Edisi 9 Oktober - Desember 2014 IK L HL AS - BER AMA Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat Pipih Latifah, Kepala MI Tembongsari, Bandung Barat, dan tiga perwakilan kepala sekolah menerima hibah buku USAID dari Bupati Abu Bakar, didampingi wakil bupati Yayat T. Soemitra (1 Des 2014). Siswa Mts al-Mukhtariyyah Bandung Barat peragakan peluncuran roket air karyanya. Foto USAID PRIORITAS/Dindin Bupati Bandung Barat: Dengan Budaya Baca yang Baik Siswa Lebih Kritis, Kreatif, dan Berwawasan Di tengah upaya Bandung Barat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, hibah buku dari USAID tentu memiliki arti sangat penting. Sumbangan buku dapat mengangkat semangat para kepala sekolah dan guru untuk menumbuhkan budaya baca di kalangan siswa. Dengan budaya baca yang baik, siswa akan lebih kritis, kreatif, dan berwawasan luas. Demikian dikatakan oleh Bupati Abu Bakar, didampingi Wakil Bupati Yayat Soemitra dan Kepala Disdikpora Agustina Piryanti, saat menerima hibah buku dari USAID di Ngamprah, Bandung Barat (1/12). Bupati, wakil, dan kepala dinas juga berkalikali menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID atas kemitraan dalam program USAID PRIORITAS. Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menyebut literasi merupakan salah satu sasaran program. “Kami membantu sekolah menumbuhkan budaya baca dengan berbagai pendekatan,” kata Erna. [DS] “ Hibah buku dapat membuka wawasan siswa dan sekolah dapat mengembangkan budaya baca yang baik. Kami sangat terbantu membangun SDM yang maju. ” Agustina Piryanti Kepala Disdikpora Bandung Barat Guru Bentuk Kerangka Pikir Siswa Mohamad Rolland Zakaria mengamati proses pembelajaran di SDN Cibabat Mandiri 2 Kota Cimahi (26/11). Foto USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah Perubahan terjadi di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS Kota Cimahi. Peran guru bergeser dari satu-satunya sumber belajar menjadi fasilitator yang tidak hanya ceramah dan guru memberikan stimulasi bagi pembentukan kerangka berpikir anak sebagai peserta didik. Siswa sangat aktif bekerja kelompok dan bersosialisasi menggali ilmu. Sudut baca ada di setiap sekolah, inovasi pendidikan yang bagus untuk meningkatkan budaya-baca di kalangan siswa. Itulah penilaian umum Mohamad Rolland Zakaria, Analis Pemetaan Mutu Pendidikan Dasar (PPMP) Kemendikbud RI dan Ai Rosilah, widyaiswara Lembaga Prnjsminsn Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat, seusai peninjauan sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kota Cimahi (29/11). “Guru tidak banyak bicara, cukup satu instruksi, dan siswa diberi kesempatan luas untuk berkreasi,” tutur Ai Rosilah. Ai Rosilah juga mengharapkan keberlanjutan program agar komitmen kemajuan sekolah terpelihara dan sekolah terus bersemangat maju. [IR/DS] keun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. Kabar Utama Bukan Sekadar Membaca Untuk mengukur tingkat kemampuan anak dalam membaca, USAID PRIORITAS menggunakan EGRA (Early Grade Reading Assessment). Instrumen EGRA dikemas dan dikondisikan sesuai konteks Indonesia untuk mencoba mengukur kemampuan anak dalam hal mengucapkan huruf, menyebutkan kata baik yang ada artinya ataupun yang tidak ada artinya, membaca dengan pemahaman, dan menyimak cerita. “EGRA dikemas berbentuk protokol dalam program tangerine dan menjadi panduan asesor dalam melaksanakan asesmen. Alat yang digunakan untuk asesmen adalah tablet,” jelas Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jabar. “Umumnya, siswa-siswa di Jawa Barat mengucapkan bunyi yang sama untuk huruf f, p, dan v, juga z dan j,” ujar Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS Jabar.Yeti juga menemukan pada umumnya siswa sampel di Jabar sudah mampu membaca kata dengan benar dan cepat. “Hanya saja, ketika disodorkan kata-kata yang tidak ada artinya, mereka kadang-kadang keseleo Showcase Usai asesmen, siswa SDN 2 Rajamandalakulon, Cipatat, Bandung Barat, tampak asyik menggambar dan bercerita. mengucapkanny a menjadi kata bermakna. Contohnya, kata 'ruham' sering dibaca 'rumah',” papar Yeti. Makin, staf USAID PRIORITAS Jabar, mengungkapkan Foto USAID PRIORITAS/Asep Iryanto rata-rata putraputri Jawa Barat menjawab benar untuk pertanyaan tekstual (pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks). Namun, ketika disodorkan pertanyaan inferensial, mereka masih tampak bingung sehingga lambat menjawab atau bahkan tidak menjawab. “Dengan demikian, tampaknya, putra putri kita harus lebih sering diajak membaca teks pemahaman,” saran Makin. Erna Irnawati mengatakan bahwa data ini menjadi catatan penting bagi program pelatihan guru USAID PRIORITAS. “Membaca tampaknya perlu mendapat perhatian guru lebih besar. Guru perlu didampingi untuk mencoba lebih banyak mengajak siswa memahami teks bacaan,” ucapnya. “Jadi, lebih dari sekadar mengajarkan membaca harfiah, guru perlu didorong menanamkan pemahaman membaca,” tambahnya. Tahun ini EGRA dilaksanakan di tiga daerah mitra USAID, yakni Cimahi, Ciamis, dan Bandung Barat. [DS] Distribusi Guru Harus Bebas dari Intervensi Politik Rasio guru-murid tingkat Jawa Barat itu sudah mewah. Namun, rasio antarmata pelajaran, antarkabupaten dan kota, dan rasio di daerah terpencil masih menjadi masalah. Dalam hal inilah Jawa Barat masih membutuhkan program penataan dan pemerataan guru (PPG) sebagai solusi masalah distribusi guru. Demikian dikatakan oleh Wahyuddin Zarkasyi, kepala Disdikbud Jawa Barat, pada lokakarya Analisis Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru Bandung (25/11). Lokakarya diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS bekerja sama dengan empat daerah mitra kohor dua, yaitu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kuningan. Lokakarya tersebut diikuti 40 staf dinas pendidikan, badan kepegawaian daerah, dan Kementerian Agama dari empat daerah mitra. Lokakarya analisis kebijakan ini merupakan lanjutan dari lokakarya analisis data bulan September 2014. Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menyampaikan bahwa upaya penataan guru di daerah perlu didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, dan demografis. “Setelah analisis data, perlu dilakukan telaah kebijakan untuk menemukan 2 alternatif kebijakan yang paling relevan dengan data daerah,” jelas Erna. Menurut dia, lokakarya ini disediakan untuk merumuskan isu strategis, kebijakan yang tepat, dan langkah-langkah perumusan kebijakan itu sendiri. “Kita sebaiknya menempuh langkah kebijakan yang paling efektif untuk penataan guru,” tuturnya. Pada lokakarya ini, Wahyuddin juga berdialog dengan pemerintah daerah mengenai 'romantika' penataan guru di daerah. Dia mengatakan, pengalaman penataan guru mengajarkan ketidakberdayaan pemerintah menghadapi intervensi politik dari para pemimpin dan pejabat daerah yang tidak mengerti pendidikan. Termasuk hambatan yang biasa dihadapi adalah guru yang “acting,” yakni datang mengiba, menolak, atau meminta mutasi. “Kita harus siap menghadapi romantika semacam itu dengan sikap bijak,” ujar Wahyuddin. Karena itulah, lokakarya tersebut mencoba mengajak peserta belajar dari sejumlah pengalaman penataan guru di berbagai daerah. Rudi Sopiana, spesialis tata kelola dan manajemen USAID PRIORITAS Jabar, mengatakan, “Kita mencoba mengembangkan kerangka kebijakan yang berdasarkan pada pengalaman praktis.” Apas, Kasubag Kepegawaian Disdik Kab. Bekasi, mengaku bahwa Bekasi belum ideal dalam hal distribusi guru. Maka, Bekasi sangat membutuhkan program penataan dan pemerataan guru. “Untuk keberhasilan PPG diperlukan dukungan politis, kesepahaman segenap pihak, dan kerelaan guru untuk mengikuti program penataan,” ujar Apas. Sarka, Kabid Diksar Disdik Cirebon, mengatakan bahwa Cirebon melakukan penataan dan pemerataan guru demi mengatasi keterbatasan guru. “Cirebon kekurangan 3.718 guru SD dan 1.345 guru SMP. Kami ingin guru yang terbatas ini kiranya merata dan berkualitas,” ujar Sarka. Hal ini diamini oleh Akhmad Juhana, Sekdis Kab. Tasikmalaya, yang juga menjelaskan angka kekurangan guru. Lebih jauh, Kuningan mulai menimang alternatif kebijakan penataan guru yang bisa ditempuh. “Menimbang data-data keguruan, kami mulai berpikir untuk mencoba guru kelas-rangkap dan mobile teacher,” ungkap Dedi Supardi, Sekdis Kuningan. Meskipun demikian, Dedi mengungkapkan adanya kemungkinan surplus guru karena maraknya perguruan tinggi keguruan di Kuningan. [DS] Nomor 9 Kabar Utama Bagi Guru, Inovasi Sebuah Keniscayaan “Saya merasa berhasil melakukan inovasi pembelajaran karena dua hal. Pertama, kami melakukan persiapan matang hingga larut malam. Kedua, kami bekerja secara tim sehingga bisa saling melengkapi dan mengingatkan secara sinergis.” Demikian dikatakan oleh Dessy Damayanti, guru bahasa Indonesia SMP Lab UPI Bandung setelah melakukan praktik mengajar di SMP 12 Kota Bandung (31/10). Praktik mengajar merupakan bagian penting dari rangkaian pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran di SD dan SMP. Foto USAID PRIORITAS/Chaerul Rochman Merancang skenario pembelajaran inovatif lebih mudah dilakukan dalam tim.. Pelatihan ini diikuti 70 guru dari sekolah binaan UPI (SDN Gegerkalong, SDN Isola, SDN Cirateum, SDN Kayuambon 1, SDN Sukarasa 3-4, SD Lab UPI, SMPN 12 Bandung, SMPN 3 Lembang, dan SMP Lab UPI. “Kami bekerja sama dengan UPI untuk meningkatkan kapasitas sekolah dalam hal pembelajaran dan manajemen. Kali ini guru-guru dilatih guna meningkatkan mutu proses pembelajaran dan proses evaluasinya,” ujar Erna Irnawati, koordinator PRIORITAS Jabar. Chaerul Rochman, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan, pelatihan ini difokuskan pada cara mengelola pembelajaran secara efektif, memahami kurikulum, merumuskan pertanyaan tingkat tinggi dan mengembangkan penilaian autentik. “Tadinya saya apriori dengan kurikulum 2013. Kesannya K-13 itu merepotkan dan berat penerapannya. Tapi, setelah ikut pelatihan ini, ternyata mata saya mulai terbuka mengenai K-13. Saya kini yakin bisa menerapkan K-13 setahap demi setahap,” kata Sapto Utami dari SDN 1 Kayuambon. “Saya puas melihat para siswa tampak senang dan sangat antusias. Pada refleksi, siswa menyatakan ingin belajar seperti ini lagi,” ujar Tuti Kustami, SMPN 12 Bandung. “Pada awalnya agak sulit memancing siswa 'menanya'. Setelah ada salah seorang siswa yang bertanya, siswa lain berani mengajukan pertanyaan. Akhirnya 5-M pendekatan saintifik terwujud semua,” Wiwin Sriwulan, guru IPA SMP Lab UPI. “Anak-anak tampak antusias melakukan pengamatan di luar kelas. Lingkungan sekolah menjadi sumber belajar yang menggiatkan anak-anak. Mereka terkesan dengan tahap-tahap pembelajaran. Semua siswa tampak aktif belajar mengamati,” Enung Rini Riani, guru bahasa Inggris SMPN 3 Lembang. “Pemajangan karya siswa membuat siswa merasa dihargai. Dari praktik mengajar, kami bisa membayangkan upaya kreatif apa yang perlu dilakukan ke depan,” tegas Dwi Haryanto, guru Matematika SMP Lab UPI. [DS] Siswa Butuh Perlakuan yang Sesuai “Sebagai guru, saya harus lebih memahami karakteristik siswa agar cara saya memperlakukan siswa dan memberi tugas sesuai dengan karakteristik siswa. Pelatihan ini mengajarkan, siswa itu harus diperlakukan beda sesuai kebutuhannya. Demikian dikatakan oleh Siska Sri Ratna Dewi, guru MIN II Margaasih, Kota Bandung, peserta pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran di MI dan MTs yang diselenggarakan USAID PRIORITAS bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pelatihan ini diikuti 75 orang guru madrasah mitra UIN (MIN I Cicendo, MIN II Margaasih, MI Al-Misbah, MI Abdurrahman, MI Miftahul Falah, MI Nailussibyan, MTsN II Cicaheum, MTs Kifayatul Ahyar, dan MTs Ar-Rosyidiyyah). Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan, “Peserta didorong untuk melayani perbedaan individu, memperhatikan aspek gender, dan mendorong literasi lintas kurikulum.” Mengenai nilai penting perlakuan berbeda terhadap siswa, Siti Shoimatun, guru di MTs Kifayatul Akhyar, juga mengakui sebagai inspirasi penting dari pelatihan ini. “Siswa tidak boleh Oktober - Desember 2014 disamaratakan,” ujar Siti. Ia juga mengaku mendapat pencerahan dari pelatihan ini sehingga merasa lebih pasti tentang apa yang perlu dilakukan dalam mengajar. Aan Nurjanah, guru di MTsN 2 Kota Bandung, berkomitmen untuk menerapkan hasil pelatihan demi kemajuan para siswa. “Saya akan mengembangkan sendiri lembar Foto USAID PRIORITAS/Dindin Percobaan sains, siswa MI Al-Misbah meneteskan obat merah ke air mineral. kerja yang menantang siswa berpikir kreatif,” janji Aan. Niat membuat lembar kerja siswa (LKS) yang baik juga ditegaskan oleh Fitria Zamzam, guru di MTs Arrosyidiyyah. Bahkan, ia berniat merumuskan ulang RPP. “Saya akan merevisi dan memodofikasi