PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT DALAM MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE PACITAN USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Galuh Wahyuningtyas 20120210109 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016 Usulan Penelitian PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT DALAM MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE PACITAN Yang diajukan oleh Galuh Wahyuningtyas 20120210109 Program Studi Agroteknologi telah disetujui/disahkan oleh: Pembimbing Utama: Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. NIP. 196011201989031001 Tanggal ................................. Pembimbing Pendamping Lis Noer Aini, S.P., M.Si NIK. 19730724 200004 133051 Tanggal ................................ Mengetahui: Ketua Program Studi Agroteknologi Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P. M.P. NIK. 19721012200004133050 ii Tanggal ................................... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, secara keseluruhan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yakni sepanjang ±81.000 km (Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2014). Garis pantai merupakan batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis pantai ini merupakan 14% dari garis pantai yang ada di seluruh dunia. Luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan Indonesia (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2007). Salah satu daerah yang memiliki luasan pantai tersebut adalah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Pariwisata merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai macam objek wisata dengan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah daerah. Pembangunan kawasan di Kabupaten Pacitan, salah satunya diarahkan kepada pembangunan produk pariwisata yang dapat menjadi andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini wajar terjadi karena Kabupaten Pacitan memiliki banyak tapak alam yang patut untuk dijadikan obyek wisata guna menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Produk obyek wisata dari Kabupaten Pacitan ini bukan hanya berupa goa dan sumber air panas, namun juga berupa pantai. Beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Pacitan antara lain : Pantai Teleng Ria, Pantai Srau, Pantai Klayar, Goa Gong, Goa Tabuhan, Pemandian Air Hangat dan juga Pantai Soge. Pantai Soge adalah salah satu obyek wisata dari puluhan titik obyek wisata pantai yang terdapat di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Pacitan tersebut. Pantai ini merupakan pantai yang sudah lama ada namun diperbarui sejak dibangunnya jalan nasional, yaitu Jalur Lintas Selatan (JLS). Pantai Soge terletak di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu potensi wisata pantai di 1 2 Pacitan yang berlokasi ±50 km dari Kota Pacitan. Tapak Pantai Soge terbentang di kawasan Samudera Hindia, sehingga memiliki daya tarik besar terhadap wisatawan lokal dari berbagai daerah yang ingin mengetahui kenampakan Pantai Soge secara langsung dengan jalan raya barunya, yaitu JLS. Wisatawan tidak kesulitan untuk menemukan lokasi pantai karena pantai berada tepat di sebelah di kanan JLS (dari arah kota Pacitan) yang membentang sepanjang jalur PacitanKebonagung-Trenggalek. Perlu diketahui bahwa kawasan pantai sangat berpotensi untuk mengalami abrasi yang biasa disebut dengan erosi pantai. Menurut Kepala Dusun kawasan Soge, Widodo, permasalahan utama di kawasan Pantai Soge adalah muara yang berpindah-pindah. Saat ini, muara di Pantai Soge terletak di bagian timur. Kondisi ini tidak akan dapat bertahan lama karena muara dapat bergeser ke tengah pantai bahkan hingga ke bagian barat pantai yang berdekatan langsung dengan bangunan-bangunan warung milik warga. Kawasan Pantai Soge sebenarnya masih terbilang aman dan stabil ketika maksimum gelombang datang. Gelombang air laut setinggi 5-6 meter pun masih belum dapat membahayakan kawasan tersebut. Widodo menyatakan bahwa rumah warga yang berada di seberang JLS terletak lebih tinggi daripada pantai, jadi masih tergolong aman apabila muncul gelombang dalam bilangan tersebut. Beliau menyampaikan bahwa muara diharapkan tetap berada di bagian timur pantai dan berdekatan langsung dengan gunungan batu karang besar di bagian timur tersebut agar pariwisata dapat difokuskan di bagian tengah hingga barat. Dampak dari sering adanya perubahan letak muara di pantai ini dikhawatirkan dapat membahayakan bangunan milik penduduk sekitar. Meskipun bangunan yang berada dalam satu lajur pantai tersebut bukan merupakan perumahan warga, namun kondisi eksisting ini tetap saja mengkhawatirkan dan dapat menjadi ancaman bencana. Kondisi kawasan yang dikhawatirkan dapat menyebabkan dampak kerusakan baru adalah struktur tanah yang mudah berubah. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi bangunan jembatan yang menghubungkan antara badan JLS sebelah barat dengan JLS sebelah timur yang letaknya berseberangan dengan sungai yang menuju muara. 3 Salah satu langkah untuk mengoptimalkan lahan pantai tersebut adalah dengan melakukan perencanaan dan penataan zonasi green belt berupa pengadaan tanaman dan materi penghalang di pantai guna mereduksi tingkat abrasi di pantai dan menahan muara yang tidak dapat diperkirakan pergerakannya. Adapun penanaman tanaman laut tidak cukup hanya ditanam begitu saja, namun juga harus memperhatikan musim sesuai dengan tanaman yang akan ditanam. Keberadaan tanaman dan materi penghalang di sekitar pesisir pantai rawan abrasi ini diharapkan dapat memiliki banyak fungsi, yaitu untuk mengendalikan abrasi (kikisan air laut), erosi angin dan erosi air. Kondisi eksisting saat ini menunjukkan bahwa sudah banyak tanaman-tanaman yang ditanam di kawasan pantai, akan tetapi, sering hilang karena hanyut terbawa arus air muara dan deburan ombak. Menurut Kairo et al,. (2001) diperlukan komitmen terhadap pemanfaatan berkelanjutan untuk ekosistem pantai. Keberadaan lahan pantai yang luas dengan kondisi tanah berpasir yang bersifat marjinal dan tandus serta cenderung kritis membutuhkan pengelolaan lahan yang