EKONOMI MORAL DALAM JARINGAN SOSIAL PADA USAHA

advertisement
EKONOMI MORAL DALAM JARINGAN SOSIAL PADA USAHA
MIKRO (Studi: Jaringan Sosial Usaha Kripik Tempe Sido Gurih di Jorong
Padang Bintungan Nagari Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru Kabupaten
Dharmasraya)
1
Iin Indrayati1, Marleni2, Ariesta2
Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRACT
This background of the study is human activity in the field of productive
sector economy material to be unfinished more valuable comodity for sale, this
identic industrial activitties withproduction process. The researcher uses this
theory by Max Weber about measure social theory. This reseach uses qualitative
appoarch with descriptive type. This selection using purposive sampling technique
with the number of informants 8 people. The type of the data used is primary data
and secondary data. The data selection of techniques werw conducted by
observasition (non-participant), in-depth interview and document study. The unit
of analysis is individual. the data analysis using an interactive model that was
analyzed using milles and huberman techniques.The results of this study indicate
the axistence 1. Network (social) micro between producers and supliers
established a fairly intimate relationship because, they uphold the value os social,
religious and cultural norms 2. Meso network fount in this research is the
axistence of rationalness that is an economy action which is social and embedded
in the social network of personal that is going on between the actor (fellow
tempeh chips industry owner).
Key words : Moral Economy, Social Network, Micro business
produksi. Menurut Hendro (dalam
PENDAHULUAN
Kegiatan industri merupakan
Putra, 2003: 63),
aktivitas manusia dibidang ekonomi
Jumlah tenaga kerja yang
produktif untuk mengelola bahan
terlibat di dalamnya adalah 5-19
mentah menjadi barang yang lebih
orang dengan investasi untuk mesin
bernilai untuk dijual. Sebagai bagian
dan peralatan di bawah Rp 70 juta,
dari sistem perekonomian, kegiatan
investasi per tenaga kerja kurang dari
industri
Rp 625 ribu. Termasuk didalamnya
identik
dengan
proses
adalah industri kerajinan yaitu suatu
Tempe adalah salah
bentuk usaha pembuatan barang
makanan tradisional yang berasal
yang lebih banyak menggunakan
dari indonesia, tempe terbuat dari
keterampilan tangan meskipun sering
kacang
dibantu dengan peralatan menurut
mengalami
Sugiarto (dalam Putra, 2003: 64).
memiliki rasa yang lezat dan disukai
kedelai
yang
satu
telah
fermentasi.
Tempe
Begitu juga pada masing-
oleh banyak golongan masyarakat.
masing daerah memiliki industri
Selain itu, tempe juga memiliki
kecil, dimana industri ini banyak
harga yang relatif murah sehingga
yang
membuat
mudah dijangkau oleh masyarakat.
makanan khas yang berbeda-beda
Olahan berbahan dasar tempe yang
mulai
sering kita temui, yaitu seperti tempe
dominan
dari
terkenal
dalam
Kota
Padang
dengan
yang
masakan
goreng,
tempe
mendoan,
tempe
Minangkabau yaitu rendang, Kota
bacem, tempe tumis, martabak tempe
Bukittinggi
terkenal
dan juga kripik tempe. Berbagai
kripik
olahan tersebut menggunakan teknik
daerah
pemasakan yang berbeda-beda. Hal
Dharmsraya makanan khas yaitu
ini tentu akan berpengaruh terhadap
kripik tempe yang terletak di Jorong
nilai
Padang Bintungan, Nagari Sialang
(Muchtadi, 2010).
yang
denganmakanan ciri
balado
Gaung,
(sanjai),
khas
juga
Kecamatan
Koto
Baru
gizi
Untuk
terhadap
mendirikan
tempe
usaha
Kabupaten Dharmasraya. Dimana
harus memiliki modal awal baik
kripik tempe diolah industri kecil
berupa biaya ataupun bahan mentah
rumahan, yang dahulunya hanya
yang
dikenal
Jorong
memproduksi kripik tempe. Untuk
Padang Bintungan, dan kripik tempe
memproduksi suatu barang mentah
dianggap
makanan
yang
sekarang
kripik
oleh
masyarakat
biasa,
tempe
tetapi
menjadi
akan
didapat
digunakan
melalui
untuk
pemasok
kemudian akan diolah menjadi kripik
makanan khas. Dimana industri kecil
tempe
oleh
industri
tersebut.
