Backup_of_PRIORITASkeun No 9 per halaman latest

advertisement
Edisi 9
Oktober - Desember 2014
IK
L
HL
AS - BER AMA
Media Komunikasi
Pendidikan Dasar
di Jawa Barat
Pipih Latifah, Kepala MI
Tembongsari, Bandung Barat,
dan tiga perwakilan kepala sekolah
menerima hibah buku USAID
dari Bupati Abu Bakar,
didampingi wakil bupati
Yayat T. Soemitra
(1 Des 2014).
Siswa Mts al-Mukhtariyyah Bandung Barat
peragakan peluncuran roket air karyanya.
Foto
USAID PRIORITAS/Dindin
Bupati Bandung Barat:
Dengan Budaya Baca yang Baik
Siswa Lebih Kritis, Kreatif, dan Berwawasan
Di tengah upaya Bandung Barat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
hibah buku dari USAID tentu memiliki arti
sangat penting. Sumbangan buku dapat
mengangkat semangat para kepala sekolah
dan guru untuk menumbuhkan budaya baca
di kalangan siswa. Dengan budaya baca yang
baik, siswa akan lebih kritis, kreatif, dan
berwawasan luas.
Demikian dikatakan oleh Bupati Abu
Bakar, didampingi Wakil Bupati Yayat
Soemitra dan Kepala Disdikpora Agustina
Piryanti, saat menerima hibah buku dari
USAID di Ngamprah, Bandung Barat (1/12).
Bupati, wakil, dan kepala dinas juga berkalikali menyampaikan ucapan terima kasih
kepada USAID atas kemitraan dalam
program USAID PRIORITAS.
Erna Irnawati, koordinator USAID
PRIORITAS Jawa Barat, menyebut literasi
merupakan salah satu sasaran program.
“Kami membantu sekolah menumbuhkan
budaya baca dengan berbagai pendekatan,”
kata Erna. [DS]
“
Hibah buku dapat
membuka wawasan
siswa dan sekolah
dapat mengembangkan
budaya baca yang baik.
Kami sangat terbantu
membangun SDM
yang maju.
”
Agustina Piryanti
Kepala Disdikpora
Bandung Barat
Guru Bentuk Kerangka Pikir Siswa
Mohamad Rolland Zakaria mengamati proses pembelajaran di SDN Cibabat
Mandiri 2 Kota Cimahi (26/11). Foto USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah
Perubahan terjadi di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS
Kota Cimahi. Peran guru bergeser dari satu-satunya sumber belajar
menjadi fasilitator yang tidak hanya ceramah dan guru memberikan
stimulasi bagi pembentukan kerangka berpikir anak sebagai peserta
didik. Siswa sangat aktif bekerja kelompok dan bersosialisasi
menggali ilmu. Sudut baca ada di setiap sekolah, inovasi pendidikan
yang bagus untuk meningkatkan budaya-baca di kalangan siswa.
Itulah penilaian umum Mohamad Rolland Zakaria, Analis
Pemetaan Mutu Pendidikan Dasar (PPMP) Kemendikbud RI dan Ai
Rosilah, widyaiswara Lembaga Prnjsminsn Mutu Pendidikan (LPMP)
Jawa Barat, seusai peninjauan sekolah-sekolah mitra USAID
PRIORITAS di Kota Cimahi (29/11).
“Guru tidak banyak bicara, cukup satu instruksi, dan siswa
diberi kesempatan luas untuk berkreasi,” tutur Ai Rosilah.
Ai Rosilah juga mengharapkan keberlanjutan program agar
komitmen kemajuan sekolah terpelihara dan sekolah terus
bersemangat maju. [IR/DS]
keun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar.
Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Kabar Utama
Bukan Sekadar Membaca
Untuk mengukur tingkat kemampuan anak
dalam membaca, USAID PRIORITAS
menggunakan EGRA (Early Grade Reading
Assessment). Instrumen EGRA dikemas dan
dikondisikan sesuai konteks Indonesia
untuk mencoba mengukur kemampuan
anak dalam hal mengucapkan huruf,
menyebutkan kata baik yang ada artinya
ataupun yang tidak ada artinya, membaca
dengan pemahaman, dan menyimak cerita.
“EGRA dikemas berbentuk protokol
dalam program tangerine dan menjadi
panduan asesor dalam melaksanakan
asesmen. Alat yang digunakan untuk
asesmen adalah tablet,” jelas Erna Irnawati,
koordinator USAID PRIORITAS Jabar.
“Umumnya, siswa-siswa di Jawa Barat
mengucapkan bunyi yang sama untuk huruf
f, p, dan v, juga z dan j,” ujar Yeti Heryati,
staf USAID PRIORITAS Jabar.Yeti juga
menemukan pada umumnya siswa sampel
di Jabar sudah mampu membaca kata
dengan benar dan cepat. “Hanya saja,
ketika disodorkan kata-kata yang tidak ada
artinya, mereka kadang-kadang keseleo
Showcase
Usai asesmen, siswa
SDN 2 Rajamandalakulon, Cipatat,
Bandung Barat,
tampak asyik
menggambar dan
bercerita.
mengucapkanny
a menjadi kata
bermakna.
Contohnya, kata
'ruham' sering
dibaca 'rumah',”
papar Yeti.
Makin, staf
USAID
PRIORITAS
Jabar,
mengungkapkan Foto USAID PRIORITAS/Asep Iryanto
rata-rata putraputri Jawa Barat menjawab benar untuk
pertanyaan tekstual (pertanyaan yang
jawabannya terdapat dalam teks). Namun,
ketika disodorkan pertanyaan inferensial,
mereka masih tampak bingung sehingga
lambat menjawab atau bahkan tidak
menjawab.
“Dengan demikian, tampaknya, putra
putri kita harus lebih sering diajak
membaca teks pemahaman,” saran Makin.
Erna Irnawati mengatakan bahwa data
ini menjadi catatan penting bagi program
pelatihan guru USAID PRIORITAS.
“Membaca tampaknya perlu mendapat
perhatian guru lebih besar. Guru perlu
didampingi untuk mencoba lebih banyak
mengajak siswa memahami teks bacaan,”
ucapnya. “Jadi, lebih dari sekadar
mengajarkan membaca harfiah, guru perlu
didorong menanamkan pemahaman
membaca,” tambahnya.
Tahun ini EGRA dilaksanakan di tiga
daerah mitra USAID, yakni Cimahi, Ciamis,
dan Bandung Barat. [DS]
Distribusi Guru Harus Bebas dari Intervensi Politik
Rasio guru-murid tingkat Jawa Barat itu
sudah mewah. Namun, rasio antarmata
pelajaran, antarkabupaten dan kota, dan
rasio di daerah terpencil masih menjadi
masalah. Dalam hal inilah Jawa Barat
masih membutuhkan program penataan
dan pemerataan guru (PPG) sebagai
solusi masalah distribusi guru.
Demikian dikatakan oleh Wahyuddin
Zarkasyi, kepala Disdikbud Jawa Barat,
pada lokakarya Analisis Kebijakan
Penataan dan Pemerataan Guru Bandung
(25/11). Lokakarya diselenggarakan oleh
USAID PRIORITAS bekerja sama dengan
empat daerah mitra kohor dua, yaitu
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kuningan.
Lokakarya tersebut diikuti 40 staf dinas
pendidikan, badan kepegawaian daerah,
dan Kementerian Agama dari empat
daerah mitra. Lokakarya analisis kebijakan
ini merupakan lanjutan dari lokakarya
analisis data bulan September 2014.
Erna Irnawati, koordinator USAID
PRIORITAS Jawa Barat, menyampaikan
bahwa upaya penataan guru di daerah
perlu didasarkan pada pertimbangan
sosiologis, psikologis, dan demografis.
“Setelah analisis data, perlu dilakukan
telaah kebijakan untuk menemukan
2
alternatif kebijakan yang paling relevan
dengan data daerah,” jelas Erna. Menurut
dia, lokakarya ini disediakan untuk
merumuskan isu strategis, kebijakan yang
tepat, dan langkah-langkah perumusan
kebijakan itu sendiri. “Kita sebaiknya
menempuh langkah kebijakan yang paling
efektif untuk penataan guru,” tuturnya.