baik, agar lahan pantai dengan luasan yang besar tersebut dapat produktif dengan ditumbuhi tanaman. Di sekitar Pantai Soge juga terdapat lahan kosong yang terbilang datar dan potensial untuk lahan budidaya pertanian, akan tetapi, sebagian besar lahan kosong tersebut hanya digunakan oleh warga sebagai lahan parkir para pengunjung yang menurut mereka lebih menghasilkan. Mengatasi hal ini, maka perlu adanya resolusi mengenai zonasi kawasan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana maupun kompleks, tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah pasang surut dan kemiringan pantai, tipe tanah, salinitas, cahaya dan aliran sungai yang mampu membawa lumpur. Berdasarkan pada uraian diatas dibutuhkan identifikasi penyebab abrasi dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah di Pantai Soge. Selain itu juga menentukan perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan. 4 B. Perumusan Masalah Pantai Soge, merupakan kawasan pantai yang sangat berpotensi untuk mengalami abrasi. Dalam hal ini, perlu dipikirkan beberapa solusi yang dapat mereduksi terjadinya abrasi pantai, yaitu dengan menata dan merencanakan zonasi green belt di sepanjang kawasan titik pasang air laut. Dengan demikian, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana upaya perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan? 2. Jenis tanaman apa yang cocok ditanam sebagai upaya dari zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan masukan kepada pihak terkait melalui penataan dan perencanaan zonasi green belt guna mereduksi terjadinya abrasi di Pantai Soge. Dengan demikian, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi penyebab abrasi dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah di Pantai Soge. 2. Menentukan perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan. D. Manfaat Masukan kepada Pihak Terkait Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi berupa konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. E. Batasan Studi Studi mengenai perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan ini hanya difokuskan pada wilayah pesisir terutama yang berbatasan langsung dengan muara bagian timur Pantai Soge, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. 5 F. Kerangka Pikir Penelitian KABUPATEN PACITAN PANTAI SOGE Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo KONDISI FISIOGRAFI KONDISI EKSISTING PETA RAWAN BENCANA PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan gambar 1, secara garis besar, kondisi fisiografi Kabupaten Pacitan berupa daerah pegunungan berkapur yang potensial sebagai lahan kering. Kabupaten Pacitan memiliki banyak pantai karena terletak pada kawasan Pantai Selatan. Karakteristik Pantai Selatan memiliki gelombang ombak yang besar yang otomatis berpotensi terkena abrasi. Kondisi ini dapat mengancam kawasan Pantai Soge yang hanya memiliki luasan yang tergolong sempit dan memanjang dari barat ke timur. Menurut Mifta (2014), diantara pantai – pantai di Kabupaten Pacitan tersebut, baru 5 pantai saja yang dikelola oleh pemerintah daerah. Salah satu dari pantai tersebut sudah dikelola oleh tiga pilar good governance, yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Sementara itu, pantai-pantai lain yang memiliki daya tarik tersendiri belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Pengelolaan yang dimaksud baik berupa teknologi pencegahan bencana maupun manajemen pengolahan aset belum sepenuhnya dilakukan terhadap pantai-pantai ini, termasuk Pantai Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan ini. Tiga pilar good governance yang ada di Pantai Soge belum seimbang karena antara pemerintah dengan masyarakat masih belum terdapat keselarasan. Masyarakat setempat masih sangat gigih dengan pendiriannya untuk mengelola kawasan 6 pariwisata Pantai Soge sendiri. Hal ini dikarenakan adanya ketidakadilan pembagian aset antara pemerintah dengan masyarakat. Jika terdapat keselarasan antara pemerintah dengan masyarakat, maka sangat diharapkan untuk dapat memberikan PAD yang optimal, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal tersebut belum dapat tercapai karena strategi pengembangan di kawasan Pantai Soge yang belum optimal. Berdasarkan gambar peta rawan bencana berikut ini, dapat dikaitkan dengan kondisi fisiografis dan kondisi eksisting Kabupaten Pacitan. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Pacitan termasuk ke dalam daerah rawan bencana, antara lain, gempa, banjir, longsor, epidemi, badai, kekeringan, tsunami dan kebakaran hutan. Salah satu bencana yang rawan terjadi di daerah Kabupaten Pacitan terkait dengan penelitian ini adalah tsunami, karena Pacitan termasuk daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang lebih berpotensi untuk terjadi tsunami. Oleh karena itu, dengan adanya konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt yang ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi antisipasi dalam mereduksi tingkat abrasi yang terjadi di pantai-pantai Pacitan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pantai Soge Pantai Soge berada dalam salah satu tapak pantai yang terbentang di kawasan Samudera Hindia. Pantai seluas 156.426,551 m2 atau 15,643 hektar ini memiliki daya tarik besar terhadap wisatawan lokal maupun mancanegara dari berbagai daerah yang ingin mengetahui kenampakan Pantai Soge secara langsung melalui bangunan jalan nasional yang masih terbilang baru, yaitu Jalur Lintas Selatan (JLS). Alur muara Sungai Soge berkelok mengitari pasir pantai yang membentang di bagian timur pantai hingga jarak radius kurang lebih 150 meter, sehingga memberi ruang cukup luas bagi wisatawan untuk bermain dan menikmati keindahan wahana alami pantai. Wahana danau kecil di wilayah ini terbentuk karena air laut tidak sepenuhnya tertarik ke tengah laut saat terjadi fenomena air surut dan terpisah oleh gundukan pasir yang membentang di bagian timur. Danau kecil tersebut berisi air payau (air laut yang bercampur air tawar dari Sungai Soge). Obyek wisata Pantai Soge kini sudah dikenal banyak orang karena sudah memiliki akses kendaraan yang