ini didukung oleh jaringan sosial
Biasanya dalam sebuah industri baik
besar maupun kecil adanya karyawan
sebagai pekerja untuk memproduksi
tersebut, sebelumnya Ibu Solihah
barang mentah menjadi barang jadi,
dahulunya pernah menjadi anggota
serta ada agen yang mendistribusikan
Sido Gurih, lalu Ibu Solihah memilih
barang jadi ke penjual kemudian
untuk mendirikan usaha sendiri di
barang tersebut sampai ketangan
rumahnya yang terletak di Jorong
konsumen
Padang Bintungan dan mempunyai 3
orang
Berdasarkan observasi awal,
tetap,
dalam
produksi kripik tempe kurang lebih
Berawal dari usaha Bapak Muridi
30
yang
menekuni
karyawan
kilogram.
Dengan
adanya
kegiatan
dalam
jaringan sosial maka di Jorong
tempe
yang
Padang Bintungan terdapat 3 industri
menggunakan waktu, tenaga, usaha,
kripik tempe. Dengan adanya usaha
dana dan sumber lainnya. Dimana
tersebut terdapat beberapa jaringan
home industri kripik tempe ini berdiri
sosial dari karyawan yang pernah
sejak
sebelum
menjadi angota dan kini mampu
mendirikan usaha industri Bapak
membuka mendirikan usaha sendiri,
Muridi mengikuti binaan yang dibina
tidak
oleh Koperindang sekali sebulan,
melainkan juga memiliki karyawan
setelah
tetap
industri
kripik
tahun
1986,
mengikuti
binaan
oleh
Koperindang, maka Bapak Muridi
hanya
bekerja
Bahan-bahan
sendiri
penunjang
mulai membuka usaha home industri
untuk
proses
yang diberi nama home industri
tempe
di
kripik
yang
pemasok datang mengantar bahan
terletak di Jorong Padang Bintungan
mentah seperti kedelai langsung ke
Nagari Sialang Gaung Kecamatan
rumah produksi tersebut. Bahan lain
Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.
seperti
tempe
Sido
Gurih
Selain usaha Sido Gurih dan
Matahari
ada
juga
usaha
Dua
pembuatan
dapat
bumbu,
dari
kartas
kripik
pemasok,
untuk
pembungkusan kripik didapat dari
warung, produsen yang membeli
Saudara yang didirikan oleh Ibu
langsung
kewarung.
Proses
Solihah yang berdiri pada tahun
pembuatan kripik tempe mulai dari
2001, sebelum mendirikan usaha
perebusan kedelai setelah kedelai
direbus dibiarkan sehari, lalu pagi
agen, agen mengambil kripik tempe
harinya
direbus
yang sudah siap dipasarkan lalu agen
kembali dan diletakkan di baskom-
memberikan uang setengah, setelah
baskom
kripik
kedelai
tersebut
biarkan
sampai
kedelai
ke
proses
sampai ke tangan konsumen, maka
pembungkusan tempe basah tempe
agen melunasi kurangan uang yang
yang dibungkus memakai kertas nasi
diberikan kepada produsen.
dingin,
lanjut
habis
dioper
ke
penjual
yang ditumpuk-tumpuk hingga 20
tumpukan
diatasnya
ditumpuk
dengan tumpukan buku agar tempe
METODOLOGI PENELITIAN
1.Pendekatan dan Tipe Penelitian
menjadi padat agar bisa dipotong-
Penelitian ini menggunakan
potong sesuai ukuran kripik tempe.
pendekatan
kualitatif
Pagi harinya tempe bisa digoreng
Menggunakan
metode
observasi
dan
untuk
wawancara
serta
dokumen.
sampai
Pendekatan
kualitatif
dimaksud
diberi
label
dipasarkan
siap
sehingga
ketangan konsumen.