Pada lokakarya ini, Wahyuddin juga
berdialog dengan pemerintah daerah
mengenai 'romantika' penataan guru di
daerah. Dia mengatakan, pengalaman
penataan guru mengajarkan
ketidakberdayaan pemerintah menghadapi
intervensi politik dari para pemimpin dan
pejabat daerah yang tidak mengerti
pendidikan. Termasuk hambatan yang
biasa dihadapi adalah guru yang “acting,”
yakni datang mengiba, menolak, atau
meminta mutasi. “Kita harus siap
menghadapi romantika semacam itu
dengan sikap bijak,” ujar Wahyuddin.
Karena itulah, lokakarya tersebut
mencoba mengajak peserta belajar dari
sejumlah pengalaman penataan guru di
berbagai daerah. Rudi Sopiana, spesialis
tata kelola dan manajemen USAID
PRIORITAS Jabar, mengatakan, “Kita
mencoba mengembangkan kerangka
kebijakan yang berdasarkan pada
pengalaman praktis.”
Apas, Kasubag Kepegawaian Disdik
Kab. Bekasi, mengaku bahwa Bekasi
belum ideal dalam hal distribusi guru.
Maka, Bekasi sangat membutuhkan
program penataan dan pemerataan guru.
“Untuk keberhasilan PPG diperlukan
dukungan politis, kesepahaman segenap
pihak, dan kerelaan guru untuk mengikuti
program penataan,” ujar Apas.
Sarka, Kabid Diksar Disdik Cirebon,
mengatakan bahwa Cirebon melakukan
penataan dan pemerataan guru demi
mengatasi keterbatasan guru. “Cirebon
kekurangan 3.718 guru SD dan 1.345
guru SMP. Kami ingin guru yang terbatas
ini kiranya merata dan berkualitas,” ujar
Sarka. Hal ini diamini oleh Akhmad Juhana,
Sekdis Kab. Tasikmalaya, yang juga
menjelaskan angka kekurangan guru.
Lebih jauh, Kuningan mulai menimang
alternatif kebijakan penataan guru yang
bisa ditempuh. “Menimbang data-data
keguruan, kami mulai berpikir untuk
mencoba guru kelas-rangkap dan mobile
teacher,” ungkap Dedi Supardi, Sekdis
Kuningan. Meskipun demikian, Dedi
mengungkapkan adanya kemungkinan
surplus guru karena maraknya perguruan
tinggi keguruan di Kuningan. [DS]
Nomor 9
Kabar Utama
Bagi Guru, Inovasi Sebuah Keniscayaan
“Saya merasa berhasil melakukan inovasi
pembelajaran karena dua hal. Pertama,
kami melakukan persiapan matang hingga
larut malam. Kedua, kami bekerja secara
tim sehingga bisa saling melengkapi dan
mengingatkan secara sinergis.”
Demikian dikatakan oleh Dessy
Damayanti, guru bahasa Indonesia SMP Lab
UPI Bandung setelah melakukan praktik
mengajar di SMP 12 Kota Bandung (31/10).
Praktik mengajar merupakan bagian
penting dari rangkaian pelatihan praktik
yang baik dalam pembelajaran di SD dan
SMP.
Foto USAID PRIORITAS/Chaerul Rochman
Merancang skenario pembelajaran inovatif
lebih mudah dilakukan dalam tim..
Pelatihan ini diikuti 70 guru dari
sekolah binaan UPI (SDN Gegerkalong,
SDN Isola, SDN Cirateum, SDN
Kayuambon 1, SDN Sukarasa 3-4, SD Lab
UPI, SMPN 12 Bandung, SMPN 3 Lembang,
dan SMP Lab UPI.
“Kami bekerja sama dengan UPI untuk
meningkatkan kapasitas sekolah dalam hal
pembelajaran dan manajemen. Kali ini
guru-guru dilatih guna meningkatkan mutu
proses pembelajaran dan proses
evaluasinya,” ujar Erna Irnawati,
koordinator PRIORITAS Jabar.
Chaerul Rochman, staf USAID
PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan,
pelatihan ini difokuskan pada cara
mengelola pembelajaran secara efektif,
memahami kurikulum, merumuskan
pertanyaan tingkat tinggi dan
mengembangkan penilaian autentik.
“Tadinya saya apriori dengan kurikulum
2013. Kesannya K-13 itu merepotkan dan
berat penerapannya. Tapi, setelah ikut
pelatihan ini, ternyata mata saya mulai
terbuka mengenai K-13. Saya kini yakin
bisa menerapkan K-13 setahap demi
setahap,” kata Sapto Utami dari SDN 1
Kayuambon.
“Saya puas melihat para siswa tampak
senang dan sangat antusias. Pada refleksi,
siswa menyatakan ingin belajar seperti ini
lagi,” ujar Tuti Kustami, SMPN 12 Bandung.
“Pada awalnya agak sulit memancing
siswa 'menanya'. Setelah ada salah seorang
siswa yang bertanya, siswa lain berani
mengajukan pertanyaan. Akhirnya 5-M
pendekatan saintifik terwujud semua,”
Wiwin Sriwulan, guru IPA SMP Lab UPI.
“Anak-anak tampak antusias
melakukan pengamatan di luar kelas.
Lingkungan sekolah menjadi sumber
belajar yang menggiatkan anak-anak.
Mereka terkesan dengan tahap-tahap
pembelajaran. Semua siswa tampak aktif
belajar mengamati,” Enung Rini Riani, guru
bahasa Inggris SMPN 3 Lembang.
“Pemajangan karya siswa membuat
siswa merasa dihargai. Dari praktik
mengajar, kami bisa membayangkan upaya
kreatif apa yang perlu dilakukan ke depan,”
tegas Dwi Haryanto, guru Matematika
SMP Lab UPI. [DS]
Siswa Butuh Perlakuan yang Sesuai
“Sebagai guru, saya harus lebih memahami
karakteristik siswa agar cara saya
memperlakukan siswa dan memberi tugas
sesuai dengan karakteristik siswa. Pelatihan
ini mengajarkan, siswa itu harus
diperlakukan beda sesuai kebutuhannya.
Demikian dikatakan oleh Siska Sri
Ratna Dewi, guru MIN II Margaasih, Kota
Bandung, peserta pelatihan praktik yang
baik dalam pembelajaran di MI dan MTs
yang diselenggarakan USAID PRIORITAS
bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung
Djati Bandung. Pelatihan ini diikuti 75
orang guru madrasah mitra UIN (MIN I
Cicendo, MIN II Margaasih, MI Al-Misbah,
MI Abdurrahman, MI Miftahul Falah, MI
Nailussibyan, MTsN II Cicaheum, MTs
Kifayatul Ahyar, dan MTs Ar-Rosyidiyyah).
Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS
Jawa Barat, menjelaskan, “Peserta didorong
untuk melayani perbedaan individu,
memperhatikan aspek gender, dan
mendorong literasi lintas kurikulum.”
Mengenai nilai penting perlakuan
berbeda terhadap siswa, Siti Shoimatun,
guru di MTs Kifayatul Akhyar, juga
mengakui sebagai inspirasi penting dari
pelatihan ini. “Siswa tidak boleh
Oktober - Desember 2014
disamaratakan,” ujar Siti. Ia juga mengaku
mendapat pencerahan dari pelatihan ini
sehingga merasa lebih pasti tentang apa
yang perlu dilakukan dalam mengajar.
Aan Nurjanah, guru di MTsN 2 Kota
Bandung, berkomitmen untuk menerapkan
hasil pelatihan demi kemajuan para siswa.
“Saya akan mengembangkan sendiri lembar
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
Percobaan sains, siswa MI Al-Misbah
meneteskan obat merah ke air mineral.
kerja yang menantang siswa berpikir
kreatif,” janji Aan. Niat membuat lembar
kerja siswa (LKS) yang baik juga ditegaskan
oleh Fitria Zamzam, guru di MTs Arrosyidiyyah. Bahkan, ia berniat
merumuskan ulang RPP. “Saya akan
merevisi dan memodofikasi semua yang
pernah saya buat,” ungkap Fitria.
