IMMUNOSTIMULANT ACTIVITY TEST OF 70% ETHANOL EXTRACT OF MORINGA LEAVES (MORINGA OLEIFERA LAMK) TO ANTIBODY TITER IN MALE MICE OF BALB/C STRAIN Etropia Lidgardis Mekeng, Nova Hasani Furdiyanti, Richa Yuswantina [email protected] ABSTRACT Moringa leaf (Moringa oleifera Lamk) is called as a multi- purpose plant for its flowers, seeds, and leaves contain phytochemicals and nutrients which are very high. The content of flavonoids and saponins in moringa leaves is suspected to have an immunostimulatory activity. This study aims to determine immunostimulatory activity of the extract of Moringa leaves to antibody titer of immune cells in male mice. This study was pure experimental study (true experimental) and research design used Post Test Only Control Group Design. This study used 30 male mice, divided into 5 groups: negative control (CMC Na 1% + distilled water), the positive control group (levamisole) with the dose of 1.4 mg / 20g, and the group of Moringa leaf extract (Moringa oleifera Lamk) with the doses of 125 mg / kg bw, 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw. Before treatment, the mice were injected with sheep red blood cells 1% intraperitoneally on day 0. On day 1, each group was given the test material orally for 7 days. On day 8, blood sampling was done for measuring antibody titer of immune cells in male mice. The results show that the extract of Moringa leaves with the doses of 125 mg / kg bw, 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw have greater immunostimulatory activity shown by measuring the antibody titer with value of 7.62 ± 0 compared to the negative control and positive with titer values of antibody of 3.81 ± 0.31 and 5.71 ± 0.25. The extract of Moringa leaves with the doses of 125 mg / kg bw, 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw have greater immunostimulatory activity shown by measuring the antibody titer with value of 7.62 ± 0 compared to control positive with titer value of antibody of 5.71 ± 0.25. Keywords : Moringa oleifera Lamk, immunostimulant, hemaglutination methods, antibody titer 22 UJI AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAMK) TERHADAP TITER ANTIBODI MENCIT JANTAN GALUR BALB/C Etropia Lidgardis Mekeng, Nova Hasani Furdiyanti, Richa Yuswantina [email protected] ABSTRAK Daun kelor (Moringa oleifera Lamk) disebut juga dengan tumbuhan serba guna karena bunganya, bijinya, maupun daunnya memiliki kandungan fitokimia dan zat gizi yang sangat tinggi. Kandungan flavonoid dan saponin daun kelor diduga memiliki aktivitas imunostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas imunostimulan ekstrak daun kelor terhadap titer antibodi sel imun mencit jantan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true experimental) dan desain penelitian menggunakan Post Test Control Only Group Design. Penelitian ini menggunakan mencit jantan 30 ekor, dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (aquades+CMC Na 1%), kelompok kontrol positif (levamisol) dosis 1,4 mg/20g, dan kelompok ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb. Sebelum perlakuan, mencit diinjeksi dengan sel darah merah domba 1% secara intraperitoneal pada hari ke-0. Pada hari ke-1 masing-masing kelompok diberi bahan uji secara oral selama 7 hari. Hari ke-8 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran titer antibodi sel imun mencit jantan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan yang lebih besar berdasarkan pengukuran titer antibodi dengan nilai 7,62±0 dibandingkan kontrol negatif dan positif dengan nilai titer antibodi 3,81±0,31 dan 5,71±0,25. Ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan yang lebih besar berdasarkan pengukuran titer antibodi dengan nilai 7,62±0 dibandingkan kontrol positif dengan nilai titer antibodi 5,71±0,25. Kata kunci : Moringa oleifera Lamk, imunostimulan, metode hemaglutinasi, titer antibodi. PENDAHULUAN Angka kejadian penyakit infeksi mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir dan merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes, 2003). Menurut Riskesdas prevalensi penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara, makanan dan air di Indonesia pada tahun 2013 23 mencapai 1,8% - 4,5%. Lima propinsi yang mempunyai prevalensi infeksi untuk semua umur adalah Nusa Tengara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan. Meningkatnya prevalensi penyakit infeksi tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga sistem imun tubuh (Trihono, 2013). Tubuh terdiri dari berbagai macam organ yang membentuk sistem organ dan sistem fungsional tubuh yang masing-masing bekerja sama dalam satu kesatuan sistem tubuh. Diantara sistem tersebut terdapat sistem pertahanan tubuh atau disebut juga dengan sistem imun. Sistem ini bertanggung jawab melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk sehingga fungsi tubuh tidak terganggu (Roitt,1990; Azuma dan Jolles, 1987). Imunostimulan secara umum didefinisikan sebagai senyawa yang didesain untuk mempotensi sel-sel imun. Selain itu imunostimulan digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Konsep imunostimulan telah dikembangkan dan mulai diterima dalam terapi pengobatan sejak pertengahan abad XIX, dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh(Hudson dan Hay,1967). Perkembangan penggunaan obat-obatan tradisional khususnya dari tumbuh-tumbuhan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah cukup meluas. Secara empiris masyarakat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan tersebut sebagai obat, akan tetapi masih sedikit yang diteliti tentang kandungan zat aktif didalamnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kandungan kimia dan efek farmakologinya (Putra, 2010). Moringa oleifera Lamk atau biasa disebut kelor merupakan tanaman yang dibudidayakan di negara-negara subtropis dan tropis seperti di Indonesia (Gaikwad dkk, 2011). Tumbuhan Moringa oleifera Lamk disebut juga dengan tumbuhan serba guna atau “the miracle tree of live” karena bunganya, bijinya maupun daunnya memiliki kandungan fitokimia dan zat gizi yang sangat tinggi (Fashey 2005; Rajanandh dan Kavitha 2010). Hasil Penelitian Bamishaiye dkk (2011) menunjukkan hasil bahwa ekstrak daun Moringa oleifera memiliki kandungan saponin, flavonoid, tanin, caumarin antraquinon, alkaloid dan lain-lain. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang uji aktivitas imunostimulan ekstrak etanol 70% daun kelor (Moringa oleifera Lamk) terhadap titer antibodi mencit jantan galur BALB/C. ALAT DAN BAHAN Alat : Bejana, aluminium foil, gunting, kapas, corong, batang pengaduk, cawan penguap, labu takar, beker glass, gelas ukur, waterbath, kandang dan tempat pakan mencit, timbangan hewan, timbangan analitik, spuit, microplate 96 lubang (microtitration plate), alat centrifuge, tabung centrifuge, pipet tetes, blender, ayakan no 30 mesh, kain flanel. Bahan 1. Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa oleifera Lamk) , dan sebagai pembanding 2 digunakan levamisol HCl, untuk penyarian daun kelor (Moringa oleifera Lamk) digunakan etanol 70%, antigen yang digunakan adalah sel darah merah domba (SDMD), EDTA, Phosphat Buffered Saline (PBS), Pereaksi yang digunakan NaOH dan asam klorida. 2. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan galur Balb/c usia 2-3 bulan dengan berat badan 18 –22 gram yang diperoleh dari Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. CARA PENELITIAN 1. Determinasi daun kelor (Moringa oleifera Lamk) dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang. 2. Penyiapan Simplisia Daun kelor yang sudah terkumpul, dilakukan sortasi basah. Kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir sampai bersih. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan bahan baku daun kelor (Moringa oleifera Lamk) di bawah sinar matahari langsung dengan ditutupi kain berwarna hitam. Simplisia yang telah kering dilakukan sortasi kering. Simplisia dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan no. 30 mesh sehingga diperoleh serbuk halus. 3. Pembuatan Ekstrak Pembuatan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) menggunakan metode maserasi. Proses maserasi dimulai dengan cara merendam 500 g serbuk simplisia kedalam pelarut etanol 70% sebanyak 3.750 ml, dan terlindung dari cahaya dengan beberapa kali pengadukan selama 5 hari. Hasil maserat I disaring dengan menggunakan kain flanel. Kemudian dilakukan remaserasi dimana ampas dari maserasi pertama direndam lagi selama 2 hari dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1.250 ml sehingga didapat hasil maserat II. Hasil dari keseluruhan maserasi (maserat 1 dan maserat 2) diuapkan dengan menggunakan waterbath pada temperatur 600C sehingga di dapat ekstrak kental . 4. Identifikasi senyawa Flavonoid dan Saponin a. Uji Flavonoid 1) Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3 tetes NaOH 0,1 N lalu diamati warnanya. Flavonoid akan memberikan warna kuning kecoklatan (Harbone, 1987). 2) Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati warnanya. Flavonoid akan memberikan warna jingga hingga 3 krem(Harbone, 1987) . b. Uji Saponin Sebanyak 2,5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dikocok selama 10 detik. Reaksi positif ditunjukkan dengan berbentuknya buih setinggi 1-10 cm. pada penambahan satu tetes HCL 2N buih tidak hilang (Harbone, 1987). 5. Pelaksanaan Penelitian a. Perlakuan Hewan Uji 30 ekor mencit jantan galur BALB/C dibagi secara acak masingmasing 6 ekor / kelompok, diadaptasikan selama 1 minggu. Dilakukan pengukuran suhu mencit sebelum induksi antigen. Antigen sel darah merah domba diberikan pada hewan uji pada hari ke – 0 secara intaperitoneal. Semua hewan uji diberikan perlakuan dari hari ke-1 sampai hari ke-7 secara oral. Dilakukan pengukuran suhu mencit pada hari ke 1- hari ke 7. Perlakuan I, yaitu kontrol negatif diberi aquades + CMC Na 1%. Perlakuan II, yaitu kontrol positif diberi levamisol dengan dosis 1,4 mg/20 g BB + CMC Na 1%. Perlakuan III, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 125 mg/kg BB. Perlakuan IV, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 250 mg/kg BB. Perlakuan V, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 500 mg/kg BB. Pada hari ke-8 dilakukan pengambilan darah pada vena ekor. Darah dikumpulkan dalam tabung mikro kemudian dilakukan disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit dan diambil serumnya untuk pengukuran titer antibodi dengan metode hemaglutinasi. b. Pengukuran Titer Antibodi Pengukuran titer antibodi dengan metode Hemaglutinasi (Achyat dkk,2007;Vaghasiya dkk, 2010) Melakukan dekomplementasi/ inaktivasi serum pada suhu 560C selama 30 menit untuk mencegah lisis sel darah merah domba (SDMD) yang dapat mengaburkan reaksi hemaglutinasi. Mikroplate diberi label pada sumursumurnya dengan nomor 1-12. 50 µL PBS ditambahkan kedalam sumur no 2-12 sedangkan sumur nomor satu dibiarkan kosong. 100 µL serum yang telah diinaktivasi ditambahkan kedalam sumur nomor satu. 50 µL serum dari sumur nomor satu diambil, lalu ditambahkan ke dalam 4 sumur nomor dua, kemudian dihomogenkan. 