1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung 1. Anatomi Jantung Jantung manusia adalah suatu organ tubuh sebesar kepalan tangan, yang berada pada rongga dada, dibelakang tulang dada bagian bawah dan melebar ke kiri sampai dekat pada putting susu laki-laki, pada batas paling kiri dan paling kanan bawah, terdapat apa yang dinamakan ujung jantung dimana dapat diraba denyut jantung selama masih bekerja. Jaringan yang tersusun menjadi jantung, terutama terdiri dari jaringan otot yang dinamakan miokard atau otot jantung, yang mendindingi empat rongga jantung yakni serambi kanan atau atrium kanan dan kiri, serta bilik jantung atau ventrikel kanan dan kiri ke dalam menghadap rongga jantung. Miokard dilapisi oleh selaput lain lagi yang dinamakan epikard yang merupakan bagian dari perikor yang merupakan suatu kantung pembungkus jantung. (Kartohoesodo) 2. Fungsi Jantung Jantung merupakan organ pemompa darah yang besar untuk memelihara peredaran darah ke seluruh tubuh, pada keadaan normal, jumlah darah yang dipompa oleh jantung sesuai dengan jumlah darah yang masuk kembali ke jantung. Peredaran darah ini penting untuk pengambilan oksigen dan perluasan karbondioksida yang merupakan taksoid bagi tubuh (Evelyn, 1997) Otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastol, keluar dari ruang. Ruangannya melalui atau dengan cara berkontraksi dan kontraksi diantarakan melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali yang sangat jelas dalam berkas his. Otot jantung memiliki juga kekuatan untuk berkontraksi ritmik secara otomatik dengan tidak tergantung pada rangsangan saraf (Evelyn, 1997) 4 2 Kontraksi otot ventrikel lain yang memompakan darah kedalam pangkal aorta menghasilkan gelombang pulsa tekanan (pressure pulsa vulve) yang disalurkan kedalam sistem arteri Tekanan darah banyak bergantung pada : 1. Curah jantung yang merupakan cermin jantung 2. Rewestensi vaskourperifer 3. Tonus dan elastisitas arteri 4. Volume darah dalam arteri 5. Viskositas darah (Soeparman, 1987) 3. Macam Penyakit Jantung Berbagai macam penyakit jantung (kardiovaskuler) yang ada diantaranya atherosklerosis miokardiad ini akut, congestive heart foiluve, decompensasi cardis, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung bawaan (Kartohoesodo, 1982) Dari beberapa daerah penyakit jantung tersebut ada 3 penyakit yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, penyakit tersebut adalah 1. Penyakit jantung koroner 2. Penyakit jantung hipertensi 3. Penyakit jantung rematik (Soehardo, 1982) Atherosklerosis merupakan tipe penyakit jantung koroner yang telah lama merupakan masalah kesehatan yang menjadi prioritas utama di negara maju, juga merupakan penyebab kematian kedua setelah hipertensi dalam kelompok penyakit kardiovaskuler. (Soeparman, 2987) Akibat langsung hipertensi terhadap jantung berupa pembesaran jantung yang kemudian pangkal penyakit jantung koroner dari akibat langsung hipertensi terhadap jantung (Soeparman, 1987) 3 4. Faktor Resiko Faktor resiko utama kardiovaskuler yang dikenal dapat di golongkan secara logis sebagai sifat pribadi aterogenik, kebiasaan hidup atau faktor lingkungan, meningkatkan faktor hospes, tanda penyakit praklinik dan kerentangan hospes terhadap semua pengaruh yang berbeda (Handall) B. Jantung Koroner 1. Definisi Penyakit jantung koroner : Suatu keadaan dimana terjadinya penyempitan penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner (Krisnatuti dan Yenrina, 1999) 2. Etiologi Penyakit jantung koroner adalah ketidakseimbangan antara Demand dan supply atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan dinding ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan akan oksigen dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan pembuluh darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh atherosklerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia myocard yang tersamar, angina pectoris, infark myocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak (Margaton, 1996) 4 3. Patofisiologi Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukaan bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, dan trombosit tertarik ke daerah yang kasar, jaringan akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukan gajala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pektori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya, lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron, VLDL (Very low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol dan merupakan yang paling aterogenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat di klasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore,1997) 4. Penyebab Jantung Koroner Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini di sebut penyakit jantung koroner. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak sistem golongan irama jantung dan berakhir dengan kematian (krisnatuti dan Yenrina, 1999) Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan dihati dan di metabolisme menjadi kolesterol pembetuk asam empedu 5 yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan (arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteri koroneria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi karena mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantungpun terhenti (Sulistijani, 1998) 5. Gejala Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada dibagian tengah, lalu menyebar ke leher, dagu, dan tangan, rasa tersebut akan hilang beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplay oksigen. Hampir semua organ pernah merasakan hal semacam ini sehingga terkadang orang sulit membedakan apakah ini merupakan tanda dan serangan penyakit jantung atau bukan. Umumnya orang akan merasakan hal tersebut sebagai rasa tidak enak badan saja. Gejala lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina pektoris), kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional. Antara jantung dan paru-paru terjalin hubungan yang erat, pada keadaan normal kedua organ ini saling menunjang. Jantung memiliki beberapa ruangan, bagian kanan organ jantung akan mendorong darah melalui paru-paru guna mengikat oksigen dan melepaskan karbondioksida. Sedangkan bagian kiri organ jantung mendapatkan darah dari paru-paru dan mengalirkannya keseluruh tubuh, menurunnya kemampuan jantung memompa darah dapat menyebabkan bendungan (oedem) dan paru-paru, 6 kaki, dan liver, jika oedem terjadi pada paru-paru dapat menimbulkan rasa sesak nafas di dada. Akibat lebih parah dari gejala penyakit jantung adalah pingsan. Hal ini terjadi karena aliran darah dan oksigen ke otak mengalami gangguan secara tiba-tiba. Pada usia lanjut, gejala serangan jantung sering tidak disertai keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada umumnya memang tidak spesifik untuk diagnosis angina pektoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data yang akurat. Pada keadaan tenang elektro diagram pada orang yang mengidap angina pektoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat, sebaliknya menjadi normal pada saat melakukan kerja fisik. Riwayat angina pektoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat. Berbeda dengan kasus infark miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kadiografi dan dikaitkan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi (Krisnatuti dan Yensina, 1999) 6. Faktor resiko penyakit jantung koroner Dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner tidak ditimbulkan oleh penyebab tunggal, namun ada beberapa faktor resiko yang dituding sebagai biang penyakit ini (Krisnawati dan Yenria, 1999) Faktor resiko adalah semua faktor yang mendorong peningkatan terbentuknya atherosklerosis atau disebut juga atherogenik faktor (Siepoe, 1993). 7 Faktor resiko diartikan sebagai karakteristik dengan kejadian atau penyakit diatas rata-rata. Faktor resiko mempunyai pengaruh sangat kuat dan lemah. Lebih jauh Linder (1992) dan Hernan (1991) mengelompokan faktor resiko penyakit jantung koroner dalam dua kelompok, yaitu faktor kelompok primer dan sekunder. Beberapa faktor terbentuknya Atherosklerosis a. Faktor resiko primer 1. Merokok (1 pak / lebih dari sehari) 2. Hipertensi (diastolik lebih dari 90 mmHg : sistolik lebih dari 150 mmHg) 3. b. Peningkatan kolesterol plasma (lebih dari 240-250) Faktor resiko sekunder 1. Peningkatan trigliserida plasma 2. Obesitas 3. Diabetes Mellitus 4. Stress klonis 5. Pil KB 6. Vasiktomi 7. Kurang aktivitas fisik 8. Keturunan (genetik, umur, jenis kelamin pria) c. Hubungan kejadian dengan konsumsi makanan tertentu