adln – perpustakaan universitas airlangga skripsi isolasi dan

advertisement
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PROTEOLITIK YANG
BERASOSIASI DENGAN LAMUN Enhalus acoroides DI PANTAI BAMA,
TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
RACHMAT RIZALDI
SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a
: Rachmat Rizaldi
N I M
: 141211133011
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 8 April 1994
Alamat
: Jl. Randu Branti No. 6 Surabaya Telp./HP 081553112735
Judul Skripsi
: Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik
Yang Berasosiasi Dengan Lamun Enhalus acoroides Di
Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa
Timur
Pembimbing
: 1. Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si.
2. Sudarno, Ir., M.Kes.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat
adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam
bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia
:
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi
/ karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh
(sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.
XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolaholah hasil pemikiran saya sendiri.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
SKRIPSI
i
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PROTEOLITIK YANG
BERASOSIASI DENGAN LAMUN Enhalus acoroides DI PANTAI BAMA,
TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
RACHMAT RIZALDI
141211133011
SKRIPSI
ii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI PROTEOLITIK YANG
BERASOSIASI DENGAN LAMUN Enhalus acoroides DI PANTAI BAMA,
TAMAN NASIONAL BALURAN, SITUBONDO, JAWA TIMUR
Oleh :
RACHMAT RIZALDI
141211133011
Telah diujikan pada
Tanggal
: 16 Agustus 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua
: Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir. M.Agr.
Sekretaris : Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Anggota : Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.
Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si.
Sudarno, Ir., M. Kes.
Surabaya, 16 Agustus 2016
SKRIPSI
iii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RANGKUMAN
Rachmat Rizaldi. ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI
PROTEOLITIK YANG BERASOSIASI DENGAN LAMUN ENHALUS
ACOROIDES DI PANTAI BAMA, TAMAN NASIONAL BALURAN,
SITUBONDO, JAWA TIMUR. Dosen Pembimbing Dr. Woro Hastuti
Satyantini, Ir., M.Si. and Sudarno, Ir., M.Kes.
Lamun adalah tumbuhan sejati yang hidup diperairan pantai yang kurang
dimanfaatkan dalam bidang perikanan, selain sebagai bioindikator kualitas air laut.
Beberapa mikroorganisme yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides
antara lain benthos, kapang, bakteri dan plankton. Bakteri proteolitik merupakan
bakteri yang mampu menghasilkan enzim protease. Enzim protease merupakan
enzim yang paling banyak digunakan dalam kehidupan. Bakteri merupakan sumber
enzim yang paling banyak digunakann dibandingkan dengan tanaman dan hewan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis isolat bakteri proteolitik yang
berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides di Taman Nasional Baluran,
Situbondo, manfaat hasil penelitian yaitu sebagai sumber bahan informasi tentang
keberadaan isolat bakteri proteolitik di Perairan Pantai Bama.
Pengambilan sampel lamun dilakukan di Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Untuk isolasi, uji aktivitas proteolitik dan
identifikasi bakteri akan dilakukan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Juanda, Surabaya.
Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2016. Metode kerja yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Dari penelitian ini didapatkan 4 isolat bakteri yang memiliki aktivitas
proteolitik. Keempat jenis bakteri tersebut memiliki kesamaan dengan 4 bakteri
antara lain
Staphylococcus
sp.,
Plesiomonas
shigeloides,
Bacillus
sp.,
Pseudomonas sp. Dua bakteri (Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.) dalam penelitian
ini diduga mempunyai potensi sebagai kandidat bakteri probiotik.
SKRIPSI
iv
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SUMMARY
Rachmat Rizaldi. ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF
PROTEOLYTIC BACTERIA ASSOCIATED WITH SEAGRASSES
ENHALUS ACOROIDES ON BAMA BEACH, BALURAN NATIONAL
PARK, SITUBONDO, EAST JAVA. Academic Advisors Dr. Woro Hastuti
Satyantini, Ir., M.Si. and Sudarno, Ir., M.Kes.
The seagrass is true of plants that live in coastal waters but underutilized in
the field of fisheries, except as bio-indicators of the water quality of sea. Some
microorganisms that associated with seagrass Enhalus acoroides are benthos, fungi,
bacteria and plankton. Proteolytic bacteria are bacteria that are capable of producing
the enzyme protease. Protease is an enzyme that most widely used in life. Bacteria
are a source of enzymes that are most widely used compared with plants and
animals. This study aims to determine the type of proteolytic bacteria isolates
associated with seagrass Enhalus acoroides in Baluran National Park, Situbondo,
while the benefits are as a source of information about the existence of proteolytic
bacteria in Bama Beach
Sampling was conducted in Bama Beach, Baluran National Park,
Situbondo, East Java. For insulation, test proteolytic activity and identification of
bacteria conducted in Fish Quarantine, Quality Control and Safety of Fishery Class
1 Juanda, Surabaya. This study will be conducted in February-March 2016. The
working method used in this research is descriptive method.
From this study, four isolates of bacteria that have proteolytic activity was
found. These four types of bacteria have in common with Staphylococcus sp.,
Plesiomonas shigeloides, Bacillus sp., Pseudomonas sp. Two bacteria (Bacillus sp.
and Pseudomonas sp.) In this study is thought to have potential as a candidate
probiotic bacteria.
SKRIPSI
v
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
skripsi berjudul Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik Yang Berasosiasi
Dengan Lamun Enhalus Acoroides Di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran,
Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 14 Januari sampai 20 Februari 2016.
Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh sebab itu sangat dibutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa Meridhai segala usaha kita. Amin.
Surabaya, 21 Mei 2016
Penulis
SKRIPSI
vi
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh. M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga, Surabaya.
2. Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP. Selaku dosen wali yang selalu
memberikan pengarahan akademik dan non-akademik.
3. Ibu Dr. Woro Hastuti Setyantini, Ir., M.Si. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan dalam selama proses
pembuatan proposal hingga penyusunan laporan skripsi.
4. Bapak Sudarno, Ir. M.Kes. selaku dosen pembimbing serta yang telah memberi
arahan dan bimbingan selama proses berlangsungnya penelitian hingga selesai.
5. Bapak Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir. M.Agr., Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir. M. Kes.
dan Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran, masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya. Terima kasih atas semua ilmu yang Bapak dan Ibu telah diberikan.
7. Ibu Laminen S.P., M.P., Ibu Andi Jumria S.Pi., dan seluruh petugas/staff Balai
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1
Surabaya 1 Juanda. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang Bapak/Ibu
beri selama kami berada di Laboratorium.
SKRIPSI
vii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mulyadi, Ibu Ulfa dan kakak tercinta saya
Taufik Maulana, S.E., serta yang terkasih Farezza Ferdyna. Terima kasih atas
doa yang tulus, kasih sayang, dan semangat yang kuat serta kerja kerasnya yang
menjadi motivasi terbesar saya dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman seperjuangan, Zakki A., Panji, Bima, Willy, Alif R., Febrian A, Oky M.
dan seluruh teman angkatan 2012 (Barracuda). Terima kasih telah memberi
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih
atas saran dan kritik yang menambah semangat saya dalam perbaikan Laporan
skripsi dan seluruh civitas akademik yang ada di Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
SKRIPSI
viii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
iv
SUMMARY
v
KATA PENGANTAR
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Perumusan masalah
4
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Manfaat Penelitian
4
II TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Lamun
2.1.1 Klasifikasi Lamu Enhalus acoroides
2.1.2 Morfologi dan Anatomi Enhalus acoroides
2.1.3 Habitat dan Penyebaran Enhalus acoroides
5
5
6
7
2.2 Bakteri Laut
8
2.3 Karakteritik dan Habitat Bakteri Laut
9
2.4 Bakteri Asosiasi Lamun
9
2.5 Bakteri Proteolitik
10
SKRIPSI
A. Bacillus sp.
B. Pseudomonas sp.
11
12
C. Serratia sp.
13
ix
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
D. Streptomyces sp.
E. Staphylococcus sp.
2.6 Enzim Protease
14
15
16
III KERANGKA KONSEPTUAL
17
1.1 Kerangka Konseptual
17
IV METODE PENELITIAN
17
4.1 Tempat dan Waktu
20
4.2 Materi Penelitian
20
4.2.1 Peralatan Penelitian
20
4.2.2 Bahan Penelitian
20
4.3 Metode Penelitian
21
4.3.1 Rancangan Penelitian
21
4.3.2 Prosedur Kerja
21
A. Penentuan Lokasi
21
B. Sterilisasi Alat dan Bahan
22
C. Pengambilan Sampel Lamun
23
D. Pembuatan Media
23
E. Isolasi Bakteri
24
F. Pemurnian Isolat Bakteri
24
G. Uji Aktivitas Proteolitik
25
H. Karakterisasi dan Uji Biokimia
25
4.4 Parameter Pengamatan
26
4.4.1 Parameter Utama
26
4.4.2 Parameter Pendukung
26
4.5 Analisis Data
26
4.6 Diagram Alur Penelitian Metode Penelitian
27
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
28
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SKRIPSI
28
x
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
28
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.1.2 Lamun Enhalus acoroides
29
5.1.3 Isolasi dan Pemurnian Bakteri Asosiasi Lamun
Enhalus acoroides
29
5.1.4 Uji Aktivitas Proteolitik
33
5.1.5 Hasil Uji Biokimia
35
5.2 Pembahasan
36
VI KESIMPULAN DAN SARAN
45
5.1 Kesimpulan
45
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
LAMPIRAN
54
SKRIPSI
xi
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Morfologi koloni dan sel bakteri lamun Enhalus acoroides yang berasal
dari perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran
31
2. Hasil uji aktivitas proteolitik
34
3. Hasil uji biokimia dari isolat bakteri proteolitik
35
4. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-1 dengan
pustaka (Biochemical Tests For Identification Of Medical Bacteria).
37
5. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-2 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
39
6. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-9 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
40
5. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-10 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
SKRIPSI
xii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
42
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Enhalus acoroides
5
2. Morfologu sel bakteri Bacillus sp.
12
3. Morfologi koloni bakteri Pseudomonas sp.
13
4. Morfologi koloni bakteri Serratia sp.
14
5. Morfologi koloni bakteri Streptomyces sp.
15
6. Morfologi sel bakteri staphylococcus sp.
15
7. Kerangka konsep
19
8. Denah lokasi pengambilan sampel dengan transek kruadran
22
9. Gambar bakteri Gram positif dan Gram negatif
32
SKRIPSI
xiii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Peta Lokasi Pantai Bama, Taman Nasional Baluran
54
2. Data pengukuran kualitas air di perairan Pantai Bama
55
3. Gambar Enhalus acoroides
56
4. Gambar aktivitas bakteri proteolitik (zona bening)
57
SKRIPSI
xiv
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Padang lamun di Indonesia memiliki luas sekitar 30.000 km2. Sejak tahun
1980 sampai 2008, diperkirakan lamun di dunia telah mengalami degradasi sebesar
54 % (Bjork, et all, 2008). Keanekaragaman tipe ekosistem yang ada dalam
kawasan Taman Nasional Baluran cukup beragam mulai dari ekosistem hutan
dataran tinggi, hutan dataran rendah, savana, hutan payau, mangrove, hutan pantai
maupun terumbu karang (Tim Pengendali Ekosistem Hutan, 2006). Padang lamun
di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran merupakan salah satu padang lamun yang
bervegetasi campuran, disusun sedikitnya oleh tujuh spesies yaitu Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocoea routndata, Halodule uninervis,
Halophila ovalis, Halophila ovata, dan Syringodium isoetifolium (Wimbaningrum,
2003).
