PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP
GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH
(Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley
(Skripsi)
Oleh
TRI NOVITA SARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP
GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH
(Rattusnorvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley
Oleh
Tri Novita Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
EFFECT OF REUSED COOKING OIL ADMINISTRATION TO
MYOCARDIUM HISTOPATHOLOGY OF MALE RATS
(Rattus norvegicus) STRAIN Sprague dawley
By
TRI NOVITA SARI
Background:Cardiovascular disease is the leading cause of death of most people
in the world. One of the dangerous cardiovascular disease is myocarditis.
Myocarditis is not only caused by organism factor but also non organism factor,
such as cell injury which is caused by free radical. Free radical can be resulted
from reused cooking oil. Reused cooking oil will change the chemical structure of
cooking oil through hydrolysis, oxidation, and polymerization. These processes
will produce toxic components and destroy tissues in the body, including
myocardium.
Objective:to know the effect of reused cooking oil
to myocardium
histopathology and to know the effect of frying frequency differences to
myocardium histopathology male rats strain Sprague dawley.
Methods:This experiment uses 25 male rats Sprague dawley divided into 5 goups
randomly. K Group (Control), P1, P2, P3, and P4 groups which each of them is
given reused cooking oil 1x, 4x,8x, and 12x frying with 1,5 mL/day doses.
Results:The avarage value of K,P1, P2,P3, P4 groupsare 0,14; 0,48; 0,96; 1,6;
1,84 with of Kruskall-Wallisdata analysis test show p-value 0,003 (p<0,05). The
result of Mann-Whitney test are K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011; K-P4
0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072; P3-P4
0,513 (p<0,05).
Conclusion:It can be concluded that there is an effect of reused cooking oil
administration to myocardium histopathology changes. And This result indicates
that K and P1 groups haven’t present myocardial injury but P2, P3, and P4 groups
have present myocardial injury.
Keywords: reused cooking oil, myocardium, histopathology
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN
HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR Sprague dawley
Oleh
TRI NOVITA SARI
Latar belakang:Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian
nomor satu didunia. Salah satu penyakit kardiovaskular yang berbahaya yaitu
miokarditis. Miokarditis tidak hanya disebabkan oleh organisme tetapi juga dapat
disebabkan oleh faktor non organisme seperti terjadinya kerusakan pada sel akibat
radikal bebas. Radikal bebas dapat ditemukan pada hasil dari pemakaian minyak
berulang. Pemakaian minyak berulang dapat merusak struktur kimia pada minyak
goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi yang akan
menghasilkan senyawa toksis yang dapat merusak jaringan tubuh seperti pada
miokardium.
Tujuan:untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap
perubahan histopatologi miokardium dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
frekuensi penggorengan pada perubahan gambaran histopatologi miokardium
tikus jantan Sprague dawley.
Metode:Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan Sprague dawley
dibagi 5 kelompok secara acak. Kelompok K (Kontrol) dan kelompok P1, P2,P3,
dan P4 yang masing-masing diberikan minyak 1x, 4x, 8x, dan 12x penggorengan
dengan dosis 1,5 mL/hari.
Hasil: Hasil rerata pada kelompok K, P1, P2, P3, dan P4 adalah 0,14; 0,48; 0,96;
1,6; 1,84 dengan hasil analisis Kruskall-Wallis adalah nilai p 0,003 (p<0,05).
Hasil uji Mann-Whitney adalah kelompok K-P1 0,513; K-P2 0,015; K-P3 0,011;
K-P4 0,007; P1-P2 0,042; P1-P3 0,020; P1-P4 0,011; P2-P3 0,221; P2-P4 0,072;
P3-P4 0,513 (p<0,05).
Kesimpulan:Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pada pemberian
minyak jelantah terhadap perubahan histopatologi miokardium. Dan untuk
kelompok K dan P1 belum mengalami kerusakan miokardium sedangkan
kelompok P2, P3 dan P4 telah mengalami kerusakan pada miokardium.
Kata kunci : minyak jelantah, miokardium, histopatologi
Judul
: PENGARUH
PEMBERIAN MINYAK
JELANTAH TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI
MIOKARDIUM
PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR Sprague dawley
Nama Mahasiswa
: Tri Novita Sari
Nomor Pokok Mahasiswa : 1318011169
Program Studi
: Pendidikan Dokter
Fakultas
: Kedokteran
MENYETUJUI
Komisi Pembimbing
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
NIP. 197012082001121001
Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc
NIP. 198504122010122003
Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
NIP. 197012082001121001
MENGESAHKAH
1. Tim Penguji
2.
Ketua
: Dr.dr. Muhartono, S,Ked., M.Kes., Sp.PA...................
Sekertaris
: Soraya Rahmanisa, S.Si.,M.Sc.
.......................
Penguji
: dr. Rizki Hanriko, S. Ked., Sp.PA
........................
Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
NIP 197012082001121001
Tanggal lulus ujian skripsi
: 16 Januari 2017
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa :
1. Skripsi
dengan
JELANTAH
judul
“PENGARUH
TERHADAP
PEMBERIAN
GAMBARAN
MINYAK
HISTOPATOLOGI
MIOKARDIUM PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)JANTAN
GALUR Sprague dawley” adalah hasil karya sendiri dan tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak
sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau
yang disebut plagiarisme
2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada
Universitas Lampung
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan
kepada saya.
Bandar Lampung, 24 Januari 2017
Pembuat Pernyataan
Tri Novita Sari
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 26 November 1995, sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muklis Hayat dan Ibu
Husnul Huspita.
Pendidikan penulis dimulai dari pendidikan TK di TK Kartika II-231 diselesaikan
pada tahun 2001, SD diselesaikan di SD Kartika II-25 Bandar Lampung pada
tahun 2007, SMP diselesaikan di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun
2010 dan SMA diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada
tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Ujian tertulis SBMPTN. Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) FK
Unila dalam devisi akademik periode tahun 2013-2014, PMPATD Pakis Rescue
Team FK Unila sebagai anggota bidang organisasi tahun 2013-2016, Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai anggota dinas pendidikan dan profesi tahun
2014-2015, tahun 2015-2016 kepala dinas pendpro BEM FK Unila.
Persembahan Sederhana Untuk
Ibu, Bapak, Abang, Kakek,
Nenek dan keluarga besar
tercinta.
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Minyak Jelantah Terhadap
Gambaran Histopatologi Miokardium Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Jantan Galur Sprague dawley adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan termakasih kepada:
-
Ibu dan Bapak sebagai orang tuayang selalu mendukung,mendorong,
memberikan motivasi, merawat, mendoakan dan selalu memberikan yang
terbaik untuk hidup Penulis.
-
Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
-
Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dan Pembimbing Utama Penulis yang telah bersedia
memberikan bimbingan, saran dan masukan serta kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
-
Ibu Soraya Rahmanisa S.Si., M.Sc, selaku Pembimbing Kedua atas
kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyeselesaian skripsi ini.
-
dr. Rizki Hanriko, Sp.PA, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi yang
telah memberikan masukan, ilmu dan saran untuk kebaikan skripsi.
-
dr. Oktadoni Saputra, M.Med, selaku Pembimbing Akademik saya yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan ilmu selama menjalani masa
perkuliahan.
-
Mas Bayu dan Mbak Lisa yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi
ini.
-
Seluruh Staff Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada
Penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai
cita-cita.
-
Seluruh Staff TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila serta pegawai
yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
-
Kakak kandung Penulis Abang Eko dan Abang Edwin yang selalu
memberikan masukan dan dukungan dalam proses menjalani pendidikan.
-
Kakak ipar Penulis Mbak Putri da Ayuk Sari yang telah mendukung dan
memberikan semangat dalam segala hal.
-
Keluarga besar Kakek, Nenek, Uwak, Makwo, Pakwo, Bibi, Tante, Om,
Makcik, Pakcik, Sepupu semuanya yang sudah mendukung dan
memberikan masukan masa perkuliahan dan pembuatan skripsi.