“Pembahasan tentang lembar kerja
membuat saya lebih paham jenis
pertanyaan atau tugas yang produktif dan
membuat siswa kreatif,” kata Sutono, guru
di MIN 1 Cicendo. “Saya kini dapat
mengategorikan bentuk-bentuk
pertanyaan tingkat tinggi,” tambah Sutono,
sambil menegaskan bahwa LK yang baik
dapat memajukan siswa madrasah.
Tekad memajukan siswa juga
dikemukakan oleh Nana Suryana, guru di
MTs Ar-Rosyidiyyah, Cibiru. “Saya punya
komitmen untuk mengamalkan hasil
pelatihan demi kemajuan siswa,” ucap
Nana. Ia berharap alumni pelatihan dapat
terus berkomunikasi dalam MGMP, tempat
ia biasa berdiskusi mengenai pengelolaan
pembelajaran yang baik.
Ketika praktik mengajar (12/11), para
peserta pelatihan merasakan kemajuan.
“Semua anak antusias ikut aktif dan
tampak senang,” ujar Sri Yanuar Rahayu,
guru MI Al-Misbah, Cipadung. Sri mengaku
memang masih ada anak kelas awal yang
belum bisa membaca. “Dari pelatihan ini,
saya mendapat inspirasi merencanakan
pembelajaran yang merangsang anak
gemar membaca,” jelasnya. [DS]
3
Kabar Daerah
Guru Alami Lompatan Profesional
Showcase
Juhro mengapresiasi berbagai kegiatan
yang dilakukan USAID PRIORITAS.
“Hasilnya, para guru mengalami kemajuan
penting secara profesional,” katanya.
Rondang Okinda, pengawas SMP 1
dan 3 Cipatat yang menjadi mitra USAID
PRIORITAS, menyampaikan kesannya
terhadap program USAID PRIORITAS.
“Kesan awal saya memang agak kurang
baik karena lebih berbau seremonial,”
katanya terus terang. Setelah melihat
perkembangan guru dan sekolah yang
dilatih oleh USAID PRIORITAS, Rondang
menyadari kekeliruan penilaiannya selama
ini. “Saya melihat banyak manfaat diperoleh
guru, kepala sekolah, dan pengawas selepas
berbagai kegiatan USAID PRIORITAS,”
papar Rondang.
Rondang pun melihat guru tampak
Pelaksanakan paket pelatihan modul dua
di Kabupaten Bandung Barat dilaksanakan
bulan Oktober-November 2014. Juhro
Hamdan, Kabid SD Disdikpora Bandung
Barat, mengatakan, “Kegiatan yang
dilaksanakan USAID PRIORITAS sangat
membantu dinas pendidikan dalam
mengakselerasi peningkatan kualitas
jenjang pendidikan dasar di Kabupaten
Bandung Barat.”
Juhro berharap, walau hanya
dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu
Cihampelas dan Cipatat, kegiatan tersebut
diharapkan dapat berimbas pada
kecamatan lainnya. “Dengan demikian, citacita yang terkandung dalam visi dan misi
Kabupaten Bandung Barat, terutama yang
terkait dengan ranah pendidikan, akan
dapat segera terwujud,” tutur Juhro.
Kanan:
Guru tampak asyik
praktik mengajar dan
siswa tampak antusias
mengikuti proses
pembelajaran.
Kiri:
Siswa membubuhkan
feedback terhadap
hasil kerja kelompok
lain sambil mereka
juga ‘belajar’ dari
hasil kerja
kelompok lain.
Foto PEMDA BANDUNG BARAT/Humas
senang dan semangat dalam mengajar.
Kemampuan siswa pun tereksplorasi
dengan sempurna. Karena itu, ia
menyarankan para peserta mengikuti
kegiatan PRIORITAS sampai tuntas.
Selama pelatihan, para guru menyusun
desain pembelajaran dan kemudian
mempraktikkannya secara langsung di
sekolah. Mereka menyusun RPP, rubrik
penilaian, dan lembar kerja. Mereka
melakukan simulasi pembelajaran secara
peer teaching. Esok harinya mereka
melakukan praktik mengajar secara
langsung dengan siswa nyata di kelas.
Peserta bertekad akan
mengimplementasikan keterampilan
mengajar yang diperolehnya dalam proses
pembelajaran mata pelajaran masingmasing.
“Untuk menjaga
dampak pelatihan, USAID
PRIORITAS
memprogramkan kegiatan
pendampingan menjadi
program lanjutan setelah
pelatihan ini,” tutur Asep
Iryanto, district coordinator
Kabupaten Bandung Barat
yang menjadi penanggung
jawab kegiatan. [Humas
KBB].
Kolaborasi Dosen-Guru dalam PTK Saling Menguntungkan
USAID PRIORITAS Jawa Barat bekerja
sama dengan UPI, UIN, dan sekolah binaan
UPI/UIN menyelenggarakan lokakarya
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research) (19-21/12). Lokakarya ini
merupakan kelanjutan lokakarya
pendahuluan yang dilaksanakan di
Yogyakarta (22-24/10).
Berlangsung di hotel Horison,
Bandung, lokakarya ini fokus pada empat
topik, yaitu (1) literasi bahasa SD, (2)
literasi bahasa SMP, (3) literasi matematika
MTs, dan (4)
literasi Sains
Mts.
Lokakarya
diikuti oleh 16
orang, terdiri
atas delapan
orang dosen
UPI/UIN dan
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
delapan orang
Merumuskan masalah PTK, memilah
guru dari SDN
antara 'tindakan' dan 'hasil tindakan'.
Sukarasa, SMP
4
Lab UPI, dan MTsN 2 Bandung.
“Peserta terbagi menjadi empat
kelompok. Setiap kelompok terdiri atas
dua orang dosen dan dua orang guru dan
fokus pada salah satu dari empat topik di
atas,” jelas Yeti Heryati, staf USAID
PRIORITAS Jawa Barat.
Khaeruddin Kurniawan, staf USAID
PRIORITAS Jawa Barat, mengatakan, “Para
dosen dan guru berkolaborasi dalam
kelompoknya merancang sebuah penelitian
tindakan. Setiap kelompok diharapkan
menghasilkan skenario dan instrumen
penelitian, baik pengamatan maupun
pengukuran, yang akan diimplementasikan
di sekolah mitra untuk kegiatan siklus 1.”
Erna Irnawati, koordinator USAID
PRIORITAS Jabar, menjelaskan bahwa hasil
siklus 1 nanti akan ditindaklanjuti pada
lokakarya II yang akan dilaksanakan tanggal
26-28 Januari 2015 dan selanjutnya sampai
dengan workshop III pada 6-8 April 2015.
“Hasil PTK ini akan diseminarkan secara
nasional pada bulan Mei 2015 bersama
mitra USAID di tujuh provinsi, meliputi
Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat ,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi
Selatan,” urai Erna.
Tatat Hartati, Ph.D, dosen di UPI
Bandung, menaruh apresiasi terhadap
lokakarya PTK ini. “Dukungan yang sangat
berharga dari USAID dengan segala
fasilitasnya dapat meningkatkan budaya
meneliti para guru dan dosen, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia,” ujar Tatat.
Hal senada disampaikan Tendi Setiadi,
guru di MTsN 2 Kota Bandung.
Menurutnya, lokakarya ini memiliki arti
penting bagi peningkatan mutu proses
pembelajaran yang akan berdampak
langsung pada peningkatan kualitas
pendidikan. “Bagi madrasah, PTK
merupakan strategi efektif meningkatkan
kualitas proses belajar,” ucapnya.
Bagi UPI, lokakarya ini dan praktik
KAR di sekolah tentu memperkaya materi
perkuliahan.[KK/DS]
Nomor 9
Kabar Daerah
Kepala Sekolah Bukan Sekadar Manajer
Kepala sekolah itu lebih dari sekadar
manajer sekolah secara administratif. Ia
merupakan pemimpin pembelajaran
(instructional leader). Gaya kepemimpinan,
fokus perhatian, dan segala kebijakan yang
ditempuh seorang kepala sekolah harus
bermuara pada kualitas pembelajaran.