Jaringan
dan
untuk memahami fenomena tentang
yang
terbentuk
apa
yang
dialami
oleh
subjek
dalam produksi kripik tempe mulai
penelitian. Menurut Bodgen dan
dari pemasok barang mentah ke
Taylor (dalam Maleong, 2013: 4).
pengusaha
Tipe penelitian deskriptif ini dapat
atau
tempe
pemasok
kedelai
dengan
produksi
kripik
menghantarkan
mendeskripsikan
jumlah
mengambarkan
yang
atau
tentang
suatu
diperlukan oleh produksi, produksi
keadaan atau peristiwa mengenai
perlu 200 kilogram maka pemasok
jaringan sosial usaha kripik tempe.
harus menyediakan barang mentah
Pemilihan
informan
penelitian
seperti kedelai, sistem pembayaran
diambil dengan cara
purposive
bahan mentah ini diansur atau bayar
sampling Adapun kriteria informan
setengah, setelah produksi habis
dalam
maka uang yang kurangan bahan
usaha kripik tempe di Jorong Padang
mentah
Bintungan, Kecamatan Koto Baru,
dilunasi
oleh
produksi.
Begitu juga antara produsen dengan
penelitian
jaringan
sosial
Kabupaten Dharmasraya.
sebagai
berikut:
sebagai
1. Pemasok
yang memiliki bahan
mentah berupa kedelai
2.
bersama. Keduannya dapat dianggap
produsen
industri
sekaligus
yang
aktor
“mengendalikan
daya
pemilik
memproduksi
karena
dan
mereka
sumber-sumber
peristiwa-peristiwa,
berminat pada sumber-sumber daya
dan
peristiwa-peristiwa,
dan
barang mentah (kedelai) menjadi
mempunyai kecakapan mengambil
barang jadi berupa kripik tempe.
tindakan-tindakan
3. Agen yang menyalurkan barang
produksi
ketoko-toko
untuk
dijual.
untuk
mewujudkan
kepentingan-
kepentingan melalui pengendalian
itu.
Informan penelitian
berjumlah 8
Adapun
aktor-aktor
yang
orang diantaranya adalah: pemilik
terdapat dalam jaringan kripik tempe
industri, karyawan, pemasok bahan
yaitu
mentah, agen serta konsumen.
mentah, agen, konsumen dengan
produsen,
pemasok
bahan
adanya jaringan sosial kripik tempe
HASIL DAN PEMBAHASAN
sido gurih
1.Aktor
dalam
adanya kebuhan dari masing-masing
Jaringan Sosial Usaha Kripik
individu yang saling membutuhkan
Tempe Sido Gurih
antara
yang
Aktor
Terlibat
merupakan
individu
ini terbentuk karena
satu
sama
lain,
industri
mengiginkan bahan mentah dari
yang terlibat dalam suatu interaksi
pemasok,
dengan
individu-individu
menyediakan kebutuhan dari industri
beberapa
(sekelompok)
atau
individu
kripik
sedangkan
tempe
tersebut.
pemasok
Dengan
lainnya, dalam artian aktor tidak
adanya keterlibatan antara pemasok
hanya
dengan
dapat
dikatakan
dengan
pemilik
industri
adanya
individu tapi dapat juga dikatakan
pertukaran barang dengan uang,
dengan kelompok (Damsar, 2009:
pemasok menyediakan bahan mentah
38). Aktor tidak dapat bertindak
dalam waktu produksi butuhkan
menurut kepentingan mereka sendiri,
minimal
melainkan
pemasokan,
menurut
kepentingan
3
kali
dalam1
dengan
kali
sistem
pembayaran
antara
setengah.
pemilik
karyawan
Hubungan
industri
terjalin
cukup
kripik tempe agar rasa dan bahan-
dengan
bahan tersebut lancar dipasarkan
bagus
untuk dapat memenuhi kebutuhan
dilihat dari karyawan yang bekerja di
sehari-hari.
industri cukup lama sekitar 5 tahunan
Produsen merupakan aktor
dengan kepercayaan pemilik industri
terpenting
kepada
hubungan
karyawannya
ketika
dalam
yang
kelangsungan
terbina
dalam
karyawan sedang memerlukan uang
kegiatan industri (aktifitas) produsen
dan
meminjam
kepada
pemilik
kripik
pemilik
industri
produsen untuk mengolah makanan
meminjamkan uang tersebut dengan
kripik tempe tidak mungkin terjadi,
syarat waktu penerimaan gaji uang
sehingga dalam penelitian ini peneliti
tersebut dipotong sesuai dengan yang
melihat aktor-aktor terpenting dalam
dipinjam
kegiatan industri rumahan kripik
industri
maka,
oleh
karyawannya.