baik pasca dibangunnya Jalur Lintas Selatan. Namun demikian, kondisi pesisir Pantai Soge masih sangat rawan abrasi karena bangunan JLS berbatasan langsung dengan deburan ombak Pantai Selatan. Kawasan pantai berupa lahan pasir pantai yang merupakan lahan marjinal dan memiliki produktivitas rendah. Produktifitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan organik sangat dan efisiensi penggunaan air rendah (Al-Omran et al., 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas, sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar (Oliver and Smettem 2002), hara dan pH (Bulmer and Simpson, 2005). Menurut Syukur (2005), lahan pasir pantai memiliki 7 8 kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik. B. Abrasi Irwani (2011) menyatakan bahwa abrasi adalah pengikisan daratan di wilayah pesisir yang disebabkan oleh terjangan ombak laut, sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), abrasi merupakan pengikisan oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Abrasi bisa terjadi ketika terjadi gelombang dan tiupan angin yang cukup kencang yang melanda daerah pantai dan semakin parah jika pantai mengalami kerusakan. Penyebab abrasi pantai dapat juga dari aktivitas secara alami gelombang dan arus laut yang terjadi akibat perbedaan tekanan ekstrim di permukaan laut akibat pemanasan global. Abrasi tidak terjadi secara seketika, melainkan terjadi dalam waktu yang lama akibat terjangan gelombang yang terus-menerus terjadi, sehingga lambat laun pantai akan menyempit dan semakin mendekati pemukiman yang ada di sekitar, karena terlampauinya batas maksimum garis pantai. Dampak dari abrasi antara lain adalah penyusutan lebar pantai sehingga lahan penduduk menyempit; kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau atau mangrove; kerusakan infrastruktur di sepanjang pantai, misalnya tiang listrik, dermaga, jembatan, jalan, dan lain-lain. Daerah pantai yang mengalami abrasi sangat sulit untuk dipulihkan kembali. Kerusakan pantai akibat abrasi dapat mengganggu mata pencaharian penduduk di sekitar, terutama yang berpotensi sebagai nelayan maupun petani. Jika pantai yang mengalami abrasi tersebut tidak segera ditanggulangi, maka akan berakibat pada kerusakan pantai yang semakin parah. Akibat abrasi tersebut, maka perlu adanya upaya-upaya pemulihan yang dilakukan untuk pemenuhan berbagai fungsi ekologis, ekonomi dan sosial budaya yang dapat menjadi penunjang sistem penyangga kehidupan bagi daerah di sekitarnya dari berbagai sektor pendukung (Granek dan Ruttenberg, 2008). 9 C. Zonasi Green Belt Zonasi green belt merupakan salah satu upaya yang difokuskan guna melindungi sabuk pantai yang biasanya dilakukan dengan menanam tanaman di sepanjang pantai. Fungsi green belt sendiri dimaksudkan sebagai pelindung pantai utamanya untuk menjaga bibir pantai dari terjangan gelombang yang mengakibatkan abrasi. Eksistensi (keberadaan) green belt dapat berfungsi juga secara biologis untuk kelangsungan hidup biota lain. Jenis yang ditanam juga harus diperhatikan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi tanah. Tanaman yang sering digunakan untuk zonasi ini adalah Cemara Udang (Casuarina equisetifolia L.) dan Pandan Duri (Pandanus tectorius Parkison ex Zucc). Biasanya, selain dengan melakukan penanaman tanaman tahan air laut, upaya perencanaan dilakukan dengan cara pemanfaatan lahan sekitar pantai untuk budidaya yang tentunya disesuaikan dengan wilayah zonasi sesuai dengan kemampuan lahan. Untuk wilayah pesisir yang tergolong rawan akibat adanya kelebihan deburan ombak, perlu juga untuk ditambahkan pemasangan pemecah gelombang (water break), seperti pada gambar 2 di sepanjang titik pasang tertinggi garis pantai. Gambar 2. Berbagai macam bentuk pemecah gelombang Menurut Sudibyo (2011), dalam perencanaan zonasi green belt ini perlu mengetahui beberapa faktor lingkungan, yaitu fisiografi pantai (topografi), pasang (lama, durasi, rentang), gelombang dan arus, iklim (cahaya, curah hujan, suhu, angin) dan salinitas. Hal yang paling utama diselidiki adalah perlunya memperhatikan terlebih dahulu batas pasang surut air laut. Pasang surut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi gravitasi antara matahari dan 10 bulan. Titik pasang tertinggi akan menjadi acuan batas perencanaan zonasi agar sesuai dengan peletakan tanaman yang akan ditanam dan juga pemasangan water break. Perencanaan dan penataan wilayah pesisir ini sebenarnya sudah memiliki dasar hukum dan kebijakan kuat yang mendasari penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) di Kabupaten Pacitan. Menurut Undang-Undang, lingkup pengaturan UU No. 27 Tahun 2007 secara garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan pengendalian.Perencanaan dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Terpadu (Integrated Coastal Management) yang mengintegrasikan berbagai perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah sehingga terjadi keharmonisan dan saling penguatan dalam pemanfaatannya (Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011). Dalam mengelola wilayah pesisir dan pulau kecil, diperlukan adanya suatu proses perencanaan yang dilakukan secara terpadu dan sesuai dengan karakteristik wilayahnya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut.Salah satu kabupaten yang difasilitasi dalam menyusun RZWP-3K adalah Kabupaten Pacitan, dimana kabupaten ini telah menyusun RSWP-3K dan mempunyai komitmen yang kuat dalam mengimplementasikan UU 27 tahun 2007. Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Pacitan diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam membangun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilnya secara optimal. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang difasilitasi. Atas dasar tersebut maka hal ini mendukung terwujudnya suatu perencanaan guna memperbaiki kawasan, yaitu mereduksi terjadi abrasi di Pantai Soge agar kawasan obyek tetap menjadi kawasan pantai wisata yang selanjutnya dapat meningkatkan PAD Kabupaten Pacitan yang berkelanjutan. Adapun penyusunan rencana program RZWP-3K ini ternyata sudah ada sejak tahun 2011. Perencana program adalah pihak dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali, PT. Kencana Adhi Karma dan Pemerintah Kabupaten Pacitan yang menjadi program kerja Bappeda Kabupaten Pacitan tahun 2011. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Provinsi Jawa Timur Luas Wilayah Daerah Tingkat I Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang terdiri atas: a. Batas Administrasi Propinsi Dati I Jawa Timur terletak pada 110°54’ BT - 115°57’ BT dan 5° 371’ LS - 8° 48’LS. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur adalah: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Laut Bali dan Selat Bali Sebelah Barat : Propinsi Jawa Tengah Sebelah selatan : Samudra Hindia b. Pembagian kawasan Luas Daerah Provinsi Jawa Timur adalah 47.042,17 km2 yang terdiri atas: Persawahan : 12.483,66 km2 Pertanian Tanah Kering : 11.619,32 km2 Kebun Campur : 613,36 km2 Perkebunan : 1.518,39 km2 Hutan : 12.251,24 km2 Padang Rumput/Tanah kosong : 236,82 km2 Rawa/Danau/Waduk : 88,75 km2 Tambak/Kolam : 705,82 km2 Tanah Tandus/Rusak/Alang-alang : 1.323,53 km2 Lain-lain : 798,14 km2 Luas Lautan : 110.000,00 km2 Jumlah Pulau dan Pulau kecil : 74 Pulau 11 12 c. Karakteristik fisik Berdasarkan karakteristik fisik secara umum, Provinsi Jawa Timur terbagi atas 4 (empat) karakteristik wilayah, yaitu: - Wilayah I mencakup dataran tinggi bagian tengah, berupa wilayah subur dan berkembang. - Wilayah II mencakup dataran rendah bagian utara, berupa wilayah dengan kesuburan sedang dan tingkat perkembangan sedang. - Wilayah III mencakup wilayah Pegunungan kapur selatan, berupa wilayah tandus, tidak subur dan belum begitu berkembang. - Wilayah IV merupakan wilayah kepulauan, berupa wilayah yang kemudahan hubungannya kurang dan belum berkembang. d. Topografi Berdasarkan karakteristik tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl), Jawa Timur terbagi atas 3 kelompok wilayah yaitu: a. 0 - 500 m dpl, meliputi 83 % dari luas wilayah darat Jawa Timur dan morfologinya relatif datar. b. 500 - 1. 000 m dpl, meliputi sekitar 11% dari luas wilayah darat Jawa Timur dengan morfologi berbukit dan bergunung – gunung. c. 1.000 m dpl, meliputi sekitar 6 % dari luas wilayah darat Jawa Timur dengan morpologi terjal. e. Iklim Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson sebagian wilayah besar wilayah (52%) Jawa Timur mempunyai iklim tipe D. Keadaan maksimum suhu maksimum rata - rata mencapai 33°C sedangkan suhu minimum rata - rata mencapai 22°C. Keadaan curah hujan per tahun di Jawa Timur mempunyai karakteristik sebagai berikut : a . < 1.750 mmmencapai 35,54% b. 1.750 - 2.000 mm mencapai 44,00% c. > 2.000 mmmencapai 20,46% 13 Dan pada ketinggian di atas + 500 m mempunyai fungsi hidrologis yang penting dan memerlukan usaha pengawetan tanah dan air. f. Pariwisata Kepariwisataan di Jawa Timur pada hakekatnya adalah merupakan jasa pemanfaatan sumber alam dan lingkungan hidup yang memiliki kekhususan seperti : budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam dan sebagainya. Potensi obyek wisata yang ada di Jawa Timur meliputi: - Wisata Pantai - Wisata pegunungan / hutan / rekreasi - Wisata goa - Wisata telaga, danau, bendungan - Wisata budaya museum, candi, makam, benteng, kesenian tradisional, dan sebagainya. Potensi perkembangan kepariwisataan di Jawa Timur dapat digali dan ditingkatkan karena pemanfaatan saat ini maksimal. Hal ini terbukti dari masih kurangnya prasarana penunjang berupa jalan dan fasilitas lainnya serta kegiatan paket lainnya. 2. Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 110o 55’ – 111o 25’ BT dan 7o 55’ – 8o 17’ LS. Luas Kabupaten Pacitan adalah 1.389,87 Km2 dengan luas tanah sawah sebesar 130,15 Km2 atau sekitar 9,36% dan luas tanah kering adalah 1.259,72 Km2 atau sekitar 90,64%. Sebagian besar dari tanah sawah adalah sawah tadah hujan yang sebesar 51,53%, dan sebagian besar dari tanah kering adalah untuk tanaman kayu-kayuan yang sebesar 35,89%. Menurut gambar 3, luas Kabupaten Pacitan dapat dilihat berdasarkan grafik di bawah ini. 14 Gambar 3. Luas Kabupaten Pacitan menurut Kecamatan a. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan gambar di bawah ini, dapat dilihat bahwa batas Kabupaten Pacitan: Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur) Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Barat : KabupatenWonogiri Status dan letak geografis wilayah administrasi Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada tabel 1 tahun 2013. Pada tabel 2 dapat dilihat pembagian wilayah Pacitan pada tahun 2013. Sementara itu, pada tabel 3 dapat dilihat jumlah desa, luas kecamatan, jumlah penduduk, rata-rata penduduk per desa dan kepadatan penduduk per km2 tahun 2013. 15 Tabel 1. Status dan Letak Geografis Menurut Kecamatan Kabupaten Pacitan Status Daerah Areas Kecamatan Districts Jumlah Desa/ Kel Villages Kota Urban Pedes aan Rural 01. Donorojo 02. Punung 03. Pringkuku 04. Pacitan 05. Kebonagung 06. Arjosari 07. Nawangan 08. Bandar 09. Tegalombo 10. Tulakan 11. Ngadirojo 12. Sudimoro 12 13 13 25 19 17 9 8 11 16 18 10 1 15 1 2 - 12 12 13 10 18 17 9 8 11 16 16 10 Jumlah/Total 171 19 152 Letak Location Bukan Pantai Pantai Beach Non Beach 4 8 13 5 8 3 22 7 12 17 9 8 11 1 15 2 16 4 6 26 145 Jumlah Penduduk Population 40.361 36.113 31.695 71.628 45.529 40.237 52.318 44.846 53.527 87.046 49.288 34.007 586.595 Sumber: Kabupaten Pacitan Dalam Angka 2013 Tabel 2. Pembagian Wilayah Kabupaten Pacitan Menurut Kecamatan 2013 Kecamatan 010. Donorojo 020. Punung 030. Pringkuku 040. Pacitan 050. Kebonagung 060. Arjosari 070. Nawangan 080. Bandar 090. Tegalombo 100. Tulakan 110. Ngadirojo 120. Sudimoro Jumlah/ Total Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 Desa Kelurahan RW RT 12 13 13 20 19 17 9 8 11 16 18 10 5 - 110 168 124 125 175 140 128 137 146 203 148 141 356 364 301 451 413 405 431 403 506 541 435 366 166 5 1.745 4.972 166 166 166 166 166 5 5 5 5 5 1.745 1.587 1.613 1.613 1.613 4.972 5.082 5.166 5.166 5.166 Sumber : Kantor Kecamatan Se-Kabupaten Pacitan 16 Tabel 3. Jumlah Desa, Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk, Rata-rata