Itulah pemahaman baru yang mengemuka
dari para kepala sekolah yang mengikuti
lokakarya manajemen sekolah di Hotel De
Java, Bandung (4-5/12).
Workshop yang merupakan kerja
sama USAID PRIORITAS dan UPI Bandung
ini diikuti oleh 40 kepala sekolah, guru, dan
komite sekolah dari sembilan sekolah lab
dan binaan UPI Bandung tingkat SD dan
SMP. Mereka berasal dari enam SD (SDN
Gegerkalong, SDN Isola, SDN Cirateum,
SDN Kayuambon 1, SDN Sukarasa 3-4,
dan SD Lab UPI) serta tiga SMP (SMPN 12
Bandung, SMPN 3 Lembang, dan SMP Lab
UPI).
“Kami gembira mendengar
pernyataan para peserta yang tampak
memahami benar arah pelatihan
manajemen sekolah ini,” ujar Erna Irnawati,
koordinator USAID PRIORITAS Jawa
Barat, mengamini testimoni para kepala
sekolah soal peranan mereka sebagai
pemimpin pembelajaran.
Yeti Heryati, staf USAID PRIORITAS
Jawa Barat, menjelaskan bahwa pelatihan
ini difokuskan pada keterampilan praktis
tata kelola sekolah yang mendukung
kualitas pembelajaran.
“Kepala sekolah, guru, komite, dan
setiap pihak di sekolah hendaknya
berkomitmen mendukung pembelajaran
yang baik,” ujarnya.
“Saat menyusun anggaran, kami
terkadang terlalu sibuk memikirkan sarana
fisik. Pelatihan ini mengajarkan saya untuk
memberikan prioritas pada mata anggaran
yang secara langsung mendukung
pembelajaran,” kata Ade Sunarsah dari
SDN 1 Kayuambon, Lembang. Hal ini juga
dikuatkan oleh Yusuf
Suparlan dari SMPN
3 Lembang yang
menilai di situlah
letak penting
pelatihan ini.
“Untuk mampu
mengajar secara
kreatif, guru perlu mendapat dukungan
anggaran yang cukup untuk kebutuhan
ATK dan pengembangan alat peraga,” ujar
Eroh Sahroyani dari SMPN 12 Bandung.
Sementara itu, Parid Hidayat dari SDN
Gegerkalong, Bandung mulai membidik
peluang komite sekolah untuk turut
mendukung kualitas pembelajaran.
“Pelatihan ini mengungkap banyak hal
yang bisa dilakukan komite sekolah untuk
menunjang kreativitas guru,” katanya.
“Para peserta ini adalah pimpinan sekolah
mitra UPI sehingga kami ingin sekolahsekolah binaan ini mengalami kemajuan
penting dengan sentuhan manajemen yang
kondusif bagi pembelajaran,” kata Yulia
Rahmawati, dosen UPI Bandung, yang
memfasilitasi lokakarya ini. [DS]
Arah Baru Manajemen Madrasah
Pengelolaan madrasah perlu lebih
bergeser ke arah pembelajaran daripada
sekadar urusan administrasi dan
sarana/prasarana. Para pihak yang terlibat
dalam pengelolaan madrasah sudah
waktunya memokuskan perhatian mereka
pada upaya mendukung pembelajaran yang
berkualitas. Kepala madrasah tentu saja
memegang peranan kunci dalam hal ini.
Demikian terungkap kesepahaman
umum para kepala madrasah yang
mengikuti lokakarya manajemen sekolah di
hotel The Park, Bandung (24-25/12).
Workshop yang merupakan kerjasama
USAID PRIORITAS dan UIN Bandung ini
diikuti oleh 40 orang kepala madrasah,
guru, dan komite sekolah dari sembilan
sekolah lab dan binaan UIN Bandung
tingkat MI dan MTs. Mereka berasal dari
enam MI (MIN I Cicendo Bandung, MIN II
Margasari Bandung, MI Al-Misbah
Cipadung, MI Abdurrahman Bandung, MI
Miftahul Falah Bandung, dan MI
Nailussibyan, Bandung) dan tiga MTs
(MTsN 2 Bandung, MTs Kifayatul Akhyar,
dan MTs Ar-Rosyidiyyah Bandung).
“Sudah terjadi pergeseran
Oktober - Desember 2014
pemahaman di
kalangan kepala
madrasah bahwa
mereka menjadi
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
kunci kualitas
Merancang beragam upaya madrasah dalam pengembangan budaya baca sesuai
pembelajaran di
dengan potensi madrasah masing-masing.
madrasahnya. Sebagai
kunci, gaya dan
kesadaran di kalangan kepala madrasah
orientasi kepemimpinan kepala madrasah
mengenai perlunya memberikan dukungan
sangat menentukan arah perhatian para
ATK dan peralatan yang memadai bagi
pihak pengelola madrasah,” ujar Erna
guru.
Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS
“Agar guru mampu mengajar secara
Jawa Barat. Erna juga menyebut, dalam
kreatif, kami perlu mengalokasikan
teori pendidikan, kepemimipinan kepala
anggaran yang cukup untuk kebutuhan
sekolah semacam itu dikenal dengan
ATK dan pengembangan alat peraga,” ujar
kepemimpinan pembelajaran (instructional
Kurniawan, komite madrasah MTsN 2
leadership).
Kota Bandung. “Komite madrasah
“Pelatihan ini mengajarkan saya untuk
menemukan banyak celah untuk
memprioritaskan mata anggaran yang
menopang kreativitas guru,” kata Nana
secara langsung mendukung
Suryana, komite madrasah MTs Arpembelajaran,” kata Irma Agustina, MI
Rosyidiyyah, Kota Bandung.
Abdurrahman, Kota Bandung. Hal senada
“Bila madrasah mitra sudah
disampaikan oleh Hayat Sudrajat, MTs
mengalami kemajuan, diharapkan mereka
Kifayatul Ahyar, Kota Bandung, yang
akan menularkan pengalaman ke
mengaku mendapat banyak inspirasi dari
madrasah-madrasah non-mitra di wilayah
pelatihan.
Jawa Barat,” harap Yudi Dirgantara, dosen
Pada pelatihan ini juga muncul
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. [DS].
5
Praktik yang Baik
Balap Karung Media Asah Terampil MenulisShowcase
yang ditiup Bu Ida sebagai tanda lomba
balap karung dimulai. Begitu peluit
dibunyikan, dua murid itu pun adu cepat
menuju garis finis yang diiringi tepukan dan
riuh-rendah teriakan teman-temannya.
memberi semangat.
Sekilas seperti
main-main, namun
ternyata kegiatan itu
merupakan media
yang dipergunakan
oleh Ibu Ida
Nurhayati, guru
kelas II di SDN
Maroko, Cihampelas,
Kab. Bandung Barat,
untuk menggali dan
melatih kompetensi
menulis muridmuridnya. Melalui
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
kegiatan nyata dan
Kembangkan minat akademik menulis dalam keceriaan permainan rakyat
pengalaman
Ada kegiatan istimewa di kelas II pagi itu.
Suara tepuk tangan murid-murid bersahut
dengan teriakan penggugah semangat. Dua
murid dengan setengah badannya
dimasukkan ke dalam karung
berkonsentrasi menunggu bunyi peluit
pengalaman
langsung, murid
diajak
mengenal dan
menyusun teks
cerita narasi
sederhana
tentang
bermain dan
kegiatan seharihari.
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
Balap
Penuh senyum, penuh tawa, penuh makna.
karung
biasanya hanya
dimainkan sekali setahun saat perayaan
HUT kemerdekaan RI. Namun, di tangan
guru kreatif seperti Bu Ida, balap karung
menjadi ice breaker sekaligus media
pembelajaran yang menyenangkan dan
sangat efektif dalam mengembangkan
kompetensi menulis murid. [SMD].
