MENGAPA BUDIDAYA RUMPUT LAUT ? Keragaman species dan luasnya wilayah Potensial untuk dikembangkan Teknologi budidaya yang cukup sederhana , telah dikuasai oleh masyarakat, waktu budidaya relatif singkat 45 hr (bibit 20-25 hr) per siklus panen Produk olahan yang beragam dlm brbagai aspek kebutuhan manusia Menyentuh langsung kehidupan masyarakat pesisir Model usaha dapat dilakukan dalam skala usaha kecil dan menengah (UKM) dan skala industri (budidya & pascapanen) Penetapan & pengembangan usaha RL ≈ dgn kebijakan pemerintah : Mendorong kesempatan kerja, Pertumbuhan ekonomi, Kesejahteraan masyarakat Proyeksi Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama, 2009 - 2014 No. Rincian Jumlah 1 Rumput laut 2 Catfish - Patin - Lele 3 Nila 4 Bandeng 5 Udang - Udang windu - Udang vaname 6 Mas 7 Gurame 8 Kakap 9 Kerapu 10 Lainnya 2009* 2010 2011 2012 2013 2014 4,780,100 5,376,200 6,847,500 9,415,700 13,020,800 16,891,000 2,574,000 332,600 132,600 200,000 378,300 291,300 348,100 123,100 225,000 254,400 38,500 4,600 5,300 553,000 12 2,672,800 495,600 225,000 270,600 491,800 349,600 400,300 125,300 275,000 267,100 40,300 5,000 7,000 646,700 27 3,504,200 749,000 383,000 366,000 639,300 419,000 460,000 130,000 330,000 280,400 42,300 5,500 9,000 738,800 38 5,100,000 1,146,000 651,000 495,000 850,000 503,400 529,000 139,000 390,000 300,000 44,400 6,500 11,000 925,400 38 7,500,000 1,777,000 1,107,000 670,000 1,105,000 604,000 608,000 158,000 450,000 325,000 46,600 7,500 15,000 1,032,700 30 10,000,000 2,783,000 1,883,000 900,000 1,242,900 700,000 699,000 199,000 500,000 350,000 48,900 8,500 20,000 1,038,700 Satuan : ton Kenaikan Kenaikan rata-rata (%) 2009 ke 2009-2014 2014 (%) 29 353 32 389 70 35 27 19 15 10 17 7 5 13 31 14 1,420 450 329 240 201 162 222 138 127 185 377 188 PETA POTENSI BUDIDAYA RUMPUT LAUT INDONESIA ( < 2006) Nangroe Aceh Darussalam 104.000 Ha Sumatera Utara 20.000 Ha Kalimantan Timur 15.520 Ha Gorontalo 2.850 Ha Maluku 206.000 Ha Sulawesi Utara 5.600 Ha Sulawesi Tengah 106.000 Ha Papua 501.000 Ha Sulawesi Tenggara 83.000 Ha Kepulauan Riau 37.635 Ha Jawa Timur 16.420 Ha Bali 1.151 Ha Nusa Tenggara Barat 22.270 Ha Sumber : ASPERLI (2008) Sulawesi Selatan 250.000 Ha Nusa Tenggara Timur 10.086 Ha Kappaphycus alvarezii lebih populer dengan nama Eucheuma cottonii Eucheuma denticulatum lebih populer dengan nama Eucheuma spinosum Eucheuma edule lebih populer dengan nama Saccul Gracillaria verrucosa spesies andalan budidaya tambak air payau K. alvarezii E. denticulatum E. edule G. verrucosa Parigi-Sulteng, 16 April 2011 Bibit Hasil Kultur Jaringan Metode produksi oleh BPPBAP, Maros. Tahun 2010 mulai diperbanyak, 2011 bisa diproduksi massal Keragaan rumput laut Hasil Kultur Jaringan Kultur Jar Maros Takalar Luwu Bone Pertumbuhan (G. verrucosa) % Pertumbuhan (K alvarezii) % 24,4 61,8 Agar (%) 21,20 21,47 14,23 10,83 16,92 - 18,93 12,00 15,11 Gel strength (g/cm2) 850 - - 600 - Viscositas (cps) 150 - - 100 - Rendemen semi refine 28 - - 25 - Pertumbuhan Gracillaria sp. di Lappa Kab. Sinjai LPH Agar (%) Produksi bibit Kuljar Lokal 6,29 % 4,52 % 28, 23 % 23,22 % 297 kg 144,75 % 20 btg (140 kg) 84 kg 133,33 % 6 btg (36 kg) Jenis Rumput Laut Gracillaria sp. dan Sebarannya di Indonesia Spesies Daerah Sebaran Gracilaria confervoides Menyebar Gracilaria crasaa Jawa Barat Gracilaria blodgetii Jawa Barat, Jawa Timur, Lombok, Kep. Sumba Gracilaria arcuata Jawa Barat, Lombok, Sumbawa, Sumba, P.Sawu Gracilaria verrucosa Sumbawa Barat, P. Sewu, sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Gracilaria euchenoides Lampung Selatan, Selatan Jawa, Sulawesi Tenggara, Maluku Selatan, Maluku Tenggara Gracilaria lichenoides Tersebar Gracilaria gigas Tersebar Gracilaria taenoides