Penduduk Per Desa dan Kepadatan Penduduk Per km2 Jumlah Desa Luas Kecamatan Jumlah Penduduk 010. Donorojo 020. Punung 030. Pringkuku 040. Pacitan 050. Kebonagung 060. Arjosari 070. Nawangan 080. Bandar 090. Tegalombo 100. Tulakan 110. Ngadirojo 120. Sudimoro 12 13 13 25 19 17 9 8 11 16 18 10 109,09 108,81 132,93 77,11 124,85 117,34 124,06 117,34 149,26 161,62 95,91 71,86 40.776 37.538 31.945 76.512 45.481 41.338 52.578 46.129 55.842 87.032 49.213 35.555 Rata-rata Penduduk per Desa 3.398 2.888 2.457 3.060 2.394 2.432 5.842 5.766 5.077 5.440 2.734 3.556 Jumlah 171 1.389,87 599.939 3.508 432 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 171 171 171 171 171 1.389,87 1.389,87 1.389,87 1.389,87 1.389,87 586.276 575.608 558.644 557.029 555.262 3.429 3.366 3.267 3.257 3.247 422 415 402 401 400 Kecamatan Kepadatan Penduduk 374 345 240 992 364 353 424 393 374 539 513 495 Sumber Data : Kantor Kecamatan Se-Kabupaten Pacitan (Hasil Registrasi Penduduk) b. Curah Hujan Selama tahun 2013, musim penghujan di Kabupaten Pacitan terjadi pada bulan Januari - Juli dan bulan Nopember - Desember. Diantara bulan tersebut, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari hujan disusul dengan bulan Desember sebanyak 20 hari hujan. Musim kemarau di Kabupaten Pacitan terjadi pada bulan Agustus Oktober. Bulan Desember mempunyai rata-rata curah hujan yang terbesar yaitu 24,26 mm3, sedangkan bulan dengan rata-rata curah hujan terkecil yaitu bulan September sebesar 2,19 mm3 karena sepanjang bulan ini hanya terjadi hujan dua hari saja. Air hujan ini mengalir melalui 3 sungai besar yang terdapat di Kabupaten Pacitan yaitu Sungai Grindulu - Gunungsari, Sungai Lorok - Wonodadi dan Sungai Kedungpring - Nawangan. Banyaknya curah hujan per bulan menurut kecamatan (mm3) tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 4 sedangkan curah hujan, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan 17 dan rata-rata hujan per bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 4. Banyaknya Curah Hujan Per Bulan Menurut Kecamatan (mm3) Tahun 2013 Bulan (Month) Apr Mei Jun Jul Okt Nop Des 551 548 639 636 571 557 471 590 638 492 417 602 291 72 142 179 270 366 290 307 250 166 102 203 224 178 243 169 211 219 378 275 211 374 222 116 250 162 113 195 140 195 386 295 249 339 229 201 103 224 103 90 157 159 213 239 311 156 89 116 432 380 613 464 519 305 294 57 222 365 442 476 68 145 249 234 339 84 96 66 99 184 131 307 0 0 0 0 19 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 3 10 3 0 0 0 8 4 13 8 15 24 31 51 31 132 17 47 25 5 108 399 180 225 227 387 243 308 211 294 268 16 353 573 490 523 587 568 504 419 213 557 538 22 562 6.712 2.638 2.820 2.754 1.960 4.569 2.002 24 46 494 3.111 5.556 Sep Agt Mar TOTAL Feb 01. Donorojo 02. Punung 03. Pringkuku 04. Pacitan 05. Kebonagung 06. Arjosari 07. Nawangan 08. Bandar 09. Tegalombo 10. Tulakan 11. Ngadirojo 12. Sudimoro Jan Kecamatan District Sumber Data : Dinas Bina Marga dan Pengairan Tabel 5. Curah Hujan, Hari Hujan, Rata-rata Hujan per Bulan dan Rata-rata Hujan Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013 Hujan Hujan Hujan Hujan RataBulan Bulanan Harian Max Harian rata Bulan (mm) (mm) (Hari) (mm) Januari 147 55 27 15,44 Februari 102 23 12 8,50 Maret 222 46 18 12,30 April 229 86 13 17,62 Mei 89 37 9 9,89 Juni 442 98 16 27,63 Juli 131 46 13 10,08 Agustus - - - - September 12 7 4 3,00 Oktober 53 25 5 10,60 November 258 93 16 16,13 Desember 474 83 22 21,55 Sumber Data : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo 18 Data selanjutnya tentang keterangan banyaknya curah hujan bulanan, harian maksimum, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan tahun 2013 juga dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini: Tabel 6. Banyaknya Hujan Bulanan, Hujan Harian Maximum, Hari Hujan dan Rata-rata Hujan Per Bulan Kabupaten Pacitan Tahun 2013 Bulan Mounth 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. Januari/January Februari/February Maret/March April/April Mei/May Juni/June Juli/July Agustus/August September/September Oktober/October Nopember/November Desember/December Hujan Bulanan (mm) Rainy Mounth (mm) Hujan Harian Max (mm) Rainy Max (mm) Hari Hujan (hari) Rainy Days (Days) Hujan Ratarata/bln (mm) Mounthly Avg. (mm) 559,33 219,83 235,00 229,50 163,33 380,75 166,83 2,00 3,83 41,18 259,25 463,00 164,00 87,00 97,00 95,00 84,00 169,00 156,00 10,00 8,00 88,60 93,00 152,00 27,00 18,00 18,00 15,00 12,00 18,00 11,00 1,00 2,00 4,00 17,00 20,00 20,72 12,21 13,56 15,56 14,10 21,76 15,89 4,00 2,19 12,36 15,40 24,26 Sumber Data : Dinas Bina Marga dan Pengairan B. Kondisi Sosial Menurut gambar 4, dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar 8,19% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,25%. Sektor pertanian tersebut juga lebih didominasi oleh sub sektor tanaman bahan makanan yaitu dengan rata-rata persentase tahun 2008-2012 sebesar 60,98%, padahal Kabupaten Pacitan selain memiliki lahan pertanian yang luas juga masih memiliki potensi-potensi lain yang dapat dikembangkan di masing-masing kecamatan. 19 Gambar 4. Tiga Sektor Dominan Penyerap Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan Perpindahan penduduk menurut jenis kelamin 2013 dapat dilihat pada tabel 7, sedangkan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 7. Perpindahan Penduduk Menurut Jenis Kelamin 2013 Datang Lakilaki Perempuan Sidomulyo 15 Hadiwarno Pergi Jumlah Lakilaki Perempuan Jumlah 9 24 21 15 36 18 7 25 21 14 35 Tanjungpuro 11 16 27 8 13 21 Hadiluwih 12 9 21 14 11 25 Pagerejo 22 23 45 34 37 71 Wiyoro 17 19 36 17 10 27 Ngadirojo 10 7 17 10 9 19 Bogoharjo 12 13 25 17 15 32 Cokrokembang 13 8 21 19 17 36 Bodag 4 8 12 9 8 17 Tanjunglor 6 4 10 4 11 15 Nogosari 13 12 25 10 8 18 Cangkring 3 7 10 4 4 8 Wonodadikulon 10 5 15 17 14 31 Wonodadiwetan 7 12 19 13 14 27 Wonokarto 13 7 20 19 16 35 Wonosobo 10 9 19 9 10 19 Wonoasri 17 16 33 17 12 29 JUMLAH 213 191 404 263 238 501 Tahun 2012 254 288 542 307 324 631 Tahun 2011 224 342 566 264 381 645 Tahun 2010 197 232 429 198 233 431 Desa Sumber Data : Kantor Kecamatan Ngadirojo 20 Lainnya 1.159 137 41 76 115 17 1 6 - Hadiwarno 862 39 32 47 63 99 - 2 - Tanjungpuro 405 - 36 36 35 52 2 5 - Hadiluwih 556 - 45 41 110 96 2 1 - Pagerejo 1.159 - 46 199 45 71 - 2 - Wiyoro 772 - 64 104 62 63 - 1 - Ngadirojo 569 - 67 45 47 108 2 1 - Bogoharjo 526 - 41 39 45 53 1 - - Cokrokembang 985 - 73 56 54 128 - 1 - Bodag 558 - 40 46 75 15 1 1 - Tanjunglor 520 - 55 63 44 16 - - - Nogosari 450 - 124 38 76 16 - - - Cangkring 330 - 28 55 25 37 - - - Wonodadikulon 1.064 - 72 39 37 18 - - - Wonodadiwetan 448 - 45 42 56 12 - - - Wonokarto 1.002 - 149 94 210 62 - - - Wonosobo 574 - 120 75 67 14 - - - Wonoasri 916 - 78 61 48 15 - - - JUMLAH 12.855 176 1.156 1.156 1.214 892 9 20 - TNI Polri Sidomulyo PNS Nelayan Tukang Batu/Tukang Kayu Desa Petani Pedagang Industri/ Pengrajin Tabel 8 . Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Ngadirojo 2013 Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo C. Kondisi Lokasi Penelitan Tempat penelitian terdapat di Pantai Soge Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Luas Pantai Soge ini adalah 156.426,551 m2 atau 15,643 hektar. Kondisi fisik serta topografi Kabupaten Pacitan yang terdiri dari daerah pegunungan dan perbukitan, serta wilayah pantai atau laut, menyimpan banyak potensi di beberapa sektor ekonomi. Wilayah Kabupaten Pacitan ini 21 mempunyai potensi untuk dikembangkan, seperti di sektor pertanian, kelautan dan perikanan, pertambangan dan kehutanan. Luas Kabupaten Pacitan adalah 1.389,87 km2 dengan luas tanah sawah sebesar 130,15 km2 atau sekitar 9,36% dan luas tanah kering adalah 1.259,72 km2 atau sekitar 90,64%. Sebagian besar dari tanah sawah adalah sawah tadah hujan yang sebesar 51,53%, dan sebagian besar dari tanah kering adalah untuk tanaman kayu-kayuan yang sebesar 35,89% . Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 9 . Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-laki Jumlah Penduduk (Jiwa) Perempuan Jumlah 0–4 1.741 1.493 3.233 5–9 1.599 1.776 3.375 10 – 14 1.984 1.918 3.901 15 – 19 1.785 1.623 3.408 20 – 24 1.382 1.293 2.675 25 – 29 1.620 1.591 3.211 30 – 34 1.413 1.398 2.811 35 – 39 1.885 2.007 3.892 40 – 44 2.042 2.211 4.253 45 – 49 1.963 1.909 3.871 50 – 54 1.810 1.626 3.436 55 – 59 1.399 1.427 2.826 60 – 64 1.017 1.244 2.261 65 – 69 945 1.184 2.130 70 – 74 731 1.105 1.837 75+ 816 1.276 2.092 JUMLAH 24.131 25.082 49.213 Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo 22 Tabel 10 . Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Desa Laki-laki Penduduk (Jiwa) Perempuan Jumlah Sex Ratio (%) Sidomulyo 2.262 2.341 4.603 96,63 Hadiwarno 1.927 1.995 3.922 96,59 Tanjungpuro 1.146 1.207 2.353 94,95 Hadiluwih 925 947 1.872 97,68 Pagerejo 2.330 2.428 4.758 95,96 Wiyoro 1.164 1.288 2.452 90,37 Ngadirojo 1.003 996 1.999 100,70 Bogoharjo 950 954 1.904 99,58 Cokrokembang 1.696 1.686 3.382 100,59 Bodag 1.152 1.405 2.557 81,99 Tanjunglor 1.082 1.114 2.196 97,13 Nogosari 930 959 1.889 96,98 Cangkring 531 520 1.051 102,12 Wonodadikulon 2.092 2.135 4.227 97,99 Wonodadiwetan 857 893 1.750 95,97 Wonokarto 1.602 1.701 3.303 94,18 Wonosobo 982 982 1.964 100,00 Wonoasri 1.500 1.458 2.958 102,88 JUMLAH 24.131 25.009 49.140 96.49 Tahun 2012 24.149 25.139 49.288 96.06 Tahun 2011 24.141 25.165 49.306 95.93 Tahun 2010 24.105 25.160 49.265 95.81 Selain itu, pola pertaniannya merupakan pertanian lahan kering yang biasa ditanam tanaman pangan. Sebagian besar wilayahnya yang tanahnya berupa pegunungan kapur tersebut, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul kurang cocok untuk pertanian. Oleh karena itu, untuk komoditi beras, sayursayuran dan buah-buahan, Kabupaten Pacitan masih mengimpor dari luar daerah. Ketinggian desa dari permukaan laut dan jarak kantor desa ke kantor Kecamatan Ngadirojo tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini. 23 Tabel 11. Ketinggian Desa dari Permukaan Laut dan Jarak Kantor Desa ke Kantor Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013 Desa Ketinggian Desa dari Jarak dari Kantor Desa ke Permukaan Laut (m) Kantor Kecamatan (km) Sidomulyo 0 – 500 10,00 Hadiwarno 0 – 500 5,00 Tanjungpuro 0 – 500 2,00 Hadiluwih 0 – 500 4,00 Pagerejo 500 - 700 3,00 Wiyoro 0 – 500 2,00 Ngadirojo 0 – 500 0,50 Bogoharjo 500 - 700 2,00 Cokrokembang 0 – 500 0,25 Bodag 500 - 700 3,00 Tanjunglor 500 - 700 5,00 Nogosari 500 – 700 5,00 Cangkring 0 – 500 2,00 Wonodadikulon 500 – 700 4,00 Wonodadiwetan 500 – 700 3,00 Wonokarto 500 – 700 12,00 Wonosobo 500 – 700 14,00 Wonoasri 500 – 700 17,00 Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan, yang akan dimulai pada Bulan Juni 2015, kemudian dilanjutkan pada Bulan Desember 2015 - Maret 2016. Lokasi penelitian adalah di Pantai Soge yang terletak di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu lokasi wisata di Kota Pacitan. B. Metode Penelitian dan Analisa Data 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yang teknis pelaksanaannya dilakukan dengan observasi, kuesioner, wawancara dan pengumpulan data sekunder. Menurut Nizar (2014), metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam metode survei juga dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu dan unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel. 2. Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive yaitu pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampel dilakukan atas dasar fakta yang ada di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, lokasi ditentukan berdasarkan fenomena yang terjadi di daerah tersebut, yaitu perpindahan muara sungai serta kondisi kawasan sekarang yang diambil, yaitu fokus di bagian timur kawasan pantai. Bagian tersebut akan ditentukan sebagai wilayah Pantai Soge yang akan dilakukan penataan dan perencanaan berdasarkan 24 25 letak lokasi wilayah pengembangan, kultur sosial masyarakat, serta potensi wilayah kawasan Pantai Soge itu sendiri. 3. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2008). Penggunaan metode sensus dilakukan agar hasil penelitian lebih representatif, sehingga penelitian lebih objektif. Roscoe, dalam Sugiono (2009), memberikan saran tentang ukuran sampel untuk penelitian diantaranya adalah : a. Ukuran sampel penelitian yang layak adalah antara 30 sampai dengan 500 b. Bila sampel dibagi dalam beberapa kategori maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. Penentuan sampel dapat ditentukan dengan cara sampling dan purposive. Jumlah sampel yang diambil kurang dari jumlah penduduk, oleh karena itu, sampel ditentukan dengan cara purposive. Adapun jumlah penduduk khususnya di Dusun Soge adalah 400 penduduk yang terdiri dari 5 RT. Ukuran standar responden adalah 10% - 20%. Menurut Sumanto (1995), jumlah responden diambil 10% dari total populasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, responden akan diambil sebesar 10% dari jumlah keseluruhan penduduk, yaitu 40 responden untuk dijadikan obyek wawancara. Selain penduduk, wawancara responden juga dilakukan terhadap pemangku kebijakan untuk memperoleh sampling yang jumlahnya dapat ditentukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan kebutuhan dan perannya terhadap lokasi penelitian. Pemangku kebijakan tersebut terdiri dari pihak-pihak yang peranannya terkait dalam kegiatan di kawasan Pantai Soge, antara lain Kepala Desa Sidomulyo, Kepala Dusun Soge, Kodim (Komando Distrik Militer) Kabupaten Pacitan, Kodam (Komando Daerah Militer) Surabaya 5 Brawijaya, Babinsa (Bintara Pembina Desa), Dinas Kehutanan Kabupaten Pacitan dan beberapa sukarelawan. Kodim Kabupaten Pacitan bersama Dinas Kehutanan Kabupaten Pacitan mendapat mandat dari Kodam Surabaya 5 Brawijaya yang bekerja sama 26 dengan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur untuk melakukan program penghijauan tahunan salah satunya di kawasan Pantai Soge. Selain itu, penduduk dan para sukarelawan juga ikut serta dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Kegiatannya adalah menjadikan Pantai Soge sebagai lokasi yang dihijaukan dengan menanam beberapa jenis tanaman konservasi di pesisir pantai. Jadi, jumlah responden yang akan diambil adalah 40 orang dari penduduk dan 10 orang dari pihak lembaga yang terkait. Sehingga, jumlah responden yang akan diambil adalah 50 orang. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara menggunakan kuesioner berisi seperangkat pertanyaan lisan kepada responden untuk kemudian menjawabnya secara langsung dengan harapan dapat mewakili sifat populasi secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner digunakan untuk melengkapi atau mengetahui pengalaman masyarakat tentang segala fenomena yang terjadi di lokasi penelitian melalui wawancara langsung yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pendukung perencanaan dan penataan zonasi green belt Pantai Soge Pacitan. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberi yang diajukan kepada responden merupakan kuesioner terbuka. Menurut Arikunto (2010), kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. 4. Analisis Data Analisis data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif dan spasial. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data dan informasi yang diperoleh selama penelitian. Menurut Nawawi (1995), metode deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan usaha mengemukakan hubungan satu dan dengan yang lain di dalam aspek yang diteliti. Menurut Eddy Prahasta (2014), analisis spasial adalah teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika matematis dalam rangka menemukan hubungan atau pola yang terdapat di antara unsur-unsur spasial. 27 Analisis spasial dilakukan untuk menetapkan zonasi green belt lokasi yang diteliti berdasarkan potensi wilayah yang ada. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun sekunder yang berhubungan dengan kondisi fisik, kimia dan biologi di kawasan pesisir Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Data tersebut terdiri dari peta orientasi, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim. C. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), hasil penyebaran kuesioner dan hasil wawancara dengan informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang relevan, dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi yang terkait dengan penelitian. Data primer dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diperoleh dari database Bappeda Kabupaten Pacitan, Kecamatan Ngadirojo dan Kepala Desa Sidomulyo. Data tersebut antara lain data jumlah penduduk, jumlah pengunjung Pantai Soge, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim dan data pendukung lainnya. Data kondisi geografis, keadaan alam, keadaan lahan dan iklim diperoleh dari pengamatan secara langsung dengan survei lapangan yang dilakukan oleh peneliti. Berikut ini adalah jenis-jenis data penelitian yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian. 28 Tabel 12. Jenis Data Penelitian No. Jenis Data Parameter 1. Peta wilayah Kab. Pacitan 2. Letak Geografis a. Batas Wilayah b. Luas wilayah c. Ketinggian tempat 3. Geologi, Tanah a. Struktur geologi dan Topografi b. Drainase c. Topografi 4. Iklim a. Suhu b. Kelembaban c. Curah hujan 5. Kondisi Sosial a. Jumlah penduduk dan ekonomi b. Mata pencaharian c. Kepadatan penduduk d. Potensi pertanian e. Pendidikan 6. Aksesibilitas 7. Persepsi Masyarakat Kondisi wilayah dan fenomena yang sering terjadi di lokasi penelitian Bentuk Data Sekunder Sumber data BAPPEDA Sekunder BAPPEDA Sekunder BAPPEDA Sekunder BAPPEDA Primer dan Sekunder BAPPEDA dan wawancara perangkat desa Primer dan sekunder Wawancara dan aplikasi Google Earth Wawancara Wawancara langsung dan survei lapangan D. Luaran Penelitian Penelitian ini akan menghasilkan sebuah konsep rancangan perencanaan kawasan Pantai Soge yang tertuang di dalam poster berukuran 60x90 cm dan naskah skripsi. 29 E. Jadual Penelitian Aktivitas I Juni 2015 Januari 2015 Februari 2015 Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- II III IV I II III IV I II III Survei lokasi Pengamatan geografis lokasi Pengamatan iklim lokasi Pengumpulan data dari instansi terkait Perancangan desain zonasi Analisis data dan pembahasan Penulisan hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta and A.R.Al-Harbi. 