Naskah Usulan Penelitian Galuh 2016

advertisement
PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT
DALAM MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE
PACITAN
USULAN PENELITIAN
Diajukan oleh :
Galuh Wahyuningtyas
20120210109
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
Usulan Penelitian
PERENCANAAN DAN PENATAAN ZONASI GREEN BELT DALAM
MEREDUKSI TINGKAT ABRASI PANTAI SOGE PACITAN
Yang diajukan oleh
Galuh Wahyuningtyas
20120210109
Program Studi Agroteknologi
telah disetujui/disahkan oleh:
Pembimbing Utama:
Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P.
NIP. 196011201989031001
Tanggal .................................
Pembimbing Pendamping
Lis Noer Aini, S.P., M.Si
NIK. 19730724 200004 133051
Tanggal ................................
Mengetahui:
Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P. M.P.
NIK. 19721012200004133050
ii
Tanggal ...................................
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, secara keseluruhan
memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yakni sepanjang
±81.000 km (Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2014). Garis pantai
merupakan batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air
laut pasang tertinggi. Garis pantai ini merupakan 14% dari garis pantai yang ada
di seluruh dunia. Luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2 atau mendekati 70%
dari luas keseluruhan Indonesia (Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2007).
Salah satu daerah yang memiliki luasan pantai tersebut adalah Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur.
Pariwisata merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai macam objek
wisata dengan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha dan pemerintah daerah. Pembangunan kawasan di Kabupaten Pacitan,
salah satunya diarahkan kepada pembangunan produk pariwisata yang dapat
menjadi andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini
wajar terjadi karena Kabupaten Pacitan memiliki banyak tapak alam yang patut
untuk dijadikan obyek wisata guna menarik wisatawan lokal maupun
mancanegara.
Produk obyek wisata dari Kabupaten Pacitan ini bukan hanya berupa goa
dan sumber air panas, namun juga berupa pantai. Beberapa obyek wisata yang ada
di Kabupaten Pacitan antara lain : Pantai Teleng Ria, Pantai Srau, Pantai Klayar,
Goa Gong, Goa Tabuhan, Pemandian Air Hangat dan juga Pantai Soge. Pantai
Soge adalah salah satu obyek wisata dari puluhan titik obyek wisata pantai yang
terdapat di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Pacitan tersebut. Pantai ini
merupakan pantai yang sudah lama ada namun diperbarui sejak dibangunnya jalan
nasional, yaitu Jalur Lintas Selatan (JLS).
Pantai Soge terletak di Dusun Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu potensi wisata pantai di
1
2
Pacitan yang berlokasi ±50 km dari Kota Pacitan. Tapak Pantai Soge terbentang di
kawasan Samudera Hindia, sehingga memiliki daya tarik besar terhadap
wisatawan lokal dari berbagai daerah yang ingin mengetahui kenampakan Pantai
Soge secara langsung dengan jalan raya barunya, yaitu JLS. Wisatawan tidak
kesulitan untuk menemukan lokasi pantai karena pantai berada tepat di sebelah di
kanan JLS (dari arah kota Pacitan) yang membentang sepanjang jalur PacitanKebonagung-Trenggalek.
Perlu diketahui bahwa kawasan pantai sangat berpotensi untuk mengalami
abrasi yang biasa disebut dengan erosi pantai. Menurut Kepala Dusun kawasan
Soge, Widodo, permasalahan utama di kawasan Pantai Soge adalah muara yang
berpindah-pindah. Saat ini, muara di Pantai Soge terletak di bagian timur. Kondisi
ini tidak akan dapat bertahan lama karena muara dapat bergeser ke tengah pantai
bahkan hingga ke bagian barat pantai yang berdekatan langsung dengan
bangunan-bangunan warung milik warga.
Kawasan Pantai Soge sebenarnya masih terbilang aman dan stabil ketika
maksimum gelombang datang. Gelombang air laut setinggi 5-6 meter pun masih
belum dapat membahayakan kawasan tersebut. Widodo menyatakan bahwa rumah
warga yang berada di seberang JLS terletak lebih tinggi daripada pantai, jadi
masih tergolong aman apabila muncul gelombang dalam bilangan tersebut. Beliau
menyampaikan bahwa muara diharapkan tetap berada di bagian timur pantai dan
berdekatan langsung dengan gunungan batu karang besar di bagian timur tersebut
agar pariwisata dapat difokuskan di bagian tengah hingga barat.
