1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak . Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut surkenas tahun 2001 (Salah satu survei pendekatan rumah tangga yang khusus mengumpulkan data ketenaga kerja secara periodic), diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2007). Di Indonesia penyakit diare kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 per seribu penduduk setahunnya. Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%, sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%. Data kasus diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2006, menunjukkan bahwa Desa Sawojajar dengan jumlah penderita 440 orang (17,2%). Penyebab utama 1 2 kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3% (Maryunani, 2010). Menurut Arief, 2011 diare juga disebut dengan muntaber (muntah bercak), muntah mencret atau muntah bocor. Seorang anak/balita dikatakan terkena diare ketika ia mengalami buang air besar melebihi batas kebiasaan setiap batas kebiasaan setiap hari, mencret-mencret, tinjanya melembek sampai cair, dan kadang disertai muntah-muntah. Muntah dapat berlangsung singkat, namun diare bisa berlanjut sampai sepuluh hari. Diare ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain akibat infeksi usus, karena kekurangan gizi, kelaparan, kekurangan zat putih telur, atau yang paling umum adalah karena tidak tahan terhadap makanan tertentu. Diare dapat disertai dengan rasa nyeri pada perut (kram) karena aktivitas usus yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, muntah, dan penurunan berat badan. Bayi usia sampai enam bulan dengan diare dapat terlihat sangat sakit, akibat terlalu banyak cairan yang dikeluarkannya (Arief, 2011). Diare sifatnya bisa menular, penyakit ini dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare, air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau lantaran tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan atau minum pada bayi atau anak. Itulah alasan kenapa biasanya pada musim penghujan kasus diare akan banyak 3 bermunculan. Penyebabnya adalah hygiene dan sanitasi yang kurang baik kualitas air minum menurun karena tercemar oleh bakteri dari sampah-sampah yang terbawa banjir (Arief, 2011). Dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan-Deli pada bulan Januari-Mei, peneliti menemukan ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare sebanyak 40 orang. Berdasarkan latar belakang diatas maka saya tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan-Deli. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare Pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan-Deli. 4 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadiaan diare pada balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 3. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi bidan Meningkatkan wawasan pengetahuan serta mendapatkan penagalaman yang nyata dalam melakukan penelitian serta penerapan, ilmu metodologi penelitian kesehatan dan asuhan kebidanan yang didapat peneliti selama pendidikan. 1.4.2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi tempat penelitian khususnya tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita Dengan Kejadian Diare Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. 5 1.4.3. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswi Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. 1.4.4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk panduan dalam melanjutkan pendidikan kebidanan selanjutnya, serta dapat menerapkannya kepada pasien. 1.4.5. Penelitian Selanjutnya Sebagai data atau bahwa pembanding untuk penelitian tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita Dengan Kejadian Diare. 6 BAB II TINJAUAN TEORITAS 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera yakni: indera penglihatan, pendengaran, pencium, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan, dan peneranganpenerangan yang keliru (Mubarak, 2007). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Domain kognitif Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 7 2. Memahami (Comprehation) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan, menyebutkan, dan menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai sebenarnya, kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil atau 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evalution) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian suatu objek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri dengan menggunakan kriteria yang ada. 8 2.2.Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung di lihat tetapi haknya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata mengkhususkan yang didalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka dan tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Menurut Notoadmodjo sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan, yaitu : a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab segala yang telah di pilihnya dengan segala resiko. 