PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri yang pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, juga dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat (Sinaga dkk., 2013) Meningkatnya industri memberikan dampak meningkatnya pelepasan limbah ke lingkungan sekitar termasuk didalamnya lingkungan perairan laut. Buangan limbah yang masuk ke perairan laut dapat melalui aliran run off maupun aliran sungai. Salah satu limbah industri yang dilepaskan ke perairan laut adalah logam berat. Telah diketahui bahwa sekitar 70 % wilayah Indonesia adalah perairan laut yang merupakan sumberdaya yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia. Peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan perairan laut menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Kekhawatiran ini disebabkan tingkat toksisitas logam berat yang sangat tinggi bagi makhluk hidup terutama bila terjadi bioakumulasi pada rantai makanan, (Purbonegoro, 2008). Wilayah pesisir merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia dan kegiatan pembangunan. Perairan pesisir Belawan merupakan salah satu perairan yang tercemar logam berat. Kampung Nelayan berada didekat kawasan industri yang membuang limbah ke perairan, sehingga diduga perairan sekitarnya tercemar oleh limbah industri. Kegiatan atau aktivitas Universitas Sumatera Utara di laut yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut antara lain: Perkapalan, dumping di laut, pertambangan, eksplorasi dan eksploitasi minyak, budidaya laut, dan perikanan. Hasil kajian Badan Lingkungan Hidup (2011), terdapat ± 50 industri yang beroperasi disekitar sungai Deli, yang bermuara ke Belawan. Keseluruhan industri tersebut diperkirakan membuang langsung limbahnya ke sungai. Selain limbah dari industri, pencemaran air sungai Deli juga akibat penumpukan sampah. Beberapa industri seperti pewarnaan, kertas, minyak dan industri pelapisan melepaskan sejumlah tembaga di Sungai Deli yang langsung bermuara di Belawan. Beberapa pabrik industri yang diketahui beroperasi di sekitar belawan adalah, PT. Canang Indah, PT. Indofood, PT. Growth Sumatera Industry, PT. Putra Baja Deli, PT. Industri Karet Deli, dll. Salah satu indikator gangguan lingkungan di laut adalah kandungan logam berat dalam perairan pesisir yang berasal dari kegiatan industri maupun alam. Logam berat yang berada di perairan akan diserap oleh organisme hidup melalui proses biologis dan akhirnya terakumulasi. Kandungan logam berat yang menumpuk pada air laut dan sedimen akan masuk kedalam sistem rantai makanan dan berpengaruh pada kehidupan organisme perairan (Said dkk., 2009). Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Bahan pencemar berupa logam berat di perairan akan membahayakan kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Salah satu jenis logam berat yang memasuki perairan dan bersifat toksik adalah Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb). Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb) merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena tidak dapat Universitas Sumatera Utara dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup dan dapat terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik. Sumber utama timbal adalah berasal dari makanan dan minuman. Organisme perairan merupakan kelompok organisme yang pertama kali mengalami dampak secara langsung dari pengaruh limbah atau pencemaran logam berat di perairan. Salah satu organisme perairan yang menerima dampak langsung pencemaran logam berat adalah tanaman mangrove. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove tidak atau sulit tumbuh diwilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2003). Satu diantara beberapa spesies mangrove yang memiliki kemampuan menyerap logam berat adalah Api-api (Avicennia marina). Pohon mangrove ini memiliki upaya penanggulangan materi toksik lain diantaranya dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut. Berdasarkan kondisi itu maka perlu untuk dilakukan tindakan sebaik mungkin agar pencemaran logam berat tersebut tidak berlangsung lebih jauh. Universitas Sumatera Utara Salah satu cara adalah dengan mengetahui penyebab dan ancaman serta bagaimana melakukan pengendalian terhadap keberadaan logam berat tersebut. Dengan begitu baik keberlangsungan kegiatan masyarakat dan industri tetap berjalan serta yang paling utama agar kelestarian lingkungan baik darat dan laut juga tetap terjaga. Perumusan Masalah Kontaminasi logam berat terhadap ekosistem perairan telah menjadi masalah dalam kesehatan lingkungan selama beberapa dekade. Kontaminasi logam berat pada ekosistem perairan secara intensif berhubungan dengan pelepasan logam berat oleh limbah domestik, industri dan aktivitas manusia lainnya. Kontaminasi logam berat dapat menyebabkan efek mematikan terhadap organisme laut dan menyebabkan ketidakseimbangan ekologis dan keanekaragaman organisme laut. Perairan pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Kenyataannya perairan pesisir dalam menampung dan mengurai limbah yang terbatas menimbulkan penumpukkan limbah yang lambat laun menimbulkan pencemaran. Salah satu organisme perairan yang menerima dampak langsung pencemaran logam berat diwilayah pesisir adalah tanaman mangrove. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan akar pasak, kulit batang dan daun Avicennia marina dalam menyerap dan mengakumulasikan logam berat Kadmium dan Timbal? Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana kandungan logam berat Cd dan Pb yang terdapat pada jaringan akar pasak, kulit batang, dan daun Avicennia marina di Desa Kampung Nelayan Seberang? Kerangka Pemikiran Pencemaran logam berat yang terus-menerus terjadi dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan juga dapat berpengaruh terhadap organisme yang ada diwilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar logam berat disuatu perairan dengan menguji kandungannya terhadap jaringan tumbuhan (akar, kulit batang, daun) Avicennia marina, sehingga dapat dilakukan kegiatan pengelolaan wilayah pesisir (lingkungan maupun organisme) terhadap kerusakan akibat pencemaran logam berat. Secara ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Kegiatan industri, domestik, transportasi laut, pertanian, minyak. Limbah (Logam Berat) Peran Mangrove Avicennia marina mengakumulasi Logam Berat Daun Akar Kulit Batang Kadar dan akumulasi logam berat Cd dan Pb Strategi pengelolaan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kandungan logam berat kadmium dan timbal pada akar, batang, dan daun Avicenia marina. 2. Mengetahui kemampuan A. marina dalam mengakumulasi logam berat Cd dan Pb. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan informasi tentang kadar logam berat disuatu perairan yang diuji kandungannya pada jaringan akar dan daun Avicennia marina, sehingga dapat dilakukan kegiatan pengelolaan diwilayah pesisir terhadap kerusakan akibat pencemaran logam berat. Universitas Sumatera Utara