Dampak dari sering adanya perubahan letak muara di pantai ini
dikhawatirkan dapat membahayakan bangunan milik penduduk sekitar. Meskipun
bangunan yang berada dalam satu lajur pantai tersebut bukan merupakan
perumahan warga, namun kondisi eksisting ini tetap saja mengkhawatirkan dan
dapat menjadi ancaman bencana. Kondisi kawasan yang dikhawatirkan dapat
menyebabkan dampak kerusakan baru adalah struktur tanah yang mudah berubah.
Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi bangunan jembatan yang
menghubungkan antara badan JLS sebelah barat dengan JLS sebelah timur yang
letaknya berseberangan dengan sungai yang menuju muara.
3
Salah satu langkah untuk mengoptimalkan lahan pantai tersebut adalah
dengan melakukan perencanaan dan penataan zonasi green belt berupa pengadaan
tanaman dan materi penghalang di pantai guna mereduksi tingkat abrasi di pantai
dan menahan muara yang tidak dapat diperkirakan pergerakannya. Adapun
penanaman tanaman laut tidak cukup hanya ditanam begitu saja, namun juga
harus memperhatikan musim sesuai dengan tanaman yang akan ditanam.
Keberadaan tanaman dan materi penghalang di sekitar pesisir pantai rawan abrasi
ini diharapkan dapat memiliki banyak fungsi, yaitu untuk mengendalikan abrasi
(kikisan air laut), erosi angin dan erosi air. Kondisi eksisting saat ini menunjukkan
bahwa sudah banyak tanaman-tanaman yang ditanam di kawasan pantai, akan
tetapi, sering hilang karena hanyut terbawa arus air muara dan deburan ombak.
Menurut Kairo et al,. (2001) diperlukan komitmen terhadap pemanfaatan
berkelanjutan untuk ekosistem pantai. Keberadaan lahan pantai yang luas dengan
kondisi tanah berpasir yang bersifat marjinal dan tandus serta cenderung kritis
membutuhkan pengelolaan lahan yang baik, agar lahan pantai dengan luasan yang
besar tersebut dapat produktif dengan ditumbuhi tanaman. Di sekitar Pantai Soge
juga terdapat lahan kosong yang terbilang datar dan potensial untuk lahan
budidaya pertanian, akan tetapi, sebagian besar lahan kosong tersebut hanya
digunakan oleh warga sebagai lahan parkir para pengunjung yang menurut mereka
lebih menghasilkan.
Mengatasi hal ini, maka perlu adanya resolusi mengenai zonasi kawasan.
Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana maupun kompleks,
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Beberapa faktor lingkungan yang
penting dalam mengontrol zonasi adalah pasang surut dan kemiringan pantai, tipe
tanah, salinitas, cahaya dan aliran sungai yang mampu membawa lumpur.
Berdasarkan pada uraian diatas dibutuhkan identifikasi penyebab abrasi
dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik, kimia dan biologi tanah di Pantai
Soge. Selain itu juga menentukan perencanaan dan penataan zonasi green belt
dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan.
4
B. Perumusan Masalah
Pantai Soge, merupakan kawasan pantai yang sangat berpotensi untuk
mengalami abrasi. Dalam hal ini, perlu dipikirkan beberapa solusi yang dapat
mereduksi terjadinya abrasi pantai, yaitu dengan menata dan merencanakan zonasi
green belt di sepanjang kawasan titik pasang air laut. Dengan demikian,
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana upaya perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam
mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan?
2.
Jenis tanaman apa yang cocok ditanam sebagai upaya dari zonasi green belt
dalam mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan masukan kepada pihak
terkait melalui penataan dan perencanaan zonasi green belt guna mereduksi
terjadinya abrasi di Pantai Soge. Dengan demikian, tujuan penelitian yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi penyebab abrasi dan kondisi wilayah meliputi kondisi fisik,
kimia dan biologi tanah di Pantai Soge.
2.
Menentukan perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi
tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan.
D. Manfaat Masukan kepada Pihak Terkait
Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk memberikan rekomendasi berupa
konsep perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam mereduksi tingkat
abrasi Pantai Soge kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan.
E. Batasan Studi
Studi mengenai perencanaan dan penataan zonasi green belt dalam
mereduksi tingkat abrasi Pantai Soge Pacitan ini hanya difokuskan pada wilayah
pesisir terutama yang berbatasan langsung dengan muara bagian timur Pantai
Soge, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.
5
F. Kerangka Pikir Penelitian
KABUPATEN PACITAN
PANTAI SOGE
Desa Sidomulyo,
Kecamatan Ngadirojo
KONDISI
FISIOGRAFI
KONDISI
EKSISTING
PETA
RAWAN BENCANA
PERENCANAAN DAN
PENATAAN ZONASI
GREEN BELT
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan gambar 1, secara garis besar, kondisi fisiografi Kabupaten
Pacitan berupa daerah pegunungan berkapur yang potensial sebagai lahan kering.