Lamun berperan penting dalam siklus ekologi pada perairan dangkal pantai
tropis dan subtropis (Kurniawan, 2010). Ekosistem padang lamun berperan penting
sebagai produsen dalam jaring makanan daerah pesisir. Fungsi ekologi lamun
diantaranya adalah sebagai tempat pemijahan, asuhan, mencari makan dan tempat
perlindungan berbagai jenis biota laut (Thomascik et al., 1997).
Ekosistem padang lamun adalah satu sistem (organisasi) ekologi padang
lamun yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik
(air dan sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan) (Azkab, 2006). Organisme laut
yang hidupnya menetap diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
pertahanan kimia untuk melawan hewan-hewan pemangsa dan perlekatan dari
mikroorganisme patogenik (Watermann, 1999).
Daun dan batang lamun, menyokong pertumbuhan alga epifit yang
merupakan makanan bagi amphipoda dan keong-keongan. Serpihan daun lamun
yang dihancurkan oleh aksi gelombang dan bakteri, dan sejumlah besar detrivor
menempati dasar dari sebuah jaring-jaring makanan yang kompleks (Khaifin,
2007). Beberapa mikroorganisme berasosiasi dengan lamun termasuk bakteri.
Bakteri yang berasosiasi dengan lamun ada beberapa yang menguntungkan, yaitu
bakteri yang dapat memberikan kontribusi untuk pertahanan inangnya dengan
sekresi antibiotik dan substansi bioaktif lainnya (Watermann, 1999).
Pada ekosistem lamun, bakteri berperan sebagai pengurai primer, berfungsi
dalam pelepasan dan pengikatan unsur hara dari fraksi mineral sedimen menjadi
nutrien yang diperlukan lamun. Bakteri akan mendegradasi substrat serasah lamun
yang ada pada sedimen dengan menggunakan enzimnya (Udy dan Dennison, 1996).
Bakteri merupakan sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan
tanaman dan hewan. Sebagai sumber enzim, bakteri memiliki keunggulan karena
pertumbuhannya cepat, mudah ditumbuhkan, mudah diatur produksinya dan mudah
direkayasa secara genetika (Irma dkk., 2009).
Penelitian bakteri pada lingkungan laut sudah pernah dilakukan seperti
skrining bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp ( Abubakar dkk., 2011).
Penelitian bakteri yang berasosiasi dengan lamun telah banyak dilakukan
sebelumnya namun pada umumnya isolat bakteri berasal dari beberapa jenis lamun.
Penelitian Lisdayanti (2013) diperoleh 54 isolat, sebanyak 12 isolat berasal dari
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Enhalus acoroides, 10 isolat dari Halophila ovalis, 9 isolat dari Cymodocea
rotundata, 7 isolat dari Halodule uninervis, 7 isolat dari Thalassia hemprichii dan
9 isolat dari Syringodium isoetifolium. Penelitian Shofiatul (2011) mendapatkan 9
strain isolat bakteri yang berasosiasi dengan Enhalus sp.
Marhaeni (2011) mendapatkan 23 strain isolat bakteri dari lamun jenis
Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium yang
dilakukan di perairan pantai Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah. Sutiknowati
(2010), melaporkan telah menemukan 3 genus bakteri fosfat di serasah dan sedimen
(Pseudomonas, Bacillus dan Nocardia) dan 2 genus hanya ditemukan di sedimen
(Pediococcus dan Caulobacter) yang berasosiasi dengan Enhalus acoroides.
Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mampu menghasilkan enzim
protease. Protease tidak hanya berperan dalam proses metabolisme seluler, namun
juga dapat diaplikasikan dalam bidang industri (Gupta dkk., 2002).
Paskandani
dkk. (2014) melaporkan bahwa bakteri proteolitik jenis Bacillus soli dapat
meningkatkan kualitas limbah pengolahan bandeng presto.
Penelitian terhadap bakteri yang berasosiasi dengan lamun Enhalus
acoroides sudah banyak dilakukan, namun pengujian bakteri berdasarkan enzim
yang dihasilkan jarang diketahui.
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
penelitian tentang bakteri proteolitik yang berasosiasi dengan lamun Enhalus
acoroides khususnya di Taman Nasional Baluran, Situbondo.
1.2
SKRIPSI
Perumusan Masalah
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
Berdasarkan latar belakang yang telah ada maka dapat dirumuskan
permasalahan, yaitu : “ Apakah terdapat isolat bakteri proteolitik yang berasosiasi
dengan lamun Enhalus acoroides di Taman Nasional Baluran, Situbondo? “
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui jenis isolat bakteri proteolitik yang berasosiasi dengan
lamun Enhalus acoroides di Taman Nasional Baluran, Situbondo.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang isolat
bakteri proteolitik yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides di Taman
Nasional Baluran, Situbondo.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lamun
Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
hidup dan tumbuh di laut dangkal (Oktavianti dkk., 2014). Lamun merupakan
tumbuhan yang berpembuluh (vascular plant ), memiliki akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Bentuknya seperti rumput yang ada di darat, namun berbeda karena
lamun mampu hidup di perairan laut yang mengandung garam. Kita biasa
menemukan tumbuhan lamun di dekat pantai, di perairan laut yang dangkal dan
bersubstrat pasir. Tumbuhan lamun memerlukan intensitas cahaya matahari yang
tinggi untuk berfotosintes (Wisnubudi dan Wahyuningsih, 2010).
Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (seagrass) sebagai tumbuhan air
berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar serta
berkembang biak dengan biji dan tunas (Kawaroe, 2009). Sistem pembiakan
bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya
terendam dalam air (Nontji, 2005).
2.1.1
Klasifikasi Lamun Enhalus acoroides
Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun
panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizome (akar rimpang) yang
tebal. Terdapat bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan
sepanjang Indo-Pasifik barat di daerah tropis (Waycott et al., 2004).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
Klasifikasi
Kingdom
Division
Class
Order
Family
Genus
Species
: Plantae
: Angiospermae
: Liliopsida
: Hidrocharitales
: Hydrocharitaceae
: Enhalus
: Enhalus acoroides
a
b
Keterangan :
a. Bunga
b. Daun
c. Batang
d. Rhizome (akar
rimpang)
c
d
Gambar 1. Enhalus acoroides (Waycott et al., 2004)
2.1.2
Morfologi dan Anatomi Enhalus acoroides
Enhalus acoroides mempunyai rhizome (akar rimpang) berdiameter 1,3 –
1,7 cm yang tertutup rapat dengan rambut-rambut yang kaku dan keras (Gambar 1).
Akar berbentuk seperti tali, berjumlah banyak dan tidak bercabang serta memiliki
panjang antara 15,50 – 18,65 cm. Bentuk daun seperti pita tepinya rata dan
ujungnya tumpul, panjangnya antara 65 – 150 cm dan lebar antara 1,2 – 2,0 cm
(Waycott et al., 2004).
Di kawasan Pulau Pari, Enhalus acoroides tumbuh pada dasar lumpur, pasir
dan pasir pecahan karang yang selalu tergenang air. Tumbuhnya berpencar dalam
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
kelompok-kelompok kecil terdiri dari beberapa individu atau kumpulan individu
yang rapat, berupa kelompok murni atau bersama-sama dengan Thalassia
hemprichii dan Halophila ovalis (Kiswara, 1992).
Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang mempunyai ukuran paling
besar, helaian daunnya dapat mencapai ukuran lebih dari 1 meter. Jenis ini tumbuh
di perairan dangkal sampai kedalaman 4 meter, pada dasar pasir atau lumpur.
Vegetasi melimpah di daerah pasang surut. Walaupun cenderung untuk selalu
membentuk vegetasi murni, namun terdapat jenis lain yang berasosiasi yaitu H.
ovalis, Cymodocea serrulata, C. rotundata, T. hemprichii dan Syringodium
isoetifolium (Kawaroe, 2009).
2.1.3
Habitat dan Penyebaran Enhalus acoroides
Padang lamun biasanya dijumpai pada perairan yang dangkal dan jernih
(antara 2 – 12 meter) dimana masih ada penetrasi cahaya matahari untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman air laut tersebut (Djais dkk. 2002).
Lamun biasanya tumbuh pada dasar perairan yang berpasir, berlumpur, atau
gabungan dari keduanya ataupun disertai pecahan karang mati. Lamun bertahan
pada akar-akar disepanjang rhizome sebagai jangkar di substrat. Penyebaran lamun
umumnya berdasarkan temperatur dan gelombang air laut, tetapi yang paling
penting adalah ketersediaan sinar matahari (Khaifin, 2007).
Enhalus acoroides adalah tumbuhan lamun yang banyak terdapat di bawah
air surut rata-rata pada pasang surut purnama pada dasar pasir berlumpur
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan lamun
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
adalah 15-30 °C. Apabila suhu perairan berada di luar kisaran optimal tersebut,
maka kemampuan lamun dalam proses fotosintesis akan menurun (Dahuri, 2003).
Padang lamun dapat hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari
lumpur, sampai substrat yang terdiri dari 40% endapan lumpur dan pasir. Substrat
memiliki peranan yang sangat penting bagi lamun, yaitu sebagai pelindung dari
pengaruh arus air laut dan tempat pengolahan serta pemasok nutrien bagi lamun
(Dahuri, 2003).
2.2
Bakteri Laut
Bakteri terdapat secara luas di lingkungan alam yang berhubungan dengan
hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan tanah. Bakteri adalah mikroorganisme
bersel tunggal, berukuran antara 0,5 – 1,0 μm dan lebar 0,5 – 2,5 μm tergantung
pada jenisnya. Terdapat beribu jenis bakteri, tapi hanya beberapa jenis bakteri yang
ditemukan, diantaranya berbentuk bulat, batang, spiral, koma atau vibrios
Umumnya bakteri laut memiliki ukuran yang lebih kecil dan pertumbuhan yang
lambat daripada bakteri air tawar. Bakteri laut juga memiliki aktivitas proteolitik
yang tinggi daripada bakteri air laut (Salle, 1961).
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi faktor lingkungan seperti, suhu atau
temperatur, O2, CO2, pH, nutrien dan cahaya (Suendra, 1991 dalam Lisdayanti,
2013). Berdasarkan dinding selnya, bakteri dibedakan atas Gram positif dan bakteri
Gram negatif.
Pewarnaan gram merupakan salah satu teknik penting dalam
membedakan kedua gram tersebut. Bacillus sp. dan Vibrio harvey adalah dua
spesies bakteri yang berbeda berdasarkan Gramnya.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
2.3
Karakteristik dan Habitat Bakteri Laut
Karakteristik bakteri laut adalah untuk pertumbuhannya memerlukan air
laut atau kadar garam, sehingga bakteri laut digolongkan ke dalam kelompok
bakteri halofilik (NaCl). Bakteri laut 95% adalah Gram negatif (-), sebagian aktif
bergerak, 70% mengandung pigmen dan mempunyai toleransi yang besar terhadap
suhu (Pelczar dan Chan, 1986).
Menurut Fardiaz (1989), jumlah populasi dan pertumbuhan mikroorganisme
dipengaruhi dari sifat fisik, kimia dan struktur makanan dari lingkungan
mikroorganisme tersebut. Bakteri laut memiliki kecenderungan untuk berasosiasi
dengan suatu lapisan permukaan padat. Penyebaran bakteri di laut dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti pergerakan air laut, jarak dari pantai, kedalaman, cahaya
matahari, iklim dan organisme lain (Sidharta, 2000).
2.4
Bakteri Asosiasi Lamun
Tumbuhan secara alami berhubungan dengan berbagai macam bakteri.
