1 APLIKASI ZPT HANTU TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh : EKO SAPARINGGA AGNES NIM : 130500091 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016 2 APLIKASI ZPT HANTU TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Oleh : EKO SAPARINGGA AGNES NIM : 130500091 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebuah Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Aplikasi ZPT Hantu Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth) Nama Mahasiswa : Eko Saparingga Agnes NIM : 130500091 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut. MP NIP. 197707232003122002 Roby, SP, MP NIP. 19730517200511009 Sri Ngapiyatun, SP, MP NIP. 197708272001122002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 19721025 200112 1 001 Lulus ujian pada tanggal : 23 Agustus 2016 Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003 4 ABSTRAK EKO SAPARINGGA AGNES. Aplikasi ZPT Hantu Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Nilam (Pogostemon cablin Benth) (di bawah bimbingan F. SILVI DWI MENTARI). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh zat pengatur tumbuh Hantu yang belum banyak diketahui petani dan masyarakat budidaya nilam, tentang penggunaan dosis yang sesuai bagi stek batang nilam (Pogostemon cablin Benth). Maka untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian untuk mencari dosis yang sesuai bagi meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil budidaya nilam serta mempercepat pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kecepatan tumbuh dan persentase keberhasilan pertumbuhan stek nilam yang diberikan zat pengatur tumbuh Hantu. Penelitian ini dilakuan 3 bulan, terhitung dari tanggal 30 Desember 2015 sampai dengan 30 Maret 2016, dari persiapan alat dan bahan, pelaksanan penelitian, pengambilan data, dan penyusunan laporan Penelitian ini dilakukan di areal sekitar Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) taraf perlakuan yaitu, P1 : stek nilam direndam mengunakan ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air selama 10 menit, P2 : stek nilam direndam mengunakan ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air selama 10 menit, P3 : stek nilam direndam mengunakan ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada perlakuan P1 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-6 dengan jumlah 6 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 90%, pada perlakuan P2 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-6 dengan jumlah 1 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 70%, serta perlakuan P3 kecepatan tumbuh stek nilam di hari ke-6 dengan jumlah 4 stek dan persentase keberhasilan tumbuh 80%. Dengan demikian perlakuan pada P1 diduga dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari perlakuan yang lain. Kata Kunci : ZPT Hantu, stek batang, nilam 5 RIWAYAT HIDUP EKO SAPARINGGA AGNES, lahir pada tanggal 12 Desember 1993 di Desa Senyiur, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan bapak Junaidi dan Ibu Sumini. Tahun 2001 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) 001 Senyiur dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Muara Ancalong hingga lulus pada tahun 2010. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Muara Ancalong dan lulus pada tahun 2013. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 4 Maret sampai dengan 28 April 201 6 mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Cita Puta Kebun Asri Desa Alur, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. 6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP selaku dosen pembimbing. 2. Bapak Roby, SP, MP dan Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP selaku dosen penguji 3. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 4. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 5. Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis selama ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan , namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Penulis Kampus Sei Keledang, 23 Agustus 2016 7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................... ii DAFTAR TABEL ........................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... iv I. PENDAHULUAN ................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... A. Morfologi Tanaman Nilam ............................................... B. Perbanyakan Nilam Secara Vegetatif ............................. C. Tinjauan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami................... D. Kandungan ZPT Hantu ................................................... 4 4 10 12 16 III. METODE PENELITIAN ......................................................... A. Tempat dan Waktu .......................................................... B. Alat dan Bahan................................................................ C. Rancangan Penelitian ..................................................... D. Prosedur Kerja ................................................................ E. Pengambilan Data ........................................................... F. Analisa Data .................................................................... 