moringa oleifera lamk

advertisement
IMMUNOSTIMULANT ACTIVITY TEST OF 70% ETHANOL EXTRACT
OF MORINGA LEAVES (MORINGA OLEIFERA LAMK) TO ANTIBODY
TITER IN MALE MICE OF BALB/C STRAIN
Etropia Lidgardis Mekeng, Nova Hasani Furdiyanti, Richa Yuswantina
[email protected]
ABSTRACT
Moringa leaf (Moringa oleifera Lamk) is called as a multi- purpose plant
for its flowers, seeds, and leaves contain phytochemicals and nutrients which are
very high. The content of flavonoids and saponins in moringa leaves is suspected
to have an immunostimulatory activity. This study aims to determine
immunostimulatory activity of the extract of Moringa leaves to antibody titer of
immune cells in male mice.
This study was pure experimental study (true experimental) and research
design used Post Test Only Control Group Design. This study used 30 male mice,
divided into 5 groups: negative control (CMC Na 1% + distilled water), the
positive control group (levamisole) with the dose of 1.4 mg / 20g, and the group
of Moringa leaf extract (Moringa oleifera Lamk) with the doses of 125 mg / kg
bw, 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw. Before treatment, the mice were injected
with sheep red blood cells 1% intraperitoneally on day 0. On day 1, each group
was given the test material orally for 7 days. On day 8, blood sampling was done
for measuring antibody titer of immune cells in male mice.
The results show that the extract of Moringa leaves with the doses of 125
mg / kg bw, 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw have greater immunostimulatory
activity shown by measuring the antibody titer with value of 7.62 ± 0 compared to
the negative control and positive with titer values of antibody of 3.81 ± 0.31 and
5.71 ± 0.25.
The extract of Moringa leaves with the doses of 125 mg / kg bw, 250 mg /
kg bw, 500 mg / kg bw have greater immunostimulatory activity shown by
measuring the antibody titer with value of 7.62 ± 0 compared to control positive
with titer value of antibody of 5.71 ± 0.25.
Keywords : Moringa oleifera Lamk, immunostimulant, hemaglutination
methods, antibody titer
22
UJI AKTIVITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK ETANOL 70% DAUN
KELOR (MORINGA OLEIFERA LAMK) TERHADAP TITER ANTIBODI
MENCIT JANTAN GALUR BALB/C
Etropia Lidgardis Mekeng, Nova Hasani Furdiyanti, Richa Yuswantina
[email protected]
ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lamk) disebut juga dengan tumbuhan serba
guna karena bunganya, bijinya, maupun daunnya memiliki kandungan fitokimia
dan zat gizi yang sangat tinggi. Kandungan flavonoid dan saponin daun kelor
diduga memiliki aktivitas imunostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas imunostimulan ekstrak daun kelor terhadap titer antibodi sel
imun mencit jantan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true
experimental) dan desain penelitian menggunakan Post Test Control Only Group
Design. Penelitian ini menggunakan mencit jantan 30 ekor, dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (aquades+CMC Na 1%), kelompok
kontrol positif (levamisol) dosis 1,4 mg/20g, dan kelompok ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lamk) dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb.
Sebelum perlakuan, mencit diinjeksi dengan sel darah merah domba 1% secara
intraperitoneal pada hari ke-0. Pada hari ke-1 masing-masing kelompok diberi
bahan uji secara oral selama 7 hari. Hari ke-8 dilakukan pengambilan darah untuk
pengukuran titer antibodi sel imun mencit jantan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg
bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb memiliki aktivitas imunostimulan yang lebih
besar berdasarkan pengukuran titer antibodi dengan nilai 7,62±0 dibandingkan
kontrol negatif dan positif dengan nilai titer antibodi 3,81±0,31 dan 5,71±0,25.
Ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb memiliki
aktivitas imunostimulan yang lebih besar berdasarkan pengukuran titer antibodi
dengan nilai 7,62±0 dibandingkan kontrol positif dengan nilai titer antibodi
5,71±0,25.
