi yaitu : 1. Riwayat dan pemeriksaan secara menyeluruh 2. Pemeriksaan retina 3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan paru 4. EKG untuk mengetahui hiperteropi ventrikel kiri 5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah glukosa 6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin, 7. Foto thorax CT-scan Menurut taufan (2011 : 265) bahwa pemeriksaan penunjang meliputi : 1. Mencari faktor resiko : kolesterol serum, trigliresida, gula darah 2. Mencari komplikasi : ureum, kreatinin, proteinuria, foto thorax. 3. Pemeriksaan tekanan darah meliputi TTV yaitu tekanan darah untuk mengetahui perubahan atau peningkatan atau penurunan pada sistolik dan diastolik, suhu, nadi, respirasi. 17 h. Penatalaksanaan 1) Penatalaksanaan non farmakologi Penataan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagiam yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Syamsudin, 2011). Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu: a) Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2007). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan sengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya denngan serat dan protein.dan jika berhasilkan menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Syamsudin, 2011). b) Kurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6gr NaCl atau 2,4 gr gram/hari (Kaplan, 2007). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 18 sendok teh) setiap hari pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg (Syamsudin, 2011). c) Batasi konsumsi alkohol Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada mereka yang tidak minum-minuman beralkohol (Syamsudin, 2011). d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500mh)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah, sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan, 2007). Kalsium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan natrium yang terbuangbersama air kencing.Dengan setidaknya mengkonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Syamsudin, 2011). e) Menghindari rokok Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi bahayanya merokok dapatmeningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi 19 seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu sekali menghindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi. Nikotin dalam tembakau membut jatung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah. Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk manghentikan kebiasaan merokok (Dalimartha, 2008). 2) Pengobatan Farmakologi a) Diuretic (Hidroklorotiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. b) Penghambat Simpatetil (Metildopa, Klonidin, dan reserpin) Menghambat aktifitas saraf simpatis c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol) 1) Menurunkan daya pompa jantung 2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. 3) Pada penderita Diabetes Mellitus : dapat menutup gejala hipoglikemia d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung pada pembuluh sarah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 20 e) ACE inhibitor (Captropil) 1) Menghambat pembentukan zat angiotensi II 2) Efek samping : Batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas f) Penghambat reseptor angitensi II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung g) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapemil) Menghambat kontraksi jantung (Kontraktilitas) i. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian Menurut Wijiyaningsih, 2013 Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi meliputi : a. Biodata Biasanya terjadi pada orang usia tua, genetic, obesitas, stress lingkungan dan hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis, jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari pada kulit putih). b. Keluhan utama Klien mengeluh fatique, lemah dan suit bernafas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia dan takipnea. 21 c. Riwayat penyakit sekarang Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala yaitu nyeri kepala dan kelelahan. d. Riwayat penyakit dahulu Aterosklerosis, penyakit katu jantung, penyakit jantung koroner atau stroke, episode palpitasi serta berkeringat banyak, DM, Ginjal. e. Riwayat penyakit keluarga Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Data dasar pengkajian menurut Padila (2013 : 359) 1. Aktivitas/Istirahat Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2. Sirkulasi Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler Tanda : kenaikan TD, hipotensi postural, perubahan warna kulit, suhu dingin. takhikardi, 22 3. Integritas Ego Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress multiple Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara 4. Eliminasi Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu 5. Makanan / Cairan Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema 6. Neurosensori Gejala: keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epitaksis Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggam, perubahan retinal optic 7. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen. 23 8. Pernapasan Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan tanpa sputum, riwayat merokok Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis 9. Keamanan Gejala: gangguan koordinasi, cara berjalan Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural 10. Pembelajaran / Penyuluhan Gejala: faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon. 2) Diagnosa keperawatan Menurut wijiyaningsih, 2013 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi : a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (nyeri kepala). c. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi. 24 d. Resiko tinggi terhadap injury atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur. e. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit. 3) Perencanaan 1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Kriteria hasil : a) Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan. b) Pasien akan melaporkan peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur. c) Pasien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi fisiologi. Intervensi : a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas. Rasional : menyebutkan parameter membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. b) Intruksikan pasien tentang teknik penghematan energi (duduk saat menggosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan. Rasional : membantu antara suplai dan kebutuhan oksigen. 25 c) Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap. Rasional : kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. 2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri kepala). Kriteria hasil : a) Skala nyeri 1-3 b) Tanda-tanda vital dalam batas normal. c) Pasien emngatakan nyeri / ketidaknyamanan hilang / terkontrol. d) Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Intervensi : 1. Kaji skala nyeri. Rasional : untuk mengetahui karakteristik nyeri. 2. Berikan posisi nyaman Rasional : untuk memberikan kenyamanan. 3. Berikan aromaterapi lemon Rasional : menurunkan tekanan darah 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri 26 5. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian analgesic yaitu norages Rasional : mengobati rasa nyeri secara cepat 6. Monitor tanda-tanda vital. Rasional : untuk mengetahui vital sign pasien 3) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi Kriteria hasil : a) Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan badan yang dapat diterima b) Pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal Intervensi 1. Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal. Rasional : perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskuler 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer. Rasional : denyut karotis, jugularis, radialis dan femoralis terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium) 27 perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi 4. Catat edema umum atau tertentu Rasional : mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler 5. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan dan batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Rasional : membantu menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi. 4) Resiko tinggi terhadap injury atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur Kriteria hasil : a) Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan cedera. b) Menunjukkan perilaku pola hidup untuk menurunkan resiko dan melindungi diri dari cedera. c) Pasien tidak mengalami injuri/jatuh. d) Pasien akan mengubah meningkatkan kenyamanan. lingkungan sesuai indikasi 28 Intervensi 1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dan orang lain. Rasional : memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi resiko injuri 2. Pertahankan tirah baring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan Rasional : untuk kemungkinan viterus human bekerja sebagai kekuatan memotifasi untuk mengontrol perdarahan. 3. Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah. Rasional : mengurangi resiko perlukaan / pembuluh darah retina yang akan menyebabkan menurunya penglihatan. 4. Modifikasi lingkungan sekitar pasien Rasional : meningkatkan rasa nyaman. 5) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit. Kriteria hasil : a) Klien terpenuhi dalam informasi dan pengetahuan diri Intervensi : 1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur. Rasional : penjelasan tentang sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur dapat meminimalkan kecemasan. 29 2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress. Rasional : menciptakan kenyamanan bagi pasien 3. Jelaskan pentingnya mempertahankan berat badan stabil. Rasional : kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi. 4. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat. Rasional : menghindari faktor predesposisi terjadinya hipertensi. 5. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan. Rasional : membuka pengetahuan dan wawasan pasien tentang diit hipertensi. 2. Tekanan darah a. Definisi Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan 30 diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg ( Smeltzer& Bare, 2002). b. Komponen Tekanan Darah Secara umum ada dua komponen tekanan darah (Triyanto, 2014) yaitu: 1. Tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar. 2. Tekana darah diastolic (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat). Tekanan darah normal (nurmotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuluh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar (Herlambang, 2013). Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar dari tekanan yang diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap.Saat tekanan darah diatas normal, saat itu volume darah meningkat dan saluran darah terasa lebih sempit sehingga untuk dapat menyuplai oksigen zat-zat makanan ke setiap sel didalam tubuh, jantung harus memompa lebih keras. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan 31 meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Triyanto, 2014). Tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolic). Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolic diatas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut selama selang waktu 2-8 minggu (Triyanto, 2014). c. Alat Ukur Tekanan Darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat yaitu sphygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu : 1. Sphygmomanometer Air Raksa atau Merkuri. Tipe air raksa adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat.Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. 32 2. Sphygmomanometer Aneroid Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. 3. Sphygmomanometer Elektronik Sphygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan disbanding model standar yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga relative rendah. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu : jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan, duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat), memakai baju lengan pendek, kemudian buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2004). d. Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2/3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fosa 33 cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya disediakan berbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (kortokoff 1) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (kortokoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan, pada posisi berbaring atau duduk (Sustrani, 2004). 3. Aromaterapi Lemon a. Definisi Aromaterapi didefinisikan sebagai perlakuan dengan menggunakan bau-bauan atau keharuman, biasanya minyak tumbuahan (essential oil) sering digunakan untuk membantu pemijatan, dalam dua kata yaitu aroma yang berarti wangi-wangian (fragrance) dan therapy yang berarti perlakuan pengobatan, jadi secara ilmiah diartikan sebagai wangi-wangian yang memiliki pengaruh terhadap fisiologis manusia. Aromaterapi dalam praktek keperawatan dapat menggunakan minyak essensial dari bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup (Jaelani, 2009). Terapi yang menggunakan minyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan 34 gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya.Adapun jenis essential oil yang bisa dijadikan aromaterapi yaitu lemon, teh hijau dan basil, kayu putih, putri malu, kenanga, bunga lavender, bunga mawar, bunga melati, cendana, strawberry, peppermint, orange, mandarin, juniper, ginger, granium dan alangalang (Jaelani, 2009). b. Kandungan Citrus Lemon Dari berbagai jenis essential oil salah satunya lemon dengan nama latin “Citrus Limon Brum” merupakan tanaman dari india. Buah dengan ukuran kecil dan berwarna kuning ini memiliki rasa yang asam, namun jeruk lemon sangatlah baik untuk kesehatan, salah satunya dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi (Koensoemardiyah, 2011) Dengan metode aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada jasmani, rohani, menciptakan suasana damai, menjauhkan cemas, gelisah, maka dengan cara pemberian aromaterapi dapat digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan yang membantu penderita hipertensi untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat normal dan meningkatkan kualitas kesehatanya secara maksimal dengan cara memberi intervensi asuhan keperawatan yang mengacu pada pengobatan nonfarmakologi dengan cara pemberian aromaterapi lemon, sehingga dapat terjadi perbaikan kesehatan (Koensoemardiyah, 2009). 35 Dibalik rasanya yang asam, jeruk lemon memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan.Kandungan vitamin C serta antioksidan dalam jeruk lemon merupakan kombinasi yang baik dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Lemon membantu alkali dalam tubuh, dengan mengembalikan keseimbangan pH tubuh, Lemon ditemukan mengandung 22 senyawa anti kanker yang meliputi limonese yang berfungsi memperlambat pertumbuhan tumor kanker dan glikosida flavonol yang dapat menghentikan pembelahan sel pada sel kanker vitamin P yang terkandung dalam lemon membantu memperkuat pembuluh darah. Selain itu didalam minyak astiri jeruk lemon mengandung alpha-terpinene, alpha-pinene, citral, felanden, koumarins, bioflavonoids geraniol asetat, asam sitrat, linalil asetat yang bersifat memberikan ketenangan hati juga meningkatkan mood (Koensoemardiyah, 2013). 4. Cara kerja Aromaterapi Lemon Saat pemberian aromaterapi, minyak atsiri masuk dalam tubuh manusia melalui tiga jalan utama yaitu ingesti, olfaksi, dan inhalasi (Koensoemardiyah, 2009 : 13). Menghirup minyak aromaterapi dianggap sebagai penyembuhan yang cepat dan langsung, hal tersebut dikarenakan molekul-molekul minyak esensial yang mudah menguap bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak (Sutrani, 2004 : 101). Hal tersebut dikuatkan oleh (Koensoemardiyah, 2009 :15) yang menyatakan bahwa ketika minyak 36 atsiri dihirup, molekul yang menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung di mana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui bola dan saluran olfactory ke dalam sistem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa eletrokimia yang menyebabkan relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh, sehingga produksi hormon adrenalin menurun, hal ini dapat membuat penurunan tekanan darah (Jain, 2011 :197). Berdasarkan pengaplikasian dari peneliti Ardini Werdyastri, Yunie Armiyati dan Muslim Argo Bayu Kusuma (2014 : 8) analisis tekanan darah sistolik didapatkan didapatkan mean tekanan darah sistolik sebelum pemberian aromaterapi lemon 178,83 mmHg, setelah pemberian aromaterapi lemon didapatkan mean tekanan darah 167,44 mmHg, hasil penelitian juga didapatkan mean tekanan darah diastolik sebelum pemberian aromaterapi lemon 100,78 mmHg, setelah pemberian aromaterapi lemon didapatkan mean tekanan darah 93,89 mmHg. bahwa aromaterapi lemon berpengaruh sigifikan dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah pemberian 37 terapi (aromaterapi lemon) pada penderita hipertensi bahwa terdapat perubahan penurunan pada tekanan darah, dari hasil peneliti sebelumnya telah diobservasi setelah dilakukan pemberian terapi (aromaterapi lemon) pada penderita hipertensi beberapa keluhan yang dirasakan sudah mulai berkurang, tampak lebih rileks, senang dan nyaman (Soenanto, 2009). 5. Prosedur Pemberian Aromaterapi Lemon 1. Mencuci tangan. 2. Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara sesudah dan sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon. 3. Selanjutnya meletakkan sungkup aromaterapi, lilin dan essential oil dibawah samping lemari klien selama 15-20 menit. 4. Pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring. 5. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah dilakukan pemberian terapi lemon (selama 20 menit setelah pemberian aromaterapi lemon) 6. Mencuci tangan. 38 KERANGKA TEORI Hipertensi penyebab Hipertensi primer (esensial) 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan 4. pekerjaan 1. 2. 3. 4. 5. Hipertensi sekunder kelainan ginjal tumor diabetes obesitas pemakaian obat kontrasepsi oral Tanda dan Gejala : Komplikasi : 1. pengliatan kabur karena kerusakan retina 2. nyeri pada kepala 3. mual dan muntah 4. edema 1. 2. 3. 4. 5. Aromaterapi Stroke Serangan jantung Gagal ginjal Kebutaan Payah jantung Minyak essensial lavender : kandungan ester Minyak essensial oil lemon ; kandungan minyak astiri 70% limonene Peningkatan tekanan darah Merangsang saraf penciuman Farmakologi Non Farmakologi 1. Diuretic (Hidroklorotiazid) 2. Metildopa, Klonidin, dan reserpin 3. Metoprolol, propanolol dan antenolol 4. Vasodilator 1. 2. 3. 4. Akupresur Terapi jus Pijat Relaksasi yoga Mengurangi kerja jantung Penurunan Tekanan Darah Merangsang sistem limbik Mengeluarkan serotin Tubuh, pikiran jiwa menjadi tenang. Member efek rileks Efek vasodilitas pembuluh darah Gambar 1.1 Kerangka Teori Sumber : modifikasi Jain (2011), susilo dan ari (2011), Produksi hormon adrenalin menurun Pudiastuti (2013) peregangan otot tubuh BAB III METODE PENYUSUNAN APLIKASI RISET A. Subyek Aplikasi Riset Subyek dari aplikasi riset ini adalah Ny. M dengan diagnose hipertensi. B. Tempat dan Waktu Aplikasi riset ini dilakukan di Ruang Anyelir RSUD Dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada tanggal 4-7 Januari 2013 selama 4 hari, tindakan pemberian aromaterapi lemon dilakukan selama 3 hari. Satu hari satu kali dalam waktu 15-20 menit. C. Media dan Alat 1. Alat ukur tensi jarum atau air raksa dan stetoskop 2. Sungkup aromaterapi, lilin dan essential oil 3. Lembar observasi yang digunakan untuk mencatat identitas dan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi aromaterapi lemon. D. Prosedur Tindakan 1. Menghentikan sementara obat antihipertensi selama 3 hari selama proses penelitian. 2. Mencuci tangan. 39 40 3. Lakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara sesudah dan sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon. 4. Selanjutnya meletakkan sungkup aromaterapi, lilin dan essential oil dibawah samping lemari klien selama 15-20 menit. 5. Pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring. 6. Kemudian lakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah dilakukan pemberian terapi lemon (20 menit setelah pemberian aromaterapi lemon) 7. Mencuci tangan. E. Alat ukur evaluasi Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan tekanan darah adalah Chek List sebelum dan sesudah aromaterapi lemon, Tensi Meter dan Stetoskop (Shadine, 2010). BAB IV LAPORAN KASUS Bab ini menjelaskan laporan kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Hipertensi di Bangsal Anyelir RSUD Wonogiri. Pengelolaan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, kemudian menegakkan diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, memberikan tindakan atau implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan. A. Identitas Pasien Pasien merupakan seorang perempuan yang berinisial Ny. M, berusia 61 tahun, beragama islam, berpendidikan SD (sekolah dasar) dan bertempat tinggal di Talunombo Wonoharjo Wonogiri, dengan diagnosa medis hipertensi, pasien masuk rumah sakit tanggal 2 Januari 2016 pukul 17.40 WIB. Selama di rumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn. T, umur 37 tahun, pendidikan SMA (sekolah menengah atas) pekerjaan swasta bertempat tinggal di Talunombo Wonoharjo Wonogiri, hubungan dengan pasien adalah anak. 41 42 B. Pengkajian 1. Riwayat Keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 pukul 10.00 WIB dengan metode pengkajian Autoanamnesa dan Alloanamnesa. Keluhan utama pasien mengatakan kepala pusing dan terasa cekot-cekot, nyeri dikepala sudah sejak dua minggu yang lalu. Di rumah hanya diberikan obat dari warung tetapi tidak ada perubahan, sehingga pada tanggal 2 januari 2016 pukul 17.40 WIB. Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Wonogiri. saat di IGD pasien mengatakan mengeluh kepala pusing dan terasa cekot cekot, kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : Tekanan Darah 180/110 mmHg, Nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, dan suhu 36,5 derajat celcius, dan mendapatkan terapi infus Ringer Laktat 20 tetes permenit, injeksi norages 1000mg/8jam, furosemid 40mg/8jam, ranitidin 25mg/12jam, captropil 3x12,5mg. Pasien juga mengeluh nyeri kepala akibat pusing, pasien mengatakan nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa dibagian kepala, skala nyeri 7, nyeri terasa terus menerus. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan 1 tahun yang lalu mengalami penyakit yang sama, tetapi tidak pernah memiliki penyakit lain ataupun kecelakaan, serta tidak memiliki alergi apapun. Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga pasien mengatakan seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 2 anak, ibu dan suaminya 43 meninggal karena riwayat penyakit yang sama yaitu hipertensi. Adapun gambar genogram pada keluarga Ny. M adalah sebagai berikut : HTTT HTTT Keterangan : meninggal : Laki-laki : Perempuan : Pasien/Klien : Tinggal Serumah : Garis keturunan Pada riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan keadaan lingkungan merupakan lingkungan yang bersih dan jauh dari pabrik dan polusi udara. 44 1. Pengkajian pola kesehatan fungsional pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan bahwa kesehatan itu sangatlah penting, jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke pelayanan kesehatan. Pola nutrisi dan metabolisme pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, jenis makanan nasi, sayur, buah, 1 porsi habis, 7-8 gelas 1800cc dan tidak ada keluhan saat makan. Selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari, dengan ¼ porsi, 4-5 gelas 1400cc, dengan jenis makanan yang disajikan dari Rumah sakit bubur, lauk, sayur, buah, air putih, teh dan tidak ada keluhan. Pola eliminasi pasien mengatakan sebelum sakit BAK 5-6 x sehari kurang lebih 200cc warna kuning jernih dan tidak ada keluhan, BAB 1 x sehari dengan konstipasi lembek warna kuning dan berbau khas pasien tidak ada keluhan saat BAB. Selama sakit pasien mengatakan sering BAK, dengan frekuensi 6-7 x sehari, kurang lebih 200-250cc per BAK, warna kuning pekat dan tidak ada keluhan, BAB lancar dengan konstipasi lembek warna kuning kecoklatan dan berbau khas. Pola aktifitas dan latihan pasien mengatakan selama sakit melakukan aktivitas makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau rom dibantu dengan keluarga. Pola istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit tidur ± 8 jam, pada malam hari dan terkadang disiang hari tidur 2-3 jam. 45 Selama sakit pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam. Pola kognitif dan perceptual sebelum sakit pasien mengatakan pasien berbicara dengan lancar, melihat dan mendengar dengan jelas, penciuman dan mampu mengidentifikasi bau-bauan seperti minyak kayu putih. Selama sakit pasien mengatakan kepala pusing dan terasa cekot-cekot, Dengan pengkajian nyeri P : Nyeri saat berdiri, Q : Nyeri kepala terasa cekot-cekot, R : Nyeri terasa dikepala, S : Nyeri skala 7, T : Nyeri terus menerus. Pasien tampak pucat, tampak memegangi kepala, dan tampak merintih. Pola persepsi konsep diri pasien mengatakan sebelum sakit dirinya dihargai oleh keluarga dan masyarakat, selama sakit pasien mengatakan dirinya dihargai oleh keluarga, bila ada masalah dalam keluarganya selalu dibicarakan atau di musyawarahkan bersama-sama. Pola hubungan peran pasien mengatakan sebelum sakit mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangganya. Selama sakit pasien mengatakan masih tetap memiliki hubungan yang baik dengan kelurga dan tetangganya dan memiliki hubungan yang baik juga dengan sesama pasien. Pola seksualitas reproduksi pasien mengatakan seorang janda yang mempunyai 2 orang anak 46 Pola mekanisme koping pasien mengatakan sebelum sakit apabila mempunyai masalah selalu bercerita dengan keluarga, selama sakit pasien mengatakan masih tetap menyelesaikan masalah dengan keluarganya. Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien mengatakan selalu menjalankan sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian, selama sakit pasien mengatakan tetap menjalankan sholat 5 waktu dan berdoa untuk kesembuhanya. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari keadaan atau penampilan umum dengan kesadaran pasien composmentis. Pada pemeriksaan TTV didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, dan suhu 36,5 derajat Celsius. Pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala mesecephal, kulit kepala berketombe dan kurang bersih, rambut hitam sedikit beruban dan kusam. Pemeriksaan mata didapatkan palpebra tidak terdapat kantug mata, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter ka/ki simetris, reflek terhadap cahaya positif. Pemeriksaan hidung bersih tidak ada polip dan tidak ada secret. Pemeriksaan mulut simetris, bibir kering dan tidak ada stomatitis. Dan pada pemeriksaan telinga kurang bersih, terdapat sedikit serumen dan simetris ka/ki. Pemeriksaan leher di dapatkan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, nadi karotis teraba, dan tidak ada kaku kuduk. 47 Pemeriksaan dada pada paru-paru inspeksi tampak normo chest, tidak ada jejas, dan ekspansi paru sama. Palpasi vocal vremitus getaranya sama, perkusi suara paru sonor, auskultasi vasikuler pada seluruh lapang paru. Pemeriksaan jantung inspeksi iktuscordis tidak tampak, perkusi bunyi jantung pekak, palpasi pada jantung ictus cordis teraba di ICS V dan auskultasi BJ 1-2 murni, lup dup. pemeriksaan abdomen inspeksi bentuk perut simetris tidak ada jejas dan bersih, auskultasi bising usus 22x/menit, perkusi thympani, palpasi tidak terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan genetalia tampak bersih dan tidak terpasang kateter dan pada rectum tampak bersih, tidak ada lesi, dan tidak ada hemoroid. Pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot ka/ki 5/4, ROM ka/ki normal, capillary refile ditekan 2 detik kembali normal, dan perabaan akral dingin. Pada ekstremitas bawah kekuatan otot ka/ki 5/4, ROM ka/ki normal, capillary refile di tekan 2 detik kembali normal dan perabaan akral dingin. 3. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 januari 2016 di dapatkan hemoglobin 14.6 g/dl (nilai normal 12.00-18.00), hematokrit 40.5 % (nilai normal 37.00-51.00), leukosit 7.07 k/uL (nilai normal 4,110,9) ttrombosit 3.24 m/uL (nilai normal 150-100), eritrosit 4.62 10^uL (nilai normal 400-500), MPV 7.9 Fl (nilai normal 6.5-12), PDW 15.9 % (nilai normal 9.0-17.0), MCV 87.6 Fl (nilai normal 82.0-92.0), MCH 48 31.6 Pg (nilai normal 27.00-32.00), MCHC 36.1 g/dL (nilai normal 32.0-37.0), gran 53.5 % (nilai normal 50.0-70.0), limfosit 41.1 % (nilai normal 25.0-40.0), monosit 2.4 % (nilai normal 3.0-9.0), eosinophil 2.7 % (nilai normal 0.5-5.0), basophil 0.3 % (nilai normal 0.1-1.0), GDS 93 mg/dL (nilai normal 70-150). 4. Terapi Medis Pada tanggal 4 januari 2016 pasien mendapatkan terapi infus RL 20 Tpm fungsinya untuk pengganti cairan tubuh, injeksi IV norages 1000 mg/8jam fungsinya untuk meredakan nyeri, injeksi IV ranitidine 50 mg12 jam fungsinya untuk saluran pencernaan, injeksi IV furosemid 40 mg/12jam fungsinya untuk menurunkan hipertensi ringan maupun sedang, captropil 25 mg (3x1tablet) fungsinya untuk obat hipertensi berat-ringan, amlodipine 5 mg (1x1tablet) fungsinya untuk menurunkan tekanan darah. C. Rumusan Diagnosa Pada hari senin, 4 januari 2016 pukul 10.00 WIB, ditemukan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, dengan data subyektif pasien mengatakan kepala pusing dan terasa cekot-cekot, data pengkajian nyeri, nyeri terasa saat berdiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa di kepala, nyeri skala 7 dan nyeri terus menerus. Ditemukan pula data obyektif pasien tampak pucat, tampak memegangi kepala, dan tampak merintih. Tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. 49 Pada hari senin, 4 januari 2016 pukul 11.15 WIB, ditemukan masalah keperwatan intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, dengan data subyektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan lemah dan aktivitas dibantu keluarga. Ditemukan pula data obyektif pasien tampak lemas dan lemah, tampak berbaring di tempat tidur, pola aktifitas dan latihan makan dan minum, ke kamar mandi, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, rom dibantu keluarganya. Pada hari senin, 4 januari 2016 pukul 11.50 WIB, ditemukan masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising), dengan data subyektif pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam. ditemukan pula data obyektif pasien tampak lesu mata tampak sayu dan pasien tidak fresh, tampak sering menguap. D. Perencanaan Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 4 Januari 2016 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubugan dengan agen cidera biologis. Tujuan yang diharapkan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang, dengan kriteria hasil skala nyeri hilang atau berkurang dengan skala 1, tanda-tanda vital dalam rentang normal TD 120/80 mmHg, nadi 1624 x/menit, respirasi 60-100 x/menit, suhu 36-37 derajat Celsius, mengatakan 50 rasa nyaman setelah nyeri hilang, pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. Dengan intrvensi keperawatan lakukan observasi tanda-tanda vital pada klien dengan rasional untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien, lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) dengan rasional untuk mengetahui intensitas, lokasi nyeri dan waktu yang dirasakan nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional pasien dapat lebih nyaman dan mengurangi rasa nyeri, berikan pengetahuan tentang aromaterapi lemon dan berikan aromaterapi lemon dengan rasional untuk memberikan pengetahuan kepada pasien dan untuk merilekskan serta menurunkan tekanan darah, berikan posisi yang nyaman dengan rasioal untuk membantu klien memberi rasa nyaman, kolaborasi dengan perawat dan dokter pemberian analgesik dengan rasional untuk membantu klien mengurangi rasa nyeri. Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 4 Januari 2016 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan yang diharapkan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot menjadi 5, TTV dalam rentang normal TD 120/80 mmHg, nadi 16-24 x/menit, respirasi 60-100 x/menit, suhu 36-37 derajat Celsius, mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat. Dengan intervensi keperawatan mengkaji kekuatan otot klien dengan rasional 51 mengevaluasi keadaan secara umum, berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap dengan rasional untuk memberikan dukungan dengan hal-hal yang positif, berikan rom aktif kepada pasien dengan rasional berguna untuk mencegah kontraktur dan mempertahankan kekuatan otot, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien dengan rasional membantu klien melakukan ADLs secara mandiri. Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 4 Januari 2016 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan diagnosa ketiga yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising). Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari, perasaan segar sesudah tidur atau istirahat. Dengan intervensi keperawatan jelaskan pentingya tidur yang adekuat dengan rasional menambah pengetahuan pentingnya istirahat, ciptakan lingkungan yang nyaman dengan rasional untuk memberikan kenyamanan klien saat beristirahat, monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan setiap jam dengan rasional untuk memantau pola tidur pasien setiap hari, kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur dengan rasional untuk membantu klien tidur dengan nyaman, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dengan rasional untuk memberikan waktu istirahat pada pasien. 52 E. Implementasi Pada tanggal 5 januari 2016 Pukul 08.00 WIB dilakukan pemantauan tanda-tanda vital, dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. Pukul 08.15 WIB mengkajian nyeri pada klien dengan pola PQRST dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, nyeri terasa saat berdiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa di kepala, nyeri skala 7 dan nyeri terus menerus. Data obyektif pasien tampak pucat, tampak memegangi kepala, tampak merintih. Pukul 08.30 WIB mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak kooperatif, pasien melakukan selama 5 menit. Pukul 08.35 WIB memberikan pengetahuan tentang aromaterapi lemon dapat menurunkan hipertensi dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak memahami pentingnya aromaterapi lemon dalam menurunkan hipertensi. Pukul 08.40 WIB memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 1520 menit dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak menghirup aromaterapi lemon, pasien tampak nyaman dan rileks, pasien tampak kooperatif. Pukul 09.00 WIB menganjurkan klien beristirahat yang cukup dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak kooperatif, pasien tampak pucat dan mau beristirahat. Pukul 10.15 WIB mengukur vital sign tiap 2 jam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 53 170/100 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. Pukul 10.30 WIB memberikan obat melalui intravena yaitu injeksi ranitidine 50mg/12jam, injeksi norages 1000mg/8jam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi. Data obyektif pasien tampak tenang dan injeksi masuk melalui intravena. Pukul 11.00 WIB mengkaji kemampuan klien dalam melakukan gerak dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak lemah, kekuatan otot kurang dibandingkan sisi lain, ekstremitas kanan atas 5 bawah 5, ekstremitas kiri atas 4 bawah 4. Pukul 11.30 WIB ajarkan teknik ROM aktif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak kooperatif pasien tampak menggerakkan ekstremitas atas dan bawah dengan bantuan keluarga. Pukul 11.45 menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dengan data subyektif pasien bersedia untuk melakukan aktivitas. Data obyektif pasien tampak makan dan ke kamar mandi diantar keluarganya. Pukul 13.00 WIB mengobservasi dan memantau tanda-tanda vital dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. Pukul 13.15 WIB memberikan pengetahuan tentang pentingnya pola tidur dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak memahami pentingnya istirahat dan tidur. Pukul 13.20 WIB memonitor kebutuhan tidur pasien dengan data subyektif pasien mengatakan tidak bisa tidur karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit, istirahat 54 tidur kurang lebih 2 jam, dan sering terbangun. Data obyektif pasien tampak lesu, mata sayu, dan pasien tidak fresh, tampak sering menguap. Pukul 13.30 WIB menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dengan data subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak beristirahat. Rabu, 6 januari 2016 pukul 08.10 WIB dilakukan pemantauan tandatanda vital, dengan data subyektif pasien mengatakan mau diperiksa. Data obyektif tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Pukul 08.30 WIB mengkaji nyeri yang dirasakan klien dengan pola PQRST, dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, nyeri terasa saat berdiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa di kepala, nyeri skala 5 dan nyeri terus menerus dan data obyektif pasien tampak pucat, tampak merintih. Pukul 08.45 WIB melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak kooperatif, pasien melakukan selama 10 menit. Pukul 09.00 memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diberi aromaterapi lemon. Data obyektif pasien tampak menghirup aromaterapi lemon, pasien tampak lebih rileks dan nyaman. Pukul 09.20 WIB mengukur vital sign tiap 2 jam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Pukul 09.40 WIB mengajarkan teknik ROM aktif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif 55 pasien bisa menggerakkan ekstremitas atas dan bawah kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 bawah 5, ekstremitas kiri atas 5 bawah 4. Pukul 11.00 WIB memberikan obat melalui intravena yaitu injeksi ranitidine 50mg/12jam, injeksi norages 1000mg/8jam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi. Data obyektif pasien tampak tenang dan injeksi masuk melalui intravena. Pukul 12.15 menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa makan sendiri. Data obyektif pasien tampak makan dan ke kamar mandi dengan sedikit bantuan keluarga. Pukul 13.20 WIB memonitor kebutuhan tidur pasien dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur, walaupun belum nyenyak istirahat tidur kurang dari 4-5 jam sehari. Data obyektif pasien tampak sering menguap. Pukul 13.45 WIB mengobservasi dan memantau tanda-tanda vital kembali dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Pukul 14.00 menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung dengan data subyektif keluarga pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak beristirahat. Kamis , 7 januari 2016 pukul 08.10 WIB dilakukan pemantauan tanda-tanda vital, dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Pukul 08.30 WIB mengkaji nyeri yang dirasakan klien dengan pola PQRST, dengan data 56 subyektif pasien mengatakan bersedia, nyeri terasa saat berdiri lama, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa di kepala, nyeri skala 3 dan nyeri hilang timbul. Data obyektif pasien tampak lebih rileks. Pukul 09.00 WIB melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia. Data obyektif pasien tampak kooperatif, pasien melakukan ± 10 menit. Pukul 10.00 WIB memberikan obat melalui intravena yaitu injeksi furosemid 40mg/12 jam, injeksi ranitidine 50mg/12jam, injeksi norages 1000mg/8jam dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diinjeksi. Data obyektif pasien tampak tenang dan injeksi masuk melalui intravena. Pukul 10.30 mengukur tekanan darah kembali dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa dan data obyektif tekanan darah 140/90 mmHg. Pukul 11.00 WIB memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diberi aromaterapi lemon. Data obyektif pasien tampak kooperatif, pasien tampak menghirup aromaterapi lemon, pasien tampak lebih rileks dan nyaman. Pukul 11.40 WIB memonitor aktifitas kegiatan pasien dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa makan dan ke kamar mandi sendiri. Data obyektif pasien tampak melakukan aktivitas secara mandiri. Pukul 12.30 WIB memantau tanda-tanda vital dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa. Data obyektif tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Pukul 12.45 WIB memonitor kebutuhan tidur pasien setiap hari dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak istirahat tidur 7-8 jam sehari. 