semua yang pernah saya buat,” ungkap Fitria. “Pembahasan tentang lembar kerja membuat saya lebih paham jenis pertanyaan atau tugas yang produktif dan membuat siswa kreatif,” kata Sutono, guru di MIN 1 Cicendo. “Saya kini dapat mengategorikan bentuk-bentuk pertanyaan tingkat tinggi,” tambah Sutono, sambil menegaskan bahwa LK yang baik dapat memajukan siswa madrasah. Tekad memajukan siswa juga dikemukakan oleh Nana Suryana, guru di MTs Ar-Rosyidiyyah, Cibiru. “Saya punya komitmen untuk mengamalkan hasil pelatihan demi kemajuan siswa,” ucap Nana. Ia berharap alumni pelatihan dapat terus berkomunikasi dalam MGMP, tempat ia biasa berdiskusi mengenai pengelolaan pembelajaran yang baik. Ketika praktik mengajar (12/11), para peserta pelatihan merasakan kemajuan. “Semua anak antusias ikut aktif dan tampak senang,” ujar Sri Yanuar Rahayu, guru MI Al-Misbah, Cipadung. Sri mengaku memang masih ada anak kelas awal yang belum bisa membaca. “Dari pelatihan ini, saya mendapat inspirasi merencanakan pembelajaran yang merangsang anak gemar membaca,” jelasnya. [DS] 3 Kabar Daerah Guru Alami Lompatan Profesional Showcase Juhro mengapresiasi berbagai kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS. “Hasilnya, para guru mengalami kemajuan penting secara profesional,” katanya. Rondang Okinda, pengawas SMP 1 dan 3 Cipatat yang menjadi mitra USAID PRIORITAS, menyampaikan kesannya terhadap program USAID PRIORITAS. “Kesan awal saya memang agak kurang baik karena lebih berbau seremonial,” katanya terus terang. Setelah melihat perkembangan guru dan sekolah yang dilatih oleh USAID PRIORITAS, Rondang menyadari kekeliruan penilaiannya selama ini. “Saya melihat banyak manfaat diperoleh guru, kepala sekolah, dan pengawas selepas berbagai kegiatan USAID PRIORITAS,” papar Rondang. Rondang pun melihat guru tampak Pelaksanakan paket pelatihan modul dua di Kabupaten Bandung Barat dilaksanakan bulan Oktober-November 2014. Juhro Hamdan, Kabid SD Disdikpora Bandung Barat, mengatakan, “Kegiatan yang dilaksanakan USAID PRIORITAS sangat membantu dinas pendidikan dalam mengakselerasi peningkatan kualitas jenjang pendidikan dasar di Kabupaten Bandung Barat.” Juhro berharap, walau hanya dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu Cihampelas dan Cipatat, kegiatan tersebut diharapkan dapat berimbas pada kecamatan lainnya. “Dengan demikian, citacita yang terkandung dalam visi dan misi Kabupaten Bandung Barat, terutama yang terkait dengan ranah pendidikan, akan dapat segera terwujud,” tutur Juhro. Kanan: Guru tampak asyik praktik mengajar dan siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran. Kiri: Siswa membubuhkan feedback terhadap hasil kerja kelompok lain sambil mereka juga ‘belajar’ dari hasil kerja kelompok lain. Foto PEMDA BANDUNG BARAT/Humas senang dan semangat dalam mengajar. Kemampuan siswa pun tereksplorasi dengan sempurna. Karena itu, ia menyarankan para peserta mengikuti kegiatan PRIORITAS sampai tuntas. Selama pelatihan, para guru menyusun desain pembelajaran dan kemudian mempraktikkannya secara langsung di sekolah. Mereka menyusun RPP, rubrik penilaian, dan lembar kerja. Mereka melakukan simulasi pembelajaran secara peer teaching. Esok harinya mereka melakukan praktik mengajar secara langsung dengan siswa nyata di kelas. Peserta bertekad akan mengimplementasikan keterampilan mengajar yang diperolehnya dalam proses pembelajaran mata pelajaran masingmasing. “Untuk menjaga dampak pelatihan, USAID PRIORITAS memprogramkan kegiatan pendampingan menjadi program lanjutan setelah pelatihan ini,” tutur Asep Iryanto, district coordinator Kabupaten Bandung Barat yang menjadi penanggung jawab kegiatan. [Humas KBB]. Kolaborasi Dosen-Guru dalam PTK Saling Menguntungkan USAID PRIORITAS Jawa Barat bekerja sama dengan UPI, UIN, dan sekolah binaan UPI/UIN menyelenggarakan lokakarya Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) (19-21/12). Lokakarya ini merupakan kelanjutan lokakarya pendahuluan yang dilaksanakan di Yogyakarta (22-24/10). Berlangsung di hotel Horison, Bandung, lokakarya ini fokus pada empat topik, yaitu (1) literasi bahasa SD, (2) literasi bahasa SMP, (3) literasi matematika MTs, dan (4) literasi Sains Mts. Lokakarya diikuti oleh 16 orang, terdiri atas delapan orang dosen UPI/UIN dan Foto USAID PRIORITAS/Dindin delapan orang Merumuskan masalah PTK, memilah guru dari SDN antara 'tindakan' dan 'hasil tindakan'. Sukarasa, SMP 4 Lab UPI, dan MTsN 2 Bandung. “Peserta terbagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok terdiri atas dua orang dosen dan dua orang guru dan fokus pada salah satu dari empat topik di atas,” jelas Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat. Khaeruddin Kurniawan, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat, mengatakan, “Para dosen dan guru berkolaborasi dalam kelompoknya merancang sebuah penelitian tindakan. Setiap kelompok diharapkan menghasilkan skenario dan instrumen penelitian, baik pengamatan maupun pengukuran, yang akan diimplementasikan di sekolah mitra untuk kegiatan siklus 1.” Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jabar, menjelaskan bahwa hasil siklus 1 nanti akan ditindaklanjuti pada lokakarya II yang akan dilaksanakan tanggal 26-28 Januari 2015 dan selanjutnya sampai dengan workshop III pada 6-8 April 2015. “Hasil PTK ini akan diseminarkan secara nasional pada bulan Mei 2015 bersama mitra USAID di tujuh provinsi, meliputi Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat , Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan,” urai Erna. Tatat Hartati, Ph.D, dosen di UPI Bandung, menaruh apresiasi terhadap lokakarya PTK ini. “Dukungan yang sangat berharga dari USAID dengan segala fasilitasnya dapat meningkatkan budaya meneliti para guru dan dosen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujar Tatat. Hal senada disampaikan Tendi Setiadi, guru di MTsN 2 Kota Bandung. Menurutnya, lokakarya ini memiliki arti penting bagi peningkatan mutu proses pembelajaran yang akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pendidikan. “Bagi madrasah, PTK merupakan strategi efektif meningkatkan kualitas proses belajar,” ucapnya. Bagi UPI, lokakarya ini dan praktik KAR di sekolah tentu memperkaya materi perkuliahan.