Kata kunci : Moringa oleifera Lamk, imunostimulan, metode hemaglutinasi, titer
antibodi.
PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit
infeksi
mengalami
peningkatan
dalam beberapa tahun terakhir dan
merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kematian di negara
berkembang termasuk Indonesia
(Depkes, 2003). Menurut Riskesdas
prevalensi penyakit infeksi yang
ditularkan melalui udara, makanan
dan air di Indonesia pada tahun 2013
23
mencapai 1,8% - 4,5%. Lima
propinsi yang mempunyai prevalensi
infeksi untuk semua umur adalah
Nusa Tengara Timur, Papua,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
dan Sulawesi Selatan. Meningkatnya
prevalensi penyakit infeksi tersebut
dikarenakan kurangnya kesadaran
manusia untuk menjaga sistem imun
tubuh (Trihono, 2013).
Tubuh terdiri dari berbagai
macam organ yang membentuk
sistem organ dan sistem fungsional
tubuh yang masing-masing bekerja
sama dalam satu kesatuan sistem
tubuh. Diantara sistem tersebut
terdapat sistem pertahanan tubuh
atau disebut juga dengan sistem
imun. Sistem ini bertanggung jawab
melindungi tubuh dari benda-benda
asing yang masuk sehingga fungsi
tubuh tidak terganggu (Roitt,1990;
Azuma dan Jolles, 1987).
Imunostimulan secara umum
didefinisikan sebagai senyawa yang
didesain untuk mempotensi sel-sel
imun. Selain itu imunostimulan
digunakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Konsep imunostimulan
telah dikembangkan dan mulai
diterima dalam terapi pengobatan
sejak pertengahan abad XIX, dengan
tujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh(Hudson dan Hay,1967).
Perkembangan penggunaan
obat-obatan tradisional khususnya
dari
tumbuh-tumbuhan
untuk
membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sudah cukup
meluas. Secara empiris masyarakat
memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan
tersebut sebagai obat, akan tetapi
masih sedikit yang diteliti tentang
kandungan zat aktif didalamnya, oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang kandungan kimia dan efek
farmakologinya (Putra, 2010).
Moringa oleifera Lamk atau
biasa disebut kelor merupakan
tanaman yang dibudidayakan di
negara-negara subtropis dan tropis
seperti di Indonesia (Gaikwad dkk,
2011). Tumbuhan Moringa oleifera
Lamk disebut juga dengan tumbuhan
serba guna atau “the miracle tree of
live” karena bunganya, bijinya
maupun
daunnya
memiliki
kandungan fitokimia dan zat gizi
yang sangat tinggi (Fashey 2005;
Rajanandh dan Kavitha 2010). Hasil
Penelitian Bamishaiye dkk (2011)
menunjukkan hasil bahwa ekstrak
daun Moringa oleifera memiliki
kandungan saponin, flavonoid, tanin,
caumarin antraquinon, alkaloid dan
lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis ingin melakukan
penelitian tentang uji aktivitas
imunostimulan ekstrak etanol 70%
daun kelor (Moringa oleifera Lamk)
terhadap titer antibodi mencit jantan
galur BALB/C.
ALAT DAN BAHAN
Alat : Bejana, aluminium foil,
gunting, kapas, corong, batang
pengaduk, cawan penguap, labu
takar, beker glass, gelas ukur,
waterbath, kandang dan tempat
pakan mencit, timbangan hewan,
timbangan analitik, spuit, microplate
96 lubang (microtitration plate), alat
centrifuge, tabung centrifuge, pipet
tetes, blender, ayakan no 30 mesh,
kain flanel.
Bahan
1. Bahan- bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah daun
kelor (Moringa oleifera Lamk) ,
dan
sebagai
pembanding
2
digunakan levamisol HCl, untuk
penyarian daun kelor (Moringa
oleifera Lamk) digunakan etanol
70%, antigen yang digunakan
adalah sel darah merah domba
(SDMD), EDTA, Phosphat
Buffered Saline (PBS), Pereaksi
yang digunakan NaOH dan asam
klorida.
2. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan
adalah mencit jantan galur
Balb/c usia 2-3 bulan dengan
berat badan 18 –22 gram yang
diperoleh
dari
Fakultas
Peternakan UGM Yogyakarta.
CARA PENELITIAN
1. Determinasi
daun
kelor
(Moringa oleifera Lamk)
dilakukan di Laboratorium
Ekologi dan Biosistematik
Jurusan Biologi Fakultas
Sains
dan
Matematika
Universitas
Diponegoro
Semarang.
2. Penyiapan Simplisia
Daun kelor yang sudah
terkumpul, dilakukan sortasi
basah. Kemudian dicuci
dengan menggunakan air
mengalir sampai bersih.
Selanjutnya dilakukan proses
pengeringan bahan baku daun
kelor
(Moringa
oleifera
Lamk) di bawah sinar
matahari langsung dengan
ditutupi kain berwarna hitam.
Simplisia yang telah kering
dilakukan sortasi kering.
Simplisia dihaluskan dengan
menggunakan
blender,
kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan no. 30
mesh sehingga diperoleh
serbuk halus.
3. Pembuatan Ekstrak
Pembuatan
ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera
Lamk) menggunakan metode
maserasi. Proses maserasi
dimulai
dengan
cara
merendam 500 g serbuk
simplisia kedalam pelarut
etanol 70% sebanyak 3.750
ml, dan terlindung dari
cahaya dengan beberapa kali
pengadukan selama 5 hari.
Hasil maserat I disaring
dengan menggunakan kain
flanel. Kemudian dilakukan
remaserasi dimana ampas
dari
maserasi
pertama
direndam lagi selama 2 hari
dengan pelarut etanol 70%
sebanyak 1.250 ml sehingga
didapat hasil maserat II. Hasil
dari keseluruhan maserasi
(maserat 1 dan maserat 2)
diuapkan
dengan
menggunakan waterbath pada
temperatur 600C sehingga di
dapat ekstrak kental .
4. Identifikasi
senyawa
Flavonoid dan Saponin
a. Uji Flavonoid
1) Sebanyak 0,1 gram
sampel ditambahkan
3 tetes NaOH 0,1 N
lalu
diamati
warnanya. Flavonoid
akan
memberikan
warna
kuning
kecoklatan
(Harbone, 1987).
2) Sebanyak 0,1 gram
sampel ditambahkan
3 tetes H2SO4 pekat
lalu
diamati
warnanya. Flavonoid
akan
memberikan
warna jingga hingga
3
krem(Harbone,
1987) .
b. Uji Saponin
Sebanyak 2,5 ml
sampel dimasukkan
kedalam tabung reaksi
dikocok selama 10
detik. Reaksi positif
ditunjukkan dengan
berbentuknya buih
setinggi 1-10 cm.
pada penambahan satu
tetes HCL 2N buih
tidak hilang (Harbone,
1987).
5. Pelaksanaan Penelitian
a. Perlakuan Hewan Uji
30 ekor mencit jantan
galur BALB/C dibagi
secara
acak
masingmasing 6 ekor / kelompok,
diadaptasikan selama 1
minggu.
Dilakukan
pengukuran suhu mencit
sebelum induksi antigen.
Antigen sel darah merah
domba diberikan pada
hewan uji pada hari ke – 0
secara
intaperitoneal.
Semua hewan uji diberikan
perlakuan dari hari ke-1
sampai hari ke-7 secara
oral.
Dilakukan
pengukuran suhu mencit
pada hari ke 1- hari ke 7.
Perlakuan I, yaitu kontrol
negatif diberi aquades +
CMC Na 1%. Perlakuan II,
yaitu kontrol positif diberi
levamisol dengan dosis 1,4
mg/20 g BB + CMC Na
1%. Perlakuan III, yaitu
diberi ekstrak daun kelor
dengan dosis 125 mg/kg
BB. Perlakuan IV, yaitu
diberi ekstrak daun kelor
dengan dosis 250 mg/kg
BB. Perlakuan V, yaitu
diberi ekstrak daun kelor
dengan dosis 500 mg/kg
BB.