Asosiasi tumbuhan dan bakteri membentuk koloni pada (rizobakteri), filosfir
(epifit) dan di dalam jaringan tumbuhan (endofit). Endofit terdapat di dalam
jaringan tumbuhan sehingga terlindung dari gangguan lingkungan dan kompetisi
mikroba dari tumbuhan inang (Mano, 2007). Tumbuhan tingkat tinggi dan rendah
memiliki bakteri endofit yang bisa ditemukan intraseluler (Hung dan Annapurna,
2004).
Bakteri endofit dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman seperti
memproduksi fitohormon, meningkatkan resistensi terhadap patogen dan parasit,
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
membantu fiksasi nitrogen dan produksi antibiotik (Feng et al., 2006). Bakteri
endofit memiliki bermacam-macam produk senyawa antimikroba yang merupakan
potensi penting dari sumber senyawa antimikroba (Ryan et al., 2007). Sebagian
besar dari anggota endofit adalah Streptomyces (Ghadin et al., 2003)
Bakteri asosiasi mikroba juga memberikan kontribusi dalam siklus nutrisi
bagi kebutuhan inangnya. Senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh mikroba simbion
potensial digunakan sebagai senyawa untuk metabolisme biosintesis pertahanan
dari patogen dan predator lainnya.
Penelitian tentang morfologi koloni terhadap bakteri asosiasi lamun yang
berasal dari Pulau Bonebatang didapatkan 53 isolat terdiri dari 11 isolat berasal dari
lamun jenis Enhalus acoroides, 10 isolat dari Halophila ovalis, 9 isolat dari
Cymodocea rotundata, 9 isolat dari Syringodium isoetifolium, 7 isolat dari Halodule
uninervis dan 7 isolat dari Thalassia hemprichii (Massinai, 2013). Penelitian
sebelumnya ditemukan beberapa isolat bakteri asosiasi lamun yaitu terdapat 9 strain
isolat bakteri yang berasosiasi dengan Enhalus sp (Shofiatul, 2011).
2.5
Bakteri Proteolitik
Berdasarkan hasil penelitian Setyati dan Subagyo (2012), bakteri yang
mempunyai aktivitas proteolitik mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
enzim protease yang disekresikan ke lingkungan. Bakteri proteolitik adalah bakteri
yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang
diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri
mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim
protease ekstraseluler (Abraham et al., 1993).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Dekomposisi protein oleh mikroorganisme lebih kompleks daripada
pemecahan karbohidrat dan produk akhirnya juga lebih bervariasi.
Hal ini
disebabkan struktur protein yang lebih kompleks. Mikroorganisme melalui suatu
sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana (Durham, 1987).
Bakteri proteolitik dapat tumbuh pada kondisi pH antara 2,5 sampai 8,5
(Marlida et al., 2014) dan dapat bertahan pada salinitas 35 ppt (Triyanto dkk.,
2009). Beberapa contoh bakteri penghasil enzim protease komersial antara lain
genus Bacillus (B. cereus, B. pumilus, B. subtilis, B. licheniformis, B.
stearothermophilus, dan B. polymixa). Kelompok bakteri lain adalah Aeromonas,
Lactobacillus, Pseudomonas, Serratia, Streptomyces, dan Staphylococcus (Rao
dkk., 1998). Berikut beberapa bakteri penghasil enzim protease.
A.
Bacillus sp.
Menurut Baehaki (2011), Bacillus sp. merupakan salah satu jenis bakteri
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan protease. Protease merupakan satu
diantara tiga kelompok enzim komersial yang diperdagangkan sebagai katalisator
hayati. Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram
positif pada kultur muda, motil (reaksi nonmotil kadang terjadi), menghasilkan
spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob (beberapa spesies bersifat
anaerob fakultatif), katalase positif, dan oksidasi bervariasi. Tiap spesies berbeda
dalam penggunaan gula, sebagian melakukan fermentasi dan sebagian tidak.
Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni bakteri merupakan tanda
hilangnya partikel kasein di media susu skim. Adanya enzim proteolitik
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
ekstraseluler bakteri, kasein akan terhidrolisis menjadi peptida-peptida dan asam
amino yang larut. Enzim ekstraseluler Bacillus sp. sangat efisien dalam memecah
berbagai senyawa karbohidrat, lipid dan protein rantai panjang menjadi unit-unit
rantai pendek atau senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Yusufa dkk., 2013).
Morfologi sel dan koloni bakteri Bacillus sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
(a)
(b)
Gambar 2. (a) morfologi sel bakteri Bacillus sp. Dengan pewarnaan Gram
(positif) (b) aktivitas proteolitik bakteri Bacillus sp. Pada media
susu skim agar (Yusufa dkk., 2013).
B.
Pseudomonas sp.
Bentuk selnya berupa batang lurus, atau kadang-kadang serupa bola.
diameter koloni 0,5-0,8 µm. koloni muncul di atas permukaan media TSA. Koloni
bakteri berwarna kuning, permukaan koloni mengkilat. Termasuk ke dalam bakteri
gram negatif, motil dan katalase positif (Saylendra, 2013). Salah satunya dari genus
Pseudomonas. Bakteri genus ini memproduksi beberapa enzim seperti potease,
amilase, dan lipase. Selain itu bakteri Pseudomonas juga dapat menguraikan
protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan
senyawa- senyawa lain yang lebih sederhana (Hardhianto, 2010). Morfologi koloni
bakteri Pseudomonas sp. dapat dilihat pada Gambar 3.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Gambar 3. Morfologi koloni bakteri Pseudomonas sp. pada medium
TSA (Tryptic Soy Agar ) (Saylendra, 2013).
C.
Serratia sp.
Serratia sp. adalah genus bakteri gram negatif famili Enterobateriaceae
yang memiliki flagella peritrik, sehingga bersifat motil. Habitat Serratia terutama
di air dan tanah, pada permukaan daun, serta di dalam tubuh serangga, hewan, dan
manusia (Khanafari et al., 2006).
Bakteri S. marcescens dilaporkan memproduksi prodigiosin yang bersifat
antifungi,
antibakteri,
algicidal,
antiprotozoal,
aktivitas
antimalaria,
immunosuppressif dan aktivitas antikanker (Samrot et al., 2011). S. marcescens
juga merupakan salah satu organisme yang dapat menghasilkan enzim kitinase dan
menjadi salah satu dari bakteri yang paling efektif untuk mendegradasi kitin.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa struktur dinding sel tersusun dari kitin,
dengan demikian kitinase dari S. marcescens dapat menjadi biopestisida untuk
mengontrol organisme pengganggu tanaman yang disebabkan oleh cendawan
(Okay et al., 2012). Morfologi koloni bakteri Serratia sp. dapat dilihat pada
Gambar 4.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Gambar 4. Morfologi koloni bakteri Serratia sp. pada media PDA (Potato
Dextrose Agar) (Samrot et al., 2011).
D.
Streptomyces sp.
Streptomyces sp. merupakan salah satu bakteri yang berassosiasi dengan
lamun. Kemampuan Streptomyces sp. dalam mengendalikan beberapa penyakit
tanaman, mendorong perlunya usaha eksplorasi untuk menemukan keberadaan
bakteri Streptomyces sebagai sumber antibiotik. Streptomyces sp. adalah bakteri
yang termasuk golongan Actinomycetes yang mampu menghasilkan antibiotik
maupun enzim hidrolitik ekstraselular (enzim khitinase dan β 1,3-glukanase). Oleh
sebab itu Streptomyces sp. berpeluang untuk digunakan sebagai agen hayati dalam
pengendalian mikroba penyebab penyakit tanaman (Minas et al, 2001).
Temperatur optimum untuk pertumbuhan Streptomyces sp. adalah 25 350C, ada beberapa spesies yang tumbuh psikrofilik (suhu optimal 5-15 0C) dan
thermofilik (suhu optimal >55 0C) (Locci, 1991).
pH yang optimal untuk
pertumbuhan Streptomyces sp. antara 6 sampai dengan 8 (Astuti, 2005). Morfologi
koloni bakteri Streptomyces sp. dapat dilihat pada Gambar 5.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Gambar 5. Morfologi koloni bakteri Streptomyces sp. pada media SCA
(Starch Casein Agar) (Aini, 2006).
E.
Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus bersifat non-motil, nonspora, anaerob fakultatif,
katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5
- 46 0C dan pada pH 4,2 - 9,3 (Paryati, 2002). Koloni tumbuh dalam waktu 24 jam
dengan diameter mencapai 4 mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar,
halus, menonjol dan berkilau. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna
abu-abu sampai kuning emas tua. Staphylococcus aureus membentuk pigmen
lipochrom yang menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan (Dewi,
2013). Morfologi sel dan koloni bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6. (a) Morfologi sel bakteri Staphylococcus aureus dengan pewarnaan
Gram positif (+) (b) Morfologi koloni S. aureus pada media Blood Agar
(Dewi, 2013).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
2.6
Enzim Protease
Protease adalah enzim yang memutuskan ikatan peptida pada protein.
Berdasarkan tempat pemutusan ikatan peptida, enzim protease dibagi menjadi dua
yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase adalah enzim yang
mengkatalis pemecahan ikatan peptida pada bagian dalam rantai polipeptida,
sedangkan enzim yang mengkatalis pemecahan ikatan peptida pada ujung-ujung
rantai polipeptida disebut eksopeptidase (Murray, 2003).
Enzim tersebut mempunyai nilai ekonomis dan peranan yang sangat besar,
maka sampai sekarang penelitian tentang mikroorganisme penghasil enzim
protease masih berlangsung, terutama mencari strain-strain baru dengan cara
mengisolasi mikrorganisme penghasil enzim protease dari berbagai tempat.
Mikroorganisme adalah sumber enzim
yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan tanaman dan hewan, karena pertumbuhan cepat dan dapat
tumbuh pada substrat yang murah (Edlin dkk., 2014).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1
Kerangka konsep
Padang lamun di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran merupakan salah
satu padang lamun yang bervegetasi campuran, disusun sedikitnya oleh tujuh
spesies yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocoea routndata,
Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila ovata, dan Syringodium
isoetifolium (Wimbaningrum, 2003).
Ekosistem padang lamun adalah satu sistem (organisasi) ekologi padang
lamun yang di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara komponen abiotik
(air dan sedimen) dan biotik (hewan dan tumbuhan) (Azkab, 2006).
Lamun
Enhalus acoroides merupakan lamun yang sebarannya paling luas di Indonesia, hal
ini karena kemampuan adaptasi tanaman ini yang baik terhadap lingkungan.
Hutomo dan Azkab (1997) membagi komunitas hewan yang berasosiasi
dengan lamun menjadi 4 kategori, yang pertama biota yang hidup di daun lamun
(flora epifitik, mikro dan meifouna), biota yang hidup menempel pada batang dan
akar (Policheta dan Amphopoda), biota yang bergerak disekitar lamun (ikan, udang,
teripang dan cumi-cumi), biota yang hidup di dalam sedimen lamun (semua jenis
benthos baik epifitik maupun indofitik benhtos).
Lamun memiliki metabolisme sekunder yang melibatkan mikroorganisme
didalam prosesnya, hasil dari metabolisme ini sangat penting bagi lamun sebagai
pertahanan terhadap infeksi patogen (Marhaeni, 2011). Organisme laut yang
hidupnya menetap diperkirakan sangat bergantung pada mekanisme pertahanan
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
kimia untuk melawan hewan-hewan pemangsa dan perlekatan dari mikroorganisme
patogenik (Watermann, 1999). Bakteri terdapat secara luas di lingkungan alam
yang berhubungan dengan hewan, tumbuh - tumbuhan, udara, air dan tanah. Bakteri
umumnya mengasilkan senyawa dalam proses metabolismenya. Semua bakteri
mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim
protease ekstraseluler (Durham, 1987).