2004. Clay Deposits for Water Management of Sandy Soils. Arid Land Research and Management 1:171-183. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85 : 667-679. Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai. http://www.slideshare.net/perencanakota/pedoman-perencanaan-tata-ruangkawasan-reklamasi-pantai. Diakses tanggal 18 Juni 2015. Granek E dan B I Ruttenberg. 2008. Changes in Biotic and Abiotic Processes Following Mangrove Clearing. Journal Estuarine Coastal and Shelf Science 80: 555–562. Irwani. 2011. Studi Penanganan Abrasi di Pantura Jawa Tengah. www.scribd.com/1-studi-penanganan-abrasi-di-pantura-jawa-tengah. Diakses tanggal 18 Mei 2015. Kairo J G, F D Guebas, J Bosire dan N Koedam. 2001. Restoration and Management of Mangrove Systems — a Lesson For and From The East African Region. South African Journal of Botany 67: 383–389. IV 30 Mifta, D.R. 2014. Strategi Pengembangan Daerah Pesisir Pantai sebagai Objek Pariwisata di Kabupaten Pacitan. Jurnal Vol. Maret (1). Universitas Negeri Yogyakarta. Nawawi,H.1995. Metode Penelitian BidangSosial. Gadjah Mada Univ. Press. Nizar. 2014. Jenis-jenis Teknik Sampling http://tu.laporanpenelitian.com/2014/11/21.html diakses tanggal 13 Juli 2015. Oliver, Y.M. and K.R.J.Smethem. 2002. Predicting Water Balance in a Sandy Soil : Model Sensitivity to the Variability of Measured Saturated and Near Saturated Hydraulic Properties. Australian of Soil Research 43 (1) : 87-96. Pemerintah Kabupaten Pacitan. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K)Kabupaten Pacitan. Bappeda Kabupaten Pacitan. Prahasta Eddy. 2014. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika Bandung. Bandung. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2014. Menuju Indonesia sebagai Negara Poros Maritim. http://setkab.go.id/menuju-indonesia-sebagai-negara-porosmaritim/. Diakses tanggal 18 Juni 2015. Sudibyo, A. 2011. Zonasi Konservasi Mangrove di Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Pati. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [skripsi]. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititaf dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan Statistika Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi. Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5 (1) : 30-38. Yayasan Terumbu Karang Indonesia. 2007. Terumbu Karang Indonesia. www.terangi.or.id/id/index.php?opt ion=com_content&task=view&id=6 8 & Itemid=41 - 28k –. Diakses tanggal 6 April 2015. 1. Menurut anda, apakah abrasi itu? a. b. Pengikisan daratan oleh terjangan ombak laut 2. Menurut anda ,bagaimanakah kondisi kawasan Pantai Soge sekarang? a. Sudah tertata baik b. Cukup tertata baik c. Belum tertata baik d. Biasa saja 3. Fenomena/peristiwa apakah yang sering terjadi di kawasan Pantai Soge? a. Longsor b. Abrasi c. Pergerakan muara d. Tsunami 4. Menurut anda, bagaimana upaya menangani fenomena/peristiwa tersebut? a. Pembuatan tanggul bagor/karung pasir b. Pembuatan bronjong kawat dan batu c. Penanaman tanaman (kelapa, mangrove, cemara udang, pandanus) d. Pasrah, dibiarkan saja 5. Apakah yang paling dirugikan ketika terjadi pasang di Pantai Soge? a. Tanaman di sepanjang pantai b. Danau/laguna c. Daratan utara danau/laguna d. Sawah penduduk 6. Hal apakah yang paling sulit untuk ditata ketika pasang terjadi? a. Tanaman di sepanjang pantai b. Danau/laguna c. Daratan utara danau/laguna d. Sawah penduduk 7. Apakah perlu adanya penataan kawasan / zonasi di Pantai Soge? a. Sangat perlu b. Cukup perlu c. Perlu d. Tidak perlu 8. Apakah sudah ada kegiatan penanaman di kawasan Pantai Soge? a. Sudah ada b. Belum ada 9. Tanaman apa yang selama ini ditanam di kawasan Pantai Soge? a. Mangrove b. Kelapa c. Cemara udang d. Pandanus e. Lain-lain............ 10. Menurut anda, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di sekitar kawasan pantai? a. Mangrove b. Kelapa c. Cemara udang d. Pandanus e. Lain-lain............ 11. Bagaimana peran perangkat desa terhadap fenomena/peristiwa yang terjadi di kawasan Pantai Soge? a. Sangat mengantisipasi terjadinya fenomena tahap serius / mengupayakan secara total b. Mengantisipasi semampunya / bila dana swadaya cukup c. Menggantungkan kepada bantuan pemerintah d. Acuh tak acuh 12. Menurut anda, bagaimana partisipasi masyarakat setempat terhadap perawatan kawasan Pantai Soge selama ini? a. Sangat antusias terhadap perawatan kawasan tanpa disuruh/tanpa dikoordinir b. Antusias apabila dikoordinir c. Antusias jika sudah terjadi kerusakan d. Tidak antusias sama sekali 13. Menurut anda, wahana apa yang cocok dikembangkan di kawasan Pantai Soge? a. Wahana permainan air (bebek-bebekan, perahu, renang) b. Selancar (surfing) c. Pemancingan d. Taman kecil/kebun budidaya sayuran lahan pasir/bumi perkemahan e. Lain-lain......... 14. Menurut anda, fasilitas apakah yang perlu dibangun dan dikembangkan di kawasan Pantai Soge? a. Sarana penginapan b. Fasilitas perdagangan (kios-kios kerjainan setempat/rumah makan) c. Fasilitas ibadah d. Fasilitas wisata kebun budidaya tanaman di lahan pasir e. Lain-lain........ 15. Apakah sudah ada campur tangan pemerintah terhadap penataan zonasi di kawasan Pantai Soge? a. Sudah ada b. Belum ada 16. Menurut anda, mana yang lebih anda pilih antara pengelolaan yang dilakukan swadaya (masyarakat setempat) dengan pengelolaa oleh Pemerintah Daerah? Sebutkan pula alasannya! a. Masyarakat setempat, karena.......... b. Pemerintah Daerah, karena............ 17. Apakah anda berkenan berpartisipasi jika perencanaan dan penataan kawasan Pantai Soge dikabulkan atau ada bantuan dana, akan tetapi Kawasan Pantai Soge harus dikelola pemerintah? a. Sangat berkenan b. Cukup berkenan c. Berkenan d. Tidak berkenan 18. Apa harapan anda apabila dilakukan perencanaan dan penataan kawasan Pantai Soge? a. Sangat berupaya mengupayakan letak muara agar tetap berada di ujung timur, sehingga fokus pengembangan tetap di tengah hingga ke pantai bagian barat b. Berupaya sekali saja untuk mengembangkannya dan berhenti setelah muara pindah lagi c. Tidak memiliki pandangan apapun terhadap perpindahan muara karena pasrah terhadap peristiwa alam