1 Antifungal And Bioautography Activity Ethanol Extract of Moringa

advertisement
Antifungal And Bioautography Activity Ethanol Extract of Moringa (Moringa
oleifera Lamk.) Leaves Toward Malassezia furfur
Budi Raharjo, Agitya Resti Erwiyani, Made Ayu Sasmita Dewi Susana
ABSTRACT
The leaves of Moringa (Moringa oleifera Lamk.) contains of flavonoids,
saponins and tannins that have effect as an antifungal. The aim of this research were to
determine the antifungal activity of Moringa (Moringa oleifera Lamk.) leaft toward the
growth of fungal Malassezia furfur and contact bioautography method and to know
the MIC and MBC.
This reseach is purely experimental research. The antifungal activity test of
compound used dilution method and contact bioautography. The research used 7 group
that is media control (SDA media), growth control
(media + fungal suspension),
positive control (ketoconazole), negative control (0.5% CMC Na) and treatment group
with concentration of 10% v/v, 15% v/v and 18% v/v. The data obtained were processed
by SPSS 17 and analyzed by the Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test.
The minimum inhibitory concentration (MIC) on the ethanol extract of Moringa
leaves obtained at a concentration of 15% v/v and the minimum fungisidal
concentration (MFC) in the concentration of 18% v/v. The bioautography result is
obtained a clear zone with Rf value of 0,58 showed flavonoid compound and a clear
zone with Rf value of 0,42 showed saponin compound. While the tannin compound was
not produce clear zone.
Keywords: Flavonoid, saponin, moringa (Moringa oleifera Lamk.) Malassezia furfur,
antifungal
1
2
Uji Aktivitas Antijamur Dan Bioautografi Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera Lamk.) Terhadap Malassezia furfur
Budi Raharjo, Agitya Resti Erwiyani, Made Ayu Sasmita Dewi Susana
INTISARI
Daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) mengandung senyawa flavonoid, saponin
dan tanin yang mempunyai efek sebagai antifungi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui aktivitas antifungi daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) terhadap
pertumbuhan jamur Malassezia furfur beserta metode bioautografi kontak dan untuk
mengetahui KHM dan atau KBM.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni. Uji aktivitas senyawa
antifungi menggunakan metode dilusi padat dan bioautografi kontak. Penelitian
menggunakan 7 kelompok yaitu kontrol media (media SDA), kontrol pertumbuhan
(media + suspensi jamur), kontrol positif (ketokonazol), kontrol negatif ( CMC Na 0,5%),
dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi 10% v/v, 15% v/v, dan 18% v/v),). Data
yang didapatkan dianalisis dengan SPSS 17 dengan uji Kruskal-Wallis kemudian
dilanjutkan uji Mann-Whitney.
Kadar hambat minimum pada ekstrak etanol daun kelor didapatkan pada
konsentrasi 15% v/v dan kadar bunuh minimum pada konsentrasi 18% v/v . Hasil
bioautografi didapatkan zona jernih dengan nilai Rf 0,58 menunjukan senyawa flavonoid
dan zona jernih dengan nilai Rf 0,42 menunjukan senyawa saponin. Sedangkan senyawa
tanin tidak menghasilkan zona jernih.
Kata kunci : Flavonoid, saponin, kelor (Moringa oleifera Lamk.), Malassezia furfur,
antifungi.
PENDAHULUAN
Panu merupakan penyakit kulit yang sering terjadi, baik pada laki-laki maupun
perempuan terutama higienitas dan sanitasi yang buruk atau jelek. Panu disebabkan oleh
jamur superfisialis Malassezia furfur. Penyebaran luas infeksi jamur disebabkan oeh
sangat meningkatnya penggunaan antibiotik berspektrum luas yang dapat merusak flora
3
normal dalam pengobatan tradisional daun kelor merupkan salah satu tanaman yang
mengandung flavonoid, tanin dan saponin yang memiliki potensi sebagai antibakteria dan
antifungal (Nurhanafi et al cit Nikon et al., 2003; Kasolo et al., 2011; Kawo et al., 2009).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prameswari 2010 menunjukkan
bahwa minyak atsiri daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) mempunyai aktivitas antifungi
yang ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengurangi pertumbuhan koloni C.
albicans. Minyak atsiri daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) mempunyai harga KHM
pada konsentrasi 0,05%v/v dan KBM pada konsentrasi 0,2%v/v .