Catatan Pendampingan Lilis Saidah Kuningan
Wow, Semua Aktif, Kreatif, Berdedikasi
Sebagai fasilitator daerah, saya
bertugas mendampingi empat
sekolah, yaitu SMPN 1 Sindangagung, SMPN 1 Garawangi, SMPN
2 Garawangi, dan MTsN
Sindangsari.
Wow… Itulah kata yang
pertama saya ucapkan sebagai
Fasda. Kenapa seru? Berbagai
macam aktifitas dan kreatifitas
guru membuat saya kagum.
Dengan dukungan kepala sekolah,
guru-guru tampak sangat antusias
menerapkan hasil pelatihan.
Sepanjang pengamatan proses
pembelajaran, hampir semua guru
sudah bisa menerapkan hasil
pelatihan. Siswa tampak aktif
bekerjasama dan berdiskusi dalam
kelompok. Guru tampak tidak
banyak bicara. Ia mendampingi
setiap kelompok dan selalu siap
membantu kelompok yang
mengalami kesulitan.
Saya acungkan jempol kepada
6
guru-guru yang mau berubah dan
mau meningkatkan kinerja. Ikhlas,
bertanggung jawab, dan selalu
berpikiran baik, buahnya akan baik
pula. Saat refleksi usai
pembelajaran, guru-guru dan
kepala sekolah berbagi
Foto USAID PRIORITAS/AS Bahri
pengalaman dan mencari solusi
Presentasi karya siswa di SMPN 1 Sindangagung
untuk setiap kendala.
Aktifitas pendampingan
b. Apakah sudah memuat
meliputi:
Literasi,
Baca
Cerita
lalu
Tanggapi
Isi dantingkat
Hikmahnya
pertanyaan
tinggi baik
1. Memimpin pertemuan MGMP
yang tertuang dalam LK
untuk guru sekolah mitra;
maupun bagian Evaluasi?
2. Berkunjung ke sekolah sesuai
2. Praktek Pembelajaran meliputi:
kesepakatan dengan guru
a. Implementasi pembelajaran
terdamping untuk menyaksikan
kontekstual,
pembelajaran yang sudah
b. Model-model Pembelajaran,
disiapkan.
c. Pengelolaan kelas
3. Melakukan refleksi tentang
3. Karya siswa dan guru
pembelajaran yang didampingi.
a. Hasil karya peserta didik
Fokus pendampingan meliputi:
yang terpajang atau di
1. RPP
portofolio
a. Pada langkah kegiatan, apakah
b. LK, media, dan alat peraga
sudah mencerminkan RPP
yang inovatif. []
kontekstual?
Nomor 9
Praktik yang Baik
Implementasi PPG Jamin Mutu, Karir, dan Kesejahteraan Guru
pengembangan profesi yang
berkelanjutan.
Masalah penataan dan
pemerataan guru yang paling
dirasakan berat adalah guru
sendiri, yakni guru yang minta
mutasi dari daerah terpencil dan
guru yang tidak mau dimutasi ke
daerah yang membutuhkan.
Tatkala terbit kebijakan
pemerintah pusat mengenai
penataan dan pemerataan guru,
kami melihat itu sebagai peluang
kemaslahatan guru.
Karir berarti dengan
terpenuhinya beban mengajar 24
jam, karir kepangkatan dan jabatan
guru tidak akan terhambat.
Kesejahteraan terkait
dengan tunjangan profesi guru.
Walaupun tujuannya sangat
baik, implementasi program
penataan dan pemerataan guru
tidak lepas dari berbagai
Terbitnya SKB 5 Menteri
pada tahun 2011 tentang penataan tantangan dan kendala di lapangan.
Salah satunya disebabkan oleh
dan pemerataan guru (PNS)
kebiasaan guru-guru yang sekian
direspons cepat oleh kabupaten
lama terjadi di lapangan.
Ciamis melalui terbitnya
Peraturan Bupati Nomor 08
Karena itu, beberapa strategi
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
dinas untuk menyukseskan
Penataan dan Pemerataan Pegawai program ini meliputi:
Negeri Sipil di lingkungan Pemkab  Road show selama 4 bulan
Ciamis. Ini lalu disusul dengan
(2012) ke seluruh UPTD,
terbitnya SK Bupati Ciamis
seluruh kepala sekolah semua
tentang pembentukan tim
jenjang bersama dengan disdik,
penataan dan perumus kebutuhan
BKDD dan DPRD (komisi IV).
PNS yang diarsiteki oleh Badan
 Membuat kriteria pemetaan
Kepegawaian Daerah, SKPD
dan pemerataan guru untuk
terkait yang mencakup dinas
menentukan peringkat dengan
pendidikan.
matrik bobot.

Menyusun produk hukum
Tujuan terpenting Pemkab
dengan mendorong membuat
Ciamis dalam rangka penataan
PERBUP No. 8 Tahun 2012.
dan pemerataan PNS, khususnya
guru, adalah menjamin mutu, karir,  Menetapkan tim teknis disdik
dari unsur dikdas, dikmen,
dan kesejahteraan.
kepegawaian, dan pengawas
Mutu artinya guru dapat
sebagai fungsi manajerial dan
melaksanakan penilaian kinerja
akademik pada sekolahnya.
guru, pengembangan diri, dan
KRITERIA
KRITERIA
Penilain kinerja guru
Kualifikasi pendidikan sesuai dengan
Kualifikasi pendidikan sesuai
mata pelajaran yang diampu
dengan mata pelajaran yang diampu
Oktober - Desember 2014

Melalui proses yang cukup
panjang, dengan pendekatan yang
tepat, tidak grasak-grusuk, tidak
sedikit guru PNS dengan sukarela
mengajukan diri untuk dipetakan.
Tumbuh kesadaran, dengan
menata dan memeratakan diri,
mutu, karir, dan kesejahteraan
guru lebih terjamin.
Sukiman
Kasi Mutendik Disdikbud Ciamis
SKOR
BOBOT
SKOR
0
0
Penilaian kinerja guru

Adapun yang menjadi kriteria
pemetaan adalah: 1. Sekolah
yang gurunya banyak, 2. Guru
banyak murid sedikit, 3. Guru
sedikit murid banyak, 4. Guru
sedikit murid sedikit. Tim
perumus memperhitungkan
antara rombel, jumlah siswa,
dan keadaan guru permapel.
Karyono
Perhitungan
itu melahirkan
nama-nama yang akan
dipetakan. Hasil matrik
perhitungan dibagikan.
Hasil perhitungan kemudian
dianalisis oleh Tim perumus.
Ada guru yang tidak jadi
dipetakan karena yang
bersangkutan punya keahlian
khusus dan sangat dibutuhkan
oleh sekolah tersebut, seperti
pelatih olah raga dan pembina
pramuka.
Hasil perthitungan diusulkan
ke BKDD untuk ditetapkan SK
mutasinya.
Buruk
Buruk
= D3
= D3
25
25
Kurang
Kurang
S1/D4
S1/D4
tidak linier
tidak linier
50
75
Cukup
Baik
50
Kurang
S1/D4
S1/D4
linier
linier
75
100
BOBOT
100
Baik
Amat Baik
Amat Baik
25
= S2 tidak
= S2 linier
20
= S2
linier
tidak linier
= S2
linier
25
20
Contoh
Matrik
Bobot untuk
menentukan
peringkat
7
Praktik yang Baik
Alih-fungsi, Lebih Dekat dengan Siswa
Saya dan semua guru mata pelajaran
Bahasa Inggris di SD diundang oleh Bagian
Kepegawaian dan Bidang Pendidikan Dasar
Disdikpora Kota Cimahi. Undangan ini
terkait dengan pemberlakuan Kurikulum
2013. Sesuai dengan semangat K-13, mata
pelajaran Bahasa Inggris dihapuskan di
sekolah dasar.
Sementara itu, guru kelas lebih banyak
dibutuhkan karena banyak sekolah
kekurangan guru kelas. Para guru Bahasa
Inggris lalu ditawari untuk menjadi guru
kelas secara sukarela dengan syarat
mengikuti PLPG atau S1 kedua.
Saya merasa tertantang untuk menjadi
wali kelas. Saya ingin belajar memahami
manajemen kelas dan mengenal murid di
kelas dengan lebih baik. Sebagai alumni S1
Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Siliwangi
Cimahi, saya selama ini lebih terfokus pada
mata pelajaran dan kurang menguasai
kelas. Tawaran mengikuti PLPG atau studi
S-1 kedua menjadi peluang tersendiri bagi
karir saya sebagai guru.
Tawaran pemerintah saya sambut
dengan senang hati. Disdikpora Kota
Cimahi lalu mengurus mutasi saya dan
guru-guru lain dari guru mata pelajaran
Bahasa Inggris menjadi guru kelas di SD.
Ini kemudian diperkuat dengan terbitnya
Showcase
SK Walikota Cimahi tentang Alih-Fungsi
ini.
Bertugas menjadi guru kelas
merupakan pengalaman menarik. Alihfungsi ternyata melibatkan alih-budaya
juga. Kedekatan dengan murid lebih terasa.
Biasanya bertemu siswa hanya pada jam
mata pelajaran Bahasa Inggris, sekarang
setiap hari bertemu. Secara administrasi
pun lebih banyak hal harus dikerjaakan
guru kelas dibandingkan ketika menjadi
guru bidang studi Bahasa Inggris.
Alhasil, alih-fungsi ini ternyata
membawa hikmah penting dari segi
kepuasan pribadi, peluang karir, dan
kemajuan pendidikan. Dengan alih-fungsi,
kewajiban jam-mengajar sesuai tuntutan
sertifikasi pun terpenuhi. Bagi sekolah
kebutuhan guru kelas juga terpenuhi.
Kelebihan guru mata pelajaran di Kota
Cimahi pun teratasi. [Pri]
Foto USAID PRIORITAS/Pribadi
Lebih asyik belajar dalam suasana baru dengan wali kelas yang baru.
Budaya-Baca di MTsN Sukasari, Kota Cimahi
Libatkan Segenap Sivitas Madrasah
Kerendahan minat baca siswa MTsN
Sukasari, Cimahi, menjadi pelecut bagi
Rudaya, kepala madrasah, untuk membuat
terobosan. Dalam keyakinan atas nilai
penting minat baca bagi generasi bangsa, ia
segera bermusyawarah dengan guru dan
komite sekolah.
Rembugan inipun kemudian
membuahkan hasil penting. Semua sepakat
untuk mendorong minat baca melalui
serangkaian langkah.
 Dibentuk tim pengembang minat
baca yang solid dan bekerja keras;
 Segenap sivitas madrasah didorong
memiliki keinginan yang kuat dan
usaha sungguh-sungguh untuk
membaca;
 Dibuat program wajib-baca di
madrasah. Secara terjadwal setiap
istirahat pertama hari Senin-Kamis
dan secara tidak terjadwal setiap
waktu luang;
 Perpustakaan berbenah. Penataan
8

perpustakaan dirancang semenarik
mungkin sehingga pengunjung
merasa nyaman dan bergairah
membaca;
Membuat pojok-baca sederhana di
dalam ruang kelas. Disediakan bahan
bacaan yang rekreatif dan menghibur
guna mengurangi rasa jenuh;
Pojok-baca membentuk suasana lingkungan
kondusif untuk membaca
Foto USAID PRIORITAS/Pribadi
Menambah koleksi buku secara
periodik baik untuk perpustakaan
maupun untuk pojok-baca guna
memperkaya keragaman bahan
bacaan;
 Setiap guru mengajak siswa belajar
langsung di perpustakaan sekurangkurangnya sekali dalam satu bulan;
 Siswa diberi tugas membaca per
pekan dan ditagih hasil bacaannya;
 Siswa diberi tugas membuat resensi
buku;
 Memberikan penghargaan kepada
siswa yang terbanyak membaca buku;
Dampak program budaya-baca di
MTsN Sukasari sudah terasa. Saat berada
di madrasah, segenap sivitas madrasah
selalu memanfaatkan banyak waktunya
untuk membaca. Orangtua pun mengaku
putera-puterinya kini rajin membaca di
rumah. Telah terjadi pergeseran penting di
MTsN Sukasari dari budaya lisan ke
budaya baca. [DS]

Nomor 9
Praktik yang Baik
Topang Kualitas Belajar Siswa melalui Paguyuban Orangtua
Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam
pendidikan memberi dampak signifikan
terhadap hasil proses pendidikan. Awal
mula pendidikan dimulai dari keluarga
sebelum masuk jalur pendidikan formal.
Ketika siswa/anak didik telah masuk jalur
pendidikan formal bukan berarti tanggung
jawab pendidikan sepenuhnya berpindah
ke tangan guru/pendidik di sekolah.
Peranan orangtua tetap sangat
menentukan tingkat perkembangan anak
dalam menempuh pendidikan.
Sekolah sebagai salah satu sarana
pendidikan formal memerlukan banyak
dukungan. Komitmen kepala sekolah dan
guru, peran aktif dinas pendidikan atau
pengawas sekolah, peran aktif orangtua,
dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah
sangat menentukan kemajuan sekolah.
Menyadari pentingnya keterlibatan
unsur-unsur terkait dalam proses
Pendidikan, SMPN 1 Pagerageung sebagai
sekolah mitra USAID PRIORITAS
mengembangkan peningkatan peran serta
masyarakat melalui pembentukan
“Paguyuban Orangtua Siswa (POS).”
POS merupakan wadah partisipasi
orangtua siswa (per kelas). Pengurusnya
terdiri atas perwakilan orangtua siswa di
kelasnya masing-masing yang merupakan
kepanjangan tangan dari kepengurusan
komite sekolah,” jelas Ishak Mardhika, S.Pd,
Wakasek Humas, di sela-sela kegiatan
pertemuan orangtua siswa dalam rangka
sosialisasi PSM dalam implementasi
Kurikulum 2013.
Lebih lanjut dikatakan, POS berfungsi
antara lain sebagai:
 Forum komunikasi wali kelas
dengan orang tua siswa
 Sarana silaturahmi/tukar
pengalaman antarorangtua siswa
 Memfasilitasi kegiatan belajar siswa
di luar jam pelajaran
 Bagi wali kelas POS dapat dijadikan
rujukan penilaian sikap peserta
didik
 Sumber belajar alternatif bagi siswa.
Sampai dengan bulan Oktober 2014
di SMPN 1 Pagerageung terbentuk 8
kelompok POS(kelas 8 A-H), dengan
jumlah anggota kelompok rata-rata 34
orang.
Keberadaan POS sangat dirasakan
manfaatnya dalam membantu proses
pembelajaran. Sebagai salah satu contoh,
POS Kelas VIII A, membantu pengadaan
ATK guna mendukung proses belajar yang
Oktober - Desember 2014
baik. POS kelas VIII A, diketuai oleh Ibu
Kokon Koniah S.Pd.I, menyediakan tempat
di belakang rumahnya sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan belajar kelompok
siswa dan tempat pertemuan orangtua
siswa. POS ini juga melakukan pertemuan
rutin orangtua siswa dengan agenda
membahas perkembangan proses belajar
siswa dan upaya mendukung kerja
kelompok siswa.
Pertemuan POS menghasilkan antara
lain:
 Susunan Kepengurusan Paguyuban
Orangtua Siswa per kelas periode
2014/2015
 Jadwal pertemuan orangtua siswa
 Daftar kelompok belajar siswa yang
disusun berdasarkan domisili
 Jadwal kegiatan diskusi kelompok
 Beberapa orang tua siswa bersedia
meminjamkan Laptop berikut
modem untuk kegiatan kerja
kelompok siswa
 Sumbangan orang tua siswa berupa
perlengkapan kelas antara lain
mading kelas, box alat tulis, dll
 Sumbangan dana sukarela untuk
kegiatan-kegiatan siswa.
Terbentuknya POS di SMPN 1
Pagerageung memberikan warna baru
terhadap proses belajar siswa. Peningkatan
partisipasi orangtua siswa terbukti dapat
membantu meningkatkan motivasi dan
rasa percaya diri siswa.