17 17 17 17 18 19 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ A. Hasil ................................................................................. B. Pembahasan .................................................................... 20 20 22 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ A. Kesimpulan ...................................................................... B. Saran ............................................................................... 26 26 26 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 27 LAMPIRAN .................................................................................... 30 8 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Data hari munculnya tunas ............................................................... 21 2. Hasil persentase keberhasilan tumbuh stek nilam............................. 22 9 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Alat dan Bahan.................................................................................... 31 2. Persiapan Media Tanam dan Perendaman Stek Nilam ....................... 35 3. Dokumentasi Hari Penanaman Stek Nilam .......................................... 37 4. Dokumentasi Hasil Akhir ..................................................................... 49 1 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki prospek ekonomi cukup cerah, hasil dari tanaman nilam adalah minyak nilam yang diperoleh dari proses penyulingan daun dan ranting tanaman nilam. Di Indonesia pengembangan tanaman nilam mempunyai tujuan ganda, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani juga meningkatkan produktivitas lahan kering (Krismawati, 1998). Menurut Santoso (2007), pembibitan nilam dapat dilakukan di polybag. Keuntungan pembibitan di polybag antara lain lebih mudah melakukan perawatan dan pengontrolan, menghemat penggunaan bibit serta dapat mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan. Tanaman nilam jarang, bahkan hampir tidak pernah berbunga sehingga perbanyakan secara generatif tidak dilakukan. Pengembangan tanaman nilam dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan stek cabang yang sudah berkayu dan mempunyai ruasruas pendek. Untuk mendapatkan stek yang baik, bahan stek berasal dari tanaman induk yang sehat, bebas dari hama penyakit serta tanaman induk berumur 6 12 bulan (Rahardjo dan Wiryanto, 2003). Kardinan dan Maludi (2004), menjelaskan bahwa perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan pengambilan stek dari tanaman induk yang berumur lebih dari satu tahun dan diambil dari ranting-ranting muda yang telah berkayu serta mempunyai banyak mata tunas. Perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan cara vegetatif, yakni dengan stek batang dan stek cabang. Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan stek yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari 4 bulan. 2 Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2 4 helai daun muda (Amin, 2006). ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) adalah senyawa organik yang bukan hara (Nutrein), yang dalam jumblah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh terdiri dari 5 yaitu auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, ethilen berperan dalam peroses pematangan buah, dan asam abisat. Efektivitas zat pengatur tumbuh pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan, karena perbedaan konsentrasi akan menimbulkan perbedaan aktivitas zat pengatur tumbuh ditentukan oleh sp esies bahan stek yang digunakan (Abidin, 1990). Melakukan pengaplikasian ZPT Hantu terhadap pertumbuhan tanaman nilam ini tidak terlalu sulit, selain bahan-bahan yang mudah didapat, tidak memakn waktu yang lama dan tidak menggunakan biaya yang besar, ZPT Hantu ini sangatlah multiguna selain memiliki kandungan unsur: Zat Pengatur Tumbuh Organik terutama: Auksin, Giberellin, Kinetin, Zeatin dan Sitokinin ZPT Hantu ini bisa juga di jadikan sebagai pupuk organik sebagai penambah unsur hara. Dikarenakan ZPT Hantu tersebut mengandung berbagai macam pupuk diantaranya seperti : N-63, P-14, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb. Dengan bahan yang tidak mengandung zat beracun dan zat-zat yang berbahaya lainya, ZPT Hantu sangatlah aman digunakan di sekitar pemukiman padat penduduk karena terbuat dari bahan alami yang dibutuhkan untuk semua jenis tanaman (Anonim, 2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kecepatan tumbuh dan persentase keberhasilan pertumbuhan stek nilam yang diberikan ZPT Hantu. 3 Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu bagi kita dan sekaligus memberi informasi bagi petani nilam dan masyarakat pembudidaya tanaman nilam, tentang penggunaan ZPT Hantu dengan dosis yang tepat pada stek batang nilam. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Nilam 1. Sistematika Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama cara taksonomi ini terdapat klasifikasi-klasifikasi dari tanaman nilam. Menurut Nuryani dkk (2007) sistematika nilam sebagai beriukut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Lamailes Famili : Labiateae Genus : Pogostemos Spesies : Pogostemos cablin Benth 2. Jenis Tanaman Nilam Tanaman nilam meliputi 3 spesies yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon hayneanus Benth, dan Pogostemon hortenis Benth (Kardinan dan Maulidi, 2007) a. Pogostemon cablin Benth Jenis nilam ini sering juga disebut nilam aceh. Jenis nilam ini termasuk family Labiateae yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma mirip satu sama lain diantara jenis nilam, yang diusahakan secara komersial adalah variates Pogostemon cablin Benth. Nilam aceh berasal dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia dari hasil eksplorasi 5 ditemukan bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakteristik, morfologinya, kandungan minyak, sifat kimia minyak dan sifat ketahanan penyakit dan kekeringan. b. Pogostemon hayneanus Benth Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau jawa. Jenis ini berbunga, karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu 0,5-1,5%. Disamping itu minyak nilam dari tanaman ini komposisi minyaknya kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. c. Pogostemon hortenis Benth Disebut juga nilam jawa atau nilam sabun karena bias digunakan untuk mencuci pakaian. Bedanya dengan nilam jawa lainnya adalah tidak berbunga. Jenis nilam ini hanya terdapat didaerah Banten. Kandungan minyaknya 0,5-1,5% komposisi minyak yang dihasilkan kurang baik sehingga untuk jenis nilam ini juga kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan. 3. Morfologi tanaman nilam a. Akar Tanaman nilam memiliki jenis perakaran bentuk akar serabut. Dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap ke tanah mencapai 30 -40 cm (Sudaryani, 2004). b. Batang bentuk batang kecil, bercabang-cabang, dan berkulit tipis pada bagian kulit luarnya, jenisnya berkayu dengan berdiameter 10 -20 mm, dengan sistem percabangan bertingkat-tingkat mengelilingi batang (3 -5 6 cabang bertingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 m dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm (Nuryani, dkk, 2007). c. Daun Bentuk daun bergerigi berbentuk bulat dan lonjong. Daun yang masih muda berwarna hijau muda, sedangkan daun yang sudah tua berwarna hijau tua dengan panjang 6,33-7,64 cm dan lebar 5,34-6,25 cm. Permukaan daun agak kasar memiliki bulu tipis pada bagian luar daun (Kardinan, Maludi, 2007). 4. Syarat Tumbuh Tanaman Nil am a. Tanah Nilam dapat ditanam di tanah sawah, atau tanah tegalan/ pekarangan atau pun di tanah-tanah hutan yang baru dibuka. Tanaman ini cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Dari pengamatan di lapangan, ternyata nilam dapat tumbuh baik pada tanah regosol, latosol dan aluvial. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah antara pH 6-7. Lahan tanaman nilam tidak boleh tergenang air (Nuryani, dkk, 2007). Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk kandang yang sudah masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber inokulum yang mengakibatkan busuknya akar nilam. 7 Jika tanah yang dipergunakan untuk menanam nilam terlalu masam (pH di bawah 5,5) tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh garam Alumunium (AI) yang larut di dalamnya. pengapuran, Kebutuhan Untuk meningkatkan sekurang-kurangnya kapur sekitar 0,5-1 pH tanah, dua bulan ton/Ha dapat dilakukan sebelum tanam. tergantung tingkat kemasamannya. Akan tetapi, jika pH tanah terlalu basah, akan menyebabkan hara Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil (Sudaryani, 2004) b. Iklim Keadaan iklim dapat dirinci sebagai berikut : cahaya matahari, suhu, kelembaban, curah hujan dan angin. Semua unsur yang termasuk didalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi satu sama lainnya 1. Intensitas cahaya matahari Penyinaran matahari secara langsung selama pertumbuhan mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman nilam yang tidak diberi pelindung akan menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal dan berwarna merah kekuning-kuningan. Namun, walaupun keadaan daun demikian, kadar minyaknya lebih tinggi. Sebaliknya, jika penyinaran matahari tidak langsung karena adanya pohon pelindung, pertumbuhan tanaman nilam lebih subur, daunnya lebih besar dan tipis serta berwarna lebih hijau, tetapi kadar minyaknya lebih rendah. Itulah sebabnya, ada tidaknya pohon pelindung perlu dipertimbangkan, walaupun tanaman nilam dapat 8 tumbuh dan berkembang sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan kelapa, karet, melinjo, jambu mente dan sebagainya (Sudaryani, 2004) Pengaruh penyinaran sinar matahari sebagai mana diuraikan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: sinar matahari berperan sebagi sumber energi untuk proses fotosintesis bagi setiap tanaman. Jenis sinar yang dibutuhkan adalah sinar putih yang merupakan gabungan dari sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Proses penyerapan sinar matahari tergantung dari jenis tanaman. Tanaman nilam lebih menyukai sinar matahari yang jatuh secara minyaknya. langsung,karena Selain berfungsi mampu meningkatkan sebagai sumber kadar energi, photoperidesitas, yakni lamanya penyinaran matahari dalam satu harinya. Sedangkan intensitas penyinaran adalah jumlah kalori dari sinar matahari yang diterima oleh suatu bidang persatuan luas dan