Kep. Riau, Belitung, Bangka, Lampung Jenis yang dominan dibudidayakan di Indonesia Gracilaria verrucosa Gracilaria gigas Fenotip kultivar G. verrucosa lokasi berbeda di SulSel Bone Barru Luwu Maros Pinrang Takalar Jenis Rumput Laut (kandidat budidaya) (Sulsel) Caulerpa recemosa var. macrophysa Caulerpa lentillifera Caulerpa sp. Budidaya Caulerpa di tambak BRPBAP MAROS A B Persyaratan Lokasi/Tambak Dasar lahan tambak pasir berlumpur s/d lumpur berpasir Sumber air cukup : kuantitas & kualitas sumber air laut & tawar salinitas optimal Resirkulasi / pergantian air dalam petak tambak mudah dilakukan saluran yang lancar lahan yang landai < 2o Perbedaan pasang surut yang cukup (1,5 – 2,5 m) Salinitas air 15 – 28 ppt (opt. 20 – 25 ppt) Suhu air 20 – 28 oC tropis (sangat tergantung wilayah/lokasi) pH air 6-9 (opt. 6,8- 8,2) Kedalaman air dalam tambak dapat mencapai 50 – 80 cm Bebas dari polusi (limbah rumah tangga dan industri) Aksessibilitas tersedia bibit, bahan konstruksi, sarana & prasarana, transportasi, kontrol/pengawasan/aman, pemasaran hasil produksi. Aspek sosial respon masy sangat menentukan keberhasilan dlm menerima teknologi bd RL. Konstruksi Tambak - Konstruksi (tambak baru) terdiri dari saluran pemasukan air (inlet), pintu air, pematang, pelataran, caren, saluran pengeluaran/buangan air (outlet) - Rekontruksi/perbaikan lahan tambak tambak marginal (kedok teplok, menutup pematang yang bocor) - Kontruksi harus mempertimbangkan kelancaran sistem resirkulasi air dalam tambak yang efektif pemanfaatan gravitasi untuk pergantian - Lebar pematang tambak : 2 - 4 m dengan ketinggian 80 – 150 cm (tergantung metode budidaya yang akan dilakukan) - Pelataran tambak harus bersih dari akar atau sisa vegetasi Persiapan Tambak Petak tambak dikeringkan, tanah dasar tambak di jemur sampai kering Membersihkan/memperbaiki saluran air dari kotoran, gulma, dan pendangkalan (kelancaran resirkulasi). Pemberantasan hama / ikan liar dengan saponin ± 50 kg/ha sangat tergantung dengan volume air dan tingkat salinitas juga dpt menggunakan jenis pengendali hama lainnya (legal) sesuai dengan dosis dan frekwensi yg dianjurkan Mengisi air sampai kedalaman 10-20 cm Bilas dengan membuang air rendaman dan keringkan 1-2 hari Tambak kemudian diisi air kembali sampai kedalaman 10 cm Pemupukan N dan P : 50 kg/ha dengan perbandingan 1 : 1 (jumlah pupuk sangat tergantung tingkat kesuburan dan jarak petak tambak dari pantai) Tambahkan sampai ketinggian 30 cm tambak siap ditanami/ditebari bibit RL. Seleksi bibit yang berkualitas • Bibit yang memiliki adaptasi yang tinggi ; LPH yang tinggi • Bibit berumur 20 – 30 hari • Penampilan batang/tallus yang silindris, bersih,segar, keras, tidak berlendir, tidak berbau amis, dan tidak pucat • Pilih bibit yang percabangan banyak dan dan tumbuh memusat dari bagian satu bagian pangkal dan menyebar • Bibit harus harus homogen tidak tercampur dgn jenis yang lain • Pilih bibit dengan tallus memanjang berkisar 15-30 cm Introduksi dan Adaptasi Bibit Pengangkutan bibit harus dilakukan dalam cuaca yang tidak panas (malam, subuh) penebaran pagi hari Mengadaptasikan bibit (jika bibit diintroduksi dari luar/jauh) dengan kondisi lingk. tambak selama (salinitas) 1- 2jam Penebaran Bibit 1. Metode Tebar Dasar (broadcast method) • • • • Metode tebar dengan cara menebar bibit rumput laut secara merata langsung ke dasar pelataran tambak Jumlah bibit yang ditebar sebanyak 2,2 ton/ha tambak Waktu penebarkan bibit rumput laut pagi hari Ketinggian air dipertahankan 30 cm pada 4 minggu pertama • Ketinggian air dipertahankan 50 cm pada minggu ke 5 sampai panen 2. Metode Tebar Lepas Dasar Metode ini dilakukan dengan cara menebar bibit rumput laut (10 – 20 cm) di atas pelataran