50 µL serum dari sumur nomor dua diambil, lalu ditambahkan kedalam sumur nomor tiga, kemudian dihomogenkan. Begitu seterusnya sampai sumur nomor 12 sehingga didapatkan 12 seri pengenceran dengan kelipatan dua, yaitu 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64, 1:128, 1:256, 1:512, 1:1024,dan 1:2048.1% SDMD sebanyak 50 µL ditambahkan ke dalam semua sumur nomor 1-12, kemudian dihomogenkan, lalu disimpan pada suhu kamar selama 2 jam. Nilai titer antibodi ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih memperlihatkan terjadinya hemaglutinasi. Angka hasil pembacaan titer yang berupa deret ukur dikonversikan ke dalam deret hitung dengan rumus sebagai berikut : 2 Log (titer) + 1 HASIL Hasil Determinasi Tanaman Kunci Determinasi : 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b13b-14a-15b-197b-208a-209b-210b211b-214b (Family 55 Moringaceae)-Moringa oleifera Lamk. Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Saponin Tabel 1. Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Saponin Uji Kandungan Hasil Artinya Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3 tetes NaOH 0,1 N lalu diamati warnanya. Flavonoid akan memberikan warna kuning kecoklatan. Positif flavonoid Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat lalu diamati warnanya. Flavonoid akan memberikan warna jingga hingga krem. Positif flavonoid Sebanyak 2,5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dikocok selama 10 detik. Reaksi positif ditunjukkan dengan berbentuknya buih setinggi 1-10 cm. pada penambahan satu tetes HCL 2N buih tidak hilang. Positif saponin 5 Tabel 2. Suhu Tubuh Hewan Uji Hari ke 0 – Hari ke 7 Kelompok Suhu Mencit (Mean ± SD) Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari perlakuan ke-0 37,18 ± 0,19 37,05 ± 0,27 ke-1 37,87 ± 0,12 37,78 ± 0,15 ke-2 37,82 ± 0,12 37,75 ± 0,12 ke-3 37,80 ± 0,09 37,75 ± 0,12 ke-4 37,77 ± 0,12 37,58 ± 0,08 ke-5 37,67 ± 0,12 37,38 ± 0,08 ke-6 37,62 ± 0,08 37,33 ± 0,08 ke-7 37,37 ± 0,10 37,18 ± 0,12 37,05 ± 0,27 37,08 ± 0,20 37,78 ± 0,12 37,83 ± 0,08 37,77 ± 0,12 37,82 ± 0,08 37,70 ± 0,13 37,80 ± 0,06 37,63 ± 0,15 37,67 ± 0,10 37,45 ± 0,10 37,45 ± 0,10 37,20 ± 0,18 37,27 ± 0,08 37,08 ± 0,23 37,15 ± 0,15 37,02 37,90 37,74 37,78 37,67 37,37 Dosis ± ± ± ± ± ± III(500 0,24 0,09 0,10 0,08 0,08 0,14 mg/kg bb) Ket: * Kontrol negatif (Suspensi CMC Na 1%) * Kontrol positif (Levamisol dosis 1,4 mg/20 g) 37,17 ± 0,16 37,07 ± 0,14 Kontrol negatif Kontrol positif Dosis I(125 mg/kg bb) Dosis II(250 mg/kg bb) Tabel 3. Nilai Titer Antibodi Hewan Uji Kelompok Nilai Titer Antibodi (Mean ± SD) Kontrol negatif Kontrol positif Dosis I(125 mg/kg bb) Dosis II(250 mg/kg bb) Dosis III(500 mg/kg bb) 3,81 ± 0,31 5,71 ± 0,25 7,62 ± 0 7,62 ± 0 7,62 ± 0 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) memiliki aktivitas imunostimulan. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit jantan galur BALB/C yang dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor mencit. Sebelum dilakukan penelitian, hewan uji diadaptasikan selama 1 minggu untuk menghindari stres dan diberi pakan secukupnya. Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan galur BALB/C usia 2-3 bulan dengan berat badan 18-22 gram, karena pada usia tersebut sesuai dengan usia dewasa pada manusia sehingga diharapkan kadar hormon dalam tubuhnya telah stabil dan sistem imun pada mencit jantan tidak dipengaruhi oleh hormon 2 reproduksi. Mencit galur BALB/C pada beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas terhadap antigen. Antigen yang digunakan untuk induksi produksi antibodi adalah sel darah merah domba (SDMD) 1% dalam larutan PBS, dimana SDMD merupakan antigen terbaik untuk pengujian produksi antibodi pada hewan percobaan. Antigen