9 Menurut purwanto, 2003 sikap adalah pandangan atau perasaan disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: 1. Sikap bukan dibawa secara lahir melainkan di bentuk atau di pelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyek sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetic seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karna itu sikap dapat di pelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. 4. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap itu mempunyai segi mood dan segi-segi perasaan, sikap inilah yang membedakan sikap dari percakapan-percakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. 10 Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 2003). Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan: 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (obyek). 2. Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan suatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Purwanto, 2003). 2.3 Pekerjaan Menurut Thomas yang di kutip oleh Nursalam, (2003) pekerjaan adalah keburukan yang harus di lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak 11 merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Memilih karir yang cocok memang tidak mudah kebanyakan masalah terkait pekerjaan sering terjadi karena kesalahan dalam memilih karir yang ditekuni. Bahkan faktanya adalah, pada awalnya hanya 5% orang yang berhasil memilih karir tepat. Berikut beberapa kriteria pekerjaan yang baik dan cocok dengan diri seseorang : 1. Menikmati Pekerjaan Pekerjaan yang cocok akan membuatmu bersuka cita dan penuh tanggung jawab dalam mengerjakannya. Tanpa hal tersebut kamu akan merasa seperti terpaksa dan tidak memiliki keinginan kuat untuk melakukan pekerjaan yang diberikan, lebih parah lagi jika karenanya hingga menimbulkan masalah. Masalah atau konflik ini dapat merusak konsentrasi kerja dan konsentrasi di luar kerja sehingga membuat hidup kurang bahagia. 2. Budaya Kerja Baik dan Lokasi Cocok Tempat kerja yang baik memiliki aturan-aturan, adat kebiasaan, norma dan nilainilai yang adil serta sesuai dengan hati nurani. Jika kurang cocok apalagi hingga bertentangan, ia akan membuatmu kurang menikmati pekerjaan. Selain itu pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang lokasinya strategis dari tempat tinggalmu, jika tidak ia dapat menguras tenaga, biaya dan waktu. Namun jika sudah terlanjur, dapat diatasi dengan mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan kantor selama anggota keluarga mengijinkan. 12 3. Atasan dan Orang-Orang yang Menyenangkan Tiada pekerjaan yang lebih indah jika atasan adalah orang-orang baik dan menyenangan. Dalam bekerja atasan mengayomi dan bawahan memberikan dukungan moril dan spiritual yang baik. Betapa senangnya jika pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik dihargai oleh perusahaan. Jika telah bekerja dengan sepenuh namun dihargai sama dengan orang yang kerjanya biasa-biasa saja, ia akan menurunkan semangat dalam bekerja secara maksimal. Selain itu, pusing dan stress jadinya jika atasan atau teman kerja selalu membuat masalah denganmu, karena pekerjaan yang baik adalah yang diliputi oleh suasana kekeluargaan, saling menghormati, saling menghargai satu sama lain, serta penuh dengan canda tawa dalam porsi yang wajar. 4. Penghasilan dan Tunjangan yang Cukup Percuma bekerja keras jika pendapatan yang diterima tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup sederhana sehari-hari. Carilah pekerjaan dengan penghasilan serta tunjangannya bisa lebih dari cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pekerjaan yang digeluti juga sebaiknya memberikan kepastian di masa depan. Tidak terus menerus sebagai pegawai atau karyawan kontrak, honor pun outsourcing tetapi dapat berubah menjadi pegawai atau karyawan tetap setelah mengabdi untuk masa waktu tertentu. 13 2.4 Diare 2.4.1. Defenisi Diare Menurut World Health Organization (WHO, 2010) penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Sedangkan menurut Simatupang, 2004 penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat. Menurut Setianingrum, 2013 mendefinisikan diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Sedangkan menurut Cohen dalam buku Erna Setianingrum mendefinisikan diare akut adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. American academy of pediatrics (AAP) mengartikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari. Menurut hippocrates ( Yeyeh, 2010) mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Diare atau penyakit mencret pada saat 14 ini di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama, yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga pada semua umur, penyakit diare terjadi pada 28 dari 100 penduduk. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali 2.4.2. Klasifikasi Diare Menurut Setianingrum, 2013 jenis diare dibagi dalam dua bagian yaitu akut dan kronis dibedakan atas dasar waktu berlangsungnya diare. Diare akut adalah diare yang terjadi selama kurang dari 2 minggu, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu. Klasifikasi diare kedalam jenis akut dan kronis dibedakan atas dasar waktu berlangsungnya diare. Diare akut adalah diare yang terjadi selama kurang dari 2 minggu, sedangkan diare kronis adalah diare yang terjadi selama lebih dari 2 minggu ( Setianingrum, 2013). 