Peristiwa tersebut tidak sekali dua
kali ditemukan oleh pemilik industri,
tempe.
Tanpa
adanya
tempe tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari
melainkan sering karyawan tersebut
keluarga
meminjam
gajian
tempe yang berada di Jorong Padang
diterima. Adapun aktor-aktor yang
Bintungan, Nagari Sialang Gaung,
terlibat dalam jaringan sosial kripik
Kecamatan Koto Baru, Kabupaten
tempe sido gurih yaitu:
Dharmasraya.
1. Produsen Sekaligus Pemilik
sebagai petani juga pensiunan guru
uang
sebelum
yang
industri
Bermata
kripik
pencarian
SD. Jika hanya pekerjaan itu yang
Industri Kripik Tempe
Produsen
pemilik
dimaksud
diandalkan oleh produsen industri
dalam penelitian ini adalah orang
kripik tempe tidak akan mencukupi
yang membuat makanan produksi
kebuhannya
kripik tempe di Jorong Padang
keterbatasan lahan pertanian yang
Bintungan, Nagari Sialang Gaung,
dimiliki
Kecamatan Koto Baru, Kabupaten
pekerjaan, memicu mereka untuk
Dharmasraya orang yang mempunyai
mendirikan industri rumahan juga
keterampilan
untuk mengisi waktu luang mereka
dalam
pembuatan
dan
sehari-hari
sulitnya
dengan
lapangan
dengan kegiatan industri pembuatan
kripik tempe
Pembuatan kripik tempe ini
tidak
Industri Kripik Tempe Sido
terlalu
sulit
membutuhkan
hanya
kesabaran
Gurih berdiri pada tahun 1986 yang
pembuatan
dibangun oleh Bapak Muridi dan Ibu
pembuatan tempe memerlukan waktu
Suyatmi. Dengan berdirinya industri
2
kripik tempe sido gurih ini, pemilik
sekaligus langsung dipasarkan begitu
industri dapat memiliki pemasukan
juga seterusnya, apabila ada waktu
yang
lebih,
hari
kripik
dalam
agar
tempe.
dapat
dalam
diproduksi
serta
dapat
untuk pergi bertani pemilik industri
usaha
kecil
ini mencari tenaga karyawan untuk
menengah (UKM) di Jorong Padang
proses pembungkusan kripik tempe
Bintungan, Kecamatan Koto Baru,
dan pemilik industri ini pergi untuk
Kabupaten Dhrmasraya. Hubungan
bertani. Tenaga kerja (karyawan)
yang terjalin antara industri lain,
dijemput
dengan pemasok juga agen memiliki
tempe saja tidak datang setiap hari.
mengembangkan
pas
pembuatan
kripik
hubungan yang baik.
Dengan adanya kepercayaan
2. Pemasok Bahan Mentah
(trust) dengan pihak-pihak yang
Pemasok adalah orang yang
terlibat hubungan antara kedua belah
menyediakan sumber daya yang
pihak atau lebih yang mengandung
dibutuhkan oleh individu (kelompok)
harapan-harapan
yang
atau orang yang memasukkan bahan
menguntungkan salah satu pihak atau
baku atau bahan mentah kepada
kedua belah pihak melalui interaksi
industri
sosial. Menjadi aktor dalam jaringan
merupakan
kripik tempe maka akan semakin
proses
bagus hubungan yang dibina antara
operasional
perusahaan.
pemasok dengan produsen, pemilik
merupakan
sumber
industri dengan agen. Adanya saling
bahan pembantu, bahan pendukung
percaya dan bekerja sama untuk
lainnya serta jasa pelayanan.
mendapatkan
suatu
yang
ingin
dicapai oleh aktor-aktor tersebut.
kripik
tempe,
bagian
produksi
Konsep
pemasok
penting
maupun
dari
proses
Pemasok
bahan
resiprositas
baku,
yang
menunjuk pada gerakan diantara
kelompok dengan kelompok yang
hubungan antara pemasok dengan
saling berhubungan timbal balik
pemilik industri ketika berinteraksi
antar
individu,
memesan bahan yang diperlukan dan
kelompok,
sistem pembayaran menggunakan
kelompok dengan kelompok yang
sistem bayar separo maka itu bisa
sering
dikatakan
individu
individu
dengan
dengan
dilakukan.
