BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan dan Penawaran Teori penawaran dan permintaan (bahasa Inggris: supply and demand) dalam ilmu ekonomi, adalah menggambarkan hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar.Model ini sangat penting untuk melakukan analisis ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual, juga digunakan sebagai titik tolak bagi berbagai model dan teori ekonomi lainnya. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkian adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan, yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (https://id.wikipedia.org). Dalam melakukan kegiatan ekonomi, manusia harus saling berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya.Dimana ada orang yang membutuhkan suatu barang yang dimiliki orang lain, juga sebaliknya. Maka untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia perlu melakukan interaksi dengan manusia lainnya yang memiliki barang yang dibutuhkannya. Hal ini bisa 8 Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan membuat sebuah kesepakatan, seperti saling bertukar barang (barter) pada masa ekonomi tradisional atau dengan mengadakan alat tukar berupa uang di masa ekonomi sekarang. Tempat proses terjadinya interaksi disebut pasar, yaitu tempat dimana orang yang memiliki kelebihan barang (supplier) bertemu dengan orang yang memerlukan barang (demander) untuk melakukan transaksi atas harga yang telah disepakati. Pada kurva permintaan dan penawaran (supply and demand), garis permintaan dan penawaran akan bertemu pada suatu titik. Titik ini disebut titik keseimbangan harga (equilibrium).Kurva permintaan dan penawaran dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Kurva keseimbangan Pasar Apabila jumlah penawaran lebih besar dari pada jumlah permintaan, maka harga akan turun. Begitu pula sebaliknya, apabila jumlah permintaan lebih besar dari pada jumlah barang yang ditawarkan maka harga akan naik. Hal ini disebut mekanisme pasar.Pada kondisi kelebihan jumlah barang yang ditawarkan biasanya pedagang menurunkan harganya, sedangkan pada keadaan kelebihan jumlah 9 Universitas Sumatera Utara permintaan pedagang cenderung untuk menaikan harga dengan motif mencari keuntungan.Kondisi ini tidak hanya ditemukan pada pasar barang, namun juga dapat terjadi di pasar modal. 2.1.1 Permintaan dan Penawaran di Pasar Modal Sama seperti pasar barang, dalam pasar modal juga terjadi interaksi karena saling membutuhkan antara si pemilik dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Investor ingin mendapat keuntungan dari investasinya, sementara perusahaan membutuhkan dana untuk mengembangkan perusahaannya. Maka perusahaan ingin menerbitkan beberapa lembar saham perusahaannya untuk memperoleh dana yang dapat digunakan untuk ekspansi (supplier). Dalam situasi ini investor dan pemilik perusahaan bertemu di pasar modal untuk melakukan transaksi saham. Komoditas yang diperdagangkan di pasar modal adalah surat-surat berharga termasuk saham.Pada pasar modal garis penawaran menggambarkan jumlah saham yang ditawarkan kepada investor, sedangkan garis permintaan menggambarkan jumlah permintaan terhadap saham tertentu.Sedangkan harga saham terbentuk akibat dari bertemunya garis penawaran dan garis permintaan di pasar modal.Pada saat permintaan akan saham meningkat maka harga saham akan naik, sedangkan ketika terjadi kelebihan jumlah saham yang ditawarkan maka nilai saham akan turun. Pasar modal sering juga dijadikan sebagai tempat untuk berspekulasi, biasanya investor membeli saham perusahaan tertentu pada saat harga murah, kemudian melakukan penjualan saham pada saat harga naik untuk melakukan profit taking.Hal ini dinamakan short seller, pada kondisi ini biasanya 10 Universitas Sumatera Utara investor tidak memperhitungkan nilai perusahaan karena biasanya saham yang dipegang tidak sampai setahun. Menurut Wibisono (2012), pada dasarnya mekanisme pasar di dalam pasar modal diartikan bahwa harga bergerak bebas sesuai hukum permintaan dan penawaran (supply and demand). Jika penawaran lebih besar daripada permintaan, maka harga akan menurun. Sedangkan ketika jumlah permintaan saham lebih tinggi sementara penawaran terbatas, maka harga akan mengalami peningkatan. 2.1.2 Harga Saham Pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2008)adalahharga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaransaham yang bersangkutan di pasar modal.Agus Sartono (2008) juga mengungkapkan bahwa harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal. Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham terbentuk dari hasil permintaan dan penawaran pasar, dimana pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Kondisi permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif tiap hari akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan naik tetapi, apabila kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun. 11 Universitas Sumatera Utara Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price ). Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu cepat.Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Menurut Salim (2012), pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam yaitu : 1. Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan manajemen perusahaan. 2. Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harga rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa depan. 3. Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar dari waktu ke waktu. 12 Universitas Sumatera Utara Pada aktivitas dipasar modal harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melaksanakan investasi, karena harga saham menunjukkan nilai suatu perusahaan. Hal ini memicu investor untuk menganalisis untuk menentukan saham yang dituju guna mendapatkan return yang diinginkan investor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Arifin (2004), adalah sebagai berikut : 1. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri.Semakin baik kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham begitu juga sebaliknya.Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio. 2. Hukum permintaan dan penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi- transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. 3. Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada bank alokasi seperti dana deposito investasi atau pada tabungan investor. jelas lebih Investor kecil produk resikonya 13 Universitas Sumatera Utara jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4. Valuta asing Mata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, sehingga menyebabkan harga saham akan turun. 5. Dana asing dibursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. 6. Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik.Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa. 14 Universitas Sumatera Utara 7. News dan rumors Yang dimaksud news dan rumors adalah semua berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam. Namun yang paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan penawaran akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik. Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi harga saham itu mudah dikenali. Masalah yang muncul adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut kedalam suatu sistem penilaian yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukkan dalam portofolio.Untuk tujuan inilah perlu adanya model penilaian (valuation model).Penentuan harga merupakan langkah penting, demikian juga harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor psikologis dari penjual atau pembelinya. Model penilaian (valuation model) untuk kepentingan analisis sekuritas, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. 15 Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Analisis Harga Saham Menurut Jogiyanto (2000), terdapat 2 (dua) macam analisis untuk menentukan nilai saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Husnan (2001) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan dengan mengamati perubahan faktor analisis di masa lalu. Analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti: penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, dan kebijakan dividen) yang diperkirakan mempengaruhi harga saham. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga di waktu lalu sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan terjadi berulang, dengan demikian analisis utamanya berwujud grafik atau chart. Sementara analisis fundamental adalah analisis yang sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan.Analisis fundamental mempunyai konsep dasar bahwa nilai perusahaan tercermin dari kinerja keuangan perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai kinerja keuangan yang baik, maka saham yang beredar di pasar modal yang akan diminati investor dan harganya akan ikut meningkat. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut dengan taksiran harga saham. Analisis ini sering disebut dengan company analysis (Robert Ang dalam Anoraga, 2008).Didalamnya menyangkut analisis kekuatan dan kelemahan dari perusahaan tentang kegiatan 16 Universitas Sumatera Utara operasional dan prospek kedepannya.Dalam membuat peramalan harga saham, langkah terpenting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan faktor-faktor tersebut, sehingga memperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Analisis fundamental digunakan sebagai penunjuk arah/baromenter jangka panjang (long-term point of view). Analisis fundamental melihat perkembangan rasio-rasio keuangan dari sisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, market to book value analysis, turnover dan kebijakan keuangan perusahaan dalam melakukan investasi dan pendanaan. Selain itu, perkembangan kinerja dan kebijakan dividen dapat melengkapi analisis fundamental. Kebanyakan informasi fundamental memfokuskan pada statistik ekonomi, industri, dan perusahaan. Menurut Sukamulja (2008), ada empat konsep dasar dalam melakukan analisis. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sebuah perusahaan dilakukan melalui empat tahap (top-down analysis). 17 Universitas Sumatera Utara 1. melihat kondisi ekonomi secara umum (economic aspect); 2. melihat kondisi industri (industry aspects); 3. melihat kondisi perusahaan (company aspects); 4. melihat nilai saham perusahaan (stock valuation). Tahapan yang digunakan dari keempat tahapan diatas, dalam penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada analisis perusahaan atau company aspect(melihat kondisi perusahaan).Analisis perusahaan digunakan untuk mengetahui kesehatan finansial perusahaan yang bersangkutan.Untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan dilakukan dengan mempelajari laporan keuangan dan rasio keuangan. 2.1.4 Rasio Keuangan Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal.Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan.Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan 18 Universitas Sumatera Utara mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk diantaranya informasi kinerja keuangan. Informasi kinerja keuangan merupakan sumber informasi intern bagi investor atau masyarakat yang didapat dari laporan keuangan suatu perusahaan.Munawir (2001) menyatakan bahwa para investor berkepentingan pada laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual sekuritas berdasarkan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan sangat penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan.Dengan adanya rasio keuangan, para investor dapat mengetahui pergerakan harga saham dan prospek harga saham kedepan. Perkembangan harga saham tidak akan lepas dari perkembangan kinerja keuangan perusahaan. Dengan kinerja perusahaan yang terus meningkat, akan mempengaruhi pergerakan harga saham yang ikut meningkat (Van Horne, 2005). 2.1.5 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Tujuan pelaporan keuangan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang potensial, bukan hanya untuk kebutuhan kelompok tertentu saja. Dari laporan keuangan yang diterbitkan, setelah dianalisis akan bisa diperoleh rasio keuangan yang berguna untuk mengungkapkan kekuatan dan 19 Universitas Sumatera Utara kelemahan relatif suatu perusahaan, serta untuk menunjukkan apakah posisi keuangan perusahaan membaik atau memburuk selama periode tertentu (Horne, 2005). Hal ini akan membantu bagi investor dalam menilai ketidakpastian penerimaan dividen di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tujuan ini mengasumsikan bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan risiko dari investasi yang dilakukannya. Analisis laporan keuangan yang berupa rasio keuangan berupaya mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Dengan kinerja keuangan perusahaan yang baik akan mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan. Dari rasio keuangan yang diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun investor akan dapat menilai kinerja perusahaan dan melakukan penilaian terhadap harga saham perusahaan, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari sudut pandang investor dapat diukur dengan Return On Equity (ROE) dan Price to Book Value (PBV). 2.1.6 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan 20 Universitas Sumatera Utara kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yang dihasilkan pun kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar. Menurut Tandelilin (2001), ROE (Return On Owners Equity) mereflesikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan). 2.1.7 Price to Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut (Arifin, 2002). Nilai buku saham mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya.Nilai buku saham sangat menentukan harga pasar saham yang bersangkutan sehingga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham (Halim, 2003). 2.1.8 Risiko Saham Seperti yang kita ketahui dalam perdagangan saham ada istilah high risk- high return, saham yang berpotensi memberikan keuntungan yang tinggi memiliki risiko kerugian yang besar pula.Pemegang saham dan calon investor perlu memperhatikan hal ini.Risk atau risiko dalam perdagangan saham dapat diartikan sebagai kemungkinan return aktual berbeda dengan return yang diharapkan (Tandelin, 2001). Risiko yang ada pada pasar modal pada umumnya terbagi dua, yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). 