1 SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs. AL MUHAJIRIN DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH LINA SUKMAWATI NPM. 08.8.03.51.31.1.5.2486 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013 BAB I 2 SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR MENYETUJUI, PEMBIMBING I, Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum NIP. 19550422 198503 2 001 PEMBIMBING II, Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum NIP. 19610101 198703 2 002 3 TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR PENGUJI UTAMA Drs. I Nyoman Diarta, M.Pd NIP. 19570111 198511 1 001 PEMBANTU PENGUJI I, Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum NIP. 19550422 198503 2 001 PEMBANTU PENGUJI II, Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum NIP. 1960101 198703 2 002 DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1 4 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Hari : Tanggal : MENGESAHKAN : KETUA, Prof. Dr. Wayan Maba NIP. 19581231 198303 1 032 SEKRETARIS, Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum NIP. 19610101 198703 2 002 5 KATA PERSEMBAHAN SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA : Allah SWT yang selalu menguatkan langkahku Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendidikku menjadi lebih baik dan tidak nakal lagi Juga kepada suamiku dan keenam saudariku tercinta yang mengajarkanku tidak ada kata terlambat Anakku aya yang genit juga dedek yang ku kandung sudah sabar dan ngerti kondisi ibunya Almarhumah kucing-kucingku yang semangat dalam menyusun skripsi ini. selalu memberikanku 6 MOTTO : Kebaikan adalah kebaikan pekerti, sedangkan dosa adalah perkara yang membuat hatimu gundah dan sekiranya orang lain melihat perkaramu, engkau pasti tidak suka. Kenyataan bisa berawal dari mimpi, maka dari itulah bermimpi sebanyakbanyaknya. Saya tahu saya terlambat, namun semangat saya jauh dari kata terlambat. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nyalah karya tulis berupa skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari dan mengakui akan kekurangannya. Skripsi ini tidak mungkin akan terwujud tanpa bimbingan, petunjuk serta bantuan yang bersifat material maupun spiritual dari pihak lain. Maka dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ibu Tjok Istri Sri Ramaswati, S.H., MM. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis mengikuti pendidikan program S1; 2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas petunjuk serta saran yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pendidikan S1; 3. Ibu Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk sehingga skripsi ini dapat terwujud; 4. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar serta dosen pembimbing II yang memberi kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini; 5. Semua Dosen FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas ilmu dan motivasi selama penulis mengikuti kuliah; 8 6. Ibu Diah Kurnia Susanti, S.Pd, selaku kepala MTs. Al Muhajirin Denpasar yang telah mengizinkan penulis menggunakan sekolahnya sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian; 7. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak dalam menyelesaikan proses perkuliahan. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat dibutuhkan penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Denpasar, Februari 2014 Penulis 9 DAFTAR ISI Isi Halaman JUDUL PENGESAHAN PEMBIMBING ---------------------------------------------- ii TIM PENGUJI -------------------------------------------------------------------- iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ------------------------------------------- iv KATA PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------- v MOTTO ---------------------------------------------------------------------------- vi KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------- vii DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------- ix ABSTRAK ------------------------------------------------------------------------- xii DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------- xiv DAFTAR GRAFIK --------------------------------------------------------- xvi BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------- 1 1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------- 1 1.2 Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------- 2 1.3 Tujuan Penelitian -------------------------------------------------------------- 3 1.4 Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------ 3 1.5 Asumsi -------------------------------------------------------------------------- 5 BAB II LANDASAR TEORI -------------------------------------------------- 6 2.1 Pengertian Puisi----------------------------------------------------------------- 6 2.2 Sifat-Sifat Puisi ---------------------------------------------------------------- 7 2.3 Unsur-Unsur Puisi ------------------------------------------------------------- 9 2.4 Tujuan Pengajaran Puisi ------------------------------------------------------ 16 2.5 Pengertian Mengarang -------------------------------------------------------- 17 2.6 Pendekatan Kontekstual ------------------------------------------------------ 18 BAB III METODE PENELITIAN ------------------------------------------- 23 10 3.1 Jenis Penelitian ---------------------------------------------------------------- 23 3.2 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian -------------------------------------- 24 3.3 Rancangan Penelitian --------------------------------------------------------- 24 3.4 Prosedur/Langkah-langkah Penelitian ------------------------------------- 25 3.4.1 Refleksi Awal ---------------------------------------------------------------- 25 3.4.2 Siklus I ------------------------------------------------------------------------ 26 3.4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I ----------------------------------------- 26 3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I------------------------------------------ 26 3.4.2.3 Tahap Observasi------------------------------------------------------------ 28 3.4.2.4 Tahap Refleksi-------------------------------------------------------------- 29 3.5 Metode Pengumpulan Data -------------------------------------------------- 30 3.5.1 Metode Observasi ----------------------------------------------------------- 30 3.5.2 Metode Tes ------------------------------------------------------------------ 30 3.5.3 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar ------------------------- 31 3.6 Analisis Data ------------------------------------------------------------------- 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ------------------ 37 4.1 Hasil Penelitian ---------------------------------------------------------------- 37 4.1.1 Hasil Observasi Awal ----------------------------------------------------- 37 4.1.2 Tes Awal --------------------------------------------------------------------- 38 4.1.1.1 Pelaksanaan Tes Awal --------------------------------------------------- 38 4.1.1.2 Hasil Tes Awal ------------------------------------------------------------ 38 4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal -------------------------------------------------- 40 4.1.1.4 Refleksi --------------------------------------------------------------------- 42 4.1.2 Siklus I ------------------------------------------------------------------------ 42 4.1.2.1 Hasil Observasi Siklus I -------------------------------------------------- 42 4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I --------------------------------------------------------- 43 4.1.2.3 Analisis Data Siklus I ---------------------------------------------------- 44 4.1.2.4 Refleksi --------------------------------------------------------------------- 46 4.1.3 Siklus II ----------------------------------------------------------------------- 47 4.1.3.1 Perencanaan --------------------------------------------------------------- 47 11 4.1.3.2 Pelaksanaan ---------------------------------------------------------------- 48 4.1.3.3 Hasil Observasi Siklus II ------------------------------------------------ 49 4.1.3.4 Hasil Tes Siklus II -------------------------------------------------------- 49 4.1.3.5 Analisis Data Siklus II --------------------------------------------------- 51 4.1.3.6 Refleksi --------------------------------------------------------------------- 53 4.1.4 Siklus III ---------------------------------------------------------------------- 54 4.1.4.1 Perencanaan --------------------------------------------------------------- 54 4.1.4.2 Pelaksanaan ---------------------------------------------------------------- 54 4.1.4.3 Hasil Observasi Siklus III ------------------------------------------------ 56 4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III ------------------------------------------------------- 56 4.1.4.5 Analisis Data Siklus III -------------------------------------------------- 58 4.1.4.6 Refleksi ------------------------------------------------------------------- 60 4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian ----------------------------------------------- 60 4.3 Pembahasan -------------------------------------------------------------------- 62 BAB V PENUTUP---------------------------------------------------------------- 65 5.1 Simpulan ------------------------------------------------------------------------ 65 5.2 Saran ----------------------------------------------------------------------------- 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN iii 12 ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII A MTs. AL MUHAJIRIN DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Nama NPM Tebal Tahun : Lina Sukmawati : 08.8.03.51.31.1.5.2486 : xvi, 67 halaman : 2013 Dari judul “Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014” dihadapkan pada beberapa masalah, yaitu (1) kemampuan siswa dalam mengarang puisi masih rendah, (2) pembelajaran masih berpusat pada guru, hal ini disebabkan karena siswa tidak siap untuk mengikuti pembelajaran, sehingga mengakibatkan guru cenderung mengambil metode ceramah untuk menjelaskan kepada siswa, dan (3) sarana yang tersedia masih sangat minim. Masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam mengarang puisi disebabkan siswa belum memahami benar-benar tentang bagaimana cara mengarang puisi dan daya serap siswa yang bervariasi sehingga lambat memahami seperti apa itu puisi. Maka solusi yang ditawarkan untuk mencapai peningkatan yang baik adalah melalui pendekatan kontekstual. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014? Tujuan penelitian ini yakni untuk mendapatkan data yang objektif, apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dan untuk menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu peningkatan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014, dan penerapan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran puisi. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian puisi, (2) sifat-sifat puisi, (3), unsur-unsur puisi (4) pengajaran puisi, (5) pendekatan kontekstual. Penelitian ini mengambil subjek siswa dan siswi kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar dengan jumlah siswa 32 orang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni dimulai dari perencanaan, 13 tindakan, evaluasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan (1) metode tes, dan (2) metode observasi. Sedangkan pengolahan datanya menggunakan rumus : M fx N Hasil penellitian ini menunjukan bahwa, pada tes awal nilai rata-rata kelas mencapai 4,03, siklus I nilai rata-rata kelas siswa mencapai 5,3, siklus II nilai ratarata kelas siswa mencapai 6,7 dan siklus III nilai rata-rata kelas siswa mengalami peningkatan menjadi 7,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil pembelajaran mengarang puisi pada tiap-tiap siklus. Oleh karena itu disarankan agar guru bidang studi Sastra Indonesia lebih cermat memilih metode pembelajaran supaya siswa dapat mencapai nilai yang optimal. Kata kunci: Kemampuan, pengertian puisi, pengertian mengarang, dan pendekatan kontekstual. 