Penelitian ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lamk) diharafkan
mempunyai aktivitas antijamur terhadap M.furfur, dan pada konsentrasi tertentu ekstrak
etanol daun kelor dapat menghambat dan atau membunuh jamur M.furfur serta terdapat
aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun kelor dengan senyawa flavonoid, saponin dan
tanin terhadap jamur M.furfur dengan metode bioautografi.
BAHAN DAN CARA
A. Alat dan Bahan
Alat pembuat ekstrak, alat untuk uji reaksi warna, pipet tetes dan tabung
reaksi, bejana kromatografi, pipa kapiler, gelas ukur, kaca arloji, botol penyemprot,
lampu UV
254
nm, tabung reaksi, pipet volume, autoklaf, inkubator, ose, lampu
spiritus, erlenmeyer, gelas ukur dan cawan petri.
Bahan yang digunakan yaitu, daun kelor, pelarut etanol 70%, silika gel GF
254, klorofor:metanol (9:1) , uap amoniak, lieberman burchard, FeCl3 1%, NaOH 4%,
Aquadest, HCl 2N, media SDA dan SDB.
B. Prosedur penelitian
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Diponogoro (UNDIP).
Pembuatan
ekstrak
etanol
daun
kelor
(Moringan
oleifera
Lamk.)
menggunakan metode maserasi. Serbuk daun kelor sebanyak 1000 gram direndam
dalam etanol 70% sebanyak 7500 ml sambil diaduk secara berkala selama 5 hari.
Selanjutnya dilakukan remaserasi selama 2 hari dan maserat diuapkan menggunakan
waterbath pada suhu 500C hingga diperoleh ekstrak kental.
1. Identifikasi daun kelor dengan uji pendahuluan
Uji flavonoid menggunakan 3 tetes sampel dan 1 tetes FeCl3 1% hasil
positif menghasilkan warna hijau, merah, hitam, dan NaOH 4% menghasilkan
warna jingga-merah pada khalkon, merah-violet pada auron, kuning pada flavon
4
dan isoflavon, kuning pucat menjadi coklat pada flavonol, dan kuning-jingga
merah bila dipanaskan pada flavanon.
Identifikasi saponin dilakukan dengan menambahkan 1 tetes asam klorida
2 N kemudian diamati ada atau tidak busa stabil
dan uji warna dengan
menambahkan beberapa tetes pereaksi LB. Jika terbentuk cincin coklat
menunjukkan adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau
menunjukkan
adanya saponin steroid.
Uji senyawa tanin dilakukan dengan cara sampel didihkan dengan 20 ml
air lalu kemudian disaring, ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% terbentuknya
warna coklat kehijauan atau biru kehitaman.
2. Identifikasi daun kelor dengan kromatografi lapis tipis
Sampel ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 panjang 8 cm dan lebar 2 cm,
dengan eluen kloroform : metanol (9:1). Lempeng dielusi sampai tanda batas,
kemudian diambil dan diangin-anginkan hingga kering dan dilihat pada sinar UV
254 nm. Lempeng disemprot dengan penampak bercak uap amoniak untuk
flavonoid, LB untuk saponin dan FeCl3 1% untuk tanin. Noda ditandai dan
dihitung Rf nya.
3. Uji aktivitas antijamur dengan metode dilusi padat yaitu ekstrak dengan kadar
tertentu dimasukan
dalam cawan petri yang sudah ditambah
media SDA
kemudian ditambah suspensi jamur 100 μl, ditunggu memadat diinkubasi pada
suhu 37ºC selama 48 jam dan amati pertumbuhan yang terjadi sebagai KHM.
Selanjutnya diambil media yang tidak ada pertumbuhan jamur, diinokulasi dan
diinkubasi, kemudian diamati jika pertumbuhan jamur tidak ada dinyatakan sebagai
KBM.