2.4.3.Jenis Diare Pada dasarnya, ada beberapa jenis diare penyebab jenis diare satu dengan yang lainnya pun berbeda-beda. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis diare berdasarkan penyebabnya. Menurut sudarti, 2010 diare dapat diklasifikasikan kepada: 1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. 2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah. 3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. 15 4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat . Diare dibagi menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen, 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut, penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti alergi dan lain-lain. 2.4.4. Epidemiologi Diare Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral (penularan penyakit dari feses ke mulut), melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh (Suharyono, 2003). 2.4.5. Etiologi Diare Etilogi merupakan ilmu yang mempelajari penyebab atau asal penyakit dan faktor-faktor yang menghasilkan atau mempengaruhi suatu penyakit diare gangguan tertentu sebagai berikut: atau 16 A. Infeksi 1. Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi: a. Infeksi bakteri: vibrio, E, Coli, Salmonella, Shigella Campylobacter, yersinia, aeromonas, dan Infeksi Virus Entero (virus ECHO) Coxsaekre, Poliomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan, Infeksi parasait cacing (Ascaris Irichirus, oxyuris, Strongylodies) Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lambia, Trochomonas homonis), jamur (Candi Albicans). 2. Parenatal yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, misalnya OMA (Otitis Media Akut), obngsilofatringitis, Bronkopneumia, Ensefalitas, dan sebagainya. B. Malabsorbsi 1. Karbohidrat adalah disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Pada bayi dan balita yang paling berbahaya adalah intoleransi) 2. Lemak adalah kelompok ikatan organic yang terdiri ats unsure-unsur karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat laut dalam zat-zat terlarut tertentu seperti petroleum benzene, eter, tetapi dalam perbandingan dan susunan kimia kimia yang berlainan. 3. Protein adalah zat yang sangat penting dibutuhkan oleh manusia karena protein bukan hanya sekedar bahan struktural, seperti lemak dan karbohidrat. C. Makanan, misalnya basi, beracun, alegi D. Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas (Sudarti, 2010) 17 2.4.6. Patogenesis Diare Patogenesis sangat berbeda dan bervariasi sesuai dengan penyebabnya, misalnya diare yang disebabkan oleh bakteri, patogenesisnya adalah sebagai berikut: a. Bakteri masuk ke dalam cerna melalui makanan atau minuman, kemudian berkembang biak di dalam saluran cerna dan mengeluarkan toksin. b. Toksin merangsang epitel usus dan menyebabkan peningkatan enzim yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium, dan air dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, klorida dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik di dalam lumen usus akibatnya terjadi hipereristaltik usus yang sifatnya mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar. Bila kemampuan penyerapan kolon (Usus besar) berkurang atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare (Maryunani, 2010). Dari patogenesis diatas, maka pada prinsipnya terdapat mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, yaitu : 1. Gangguan sekretorik atau sekresi : akibat rangsangan toksin atau rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan-peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 18 2. Gangguan osmotik : akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 3. Gangguan motolitas usus : hipereristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare ( Maryunani, 2010). 2.4.7. Gejala Diare Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006). Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubunubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 19 Menurut Kliegman (2006) dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi : 1. Diare tanpa dehidrasi x Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi. 2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%) Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia (Denyut jantung yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal) yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. 3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%) Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (= 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat. 4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, 20 tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (= 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat. 2.4.8. Pencegahan Diare Diantara langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh ibu balita, yang paling penting adalah menjaga higienis perorangan dengan baik. Ini dapat dilakukan dengan melaksanakan perilaku sehat, yaitu mencuci tangan dengan sabun sesudah membuang tinja anak dan setelah buang air besar dan juga sebelum menyiapkan makanan kepada anak. Ibu-ibu juga seharusnya melatih anak mereka sejak awal lagi tentang perilaku cuci tangan terutama sebelum makan dan sesudah bermain. Ini dapat mencegah terjadinya penularan kuman yang dapat menyebabkan diare. Selain itu, ibu balita juga seharusnya mengamalkan pemberian ASI kepada anak mereka sejak lahir sehingga 4-6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung antibodi yang berguna untuk menjaga kekebalan bayi agar tidak mudah terkena infeksi. ASI juga kaya dengan zat-zat yang optimal untuk pertumbuhan anak. Pemberian ASI sewaktu diare juga bisa mengurangi keparahan kejadian diare. Berdasarkan banyak penelitian, keterjangkauan terhadap penggunaan sarana air bersih sangat penting bagi mengurangkan resiko kejadian diare. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya memastikan air yang digunakan di rumah adalah benar-benar bersih dan memenuhi syarat yaitu tidak mempunyai warna, dan juga rasa sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari (Danartri, 2010) 21 2.4.9 Penanganan Diare Penanganan diare pada anak usia 1-3 tahun dapat dilakukan selama berada di rumah meliputi anak yang terkena diare secepatnya di lakukan penanganan sederhana dengan pemberian oralit berupa 1 gelas air putih ditambah 1 sendok gula pasir dan setengah sendok garam, anak diberi makanan rendah serta dan minum yang banyak agar tidak terkena diare. Diare yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun tidak berhenti secepatnya dibawa ke tempat fasilitas kesehatan yaitu puskesmas maupun rumah sakit terdekat (depkes 2000) 2.4.10. Berikan Tablet Zinc Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak dan cara pemberiannya adalah sebagai berikut: 1. Untuk bayi usia 2-5 bulan, berikan setelah tablet zinc (10mg) sekali sehari selama sepuluh hari berturut-turut sedang untuk anak usia 6 bulan-12 tahun, berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama sepuluh hari berturut-turut dan bisa juga dilarutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes) air matang atau ASI dalam sendok the dan Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit/LGG dan tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh walaupun diare telah berhenti sebelum 10 hari apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu dosis penuh bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan. 22 2.4.11. Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi A. Tanpa Dehidrasi Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun boleh diberikan larutan oralit 50-100ml/kali dan untuk usia lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang sama dengan dosis 100-200ml/kali diare. Bagi mengelakkan dehidrasi ibu-ibu harus meningkatkan pemberian minuman dan makanan dari biasa pada anak mereka. Selain itu dapat juga diberikan zink (10-20mg/hari) sebagai makanan tambahan. B. Dehidrasi Ringan Pada keadaan ini diperlukan oralit secara oral bersama larutan kristaloid Ringer Laktat ataupun Ringer Asetat dengan formula lengkap yang mengandung glukosa dan elektrolit dan diberikan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan anak serta dianjurkan ibu untuk meneruskan pemberian ASI dan masih dapat ditangani sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan WHO, larutan oralit seharusnya mengandung 90mEq/L natrium, 20mEq/L kalium klorida dan 111mEq/L glukosa. C. Dehidrasi Sedang Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih khusus dan pemberian oralit hendaknya dilakukan oleh petugas di sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik keadaannya, penderita dapat dibawa pulang untuk dirawat di rumah dengan pemberian oralit. Dosis pemberian oralit untuk umur kurang dari 1 tahun, setiap buang air besar diberikan 50-100ml, untuk 3 jam pertama 300 ml. Untuk anak umur 1-4 tahun setiap buang air besar diberikan 100-200 ml, untuk 3 jam pertama 600 ml. 23 D. Dehidrasi berat Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan hidrasi secara intravena (intravenous hydration) dengan kadar 100 ml/kgBB/3-6 jam. Dosis pemberian cairan untuk umur kurang dari 1 tahun adalah 30 ml/kgBB untuk 1 jam yang pertama dan seterusnya diberikan 75ml/kgBB setiap 5 jam. Dosis pemberian cairan untuk anak 1-4 tahun adalah 30ml/kgBB untuk ½ jam yang pertama dan seterusnya diberikan 70ml/kgBB setiap 2 ½ jam. 2.4.12. Komplikasi Komplikasi merupakan perpaduan beberapa penyakit yang terdapat pada tubuh manusia yang disebabkan oleh keadaan penyakit lama. a. Dehidrasi akibat kekurangan dan elektrolit, dapat dibagi menjadi : 1. Dehidrasi ringan apabila < 5% BB 2. Dehidrasi sedang apabila kurang dari 5% BB – 10% BB 3. Dehidarsi berat apabila kurang adrai 10% BB-15% BB b. Renjatan hipovolamik akibat menurunnya volume darah, apabila penurunan volume darah mencapai 15% BB -25% BB akan menyebabkan penurunan tekanan darah c. Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meterismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia (Detak jantung abnormal lambat, biasanya di bawah 60 denyut/menit pada oang dewasa), perubahan pada pemeriksaan EKG. d. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula (glukosa)darah turun di bawah normal (kurang dari 70 mg) 24 e. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defenisi enzim lactose karena vili mukosa usus halus f. Kejang spasme atau tidak sadar dapat disebabkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan saraf. g. Malnutrisi energi protein karna selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan. 2.5 Kerangka Konsep Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare pada balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan-Deli ” Variabel independen Variabel dependen 1. Pengetahuan 2. Sikap Diare pada balita 3. pekerjaan 2.6 Hipotesis Penelitian Ha : Adanya hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu dengan kejadian diare. 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 .Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah yang bersifat survey analitik dengan metode croos sectional Yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare pada balita (Notoatmodjo, 2010) 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan-Deli. Adapun alasan dalam pemilihan lokasi yaitu : lokasi mudah dijangkau, tersedianya sumber sampel yang diharapkan, adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada awal bulan Februari–April 2014 3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini ialah semua ibu yang memiliki anak balita yang didiagnosis menderita penyakit diare di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli ada sebanyak 40 orang. 25 26 3.3.2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh ibu yang memilik balita dengan kejadian diare di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli yang berjumlah 40 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer yang diperoleh dari kuesioner yang langsung disebarkan pada responden dengan bentuk pertanyaan tertutup (closed ended) yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden hanya memberikan tanda checklist () pada kolom atau pun tempat yang disediakan. 3.5 Definisi Operasional 3.5.1 1. Variabel Independen Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah di alami baik secara sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap objek tertentu untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pencegahan diare pada balita di susun sebanyak 10 pertnyaan ya dan tidak”. Jika responden menjawab “ya: maka di beri nilai 1, jika responden menjawab “tidak” maka di beri nilai 0. Maka nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 27 Kategori pengetahuan: 0 = Buruk , jika jawaban responden memiliki total skor <76 % dari 10 =0-7 1 = Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥76 % dari 10 =8-10 (Nursalam, 2011) 2. Sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek untuk mengukur sikap ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare disusun sebanyak 10 pertanyaan dengan jawaban “setuju (bobo nilai 1)”. Dan tidak setuju (bobot nilai 0)”. Maka total skor untuk variable yang tertinggi 10 dan yang terendah 0. Kategori pengetahuan: 0 = negatif , jika jawaban responden memiliki total skor <76 % dari 10 =0-7 1 = fositif, jika jawaban responden memiliki total skor ≥76 % dari 10 =8-10 3. Pekerjaan adalah segala aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh ayah atau ibu yang tujuannya untuk menghasilkan uang. Kategori pengetahuan: 1 = Bekerja 0 = Tidak bekerja 3.5.2 Variabel Dependen Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. 28 Kategori diare: 0 = Tidak diare 1 = Diare Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Independen Pengetahuan Sikap Pekerjaan Variabel Dependen Cara dan Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Kuesioner (wawancara) Kuesioner (wawancara) Kuesioner (wawancara) Kuesioner (Wawancara) Ordinal 0. 1. 0. 1. 0. 1. 0. 1. Ordinal Nominal Ordinal Buruk Baik Negatif Positif Tidak Bekerja Bekerja Tidak Diare Diare 3.6 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data 3.6.1 Pengolahan Data Menurut Setiadi (2013) setelah data dikumpulkan dan kemudian data diolah dengan cara sebagai berikut : 1. Editing (Memeriksa) Melakukan pengecekan tentang kelengkapan data pada seluruh data yang terkumpul apabila terdapat kekurangan dalam pengumpulan data maka data akan diperbaiki dengan pendataaan ulang. 2. Coding (Memberi tanda kode) Memberi kode pada data-data yang telah terkumpul untuk mempermudah pengolahan data. 29 3. Entry Entry merupakan kegiatan memasukkan data, yakni jawaban- jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” computer yaitu program SPSS 4. Cleaning. Cleaning merupakan kegiatan penegcekan kembali dan kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian pembetulan atau koreksi. 3.6.2 Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisa data secara univariat dilakukan unuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing- masing variable independen. 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan.Medan Deli lalu dilakukan uji chi-square (α =0,05) kemudian hasilnya dinarasikan. 