14 DAFTAR TABEL Tabel Halama n 01. Skenario Kerja dalam Penelitian------------------------------------------- 26 02. Penskoran Hasil Tes Mengarang Puisi------------------- ----------------- 32 03. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Mengarang Puisi di Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014----- 35 04. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 ------------------------------ 38 05. Analisis Test Awal Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual -------------------------41 06. Hasil Tes siklus I Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Modern dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 -------------- 43 07. Analisis Hasil Test Siklus I Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual--------------------45 08. Langkah-langkah Pelaksanan Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siklus II----------------------------------------------------------- 48 09. Hasil Tes siklus II Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2013/2014 ------------------------------------------------------------------------------50 10. Analisis Hasil Test Siklus II Nilai SiswaMTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi ----- 52 15 Tabel 11. Langkah-langkah Pelaksanan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siklus III--------------------------------------------- Halaman 54 12. Hasil Tes siklus III Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014----------------------------------------------------- 56 13. Analisis Hasil Test Siklus III Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual---------------------------- 59 14. Perbadingan Nilai Rata-rata Kelas Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 --------------- 60 16 DAFTAR GRAFIK Grafik Halamn Grafik 01. Hasil Belajar Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014---------------------------------------- 63 17 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengajaran puisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran sastra, sedangkan pengajaran sastra menjadi bagian dari pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengajaran sastra termasuk di dalamnya pengajaran puisi tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dunia pendidikan yang tidak lepas dari pengajaran sastra, khususnya dalam pengajaran puisi di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD sampai SMU belum mendapatkan hasil yang memadai. (Rahmanto,1996:46) menyatakan bahwa pengajaran sastra terlalu menekankan pada sejarah sastra dan kurang membawa anak didik ke dalam apresiasi sastra, sehingga sasaran akhirnya dalam wujud pembinaan sastra belum dapat tercapai. Pengajaran puisi di sekolah sering menekankan pada teori-teori puisi dan kurang membawa anak didik ke arah apresiasi puisi khususnya mengarang puisi. Seringkali guru dalam mengajar menggunakan metode alamiah, yaitu menyuruh siswa membaca puisi dan menjawab soal-soal yang ada kaitannya dengan puisi tersebut. Guru tidak mengarahkan bagaimana cara untuk mengarang puisi yang baik. Hal tersebut menyebabkan siswa di sekolah lebih suka membaca cerpen, novel, atau membaca koran daripada menikmati membaca ataupun menangarang puisi. Sebagian besar siswa atau mahasiswa membaca cerita rekaan dan amat jarang membaca kumpulan puisi. Alasan yang dikemukakan para siswa adalah dalam membaca puisi, siswa sukar menangkap maksud dan menikmati keindahannya. 18 Salah satu kesulitan dalam menangkap makna dan keindahan puisi ditentukan oleh ketidakmampuan siswa dalam mencermati unsur intrinsik. Padahal pemaknaan unsur intrinsik merupakan hal yang mendasar yang perlu dikuasai oleh siswa sebelum memahami hal-hal lainnya. Kesulitan memahami unsur intrinsik banyak dialami oleh siswa MTs. Seperti yang dialami oleh siswa MTs. Al Muhajirin Denpasar. Oleh sebab itu, selayaknya siswa Madrasah Tsanawiyah diberi bekal pemahaman tentang unsur intrinsik puisi. Pembekalan itu diawali oleh pemahaman atas puisi yang digemari dan disukai oleh siswa itu sendiri. Pembelajaran puisi merupakan usaha untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap karya sastra khususnya puisi. Selain itu, puisi juga dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaika rasa kagum, marah, benci, senang terhadap seseorang atau benda ataupun kejadian dengan bahasa pengarang itu sendiri. Adapun manfaat pembelajaran puisi sejak dini yaitu untuk mencari bakat anak dalam bidang seni khususnya seni membaca dan kemampuan mengarang puisi. Puisi merupakan jenis sastra imajinatif yang mengutamakan unsur fiksionalitas, nilai seni, dan rekayasa bahasa (Najid, 2002: 18). Komunikasi dalam puisi berbeda dengan komunikasi dalam prosa, karena makna puisi bukan menunjukkan pada apa yang tersurat, tetapi juga menunjukkan pada apa yang tersirat. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang menjadi masalah penelitian ini maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah : 19 - Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin? Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses dan hasil pembelajaran puisi. 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis membedakan menjadi dua tujuan penelitian yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Dalam penelitian ini, tujuan umum yang diinginkan oleh peneliti yaitu ikut menyumbangkan buah pikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kesusastraan Indonesia, khususnya tentang kemampuan mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar tahun ajaran 2013/2014. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang diinginkan oleh peneliti adalah untuk mendeskripsikan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar tahun ajaran 2013/2014. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah sebagai suatu 20 sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini dapat dipakai pedoman dalam perbaikan proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran puisi. 2. Sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi Siswa a. Hasil belajar siswa meningkat; dan b. Siswa termotifasi untuk belajar. 2. Manfaat bagi Guru a. Menambah pengetahuan tentang pendekatan kontekstual, serta meningkatkan hasil pembelajaran Sastra Indonesia; b. Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran; c. Guru lebih termotifasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pembelajaran akan menarik. 3. Manfaat bagi Sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. 4. Manfaat bagi Masyarakat 21 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat, serta memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas. 5. Manfaat bagi Peneliti Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas terkait dengan komponen pembelajaran yang mencakup: (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum, (3) peningkatan profesionalisme guru. 1.5 Asumsi Asumsi adalah pernyataan yang diuji kebenarannya secara empiris. Adapun asumsi dalam penelitian ini, adalah : 1. Kemampuan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ; 2. Situasi yang mempengaruhi cara belajar siswa dianggap sama ; 3. Metode dan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah sama ; 4. Perbedaan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian ; 5. Guru-guru Bahasa Indonesia yang mengajar memiliki kewenangan dalam mengajar. 22 BAB II LANDASAN TEORI Untuk memperkuat hasil temuan dalam suatu penelitian, tidak terlepas dari teori-teori yang bersifat objektif. Semakin objektif teori yang dipergunakan dalam suatu penelitian, maka hasil yang diperoleh pada suatu penelitian yang dilakukan lebih berkualitas. Penelitian yang baik adalah penelitian yang didasarkan pada suatu teori, apabila teori tersebut tidak sesuai dengan yang kita lakukan di lapangan, maka kita akan menggunakan teori yang baru sesuai dengan yang kita temukan dilapangan secara objektif. Sehubungan dengan kalimat tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan satuan-satuan teori yang di petik dari berbagai sumber yang sesuai dengan pokok permasalahan. Teori yang dianggap memadai dalam penelitian ini tentu saja terbatas pada jangkauan penelitian yang dibicarakan. Adapun satuan teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah halhal yang berkaitan dengan masalah (1) pengertian puisi, (2) sifat-sifat puisi, (3) unsur-unsur puisi, (4) tujuan pengajaran puisi, (5) pengertian mengarang (6) pendekatan kontekstual. 2.1 Pengertian Puisi Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poesis” yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah “poetry” yang erat dengan poet dan poem, yaitu penciptaan dan mencipta. 23 Aminudin mengatakan, “ secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “poeima” yang artinya “membuat” atau “poesis” yang artinya ”pembuatan” dan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan ”pembuatan” karena lewat puisi, pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (1995:34). M. Atar Semi (1988:93-94) mengutip beberapa pendapat ahli sastra tentang pengertian puisi. 1) William Worsworth mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik ( poetry is the best word in the best order ); 2) Leigh Hunt mengatakan bahwa puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif ( poetry is imaginative passion ); 3) Mathew Arnold berpendapat bahwa puisi merupakan kritik kehidupan ( poetry is critims of life ); 4) Herbert Read berpendapat bahwa pusi bersifat intuitif, imajinatif dan sintetik ( poetry is intuitive, imajinativeand synteti ); dan 5) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, puisi merupakan kritik kehidupan dan luapan perasaan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan kata-kata terbaik dan terindah, dan yang bersifat intuitif, imajinatif dan sintetik. 2.2 Sifat-sifat Puisi Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra, yang mempunyai sifat-sifat yang khas, sehingga berbeda dengan bentuk karya sastra lainnya. Menurut Jabrohim (1994:15), puisi mempunyai sifat-sifat yang khas yaitu (1) imajinatif, 24 (2) konotatif, (3) ekspresif, (4) sugesif, dan (5) asosiatif. Agar lebih jelas istilah tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini : 2.2.1 Imajinatif Imajinatif adalah pembayangan yang timbul sebagai akibat membaca atau mendengar sebuah puisi yang dibaca (Antara,1985:12). Menurut Jabrohim (1994:15), imajinatif adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) untuk menciptakan gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dengan demikinan imajinatif merupakan luapan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk karya sastra. Daya imajinatif yang diciptakan penyair membuat kata-kata dalam puisi seolah-olah dapat didengar (imaji auditif), dilihat (imaji visual), ataupun dirasakan (imaji taktil). 2.2.2 Konotatif Bahasa konotatif merupakan bahasa ungkapan perasaan yang berhubungan erat dengan perasaan jiwa, sedangkan bahasa denotatif adalah bahasa yang mengandung arti sebenarnya (Aftarudin, Pesu.1983:23). 2.2.3 Ekspresif Ekspresif adalah setiap bunyi, kata-kata maupun perbandingan harus berfungsi bagi kepentingan penyair yang mampu memperjelas gambaran dan mampu pula menimbulkan kesan yang kuat, sehingga unsur bahasa yang dipilih turut membawakan nada pengalaman jiwa penyair. 25 2.2.4 Sugestif Sugesif adalah sesuatu yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain. Bahasa yang bersifat sugesif artinya bahasa yang digunakan penyair bersifat menyarankan atau mempengaruhi pembaca secara halus dan tidak kentara. 