4. Uji aktivitas antijamur dengan metode bioautografi kontak yaitu sebanyak 8 ml
media SDA dituangkan ke dalam cawan petri dan ditambahkan suspensi jamur
100 μl dan ditunggu memadat. Ekstrak daun kelor dengan konsentrasi 2% b/v
ditotolkan pada lempeng KLT. Lempeng KLT dielusi kemudian dikeringkan, dan
diletakan pada media SDA selama 30 menit. Diinkubasi pada suhu 37oC selama
2x24 jam. Dan diamati zona hambat yang terbentuk
5. Analisis data menggunakan analisis Post Hoc dengan menggunakan uji MannWhitney
5
HASIL
Hasil Determinasi :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15b-197b-208a-209b-210b- 211b-214b
(Famili 55 Moringaceae)- Moringa oleifera Lamk (Steenis, 1987).
Flavonoid
Pirokatekhin
Saponin uji busa
H3C
CH3
H3C
CH3
+ HCl
+ Cl-
CH3
CH3
CH3
H
Saponin
HO
Sapogenin
HO
H
O
O
H
FeCl3
O
H
+
3+
O Fe
H
H
O
H
O
Tanin
O
H
H
O
H
O
Hitam
HHHhitam
Gambar I. Reaksi identifikasi senyawa
+ Fe(OH)3
6
Tabel I. Hasil Identifikkasi KLT
Noda
Rf
1
2
3
4
5
6
0,33
0,42
0,58
0,75
0,73
0,78
Uap
Amoniak
HKU
H
K
H
-
Zat
Aktif
F
F
F
F
-
LB
H
H
K
HK
Zat
Aktif
S
S
S
S
Keterangan : H = Hijau, K = Kuning, HKU = Hijau kuning, HK = Hijau Kecoklatan,
F = Flavonoid, S = Saponin
Konsentrasi
Ekstrak
Daun Kelor
Tabel II. Hasil pengamatan dilusi padat M.furfur
Pertumbuhan M.furfur
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
10% v/v
15% v/v
18% v/v
Kontrol
++
+
Replikasi 1
++
+
Replikasi 2
++
+
Replikasi 3
++
+
Replikasi 4
++
+
Replikasi 5
K1
K2
K3
K4
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
Keterangan : + = Ada pertumbuhan M.furfur (semakin banyak tanda + semakin banyak
pertumbuhannya), - = Tidak terjadi pertumbuhan M.furfur, K1 =
Kontrol kerja berisi media, K2 = Kontrol positif berisi media dan
ketokenazol ditambah M.furfur, K3 = Kontrol negatif berisi media dan
CMC Na 0,5% ditambah M.furfur, K4 = Kontrol pertumbuhan yaitu
suspensi jamur M.furfur dan media
Tabel III. Aktivitas antijamur dengan menggunakan uji Mann-Whitney
Kelompok Perlakuan
Sig
Keterangan
K(+) vs P1
0,003
Berbeda bermakna
K(+) vs P2
0,003
Berbeda bermakna
K(+) vs P3
1,000
Berbeda tidak bermakna
P1 vs P2
0,003
Berbeda bermakana
P1 vs P3
0,003
Berbeda bermakna
P2 VS P3
1,000
Berbeda bermakna
Keterangan : P1 = Konsentrasi ekstrak 10% v/v, P2 = Konsentrasi ekstrak 15% v/v,
P3 = Konsentrasi ekstrak 18% v/v, K(+) = Kontrol Positif
7
Rf 0,42
Rf 0,58
Gambar II. hasil uji bioautografi kontak
PEMBAHASAN
Kontrol positif ketokenazol digunakan dengan tujuan sebagai pembanding
sehingga dapat diketahui apakah ekstrak etanol daun
kelor mempunyai aktivitas
antijamur yang sama dengan ketokenazol. Kontrol negatif (CMC Na 0,5% + media SDA)
untuk mengetahui apakah CMC Na mempunyai aktivitas antijamur atau tidak. Kontrol
media (8 ml media SDA) untuk mengetahui ada atau tidak pertumbuhan jamur dan
kontaminan lain yang tidak diharapkan. Sedangkan kontrol pertumbuhan (media
SDA+100 µl suspensi jamur M. furfur) untuk mengetahui jamur dapat tumbuh baik atau
tidak pada media.
Hasil pengamatan pada tabel 2 menunjukan bahwa kadar hambat minimum
(KHM) terhadap jamur M.furfur ekstrak etanol daun kelor adalah pada konsentrasi
15% v/v dan kadar bunuh minimal jamur (KBM) M.furfur yaitu pada konsentrasi
18% v/v.