Hubungan
ini
bersifat simetris yang terjadi apabila
hubungan antara berbagai
dengan
adanya
tindakan resiprositas dalam
pihak
aktifitas pemasok dengan pemilik
(individu-individu, individu dengan
industri dengan adanya barang yang
kelompok, serta kelompok dengan
dibutuhkan oleh pemilik industri dan
kelompok)
pemasok
memiliki
posisi
dan
menyediakan
bahan
peranan yang relatif sama dalam
tersebut maka bisa dikatakan dengan
proses
hubungan
pertukaran.
dilakukan
oleh
Seperti
pemasok
yang
bahan
timbal
sedangkan
apabila
bahan
pembuatan
yang
kripik
digunakan
tempe
seperti
kedelai maka tidak akan menjadi
pemilik
industri membayar dengan uang
mentah dengan pemilik industri,
bahan
balik
pemasok
mentah
memberikan
kedelai
untuk
diproduksi oleh industri kripik sido
gurih.
kripik tempe yang diproduksi yang
dijual kepada konsumen.
3.Agen
Dalam buku pemasaran kelompok
Pada aktifitas tersebut. Pihak
bisnis
dan
majemen,
Agen
yang terlibat resiprositas memiliki
merupakan perantara yang tidak
posisi sosial yang sama, meskipun
memiliki
diantara mereka mempunyai derajat
diperdagangkan, tetapi semata-mata
harta kekayaan yang sama. Dalam
sebagai
hubungan
Tejasutisna:
resiprositas
merupakan
barang-barang
penghubung.
2002:
tersebut
156)
(Ating
dari
kewajiban membayar atau membalas
pengertian
kembali kepada orang atau kelompok
bertugas sebagai penghubung atau
lain atas apa yang mereka berikan.
perantara.
(Damsar, 2009: 104-105). Seperti
disalurkan ke pada sub- sub agen
Dan
dari
agen
yang
agen
hanya
akan
disini adalah pedagang-pedangang
berbagai cara seperti menikmati,
warung yang nantinya ada konsumen
menonton, melihat, menghabiskan,
yang akan membeli produk tersebut.
mendengar,
Sistem bayar antara agen dan
pemilik industri itu bayar separo,
biasanya kalo barang tersebut tidak
memperhatikan,
dan
lainnya. Menurut (Damsar, 2005:
109) .
pengunjung adalah mereka yang
habis dan agen harus melunasi uang
datang
kepada
agen
mempunyai tujuan untuk melakukan
industri
pembelian terhadap suatu barang
bawasanya barang yang di antarkan
atau jasa. Mereka ini adalah orang-
tidak habis maka pemilik industri
orang yang menghabiskan waktu
memaklumi agen tersebut. Dengan
luangnya dilokasi pasar. Konsumen
adanya saling kerja sama antara agen
adalah
dan produksi tempe maka kegiatan
memanfaatkan barang atau jasa yang
industri
dijual.
meminta
pemilik
waktu
industri,
kepada
tersebut
berjalan
lancar
sampai saat ini.
ke
lokasi
pasar
pemakai
Dengan
tanpa
atau
adanya
yang
komunikasi
yang baik antara konsumen dengan
4.
Konsumen
pemilik industri otomatis konsumen
Konsumen adalah masyarakat
akan melakukan pembelian secara
yang cenderung diorganisasikan di
berulang-ulang.
Sehingga
dalam
seputar
kegiatan
dilakukan
ketiga
konsumsi
ketimbang
yang
produksi barang dan jasa (Suyanto,
komponen yang saling membutuhkan
2013: 128). Sedangkan (dalam buku
dan saling terikat baik pemilik
Damsar, 2009: 113-114) konsumsi
industri dengan pemasok, pemilik
adalah bagaimana manusia dan aktor
industri
sosial
industri dengan para konsumen.
dengan
dimilikinya
sesuatu
mereka.
kebutuhan
berhubungan
yang
dapat
yang
sesuatu
yang
dapat
mereka
dapat
dilakukan
agen,
pemilik
dengan
memuaskan
Berhubungan
dengan
dengan
memuaskan
dengan
A. Jaringan Sosial Usaha Kripik
Tempe
Di
Bintungan.