[KK/DS] Nomor 9 Kabar Daerah Kepala Sekolah Bukan Sekadar Manajer Kepala sekolah itu lebih dari sekadar manajer sekolah secara administratif. Ia merupakan pemimpin pembelajaran (instructional leader). Gaya kepemimpinan, fokus perhatian, dan segala kebijakan yang ditempuh seorang kepala sekolah harus bermuara pada kualitas pembelajaran. Itulah pemahaman baru yang mengemuka dari para kepala sekolah yang mengikuti lokakarya manajemen sekolah di Hotel De Java, Bandung (4-5/12). Workshop yang merupakan kerja sama USAID PRIORITAS dan UPI Bandung ini diikuti oleh 40 kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dari sembilan sekolah lab dan binaan UPI Bandung tingkat SD dan SMP. Mereka berasal dari enam SD (SDN Gegerkalong, SDN Isola, SDN Cirateum, SDN Kayuambon 1, SDN Sukarasa 3-4, dan SD Lab UPI) serta tiga SMP (SMPN 12 Bandung, SMPN 3 Lembang, dan SMP Lab UPI). “Kami gembira mendengar pernyataan para peserta yang tampak memahami benar arah pelatihan manajemen sekolah ini,” ujar Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, mengamini testimoni para kepala sekolah soal peranan mereka sebagai pemimpin pembelajaran. Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan bahwa pelatihan ini difokuskan pada keterampilan praktis tata kelola sekolah yang mendukung kualitas pembelajaran. “Kepala sekolah, guru, komite, dan setiap pihak di sekolah hendaknya berkomitmen mendukung pembelajaran yang baik,” ujarnya. “Saat menyusun anggaran, kami terkadang terlalu sibuk memikirkan sarana fisik. Pelatihan ini mengajarkan saya untuk memberikan prioritas pada mata anggaran yang secara langsung mendukung pembelajaran,” kata Ade Sunarsah dari SDN 1 Kayuambon, Lembang. Hal ini juga dikuatkan oleh Yusuf Suparlan dari SMPN 3 Lembang yang menilai di situlah letak penting pelatihan ini. “Untuk mampu mengajar secara kreatif, guru perlu mendapat dukungan anggaran yang cukup untuk kebutuhan ATK dan pengembangan alat peraga,” ujar Eroh Sahroyani dari SMPN 12 Bandung. Sementara itu, Parid Hidayat dari SDN Gegerkalong, Bandung mulai membidik peluang komite sekolah untuk turut mendukung kualitas pembelajaran. “Pelatihan ini mengungkap banyak hal yang bisa dilakukan komite sekolah untuk menunjang kreativitas guru,” katanya. “Para peserta ini adalah pimpinan sekolah mitra UPI sehingga kami ingin sekolahsekolah binaan ini mengalami kemajuan penting dengan sentuhan manajemen yang kondusif bagi pembelajaran,” kata Yulia Rahmawati, dosen UPI Bandung, yang memfasilitasi lokakarya ini. [DS] Arah Baru Manajemen Madrasah Pengelolaan madrasah perlu lebih bergeser ke arah pembelajaran daripada sekadar urusan administrasi dan sarana/prasarana. Para pihak yang terlibat dalam pengelolaan madrasah sudah waktunya memokuskan perhatian mereka pada upaya mendukung pembelajaran yang berkualitas. Kepala madrasah tentu saja memegang peranan kunci dalam hal ini. Demikian terungkap kesepahaman umum para kepala madrasah yang mengikuti lokakarya manajemen sekolah di hotel The Park, Bandung (24-25/12). Workshop yang merupakan kerjasama USAID PRIORITAS dan UIN Bandung ini diikuti oleh 40 orang kepala madrasah, guru, dan komite sekolah dari sembilan sekolah lab dan binaan UIN Bandung tingkat MI dan MTs. Mereka berasal dari enam MI (MIN I Cicendo Bandung, MIN II Margasari Bandung, MI Al-Misbah Cipadung, MI Abdurrahman Bandung, MI Miftahul Falah Bandung, dan MI Nailussibyan, Bandung) dan tiga MTs (MTsN 2 Bandung, MTs Kifayatul Akhyar, dan MTs Ar-Rosyidiyyah Bandung). “Sudah terjadi pergeseran Oktober - Desember 2014 pemahaman di kalangan kepala madrasah bahwa mereka menjadi Foto USAID PRIORITAS/Dindin kunci kualitas Merancang beragam upaya madrasah dalam pengembangan budaya baca sesuai pembelajaran di dengan potensi madrasah masing-masing. madrasahnya. Sebagai kunci, gaya dan kesadaran di kalangan kepala madrasah orientasi kepemimpinan kepala madrasah mengenai perlunya memberikan dukungan sangat menentukan arah perhatian para ATK dan peralatan yang memadai bagi pihak pengelola madrasah,” ujar Erna guru. Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS “Agar guru mampu mengajar secara Jawa Barat. Erna juga menyebut, dalam kreatif, kami perlu mengalokasikan teori pendidikan, kepemimipinan kepala anggaran yang cukup untuk kebutuhan sekolah semacam itu dikenal dengan ATK dan pengembangan alat peraga,” ujar kepemimpinan pembelajaran (instructional Kurniawan, komite madrasah MTsN 2 leadership). Kota Bandung. “Komite madrasah “Pelatihan ini mengajarkan saya untuk menemukan banyak celah untuk memprioritaskan mata anggaran yang menopang kreativitas guru,” kata Nana secara langsung mendukung Suryana, komite madrasah MTs Arpembelajaran,” kata Irma Agustina, MI Rosyidiyyah, Kota Bandung. Abdurrahman, Kota Bandung. Hal senada “Bila madrasah mitra sudah disampaikan oleh Hayat Sudrajat, MTs mengalami kemajuan, diharapkan mereka Kifayatul Ahyar, Kota Bandung, yang akan menularkan pengalaman ke mengaku mendapat banyak inspirasi dari madrasah-madrasah non-mitra di wilayah pelatihan. Jawa Barat,” harap Yudi Dirgantara, dosen Pada pelatihan ini juga muncul UIN Sunan Gunung Djati Bandung. [DS]. 5 Praktik yang Baik Balap Karung Media Asah Terampil MenulisShowcase yang ditiup Bu Ida sebagai tanda lomba balap karung dimulai. Begitu peluit dibunyikan, dua murid itu pun adu cepat menuju garis finis yang diiringi tepukan dan riuh-rendah teriakan teman-temannya. memberi semangat. Sekilas seperti main-main, namun ternyata kegiatan itu merupakan media yang dipergunakan oleh Ibu Ida Nurhayati, guru kelas II di SDN Maroko, Cihampelas, Kab. Bandung Barat, untuk menggali dan melatih kompetensi menulis muridmuridnya. Melalui Foto USAID PRIORITAS/Dindin kegiatan nyata dan Kembangkan minat akademik menulis dalam keceriaan permainan rakyat pengalaman Ada kegiatan istimewa di kelas II pagi itu. Suara tepuk tangan murid-murid bersahut dengan teriakan penggugah semangat. Dua murid dengan setengah badannya dimasukkan ke dalam karung berkonsentrasi menunggu bunyi peluit pengalaman langsung, murid diajak mengenal dan menyusun teks cerita narasi sederhana tentang bermain dan kegiatan seharihari. Foto USAID PRIORITAS/Dindin Balap Penuh senyum, penuh tawa, penuh makna. karung biasanya hanya dimainkan sekali setahun saat perayaan HUT kemerdekaan RI. Namun, di tangan guru kreatif seperti Bu Ida, balap karung menjadi ice breaker sekaligus media pembelajaran yang menyenangkan dan sangat efektif dalam mengembangkan kompetensi menulis murid. [SMD]. Catatan