Berdasarkan table 3 di atas hasil uji Mann-Whitney kontrol positif dengan P1
(konsentrasi ekstrak 10% v/v), dan P2 (konsentrasi ekstrak 15% v/v), memberikan efek
yang berbeda terhadap pertumbuhan jamur M.furfur, hal ini karena pada konsentrasi
tersebut hanya bisa menghambat pertumbuhan jamur, sedangkan kontrol positif sudah
ada kemampuan membunuh jamur. Hasil uji Mann-Whitney kontrol positif dengan P3
(konsentrasi ekstrak 18% v/v), mempunyai pengaruh dalam membunuh jamur sebanding
atau sama dengan kontrol postif.
Hasil uji Mann-Whitney P1 (konsentrasi ekstrak 10% v/v ),
dengan P2
(konsentrasi ekstrak 15%), P1 (konsentrasi ekstrak 10% v/v) dengan P3 (konsentrasi
ekstrak 18%), P2 (konsentrasi ekstrak
15%), dengan P3 (konsentrasi ekstrak 18%)
menunjukan hasil berbeda bermakna, hal ini membuktikan bahwa antara P1 dengan
P2, P1 dengan P3 dan P2 dengan P3 mempunyai pengaruh yang berbeda dalam
menghambat dan membunuh pertumbuhan jamur.
8
Dari hasil pengamatan uji bioautografi kontak pada gambar 2 senyawa yang dapat
memberikan aktivitas antijamur sehingga didapatkan zona jernih adalah senyawa saponin
saja dengan Rf 0,42 sedangkan pada gambar yang kedua senyawa flavonoid dan saponin
dengan Rf 0,58 dan 0,42 dapat memberikan aktivitas antijamur.
Mekanisme kerja flavonoid dalam menghambat pertumbuhan jamur yakni dengan
menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel jamur. Gugus hidroksil yang terdapat
pada senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi
yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap jamur (Jupriadi, 2011
cit Sabir, 2005).
Saponin bersifat surfaktan yang berbentuk polar sehingga akan memecah lapisan
lemak pada membran sel yang pada akhirnya menyebabkan gangguan permeabilitas
membran sel, hal tersebut mengakibatkan proses difusi bahan atau zat-zat yang
diperlukan oleh jamur dapat terganggu, akhirnya sel membengkak dan pecah (Sugianitri,
2001
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lamk) mempunyai aktivitas
antijamur terhadap Malassezia furfur.
2. Pada konsentrasi 15% v/v ekstrak etanol daun kelor mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan jamur (KHM) dan pada konsentrasi 18% v/v
mempunyai kemampuan membunuh jamur Malassezia furfur.
3. Pada metode bioautografi kontak senyawa flavonoid dan saponin mempunyai
aktivitas antijamur terhadap M. furfur. Aktivitas senyawa flavonoid terhadap M.
furfur menghasilkan zona jernih dengan nilai Rf 0,58 dan senyawa saponin
membentuk zona jernih dengan nilai Rf 0,42.
B.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aktivitas antijamur dari ekstrak etanol daun
kelor (Moringa oleifera Lamk.) dalam bentuk sediaan topikal dengan
menggunakan hewan uji.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aktivitas senyawa antijamur dengan
membandingkan sensitivitas metode bioautografi kontak dan bioautografi agar
overlay.
9
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Farmasi STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran.
2. Drs. Budi Raharjo, M. Si., selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan
waktu dalam memberikan arahan, bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Agitya Resti Erwiyani, S.Farm., Apt., selaku pembimbing pendamping yang selalu
memotivasi, memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhanafi, F., Muwarni, S., dan Winarso, D., 2012, Perbandingan Potensi
Antimikroba Ekstrak n-Heksana Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Kulit Biji
(Pericarp) Jambu Mete (Anacrdium iccidentale) terhadap Bakteri Pseudomonas
aeruginosa secara in Vitro, Skripsi, Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas
Brawijaya.
2. Jupriadi, L., 2011, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Waru (Hibicus tilaceus L.)
terhadap Jamur Malassezia furfur, Skripsi, Program Studi Farmasi Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran, Semarang.
3. Sugianitri, N.K., 2011, Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Dapat
Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans secara in vitro pada Resin
Akrilik Heat Cured, Skripsi, Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Biomedik
Universitas Udayana, Bali.
Download