2.2.5 Asosiatif Asosiatif adalah bahasa yang digunakan dalam puisi yang akan mampu menimbulkan pikiran dan perasaan yang merembet, namun tetap berkisar di sekitar arti konvesionalnya (Jabrohim, 1994:17). Seperti kata “kembang” di samping arti sebenarnya “kuncup daun”, “kuntum bunga” juga dapat memberikan kesan lain yaitu lambang kehidupan seperti cinta, kasih dan wanita. Demikian pula halnya dengan kata “bulan” di samping berarti benda angkasa memantulkan sinar matahari pada malam hari, juga dapat menimbulkan kenangan yang merembet seperti kesan yang lembut atau suasana yang romantis. 2.3 Unsur–unsur Puisi Waluyo, (1987:68-69) menjelaskan bahwa, puisi memiliki beberapa unsur yang ditinjau dari (1) struktur fisik puisi dan (2) struktur batin Puisi. Untuk lebih jelas, akan dibahas berikut ini. 2.3.1 Struktur fisik puisi Adapun struktur fisik puisi dapat dijelaskan sebagai berikut : 2.3.1.1 Perwajahan puisi (tipografi) Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat melihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia 26 menjadi pembeda yang sangat penting. Dalam prosa ( baik fiksi maupun non fiksi ) baris-baris kata atau kalimat berbentuk sebuah periodisitet, namun dalam puisi tidak demikian. Jadi, tipografi merupakan unsur pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. 2.3.1.2 Diksi Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby diartikan sebagai choise and use of words. Oleh Keraf diksi disebut pula pilihan kata. Diksi atau pilihan kata memiliki peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami secara lebih masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, dan harus mengenali dengan baik corak gaya bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan. (Waluyo, H. J 2003:63) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik). Jadi, diksi merupakan pemilihan kata untuk mengungkap gagasan. Kata-kata dipilih, dicermati, dan dibuat sepadat dan seefektif mungkin sehingga menghasilkan imajinasi dari suasana tertentu yang ingin diciptakan. 27 2.3.1.3 Pengimajian Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan citra atau imaji. Citraan dapat dikelompokan atas beberapa macam, antara lain: citraan visual (penglihatan), citraan auditif (pendengaran), citraan artikulatoris (pengucapan), citraan alfaktori (penciuman), citraan gustatory (kecakapan), citraan taktual (peraba/perasaan), citraan kinaestetic “kinaestetik” (gerak), dan citraan organik. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Jadi, pengimajian merupakan usaha pengaturan atau penyusunan kata sehingga makna yang abstrak menjadi jelas dan dapat mengungkapkan makna imajinasi. 2.3.1.4 Kata kongkret Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Waluyo mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Sebagai contoh dikemukakan oleh Waluyo tentang bagaimana penyair melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair menggunakan katakata: gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibanding dengan ; gadis peminta- minta. Dengan demikian kata konkret merupakan kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji 28 pembaca. Dengan kata-kata yang diperkonkret pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. 2.3.1.5 Bahasa figuratif Bahasa figuratif oleh Waluyo disebut pula sebagai majas. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Pada umumnya menurut Tarigan, bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja belum cukup untuk menerangkan lukisan tersebut. adapun macam-macam majas antara lain: Majas Perbandingan, Majas Pertentangan, Majas Perumpamaan, Majas Pertautan, dan Majas Sindiran. Jadi, bahasa figuratif (majas) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan. Majas digunakan penyair agar terhindar dari keterbatasan kata-kata denotatif. 2.3.1.6 Verifikasi Verifikasi meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma kata pungut dari bahasa inggris rhythm. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama yakni pergantian naik turun, panjang pendek, keras lembut, bunyi bahasa yang teratur. Rima kata pungut dari bahasa inggris rhyme, yakni pengulangan bunyi pada bait atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap pada pola tertentu disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, alun 29 suara yang naik dan turun yang tetap. Jadi, dengan adanya verifikasi, maka akan terjadi pengulangan bunyi. Pengulangan bunyi ini saling berdekatan sehingga menimbulkan keindahan bunyi. Bunyi yang berima harus ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara, di samping rima, dikenal pula istilah ritma, yakni pengulangan bunyi dari kata, frase, atau kalimat. 2.3.1.7 Sarana Retorika Dalam kaitannya dengan puisi, Alten Bernd menyatakan bahwa sarana retorika adalah sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat itu para penyair menarik perhatian , pikiran, sehingga pembaca perkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Sarana retorika adalah muslihat pikiran. Muslihat pikiran ini berupa bahasa yang disusun untuk mengajak pembaca berfikir. Bahasa retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau bahasa figuratif dan citraan. Dengan demikian sarana retorika merupakan bahasa yang digunakan penyair untuk mempengaruhi pemikiran pembaca sehingga seolah-olah merasakan apa yang dituangkan penyair di dalam karyanya. 2.3.2 Struktur batin puisi Struktur batin puisi meliputi : 2.3.2.1 Sense/Tema Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Suatu yang menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam permasalahan hidup. 30 Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk mengetahui tema sebuah puisi tersebut kita harus membaca keseluruhan puisi tersebut dengan cermat. Sumardjo, dkk. (1986:56), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tema adalah ide sebuah cerita. Selanjutnya Aminudin (1987:151), menjelaskan bahwa tema adalah dasar dari suatu puisi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, tema adalah pokok persoalan yang ingin di ungkapkan penyair. Pokok pikiran itu begitu mendesak dalam diri penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Tema bisa berupa responsi penyair terhadap kenyataan sosial budaya di sekitarnya. 2.3.2.2 Feeling atau Rasa Feeling atau rasa merupakan suatu sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terkandung dalam puisi (Nadeak,1985:32). Pengungkapan tema dan rasa, erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, dan kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. Jadi, Feeling atau rasa merupakan suatu bentuk ekspresi yang mewakili perasaan sastrawan. Bentuk ekspresi tersebut 31 berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada sesama manusia, kepada lingkungan, maupun kepada Tuhan. 2.3.2.3 Tone atau Nada Nadeak (1985:33), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Aminudin (1987:150), mengatakan nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkan. Tone atau nada adalah sikap penyair terhadap penikmat atau pembaca pada umumnya. Dengan demikian tone atau nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap tersebut bisa berupa menggurui, mengejek menasehati, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. 2.3.2.4 Intention/ Amanat/ Tujuan Intention/Amanat/tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat harus dibedakan dengan tema. Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Makna puisi bersfat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu, konsep seseorang, dan situasi tempat penyair mengimajinasikan puisinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan yang dikatakan secara eksplisit tidaklah terlalu sulit dipahami, tetapi untuk memahami tujuan yang dikemukakan secara implisit memerlukan penafsiran yang sungguh mendalam (Situmorang, 1980:16). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang hendak dikatakan penyair dalam puisinya pasti mempunyai tujuan tertentu 32 melalui karya-karya yang dibuatnya. Untuk memahami tujuan atau amanat yang dikemukakan tersebut memerlukan penafsiran yang sungguh mendalam. Jadi, amanat merupakan pesan yang disampaikan penyair kepada pembaca. Penyair mengungkapkan alternatif jawaban sebagai pemecahan terhadap tema yang di sajikannya. Pesan-pesan tersebut di hadirkan dalam ungkapan tersembunyi. Di sinilah kelebihan seorang penyair, ia menyampaikan berbagai pesan tersebut melalui ungkapan yang sangat halus sehingga tidak menimbulkan kesan menggurui, vulgar ataupun sok tahu. 2.4 Tujuan Pengajaran Puisi Pengajaran puisi sebagai satu bagian dari pengajaran sastra yang bertujuan mengabdi dan menunjang tujuan pengajaran sastra. Segala kegiatan pengajaran puisi hendaklah diarahkan kepada pembinaan apresiasi puisi. Hendaklah diusahakan agar pengajaran puisi sanggup membawa anak menjadi akrab dengan puisi. Anak mampu menikmati dan menghargai puisi. Mereka gemar membaca puisi, dapat menghayati, merasakan, dan meresapi nilai-nilai keindahan sastra puisi. Untuk membina kecintaan terhadap puisi, anak-anak harus banyak bergaul dengan puisi. Dalam pengajaran puisi anak dibawa langsung berhadapan dengan puisi (Suwardo,1990:2). Menurut pendapat lain tujuan pembelajaran sastra khususnya puisi adalah untuk meningkatkan daya apresiasi siswa, agar timbul rasa penghayatan terhadap nilai-nilai seni yang terkandung dalam karya sastra tersebut (Tarigan, 2000:10-42). 33 Dari tujuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pengajaran puisi adalah untuk meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap suatu karya sastra. 2.5 Pengertian Mengarang Mengarang adalah aktivitas menuangkan ide/ gagasan ke dalam sebuah karya tulis dengan tujuan tertentu. Proses mengarang diawali dengan mencari ide. Selanjunya yang harus anda lakukan adalah membuat kerangka karangan, ialah suatu rencana kerja yang berisi garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis. Caranya : - Dimulai dengan menentukan tema atau merumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topic atau tujuan yang akan dicapai. - Merumuskan pikiran utama atau kalimat utama - Menyusun garis besar pikiran penjelas yang merupakan perincian dari pikiran utama - Meneliti apakah pikiran penjelas berhubungan dengan pikiran utama serta apakah ada pikiran penjelas yang sama atau sederajat. - Menentukan susunan yang paling sesuai dan logis, dan yang tak kalah penting adalah menggunakan bahasa yang baik, bernalar, menarik, sesuai kalimat. - Langkah selanjutnya tentusaja mulai menulis. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengarang yaitu, menentukan tema, topik, kerangka karangan dan judul. 34 2.6 Pendekatan Kontekstual Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki 35 siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya. 2.6.1 Pengertian Kontekstual Pengertian Kontekstual CTL / Contextual Teaching and Learning cms- formulasi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. pembelajaran+ctl Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. 36 2.6.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah: - Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 37 - Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. - Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental - Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan - Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru - Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut: - Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung - Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif - Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan 38 pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. Sumber Internet : Santoso, Imam. 2011. Belajar dan Pembelajaran. STKIP Muhammadiyah Pringsewu. Lampung. 