persatuan waktu. Akan tetapi intensitas penyinaran ini bernilai relatif, karena tergantung dari jenis tanaman. Daun nilam yang berwarna merah kekuning-kuningan dan mengecil misalnya disebabkan oleh tingkat transpirasi yang lebih tinggi dari pada absorbsi air oleh akar-akarnya (Pudjiono, 2008) Intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat mengurangi tingkat keberhasilan penyetekan. Manipulasi tempat pembibitan dengan naungan paranet dapat mengatasi masalah intensitas cahaya matahari. Kelembaban yang tinggi (80%-90%) diperlukan pada penyetekan untuk pertumbuhan mata tunas dan pembentukan 9 akar. Kelembaban udara tempat pembibitan stek dipertahankan berkisar antara 80-90% (Leopold, 1963) 2. Suhu dan Ketinggian Faktor suhu berhubungan erat dengan ketinggian letak suatu tempat. Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada fase generatif. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi terkadang dapat merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman tropis. Oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropis antara 10° lintang utara sampai 10° lintang selatan. Suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam adalah sekitar 18-27°C. Pada dasarnya tanaman nilam ini dapat tumbuh di manamana, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan berproduksi baik pada ketinggian 100-400 m di atas permukaan laut (Nuryani, dkk, 2007). 3. Curah hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pasir, saran transport hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan membentuk enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi yakni antara 2.300-3.000 mm/ tahun (Nuryani, dkk, 2007). 10 4. Kelembaban Tanaman dataran rendah pada umumnya membutuhkan kelembaban yakni tidak terlalu tinggi untuk melangsungkan pertumbuhannya. Tanaman nilam menbutuhkan kelembaban sekitar 60-70 (Nuryani, dkk, 2007). 5. Angin Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama pada fase pertumbuhan vegetatif. Bila pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembuh dengan kencang, tumbuhan-tumbuhan dapat tumbang temasuk tanaman nilam (Sudaryani, 2004) B. Perbanyakan Nilam Secara Vegetatif Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian ke konsumen/ petani. Perbanyakan secara vegetatif ada dua cara yaitu perbanyakan menggunakan metode teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Perbanyakan secara vegetatif jenis ini menbutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang ahli dalam kutur jaringan. Sedangkan untuk jangka pendek, dengan kemampuan biaya terbatas maka solusi terbaik adalah dengan perbanyakan vegetatif makro. Perbanyakan vegetatif marko seperti stek, menyambung dan cangkok mudah di pelajari dan tidak membutuhkan teknologi yang canggih. Cara ini dapat di terapkan dengan mudah dalam pemeliharannya dan memenuhi kaidah perbanyakan vegetatif secara standar 11 (Pudjiono, 2008). Perbanyakan nilam secara konvensional dapat dilakukan melalui perbanyakan secara vegetatif salah satunya adalah stek batang atau cabang dan stek pucuk. Setek batang atau cabang diambil dari batang atau batang yang telah mengayu, stek dapat langsung ditanam di lapangan atau diakarkan lebih dahulu. Stek yang ditanam, biayasanya mengandung sedikitnya 4 ruas. Upaya meningkatkan perkembangan perakaran pada stek batang tanaman nilam, dapat dilakukan pemberian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar mendapatkan sistem perakaran yang baik dalam waktu yang relatif singkat (Asman, 1996) Menurut Arifin, (2005), Kemampuan stek untuk membentuk akar tergantung pada spesiesnya. Ada spesies tanaman yang mudah berakar dan ada pula yang sulit berakar, bahkan ada yang tidak dapat berakar walaupun sudah diberikan perlakuan khusus,Bagi yang dapat berakar, ada yang mudah berakar pada bagian ujungnya (stek pucuk) dan ada pula yang mudah berakar pada ranting bagian pangkalnya (stek pangkal). Stek tanaman nilam agar tumbuh baik, sehat dan pertumbuhannya lebih cepat dapat diberikan pemberian hormon perangsang pertumbuhan baik secara kimia maupun secara alami. Pemberian hormon secara kimia dapat memberikan dampak negatif maupun positif, ada pun dampak negatifnya ialah semakin berkembangnya jaman semakin tinggi pula harga zat perangsang tumbuh kimia dan semakin sering memakai zat perangsang tumbuh kimia dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Ada pun dampak positifnya pertumbuhan nilam sengat cepat dan dapat membrikan pertumbuhan yang optimal. Sedangkan penggunaan zat 12 perangsan tumbuh alami dampak pos itifnya ialah ramah lingkugan dan bahan yang digunakan mudah didapat dan harga relatif murah dan cara pembuatanya sangat mudah dan gampang, sedangkan dampak negatifnya kandungan dalam Zat Perangsang Tumbuh alami belum diketahui pasti (Sudaryani, 2004). C. Tinjauan Zat Pengatur Tumbuh ( ZPT ) Alami Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan merupakan Zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong, menghambat, atau mengatur proses fisiologi tanaman. Zat Pengatur Tumbuh di dalam tanaman terdiri dari 5 kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam abisat dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap peroses fisiologis tanaman (Haddy, 1996). Penggunaan zat pengatur tumbuh adalah untuk menambah kadar yang ada, guna mempercepat pertumbuhan tanaman dengan harapan agar diperoleh hasil yang lebih cepat dan mungkin lebih besar. Tanggapan (respon) tanaman terhadap pemberian ZPT sangat bervariasi, tergantung pada fase perkembangan yang telah dicapainya. Pertumbuhan akar stek dapat dipercepat dengan menggunakan ZPT seperti : Indol butyric acid (IBA), Indol acetic acid (IAA) atau Napthalin acetic acid (NAA) yang telah diencerkan (Arifin dkk 2005). Manfaat dari Zat pengatur tumbuh sebagai berikut, auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen dan asam abisat berperan dalam peroses mematangan buah. 13 Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin dihasilkan pada bagian keleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya tumbuhan akan memmbengkok kearah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tubuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas lateral (Samp ing) atau tunas ketiak. Bila tunas apical dipotong, tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominasi apical (Haddy, 1996) Giberilin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (berkerja sama) dengan homon auksin. Giberilin berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio. Giberilin akan merangsan pembentukan enzim amylase. Enzim tersebut berperan memecah seyawa amilun yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energi pertumbuhan. Apabila giberilin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali. Giberilin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu merangsang pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukan bunga, dan mengakhiri masa dormansi biji, giberilin dengan konsentrasi rendah tidak merangsan pertumbuhan akar, tetapi pada konsentrasi tinggi akan merangsang pertumbuhan akar (Haddy, 1996). Sitokinin adalah hormon yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis). Fungsi sitokinin adalah : 14 Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang dengan menghambat dominasi apical Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk Memperbesar daun muda Mengatur pembentukan bunga dan buah Menghambat proses penuaan dengan cara merangsang peroses serta transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun Sitokinin diperlukan bagi pembentukan organel -organel semacam kloroplas dan mungkin berperan dalam pembungaan Merangsang sintesis protein dan RNA untuk mensintesis substensi lain Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Senyawa ini dibentuk pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tamanan tembakau. Senyawa sitokinin juga pada tanaman jagun dan di sebut zeatin (Haddy, 1996). Menurut Hartman dkk (1978), asal usul akar pada stek batang adalah kelompok sel-sel tertentu yang menjadi meristematis, sedangkan letak jaringannya bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang digunakan. Proses pembentukan akar pada stek meliputi tiga tahap, yaitu inisiasi akar, pembentukan primordial akar dan terbentuknya akar baru. Setelah terjadi ini sisa akar, sel-selnya terus mengadakan pembelahan dan berkembang menjadi primordial akar. Pembelahan sel terus berlangsung sampai terbentuknya ujung akar. Ujung akar tumbuh ke arah luar melalui kalus yang terdapat pada dasar stek batang tanaman yang dibiakkan Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier 15 (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk callus. Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan menurut ahli tersebut, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut. Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman. Di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam perkembangan tanaman (Fiona, 2008). D. Kandungan ZPT Hantu ZPT Hantu merupakan pupuk organik cair yang mengandung Hormon Auksin, Hormon Giberellin, Hormon Kinetin, Hormon Zeatin dan Hormon Sitokinin. Sedangkan kadar kompleksnya adalah sbb; GA3-98, 37 ppm, GA5-107, 13 ppm, GA7-131, 46 ppm, AUKSIN (IAA) -156, 135 ppm dan 16 Sitokinin (Kinetin 128, 04 ppm dan Zeatin 106, 45 ppm) . Kadar kandungan pupuk: N-63, P-14, Na, Mg, Cu, Fe, Mn, Zn, Co, Cd, Pb. (Anonim, 2009). 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Lost Bayangan Laboratorium Agronomi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian selama 3 bulan, terhitung dari tanggal 30 Desember 2015 sampai dengan 30 Maret 2016, dari persiapan alat dan bahan, pelaksanan penelitian, pengambilan data hingga penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: gunting stek, cangkul, gelas ukur, gelas piala, gembor, kamera dan alat tulis kerja (ATK). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: nilam yang dipakai jenis nilam aceh (Pogostemon cablin Benth) dan ZPT Hantu. C. Rancangn Penelitian Penelitian ini mengunakan perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh Hantu dengan 3 (tiga) taraf perlakuan, setiap taraf perlakuan terdiri dari 10 stek tanaman nilam. Jadi jumlah stek tanaman nilam yang diamati adalah 30 stek tanaman nilam, Dengan ZPT Hantu sebagai zat perangsang tumbuh. 