Korelasi positif 1. Protein hewani 2. Kolesterol 3. Daging 4. Lemak total 5. Telur 6. Gula 7. Kolori total 8. Lemak hewani 8 Korelasi negatif 1. Serat 2. Protein nabati Resiko resiko tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki tiga faktor resiko memiliki peluang terserang penyakit jantung enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu faktor resiko. Sedangkan faktor resiko seperti genetik, umur dan jenis kelamin susah dikendalikan. Factor resiko penyakit jantung berkaitan dengan diit, bagaimana pengaturan gizi sangat berperan dalam menekan beberapa faktor primer maupun sekunder penyakit jantung koroner. Penyakit jantung bersifat multifaktorial. Atherosklerosis diyakini sebagai rangkaian penyebab penyakit jantung. (Krisnatuti dan Yenrina, 1999) C. Penatalaksanaan Nutrisi a. Manajemen Nutrisi Penatalaksanaan Nutrisi Penderita Jantung Koroner Menurut Persagi (1996),bertujuan untuk (1) memberikan makanan seckupnya tanpa memberatkan kerja jantung (2) menurunkan berat badan bila terjadi penderita terlalu gemuk (3) mencegah dan menghilangkan penimbunan garam air. Sedangkan menurut panduan Diit yang direkomendasikan oleh AHA dan NCEP adalah: 1. Diit tingkat 1 Batasan Diit tingkat 1 rata rata setiap hari Menurut AHA dan NCEP adalah: a. Tidak merokok b. Tingkat masukan kalori dan aktifitas fisik yang sesuai untuk mencegah kegemukan dan mengurangi berat badan bagi mereka yang obesitas. 9 c. Konsumsi lemak sebesar 30 % atau kurang dari kalori setiap harinya. d. Konsumsi maksimal 8 – 10 %kalori dari Asam lemak jenuh. e. Konsumsi maksimal 10 % dari total kalori berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk. f. Konsumsi maksimal 300 mg perhari kolestarol. g. Konsumsi tidak lebih dari 2 – 4 gram sodium (gram). h. Konsumsi 55 – 60 % dari kalori yang berbentuk karbohidrat komleks. i. Protein berjumlah 15 – 20 % dari total kalori. j. Serat yang larut 20 – 30 gram perhari. 2. Diit tingkat II Pada dasarnya sama dengan penatalaksanaan Diit tingkat I.Diit tingkat II dilakukan apabila Diit tingkat I belum berhasil mencapai sasaran yaitu bila penirunan kadar total kolesterol kurang dari 10 %. Diit tingkat II ditekankan pada mereka yang positif memiliki tanda – tanda penyumbatan pada arteri yaitu: D. a. Konsumsi maksimal 7 % dari asam lemak jenuh. b. Konsumsi maksimal 200 Mg perhari kolesterol. Asupan Serat,Sumber Kolesterol Dan Status Gizi 1. Serat Makanan Sepanjang abad ini, peranan serat banyak diperdebatkan, sekarang banyak dokter dan ahli gizi menganjurkan supaya serat selalu terdapat dalam makanan utama untuk mencegah konstipasi, kemudian karena beberapa alasan penelitian ini merupakan hal yang rumit dan melibatkan “perilaku sais” perubahan cara makan (Diet) karena kehidupan kota (urban) meningkat dan reaksi medis masih terhadap peranan serat yang dibesar-besarkan oleh vegetarian, selain itu perhatian para ahli banyak terserap pada masalah-masalah menarik dalam bidang gizi dengan adanya 10 penemuan asam amino esensial, lemak, vitamin, dan unsur-unsur makro. Sehingga perhatian terhadap masalah serat yang nampaknya tidak ada hubungannya dengan gizi berkurang (Robert E Olson, 1987) Dalam dasawarsa ini serat makanan mendapat perhatian orang. Sumber utama serat ini adalah hasil tanaman. Khususnya dinding sel tanaman dari sayur dan buah-buahan. Serat makanan pada umumnya terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum dan musilase. Meskipun dari dulu tidak pernah dianggap sebagai zat gzi, kini serat telah diakui sebagai bahan penting di bidang gizi (Winarno, 1993) 1. Definisi dan Jenis Serat Serat adalah komponen dari tumbuhan yang dikonsumsi dan tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia (Saptorini, 2002 Jenis serat digolongkan : 1. Serat tidak larut dalam air c. Selulosa Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer glukosa rantai linier. Rantai molekul pembentuk selulosa akan semakin panjang seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Didalam tanaman, fungsi selulosa adalah memperkuat dinding sel tanaman. Sedangkan didalam pencernaan, berperan sebagai pengikat air, namun jenis serat ini tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan mempengaruhi masa feces. Sayur-sayuran dan buah-buahan paling banyak mengandung selulosa dan akan mengalami perubahan tekstur pada proses penyimpanan dan pengolahan. d. Hemiselulosa Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek di banding selulosa. Unit monomer pembentuk hemiselulosa tidak sama dengan unit penyusun heteromer. Unit ini terdiri dari heksosa dan pentosa. Hemiselulosa berfungsi memperkuat makanan dinding sel tanaman dan sebagai cadangan makanan bagi 11 tanaman. Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampu berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada makanan serealia, sayur-sayuran, buah-buahan. Selama proses penyimpanan dan pengolahan, kandungan hemiselulosa yang terdapat dalam bahan makanan mudah mengalami perubahan tekstur. e. Lignin Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil propan. Lignin bersama-sama holoselulosa (merupakan gabungan antara selulosa) berfungsi membentuk jaringan tanaman, terutama memperkuat sel-sel kayu. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar difermentasi oleh bakteri kolon. Kandungan lignin yang terdapat pada tanaman tidak sama, tergantung jenis dan umur tanaman. Serelia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin. 2. Serat yang larut dalam air a. Pektin Pektin terdapat dalam dinding sel primer tanaman dan berfungsi sebagai perekat antara dinding sel tanaman. Pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam galakturonat (turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galakturonat lebih banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan pada kulit juga dapat mempertahankan kadar buah air. Semakin matang buah maka kandungan pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang 12 b. Musilase Musilase ditemukan dalam lapisan endosperma biji tanaman. Strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda. Musilase mampu mengikat air sehingga kadar air dalam biji tanaman tetap bertahan. Selain itu, musilase juga mampu membentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacangkacangan. c. Gum Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis serat yang lain. Namun, kegunaannya amat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman yang terluka. Oleh karena memliki molekul hidrofik yang berkombinasi dengan air, menyebabkan gum mempu membentuk gel. Gum juga ada yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada kacangkacangan, sayuran, dan buah-buahan. Gum dapat pula ditemukan pada batang akasia. Gum pada tanaman akasia dikenal sebagai gum yang mengandung molekul arabinosa, rhamnosa, galaktosa, dan asam glukoronat. Gum jenis ini biasanya tidak digunakan untuk diit, tetapi sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan, yaitu sebagai stabiliser (pengikat) (Sulistijani, 1998) 2. Sumber Serat Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan serealia merupakan makanan sumber serat yang baik, sedangkan jenis makanan hewani seperti daging, susu, telur dan mentega serta minyak merupakan makanan yang sama sekali tiak mengandung serat karena besarnya peranan serat dalam sistem pencernaan. Maka di AS mulai 13 dilkembalikan produksi roti tinggi serat untuk mempertinggi konsumsi serat mereka. Roti tinggi serat mengandung 70 % bubuk selulosa yang dicampur dalam pembuatan roti (Nursanyoto, 1992) 3. Manfaat Serat Menurut Burkitt, Walker, Painter bahwa selulosa, lignin, dan pektin sebagai serat telah lama dikenal dan diketahui sangat berperan di dalam membantu pencernaan makanan di usus halus. Beberapa ilmuwan di Inggris mengungkapkan suatu teori bahwa konsumsi serat yang tinggi mampu mencegah penyakit dan infeksi pada saluran pencernaan. Hal ini didasari oleh pengamatan atas penduduk didaerah pedalaman, mereka masih mengkonsumsi serta dalam jumlah yang cukup banyak pada saat mereka berurbanisasi ke kota-kota besar atau ke daerah yang ramai mereka umumnya mengalami kelainan metabolik dan menderita kanker pada usus bersarnya. Setelah di pelajari sebabnya maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tipe-tipe makanan dari tinggi serat ketika tinggal di daerah pendalaman menjadi rendah serat ketika tinggal di kota-kota besar, itulah yang menyebabkan timbulnya insiden diatas (Hertag N, 1992) Efek yang bisa dibagi menjadi efek yang berhubungan dengan rasa kenyang. Efek pada saluran pencernaan dan pada sirkulasi enterohepatik a. Rasa kenyang, bagi Heaton, fungsi utama serat dalam kedudukannya sebagai komponen makanan adalah meningkatkan kebutuhan tubuh untuk mengunyah dan karena serat tidak bisa dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia, maka serat akan masuk kedalam kolom dalam kedaan utuh. Dalam keadaan utuh, serat membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga memberikan perasaan kenyang tanpa menambah kalor,i serat merupakan penghalang alami terhadap pemasukan energi yang berlebihan. 