-
Teman-teman seperjuang mulai dari masa ospek hingga saat ini Azzren
Virgita Pasya, Dani Kartika Sari, Dara Marissa, Devita Wardhani, Yulia
Cahya Khasanah yang telah menjadi teman dalam belajar, bermain, canda,
tawa dan mewarnai masa-masa perkuliahan di FK Unila.
-
Teman-teman tim penelitian skripsi Nidya Putri, Made Agung Yudhistira,
Marco Manza dan Wulan Noventi yang telah bekerjasama untuk samasama menyelesaikan skripsi ini, memberikan canda dan tawa di saat stress
menulis skripsi, memberikan solusi disaat kebingungan masalah skripsi.
Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.
-
Teman masa SMA yang masih bertahan sampai sekarang Mulia Ayu
Hanifa, Annisa Nanda Liyani, Annisa Mutiara Kalpika, Sonia Miyajima
Anjani, Jonathan Simanulang, Lisa Kurnia Sari, Afief Rama yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dari masa SMA sampai saat ini.
-
Kakak-Kakak, teman-teman dan adik-adik Pendpro BEM FK Unila yang
telah memberikan semangat dan pengalamanselama masa perkuliahan.
-
Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu,terimakasih atas kebersamaan yang terjalin dan memberikan
motivasi belajar.
-
Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
akan tetapi sedikit harapan semoga skrpsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, 24 Januari 2017
Penulis
Tri Novita Sari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... .... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1 Minyak Goreng .........................................................................................6
2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) ................................................7
2.3 Anatomi Jantung .................................................................................... 12
2.3.1 Batas Jantung ............................................................................... 12
2.3.2 Dinding Jantung............................................................................13
2.3.3 Ruang Jantung ..............................................................................14
2.3.4 Katup Jantung ...............................................................................15
2.4 Fisiologi Jantung.....................................................................................16
2.4.1 Peredaran Darah ...........................................................................16
2.4.2 Potensial Aksi Jantung .................................................................17
2.5 Histologi Miokardium ............................................................................18
2.6 Hewan Percobaan ...................................................................................20
2.7 Kerangka Penelitian ................................................................................21
2.7.1 Kerangka Teori .............................................................................21
2.7.2Kerangka Konsep ..........................................................................25
ii
2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................................25
BAB 3 METODEPENELITIAN .........................................................................26
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................26
3.2 Tempat dan Waktu ..................................................................................26
3.3 Populasi dan Sampel ...............................................................................26
3.3.1 Kriteria Inklusi ..............................................................................29
3.3.2 Kriteri Ekslusi ...............................................................................29
3.4 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................30
3.4.1 Bahan Penelitian ...........................................................................30
3.4.2 Alat Penelitian ..............................................................................30
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel........................31
3.5.1 Identifikasi Variabel .....................................................................31
3.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................................31
3.6 Prosedur Penelitian .................................................................................32
3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah ..............................32
3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus ...................32
3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus .............................................................33
3.6.4 Pembuatan Preparat Histologi ......................................................34
3.6.5 Alur Penelitian ..............................................................................38
3.7 Analisis Data ...........................................................................................39
3.8 Etika Penelitian .......................................................................................39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................40
4.1 Gambaran Umum Penelitian...................................................................40
4.1.1 Hasil Penelitian .............................................................................40
4.1.2 Tingkat KerusakanMiokardium Tikus .........................................45
4.1.3 Analisis Data ................................................................................48
4.2 Pembahasan ............................................................................................52
4.3 Keterbatasan Penelitian ..........................................................................56
iii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................57
5.1 Kesimpulan .............................................................................................57
5.2 Saran .......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59
LAMPIRAN ..........................................................................................................64
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar ........................................................................................................ Halaman
1. Proses Oksidasi Minyak .....................................................................................11
2. Anatomi Jantung ................................................................................................16
3. Potensial aksi jantung.........................................................................................18
4. Histologi Miokardium ........................................................................................19
5. Kerangka Teori...................................................................................................24
6. Kerangka Konsep ...............................................................................................25
7. Alur Penelitian ...................................................................................................38
8. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok K..........................................41
9. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P1 ........................................42
10. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P2 ......................................43
11. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P3 ......................................44
12. Gambaran Histopatologi Miokardium Kelompok P4 ......................................45
13. Grafik Perbandingan Rerata Skor Kerusakan Miokardium .............................48
v
DAFTAR TABEL
Tabel ............................................................................................................ Halaman
1. Syarat Mutu Minyak Goreng ...............................................................................6
2. Definisi Operasional Variabel ............................................................................31
3. Tabel Rerata Kerusakan Miokardium ................................................................46
4. Uji Normalitas ....................................................................................................49
5. Hasil Transformasi Data ....................................................................................49
6. Uji Kruskall-Wallis ............................................................................................50
7. Uji Mann-Whitney ..............................................................................................51
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara global, penyakit nomor satu yang dapat menyebabkan kematian
adalah penyakit kardiovaskular (WHO, 2016). Salah satu penyakit kardiovaskular
yang banyak terjadi tetapi jarang terdeteksi adalah miokarditis. Hasil studi
mengatakan bahwa miokarditis dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
dengan prevalensi penyakit yang mencapai 42% kasus. Banyak penyebab dari
timbulnya miokarditis. Tidak hanya dari organisme seperti virus, bakteri, parasit
dan protozoa tetapi juga dapat diakibatkan dari faktor non organisme seperti obatobatan hingga zat yang toksik seperti radikal bebas (Caforio et al., 2013).
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil dan dapat
mengakibatkan peroksidasi lipid, DNA dan protein. Radikal bebas dapat
menyebabkan cedera pada jaringan, salah satunya adalah miokardium. Hal ini
telah dibuktikan menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al.,
2004). Radikal bebas dapat berasal dari internal dan eksternal. Dari internal dapat
terjadi akibat dari adanya gangguan dalam tubuh seperti iskemik miokard.
Sedangkan yang berasal dari eksternal dapat ditemukan pada berbagai zat toksik
dari luar yang masuk ke dalam tubuh seperti pada konsumsi minyak jelantah
(Leong et al., 2015).
2
Minyak jelantah atau minyak goreng bekas adalah minyak yang digunakan
lebih dari dua kali (Lipoeto et al., 2004). Untuk menjaga kesehatan sebaiknya
minyak goreng hanya boleh dipakai maksimal empat kali periode penggorengan
(Ayu dan Hamzah, 2010). Pemakaian minyak berulang kali dapat merusak
struktur kimia pada minyak goreng melalui proses hidrolisis, oksidasi dan
polimerisasi. Hasil dari proses tersebut adalah senyawa toksik seperti
hidroperoksida yang dapat mengakibatkan jejas sel (Choe & Min, 2007).
Kebutuhan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan konsumsi dan
pertumbuhan penduduk. Rata-rata pertumbuhan konsumsi minyak goreng
kapita/tahun cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2011-2015 yaitu
sebesar 4,35% per tahun. Menurut data Susenas 2015, disetiap tahunnya terjadi
peningkatan jumlah konsumsi minyak goreng dan peningkatan konsumsi minyak
goreng yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2015 dibanding dengan tahun
sebelumnya yakni 9,6 liter/kapita/tahun pada tahun 2014 meningkat menjadi
menjadi 11,2 liter/kapita/tahun pada tahun 2015 (Surwandi, 2015).
Harga minyak goreng tiap tahun cenderung tidak menetap. Tetapi, pada
awal tahun hingga pertengahan tahun 2016 harga minyak goreng meningkat tiap
bulannya. Harga minyak goreng pada Januari 2016 yaitu Rp 13.200/liter dan pada
Juli 2016 meningkat menjadi 13.900/liter (Anonim, 2016). Hal tersebut dapat
meningkatkan penggunaan minyak goreng berulang terutama oleh para penjual
untuk mengurangi pengeluaran. Dengan meningkatnya produksi dan konsumsi
minyak goreng, pemakaian minyak berulang kian hari kian melimpah (Hambali,
2007).