3 (tiga) taraf Perlakuan penelitian ini terdiri dari: P1 : Stek nilam yang direndam menggunakan ZPT Hantu dengan dosis 1,5ml /500 ml air selama 10 menit P2 : Stek nilam yang direndam menggunakan ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/500 ml air slama 10 menit P3 : Stek nilam yang direndam menggunakan ZPT Hantu dengan dosis 4,5ml /500 ml air selama 10 menit 18 D. Prosedur kerja 1. Persiapan areal tanam Areal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memiliki perlindungan yang cukup terhadap sinar matahari, dekat dengan sumber air. Jauh dari gangguan hama serta gangguan penyakit dan yang paling terpenting mudah untuk dipantau. Areal yang digunakan dibersihkan dan datar, agar memudahkan dalam penyusunan polybag untuk persemaian. 2. Persiapan media tanam Tanah yang digunakan untuk media tanam yaitu topsoil dicampur dengan subsoil dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. 3. Persiapan bahan tanam Stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu stek nilam jenisnya nilam aceh, dari perbanyakan secara vegetatif yang telah berproduksi dengan baik yang terhindar dari serangan hama dan penyakit. Untuk steknya menggunakan 4 ruas pada bagian batang tengah. 4. Pencampuran ZPT Perlakuan pertama (P1) menggunakan larutan ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air dan merendam selama 10 menit. Perlakuan kedua (P2) menggunakan larutan ZPT Hantu dengan dosis 3 ml / 500 ml air dan direndam selama 10 menit. Perlakuan ketiga (P3) menggunakan larutan ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml / 500 ml air direndam selama 10 menit. 5. Penanaman Menggunakan 40 (empat puluh) polybag yang berukuran 20/10×25 cm yang telah disediakan, 1 (satu) polybag akan ditanami 1 (satu) stek 19 tanaman nilam. Kemudian polybag disusun dengan dengan jarak 10 cm 10 cm. 6. Pemeliharan Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan adanya kegiatan pemantauan tempat persemaian, dan penyiraman yang dilakukan pada pagi hari dan sore hari E. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan selama 4 minggu, dari mulai penanaman hingga akhir pengamatan. 1. Pengambilan data kecepatan tumbuh Mengamati stek dan mencatat jumlah yang tumbuh lebih dahulu serta dicatat pada hari ke berapa stek bertunas yang muncul. 2. Persentase keberhasilan Mengamati persentase keberhasilan pada saat terakhir pengambilan data dan sekaligus mengamati seluruh jumlah stek yang tumbuh dari tiap perlakuan. F. Analisa data Persentase keberhasilan tunbuh stek nilam, dihitung dengan cara : keberhasilan stek × 100 . 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hari Munculnya Tunas Dari hasil penelitian pemberian ZPT Hantu dengan 3 (tiga) taraf perlakuan yang berbeda yaitu: (P1) menggunakan ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/500 ml air, (P2) dengan dosis 3 ml/500 ml air dan (P3) dengan dosis 4,5 ml/500 ml air terhadap stek batang tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) menunjukkan bahwa pada perlakuan pada P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-6 dengan jumlah tunas yang muncul adalah 6 stek, pada hari ke-7 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 2 stek, pada hari ke-15 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek dan jumlah stek yang mati adalah 1 stek. Data hari munculnya tunas pada perlakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) dapat dilihat pada tabel 1. Pada perlakuan P2 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke6 sebanyak 1 stek, pada hari ke-8 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 2 stek, pada hari ke-10 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 2 stek, pada hari ke-20 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek, pada hari ke-22 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek dan jumlah tanaman yang mati adalah 3 stek. Data hari munculnya tunas pada perlakuan P2 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) dapat dilihat pada tabel 1. Pada 21 perlakuan P3 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) tunas yang muncul pertama kali yaitu pada hari ke-6 dengan jumlah tunas yang muncul sebanyak 4 stek, sedangkan hari ke-7 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek, sedangkan hari ke-10 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 2 stek, sedangkan hari ke-20 jumlah tunas yang muncul bertambah sebanyak 1 stek, dan jumlah tanaman stek yang mati sebanyak 2 stek. Data hari munculnya tunas dapat dilihat jelas pada Tabel 1 Table 1. Data hari munculnya tunas Hari Munculnya Jumlah Munculny Tunas Tunas P1 P2 6 6 1 7 2 8 2 9 10 2 11 12 13 14 15 1 16 17 18 19 20 1 21 22 1 23 Jumlah 9 7 Tanaman Hidup Jumlah 1 3 Tanaman Mati P3 4 1 2 1 8 2 22 2. Persentase Keberhasilan Pada persentase keberhasilan tumbuh stek batang nilam perlakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) menunjukan persentase tumbuh 90% dengan jumlah tanaman yang hidup 9 stek, sedangkan pada persentase tumbuh stek tanaman nilam perlakuan P2 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) menunjukan persentasi tumbuh 70% dengan jumlah tanaman yang hidup 7 stek, dan hasil persentase tumbuh pada perlakuan P3 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) menunjukan hasil persentase tumbuh 