39 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah metode yang dipergunakan dalam kegiatan mengadakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Tercapai tidaknya tujuan penelitian tersebut sangat bergantung pada metode atau teknik yang dipakai. Jadi, metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan untuk mencapai tujuan (Netra, 1975:50). Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting serta menentukan dalam kegiatan pembelajaran. Agar suatu penelitian berjalan dengan terarah sesuai dengan tujuan, maka diperlukan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. Tanpa suatu metode tujuan penelitian tidak akan tercapai. Dengan metode yang tepat, maka mutu hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) subjek, objek, dan tempat penelitian (3) rancangan penelitian, (4) prosedur/ langkah-langkah penelitian (5) metode pengumpulan data, (6) analisis data. 3.1 Jenis Penelitian Bentuk penelitian yang dilakukan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas berkembang dari tindakan. Ciri utama penelitian tindakan kelas adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. 40 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Penelitian tersebut berorientasi pada panerapan tindakan dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. (Trianto, 2011:13). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dilakukan dalam beberapa siklus pada pembelajaran mengarang puisi di kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar. 3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dan, objek penelitiannya adalah Peningkatan Kemampuam Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Sedangkan tempat penelitian ini dilaksanakan di MTs. Al Muhajirin, yang beralamat di Jalan Taman Pancing Islam Kepaon, Denpasar Selatan. 3.3 Rancangan Penelitian Margono (1997:100) mengemukakan rancangan sama artinya dengan kata desain. Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang dilakukan. Sedangkan, Sudarsono (dalam Nguwer, Ketut 2008:36) mengemukakan desain adalah model atau gambaran bentuk yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian. 41 Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas berdasarkan model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin terdiri atas 4 komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Hasil evaluasi mengarahkan peneliti untuk merevisi sebagai upaya perbaikan terhadap hambatan pada perencanaan baru ketika untuk memperoleh kevalidannya sampai pada siklus ke-N dan target nilai yang ingin dicapai adalah 7.0. berdasarkan penelitian ini, rencana penelitian tindakan kelas melalui penerapan pendekatan kontekstual yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar. Oleh karena itu rencana penelitian tindakan kelas ini kalau digambarkan secara umum tampak sebagai berikut. Rencana tindakan I – Pelaksanaan tindakan I – Observasi – Refleksi – Rencana tindakan II – Pelaksanaan tindakan II – Observasi – Refleksi - Rencana tindakan II – Pelaksanaan III – Observasi – Refleksi – N dan tindakan seterusnya – memutuskan tindakan yang terbaik. 3.4 Prosedur / Langkah-langkah Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan suatu rangkaian tindakan penelitian yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi, Kurt Lewin dalam Kunandar (2008:42) 3.4.1 Refleksi Awal Refleksi awal dilakukan dengan observasi untuk mengamati siswa dan melakukan evaluasi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dialami oleh siswa dalam mengarang puisi dan melakukan free test untuk mengetahui 42 kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Hasil free test ini dipakai sebagai titik tolak untuk menentukan kemajuan yang dicapai pada penelitian. 3.4.2 Siklus I Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi, Kurt Lewin dalam Kunandar (2008:42) 3.4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar penelitian dapat berlangsung dengan lancar. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Peneliti bersama guru pamong Sastra Indonesia mencermati materi pelajaran dalam kurikulum pada pelaksanaan semester genap tepat pelaksanaan penelitian. b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. c. Menyusun lembar kerja siswa dan lembar pengamatan. d. Menyusun tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengarang puisi. e. Menyiapkan contoh puisi. 3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Tabel 01. Skenario Kerja Dalam Penelitian KEGIATAN AWAL No. 1 01. Peneliti 2 Guru mengabsen siswa Siswa 3 Siswa memberitahukan teman- 43 1 2 dengan 3 memberikan salam dan teman yang tidak hadir kepada mengecek kehadiran siswa 02. peneliti Memberitahukan kepada siswa tentang Mendengarkan informasi yang kegiatan yang akan dilaksanakan dan disampaikan oleh peneliti. teknik pembelajaran yang digunakan 03. Menyampaikan tujuan pembelajaran Mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti. KEGIATAN INTI Eksplorasi 04. Menjelaskan materi tentang cara Mendengarkan mengarang puisi penjelasan dari peneliti tentang cara mengarang puisi 05. Mencontohkan cara mengarang puisi Siswa (oleh model) mengamati contoh mengarang puisi yang dilakukan model Elaborasi 06. Memberikan siswa kesempatan untuk berlatih kepada Siswa mengarang puisi di rumah. menikmati lingkungan sekolah sebelum mulai mengarang puisi. 07. Meminta siswa untuk membacakan Siswa puisi yang telah dibuat di depan kelas mengamati memperhatikan teman. dan penampilan 44 1 2 3 Konfirmasi 10. Mengomentari penampilan siswa Mendengarkan komentar guru/peneliti KEGIATAN AKHIR 11. Memberikan penilaian kepada siswa Memperhatikan yang berpenampilan baik. 12. Menyimpulkan hasil teman yang berpenampilan baik pembelajaran Mendengarkan kesimpulan yang sudah dilaksanakan. 13. Menutup pelajaran Mengakhiri pelajaran. 3.4.2.3 Tahap Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pemantuan terhadap perilaku siswa selama tindakan berlangsung dengan menggunakan cara observasi dan test. Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah tentang kemampuan siswa dalam mengarang puisi sebagai data utama sedangkan perilaku guru dan siswa dalam PBM sebagai data pelengkapnya. Tujuan dari observasi yang dilakukan adalah (1) untuk memantau siswa dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar puisi dan aspek-aspek yang dinilai, dan (2) memantau yang diteliti selama pengajaran puisi berlangsung. Adapun hal-hal yang perlu diamati antara lain : a. Sejauh mana perhatian siswa terhadap penjelasan guru (peneliti); b. Sejauh mana keberanian siswa dalam bertanya; 45 c. Memperhatikan dan mengamati contoh mengarang puisi; dan d. Membacakan puisi yang telah di karang oleh siswa itu sendiri di depan kelas. 3.4.2.4 Tahap Refleksi Refleksi adalah upaya untuk mengkaji hal yang telah terjadi, hal yang telah dihasilkan atau yang belum dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menerapkan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan. Pertama, tindakan yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki kekurangan perlu direvisi dalam perbuatan rencana berikutnya. Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, secara kontinyu peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis yang pertama dilaksanakan untuk pelaksanaan tindakan yang diambil, pelaksanaannya sesuai atau tidak dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan mengarang puisi yang ditunjukkan melalui pendekatan kontekstual. Tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki kekurangan perlu direvisi lagi dalam pembuatan rencana berikutnya. Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan tindakan sebagai berikut : 46 1) Adanya peningkatan motivasi dari guru untuk meningkatkan kemampuan mengarang puisi siswa dalam pengajaran puisi; 2) Adanya peningkatan motivasi dari guru untuk mengembangkan bakatnya dalam mengarang puisi; dan 3) Adanya peningkatan hasil yang diperoleh siswa yang ditunjukkan dari hasil mengarang puisi di depan kelas. 3.5 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penilaian. Adapun metode yang digunakan dalam pengambilan data dari penulisan ini adalah sebagai berikut. 3.5.1. Metode Observasi Metode observasi merupakan suatu kegiatan yang memperhatikan sebuah objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,1989:146). Penelitian menggunakan non partisipan, karena dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Jadi pada tahap ini peneliti lebih banyak melakukan pengamatan segala aktivitas siswa ketika sedang berada di dalam kelas dan memantau pelaksanaan pembelajaran puisi sehingga dengan demikian instrumen ini dapat memberikan data tambahan yang berkaitan dengan segala aktivitas siswa dalam menjalani proses belajar mengajar. 3.5.2. Metode tes Metode Tes adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat 47 yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,1989:139). Metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang dapat menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau potensi siswa tersebut yang dapat membandingkan dengan nilai yang diperoleh siswa lain dengan suatu standar yang ditetapkan, (Nurkencana dan Sunartana,1992:25). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes mengarang puisi dan membacakannya di depan kelas. Jumlah aspek yang dinilai adalah 4 aspek dengan bobot penilaian setiap aspek antara 1--10. Penilaian terhadap hasil mengarang puisi tersebut dengan menyesuaikan aspek-aspek yang dinilai secara cermat berdasarkan landasan teori yang ada. Adapun aspek yang dinilai yaitu: (1) diksi (2) struktur bahasa, (3) makna puisi, dan (4) kesesuaian judul. 3.5.3. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar Data yang dianalisis merupakan data yang didapat dari hasil observasi. Bentuk data yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan data interval yang diperoleh melalui hasil tes dari hasil belajar. Hasil tes yang berupa skor mentah, dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma absolut skala sebelas (0--10). Hasil yang belum memenuhi kriteria sebagai bahan refleksi untuk melaksanakan siklus selanjutnya dengan modifikasi tindakan. Apabila hasil yang diperoleh pada tindakan berikutnya telah mencapai 70% atau nilai rata rata kelas 7,0 ke atas, maka tindakan dihentikan dan tindakan terakhir dianggap sebagai tindakan terbaik dalam pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual. 48 Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara klasikal. Setiap aspek diberikan rentang nilai 1--10. Penskoran hasil tes mengarang puisi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut; S = R (Arikunto, 1989: 133) Keterangan : S = Skor R = jumlah skor yang diperoleh Penskoran hasil tes mengarang puisi dapat dilihat bentuk tabel berikut : Tabel 02. Penskoran hasil tes mengarang puisi Aspek Penilaian 1 Skor 2 Diksi 1-10 Tipografi 1-10 Pengimajian 1-10 Verifikasi 1-10 Jumlah 40 Untuk menentukan kemampuan mengarang puisi, skor mentah selanjutnya dikonversikan menjadi skor standar. Teknik pengkonversiannya digunakan norma absolut skala sebelas dengan langkah-langkah sebagai berikut: 3.5.3.1 Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) Caranya dengan mengalikan 4 aspek yang dinilai dengan rating tertinggi adalah 10. Dengan demikian SMI = 4 x 10 = 40. 