SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG PUISI

advertisement
1
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS VII A MTs. AL MUHAJIRIN DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH
LINA SUKMAWATI
NPM. 08.8.03.51.31.1.5.2486
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2013
BAB I
2
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN
GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
MENYETUJUI,
PEMBIMBING I,
Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum
NIP. 19550422 198503 2 001
PEMBIMBING II,
Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum
NIP. 19610101 198703 2 002
3
TIM PENGUJI
UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
PENGUJI UTAMA
Drs. I Nyoman Diarta, M.Pd
NIP. 19570111 198511 1 001
PEMBANTU PENGUJI I,
Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum
NIP. 19550422 198503 2 001
PEMBANTU PENGUJI II,
Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum
NIP. 1960101 198703 2 002
DITERIMA OLEH
PANITIA UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1
4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
Hari
:
Tanggal
:
MENGESAHKAN :
KETUA,
Prof. Dr. Wayan Maba
NIP. 19581231 198303 1 032
SEKRETARIS,
Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum
NIP. 19610101 198703 2 002
5
KATA PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA :
 Allah SWT yang selalu menguatkan langkahku
 Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendidikku menjadi lebih
baik dan tidak nakal lagi
 Juga kepada suamiku dan keenam saudariku tercinta yang
mengajarkanku tidak ada kata terlambat
 Anakku aya yang genit juga dedek yang ku kandung sudah sabar
dan ngerti kondisi ibunya
 Almarhumah
kucing-kucingku
yang
semangat dalam menyusun skripsi ini.
selalu
memberikanku
6
MOTTO :
 Kebaikan adalah kebaikan pekerti, sedangkan dosa adalah perkara yang
membuat hatimu gundah dan sekiranya orang lain melihat perkaramu, engkau
pasti tidak suka.
 Kenyataan bisa berawal dari mimpi, maka dari itulah bermimpi sebanyakbanyaknya.
 Saya tahu saya terlambat, namun semangat saya jauh dari kata terlambat.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat-Nyalah karya tulis berupa skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis menyadari dan mengakui akan kekurangannya.
Skripsi ini tidak mungkin akan terwujud tanpa bimbingan, petunjuk serta
bantuan yang bersifat material maupun spiritual dari pihak lain. Maka dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Tjok Istri Sri Ramaswati, S.H., MM. Rektor Universitas Mahasaraswati
Denpasar beserta staf atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan
selama penulis mengikuti pendidikan program S1;
2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas petunjuk
serta saran yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pendidikan S1;
3. Ibu Dra. Ni Ketut Pola Rustini, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk sehingga
skripsi ini dapat terwujud;
4. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar serta dosen pembimbing II yang
memberi kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini;
5. Semua Dosen FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas ilmu dan
motivasi selama penulis mengikuti kuliah;
8
6. Ibu Diah Kurnia Susanti, S.Pd, selaku kepala MTs. Al Muhajirin Denpasar
yang telah mengizinkan penulis menggunakan sekolahnya sebagai tempat
untuk melaksanakan penelitian;
7. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak dalam menyelesaikan proses perkuliahan.
Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat dibutuhkan penulis demi
kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi dapat memberi manfaat bagi
penulis dan pembaca sekalian.
Denpasar,
Februari 2014
Penulis
9
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
JUDUL
PENGESAHAN PEMBIMBING ----------------------------------------------
ii
TIM PENGUJI --------------------------------------------------------------------
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN -------------------------------------------
iv
KATA PERSEMBAHAN -------------------------------------------------------
v
MOTTO ----------------------------------------------------------------------------
vi
KATA PENGANTAR -----------------------------------------------------------
vii
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------
ix
ABSTRAK -------------------------------------------------------------------------
xii
DAFTAR TABEL ----------------------------------------------------------------
xiv
DAFTAR GRAFIK ---------------------------------------------------------
xvi
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------
1
1.1 Latar Belakang -----------------------------------------------------------------
1
1.2 Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------
2
1.3 Tujuan Penelitian --------------------------------------------------------------
3
1.4 Manfaat Penelitian ------------------------------------------------------------
3
1.5 Asumsi --------------------------------------------------------------------------
5
BAB II LANDASAR TEORI --------------------------------------------------
6
2.1 Pengertian Puisi-----------------------------------------------------------------
6
2.2 Sifat-Sifat Puisi ----------------------------------------------------------------
7
2.3 Unsur-Unsur Puisi -------------------------------------------------------------
9
2.4 Tujuan Pengajaran Puisi ------------------------------------------------------
16
2.5 Pengertian Mengarang --------------------------------------------------------
17
2.6 Pendekatan Kontekstual ------------------------------------------------------
18
BAB III METODE PENELITIAN -------------------------------------------
23
10
3.1 Jenis Penelitian ----------------------------------------------------------------
23
3.2 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian --------------------------------------
24
3.3 Rancangan Penelitian ---------------------------------------------------------
24
3.4 Prosedur/Langkah-langkah Penelitian -------------------------------------
25
3.4.1 Refleksi Awal ----------------------------------------------------------------
25
3.4.2 Siklus I ------------------------------------------------------------------------
26
3.4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I -----------------------------------------
26
3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I------------------------------------------
26
3.4.2.3 Tahap Observasi------------------------------------------------------------
28
3.4.2.4 Tahap Refleksi--------------------------------------------------------------
29
3.5 Metode Pengumpulan Data --------------------------------------------------
30
3.5.1 Metode Observasi -----------------------------------------------------------
30
3.5.2 Metode Tes ------------------------------------------------------------------
30
3.5.3 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar -------------------------
31
3.6 Analisis Data -------------------------------------------------------------------
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ------------------
37
4.1 Hasil Penelitian ----------------------------------------------------------------
37
4.1.1 Hasil Observasi Awal -----------------------------------------------------
37
4.1.2 Tes Awal ---------------------------------------------------------------------
38
4.1.1.1 Pelaksanaan Tes Awal ---------------------------------------------------
38
4.1.1.2 Hasil Tes Awal ------------------------------------------------------------
38
4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal --------------------------------------------------
40
4.1.1.4 Refleksi ---------------------------------------------------------------------
42
4.1.2 Siklus I ------------------------------------------------------------------------
42
4.1.2.1 Hasil Observasi Siklus I --------------------------------------------------
42
4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I ---------------------------------------------------------
43
4.1.2.3 Analisis Data Siklus I ----------------------------------------------------
44
4.1.2.4 Refleksi ---------------------------------------------------------------------
46
4.1.3 Siklus II -----------------------------------------------------------------------
47
4.1.3.1 Perencanaan ---------------------------------------------------------------
47
11
4.1.3.2 Pelaksanaan ----------------------------------------------------------------
48
4.1.3.3 Hasil Observasi Siklus II ------------------------------------------------
49
4.1.3.4 Hasil Tes Siklus II --------------------------------------------------------
49
4.1.3.5 Analisis Data Siklus II ---------------------------------------------------
51
4.1.3.6 Refleksi ---------------------------------------------------------------------
53
4.1.4 Siklus III ----------------------------------------------------------------------
54
4.1.4.1 Perencanaan ---------------------------------------------------------------
54
4.1.4.2 Pelaksanaan ----------------------------------------------------------------
54
4.1.4.3 Hasil Observasi Siklus III ------------------------------------------------
56
4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III -------------------------------------------------------
56
4.1.4.5 Analisis Data Siklus III --------------------------------------------------
58
4.1.4.6 Refleksi -------------------------------------------------------------------
60
4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian -----------------------------------------------
60
4.3 Pembahasan --------------------------------------------------------------------
62
BAB V PENUTUP----------------------------------------------------------------
65
5.1 Simpulan ------------------------------------------------------------------------
65
5.2 Saran -----------------------------------------------------------------------------
66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
12
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG PUISI
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS VII A MTs. AL MUHAJIRIN DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Nama
NPM
Tebal
Tahun
: Lina Sukmawati
: 08.8.03.51.31.1.5.2486
: xvi, 67 halaman
: 2013
Dari judul “Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan
menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VII A MTs. Al
Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014” dihadapkan pada beberapa
masalah, yaitu (1) kemampuan siswa dalam mengarang puisi masih rendah, (2)
pembelajaran masih berpusat pada guru, hal ini disebabkan karena siswa tidak
siap untuk mengikuti pembelajaran, sehingga mengakibatkan guru cenderung
mengambil metode ceramah untuk menjelaskan kepada siswa, dan (3) sarana yang
tersedia masih sangat minim. Masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam
mengarang puisi disebabkan siswa belum memahami benar-benar tentang
bagaimana cara mengarang puisi dan daya serap siswa yang bervariasi sehingga
lambat memahami seperti apa itu puisi. Maka solusi yang ditawarkan untuk
mencapai peningkatan yang baik adalah melalui pendekatan kontekstual.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apakah pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas
VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014? Tujuan
penelitian ini yakni untuk mendapatkan data yang objektif, apakah pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas
VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dan untuk
menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penerapan menggunakan
pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu peningkatan
kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014, dan penerapan dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran puisi.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) pengertian
puisi, (2) sifat-sifat puisi, (3), unsur-unsur puisi (4) pengajaran puisi, (5)
pendekatan kontekstual.
Penelitian ini mengambil subjek siswa dan siswi kelas VII A MTs. Al
Muhajirin Denpasar dengan jumlah siswa 32 orang. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni dimulai dari perencanaan,
13
tindakan, evaluasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan (1) metode
tes, dan (2) metode observasi. Sedangkan pengolahan datanya menggunakan
rumus :
M 
 fx
N
Hasil penellitian ini menunjukan bahwa, pada tes awal nilai rata-rata kelas
mencapai 4,03, siklus I nilai rata-rata kelas siswa mencapai 5,3, siklus II nilai ratarata kelas siswa mencapai 6,7 dan siklus III nilai rata-rata kelas siswa mengalami
peningkatan menjadi 7,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar. Hal ini
terbukti dari meningkatnya hasil pembelajaran mengarang puisi pada tiap-tiap
siklus. Oleh karena itu disarankan agar guru bidang studi Sastra Indonesia lebih
cermat memilih metode pembelajaran supaya siswa dapat mencapai nilai yang
optimal.
Kata kunci: Kemampuan, pengertian puisi, pengertian mengarang, dan
pendekatan kontekstual.
14
DAFTAR TABEL
Tabel
Halama
n
01. Skenario Kerja dalam Penelitian-------------------------------------------
26
02. Penskoran Hasil Tes Mengarang Puisi------------------- -----------------
32
03. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Mengarang Puisi di Kelas
VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014-----
35
04. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan
menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al
Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 ------------------------------ 38
05. Analisis Test Awal Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual -------------------------41
06. Hasil Tes siklus I Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi Modern
dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A
MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 --------------
43
07. Analisis Hasil Test Siklus I Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan
Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual--------------------45
08. Langkah-langkah Pelaksanan Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual Pada Siklus II----------------------------------------------------------- 48
09. Hasil Tes siklus II Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran 2013/2014
------------------------------------------------------------------------------50
10. Analisis Hasil Test Siklus II Nilai SiswaMTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun
Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi ----- 52
15
Tabel
11. Langkah-langkah Pelaksanan Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kontekstual pada Siklus III---------------------------------------------
Halaman
54
12. Hasil Tes siklus III Peningkatan Kemampuan Mengarang
Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual
Pada Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014----------------------------------------------------- 56
13. Analisis Hasil Test Siklus III Nilai Siswa Kelas VII A
MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014
dalam Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual---------------------------- 59
14. Perbadingan Nilai Rata-rata Kelas Dari Tes Awal, Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III Pada Siswa Kelas VII A
MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 --------------- 60
16
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halamn
Grafik 01. Hasil Belajar Mengarang Puisi dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014---------------------------------------- 63
17
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pengajaran puisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengajaran sastra,
sedangkan pengajaran sastra menjadi bagian dari pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengajaran sastra termasuk di
dalamnya pengajaran puisi tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dunia pendidikan yang tidak lepas dari pengajaran sastra, khususnya dalam
pengajaran puisi di kalangan pelajar mulai dari tingkat SD sampai SMU belum
mendapatkan hasil yang memadai. (Rahmanto,1996:46) menyatakan bahwa
pengajaran sastra terlalu menekankan pada sejarah sastra dan kurang membawa
anak didik ke dalam apresiasi sastra, sehingga sasaran akhirnya dalam wujud
pembinaan sastra belum dapat tercapai. Pengajaran puisi di sekolah sering
menekankan pada teori-teori puisi dan kurang membawa anak didik ke arah
apresiasi puisi khususnya mengarang puisi. Seringkali guru dalam mengajar
menggunakan metode alamiah, yaitu menyuruh siswa membaca puisi dan
menjawab soal-soal yang ada kaitannya dengan puisi tersebut. Guru tidak
mengarahkan bagaimana cara untuk mengarang puisi yang baik. Hal tersebut
menyebabkan siswa di sekolah lebih suka membaca cerpen, novel, atau membaca
koran daripada menikmati membaca ataupun menangarang puisi.