Enzim protease dapat digunakan untuk beberapa aplikasi seperti farmasi,
pengempukan daging dan proses pengolahan limbah industri (Nascimento dan
Martins, 2006). Saat ini sudah banyak obat-obatan dengan mekanisme kerjanya
seperti kerja enzim protease. Namun masih terus dilakukan penelitian untuk
mencari enzim protease alami dari berbagai sumber seperti bakteri, fungi, juga
organisme laut seperti spons.
Data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang
keragaman jenis bakteri yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides serta
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang identifikasi bakteri proteolitik
asosiasi yang berpotensi sebagai penghasil enzim protease.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
Padang lamun di
Pantai Bama
Kualitas air
Ekologi
Cymodocoea
rountdata
Halodule
uninervis
Enhalus
acoroides
Halophila
ovalis
Halophila
ovata
Syringodium
isoetifolium
Thalassia
hemprichii
Asosiasi
Benthos
Jamur
Bakteri
Plankton
Enzim ekstraseluler
Amilolitik
Proteolitik
Selulolitik
Bakteri proteolitik
Gambar 7. Kerangka konsep
Keterangan :
: Dilakukan pengamatan
: Tidak dilakukan pengamatan
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu
Pengambilan sampel lamun dilakukan di Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo, Jawa Timur.
Untuk isolasi, uji aktivitas proteolitik dan
identifikasi bakteri dilakukan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Juanda, Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Februari - Maret 2016.
4.2
Materi Penelitian
4.2.1
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa gunting,
pisau, pinset, pipet tetes, tabung reaksi, Beaker glass, cawan petri, autoclave,
incubator, mikropipet, mikroskop, objek glass, oven, timbangan analitik,
erlenmeyer, bunsen, jarum, ose.
4.2.2
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah sampel lamun Enhalus acoroides
yang diperoleh dari Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo serta bahan
lainnya seperti akuades, NaCl fisiologis 0,9 %, air laut steril, Tryptic Soy Agar
(TSA), Skim Milk Agar (SMA), kertas cakram steril 6 mm.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
4.3
Metode Penelitian
4.3.1
Rancangan Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang dapat
dilakukan dengan pengumpulan data melalui pengamatan, survei, ataupun melalui
percobaan (Kusriningrum, 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lamun
Enhalus acoroides yang diambil secara acak (random sampling) di perairan Pantai
Bama Taman Nasional Baluran, Situbondo.
4.3.2
Prosedur Kerja
A. Penentuan Lokasi
Sampel lamun Enhalus acoroides diambil dari perairan Pantai Bama,
Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur (Lampiran 1). Penentuan lokasi
pengambilan sampel berdasarkan rata-rata habitat pertumbuhan lamun dengan
kedalaman antara 2 - 12 m sesuai kondisi perairan (Djais dkk., 2002).
Pengambilan lamun dilakukan secara acak (random sampling) dengan
transek kuadran berukuran 1 x 1 m dengan jarak tiap kuadran transek 25m secara
vertikal (arah menuju laut) sepanjang 50m dan horizontal (searah garis pantai)
sepanjang 100m. Sampel lamun diambil sebanyak 1 tanaman dari tiap transek
kuadran (Dartnall dan Jones, 1986). Adapun denah lokasi pengambilan sampel
dapat dilihat pada Gambar 2.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
50 meter
25 m
1m
100 meter
Gambar 8. Denah lokasi pengambilan sampel dengan transek kruadran
B. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi (suci-hama) perlu dilakukan agar media yang akan dipakai berada
pada kondisi bersih (steril), yaitu tidak ada satupun organisme yang hidup
didalamnya, agar tidak mengganggu proses pertumbuhan mikroba atau proses
fermentasi (Nugroho, 1999). Menurut Society for General Microbiology (SGM)
(2006) ada empat cara sterilisasi alat dan media yang digunakan dalam kultur
bakteri.
Pertama yaitu, menggunakan pembakar bunsen, untuk mensterilkan
peralatan seperti ose, jarum dengan cara membakar ujung peralatan tersebut di atas
api bunsen sampai berpijar. Kedua oven, digunakan untuk mensterilkan alat yang
terbuat dari keramik dan metal serta pengeringan alat-alat yang telah di autoclave.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan bahan tersebut kedalam oven
dan dipanaskan pada suhu 160-170 0C selama 1-2 jam.
Ketiga menggunakan autoclave untuk mensterilkan tabung reaksi bertutup,
cawan petri dan erlenmeyer serta media yang akan digunakan. Penggunaan alat ini
dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam autoclave yang ditutup dengan
rapat dan nyalakan autoclave dengan temperatur 121 0C dan tekanan antara 15-17,5
psi (pound per square inci) atau 1 atm selama 15 menit. Terakhir yaitu alkohol,
digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari metal antara lain gunting,
pisau, pinset dan meja. Alkohol yang digunakan adalah alkohol 70%.
C. Pengambilan Sampel Lamun
Sampel lamun yang diambil harus memenuhi syarat diantaranya lamun
dalam keadaan sehat dan sudah termasuk tanaman dewasa bukan bibit lamun.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil tanaman yang utuh mulai
dari daun, batang dan akar dalam keadaan baik dengan menggunakan pisau.
Sampel lamun dibilas bersih dengan air laut steril, kemudian sampel dimasukkan
ke dalam kantong plastik kedap udara berisi air laut steril (Lisdayanti, 2013).
Catat identitas sampel antara lain tanggal, lokasi (stasiun) dan ciri morfologi
(tinggi tanaman). Sampel yang telah di preparasi dimasukkan ke dalam cool box
untuk dianalisis selanjutnya di laboratorium.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
D. Pembuatan Media
Media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri laut adalah medium
Tryptic Soy Agar (TSA) + 2 % NaCl (Massinai, 2013). Menurut Retnowati dkk.
(2011) menjelaskan bahwa medium Tryptic Soy Agar (TSA), dibuat dengan cara
melarutkan 40 gr TSA, 1000 ml aquades steril, 20 gr NaCl dalam erlenmeyer.
Larutan ini selanjutnya dipanaskan diatas kompor listrik sambil diaduk sampai
mendidih dan media TSA + 2 % NaCl tercampur secara rata, selanjutnya disterilkan
dalam autoclave pada suhu 121 0C selama 15 menit.
E. Isolasi Bakteri
Sampel lamun sebanyak 10 gr dicuci dengan air laut steril, kemudian
digerus, selanjutnya ditambahkan NaCl fisiologis sebanyak 10 ml sehingga
menghasilkan larutan stok. Larutan stok 1 ml lalu dimasukkan dalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml NaCl fisiologis (pengenceran 10-1) kemudian dikocok dengan
menggunakan vortex, pengenceran dilakukan hingga 10-6. Hasil pengenceran 10-6
diinokulasi dalam mediun TSA + 2% NaCl dengan metode tuang (pour plate)
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 0C (Massinai, 2013).
F. Pemurniaan Isolat Bakteri
Koloni bakteri yang tumbuh kemudian dipurifikasi supaya didapatkan isolat
murni. Tiap koloni yang berbeda secara morfologi (warna, bentuk, elevasi dan tepi)
dipisahkan dan diinokulasi dengan metode goresan (streak plate) pada mendium
TSA + 2% NaCl lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 ⁰C (Massinai, 2013).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
Hingga didapatkan isolat bakteri murni (dalam satu petri dish hanya satu koloni
bakteri)
G. Uji Aktivitas Proteolitik
Pengujian aktivitas bakteri proteolitik dilakukan menggunakan metode disk
diffusion yaitu dengan cara meneteskan isolat bakteri pada kertas cakram steril
dengan ukuran 6 mm lalu diletakkan pada media TSA + 2 % NaCl yang
ditambahkan susu skim 1% (Hudzicki, 2013). Setelah itu diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 30 ºC.
Aktivitas proteolitik ditentukan dari ukuran zona jernih yang terbentuk dari
aktivitas degradasi kasein pada susu skim. Kasein adalah salah satu jenis protein.
Hidrolisis kasein digunakan untuk memperlihatkan aktivitas hidrolitik protease
yang memutuskan ikatan peptida dalam protein. Aktivitas pembentukan zona
bening dihitung dari diameter zona bening yang terbentuk (Isnansetyo dan Kamei,
2009).
H. Karakterisasi dan Uji Biokimia
Bakteri yang memiliki aktivitas enzim proteolitik selanjutnya diidentifikasi
dengan uji biokimia secara bertahap menurut bagan alir dikotomi berdasarkan
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994). Pada tahap
awal identifikasi dilakukan uji morfologi bakteri dengan melakukan pewarnaan
Gram dan pengamatan bentuk sel bakteri.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Uji biokimia yang dilakukan adalah uji oksidase, uji katalase, uji O/F, uji
triple sugar iron agar (TSIA), uji LIA uji MIO (Motility, Indole, Ornithine), uji
metil red (MR), uji voges – proskauer (VP), uji cimmons citrate dan uji gula
(glukosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, manitol, inositol, maltosa, trehalose, dulcitol
dan xylose).
4.4
Parameter Pengamatan
4.4.1
Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah adanya keberadaan isolat
bakteri serta identifikasi isolat bakteri proteolitik yang berasosiasi dengan lamun
Enhalus acoroides di perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo,
Jawa Timur.
4.4.2
Parameter Pendukung
Parameter pendukung dalam penelitian ini adalah kualitas perairan padang
lamun Enhalus acoroides di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran. Adanya
parameter pendukung sangat berpengaruh terhadap parameter utama dalam
penelitian ini.
4.5
Analisis Data
Data hasil penelitian ini berupa data morfologi sel dan koloni isolat serta
hasil uji biokimia bakteri proteolitik yang diperoleh dari lamun Enhalus acoroides
yang berada di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran. Data yang diperoleh lalu
dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel dan gambar.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
4.6
Diagram Alur Penelitian
Survei lokasi
Penentuan Lokasi
Pengambilan Sampel
Lamun Enhalus acoroides
Sterilisasi Alat
dan Bahan
Pengukuran
Parameter
Lingkungan
Pengambilan
Sampel Lamun
Pengukuran Suhu,
Salinitas,
Kecerahan dan pH
Pembuatan Media
TSA + NaCl 2%
Isolasi Bakteri
Pemurniaan Kultur
Bakteri
Parameter
Pendukung
Isolat Bakteri Murni
Uji Aktivitas Proteolitik
Karakterisasi dan Uji
Biokimia
SKRIPSI
Parameter
Utama
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
Analisis Data
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
5.1.1
Gambaran Umun Lokasi Penelitian
Pantai Bama terletak di kawansan Taman Nasional (TN) Baluran,
Situbondo, Jawa Timur dengan titik koordinat 070 29’ – 070 55’ LS dan 1140 17’ –
1140 28’ BT. Perairan Baluran adalah kawasan konservasi terumbu karang dan
mangrove yang masih alami, berada di garis pantai sepanjang 41 Km yang terletak
di zona perairan seluas 1.063 Ha. Sebelah Timur berbatasan dengan Kab.
Banyuwangi dan Selat Bali, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Madura, sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan langsung dengan
Kab. Banyuwangi.