tambak dengan merentang waring hitam atau anyaman bila bambu patokkayu/bambu. Jumlah bibit yang ditebar maks. 1,5-2 ton / ha mengantisipasi kerusakan tempat budidaya Umumnya metode ini sistem polikutur dengan udang windu (1-4 ek/m) ruang di dasar tambak untuk udang windu Keuntungan rumput laut bersih & ada produksi sampingan (udang) Metode ini hanya dapat dilakukan pada tambak yang memiliki kedalaman air minimal 60 cm Metode masih terbatas di aplikasikan oleh pembudidaya 3. Metode Tali Panjang (Metode Pancang) Metode ini dilakukan dengan cara mengikat bibit rumput laut pada simpul2 tali kemudian dibentangkan (10 – 20 cm) di bawah permukaan air dalam tambak Jarak antar rumpun bibit 10 – 20 cm dengan bobot awal 30 - 50 gr Bibit yang sdh terikat pada tali dibentangkan memanjang dari satu sisi tambak dengan menikatkan pada patok2 kayu/bambu Metode budidaya tali panjang dapat dilakukan dgn polikultur udang dan/atau bandeng, Metode ini juga msh terbatas dilakukan pembudidaya (P. Jawa) Polikultur • Polikultur rumput laut dengan bandeng pada lahan 1 ha tambak idealnya digunakan rasio sebagai berikut : 2,2 ton bibit rumput laut : 2.500 ekor gelondongan ikan bandeng • Polikultur rumput laut, bandeng, dan udang pada lahan 1 ha tambak idealnya digunakan rasio sebagai berikut : 3 ton : 1.000 ekor : 5.000 ekor • Selain Polikultur dengan bandeng dan udang, rumput laut juga dapat dipolikultur dengan komoditas lainnya, seperti rajungan, baronang, nila, maupun kepiting sebagai shelter Pembesaran dan Perawatan • Pada met. Tebar dasar 4 minggu pertama ketinggian air dipertahankan 30 cm; dan 50 cm pada minggu ke 5 sampai panen • Melakukan pembersihan kotoran dan membalik rumput laut • Mengganti air 75% (sekali dlm 1 minggu) lebih sering pd musim kemrau • Mengontrol dan membersihkan tanaman pengganggu (lumut & kotoran lain yang pada rumput laut). • Menjaga kedalaman air min. 60 cm untuk met. Tebar lepas dasar dan min. 80 cm untuk met. Tali panjang • Jika pertumbuhan rumput laut lambat/kerdil krn tambak kurang subur, pemupukan susulan (20 % dari dosis pupuk awal) • Setelah umur penanaman 2-5 minggu lakukan pengamatan dan penyebaran bibit yang bergerombol ke tempat yang kosong • Pertumbuhan dipantau secara periodik > 3%/hari. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ledakan populasi lumut terjadi pada tambak budidaya RL merupakan masalah yang paling dominan Jenis lumut : Enteromorpha sp., Chaetomorpha sp., dan Ectocarpus Penanggulangan dapat dilakukan sec. fisik dan biologi - mengangkat lumut secara manual, - meningkatkan ketinggian air tambak, - Resirkulasi air harian ditingkatkan - polikultur ikan bandeng, budidaya dampingan. Kerang / teritip sering menempel pada thallus rumput laut di tambak (Limnea glabra sp.) Panen & Pengeringn Panen dilakukan 90 hari setelah penanaman awal 60 hari (panen selanjutnya) kuantitas dan kualitas Panen dilakukan pada pagi hari sinar matahari Sebelum di jemur bersihkan dr kotoran dan lumput jemur di atas para2, pematang (menggunakan pengalas) Kondisi normal Gracillaria kering dlm 1 – 2 hari Setelah kering dipacking ke dalam karung disimpan di tempat yang tdk lembab Untuk menghindari penurunan mutu segera dijual KESIMPULAN 1. Secara teknis keberhasilan budidaya sangat ditentukan oleh : pemilihan lokasi tambak & sumber air, persiapan tambak, padat penebaran bibit awal, pencegahan hama/penyakit/biofouling, polikultur. Secara non teknis sangat dipengaruhi oleh tingkat harga. 2. Perlu pengembangan kebun bibit untuk setiap sentra budidaya rumput laut dengan penerapan metode seleksi klon 3. Saran : setiap sentra budidaya rumput laut sebaiknya memiliki informasi / pemetaan lahan tambak yang cocok untuk budidaya gracillaria SEAWEED FOR LIFE