21 Universitas Sumatera Utara Risiko sistematik (systematic risk) sering dikatakan sebagai risiko pasar karena dipengaruhi keadaan pasar dan kondisi ekonomi yang sedang terjadi.Risiko ini merupakan risiko yang pasti ada di setiap perusahaan yang ada di pasar modal.Sedangkan risiko tidak sistematik (unsystematic risk) lebih cenderung berhubungan dengan keadaan dan kinerja perusahaan itu sendiri atau perusahaan-perusahaan lain yang berada pada sektor sejenis. Berikut akan dijelaskan mengenai pengertian risiko sistematik yang berhubungan dengan indikator Beta (Pelsa, 2013). 1. Risiko Sistematik Risiko sistematik yang disebut juga resiko pasar karena mempengaruhi semua perusahaan disebabkan oleh perubahan yang terjadi di pasar. Perubahanperubahan yang terjadi di pasar ini diluar dari keadaan perusahaan itu sendiri, biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kondisi perekonomian di masa itu, inflasi, perubahan tingkat suku bunga, perubahan nilai tukar mata uang, sistem perpajakan yang diberlakukan pemerintah, siklus bisnis, kebijakan pemerintah dan faktor makro lainnya. Dikatakan sistematik karena risiko ini adalah risiko yang saling berhubungan yang menimbulkan dampak yang berkesinambungan dan diluar kendali bank (perusahaan) itu sendiri. 2. Indikator Beta Beta adalah koefisien pergerakan harga saham terhadap harga pasar.Beta merupakan tingkat sensitif saham terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pasar. Risiko sistematik adalah bagian dari pasar keseluruhan saham, kondisi pasar ini yang akan menjadi indikator berubahnya harga saham 22 Universitas Sumatera Utara perusahaan-perusahaan yang ada. Yang merupakan ukuran keadaan keseluruhan harga saham di Indonesia merupakan harga saham IHSG. Pertama, kita perlu mencari return pasar dan return saham setiap perusahaan kemudian meregres keduanya sehingga diperoleh nilai Beta. Rumus mencari return pasar adalah sebagai berikut : () ( ( ) ) Dimana, Rmt = return pasar hari t IHSG(t) = harga saham hari (t) IHSG(t-1) = harga saham hari sebelumnya Risiko diukur menggunakan risiko sistematik (beta) yang dirumuskan sebagai berikut: Rit = αi + βi Rmt + eit Dimana : Rit = return sekuritas i Rmt = return indeks pasar αi = bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar βi = ukuran kepekaan return saham i terhadap perubahan return pasar eit = tingkat kesalahan residual 23 Universitas Sumatera Utara 2.2 Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu NOMOR TAHUN PENELITI JUDUL HASIL 1. 2015 Dedi Suselo Pengaruh Variabel Fundamental dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang Masuk dalam Indeks LQ45). ROA memiliki pengaruh signifikan positif tehadap hargasaham perusahaan yang masuk dalam kelompok indeks LQ45. ROE memiliki pengaruh Signifikan negatif terhadap harga sahamperusahaan yang masuk dalam kelompok indeks LQ45. PBV memiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan. EPSmemiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan. PERmemiliki pengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan. DERtidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan. Sensitivitas kurs memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham perusahaan. Sensitivitas inflasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap harga saham perusahaan. Sensitivitas suku bunga berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan. 2. 2014 Eka Pertiwi Analisis Pengaruh FaktorFaktor Penentu Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. variabel EPS, DPS, ROA, risiko sistematik dan kesempatan bertumbuh berpengaruh signifikan terhadap harga saham (CAR). Uji t atau parsial Menunjukkan hanya variabel risiko sistematik dan kesempatan bertumbuh yang 24 Universitas Sumatera Utara 2. 2013 Amanda WBBA dan Wahyu Ario Pratomo Analisis Fundamental dan Resiko Sistematik terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada indeks LQ45. 4. 2011 Afif Andhika Praditama Analisis pengaruh Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), Price To Book Value (PBV) terhadap harga saham (Studi Pada Sektor Perbankan yang Listing Di Bursa Efek Indonesia). 5. 2007 ALMAS HIJRIAH Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun variabel lainnya yaitu EPS, DPS, ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham karena mempunyai nilai alpha lebih besar dari 5%. ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. DER dan BETA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. EPS dan PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham keenam bank yang terdaftar pada Indeks LQ 45. 1).Secara simultan atau bersama-sama antara ROA, EPS,DPS, PBV berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor perbankan. 