Pantai Bama berjarak sekitar 15 km dari pintu gerbang Taman Nasional
Baluran, pantai tersebut merupakan pantai yang dikelilingi hutan mangrove serta
memiliki rataan terumbu karang yang luas. Pantai Bama memiliki rataan terumbu
karang (reef flat) yang sangat landai. Setelah memasuki daerah subtidal beberapa
ratus meter dari bibir pantai, tampak adanya dasar pantai dengan kemiringan yang
sangat terjal, hingga kedalaman puluhan meter. Pantai Bama merupakan contoh
ekosistem perairan laut dangkal yang memiliki penunjang ekosistem yang sangat
baik terdiri dari padang lamun, mangrove dan terumbu karang (Tim Pengendali
Ekosistem Hutan, 2006).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
5.1.2
Lamun Enhalus acoroides
Lamun Enhalus acoroides yang berada di perairan Pantai Bama memiliki
karakteristik rhizome berukuran 1,5 – 1,8 cm, memiliki akar berwarna putih dengan
panjang antara 9 – 15 cm. Daun berbentuk seperti pita dengan pinggiran daun yang
menebal dan lebar antara 8 – 20 mm serta panjang antara 10 – 60 cm. Hal tersebut
sesuai dengan Waycott et al. (2004) yang menyatakan Enhalus acoroides
mempunyai rhizome (akar rimpang) berdiameter 1,3 – 1,7 cm yang tertutup rapat
dengan rambut-rambut yang kaku dan keras. Akar berbentuk seperti tali, berjumlah
banyak dan tidak bercabang serta memiliki panjang antara 15,50 – 18,65 cm.
Bentuk daun seperti pita tepinya rata dan ujungnya tumpul, panjangnya antara 65 –
150 cm dan lebar antara 1,2 – 2,0 cm (Dahuri, 2003).
Lamun Enhalus acoroides tumbuh pada dasar pasir berlempung dengan
kedalaman berkisar antara 60 – 120 cm. Enhalus acoroides di padang lamun Pantai
Bama umumnya ditemukan tumbuh berdampingan dengan lamun Thalasia
hemprichii. Tumbuhnya berpencar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari
beberapa individu atau kumpulan individu yang rapat, berupa kelompok murni atau
bersama-sama dengan Thalassia hemprichii dan Halophila ovalis (Kiswara, 1992).
Adapun gambar Enhalus acoroides dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.3
Isolasi dan Pemurnian Bakteri Assosiasi Lamun Enhalus acoroides
Pengisolasian pada tahap awal didapatkan dugaan koloni sebanyak 20 strain
bakteri. Dugaan ini didasarkan pada perbedaan morfologi koloni bakteri secara
makroskopis. Tahapan selanjutnya adalah tahapan pemurniaan bakteri, pada proses
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
ini didapatkan hasil bahwa dalam 20 dugaan isolat, setelah dilakukan penyeleksian
berdasarkan kesamaan morfologi koloni bakteri baik dari segi warna, bentuk,
elevasi dan tepian didapatkan 12 isolat bakteri yang berasosiasi dengan lamun
Enhalus acoroides di Pantai Bama, TN Baluran. Keduabelas isolat bakteri yang
didapatkan lalu diberi kode EA-1, EA-2, EA-3, EA-4, EA-5, EA-6, EA-7, EA-8,
EA-9, EA-10, EA-11 dan EA-12. Pemberian kode ini didasarkan pada perbedaan
morfologi koloni tiap isolat bakteri.
Pengamatan morfologi koloni secara makroskopis didapatkan beberapa
bentuk koloni yaitu : bulat, tak beraturan, akar dan berfilamen. Tepi koloni isolat
bakteri ada yang utuh, bergerigi dan berombak. Elevasi yang diamati dari samping
terlihat datar, cembung dan membukit. Warna dari isolat yang diamati bermacammacam ada yang berwarna putih susu, putih bening, abu-abu, kuning, oranye dan
krem. Morfologi koloni isolat bakteri yang ditemukan pada penelitian ini sesuai
dengan pernyataan Salle (1961), bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri
berbentuk circular, irregular, filamentous and rhizoid. Elevasi berbentuk raised,
convex, flat, umbonate, crateriform. Margin yang berbentuk entire, undulate,
filiform, curled dan lobate.
Hasil pengamatan morfologi sel yaitu dengan pewarnaan Gram dan bentuk
sel (yang diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x), dari
12 isolat bakteri asosiasi lamun Enhalus acoroides, didapatkan morfologi sel
berbentuk bulat (coccus) dan batang (bacill) saja serta semuanya berGram negatif
(-) kecuali isolat dengan kode EA-1 dan EA-9 yang berGram positif (+). Hal ini
sesuai dengan Pelczar dan Chan (1986), yang menyatakan bahwa bakteri laut 95%
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
berGram negatif, sebagian bersifat motil, 70% mengandung pigmen dan
mempunyai toleransi yang besar terhadap suhu.
Berikut merupakan hasil pengamatan morfologi koloni dan sel bakteri
asosiasi lamun Enhalus acoroides di Pantai Bama, TN Baluran
Tabel 1. Morfologi koloni dan sel bakteri lamun Enhalus acoroides yang berasal
dari perairan Pantai Bama, TN Baluran.
Kode
Morfologi koloni
Morfologi sel
isolat
Bentuk
Tepi
Elevasi
Warna Bentuk Gram
EA-1
Tak
Utuh
Cembung
Putih Coccus Positif
beraturan
Susu
EA-2 Filament
Bergerigi Membukit Putih
Bacill Negatif
bening
EA-3
Bulat
Utuh
Datar
Krem Coccus Negatif
EA-4
Bulat
Berombak cembung
Krem Coccus Negatif
EA-5
Bulat
Utuh
Datar
Oranye Coccus Negatif
EA-6
Bulat
Bergerigi Cembung Coklat Bacill Negatif
EA-7
Bulat
Utuh
Cembung
Abu- Coccus Negatif
abu
EA-8
Bulat
Utuh
Datar
Krem Coccus Negatif
EA-9
Tak
Utuh
Datar
Putih
Bacill
Positif
beraturan
EABulat
Bergerigi
Datar
Krem
Bacill Negatif
10
EATak
Utuh
Cembung Oranye Coccus Negatif
11
beraturan
pudar
EAAkar
Berbelah
Datar
Oranye Coccus Negatif
12
Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (safranin) ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri Gram negatif menjadi berwarna
merah atau merah muda, sementara bakteri Gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol (Khanafi et al., 2006). Gambar
hasil pengamatan secara mikroskopis dari bakteri isolasi lamun Enhalus acoroides
yang berGram positif dan negatif dapat dilihat pada Gambar 9.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 9. (a) Kode isolat EA-1, berbentuk coccus dan berGram positif (+).
(b) Kode isolat EA-2, berbentuk coccus dan berGram negatif (-).
(c) Kode isolat EA-9, berbentuk bacill dan berGram postif (+).
(d) Kode isolat EA-10, berbentuk bacill dan berGram negatif (-).
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Isolat bakteri yang didapatkan paling banyak berGram negatif, diduga
karena bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks
dibanding bakteri Gram positif. Karena dinding sel bakteri Gram negatif memiliki
peptidoglican tipis yang tertutup periplasmic space dan membran luar yang tersusun
dari lipopolisacarida dan protein. Sehingga bakteri Gram negatif mampu bertahan
dikondisi lingkungan yang ekstrim (Fardiaz, 1989).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Isolat bakteri yang ditemukan lebih banyak berbentuk bulat (coccus)
dibandingkan dengan batang (bacill). Kehadiran bakteri berbentuk bulat (cocci)
kemungkinan disebabkan karena bakteri ini tidak memiliki alat gerak sehingga
untuk mempertahankan hidup dengan cara melekatkan diri pada suatu benda yang
terdapat di perairan. Pelczar dan Chan (1986), kebanyakan bakteri berbentuk bulat
(coccus) hidup saling melekat satu sama lain membentuk kumpulan yang kuat
karena adanya bahan yang dihasilkan seperti lendir.
Bakteri batang (bacill) yang ditemukan kemungkinan karena bakteri
tersebut memiliki flagel yang digunakan untuk bergerak untuk mendapatkan tempat
pelekatan. Menurut Aryulina (2005) menyatakan flagellum memungkinkan bakteri
bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan atau menghindar dari
lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya. Hal ini didukung oleh pernyataan
Fardiaz (1989), bakteri laut umumnya memiliki kecenderungan berasosiasi dengan
suatu lapisan permukaan padat seperti rumput laut, lamun, karang dan tanaman
mangrove.
5.1.4
Uji Aktivitas Proteolitik
Pengujian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
proteolitik dari isolat bakteri yang didapatkan. Hasil pengujian dari keduabelas
isolat bakteri yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat empat isolat bakteri
yang memiliki aktivitas proteolitik.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Tabel 2. Hasil uji aktivitas Proteolitik dari isolat bakteri asosisasi lamun Enhalusacoroides.
Kode isolat
Uji aktivitas enzim
Diameter zona
bakteri
proteolitik
bening (mm)
EA-1
+
18
EA-2
+
7,5
EA-3
0
EA-4
0
EA-5
0
EA-6
0
EA-7
0
EA-8
0
EA-9
+
8
EA-10
+
8
EA-11
0
EA-12
0
Keterangan : ada (+) / tidak (-)
Pengamatan aktivitas proteolitik dilakukan pada 48 jam setelah inkubasi.
Bakteri Bacillus sp. menghasilkan enzim optimal pada jam ke 30 (Yuniati, 2015).
Isolat bakteri asosiasi yang menghasilkan enzim protease adalah isolat dengan kode
EA-1, EA-2, EA-9 dan EA-10. Dari pengamatan secara makroskopis dari keempat
isolat bakteri yang memiliki aktivitas proteolitik menunjukan perbedaan dari segi
tepi, bentuk, elevasi, dan warna. Hal ini diduga karena setiap isolat berbeda jenis
sehingga aktivitas proteolitik yang ditunjukan juga berbeda yaitu dari besarnya
diameter zona bening yang terlihat.
Pengukuran zona bening pada isolat bakteri proteolitik menunjukan
perbedaan dari tiap isolatnya. Aktivitas paling rendah ditunjukan pada isolat EA-2
dengan diameter zona bening 7,5 mm. Zona bening yang paling besar ditunjukkan
oleh isolat EA-1 dengan diameter zona bening 18 mm. Gambar aktivitas bakteri
proteolitik asosiasi lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Lampiran 4.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
5.1.5
Hasil Uji Biokimia
Tabel 3. Hasil uji biokimia dari isolat bakteri proteolitik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Uji biokimia
Gram
Oksidase
Katalase
O/F
TSIA, Gas,
H2S (S/B)
LIA (S/B)
Motilitas
Gelatin
Indole
Ornithine
MR
VP
Arginin
Simmon Citrate
Uji
Glukosa
gula
Laktosa
Sukrosa
Arabinase
Manitol
Inositol
Maltosa
Trehalose
Dulcitol
Xylose
EA-1
+
+
F
K,A,H2S
+
+
+
+
V+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kode isolat bakteri
EA-2
EA-9
+
+
+
+
F
F
K,A,G,
K,A,H2S
H2S
+/H2S
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
V+
+
+
+
+
+
+
V+
+
+
V+
+
+
+
+
V+
EA-10
+
+
O
A,A
+
+
+
V+
V+
V+
V+
+
+
VV-
Ciri-ciri utama suatu bakteri yang perlu diketahui dalam mengkarakterisasi
bakteri adalah melalui beberapa uji morfologi dan uji biokimia (Sudarsono, 2008).