Pada
hari
ke-8
dilakukan
pengambilan
darah pada vena ekor.
Darah dikumpulkan dalam
tabung mikro kemudian
dilakukan
disentrifugasi
dengan kecepatan 5000
rpm selama 10 menit dan
diambil serumnya untuk
pengukuran titer antibodi
dengan
metode
hemaglutinasi.
b. Pengukuran Titer Antibodi
Pengukuran
titer
antibodi dengan metode
Hemaglutinasi
(Achyat
dkk,2007;Vaghasiya dkk,
2010)
Melakukan
dekomplementasi/
inaktivasi serum pada suhu
560C selama 30 menit
untuk mencegah lisis sel
darah
merah
domba
(SDMD)
yang
dapat
mengaburkan
reaksi
hemaglutinasi. Mikroplate
diberi label pada sumursumurnya dengan nomor
1-12.
50
µL
PBS
ditambahkan
kedalam
sumur no 2-12 sedangkan
sumur
nomor
satu
dibiarkan kosong. 100 µL
serum
yang
telah
diinaktivasi ditambahkan
kedalam sumur nomor
satu. 50 µL serum dari
sumur nomor satu diambil,
lalu ditambahkan ke dalam
4
sumur
nomor
dua,
kemudian dihomogenkan.
50 µL serum dari sumur
nomor dua diambil, lalu
ditambahkan
kedalam
sumur
nomor
tiga,
kemudian dihomogenkan.
Begitu seterusnya sampai
sumur nomor 12 sehingga
didapatkan
12
seri
pengenceran
dengan
kelipatan dua, yaitu 1:1,
1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32,
1:64, 1:128, 1:256, 1:512,
1:1024,dan
1:2048.1%
SDMD sebanyak 50 µL
ditambahkan ke dalam
semua sumur nomor 1-12,
kemudian dihomogenkan,
lalu disimpan pada suhu
kamar selama 2 jam. Nilai
titer antibodi ditentukan
dari pengenceran tertinggi
yang
masih
memperlihatkan terjadinya
hemaglutinasi. Angka hasil
pembacaan titer yang
berupa
deret
ukur
dikonversikan ke dalam
deret hitung dengan rumus
sebagai berikut :
2
Log (titer) + 1
HASIL
Hasil Determinasi Tanaman
Kunci Determinasi :
1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b13b-14a-15b-197b-208a-209b-210b211b-214b
(Family
55
Moringaceae)-Moringa
oleifera
Lamk.
Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Saponin
Tabel 1. Identifikasi Senyawa Flavonoid dan Saponin
Uji Kandungan
Hasil
Artinya
Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3
tetes NaOH 0,1 N lalu diamati warnanya.
Flavonoid akan memberikan warna kuning
kecoklatan.
Positif
flavonoid
Sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 3
tetes H2SO4 pekat lalu diamati warnanya.
Flavonoid akan memberikan warna jingga
hingga krem.
Positif
flavonoid
Sebanyak 2,5 ml sampel dimasukkan kedalam
tabung reaksi dikocok selama 10 detik. Reaksi
positif ditunjukkan dengan berbentuknya buih
setinggi 1-10 cm. pada penambahan satu tetes
HCL 2N buih tidak hilang.