49 3.5.3.2 Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk hasil tersebut menggunakan rumus sebagai berikut : Mi = ½ x SMI 3.5.3.3 Mencari Standar Devisiasi Ideal (SDI) untuk hasil tersebut menggunakan rumus: SDI = 1/3 x MI 3.5.3.4 Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut : M + 2,25 SD 10 M + 1,75 SD 9 M + 1,25 SD 8 M + 0,75 SD 7 M + 0,25 SD 6 M – 0,25 SD 5 M – 0,75 SD 4 M – 1,25 SD 3 M – 1,75 SD 2 M – 2,25 SD 1 (Nurkencana, 1992:93) Berdasarkan rumusan di atas, maka penyelesaiannya sebagai berikut, hasil tes yang berupa skor mentah dikonversi menjadi skor standar dengan menggunakan norma absolute skala 11. SMI = 40 MI = ½ x 40 = 20 SDI = 1/3 x 20 = 6,66 Keterangan : SMI = Skor maksimal ideal 50 MI = Angka rata-rata ideal Sdi = Standar devisiasi. Dari rumusan di atas, maka hasil yang diperoleh sebagai barikut : Mi + 2,25 Sdi = 20 + (2,25 x 6,66) = 35 10 Mi + 1,75 Sdi = 20 + (1,75 x 6,66) = 31 9 Mi + 1,25 Sdi = 20 + (1,25 x 6,66) = 28 8 Mi + 0,75 Sdi = 20 + (0,75 x 6,66) = 25 7 Mi + 0,25 Sdi = 20 + (0,25 x 6,66) = 22 6 Mi – 0,25 Sdi = 20 – (0,25 x 6,66) = 18 5 Mi – 0,75 Sdi = 20 – (0,75 x 6,66) = 15 4 Mi – 1,25 Sdi = 20 – (1,25 x 6,66) = 11 3 Mi – 1,75 Sdi = 20 – (1,75 x 6,66) = 8 2 Mi – 2,25 Sdi = 20 – (2,25 x 6,66) = 5 1 Berpedoman pada ketentuan di atas, maka ditentukan skor standar yang didapat oleh masing-masing siswa dengan ketentuan, jika siswa yang mencapai skor mentah 35 ke atas, maka ia mendapat skor standar 10, tetapi bila siswa mendapat skor mentah 31 sampai 35, maka siswa mendapat skor standar 9. Demikian pula selanjutnya dengan tabel kemampuan siswa mengarang puisi, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini : 51 Tabel 03. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Mengarang Puisi Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 No. Nilai Kriteria 2 3 4 01. 35-40 10 Istimewa 02. 31-34 9 Baik Sekali 03. 28-30 8 Baik 04. 25-27 7 Lebih dari Cukup 05. 22-24 6 Cukup 06. 18-21 5 Hampir Cukup 07. 15-17 4 Kurang 08. 11-14 3 Kurang Sekali 09. 8-10 2 Buruk 10. 5-7 1 Buruk Sekali 1 Skor Mentah (Nurkencana dan Sunartana, 1992:129). 3.6 Analisis data Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah suatu teknik analisis data yang dilakukan terus menerus yang berkaitan dengan kata-kata, (Nurkencana dan Sunartana, 1992:152). Data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 1 akan diteruskan pada pengolaan data hingga siklus ke-N. Data yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif adalah hasil penilaian 52 terhadap kemampuan siswa dalam mengarang puisi melalui pendekatan kontekstual. Untuk memperoleh nilai rata-rata digunakan rumus sebagai berikut: M fx N Keterangan: M = Mean (nilai rata-rata). ∑fx = Jumlah keseluruhan nilai. N = Jumlah individu yang diteliti/banyak siswa. (Nurkencana dan Sunartana, 1992:152) 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini disesuaikan dengan tahap-tahap dan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diperoleh data yang diperlukan untuk dievaluasi yakni, data berupa hasil observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan kelas, dan data hasil tes kemampuan mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual setiap akhir pelaksanaan tindakan. 4.1.1 Hasil Observasi Awal Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Sastra Indonesia. Dari observasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam mengikuti pelajaran Sastra Indonesia, terutama dalam mengarang puisi. Adapun hasil obsevasi yang telah dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh guru bersifat konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan berpedoman pada LKS, (3) siswa kurang termotivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan tugasnya akan lebih cepat selesai, sebaliknya anak yang kurang mendapatkan motivasi, maka penyelesaian tugasnya akan lebih lama dan mempunyai kualitas yang rendah, (4) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara mengarang puisi. 54 4.1.2 Tes Awal 4.1.1.1 Pelaksanaan Tes Awal Penelitan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 21 dan hari Kamis tanggal 24 Oktober 2013. Data yang diperlukan peneliti diperoleh dari hasil tes langsung yakni siswa diminta untuk mengarang puisi di bagku masing-masing. Pada penelitian pra siklus atau tes awal ini, peneliti tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi puisi. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa dalam mengarang puisi sehingga hasil tes awal ini akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan kemajuan yang dicapai pada penelitian. 4.1.1.2 Hasil Tes Awal Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes mengarang puisi yang berjudul “Indah” Karya Lina. Adapun hasil dari tes awal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 04. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 Aspek Penilaian Jumlah No. Nama Siswa Nilai Kategori A B C D Skor 2 3 4 5 6 7 8 01. Putri Ekayanti 4 4 3 4 15 4 Kurang 02. Jessika Halim 4 4 4 3 15 4 Kurang 03. Yusuf Albar 5 4 3 4 16 4 Kurang 1 9 55 1 2 3 4 5 6 7 8 9 04. Siti Maemunah 5 4 3 4 16 4 Kurang 05. Katrina Yusuf 4 4 3 3 14 3 Kurang sekali 06. Karina Firdausi 4 4 3 4 14 3 Kurang Sekali 07. Kasim Barokah 5 5 4 4 18 5 Hampir cukup 08. Kalimahtus Sadiyah 5 4 3 4 16 4 Kurang 09. Kori Lawa 4 5 3 5 17 4 Kurang 10. Korimah Baitul 5 4 5 4 18 5 Hampir cukup 11. Kintan Nur Baeti 5 4 4 5 18 5 Hampir Cukup 12. Kanayah Ismi 5 4 4 5 17 13. Kiail Balqis 4 4 3 3 14 4 Kurang Kurang sekali 14. Kaningrum 5 5 4 5 19 5 Hampir cukup 15. Lussiana 4 4 3 5 14 3 Kurang sekali 16. Lulu Hakim 5 5 3 5 18 5 Hampir Cukup 17. Maemunah 5 4 3 3 15 4 Kurang 18. Mohammad Adil 5 4 3 4 16 4 Kurang 19.. Muhammad Raffi 4 3 4 4 15 4 Kurang 20. Malita Anggraeni 5 4 4 4 16 4 Kurang 21. Mawar Ningtyas 5 5 5 4 19 5 Cukup 56 1 2 3 4 5 6 7 8 9 22. Mumtaz 5 4 3 3 15 4 Kurang 23. Munawaroh Zail 4 4 3 3 14 3 Kurang Sekali 24. Maryamah 4 4 3 4 15 4 Kurang 25. Mahakam Raif 5 5 3 5 18 5 Hampir 26. Munir Zein 4 3 4 4 15 4 Kurang 27. Muzdalifah 4 4 3 4 15 4 Kurang 28. Mario Darmawan 3 4 3 3 13 3 Kurang sekali 29. Marshanda 5 4 4 4 17 4 Kurang 30. Marzuki 5 5 4 4 18 5 Hampir cukup 31. Wawan 4 5 4 3 16 4 Jumlah 129 Rata-rata 4,03 Kurang Kurang Keterangan : A = Diksi B = Tipografi C = Pengimajian D = Verifikasi 4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal Dari data hasil tes awal yang diikuti oleh 32 orang siswa, dapat diketahui bahwa skor standar yang diperoleh adalah sejumlah 129. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11, maka dapat diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa. 57 Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang, persentasinya adalah : 8 x 100 % = 25 % 32 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 17 orang, persentasinya adalah : 17 x 100 % = 53,125% 32 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 3 sebanyak 7 orang, persentasinya adalah : 7 x 100 % = 21,875 % 3 Tabel 05. Analisis Tes Awal Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. No. 1 Nilai Skor Standar (x) 2 Jumlah Siswa (f) 3 Jumlah Nilai Presentase (fx) (%) 4 5 01. 10 - - 02. 9 - - - Baik Sekali 03. 8 - - - Baik - Kategori 6 Nilai Rata-rata 7 Istimewa Lebih dari 04. 7 - - - 05. 6 - - - cukup Cukup Hampir 06. 5 8 40 25 % cukup 129 07. 4 17 68 53,1 % Kurang 32 Kurang = 4,03 08. 3 7 21 21,8 % Sekali 09. 2 - - - Buruk Buruk 10. 1 - - 32 129 - sekali (kurang) 58 Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa, tes mengarang puisi yang diikuti oleh 32 siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar, mendapat nilai rata-rata 4,03, sehingga kemampuan siswa dalam mengarang puisi pada tes awal dikelompokkan ke dalam kategori kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap berikutnya. 4.1.1.4 Refleksi Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 05 dapat diketahui bahwa skor standar siswa adalah 129 dengan nilai rata-rata 4,03 dengan kategori kurang. Dari hasil tersebut terlihat dengan jelas bahwa nilai rata-rata kelas pada tes awal ini belum memenuhi target yang diinginkan oleh peneliti yakni dengan nilai rata-rata kelas 7,0. Hal ini disebabkan: (1) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (2) siswa tidak mau bertanya saat diberikan kesempatan, (3) siswa kurang memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat pada saat mengarang puisi, dan (4) siswa belum memahami tentang empat aspek penilaian mengarang puisi. 4.1.2 Siklus 1 4.1.2.1 Hasil Observasi Siklus I Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan observasi terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Dari observasi inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah atau belum mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun hasil pengamatan yang telah dilakukan yakni: (1) Sebagian siswa sudah mulai mengikuti proses belajarmengajar dengan tekun, (2) siswa sudah mulai aktif mendengar penjelasan dari guru (peneliti), (3) sebagian siswa sudah mulai berani bertanya apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) sebagian siswa sudah mulai aktif dalam proses belajar mengajar, (5) siswa sudah mulai mengerti bagaimana mengarang puisi dengan mengamati lingkungan disekitar sekolahnya. 59 4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I Hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dengan puisi yang berjudul “Indah” karya Lina, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 06. Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 Aspek Penilaian No. Nama Siswa Jumlah Skor Nilai Kategori A B C D 2 01. Putri Ekayanti 3 5 4 5 5 4 6 4 7 18 8 5 02. Jessika Halim 5 4 5 4 18 5 03. Yusuf Albar 6 5 4 20 5 04. Siti Munawaroh 5 4 3 4 16 4 05. Siti Maimunah 6 5 5 5 21 5 06. Katrina Yusuf 5 5 4 5 19 5 07. Karina Firdausi 6 5 4 5 20 5 Hampir Cukup Hampir Cukup Cukup 08. Kasim Barokah 6 6 5 6 23 6 Cukup 09. Kalimahtus Sadiyah 6 5 5 5 21 5 10. Kori Lawa 11. Korimah Baitul 12. Kintan Nur Baeti 5 6 6 6 5 5 5 6 5 6 6 6 22 23 22 6 6 6 Hampir Cukup Cukup Cukup Cukup 13. Kayanah Ismi 6 5 5 6 22 6 Cukup 14. Kiail Balqis 5 5 5 4 19 5 15. Kaningrum 6 7 5 6 24 6 Hampir Cukup Cukup 16. Lussiana 17. Lulu Hakim 5 6 4 5 4 5 4 6 17 22 4 6 Kurang Cukup 18. Maemunah 5 5 4 5 19 5 Hampir Cukup 19. Mohammad Adil 6 6 5 6 23 6 Cukup 1 9 Hampir Cukup Hampir Cukup Hampir Cukup Kurang 60 1 2 3 4 5 6 7 8 20. Muhammad Raffi 5 4 4 5 18 5 21. Malita Anggraeni 5 5 4 5 19 5 22. Mawar Ningtyas 6 7 6 6 24 6 Cukup 23. Mumtaz 6 5 4 4 19 5 24. Munawaroh Zail 25. Maryamah 5 5 5 6 4 5 4 5 18 21 5 6 26. Mahakam Raif 6 6 5 7 24 6 Hampir Cukup Cukup Hampir Cukup Cukup 27. Munir Zein 5 4 5 5 19 5 Hampir Cukup 28. Muzdalifah 5 5 4 5 19 5 Hampir Cukup 29. Mario Darmawan 5 5 4 5 19 5 30. Marshanda 6 6 5 5 22 6 Hampir Cukup Cukup 31. Marzuki 6 6 6 5 23 6 Cukup 32. Wawan 6 6 6 5 22 6 Cukup Jumlah 171 Rata-rata 5,3 9 Hampir Cukup Hampir Cukup Hampir Cukup Keterangan : A = Diksi B = Tipografi C = Pengimajian D = Verifikasi 4.1.2.3 Analisis Data Siklus I Dari data hasil tes siklus I yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar 61 yang diperoleh siswa adalah sejumlah 171. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11. Persentasi Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 kategori cukup sebanyak 13 orang, presentasinya adalah : 13 x 100 % = 40,625 % 32 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 17 orang, persentasinya adalah :17 x 100 % = 53,125 % 32 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 2 orang, persentasinya adalah : 2 x 100 % = 0,625% 32 Tabel 07. Analisis Test Hasil Siklus I Nilai Siswa Kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. No. Nilai Skor Standar (x) Jumlah Siswa (f) Jumlah Nilai (fx) Presentase (%) Kategori Nilai Ratarata 1 2 3 4 5 6 7 01. 10 - - - Istimewa 02. 9 - - - Baik Sekali 03. 04. 8 7 - - - Baik 05. 06. 6 5 13 17 78 85 40,625% 53,125% 07. 08. 4 3 2 - 8 - 0,625 - Kurang Sekali 09. 2 - - - Buruk 10. 1 32 171 - Buruk sekali Lebih dari cukup Cukup Hampir cukup 171 32 = 5,3 Kurang (Hampir Cukup ) Berdasarkan tabel di atas, maka tes mengarang puisi yang diikuti oleh 32 jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar memperoleh nilai rata-rata 62 5,3. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam mengarang puisi pada siklus I dikategorikan hampir cukup dan mengalami peningkatan. 