“Saya lebih bersemangat belajar atas
dorongan orangtua yang aktif membantu
sekolah,” kata Neng Riska, siswa kelas VIII.
Riska juga mengaku kehadiran dan aktifitas
orangtua di sekolah membuat ia merasa
nyaman dan bersemangat dalam belajar.
“Awalnya kami suka malas belajar.
Dukungan orangtua membuat kami
semangat,” kata Riska lagi.
Pengakuan Neng Riska ini dibuktikan
dengan keberhasilnya memperoleh
predikat siswa terbaik kelas VIII pada
semester 1 Tahun 2014/2015.
Kokon Koniah, S.Pd.I, Ketua POS
kelas VIII A merasa bangga bisa ikut terlibat
membantu dalam pengeloalan kegiatan
belajar anak-anak.
“Orangtua mana yang tidak ingin
anaknya menjadi yang terbaik di
sekolahnya,” katanya.
Oleh karena itu, melalui POS Kokon
berusaha memenuhi kebutuhan belajar
anak-anak.
“Dengan kegiatan ini kami merasa
lebih dekat dengan guru terutama dengan
wali kelas dan kami bisa lebih banyak
bertukar pikiran untuk kemajuan belajar
anak-anak kami,” tambahnya.
Mengingat POS sangat membantu
keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah, para orangtua bertekad terus
mengembangkan POS.
“Semua POS di semua kelas terlecut
untuk berkompetisi memajukan kelasnya,”
kata Drs.Yoyo Yohansyah, M.Pd, kepala
SMPN 1 Pagerageung. []
Eet Setiasih
Guru SMPN 1 Pagerageung, Tasikmalaya
POS menyediakan
tempat siswa belajar
kelompok di
kediaman orangtua.
Ruang ini juga
menjadi pusat
kegiatan POS.
Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi
Tampak salah
seorang anggota
POS tengah
membantu siswa
bekerja kelompok.
9
Praktik yang Baik
Showcase
Gerakan Budaya Baca Buahkan Hasil Fantastis
Tiga bulan setelah peluncuran program
budaya baca (Rabu, 10 September 2014) di
SMPN 1 Warungkiara Kabupaten
Sukabumi, alhamdulillah telah tampak
kebiasaan membaca pada warga sekolah,
terutama siswa. Program ini diawali dengan
peresmian oleh Kabid SMP Disdik Kab.
Sukabumi.
Dalam acara tersebut, dilaksanakan
beberapa kegiatan. Misalnya, wakaf buku
dari siswa untuk sekolah, pameran buku,
dan membaca massal. Wakaf buku yang
berjumlah sekitar 1.000 eksemplar
diserahkan secara simbolis oleh
perwakilan siswa (ketua OSIS) dan
diterima oleh kepala sekolah.
Buku-buku tersebut dipamerkan
terlebih dahulu, selanjutnya dibagikan
kepada para siswa untuk dibaca di rumah
masing-masing. Sebagai alat kontrol,
mereka diharuskan membuat rangkuman
isi buku pada Buku Jurnal Membaca. Paling
lambat seminggu sekali, mereka harus
bertukar buku. Selain itu, dilakukan
kegiatan membaca massal yang diikuti
sekitar seribu orang. Mereka terdiri atas
siswa, guru, orang tua siswa, dan para tamu
undangan.
Setelah peresmian, pada hari
berikutnya dilakukan kegiatan pembiasaan
membaca senyap selama lima menit.
Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari
pada jam kelima setelah istirahat pertama.
Setelah program budaya baca berlangsung
tiga bulan (8 Desember 2014), berdasar
Buku Jurnal Membaca yang mereka miliki
dapat diketahui bahwa mereka dapat
menyelesaikan membaca buku rata-rata 12
judul.
Yang menggembirakan, terdapat 5 siswa
yang memiliki kecepatan membaca luar
biasa. Mereka adalah Meisa Putri (8D,
membaca 60 buku), Susanti (8D, 55 buku),
Ashila Shifa (8D, 49 buku), Siti Sarifah (7A,
47 buku), dan Ade Nurfaedah (7A, 44
buku). Sebagai penghargaan, mereka
mendapatkan hadiah berupa hadiah buku
bacaan masing-masing 5 judul dan sarana
Kepala sekolah beri penghargaan
kepada lima siswa tercepat membaca
belajar secara gratis.
Kegiatan ini terinspirasi dan termotivasi
oleh USAID PRIORITAS yang di dalamnya
saya berkiprah sebagai fasilitator
pengembangan program budaya baca.
Terima kasih USAID PRIORITAS dan
berbagai pihak yang telah berperan dalam
kegiatan tersebut.
Gunawan
Kepala Sekolah
Percontohan dan Pengondisian Membuat Siswa Ketagihan Membaca
Siswa memilih
bahan bacaan
sesuai selera
masing-masing.
Foto USAID PRIORITAS/AS Bahri
Pagi itu, madrasah MI Cokroaminoto,
Kuningan, tampak hening. Bukan karena
kosong tanpa siswa, tetapi seluruh siswa,
guru, dan karyawan sedang asyik membaca.
Sebuah budaya yang pastinya patut ditiru.
Tatat Pujiati, kepala MI Cokroaminoto,
menyatakan pentingnya perubahan pola
peningkatan literasi di lingkungan
madrasah. “Budaya membaca perlu
didorong untuk meningkatkan kecerdasan
dan keterampilan siswa, guru, maupun
karyawan,” ujar Tatat.
Tatat menuturkan, penerapan program
membaca, yang merupakan bagian dari
program USAID PRIORITAS, memperkuat
pendidikan di tingkat dasar. “Kami
mengapresiasi kehadiran program USAID
10
PRIORITAS sangat tepat waktu dan
tepat sasaran. Khususnya dalam hal
budaya baca di madrasah, MI
Cokroaminoto sangat terbantu,” ujar
Tatat.
Guru MI Cokroaminoto,
Kuningan, memancing minat baca
siswa dengan pendekatan modeling
dan cipta lingkungan. Para guru
melakukan modeling dengan
membaca senyap di depan anak–anak
sebagai contoh atraktif. Untuk
menciptakan lingkungan kondusif,
guru menaruh buku–buku di depan
kelas sehingga siswa terangsang untuk
membaca dan suasana lingkungan sekolah
menjadi kondusif untuk budaya baca. Pada
hari berikutnya, para siswa, guru, dan
semua karyawan mempraktikkan membaca
senyap hampir tanpa instruksi.
MI Cokroaminoto hanya
mengalokasikan waktu 30 menit untuk
membaca senyap. Madrasah ini
mengagendakan membaca senyap setiap
hari Sabtu, mulai pukul 07.30 sampai 08.00.
Semua terlibat dalam program budaya
baca, mulai kepala sekolah, guru, siswa, staf,
sampai pegawai madrasah.
Awalnya, semua warga sekolah
membudayakan setiap Sabtu saja. Namun,
melihat antusiasme siswa begitu tinggi,
kepala sekolah dan guru langsung
menerjunkan buku-buku di dalam kelas
dalam program pojok baca. Hal ini
dilakukan mengingat semua siswa
ketagihan membaca.
Nunung Pujawati, guru MI
Cokroaminoto, mendukung penuh
pengembangan budaya membaca di
madrasahnya. Menurut dia, penerapan
program tersebut dapat membantu
mencerdaskan anak bangsa dan
berwawasan luas.
“Setelah berjalan kurang lebih dua
bulan, siswa-siswi MI Cokroaminoto
ketagihan membaca sehingga kami
membuat sudut baca di setiap kelas. Kami
mendukung penuh arahan kepala madrasah
sebagai wujud budaya baca untuk
mencerdaskan anak bangsa, khususnya di
Kabupaten Kuningan,” ujar Nunung.
Penerapan program budaya membaca
memberikan pengetahuan dan bermanfaat
bagi siswa untuk mendorong keterampilan
menulis. Gagasan kreatif hanya akan
muncul dalam diri anak yang memang
memiliki banyak bahan hasil membaca.