57 Data obyektif pasien tampak segar dan fresh. Pukul 13.00 WIB menganjurkan klien beristirahat dengan data subyektif pasien mengatakan mau beristirahat. Data obyektif pasien tampak tenang. F. Evaluasi Evaluasi pada hari selasa, 5 januari 2016 pukul 13.30 WIB dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, data subyektif pasien mengatakan kepala pusing dan terasa cekot-cekot, nyeri saat berdiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa dikepala, nyeri skala 6, nyeri terus menerus dan data obyektif pasien tampak memegangi kepala, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 80 kali permenit, respirasi 22 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. Assessment masalah belum teratasi, skala nyeri 6, pasien mengatakan masih nyeri, pasien belum mampu menggunakan teknik non farmakologi aromaterapi lemon, tekanan darah 160/90 mmHg. Planning lanjutkan intervensi dengan melakukan pengkajian nyeri dengan pola PQRST, memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, ajarkan relaksasi nafas dalam dan berikan posisi yang nyaman, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan pukul 13.45 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan lemah, dan aktivitas dibantu keluarga dan data obyektif pasien tampak lemas dan lemah, pasien tampak berbaring ditempat tidur, pasien tampak makan dan ke kamar mandi dibantu keluarganya. Pola aktifitas dan latihan makan dan minum 2, toileting 2, berpakaian 2, mobilitas ditempat tidur 2, berpindah 2, 58 ambulasi rom 2. Assessment masalah belum teratasi, pasien belum mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 kiri 5, ekstremitas kiri atas4 bawah 4, pasien masih diantu keluarga dalam pemenuhan aktifitas. Planning lanjutkan intervensi dengan mengkaji kekuatan otot pasien dalam melakukan gerak, berikan ROM aktif, menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitaliasi (bising) pukul 13.45 dengan data subyektif pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam dan data obyektif pasien tampak lesu, mata tampak sayu, dan pasien tidak fresh tampak sering menguap. Assessment masalah belum teratasi jumah jam tidur ± 2 jam dan sering terbangun, pasien tampak lesu dan tidak fresh. Planning lanjutkan intervensi jelaskan pentingnya tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari, kolaborasi pemberian obat tidur. Evaluasi pada hari rabu, 6 januari 2016 pukul 14.00 WIB dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, data subyektif pasien mengatakan kepala terasa pusing, nyeri saat berdiri, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa dikepala, nyeri skala 5, nyeri terus menerus dan data obyektif pasien tampak merintih kesakitan, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Assessment masalah belum teratasi, skala nyeri 5, pasien 59 mengatakan masih nyeri, tekanan darah 150/90 mmHg. Planning lanjutkan intervensi dengan melakukan pengkajian nyeri dengan pola PQRST, memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, berikan posisi yang nyaman, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan pukul 14.15 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan masih sedikit lemas dan data obyektif pasien tampak makan sendiri dan ke kamar mandi sedikit bantuan keluarga. Pola aktifitas dan latihan makan dan minum 0, toileting 2, berpakaian 2, mobilitas ditempat tidur 0, berpindah 1, ambulasi ROM 1. Assessment masalah belum teratasi, pasien belum mampu melakukan aktivitas toileting dan berpakaian secara mandiri, kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 kiri 5, ekstremitas kiri atas 5 bawah 4, tekanan darah 150/90 mmHg. Planning lanjutkan intervensi dengan memberikan ROM aktif, menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitaliasi (bising) pukul 14.30 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan masih sedikit kurang tidur, ± 4-5 jam sehari dan data obyektif pasien tampak sering menguap. Assessment masalah belum teratasi jumah jam tidur ± 4-5 jam pasien tampak sering menguap. Planning lanjutkan intervensi mencatat kebutuhan tidur pasien setiap hari, kolaborasi pemberian obat tidur. Evaluasi pada hari kamis, 7 januari 2016 pukul 13.00 WIB dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, 60 data subyektif pasien mengatakan kepala masih sedikit pusing, nyeri saat berdiri lama, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri terasa dikepala, nyeri skala 3, nyeri hilang timbul dan data obyektif pasien tampak lebih rileks, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 70 kali permenit, respirasi 20 kali permenit, suhu 36 derajat Celsius. Assessment masalah belum teratasi sebagian, pasien mengatakan masih sedikit pusing, tekanan darah 130/80 mmHg, nyeri skala 3. Planning lanjutkan intervensi dengan memberikan aromaterapi lemon 1 hari 1 kali selama 15-20 menit, memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan pukul 13.20 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas sendiri dan data obyektif pasien tampak makan dan ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga. Pola aktifitas dan latihan makan dan minum 0, toileting 0, berpakaian 0, mobilitas ditempat tidur 0, berpindah 0, ambulasi rom 0. Assessment masalah teratasi, Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot 5. Planning intervensi dihentikan. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitaliasi (bising) pukul 13.40 WIB dengan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak, istirahat tidur ± 7-8 jam dan data obyektif pasien tampak fresh dan segar. Assessment masalah teratasi, jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam, pasien merasa segar setelah bangun tidur atau istirahat. Planning intervensi dihentikan. BAB V PEMBAHASAN Bab ini penulis akan membahas tentang hasil pelaksanaan pemberian aromaterapi lemon dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi pada asuhan keperawatan Ny. M dengan hipertensi di bangsal Anyelir RSUD Wonogiri. Pembahasan pada bab ini membahas tentang kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada Ny. M dengan hipertensi. A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menetukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mengidetifikasi masalah kerawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan yang di tetapkan. Selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapan diidentifikasi (Nikmatur dan saiful, 2012). Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik 80 61 62 mmHg untuk diastoliknya. Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung berkontraksi). Diastolik adalah tekanan darah saat jantung mengembang (Wahdah, 2011). Pada tahap ini penulis mengunakan metode wawancara kepada pasien dan keluarga, metode observasi, metode studi dokumentasi yang mana penulis mengambil data dari catatan medis pasien. Dimana catatan medis tersebut berisi tentang riwayat kesehatan pasien, progam terapi dan penunjang lainya yang berubungan dengan perkembangan pasien. Dari pengkajian pada Ny. M tanggal 4 januari 2016 pukul 10.00 WIB didapatkan keluhan utama pasien mengatan kepala nyeri dan terasa cekotcekot. Kondisi pasien lemah, tampak pucat, tampak memegangi kepala, dan tampak merintih. Dengan pengkajian nyeri provoking (P): nyeri saat berdiri, quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, region (R): nyeri terasa dikepala, severity (S): nyeri skala 7, time (T): nyeri terasa terus menerus. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yaitu: (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif, dengan mengunakam (P,Q,R,S,T). P: provoking atau pemicu yaitu faktor pemicu yang menimbulkan nyeri , Q: quality atau kualitas nyeri (misal: tumpul atau tajam), R: region atau daerah yaitu daerah perjalanan kedaerah lain, S: severity atau keganasan yaitu intensitasnya, T: time atau waktu yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab (mubarok, 2008). 63 Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa tekanan darah di dalam pembuluh arteri meningkat, peningkatan ini menimbulkan masalah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah meningkat melebihi batas normal lebih dari 120/80 mmHg. Hal ini yang menyebabkan adanya keluhan nyeri kepala pada pasien hipertensi (medkes, 2013). Pada riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan 1 tahun yang lalu mengalami penyakit yang sama yaitu hipertensi, tetapi tidak pernah memiliki penyakit lain ataupun kecelakaan. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapat tekanan darah 180/110, nadi 80 kali permenit, suhu 36,5 derajat Celsius. Data yang didapat telah sesuai dengan teori pengkajian bahwa keluhan utama yang muncul pada pasien hipertensi yaitu kepala terasa pusing (nyeri) dan tidak bisa tidur. Riwayat kesehatan dahulu penyakit hipertensi adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan pasien mengkonsumsi obat rutin seperti captropil. Riwayat kesehatan keluarga biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit keturunan (Brunner & Suddarth, 2005). Pada pola aktivitas dan latihan kemampuan perawatan diri pasien seperti makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM dibantu orang lain (skor: 2). Dan pasien tampak lemas dan letih. Hal ini dibuktikan pada teori pengkajian pada pola aktivitas atau istirahat bahwa gejala yang muncul pada pasien hipertensi yaitu 64 kelemahan, letih, aktivitas dan latihan pasien tidak bisa mandiri (Brunner & Suddarth, 2005). Pada pengkajian pola gordon, pola istirahat tidur pasien Pola istirahat dan tidur pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam dan pasien tampak lesu mata tampak sayu dan pasien tidak fresh, tampak sering menguap. Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kualitas tidur pada penderita hipertensi akan mengalami gangguan tidur, dan pasien biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulai tidur (Marsor, 2002 dalam Ahdiyat 2012). Tidak seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu 20 menit (Schachter, 2008 dalam ahdiyat 2012). Salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah rasa tidak nyaman (Ahdiyat, 2012). Hipertensi yang berlanjut dapat menyebabkan penyakit jantung, menimbulkan stroke, dapat mengakibatkan gagal ginjal (Wijaya & Mariza, 2013). Sehingga keluhan utama dari Ny. M yaitu nyeri di kepala tidak jauh berbeda dengan teori tersebut. pemeriksaan laboratorium pada tanggal 4 januari 2016 di dapatkan hemoglobin 14.6 g/dl (nilai normal 12.00-18.00), hematokrit 40.5 % (nilai normal 37.00-51.00), leukosit 7.07 k/uL (nilai normal 4,1-10,9) ttrombosit 3.24 m/uL (nilai normal 150-100), eritrosit 4.62 10^uL (nilai normal 400500), MPV 7.9 Fl (nilai normal 6.5-12), PDW 15.9 % (nilai normal 9.0-17.0), 65 MCV 87.6 Fl (nilai normal 82.0-92.0), MCH 31.6 Pg (nilai normal 27.0032.00), MCHC 36.1 g/dL (nilai normal 32.0-37.0), gran 53.5 % (nilai normal 50.0-70.0), limfosit 41.1 % (nilai normal 25.0-40.0), monosit 2.4 % (nilai normal 3.0-9.0), eosinophil 2.7 % (nilai normal 0.5-5.0), basophil 0.3 % (nilai normal 0.1-1.0), GDS 93 mg/dL (nilai normal 70-150). Terapi yang digunakan yaitu infus RL 20 Tpm fungsinya untuk pengganti cairan tubuh, injeksi IV norages 1000 mg/8jam fungsinya untuk meredakan nyeri, injeksi IV ranitidine 50 mg12 jam fungsinya untuk saluran pencernaan, injeksi IV furosemid 40 mg/12jam fungsinya untuk menurunkan hipertensi ringan maupun sedang, captropil 25 mg (3x1 tablet) fungsinya untuk obat hipertensi berat-ringan, amlodipine 5 mg (1x1tablet) fungsinya untuk menurunkan tekanan darah. B. Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah atau respon kehidupan aktual maupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab (Nikmatur dan saiful, 2012). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, nyeri, kelebihan volume cairan, resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, ketidakefektifan koping (Herdman, 2014). Pada Ny. M ditemukan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan 66 umum dan gangguan pola tidur berhungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising). Diagnosa pertama yang diangkat penulis pada asuhan keperawatan Ny. M yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis dengan mengacu dari hasil analisa data yang didapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan kepala pusing dan terasa cekot-cekot. Dengan pengkajian nyeri Provoking (P): nyeri saat berdiri, Quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): nyeri skala 7, Time (T): nyeri terasa terus menerus. Data objektif pasien tampak pucat, tampak memegangi kepala, tampak merintih. tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 80 kali permenit, suhu 36,5 derajat celsius. Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (long, 1996). Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992). Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (international Association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkinson, 2007). 67 Penulis mengangkat diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis karena telah sesuai dengan batasan karakteristik (Wilkinson, 2007) yang menyebutkan bahwa batasan karakteristik nyeri yaitu mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat, gerakan menghindari nyeri, posisi menghindari nyari, perubahan autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai kaku), respon-respon autonomik (misalnya diaphoresis, tekanan darah, pernafasan atau perubahan nadi, dilatasi pupil), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga dan melindungi, berfokus pada diri sendiri, gangguan pola tidur, perilaku ekspresif (misalnya geisha, merintih, menangis, kewaspadaan berlebih, peka terhadap rangsang, dan menarik nafas panjang). Berdasarkan dengan teori, batasan karakteristik : maka etiologi yang dapat diambil penulis adalah agen cidera biologis. Agen cidera biologis yang dialami pasien yaitu peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah terjadi karena tekanan darah dipembuluh arteri meningkat, peningkatan ini menimbulkan masalah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh (Medkes, 2013). Sehingga sesuai dengan batasan karakteristik menurut teori. Memberikan Aromaterapi lemon bertujuan untuk mengurangi tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi diagnosa yang pertama. Pemberian Aromaterapi lemon dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah pasien hipertensi sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon kemudian setelah mengetahui tekanan darah pasien 68 penulis menyalakan lilin di dalam sungkup yang diatasnya terdapat essensial oil lemon dan meletakkan sungkup aromaterapi lemon di bawah meja pasien selama 15-20 menit tindakan ini dilakukan penulis 1 hari sekali selama 3 hari. Saat pemberian aromaterapi, minyak atsiri masuk dalam tubuh manusia melalui tiga jalan utama yaitu ingesti, olfaksi, dan inhalasi (Koensoemardiyah, 2009 : 13). Menghirup minyak aromaterapi dianggap sebagai penyembuhan yang cepat dan langsung, hal tersebut dikarenakan molekul-molekul minyak esensial yang mudah menguap bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak (Sutrani, 2004 : 101). Hal tersebut dikuatkan oleh (Koensoemardiyah, 2009 :15) yang menyatakan bahwa ketika minyak atsiri dihirup, molekul yang menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawa oleh arus udara ke “atap” hidung di mana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekulmolekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui bola dan saluran olfactory ke dalam sistem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesanpesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa eletrokimia yang menyebabkan relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh, sehingga produksi hormon adrenalin menurun, hal ini dapat membuat penurunan tekanan darah (Jain, 2011 :197).Kemudian mengukur kembali tekanan darah setelah dilakukan 69 pemberian aromaterapi lemon dengan tujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh yang signifikan. Penulis juga memberikan edukasi tentang tujuan pemberian aromaterapi lemon agar nantinya timbul kesadaran dari pasien untuk melakukan pemberian aromaterapi lemon untuk mengatasi hipertensi. Memberikan edukasi tentang pemberian aromaterapi lemon dirasa penting bagi penulis karena merupakkan salah satu menjaga keefektifan implementasi ini. Diagnosa kedua yang diangkat oleh penulis pada asuhan keperawatan Ny. M yaitu intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dengan mengacu dari hasil analisa data yang didapatkan data subyektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan lemah dan tampak berbaring ditempat tidur, dan tampak makan dan ke kamar mandi dibantu keluarga. Intoleransi aktivitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari yang diinginkan (Wilkinson, 2007). Penulis mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas karena telah sesuai dengan batasan karakteristik (Wilkinson, 2007) yaitu respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, ketidaknyamanan setelah beraktifitas, dyspnea setelah beraktivitas, pasien menyatakan letih menyatakan merasa lemah, perubahan EKG yang 70 mencerminkan iskemia, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia. Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil oleh penulis adalah kelemahan umum karena terjadi ketidaknyamanan setelah beraktivitas dan merasa lemah dan letih (Herdman, 2014). Diagnosa ketiga yang diangkat oleh penulis pada asuhan keperawatan Ny. M yaitu pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising). Gangguan pola tidur dapat di definisikan sebagai gangguan jumlah dan kualitas tidur yang dibatasi waktu dalam jumlah dan kualitas (Wilkison, 2007). Prioritas diagnosa mengacu dari hasil analisa data yang didapatkan data subyektif pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam. ditemukan pula data obyektif pasien tampak lesu mata tampak sayu dan pasien tidak fresh, tampak sering menguap. Tekanan darah 180/110, nadi 68x/menit, suhu 36 derajat celsius. Penulis mengangkat diagnosa gangguan pola tidur karena telah sesuai dengan batasan karakteristik (wilkinson, 2007) yang menyebutkan bahwa batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal tentang kesuilitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik. Batasan karakteristik lain yang mungkin muncul yaitu perubahan tidur normal, keluhan dari pasien yang merasa kurang istirahat, kurang puas tidur, penurunan kemampuan fungsi (Herdman, 2014). 71 Gangguan pola tidur adalah gangguan yang dialami seorang individu berupa gangguan kualitas dan kuantitas waktu istirahat tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2014). Berdasarkan karakteristik maka etiologi yang dapat diambil oleh penulis yaitu adaptasi hospitalisasi (bising). Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis sebagai prioritas pertama didasarkan pada teori Hieraki Maslow (fisiologi, rasa aman nyaman, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri) dan menurut Griffith Kenney Christense (ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatan) (Dermawan, 2012). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif dan akan menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Maka penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis sebagai diagnosa yang pertama. C. Perencanaan Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang identifikasi dalam menggambarkan diagnosis sejauh mana keperawatan. perawat Desain mampu telah di perencanaan menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien ( Nikmatur dan saiful, 2012). Penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan nyeri akut, gangguan pola tidur dan intoleransi aktivitas berdasarkan NIC 72 (Nursing Intervention Classification) dengan menggunakan metode ONEC (Observasi, Nursing, Intervetion, Education, Collaboration). Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode SMART (Specific, Meausrable, Achievable, Realistic, Time) (Dermawan, 2012). Pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis penulis mencantumkan tujuan yang dilakukan pada Ny. M adalah setelah dilakukan tindakan keperawatana selama 3x24 jam nyeri akut dapat teratasi, batas waktu pencapaian tujuan ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Kriteria waktu ini didasarkan pada unsur etiologi dalam diagnosis keperawatan yang ada (Nursalam, 2011). Kriteria hasil skala nyeri 1, tandatanda vital dalam batas normal tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60100x/menit, respirasi 16-24x/menit, suhu 36-37 derajat Celsius, pasien mengatakan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, pasien mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (Amin, 2013). Intervensi pada diagnosa pertama yaitu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, rasionalnya untuk mengetahui perkembangan, kondisi klien. Pengkajian nyeri rasionalnya untuk mengetahui karakteristik nyeri. Ajarkan tentang teknik non farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, berikan aromaterapi lemon untuk menurunkan tekanan 73 darah, berikan posisi yang nyaman untuk membantu klien member posisi yang nyaman, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri (Amin, 2013). Pada diagnosa kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, respirasi, mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri, tanda-tanda vital normal tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 16-24x/menit, respirasi 60-100x/menit, suhu 36-37 derajat Celsius, mampu berpindah: dengan atau tanpa alat bantu (Amin, 2013). Intervensi pada diagnosa kedua yaitu mengkaji kekuatan otot klien untuk mengevaluasi keadaan umum pasien, berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap untuk memberikan dukungan dengan hal-hal yang positif, berikan ROM aktif untuk mencegah kontraktur dan mempertahankan kekuatan otot, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas dan latihan pasien untuk membantu klien melakukan (ADLs) secara mandiri (Amin, 2013). Pada diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhuubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil jumlah jam tidur dalam batas normal 74 6-8 per hari, perasaan segar sesudah tidur atau istirahat, mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur (Amin, 2013) Intervensi pada diagnosa kedua yaitu jelaskan pentingnya tidur yang cukup, ciptakan lingkungan yang nyaman untuk memberikan kenyamanan, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien untuk mengetahui pola tidur pasien setiap hari, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung untuk menghindari kebisingan, kolaborasi pemberian obat tidur untuk meningkatkan pola tidur (Amin, 2013). D. Implementasi Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah diteapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, megobservasi respom klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Nikmatur dan saiful, 2012). Pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis implementasi yang dilakukan oleh penulis yaitu melakukan pemeriksaan TTV untuk mengetahui perkembangan dan kondisi klien, Pengkajian nyeri secara komperhensif dengan pola PQRST untuk mengetahui karakteristik nyeri. Ajarkan tentang teknik non farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, berikan posisi yang nyaman untuk membantu klien memberi posisi yang nyaman, memberikan aromaterapi lemon untuk menurunkan tekanan darah, aromaterapi lemon diberikan saat tekanan darah pasien diatas normal. Aromaterapi lemon 1 hari 75 satu kali diberikan selama 15-20 menit. Menurut teori aromaterapi lemon secara umum bertujuan untuk membuat perasaan tenang (rileks) pada jasmani, rohani, menciptakan suasana damai, menjauhkan cemas, gelisah. Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain otak dan bagian badan lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa eletrokimia yang menyebabkan relaks. Relaks yang dapat menyebabkan peregangan otot tubuh, sehingga produksi hormon adrenalin menurun, hal ini dapat membuat penurunan tekanan darah (Jain, 2011 :197). Pemberian aromaterapi lemon pada Ny. M 1 hari satu kali selama 15-20 menit terbukti efektif sesuai dengan hasil penelitian yang ditulis dalam jurnal Ardini Werdyastri, dkk (2014). Memberikan analgesik untuk mengurangi nyeri (Amin, 2013). Diagnosa yang kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum implementasi yang dilakukan oleh penulis yaitu mengkaji kemampuan klien dalam melakukan gerak untuk mengevaluasi keadaan secara umum, memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap untuk memberikan dukungan dengan hal-hal yang positif, memberikan ROM aktif untuk mecegah kontraktur dan mempertahankan kekuatan otot, melibatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas dan latihan pasien untuk membantu klien melakukan (ADLs) secara mandiri (Amin, 2013). 76 Diagnosa yang ketiga yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) yang dilakukan oleh penulis yaitu menjelaskan pentingnya tidur yang cukup, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk memberikan kenyamanan, memonitor atau catat kebutuhan tidur pasien untuk mengetahui pola tidur pasien setiap hari, menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung untuk menghindari kebisingan, kolaborasi pemberian obat tidur untuk meningkatkan kebutuhan tidur (Amin, 2013). E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan saiful, 2012). Evaluasi dari tinadakan yang dilakukan pada tanggal 7 januari 2016 dengan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Asessment, Planning). Evaluasi pada hari pertama diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, selasa 5 januari 2016 pukul 13.30 WIB dengan hasil Subyektif (S): pasien mengatakan kepala pusing, Provoking (P): nyeri saat berdiri, Quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): skala nyeri 6, Time (T): terasa terus menerus. Obyektif (O) pasien tampak memegangi kepala, Tekanan Darah 160/100 mmHg, Nadi 80 kali permenit, Respirasi 22 kali permenit, Suhu 36,5 Derajat celsius. Asessment (A) Masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan skala nyeri masih 6, pasien mengatakan kepala masih pusing, pasien belum mampu menggunakan teknik non farmakologi aromaterapi lemon, tekanan darah 77 160/100 mmHg dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan melakukan pengkajian nyeri yang komperhensif, memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, ajarkan relaksasi nafas dalam dan berikan posisi yang nyaman, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi diagnosa kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, selasa 5 Januari 2016 pukul 14.00 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan badan terasa lemas dan lemah dan aktivitas dibantu keluarga, Obyektif (O) pasien tampak lemas dan lemah, pasien tampak berbaring ditempat tidur, tampak makan dan ke kamar mandi dibantu keluarga, Asessment (A) Masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan pasien belum mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 bawah 5, ekstremitas kiri atas 4 bawah 4, pasien masih dibantu keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan Planning (P) Lanjutkan intervensi mengkaji kekuatan otot pasien dalam melakukan gerak, berikan ROM aktif, menganjurkan pasien untuk melakukan aktifitas secara bertahap. Evaluasi diagnosa ketiga yaitu ganguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) selasa 5 Januari 2016 pukul 13.45 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan istirahat tidur tidak bisa nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana keramaian dirumah sakit ± 2 jam pasien terbangun, istirahat tidur ± 1-2 jam. Obyektif (O) pasien tampak lesu, mata tampak sayu, dan pasien tidak fresh, tampak sering menguap. Asessment (A) masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan jumlah jam tidur kurang lebih 78 2 jam dan sering terbangun, pasien tampak lesu dan tidak fresh dan Planning (P) lanjutkan intervensi jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari, kolaborasi pemberian obat tidur. Evaluasi pada hari kedua diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, Rabu 6 Januari 2016 pukul 14.00 WIB dengan hasil Subyektif (S): pasien mengatakan kepala masih pusing, Provoking (P): nyeri saat berdiri, Quality (Q): seperti terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): skala nyeri 5, Time (T): terasa terus menerus. Obyektif (O) pasien tampak merintih kesakitan, Tekanan Darah 150/90 mmHg, Nadi 70 kali permenit, Respirasi 20 kali permenit, Suhu 36 Derajat celsius. Asessment (A) Masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan skala nyeri skala 5, pasien tampak merintih kesakitan, tekanan darah 150/100 mmHg dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan melakukan pengkajian nyeri yang komperhensif dengan pola PQRST, memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, berikan posisi yang nyaman, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi diagnosa kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, Rabu 6 Januari 2016 pukul 14.30 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan masih sedikit lemas, Obyektif (O) pasien tampak makan sendiri dan ke kamar mandi sedikit dibantu keluarga, Asessment (A) Masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan pasien belum mampu 79 melakukan aktifitas toileting dan berpakaian secara mandiri, kekuatan otot ekstremitas kanan atas 5 bawah 5, ekstremitas kiri atas 5 bawah 4, tekanan darah 150/90 dan Planning (P) Lanjutkan intervensi memberikan ROM aktif, menganjurkan pasien untuk melakukan aktifitas secara bertahap. Evaluasi diagnosa ketiga yaitu ganguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) Rabu 6 Januari 2016 pukul 14.15 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan masih sedikit kurang tidur, istirahat tidur kurang lebih 4-5 jam sehari, Obyektif (O) pasien tampak sering menguap. Asessment (A) masalah belum teratasi hal ini ditandai dengan jumlah jam tidur kurang lebih jam 4-5 jam, pasien tampak sering menguap dan Planning (P) lanjutkan intervensi catat atau monitor kebutuhan tidur pasien setiap hari, kolaborasi dengan dokter dan perawat untuk pemberian obat tidur. Evaluasi pada hari ketiga diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.00 WIB dengan hasil Subyektif (S): pasien mengatakan kepala masih sedikit pusing, Provoking (P): nyeri saat berdiri lama, Quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): skala nyeri 3, Time (T): nyeri hilang timbul. Obyektif (O) pasien tampak lebih rileks, Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 70 kali permenit, Respirasi 20 kali permenit, Suhu 36 Derajat celsius. Asessment (A) Masalah belum teratasi sebagian hal ini ditandai dengan skala nyeri skala 3, tekanan darah 130/80 mmHg, pasien mengatakan kepala masih sedikit pusing dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan 80 memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi diagnosa kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.40 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sendiri, Obyektif (O) pasien tampak makan dan ke kamar mandi sendiri tanpa dibantu keluarga, Asessment (A) Masalah teratasi ditandai dengan pasien mampu melakukan aktifitas (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot 5 dan Planning (P) intervensi dihentikan. Evaluasi diagnosa ketiga yaitu ganguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.20 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak, istirahat tidur kurang lebih 7-8 jam, Obyektif (O) pasien tampak fresh dan segar, Asessment (A) masalah teratasi ditandai dengan jumlah jam tidur dalam batas normal 68 jam, perasaan segar setelah bangun tidur dan Planning (P) intervensi dihentikan. Berdasarkan jurnal yang telah diaplikasikan oleh penulis dengan judul “Pemberian Aromaterapi lemon terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi”. Hal ini sesuai dengan yang telah diaplikasikan oleh penulis yaitu pemberian aromaterapi lemon untuk menurunkan tekanan darah pada asuhan keperawatan Ny.M dengan hipertensi di Bangsal Anyelir RSUD Wonogiri. 81 Hasil penelitian A. Widyastuti, Yunie Armiyati dan Muslim Argo Bayu Kusuma (2014) yang dilakukan didapat hasil frekuensi tekanan darah sistolik sebelum diberikan aromaterapi lemon terbanyak pada rentang >159 mmHg dengan presentase 94,4% dan setelah diberikan aromaterapi lemon frekuensi tedarah sistolik pada rentang >159 mmHg menjadi 66,7%. Hasil penelitian juga didapatkan mean tekanan darah diastolik sebelum pemberian aromaterapi lemon 100,78 mmHg, setelah pemberian aromaterapi lemon didapatkan mean tekanan darah 93,89 mmHg. sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan sistolik dan diastolic mengalami penurunan setelah diberikan aromaterapi lemon. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan oleh penulis dalam mengaplikasikan jurnal pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan tekanan darah pada Ny.M maka dapat diketahui bahwa tindakan pemberian aromaterapi lemon efektif terhadap penurunan tekanan darah sesuai dengan yang dicantumkan dalam jurnal. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi serta mengaplikasikan pemberian aromaterapi lemon terhadap penurunan tekanan darah pada Ny.M dengan hipertensi di rumah sakit umum daerah wonogiri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pengkajian Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. M diperoleh Subyektif (S): pasien mengatakan kepala masih sedikit pusing, Provoking (P): nyeri saat berdiri lama, Quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): skala nyeri 3, Time (T): nyeri hilang timbul. Obyektif (O) pasien tampak lebih rileks, pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sendiri dan sudah bisa tidur nyenyak, istirahat tidur kurang lebih 7-8 jam. Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 70 kali permenit, Respirasi 20 kali permenit, Suhu 36 Derajat celsius. 2. Diagnosa keperawatan Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. M yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising). 82 83 3. Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan selanjutnya yang bisa dilakukan keluarga dirumah untuk diagnosa keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah anjurkan kepada keluarga memberikan aromaterapi lemon 1 hari 1 kali selama 15-20 menit dan memberikan terapi obat jalan sesuai dosis dari dokter. Diagnosa kedua intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan adalah kriteria hasil dari diagnosa tersebut sudah teratasi jadi tidak ada intervensi lanjut bagi keluarga maupun pasien. Diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) adalah kriteria hasil dari diagnosa tersebut sudah teratasi jadi tidak ada intervensi lanjut bagi keluarga maupun pasien. 4. Implementasi keperawatan Implementasi yang penulis lakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang pertama adalah mengkaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T (Provoking incident, Quality of pain, Region, Severty of pain, Time ), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan pengetahuan tentang aromaterapi lemon dan memberikan aromaterapi lemon selama 1 hari 1 kali selama 15-20 menit, memberikan posisi yang nyaman, berkolaborasi pemberian obat analgesik. Untuk masalah keperawatan yang kedua adalah mengkaji kekuatan otot klien, berikan dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, 84 berikan rom aktif kepada pasien, libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas dan latihan pasien. Untuk masalah yang ketiga jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan setiap jam, kolaborasi dengan dokter pemberian obat tidur, anjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung. 5. Evaluasi keperawatan Setelah penulis implementasi, penulis melakukan evaluasi selama 3x24 jam didapatkan hasil, masalah keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis pada hari Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.00 WIB dengan hasil Subyektif (S): pasien mengatakan kepala masih sedikit pusing, Provoking (P): nyeri saat berdiri lama, Quality (Q): nyeri terasa cekot-cekot, Region (R): nyeri terasa dikepala, Severity (S): skala nyeri 3, Time (T): nyeri hilang timbul. Obyektif (O) pasien tampak lebih rileks, Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 70 kali permenit, Respirasi 20 kali permenit, Suhu 36 Derajat celsius. Asessment (A) Masalah belum teratasi sebagian hal ini ditandai dengan skala nyeri skala 3, tekanan darah 130/80 mmHg, pasien mengatakan masih sedikit pusing dan Planning (P) lanjutkan intervensi dengan memberikan aromaterapi lemon 1 hari satu kali selama 15-20 menit, berikan analgesik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi pada diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.40 WIB Subyektif (S) 85 pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas sendiri, Obyektif (O) pasien tampak makan dan ke kamar mandi sendiri tanpa dibantu keluarga, Asessment (A) Masalah teratasi ditandai dengan pasien mampu melakukan aktifitas (ADLs) secara mandiri, kekuatan otot 5 dan Planning (P) intervensi dihentikan. Evaluasi pada diagnosa ganguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi hospitalisasi (bising) Kamis 7 Januari 2016 pukul 13.20 WIB Subyektif (S) pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak, istirahat tidur kurang lebih 7-8 jam, Obyektif (O) pasien tampak fresh dan segar, Asessment (A) masalah teratasi ditandai dengan jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam, perasaan segar setelah bangun tidur dan Planning (P) intervensi dihentikan. 6. Analisa Pemberian Aromaterapi Lemon Pemberian Aromaterapi lemon untuk menurunkan tekanan darah pasien dapat menunjukkan hasil yang cukup signifikan karena dalam waktu 3 hari pemberian Aromaterapi Lemon tekanan darah pasien menurun dari 180/110 mmHg menjadi 130/80 mmHg. Aromaterapi lemon dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi, karena kandungan Bioflavonoids dan kalium sebagai antioksidan dan memperkuat dan memperlebar lapisan dalam pembuluh darah dan dapat mengontrol darah tinggi, mengontrol rasa mual dan pusing, serta memberikan sensasi menenangkan untuk pikiran. Teknik pemberian aromaterapi lemon dilakukan selama 3 hari 1x 86 sehari selama 15-20 menit dilakukan dipagi hari. Mengukuran tekanan darah sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon, hal ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan antara sesudah dan sebelum dilakukan pemberian aromaterapi lemon, selanjutnya meletakkan sungkup aromaterapi, lilin dan essential oil dibawah samping lemari klien selama 15-20 menit, pasien diposisikan yang nyaman dan tenang dengan berbaring, kemudian melakukan pengukuran tekanan darah ulang setelah dilakukan pemberian terapi lemon (20 menit setelah pemberian aromaterapi lemon). B. SARAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan hipertensi, penulis akan memberikan asuhan keperawatan dan masukan positif, khususnya dibidang keperawatan antara lain : 1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun pasien, diharapkan rumah sakit juga dapat memberikan informasi lebih tentang pemberian aromaterapi lemon kepada para perawat sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada umumnya dan pasien hipertensi khususnya. 2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Hendaknya perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang baik untuk melakukan tindakan secara nonfarmakologi dengan 87 pemberian aromaterapi lemon dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien hipertensi khususnya, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu membantu dalam kesembuhan pasien serta memenuhi kebutuhan dasarnya. 3. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan secara nonfarmakologis dengan tindakan relaksasi aromaterapi, komperhensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan. 4. Bagi penulis Setelah melakukan tindakan keperawatan dengan nonfarmakologi yaitu pemberian aromaterapi lemon pada pasien hipertensi diharapkan penulis dapat lebih mengetahui cara penanganan pada penyakit hipertensi dan dapat menambah wawasan dalam menangani masalah keperawatan hipertensi. 5. Bagi peneliti lainya Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada pasien hipertensi dalam pemeberian aromaterapi lemon dan apabila pasien tidak menyukai aromaterapi lemon bisa mencoba aromaterapi yang lain seperti aromaterapi mawar terhadap penurunan tekanan darah. Memberikan pengalaman penulis dalam mengembangkan karya tulis ilmiah. 88 DAFTAR PUSTAKA Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, jantung dan stroke.Yogyakarta : Dianloka. Amin Huda, N. (2013) Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Tugu Publisher. Dalimartha, dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : penebar plus. Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Dinas Kesehatan. (2012). Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012.http://www.Depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/13_ Profil_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf. Diakses pada tanggal 8 Desember 2015. Doengoes, M E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Herlambang. (2013). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Cetakan Pertama. Jakarta : Tugu Publisher. Jaelani.(2009). Aromaterapi. Ed. 1 .Jakarta : Pustaka Populer Obor. Jain, R. (2011). Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kaplan, N, M, Flynn, J.T, (2006). Clinical hypertension. Nioth Edition.USA : Lippincolt Williams. Koensoemardiyah.(2009). A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, Dan Kecantikan. Yogyakarta : Andi. Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika. Padila.(2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika. Pudiastuti, R. D. (2013).Penyakit-penyakit Mematikan. Yogyakarta : Nuha Medika. Smeltzer, Suzanna C, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta : EGC. Soenanto, H. (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta : Gramedia. Suranto, A. (2011). Pijat Anak. Jakarta : Penebar Plus. 89 Susilo, Y., Ari W. (2011). Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi “Hipertensi”. Yogyakarta : Andi. Sustrani, L. (2004). Hipertensi .Jakarta : Gramedia. Syamsudin.(2011). Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskuler dan Renal. Jakarta : Salemba Medika. T. Heather Herdman, PhD, RN. (2014). Nanda internasional diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. Tara. (2005). Buku Ajar Pintar Aromaterapi, Panduan Lengkap Aromaterapi untuk Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta : Inovasi. Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta : Graha ilmu. UPN. (2006). Universitas Pembangunan Nasional Veteran Ilmu Kesehatan Keperawatan.http://www.pasca.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan. Diakses pada tanggal 8 Desember 2015. Wahdah. N., (2011). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta : Nuha Medika. Watt, G., Janca, A. (2008). Aromatherapy In Nursing and Mental Health Care. Journal of Contemporary Nurse, 30(1):69-75. Wijaya. A. S & utri. Y. M., (2013). Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta : Nuha Medika Wilkinson, J. M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Buku Kedokeran. Jakarta : EGC. Wong. (2010). Eashing Anxiety with Aromatherapy.About.Com Alternative Medicine (Jurnal Online). Diperoleh Tanggal 8 Desember 2015 dari http://altmedicine.about.com/od/anxiety/anxiety_acupuncture.htm.