Jorong
Padang
Pada penelitian ini ditemukan
lalu
pemilik
industri
tersebut
jaringan sosial mikro antara pemilik
menunasi kurangan uang kepada
industri
pemasok bahan mentah.
kripik
tempe
dengan
pemasok barang mentah. Ketika
hubungan yang mereka bina
pemilik industri kripik tempe dan
cukup bagus ketika agen mengambil
pemasok barang mentah berinteraksi
produksi tempe dalam seminggu
dalam suatu transaksi bisnis dan
sekali
berahir dengan jual beli maka hal
produksi tersebut tidak habis maka
tersebut bisa menjadi simpul bagi
agen datang langsung ke produksi
terbentuknya ikatan pelanggan antara
tersebut
mereka berdua.
Perhitungan antara agen dan pemilik
Dengan adanya keterlibatan
antara
pemasok
agen
dan
mengambil
memberikannya.
indusrti ini agen mengambil kripik
pemilik
tempe sebanyak 40 pack apabila
industri adanya pertukaran barang
kripik tersebut tidak habis maka di
dengan uang, pemasok menyediakan
berikan lagi ke pemilik industri
bahan mentah dalam waktu produksi
tersebut.
butuhkan minimal 3 kali dalam 1 kali
menjual sisa dari agen serta tepung-
pemasokan,
dengan
sistem
tepung jelek atau sotirannya dari
pembayaran
setengah.
Pemasok
tempe yang telah diambil oleh agen
bahan
mentah
yang bagus ke pasar. Hal itu
menghantarkan
dengan
ketika
Pemilik
dilakukan
sido gurih ini dalam waktu 2 minggu
dalam
sekali dengan jumlah 1 kwuintal,
memperdagangkan hasil industrinya
dengan harga per kilonya Rp 10.000
kripik tempe.
dan
pembayaran
seminggu
pemilik
pun
kedelai kepada industri kripik tempe
rupiah
oleh
industri
industri
sekali
untuk
separo
Adapun peta konsep dalam
sekitar Rp 500.000 dan Pelunasan
jaringan sosial usaha kripik tempe di
bahan
pemasok
Jorong Padang Bintungan Nagari
dibayar setelah pemasok menghantar
Sialang Gaung Kecamatan Koto
kan pesenan kepada pemilik industri
Baru Kabupaten Dharmasraya.
mentah
kepada
terjalin dengan baik karena mereka
saling membutuhkan untuk saling
bertukar
informasi
sehubungan
dengan bahan mentah kedelai.
Usaha industri kripik tempe sido
gurih ini termasuk kedalam usaha
mikro dimana usaha mikro disini
adalah usaha produktif milik orang
perorangan
atau
badan
usaha
perorangan yang memenuhi kriteria
Gambar 5.1 Peta Konsep Jaringan
usaha mikro sebagaimana diatur
Sosial Kripik Tempe.
dalam undang-undang (Nitisusastro,
2012: 268). Omset penjualan tahunan
Pembentukan ikatan pelanggan
mencapai 50.000.000,00 (lima puluh
dapat diperkasai oleh kedua belah
juta rupiah) sampai dengan paling
pihak, baik pemilik industri maupun
banyak 500.000.000,00 (lima ratus
pemasok. Kedua belah pihak akan
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
melakukan
ikatan
bangunan tempat usaha. Memiliki
pelanggan
dengan
penjualan tahunan mencapai lebih
mempertimbangkan
tingkat
dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
kepercayaan yang dimiliki selama ini
juta rupiah) sampai paling banyak Rp
dan
yang
2.500.000.000,00 (dua milyar lima
mungkin akan diperoleh oleh pemilik
ratus juta rupiah). Industri tersebut
industri kripik tempe. hal ini mereka
sudah memiliki izin dari pemerintah
lakukan karena adanya tujuan yang
SITU, TDI, SIUP, TDP, PIRT
ingin
LP.POM-MUI
pembentukan
tingkat
keuntungan
mereka
capai,
misalnya
13100010140815.
hubungan antara pemilik industri
Biaya
kripik tempe yang berada di Jorong
mengurus
Padang Bintungan. Dengan hal itu
kurang lebih Rp.1.336.000 rupiah.
hubungan yang terjadi antara pemilik
Hasil industri tersebut sudah bisa di
industri
dengan
pemasok
harus
yang
dikeluarkan
perizinan
pada
untuk
awal
pasarkan keluar kota dengan adanya
dengan kelompok) bersifat intim dan
izin dari pemerintah.