SDMD 1% diinjeksikan sebanyak 0,2 ml secara intraperitoneal. Pemberian antigen dimaksudkan untuk merangsang sistem imun dalam tubuh yang ditandai dengan adanya tanda-tanda inflamasi, salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh mencit. Oleh kerena itu, dilakukan pengukuran suhu dari hari ke-0 sebelum diberi antigen sampai hari ke-7. Setelah hewan diadaptasikan selama 1 minggu, tiap kelompok diinduksi dengan antigen sel darah merah domba 1% secara intraperitoneal pada hari ke-0. Perlakuan dimulai setelah 24 jam pemberian antigen yaitu hari pertama. Perlakuan diberikan selama 7 hari. Perlakuan I, yaitu kontrol negatif diberi aquades + CMC Na 1% sebanyak 0,5 ml/20 g BB secara oral. Perlakuan II, yaitu kontrol positif diberi levamisol dengan dosis 1,4 mg/20 g BB + CMC Na 1% secara oral. Perlakuan III, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 2,5 mg/20 g BB secara peroral. Perlakuan IV, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 5 mg/20 g BB secara peroral. Perlakuan V, yaitu diberi ekstrak daun kelor dengan dosis 10 mg/20 g BB secara peroral. Suhu tubuh mencit yang diukur sebelum induksi antigen yaitu pada hari ke- 0 menunjukkan bahwa suhu hewan uji tersebut adalah normal. Dimana nilai normal 36,537,2oC (Nelwan,1996). Pengukuran suhu pada hari pertama setelah penyuntikkan antigen diketahui meningkat dari suhu normalnya berkisar antara 0,7-0,9 oC. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian antigen dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh mencit, tetapi belum optimal. Sedangkan pengukuran suhu setelah diberi perlakuan pada hari ke 2 sampai hari ke- 7 mengalami penurunan sampai pada suhu normal kembali. Pada hari ke-8 darah mencit diambil melalui sinus orbitalis sebanyak 0,5 ml dan ditampung dalam tabung eppendorf kosong didiamkan pada suhu kamar selama 1-2 jam. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm, dengan tujuan untuk memisahkan serum dengan plasma. Supernatan atau serum diambil karena didalamnya mengandung antibodi, kemudian dilakukan pengukuran titer antibodi dengan teknik hemaglutinasi. Hemaglutinasi merupakan pengujian terhadap serum darah mencit yang dilakukan dengan menambahkan antigen dalam jumlah yang sama. Infeksi berulang memfungsikan sel memori yang mengenali antigen dan segera ditangkap oleh antibodi. Penentuan hemaglutinasi titer antibodi bertujuan untuk mengetahui respon imun humoral dalam melawan serangan atau paparan antigen terutama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel darah merah domba. Berdasarkan tabel 3, uji aktivitas imunostimulan daun kelor ini menggunakan 5 kelompok 23 perlakuan. Kelompok perlakuan pertama diberi CMC Na 1% sebagai kontrol negatif. Kontrol negatif digunakan untuk melihat perbandingan antara kelompok uji yang diberi kontrol positif dan 3 variasi ekstrak. Kontrol negatif memiliki nilai titer antibodi rata-rata 3,81 ± 0,31. Kelompok ke-2 diberi levamisol dosis 1,4 mg/kg sebagai kontrol positif. Levamisol digunakan sebagai kontrol positif karena berfungsi sebagai kontrol yang memberikan efek dan akan dibandingkan dengan ekstrak dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, dan 500 mg/kg bb. Mekanisme levamisol yaitu dapat merangsang pembentukan antibodi terhadap berbagai antigen, meningkatkan respon sel T dan poliferasi, mempotensiasi fungsi monosit dan makrofag termasuk fagositosis dan kemotaksis, dan meningkatkan mobilitas neutrofil (Anonim, 2012). Kontrol positif memiliki nilai titer antibodi rata-rata 5,71 ± 0,25. Kelompok ke-3 diberi ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg bb,dan memiliki nilai titer antibodi rata-rata yang 7,62 ± 0. Kelompok ke-4 diberi ekstrak daun kelor 250 mg/kg bb,dan memiliki nilai titer antibodi rata-rata yang 7,62 ± 0. Kelompok ke-5 diberi ekstrak daun kelor 500 mg/kg bb,dan memiliki nilai titer antibodi rata-rata yang 7,62 ± 0. Berdasarkan hasl penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg bb, dosis 250 mg/kg bb, dan dosis 500 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan dengan meningkatkan titer antibodi sel imun mencit jantan. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) memiliki aktivitas imunostimulan terhadap titer antibodi mencit jantan. b. Pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lamk) dosis 125 mg/kg bb, dosis 250 mg/kg bb, dan dosis 500 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan sebesar 7,62±0. Sedangkan kontrol negatif dan kontrol positif memiliki aktivitas imunostimulan sebesar 3,81±0,31 dan5,71±0,25. 2. Saran a. Perlu dilakukan evaluasi penurunan dosis ekstrak daun kelor dari dosis penelitian ini. b. Perlu dilakukan evaluasi peningkatan dosis antigen dari dosis penelitian ini. c. Perlu ditambah parameter untuk pengujian imunostimulan seperti perhitungan jumlah total leukosit, poliferasi limfosit, presentase jumlah monosit. DAFTAR PUSTAKA 1. Achyat, S.R., M. Sadikin, Sr Widia A. Jusman, Rusdi. (2008). Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) Terhadap Imunitas Humoral Tikus (Rattus nivergicus L.) Galur Wistar Melalui Pengamatan Titer Antibodi Anti-SDMD. Jurnal Bahasa Alam Indonesia. Vol 6 (4). 145-148. 2. Azuma, I. dan Jolles, G. (1987). Immunostimulants, now and 24 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. tomorrow. Berlin: Springer Verlag. Bamishaiye, E.I.F.F., Olayemi, E.F., Awagu dan O.M. Bamshaiye. (2011). Proximate and Phytochemical Composition of Moringa oleifera Leaves at Three Stages of Maturation. Journal of Food Science and Technology. 3(4):233-237 Depkes RI. (2003). Imunisasi untuk anak dan Dewasa, HTA Indonesia; 1-22 Fashey J W. (2005). Moringa oleifera: A Review Of The Medical Evidence For Its Nutritional, Therapeutic and Prophylactic Properties. Journal Tress For Live 1: 1-5. Gaikwad, Switi B., G. Krishna M., Kavita J., dan Reddy. (2011). Moringa Oleifera Leaves; Moringa oleifera Leaves: Immunomodulation In Wistar Albino Rats. International Journal Of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3: 426430 Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia ,Oleh Niksolihin, S., 71, ITB press, Bandung. Hudson, L., & Hay, F. C. (1967). Practical immunology. Oxford:Blackwell Scientific publ. Kumala, S., Aulia, T.D., dan Yun, A.S. (2012). Efek Imunostimulan Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centalla asiatica) Terhadap IgG Mencit Jantan Yang Diinduksi Sel Darah Merah Domba, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila Srengseng Sawah Jayakarsa, Jakarta Selatan. 10. Nelwan, R.H. 1996. Demam Dalam Ilmu Penyakit Dalam. Edisi tiga Jilid ke I.Jakarta: FK UI 11. Putra, D.P. (2010). Isolasi senyawa filantin dari daun meniran (Phyllanthus niruri Linn). Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah 12. Rajanandh M.G dan Kavitha J. (2010). Quantitative Estimation of β-Sitosterol, Total Phenolic and Flavonoid Compounds in the Leaves of Moringa oleifera. International Journal of PharmTech Research. 2(2): 1409-1414. 13. Roitt, I, M. (1990). Pokok-pokok ilmu kekebalan. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 14. Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. 15. Vaghasiya, J.,M. Datani, K. Nandkumar, S. Malaviya, N. Jivani. (2010). Comparative Evalution Of Alcholic And Aqueous Extracts of Ocimun sanctum For Immunomodulatory Activity. Internatonal Journal on Pharmaceutical and Biological Research Vol.1 (1). 25-29. 25