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji oksidase, uji katalase,
uji O/F, uji triple sugar iron agar (TSIA), uji LIA (Lysin Iron Agar), uji MIO
(Motility, Indole, Ornithine), uji metil red (MR), uji voges – proskauer (VP), uji
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
cimmons citrate dan uji gula (glukosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, manitol, inositol,
maltosa, trehalose, dulcitol dan xylose).
Dari hasil pengamatan morfologi dan uji biokimia yang dibandingkan
dengan buku Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994)
dan buku Biochemical Tests For Identification Of Medical Bacteria (Faddin and
Jean, 1980) didapatkan kecocokan karakteristik dengan beberapa genus bakteri.
Kode isolat EA-1 memiliki kesamaan karakteristik dengan Staphylococcus sp., EA2 memiliki kesamaan dengan Pleciomonas shigeloides, EA-9 memiliki kesamaan
dengan Bacillus sp. dan EA-10 memiliki kesamaan dengan Pseudomonas sp..
Keempat isolat bakteri yang didapatkan pada penelitian ini diinkubasi pada suhu 30
– 32 oC dan pada pH 7 yang disesuaikan dengan perairan Pantai Bama (Lampiran
2.). Bakteri laut umumnya termasuk organisme aerob dan memerlukan suhu yang
optimal untuk tumbuh yaitu sekitar 26 – 30 oC serta akan mengalami pertumbuhan
yang kurang baik pada suhu diatas 37 oC (Velankar, 1954).
5.2
Pembahasan
Dari penelitian ini didapatkan total isolat sebanyak 12 jenis yang memiliki
perbedaan baik dari morfologi koloni maupun sel. Jumlah isolat bakteri asosiasi
lamun Enhalus acoroides yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dibanding
dengan yang telah ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Shofiatul (2011)
terdapat 9 strain isolat bakteri yang berasosiasi dengan Enhalus sp. Marhaeni
(2011) mendapatkan 23 strain isolat bakteri dari lamun jenis Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii dan Syringodium isoetifolium yang dilakukan di perairan
pantai Teluk Awur, Jepara Jawa Tengah. Menurut Sidharta (2000), penyebaran
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
bakteri di laut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pergerakan air laut, jarak dari
pantai, kedalaman, cahaya matahari, iklim dan organisme lain.
Tabel 4. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-1 dengan
pustaka (Biochemical Tests For Identification Of Medical Bacteria).
No.
Uji biokimia
Isolat
Genus
EA-1
Staphylococcus sp.
1.
Oksidase
2.
Katalase
+
+
3.
O/F
F
F
4.
TSIA, Gas,
K,A,
K,A,
H2S (S/B)
H2S
H2S
5.
LIA (S/B)
+
td
6.
Motilitas
7.
Gelatin
+
td
8.
Indole
td
9.
Ornithine
+
td
10. MR
+
11. VP
12. Arginin
+
+
13. Simmon Citrate
V+
V+
14. Uji gula
Glukosa
+
+
Laktosa
+
+
Sukrosa
+
+
Arabinase
+
+
Manitol
+
+
Inositol
+
+
Maltosa
+
+
Trehalose
+
+
Dulcitol
+
Xylose
+
-
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
Keterangan : Td = tidak ada dalam pustaka
Isolat EA-1 yang memiliki ciri-ciri morfologi koloni berbentuk bulat tak
beraturan, tepi utuh dan berelevasi cembung. Sel berbentuk bulat anggur dengan
ujung meruncing, memiliki ukuran 2 – 4 µm dan berGram positif (+). Pengujian
biokimia menunjunkan bahwa isolat EA-1 bersifaat non motil, oksidase negatif,
fermentatif, TSIA basa/asam terdapat gas H2S, lysin iron agar (LIA) positif, gelatin
positif, indole negatif, ornithine positif, metil red (MR) negatif, voges proskauer
(VP) negatif, Arginin positif dan citrat varibel positif. Pada uji gula hanya pada
gula jenis dulcitol yang negatif sedangkan glukosa, laktosa, sukrosa, arabinosa,
manitol, inositol, maltosa, trehalose dan xylose menunjunkan hasil positif. Dari
hasil pengujian biokimia yang dilakukan, isolat bakteri EA-1 memiliki kecocokan
dengan bakteri Staphylococcus sp. sebesar 85 %.
Menurut Faddin (1980), Staphylococcus sp. termasuk dalam bakteri Gram
positif, berbentuk bulat anggur, non motil, fermentatif, katalase positif, oksidase
negatif, TSIA asam/basa, voges proskauer (VP) negatif, arginin positif, dan citat
varibel positif, dapat menghidrolisis semua jenis gula kecuali pada xylose.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Staphylococcus sp. bersifat non-motil, nonspora, anaerob fakultatif, katalase positif
dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6,5 - 46 oC dan
pada pH 4,2 - 9,3 (Paryati, 2002).
Isolat EA-2 yang memiliki ciri-ciri morfologi koloni berbentuk tak
beraturan, tepi utuh dan berelevasi datar. Sel bulat, memiliki ukuran 0,5 - 1 µm dan
berGram negatif (-). Pengujian biokimia menunjunkan bahwa isolat EA-2 bersifat
motil, oksidase positif, fermentatif, TSIA basa/asam, lysin iron agar (LIA) positif
terdapat gas H2S, gelatin negatif, indole positif, ornithine positif, metil red (MR)
negatif, voges proskauer (VP) negatif, Arginin positif dan citrat varibel positif.
Pada uji gula semua menunjukan hasil positif. Dari hasil pengujian biokimia yang
dilakukan, isolat bakteri EA-2 memiliki kecocokan dengan bakteri Plesiomonas
shigeloides sebesar 90 %.
Tabel 5. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-2 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
No.
Uji biokimia
Isolat
Genus
EA-2
Pleciomonas
shigeloides
1.
Oksidase
+
+
2.
Katalase
+
+
3.
O/F
F
F
4.
TSIA, Gas,
K,A,G,
K,A
H2S (S/B)
H2S
5.
LIA (S/B)
+/H2S
+
6.
Motilitas
+
+
7.
Gelatin
8.
Indole
+
+
9.
Ornithine
+
+
10. MR
+
+
11. VP
12. Arginin
+
+
13. Simmon Citrate
+
V+
14. Uji gula
Glukosa
+
+
Laktosa
+
V+
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Sukrosa
+
Arabinase
+
Manitol
+
Inositol
+
Maltosa
+
Trehalose
+
Dulcitol
+
Xylose
+
Keterangan : Td = tidak ada dalam pustaka
+
Td
Td
V+
Menurut Holt et al. (1994), Plesiomonas shigeloides termasuk dalam bakteri
Gram negatif, berbentuk bulat, bersifat motil, fermentatif, katalase positif, oksidase
positif, TSIA asam/basa, gelatin positif, indole positif, ornithine positif, voges
proskauer (VP) negatif, arginin positif, dan citrat varibel positif. Pada uji gula jenis
glukosa, laktosa, innositol dan xylose yang positif.
Tabel 6. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-9 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
No.
Uji biokimia
Isolat
Genus Bacillus
EA-9
sp.
1.
Oksidase
+
2.
Katalase
+
+
3.
O/F
F
F
4.
TSIA, Gas,
K,A,
K,A, H2S
H2S (S/B)
H2S
5.
LIA (S/B)
+
Td
6.
Motilitas
+
+
7.
Gelatin
+
+
8.
Indole
9.
Ornithine
+
Td
10. MR
+
+
11. VP
12. Arginin
+
+
13. Simmon Citrate
+
+
14. Uji gula
Glukosa
+
+
Laktosa
Td
Sukrosa
+
Arabinase
VSKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Manitol
Inositol
VMaltosa
+
Trehalose
+
Dulcitol
Xylose
V+
Keterangan : Td = tidak ada dalam pustaka
+
Td
Td
V-
Isolat EA-9 yang memiliki ciri-ciri morfologi koloni berbentuk batang
panjang, berwarna abu-abu, tepi utuh dan berelevasi datar. Sel berbentuk batang
memanjang, memiliki ukuran 3 - 7 µm dan berGram positif (+). Pengujian biokimia
menunjukkan bahwa isolat EA-9 bersifaat motil, oksidase negatif, katalase positif,
fermentatif, TSIA basa/asam terdapat gas H2S, lysin iron agar (LIA) positif, gelatin
positif, indole negatif, ornithine positif, metil red (MR) positif, voges proskauer
(VP) positif, Arginin positif dan citrat varibel positif. Pada uji gula hanya pada gula
jenis laktosa, arabinosa, manitol, inositol, dulcitol yang negatif sedangkan glukosa,
sukrosa, maltosa, trehalose dan xylose menunjunkan hasil positif. Dari hasil
pengujian biokimia yang dilakukan, isolat bakteri EA-9 memiliki kecocokan
dengan bakteri Bacillus sp. sebesar 95 %.
Menurut Holt et al. (1994), Bacillus sp. merupakan bakteri berGram positif,
dan bersifat motil karena memiliki flagel peritrichous, oksidase negatif, katalase
positif, berrbentuk batang atau silinder dan sangat resisten terhadap kondisi yang
tidak menguntungkan. Bakteri ini bersifat aerobik atau fakultatif anaerobik yang
terlihat dari uji katalase positif. Kemampuan fisiologis beragam, sangat peka
terhadap perubahan panas, pH dan salinitas. Bacillus sp. pada dasarnya merupakan
bakteri tanah, tetapi umumnya dijumpai diperairan tawar dan payau sebagai
komposit (Irianto dan Hendrati, 2003).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Isolat EA-10 yang memiliki ciri-ciri morfologi koloni berbentuk bulat,
berwarna coklat, tepi bergerigi dan berelevasi cembung. Sel berbentuk batang
memanjang, memiliki ukuran 1 - 7 µm dan berGram negatif (-). Pengujian biokimia
menunjunkan bahwa isolat EA-10 bersifaat motil, oksidase positif, katalase positif,
oksidatif, TSIA asam, lysin iron agar (LIA) positif, gelatin negatif, indole negatif,
ornithine positif, metil red (MR) negatif, voges proskauer (VP) negatif, Arginin
negatif dan citat varibel positif. Pada uji gula hanya pada gula jenis laktosa,
arabinosa, dulcitol yang negatif sedangkan glukosa, sukrosa, manitol, inositol,
maltosa, trehalose dan xylose menunjunkan hasil positif. Dari hasil pengujian
biokimia yang dilakukan, isolat bakteri EA-10 memiliki kecocokan dengan bakteri
Pseudomonas sp. sebesar 95 %.
Tabel 7. Hasil perbandingan dari hasil uji biokimia isolat bakteri EA-10 dengan
pustaka (Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology).
No.
Uji biokimia
Isolat
Genus
EA-9
Pseudomonas sp.
1.
Oksidase
+
+
2.
Katalase
+
+
3.
O/F
F
O
4.
TSIA, Gas,
A, A
A,A
H2S (S/B)
5.
LIA (S/B)
+
Td
6.
Motilitas
+
+
7.
Gelatin
8.
Indole
9.
Ornithine
+
10. MR
11. VP
12. Arginin
13. Simmon Citrate
+
+
14. Uji gula
Glukosa
+
+
Laktosa
VTd
Sukrosa
+
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Arabinase
VManitol
+
Inositol
V+
Maltosa
+
Trehalose
+
Dulcitol
VXylose
VKeterangan : Td = tidak ada dalam pustaka
+
Td
Td
V-
Genus Pseudomonas sp. memiliki karakter koloni berbentuk bulat,
berwarns coklat atau krem. Pada uji biokimia, menunjukkan bahwa bakteri ini
dapat memfermentasi gula jenis glukosa, inositol, bersifat motil, oksidase dan
katalase positif, termasuk bakteri oksidatif, gelatin negatif, indole negatif, metil red
(MR) negatif, voges proskauer (VP) negatif, melakukan aktivitas citrate tidak
menghasilkan gas dan H2S (Holt et al., 1994). Bakteri genus ini memproduksi
beberapa enzim seperti protease, amilase, dan lipase. Selain itu bakteri
Pseudomonas juga dapat menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik
lain menjadi CO2, gas amoniak dan senyawa - senyawa lain yang lebih sederhana
(Hardhianto, 2010).