Pendampingan Lilis Saidah Kuningan Wow, Semua Aktif, Kreatif, Berdedikasi Sebagai fasilitator daerah, saya bertugas mendampingi empat sekolah, yaitu SMPN 1 Sindangagung, SMPN 1 Garawangi, SMPN 2 Garawangi, dan MTsN Sindangsari. Wow… Itulah kata yang pertama saya ucapkan sebagai Fasda. Kenapa seru? Berbagai macam aktifitas dan kreatifitas guru membuat saya kagum. Dengan dukungan kepala sekolah, guru-guru tampak sangat antusias menerapkan hasil pelatihan. Sepanjang pengamatan proses pembelajaran, hampir semua guru sudah bisa menerapkan hasil pelatihan. Siswa tampak aktif bekerjasama dan berdiskusi dalam kelompok. Guru tampak tidak banyak bicara. Ia mendampingi setiap kelompok dan selalu siap membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Saya acungkan jempol kepada 6 guru-guru yang mau berubah dan mau meningkatkan kinerja. Ikhlas, bertanggung jawab, dan selalu berpikiran baik, buahnya akan baik pula. Saat refleksi usai pembelajaran, guru-guru dan kepala sekolah berbagi Foto USAID PRIORITAS/AS Bahri pengalaman dan mencari solusi Presentasi karya siswa di SMPN 1 Sindangagung untuk setiap kendala. Aktifitas pendampingan b. Apakah sudah memuat meliputi: Literasi, Baca Cerita lalu Tanggapi Isi dantingkat Hikmahnya pertanyaan tinggi baik 1. Memimpin pertemuan MGMP yang tertuang dalam LK untuk guru sekolah mitra; maupun bagian Evaluasi? 2. Berkunjung ke sekolah sesuai 2. Praktek Pembelajaran meliputi: kesepakatan dengan guru a. Implementasi pembelajaran terdamping untuk menyaksikan kontekstual, pembelajaran yang sudah b. Model-model Pembelajaran, disiapkan. c. Pengelolaan kelas 3. Melakukan refleksi tentang 3. Karya siswa dan guru pembelajaran yang didampingi. a. Hasil karya peserta didik Fokus pendampingan meliputi: yang terpajang atau di 1. RPP portofolio a. Pada langkah kegiatan, apakah b. LK, media, dan alat peraga sudah mencerminkan RPP yang inovatif. [] kontekstual? Nomor 9 Praktik yang Baik Implementasi PPG Jamin Mutu, Karir, dan Kesejahteraan Guru pengembangan profesi yang berkelanjutan. Masalah penataan dan pemerataan guru yang paling dirasakan berat adalah guru sendiri, yakni guru yang minta mutasi dari daerah terpencil dan guru yang tidak mau dimutasi ke daerah yang membutuhkan. Tatkala terbit kebijakan pemerintah pusat mengenai penataan dan pemerataan guru, kami melihat itu sebagai peluang kemaslahatan guru. Karir berarti dengan terpenuhinya beban mengajar 24 jam, karir kepangkatan dan jabatan guru tidak akan terhambat. Kesejahteraan terkait dengan tunjangan profesi guru. Walaupun tujuannya sangat baik, implementasi program penataan dan pemerataan guru tidak lepas dari berbagai Terbitnya SKB 5 Menteri pada tahun 2011 tentang penataan tantangan dan kendala di lapangan. Salah satunya disebabkan oleh dan pemerataan guru (PNS) kebiasaan guru-guru yang sekian direspons cepat oleh kabupaten lama terjadi di lapangan. Ciamis melalui terbitnya Peraturan Bupati Nomor 08 Karena itu, beberapa strategi Tahun 2012 tentang Pelaksanaan dinas untuk menyukseskan Penataan dan Pemerataan Pegawai program ini meliputi: Negeri Sipil di lingkungan Pemkab Road show selama 4 bulan Ciamis. Ini lalu disusul dengan (2012) ke seluruh UPTD, terbitnya SK Bupati Ciamis seluruh kepala sekolah semua tentang pembentukan tim jenjang bersama dengan disdik, penataan dan perumus kebutuhan BKDD dan DPRD (komisi IV). PNS yang diarsiteki oleh Badan Membuat kriteria pemetaan Kepegawaian Daerah, SKPD dan pemerataan guru untuk terkait yang mencakup dinas menentukan peringkat dengan pendidikan. matrik bobot. Menyusun produk hukum Tujuan terpenting Pemkab dengan mendorong membuat Ciamis dalam rangka penataan PERBUP No. 8 Tahun 2012. dan pemerataan PNS, khususnya guru, adalah menjamin mutu, karir, Menetapkan tim teknis disdik dari unsur dikdas, dikmen, dan kesejahteraan. kepegawaian, dan pengawas Mutu artinya guru dapat sebagai fungsi manajerial dan melaksanakan penilaian kinerja akademik pada sekolahnya. guru, pengembangan diri, dan KRITERIA KRITERIA Penilain kinerja guru Kualifikasi pendidikan sesuai dengan Kualifikasi pendidikan sesuai mata pelajaran yang diampu dengan mata pelajaran yang diampu Oktober - Desember 2014 Melalui proses yang cukup panjang, dengan pendekatan yang tepat, tidak grasak-grusuk, tidak sedikit guru PNS dengan sukarela mengajukan diri untuk dipetakan. Tumbuh kesadaran, dengan menata dan memeratakan diri, mutu, karir, dan kesejahteraan guru lebih terjamin. Sukiman Kasi Mutendik Disdikbud Ciamis SKOR BOBOT SKOR 0 0 Penilaian kinerja guru Adapun yang menjadi kriteria pemetaan adalah: 1. Sekolah yang gurunya banyak, 2. Guru banyak murid sedikit, 3. Guru sedikit murid banyak, 4. Guru sedikit murid sedikit. Tim perumus memperhitungkan antara rombel, jumlah siswa, dan keadaan guru permapel. Karyono Perhitungan itu melahirkan nama-nama yang akan dipetakan. Hasil matrik perhitungan dibagikan. Hasil perhitungan kemudian dianalisis oleh Tim perumus. Ada guru yang tidak jadi dipetakan karena yang bersangkutan punya keahlian khusus dan sangat dibutuhkan oleh sekolah tersebut, seperti pelatih olah raga dan pembina pramuka. Hasil perthitungan diusulkan ke BKDD untuk ditetapkan SK mutasinya. Buruk Buruk = D3 = D3 25 25 Kurang Kurang S1/D4 S1/D4 tidak linier tidak linier 50 75 Cukup Baik 50 Kurang S1/D4 S1/D4 linier linier 75 100 BOBOT 100 Baik Amat Baik Amat Baik 25 = S2 tidak = S2 linier 20 = S2 linier tidak linier = S2 linier 25 20 Contoh Matrik Bobot untuk menentukan peringkat 7 Praktik yang Baik Alih-fungsi, Lebih Dekat dengan Siswa Saya dan semua guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SD diundang oleh Bagian Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar Disdikpora Kota Cimahi. Undangan ini terkait dengan pemberlakuan Kurikulum 2013. Sesuai dengan semangat K-13, mata pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di sekolah dasar. Sementara itu, guru kelas lebih banyak dibutuhkan karena banyak sekolah kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa Inggris lalu ditawari untuk menjadi guru kelas secara sukarela dengan syarat mengikuti PLPG atau S1 kedua. Saya merasa tertantang untuk menjadi wali kelas. Saya ingin belajar memahami manajemen kelas dan mengenal murid di kelas dengan lebih baik. Sebagai alumni S1 Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada mata pelajaran dan kurang menguasai