Positif
saponin
5
Tabel 2. Suhu Tubuh Hewan Uji Hari ke 0 – Hari ke 7
Kelompok
Suhu Mencit (Mean ± SD)
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
Hari
perlakuan
ke-0
37,18
±
0,19
37,05
±
0,27
ke-1
37,87
±
0,12
37,78
±
0,15
ke-2
37,82
±
0,12
37,75
±
0,12
ke-3
37,80
±
0,09
37,75
±
0,12
ke-4
37,77
±
0,12
37,58
±
0,08
ke-5
37,67
±
0,12
37,38
±
0,08
ke-6
37,62
±
0,08
37,33
±
0,08
ke-7
37,37
±
0,10
37,18
±
0,12
37,05
±
0,27
37,08
±
0,20
37,78
±
0,12
37,83
±
0,08
37,77
±
0,12
37,82
±
0,08
37,70
±
0,13
37,80
±
0,06
37,63
±
0,15
37,67
±
0,10
37,45
±
0,10
37,45
±
0,10
37,20
±
0,18
37,27
±
0,08
37,08
±
0,23
37,15
±
0,15
37,02 37,90 37,74 37,78 37,67 37,37
Dosis
±
±
±
±
±
±
III(500
0,24
0,09
0,10
0,08
0,08
0,14
mg/kg bb)
Ket: * Kontrol negatif (Suspensi CMC Na 1%)
* Kontrol positif (Levamisol dosis 1,4 mg/20 g)
37,17
±
0,16
37,07
±
0,14
Kontrol
negatif
Kontrol
positif
Dosis I(125
mg/kg bb)
Dosis
II(250
mg/kg bb)
Tabel 3. Nilai Titer Antibodi Hewan Uji
Kelompok
Nilai Titer Antibodi
(Mean ± SD)
Kontrol negatif
Kontrol positif
Dosis I(125 mg/kg bb)
Dosis II(250 mg/kg bb)
Dosis III(500 mg/kg bb)
3,81 ± 0,31
5,71 ± 0,25
7,62 ± 0
7,62 ± 0
7,62 ± 0
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa ekstrak daun
kelor (Moringa oleifera Lamk)
memiliki aktivitas imunostimulan.
Penelitian ini menggunakan 30 ekor
mencit jantan galur BALB/C yang
dibagi menjadi 5 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri atas
6 ekor mencit. Sebelum dilakukan
penelitian, hewan uji diadaptasikan
selama 1 minggu untuk menghindari
stres dan diberi pakan secukupnya.
Hewan uji yang digunakan
adalah mencit jantan galur BALB/C
usia 2-3 bulan dengan berat badan
18-22 gram, karena pada usia
tersebut sesuai dengan usia dewasa
pada manusia sehingga diharapkan
kadar hormon dalam tubuhnya telah
stabil dan sistem imun pada mencit
jantan tidak dipengaruhi oleh hormon
2
reproduksi. Mencit galur BALB/C
pada
beberapa
penelitian
menunjukkan sensitivitas terhadap
antigen. Antigen yang digunakan
untuk induksi produksi antibodi
adalah sel darah merah domba
(SDMD) 1% dalam larutan PBS,
dimana SDMD merupakan antigen
terbaik untuk pengujian produksi
antibodi pada hewan percobaan.
Antigen SDMD 1% diinjeksikan
sebanyak
0,2
ml
secara
intraperitoneal. Pemberian antigen
dimaksudkan untuk merangsang
sistem imun dalam tubuh yang
ditandai dengan adanya tanda-tanda
inflamasi, salah satunya adalah
peningkatan suhu tubuh mencit. Oleh
kerena itu, dilakukan pengukuran
suhu dari hari ke-0 sebelum diberi
antigen sampai hari ke-7. Setelah
hewan diadaptasikan selama 1
minggu, tiap kelompok diinduksi
dengan antigen sel darah merah
domba 1% secara intraperitoneal
pada hari ke-0. Perlakuan dimulai
setelah 24 jam pemberian antigen
yaitu hari pertama. Perlakuan
diberikan selama 7 hari.
Perlakuan I, yaitu kontrol
negatif diberi aquades + CMC Na
1% sebanyak 0,5 ml/20 g BB secara
oral. Perlakuan II, yaitu kontrol
positif diberi levamisol dengan dosis
1,4 mg/20 g BB + CMC Na 1%
secara oral. Perlakuan III, yaitu
diberi ekstrak daun kelor dengan
dosis 2,5 mg/20 g BB secara peroral.
Perlakuan IV, yaitu diberi ekstrak
daun kelor dengan dosis 5 mg/20 g
BB secara peroral. Perlakuan V,
yaitu diberi ekstrak daun kelor
dengan dosis 10 mg/20 g BB secara
peroral.