Kemampuan aktivitas proteolitik dan waktu produksi optimum enzim
protease menyebabkan adanya perbedaan zona bening yang dihasilkan dari tiaptiap bakteri. Pada isolat bakteri Staphylococcus sp. memiliki zona bening sebesar
18 mm. Hal ini didukung dengan pernyataan Fatoni dkk. (2007) bahwa
Staphyllococcus sp. termasuk bakteri proteolitik, hal ini dapat dilihat dari zona
bening yang terbentuk di media susu skim. Plesiomonas shigeloides merupakan
bakteri air dan sedimen tanah yang memiliki kemampuan proteolitik serta termasuk
bakteri patogen yang merugikan bagi organisme laut (Pereira et al., 2008).
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Bakteri Bacillus sp. memiliki zona bening sebesar 8 mm. Bakteri Bacillus
sp. merupakan bakteri proteolitik karena mampu menghasilkan enzim protease
dengan terbentuknya zona bening pada media susu skim (Yuniati, 2015).
Pengamatan zona bening yang terbentuk akibat aktivitas proteolitik pada bakteri
Pseudomonas sp. sebesar 8 mm. Hal ini karena bakteri Pseudomonas sp. dapat
mengahsilkan enzim protease pada berbagai media yang mengandung sumber
protein seperti agar-agar, karginan dan polyacrylamide (Sankaralingan et al., 2012).
Zona bening yang terbentuk dari aktivitas proteolitik yang paling besar
ditunjukkan oleh bakteri Staphylococcus sp. yaitu 18 mm dan yang paling kecil
adalah bakteri Plesiomonas shigeloides sebesar 7,5 mm. Beberapa bakteri patogen
dapat memproduksi enzim protease yang digunakan untuk merusak struktur
jaringan inang (Baehaki dkk., 2005). Dua bakteri (EA-9 atau Bacillus sp. dan EA10 atau Pseudomonas sp.) yang diperoleh dari penelitian ini dapat digolongkan
sebagai calon kandidat bakteri probiotik. Menurut Feliatra (2004), beberapa jenis
bakteri kandidat probiotik antara lain Lactococcus sp., Carnoacterium sp., Bacillus
sp., Eubacterium sp., Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., Micrococcus sp. dan
Biftidobacterium sp.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari penelitian ini didapatkan 12 isolat bakteri yang berasosiasi dengan
lamun Enhalus acoroides di Pantai Bama, TN Baluran, Situbondo dan
dari
keduabelas isolat tersebut didapatkan 4 jenis isolat bakteri yang memiliki aktivitas
proteolitik yaitu Staphylococcus sp., Plesiomonas shigeloides, Bacillus sp.,
Pseudomonas sp.
6.2
Saran
Isolat bakteri asosiasi lamun Enhalus acoroides di Pantai Bama, TN Baluran
mempunyai potensi sebagai calon kandidat bakteri probiotik. Untuk mengetahui
kemampuan isolat bakteri tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai potensi isolat bakteri sebagai calon kandidat bakteri probiotik.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, A. G., G. Antoni L., and A. C. Anon. 1993. Proteolytic Activity of
Lactobacillus bulgaricus Grown in Milk, Journal of Diary Science. La
Plata, Argentina. 11 pp.
Abubakar, H., A. T. Wahyudi, dan M. Yuhana. 2011. Skrining Bakteri yang
Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp. Sebagai Penghasil Senyawa
Antimikroba. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Papua, Amban,
Manokwari. Papua. Vol. 16 (1) 35-40.
Aini, F. N. 2006. Penekanan Penyakit Lincat Tembakau Temanggung
menggunakan Kombinasi Pseudomonad Fluoresen dan Streptomyces spp.
Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. 74 hal. (Skripsi).
Aryulina, D. 2005. Biologi I. Jakarta: Erlangga. 134 hal.
Astuti, A. 2005. Karakterisasi Streptomyces spp. Agens Pengendali Hayati Penyakit
Lincat Tembakau Temanggung. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah
Mada. Skripsi. 65 hal.
Azkab. 2006. Ada Apa dengan Lamun. Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI. Jakarta. 14 hal.
Baehaki, A., Rinto dan B. Arif. 2011. Isolasi dan Karekterisasi Protease dari Bakteri
Tanah Rawa Indralaya, Sumatera Selatan. J. Teknologi dan Industri Pangan,
Vol. XXII (1) : 10-16.
Baehaki, A., T. Nurhayati dan M. T. Suhartono. 2005. Karakteristik Protease Dari
Bakteri Patogen Staphylococcus epidermidis. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan. Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Vol
VIII (2) : 25-34.
Bjork, M., Short, Mcleod, dan Beer. 2008. Managing Seagrasses for Resilience to
Climate Change. IUCN. Gland, Switzerland. 45 pp.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. Penerbitan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 165-169.
Dartnall, Aj. And M. Jones (eds.) 1986. A manual of survey methods : living
resources in coastal areas. ASEAN AUSTRALIA Cooperative Programme
on Marine Science Handbook. Townsville, Australian Institute of Ma-rine
Science: 167 hal.
Dewi, A. K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. JSV
31 (2).
Djais, F. H., Anzori S.,Yvonne, I.P. dan P. Pandu,. 2002. Modul Sosialisasi dan
Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Direktorat
Jendral Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil, Dinas Kelautan Dan Perikanan.
Jakarta. Hal 175-185.
Durham, D.R., D.B. Stewart, and E.J. Stellwag. 1987. Novel alkaline and heat
stable serine proteases from alkalaphilic Bacillus sp. strain GX6638. J.
Bacterial.169 (6) : 2762- 2768.
Edlin, Y. N., A. Agustien dan D. H. Tjong. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Alkali-Proteolitik Sumber Air Panas Semurup Kerinci Jambi. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 3 (4) : 303-309.
Faddin M. and F. Jean. 1980. BIOCHEMICAL TESTS for IDENTIFICATION of
MEDICAL BACTERIA second edition. Lipincott Williams and Wilkins
Company. Baltimore USA. 438 pp.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor. PAU Pangan dan Gizi, IPB. 125
hal.
Fatoni, A., Zusfahair dan P. Lestari. 2007. Isolasi dan Karakterisasi Protease
Ekstraseluler dari Bakteri dalam Limbah Cair Tahu. Program Studi Kimia,
Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.
Jurnal Natur Indonesia 10 (2). 6 hal.
Feliatra, I. Efendi dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik
dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi
Pakan Ikan. Jurnal Indonesia 6(2): 75-80. Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universita Riau.
Feng, Y., Shen, D., and W. Song. 2006. Rice endophyte pantoea agglomerans YS19
promotes hoost plant growth and effects allocations of host photosynthates.
Journal Appl. Microbiologi. 100, 938-945.
Ghadin, W. C. Y., Yun, S. T. S., Hsien, K. T., Yi. and S. Li-Hwei. 2003.
Identification of B. pseudomallei by 16S rDNA Sequencing. Sgh
Proceedings. 12(2), 52-55.
Gupta, R., Beg, Q.K., dan Lorenz, P. 2002. Bacterial alkaline proteases: molecular
approaches and industrial application. Appl Microbiol Biotechnol. 59:15-32.
Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antara Kerapatan Dan Morfometrik Lamun
Enhalus acoroides Dengan Substrat Dan Nutrien Di Pulau Sarappo Lompo
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Kab. Pangkep. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Dan
Perikanan,Universitas Hasanuddin, Makassar. 64 hal. (Skripsi).
Hung, P, Q., dan K. Annapurna. 2004. Isolation and Characterization of endophytic
bacteria in soybean (Glicine sp.) Omonrice 12, 92-101.
Hutomo, M. Dan M. H. Azkab. 1997. Peranan Lamun Di Lingkungan Laut
Dangkal. Oseana Vol XII (1) : 13-23.
Holt, J.G., N.R. Krig, P. Sneath, J. Staley, dan S. Williams. 1994. Bergeys Manual
Of Determinative Bacteriology 9th Edition. Lipincott Williams and Wilkins
Company. Philadelphia USA. 546 pp.
Hardhianto, M. D. 2010. Efektifitas Bakteri Pseudomonas sebagai Pengurai Bahan
Organik (Protein, Karbohidrat, Lemak) pada Air Limbah Pembenihan Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp.) Sistem Resirkulasi Tertutup. Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. 75 hal.
Hudzicki, J. 2013. Kirby-Bauer Disk Diffusion Susceptibilty Test Protocol.
Approved standard—9th ed. CLSI document M2-A9. 26:1. Clinical
Laboratory Standards Institute, Wayne, PA. 48 pp.
Irianto, A. dan P. M. Hendrati. 2003. Keragaman Hayati Bakteri Heterotrofik
Aerobik Perairan Pantai Baron, Gunung Kidul, Yogyakarta. Fakultas
Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Jurnal Biodiversitas.
Vol 4 : 80 – 82.
Irma, M. P., R. Hendriani dan S. A. F. Kusuma. 2009. Pencarian Bakteri Tanah
Penghasil Enzim Protease Dari Gunung Gede Cianjur. Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran, Bandung. 13 hal.
Isnansetyo, A., dan Kamei. 2009. Anti- Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) Activity of MC21-B, an Antibacterial Compound Produced
by the Marine Bacterium Pseudoalteromonas phenolica O-BC30T. Int. J.
Antimicrobial Agents 34(2):131-135.
Kawaroe, M. 2009. Perspektif lamun sebagai blue carbon sink di laut. Makalah
disampaikan pada Lokakarya Nasional 1 Pengelolaan Ekosistem Lamun
“Peran Ekosistem Lamun dalam Produktifitas Hayati dan Meregulasi
Perubahan Iklim”. 18 November 2009. PKSPL-IPB, DKP. 35 hal
Khaifin. 2007. Survei Sumberdaya Biologi dan Perikanan Desa Babokerong dan
Baobulak Kabupaten Lembata. Laporan Kegiatan. Yayasan WWF
Indonesia, Solor-Alor Project. Lembata, NTT. 11 hal.
Khanafari, A., M.M. Assadi, and F.A. Fakhr. 2006. Review of prodigiosin,
pigmentation in Serratia marcescens. Biol. Sci. 6:1-13.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Kiswara, W. 1992. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass at
Banten Bay, West Java, Indonesia Fukami, K; U. Simidu and N. TAGA
1981. Fluctuation of the communities of heterotrophic process of
phytoplankton. J. Exp. Biol. Ecol. 5: 175-184
Kurniawan, M. L., M. S. Akbar dan D. Saptorini. 2010. Analisis Kecenderungan
Persebaran Meiofauna Pada Lamun Yang Dipengaruhi Oleh Variabel
Lingkungan (studi Kasus di Pantai Bama, Taman Nasional Baluran,
Situbondo). Jurnal Ilmu Dasar. Departemen Statistika Institut Teknologi 10
November Surabaya. Surabaya : 10 hal.
Kusriningrum, R. S. 2012. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Penerbit Dani Abadi. Surabaya.
Hal 3-5.