Kegiatan membaca dapat mendorong
siswa untuk aktif menulis. Membaca dan
menulis itu satu rangkaian. Semakin banyak
anak membaca, semakin banyak tabungan
yang bisa ditulis. [AS Bahri]
Nomor 9
Praktik yang Baik
Sampah untuk Pembelajaran
Sampah sejak lama telah menjadi masalah
lingkungan. Lebih menyulitkan lagi kalau
barang bekas pakai tersebut berada di
lingkungan sekolah. Namun, pada saat
yang sama, sampah juga bisa dimanfaatkan
untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Peer Support
Pertemuan peer support fasda di dua
kabupaten mitra USAID PRIORITAS Jawa
Barat, yakni Tasikmalaya dan Kuningan,
mengungkap potensi sampah untuk
pembelajaran.
Kegiatan itu bertujuan memfasilitasi
fasda untuk berbagi pengetahuan,
pengalaman baik, termasuk menganalis
kendala dan jalan keluar yang ditempuh
oleh masing-masing fasilitator. Dalam
pertemuan tersebut terungkap bahwa
salah satu kendala dalam melaksanakan
PAKEM dan CTL adalah alat pendukung
pembelajaran. Menurut fasda, guru dan
kepala sekolah mitra, PAKEM dan CTL
merupakan pendekatan pembelajaran
yang mahal sehingga butuh anggaran
khusus untuk melakukan hal tersebut.
Dalam pertemuan peer support
justru terungkap bahwa sekolah bisa
memanfaatkan sampah sebagai jalan
keluar untuk menjadikan PAKEM dan
CTL sebagai pendekatan pembelajaran
berbiaya murah, kalau yang dimaksud
mahal dalam hal ini berkaitan dengan
pembuatan lembar kerja (LK), pajangan
karya siswa, dan alat pendukung
pembelajaran lainnya. Pengalaman SMPN
1 Mangunreja di Tasikmalaya, SDN 3
Bojong, dan MTs N 1 Sangkanhurip di
Kuningan menunjukkan hal tersebut.
Sampah tidak lagi menjadi masalah.
Bank Sampah
Dalam satu bulan, SMPN 1 Mangunreja
menghasilkan hampir satu ton sampah
kering dan basah. Hal itu menyulitkan
sekolah untuk menciptakan lingkungan
yang bersih dan sehat bagi siswa. Dua
guru akhirnya berinisiatif untuk
menjadikan sampah tersebut sebagai
sumber pendapatan sekolah. Setelah
didukung kepala sekolah dan komite
sekolah, mereka bergerak cepat
membantuk tim Go Green School (SGG)
dengan melibatkan siswa.
Beberapa kegiatan dilakukan. Pertama,
Oktober - Desember 2014
menyediakan dua tempat sampah terpisah
(organik dan anorganik).Kedua, kampanye
buang sampah pada tempatnya. Ketiga,
memisahkan sampah yang laku dijual, bisa
dimanfaatkan untuk pembelajaran dan
prakarya, serta sampah yang tidak bisa
dimanfaatkan lagi.
Sekolah tidak hanya diuntungkan
dalam hal penciptaan kebersihan dan
kenyamanan, tapi pembelajaran juga
terbantu karena uang hasil jual sampah
digunakan untuk membeli kebutuhan
pembelajaran. Sampah-sampah yang bisa
dimanfaatkan dikreasi menjadi karya
siswa dan peraga pembelajaran IPA
seperti dalam gambar di bawah.
“Persoalan sampah di sekolah kami
telah selesai dengan program Bank
Sampah,” kata Ade Suryana, kepala SMPN
1 Mangunreja. “Kesulitan guru untuk
menetrapkan CTL yang dilatihkan
dampingi oleh USAID-PRIORITAS juga
tidak ada kendala lagi. Sebab, kami bisa
memanfaatkan sambah sekolah untuk
pembelajaran,” lanjutnya.
Sampah dan Karya Siswa
Sebelum mengenal PAKEM yang dilatih
oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat, tidak
terbayang kalau harus menggunakan
sampah atau barang bekas-pakai sebagai
media belajar atau membuat karya siswa.
Begitu pengakuan Supardi, guru SDN 3
Bojong, Kuningan. Siswa didorong untuk
menggunakan bahan dan materi yang
berada di lingkungan sekitar untuk
membuat karya agar dapat membantu
pembelajaran. Di sekolah ini, karya siswa
telah menjadi salah satu sumber belajar.
Siswa-siswa Supardi juga bersemangat,
senang, dan menikmati saat membuat
karya. Selain tidak harus meminta uang
tambahan dari orang tua, mereka bangga
karena karyanya menjadi sumber guru
saat mengajar.
Siswa Kritis dengan Sampah
Post-it bagi Nana Nuryatna, kepala MTs
Negeri Sangkanhurip, Kuningan, adalah
barang mahal. Namun, benda itu bisa
membantu siswa untuk kritis terhadap
hasil kerja orang lain. Dengan kertas kecil
yang bersisi komentar dan bisa ditempel
pada plano, siswa bisa memberikan
catatan, masukan, dan ketidaksetujuan
gagasan dan ide orang lain. ”Itu sangat
penting,” katanya.
Namun, untuk mendapat barang itu
dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Kepala
madrasah yang juga fasda MBS itu
akhirnya menemukan jalan keluar. Dia
membeli kertas warna bekas dan
dipotong sendiri seperti ukuran post-it.
Memang harus menyediakan lem
(perekat) selain kertas bekas, tapi
setidaknya biayanya beli murah dibanding
harus menggunakan post-it.
“Ada perubahan yang luar biasa
dengan barang-barang murah itu. Anakanak sangat aktif dan senang dengan
pembelajaran yang dilakukan para guru,”
kata Nana Nuryatna. Kepala madrasah
tersebut menyebutkan, hanya persoalan
kemauan untuk melaksanakan CTL
karena barang murah juga bisa menjadi
media belajar yang efektif. [Makin]
Manfaatkan sampah,
ragam karya siswa ini lebih bernilai.
11
Kabar Gambar
Di penghujung masa bakti sebagai
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat,
Wahyuddin Zarkasyi (paling kanan)
bertukar pikiran mengenai problematika
distribusi guru dengan Erna Irnawati
(tengah), Aos Santosa (paling kiri), dan
pemangku kepentingan daerah.
Pada lokakarya Penataan dan
Pemerataan Guru (PPG) ini,
Wahyuddin menegaskan kiranya
program PPG USAID PRIORITAS
tidak terhambat oleh intervensi
politik (25/11/2014).
Foto USAID PRIORITAS/Dindin.
Yusuf
Nur Msuludin
Kiri:
Abu Bakar, Bupati Bandung Barat,
sampaikan ucapan terima kasih ke USAID
1
melalui Erna Irnawati, koordinator
USAID PRIORITAS Jawa Barat, atas
kemitraan pada program USAID PRIORITAS.
Kanan:
2
Perwakilan kepala sekolah
menerima hibah buku secara simbolis.
Foto USAID PRIORITAS/Dindin
3
Tampak senang dan nyaman
belajar dengan guru yang
sedang praktik mengajar
dalam rangkaian pelatihan
di Bandung Barat.
Foto USAID PRIORITAS/
Asep Iryanto
Hj. Patmawati (kerudung
ungu), kepala MTsN Cisaat,
Cirebon, melakukan
supervisi kelas secara
terjadwal guna menjamin
mutu pembelajaran.
Foto USAID PRIORITAS/
Hidayatul Firdaus
Tim penataan dan
pemerataan guru
Kabupaten Bekasi
menganalisis kebijakan
yang memungkinkan
Foto: Dindin
ditempuh dalam rangka
distribusi guru.
Foto USAID PRIORITAS/
Iin Rahmawati
Tim penataan dan pemerataan guru kabupaten
Foto:
Asep
Iryanto
Tasikmalaya melakukan telaah data
dan
kebijakan.
Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi
Tlp. 022-2003133 Fax. 022-2007266
Kunjungi:
www.prioritaspendidikan.org
www.siapbelajar.com
12
tiga
Download