Suhu tubuh mencit yang
diukur sebelum induksi antigen yaitu
pada hari ke- 0 menunjukkan bahwa
suhu hewan uji tersebut adalah
normal. Dimana nilai normal 36,537,2oC (Nelwan,1996). Pengukuran
suhu pada hari pertama setelah
penyuntikkan antigen diketahui
meningkat dari suhu normalnya
berkisar antara 0,7-0,9 oC. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian
antigen
dapat
menyebabkan
peningkatan suhu tubuh mencit,
tetapi belum optimal. Sedangkan
pengukuran suhu setelah diberi
perlakuan pada hari ke 2 sampai hari
ke- 7 mengalami penurunan sampai
pada suhu normal kembali.
Pada hari ke-8 darah mencit
diambil melalui sinus orbitalis
sebanyak 0,5 ml dan ditampung
dalam tabung eppendorf kosong
didiamkan pada suhu kamar selama
1-2 jam. Kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 5000 rpm, dengan
tujuan untuk memisahkan serum
dengan plasma. Supernatan atau
serum diambil karena didalamnya
mengandung antibodi, kemudian
dilakukan pengukuran titer antibodi
dengan teknik hemaglutinasi.
Hemaglutinasi
merupakan
pengujian terhadap serum darah
mencit yang dilakukan dengan
menambahkan antigen dalam jumlah
yang
sama.
Infeksi
berulang
memfungsikan sel memori yang
mengenali antigen dan segera
ditangkap oleh antibodi. Penentuan
hemaglutinasi titer antibodi bertujuan
untuk mengetahui respon imun
humoral dalam melawan serangan
atau paparan antigen terutama yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah sel darah merah domba.
Berdasarkan tabel 3, uji
aktivitas imunostimulan daun kelor
ini menggunakan 5 kelompok
23
perlakuan. Kelompok perlakuan
pertama diberi CMC Na 1% sebagai
kontrol negatif. Kontrol negatif
digunakan
untuk
melihat
perbandingan antara kelompok uji
yang diberi kontrol positif dan 3
variasi ekstrak. Kontrol negatif
memiliki nilai titer antibodi rata-rata
3,81 ± 0,31. Kelompok ke-2 diberi
levamisol dosis 1,4 mg/kg sebagai
kontrol positif. Levamisol digunakan
sebagai kontrol positif karena
berfungsi sebagai kontrol yang
memberikan
efek
dan
akan
dibandingkan dengan ekstrak dosis
125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb, dan
500 mg/kg bb. Mekanisme levamisol
yaitu
dapat
merangsang
pembentukan antibodi terhadap
berbagai antigen, meningkatkan
respon sel T dan poliferasi,
mempotensiasi fungsi monosit dan
makrofag termasuk fagositosis dan
kemotaksis,
dan
meningkatkan
mobilitas neutrofil (Anonim, 2012).
Kontrol positif memiliki nilai titer
antibodi rata-rata 5,71 ± 0,25.
Kelompok ke-3 diberi ekstrak daun
kelor dosis 125 mg/kg bb,dan
memiliki nilai titer antibodi rata-rata
yang 7,62 ± 0. Kelompok ke-4
diberi ekstrak daun kelor 250 mg/kg
bb,dan memiliki nilai titer antibodi
rata-rata yang 7,62 ± 0. Kelompok
ke-5 diberi ekstrak daun kelor 500
mg/kg bb,dan memiliki nilai titer
antibodi rata-rata yang 7,62 ± 0.
Berdasarkan hasl penelitian
dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak daun kelor dosis 125 mg/kg
bb, dosis 250 mg/kg bb, dan dosis
500 mg/kg bb memiliki aktivitas
imunostimulan dengan meningkatkan
titer antibodi sel imun mencit jantan.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lamk) memiliki
aktivitas
imunostimulan
terhadap titer antibodi mencit
jantan.
b. Pemberian ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lamk)
dosis 125 mg/kg bb, dosis
250 mg/kg bb, dan dosis 500
mg/kg bb memiliki aktivitas
imunostimulan
sebesar
7,62±0. Sedangkan kontrol
negatif dan kontrol positif
memiliki
aktivitas
imunostimulan
sebesar
3,81±0,31 dan5,71±0,25.