2).Secara parsial EPS,DPS, PBV berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor perbankan di BEI. 1).Secara serempak, (ROA), Lg return on equity (LgROE), debt to equity ratio (DER), Lg price earning ratio (LgPER), earning per share (EPS), Lg book value (LgBV) dan risiko sistematik (Beta) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti di Bursa Efek Jakarta. 2).Secara parsial, variabel Lg return on equity (LgROE), Lg price earning 25 Universitas Sumatera Utara ratio (LgPER), Lg book value (LgBV) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga sahamperusahaan properti di Bursa Efek Jakarta. 2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian teori-teori di atas, maka di dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham perbankan, variabel-variabel tersebut adalah Return On Equity (ROE), Price to Book Value (PBV) dan risiko sistematik. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap harga saham, dapat dijelaskan sebagai berikut. 2.3.1 PengaruhReturn On Equity(ROE) terhadap Harga Saham. Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas modal (ROE) maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan dan semakin tinggi pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi pemegang saham sehingga akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,2001). Walsh (2004), juga menyatakan bahwa Return on Equity (ROE) yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham. 2.3.2 Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham Menurut Antariksa dan Barbara (2003) Price to book value merupakan perbandingan yang menunjukkan berapa kali harga pasar dari suatu saham jika 26 Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan nilai bukunya.Semakin kecil nilai Price to book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah.Secara lebih spesifik, menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) PBV merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek suatu perusahaan, sehingga mengakibatkan harga saham dari perusahaan tersebut akan meningkat pula dan semakin rendah PBV akan berdampak pada rendahnya kepercayaan pasar akan prospek perusahaan yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan selanjutnya berimbas pula dengan menurunnya harga saham dari perusahaan tersebut. 2.3.3 Pengaruh Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Risiko keseluruhan dari pemilikan saham terdiri dari dua bagian, yaitu risiko yang tidak sistematik dan risiko yang sistematik.Risiko yang tidak sistematik merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu hal yang buruk terjadi dalam suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal baik yang terjadi di perusahaan lain, misal perusahaan pesaing, perubahan teknologi bagian produksi, dan sebagainya.Risiko sistematik merupakan risiko keseluruhan di pasar dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi (investasi pada berbagai jenis saham). Apabila risiko sistematik terjadi, semua jenis saham akan terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak dapat mengurangi kerugian. Risiko sistematikdapat diukur dengan koefisien Beta.Beta suatu sekuritas adalah ukuran sensitivitas keuntungan suatu sekuritas dalam merespon pergerakan harga pasar sekuritas.Semakin besar beta maka semakin 27 Universitas Sumatera Utara besar pula sensitivitas keuntungan dalam merespon pergerakan harga pasar, sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Dengan kata lain semakin besar risiko sistematik maka akan semakin besar pula harga saham bank. Kerangka konseptual di atas dapat dilihat dalam bentuk gambar di bawah ini: Variabel Independen Return On Equity (ROE) (X1) Variabel Dependen Priceto Book Value (PBV) (X2) HARGA SAHAM (Y) Risiko Sistematik (Beta) (X3) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 1) Variabel Dependen (Variabel Y) Variabel Y dalam penelitian ini adalah Harga saham perbankan. 2) Variabel Independen (Variabel X) Adalah variabel yang diduga sebagai sebab di variabel independen dalam penelitian ini yaitu:X1= Return On Equity (ROE),X2=Price to Book Value (PBV), X3=Risiko sitematik (Beta). 28 Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2004).Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka, kerangka konseptual serta penjelasan secara logis (Jogiyanto, 2010), maka dalam penelitian ini hipotesis dikembangkan untuk digunakan di dalam menguji variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat seperti berikut: 1. H1: Return on Equity (ROE)berpengaruhpositif terhadap Harga saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. H2: Price Book Value (PBV)berpengaruhpositifterhadap Harga saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. H3: Resiko sitematik (Beta) berpengaruhpositif terhadap Harga saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 29 Universitas Sumatera Utara