3
Penelitian oleh Leong et al., memberikan minyak jelantah ke tikus Sprague
dawley dengan pemanasan minyak sebanyak 5x dan 10x selama 16 minggu
menunjukkan adanya nekrosis pada gambaran histopatologi miokardium tikus
Sprague dawley. Hal ini terjadi akibat kandungan hidroperoksida pada minyak
jelantah merusak membran lipid sel jantung dan merusak inti sel jantung sehingga
terjadi degenerasi sel yang mengakibatkan timbulnya nekrosis pada sel jantung
(Leong et al., 2008).
Penelitian oleh Sukalingam et al., pemberian minyak goreng yang telah
dipanaskan selama 5x dan 10x pada tikus Sprague dawley menunjukkan adanya
peningkatan nilai C-reactive protein (CRP), tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan
troponin T. Selain hal tersebut, pada pemeriksaan histopatologi terdapat gambaran
nekrosis pada miokardium dan infiltrasi sel radang (Sukalingam et al., 2016).
Pemakaian minyak jelantah juga dapat menyebabkan kelainan histologis
dan perubahan materi genetik akibat radikal bebas yang dihasilkan selama proses
penggorengan yang dapat merusak membran lipid melalui peroksidasi lipid,
kemudian mengarah ke stres oksidatif pada organ jantung (Leong et al., 2015).
Hal tersebut akan menginduksi terjadinya cedera atau jejas sel otot jantung
(miokardium) yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur sel
miokardium dengan timbulnya nekrosis dan infiltrasi sel radang.
Dengan melihat bahwa konsumsi minyak jelantah dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel otot jantung, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
secara langsung tentang pengaruh minyak jelantah pada gambaran histopatologi
miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague
dawley.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran
histopatologi miokardium tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Sprague dawley?
2. Apakah terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan
minyak jelantah pada perubahan gambaran histopatologi miokardium
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jelantah pada
gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
2.
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi penggorengan
minyak
jelantah
pada
perubahan
gambaran
histopatologi
miokardium terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Sprague dawley.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Empiris
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
terutama dibidang ilmu kedokteran patologi anatomi dan ilmu kedokteran
agromedicine.
5
1.4.2
Manfaat Aplikatif
a. Bagi penulis
Penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman yang
bermanfaat dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan selama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
b. Bagi penulis lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk
penelitian lebih lanjut dan sebagai sumber kepustakaan.
c. Bagi pembaca
Penelitian ini bisa menjadi sumber bacaan yang bermanfaat
dan memperkaya ilmu pengetahuan.
d. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran tentang
bahayanya konsumsi minyak jelantah terutama untuk organ
jantung, sehingga masyarakat lebih memperhatikan pemakaian
minyak berulang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng
Minyak goreng dapat diartikan sebagai minyak yang berasal dari lemak
tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar
yang biasa digunakan untuk menggoreng makanan (Wibowo, 2014). Minyak
goreng telah dibuat dengan beberapa proses kimia yaitu hidrogenasi, pendinginan
dan telah melalui proses rafinasi/pemurnian. Komposisi utama dari minyak
goreng adalah trigliserida (BSN, 2013) .
Tabel 1. Syarat mutu minyak goreng
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kriteria Uji
Keadaan
- Bau
- Warna
Kadar air dan bahan menguap
Bilangan asam
Bilangan peroksida
Minyak pelikan
Asam linoleat (C18:3)
Cemaran logam
- Kadmium (Cd)
- Timbal (Pb)
- Timah (Sn)
- Merkuri (Hg)
- Cemaran arsen (As)
Sumber: BSN, 2013.
Satuan
Persyaratan
%(b/b)
mg KOH/g
mek O2/Kg
%
Normal
Normal
Maks. 0,15
Maks. 10
Maks. 10
Negatif
Maks. 2
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks. 0,2
Maks.0,1
Maks.40,0/250,0*
Maks. 0,05
Maks. 0,1
7
2.2 Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
Minyak goreng bekas dapat didefinisikan sebagai minyak yang terdiri dari
materi nabati yang telah digunakan dalam pembuatan makanan dan tidak lagi
cocok untuk konsumsi manusia (Kalam et al., 2011). Komponen utama dari
minyak goreng bekas adalah trigliserida ester dari gliserol dengan tiga asam
lemak rantai panjang (> C12) dan yang paling dominan adalah asam oleat dan
asam linoleat (Zhang et al., 2015).
Lemak dan minyak nabati adalah campuran dari trigliserida yang terdiri
dari asam lemak dan gliserol. Selama proses menggoreng, triasilgliserol atau
trigliserida dioksidasi dan terpolimerisasi memproduksi senyawa polar seperti
rantai pendek asam lemak bebas, mono- dan di-gliserida, aldehid, keton, polimer,
dan senyawa siklik dan aromatik. Beberapa produk hasil degradasi tersebut telah
dikaitkan dengan penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia. Untuk alasan
tersebut, minyak goreng bekas tidak baik lagi untuk dikonsumsi (Sheinbaum et
al., 2015).
Proses pemakaian yang berulang kali pada minyak goreng di bawah suhu
tinggi menyebabkan perubahan merusak sifat fisik dan kimia minyak dengan
proses hidrolisis, oksidasi, dan polimerisasi (Kumar & Negi, 2014).
1. Hidrolisis
Air, uap, dan oksigen memulai reaksi-reaksi kimia dalam minyak
goreng dan makanan. Air merusak hubungan ester dari triasilgliserol lalu
menghasilkan di- dan mono- asilgliserol, gliserol, dan asam lemak bebas.
Asam lemak bebas dalam minyak goreng akan meningkat dengan
peningkatan frekuensi penggorengan (Chung et al., 2004). Triasilgliserol
8
dalam minyak dihidrolisiskan oleh uap sehingga membentuk diasilgliserol
polar dan asam lemak bebas. Kemudian, diasilgliserol pecah menjadi
monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Monoasilgliserol dihidrolisis
menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Fellows, 2015). Gliserol dan asam
lemak bebas akan mempercepat proses hirolisis. Gliserol menguap pada suhu
1500C dan meningkatkan produksi asam lemak bebas dalam minyak (Choe &
Min, 2007).
Air menghidrolisis minyak lebih cepat dari uap. Penggantian minyak
goreng dengan minyak segar akan memperlambat proses hidrolisis minyak
goreng. Natrium hidroksida dan basa lain yang digunakan untuk
membersihkan penggorengan akan meningkatkan hidrolisis minyak (Naz et
al., 2005).
2. Oksidasi
Oksigen dalam proses penggorengan bereaksi dengan minyak.
Mekanisme kimia oksidasi termal pada prinsipnya sama dengan mekanisme
autoksidasi. Tingkat oksidasi termal lebih cepat dari autoksidasi, tapi
informasi ilmiah yang spesifik dan rinci serta perbandingan dari tingkat
oksidasi antara oksidasi termal dan autoksidasi tidak tersedia. Mekanisme
oksidasi termal terdiri dari inisiasi, propagasi, dan terminasi, reaksi seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Choe & Min, 2007) .
a. Inisiasi
Oksigen biasa yang ada di udara akan bereaksi dengan minyak
yang dipanaskan dan membantu dalam proses pembentukan senyawa
9
radikal. Hidrogen dengan ikatan terlemah pada karbon dari minyak akan
dihilangkan pertama kali dan menjadi senyawa radikal alkil. Energi yang
dibutuhkan untuk memecah ikatan karbon-hidrogen (C-H) pada 11 asam
linoleat adalah 50 kkal / mol (Min & Boff, 2002). Berbagai kekuatan dari
ikatan karbon hidrogen dari asam lemak menjelaskan perbedaan tingkat
oksidasi stearat, oleat, linoleat, dan asam linoleat selama proses oksidasi
termal. Ikatan lemah C-H asam linoleat terdapat satu di karbon 11 dan
hidrogen pada karbon 11 akan dihapus sehingga membentuk radikal alkil
di karbon 11 (Gambar 1). Hilangnya proton hidrogen dari minyak akan
membentuk senyawa radikal alkil dengan mekanisme oksidasi-reduksi
logam pada temperatur rendah. Pembentukan dari molekul radikal alkil
dengan menghilangkan hidrogen disebut langkah inisiasi dalam reaksi
oksidasi minyak. Radikal alkil juga dapat bereaksi dengan radikal alkil,
radikal alkoksi, dan radikal peroksi untuk membentuk dimers dan polimer
(Choe & Min, 2007).
b. Propagasi
Radikal alkil bereaksi dengan cepat dan menghasilkan radikal
peroksi. Radikal peroksi dari asam oleat dan asam linoleat akan
menghasilkan hidroperoksida. Reaksi berantai ini disebut reaksi radikal
bebas berantai dalam makanan dan langkah propagasi. Radikal peroksi
juga bereaksi dengan radikal lainnya untuk membentuk dimer atau
polimer. Reaksi berantai radikal alkil dan radikal peroksi mempercepat
oksidasi termal minyak (Choe & Min, 2007).