2. Saran
a. Perlu dilakukan evaluasi
penurunan dosis ekstrak daun
kelor dari dosis penelitian
ini.
b. Perlu dilakukan evaluasi
peningkatan dosis antigen
dari dosis penelitian ini.
c. Perlu ditambah parameter
untuk
pengujian
imunostimulan
seperti
perhitungan jumlah total
leukosit, poliferasi limfosit,
presentase jumlah monosit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achyat, S.R., M. Sadikin, Sr
Widia A. Jusman, Rusdi. (2008).
Pengaruh Pemberian Minyak
Buah
Merah
(Pandanus
conoideus
Lam)
Terhadap
Imunitas Humoral Tikus (Rattus
nivergicus L.) Galur Wistar
Melalui
Pengamatan
Titer
Antibodi Anti-SDMD. Jurnal
Bahasa Alam Indonesia. Vol 6
(4). 145-148.
2. Azuma, I. dan Jolles, G. (1987).
Immunostimulants, now and
24
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
tomorrow.
Berlin:
Springer
Verlag.
Bamishaiye, E.I.F.F., Olayemi,
E.F.,
Awagu
dan
O.M.
Bamshaiye. (2011). Proximate
and Phytochemical Composition
of Moringa oleifera Leaves at
Three Stages of Maturation.
Journal of Food Science and
Technology. 3(4):233-237
Depkes RI. (2003). Imunisasi
untuk anak dan Dewasa, HTA
Indonesia; 1-22
Fashey J W. (2005). Moringa
oleifera: A Review Of The
Medical Evidence For Its
Nutritional, Therapeutic and
Prophylactic Properties. Journal
Tress For Live 1: 1-5.
Gaikwad, Switi B., G. Krishna
M., Kavita J., dan Reddy. (2011).
Moringa
Oleifera
Leaves;
Moringa
oleifera
Leaves:
Immunomodulation In Wistar
Albino
Rats.
International
Journal Of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 3: 426430
Harbone, J.B. (1987). Metode
Fitokimia ,Oleh Niksolihin, S.,
71, ITB press, Bandung.
Hudson, L., & Hay, F. C. (1967).
Practical
immunology.
Oxford:Blackwell
Scientific
publ.
Kumala, S., Aulia, T.D., dan
Yun,
A.S.
(2012).
Efek
Imunostimulan Ekstrak Etanol
Herba
Pegagan
(Centalla
asiatica) Terhadap IgG Mencit
Jantan Yang Diinduksi Sel Darah
Merah
Domba,
Fakultas
Farmasi, Universitas Pancasila
Srengseng Sawah Jayakarsa,
Jakarta Selatan.
10. Nelwan, R.H. 1996. Demam
Dalam Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi tiga Jilid ke I.Jakarta: FK
UI
11. Putra, D.P. (2010). Isolasi
senyawa filantin dari daun
meniran (Phyllanthus niruri
Linn).
Skripsi.
Surakarta:
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah
12. Rajanandh M.G dan Kavitha J.
(2010). Quantitative Estimation
of β-Sitosterol, Total Phenolic
and Flavonoid Compounds in the
Leaves of Moringa oleifera.
International
Journal
of
PharmTech Research. 2(2):
1409-1414.
13. Roitt, I, M. (1990). Pokok-pokok
ilmu kekebalan. Jakarta: PT.
Gramedia Utama.
14. Trihono. (2013). Riset Kesehatan
Dasar 2013, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian
Kesehatan
RI,
Jakarta.
15. Vaghasiya, J.,M. Datani, K.
Nandkumar, S. Malaviya, N.
Jivani. (2010). Comparative
Evalution Of Alcholic And
Aqueous Extracts of Ocimun
sanctum For Immunomodulatory
Activity. Internatonal Journal on
Pharmaceutical and Biological
Research Vol.1 (1). 25-29.
25
Download