kelas. Tawaran mengikuti PLPG atau studi S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi karir saya sebagai guru. Tawaran pemerintah saya sambut dengan senang hati. Disdikpora Kota Cimahi lalu mengurus mutasi saya dan guru-guru lain dari guru mata pelajaran Bahasa Inggris menjadi guru kelas di SD. Ini kemudian diperkuat dengan terbitnya Showcase SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi ini. Bertugas menjadi guru kelas merupakan pengalaman menarik. Alihfungsi ternyata melibatkan alih-budaya juga. Kedekatan dengan murid lebih terasa. Biasanya bertemu siswa hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang setiap hari bertemu. Secara administrasi pun lebih banyak hal harus dikerjaakan guru kelas dibandingkan ketika menjadi guru bidang studi Bahasa Inggris. Alhasil, alih-fungsi ini ternyata membawa hikmah penting dari segi kepuasan pribadi, peluang karir, dan kemajuan pendidikan. Dengan alih-fungsi, kewajiban jam-mengajar sesuai tuntutan sertifikasi pun terpenuhi. Bagi sekolah kebutuhan guru kelas juga terpenuhi. Kelebihan guru mata pelajaran di Kota Cimahi pun teratasi. [Pri] Foto USAID PRIORITAS/Pribadi Lebih asyik belajar dalam suasana baru dengan wali kelas yang baru. Budaya-Baca di MTsN Sukasari, Kota Cimahi Libatkan Segenap Sivitas Madrasah Kerendahan minat baca siswa MTsN Sukasari, Cimahi, menjadi pelecut bagi Rudaya, kepala madrasah, untuk membuat terobosan. Dalam keyakinan atas nilai penting minat baca bagi generasi bangsa, ia segera bermusyawarah dengan guru dan komite sekolah. Rembugan inipun kemudian membuahkan hasil penting. Semua sepakat untuk mendorong minat baca melalui serangkaian langkah. Dibentuk tim pengembang minat baca yang solid dan bekerja keras; Segenap sivitas madrasah didorong memiliki keinginan yang kuat dan usaha sungguh-sungguh untuk membaca; Dibuat program wajib-baca di madrasah. Secara terjadwal setiap istirahat pertama hari Senin-Kamis dan secara tidak terjadwal setiap waktu luang; Perpustakaan berbenah. Penataan 8 perpustakaan dirancang semenarik mungkin sehingga pengunjung merasa nyaman dan bergairah membaca; Membuat pojok-baca sederhana di dalam ruang kelas. Disediakan bahan bacaan yang rekreatif dan menghibur guna mengurangi rasa jenuh; Pojok-baca membentuk suasana lingkungan kondusif untuk membaca Foto USAID PRIORITAS/Pribadi Menambah koleksi buku secara periodik baik untuk perpustakaan maupun untuk pojok-baca guna memperkaya keragaman bahan bacaan; Setiap guru mengajak siswa belajar langsung di perpustakaan sekurangkurangnya sekali dalam satu bulan; Siswa diberi tugas membaca per pekan dan ditagih hasil bacaannya; Siswa diberi tugas membuat resensi buku; Memberikan penghargaan kepada siswa yang terbanyak membaca buku; Dampak program budaya-baca di MTsN Sukasari sudah terasa. Saat berada di madrasah, segenap sivitas madrasah selalu memanfaatkan banyak waktunya untuk membaca. Orangtua pun mengaku putera-puterinya kini rajin membaca di rumah. Telah terjadi pergeseran penting di MTsN Sukasari dari budaya lisan ke budaya baca. [DS] Nomor 9 Praktik yang Baik Topang Kualitas Belajar Siswa melalui Paguyuban Orangtua Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memberi dampak signifikan terhadap hasil proses pendidikan. Awal mula pendidikan dimulai dari keluarga sebelum masuk jalur pendidikan formal. Ketika siswa/anak didik telah masuk jalur pendidikan formal bukan berarti tanggung jawab pendidikan sepenuhnya berpindah ke tangan guru/pendidik di sekolah. Peranan orangtua tetap sangat menentukan tingkat perkembangan anak dalam menempuh pendidikan. Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan banyak dukungan. Komitmen kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau pengawas sekolah, peran aktif orangtua, dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah sangat menentukan kemajuan sekolah. Menyadari pentingnya keterlibatan unsur-unsur terkait dalam proses Pendidikan, SMPN 1 Pagerageung sebagai sekolah mitra USAID PRIORITAS mengembangkan peningkatan peran serta masyarakat melalui pembentukan “Paguyuban Orangtua Siswa (POS).” POS merupakan wadah partisipasi orangtua siswa (per kelas). Pengurusnya terdiri atas perwakilan orangtua siswa di kelasnya masing-masing yang merupakan kepanjangan tangan dari kepengurusan komite sekolah,” jelas Ishak Mardhika, S.Pd, Wakasek Humas, di sela-sela kegiatan pertemuan orangtua siswa dalam rangka sosialisasi PSM dalam implementasi Kurikulum 2013. Lebih lanjut dikatakan, POS berfungsi antara lain sebagai: Forum komunikasi wali kelas dengan orang tua siswa Sarana silaturahmi/tukar pengalaman antarorangtua siswa Memfasilitasi kegiatan belajar siswa di luar jam pelajaran Bagi wali kelas POS dapat dijadikan rujukan penilaian sikap peserta didik Sumber belajar alternatif bagi siswa. Sampai dengan bulan Oktober 2014 di SMPN 1 Pagerageung terbentuk 8 kelompok POS(kelas 8 A-H), dengan jumlah anggota kelompok rata-rata 34 orang. Keberadaan POS sangat dirasakan manfaatnya dalam membantu proses pembelajaran. Sebagai salah satu contoh, POS Kelas VIII A, membantu pengadaan ATK guna mendukung proses belajar yang Oktober - Desember 2014 baik. POS kelas VIII A, diketuai oleh Ibu Kokon Koniah S.Pd.I, menyediakan tempat di belakang rumahnya sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar kelompok siswa dan tempat pertemuan orangtua siswa. POS ini juga melakukan pertemuan rutin orangtua siswa dengan agenda membahas perkembangan proses belajar siswa dan upaya mendukung kerja kelompok siswa. Pertemuan POS menghasilkan antara lain: Susunan Kepengurusan Paguyuban Orangtua Siswa per kelas periode 2014/2015 Jadwal pertemuan orangtua siswa Daftar kelompok belajar siswa yang disusun berdasarkan domisili Jadwal kegiatan diskusi kelompok Beberapa orang tua siswa bersedia meminjamkan Laptop berikut modem untuk kegiatan kerja kelompok siswa Sumbangan orang tua siswa berupa perlengkapan kelas antara lain mading kelas, box alat tulis, dll Sumbangan dana sukarela untuk kegiatan-kegiatan siswa. Terbentuknya POS di SMPN 1 Pagerageung memberikan warna baru terhadap proses belajar siswa. Peningkatan partisipasi orangtua siswa terbukti dapat membantu meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa. “Saya lebih bersemangat belajar atas dorongan orangtua yang aktif membantu sekolah,” kata Neng Riska, siswa kelas VIII. Riska juga mengaku