Sebagian besar siswa atau mahasiswa membaca cerita rekaan dan amat jarang
membaca kumpulan puisi. Alasan yang dikemukakan para siswa adalah dalam
membaca puisi, siswa sukar menangkap maksud dan menikmati keindahannya.
18
Salah satu kesulitan dalam menangkap makna dan keindahan puisi ditentukan
oleh ketidakmampuan siswa dalam mencermati unsur intrinsik. Padahal
pemaknaan unsur intrinsik merupakan hal yang mendasar yang perlu dikuasai
oleh siswa sebelum memahami hal-hal lainnya. Kesulitan memahami unsur
intrinsik banyak dialami oleh siswa MTs. Seperti yang dialami oleh siswa MTs.
Al Muhajirin Denpasar. Oleh sebab itu, selayaknya siswa Madrasah Tsanawiyah
diberi bekal pemahaman tentang unsur intrinsik puisi. Pembekalan itu diawali
oleh pemahaman atas puisi yang digemari dan disukai oleh siswa itu sendiri.
Pembelajaran puisi merupakan usaha untuk mengembangkan kreativitas dan
imajinasi anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap karya sastra khususnya
puisi. Selain itu, puisi juga dapat dijadikan sebagai alat untuk menyampaika rasa
kagum, marah, benci, senang terhadap seseorang atau benda ataupun kejadian
dengan bahasa pengarang itu sendiri. Adapun manfaat pembelajaran puisi sejak
dini yaitu untuk mencari bakat anak dalam bidang seni khususnya seni membaca
dan kemampuan mengarang puisi.
Puisi merupakan jenis sastra imajinatif yang mengutamakan unsur
fiksionalitas, nilai seni, dan rekayasa bahasa (Najid, 2002: 18). Komunikasi dalam
puisi berbeda dengan komunikasi dalam prosa, karena makna puisi bukan
menunjukkan pada apa yang tersurat, tetapi juga menunjukkan pada apa yang
tersirat.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang menjadi masalah penelitian ini maka
rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah :
19
-
Apakah
pendekatan
kontekstual
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin?
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses dan
hasil pembelajaran puisi.
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membedakan menjadi dua tujuan penelitian
yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1
Tujuan Umum
Dalam penelitian ini, tujuan umum yang diinginkan oleh peneliti yaitu
ikut
menyumbangkan
buah
pikiran
dalam
upaya
meningkatkan
mutu
pembelajaran kesusastraan Indonesia, khususnya tentang kemampuan mengarang
puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs.
Al Muhajirin Denpasar tahun ajaran 2013/2014.
1.3.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang diinginkan oleh peneliti adalah untuk
mendeskripsikan ada atau tidaknya peningkatan kemampuan mengarang puisi
dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas VII A MTs. Al
Muhajirin Denpasar tahun ajaran 2013/2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini diharapkan
memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru dan sekolah sebagai suatu
20
sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar
siswa. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini dapat dipakai pedoman dalam perbaikan proses belajar
mengajar khususnya dalam pembelajaran puisi.
2. Sebagai bahan acuan dalam proses belajar mengajar.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi Siswa
a. Hasil belajar siswa meningkat; dan
b. Siswa termotifasi untuk belajar.
2. Manfaat bagi Guru
a. Menambah pengetahuan tentang pendekatan kontekstual, serta
meningkatkan hasil pembelajaran Sastra Indonesia;
b. Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas
yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran;
c. Guru lebih termotifasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang
lebih bervariasi, sehingga materi pembelajaran akan menarik.
3. Manfaat bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
4. Manfaat bagi Masyarakat
21
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
masyarakat, serta memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian
tindakan kelas.
5. Manfaat bagi Peneliti
Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas
terkait dengan komponen pembelajaran yang mencakup: (1) inovasi
pembelajaran,
(2)
pengembangan
kurikulum,
(3)
peningkatan
profesionalisme guru.
1.5 Asumsi
Asumsi adalah pernyataan yang diuji kebenarannya secara empiris.
Adapun asumsi dalam penelitian ini, adalah :
1. Kemampuan siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa ;
2. Situasi yang mempengaruhi cara belajar siswa dianggap sama ;
3. Metode dan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah
sama ;
4. Perbedaan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap hasil
penelitian ;
5. Guru-guru Bahasa Indonesia yang mengajar memiliki kewenangan
dalam mengajar.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
Untuk memperkuat hasil temuan dalam suatu penelitian, tidak terlepas
dari teori-teori yang bersifat objektif. Semakin objektif teori yang dipergunakan
dalam suatu penelitian, maka hasil yang diperoleh pada suatu penelitian yang
dilakukan lebih berkualitas. Penelitian yang baik adalah penelitian yang
didasarkan pada suatu teori, apabila teori tersebut tidak sesuai dengan yang kita
lakukan di lapangan, maka kita akan menggunakan teori yang baru sesuai dengan
yang kita temukan dilapangan secara objektif.
Sehubungan dengan kalimat
tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan satuan-satuan teori yang di
petik dari berbagai sumber yang sesuai dengan pokok permasalahan. Teori yang
dianggap memadai dalam penelitian ini tentu saja terbatas pada jangkauan
penelitian yang dibicarakan.
Adapun satuan teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah halhal yang berkaitan dengan masalah (1) pengertian puisi, (2) sifat-sifat puisi, (3)
unsur-unsur puisi, (4) tujuan pengajaran puisi, (5) pengertian mengarang (6)
pendekatan kontekstual.
2.1
Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poesis” yang
berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah “poetry”
yang erat dengan poet dan poem, yaitu penciptaan dan mencipta.
23
Aminudin mengatakan, “ secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa
Yunani “poeima” yang artinya “membuat” atau “poesis” yang artinya
”pembuatan” dan dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau poetry.
Puisi
diartikan “membuat” dan ”pembuatan” karena lewat puisi, pada dasarnya seorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau
gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (1995:34).
M. Atar Semi (1988:93-94) mengutip beberapa pendapat ahli sastra
tentang pengertian puisi.
1) William Worsworth mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata terbaik
dalam susunan terbaik ( poetry is the best word in the best order );
2) Leigh Hunt mengatakan bahwa puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif
( poetry is imaginative passion );
3) Mathew Arnold berpendapat bahwa puisi merupakan kritik kehidupan
( poetry is critims of life );
4) Herbert Read berpendapat bahwa pusi bersifat intuitif, imajinatif dan
sintetik ( poetry is intuitive, imajinativeand synteti ); dan
5) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi adalah kata-kata terindah
dalam susunan terindah.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, puisi merupakan
kritik kehidupan dan luapan perasaan manusia yang dituangkan dalam bentuk
tulisan kata-kata terbaik dan terindah, dan yang bersifat intuitif, imajinatif dan
sintetik.
2.2 Sifat-sifat Puisi
Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra, yang mempunyai sifat-sifat
yang khas, sehingga berbeda dengan bentuk karya sastra lainnya. Menurut
Jabrohim (1994:15), puisi mempunyai sifat-sifat yang khas yaitu (1) imajinatif,
24
(2) konotatif, (3) ekspresif, (4) sugesif, dan (5) asosiatif. Agar lebih jelas istilah
tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini :
2.2.1 Imajinatif
Imajinatif adalah pembayangan yang timbul sebagai akibat
membaca atau mendengar sebuah puisi yang dibaca (Antara,1985:12).
Menurut Jabrohim (1994:15), imajinatif adalah daya pikir untuk
membayangkan (dalam angan-angan) untuk menciptakan gambar kejadian
berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dengan demikinan
imajinatif merupakan luapan perasaan seseorang yang dituangkan dalam
bentuk karya sastra. Daya imajinatif yang diciptakan penyair membuat
kata-kata dalam puisi seolah-olah dapat didengar (imaji auditif), dilihat
(imaji visual), ataupun dirasakan (imaji taktil).
2.2.2 Konotatif
Bahasa konotatif merupakan bahasa ungkapan perasaan yang
berhubungan erat dengan perasaan jiwa, sedangkan bahasa denotatif
adalah
bahasa
yang
mengandung
arti
sebenarnya
(Aftarudin,
Pesu.1983:23).
2.2.3 Ekspresif
Ekspresif adalah setiap bunyi, kata-kata maupun perbandingan
harus berfungsi bagi kepentingan penyair yang mampu memperjelas
gambaran dan mampu pula menimbulkan kesan yang kuat, sehingga unsur
bahasa yang dipilih turut membawakan nada pengalaman jiwa penyair.
25
2.2.4 Sugestif
Sugesif adalah sesuatu yang memiliki daya pengaruh terhadap
orang lain. Bahasa yang bersifat sugesif artinya bahasa yang digunakan
penyair bersifat menyarankan atau mempengaruhi pembaca secara halus
dan tidak kentara.
2.2.5 Asosiatif
Asosiatif adalah bahasa yang digunakan dalam puisi yang akan
mampu menimbulkan pikiran dan perasaan yang merembet, namun tetap
berkisar di sekitar arti konvesionalnya (Jabrohim, 1994:17). Seperti kata
“kembang” di samping arti sebenarnya “kuncup daun”, “kuntum bunga”
juga dapat memberikan kesan lain yaitu lambang kehidupan seperti cinta,
kasih dan wanita. Demikian pula halnya dengan kata “bulan” di samping
berarti benda angkasa memantulkan sinar matahari pada malam hari, juga
dapat menimbulkan kenangan yang merembet seperti kesan yang lembut
atau suasana yang romantis.
2.3 Unsur–unsur Puisi
Waluyo, (1987:68-69) menjelaskan bahwa, puisi memiliki beberapa unsur
yang ditinjau dari (1) struktur fisik puisi dan (2) struktur batin Puisi. Untuk lebih
jelas, akan dibahas berikut ini.
2.3.1 Struktur fisik puisi
Adapun struktur fisik puisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.3.1.1 Perwajahan puisi (tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat melihat
dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karena itu ia
26
menjadi pembeda yang sangat penting. Dalam prosa ( baik fiksi maupun
non fiksi ) baris-baris kata atau kalimat berbentuk sebuah periodisitet,
namun dalam puisi tidak demikian. Jadi, tipografi merupakan unsur
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
2.3.1.2 Diksi
Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby
diartikan sebagai choise and use of words. Oleh Keraf diksi disebut pula
pilihan kata. Diksi atau pilihan kata memiliki peranan penting dan utama
untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk
mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami secara lebih
masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan
kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan
situasi yang dihadapi, dan harus mengenali dengan baik corak gaya bahasa
yang sesuai dengan tujuan penulisan. (Waluyo, H. J 2003:63) menjelaskan
bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu
penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis,
penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam
bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis
(penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan
kapital hingga titik). Jadi, diksi merupakan pemilihan kata untuk
mengungkap gagasan. Kata-kata dipilih, dicermati, dan dibuat sepadat dan
seefektif mungkin sehingga menghasilkan imajinasi dari suasana tertentu
yang ingin diciptakan.
27
2.3.1.3 Pengimajian
Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau
bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut
dengan citra atau imaji. Citraan dapat dikelompokan atas beberapa macam,
antara lain: citraan visual (penglihatan), citraan auditif (pendengaran),
citraan artikulatoris (pengucapan), citraan alfaktori (penciuman), citraan
gustatory
(kecakapan),
citraan
taktual
(peraba/perasaan),
citraan
kinaestetic “kinaestetik” (gerak), dan citraan organik. Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair. Jadi, pengimajian merupakan usaha
pengaturan atau penyusunan kata sehingga makna yang abstrak menjadi
jelas dan dapat mengungkapkan makna imajinasi.
2.3.1.4 Kata kongkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud
untuk membangkitkan imaji pembaca. Waluyo mengatakan bahwa dengan
kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Sebagai contoh
dikemukakan oleh Waluyo tentang bagaimana penyair melukiskan seorang
gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair menggunakan katakata: gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika
dibanding dengan ; gadis peminta- minta. Dengan demikian kata konkret
merupakan kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan
keadaan atau suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji
28
pembaca.
Dengan
kata-kata
yang
diperkonkret
pembaca
dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh
penyair.
2.3.1.5 Bahasa figuratif
Bahasa figuratif oleh Waluyo disebut pula sebagai majas. Bahasa
figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan
banyak makna atau kaya akan makna. Pada umumnya menurut Tarigan,
bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau
lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja
belum cukup untuk menerangkan lukisan tersebut. adapun macam-macam
majas antara lain: Majas Perbandingan, Majas Pertentangan, Majas
Perumpamaan, Majas
Pertautan, dan
Majas Sindiran. Jadi, bahasa
figuratif (majas) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara pengiasan. Majas digunakan penyair agar terhindar
dari keterbatasan kata-kata denotatif.
2.3.1.6 Verifikasi
Verifikasi meliputi ritma, rima dan metrum. Ritma kata pungut dari
bahasa inggris rhythm. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau
wirama yakni pergantian naik turun, panjang pendek, keras lembut, bunyi
bahasa yang teratur. Rima kata pungut dari bahasa inggris rhyme, yakni
pengulangan bunyi pada bait atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau
bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Metrum adalah irama
yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap pada pola tertentu
disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, alun
29
suara yang naik dan turun yang tetap. Jadi, dengan adanya verifikasi,
maka akan terjadi
pengulangan bunyi. Pengulangan bunyi ini saling
berdekatan sehingga menimbulkan keindahan bunyi. Bunyi yang berima
harus ditampilkan oleh tekanan, nada tinggi, atau perpanjangan suara, di
samping rima, dikenal pula istilah ritma, yakni pengulangan bunyi dari
kata, frase, atau kalimat.
2.3.1.7 Sarana Retorika
Dalam kaitannya dengan puisi, Alten Bernd menyatakan bahwa
sarana retorika adalah sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
Dengan muslihat itu para penyair menarik perhatian , pikiran, sehingga
pembaca perkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan
penyair. Sarana retorika adalah muslihat pikiran. Muslihat pikiran ini
berupa bahasa yang disusun untuk mengajak pembaca berfikir. Bahasa
retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau bahasa figuratif dan citraan.
Dengan demikian sarana retorika merupakan bahasa yang digunakan
penyair untuk mempengaruhi pemikiran pembaca sehingga seolah-olah
merasakan apa yang dituangkan penyair di dalam karyanya.
2.3.2 Struktur batin puisi
Struktur batin puisi meliputi :
2.3.2.1 Sense/Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Suatu yang
menjadi pikiran tersebut dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair.
Sesuatu yang dipikirkan itu dapat bermacam-macam permasalahan hidup.
30
Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk
mengetahui tema sebuah puisi tersebut kita harus membaca keseluruhan
puisi tersebut dengan cermat.
Sumardjo, dkk. (1986:56), mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan tema adalah ide sebuah cerita. Selanjutnya Aminudin (1987:151),
menjelaskan bahwa tema adalah dasar dari suatu puisi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, tema adalah pokok persoalan yang
ingin di ungkapkan penyair. Pokok pikiran itu begitu mendesak dalam diri
penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema tersirat
dalam keseluruhan isi puisi. Tema bisa berupa responsi penyair terhadap
kenyataan sosial budaya di sekitarnya.
2.3.2.2 Feeling atau Rasa
Feeling atau rasa merupakan suatu sikap penyair terhadap pokok
persoalan yang terkandung dalam puisi (Nadeak,1985:32). Pengungkapan
tema dan rasa, erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologis
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, dan
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan
ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk
puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis
dan psikologisnya. Jadi, Feeling atau rasa merupakan
suatu
bentuk
ekspresi yang mewakili perasaan sastrawan. Bentuk ekspresi tersebut
31
berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada
sesama manusia, kepada lingkungan, maupun kepada Tuhan.
2.3.2.3 Tone atau Nada
Nadeak (1985:33), menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Aminudin (1987:150),
mengatakan nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya sejalan
dengan pokok pikiran yang ditampilkan. Tone atau nada adalah sikap
penyair terhadap penikmat atau pembaca
pada umumnya. Dengan
demikian tone atau nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Sikap
tersebut bisa berupa menggurui, mengejek menasehati, menyindir, atau
bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
2.3.2.4 Intention/ Amanat/ Tujuan
Intention/Amanat/tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat harus dibedakan dengan tema. Dalam puisi
tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna
karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Makna puisi
bersfat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan individu,
konsep seseorang, dan situasi tempat penyair mengimajinasikan puisinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan yang dikatakan
secara eksplisit tidaklah terlalu sulit dipahami, tetapi untuk memahami
tujuan yang dikemukakan secara implisit memerlukan penafsiran yang
sungguh mendalam (Situmorang, 1980:16).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang
hendak dikatakan penyair dalam puisinya pasti mempunyai tujuan tertentu
32
melalui karya-karya yang dibuatnya. Untuk memahami tujuan atau amanat
yang dikemukakan tersebut memerlukan penafsiran yang sungguh
mendalam. Jadi, amanat merupakan pesan yang disampaikan penyair
kepada pembaca. Penyair mengungkapkan alternatif
jawaban sebagai
pemecahan terhadap tema yang di sajikannya. Pesan-pesan tersebut di
hadirkan dalam ungkapan tersembunyi. Di sinilah kelebihan seorang
penyair, ia menyampaikan
berbagai pesan tersebut melalui ungkapan
yang sangat halus sehingga tidak menimbulkan kesan menggurui, vulgar
ataupun sok tahu.
2.4
Tujuan Pengajaran Puisi
Pengajaran puisi sebagai satu bagian dari pengajaran sastra yang bertujuan
mengabdi dan menunjang tujuan pengajaran sastra. Segala kegiatan pengajaran
puisi hendaklah diarahkan kepada pembinaan apresiasi puisi. Hendaklah
diusahakan agar pengajaran puisi sanggup membawa anak menjadi akrab dengan
puisi. Anak mampu menikmati dan menghargai puisi. Mereka gemar membaca
puisi, dapat menghayati, merasakan, dan meresapi nilai-nilai keindahan sastra
puisi. Untuk membina kecintaan terhadap puisi, anak-anak harus banyak bergaul
dengan puisi. Dalam pengajaran puisi anak dibawa langsung berhadapan dengan
puisi (Suwardo,1990:2). Menurut pendapat lain tujuan pembelajaran sastra
khususnya puisi adalah untuk meningkatkan daya apresiasi siswa, agar timbul rasa
penghayatan terhadap nilai-nilai seni yang terkandung dalam karya sastra tersebut
(Tarigan, 2000:10-42).
33
Dari tujuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari
pengajaran puisi adalah untuk meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap suatu
karya sastra.
2.5
Pengertian Mengarang
Mengarang adalah aktivitas menuangkan ide/ gagasan ke dalam sebuah
karya tulis dengan tujuan tertentu. Proses mengarang diawali dengan mencari ide.
Selanjunya yang harus anda lakukan adalah membuat kerangka karangan, ialah
suatu rencana kerja yang berisi garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis.
Caranya :
-
Dimulai dengan menentukan tema atau merumuskan tema yang jelas
berdasarkan suatu topic atau tujuan yang akan dicapai.
-
Merumuskan pikiran utama atau kalimat utama
-
Menyusun garis besar pikiran penjelas yang merupakan perincian dari
pikiran utama
-
Meneliti apakah pikiran penjelas berhubungan dengan pikiran utama serta
apakah ada pikiran penjelas yang sama atau sederajat.
-
Menentukan susunan yang paling sesuai dan logis, dan yang tak kalah
penting adalah menggunakan bahasa yang baik, bernalar, menarik, sesuai
kalimat.
-
Langkah selanjutnya tentusaja mulai menulis.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengarang yaitu, menentukan
tema, topik, kerangka karangan dan judul.
34
2.6
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya
nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapainya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerjasama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut
Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang
dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3)
Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya
memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki
35
siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap
pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap
rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
2.6.1
Pengertian Kontekstual
Pengertian Kontekstual CTL / Contextual Teaching and Learning cms-
formulasi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana
guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. pembelajaran+ctl
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini
diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
36
2.6.2
Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2.6.3
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:
-
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
37
-
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
-
Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
-
Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka di lapangan
-
Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru
-
Penerapan
pembelajaran
Kontekstual
dapat
menciptakan
suasana
pembelajaran yang bermakna
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai
berikut:
-
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung
-
Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif
-
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
38
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
-
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semula.
Sumber Internet : Santoso, Imam. 2011. Belajar dan Pembelajaran. STKIP
Muhammadiyah Pringsewu. Lampung.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode yang dipergunakan dalam kegiatan
mengadakan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Tercapai
tidaknya tujuan penelitian tersebut sangat bergantung pada metode atau teknik
yang dipakai. Jadi, metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan untuk mencapai
tujuan (Netra, 1975:50).
Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat
penting serta menentukan dalam kegiatan pembelajaran. Agar suatu penelitian
berjalan dengan terarah sesuai dengan tujuan, maka diperlukan suatu metode yang
tepat sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. Tanpa suatu metode tujuan
penelitian tidak akan tercapai. Dengan metode yang tepat, maka mutu hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan
pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode yang sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) subjek, objek,
dan tempat penelitian (3) rancangan penelitian, (4) prosedur/ langkah-langkah
penelitian (5) metode pengumpulan data, (6) analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Bentuk penelitian yang dilakukan berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas berkembang dari tindakan. Ciri utama penelitian
tindakan kelas adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan
kinerja dalam dunia nyata.
40
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan pada
suatu kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek
penelitian di kelas tersebut. Penelitian tersebut berorientasi pada panerapan
tindakan dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada
sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat
tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi
dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. (Trianto, 2011:13). Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) dilakukan dalam beberapa siklus pada pembelajaran
mengarang puisi di kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar.
3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dan, objek penelitiannya adalah
Peningkatan Kemampuam Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Sedangkan tempat penelitian ini dilaksanakan di MTs. Al Muhajirin,
yang beralamat di Jalan Taman Pancing Islam Kepaon, Denpasar Selatan.
3.3 Rancangan Penelitian
Margono (1997:100) mengemukakan rancangan sama artinya dengan kata
desain. Rancangan pada dasarnya merupakan keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan matang tentang hal-hal yang dilakukan. Sedangkan, Sudarsono (dalam
Nguwer, Ketut 2008:36) mengemukakan desain adalah model atau gambaran
bentuk yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian.
41
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
berdasarkan model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin terdiri atas 4 komponen,
yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan
refleksi (reflection). Hasil evaluasi mengarahkan peneliti untuk merevisi sebagai
upaya perbaikan terhadap hambatan pada perencanaan baru ketika untuk
memperoleh kevalidannya sampai pada siklus ke-N dan target nilai yang ingin
dicapai adalah 7.0. berdasarkan penelitian ini, rencana penelitian tindakan kelas
melalui penerapan pendekatan kontekstual yaitu untuk meningkatkan kemampuan
mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar. Oleh
karena itu rencana penelitian tindakan kelas ini kalau digambarkan secara umum
tampak sebagai berikut.
Rencana tindakan I – Pelaksanaan tindakan I – Observasi – Refleksi –
Rencana tindakan II – Pelaksanaan tindakan II – Observasi – Refleksi - Rencana
tindakan II – Pelaksanaan III – Observasi – Refleksi – N dan tindakan seterusnya
– memutuskan tindakan yang terbaik.
3.4 Prosedur / Langkah-langkah Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan suatu rangkaian tindakan
penelitian yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi, Kurt Lewin dalam Kunandar (2008:42)
3.4.1 Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan dengan observasi untuk mengamati siswa dan
melakukan evaluasi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dialami oleh
siswa dalam mengarang puisi dan melakukan free test untuk mengetahui
42
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Hasil free test ini dipakai sebagai titik
tolak untuk menentukan kemajuan yang dicapai pada penelitian.
3.4.2 Siklus I
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I meliputi: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi, Kurt Lewin dalam
Kunandar (2008:42)
3.4.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan agar penelitian dapat berlangsung dengan lancar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Peneliti bersama guru pamong Sastra Indonesia mencermati materi
pelajaran dalam kurikulum pada pelaksanaan semester genap tepat
pelaksanaan penelitian.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
c. Menyusun lembar kerja siswa dan lembar pengamatan.
d. Menyusun tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengarang puisi.
e. Menyiapkan contoh puisi.
3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tabel 01. Skenario Kerja Dalam Penelitian
KEGIATAN AWAL
No.
1
01.
Peneliti
2
Guru mengabsen siswa
Siswa
3
Siswa memberitahukan teman-
43
1
2
dengan
3
memberikan
salam
dan teman yang tidak hadir kepada
mengecek kehadiran siswa
02.
peneliti
Memberitahukan kepada siswa tentang Mendengarkan
informasi
yang
kegiatan yang akan dilaksanakan dan disampaikan oleh peneliti.
teknik pembelajaran yang digunakan
03.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh peneliti.
KEGIATAN INTI
Eksplorasi
04. Menjelaskan
materi
tentang
cara Mendengarkan
mengarang puisi
penjelasan
dari
peneliti tentang cara mengarang
puisi
05. Mencontohkan cara mengarang puisi Siswa
(oleh model)
mengamati
contoh
mengarang puisi yang dilakukan
model
Elaborasi
06. Memberikan
siswa
kesempatan
untuk
berlatih
kepada Siswa mengarang puisi di rumah.
menikmati
lingkungan sekolah sebelum mulai
mengarang puisi.
07. Meminta siswa untuk membacakan Siswa
puisi yang telah dibuat di depan kelas
mengamati
memperhatikan
teman.
dan
penampilan
44
1
2
3
Konfirmasi
10. Mengomentari penampilan siswa
Mendengarkan
komentar
guru/peneliti
KEGIATAN AKHIR
11.
Memberikan penilaian kepada siswa Memperhatikan
yang berpenampilan baik.
12.
Menyimpulkan
hasil
teman
yang
berpenampilan baik
pembelajaran Mendengarkan kesimpulan
yang sudah dilaksanakan.
13.
Menutup pelajaran
Mengakhiri pelajaran.
3.4.2.3 Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan pemantuan terhadap perilaku siswa selama tindakan
berlangsung dengan menggunakan cara observasi dan test. Data yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah tentang kemampuan siswa dalam mengarang puisi
sebagai data utama sedangkan perilaku guru dan siswa dalam PBM sebagai data
pelengkapnya.
Tujuan dari observasi yang dilakukan adalah (1) untuk memantau siswa
dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar puisi dan aspek-aspek yang dinilai,
dan (2) memantau yang diteliti selama pengajaran puisi berlangsung.
Adapun hal-hal yang perlu diamati antara lain :
a. Sejauh mana perhatian siswa terhadap penjelasan guru (peneliti);
b. Sejauh mana keberanian siswa dalam bertanya;
45
c. Memperhatikan dan mengamati contoh mengarang puisi; dan
d. Membacakan puisi yang telah di karang oleh siswa itu sendiri di depan kelas.
3.4.2.4 Tahap Refleksi
Refleksi adalah upaya untuk mengkaji hal yang telah terjadi, hal yang
telah dihasilkan atau yang belum dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang telah
dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil refleksi ini digunakan untuk menerapkan langkah lebih lanjut sebagai dasar
perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan. Pertama, tindakan
yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan tidak direvisi lagi.
Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki
kekurangan perlu direvisi dalam perbuatan rencana berikutnya.
Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang dilakukan, secara
kontinyu peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut dengan menggunakan
metode analisis deskriptif. Analisis yang pertama dilaksanakan untuk pelaksanaan
tindakan yang diambil, pelaksanaannya sesuai atau tidak dengan yang telah
direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan mengarang puisi yang
ditunjukkan melalui pendekatan kontekstual.
Tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki
kekurangan perlu direvisi lagi dalam pembuatan rencana berikutnya. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
46
1) Adanya peningkatan motivasi dari guru untuk meningkatkan kemampuan
mengarang puisi siswa dalam pengajaran puisi;
2) Adanya peningkatan motivasi dari guru untuk mengembangkan bakatnya
dalam mengarang puisi; dan
3) Adanya peningkatan hasil yang diperoleh siswa yang ditunjukkan dari hasil
mengarang puisi di depan kelas.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data penilaian. Adapun metode yang digunakan dalam
pengambilan data dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
3.5.1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu kegiatan yang memperhatikan sebuah
objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,1989:146).
Penelitian menggunakan non partisipan, karena dalam penelitian ini
pengamatan dilaksanakan saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas.
Jadi pada tahap ini peneliti lebih banyak melakukan pengamatan segala
aktivitas siswa ketika sedang berada di dalam kelas dan memantau
pelaksanaan pembelajaran
puisi sehingga dengan demikian instrumen ini
dapat memberikan data tambahan yang berkaitan dengan segala aktivitas
siswa dalam menjalani proses belajar mengajar.
3.5.2. Metode tes
Metode Tes adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat
47
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,1989:139). Metode tes
adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa yang dapat menghasilkan nilai tentang tingkah
laku atau potensi siswa tersebut yang dapat membandingkan dengan nilai yang
diperoleh siswa lain dengan suatu standar yang ditetapkan, (Nurkencana dan
Sunartana,1992:25).
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes mengarang
puisi dan membacakannya di depan kelas. Jumlah aspek yang dinilai adalah
4 aspek dengan bobot penilaian setiap aspek antara 1--10. Penilaian terhadap
hasil mengarang puisi tersebut dengan menyesuaikan aspek-aspek yang dinilai
secara cermat berdasarkan landasan teori yang ada. Adapun aspek yang dinilai
yaitu: (1) diksi (2) struktur bahasa, (3) makna puisi, dan (4) kesesuaian judul.
3.5.3. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Data yang dianalisis merupakan data yang didapat dari hasil observasi.
Bentuk data yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan
data interval yang diperoleh melalui hasil tes dari hasil belajar. Hasil tes yang
berupa
skor
mentah,
dikonversikan
menjadi
skor
standar
dengan
menggunakan norma absolut skala sebelas (0--10). Hasil yang belum
memenuhi kriteria sebagai bahan refleksi untuk melaksanakan siklus
selanjutnya dengan modifikasi tindakan. Apabila hasil yang diperoleh pada
tindakan berikutnya telah mencapai 70% atau nilai rata rata kelas 7,0 ke atas,
maka tindakan dihentikan dan tindakan terakhir dianggap sebagai tindakan
terbaik dalam pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual.
48
Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara klasikal.
Setiap aspek diberikan rentang nilai 1--10. Penskoran hasil tes mengarang
puisi dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
S = R (Arikunto, 1989: 133)
Keterangan :
S = Skor
R = jumlah skor yang diperoleh
Penskoran hasil tes mengarang puisi dapat dilihat bentuk tabel berikut :
Tabel 02. Penskoran hasil tes mengarang puisi
Aspek Penilaian
1
Skor
2
Diksi
1-10
Tipografi
1-10
Pengimajian
1-10
Verifikasi
1-10
Jumlah
40
Untuk menentukan kemampuan mengarang puisi, skor mentah selanjutnya
dikonversikan menjadi skor standar. Teknik pengkonversiannya digunakan
norma absolut skala sebelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.5.3.1 Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI)
Caranya dengan mengalikan 4 aspek yang dinilai dengan rating tertinggi
adalah 10. Dengan demikian SMI = 4 x 10 = 40.
49
3.5.3.2 Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk hasil tersebut menggunakan
rumus sebagai berikut : Mi = ½ x SMI
3.5.3.3 Mencari Standar Devisiasi Ideal (SDI) untuk hasil tersebut
menggunakan rumus: SDI = 1/3 x MI
3.5.3.4 Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut :
M + 2,25 SD
10
M + 1,75 SD
9
M + 1,25 SD
8
M + 0,75 SD
7
M + 0,25 SD
6
M – 0,25 SD
5
M – 0,75 SD
4
M – 1,25 SD
3
M – 1,75 SD
2
M – 2,25 SD
1
(Nurkencana, 1992:93)
Berdasarkan rumusan di atas, maka penyelesaiannya sebagai berikut, hasil
tes yang berupa skor mentah dikonversi menjadi skor standar dengan
menggunakan norma absolute skala 11.
SMI = 40
MI = ½ x 40 = 20
SDI = 1/3 x 20 = 6,66
Keterangan :
SMI = Skor maksimal ideal
50
MI = Angka rata-rata ideal
Sdi = Standar devisiasi.
Dari rumusan di atas, maka hasil yang diperoleh sebagai barikut :
Mi + 2,25 Sdi = 20 + (2,25 x 6,66) = 35
10
Mi + 1,75 Sdi = 20 + (1,75 x 6,66) = 31
9
Mi + 1,25 Sdi = 20 + (1,25 x 6,66) = 28
8
Mi + 0,75 Sdi = 20 + (0,75 x 6,66) = 25
7
Mi + 0,25 Sdi = 20 + (0,25 x 6,66) = 22
6
Mi – 0,25 Sdi = 20 – (0,25 x 6,66) = 18
5
Mi – 0,75 Sdi = 20 – (0,75 x 6,66) = 15
4
Mi – 1,25 Sdi = 20 – (1,25 x 6,66) = 11
3
Mi – 1,75 Sdi = 20 – (1,75 x 6,66) = 8
2
Mi – 2,25 Sdi = 20 – (2,25 x 6,66) = 5
1
Berpedoman pada ketentuan di atas, maka ditentukan skor standar yang
didapat oleh masing-masing siswa dengan ketentuan, jika siswa yang
mencapai skor mentah 35 ke atas, maka ia mendapat skor standar 10, tetapi
bila siswa mendapat skor mentah 31 sampai 35, maka siswa mendapat skor
standar 9. Demikian pula selanjutnya dengan tabel kemampuan siswa
mengarang puisi, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :
51
Tabel 03. Klasifikasi Tingkat Kemampuan Mengarang Puisi Kelas VII
A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Nilai
Kriteria
2
3
4
01.
35-40
10
Istimewa
02.
31-34
9
Baik Sekali
03.
28-30
8
Baik
04.
25-27
7
Lebih dari Cukup
05.
22-24
6
Cukup
06.
18-21
5
Hampir Cukup
07.
15-17
4
Kurang
08.
11-14
3
Kurang Sekali
09.
8-10
2
Buruk
10.
5-7
1
Buruk Sekali
1
Skor Mentah
(Nurkencana dan Sunartana, 1992:129).
3.6 Analisis data
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah
suatu teknik analisis data yang dilakukan terus menerus yang berkaitan dengan
kata-kata, (Nurkencana dan Sunartana, 1992:152). Data yang diperoleh pada
pelaksanaan siklus 1 akan diteruskan pada pengolaan data hingga siklus ke-N.
Data yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif adalah hasil penilaian
52
terhadap kemampuan siswa dalam mengarang puisi melalui pendekatan
kontekstual.
Untuk memperoleh nilai rata-rata digunakan rumus sebagai berikut:
M 
 fx
N
Keterangan:
M
= Mean (nilai rata-rata).
∑fx
= Jumlah keseluruhan nilai.
N
= Jumlah individu yang diteliti/banyak siswa.
(Nurkencana dan Sunartana, 1992:152)
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini disesuaikan
dengan tahap-tahap dan prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diperoleh data yang diperlukan
untuk dievaluasi yakni, data berupa hasil observasi terhadap guru dan siswa
selama pelaksanaan tindakan kelas, dan data hasil tes kemampuan mengarang
puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual setiap akhir pelaksanaan
tindakan.
4.1.1 Hasil Observasi Awal
Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Sastra
Indonesia. Dari observasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam
mengikuti pelajaran Sastra Indonesia, terutama dalam mengarang puisi. Adapun
hasil obsevasi yang telah dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh
guru bersifat konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan
berpedoman pada LKS, (3) siswa kurang termotivasi, anak yang memiliki
motivasi tinggi dalam mengerjakan tugasnya akan lebih cepat selesai, sebaliknya
anak yang kurang mendapatkan motivasi, maka penyelesaian tugasnya akan lebih
lama dan mempunyai kualitas yang rendah, (4) siswa takut bertanya kepada guru
mengenai hal-hal yang kurang jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara
mengarang puisi.
54
4.1.2 Tes Awal
4.1.1.1 Pelaksanaan Tes Awal
Penelitan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 21 dan hari Kamis tanggal
24 Oktober 2013. Data yang diperlukan peneliti diperoleh dari hasil tes langsung
yakni siswa diminta untuk mengarang puisi di bagku masing-masing.
Pada penelitian pra siklus atau tes awal ini, peneliti tidak memberikan
penjelasan terlebih dahulu mengenai materi puisi. Tes awal ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa dalam mengarang puisi
sehingga hasil tes awal ini akan dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan
kemajuan yang dicapai pada penelitian.
4.1.1.2 Hasil Tes Awal
Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes mengarang puisi yang berjudul
“Indah” Karya Lina. Adapun hasil dari tes awal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 04. Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas
VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014
Aspek Penilaian
Jumlah
No.
Nama Siswa
Nilai Kategori
A
B
C
D
Skor
2
3
4
5
6
7
8
01.
Putri Ekayanti
4
4
3
4
15
4
Kurang
02.
Jessika Halim
4
4
4
3
15
4
Kurang
03.
Yusuf Albar
5
4
3
4
16
4
Kurang
1
9
55
1
2
3
4
5
6
7
8
9
04.
Siti Maemunah
5
4
3
4
16
4
Kurang
05.
Katrina Yusuf
4
4
3
3
14
3
Kurang
sekali
06.
Karina Firdausi
4
4
3
4
14
3
Kurang
Sekali
07.
Kasim Barokah
5
5
4
4
18
5
Hampir
cukup
08.
Kalimahtus Sadiyah
5
4
3
4
16
4
Kurang
09.
Kori Lawa
4
5
3
5
17
4
Kurang
10.
Korimah Baitul
5
4
5
4
18
5
Hampir
cukup
11.
Kintan Nur Baeti
5
4
4
5
18
5
Hampir
Cukup
12.
Kanayah Ismi
5
4
4
5
17
13.
Kiail Balqis
4
4
3
3
14
4
Kurang
Kurang
sekali
14.
Kaningrum
5
5
4
5
19
5
Hampir
cukup
15.
Lussiana
4
4
3
5
14
3
Kurang
sekali
16.
Lulu Hakim
5
5
3
5
18
5
Hampir
Cukup
17.
Maemunah
5
4
3
3
15
4
Kurang
18.
Mohammad Adil
5
4
3
4
16
4
Kurang
19.. Muhammad Raffi
4
3
4
4
15
4
Kurang
20.
Malita Anggraeni
5
4
4
4
16
4
Kurang
21.
Mawar Ningtyas
5
5
5
4
19
5
Cukup
56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
22.
Mumtaz
5
4
3
3
15
4
Kurang
23.
Munawaroh Zail
4
4
3
3
14
3
Kurang
Sekali
24.
Maryamah
4
4
3
4
15
4
Kurang
25.
Mahakam Raif
5
5
3
5
18
5
Hampir
26.
Munir Zein
4
3
4
4
15
4
Kurang
27.
Muzdalifah
4
4
3
4
15
4
Kurang
28.
Mario Darmawan
3
4
3
3
13
3
Kurang
sekali
29.
Marshanda
5
4
4
4
17
4
Kurang
30.
Marzuki
5
5
4
4
18
5
Hampir
cukup
31.
Wawan
4
5
4
3
16
4
Jumlah
129
Rata-rata
4,03
Kurang
Kurang
Keterangan :
A = Diksi
B = Tipografi
C = Pengimajian
D = Verifikasi
4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal
Dari data hasil tes awal yang diikuti oleh 32 orang siswa, dapat diketahui
bahwa skor standar yang diperoleh adalah sejumlah 129. Setelah skor mentah
dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11,
maka dapat diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa.
57
Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang, persentasinya
adalah : 8 x 100 % = 25 %
32
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 17 orang, persentasinya
adalah : 17 x 100 % = 53,125%
32
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 3 sebanyak 7 orang, persentasinya
adalah : 7 x 100 % = 21,875 %
3
Tabel 05. Analisis Tes Awal Nilai Siswa Kelas VII A MTs. Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan
Kemampuan Mengarang Puisi Dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual.
No.
1
Nilai Skor
Standar (x)
2
Jumlah
Siswa (f)
3
Jumlah Nilai Presentase
(fx)
(%)
4
5
01.
10
-
-
02.
9
-
-
-
Baik Sekali
03.
8
-
-
-
Baik
-
Kategori
6
Nilai
Rata-rata
7
Istimewa
Lebih dari
04.
7
-
-
-
05.
6
-
-
-
cukup
Cukup
Hampir
06.
5
8
40
25 %
cukup
129
07.
4
17
68
53,1 %
Kurang
32
Kurang
= 4,03
08.
3
7
21
21,8 %
Sekali
09.
2
-
-
-
Buruk
Buruk
10.
1
-
-
32
129
-
sekali
(kurang)
58
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa, tes mengarang puisi
yang diikuti oleh 32 siswa kelas VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar, mendapat
nilai rata-rata 4,03, sehingga kemampuan siswa dalam mengarang puisi pada tes
awal dikelompokkan ke dalam kategori kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap berikutnya.
4.1.1.4 Refleksi
Berdasarkan hasil tes awal pada tabel 05 dapat diketahui bahwa skor
standar siswa adalah 129 dengan nilai rata-rata 4,03 dengan kategori kurang. Dari
hasil tersebut terlihat dengan jelas bahwa nilai rata-rata kelas pada tes awal ini
belum memenuhi target yang diinginkan oleh peneliti yakni dengan nilai rata-rata
kelas 7,0. Hal ini disebabkan: (1) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan
guru, (2) siswa tidak mau bertanya saat diberikan kesempatan, (3) siswa kurang
memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat pada saat mengarang puisi, dan
(4) siswa belum memahami tentang empat aspek penilaian mengarang puisi.
4.1.2 Siklus 1
4.1.2.1 Hasil Observasi Siklus I
Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan observasi
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Dari
observasi inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah atau belum
mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun hasil pengamatan yang telah
dilakukan yakni: (1) Sebagian siswa sudah mulai mengikuti proses belajarmengajar dengan tekun, (2) siswa sudah mulai aktif mendengar penjelasan
dari guru (peneliti), (3) sebagian siswa sudah mulai berani bertanya apabila
ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) sebagian siswa sudah mulai aktif
dalam proses belajar mengajar, (5) siswa sudah mulai mengerti bagaimana
mengarang puisi dengan mengamati lingkungan disekitar sekolahnya.
59
4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I
Hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dengan puisi yang
berjudul “Indah” karya Lina, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 06. Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas
VII A MTs. Al Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014
Aspek Penilaian
No.
Nama Siswa
Jumlah
Skor
Nilai Kategori
A
B
C
D
2
01. Putri Ekayanti
3
5
4
5
5
4
6
4
7
18
8
5
02. Jessika Halim
5
4
5
4
18
5
03. Yusuf Albar
6
5
4
20
5
04. Siti Munawaroh
5
4
3
4
16
4
05. Siti Maimunah
6
5
5
5
21
5
06. Katrina Yusuf
5
5
4
5
19
5
07. Karina Firdausi
6
5
4
5
20
5
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup
Cukup
08. Kasim Barokah
6
6
5
6
23
6
Cukup
09. Kalimahtus Sadiyah
6
5
5
5
21
5
10. Kori Lawa
11. Korimah Baitul
12. Kintan Nur Baeti
5
6
6
6
5
5
5
6
5
6
6
6
22
23
22
6
6
6
Hampir
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
13. Kayanah Ismi
6
5
5
6
22
6
Cukup
14. Kiail Balqis
5
5
5
4
19
5
15. Kaningrum
6
7
5
6
24
6
Hampir
Cukup
Cukup
16. Lussiana
17. Lulu Hakim
5
6
4
5
4
5
4
6
17
22
4
6
Kurang
Cukup
18. Maemunah
5
5
4
5
19
5
Hampir
Cukup
19. Mohammad Adil
6
6
5
6
23
6
Cukup
1
9
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup
Kurang
60
1
2
3
4
5
6
7
8
20. Muhammad Raffi
5
4
4
5
18
5
21. Malita Anggraeni
5
5
4
5
19
5
22. Mawar Ningtyas
6
7
6
6
24
6
Cukup
23. Mumtaz
6
5
4
4
19
5
24. Munawaroh Zail
25. Maryamah
5
5
5
6
4
5
4
5
18
21
5
6
26. Mahakam Raif
6
6
5
7
24
6
Hampir
Cukup
Cukup
Hampir
Cukup
Cukup
27. Munir Zein
5
4
5
5
19
5
Hampir
Cukup
28. Muzdalifah
5
5
4
5
19
5
Hampir
Cukup
29. Mario Darmawan
5
5
4
5
19
5
30. Marshanda
6
6
5
5
22
6
Hampir
Cukup
Cukup
31. Marzuki
6
6
6
5
23
6
Cukup
32. Wawan
6
6
6
5
22
6
Cukup
Jumlah
171
Rata-rata
5,3
9
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup
Keterangan :
A = Diksi
B = Tipografi
C = Pengimajian
D = Verifikasi
4.1.2.3 Analisis Data Siklus I
Dari data hasil tes siklus I yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas
VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar
61
yang diperoleh siswa adalah sejumlah 171. Setelah skor mentah dikonversikan ke
dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11.
Persentasi Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 kategori cukup
sebanyak 13 orang,
presentasinya adalah : 13 x 100 % = 40,625 %
32
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 17 orang, persentasinya
adalah :17 x 100 % = 53,125 %
32
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 4 sebanyak 2 orang, persentasinya
adalah : 2 x 100 % = 0,625%
32
Tabel 07. Analisis Test Hasil Siklus I Nilai Siswa Kelas VII A MTs Al
Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam
Peningkatan
Kemampuan
Mengarang
Puisi
Dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual.
No.
Nilai Skor
Standar (x)
Jumlah
Siswa (f)
Jumlah
Nilai (fx)
Presentase
(%)
Kategori
Nilai Ratarata
1
2
3
4
5
6
7
01.
10
-
-
-
Istimewa
02.
9
-
-
-
Baik Sekali
03.
04.
8
7
-
-
-
Baik
05.
06.
6
5
13
17
78
85
40,625%
53,125%
07.
08.
4
3
2
-
8
-
0,625
-
Kurang Sekali
09.
2
-
-
-
Buruk
10.
1
32
171
-
Buruk sekali
Lebih dari cukup
Cukup
Hampir cukup
171
32
= 5,3
Kurang
(Hampir
Cukup )
Berdasarkan tabel di atas, maka tes mengarang puisi yang diikuti oleh 32
jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar memperoleh nilai rata-rata
62
5,3. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam
mengarang puisi pada siklus I dikategorikan hampir cukup dan mengalami
peningkatan.
4.1.2.4 Refleksi
Berdasarkan hasil tes yang diperoleh pada tindakan I, diketahui bahwa
nilai rata-rata kelas adalah 5,3 dengan kategori hampir cukup. Hasil tersebut
belum mencapai target yang diinginkan oleh peneliti yakni memperoleh nilai ratarata kelas 7,0. Untuk memperoleh simpulan tentang hasil tindakan yang
dilakukan, maka secara kontinyu peneliti menganalisis hasil tindakan tersebut
dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Analisis pertama yang dilakukan
adalah untuk pelaksanaan tindakan yang diambil, apakah pelaksanaanya sesuai
atau tidak dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan
mengarang puisi pada siswa. Pada tindakan II, peneliti akan memberikan
pengulangan kembali materi puisi dengan memberikan penekanan pada empat
aspek yang dinilai yaitu diksi, tipografi, pengimajian, dan verifikasi.
Berdasarkan data observasi siswa dalam mengarang puisi, peneliti perlu
melakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil
tindakan yang telah dilakukan positif atau sudah baik, dipertahankan dan tidak
direvisi lagi dan jika tindakan itu yang masih dirasakan menghambat atau masih
memiliki kekurangan perlu direvisi dalam pembuatan rencana tindakan
selanjutnya.
Adapun masalah yang dihadapi siswa adalah (1) siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru, (2) sebagian siswa masih merasa belum mampu
mengarang puisi dengan baik, (3) siswa belum dapat memanfaatkan waktu yang
63
tersedia dengan tepat pada saat mengarang puisi, (4) siswa masih kesulitan dalam
memahami keempat aspek penilaian mengarang puisi, dan (5) dalam
menyampaikan materi pembelajaran, peneliti belum melibatkan siswa dan belum
memberikan bimbingan secara maksimal dalam mengarang puisi, sehingga masih
banyak siswa yang bergantungan sama siswa yang pandai. Berdasarkan hasil
refleksi siklus I, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
4.1.3
Siklus II
4.1.3.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukankan dalam 2 kali pertemuan,
yakni pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 28 Oktober 2013,
peneliti memberikan materi pembelajaran dan pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 31 Oktober 2013, peneliti melakukan evaluasi terhadap
hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti pada
tahap perencanaan ini, diantaranya adalah :
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
2. Menyiapkan naskah puisi;
3. Menyiapkan format observasi, yaitu format observasi untuk kegiatan guru dan
format observasi untuk kegiatan siswa;
4. Menyiapkan pedoman penyusunan penilaian mengarang puisi;
5. Memberikan motivasi kepada siswa terkait dengan materi pelajaran; dan
6. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri.
64
4.1.3.2 Pelaksanaan
Tabel 08. Langkah-langkah
Pelaksanaan
Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siklus II
Dengan
KEGIATAN AWAL
No.
Peneliti
Siswa
1
01.
2
Membuka pelajaran yang diawali dengan
3
Siswa memberitahukan teman-teman
memberikan salam dan mengecek kehadiran
yang tidak hadir kepada peneliti
siswa
02.
Memberitahukan
kepada
siswa
tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan dan tehnik
Mendengarkan
informasi
yang
disampaikan oleh peneliti.
pembelajaran yang digunakan
03.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh peneliti.
KEGIATAN INTI
Eksplorasi
04.
05.
Menjelaskan materi tentang pengertian
Mendengarkan penjelasan dari peneliti
puisi.
tentang pengertian puisi.
Membagikan naskah puisi kepada siswa
Siswa
siswa
menerima
dan
mencermati teks puisi
06.
Mencontohkan cara mengarang puisi oleh
Siswa mengamati contoh mengarang
model
puisi yang dilakukan model
Elaborasi
07.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
Siswa mengarang puisi di rumah
melihat lingkungan sekitar agar bisa
berimajinasi dalam mengarang puisi
08.
Meminta siswa untuk membacakan puisi
Siswa mengamati dan memperhatikan
yang telah dibuat di depan kelas
penampilan teman.
Konfirmasi
09.
Mengomentari penampilan siswa
Mendengarkan komentar guru/peneliti
KEGIATAN AKHIR
65
1
11.
2
3
Memberikan penilaian kepada siswa yang
Memperhatikan
teman
berpenampilan baik.
berpenampilan baik.
Menyimpulkan hasil pembelajaran yang
Mendengarkan kesimpulan
yang
sudah dilaksanakan
12.
Menutup Pelajaran
Mengakhiri pelajaran
4.1.3.3 Hasil Observasi Siklus II
Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan obsevasi
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Dari
observasi inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah mendapatkan hasil yang
lebih baik atau belum. Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yakni :
(1) siswa sudah mulai mengikuti proses belajar mengajar dengan tekun, (2) siswa
telah aktif mendengarkan penjelasan guru (peneliti), (3) siswa sudah berani dalam
bertanya, apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, (4) siswa sudah mulai aktif
dalam proses belajar mengajar, dan (5) sebagian siswa sudah mulai berani untuk
mengomentari penampilan temannya dalam mengarang puisi dan membacakannya
di depan kelas.
4.1.3.4 Hasil Tes Siklus II
Pada tahap ini, peneliti melakukan tes dan memberikan penilaian terhadap
penampilan siswa sesuai dengan aspek-aspek penilaian dalam mengarang puisi
yaitu diksi, tipografi, pengimajian dan tipografi. Adapun hasil tes yang diperoleh
dari pelaksanaan siklus II dengan judul puisi “Kecewa” karya Lina dapat dilihat
pada tabel berikut :
66
Tabel 09. Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran
2013/2014
Aspek Penilaian
A
B
C
D
Jumlah
Skor
3
4
5
6
7
8
9
01. Putri Ekayanti
6
6
5
6
23
6
Cukup
02. Jessika Halim
6
6
6
6
24
6
Cukup
03. Yusuf Albar
04. Siti Munawaroh
7
6
6
6
5
5
6
5
24
22
6
6
Cukup
Cukup
05. Siti Maimunah
7
7
6
6
26
7
06. Katrina Yusuf
07. Karina Firdausi
6
7
6
6
5
5
6
7
23
25
6
7
Lebih dari
Cukup
Cukup
Baik
08. Kasim Barokah
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
cukup
09. Kalimahtus Sadiyah
7
6
6
7
26
7
10. Kori Lawa
6
7
6
7
26
7
11. Korimah Baitul
7
6
7
7
27
7
Lebih dari
Cukup
Lebih dari
Cukup
Lebih dari
Cukup
12. Kintan Nur Baeti
7
7
6
7
27
7
13.
7
6
6
7
26
7
14. Kialil Balqis
6
7
6
6
25
7
Lebih dari
cukup
15. Kaningrum
7
8
6
7
28
8
Baik
16. Lussiana
6
6
5
5
22
6
Cukup
17. Lulu Hakim
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
Cukup
18. Maemunah
6
6
5
6
23
6
Cukup
19. Mohammad Adil
7
7
7
7
28
8
Baik
20. Muhammad Raffi
6
5
6
6
23
6
Cukup
21. Malita Anggraeni
7
6
5
6
24
6
Cukup
No.
Nama Siswa
1
2
Kayanah Ismi
Nilai
Kategori
Lebih dari
Cukup
Lebih dari
cukup
67
1
2
3
4
5
6
7
8
22. Mawar Ningtyas
7
8
7
7
29
8
Baik
23. Mumtaz
7
6
5
6
24
6
Cukup
24. Munawaroh Zail
6
6
6
5
23
6
Cukup
25. Maryamah
6
7
7
6
26
7
Lebih dari
Cukup
26. Mahakam Raif
7
7
8
6
28
8
Baik
27. Munir Zein
6
5
6
6
23
6
Cukup
28. Muzdalifah
6
6
5
6
23
26
Cukup
29. Mario Darmawan
6
6
6
6
24
7
Cukup
30. Marshanda
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
cukup
31. Marzuki
7
7
7
6
27
7
Lebih dari
Cukup
32. Wawan
7
7
7
7
28
8
Baik
Jumlah
215
Rata-rata
6,7
9
Lebih dari
Cukup
Keterangan :
A = Diksi
B = Tipografi
C = Pengimajian
D = Verifikasi
4.1.3.5 Analisis Data Siklus II
Dari data hasil tes siklus II yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas
VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar
yang diperoleh siswa adalah sejumlah 215. Setelah skor mentah dikonversikan ke
68
dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11, maka dapat
diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa.
Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 5 orang, persentasinya
adalah : 5 x 100 % = 15,625 %
32
2.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 13 orang, persentasinya
adalah :13 x 100 % = 40,625%
32
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 14 orang, persentasinya
adalah : 5 x 100 % = 43,75%
32
Tabel 10. Analisis Hasil Test Siklus II Nilai Siswa VII A MTs Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Peningkatan
Kemampuan
Mengarang
Puisi
Dengan
Menggunakan
Pendekatan Kontekstual.
No.
Nilai Skor
Standar (x)
Jumlah
Siswa (f)
Jumlah
Nilai (fx)
Presentasi
(%)
Kategori
Nilai Ratarata
1
2
3
4
5
6
7
01.
10
-
-
-
Istimewa
02.
9
-
-
-
Baik Sekali
03.
04.
8
7
5
13
40
91
15,625%
40,625%
Baik
05.
06.
6
5
14
-
84
-
43,75%
-
07.
08.
4
3
-
-
-
Kurang Sekali
09.
2
-
-
-
Buruk
10.
1
-
-
-
Buruk sekali
32
215
Lebih dari cukup
Cukup
215
32
= 6,7
Hampir cukup
Kurang
( Lebih dari
Cukup )
Berdasarkan tabel di atas, maka tes mengarang puisi yang diikuti oleh 32
jumlah siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin Denpasar memperoleh nilai rata-rata
6,7 Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam
69
mengarang puisi pada siklus II dikategorikan lebih dari cukup dan mengalami
peningkatan.
4.1.3.6 Refleksi
Setelah diadakannya tindakan pada siklus II, maka diketahui nilai rata-rata
dari 32 siswa adalah 6,7 dengan kategori lebih dari cukup. Berdasarkan hasil
observasi dan hasil tes maka peneliti perlu melakukan suatu refleksi. Pada saat
proses belajar-mengajar peneliti melihat antusias siswa dalam mengikuti proses
belajar-mengajar sangat baik, tetapi kelancaran dalam mengarang puisi masih
kurang dan belum mencapai target yang diharapkan peneliti. Hasil refleksi pada
tindakan II digunakan untuk melaksanakan tindakan III yang lebih baik dari
tindakan I dan tindakan II. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka pada
tindakan selanjutnya harus memberikan materi pengulangan kembali untuk
meningkatkan minat siswa dalam mengarang puisi melalui dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
Dari hasil observasi dan hasil tes pada siklus II dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa dalam mengarang puisi melalui pendekatan kontekstual sudah
hampir efektif, karena aktivitas belajar siswa sudah tampak mengalami
peningkatan. Akan tetapi, hasil yang diperoleh pada siklus II ini perlu
ditingkatkan agar hasilnya sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke siklus III yang
berikutnya.
70
4.1.4
Siklus III
4.1.4.1 Perencanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilakukankan dalam 2 kali pertemuan,
yakni pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 01 November
2013, peneliti memberikan materi pembelajaran dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 05 November 2013, peneliti melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
oleh peneliti pada tahap perencanaan ini, di antaranya adalah :
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
2. Menyiapkan naskah puisi;
3. Menyiapkan format observasi, yaitu format observasi untuk kegiatan guru dan
format observasi untuk kegiatan siswa;
4. Menyiapkan pedoman penyusunan penilaian mengarang puisi;
5. Memberikan bimbingan dan penghargaan agar siswa aktif dan kreatif di dalam
kelas;
6. Memberikan motivasi kepada siswa terkait dengan materi pelajaran; dan
7. Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang percaya diri.
4.1.4.2 Pelaksanaan
Tabel 11. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kontekstual pada Siklus III
KEGIATAN AWAL
No.
Peneliti
Siswa
1
2
3
01.
Membuka pelajaran yang diawali dengan
Siswa
memberikan
teman yang tidak hadir kepada
kehadiran siswa
salam
dan
mengecek
peneliti
memberitahukan
teman-
71
1
2
3
02. Memberitahukan kepada siswa tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan dan
Mendengarkan
informasi
yang
disampaikan oleh peneliti.
tehnik pembelajaran yang digunakan
03.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh peneliti.
KEGIATAN INTI
Eksplorasi
04. Menjelaskan materi tentang pengertian
Mendengarkan penjelasan dari
puisi
tentang pengertian puisi
05. Memberikan kesempatan kepada siswa
Siswa
untuk melihat lingkungan sekitar agar bisa
siswa
mulai
mengamati
lingkungan sekitarnya
berimajinasi dalam mengarang puisi
06. Mencontohkan cara mengarang puisi
Siswa mengamati contoh puisi yang
(oleh model)
dilakukan model
Elaborasi
07. Meminta siswa untuk mengarang puisi
Siswa
mengarang
puisi
sesuai
dengan apa yang diamati
08. Memberikan penilaian terhadap hasil
Siswa mengamati karangannya
mengarang puisi siswa
Konfirmasi
09. Meminta siswa untuk membacakan hasil
karangan yang telah dibuat
Mendengarkan karangan puisi yng
dibuat oleh temannya
10. Mengomentari penampilan siswa
Mendengarkan
komentar
guru/peneliti
KEGIATAN AKHIR
11.
12.
Memberikan penilaian kepada siswa
Memperhatikan
teman
yang berpenampilan baik.
berpenampilan baik
Menyimpulkan hasil pembelajaran yang
Mendengarkan kesimpulan
sudah dilaksanakan
13.
Menutup Pelajaran
Mengakhiri pelajaran
yang
72
4.1.4.3 Hasil Observasi Siklus III
Pada tahap ini, guru mata pelajaran Sastra Indonesia melakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Dari observasi
inilah dapat diketahui perilaku siswa sudah mendapatkan hasil yang lebih baik
atau belum. Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yakni: (1) siswa
sudah lancar dalam mengarang puisi, (2) siswa merasa senang dan tertarik
mengikuti pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual, (3) adanya antusias
siswa dalam memperhatikan dan mengamati jalannya mengarang puisi oleh
model, (4) siswa sudah aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, dan (5)
siswa sudah berani mengomentari penampilan temannya yang mengarang puisi di
depan kelas.
4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III
Pada tahap ini, peneliti melakukan tes dan memberikan penilaian terhadap
penampilan siswa sesuai dangan aspek-aspek penilaian dalam mengarang puisi.
Adapun hasil tes yang diperoleh dari pelaksanaan siklus III dengan judul puisi
“Hidup” karya Lina, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Hasil Tes Siklus III Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi
Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Tahun Pelajaran
2013/2014
Aspek Penilaian
No.
Nama Siswa
1
2
01. Putri Ekayanti
Jumlah
Nilai Kategori
A
B
C
D
Skor
3
4
5
6
7
8
9
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
Cukup
02. Jessika Halim
7
7
7
7
28
8
Baik
03. Yusuf Albar
8
7
6
7
28
8
Baik
73
1
2
04. Siti Munawaroh
3
4
5
6
7
8
9
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
Cukup
05. Siti Maimunah
8
8
7
7
30
8
Baik
06. Katrina Yusuf
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
Cukup
07. Karina Firdausi
8
7
6
8
29
8
Baik
08. Kasim Barokah
7
8
7
7
29
8
Baik
09. Kalimahtus Sadiyah
8
7
7
8
30
8
Baik
10. Kori Lawa
7
8
7
8
30
8
baik
11. Korimah Baitul
8
7
8
8
31
9
Baik
Sekali
12. Kintan Nur Baeti
8
8
7
8
31
9
Baik
Sekali
13. Kayanah Ismi
8
7
7
8
30
8
Baik
14. Kiail Balqis
7
8
7
7
29
8
Baik
15. Kaningrum
8
9
7
8
32
9
Baik
Sekali
16. Lussiana
7
7
6
6
26
7
Cukup
17. Lulu Hakim
8
7
7
7
29
8
Baik
18. Maemunah
7
7
6
7
27
7
Baik
19. Mohammad Adil
8
8
7
8
31
9
Baik
20. Muhammad Raffi
7
6
7
7
27
7
Lebih dari
cukup
21. Malita Anggraeni
8
7
6
7
28
8
Baik
22. Mawar Ningtyas
8
9
8
8
33
9
Baik
Sekali
23. Mumtaz
8
7
6
7
28
8
Baik
24. Munawaroh Zail
7
7
7
6
27
7
Lebih dari
Cukup
25. Maryamah
7
8
7
7
29
8
Baik
26. Mahakam Raif
8
8
9
7
32
9
Baik
Sekali
74
1
2
27. Munir Zein
3
4
5
6
7
8
9
7
6
7
7
27
7
Lebih dari
cukup
28. Muzdalifah
7
7
6
7
27
7
Lebih dari
Cukup
29. Mario Darmawan
7
7
7
7
28
8
Baik
30. Marshanda
8
8
7
8
31
9
Baik
Sekali
31. Marzuki
8
8
8
7
31
9
Baik
Sekali
32. Wawan
8
8
7
8
31
9
Baik
Sekali
Rata-rata
7,87 Baik
Keterangan :
A = Diksi
B = Tipografi
C = Pengimajian
D = Verifikasi
4.1.4.5 Analisis Data Siklus III
Dari data hasil tes siklus III yang diikuti oleh 32 orang jumlah siswa kelas
VII A MTs Al Muhajirin Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa skor standar
yang diperoleh siswa adalah sejumlah 252. Setelah skor mentah dikonversikan ke
dalam skor standar dengan menggunakan norma relatif skala 11, maka dapat
diketahui persentasi pengelompokan nilai yang diperoleh siswa.
Persentasi pengelompokan nilai siswa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang, persentasinya
75
adalah : 5 x 100 % = 15,625 %
32
2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 sebanyak 18 orang, persentasinya
adalah :18 x 100 % = 56,25%
32
3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai 7 sebanyak 9 orang, persentasinya
adalah : 9 x 100 % = 28,125 %
32
Tabel 13. Analisis Hasil Test Siklus III Nilai Siswa Kelas VII A MTs Al
Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam
Peningkatan
Kemampuan
Mengarang
Puisi
Dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual.
No.
Nilai Skor
Jumlah
Jumlah
Presentase
Kategori
Nilai Rata-
Standar (x)
Siswa (f)
Nilai (fx)
(%)
1
2
3
4
5
6
01.
10
-
-
-
Istimewa
02.
9
5
45
15,625%
Baik Sekali
03.
8
14
112
56,25%
Baik
04.
7
9
63
28,125%
Lebih dari Cukup
252
05.
6
-
-
-
Cukup
32
06.
5
-
-
-
Hampir Cukup
= 7,87
07.
4
-
-
-
Kurang
08.
3
-
-
-
Kurang Sekali
09.
2
-
-
-
Buruk
10.
1
-
-
-
Buruk sekali
32
252
rata
7
( Baik )
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas yang
diperoleh yakni 7,87 maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas VII
A MTs Al Muhajirin Denpasar dalam mengarang puisi pada siklus III ini sudah
mangalami peningkatan dan mencapai target yang diinginkan yakni nilai rata-rata
7,0. Dengan demikian, penelitian ini hanya dilaksanakan sampai pada siklus III.
76
4.1.4.6 Refleksi
Dari hasil observasi dan hasil tes yang diperoleh pada siklus III dapat
diketahui bahwa, kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual sudah mengalami peningkatan, dari 32 jumlah
keseluruhan siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 7,87. Ketuntasan belajar siswa
baik secara individual atau klasikal sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh
peneliti dan kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil yang
dicapai dari pelaksanaan siklus III, maka peneliti tidak perlu lagi melanjutkan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.
4.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan hasil
tes kemampuan siswa dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Dari hasil pembelajaran mulai dari siklus I sampai pada siklus III
nilai rata-rata kelas yang diperoleh mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan perbandingan nilai rata-rata kelas dari
tes awal sampai siklus III.
Tabel 14. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Dari Tes Awal, Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III pada Siswa Kelas VII A MTs Al Muhajirn
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014.
No.
Nama Siswa
1
2
Pra
Siklus
01.
Putri Ekayanti
3
4
02.
Jessika Halim
4
Siklus
I
Siklus Siklus
II
III
Keterangan
4
5
5
6
6
7
7
M
8
TS
5
6
8
M
TS
77
1
2
3
4
5
6
7
8
03.
Yusuf Albar
4
5
6
8
M
TS
04.
Siti Munawaroh
3
4
6
7
M
TS
05.
Siti Maimunah
4
5
7
8
M
TS
06.
Katrina Yusuf
3
5
6
7
M
TS
07.
Karina Firdausi
3
5
7
8
M
TS
08.
Kasim Barokah
5
6
7
8
M
TS
09.
Kalimahtus Sadiyah
4
5
7
8
M
TS
10.
Kori Lawa
4
6
7
8
M
TS
11.
Korimah Baitul
5
6
7
8
M
TS
12.
Kintan Nur Baeti
5
6
7
8
M
TS
13.
Kayanah Ismi
4
6
7
8
M
TS
14.
Kiail Balqis
3
5
7
8
M
TS
15.
Kaningrum
5
6
8
9
M
TS
16.
Lussiana
3
4
6
7
M
TS
17.
Lulu Hakim
5
6
7
8
M
TS
18.
Maemunah
4
5
6
7
M
TS
19.
Mohammad Adil
4
6
8
9
M
TS
20.
Muhammad Raffi
4
5
6
7
M
TS
21.
Malita Anggraeni
4
5
6
8
M
TS
22.
Mawar Ningtyas
5
6
8
9
M
TS
23.
Mumtaz
4
5
6
8
M
TS
24.
Munawaroh Zail
3
5
6
7
M
TS
25.
Maryamah
4
5
7
8
M
TS
26.
Mahakam Raif
5
6
8
9
M
TS
27.
Munir Zein
4
5
6
7
M
TS
28.
Muzdalifah
4
5
6
7
M
TS
29.
Mario Darmawan
3
5
6
8
M
TS
30.
Marshanda
4
6
7
8
M
TS
31.
Marzuki
5
6
7
8
M
TS
32.
Wawan
4
6
8
9
M
TS
Jumlah Nilai
129
171
215
252
M
TS
Nilai Rata-rata
4,03
5,3
6,7
7,87
M
TS
78
Keterangan :
A = Diksi
B = Tipografi
C = Pengimajian
D = Verifikasi
4.3 Pembahasan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, kemampuan mengarang puisi
dari pelaksanaan tes awal sampai siklus III mengalami peningkatan. Hal itu dilihat
dari skor standar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Dari hasil tes
awal yang diikuti oleh 32 siswa memperoleh skor standar 129 dan nilai rata-rata
kelas 4,03 dengan kategori kurang. Hasil pelaksanaan tes siklus I memperoleh
skor standar 171 dan nilai rata-rata kelas 5,3 dengan kategori hampir cukup.
Pelaksanaan tes siklus II memperoleh skor standar 215 dengan nilai rata-rata kelas
6,7 dan masuk kategori lebih dari dari cukup. Hasil tes pada siklus III memperoleh
skor standar 255 dengan nilai rata-rata kelas 7,87 dan masuk pada kategori baik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada beberapa penilaian di atas, dari tes
awal sampai siklus III dapat dikatakan bahwa semua siswa yang mengikuti tes
kemampuan mengarang puisi mengalami peningkatan. Peningkatan yang
diperoleh siswa dilihat dari hasil perbaikan dan langkah-langkah yang dilakukan
peneliti selama penelitian berlangsung serta pemberian bimbingan yang rutin
kepada siswa. Dari hasil observasi siswa selama mengikuti pembelajaran
mengarang puisi di dalam kelas dari tes awal sampai siklus III menunjukkan
peningkatan yang baik, antara lain: (1) Siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar
79
dengan tekun, (2) semua siswa telah aktif selama proses pembelajaran
berlangsung (3) timbul kemauan siswa untuk bertanya, dan (4) keaktifan siswa
dalam mengarang puisi tumbuh pesat, hal ini terbukti penilaian siswa dalam
mengarang puisi dan tes awal sampai siklus III mengalami peningkatan nilai ratarata.
Dari sejumlah data di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatan kemampuan siswa
dalam mengarang puisi. Hasil peningkatan yang dicapai oleh siswa dari tes awal,
siklus I, siklus II dan tes siklus III dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
4.3 Grafik
Grafik 01. Hasil Belajar Mengarang Puisi Dengan Menggunakan
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTs Al
Muhajirin Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Tahap
Hasil Tes Awal, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
80
70
60
50
40
30
20
10
0
TES AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Berdasarkan grafik di atas maka dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa
dalam mengarang puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual mengalami
peningkatan. Dari hasil tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,03. Pada
80
siklus I mengalami peningkatan menjadi 5,3, kemudian mengalami peningkatan
pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 6,7 dan siklus III telah mengalami
peningkatan yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah
7,87.
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka
dapat diambil suatu simpulan:
Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan mengarang puisi pada siswa kelas VII A MTs Al Muhajirin
Denpasar. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil pembelajaran puisi pada tiaptiap siklus, yakni sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan tes awal, memperoleh hasil dengan nilai rata-rata kelas
4,03. Siswa yang memperoleh nilai 5 sebanyak 8 orang (25 %) dengan
kategori hampir cukup, nilai 4 diraih oleh 17 orang siswa (53,125 %)
dengan kategori kurang dan siswa yang mendapatkan nilai 3 sebanyak 7
orang (21,875 %) dengan kategori kurang sekali.
b. Pada hasil tes siklus I, memperoleh nilai rata-rata kelas 5,3. Siswa yang
memperoleh nilai 6 sebanyak 13 orang (40,625 %) dengan kategori cukup,
nilai 5 diraih oleh 17 orang siswa (53,125 %) dengan kategori hampir
cukup dan siswa yang mendapatkan nilai 4 sebanyak 2 orang (0,625 %)
dengan kategori kurang sekali.
c. Pada hasil tes siklus II, memperoleh nilai rata-rata kelas 6,7. Siswa yang
memperoleh nilai 8 sebanyak 5 orang (15,625 %) dengan kategori baik,
nilai 7 diraih oleh 13 orang siswa (40,625 %) dengan kategori lebih dari
82
cukup dan siswa yang mendapatkan nilai 6 sebanyak 14 orang (43,75 %)
dengan kategori cukup.
d. Pada hasil tes siklus III, memperoleh nilai rata-rata kelas 7,87. Siswa yang
memperoleh nilai 9 sebanyak 5 orang (15,625 %) dengan kategori baik
sekali, nilai 8 diraih oleh 18 orang siswa (56,25 %) dengan kategori baik
dan siswa yang mendapatkan nilai 7 sebanyak 9 orang (28,125 %) dengan
kategori lebih dari cukup.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti pada siswa kelas
VII A MTs Al Muhajirin Denpasar tahun pelajaran 2013/2014,
melalui
pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan mengarang puisi, maka
berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
a. Dengan pendekatan kontesktual dapat diterapkan sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran mengarang puisi.
b. Dalam pelaksanaan pembelajaran puisi melalui pendekatan kontekstual,
memerlukan waktu yang relatif lama. Namun hal ini akan membawa dampak
yang baik bagi siswa. Oleh karena itu, diupayakan penggunaan dan
pelaksanaannya dalam proses belajar mengajar.
c. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih bervariasi guru
diharapkan untuk memadu pendekatan kontekstual dengan metode lain.
d. Bagi para siswa diharapkan lebih banyak belajar mandiri, karena waktu belajar
di sekolah sangat terbatas, sebagian besar waktu itu ada di rumah. Oleh karena
itu, pergunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya untuk belajar. Jika ingin
memaksimalkan keberhasilan dalam pengajaran mengarang puisi, guru
hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang memiliki
83
karateristik sesuai dengan usia dan kemampuan siswa seperti menggunakan
pendekatan kontekstual.
84
LAMPIRAN
85
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Status : Terakreditasi
Sekretariat : Jl. Kamboja No. 11A Denpasar-Bali
e-mail: [email protected] Telp/Fax : (0361) 240985
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Lina Sukmawati
Tempat/Tanggal Lahir
:
Pekalongan, 2 Mei 1989
NPM
:
08.8.03.51.31.5.2486
Fakultas
:
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi
:
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Alamat
:
Jl. Seroja Perumahan Nindia Indah Denpasar
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya menyatakan bahwa karya-karya
tulis berupa skripsi ini yang berjudul : Peningkatan Kemampuan Mengarang Puisi dengan
Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII A MTA Al Muhajirin
Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah memang benar karya tulis sendiri dan
sama sekali bukan hasil jiplakan dari karya orang lain yang saya akui sebagai karya tulis
sendiri apabila ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
dituntut di muka pengadilan sesuai dengan hukum dan peraturan perundangan yang
berlaku setia tidak melibatkan lembaga FKIP Unmas Denpasar.
86
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, Juli 2014
Yang membuat pernyataan
Lina Sukmawati
87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
SIKLUS I
Sekolah
: MTs. Al Muhajirin Denpasar
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semeseter
: VII A/ 1
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
mengarang puisi
Kompetesi Dasar
: Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah
Indikator
: Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi
Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi
lingkungan sekolah
Alokasi waktu
1.
2.
: 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan )
Tujuan Pembelajaran
a. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca.
b. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual
dengan inspirator lingkungan sekolah.
Materi Pembelajaran
a. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs
b. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi
3.
Metode Pembelajaran
a. Pemodelan
b. Ceramah
c. Penugasan
d. Tanya Jawab
4.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 x 40 )
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa
2. Mengecek kehadiran sisw
3. Melakukan apersepsi
4. Memberikan inovasi
88
b. Kegiatan Inti
1. Ekplorasi
 Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi.
 Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi.
 Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi.
 Siswa mendengarkan contoh puisi.
 Guru membagikan teks puisi yang sama kepada semua siswa.
 Siswa dapat menentukan topic puisi, dan kerangka penulisan puisi.
2. Elaborasi
 Siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan sekolah
untuk mencari inspirasi untuk mengarang sebuah puisi.
 Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar.
 Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa
percaya diri siswa.
3. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika
ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi.
 Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
 Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun
hadiah terhadap keberhasilan.
 Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar.
 Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
siswa yang menghadapi kesulitan.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberikan informasi yang luas.
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
c. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru :
 Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi
yang telah dipelajari.
89
 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di
rumah.
 Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator
lingkungan sekolah.
 Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan
salam.
Pertemuan Kedua : 2 x 40
a. Kegiatan Awal
1. Apersepsi.
2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari.
b. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
 Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan
diberikan.
 Siswa mendengarkan dengan saksama penjelasan dari guru
tentang mengarang puisi.
 Siswa mempresentasikan puisi yang telah dibuatnya.
 Guru menyuruh iswa lain untuk mengomentari hasil kerja
siswa yang dibacakan di depan kelas.
 Guru memberikan evaluasi secara umum tentang hasil latihan
siswa.
2. Elaborasi
 Membiasakan siswa mengarang puisi;
 Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan
membacakannya di depan kelas.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil
prestasi belajar.
3. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan
mengarang puisi.
 Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
 Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberi informasi lebih luas.
90
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
c. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa.
 Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
 Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam.
5. Alat/Sumber Belajar
a. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa
b. Buku Penunjang
c. Contoh Puisi
6. Penilaian
a. Teknik
: tes tertulis
b. Bentuk Instrument : teks
c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11
Soal Instrument
sekolah!
: Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
SIKLUS II
Sekolah
: MTs. Al Muhajirin Denpasar
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semeseter
: VII A/ 1
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
mengarang puisi
Kompetesi Dasar
: Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah
Indikator
: Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi
Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi
lingkungan sekolah
Alokasi waktu
5.
6.
: 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan )
Tujuan Pembelajaran
c. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca.
d. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual
dengan inspirator lingkungan sekolah.
Materi Pembelajaran
c. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs
d. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi
7.
Metode Pembelajaran
e. Pemodelan
f. Ceramah
g. Penugasan
h. Tanya Jawab
8.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 x 40 )
d. Kegiatan Awal
5. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa
6. Mengecek kehadiran siswa
7. Melakukan apersepsi
8. Memberikan inovasi
92
e. Kegiatan Inti
4. Ekplorasi
 Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi.
 Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi.
 Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kekurangan dalam
mengarang puisi
 Siswa mendengarkan penjelasan tentang pilihan kata (diksi).
 Siswa diajak menganalisis puisi mengenai kesesuaian judul dengan
konteksnya.
5. Elaborasi
 Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar.
 Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa
percaya diri siswa.
6. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika
ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi.
 Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
 Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun
hadiah terhadap keberhasilan.
 Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar.
 Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
siswa yang menghadapi kesulitan.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberikan informasi yang luas.
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
f. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru :
 Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi
yang telah dipelajari.
93
 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di
rumah.
 Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator
lingkungan sekolah.
 Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan
salam.
Pertemuan Kedua : 2 x 40
d. Kegiatan Awal
3. Guru mengabsen siswa
4. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tugas mengarang puisi
dengan inspirator lingkungan sekolah.
e. Kegiatan Inti
4. Eksplorasi
 Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan
diberikan.
 Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi sebelumnya.
 Siswa mempresentasikan puisi yang dibuatnya.
 Guru menyuruh siswa lain untuk mengomentari hasil
mengarang puisi siswa yang dibacakan di depan kelas.
5. Elaborasi
 Membiasakan siswa mengarang puisi;
 Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan
membacakannya di depan kelas.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil
prestasi belajar.
6. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan
mengarang puisi.
 Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
 Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberi informasi lebih luas.
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
94
f. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa.
 Guru dan siswa melakukan refleksi hasil kerja siswa.
 Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
 Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam.
5. Alat/Sumber Belajar
d. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa
e. Buku Penunjang
f. Contoh Puisi
6. Penilaian
a. Teknik
: tes tertulis
b. Bentuk Instrument : teks
c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11
Soal Instrument
sekolah!
: Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
SIKLUS III
Sekolah
: MTs. Al Muhajirin Denpasar
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semeseter
: VII A/ 1
Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan
mengarang puisi
Kompetesi Dasar
: Mengarang puisi dengan inspirator ligkungan sekolah
Indikator
: Mampu menyusun langkah-langkah mengarang puisi
Mampu membuat puisi dengan menggunakan inspirasi
lingkungan sekolah
Alokasi waktu
: 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan )
9.
Tujuan Pembelajaran
e. Melalui penjelasan guru, siswa dapat memahami puisi yang dibaca.
f. Siswa dapat mengarang sebuah puisi melalui pendekatan kontekstual
dengan inspirator lingkungan sekolah.
10. Materi Pembelajaran
e. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII MTs
f. Mengarang puisi sesuai dengan kaidah cara mengarang puisi
11. Metode Pembelajaran
i. Pemodelan
j. Ceramah
k. Penugasan
l. Tanya Jawab
12. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 x 40 )
g. Kegiatan Awal
9. Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa
10.
Mengecek kehadiran siswa
11.
Melakukan apersepsi
12.
Memberikan inovasi
96
h. Kegiatan Inti
7. Ekplorasi
 Guru memancing pengetahuan awal siswa tentang puisi.
 Siswa menyampaikan pengetahuan awal tentang puisi.
 Guru melengkapi pengetahuan siswa tentang puisi.
 Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai kekurangan dalam
mengarang puisi
 Siswa mendengarkan penjelasan tentang pilihan tipografi..
 Siswa diajak menganalisis puisi mengenai kesesuaian judul dengan
konteksnya.
8. Elaborasi
 Membiasakan siswa mengarang puisi yang beragam melalui tugastugas yang bermakna.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar.
 Melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan rasa
percaya diri siswa.
9. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika
ada hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan puisi.
 Guru memberikan tugas untuk mengarang puisi.
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan.
 Memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat maupun
hadiah terhadap keberhasilan.
 Siswa memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar.
 Sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
siswa yang menghadapi kesulitan.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberikan informasi yang luas.
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
i. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, guru :
 Guru memberikan rangkuman / simpulan dari keseluruhan materi
yang telah dipelajari.
97
 Guru membagikan teks puisi kepada siswa untuk dipelajari di
rumah.
 Siswa mendapat tugas membuat puisi dengan inspirator
lingkungan sekolah.
 Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan mengucapkan
salam.
Pertemuan Kedua : 2 x 40
g. Kegiatan Awal
5. Guru mengabsen siswa
6. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tugas mengarang puisi
dengan inspirator lingkungan sekolah.
h. Kegiatan Inti
7. Eksplorasi
 Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan
diberikan.
 Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi sebelumnya.
 Siswa mempresentasikan puisi yang dibuatnya.
 Guru menyuruh siswa lain untuk mengomentari hasil
mengarang puisi siswa yang dibacakan di depan kelas.
 Guru memberikan evaluiasi secara umum tentang hasil latiha
siswa.
8. Elaborasi
 Membiasakan siswa mengarang puisi;
 Siswa mengarang puisi dengan inspirasi sekolah dan
membacakannya di depan kelas.
 Siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan hasil
prestasi belajar.
9. Konfirmasi
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti terkait dengan
mengarang puisi.
 Guru memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
 Siswa dapat memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar.
 Membantu menyelesaikan masalah.
 Memberi informasi lebih luas.
98
 Memberikan motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi
aktif.
i. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Guru mengumpulkan puisi yang telah di presentasikan siswa.
 Guru dan siswa melakukan refleksi hasil kerja siswa.
 Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
 Guru menutup pelajaran dan menyampaikan salam.
5. Alat/Sumber Belajar
g. Buku Sastra Indonesia Kelas VII MTs, Jurusan Bahasa
h. Buku Penunjang
i. Contoh Puisi
6. Penilaian
a. Teknik
: tes tertulis
b. Bentuk Instrument : teks
c. Pedoman Penilaian : pedoman konversi skala 11
Soal Instrument
sekolah!
: Buatlah sebuah puisi dengan inspirator lingkungan
Download