III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan November 2009 bertempat di Laboratorium Bioindustri Teknologi Industri Pertanian, FATETA IPB. Beberapa laboratorium penunjang antara lain Laboratorium Instrumentasi Teknologi Industri Pertanian IPB dan Laboratorium Dasar dan Ilmu Terapan Teknologi Industri Pertanian IPB. B. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pod kakao yang diperoleh dari Kabupaten Rangkas Provinsi Banten dan enzim selulase komersial untuk proses hidrolisis. Mikroorganisme yang digunakan untuk fermentasi adalah S. cerevisiae, nutrien untuk pertumbuhan meliputi PDA, NPK, ZA dan bahan kimia untuk keperluan analisa meliputi H2SO4 pekat, fenol 5%, dan larutan DNS. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, timbangan analitik, inkubator, outoclave, labu erlenmeyer, pH meter, shaker, mikropipet, spektrofotometer dan refraktometer. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap pertama karakterisasi bahan baku. Tahap kedua degumming dan delignifikasi. Tahap ketiga hidrolisis dan tahap keempat fermentasi. Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao melalui hidrolisis enzimatis dapat dilihat pada Lampiran 1. 1. Karakteristik Pod kakao Karakteristik pod kakao meliputi analisis kadar air, lemak, protein, abu, karbohidrat, serat kasar serta analisis komponen serat kasar yang meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan menggunakan metode van soest. Prosedur analisis dapat dilihat pada Lampiran 2. 2. Degumming dan Delignifikasi Tepung pod kakao setelah ditambah dengan air akan terlihat adanya lendir atau gum, lendir yang ada pod kakao ini akan berpengaruh pada kerja enzim saat hidrolisis, untuk menghilangkan lendir dilakukan proses degumming, yakni pencucian tepung pod kakao dengan Ca(OH)2. Hilangnya lendir pada tepung pod kakao akan memudahkan enzim atau air berpenetrasi sehingga kerja enzim lebih efektif. Konsentrasi substrat terbaik untuk hidrolisis enzimatis adalah 5%. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ashadi (1988). Tahap delignifikasi dilakukan dengan menggunakan senyawa NaOH 0,68% dan H2O2 30% (Gould, 1974). Pod kakao yang digunakan pada proses degumming dan delignifikasi ini sebanyak 50 g. Proses delignifikasi dilakukan secara berurutan dengan cara penambahan NaOH pada awal delignifikasi (24 jam pertama) kemudian penambahan H2O2 pada reaksi selanjutnya (24 jam kedua). Diagram alir proses degumming dan delignifikasi disajikan pada Lampiran 3. Pada tahap ini juga dilakukan analisis hasil delignifikasi yang meliputi kandungan lignin, selulosa dan hemiselulosa yang dianalisa dengan metode van Soest (Apriyantono et al., 1989). 3. Hidrolisis Pada tahap ini dilakukan hidrolisis terhadap fraksi selulosa pod kakao secara enzimatis dengan menggunakan enzim selulase komersial dengan perlakuan perbedaan konsentrasi enzim selulase komersial yang digunakan dan lama waktu hidrolisis. Sebelum digunakan untuk hidrolisis, enzim selulase komersial diuji nilai aktivitas enzimnya dengan menggunakan analisa FP-Ase. Prosedur pengujian aktivitas enzim disajikan pada Lampiran 4. Konsentrasi enzim yang digunakan sebesar 10, 20, 30, dan 40 IU/g substrat (serat kasar) serta waktu hidrolisis selama 4, 8, 12, 24, 36, 48 dan 60 jam. Hasil hidrolisis yang diperoleh dilakukan pengukuran konsentrasi total gula, gula pereduksi, nilai derajat ekuivalen dan dianalisis komposisi sakaridanya secara kualitatif menggunakan kromatografi kertas. Prosedur Analisis dan Kurva standar dari total gula dan gula pereduksi disajikan pada Lampiran 5. Prosedur analisa jenis gula dengan menggunakan kromatografi kertas disajikan pada Lampiran 6. 4. Fermentasi a) Persiapan media Media fermentasi berasal dari substrat glukosa hasil hidrolisis selulosa pod kakao menggunakan enzim selulase. Fermentasi dilakukan pada labu erlenmeyer 300 ml dengan volume media yang digunakan adalah 200 ml v/v. Pada media ditambahkan nutrien berupa pupuk NPK sebanyak 0,4 g/100 ml dan urea sebanyak 0,15 g/100 ml. Substrat glukosa akan menjadi sumber karbon, sedangkan pupuk merupakan sumber nutrien yaitu fosfor, nitrogen dan kalium bagi pertumbuhan khamir. Setelah itu dilakukan penyesuaian pH awal yaitu 4,8 – 5,0 kemudian disterilisasi pada suhu 121 °C selama 15 menit setelah itu didinginkan hingga suhu 30 °C. b) Persiapan kultur Khamir S. cerevisiae diremajakan pada media padat PDA (Potatoe Dextrose Agar) selama 48 jam pada suhu 30 °C. Setelah itu khamir ditumbuhkan lagi pada 50 ml media YMGP yang terdiri dari ekstrak yeast 5 g/l, malt 5 g/l, glukosa 10 g/l, dan pepton 5 g/l di dalam labu erlenmeyer 250 ml. Inkubasi dilakukan pada shaker berkecepatan 125 rpm pada suhu 30° C selama 24 jam. Kultur S. cerevisiae sebanyak 10% dari volume substrat siap diinokulasi dalam media yang telah disiapkan. c) Fermentasi Kultur S. cerevisiae yang telah siap diinokulasi diambil sebanyak 10% dari volume substrat yang digunakan pada fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan substrat sirup hidrolisis enzim sebanyak 200 ml pada labu erlenmeyer 300 ml selama 48 jam dan pada 12 jam pertama digoyang dengan menggunakan shaker pada kondisi suhu ruang dengan kecepatan 100 rpm. Analisa yang dilakukan meliputi pembentukan CO2, kadar total gula akhir dan kadar etanol disajikan pada Lampiran 7. Diagram alir proses pembuatan etanol disajikan pada Gambar 8. 1) Pembentukan CO2 Laju pembentukan CO2 selama fermentasi diukur dengan mengeplotkan jumlah CO2 yang terukur terhadap waktu. Laju pembentukan CO2 diukur dengan menggunakan labu fermentor yang ditutup dengan sumbat yang terhubung dengan selang. Selang dihubungkan dengan saluran gas ke dalam gelas ukur berskala yang diletakkan dalam air. Gas CO2 yang terbentuk akan menekan air sehingga dapat dibaca dengan skala yang terdapat pada gelas ukur. Skema pengukukuran laju pembentukan CO2 dapat dilihat pada Gambar 7. Selang Gas CO2 sumbat Gelas ukur Selang untuk sampling substrat air shaker Gambar 7. Skema pengukuran laju pembentukan CO2 2) Kadar etanol Pengukuran kadar etanol dilakukan dengan menggunakan refraktometer merk ATACO. Dari data yang diperoleh dihitung efisiensi fermentasi, rendemen dan efisiensi penggunaan substrat. Efisiensi fermentasi merupakan persentase perbandingan antara konsentrasi etanol yang diperoleh secara aktual dengan konsentrasi etanol secara teoritis berdasarkan jumlah gula yang dikonsumsi. Rendemen merupakan persentase perbandingan volume etanol yang diperoleh dengan bobot pod kakao yang digunakan. Substrat 10% Penambahan nutrient 0,04 g NPK dan 0,15 g ZA pada 100 ml sirup Pengaturan pH = 5 Kultur khamir pada PDA, inkubasi 48jam, suhu kamar Inokulasi pada YMGP, 24 jam, suhu kamar Starter Saccharomyces cerevisiae Sterilisasi 121°C, 15 menit Inokulasi dengan starter (10% volume substrat) Fermentasi (kondisi anaerobik, suhu kamar) Analisa produk Gambar 8. Proses pembuatan etanol