80% dengan jumlah tanaman hidup 8 stek. Tabel 2. Hasil persentase keberhasilan tumbuh stek nilam Perlakuan Jumlah Tanaman Hidup Persentase Tumbuh P1 9 90% P2 7 70% P3 8 80% B. Pembahasan Penelitian menggunakan ZPT Hantu dengan menggunakan dosis yang berbeda ini dilakukan selama 1 bulan terhadap stek batang tanaman nilam memberikan hasil yang berbeda. Pengamatan menunjukkan pada perlakuan P1 stek batang nilam direndam dengan menggunakan ZPT Hantu dengan dosis (1,5 ml/ 500 ml air) memperlihatkan kecepatan tumbuh pada hari ke-6 dengan jumlah 6 stek nilam dengan persentase pertumbuhan akhir 90%. Perlakuan P2 stek batang nilam direndam dengan menggunakan zat pengatur tumbuh Hantu dengan dosis (3 ml/ 500 ml air) kecepatan tumbuh pada hari ke-6 dengan jumlah 1 stek nilam dengan persentase pertumbuhan akhir 70%. Perlakuan P3 stek batang nilam direndam dengan mengunakan 23 ZPT Hantu dengan dosis (4,5 ml/ 500 ml air) kecepatan tumbuh pada hari ke6 dengan jumlah 4 stek nilam dengan persentase pertumbuhan akhir 80%. Pada perlakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air), P2 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air), dan P3 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) dari 3 perlakuan pemberian dosis ZPT Hantu yang berbeda ini terlihat bahwa hasil yang lebih efektif adalah perlakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) karena dosis yang digunakan sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan adanya beberapa kandungan unsur zat pengatur tumbuh organik yang terdapat pada ZPT Hantu terutama : Auksin, Giberelin, dan Sitokinin. Hal ini didukung oleh peryataan (Salisbury, dkk, 1922) Hormon Auksin berfungsi sebagai perangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosm dan gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar, misalnya pada stekan atau cangkokan. Giberelin berfungsi sebagai pengontrol pertumbuhan pada seluruh bagian tanaman, Sitokinin berfungsi sebagai merangsang pertumbuhan akar dan batang serta pembentukan cabang akar dan batang, mengatur pertumbuhan daun dan pucuk, dan memperbesar daun muda. Lebih lanjut Salisbury dkk (1995) menyatakan pula bahwa Giberelin bukan hanya memacu pemanjangan batang saja, tapi juga pertumbuhan seluruh tumbuhan, termasuk daun dan akar. Bila giberelin diberikan di tempat yang dapat mengangkut ke apek tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah kepada pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, 24 sehingga terpacu laju fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar. Selain Giberelin, Auksin dan Sitokinin juga berperan penting dalam pertumbuhan stek batang nilam. Kandungan Auksin IAA 56,35 ppm, dan Sitokinin (Kinetin 128,04 ppm, dan Zeatin 106.45 ppm) yang terdapat pada kandungan ZPT Hantu ini sangat membantu dalam pertumbuhan tunas pada stek batang nilam, hal ini didukung oleh pernyataan Gunawan (1987) dalam Intan (2008), bahwa jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibandingkan auksin maka tunas akan tumbuh. Dan pada perlakuan P2 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) dan P3 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) hasil persentase akhir dibawah perlakuan P1 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air) dengan hasil persentase akhir 90%, sedangkan P2 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) hasil persentase akhir 70% dan P3 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) hasil pesentase akhir 80%, diduga dosis yang di berikan tehadap pelakuan P2 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) dan P3 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) tidak terlalu cocok untuk pertumbuha n stek batang nilam. Menurut penelitian (Untung, 2008), dosis yang diberikan berlebihan dapat mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain kedewasaan tanaman, lingkungan dan dosis, pengunaan dosis yang tepat sangat penting. 25 Kalau terlalu rendah pengaruh tidak akan ada. Sebaliknya kalau berlebihan, pertumbuhan tanaman justru akan terhambat bahkan mati sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian di atas terlihat jelas bahwa pelakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air selama 10 menit) pada stek batang tanaman nilam lebih baik dibandingkan perlakuan yang lain. Namun dosis yang diberikan menggunakan perlakuan P1 (menggunakan perendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air selama 10 menit) ini belum tentu cocok untuk tanaman lain, hal ini didukung pernyataan Leopold (1963), menjelaskan bahwa pengaruh pemberian suatu konsentrasi zat pengatur tumbuh berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, bahkan berbeda pula antar varietas dalam suatu spesies. Selain dosis faktor lingkungan dan faktor tanaman induk juga berperan penting dalam pertumbuhan stek batang nilam. Hal ini didukung oleh pernyataan Leopold (1963), bahwa keefektifan penggunaan zat pengatur tumbuh sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan selain itu juga faktor fisiologi tanaman itu sendiri, seperti macam stek, posisi awal stek pada tanaman induk dan lain-lain. 26 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang menggunakan 30 stek nilam