30 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Klinik bersalin lisna berlokasi di Jalan Nusa Indah Gang Melati Lingkungan 27 Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli, terdiri dari 3 ruangan: ruang bersalin, ruang periksa, ruangan rawat inap. Adapun para tenaga kesehatannya terdiri dari Bidan Lisa Rahmawati Am. Keb 4.2 Analisa Univariat Setelah dilakukan penelitian pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan. Medan Deli Tahun 2014 4.2.1. Distribusi Pengetahuan Responden Di Klinik Lisna Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Untuk melihat pengetahuan responden di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dijabarkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Diare pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli. No 1 2 Pengetahuan Baik Buruk Jumlah (f) 17 23 40 30 (%) 42,5 57,5 100 31 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli tahun 2014 lebih banyak responden pengetahuan yang buruk yaitu 23 responden (57,5 %) 4.2.2. Distribusi Sikap Responden di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Untuk melihat responden di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dapat dijabarkan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Frekuensi Kategori Sikap Responden Tentang Pencegahan Diare pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli No Sikap (f) (%) 1 Positif 16 40 2 Negatif 24 60 Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di klinik lisna kelurahan tanjung mulia kecamatan medan-deli tahun 2014 lebih banyak sikap negatif sebanyak 24 responden (60 %). 32 4.2.3. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Untuk Melihat Responden Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dapat dijabarkan pada tabel 4.3: Tabel 4.3 Frekuensi Kategori Pekerjaan Responden Tentang Pencegahan Diare pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli No Pekerjaan (f) (%) 1 Bekerja 16 40 2 Tidak bekerja 24 60 Jumlah 40 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli tahun 2014 lebih banyak ibu bekerja tidak bekerja sebanyak 24 responden (60%). 4.2.4. Distribusi Diare Frekuensi Responden Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli Untuk Melihat Responden Di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli dapat dijabarkan pada tabel 4.4: Tabel 4.4 Frekuensi Kategori Diare Responden Tentang Pencegahan Diare pada Balita di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Diare 24 60 2 Tidak diare 16 40 40 100 Jumlah 33 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli tahun 2014 lebih banyak ibu bekerja tidak bekerja sebanyak 24 responden (60%). 4.3 Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk menguji apakah hubungan pengetahuan, sikap, dan pekerjaan ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare di Klinik Lisna Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli yang dipakai dengan uji statistik, dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini: 4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare Pada Balita Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Responden dengan Terjadinya Diare pada Balita di Klinik Lisna Diare No. Pengetahuan 1 2 Baik Buruk Mengalami n % 6 35,3 18 78,3 Tidak Mengalami n % 11 64,7 5 21,7 Total N 17 23 % 100 100 Prob 0,016 Dari Tabel Diatas Dilihat Bahwa 17 responden, yang mengalami diare berdasarkan pengetahuan baik 6 responden (35,3%) dan yang tidak mengalami diare 11 responden (64,7%) sedangkan dari 23 responden yang pengetahuan buruk yang mengalami diare 18 responden (78,3%) dan yang tidak mengalami diare sebanyak 5 responden (21,7%). Uji statistik dengan uji chi-squere menunjukkan bahwa 34 probabilitas (0,016) (0,05) berarti Ho di tolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian diare pada balita. 4.3.2 Hubungan Sikap Dengan Kejadian Diare Pada Balita Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Responden dengan Terjadinya Diare pada Balita di Klinik Lisna Diare No Sikap Total Prob Tidak Mengalami Mengalami n % N % n % 1 Positif 5 31,2 11 68,8 16 100 0,007 2 Negatif 19 79,2 5 20,8 24 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 16 responden dengan sikap positif tyang mengalami diare sebanyak 5 responden (31,2%) yang tidak mengalami diare sebanyak 11 responden (68,8%) sedangkan 24 responden pada negatif yang mengalami diare sebanyak 19 responden (79,2%) dan yang tidak mengalami diare sebanyak 5 responden (20,8%). Uji statistik dengan uji chi-squere menunjukkan bahwa probabilitas (0,007) (0,05) berarti Ho di tolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian diare pada balita. 35 4.3.3 Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan Responden dengan Kejadian Diare pada Balita di Klinik Lisna Diare No Pekerjaan Total Prob Tidak Mengalami Mengalami n % n % n % 1 2 Bekerja Tidak bekerja 5 19 31,2 79,2 11 5 68,8 20,8 16 24 100 100 0,007 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 16 responden bekerja yang mengalami diare pada balita sebanyak 5 responden (31,2%) yang tidak mengalami diare pada balita sebanyak 11 responden (68,8%) sedangkan dari 24 responden tidak bekerja yang mengalami dire pada balita sebanyak 19 responden (79,2%) dan yang tidak mengalami diare pada balita sebanyak 5 responden (20,8%). Uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa probabilitas (0,007) (0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan dengan terjadinya diare pada balita. 