4.1.2.4 Refleksi Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada tindakan I, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas adalah 5,3 dengan kategori hampir cukup. Hasil tersebut belum mencapai target yang diinginkan oleh peneliti yakni memperoleh nilai ratarata kelas 7,0. Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, maka secara kontinyu peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Analisis pertama yang dilakukan adalah untuk pelaksanaan tindakan yang diambil, apakah pelaksanaanya sesuai atau tidak dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan mengarang puisi pada siswa. Pada tindakan II, peneliti akan memberikan pengulangan kembali materi puisi dengan memberikan penekanan pada empat aspek yang dinilai yaitu diksi, tipografi, pengimajian, dan verifikasi. Berdasarkan data observasi siswa dalam mengarang puisi, peneliti perlu melakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil tindakan yang telah dilakukan positif atau sudah baik, dipertahankan dan tidak direvisi lagi dan jika tindakan itu yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki kekurangan perlu direvisi dalam pembuatan rencana tindakan selanjutnya. Adapun masalah yang dihadapi siswa adalah (1) siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, (2) sebagian siswa masih merasa belum mampu mengarang puisi dengan baik, (3) siswa belum dapat memanfaatkan waktu yang 63 tersedia dengan tepat pada saat mengarang puisi, (4) siswa masih kesulitan dalam memahami keempat aspek penilaian mengarang puisi, dan (5) dalam menyampaikan materi pembelajaran, peneliti belum melibatkan siswa dan belum memberikan bimbingan secara maksimal dalam mengarang puisi, sehingga masih banyak siswa yang bergantungan sama siswa yang pandai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. 4.1.3 Siklus II 4.1.3.1 Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukankan dalam 2 kali pertemuan, yakni pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2013, peneliti memberikan materi pembelajaran dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 31 Oktober 2013, peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini, diantaranya adalah : 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2. Menyiapkan naskah puisi; 3. Menyiapkan format observasi, yaitu format observasi untuk kegiatan guru dan format observasi untuk kegiatan siswa; 4. Menyiapkan pedoman penyusunan penilaian mengarang puisi; 5. Memberikan motivasi kepada siswa terkait dengan materi pelajaran; dan 6. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri. 64 4.1.3.2 Pelaksanaan Tabel 08. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siklus II Dengan KEGIATAN AWAL No. Peneliti Siswa 1 01. 2 Membuka pelajaran yang diawali dengan 3 Siswa memberitahukan teman-teman memberikan salam dan mengecek kehadiran yang tidak hadir kepada peneliti siswa 02. Memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan tehnik Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh peneliti. pembelajaran yang digunakan 03. Menyampaikan tujuan pembelajaran Mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti. KEGIATAN INTI Eksplorasi 04. 05. Menjelaskan materi tentang pengertian Mendengarkan penjelasan dari peneliti puisi. tentang pengertian puisi. Membagikan naskah puisi kepada siswa Siswa siswa menerima dan mencermati teks puisi 06. Mencontohkan cara mengarang puisi oleh Siswa mengamati contoh mengarang model puisi yang dilakukan model Elaborasi 07. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Siswa mengarang puisi di rumah melihat lingkungan sekitar agar bisa berimajinasi dalam mengarang puisi 08. Meminta siswa untuk membacakan puisi Siswa mengamati dan memperhatikan yang telah dibuat di depan kelas penampilan teman. Konfirmasi 09. Mengomentari penampilan siswa Mendengarkan komentar guru/peneliti KEGIATAN AKHIR 65 1 11. 2 3 Memberikan penilaian kepada siswa yang Memperhatikan teman berpenampilan baik. berpenampilan baik. Menyimpulkan hasil pembelajaran yang Mendengarkan kesimpulan yang sudah dilaksanakan 12. Menutup Pelajaran Mengakhiri pelajaran 4.1.3.3 Hasil Observasi Siklus II Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan obsevasi terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Dari observasi inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah mendapatkan hasil yang lebih baik atau belum. Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yakni : (1) siswa sudah mulai mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun, (2) siswa telah aktif mendengarkan penjelasan guru (peneliti), (3) siswa sudah berani dalam bertanya, apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) siswa sudah mulai aktif dalam proses belajar mengajar, dan (5) sebagian siswa sudah mulai berani untuk mengomentari penampilan temannya dalam mengarang puisi dan membacakannya di depan kelas. 4.1.3.4 Hasil Tes Siklus II Pada tahap ini, peneliti melakukan tes dan memberikan penilaian terhadap penampilan siswa sesuai dengan aspek-aspek penilaian dalam mengarang puisi yaitu diksi, tipografi, pengimajian dan tipografi. Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus II dengan judul puisi “Kecewa” karya Lina dapat dilihat pada tabel berikut : 66 Tabel 09. Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2013/2014 Aspek Penilaian A B C D Jumlah Skor 3 4 5 6 7 8 9 01. Putri Ekayanti 6 6 5 6 23 6 Cukup 02. Jessika Halim 6 6 6 6 24 6 Cukup 03. Yusuf Albar 04. Siti Munawaroh 7 6 6 6 5 5 6 5 24 22 6 6 Cukup Cukup 05. Siti Maimunah 7 7 6 6 26 7 06. Katrina Yusuf 07. Karina Firdausi 6 7 6 6 5 5 6 7 23 25 6 7 Lebih dari Cukup Cukup Baik 08. Kasim Barokah 7 7 6 7 27 7 Lebih dari cukup 09. Kalimahtus Sadiyah 7 6 6 7 26 7 10. Kori Lawa 6 7 6 7 26 7 11. Korimah Baitul 7 6 7 7 27 7 Lebih dari Cukup Lebih dari Cukup Lebih dari Cukup 12. Kintan Nur Baeti 7 7 6 7 27 7 13. 7 6 6 7 26 7 14. Kialil Balqis 6 7 6 6 25 7 Lebih dari cukup 15. Kaningrum 7 8 6 7 28 8 Baik 16. Lussiana 6 6 5 5 22 6 Cukup 17. Lulu Hakim 7 7 6 7 27 7 Lebih dari Cukup 18. Maemunah 6 6 5 6 23 6 Cukup 19. Mohammad Adil 7 7 7 7 28 8 Baik 20. Muhammad Raffi 6 5 6 6 23 6 Cukup 21. Malita Anggraeni 7 6 5 6 24 6 Cukup No. Nama Siswa 1 2 Kayanah Ismi Nilai Kategori Lebih dari Cukup Lebih dari cukup 67 1 2 3 4 5 6 7 8 22. Mawar Ningtyas 7 8 7 7 29 8 Baik 23. Mumtaz 7 6 5 6 24 6 Cukup 24. Munawaroh Zail 6 6 6 5 23 6 Cukup 25. Maryamah 6 7 7 6 26 7 Lebih dari Cukup 26. Mahakam Raif 7 7 8 6 28 8 Baik 27. Munir Zein 6 5 6 6 23 6 Cukup 28. Muzdalifah 6 6 5 6 23 26 Cukup 29. Mario Darmawan 6 6 6 6 24 7 Cukup 30. Marshanda 7 7 6 7 27 7 Lebih dari cukup 31. Marzuki 7 7 7 6 27 7 Lebih dari Cukup 32. Wawan 7 7 7 7 28 8 Baik Jumlah 215 Rata-rata 6,7 9 Lebih dari Cukup Keterangan : A = Diksi B = Tipografi C = Pengimajian D = Verifikasi 4.1.3.5 Analisis Data Siklus II Dari data hasil tes siklus II yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar yang diperoleh siswa adalah sejumlah 215. Setelah skor mentah dikonversikan ke 68 dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11, maka dapat diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa. Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 5 orang, persentasinya adalah : 5 x 100 % = 15,625 % 32 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 13 orang, persentasinya adalah :13 x 100 % = 40,625% 32 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 14 orang, persentasinya adalah : 5 x 100 % = 43,75% 32 Tabel 10. Analisis Hasil Test Siklus II Nilai Siswa VII A MTs Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. No. Nilai Skor Standar (x) Jumlah Siswa (f) Jumlah Nilai (fx) Presentasi (%) Kategori Nilai Ratarata 1 2 3 4 5 6 7 01. 10 - - - Istimewa 02. 9 - - - Baik Sekali 03. 04. 8 7 5 13 40 91 15,625% 40,625% Baik 05. 06. 6 5 14 - 84 - 43,75% - 07. 08. 4 3 - - - Kurang Sekali 09. 2 - - - Buruk 10. 1 - - - Buruk sekali 32 215 Lebih dari cukup Cukup 215 32 = 6,7 Hampir cukup Kurang ( Lebih dari Cukup ) Berdasarkan tabel di atas, maka tes mengarang puisi yang diikuti oleh 32 jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar memperoleh nilai rata-rata 6,7 Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam 69 mengarang puisi pada siklus II dikategorikan lebih dari cukup dan mengalami peningkatan. 4.1.3.6 Refleksi Setelah diadakannya tindakan pada siklus II, maka diketahui nilai rata-rata dari 32 siswa adalah 6,7 dengan kategori lebih dari cukup. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes maka peneliti perlu melakukan suatu refleksi. Pada saat proses belajar-mengajar peneliti melihat antusias siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar sangat baik, tetapi kelancaran dalam mengarang puisi masih kurang dan belum mencapai target yang diharapkan peneliti. Hasil refleksi pada tindakan II digunakan untuk melaksanakan tindakan III yang lebih baik dari tindakan I dan tindakan II. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka pada tindakan selanjutnya harus memberikan materi pengulangan kembali untuk meningkatkan minat siswa dalam mengarang puisi melalui dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dari hasil observasi dan hasil tes pada siklus II dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengarang puisi melalui pendekatan kontekstual sudah hampir efektif, karena aktivitas belajar siswa sudah tampak mengalami peningkatan. Akan tetapi, hasil yang diperoleh pada siklus II ini perlu ditingkatkan agar hasilnya sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke siklus III yang berikutnya. 70 4.1.4 Siklus III 4.1.4.1 Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilakukankan dalam 2 kali pertemuan, yakni pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01 November 2013, peneliti memberikan materi pembelajaran dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 05 November 2013, peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini, di antaranya adalah : 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2. Menyiapkan naskah puisi; 3. Menyiapkan format observasi, yaitu format observasi untuk kegiatan guru dan format observasi untuk kegiatan siswa; 4. Menyiapkan pedoman penyusunan penilaian mengarang puisi; 5. Memberikan bimbingan dan penghargaan agar siswa aktif dan kreatif di dalam kelas; 6. Memberikan motivasi kepada siswa terkait dengan materi pelajaran; dan 7. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri. 4.1.4.2 Pelaksanaan Tabel 11. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siklus III KEGIATAN AWAL No. Peneliti Siswa 1 2 3 01. Membuka pelajaran yang diawali dengan Siswa memberikan teman yang tidak hadir kepada kehadiran siswa salam dan mengecek peneliti memberitahukan teman- 71 1 2 3 02. Memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan Mendengarkan informasi yang disampaikan oleh peneliti. tehnik pembelajaran yang digunakan 03. Menyampaikan tujuan pembelajaran Mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh peneliti. KEGIATAN INTI Eksplorasi 04. Menjelaskan materi tentang pengertian Mendengarkan penjelasan dari puisi tentang pengertian puisi 05. Memberikan kesempatan kepada siswa Siswa untuk melihat lingkungan sekitar agar bisa siswa mulai mengamati lingkungan sekitarnya berimajinasi dalam mengarang puisi 06. Mencontohkan cara mengarang puisi Siswa mengamati contoh puisi yang (oleh model) dilakukan model Elaborasi 07. Meminta siswa untuk mengarang puisi Siswa mengarang puisi sesuai dengan apa yang diamati 08. Memberikan penilaian terhadap hasil Siswa mengamati karangannya mengarang puisi siswa Konfirmasi 09. Meminta siswa untuk membacakan hasil karangan yang telah dibuat Mendengarkan karangan puisi yng dibuat oleh temannya 10. Mengomentari penampilan siswa Mendengarkan komentar guru/peneliti KEGIATAN AKHIR 11. 