10
Hidroperoksida
merupakan
senyawa
yang
tidak
stabil.
Hidroperoksida terjadi akibat antioksidan alami didalam minyak telah
habis karena oksigen awal dalam minyak telah habis secara cepat,
sehingga oksigen tambahan masuk ke dalam minyak melalui difus dari
udara atau ruang atarsel didalam makanan sehingga terbentuklah
hidroperoksida (Fellows, 2015).
c. Terminasi
Kerusakan pada minyak menyebabkan terbentuknya dekomposisi
yang mudah menguap/volatile decomposition product (VDP) dan produk
dekomposisi yang tidak mudah menguap/non-volatil decomposition
products (NVDP).
Dalam proses penggorengan akan dihasilkan uap
dengan terbentuknya VDP dengan bobot molekul lebih rendah dari
minyak. VDP dibawa oleh uap sehingga terbentuknya asap dan aroma
penggorengan (Fellows, 2015). Pembentukan senyawa volatil dan
nonvolatil pada akhir oksidasi disebut langkah terminasi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1 (Choe & Min, 2007).
11
Gambar 1. Proses oksidasi minyak
(Sumber: Choe & Min, 2007).
3. Polimerisasi
Senyawa volatil sangat penting untuk kualitas rasa minyak goreng dari
makanan yang digoreng. Produk dekomposisi utama minyak goreng adalah
senyawa polar nonvolatile, dimer triasilgliserol dan polimer. Dimer dan
polimer adalah molekul besar dengan berat molekul 692-1600 Dalton dan
dibentuk oleh kombinasi dari ikatan -C-C-, -C-O-C, dan-C-O O-C--. Dimer
dan polimer memiliki gugus hidroksi, epoksi, karbonil, dan hubungan -C-OC dengan -C-O-O-C-. Dimerisasi dan polimerisasi dalam menggoreng
minyak adalah reaksi radikal. Pembentukan dimer dan polimer tergantung
pada jenis minyak, suhu penggorengan, dan frekuensi penggorengan. Karena,
12
frekuensi dan kenaikan suhu menggoreng akan meningkatkan jumlah
polimer. Senyawa polimer teroksidasi mempercepat oksidasi minyak. Polimer
mempercepat degradasi lebih lanjut dari minyak, meningkatkan viskositas
minyak, mengurangi perpindahan panas, menghasilkan busa selama
penggorengan, dan mengembangkan warna yang tidak diinginkan dalam
makanan. Polimer juga menyebabkan penyerapan minyak yang tinggi untuk
makanan (Choe & Min, 2007).
2.3 Anatomi Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya
diatas, dan puncaknya dibawah. Apeks (puncak) miring kesebelah kiri dengan
berat kira-kira 300 gram (Pearce, 2014). Jantung terletak di dalam rongga
mediastinum dari rongga dada (toraks) di atas paru-paru (Irianto, 2014). Anatomi
jantung tersaji pada Gambar 2.
2.3.1
Batas Jantung
Pada jantung terdapat empat pembatas, yaitu (Moore & Dalley,
2013):
1. Batas kanan
Terbentuk oleh atarium dextra dan meluas diantara vena
cava superior dan vena cava inferior.
2. Batas inferior
Terbentuk oleh ventriculus dextra dan sedikit oleh
ventrikulus sinstra.
13
3. Batas kiri
Terbentuk
oleh ventriculus sinistra dan oleh sedikit
auricula sinistra.
4. Batas superior
Terbentuk oleh atrium dextra dan atrium sinistra serta
auricula pada pandangan anterior.
2.3.2
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu
epikardium, miokardium,dan endokardium.
1. Epikardium
Epikardium atau lapisan serosa luar adalah bagian
perikardium yang merupakan lapisan penunjang ganda yang
melindungi jantung. Lapisan luar perikardium terdiri atas jaringan
ikat kuat yang melekatkan jantung ke diafragma dan berhubungan
erat dengan pleura paru. Lapisan dalam perikardium serosa
merupakan membran ganda bagian terluar paling tipis yang
melekat pada perikardium fibrosa dan lapisan bagian dalam yang
membentuk epikardium jantung. Diantara dua lapisan terdapat
ruang potensial yang mengandung lapisan tipis cairan serosa yang
dapat memungkinkan dua membran untuk bergeser satu sama lain
ketika jantung berkontraksi. Ruang ini dikenal sebagai ruang
perikardial (Wylie, 2010).
14
2. Miokardium
Miokardium merupakan lapisan tengah dinding jantung
yang terdiri atas otot jantung yang tebal. Ketebalannya bervariasi
tergantung dari fungsi ruang atau bilik yang mendasarinya.
Ketebalan miokardium mencerminkan kerja yang dilakukan oleh
ruang jantung yang mendasarinya. Ventrikel kanan mengalirkan
darah ke paru sehingga miokardium yang menyelimuti ventrikel
kanan akan lebih tebal. Akan tetapi, ventrikel kiri mengalirkan
darah keseluruh tubuh sehingga diharuskan untuk menghasilkan
tekanan yang kuat. Oleh karena itu, miokardium yang menyelimuti
ventrikel kiri paling tebal (Wylie, 2010).
3. Endokardium
Endokardium merupakan lapisan terdalam dinding jantung
yang terdiri dari lapisan tipis endotelium (Wylie, 2010).
2.3.3
Ruang Jantung
Tiga lapis dinding jantung melingkupi empat ruang yaiu dua atrium
dan dua ventrikel. Dua atrium terletak di basal jantung dan ventrikel
terletak di apeks jantung. Ruang jantung dipisahkan menjadi atrium kanan
dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri yang dipidahkan oleh septum
(Wylie, 2010).
15
2.3.4
Katup Jantung
Atrium dan ventrikel pada setiap jantung dipisahkan oleh katup.
Terdapat empat katup pada jantung yang tersusun atas jaringan ikat yang
dilapisi oleh endokardium. Fungsi keempatnya adalah untuk mencegah
darah masuk kembali ke dalam ruang jantung. Pada saat kontraksi jantung,
katup yang relevan akan terbuka untuk mengalirkan darah dan saat
relaksasi katup jantung menutup. Terdapat empat katup pada jantung yaitu:
1. Katup trikuspidalis
Katup ini terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Katup ini terdiri atas tiga pintu atau kuspid (Wylie, 2010).
2. Katup mitralis
Katup ini terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Nama lain dari katup ini adalah katup bikuspidalis. Katup ini
terdiri atas dua kuspid (Wylie, 2010).
3. Katup semilunaris
Katup semilunaris ada dua yang terletak pada arteri
pulmonalis dan aorta. Katup ini terdiri atas tiga kuspid semisirkular
yang melekat pada permukaan dalam jantung (Wylie, 2010).
16
Gambar 2. Anatomi jantung
(Sumber: Paulsen & Waschke, 2012).
2.4 Fisiologi Jantung
2.4.1
Peredaran Darah
Atrium kanan menerima darah dari vena kava superior dan inferior.
Kemudian, darah akan mengalir melalui ventrikel kanan dan keluar
jantung melewati arteri pulmonalis pada paru. Pada tempat ini darah akan
teroksigenasi dan kembali melewati vena pulmonalis ke atrium kiri
jantung. Pada akhirnya darah akan keluar jantung melalui ventrikel kiri
masuk ke dalam arteri terbesar tubuh yaitu aorta (Wylie, 2010).