kehadiran dan aktifitas orangtua di sekolah membuat ia merasa nyaman dan bersemangat dalam belajar. “Awalnya kami suka malas belajar. Dukungan orangtua membuat kami semangat,” kata Riska lagi. Pengakuan Neng Riska ini dibuktikan dengan keberhasilnya memperoleh predikat siswa terbaik kelas VIII pada semester 1 Tahun 2014/2015. Kokon Koniah, S.Pd.I, Ketua POS kelas VIII A merasa bangga bisa ikut terlibat membantu dalam pengeloalan kegiatan belajar anak-anak. “Orangtua mana yang tidak ingin anaknya menjadi yang terbaik di sekolahnya,” katanya. Oleh karena itu, melalui POS Kokon berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak-anak. “Dengan kegiatan ini kami merasa lebih dekat dengan guru terutama dengan wali kelas dan kami bisa lebih banyak bertukar pikiran untuk kemajuan belajar anak-anak kami,” tambahnya. Mengingat POS sangat membantu keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, para orangtua bertekad terus mengembangkan POS. “Semua POS di semua kelas terlecut untuk berkompetisi memajukan kelasnya,” kata Drs.Yoyo Yohansyah, M.Pd, kepala SMPN 1 Pagerageung. [] Eet Setiasih Guru SMPN 1 Pagerageung, Tasikmalaya POS menyediakan tempat siswa belajar kelompok di kediaman orangtua. Ruang ini juga menjadi pusat kegiatan POS. Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi Tampak salah seorang anggota POS tengah membantu siswa bekerja kelompok. 9 Praktik yang Baik Showcase Gerakan Budaya Baca Buahkan Hasil Fantastis Tiga bulan setelah peluncuran program budaya baca (Rabu, 10 September 2014) di SMPN 1 Warungkiara Kabupaten Sukabumi, alhamdulillah telah tampak kebiasaan membaca pada warga sekolah, terutama siswa. Program ini diawali dengan peresmian oleh Kabid SMP Disdik Kab. Sukabumi. Dalam acara tersebut, dilaksanakan beberapa kegiatan. Misalnya, wakaf buku dari siswa untuk sekolah, pameran buku, dan membaca massal. Wakaf buku yang berjumlah sekitar 1.000 eksemplar diserahkan secara simbolis oleh perwakilan siswa (ketua OSIS) dan diterima oleh kepala sekolah. Buku-buku tersebut dipamerkan terlebih dahulu, selanjutnya dibagikan kepada para siswa untuk dibaca di rumah masing-masing. Sebagai alat kontrol, mereka diharuskan membuat rangkuman isi buku pada Buku Jurnal Membaca. Paling lambat seminggu sekali, mereka harus bertukar buku. Selain itu, dilakukan kegiatan membaca massal yang diikuti sekitar seribu orang. Mereka terdiri atas siswa, guru, orang tua siswa, dan para tamu undangan. Setelah peresmian, pada hari berikutnya dilakukan kegiatan pembiasaan membaca senyap selama lima menit. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari pada jam kelima setelah istirahat pertama. Setelah program budaya baca berlangsung tiga bulan (8 Desember 2014), berdasar Buku Jurnal Membaca yang mereka miliki dapat diketahui bahwa mereka dapat menyelesaikan membaca buku rata-rata 12 judul. Yang menggembirakan, terdapat 5 siswa yang memiliki kecepatan membaca luar biasa. Mereka adalah Meisa Putri (8D, membaca 60 buku), Susanti (8D, 55 buku), Ashila Shifa (8D, 49 buku), Siti Sarifah (7A, 47 buku), dan Ade Nurfaedah (7A, 44 buku). Sebagai penghargaan, mereka mendapatkan hadiah berupa hadiah buku bacaan masing-masing 5 judul dan sarana Kepala sekolah beri penghargaan kepada lima siswa tercepat membaca belajar secara gratis. Kegiatan ini terinspirasi dan termotivasi oleh USAID PRIORITAS yang di dalamnya saya berkiprah sebagai fasilitator pengembangan program budaya baca. Terima kasih USAID PRIORITAS dan berbagai pihak yang telah berperan dalam kegiatan tersebut. Gunawan Kepala Sekolah Percontohan dan Pengondisian Membuat Siswa Ketagihan Membaca Siswa memilih bahan bacaan sesuai selera masing-masing. Foto USAID PRIORITAS/AS Bahri Pagi itu, madrasah MI Cokroaminoto, Kuningan, tampak hening. Bukan karena kosong tanpa siswa, tetapi seluruh siswa, guru, dan karyawan sedang asyik membaca. Sebuah budaya yang pastinya patut ditiru. Tatat Pujiati, kepala MI Cokroaminoto, menyatakan pentingnya perubahan pola peningkatan literasi di lingkungan madrasah. “Budaya membaca perlu didorong untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan siswa, guru, maupun karyawan,” ujar Tatat. Tatat menuturkan, penerapan program membaca, yang merupakan bagian dari program USAID PRIORITAS, memperkuat pendidikan di tingkat dasar. “Kami mengapresiasi kehadiran program USAID 10 PRIORITAS sangat tepat waktu dan tepat sasaran. Khususnya dalam hal budaya baca di madrasah, MI Cokroaminoto sangat terbantu,” ujar Tatat. Guru MI Cokroaminoto, Kuningan, memancing minat baca siswa dengan pendekatan modeling dan cipta lingkungan. Para guru melakukan modeling dengan membaca senyap di depan anak–anak sebagai contoh atraktif. Untuk menciptakan lingkungan kondusif, guru menaruh buku–buku di depan kelas sehingga siswa terangsang untuk membaca dan suasana lingkungan sekolah menjadi kondusif untuk budaya baca. Pada hari berikutnya, para siswa, guru, dan semua karyawan mempraktikkan membaca senyap hampir tanpa instruksi. MI Cokroaminoto hanya mengalokasikan waktu 30 menit untuk membaca senyap. Madrasah ini mengagendakan membaca senyap setiap hari Sabtu, mulai pukul 07.30 sampai 08.00. Semua terlibat dalam program budaya baca, mulai kepala sekolah, guru, siswa, staf, sampai pegawai madrasah. Awalnya, semua warga sekolah membudayakan setiap Sabtu saja. Namun, melihat antusiasme siswa begitu tinggi, kepala sekolah dan guru langsung menerjunkan buku-buku di dalam kelas dalam program pojok baca. Hal ini dilakukan mengingat semua siswa ketagihan membaca. Nunung Pujawati, guru MI Cokroaminoto, mendukung penuh pengembangan budaya membaca di madrasahnya. Menurut dia, penerapan program tersebut dapat membantu mencerdaskan anak bangsa dan berwawasan luas. “Setelah berjalan kurang lebih dua bulan, siswa-siswi MI Cokroaminoto ketagihan membaca sehingga kami membuat sudut baca di setiap kelas. Kami mendukung penuh arahan kepala madrasah sebagai wujud budaya baca untuk mencerdaskan anak bangsa, khususnya di Kabupaten Kuningan,” ujar Nunung. Penerapan program budaya membaca memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi siswa untuk mendorong keterampilan menulis. Gagasan kreatif hanya akan muncul dalam diri anak yang memang memiliki banyak bahan hasil membaca. Kegiatan membaca dapat mendorong siswa untuk aktif menulis. Membaca dan menulis itu satu rangkaian. Semakin banyak anak membaca, semakin banyak tabungan yang bisa ditulis. [AS Bahri] Nomor 9 Praktik yang Baik Sampah untuk Pembelajaran Sampah sejak lama telah menjadi masalah lingkungan. Lebih menyulitkan lagi kalau barang bekas pakai tersebut berada di lingkungan sekolah. Namun, pada saat yang sama, sampah juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peer Support Pertemuan peer support fasda di dua kabupaten mitra USAID PRIORITAS Jawa Barat, yakni Tasikmalaya dan Kuningan, mengungkap potensi sampah untuk pembelajaran. Kegiatan itu bertujuan memfasilitasi fasda untuk berbagi pengetahuan, pengalaman baik, termasuk menganalis kendala dan jalan keluar yang ditempuh oleh masing-masing fasilitator. Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa salah satu kendala dalam melaksanakan PAKEM dan CTL adalah alat pendukung pembelajaran. Menurut fasda, guru dan kepala sekolah mitra, PAKEM dan CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang mahal sehingga butuh anggaran khusus untuk melakukan hal tersebut. Dalam pertemuan peer support justru terungkap bahwa sekolah bisa memanfaatkan sampah sebagai jalan keluar untuk menjadikan PAKEM dan CTL sebagai pendekatan pembelajaran berbiaya murah, kalau yang dimaksud mahal dalam hal ini berkaitan dengan pembuatan lembar kerja (LK), pajangan karya siswa, dan alat pendukung pembelajaran lainnya. Pengalaman SMPN 1 Mangunreja di Tasikmalaya, SDN 3 Bojong, dan MTs N 1 Sangkanhurip di Kuningan menunjukkan hal tersebut. Sampah tidak lagi menjadi masalah. Bank Sampah Dalam satu bulan, SMPN 1 Mangunreja menghasilkan hampir satu ton sampah kering dan basah. Hal itu menyulitkan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi siswa. Dua guru akhirnya berinisiatif untuk menjadikan sampah tersebut sebagai sumber pendapatan sekolah. Setelah didukung kepala sekolah dan komite sekolah, mereka bergerak cepat membantuk tim Go Green School (SGG) dengan melibatkan siswa. Beberapa kegiatan dilakukan. Pertama, Oktober - Desember 2014 menyediakan dua tempat sampah terpisah (organik dan anorganik).Kedua, kampanye buang sampah pada tempatnya. Ketiga, memisahkan sampah yang laku dijual, bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran dan prakarya, serta sampah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sekolah tidak hanya diuntungkan dalam hal penciptaan kebersihan dan kenyamanan, tapi pembelajaran juga terbantu karena uang hasil jual sampah digunakan untuk membeli kebutuhan pembelajaran. Sampah-sampah yang bisa dimanfaatkan dikreasi menjadi karya siswa dan peraga pembelajaran IPA seperti dalam gambar di bawah. “Persoalan sampah di sekolah kami telah selesai dengan program Bank Sampah,” kata Ade Suryana, kepala SMPN 1 Mangunreja. “Kesulitan guru untuk menetrapkan CTL yang dilatihkan dampingi oleh USAID-PRIORITAS juga tidak ada kendala lagi. Sebab, kami bisa memanfaatkan sambah sekolah untuk pembelajaran,” lanjutnya. Sampah dan Karya Siswa Sebelum mengenal PAKEM yang dilatih oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat, tidak terbayang kalau harus menggunakan sampah atau barang bekas-pakai sebagai media belajar atau membuat karya siswa. Begitu pengakuan Supardi, guru SDN 3 Bojong, Kuningan. Siswa didorong untuk menggunakan bahan dan materi yang berada di lingkungan sekitar untuk membuat karya agar dapat membantu pembelajaran. Di sekolah ini, karya siswa telah menjadi salah satu sumber belajar. Siswa-siswa Supardi juga bersemangat, senang, dan menikmati saat membuat karya. Selain tidak harus meminta uang tambahan dari orang tua, mereka bangga karena karyanya menjadi sumber guru saat mengajar. Siswa Kritis dengan Sampah Post-it bagi Nana Nuryatna, kepala MTs Negeri Sangkanhurip, Kuningan, adalah barang mahal. Namun, benda itu bisa membantu siswa untuk kritis terhadap hasil kerja orang lain. Dengan kertas kecil yang bersisi komentar dan bisa ditempel pada plano, siswa bisa memberikan catatan, masukan, dan ketidaksetujuan gagasan dan ide orang lain. ”Itu sangat penting,” katanya. Namun, untuk mendapat barang itu dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Kepala madrasah yang juga fasda MBS itu akhirnya menemukan jalan keluar. Dia membeli kertas warna bekas dan dipotong sendiri seperti ukuran post-it. Memang harus menyediakan lem (perekat) selain kertas bekas, tapi setidaknya biayanya beli murah dibanding harus menggunakan post-it. “Ada perubahan yang luar biasa dengan barang-barang murah itu. Anakanak sangat aktif dan senang dengan pembelajaran yang dilakukan para guru,” kata Nana Nuryatna. Kepala madrasah tersebut menyebutkan, hanya persoalan kemauan untuk melaksanakan CTL karena barang murah juga bisa menjadi media belajar yang efektif. [Makin] Manfaatkan sampah, ragam karya siswa ini lebih bernilai. 11 Kabar Gambar Di penghujung masa bakti sebagai Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Wahyuddin Zarkasyi (paling kanan) bertukar pikiran mengenai problematika distribusi guru dengan Erna Irnawati (tengah), Aos Santosa (paling kiri), dan pemangku kepentingan daerah. Pada lokakarya Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) ini, Wahyuddin menegaskan kiranya program PPG USAID PRIORITAS tidak terhambat oleh intervensi politik (25/11/2014). Foto USAID PRIORITAS/Dindin. Yusuf Nur Msuludin Kiri: Abu Bakar, Bupati Bandung Barat, sampaikan ucapan terima kasih ke USAID 1 melalui Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, atas kemitraan pada program USAID PRIORITAS. Kanan: 2 Perwakilan kepala sekolah menerima hibah buku secara simbolis. Foto USAID PRIORITAS/Dindin 3 Tampak senang dan nyaman belajar dengan guru yang sedang praktik mengajar dalam rangkaian pelatihan di Bandung Barat. Foto USAID PRIORITAS/ Asep Iryanto Hj. Patmawati (kerudung ungu), kepala MTsN Cisaat, Cirebon, melakukan supervisi kelas secara terjadwal guna menjamin mutu pembelajaran. Foto USAID PRIORITAS/ Hidayatul Firdaus Tim penataan dan pemerataan guru Kabupaten Bekasi menganalisis kebijakan yang memungkinkan Foto: Dindin ditempuh dalam rangka distribusi guru. Foto USAID PRIORITAS/ Iin Rahmawati Tim penataan dan pemerataan guru kabupaten Foto: Asep Iryanto Tasikmalaya melakukan telaah data dan kebijakan. Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi Tlp. 022-2003133 Fax. 022-2007266 Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org www.siapbelajar.com 12 tiga