12. Memberikan penilaian kepada siswa Memperhatikan teman yang berpenampilan baik. berpenampilan baik Menyimpulkan hasil pembelajaran yang Mendengarkan kesimpulan sudah dilaksanakan 13. Menutup Pelajaran Mengakhiri pelajaran yang 72 4.1.4.3 Hasil Observasi Siklus III Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Dari observasi inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah mendapatkan hasil yang lebih baik atau belum. Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yakni: (1) siswa sudah lancar dalam mengarang puisi, (2) siswa merasa senang dan tertarik mengikuti pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual, (3) adanya antusias siswa dalam memperhatikan dan mengamati jalannya mengarang puisi oleh model, (4) siswa sudah aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, dan (5) siswa sudah berani mengomentari penampilan temannya yang mengarang puisi di depan kelas. 4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III Pada tahap ini, peneliti melakukan tes dan memberikan penilaian terhadap penampilan siswa sesuai dangan aspek-aspek penilaian dalam mengarang puisi. Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus III dengan judul puisi “Hidup” karya Lina, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Hasil Tes Siklus III Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2013/2014 Aspek Penilaian No. Nama Siswa 1 2 01. Putri Ekayanti Jumlah Nilai Kategori A B C D Skor 3 4 5 6 7 8 9 7 7 6 7 27 7 Lebih dari Cukup 02. Jessika Halim 7 7 7 7 28 8 Baik 03. Yusuf Albar 8 7 6 7 28 8 Baik 73 1 2 04. Siti Munawaroh 3 4 5 6 7 8 9 7 7 6 7 27 7 Lebih dari Cukup 05. Siti Maimunah 8 8 7 7 30 8 Baik 06. Katrina Yusuf 7 7 6 7 27 7 Lebih dari Cukup 07. Karina Firdausi 8 7 6 8 29 8 Baik 08. Kasim Barokah 7 8 7 7 29 8 Baik 09. Kalimahtus Sadiyah 8 7 7 8 30 8 Baik 10. Kori Lawa 7 8 7 8 30 8 baik 11. Korimah Baitul 8 7 8 8 31 9 Baik Sekali 12. Kintan Nur Baeti 8 8 7 8 31 9 Baik Sekali 13. Kayanah Ismi 8 7 7 8 30 8 Baik 14. Kiail Balqis 7 8 7 7 29 8 Baik 15. Kaningrum 8 9 7 8 32 9 Baik Sekali 16. Lussiana 7 7 6 6 26 7 Cukup 17. Lulu Hakim 8 7 7 7 29 8 Baik 18. Maemunah 7 7 6 7 27 7 Baik 19. Mohammad Adil 8 8 7 8 31 9 Baik 20. Muhammad Raffi 7 6 7 7 27 7 Lebih dari cukup 21. Malita Anggraeni 8 7 6 7 28 8 Baik 22. Mawar Ningtyas 8 9 8 8 33 9 Baik Sekali 23. Mumtaz 8 7 6 7 28 8 Baik 24. Munawaroh Zail 7 7 7 6 27 7 Lebih dari Cukup 25. Maryamah 7 8 7 7 29 8 Baik 26. Mahakam Raif 8 8 9 7 32 9 Baik Sekali 74 1 2 27. Munir Zein 3 4 5 6 7 8 9 7 6 7 7 27 7 Lebih dari cukup 28. Muzdalifah 7 7 6 7 27 7 Lebih dari Cukup 29. Mario Darmawan 7 7 7 7 28 8 Baik 30. Marshanda 8 8 7 8 31 9 Baik Sekali 31. Marzuki 8 8 8 7 31 9 Baik Sekali 32. Wawan 8 8 7 8 31 9 Baik Sekali Rata-rata 7,87 Baik Keterangan : A = Diksi B = Tipografi C = Pengimajian D = Verifikasi 4.1.4.5 Analisis Data Siklus III Dari data hasil tes siklus III yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar yang diperoleh siswa adalah sejumlah 252. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11, maka dapat diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa. Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang, persentasinya 75 adalah : 5 x 100 % = 15,625 % 32 2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 18 orang, persentasinya adalah :18 x 100 % = 56,25% 32 3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 9 orang, persentasinya adalah : 9 x 100 % = 28,125 % 32 Tabel 13. Analisis Hasil Test Siklus III Nilai Siswa Kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. No. Nilai Skor Jumlah Jumlah Presentase Kategori Nilai Rata- Standar (x) Siswa (f) Nilai (fx) (%) 1 2 3 4 5 6 01. 10 - - - Istimewa 02. 9 5 45 15,625% Baik Sekali 03. 8 14 112 56,25% Baik 04. 7 9 63 28,125% Lebih dari Cukup 252 05. 6 - - - Cukup 32 06. 5 - - - Hampir Cukup = 7,87 07. 4 - - - Kurang 08. 3 - - - Kurang Sekali 09. 2 - - - Buruk 10. 1 - - - Buruk sekali 32 252 rata 7 ( Baik ) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh yakni 7,87 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar dalam mengarang puisi pada siklus III ini sudah mangalami peningkatan dan mencapai target yang diinginkan yakni nilai rata-rata 7,0. Dengan demikian, penelitian ini hanya dilaksanakan sampai pada siklus III. 76 4.1.4.6 Refleksi Dari hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh pada siklus III dapat diketahui bahwa, kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual sudah mengalami peningkatan, dari 32 jumlah keseluruhan siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 7,87. Ketuntasan belajar siswa baik secara individual atau klasikal sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil yang dicapai dari pelaksanaan siklus III, maka peneliti tidak perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. 4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan hasil tes kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dari hasil pembelajaran mulai dari siklus I sampai pada siklus III nilai rata-rata kelas yang diperoleh mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan perbandingan nilai rata-rata kelas dari tes awal sampai siklus III. Tabel 14. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III pada Siswa Kelas VII A MTs Al Muhajirn Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. No. Nama Siswa 1 2 Pra Siklus 01. Putri Ekayanti 3 4 02. Jessika Halim 4 Siklus I Siklus Siklus II III Keterangan 4 5 5 6 6 7 7 M 8 TS 5 6 8 M TS 77 1 2 3 4 5 6 7 8 03. Yusuf Albar 4 5 6 8 M TS 04. Siti Munawaroh 3 4 6 7 M TS 05. Siti Maimunah 4 5 7 8 M TS 06. Katrina Yusuf 3 5 6 7 M TS 07. Karina Firdausi 3 5 7 8 M TS 08. Kasim Barokah 5 6 7 8 M TS 09. Kalimahtus Sadiyah 4 5 7 8 M TS 10. Kori Lawa 4 6 7 8 M TS 11. Korimah Baitul 5 6 7 8 M TS 12. Kintan Nur Baeti 5 6 7 8 M TS 13. Kayanah Ismi 4 6 7 8 M TS 14. Kiail Balqis 3 5 7 8 M TS 15. Kaningrum 5 6 8 9 M TS 16. Lussiana 3 4 6 7 M TS 17. Lulu Hakim 5 6 7 8 M TS 18. Maemunah 4 5 6 7 M TS 19. Mohammad Adil 4 6 8 9 M TS 20. Muhammad Raffi 4 5 6 7 M TS 21. Malita Anggraeni 4 5 6 8 M TS 22. Mawar Ningtyas 5 6 8 9 M TS 23. Mumtaz 4 5 6 8 M TS 24. Munawaroh Zail 3 5 6 7 M TS 25. Maryamah 4 5 7 8 M TS 26. Mahakam Raif 5 6 8 9 M TS 27. Munir Zein 4 5 6 7 M TS 28. Muzdalifah 4 5 6 7 M TS 29. Mario Darmawan 3 5 6 8 M TS 30. Marshanda 4 6 7 8 M TS 31. Marzuki 5 6 7 8 M TS 32. Wawan 4 6 8 9 M TS Jumlah Nilai 129 171 215 252 M TS Nilai Rata-rata 4,03 5,3 6,7 7,87 M TS 78 Keterangan : A = Diksi B = Tipografi C = Pengimajian D = Verifikasi 4.3 Pembahasan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, kemampuan mengarang puisi dari pelaksanaan tes awal sampai siklus III mengalami peningkatan. Hal itu dilihat dari skor standar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Dari hasil tes awal yang diikuti oleh 32 siswa memperoleh skor standar 129 dan nilai rata-rata kelas 4,03 dengan kategori kurang. Hasil pelaksanaan tes siklus I memperoleh skor standar 171 dan nilai rata-rata kelas 5,3 dengan kategori hampir cukup. Pelaksanaan tes siklus II memperoleh skor standar 215 dengan nilai rata-rata kelas 6,7 dan masuk kategori lebih dari dari cukup. Hasil tes pada siklus III memperoleh skor standar 255 dengan nilai rata-rata kelas 7,87 dan masuk pada kategori baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada beberapa penilaian di atas, dari tes awal sampai siklus III dapat dikatakan bahwa semua siswa yang mengikuti tes kemampuan mengarang puisi mengalami peningkatan. Peningkatan yang diperoleh siswa dilihat dari hasil perbaikan dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama penelitian berlangsung serta pemberian bimbingan yang rutin kepada siswa. Dari hasil observasi siswa selama mengikuti pembelajaran mengarang puisi di dalam kelas dari tes awal sampai siklus III menunjukkan peningkatan yang baik, antara lain: (1) Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar 79 dengan tekun, (2) semua siswa telah aktif selama proses pembelajaran berlangsung (3) timbul kemauan siswa untuk bertanya, dan (4) keaktifan siswa dalam mengarang puisi tumbuh pesat, hal ini terbukti penilaian siswa dalam mengarang puisi dan tes awal sampai siklus III mengalami peningkatan nilai ratarata. Dari sejumlah data di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatan kemampuan siswa dalam mengarang puisi. Hasil peningkatan yang dicapai oleh siswa dari tes awal, siklus I, siklus II dan tes siklus III dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 4.3 Grafik Grafik 01. Hasil Belajar Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Tahap Hasil Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 80 70 60 50 40 30 20 10 0 TES AWAL SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Dari hasil tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,03. Pada 80 siklus I mengalami peningkatan menjadi 5,3, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 6,7 dan siklus III telah mengalami peningkatan yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,87. 81 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat diambil suatu simpulan: Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil pembelajaran puisi pada tiaptiap siklus, yakni sebagai berikut: a. Dalam pelaksanaan tes awal, memperoleh hasil dengan nilai rata-rata kelas 4,03. Siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang (25 %) dengan kategori hampir cukup, nilai 4 diraih oleh 17 orang siswa (53,125 %) dengan kategori kurang dan siswa yang mendapatkan nilai 3 sebanyak 7 orang (21,875 %) dengan kategori kurang sekali. b. Pada hasil tes siklus I, memperoleh nilai rata-rata kelas 5,3. Siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 13 orang (40,625 %) dengan kategori cukup, nilai 5 diraih oleh 17 orang siswa (53,125 %) dengan kategori hampir cukup dan siswa yang mendapatkan nilai 4 sebanyak 2 orang (0,625 %) dengan kategori kurang sekali. c. Pada hasil tes siklus II, memperoleh nilai rata-rata kelas 6,7. Siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 5 orang (15,625 %) dengan kategori baik, nilai 7 diraih oleh 13 orang siswa (40,625 %) dengan kategori lebih dari 82 cukup dan siswa yang mendapatkan nilai 6 sebanyak 14 orang (43,75 %) dengan kategori cukup. d. Pada hasil tes siklus III, memperoleh nilai rata-rata kelas 7,87. Siswa yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang (15,625 %) dengan kategori baik sekali, nilai 8 diraih oleh 18 orang siswa (56,25 %) dengan kategori baik dan siswa yang mendapatkan nilai 7 sebanyak 9 orang (28,125 %) dengan kategori lebih dari cukup. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti pada siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, melalui pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan mengarang puisi, maka berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut. a. Dengan pendekatan kontesktual dapat diterapkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran mengarang puisi. b. Dalam pelaksanaan pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual, memerlukan waktu yang relatif lama. Namun hal ini akan membawa dampak yang baik bagi siswa. Oleh karena itu, diupayakan penggunaan dan pelaksanaannya dalam proses belajar mengajar. c. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih bervariasi guru diharapkan untuk memadu pendekatan kontekstual dengan metode lain. d. Bagi para siswa diharapkan lebih banyak belajar mandiri, karena waktu belajar di sekolah sangat terbatas, sebagian besar waktu itu ada di rumah. Oleh karena itu, pergunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya untuk belajar. Jika ingin memaksimalkan keberhasilan dalam pengajaran mengarang puisi, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang memiliki 83 karateristik sesuai dengan usia dan kemampuan siswa seperti menggunakan pendekatan kontekstual. 