14 b. Makanan berserat dan penyakit jantung. Penyelidikan pada Vegetarian, menunjukkan konsentrasi kolesterol pada serumnya lebih renah, menunjukkan konsentrasi kolesterol pada serumnya lebih rendah dan tingkat terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok ini lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain yang mengkonsumsi daging sehingga semakin tinggi kolesterol jika tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup maka akan terjadi atherosklerosis, dimana terjadi penyumbatan pada pembuluh koroner karena kolesterol plasma yang menumpuk. Menurut Reily dan Kirsner bahwa ada hubungan yang erat antara makanan yang rendah serat dengan terjadinya penyakit non infeksi pada saluran pencernaan juga dibuktikan di Rumah Sakit pada penyelidikan tentang kelainan yang biasanya terjadi di usus besar (diverticulasis). Penyakit ini digambarkan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya luka atau lumbung kecil pada usus besar tersebut (Nursanyoto, 1992) Serat merupakan suatu subtansi yang berperan dalam proses pengerasan feses. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan membuat feses lebih lancar keluar. Maka secara teoritis dikatakan bahwa makanan yang tinggi serat akan memperpendek aktifitas bakteri yang terdapat pada usus karena makanan yang mengandung tinggi serat akan memperlancar dan mempercepat pengeluaran feses. Pada makanan yang mengandung serat sedikit, maka feses akan lebih lama terhadap di usus, oleh karenanya akan merangsang metabolisme bakteri usus. Produk aktif metabolisme bakteri akan melukai dinding saluran pencernaan. (F.G Winarno, 1993) 4. Konsumsi Serat Konsumsi serat makanan di Inggris hanya sekitar 32-40 gram sehari perorang, untuk penduduk Asia dan Afrika rata-rata 55-125 gram perorang perhari (F.G. Winarno). Dan di Amerika disarankan untuk mengkonsumsi serat antara 40-51 gram perhari, serta di Indonesia 15 dianjurkan untuk mengkonsumsi serat antara 20-35 gram perhari. Penambahan konsumsi harus bertahap karena penambahan yang mendadak dapat menyebabkan flatus, kram yang mungkin biasa, pengaruh ini biasanya hanya beberapa hari sampai terjadi adaptasi. Perlu diingat bila konsumsi banyak serat harus cukup minum (Sutarjo, 1993) Dari hasilpenelitian Dr.Arifin Ahmad, 1998 di Jakarta ditemukan 94% subyek penelitian penderita PJK hanya mengkonsumsi 7,5 gram serat perhari. Angka ini lebih rendah dan rata-rata nasional konsumsi serat penduduk Indonesia yaitu sebanyak 10,5 gram. (Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001) berarti hal ini sangat kurang jika dibandingkan dengan anjuran para pakar gizi dan lembaga kesehatan dunia yang, menganjurkan konsumsi serat 25 - 35 gram perhari. Anjuran penggunaan serat Menurut Mayer dan Goldberg (1990), orang dewasa sehat dianjurkan mengkonsumsi serat makanan yang dianjurklan sedikit 10-13 g/1.000 galon. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanvak 27-35 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2.700 kal/hari) dan untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 g/hari (dengan ratarata konsumsi energi 2.100 kal/hari). Data lain juga diberikan oleh "National Cancer Institute", Amerika Serikat yang menganjurkan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa adalah sebanyak 20-30 g/hari. Sedangkan "Amerika Diet Association" (ADA) merekomendasikan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa sebanyak 25-35 g/hari." Serat yang direkomendasikan untuk penderita jantung koroner, dikhususkan pada jenis serat larut,yang harus di konsumsi sehingga mencapai 35 gr per hari.Karena untuk mengikat kolesterol yang dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga kolesterol ini tidak diserap kembali oleh usus. 16 2. Kolesterol a. Definisi Kolesterol : Lemak berwarna kekuningan dan berupa lilin yang diproduksi oleh tubuh kita, teutama di dalam liver (hati) (Adiwiyoto, 1997) b. Kolesterol sebagai faktor resiko Kenaikan kadar kolesterol dalam darah tidak dapat disanggah lagi merupakan factor resiko dalam pembentukan penyakit jantung koroner. Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah, menurunkan pula resiko pembenntukan aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner. Kolesterol sendiri tidak dapat dipisahkan dari lipoprotein dan lipida. Lainnya sebagai factor aterogenik, sebab dalam sirkulsi kolesterol berkaitan dengan lipoprotein. 1. Pada pria pertengahan manula (Middle-age) Kenaikan kadar kolesterol dalam darah mempunyai resiko yang tinggi khususnya aterosklerosis atau LDL kolesterol untuk pembentukan penyakit jantung koroner sedang pada usia lanjut, yang memegang peranan adalah kenaikan total kolesterol dalam darah. Hal ini diketahui dari penurunan kejadian penyakit jantung koroner. 2. Pada wanita Wanita sebelum menopause, resiko menderita penyakit jantung koroner agak kurang. Hal ini terutama LDL kolesetrol agak rendah kadarnya dalam darah. Apabila wanita telah menjalani menopouse, kadar LDL kolesterolnya akan meningkat, sebab kehilangan estrogen stimulasi LDL. Pada wanita maupun pria yang lanjut usia, pengobatan pencegahan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah akan mempengaruhi kasus penyakit jantung koroner. 17 3. Pada orang dewasa dan anak-anak Kenaikan-kenaikan kadar kolesterol dalam darah pada orang dewasa dan anak-anak, menstimulasikan penyakit jantung koroner pada masa usia lanjut atau pertengahan usia. Trigliserida Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah peningkatan terhadap LDL kolesterol dan penurunan LDL kolesterol apabila terjadi hipertrigliseridemia. Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama dengan VLDL yang bersifat aterogenik. Disamping itu hipertrigliseridemia membantu trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah, menambah faktor resiko pembentukan aterosklerosis. Lippo Protein Lippo protein yang bersifat aterogenik terutama LDL (Low Density Lippoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lippoprotein) serta kilomikron (butir lemak yang bersirkulasi dalam darah). Oleh pengaruh beberapa jenis enzim akan menjadi LDL yang bersifat aterogenik. Kenaikan kadar LDL dalam darah yang berarti terjadi hiperkolerteremia, merupakan prematur dari arterosklerosis ataupun proses dini dari kadar penyakit jantung koroner (Sitepoe, 1993). Kadar Kolesterol Yang Sehat Lemak Jenuh Lemak ini dikenal karena bentuknya selalu padat dalam suhu ruangan, lemak hewani margarin keras termasuk lemak jenuh. Semakin banyak lemak yang kita makan, semakin tinggi pula kadar kolesterol darah kita, dan semakin besar resiko kita terkena penyakit jantung. Kalau kita mengurangi kadr lemak jenuh dalam susunan menu kita, kadar kolesterol kita akan menurun dengan relatif cepat, kerapkali 18 dalam waktu tiga sampai empat minggu. Karena alasan itulah, dalam merencanakan diet yang dimaksudkan untuk mengurangi resiko arterosklerosis, kita harus menyingkirkan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh secara berlebihan. Untunglah banyak sekali makanan alternatif yang lezat yang bisa kita peroleh, kadar lemak dalam setiap susunan menu tidak boleh lebih dari 30 % energi total yang kita masukkan. Inilah satu-satunya cara untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan lemak darah. Lemak Tidak Jenuh Lemak tidak jenuh dikenali dari bentuknya yang selalu cair atau paling tidak lunak, dalam suhu ruangan berlawanan dengan lemak jenuh, jenis ini biasanya lemak nabati. Satu-satunya perkecualian adalah minyak ikan, contoh lemak tidak jenuh adalah minyak biji bunga matahari, minyak jagung, minyak zaitun, dan beberapa jenis margarine lunak. Yang paling penting diketahui adalah bahan lemak tidak jenuh ganda lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan lemak tidak jenuh tunggal. Sedangkan lemak jenuh meningkatkan kadar kolesterol. Maka jika kita menggantikan lemak jenuh dalam susunan menu kita dengan minyak dan lemak tidak jenuh, kadar kolesterol dalam darah akan turun. Kadar lemak tidak jenuh ganda juga memberikan pengaruh, jenis lemak ini mempengaruhi kemampuan darah untuk membentuk, yang berlawanan dengan pengaruh yang diberikan oleh lemak jenuh ini akan mengurangi resiko pengumpulan darah. Kemampuan minyak tidak jenuh ganda lainnya adalah kemampuannya melarutkan lemak jenuh dalam tubuh, yang berarti bahwa lemak ini “meleleh” dan bukannya terkumpul dalam arteri yang akhirnya menyumbat aliran darah. Ikan mengandung lemak tidak jenuh ganda dan ini menghalangi kecenderungan darah untuk menggumpal dan dengan demikian 19 mengurangi resiko terjadinya trombosit, karena itulah maka baik bagi kita kalau makan minyak ikan, seperti minyak hati, atau paling sedikit makan ikan sekali atau dua kali dalam seminggu. Kadar kolesterol darah tidak turun sampai batas yang sama seperti yang dikatakan yang disebabkan oleh lemak tidak jenuh tunggal, seperti minyak zaitun atau minyak kacang, kalau dibandingkan dengan dampak jenis lemak tidak jenuh ganda. Maka minyak zaitun harus digunakan seperlunya dalam diet untuk menurunkan kadar kolesterol. Sebagai pedoman bisa dikatakan bahwa : 1. Lemak jenuh menaikkan kadar kolesterol dalam darah (ini adalah lemak yang jahat) 2. Lemak tidak jenuh tunggal tidak punya pengaruh baik atau buruk 3. Lemak tidak jenuh ganda menurunkan kadar kolesterol dalam darah (ini adalah lemak yang baik) (Adiwiyoto, 1977) Konsumsi kolesterol Konsumsi kolesterol yang tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol dan lipo protein darah “American Heart Associaton”. Menganjurkan konsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg/hari, bahan makanan kaya kolesterol adalah otak, hati, kuning telur dan jeroaan 3. Status Gizi Menurut Robinson dan Wregley (1984) status gizi di definisikan sebagai berikut adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Sedangkan Habicht (1979, elt, Reksodikusumo et.al, 1988) Memberi Definisi sebagai berikut : status gizi adalah tanda-tnada atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan antara gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain, yang terlihat melalui variable tertentu : Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain : 20 1. Faktor langsung Pada umumnya para ahli sependapat, bahwa status gizi secara langsung di tentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. 2. Faktor tidak langsung Meliputi : a. Faktor ekonomi Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua faktor yang berperan langsung terhadap status gizi b. Faktor pertanian Peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya menghasilkan produksi pangan c. Faktor budaya Masih ada kepercayaan untuk mematangkan makanan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik d. Faktor pendidikan Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan yang bergizi e. Faktor kebersihan lingkungan Kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita penyakit tertentu f. Faktor fasilitas pelayanan kesehatan Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi anak yang baik Penilaian status gizi Dari berbagai cara menilai status gizi yang sering digunakan adalah peni1aian status gizi yang menggunakan indeks masa tubuh (IMT) / 21 body masse index (BMI) IMT dihitung dengan pembagian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Korelasi berat badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, walaupun sebagian orang dengan lean body mass yang tinggi bisa |rnemberikan IMT yang tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk (Hartono, 1999). Perhitungan berat badan ideal dengan cara IMT menggunakan rumus sebagai berikut: Berat badan (kg) Indeks Masa Tubuh (IMT) = —————————— Tinggi badan - (m) 2 Depkes RI 1994 memberikan ambang batas untuk Indonesia (tanpa membedakan jenis keiamin) seperti dalam tabel Status Kurus Normal Gemuk Kategori Kekurangan BB tingkat berat. Kekurangan BB tingkat ringan Kelebihan BB tingkat ringan Kelebihan BB tingkat berat Sumber : Depkes RI, 1994 Nilai ambang batas < 17,0-18,5 17,0- 18,5 > 18,15-25,0 > 25,0 - 27,0 > 27,0 22 E. Kerangka Teori Faktor resiko primer - Merokok - Hipertensi - Peningkatan kolesterol Atheroklerosis Faktor resiko sekunder - Obesitas - Diabetes Mellitus - Stress - Keturunan (genetic, umur, jenis kelamin) - Kurang aktifitas fisik PJK 23 F. Kerangka Konsep Asupan serat Asupan kolesterol Status gizi Keterangan : Tidak diteliti : Diteliti Atherosklerosis PJK