lalu di rendam dengan ZPT Hantu selama 10 menit dengan dosis yang berbeda maka di peroleh hasil bahwa kecepatan tumbuh yang lebih baik ditunjukan oleh P1 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 1,5 ml/ 500 ml air), yakni tunas muncul pada hari ke-6 dengan jumlah 6 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 90%, dan disusul P3 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 4,5 ml/ 500 ml air) yakni tunas muncul pada hari ke-6 dengan jumlah 4 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 80%, selanjutnya pada P2 (menggunakan rendaman ZPT Hantu dengan dosis 3 ml/ 500 ml air) yakni tunas yang muncul pada hari ke -6 dengan jumlah 1 stek nilam dan persentase akhir pertumbuhan 70%. B. Saran Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dengan dosis yang tepat akan menaikkan hasil, sedangkan pada dosis yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat membuat tanaman mati. 27 DAFTAR PUSTAKA Abidin , Z. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Bandung Angkasa. Bandung Amin, M. 05 Maret 2006. Nilam, (Online), (http://www.riaupos.com WAP: wap.riaupos.com, diakses 09 Juli 2006) Anonim, 2009. Pupuk Hantu Untuk Pertanian Organik. www. Pencerah. Com. 15 Febuari 2016 Anonim 2013. Budidaya Nilam. http://disbun.jatimprov.go.id. Diakses Tanggal 29 Novembe 2014 Arifin, H.S. dan Nurhayati. 2005. Pemeliharaan Taman. Edisi Revisi. Dalam: Modul Melakukan Perbanyakan Bibit dengan Cara Vegetatif no kompetensi: TAN. HI.02.009.01. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Asman, 1996. Monografi Nilam. Balai Penelitian Rempah Dan Obat. Airlangga. Bogor. Asman , A 1996. Proc . Seminar on Integrated Control on Main Disease Of industrial Crops. Fiona, 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. www.Fionaangelina.com. 28 Juli 2008 Haddy, S. 1996. Hormon Tumbuh. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo Hartman, HT and D. F. Kester. 1978. Plant Propagation Principles and Practies. Prentice Hall of India, New Delhi. Intan, R, D, A. 2008. Peranan dan Fungsi fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Makalah. Fakultas Pertanian. Universitas Pajajaran. 43 hal. Kardinan, A. dan Ludi Maludi. 2004. NILAM Tanaman Beraroma Wangi untukIndustri Parfum & Kosmetika. Jakarta: Agromedia Pustaka Kardinan, A, dan Maulidi, S. 2007. Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri dan Kosmetika. Agromedia Pustaka. Jakarta. 28 Krismawati. 1998. Pengantar Budidaya Perkembangan airlangga. Bogor. Tanaman Nilam dan Leopold, A. C. 1963. Auxin and Plant Growth. Univ. California Press. Berkeley. Los Angeles. 343p. Nuryani, Y, Emmyzer, MS. Agus, Wahyudi. 2007. Teknologi Unggulan Tanaman Nilam Pembenihan dan Budidaya Pendukung Perietas Unggul. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Pudjiono. 2008. Penerapan Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Pada Pemuliaan Pohon. Makalah Gelar Teknologi Pembenihan Tanaman Hutan. Balai Besar Penelitian Bioteknologi Dan Pemiulian Tanaman Hutan. Rahardja, P.C dan Wahyu Wiryanto. 2003. Aneka Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka Rochiman, K. dan Harjadi, s. s. 1973. Pembiakan vegetative. Bogor : Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB Rukmana, R.H. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Salisbury, Frank B, dan Cleo W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryo. ITB, Bandung. Salisbury. Frank B. dan Cleo W Ross 1922. Fisiologi Tumbuh. Bandung: ITB Santoso, H.B. 2007. Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: PenerbiKanisius Sudaryani, T 2004. Budidaya Dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadya. Jakarta. Untung, O, 2008. Agar Tanaman Buah Berbuah Diluar Musim. Penebar Swadaya. Jakarta Weier, T.E., C.R. Stocking, M.G. Barbour. 1974. Botany. An Introduction to Plant Biology. Fifth Edition. Wiley International Edition. New York. 29 LAMPIRAN 30 Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Alat dan Bahan Gambar 1. Gunting Stek Gambar 2. Gembor 31 Gambar 3. Cangkul Gambar 4. Glas Piala 32 Gambar 5. Gelas Ukur Gambar 6. Polybag 33 Gambar 7. ZPT Hantu Gambar 8. Tanaman Nilam 34 Lampiran 2. Gambar Persiapan Media Tanam dan Perendaman Stek Nilam Gambar 9. Pencapuran Media Tanah Topsoil, Sobsoil, dan Pasir Gambar 10, Penakaran ZPT Hantu, dengan Dosis 1,5 ml/500 ml air 35 Gambar 11. Penakaran ZPT Hantu, dengan Dosis 3 ml/500 ml air Gambar 12. Penakaran ZPT Hantu, dengan Dosis 4,5 ml/500 ml air 36 Gambar 13. Gambar Perendaman Stek Nilam Dengan ZPT Hantu Lampiran 3. Dokumentasi Hari Pertama Penanaman Stek Nilam Gambar 14. Perlakuan P1 (Mengunakan Rendaman ZPT Hantu Dengan Dosis 1,5 ml / 500 ml Air) 37 Gambar 15. Perlakuan P2 (Mengunakan Rendaman ZPT Hantu Dengan Dosis 3 m l / 500 ml Air) Gambar 16. Perlakuan P3 (Mengunakan Rendaman ZPT Hantu Dengan Dosis 4,5 ml / 500 ml Air) 38 Lampiran 4. Dokumentasi Hasil Akhir Gambar 17. Hasil Akhir Perlakuan P1 (Mengunakan Rendaman ZPT Hantu Dengan Dosis 1,5 ml / 500 ml Air) Gambar 18. Hasil Akhir Perlakuan P2 (Mengunakan Rendaman ZPTHantuDengan Dosis 3 ml / 500 ml Air) 39 Gambar 19. Hasil Akhir Perlakuan P3 (Mengunakan Rendaman ZPT Hantu Dengan Dosis 4,5 ml / 500 ml Air)