17
2.4.2
Potensial Aksi Jantung
Mekanisme potensial aksi jantung adalah sebagai berikut:
1. Nodus sinoatrium (nodus SA)
Suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
pintu masuk vena kava superior (Sherwood, 2014).
2. Nodus atrioventrikel (nodus AV)
Suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus yang terletak
di dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium
dan ventrikel (Sherwood, 2014).
3. Berkas his (berkas atrioventrikel)
Suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan
masuk ke septum antarventrikel (Sherwood, 2014).
4. Serabut purkinje
Serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas his dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting kecil
dari suatu cabang pohon (Sherwood, 2014).
18
Gambar 3. Potensial aksi jantung
(Sumber: Quintana & Ho, 2003).
2.5 Histologi Miokardium
Sel-sel otot jantung memperlihatkan pola garis melintang yang identik
dengan pola otot rangka. Akan tetapi terdapat perbedaan dengan otot rangka yaitu
setiap sel otot jantung hanya memiliki satu atau dua inti pucat yang terletak
ditengah. Dikelilingi sel-sel otot terdapat selubung halus jaringan ikat
endomisium yang mengandung jejaring kapiler luas. Sel otot jantung yang matur
memilki diameter antara 85 sampai 100 µm (Mescher, 2011).
Satu ciri unik yang dapat membedakan otot jantung adalah terdapat garis
gelap melintang yang melintasi deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak
teratur (Mescher, 2011). Miosit jantung dirangkai ujung dengan ujung melalui taut
khusus yang disebut diskus interkalaris. Meskipun untaian yang terbentuk
terutama paralel, miosit itu sendiri bercabang dan membentuk hubungan oblik
dengan untaian di dekatnya dan menghasilkan rangkaian tiga dimensi rumit yang
19
cukup berbeda dari susunan paralel serat-serat silindris dari otot rangka (Fawcett,
2002).
Sel otot jantung mengandung mitokondria yang banyak bisa mencapai
40% atau lebih dari volume sitoplasma. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan
metabolisme aerob otot jantung sangat banyak. Sedangkan pada otot rangka
mitokondria hanya mencapai 2%. Bahan bakar utama otot jantung adalah
trigliserida yang dibawa oleh darah ke jantung dengan lipoprotein. Trigliserida
pula ditimbun dalam otot jantung bersama dengan glikogen (Mescher, 2011) .
Gambar 4. Histologi miokardium
(Sumber: Gartner & Hiatt, 2006)
20
2.6 Hewan Percobaan
Hewan percobaan adalah hewan yang digunakan daam penelitian biologis
dan biomedis yang dipilih berdsarkan syarat dasar dalam penelitian tersebut
(Ridwan, 2013). Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tikus putih (Rattus norvegicus) karena tikus ini memiliki kelebihan yaitu mudah
dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang, dan ukurannya yang lebih besar
dari mencit. Tikus putih juga mewakili kelas mamalia, karena kelengkapan organ,
metabolisme kimia, kebutuhan nutrisi, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran
darah dan ekskresi menyerupai dengan manusia. Berat badan dewasa tikus jantan
Sprague dawley rata-rata 200-250 gram (Leong et al., 2008). Sedangkan usia
dewasa tikus ini adalah sekitar 2 bulan (Kusumawati, 2004). Untuk galur dari
tikus Rattus norvegicus yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur
Sprague dawley. Alasan dalam pemilihan galur ini adalah karena tikus ini lebih
tenang dan lebih mudah untuk ditangani. Berikut adalah taksonomi spesies Rattus
norvegicus (Suckow et al., 2006).
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Subkelas
: Theria
Ordo
: Rodentia
Subordo
: Myomorpha
Family
: Muridae
Genus
: Rattus
21
Spesies
: Rattus norvegicus
Galur
: Sprague dawley
2.7 Kerangka Penelitian
2.7.1 Kerangka Teori
Dalam proses penggorengan minyak yang berulang kali akan
terjadi proses hidrolisis, oksidasi dan polimerasi yang telah disajikan pada
Gambar 5. Hasil dari proses hidrolisis adalah asam lemak bebas.
Peningkatan asam lemak bebas dalam darah akan mengurangi produksi
nitrat oksida dan meningkatkan reactive oxygen species (ROS) pada
pembuluh darah endotel. Dengan demikian, peningkatan konsentrasi asam
lemak bebas dapat menyebabkan disfungsi endotel. Hal ini merupakan
mekanisme yang mendasari terjadinya aterosklerosis dan penyakit arteri
koroner (Ormseth et al., 2012). Ateroskelrosis pada arteri koroner dapat
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke organ jantung sehingga
terjadilah iskemik miokardium. Berkurangnya aliran darah ke jantung akan
mengakibatkan
jaringan
kekurangan
pasokan
oksigen
sehingga
pembentukan ATP terhambat, kerusakan mitokondria dan akumulasi ROS.
Dengan demikian, kurangnya aliran darah ke jantung dapat mengakibatkan
jejas sel pada miokardium (Kumar et al., 2015).
Pada
proses
oksidasi
akan
menghasilkan
hidroperoksida.
Hidroperoksida merupakan bagian dari radikal bebas. Istilah radikal bebas
digunakan untuk mendefinisikan sebuah atom atau molekul yang dapat
eksis secara independen dengan satu atau lebih elektron yang tidak
22
berpasangan. Berdasarkan elektron yang tidak berpasangan, radikal bebas
biasanya tidak stabil, sangat reaktif, dan berumur pendek. Oksigen radikal
bebas dan oksidan terbentuk terus menerus dalam jumlah kecil selama
metabolisme normal sel dan biasanya tidak aktif oleh mekanisme endogen.
Radikal bebas yang dihasilkan oleh salah satu pengurangan elektron atau
oksidasi molekul menciptakan sebuah elektron tidak berpasangan (Zweier
& Talukder, 2006).
Oksigen akan beracun ketika mengarah untuk terbentuknya radikal
bebas seperti superoksida , hidroksil, singlet oksigen, dan reactive oxygen
species (ROS) sekunder lainnya, sehingga menimbulkan perubahan rantai
molekul yang membentuk peroksidasi lipid. Potensi sumber spesies
oksigen toksik terdapat pada sistem transpor elektron miokard,
katabolisme
purin
oleh
xantin
oksidase,
oksidasi
katekolamin,
prostaglandin biosintesis dan infiltrasi fagosit. Perubahan konsekuen dari
struktur dan fungsi sel terutama di membran sel sering menghasilkan
kematian sel. Radikal bebas telah terbukti dapat mengakibatkan cedera
miokardium oleh senyawa seperti superoksida dismutase dan katalase yang
berinteraksi dengan metabolit reaktif oksigen. Bukti ini berasal dari studi
menggunakan paramagnetik elektron resonansi (Hanna et al., 2004).
Radikal bebas telah diusulkan sebagai mediator umum cedera
jaringan dalam berbagai keadaan penyakit. Baru-baru ini telah difokuskan
pada kemungkinan bahwa radikal bebas mungkin terlibat dalam kerusakan
iskemik miokardium. Namun, jenis yang tepat dari kerusakan yang
diakibatkan paparan miokardium radikal bebas masih harus didirikan
23
(Burton et al, 1984). Meningkatnya radikal bebas dan oksidan selama
iskemia dan reperfusi telah ditunjukkan menggunakan teknik spektroskopi
EPR dan chemiluminescence. Radikal bebas dapat melukai sel dengan
menyebabkan peroksidasi membran lipid, denaturasi protein dan saluran
ion, serta penghancuran rantai DNA. Haltersebut dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan dan kematian sel (Zweier & Talukder, 2006).
Jejas kerusakan sel miokardium akibat dari iskemik miokard dan
nekrosis jaringan dapat mengaktifkan sel inflamasi. Pada umumnya, sel
inflamasi akan hadir jika terdapat respon infeksi, tetapi juga sel inflamasi
akan bekerja saat terjadinya kerusakan pada jaringan. Respon inflamasi
akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Sehingga,
semakin banyak sel inflamasi maka akan semakin banyak pula sel yang
rusak (King, 2007).