akrab. Dengan kata lain, mereka
Dalam
konteks
ekonomi
sosiologi
kepercayaan
(trust)
merupakan hubungan antara kedua
belah
pihak
atau
terlibat
dalam
aktifitas
resiprositas saling kenal antara satu
sama lain.
yang
Dari pengamatan yang sudah
yang
dilakukan oleh peneliti pada tanggal
satu pihak
27 Maret 2017 bahwa diantara
atau kedua belah pihak melalui
pemilik industri dan pemasok terlihat
interaksi sosial (Lawang, 2004: 189).
adanya keterlekatan relasional yang
Konsep utama
merupakan tindakan ekonomi yang
mengandung
lebih
yang
harapan
menguntungkan salah
Antara pemasok
dengan pemilik industri kripik tempe
disituasikan
sido gurih memiliki kesepakatan
melekat (embedded) karena terjadi
bahwasannya, kedelai yang dipesan
suatu kepercayaan yang baik antara
kepada pemasok bahan mentah yang
pemilik industri dengan pemasok
diambil oleh pemilik industri sistem
bahan mentah hal ini dibuktikan
pembayaran dibayar separo dengan
dengan
kesepakatan tersebut, maka pemilik
mempercayai
industri akan tetap berlangganan
bertransaksi jual beli. Walaupun
kepada
diantara mereka yang kadang terjadi
pemasok
kedelai
Bapak
Mamat.
adanya
sosial
tindakan
dan
jujur
dan
saling
dalam
perselisihan paham tetapi itu hanya
Pada aktivitas tersebut, berbagai
pihak
secara
yang
memiliki
terlibat
posisi
resiprositas
Dalam
hubungan
pelanggan
sama,
terjadi hubungan interpersonal antara
meskipun di antara mereka memiliki
penjual dan pembeli yang melibatkan
derajat
berbagai
harta
yang
bersifat sementara.
kekayaan
dan
aspek
sosial,
budaya,
fungsionaris adat yang berbeda-beda.
agama, dan politik dalam kehidupan
Hubungan seperti ini terjadi apabila
mereka berdua. Proses ini terus
hubungan berbagai pihak (antara
berlangsung terus-menerus sampai
individu
individu
ada kepastian dan kepercayaan dari
dengan kelompok, serta kelompok
kedua belah pihak bahwa berbagai
dan
individu,
informasi telah terjadi dan telah
sosial, budaya, agama dan politik
menguntungkan kedua belah pihak.
dalam kehidupan mereka.
Menurut Weber, tindakan sosial
jika
dilihat
sosialnya
contohnya pemilik industri kripik
pemasok
tempe saling berinteraksi dan saling
tergolong dalam tindakan rasional
tolong menolong dalam menjual
instrumental. Dimana tindakan yang
barang produksinya apabila barang
mereka lakukan ditentukan oleh
yang diinginkan konsumen tidak
harapan-harapan
adaditempatnya.Merekasaling
tempe
kasus
aspek
pemilik
industri
dari
Pada
dengan
yang
memiliki
tujuan yang ingin mereka capai.
mempromosikan
Adapun harapan-harapan dari para
lainnya. Ketika salah satu dari ke 3
pemilik industri kripik tempe kepada
produksi mengalami masalah tentang
pemasok adalah agar bahan mentah
kripik yang kurang bagus cara
tetap lancar dan kripik tersebut laku
pembuatannya, maka salah satu dari
dipasarkan.
industri misal industri matahari yang
B. Jaringan Meso Antara Pemiliik
mengalami masalah tempe yang
tempe
Industri Sido Gurih dengan
dibungkus
Industri Lainnya
industri matahari bertanya kepada
Berdasarkan
dilakukan,
penelitian
jaringan
sosial
kurang
industri
bagus
maka,
yang
industri sido gurih. Bagaimana cara
yang
pembuatan tempe basah ketika tempe
ditemukan dalam penelitian ini yaitu
tersebut
adanya keterlekatan relasional yang
semalam. Hubungan antara ketiga
merupakan tindakan ekonomi yang
produksi memiliki hubungan yang
disituasikan
dan
bagus saling memberikan informasi
melekat (embedded) dalam jaringan
antara sama lain. kripik tersebut
sosial
Kripik tempe produksi sido gurih
personal
berlangsung
(sesama
secara
sosial
yang
diantara
pemilik
para
industri
sedang
aktor
habis
hitam
dan
dalam
konsumen
waktu
memiliki
kripik
keinginan untuk membeli produk
tempe). Hubungan antara sesama
sido gurih maka, pemilik industri
pemilik industri terjadi hubungan
menawarkan
interpersonal yang melibatkan aspek
bahwasannya di 2 saudara dengan
kepada
konsumen
matahari
ada
mau
dalam pergaulan didalam masyarakat
menunggu waktu produksi tempe
telah ada tuntutan agar kita harus
berikutnya.