Lisdayanti, E. 2013. Potensi Antibakteri Dari Bakteri Asosiasi Lamun(Seagrass)
Dari Pulau Bonebatang Perairan Kota Makassar. Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Makassar.
57 hal. (Skripsi).
Locci, R. 1991. Streptomycetes and Related genera. In Ballows, A., H. G. Truper,
M. Dworkin, W. Horder dan K. H. Schleisfer (Eds). The Prokariotes, A
Handbook on The Biology of Bakteria. Ecophysiology, Isolation,
Identification, Aplication. 2nd edition. Springer – Verlag. New York. 63 pp.
Mano. 2007. Culturable endophytic bacterial flora of the maturing leaves and roots
of rice plants (Oryza sativa) cultivated in a Paddy field. Microbes and
Environment. 22 (2), 175-185.
Marhaeni, B. 2011. Potensi bakteri asosiasi tumbuhan lamun sebagai penghambat
terjadinya biofouling di laut. Disertasi. Sekolah pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 12 hal
Marlida, R., M. A. Suprayudi, Widanarni dan E. Hrris. 2014. Internasional Journal
of Scinences : Basic and Applied Researh (IJSBAR), 16 (1): 364-379.
Massinai, S., A. Haris, E. Lisdayanti, dan B. A. Gosary. 2013. Lamun Pulau
Bonebatang, Kepulauan Spermonde Dan Bakteri Asosiasinya. Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.
Makassar. 40 hal.
Minas, W., J. E. Bailey and W. Duetz. 2001. Streptomycetes in micro-cultures:
Growth, production of secondary metabolites, and storage and retrieval in
the 96-well format. Kluwer Academic Publishers. Zurich. Pp 34-37
Murray, R. K., 2003. Biokimia Harper. Alih bahasa: Andry Hartono. Ed.25, Jakarta:
EGC. Hal 96
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Nascimento, W.C.A. and M.L.L. Martins. 2006. “Studies on stability of protease
from Bacillus sp. and its compatibility with commercial detergent”, Brazilia,
Microbiol, 37, 307-311.
Nugroho, N., B. 1999. Pelatihan Manajemen Produksi dan Teknologi Fermentasi
Untuk Pembuatan Minyak kelapa “Pembuatan Medium Dan Inokulum
Fermentasi”. Direktorat Teknologi Bioindustri, BPP Teknologi, Jakarta.
Lampung. 45 hal.
Nontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 75 hal
Nurzahraeni. 2014. Keragaman Jenis Dan Kondisi Padang Lamun Di Perairan
Pulau Panjang Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin,
Makassar. 68 hal. (Skripsi).
Okay S, Ozdal and M. Kurbanoglu EB, 2012. Characterization Antifungal Activity
and Cell Immobilization of A Chitinase from Serratia marcescens MO-1.
Vol 2 (3) : 239-245
Oktavianti, R., Suryanti dan F. Purwanti. 2014. Kelimpahan Echinodermata Pada
Ekosistem Padang Lamun Di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Vol 3 (4) : 243-249.
Paryati, S.P.Y. 2002. Patogenesis Mastitis Subklinis pada Sapi Perah yang
Disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Makalah Pengantar Falsafah
Sains. Institute Pertanian Bogor. 35 hal
Paskandani, R., Ustadi dan A. Husni. 2014. Isolasi Dan Pemanfaatan Bakteri
Proteolitik Untuk Memperbaiki Kualitas Limbah Cair Pengolahan Bandeng
Presto. J. Manusia Dan Lingkungan,. Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol. 21, No.3
Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid I.
Terjemahan Ratna Siri Hadioetomo. UI Press, Jakarta. 154 hal.
Pereira, S. C., S. D. Amorim, A. F.d. M. Santos and D.d. P. Rodrigues. 2008.
Plesiomonas Shigelloides And Aeromonadaceae Family Pathogens Isolated
From Marine Mammals Of Southern And Southeastern Brazilian Coast.
Universidade Federal do Rio Grande do Sul, Imbé, RS, Brasil. Brazilian
Journal of Microbiology (2008) 39:749-755.
Rao, M.B., Tanksale AM, Ghatge MS, and V.V. Deshpande. 1998. Molecular and
biotechnological aspects of microbial proleases. J.Microbiol.
Mol.Bio.Rev.62:597-635.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. 95 hal.
Ryan, R. P. K., Germaine, A. Franks, D. J., Ryan, D. N. Dowling. 2007. Bacterial
endophytes: recent developments and applications. FEMS Microbiol Lett.
278, 1-9.
Salle, A. J. 1961. Fundamental Principles Of Bacteriology. University of California,
Los Angeles. Fifth edition. 812 hal.
Samrot, A. V. Chandana K, Senthilkumar P, Kumar N, 2011. Optimization of
Prodigiosin Production by Serratia marcescens SU-10 and Evaluation of Its
Bioactivity. International Research Journal of Biotechnology, 2(5):128-133.
Sankaralingan, S., T. Shankar, K. Sendeshkannan, R. Ramasubburayan and S.
Prakash. 2012. Production of Protease From Pseudomonas Sp. by
Immobilization Approach on Different Matrices. Center for Marine Science
and Technology, M.S. University, Tamilnadu, India. European Journal of
Applied Sciences 4 (4): 146-156.
Saylendra, A., D. Firnia. 2013. Bacillus Sp. Dan Pseudomonas Sp. Asal Endofit
Akar Jagung (Zea Mays L.) Yang Berpotensi Sebagai Pemacu Pertumbuhan
Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Banten. Vol. 2 No.1 Hal : 19-27.
Setyati, W. A. Dan Subagyo. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim
Ekstraseluler (Proteolitik, Amilolitik, Lipolitik, dan Selulolitik) yang
Berasal dari Sedimen Kawasan Mangrove. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang. Ilmu Kelautan Vol. 17 (3).
hal. 164-168.
Shofiatul, M. A. 2011. Potensi antibakteri dari bakteri asosiasi tumbuhan lamun
Enhalus sp. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. (Abstrak). Hal 2-3.
Sidharta, B. R. 2000. Pengantar mikrobiologi kelautan. Universitas Atmajaya.
Yogyakarta. 122 hal.
Society for General Microbiology (SGM). 2006. Basic Practical Microbiology (A
Manual). Education Department, SGM, Marlborough House, Basingstoke
Road, UK. 40 hal.
Sudarsono, A. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada Ikan Laut dalam Spesies
Ikan Gindara ( Lepidocibium flavobronneum). Program Studi Teknologi
Hasil Perikanan. IPB. Bogor. Hal 1-12.
Sutiknowati, L. I. 2010. Kelimpahan bakteri fosfat di padang lamun teluk banten.
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. 36(1): 21-35.
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Tim Pengendali Ekosistem Hutan Baluran. 2006. Program Kerja Pengendali
Ekosistem Baluran, Taman Nasional Baluran. 35 hal
Tomascik, T., Mah A. J., Nontji A., and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas. Part Two. The Ecology of Indonesia Series. Volume VIII.
235-243.
Triyanto, A. Isnansetyo, I. D. Prijambada, J. Widada dan A. Tamiawati. 2009.
Isolasi, Karakterisasi dan Uji Infeksi Bakteri Proteolitik Dari Lumpur Hutan
Bakau. Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) XI (1) : 16-24.
Udy, J.W. and W.C. Dennison 1996. Estimating nutrient availability in seagrass
sediment. In: Seagrass Biology: Proceeding of an International Workshop,
Rottnest Island, Western Australia, 25 – 29 January: 163-172.
Velankar, N. K. 1954. Bacteria Isolated From Sea-Water And Marine Mud Off
Mandapam (Gulf Of Mannar And Palk Bay). Proc Indian Sec. Congres,
Januari 1954 : 208 - 228
Watermann, B. 1999. Alternative
future.LimnoMar: 1-6.
antifoulant
techniques
present
and
Waycott, M., McMahon K, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine. 2004. A Guide
to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook University,
Townsville-Queensland-Australia. 65 pp.
Wimbaningrum, R. 2002. Komunitas Lamun di Rataan Terumbu, Pantai Bama,
Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Dasar 4 (1) : 25 – 32.
Wisnubudi, G. Dan E. Wahyuningsih. 2010. Kajian Ekologis Ekosistem
Sumberdaya Lamun Dan Biota Laut Asosiasinya Di Pulau Pramuka, Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu (Tnkps). Fakultas Biologi Universitas
Nasional. 16 hal.
Yuniati, R., T. T. Nugroho, F. Puspita. 2015. Uji Aktivitas Enzim Protease Dari
Isolat Bakteri Bacillus sp. Galur Lokal Riau. Fakultas MIPA, Univ Riau.
JOM FMIPA Vol 1 No.2. 7 hal.
Yusufa, M. H., M. C. Padaga, dan D. A. Octavianie. 2013. Identifikasi Dan Studi
Aktivitas Protease Bacillus Sp Asal Limbah Cair Rumah Potong Ayam
Tradisional Sebagai Kandidat Penghasil Biodeterjen. Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan Program Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya. Malang. 15 hal.
Zahida, D. Dan M. Shovitri. 2013. Isolasi, Karakterisasi dan Potensi Bakteri Aerob
Sebagai Pendegradasi Limbah Organik. Jurnal Sains Dan Seni Pomits,
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS). Surabaya. Vol. 2, No 1. 17 hal
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi
Keterangan : Gambar Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa
Timur. (Sumber : www.google.co.id/maps) [ Diakses pada tanggal
15 Desember 2015].
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Lampiran 2. Data pengukuran kualitas air di perairan Pantai Bama, TN Baluran,
Situbondo, Jawa Timur.
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
SKRIPSI
Lokasi
Kode isolat
Vertical X
St (EA-1)Horizontal
(EA-15)
0x0 meter
EA-1
0x25 meter
EA-2
0x50 meter
EA-3
0x75 meter
EA-4
0x100 meter
EA-5
25x0 meter
EA-6
25x25 meter
EA-7
25x50 meter
EA-8
25x75 meter
EA-9
25x100 meter
EA-10
50x0 meter
EA-11
50x25 meter
EA-12
50x50 meter
EA-13
50x75 meter
EA-14
50x100 meter
EA-15
Rata-rata
Parameter kualitas air
Kecerah Suhu
pH
Salinitas
an (cm) (OC)
(ppt)
100
33,0
7,6
28
100
33,0
7,4
28
100
33,5
7,2
28
100
33,0
7,8
28
100
33,5
7,6
28
100
33,2
7,2
29
100
33,5
7,2
28
100
33,0
7,4
29
100
33,0
7,6
28
100
33,2
7,2
28
100
32,8
7,6
29
100
32,0
7,6
29
100
32,0
7,2
29
100
32,0
7,2
29
100
32,0
7,8
29
100
32,8
7,44
28,47
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Lampiran 3. Gambar Enhalus acoroides
Keterangan : Gambar Enhalus acoroides dewasa (atas) dan tunas (bawah).
(Sumber : dokumentasi pribadi)
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Lampiran 4. Gambar aktivitas bakteri proteolitik (zona bening)
A
B
C
D
Keterangan :
A. Aktivitas proteolitik bakteri dengan kode isolat EA-1 dan EA-2 dari bawah
petri dish.
B. Aktivitas proteolitik bakteri dengan kode isolat EA-1 dan EA-2 dari atas
petri dish.
C. Aktivitas proteolitik bakteri dengan kode isolat EA-9 dan EA-10 dari bawah
petri dish.
D. Aktivitas proteolitik bakteri dengan kode isolat EA-9 dan EA-10 dari atas
petri dish.
(Sumber : dokumentasi pribadi)
\
SKRIPSI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI...
RACHMAT RIZALDI
Download