24
Minyak goreng yang
digunakan berulang kali
Hidrolisis
Oksidasi
Polimerisasi
Asam lemak
bebas
Hidroperoksida
Senyawa polimer
Rusaknya lipid,
DNA, dan protein
- Meningkatnya
viskositas
- Terjadi perubahan
warna
- Menghasilkan busa saat
penggorengan
Meningkatkan ROS
dan menurunkan NO
di endotel
Aterosklerosis
Menurunnya aliran
darah ke jantung
Iskemik miokardium
Nekrosis jaringan
Infiltrasi sel radang
Gambar 5. Kerangka teori pengaruh pemberian minyak jelantah pada gambaran
histopatologi miokardium
25
2.7.2 Kerangka Konsep
Variabel bebas
Pemberian minyak jelantah
dengan pemberian:
K :tidak diberi minyak
jelantah
P1 :minyak jelantah 1x
penggorengan
P2 :minyak jelantah 4x
penggorengan
P3 :minyak jelantah 8x
penggorengan
P4 :minyak jelantah 12x
penggorengan
Gambar 6.
Variabel terikat
Perubahan histopatologi
miokardium
Skor 0 : tidak ada infiltrasi sel
radang dan nekrosis
Skor 1 : terdapat infiltrasi sel
radang
Skor 2: terdapat infiltrasi sel
radang dan nekrosis
(Baughman, 2006)
Kerangka konsep pengaruh pemberian minyak jelantah pada
gambaran histopatologi miokardium
2.8 Hipotesis
Dari beberapa teori yang telah didapatkan, maka hipotesis dari penelitian
ini adalah:
1. Terdapat pengaruh minyak jelantah terhadap perubahan gambaran
histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
galur Sprague dawley.
2. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak
jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
menggunakan rancangan acak terkontrol dengan pola post test control group
design dengan menggunakan sampel 30 ekor Tikus Putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Sprague dawley berumur 2 bulan yang dipilih secara random dan
dibagi menjadi lima kelompok perlakuan.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan
Balai Veteriner Lampung. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di
Animal House FK Unila. Untuk pembedahan dan pembuatan preparat dilakukan
di Balai Veteriner Lampung. Pengamatan dan pembacaan hasil preparat dilakukan
di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Periode penelitian ini dilakukan dari bulan September-Desember 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Sprague dawley jantan berumur 2 bulan yang diperoleh dari Palembang Tikus
Centre (PTC). Jumlah sampel yang digunakan berdasarkan kriteria sampel
27
Federer. Menurut Federer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental
adalah:
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dimana t adalah jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah
sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan lima kelompok
perlakuan sehingga penghitungan sampel menjadi:
(5-1) (n-1) ≥ 15
(4) (n-1) ≥ 15
n-1 ≥ 15/4
n-1 ≥ 3,75
n ≥ 3,75 + 1
n ≥ 4,75
Sehingga, jumlah sampel yang digunakan minimal per kelompok
perlakuan adalah 5 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Untuk keperluan
penelitian ini digunakan 5 kelompok perlakuan. Untuk menghindari drop out,
maka tikus akan dilebihkan sengan menggunakan rumus sebagai berikut:
28
Keterangan:
N = besar sampel koreksi
n = besar sampel berdasarkan estimasi
f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Sastroasmoro dan Ismael, 2010)
N= 5,56
N= 6 (Pembulatan)
Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel yang digunakan pada setiap
kelompok adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley. Pada penelitian
ini terdapat 5 kelompok percobaan sehingga total jumlah tikus adalah 30 ekor
tikus putih jantan galur Sprague dawley. Adapun keempat kelompok tikus
tersebut terdiri dari:
1. Kelompok K digunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok ini yang
hanya diberi air selama 4 minggu.
2. Kelompok P1 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng
yang telah digunakan sebanyak 1x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral
selama 4 minggu.
3. Kelompok P2 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng
yang telah digunakan sebanyak 4x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral
selama 4 minggu.
29
4. Kelompok P3 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng
yang telah digunakan sebanyak 8x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral
selama 4 minggu.
5. Kelompok P4 merupakan kelompok Tikus yang diberi minyak goreng
yang telah digunakan sebanyak 12x dengan dosis 1,5 mL/hari per oral
selama 4 minggu.
3.3.1
Kriteria Inklusi
a. Tikus putih galur Sprague dawley
b. Berat badan 200-250 gram
c. Jenis kelamin jantan
d. Umur tikus 2 bulan
e. Sehat
f. Tidak ada kelainan anatomi
g. Tingkah laku dan aktivitas normal
3.3.2
Kriteria Eksklusi
a. Panampakan rambut kusam, rontok, botak dan aktivitas
abnormal.
b. Mati selama penelitian.
c. Keluarnya eksudat yang abnormal dari mata, anus, genital
selama masa adaptasi.
d. Terdapat penurunan berat badan >10% setelah masa adaptasi.
30
3.4 Bahan dan Alat Penelitian
3.4.1
Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Minyak goreng.
b. Tahu.
c. Air minum.
d. Pelet.
e. Ketamine-xylazine.
f. Formalin 10%.
3.4.2
Alat Penelitian
a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g
untuk menimbang berat Tikus.
b. Spuit 3 cc.
c. Minor set, untuk membedah toraks Tikus (torakotomi).
d. Kapas alkohol.
e. Sonde.
f. Kompor.
g. Alat Penggorengan.
h. Mikroskop cahaya.
31
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas adalah pemberian minyak jelantah per oral.
b. Variabel
terikat
adalah
perubahan
gambaran
histopatologi
miokardium.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel pada pengaruh pemberian minyak
jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih jantan galur
Sprague dawley tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Definisi operasional variabel pengaruh pemberian minyak
jelantah pada gambaran histopatologi miokardium tikus putih
jantan galur Sprague dawley
Nama
Variabel
Definisi
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Variabel bebas
Pemberian minyak jelantah per
oral
Frekuensi pemakaian goreng
berulang yang berasal dari
minyak kemasan:
K = tidak diberi minyak
P1 = 1x penggorengan
P2 = 4x penggorengan
P3 = 8x penggorengan
P3 = 12x penggorengan
Spuit 3 cc dan sonde
Pemberian minyak goreng
yang telah dipakai untuk
menggoreng tahu sebanyak 1x,
4x, 8x dan 12x penggorengan
ke tikus putih jantan galur
Sprague dawley dengan dosis
1,5 mL.
Ordinal
Variabel terikat
Perubahan gambaran histopatologi
miokardium
Rerata skor presentase penilaian
perubahan
histpatologi
miokardium tikus putih jantan
galur Sprague dawley yang
dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop cahaya.
Mikroskop cahaya
Kerusakan
histopatologi
miokardium dengan menggunakan
kriteria dallas, yaitu :
Skor 0 = tidak ada infiltrasi sel
radang dan nekrosis
Skor 1 = terdapat infiltrasi sel
radang
Skor 2 = terdapat infiltrasi sel
radang dan nekrosis
(Baughman, 2006)
Ordinal
32
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Prosedur Pemilihan Sampel Minyak Jelantah
Penelitian yang dilakukan oleh Shastry et al. (2011) minyak yang
telah dilakukan penggorengan berulang sebanyak enam hingga delapan kali
dapat merusak organ pada tikus. Penelitian tersebut dilakukan selama 8
minggu. Sedangkan menurut Ayu dan Hamzah (2010) minyak goreng
maksimal digunakan hanya sampai empat kali karena minyak jelantah dapat
membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun sehingga
penggunaannya sangat berbahaya bagi kesehatan. Pemakaian minyak
berulang pada penggorengan tahu dengan lama penggorengan 10 menit dapat
mengakibatkan kerusakan pada struktur kimia minyak (Ilmi dkk, 2015).
Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian terhadap tikus
putih galur Sprague dawley yang diberikan minyak goreng yang telah dipakai
untuk menggoreng tahu dengan frekuensi penggorengan 1 kali, 4 kali, 8 kali,
dan 12 kali dengan lama penggorengan selama 10 menit per siklus dan
melihat kerusakan pada miokardium tikus.
3.6.2 Prosedur Pemberian Minyak Jelantah Kepada Tikus
Pada penelitian Zhou et al. (2016) pemberian minyak goreng bekas
pemakaian nuggets dan kentang pada tikus wistar selama 6 minggu dengan
dosis 1,5 mL/hari mengakibatkan kerusakan histopatologi usus tikus.
Sehingga, berlandaskan dengan penelitian sebelumnya, peneliti melakukan
penelitian dengan pemberian minyak goreng bekas gorengan terhadap tikus
33
Sprague dawley selama 4 minggu dengan dosis pemberian sebesar 1,5
mL/hari.
3.6.3 Prosedur Perlakuan Tikus
a. Ukur berat badan tikus sebelum diberi perlakuan dengan
menggunakan neraca analitik.
b. Tikus diberikan pakan standar secara ad libitum.
c. Selama satu minggu tiap tikus diaklimatisasi sebelum diberi
perlakuan. Tikus sebanyak 30 ekor dikelompokkan dalam 5
kelompok. Kelompok K sebagai kelompok kontrol yang tidak
diberikan minyak. Kelompok P1 sebagai kelompok perlakuan
coba dengan pemberian minyak jelantah penggorengan 1x dengan
dosis 1,5 mL/hari. Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan
coba pemberian minyak jelantah penggorengan 4x dengan dosis 1,5
mL/hari. Kelompok P3 sebagai kelompok perlakuan coba
pemberian minyak jelantah penggorengan 8x dengan dosis 1,5
mL/hari. Kelompok P4 sebagai kelompok perlakuan coba
pemberian minyak jelantah penggorengan 12x dengan dosis 1,5
mL/hari. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan selama 4
minggu.
d. Setelah dilakukan perlakuan selama 1 bulan, semua tikus dianastesi
dengan Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kg + 5˗10 mg/kg secara
IP lalu tikus di euthanasia berdasarkan Institutional Animal Care
and Use Committee (IACUC) menggunakan metode cervical
34
dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan
dikedua sisi leher di dasar kranium atau batang ditekan ke dasar
kranium. Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor atau
kaki belakang dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan
pemisahan antara tulang leher dan tengkorak.
e. Setelah tikus mati lakukan torakotomi. Jantung tikus diambil untuk
sediaan mikroskopis miokardium.
f. Sampel jantung difiksasi dengan formalin 10%.
3.6.4 Pembuatan Preparat Histopatologi
a. Fixation
Fiksasi spesimen yang berupa potongan organ jantung segera
dengan larutan pengawet formalin 10% selama 3 jam. Lalu, cuci
dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali.
b. Trimming
Organ dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. Kemudian, potongan
organ tersebut dimasukkan kedalam tissue casette.
c. Dehidration
-
Alkohol 70% selama 0,5 jam
-
Alkohol 96% selama 0,5 jam
-
Alkohol 96% selama 0,5 jam
-
Alkohol 96% selama 0,5 jam
-
Alkohol absolut selama 1 jam
-
Alkohol absolut selama 1 jam
35
-
Alkohol absolut selama 1 jam
-
Alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam
d. Clearing
Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan
xilol I dan II masing–masing selama 1 jam.
e. Impregnansi
Dilakukan dengan menggunakan parafin I dan II selama 1 jam
dalam oven suhu 65oC.
f. Embedding
Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding
cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi jantung dari pan
dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6oC selama beberapa saat.
Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan menggunakan
scalpel/pisau hangat. Letakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya
dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin siap dipotong
dengan mikrotom.
g. Cutting
Sebelum memotong, dinginkan blok terlebih dahulu. Lakukan
potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5 mikron. Pilih
lembaran potongan yang paling baik, apungkan pada air dan hilangkan
kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan
tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan
kuas runcing. Pindahkan lembaran jaringan ke dalam water bath
selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan
36
gerakan menyendok, ambil lembaran jaringan tersebut dengan slide
bersih dan tempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah,
cegah jangan sampai ada gelembung udara di bawah jaringan.
Keringkan slide, jika slide sudah kering, panaskan untuk meratakkan
jaringan dan sisa paraffin mencair sebelum pewarnaan.
h. Pewarnaan dengan Prosedur Pulasan Hematoksilin–Eosin
Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide
yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat
kimia di bawah ini dengan waktu sebagai berikut:
1. Dilakukan deparafinisasi dalam:
- Larutan xylol I selama 5 menit
- Larutan xylol II selama 5 menit
- Ethanol absolut selama 1 jam
2. Hydrasi dalam:
- Alkohol 96% selama 2 menit
- Alkohol 70% selama 2 menit
- Air selama 10 menit
3. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan:
- Haris hematoksilin selama 15 menit
- Air mengalir
- Eosin selama maksimal 1 menit
4. Lanjutkan dehidrasi dengan menggunakan:
- Alkohol 70% selama 2 menit
- Alkohol 96% selama 2 menit
37
- Alkohol absolut 2 menit
5. Penjernihan:
- Xylol I selama 2 menit
- Xylol II selama 2 menit
i. Mounting
Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide diatas kertas
tissue pada tempat yang datar, dengan menetesi bahan mounting yaitu
kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah adanya
gelembung udara.
j. Membaca slide dengan mikroskop cahaya
Slide dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Kemudian, slide diperiksa
dibawah mikroskop cahaya dan dibaca oleh ahli histologi dan patologi
anatomi.
38
3.6.5 Alur Penelitian
Prosedur penelitian ini disajikan dalam gambar pada Gambar 7:
Menyiapkan alat dan bahan
Timbang berat badan tikus
Lakukan aklimatasi selama 1 minggu
Pemeriksaan tikus sesuai krieria inklusi dan eksklusi
Pemisahan tikus menjadi 4 kelompok perlakuan
Kelompok
K:
Tidak
diberi
minyak
Kelompok
P1:
Diberi
minyak
jelantah 1x
penggorengan 1,5
mL/hari
Kelompok
P2:
Diberi
minyak
jelantah 4x
penggorengan 1,5
mL/hari.
Kelompok
P3:
Diberi
minyak
jelantah 8x
penggorengan 1,5
mL/hari.
Kelompok
P4:
Diberi
minyak
jelantah 12x
penggorengan 1,5
mL/hari.
Tikus diberi perlakuan selama 4 minggu
Anastesi tikus dengan Ketamine˗xylazine
Euthanasia tikus menggunakan metode cervical dislocation
Torakotomi tikus, kemudian ambil organ jantung
Fiksasi organ dengan formalin 10%
Kirim sampel ke lab Patologi Anatomi
Pengamatan dengan mikroskop cahaya
Interpretasi hasil
Gambar 7. Alur Penelitian
39
3.7 Analisis Data
Penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan program
aplikasi pengolahan data. Hasil penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50. Kemudian,
dilanjutkan uji Kruskal Wallis karena distribusi data tidak normal. Untuk melihat
perbedaan antar kelompok dilanjutkan uji dengan Mann-Whitney. Hipotesis
dikatakan bermakna jika nilai p<α. Nilai α yang digunakan dalam penelitian ini
sebesar 0,05 (Dahlan, 2014).
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat persetujuan etik
060/UN26.8/DL/2017.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
3. Terdapat pengaruh pemberian minyak jelantah terhadap perubahan
gambaran histopatologi miokardium pada tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Sprague dawley.
4. Terdapat pengaruh pada perbedaan frekuensi penggorengan minyak
jelantah terhadap perubahan gambaran histopatologi miokardium tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
5.2 Saran
1. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan
menggunakan pemakaian minyak goreng yang berbeda, bahan gorengan
yang berbeda dan dosis minyak yang berbeda.
2. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan
mengukur nilai asam lemak bebas dan nilai peroksida minyak jelantah.
58
3. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan
melihat pengaruh minyak jelantah ke organ lain.
4. Peneliti lain disarankan melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan
melakukan pemeriksaan CRP, TNF-α dan troponin T untuk meyakinkan
bahwa adanya inflamasi dan kerusakan miokardium.
5. Perlu dipertimbangkan untuk diadakannya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai bahayanya pemakaian minyak goreng berulang karena dapat
merusak sistem organ.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Laporan bulanan data sosial ekonomi. Subdirektort publikasi dan
kompilasi statistik (ed). Jakarta: Badan Pusat Statistik. ISSN: 2087-930 x.