bergaul dengan tetangga kita dengan
Ulasan
kalau
dari
tidak
teori
yang
penuh sopan santun. Begitu juga di
dikemukakan oleh Weber seseorang
dalam agama yang telah menuntun
yang berasumsi dalam bertindak
kita agar saling tolong-menolong
tidak hanya sekedar melaksanakan,
antara sesama makhluk sosial.
tetapi juga menempatkan diri dalam
KESIMPULAN
lingkungan berpikir dan perilaku
Berdasarkan
penelitian
yang
orang lain. Menurut Weber untuk
telah dilakukan di Jorong Padang
memahami
makna
Bintungan, Nagari Sialang Gaung,
tindakan manusia itu terkait dengan
Kecamatan Koto Baru, Kabupaten
tujuan. Dengan begitu, tindakan
Dharmasraya
individu
tindakan
sosial usaha kripik tempe dapat
subjektif yang merujuk pada suatu
disimpulkan bahwa, pada penelitian
motif tujuan (in onder to motive)
ini ditemukan ada jaringan sosial
yang sebelumnya mengalami proses
pada usaha kripik tempe sebagai
intersubjektif berupa hubungan tatap
berikut:
muka, atau face to face relationship
1.
motif
adalah
dan
suatu
antar person yang bersifat unik.
mengenai
jaringan
Jaringan Mikro
Pada penelitian ini ditemukan
Tindakan rasional seperti itu adalah
jaringan
mikro
antara
pemilik
suatu tindakan yang bertujuan atas
industri
kripik
tempe
dengan
dasar rasional nilai yang berlaku dan
pemasok
bahan
mentah.
Ketika
bersifat afektual, yaitu tindakan yang
pemilik industri dengan pemasok
terkait
berinteraksi dalam suatu transaksi
dengan
intelektual
dan
kemampuan
emosi,
serta
bisnis dan berahir dengan jual beli
berdasarkan atas pemahamaN makna
maka hal tersebut bisa menjadi
subjektif dari para aktor itu sendiri.
simpul bagi terbentuknya ikatan
Hal tersebut mencerminkan
bahwa mereka telah menjunjung
tinggi nilai etika dan agama, sebab di
pelanggan antara mereka berdua.
2.
Jaringan Meso
Pada penelitian ini ditemukan
jaringan meso yaitu antara produsen
sekaligus
pemilik
industri
satu
Nitisusastro,
Mulyadi.
Kewirausahaan
2012.
Dan
dengan yang lainnya. Fungsi pelicin
Manajemen Usaha Kecil.
dalam jaringan sosial pada tingkat
Bandung: Alfabeta.
meso dapat dilihat dari berbagai
Sulistyowati, A. 1999. Membuat
kemudahan
anggota
yang diperoleh para
kelompok
produsen
sekaligus pemilik industri kripik
Kripik Buah Dan Sayur.
Cetakan 1. Jakarta: Puspa
Swara.
tempe.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2003.
DAFTAR PUSTAKA
Astamoen,
Moko.
Entrepreneurship
2008.
Politik Dalam Industri Kecil
dalam
Di Jawa: Yayasan Adikarya
Perspektif Kondisi Bangsa
Indonesia.
Ekonomi Moral, Rasional,
Ikapi Dan Ford Fundation.
Bandung:
Alfabeta.
Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial
Dalam
Bungin.
2001.
Metodologi
Penelitian Sosial. Bandung:
Erlangga University Press.
Damsar
dan
Indrayani.
Pengantar
2009.
Sosiologi
Ekonomi. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Muchtadi,
T.R.
Teknologi
Pengolahan
et
al.
2010.
Proses
Pangan.
Bogor: Alfabeta, CV. IPB.
Tiga
Paradigma.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Download