36 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Terjadinya Diare Pada Balita Di Klinik Lisna Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan ibu yang baik mengalami diare pada balita sebanyak 78,3%. Hasil uji statistik dengan uji chi-squere menunjukkan bahwa probabilitas (0,016) (0,05) berarti ada hubungan pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Bila dikaitkan dengan teori Triatmodjo, 2008 berpengetahuan yang buruk terhadap kejadian akan mengakibatkan dampak negatif. Dampak negatif yang terjadi pada balita terhadap penyakit diare tersebut antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Hal ni sejalan dengan penelitian firman (2008), yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan diare pada balita. Artinya hipotesis penelitian di trima, terdapat hubungan yang positif antar pengetahuan ibu tentang diare dengan pencegahan diare pada anak balita. Berarti semakin rendah pengetahuan seorang ibu tentang diare maka semakin kecil kemungkinan terjadinya diare pada anak balita. Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu yang buruk akan meningkatkan terjadinya kejadian diare pada balita. Penyakit diare ini mengerikan serta dapat menimbulkan kecemasan dan kepanikan bagi warga masyarakat karena bila tidak 36 37 segera diobati, dalam waktu singkat karna semakin banyak ibu berpengetahuan baik dan semakin berkurang angka kejadian diare pada balita. 5.2 Hubungan Sikap Responden dengan Terjadinya Diare Pada Balita Di Klinik Lisna Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu yg baik mengalami diare pada balita yang mengalami 31,2% hasil analisa uji statistik dengan uji chi-squere menunjukkan bahwa probabilitas (0,007) (0,05) berarti ada hubungan pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Bila dikaitkan dengan teori Azwar, 2005 tanpa disadari diare telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Kejadian diare pada balita telah menyerang sebagian anak-anak terutama balita. Sekitar 65% angka kejadian diare di RSCM dikarenakan oleh sikap para ibu-ibu yang memiliki balita yang kurang dalam pemberian pertama dalam hal kejadian diare. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi haknya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata mengkhususkan yang didalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2010) Menurut asumsi peneliti, sikap para ibu-ibu yang memiliki balita di klinik tersebut lebih banyak bersikap negatif atau buruk dengan kata lain ibu-ibu tersebut kurang mengetahui bagaimana cara penanganan kasus diare yang terjadi pada balita maka jika ibu bersikap positif maka semakin rendah terjadinya diare pada balita. 38 5.3 Hubungan Pekerjaan Responden dengan Terjadinya Diare Pada Balita Di Klinik Lisna Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan ibu yang bekerja yang mengalami diare pada balita sebanyak 31,2% hasil analisa uji statistic dengan uji chi square dengan menunjukkan bahwa probabilitas (0,007) < α (0,05) berarti ada hubungan hal ini pekerjaan berhubungan dengan terjadinya diare pada balita Bila dikaitkan dengan teori Wahida Nurusshoban (2005) menyatakan ada anggapan umum didalam masyarakat bahwa wanita sebaiknya setelah menikah dan mempunyai anak cukup berperan sebagai ibu rumah tangga. Dari hasil uji statistic di dukung oleh teori Sihite (1997) yang menyatakan ibu dengan status bekerja rutin seperti pegawai kantor atau pegawai negeri biasanya mempunyai pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang bekerja tidak rutin (pekerja lepas) ataupun tidak bekerja (ibu rumah tangga) sehingga kemungkinan yang lebih banyak terpapar informasi. Menurut asumsi peneliti pekerjaan ibu memang sangat mempengaruhi terjadinya diare yang dapat dilihat dari hasil penelitian dan pernyataan diatas yang menyatakan semakin banyak ibu yang bekerja dimana semakin banyak diare terjadi pada balita karena menyangkut kesibukan ibu sedangkan ibu yang tidak bekerja semakin menurunkan angka kejadian diare karena ibu dapat menjaga kesehatan balita sepenuhnya. 39 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Ada hubungan pengetahuan dengan terjadinya diare pada balita. 2. Ada hubungan sikap dengan terjadinya diare pada balita . 3. Ada hubungan pekerjaan dengan terjadinya diare pada balita. 6.2 Saran 1. Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk penyebarluasan informasi tentang penyakit diare dengan KIE kelompok maupun perorangan perlu terus dilakukan untuk menekan angka kejadian diare. 2. Disarankan pada tempat penelitian untuk bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dan diharapkan untuk bisa diterapkan ke lahan praktek/ lapangan khususnya kepada balita. 3. Diharapkan kepada Akademi Kebidanan Audi Husada untuk menambah referensi dan sumber informasi terutama tentang pemeriksaan pada anak balita untuk menambah pengetahuan dan wawasan. 4. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk mengkaji lebih dalam tentang hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang memiliki balita dengan kejadian diare dan berbagai sebab yang terjadi penularan diare. 39 40