PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley (Skripsi) Oleh TRI NOVITA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley Oleh Tri Novita Sari Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN Pada Fakultas Kedokteran Universitas Lampung FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRACT EFFECT OF REUSED COOKING OIL ADMINISTRATION TO MYOCARDIUM HISTOPATHOLOGY OF MALE RATS (Rattus norvegicus) STRAIN Sprague dawley By TRI NOVITA SARI Background:Cardiovascular disease is the leading cause of death of most people in the world. One of the dangerous cardiovascular disease is myocarditis. Myocarditis is not only caused by organism factor but also non organism factor, such as cell injury which is caused by free radical. Free radical can be resulted from reused cooking oil. Reused cooking oil will change the chemical structure of cooking oil through hydrolysis, oxidation, and polymerization. These processes will produce toxic components and destroy tissues in the body, including myocardium. Objective:to know the effect of reused cooking oil to myocardium histopathology and to know the effect of frying frequency differences to myocardium histopathology male rats strain Sprague dawley. Methods:This experiment uses 25 male rats Sprague dawley divided into 5 goups randomly. K Group (Control), P1, P2, P3, and P4 groups which each of them is given reused cooking oil 1x, 4x,8x, and 12x frying with 1,5 mL/day doses. Results:The avarage value of K,P1, P2,P3, P4 groupsare 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 with of Kruskall-Wallisdata analysis test show p-value 0,003 (p<0,05). The result of Mann-Whitney test are K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05). Conclusion:It can be concluded that there is an effect of reused cooking oil administration to myocardium histopathology changes. And This result indicates that K and P1 groups haven’t present myocardial injury but P2, P3, and P4 groups have present myocardial injury. Keywords: reused cooking oil, myocardium, histopathology ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley Oleh TRI NOVITA SARI Latar belakang:Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian nomor satu didunia. Salah satu penyakit kardiovaskular yang berbahaya yaitu miokarditis. Miokarditis tidak hanya disebabkan oleh organisme tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor non organisme seperti terjadinya kerusakan pada sel akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat ditemukan pada hasil dari pemakaian minyak berulang. Pemakaian minyak berulang dapat merusak struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi yang akan menghasilkan senyawa toksis yang dapat merusak jaringan tubuh seperti pada miokardium. Tujuan:untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan pada perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus jantan Sprague dawley. Metode:Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan Sprague dawley dibagi 5 kelompok secara acak. Kelompok K (Kontrol) dan kelompok P1, P2,P3, dan P4 yang masing-masing diberikan minyak 1x, 4x, 8x, dan 12x penggorengan dengan dosis 1,5 mL/hari. Hasil: Hasil rerata pada kelompok K, P1, P2, P3, dan P4 adalah 0,14; 0,48; 0,96; 1,6; 1,84 dengan hasil analisis Kruskall-Wallis adalah nilai p 0,003 (p<0,05). Hasil uji Mann-Whitney adalah kelompok K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4 0,513 (p<0,05). Kesimpulan:Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pada pemberian minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium. Dan untuk kelompok K dan P1 belum mengalami kerusakan miokardium sedangkan kelompok P2, P3 dan P4 telah mengalami kerusakan pada miokardium. Kata kunci : minyak jelantah, miokardium, histopatologi Judul : PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley Nama Mahasiswa : Tri Novita Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 1318011169 Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran MENYETUJUI Komisi Pembimbing Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP. 197012082001121001 Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc NIP. 198504122010122003 Dekan Fakultas Kedokteran Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP. 197012082001121001 MENGESAHKAH 1. Tim Penguji 2. Ketua : Dr.dr. Muhartono, S,Ked., M.Kes., Sp.PA................... Sekertaris : Soraya Rahmanisa, S.Si.,M.Sc. ....................... Penguji : dr. Rizki Hanriko, S. Ked., Sp.PA ........................ Dekan Fakultas Kedokteran Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA NIP 197012082001121001 Tanggal lulus ujian skripsi : 16 Januari 2017 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa : 1. Skripsi dengan JELANTAH judul “PENGARUH TERHADAP PEMBERIAN GAMBARAN MINYAK HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)JANTAN GALUR Sprague dawley” adalah hasil karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiarisme 2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya. Bandar Lampung, 24 Januari 2017 Pembuat Pernyataan Tri Novita Sari RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 November 1995, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muklis Hayat dan Ibu Husnul Huspita. Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan TK di TK Kartika II-231 diselesaikan pada tahun 2001, SD diselesaikan di SD Kartika II-25 Bandar Lampung pada tahun 2007, SMP diselesaikan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2010 dan SMA diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013. Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Ujian tertulis SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) FK Unila dalam devisi akademik periode tahun 2013-2014, PMPATD Pakis Rescue Team FK Unila sebagai anggota bidang organisasi tahun 2013-2016, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai anggota dinas pendidikan dan profesi tahun 2014-2015, tahun 2015-2016 kepala dinas pendpro BEM FK Unila. Persembahan Sederhana Untuk Ibu, Bapak, Abang, Kakek, Nenek dan keluarga besar tercinta. SANWACANA Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Minyak Jelantah Terhadap Gambaran Histopatologi Miokardium Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan termakasih kepada: - Ibu dan Bapak sebagai orang tuayang selalu mendukung,mendorong, memberikan motivasi, merawat, mendoakan dan selalu memberikan yang terbaik untuk hidup Penulis. - Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung. - Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Pembimbing Utama Penulis yang telah bersedia memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. - Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyeselesaian skripsi ini. - dr. Rizki Hanriko, Sp.PA, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi yang telah memberikan masukan, ilmu dan saran untuk kebaikan skripsi. - dr. Oktadoni Saputra, M.Med, selaku Pembimbing Akademik saya yang telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani masa perkuliahan. - Mas Bayu dan Mbak Lisa yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi ini. - Seluruh Staff Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada Penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita. - Seluruh Staff TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila serta pegawai yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. - Kakak kandung Penulis Abang Eko dan Abang Edwin yang selalu memberikan masukan dan dukungan dalam proses menjalani pendidikan. - Kakak ipar Penulis Mbak Putri da Ayuk Sari yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam segala hal. - Keluarga besar Kakek, Nenek, Uwak, Makwo, Pakwo, Bibi, Tante, Om, Makcik, Pakcik, Sepupu semuanya yang sudah mendukung dan memberikan masukan masa perkuliahan dan pembuatan skripsi. - Teman-teman seperjuang mulai dari masa ospek hingga saat ini Azzren Virgita Pasya, Dani Kartika Sari, Dara Marissa, Devita Wardhani, Yulia Cahya Khasanah yang telah menjadi teman dalam belajar, bermain, canda, tawa dan mewarnai masa-masa perkuliahan di FK Unila. - Teman-teman tim penelitian skripsi Nidya Putri, Made Agung Yudhistira, Marco Manza dan Wulan Noventi yang telah bekerjasama untuk samasama menyelesaikan skripsi ini, memberikan canda dan tawa di saat stress menulis skripsi, memberikan solusi disaat kebingungan masalah skripsi. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini. - Teman masa SMA yang masih bertahan sampai sekarang Mulia Ayu Hanifa, Annisa Nanda Liyani, Annisa Mutiara Kalpika, Sonia Miyajima Anjani, Jonathan Simanulang, Lisa Kurnia Sari, Afief Rama yang telah memberikan dukungan dan motivasi dari masa SMA sampai saat ini. - Kakak-Kakak, teman-teman dan adik-adik Pendpro BEM FK Unila yang telah memberikan semangat dan pengalamanselama masa perkuliahan. - Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dan memberikan motivasi belajar. - Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya. Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit harapan semoga skrpsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Bandar Lampung, 24 Januari 2017 Penulis Tri Novita Sari DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .... iv DAFTAR TABEL ..................................................................................................v BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4 BAB 2 TINJUAN PUSTAKA ............................................................................... 6 2.1 Minyak Goreng .........................................................................................6 2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) ................................................7 2.3 Anatomi Jantung .................................................................................... 12 2.3.1 Batas Jantung ............................................................................... 12 2.3.2 Dinding Jantung............................................................................13 2.3.3 Ruang Jantung ..............................................................................14 2.3.4 Katup Jantung ...............................................................................15 2.4 Fisiologi Jantung.....................................................................................16 2.4.1 Peredaran Darah ...........................................................................16 2.4.2 Potensial Aksi Jantung .................................................................17 2.5 Histologi Miokardium ............................................................................18 2.6 Hewan Percobaan ...................................................................................20 2.7 Kerangka Penelitian ................................................................................21 2.7.1 Kerangka Teori .............................................................................21 2.7.2Kerangka Konsep ..........................................................................25 ii 2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................................25 BAB 3 METODEPENELITIAN .........................................................................26 3.1 Desain Penelitian ....................................................................................26 3.2 Tempat dan Waktu ..................................................................................26 3.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................26 3.3.1 Kriteria Inklusi ..............................................................................29 3.3.2 Kriteri Ekslusi ...............................................................................29 3.4 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................30 3.4.1 Bahan Penelitian ...........................................................................30 3.4.2 Alat Penelitian ..............................................................................30 3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel........................31 3.5.1 Identifikasi Variabel .....................................................................31 3.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................31 3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................32 3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah ..............................32 3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus ...................32 3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus .............................................................33 3.6.4 Pembuatan Preparat Histologi ......................................................34 3.6.5 Alur Penelitian ..............................................................................38 3.7 Analisis Data ...........................................................................................39 3.8 Etika Penelitian .......................................................................................39 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................40 4.1 Gambaran Umum Penelitian...................................................................40 4.1.1 Hasil Penelitian .............................................................................40 4.1.2 Tingkat KerusakanMiokardium Tikus .........................................45 4.1.3 Analisis Data ................................................................................48 4.2 Pembahasan ............................................................................................52 4.3 Keterbatasan Penelitian ..........................................................................56 iii BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................57 5.1 Kesimpulan .............................................................................................57 5.2 Saran .......................................................................................................57 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59 LAMPIRAN ..........................................................................................................64 iv DAFTAR GAMBAR Gambar ........................................................................................................ Halaman 1. Proses Oksidasi Minyak .....................................................................................11 2. Anatomi Jantung ................................................................................................16 3. Potensial aksi jantung.........................................................................................18 4. Histologi Miokardium ........................................................................................19 5. Kerangka Teori...................................................................................................24 6. Kerangka Konsep ...............................................................................................25 7. Alur Penelitian ...................................................................................................38 8. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok K..........................................41 9. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P1 ........................................42 10. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P2 ......................................43 11. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P3 ......................................44 12. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P4 ......................................45 13. Grafik Perbandingan Rerata Skor Kerusakan Miokardium .............................48 v DAFTAR TABEL Tabel ............................................................................................................ Halaman 1. Syarat Mutu Minyak Goreng ...............................................................................6 2. Definisi Operasional Variabel ............................................................................31 3. Tabel Rerata Kerusakan Miokardium ................................................................46 4. Uji Normalitas ....................................................................................................49 5. Hasil Transformasi Data ....................................................................................49 6. Uji Kruskall-Wallis ............................................................................................50 7. Uji Mann-Whitney ..............................................................................................51 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara global, penyakit nomor satu yang dapat menyebabkan kematian adalah penyakit kardiovaskular (WHO, 2016). Salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi tetapi jarang terdeteksi adalah miokarditis. Hasil studi mengatakan bahwa miokarditis dapat mengakibatkan kematian yang mendadak dengan prevalensi penyakit yang mencapai 42% kasus. Banyak penyebab dari timbulnya miokarditis. Tidak hanya dari organisme seperti virus, bakteri, parasit dan protozoa tetapi juga dapat diakibatkan dari faktor non organisme seperti obatobatan hingga zat yang toksik seperti radikal bebas (Caforio et al., 2013). Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil dan dapat mengakibatkan peroksidasi lipid, DNA dan protein. Radikal bebas dapat menyebabkan cedera pada jaringan, salah satunya adalah miokardium. Hal ini telah dibuktikan menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al., 2004). Radikal bebas dapat berasal dari internal dan eksternal. Dari internal dapat terjadi akibat dari adanya gangguan dalam tubuh seperti iskemik miokard. Sedangkan yang berasal dari eksternal dapat ditemukan pada berbagai zat toksik dari luar yang masuk ke dalam tubuh seperti pada konsumsi minyak jelantah (Leong et al., 2015). 2 Minyak jelantah atau minyak goreng bekas adalah minyak yang digunakan lebih dari dua kali (Lipoeto et al., 2004). Untuk menjaga kesehatan sebaiknya minyak goreng hanya boleh dipakai maksimal empat kali periode penggorengan (Ayu dan Hamzah, 2010). Pemakaian minyak berulang kali dapat merusak struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi. Hasil dari proses tersebut adalah senyawa toksik seperti hidroperoksida yang dapat mengakibatkan jejas sel (Choe & Min, 2007). Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan konsumsi dan pertumbuhan penduduk. Rata-rata pertumbuhan konsumsi minyak goreng kapita/tahun cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2011-2015 yaitu sebesar 4,35% per tahun. Menurut data Susenas 2015, disetiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah konsumsi minyak goreng dan peningkatan konsumsi minyak goreng yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2015 dibanding dengan tahun sebelumnya yakni 9,6 liter/kapita/tahun pada tahun 2014 meningkat menjadi menjadi 11,2 liter/kapita/tahun pada tahun 2015 (Surwandi, 2015). Harga minyak goreng tiap tahun cenderung tidak menetap. Tetapi, pada awal tahun hingga pertengahan tahun 2016 harga minyak goreng meningkat tiap bulannya. Harga minyak goreng pada Januari 2016 yaitu Rp 13.200/liter dan pada Juli 2016 meningkat menjadi 13.900/liter (Anonim, 2016). Hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan minyak goreng berulang terutama oleh para penjual untuk mengurangi pengeluaran. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi minyak goreng, pemakaian minyak berulang kian hari kian melimpah (Hambali, 2007). 3 Penelitian oleh Leong et al., memberikan minyak jelantah ke tikus Sprague dawley dengan pemanasan minyak sebanyak 5x dan 10x selama 16 minggu menunjukkan adanya nekrosis pada gambaran histopatologi miokardium tikus Sprague dawley. Hal ini terjadi akibat kandungan hidroperoksida pada minyak jelantah merusak membran lipid sel jantung dan merusak inti sel jantung sehingga terjadi degenerasi sel yang mengakibatkan timbulnya nekrosis pada sel jantung (Leong et al., 2008). Penelitian oleh Sukalingam et al., pemberian minyak goreng yang telah dipanaskan selama 5x dan 10x pada tikus Sprague dawley menunjukkan adanya peningkatan nilai C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan troponin T. Selain hal tersebut, pada pemeriksaan histopatologi terdapat gambaran nekrosis pada miokardium dan infiltrasi sel radang (Sukalingam et al., 2016). Pemakaian minyak jelantah juga dapat menyebabkan kelainan histologis dan perubahan materi genetik akibat radikal bebas yang dihasilkan selama proses penggorengan yang dapat merusak membran lipid melalui peroksidasi lipid, kemudian mengarah ke stres oksidatif pada organ jantung (Leong et al., 2015). Hal tersebut akan menginduksi terjadinya cedera atau jejas sel otot jantung (miokardium) yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur sel miokardium dengan timbulnya nekrosis dan infiltrasi sel radang. Dengan melihat bahwa konsumsi minyak jelantah dapat mengakibatkan kerusakan pada sel otot jantung, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara langsung tentang pengaruh minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 4 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley? 2. Apakah terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak jelantah pada perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan minyak jelantah pada perubahan gambaran histopatologi miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Empiris Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu kedokteran patologi anatomi dan ilmu kedokteran agromedicine. 5 1.4.2 Manfaat Aplikatif a. Bagi penulis Penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. b. Bagi penulis lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut dan sebagai sumber kepustakaan. c. Bagi pembaca Penelitian ini bisa menjadi sumber bacaan yang bermanfaat dan memperkaya ilmu pengetahuan. d. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran tentang bahayanya konsumsi minyak jelantah terutama untuk organ jantung, sehingga masyarakat lebih memperhatikan pemakaian minyak berulang. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng dapat diartikan sebagai minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar yang biasa digunakan untuk menggoreng makanan (Wibowo, 2014). Minyak goreng telah dibuat dengan beberapa proses kimia yaitu hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi/pemurnian. Komposisi utama dari minyak goreng adalah trigliserida (BSN, 2013) . Tabel 1. Syarat mutu minyak goreng No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kriteria Uji Keadaan - Bau - Warna Kadar air dan bahan menguap Bilangan asam Bilangan peroksida Minyak pelikan Asam linoleat (C18:3) Cemaran logam - Kadmium (Cd) - Timbal (Pb) - Timah (Sn) - Merkuri (Hg) - Cemaran arsen (As) Sumber: BSN, 2013. Satuan Persyaratan %(b/b) mg KOH/g mek O2/Kg % Normal Normal Maks. 0,15 Maks. 10 Maks. 10 Negatif Maks. 2 mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg Maks. 0,2 Maks.0,1 Maks.40,0/250,0* Maks. 0,05 Maks. 0,1 7 2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) Minyak goreng bekas dapat didefinisikan sebagai minyak yang terdiri dari materi nabati yang telah digunakan dalam pembuatan makanan dan tidak lagi cocok untuk konsumsi manusia (Kalam et al., 2011). Komponen utama dari minyak goreng bekas adalah trigliserida ester dari gliserol dengan tiga asam lemak rantai panjang (> C12) dan yang paling dominan adalah asam oleat dan asam linoleat (Zhang et al., 2015). Lemak dan minyak nabati adalah campuran dari trigliserida yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Selama proses menggoreng, triasilgliserol atau trigliserida dioksidasi dan terpolimerisasi memproduksi senyawa polar seperti rantai pendek asam lemak bebas, mono- dan di-gliserida, aldehid, keton, polimer, dan senyawa siklik dan aromatik. Beberapa produk hasil degradasi tersebut telah dikaitkan dengan penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia. Untuk alasan tersebut, minyak goreng bekas tidak baik lagi untuk dikonsumsi (Sheinbaum et al., 2015). Proses pemakaian yang berulang kali pada minyak goreng di bawah suhu tinggi menyebabkan perubahan merusak sifat fisik dan kimia minyak dengan proses hidrolisis, oksidasi, dan polimerisasi (Kumar & Negi, 2014). 1. Hidrolisis Air, uap, dan oksigen memulai reaksi-reaksi kimia dalam minyak goreng dan makanan. Air merusak hubungan ester dari triasilgliserol lalu menghasilkan di- dan mono- asilgliserol, gliserol, dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas dalam minyak goreng akan meningkat dengan peningkatan frekuensi penggorengan (Chung et al., 2004). Triasilgliserol 8 dalam minyak dihidrolisiskan oleh uap sehingga membentuk diasilgliserol polar dan asam lemak bebas. Kemudian, diasilgliserol pecah menjadi monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Monoasilgliserol dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Fellows, 2015). Gliserol dan asam lemak bebas akan mempercepat proses hirolisis. Gliserol menguap pada suhu 1500C dan meningkatkan produksi asam lemak bebas dalam minyak (Choe & Min, 2007). Air menghidrolisis minyak lebih cepat dari uap. Penggantian minyak goreng dengan minyak segar akan memperlambat proses hidrolisis minyak goreng. Natrium hidroksida dan basa lain yang digunakan untuk membersihkan penggorengan akan meningkatkan hidrolisis minyak (Naz et al., 2005). 2. Oksidasi Oksigen dalam proses penggorengan bereaksi dengan minyak. Mekanisme kimia oksidasi termal pada prinsipnya sama dengan mekanisme autoksidasi. Tingkat oksidasi termal lebih cepat dari autoksidasi, tapi informasi ilmiah yang spesifik dan rinci serta perbandingan dari tingkat oksidasi antara oksidasi termal dan autoksidasi tidak tersedia. Mekanisme oksidasi termal terdiri dari inisiasi, propagasi, dan terminasi, reaksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Choe & Min, 2007) . a. Inisiasi Oksigen biasa yang ada di udara akan bereaksi dengan minyak yang dipanaskan dan membantu dalam proses pembentukan senyawa 9 radikal. Hidrogen dengan ikatan terlemah pada karbon dari minyak akan dihilangkan pertama kali dan menjadi senyawa radikal alkil. Energi yang dibutuhkan untuk memecah ikatan karbon-hidrogen (C-H) pada 11 asam linoleat adalah 50 kkal / mol (Min & Boff, 2002). Berbagai kekuatan dari ikatan karbon hidrogen dari asam lemak menjelaskan perbedaan tingkat oksidasi stearat, oleat, linoleat, dan asam linoleat selama proses oksidasi termal. Ikatan lemah C-H asam linoleat terdapat satu di karbon 11 dan hidrogen pada karbon 11 akan dihapus sehingga membentuk radikal alkil di karbon 11 (Gambar 1). Hilangnya proton hidrogen dari minyak akan membentuk senyawa radikal alkil dengan mekanisme oksidasi-reduksi logam pada temperatur rendah. Pembentukan dari molekul radikal alkil dengan menghilangkan hidrogen disebut langkah inisiasi dalam reaksi oksidasi minyak. Radikal alkil juga dapat bereaksi dengan radikal alkil, radikal alkoksi, dan radikal peroksi untuk membentuk dimers dan polimer (Choe & Min, 2007). b. Propagasi Radikal alkil bereaksi dengan cepat dan menghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi dari asam oleat dan asam linoleat akan menghasilkan hidroperoksida. Reaksi berantai ini disebut reaksi radikal bebas berantai dalam makanan dan langkah propagasi. Radikal peroksi juga bereaksi dengan radikal lainnya untuk membentuk dimer atau polimer. Reaksi berantai radikal alkil dan radikal peroksi mempercepat oksidasi termal minyak (Choe & Min, 2007). 10 Hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak stabil. Hidroperoksida terjadi akibat antioksidan alami didalam minyak telah habis karena oksigen awal dalam minyak telah habis secara cepat, sehingga oksigen tambahan masuk ke dalam minyak melalui difus dari udara atau ruang atarsel didalam makanan sehingga terbentuklah hidroperoksida (Fellows, 2015). c. Terminasi Kerusakan pada minyak menyebabkan terbentuknya dekomposisi yang mudah menguap/volatile decomposition product (VDP) dan produk dekomposisi yang tidak mudah menguap/non-volatil decomposition products (NVDP). Dalam proses penggorengan akan dihasilkan uap dengan terbentuknya VDP dengan bobot molekul lebih rendah dari minyak. VDP dibawa oleh uap sehingga terbentuknya asap dan aroma penggorengan (Fellows, 2015). Pembentukan senyawa volatil dan nonvolatil pada akhir oksidasi disebut langkah terminasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Choe & Min, 2007). 11 Gambar 1. Proses oksidasi minyak (Sumber: Choe & Min, 2007). 3. Polimerisasi Senyawa volatil sangat penting untuk kualitas rasa minyak goreng dari makanan yang digoreng. Produk dekomposisi utama minyak goreng adalah senyawa polar nonvolatile, dimer triasilgliserol dan polimer. Dimer dan polimer adalah molekul besar dengan berat molekul 692-1600 Dalton dan dibentuk oleh kombinasi dari ikatan -C-C-, -C-O-C, dan-C-O O-C--. Dimer dan polimer memiliki gugus hidroksi, epoksi, karbonil, dan hubungan -C-OC dengan -C-O-O-C-. Dimerisasi dan polimerisasi dalam menggoreng minyak adalah reaksi radikal. Pembentukan dimer dan polimer tergantung pada jenis minyak, suhu penggorengan, dan frekuensi penggorengan. Karena, 12 frekuensi dan kenaikan suhu menggoreng akan meningkatkan jumlah polimer. Senyawa polimer teroksidasi mempercepat oksidasi minyak. Polimer mempercepat degradasi lebih lanjut dari minyak, meningkatkan viskositas minyak, mengurangi perpindahan panas, menghasilkan busa selama penggorengan, dan mengembangkan warna yang tidak diinginkan dalam makanan. Polimer juga menyebabkan penyerapan minyak yang tinggi untuk makanan (Choe & Min, 2007). 2.3 Anatomi Jantung Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeks (puncak) miring kesebelah kiri dengan berat kira-kira 300 gram (Pearce, 2014). Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks) di atas paru-paru (Irianto, 2014). Anatomi jantung tersaji pada Gambar 2. 2.3.1 Batas Jantung Pada jantung terdapat empat pembatas, yaitu (Moore & Dalley, 2013): 1. Batas kanan Terbentuk oleh atarium dextra dan meluas diantara vena cava superior dan vena cava inferior. 2. Batas inferior Terbentuk oleh ventriculus dextra dan sedikit oleh ventrikulus sinstra. 13 3. Batas kiri Terbentuk oleh ventriculus sinistra dan oleh sedikit auricula sinistra. 4. Batas superior Terbentuk oleh atrium dextra dan atrium sinistra serta auricula pada pandangan anterior. 2.3.2 Dinding Jantung Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu epikardium, miokardium,dan endokardium. 1. Epikardium Epikardium atau lapisan serosa luar adalah bagian perikardium yang merupakan lapisan penunjang ganda yang melindungi jantung. Lapisan luar perikardium terdiri atas jaringan ikat kuat yang melekatkan jantung ke diafragma dan berhubungan erat dengan pleura paru. Lapisan dalam perikardium serosa merupakan membran ganda bagian terluar paling tipis yang melekat pada perikardium fibrosa dan lapisan bagian dalam yang membentuk epikardium jantung. Diantara dua lapisan terdapat ruang potensial yang mengandung lapisan tipis cairan serosa yang dapat memungkinkan dua membran untuk bergeser satu sama lain ketika jantung berkontraksi. Ruang ini dikenal sebagai ruang perikardial (Wylie, 2010). 14 2. Miokardium Miokardium merupakan lapisan tengah dinding jantung yang terdiri atas otot jantung yang tebal. Ketebalannya bervariasi tergantung dari fungsi ruang atau bilik yang mendasarinya. Ketebalan miokardium mencerminkan kerja yang dilakukan oleh ruang jantung yang mendasarinya. Ventrikel kanan mengalirkan darah ke paru sehingga miokardium yang menyelimuti ventrikel kanan akan lebih tebal. Akan tetapi, ventrikel kiri mengalirkan darah keseluruh tubuh sehingga diharuskan untuk menghasilkan tekanan yang kuat. Oleh karena itu, miokardium yang menyelimuti ventrikel kiri paling tebal (Wylie, 2010). 3. Endokardium Endokardium merupakan lapisan terdalam dinding jantung yang terdiri dari lapisan tipis endotelium (Wylie, 2010). 2.3.3 Ruang Jantung Tiga lapis dinding jantung melingkupi empat ruang yaiu dua atrium dan dua ventrikel. Dua atrium terletak di basal jantung dan ventrikel terletak di apeks jantung. Ruang jantung dipisahkan menjadi atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri yang dipidahkan oleh septum (Wylie, 2010). 15 2.3.4 Katup Jantung Atrium dan ventrikel pada setiap jantung dipisahkan oleh katup. Terdapat empat katup pada jantung yang tersusun atas jaringan ikat yang dilapisi oleh endokardium. Fungsi keempatnya adalah untuk mencegah darah masuk kembali ke dalam ruang jantung. Pada saat kontraksi jantung, katup yang relevan akan terbuka untuk mengalirkan darah dan saat relaksasi katup jantung menutup. Terdapat empat katup pada jantung yaitu: 1. Katup trikuspidalis Katup ini terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup ini terdiri atas tiga pintu atau kuspid (Wylie, 2010). 2. Katup mitralis Katup ini terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Nama lain dari katup ini adalah katup bikuspidalis. Katup ini terdiri atas dua kuspid (Wylie, 2010). 3. Katup semilunaris Katup semilunaris ada dua yang terletak pada arteri pulmonalis dan aorta. Katup ini terdiri atas tiga kuspid semisirkular yang melekat pada permukaan dalam jantung (Wylie, 2010). 16 Gambar 2. Anatomi jantung (Sumber: Paulsen & Waschke, 2012). 2.4 Fisiologi Jantung 2.4.1 Peredaran Darah Atrium kanan menerima darah dari vena kava superior dan inferior. Kemudian, darah akan mengalir melalui ventrikel kanan dan keluar jantung melewati arteri pulmonalis pada paru. Pada tempat ini darah akan teroksigenasi dan kembali melewati vena pulmonalis ke atrium kiri jantung. Pada akhirnya darah akan keluar jantung melalui ventrikel kiri masuk ke dalam arteri terbesar tubuh yaitu aorta (Wylie, 2010). 17 2.4.2 Potensial Aksi Jantung Mekanisme potensial aksi jantung adalah sebagai berikut: 1. Nodus sinoatrium (nodus SA) Suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat pintu masuk vena kava superior (Sherwood, 2014). 2. Nodus atrioventrikel (nodus AV) Suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus yang terletak di dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel (Sherwood, 2014). 3. Berkas his (berkas atrioventrikel) Suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antarventrikel (Sherwood, 2014). 4. Serabut purkinje Serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas his dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon (Sherwood, 2014). 18 Gambar 3. Potensial aksi jantung (Sumber: Quintana & Ho, 2003). 2.5 Histologi Miokardium Sel-sel otot jantung memperlihatkan pola garis melintang yang identik dengan pola otot rangka. Akan tetapi terdapat perbedaan dengan otot rangka yaitu setiap sel otot jantung hanya memiliki satu atau dua inti pucat yang terletak ditengah. Dikelilingi sel-sel otot terdapat selubung halus jaringan ikat endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas. Sel otot jantung yang matur memilki diameter antara 85 sampai 100 µm (Mescher, 2011). Satu ciri unik yang dapat membedakan otot jantung adalah terdapat garis gelap melintang yang melintasi deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur (Mescher, 2011). Miosit jantung dirangkai ujung dengan ujung melalui taut khusus yang disebut diskus interkalaris. Meskipun untaian yang terbentuk terutama paralel, miosit itu sendiri bercabang dan membentuk hubungan oblik dengan untaian di dekatnya dan menghasilkan rangkaian tiga dimensi rumit yang 19 cukup berbeda dari susunan paralel serat-serat silindris dari otot rangka (Fawcett, 2002). Sel otot jantung mengandung mitokondria yang banyak bisa mencapai 40% atau lebih dari volume sitoplasma. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan metabolisme aerob otot jantung sangat banyak. Sedangkan pada otot rangka mitokondria hanya mencapai 2%. Bahan bakar utama otot jantung adalah trigliserida yang dibawa oleh darah ke jantung dengan lipoprotein. Trigliserida pula ditimbun dalam otot jantung bersama dengan glikogen (Mescher, 2011) . Gambar 4. Histologi miokardium (Sumber: Gartner & Hiatt, 2006) 20 2.6 Hewan Percobaan Hewan percobaan adalah hewan yang digunakan daam penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdsarkan syarat dasar dalam penelitian tersebut (Ridwan, 2013). Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) karena tikus ini memiliki kelebihan yaitu mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang, dan ukurannya yang lebih besar dari mencit. Tikus putih juga mewakili kelas mamalia, karena kelengkapan organ, metabolisme kimia, kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Berat badan dewasa tikus jantan Sprague dawley rata-rata 200-250 gram (Leong et al., 2008). Sedangkan usia dewasa tikus ini adalah sekitar 2 bulan (Kusumawati, 2004). Untuk galur dari tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini adalah karena tikus ini lebih tenang dan lebih mudah untuk ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus norvegicus (Suckow et al., 2006). Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Subkelas : Theria Ordo : Rodentia Subordo : Myomorpha Family : Muridae Genus : Rattus 21 Spesies : Rattus norvegicus Galur : Sprague dawley 2.7 Kerangka Penelitian 2.7.1 Kerangka Teori Dalam proses penggorengan minyak yang berulang kali akan terjadi proses hidrolisis, oksidasi dan polimerasi yang telah disajikan pada Gambar 5. Hasil dari proses hidrolisis adalah asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas dalam darah akan mengurangi produksi nitrat oksida dan meningkatkan reactive oxygen species (ROS) pada pembuluh darah endotel. Dengan demikian, peningkatan konsentrasi asam lemak bebas dapat menyebabkan disfungsi endotel. Hal ini merupakan mekanisme yang mendasari terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri koroner (Ormseth et al., 2012). Ateroskelrosis pada arteri koroner dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke organ jantung sehingga terjadilah iskemik miokardium. Berkurangnya aliran darah ke jantung akan mengakibatkan jaringan kekurangan pasokan oksigen sehingga pembentukan ATP terhambat, kerusakan mitokondria dan akumulasi ROS. Dengan demikian, kurangnya aliran darah ke jantung dapat mengakibatkan jejas sel pada miokardium (Kumar et al., 2015). Pada proses oksidasi akan menghasilkan hidroperoksida. Hidroperoksida merupakan bagian dari radikal bebas. Istilah radikal bebas digunakan untuk mendefinisikan sebuah atom atau molekul yang dapat eksis secara independen dengan satu atau lebih elektron yang tidak 22 berpasangan. Berdasarkan elektron yang tidak berpasangan, radikal bebas biasanya tidak stabil, sangat reaktif, dan berumur pendek. Oksigen radikal bebas dan oksidan terbentuk terus menerus dalam jumlah kecil selama metabolisme normal sel dan biasanya tidak aktif oleh mekanisme endogen. Radikal bebas yang dihasilkan oleh salah satu pengurangan elektron atau oksidasi molekul menciptakan sebuah elektron tidak berpasangan (Zweier & Talukder, 2006). Oksigen akan beracun ketika mengarah untuk terbentuknya radikal bebas seperti superoksida , hidroksil, singlet oksigen, dan reactive oxygen species (ROS) sekunder lainnya, sehingga menimbulkan perubahan rantai molekul yang membentuk peroksidasi lipid. Potensi sumber spesies oksigen toksik terdapat pada sistem transpor elektron miokard, katabolisme purin oleh xantin oksidase, oksidasi katekolamin, prostaglandin biosintesis dan infiltrasi fagosit. Perubahan konsekuen dari struktur dan fungsi sel terutama di membran sel sering menghasilkan kematian sel. Radikal bebas telah terbukti dapat mengakibatkan cedera miokardium oleh senyawa seperti superoksida dismutase dan katalase yang berinteraksi dengan metabolit reaktif oksigen. Bukti ini berasal dari studi menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al., 2004). Radikal bebas telah diusulkan sebagai mediator umum cedera jaringan dalam berbagai keadaan penyakit. Baru-baru ini telah difokuskan pada kemungkinan bahwa radikal bebas mungkin terlibat dalam kerusakan iskemik miokardium. Namun, jenis yang tepat dari kerusakan yang diakibatkan paparan miokardium radikal bebas masih harus didirikan 23 (Burton et al, 1984). Meningkatnya radikal bebas dan oksidan selama iskemia dan reperfusi telah ditunjukkan menggunakan teknik spektroskopi EPR dan chemiluminescence. Radikal bebas dapat melukai sel dengan menyebabkan peroksidasi membran lipid, denaturasi protein dan saluran ion, serta penghancuran rantai DNA. Haltersebut dapat mengakibatkan nekrosis jaringan dan kematian sel (Zweier & Talukder, 2006). Jejas kerusakan sel miokardium akibat dari iskemik miokard dan nekrosis jaringan dapat mengaktifkan sel inflamasi. Pada umumnya, sel inflamasi akan hadir jika terdapat respon infeksi, tetapi juga sel inflamasi akan bekerja saat terjadinya kerusakan pada jaringan. Respon inflamasi akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Sehingga, semakin banyak sel inflamasi maka akan semakin banyak pula sel yang rusak (King, 2007). 24 Minyak goreng yang digunakan berulang kali Hidrolisis Oksidasi Polimerisasi Asam lemak bebas Hidroperoksida Senyawa polimer Rusaknya lipid, DNA, dan protein - Meningkatnya viskositas - Terjadi perubahan warna - Menghasilkan busa saat penggorengan Meningkatkan ROS dan menurunkan NO di endotel Aterosklerosis Menurunnya aliran darah ke jantung Iskemik miokardium Nekrosis jaringan Infiltrasi sel radang Gambar 5. Kerangka teori pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium 25 2.7.2 Kerangka Konsep Variabel bebas Pemberian minyak jelantah dengan pemberian: K :tidak diberi minyak jelantah P1 :minyak jelantah 1x penggorengan P2 :minyak jelantah 4x penggorengan P3 :minyak jelantah 8x penggorengan P4 :minyak jelantah 12x penggorengan Gambar 6. Variabel terikat Perubahan histopatologi miokardium Skor 0 : tidak ada infiltrasi sel radang dan nekrosis Skor 1 : terdapat infiltrasi sel radang Skor 2: terdapat infiltrasi sel radang dan nekrosis (Baughman, 2006) Kerangka konsep pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium 2.8 Hipotesis Dari beberapa teori yang telah didapatkan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh minyak jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 2. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acak terkontrol dengan pola post test control group design dengan menggunakan sampel 30 ekor Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 2 bulan yang dipilih secara random dan dibagi menjadi lima kelompok perlakuan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Balai Veteriner Lampung. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di Animal House FK Unila. Untuk pembedahan dan pembuatan preparat dilakukan di Balai Veteriner Lampung. Pengamatan dan pembacaan hasil preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Periode penelitian ini dilakukan dari bulan September-Desember 2016. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley jantan berumur 2 bulan yang diperoleh dari Palembang Tikus Centre (PTC). Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan kriteria sampel 27 Federer. Menurut Federer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah: (t-1) (n-1) ≥ 15 Dimana t adalah jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan lima kelompok perlakuan sehingga penghitungan sampel menjadi: (5-1) (n-1) ≥ 15 (4) (n-1) ≥ 15 n-1 ≥ 15/4 n-1 ≥ 3,75 n ≥ 3,75 + 1 n ≥ 4,75 Sehingga, jumlah sampel yang digunakan minimal per kelompok perlakuan adalah 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Untuk keperluan penelitian ini digunakan 5 kelompok perlakuan. Untuk menghindari drop out, maka tikus akan dilebihkan sengan menggunakan rumus sebagai berikut: 28 Keterangan: N = besar sampel koreksi n = besar sampel berdasarkan estimasi f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2010) N= 5,56 N= 6 (Pembulatan) Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang digunakan pada setiap kelompok adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Pada penelitian ini terdapat 5 kelompok percobaan sehingga total jumlah tikus adalah 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Adapun keempat kelompok tikus tersebut terdiri dari: 1. Kelompok K digunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok ini yang hanya diberi air selama 4 minggu. 2. Kelompok P1 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 1x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral selama 4 minggu. 3. Kelompok P2 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 4x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral selama 4 minggu. 29 4. Kelompok P3 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 8x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral selama 4 minggu. 5. Kelompok P4 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng yang telah digunakan sebanyak 12x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral selama 4 minggu. 3.3.1 Kriteria Inklusi a. Tikus putih galur Sprague dawley b. Berat badan 200-250 gram c. Jenis kelamin jantan d. Umur tikus 2 bulan e. Sehat f. Tidak ada kelainan anatomi g. Tingkah laku dan aktivitas normal 3.3.2 Kriteria Eksklusi a. Panampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktivitas abnormal. b. Mati selama penelitian. c. Keluarnya eksudat yang abnormal dari mata, anus, genital selama masa adaptasi. d. Terdapat penurunan berat badan >10% setelah masa adaptasi. 30 3.4 Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1 Bahan Penelitian Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Minyak goreng. b. Tahu. c. Air minum. d. Pelet. e. Ketamine-xylazine. f. Formalin 10%. 3.4.2 Alat Penelitian a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat Tikus. b. Spuit 3 cc. c. Minor set, untuk membedah toraks Tikus (torakotomi). d. Kapas alkohol. e. Sonde. f. Kompor. g. Alat Penggorengan. h. Mikroskop cahaya. 31 3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Identifikasi Variabel a. Variabel bebas adalah pemberian minyak jelantah per oral. b. Variabel terikat adalah perubahan gambaran histopatologi miokardium. 3.5.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel pada pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih jantan galur Sprague dawley tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Definisi operasional variabel pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih jantan galur Sprague dawley Nama Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala Variabel bebas Pemberian minyak jelantah per oral Frekuensi pemakaian goreng berulang yang berasal dari minyak kemasan: K = tidak diberi minyak P1 = 1x penggorengan P2 = 4x penggorengan P3 = 8x penggorengan P3 = 12x penggorengan Spuit 3 cc dan sonde Pemberian minyak goreng yang telah dipakai untuk menggoreng tahu sebanyak 1x, 4x, 8x dan 12x penggorengan ke tikus putih jantan galur Sprague dawley dengan dosis 1,5 mL. Ordinal Variabel terikat Perubahan gambaran histopatologi miokardium Rerata skor presentase penilaian perubahan histpatologi miokardium tikus putih jantan galur Sprague dawley yang dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya Kerusakan histopatologi miokardium dengan menggunakan kriteria dallas, yaitu : Skor 0 = tidak ada infiltrasi sel radang dan nekrosis Skor 1 = terdapat infiltrasi sel radang Skor 2 = terdapat infiltrasi sel radang dan nekrosis (Baughman, 2006) Ordinal 32 3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah Penelitian yang dilakukan oleh Shastry et al. (2011) minyak yang telah dilakukan penggorengan berulang sebanyak enam hingga delapan kali dapat merusak organ pada tikus. Penelitian tersebut dilakukan selama 8 minggu. Sedangkan menurut Ayu dan Hamzah (2010) minyak goreng maksimal digunakan hanya sampai empat kali karena minyak jelantah dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun sehingga penggunaannya sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemakaian minyak berulang pada penggorengan tahu dengan lama penggorengan 10 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur kimia minyak (Ilmi dkk, 2015). Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian terhadap tikus putih galur Sprague dawley yang diberikan minyak goreng yang telah dipakai untuk menggoreng tahu dengan frekuensi penggorengan 1 kali, 4 kali, 8 kali, dan 12 kali dengan lama penggorengan selama 10 menit per siklus dan melihat kerusakan pada miokardium tikus. 3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus Pada penelitian Zhou et al. (2016) pemberian minyak goreng bekas pemakaian nuggets dan kentang pada tikus wistar selama 6 minggu dengan dosis 1,5 mL/hari mengakibatkan kerusakan histopatologi usus tikus. Sehingga, berlandaskan dengan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan penelitian dengan pemberian minyak goreng bekas gorengan terhadap tikus 33 Sprague dawley selama 4 minggu dengan dosis pemberian sebesar 1,5 mL/hari. 3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus a. Ukur berat badan tikus sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan neraca analitik. b. Tikus diberikan pakan standar secara ad libitum. c. Selama satu minggu tiap tikus diaklimatisasi sebelum diberi perlakuan. Tikus sebanyak 30 ekor dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok K sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan minyak. Kelompok P1 sebagai kelompok perlakuan coba dengan pemberian minyak jelantah penggorengan 1x dengan dosis 1,5 mL/hari. Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan coba pemberian minyak jelantah penggorengan 4x dengan dosis 1,5 mL/hari. Kelompok P3 sebagai kelompok perlakuan coba pemberian minyak jelantah penggorengan 8x dengan dosis 1,5 mL/hari. Kelompok P4 sebagai kelompok perlakuan coba pemberian minyak jelantah penggorengan 12x dengan dosis 1,5 mL/hari. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan selama 4 minggu. d. Setelah dilakukan perlakuan selama 1 bulan, semua tikus dianastesi dengan Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kg + 5˗10 mg/kg secara IP lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode cervical 34 dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar kranium atau batang ditekan ke dasar kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor atau kaki belakang dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak. e. Setelah tikus mati lakukan torakotomi. Jantung tikus diambil untuk sediaan mikroskopis miokardium. f. Sampel jantung difiksasi dengan formalin 10%. 3.6.4 Pembuatan Preparat Histopatologi a. Fixation Fiksasi spesimen yang berupa potongan organ jantung segera dengan larutan pengawet formalin 10% selama 3 jam. Lalu, cuci dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali. b. Trimming Organ dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. Kemudian, potongan organ tersebut dimasukkan kedalam tissue casette. c. Dehidration - Alkohol 70% selama 0,5 jam - Alkohol 96% selama 0,5 jam - Alkohol 96% selama 0,5 jam - Alkohol 96% selama 0,5 jam - Alkohol absolut selama 1 jam - Alkohol absolut selama 1 jam 35 - Alkohol absolut selama 1 jam - Alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam d. Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xilol I dan II masing–masing selama 1 jam. e. Impregnansi Dilakukan dengan menggunakan parafin I dan II selama 1 jam dalam oven suhu 65oC. f. Embedding Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi jantung dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC selama beberapa saat. Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan menggunakan scalpel/pisau hangat. Letakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin siap dipotong dengan mikrotom. g. Cutting Sebelum memotong, dinginkan blok terlebih dahulu. Lakukan potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5 mikron. Pilih lembaran potongan yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan 36 gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan. Keringkan slide, jika slide sudah kering, panaskan untuk meratakkan jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan. h. Pewarnaan dengan Prosedur Pulasan Hematoksilin–Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut: 1. Dilakukan deparafinisasi dalam: - Larutan xylol I selama 5 menit - Larutan xylol II selama 5 menit - Ethanol absolut selama 1 jam 2. Hydrasi dalam: - Alkohol 96% selama 2 menit - Alkohol 70% selama 2 menit - Air selama 10 menit 3. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan: - Haris hematoksilin selama 15 menit - Air mengalir - Eosin selama maksimal 1 menit 4. Lanjutkan dehidrasi dengan menggunakan: - Alkohol 70% selama 2 menit - Alkohol 96% selama 2 menit 37 - Alkohol absolut 2 menit 5. Penjernihan: - Xylol I selama 2 menit - Xylol II selama 2 menit i. Mounting Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide diatas kertas tissue pada tempat yang datar, dengan menetesi bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya gelembung udara. j. Membaca slide dengan mikroskop cahaya Slide dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Kemudian, slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dan dibaca oleh ahli histologi dan patologi anatomi. 38 3.6.5 Alur Penelitian Prosedur penelitian ini disajikan dalam gambar pada Gambar 7: Menyiapkan alat dan bahan Timbang berat badan tikus Lakukan aklimatasi selama 1 minggu Pemeriksaan tikus sesuai krieria inklusi dan eksklusi Pemisahan tikus menjadi 4 kelompok perlakuan Kelompok K: Tidak diberi minyak Kelompok P1: Diberi minyak jelantah 1x penggorengan 1,5 mL/hari Kelompok P2: Diberi minyak jelantah 4x penggorengan 1,5 mL/hari. Kelompok P3: Diberi minyak jelantah 8x penggorengan 1,5 mL/hari. Kelompok P4: Diberi minyak jelantah 12x penggorengan 1,5 mL/hari. Tikus diberi perlakuan selama 4 minggu Anastesi tikus dengan Ketamine˗xylazine Euthanasia tikus menggunakan metode cervical dislocation Torakotomi tikus, kemudian ambil organ jantung Fiksasi organ dengan formalin 10% Kirim sampel ke lab Patologi Anatomi Pengamatan dengan mikroskop cahaya Interpretasi hasil Gambar 7. Alur Penelitian 39 3.7 Analisis Data Penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan program aplikasi pengolahan data. Hasil penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50. Kemudian, dilanjutkan uji Kruskal Wallis karena distribusi data tidak normal. Untuk melihat perbedaan antar kelompok dilanjutkan uji dengan Mann-Whitney. Hipotesis dikatakan bermakna jika nilai p<α. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05 (Dahlan, 2014). 3.8 Etika Penelitian Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat persetujuan etik 060/UN26.8/DL/2017. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 3. Terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 4. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley. 5.2 Saran 1. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan menggunakan pemakaian minyak goreng yang berbeda, bahan gorengan yang berbeda dan dosis minyak yang berbeda. 2. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan mengukur nilai asam lemak bebas dan nilai peroksida minyak jelantah. 58 3. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan melihat pengaruh minyak jelantah ke organ lain. 4. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan CRP, TNF-α dan troponin T untuk meyakinkan bahwa adanya inflamasi dan kerusakan miokardium. 5. Perlu dipertimbangkan untuk diadakannya sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahayanya pemakaian minyak goreng berulang karena dapat merusak sistem organ. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2016. Laporan bulanan data sosial ekonomi. Subdirektort publikasi dan kompilasi statistik (ed). Jakarta: Badan Pusat Statistik. ISSN: 2087-930 x. Diunduh pada Agustus 2016. Tersedia dari: www.bps.go.id. Ayu DF, Hamzah FH. 2010. Evaluasi sifat fisik-kimia minyak goreng yang digunakan oleh pedagang makanan jajanan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Sagu. 9(1): 4–14. Baughman KL. 2006. Diagnosis of myocarditis death of dallas criteria. American Heart Association. 113: 593–595. BSN. 2013. Minyak goreng. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Buja LM. 2005. Myocardial ischemia and reperfusion injury. Cardiovascular Pathology. 14: 170–175. Burton KP, McCord JM, Ghai G. 1984. Myocardial alterations due to free-radical generation. American Journal of Physiology - Heart and Circulatory Physiology. 246(6): 776-783. Choe E, Min DB. 2007. Chemistry of deep-fat frying oils. Journal of food science. 72(5): 77–86. Chung J, Lee J, Choe E. 2004. oxidative stability of soybean and sesame oil mixture during frying of flour dough. J food scince. 69: 574–578. Caforio ALP, Pankuweit S, Arbustini E, Basso C, Blanes JG, Felix SB et al. 2013. Current state of knowledge on aetiology , diagnosis , management , and therapy of myocarditis : a position statement of the European Society of Cardiology Working Group on Myocardial and Pericardial Diseases. 60 European Heart Journal. 34: 2636–2648. Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta: Epidemiologi Kesehatan. Fawcett DW. 2002. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC. Fellows P. 2015. Teknik pengolahan pangan. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. Gartner LP, Hiatt JL. 2006. Interactive color atlas of histology: Student Version 2.0. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Goswami G, Bora R, Rathore MS. 2015. Oxidation of cooking oils due to repeated frying and human health; 2015 September 2015; New Delhi. India. India: International Conference on Science, Technology and Management. Hambali E. 2007. Teknologi bionergi. Jakarta: Argo Media Pustaka 92. Hanna J, Chahine R, Aftimos G, Nader M, Mounayar A, Esseily F et al. 2004. Protective effect of taurine against free radicals damage in the rat myocardium. Experimental and toxicologic pathology. 56: 189–194. Ilmi IMB, Khomsan A, Marliyati, SA. 2015. Kualitas minyak goreng dan produk gorengan selama penggorengan di rumah tangga Indonesia. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 4(2): 61–65. Irianto K. 2014. Anatomi dan fisiologi. Bandung: Cv Alfabeta. Kalam M, Masjuki H, Jayed M, Liquat AM. 2011. Emission and performance characteristics of an indirect ignition diesel engine fuelled with waste cooking oil. Energy. 39(1): 397–402. Kalogeris T, Baines CP, Krenz M, Korthuis RJ. 2014. Cell biology of ischemia/reperfusion injury. National Institute of Health. 298: 229–317. Kamisah Y, Shamil S, Nabillah MJ, Kong SY, Hamizah NAS, Qodriyah HMS et 61 al. 2012. Deep-fried Keropok Lekors Increase Oxidative Instability in Cooking Oils. Malaysia J MedicalScience. 19(4): 57–62. King TC. 2007. Pathology. Philadelphia: Elsvier’s Intergrated. Kumar S, Negi S. 2014. Transformation of waste cooking oil into C-18 fatty acids using a novel lipase produced by penicillium chrysogenum through solid state fermentation. 3 Biotech. 5: 847–851. Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kumar V, Abbas, AK, Aster JC. 2015. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-9. Jakarta: EGC. Leong XF, Aishah A, Aini UN, Das S, Jaarin K. 2008. Heated palm oil causes rise in blood pressure and cardiac changes in heart muscle in experimental rats. Archives of Medical Research. 39: 567–572. Leong XF, Ng CY, Jaarin K, Mustafa MR. 2015. Effects of repeated heating of cooking oils on antioxidant content and endothelial function. Austin J Pharmacol Ther. 3(2): 1068. Lipoeto NI, Zulkarnain A, Oenzil F, Wahlqvist ML, dan Wattanapnpaiboon N. 2004. Dietary intake and the risk of coronary heart disease among the coconut-consuming Minangkabau in West Sumatra, Indonesia. Asia pacific health and nutrition centre. 13(4): 377-384. Mescher AL. 2011. Histologi dasar junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC. Min D, Boff J. 2002. Lipidoxidation of edible oil. Edisi ke-2. New York: Marcel Dekker Inc. Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga. Naz S, Siddiq R, Sheikh H, Sayeed SA. 2005. Deterioration of olive, corn, and 62 soybean oils due to air, light, heat, and deep-frying. Food res intl. 38: 127– 134. Ng CY, Kamisah Y, Faizah O, Jubri Z, Qodriyah HMS, Jaarin K. 2012. Involvement of inflammation and adverse vascular remodelling in the blood pressure raising effect of repeatedly heated palm oil in rats. Kuala Lumpur: Hindawi Publishing Corporation. Ormset MJ, Swift LL, Fazio S, Linton MF, Chung CP, Raggi P et al. 2012. Free fatty acids are associated with insulin resistance but not coronary artery atherosclerosis in rheumatoid arthritis. National Institute of Health. 219(2): 869–874. Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta atas anatomi manusia. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. Pearce EC. 2014. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Quintana DS, Ho SY. 2003. Anatomy of cardiac nodes and atrioventricular specialized conduction system. Revista Espanola de Cardiologia. 56(11): 1085–92. Ridwan E. 2013. Pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. Journal of the Indonesian medical association. 63(3): 112–116. Rock KL, Kono H. 2011. The inflammatory response to cell death. National Institute of Health. 3: 99–126. Sastroasmoro S, Ismael S. 2010. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. Shastry CS, Patel NA, Joshi H, Aswathanarayana BJ. 2011. Evaluation of effect of reused edible oils on vital organs of wistar rats. Nitte University Journal of Health Science. 4(1): 10-15. Sheinbaum C, Balam MV, Robies G, Larrae SL, Mendoza R. 2015. Biodiesel from waste cooking oil in Mexico City. Waste management & research. 63 33(8): 730–739. Sherwood L. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC. Suckow M, Weisbroth S, Franklin C. 2006. The laboratory rat. Edisi ke-2 Burlington: Elseveir Academic Press. Sukalingam K, Jaarin K, Saad QMS, Mohamed S, Othman F. 2016. Effect of rutacea plant extract ( ADD-X ) on inflammatory biomarkers , cardiac LDL , troponin T and histological changes in ovariectomized rats fed with heated palm oil. International Journal of Toxicologicaland Pharmacological Research. 8(4): 223–231. Surwandi. 2015. Statistik konsumsi pangan tahun 2015. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekjen Kementrian Petanian. Wibowo SH. 2014. Perdagangan komiditi minyak goreng Indonesia 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik. WHO. 2016. Cardiovascular diseases (CVDs). http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/. Tersedia dari: Wylie L. 2010. Esensial anatomi dan fisiologi dalam asuhan maternitas. Edisi ke2. Jakarta: EGC. Zhang Q, Cai BX, Xu WJ, Gang HZ, Liu JF, Yang SJ et al. 2015. Scientific Report. The rebirth of waste cooking oil to novel bio-based surfactants; 2015 Mei 06; Sanghai. China. China: Nature publishing group. Zhou Z, Wang Y, Jiang Y, Diao Y, Strappe P, Prenxler P et al. 2016. Deep-fried oil consumption in rats impairs glycerolipid metabolism , gut histology and microbiota structure. Lipids in Health and Disease. 15: 1-17. Zweier JL, Talukder MAH. 2006. The role of oxidants and free radicals in reperfusion injury. Cardiovascular Research. 70: 181–190.