84 LAMPIRAN 85 UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Status : Terakreditasi Sekretariat : Jl. Kamboja No. 11A Denpasar-Bali e-mail: [email protected] Telp/Fax : (0361) 240985 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Lina Sukmawati Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 2 Mei 1989 NPM : 08.8.03.51.31.5.2486 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Alamat : Jl. Seroja Perumahan Nindia Indah Denpasar Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya menyatakan bahwa karya-karya tulis berupa skripsi ini yang berjudul : Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTA Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah memang benar karya tulis sendiri dan sama sekali bukan hasil jiplakan dari karya orang lain yang saya akui sebagai karya tulis sendiri apabila ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan sesuai dengan hukum dan peraturan perundangan yang berlaku setia tidak melibatkan lembaga FKIP Unmas Denpasar. 86 Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Denpasar, Juli 2014 Yang membuat pernyataan Lina Sukmawati 87 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS I Sekolah : MTs. Al Muhajirin Denpasar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semeseter : VII A/ 1 Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan mengarang puisi Kompetesi Dasar : Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah Indikator : Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi lingkungan sekolah Alokasi waktu 1. 2. : 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan ) Tujuan Pembelajaran a. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca. b. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual dengan inspirator lingkungan sekolah. Materi Pembelajaran a. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs b. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi 3. Metode Pembelajaran a. Pemodelan b. Ceramah c. Penugasan d. Tanya Jawab 4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama ( 2 x 40 ) a. Kegiatan Awal 1. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa 2. Mengecek kehadiran sisw 3. Melakukan apersepsi 4. Memberikan inovasi 88 b. Kegiatan Inti 1. Ekplorasi Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi. Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi. Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi. Siswa mendengarkan contoh puisi. Guru membagikan teks puisi yang sama kepada semua siswa. Siswa dapat menentukan topic puisi, dan kerangka penulisan puisi. 2. Elaborasi Siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan sekolah untuk mencari inspirasi untuk mengarang sebuah puisi. Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa percaya diri siswa. 3. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi. Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan. Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan. Membantu menyelesaikan masalah. Memberikan informasi yang luas. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir, guru : Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. 89 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di rumah. Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator lingkungan sekolah. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan salam. Pertemuan Kedua : 2 x 40 a. Kegiatan Awal 1. Apersepsi. 2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. b. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan diberikan. Siswa mendengarkan dengan saksama penjelasan dari guru tentang mengarang puisi. Siswa mempresentasikan puisi yang telah dibuatnya. Guru menyuruh iswa lain untuk mengomentari hasil kerja siswa yang dibacakan di depan kelas. Guru memberikan evaluasi secara umum tentang hasil latihan siswa. 2. Elaborasi Membiasakan siswa mengarang puisi; Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan membacakannya di depan kelas. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil prestasi belajar. 3. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan mengarang puisi. Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Membantu menyelesaikan masalah. Memberi informasi lebih luas. 90 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam. 5. Alat/Sumber Belajar a. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa b. Buku Penunjang c. Contoh Puisi 6. Penilaian a. Teknik : tes tertulis b. Bentuk Instrument : teks c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11 Soal Instrument sekolah! : Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan 91 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS II Sekolah : MTs. Al Muhajirin Denpasar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semeseter : VII A/ 1 Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan mengarang puisi Kompetesi Dasar : Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah Indikator : Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi lingkungan sekolah Alokasi waktu 5. 6. : 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan ) Tujuan Pembelajaran c. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca. d. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual dengan inspirator lingkungan sekolah. Materi Pembelajaran c. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs d. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi 7. Metode Pembelajaran e. Pemodelan f. Ceramah g. Penugasan h. Tanya Jawab 8. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama ( 2 x 40 ) d. Kegiatan Awal 5. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa 6. Mengecek kehadiran siswa 7. Melakukan apersepsi 8. Memberikan inovasi 92 e. Kegiatan Inti 4. Ekplorasi Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi. Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi. Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kekurangan dalam mengarang puisi Siswa mendengarkan penjelasan tentang pilihan kata (diksi). Siswa diajak menganalisis puisi mengenai kesesuaian judul dengan konteksnya. 5. Elaborasi Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa percaya diri siswa. 6. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi. Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan. Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan. Membantu menyelesaikan masalah. Memberikan informasi yang luas. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. f. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir, guru : Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. 93 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di rumah. Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator lingkungan sekolah. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan salam. Pertemuan Kedua : 2 x 40 d. Kegiatan Awal 3. Guru mengabsen siswa 4. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tugas mengarang puisi dengan inspirator lingkungan sekolah. e. Kegiatan Inti 4. Eksplorasi Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan diberikan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi sebelumnya. Siswa mempresentasikan puisi yang dibuatnya. Guru menyuruh siswa lain untuk mengomentari hasil mengarang puisi siswa yang dibacakan di depan kelas. 5. Elaborasi Membiasakan siswa mengarang puisi; Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan membacakannya di depan kelas. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil prestasi belajar. 6. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan mengarang puisi. Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Membantu menyelesaikan masalah. Memberi informasi lebih luas. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. 94 f. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa. Guru dan siswa melakukan refleksi hasil kerja siswa. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam. 5. Alat/Sumber Belajar d. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa e. Buku Penunjang f. Contoh Puisi 6. Penilaian a. Teknik : tes tertulis b. Bentuk Instrument : teks c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11 Soal Instrument sekolah! : Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan 95 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SIKLUS III Sekolah : MTs. Al Muhajirin Denpasar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semeseter : VII A/ 1 Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan mengarang puisi Kompetesi Dasar : Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah Indikator : Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi lingkungan sekolah Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan ) 9. Tujuan Pembelajaran e. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca. f. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual dengan inspirator lingkungan sekolah. 10. Materi Pembelajaran e. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs f. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi 11. Metode Pembelajaran i. Pemodelan j. Ceramah k. Penugasan l. Tanya Jawab 12. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama ( 2 x 40 ) g. Kegiatan Awal 9. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa 10. Mengecek kehadiran siswa 11. Melakukan apersepsi 12. Memberikan inovasi 96 h. Kegiatan Inti 7. Ekplorasi Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi. Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi. Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kekurangan dalam mengarang puisi Siswa mendengarkan penjelasan tentang pilihan tipografi.. Siswa diajak menganalisis puisi mengenai kesesuaian judul dengan konteksnya. 8. Elaborasi Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa percaya diri siswa. 9. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi. Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan. Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan. Membantu menyelesaikan masalah. Memberikan informasi yang luas. Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. i. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir, guru : Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. 97 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di rumah. Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator lingkungan sekolah. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan salam. Pertemuan Kedua : 2 x 40 g. Kegiatan Awal 5. Guru mengabsen siswa 6. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tugas mengarang puisi dengan inspirator lingkungan sekolah. h. Kegiatan Inti 7. Eksplorasi Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan diberikan. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi sebelumnya. Siswa mempresentasikan puisi yang dibuatnya. Guru menyuruh siswa lain untuk mengomentari hasil mengarang puisi siswa yang dibacakan di depan kelas. Guru memberikan evaluiasi secara umum tentang hasil latiha siswa. 8. Elaborasi Membiasakan siswa mengarang puisi; Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan membacakannya di depan kelas. Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil prestasi belajar. 9. Konfirmasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan mengarang puisi. Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar. Membantu menyelesaikan masalah. Memberi informasi lebih luas. 98 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif. i. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa. Guru dan siswa melakukan refleksi hasil kerja siswa. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam. 5. Alat/Sumber Belajar g. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa h. Buku Penunjang i. Contoh Puisi 6. Penilaian a. Teknik : tes tertulis b. Bentuk Instrument : teks c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11 Soal Instrument sekolah! : Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan