FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG REKLANTAS SESI 1 PENGERTIAN UMUM : Lalu-lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaanya dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkan lalu-lintas dan angkutan jalan yang aman, tertib, cepat, lancar, teratur dan selamat. Nyaman dan efisien mampu memadukan transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong penggerak pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat, maka dalam peraturan pemerintah ini diatur ketentuan-ketentuan mengenai prasarana lalu-lintas dan angkutan jalan yang meliputi antara lain kelas-kelas jalan, jaringan lintas angkutan barang, terminal penumpang dan barang, fasilitas pejalan kaki, fasilitas penyebrangan orang, fasilitas parkir, rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu-lintas dan lain sebagainya. Yang berdaya guna dan berhasil guna serta dalam rangka memberikan perlindungan keselamatan, keamanan, kemudahan serta kenyamanan bagi para pemakai jalan. Termasuk disini pejalan kaki, penderita cacat pengguna lalu-lintas dan jaminan/asuransi kecelakaan lalu-lintas. Landasan hukum Prasarana dan Lalu-lintas. Ketentuan yang dijadikan landasan hukum mengenai prasarana dan lalu-lintas di jalan ditunjukan dalam bagan berikut ini : Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang LLAJ Bab IV Prasarana Bab VII Lalu-lintas Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu-lintas Jalan Penjelasan isi Keputusan Menteri Perhubungan Yang berkaitan dengan Rekayasa dan Manajemen Lalu-lintas. No.60 Tahun 1993 No. 61 Tahun 1993 No.65 Tahun 1993 No. 66 Tahun 1993 No. 4 Tahun 1993 No. 3 Tahun 1994 No.diatas 5 Tahun bagan : 1995 No. 48 Tahun 1997 REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian urusan Pemerintahan dibidang LLAJ kepada Dati I dan Dati II FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Undang-undang No. 14 Tahun 1992. Bab IV mengenai Prasarana yang meliputi : Jaringan Transportasi jalan ( Pasal 6 ). Kelas jalan dan Penggunaan jalan ( Pasal 7 dan Pasal 8 ). Terminal ( Pasal 9 dan Pasal 10 ). Fasilitas Parkir untuk umum ( Pasal 11 ). Bab VII mengenai Lalu-lintas yang meliputi : Tata cara berlalu-lintas ( Pasal 21 s/d Pasal 24 ) Penggunaan jalan selain untuk kegiatan lalu-lintas ( Pasal 25 ) Pejalan kaki ( Pasal 26 ) Kecelakaan Lalu-lintas ( Pasal 27 s/d Pasal 31 ) Asuransi ( Pasal 32 dan Pasal 33 ). Lalu-lintas dan angkutan bagi Penderita cacat ( Pasal 49 ). Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu-lintas Jalan. Dalam melaksanakan manajemen dan Rekayasa Lalu-lintas telah diatur terlebih dahulu dengan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1990 tentang penyerahan sebagian Peraturan Pemerintah dalam bidang lau-lintas dan Angkutan jalan kepaada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Keputusan Menteri yang terkait : Kepmen Perhub No. 60 Tahun 1993, tentang Marka Jalan. Kepmen Perhub No. 61 Tahun 1993, tentang Rambu Rambu-rambu Lalu-lintas di Jalan. Kepmen Perhub No. 65 Tahun 1993, tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalulintas dan Angkutan Jalan. Kepmen Perhub No. 66 Tahun 1993, tentang Fasilitas Parkir untuk Umum. Kepmen Perhub No. 4 Tahun 1993, tentang Tata cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan. Kepmen Perhub No. 5 Tahun 1995, tentang Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan. Kepmen Perhub No. 3 Tahun 1994, tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan. Kepmen Perhub No. 48 Tahun 1997, tentang Kendaraan Tidak Bermotor dan Penggunaannya di Jalan. Peraturan Daerah yang Bersangkutan : Penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah adalah dengan Peraturan Daerah. Perumusan aturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan aturan-aturan yang sifatnya lebih tinggi. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU-LINTAS. Manajemen Lalu-lintas : Manajemen Lalu-lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu-lintas. Dimana manajemen lalu-lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu-lintas ( Pasal 2 PP 43/93 ). Dengan kegiatan antra lain : 1. Usaha peningkatan kapasitas ruas jalan, persimpangan dan atau jaringan jalan. 2. Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu. 3. Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu, yaitu mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda. 4. Penetapan sirkulasi lalu-lintas, larangan dan atau perintah bagi pemakai jalan. Rekayasa Lalu-lintas : Kegiatan Perencanaan Lalu-lintas meliputi : a. Inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan. Maksudnya dalam ketentuan ini antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, atau kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu-lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. b. Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Disini dilakukan antara lain dengan memperhatikan : 1. Rencana umum jaringan transportasi jalan. 2. Peranan, kapasitas dan karakteristik jalan. 3. Kelas jalan. 4. Karakteristik lalu-lintas. 5. Aspek lingkungan. 6. Aspek sosial dan ekonomi. c. Penetapan pemecahan permasalahan lalu-lintas. d. Penyusunan rencana dan Program pelaksanaan perwujudannya yang meliputi : 1. Penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. 2. Usulan aturan-aturan lalu-lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. 3. Usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu-rambu lalu-lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu-lintas dan alat pengendali serta pengaman bagi pemakai jalan. 4. Usulan kegiatan atau tindakan dalam rangka keperluan menyusun usulan sebagaimana dimaksud dalam ad. 2) dan 3), maupun penyuluhan kepada masyarakat. Pengaturan Lalu-lintas : Kegiatan Pengaturan Lalu-lintas, meliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalulintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. Termasuk disini antara lain penataan sirkulasi lalu-lintas, batasan kecepatan maksimum atau minimum, larangan atau perintah bagi pemakai jalan dan sebagainya. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Pengawasan Lalu-lintas : Kegiatan Pengawasan Lalu-lintas meliputi : 1. Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu-lintas, yaitu untuk mengetahui efektifitas dari kebijaksanaa tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk menginventarisasi kebijakan lalu-lintas yang diberlakukan pada ruas jalan tersebut, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut. Kegiatan lain yaitu menentukan keriteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan. 2. Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu-lintas. Yaitu untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Dalam hal ini tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap kebijaksanaan apabila didalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Pengendalian Lalu-lintas : Kegiatan Pengawasan Lalu-lintas meliputi : 1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksaan lalu-lintas, berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu-lintas, supaya diperoleh keseragaman dalam pelaksanaannya dan dilaksanakan sebagai mana mestinya untuk tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan. 2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu-lintas. Dalam Pasal 3 PP 43/93, disebutkan bahwa pengaturan lalu-lintas yang bersifat perintah dan/atau larangan, ditetapkan dengan Keputusan Menteri dan diumumkan dalam Berita Negara. Perintah dan atau larangan harus dinyatakan dengan rambu-rambu lalu-lintas, marka jalan dan atau pemberi isyarat lalu-lintas. Ketentuan ini dimaksudkan agar pengaturan yang bersifat perintah atau larangan dapat diketahui oleh masyarakat sebagai pemakai jalan dan menjamin kepastian hukum. REKAYASA LALU-LINTAS Dalam rangka pelaksanaan manajemen Lalu-lintas di jalan, maka perlu dilakukan rekayasa lalu-lintas. ( Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Pasal 4 ). Rekayasa Lalu-lintas meliputi : 1. Perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan. 2. Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Perencanaan : Perencanaan meliputi perencanaan kebutuhan, perencanaan pengadaan dan pemasangan, perencanaan pemeliharaan serta penyusunan program perwujudannya. Pelaksanaan program perwujudan berupa pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan. Pemasangan dan Penghapusan : Pemasangan dan penghapusan setiap rambu-rambu Lalu-lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu-lintas serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan harus didukung dengan sistim informasi yang diperlukan. Sistim informasi mengenai rambu-rambu lalu-lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu-lintas serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, diperlukan agar pelaksanaan rekayasa lalu-lintas dapat di lakukan secara berhasil guna dan berdaya guna. PELAKSANAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU-LINTAS Pelaksanaan manajemen dan Rekayasa lalu-lintas, dilakukan oleh Menteri. Pelaksanaan rekayasa dilaksanakan oleh Pembina jalan. ( Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Pasal 5 ). Pembina jalan sebagai dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan. Pelaksanaan manajemen dan Rekayasa lalu-lintas, dilakukan setelah mendengar pendapat dari Instansi terkait baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan Rambu-rambu Lalu-lintas. Pengadaan pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu lalu-lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu-lintas serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan dapat dilakukan oleh Instansi, Badan usaha atau warga negara Indonesia, ( Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 Pasal 6 ).dengan ketentuan : 1. Penentuan lokasi dan penempatannya mendapat persetujuan pejabat yang berwewenang. 2. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan sebagai mana dimaksud adalah pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan yang dibiayai sendiri oleh Badan usaha, Instansi dan Warga negara Indonesia yang bersangkutan. Dokumen terkait : Peraturan perundangan yang langsung terkait dengan prasarana dan lalu-lintas di jalan adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan LLAJ kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. 3. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu-lintas Jalan. 4. Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 tahun 1993, No. 61 tahun 1993, No. 65 tahun 1993, No. 66 tahun 1993, No. 4 tahun 1993, No. 5 tahun 1995, No. 3 tahun 1994, No. 48 tahun 1997. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG KARAKTERISTIK KOMPONEN LALU-LINTAS Umum : Dalam berlalu-lintas terdapat berbagai macam jenis kendaraan yang masingmasing mempunyai ciri tersendiri, dengan perbedaan seperti dimensi, berat, kapasitas angkut, tenaga penggerak dan lain-lain yang sangat berpengaruh dalam perencanaan, operasional dan pengendalian lalu-lintas. Orang yang menggunakan sistem jalan dan yang mengendalikan kendaraan atau dirinya sendiri disebut pemakai jalan. Ada dua kelas pemakai jalan yang berbeda yaitu : pengemudi dan pejalan kaki, sedangkan penumpang tidak termasuk sebagai pemakai jalan. Ada berbagai pengaruh luar terhadap pemakai jalan, seperti : Tata guna lahan dan aktifitasnya, misalnya : perumahan, perkantoran, pertokoan, kawasan industri dan lain-lain. Cuaca yang mempengaruhi kondisi jalan (jarak pandang dan unjuk kerja kendaraan). Desain kendaraan. Desain prasarana jalan. Kondisi arus lalu-lintas. Karakteristik pemakai jalan dapat disimpulkan sebagai berikut : ~ Karakteristik mental ( intelegensia dan emosi ). ~ Karakteristik fisik ( kekuatan, penglihatan, pendengaaran, umur dan reaksi ). Mental dan Fisik dari pengemudi harus dalam kondisi baik untuk dapat mengemudikan kendaraan tanpa menimbulkan kecelakaan. Dan harus memiliki pengertian (mental) terhadap apa arti dan maksud dari alat pengendali lalu-lintas serta mengapa pengemudi harus mematuhinya. Pejalan kaki juga tidak dapat menggunakan sistem jalan tanpa memiliki pengetahuan terhadap sistem jalan, contoh : pejalan kaki harus mengerti kapan mereka mendapatkan prioritas hak berjalan dari kendaraan, dan sebaliknya kapan kendaraan mendapat prioritas. Jadi pemakai jalan harus sama-sama merasa aman dan nyaman terlindungi bagi manusia dan muatannya dari kecelakaan. Sedang alat pengendali lalu-lintas harus dapat jelas terlihat dan mudah dimengerti untuk dipatuhi. Prasarana jalan merupakan komponen utama dalam sistem transportasi, yang merupakan suatu himpunan ruas-ruas jalan, persimpangan, fasilitas parkir dan terminal. Untuk meningkatkan kemudahan gerak dan hubungan dengan ruang kegiatan jaringan jalan, diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan efisiensi pergerakan. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Karakteristik Sarana Jenis-jenis kendaraan : Jenis kendaraan yang biasa digunakan di Indonesia meliputi : Kereta dorong Kereta hewan ( sado/delman/dokar ) Sepeda, becak Bajaj, bemo, kendaraan mini Sepeda motor, ojek Mobil, jeep, kendaraan dengan daya gerak 4 roda (taxi, station wagon, kombi) Pick up, kendaraan barang ringan ( 2 as, 4 roda ) Mikrolet, oplet, mikrobis Bis metro, minibis, kopaja Bis kota, bis kota bertingkat Kendraan barang sedang ( 2 as, 6 roda ) Kendaraan barang berat ( lebih dari 2 as ) Mobil barang gandengan Mobil tempelan. Contoh kendaraan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. dan beberaapa jenis kendaraan lainnya. Karakteristik kendaraan-kendaraan ini dapat dikelompokan kedalam karakteristik fisik (dimensi dan berat), unjuk kerja dan fungsi. Yang mempengaruhi karakteristik fisik kendaraan antara lain kecepatan, kapasitas, keamanan, kenyamanan, kecocokan, sifat dan nilai dari muatan, perlindungan terhadap muatan, satuan ukuran, jarak perjalanan, waktu dan sebagainya secara keseluruhan perlu dipertimbangkan. Kendaraan pada dasarnya dibuat untuk memenuhi salah satu dari 3 kegunaan dasar angkutan, yaitu : ~ Angkutan pribadi : adalah transport untuk masing-masing individu dan keluarga yang digunakan untuk keperluan pribadi atau perusahaan-nya. ~ Angkutan umum : adalah angkutan yang tersedia untuk umum dengan membayar ongkos untuk menggunakan kendaraan tersebut. Angkutan umum dapat merupakan moda angkutan lain, khususnya angkutan jalan baja (rel), angkutan air (ferry) dan angkutan udara. ~ Angkutan barang : adalah untuk memuat segala jenis barang, dari yang kecil bernilai tinggi, hingga yang besar dan bersifat barang curah, makanan, barang cair, mineral, hewan ternak dan lain sebagainya. Karakteristik Fisik kendaraan : Karakteristik fisik utama yang digunakan untuk mengklasifikasikan kendaraan adalah Dimensi disamping ukuran yang umum, seperti lebar, panjang dan tinggi, maka ukuran lainnya yang menentukan radius putar dari tapak kendaraan (Swepth path) juga diperlukan. Berat termasuk berat total, berat sumbu dan kapasitas muat. Unjuk kerja : termasuk jenis tenaga penggerak, karakteristik gaya dorong dan karakteristik gaya rem (percepatan dan perlambatan). REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Dimensi Disini yang dimaksud adalah elemen-elemen utama dari dimensi kendaraan yaitu : lebar, panjang, anjuran depan dan belakang, panjang alas roda dan tinggi. Dimensi kendaraan mempengaruhi lebar lajur lalu-lintas, lebar bahu jalan yang diperkeras, panjang dan lebar ruang parkir, jarak pandangan henti dan menyiap, kelengkungan horizontal dan vertikal. Tinggi kendaraan menentukan ruang bebas vertikal terhadap seluruh penghalang yang berada diatas kendaraan, seperti jembatan, terowongan, kabel listrik/telepon, lampu penerangan jalan dan lain sebagainya. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Berat. Berat kendaraan dan berat sumbu kendaraan tidak hanya mempengaruhi desain struktur perkerasan dan jembatan, tetapi juga konsumsi bahan bakar, karakteristik percepatan dan karakteristik pengereman. Kapasitas muat, disini adalah suatu kendaraan berat maksimum nya yang dapat dipikul oleh kendaraan dikurangi berat kendaraannya itu sendiri. Kapasitas muat pada angkutan barang umum yang lebih muatan (overloading), akan menyebabkan 2 jenis kerusakan yaitu kerusakan pada kendaraan dan terhadap konstruksi jalan yang dia lalui, umur rencana jalan akan berkurang dan biaya perbaikan/pemeliharaan akan meningkat. Unjuk kerja. Ukuran terhadap unjuk kerja dari suatu kendaraan yang utama adalah : Pengereman : jarak pengereman dibatasi oleh koefisien gesekan antara ban dengan permukaan jalan, pengereman normal 1 – 3 m/det2, sedangkan pengereman diatas 3 m/det2 akan terasa tidak nyaman, sedangkan pengereman mendadak akan trjadi antara 6 – 10 m/det2. Percepatan : percepatan kendaaraan diatur oleh hukum Newton, antara lain mesin memberikan gaya perepatan pada roda kendaraan, dimana gaya ini ditahan oleh tahanan udara, gesekan mesin, inertia tumbukan, tahanan gelinding dan tahanan pada tanjakan. Juga percepatan dipengaruhi oleh massa, adapun tipikal tingkat percepatan diantaranya adalah : Mobil sedan 0,85 – 2,20 m/det2 Kendaraan angkutan umum 0,21 – 0,56 m/det2 Mobil balap 3,32 – 4,50 m/det2 Karakteristik Pemakai Jalan. Karakteristik Mental. Karakteristik mental dari pemakai jalan telah diteliti oleh para ahli psikologi dan sosiologi, hal ini dapat di simpulkan sebagai berikut : Intelegensia, kemampuan pemakai jalan untuk menginterprestasikan apa yang dilihat dan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan motivasinya sendiri. Orang yang cerdas belum tentu merupakan pengemudi atau pejalan kaki yang baik. Motivasi, orang melakukan perjalanan untuk berbagai macam alasan, seperti bekerja, berwisata, urusan bisnis dan lain-lain. Motivasi untuk melakukan perjalanan adalah merupakan bagian dasar dari perencanaan transportasi (maksud perjalan). Faktor yang mempengaruhi motivasi adalah : kelelahan dan kejenuhan, dua hal ini perhatian pengemudi menjadi kurang hati-hati, sehingga lebih beresiko terhadap kecelaakaan. Belajar, orang dapat belajar dalam berbagai cara. Pengemudi belajar dari pengalaman untuk mengenali dan berhadapan dengan situasi lalu-lintas tertentu. Pada waktu awal belajar mengemudi akan diajari bagaimana mengendalikan kendaraan sekaligus pelajaran tentang peraturan lalu-lintas. Emosi, kemarahan, ketakutan, kebencian dan kekhawatiran semua ini akan mempengaruhi emosi dan pertimbangan, oleh karena itu akan mempengaruhi REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG keputusan yang diambil pada saat mengemudi. Keputusan yang dibuat berdasarkan pengalaman dan intelegensia dapat dipengaruhi oleh emosi. Karakteristi Fisik. Pada sistem lalu-lintas kendaraan dikendalikan oleh masing-masing individu. Tabrakan dapat dihindarkan berdasarkan kondisi melihat dan terlihat. Jadi penglihatan merupakan karakteristik fisik yang penting bagi seorang pengendara. Karakteristik fisik penting lainnya adalah pendengaran dan perasaan terhadap kesetabilan. Pejalan kaki sering terlupakan pada saat mempertimbangkan karakteristik pemakai jalan yang diinginkan. Berjalan kaki merupakan moda angkutan yang sama pentingnya dengan mengemudi. Setiap orang pada suatu waktu akan menjadi pejalan kaki. Karakteristik berikut dapat berlaku baik bagi pejalan kaki maupun pengemudi. Penglihatan , akan dihasilkan apabila cahaya menyentuh retina mata, kemudian membentuk suatu bayangan yang dikirim ke otak dan diinterprestasikan sebagai cahaya, warna dan bentuk. Beberapa karakteristik dari penglihatan yaitu : a. Ketajaman penglihatan : kemampuan mata untuk menangkap objek dan memfokuskannya secara cepat. b. Kedalaman penglihatan : perkiraan terhadap jarak dan khususnya perubahan jarak sewaktu kendaraan berjalan. c. Bidang penglihatan : manusia mempunyai dua jenis penglihatan yaitu penglihatan tajam (acute vision) dan penglihatan sekeliling (peripheral vision). d. Penglihatan samar-samar : kemampuan untuk melihat dalam cahaya yang remang-remang, untuk melihat sorotan lampu jauh, untuk menyesuaikan penglihatan secara cepat dari terang ke gelap dan untuk membedakan warna pada malam hari. e. Warna : pengenalan terhadap warna (misalnya pada signal lalu-lintas). f. Tinggi mata pengemudi : tinggi rata-rata mata pengemudi dapat mempengaruhi banyak aspek dan desain kendaraan dan juga prasarana jalan. Khususnya jarak pandangan henti dan menyiap pada lengkung vertikal. Pendengaran. Telinga manusia dapat memperkirakan jarak dan arah. Meskipun demikian, diluar dugaan pendengaran merupakan faktor yang tidak terlalu penting sewaktu mengemudi dan pada saat terjadinya kecelakaan. Penelitian di Amerika menunjukan bahwa seseorang dengan pendengaran yang kurang baik cenderung untuk mengemudikan kendaraanya secara lebih berhati-hati. Di Amerika Serikat dan Eropa, ketulian tidak menghalangi seseorang untuk mendapatkan SIM. Perasaan terhadap kesetabilan, Pengemudi memiliki perasaan terhadap gaya grafitasi dan ketidak rataan permukaan (perasaan terhadap kondisi yang tegak digunakan untuk menentukan kemiringan melintang jalan dan superelevasi). REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Ketidak rataan permukaan jalan tidak hanya menyebabkan terjadinya kerusakan pada kendaraan saja, tetapi juga akan mempengaruhi kenyaman dan kontrol pengemudi sehingga dapat menyebabkan mereka berjalan lebih lambat. Waktu reaksi. Pengemudi bereaksi terhadap rangsangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh karakteristik fisik maupun karakteristik mental dan prosesnya secara singkat sebagai berikut : Persepsi : informasi diterima oleh mata dan dikirim ke otak. Identifikasi : otak menerima dan menginterprestasikan pesan-pesan tersebut. Evaluasi : otak mengevaluasi informasi dan memutuskan untuk melakukan suatu aksi. Jika aksi reflek diperintahkan, maka aksi tersebut tidak diputuskan secara sadar dan evaluasi tidak dilakukan. Volition : otak mengirimkan keputusannya dan tubuh bereaksi (kemauan) secara fisik. Waktu yang diperlukan dari saat informasi diterima sampai reaksi disebut waktu reaksi atau disebut waktu PIEV. Waktu PIEV meningkat sesuai dengan meningkatnya jumlah pilihan dan kerumitan keputusan yang harus dilakukan, atau dengan meningkatnya umur. Waktu PIEV digunakan untuk menghitung hubungan antara kecepatan dan jarak yang ditempuh, khusunya jarak pandangan henti, jarak pandangan menyiap, kecepatan yang aman pada persimpangan, waktu kuning pada signal lalu-lintas dan lain-lain. Waktu PIEV dapat bervariasi dari 0,5 s/d 4 detik , dengan asumsi rata-rata sebesar 2,5 detik. Faktor-faktor yang mempengaruhi Waktu Reaksi : Terdapat beragam faktor yang dapat mengubah tingkah laku pengemudi, termasuk juga proses mental (jiwa). Faktor yang penting diantaranya : Umur : Orang yang sudah tua memiliki reaksi yang lebih lambat dan penglihatan nya pun sudah berkurang. Oleh karena itu mereka cenderung akan mengemudikan kendaaraan lebih lambat. Anak-anak lebih banyak terlibat dalam kecelakaan, karena : pertama mereka masih muda dan memiliki pengalaman mengenai sistem jalan yang masih kurang dan mereka belum mampu untuk memperkirakan serta bereaksi terhadap situasi yang berbahaya. kedua anak-anak mempunyai tinggi badan yang belum cukup tinggi, sehingga sukar bagi mereka untuk melihat dan terlihat. Kelelahan : Pengemudi yang lelah akan bereaksi lebih lambat, dan cenderung kurang dapat memahami instruksi lalu-lintas. Alkohol dan obat : Alkohol mempunyai pengaruh anestesi (pembiusan), karena alkohol akan mengganggu sistem saraf pusat, meningkatkan waktu reaksi dan mengurangi kemaampuan penglihatan (malam hari). Obat seringkali memberikan pengaruh yang serupa. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Penyakit dan Cacat tubuh : Penyakit atau cacat tubuh dapat membatasi kemampuan mental dan fisik pengemudi. Cuaca, Altitude dan Ventilasi : Cuaca buruk dapat meningkatkan ketegangan dan kelelahan dalam mengemudi. Volume cahaya dan warna dapat membatasi pengoperasian kendaraan. Temperatur yang tinggi (panas/gerah) akan meningkatkan ketegangan saraf dan suplai oksigen akan mempengaruhi efesiensi mental dan fisik. Karakteristik Prasarana. Jaringan jalan. Prasarana jalan terdiri atas : Jalan yang dimaksud disini Jalan raya, yang mempunyai wilayah yang disebut Daerah Milik Jalan (DMJ)/ Right Of Way (ROW). Pengertian jalan meliputi badan jalan, trotoar, drainase dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu lalu-lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain. Persimpangan, merupakan tempat dimana ruas jalan yang satu bertemu dengan ruas jalan yang lainnya, seperti terlihat pada gambar 2.7. Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikan penumpang atau barang, perpindahan intra atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan. Jaringan merupakan suatu konsep matematik yang digunakan untuk menggambarkan prasarana jalan, yang memiliki dua elemen yaitu ruas jalan (link) dan simpul (node). Jaringan jalan merupakan dasar untuk mengumpulkan dan menganalisis data mengenai prasarana jalan dan arus lalu-lintas yang memkainya secara sistimatis. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Pola/Ciri jaringan jalan : Jaringan jalan antar kota didesain dengan kecepatan tinggi. Mempunyai jaringan jalan pengumpan (feeder) dan akses yang khususnya digunakan untuk membawa hasil pertanian ke pasar dan mengaalirkan lalu-lintas kedalam jaringan jalan antar kota. Pola jaringan jalan didaerah perkotaan : R adial, adalah jalan antar kota dibangun dari suatu kota ke kota lainnya, maka masing-masing kota memiliki sejumlah jalan yang berarah/berbentuk radial dari pusat kota. Apabila kota itu diperluas maka secara alamiah pembangunan akan terjadi disepanjang jalan tersebut. Tributari, adalah jaringan jalan dengan pola hirarki yang baik, yaitu utama, cabang dan ranting. Kisi-kisi, adalah pola jalan ini digunakan pertama kali oleh bangsa Romawi, kemudian digunakan secara meluas di Amerika. Pola ini sangat mudah untuk diterapkan dan memiliki beberapa keuntungan ditinjau dari sisi rekayasa lalu-lintas. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG Kondisi geometriknya memberikan kemudahan dalam mengorganisasikan signal lalu-lintas dan manajemen lalu-lintas, serta dapat mendorong pendistribusian volume lalu-lintas yang merata melalui penghilangan penyempitan lalu-lintas (bottleneck). Akan tetapi untuk pergerakan diagonal akan sulit dan akan menambah jarak perjalanan. Sistim kisi-kisi juga seringkali memberikan jalan monoton yang panjang dengan bentuk bangunan yang mirip pada masing-masing sisinya. Linier, adalah pola jalan pada sebuah kota kecil dengan hanya 2 buah jalan utama khususnya yang dibatasi oleh batasan topografi, seperti lembah, seringkali berkembang secara linier (garis lurus). Akan tetapi dalam kasus ini volume lalulintas yang tinggi dengan beragam jenis dan maksud perjalanannyaharus menggunakan jalan yang sama. Dengan demikian lalu-lintas lokal yang mencari akses menjadi tercampur dengan lalu-lintas terusan. Pada saat jaringan jalan tradisional telah menjadi macet maka jalan-jalan baru dibangun untuk menghindarkan lalu-lintas dari pusat kota (jalan by pass). Jalan by pass dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan di pusat kota dengan cara mengalihkan lalu-lintas yang tidak bermaksud mengunjungi pusat kota. REKAYASA LALU LINTAS ir. djaenudin hadiyana,mm.,mt