Diunduh pada Agustus 2016. Tersedia dari: www.bps.go.id.
Ayu DF, Hamzah FH. 2010. Evaluasi sifat fisik-kimia minyak goreng yang
digunakan oleh pedagang makanan jajanan di Kecamatan Tampan Kota
Pekanbaru. Sagu. 9(1): 4–14.
Baughman KL. 2006. Diagnosis of myocarditis death of dallas criteria. American
Heart Association. 113: 593–595.
BSN. 2013. Minyak goreng. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Buja LM. 2005. Myocardial ischemia and reperfusion injury. Cardiovascular
Pathology. 14: 170–175.
Burton KP, McCord JM, Ghai G. 1984. Myocardial alterations due to free-radical
generation. American Journal of Physiology - Heart and Circulatory
Physiology. 246(6): 776-783.
Choe E, Min DB. 2007. Chemistry of deep-fat frying oils. Journal of food science.
72(5): 77–86.
Chung J, Lee J, Choe E. 2004. oxidative stability of soybean and sesame oil
mixture during frying of flour dough. J food scince. 69: 574–578.
Caforio ALP, Pankuweit S, Arbustini E, Basso C, Blanes JG, Felix SB et al. 2013.
Current state of knowledge on aetiology , diagnosis , management , and
therapy of myocarditis : a position statement of the European Society of
Cardiology Working Group on Myocardial and Pericardial Diseases.
60
European Heart Journal. 34: 2636–2648.
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta:
Epidemiologi Kesehatan.
Fawcett DW. 2002. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Fellows P. 2015. Teknik pengolahan pangan. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
Gartner LP, Hiatt JL. 2006. Interactive color atlas of histology: Student Version
2.0. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Goswami G, Bora R, Rathore MS. 2015. Oxidation of cooking oils due to
repeated frying and human health; 2015 September 2015; New Delhi. India.
India: International Conference on Science, Technology and Management.
Hambali E. 2007. Teknologi bionergi. Jakarta: Argo Media Pustaka 92.
Hanna J, Chahine R, Aftimos G, Nader M, Mounayar A, Esseily F et al. 2004.
Protective effect of taurine against free radicals damage in the rat
myocardium. Experimental and toxicologic pathology. 56: 189–194.
Ilmi IMB, Khomsan A, Marliyati, SA. 2015. Kualitas minyak goreng dan produk
gorengan selama penggorengan di rumah tangga Indonesia. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 4(2): 61–65.
Irianto K. 2014. Anatomi dan fisiologi. Bandung: Cv Alfabeta.
Kalam M, Masjuki H, Jayed M, Liquat AM. 2011. Emission and performance
characteristics of an indirect ignition diesel engine fuelled with waste
cooking oil. Energy. 39(1): 397–402.
Kalogeris T, Baines CP, Krenz M, Korthuis RJ. 2014. Cell biology of
ischemia/reperfusion injury. National Institute of Health. 298: 229–317.
Kamisah Y, Shamil S, Nabillah MJ, Kong SY, Hamizah NAS, Qodriyah HMS et
61
al. 2012. Deep-fried Keropok Lekors Increase Oxidative Instability in
Cooking Oils. Malaysia J MedicalScience. 19(4): 57–62.
King TC. 2007. Pathology. Philadelphia: Elsvier’s Intergrated.
Kumar S, Negi S. 2014. Transformation of waste cooking oil into C-18 fatty acids
using a novel lipase produced by penicillium chrysogenum through solid
state fermentation. 3 Biotech. 5: 847–851.
Kusumawati D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kumar V, Abbas, AK, Aster JC. 2015. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC.
Leong XF, Aishah A, Aini UN, Das S, Jaarin K. 2008. Heated palm oil causes rise
in blood pressure and cardiac changes in heart muscle in experimental rats.
Archives of Medical Research. 39: 567–572.
Leong XF, Ng CY, Jaarin K, Mustafa MR. 2015. Effects of repeated heating of
cooking oils on antioxidant content and endothelial function. Austin J
Pharmacol Ther. 3(2): 1068.
Lipoeto NI, Zulkarnain A, Oenzil F, Wahlqvist ML, dan Wattanapnpaiboon N.
2004. Dietary intake and the risk of coronary heart disease among the
coconut-consuming Minangkabau in West Sumatra, Indonesia. Asia pacific
health and nutrition centre. 13(4): 377-384.
Mescher AL. 2011. Histologi dasar junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Min D, Boff J. 2002. Lipidoxidation of edible oil. Edisi ke-2. New York: Marcel
Dekker Inc.
Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Naz S, Siddiq R, Sheikh H, Sayeed SA. 2005. Deterioration of olive, corn, and
62
soybean oils due to air, light, heat, and deep-frying. Food res intl. 38: 127–
134.
Ng CY, Kamisah Y, Faizah O, Jubri Z, Qodriyah HMS, Jaarin K. 2012.
Involvement of inflammation and adverse vascular remodelling in the blood
pressure raising effect of repeatedly heated palm oil in rats. Kuala Lumpur:
Hindawi Publishing Corporation.
Ormset MJ, Swift LL, Fazio S, Linton MF, Chung CP, Raggi P et al. 2012. Free
fatty acids are associated with insulin resistance but not coronary artery
atherosclerosis in rheumatoid arthritis. National Institute of Health. 219(2):
869–874.
Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta atas anatomi manusia. Edisi ke-23. Jakarta:
EGC.
Pearce EC. 2014. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Quintana DS, Ho SY. 2003. Anatomy of cardiac nodes and atrioventricular
specialized conduction system. Revista Espanola de Cardiologia. 56(11):
1085–92.
Ridwan E. 2013. Pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan.
Journal of the Indonesian medical association. 63(3): 112–116.
Rock KL, Kono H. 2011. The inflammatory response to cell death. National
Institute of Health. 3: 99–126.
Sastroasmoro S, Ismael S. 2010. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
ke-3. Jakarta: Sagung Seto.
Shastry CS, Patel NA, Joshi H, Aswathanarayana BJ. 2011. Evaluation of effect
of reused edible oils on vital organs of wistar rats. Nitte University Journal of
Health Science. 4(1): 10-15.
Sheinbaum C, Balam MV, Robies G, Larrae SL, Mendoza R. 2015. Biodiesel
from waste cooking oil in Mexico City. Waste management & research.
63
33(8): 730–739.
Sherwood L. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC.
Suckow M, Weisbroth S, Franklin C. 2006. The laboratory rat. Edisi ke-2
Burlington: Elseveir Academic Press.
Sukalingam K, Jaarin K, Saad QMS, Mohamed S, Othman F. 2016. Effect of
rutacea plant extract ( ADD-X ) on inflammatory biomarkers , cardiac LDL ,
troponin T and histological changes in ovariectomized rats fed with heated
palm oil. International Journal of Toxicologicaland Pharmacological
Research. 8(4): 223–231.
Surwandi. 2015. Statistik konsumsi pangan tahun 2015. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian Sekjen Kementrian Petanian.
Wibowo SH. 2014. Perdagangan komiditi minyak goreng Indonesia 2014. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
WHO.
2016.
Cardiovascular
diseases
(CVDs).
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/.
Tersedia
dari:
Wylie L. 2010. Esensial anatomi dan fisiologi dalam asuhan maternitas. Edisi ke2. Jakarta: EGC.
Zhang Q, Cai BX, Xu WJ, Gang HZ, Liu JF, Yang SJ et al. 2015. Scientific
Report. The rebirth of waste cooking oil to novel bio-based surfactants; 2015
Mei 06; Sanghai. China. China: Nature publishing group.
Zhou Z, Wang Y, Jiang Y, Diao Y, Strappe P, Prenxler P et al. 2016. Deep-fried
oil consumption in rats impairs glycerolipid metabolism , gut histology and
microbiota structure. Lipids in Health and Disease. 15: 1-17.
Zweier JL, Talukder MAH. 2006. The role of oxidants and free radicals in
reperfusion
injury.
Cardiovascular
Research.
70:
181–190.
Download