Kabupaten Pacitan memiliki banyak pantai karena terletak pada kawasan Pantai
Selatan. Karakteristik Pantai Selatan memiliki gelombang ombak yang besar yang
otomatis berpotensi terkena abrasi. Kondisi ini dapat mengancam kawasan Pantai
Soge yang hanya memiliki luasan yang tergolong sempit dan memanjang dari
barat ke timur.
Menurut Mifta (2014), diantara pantai – pantai di Kabupaten Pacitan
tersebut, baru 5 pantai saja yang dikelola oleh pemerintah daerah. Salah satu dari
pantai tersebut sudah dikelola oleh tiga pilar good governance, yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Sementara itu, pantai-pantai lain yang memiliki daya tarik
tersendiri belum dikelola dengan baik oleh pemerintah. Pengelolaan yang
dimaksud baik berupa teknologi pencegahan bencana maupun manajemen
pengolahan aset belum sepenuhnya dilakukan terhadap pantai-pantai ini, termasuk
Pantai Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan ini. Tiga
pilar good governance yang ada di Pantai Soge belum seimbang karena antara
pemerintah dengan masyarakat masih belum terdapat keselarasan. Masyarakat
setempat masih sangat gigih dengan pendiriannya untuk mengelola kawasan
6
pariwisata Pantai Soge sendiri. Hal ini dikarenakan adanya ketidakadilan
pembagian aset antara pemerintah dengan masyarakat. Jika terdapat keselarasan
antara pemerintah dengan masyarakat, maka sangat diharapkan untuk dapat
memberikan PAD yang optimal, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa hal tersebut belum dapat
tercapai karena strategi pengembangan di kawasan Pantai Soge yang belum
optimal.
Berdasarkan gambar peta rawan bencana berikut ini, dapat dikaitkan
dengan kondisi fisiografis dan kondisi eksisting Kabupaten Pacitan. Dari gambar
tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten Pacitan termasuk ke dalam daerah rawan
bencana, antara lain, gempa, banjir, longsor, epidemi, badai, kekeringan, tsunami
dan kebakaran hutan. Salah satu bencana yang rawan terjadi di daerah Kabupaten
Pacitan terkait dengan penelitian ini adalah tsunami, karena Pacitan termasuk
daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang lebih berpotensi untuk terjadi
tsunami. Oleh karena itu, dengan adanya konsep perencanaan dan penataan zonasi
green belt yang ini diharapkan mampu menjadi rekomendasi antisipasi dalam
mereduksi tingkat abrasi yang terjadi di pantai-pantai Pacitan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pantai Soge
Pantai Soge berada dalam salah satu tapak pantai yang terbentang di
kawasan Samudera Hindia. Pantai seluas 156.426,551 m2 atau 15,643 hektar ini
memiliki daya tarik besar terhadap wisatawan lokal maupun mancanegara dari
berbagai daerah yang ingin mengetahui kenampakan Pantai Soge secara langsung
melalui bangunan jalan nasional yang masih terbilang baru, yaitu Jalur Lintas
Selatan (JLS). Alur muara Sungai Soge berkelok mengitari pasir pantai yang
membentang di bagian timur pantai hingga jarak radius kurang lebih 150 meter,
sehingga memberi ruang cukup luas bagi wisatawan untuk bermain dan
menikmati keindahan wahana alami pantai.
Wahana danau kecil di wilayah ini terbentuk karena air laut tidak
sepenuhnya tertarik ke tengah laut saat terjadi fenomena air surut dan terpisah
oleh gundukan pasir yang membentang di bagian timur. Danau kecil tersebut
berisi air payau (air laut yang bercampur air tawar dari Sungai Soge). Obyek
wisata Pantai Soge kini sudah dikenal banyak orang karena sudah memiliki akses
kendaraan yang baik pasca dibangunnya Jalur Lintas Selatan. Namun demikian,
kondisi pesisir Pantai Soge masih sangat rawan abrasi karena bangunan JLS
berbatasan langsung dengan deburan ombak Pantai Selatan.
Kawasan pantai berupa lahan pasir pantai yang merupakan lahan marjinal
dan memiliki produktivitas rendah. Produktifitas lahan pasir pantai yang rendah
disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan
menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan
organik sangat dan efisiensi penggunaan air rendah (Al-Omran et al., 2004).
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan
warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas,
sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah. Tekstur tanah
pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air, sehingga berpengaruh
pada sistem perakaran, kedalaman akar (Oliver and Smettem 2002), hara dan pH
(Bulmer and Simpson, 2005). Menurut Syukur (2005), lahan pasir pantai memiliki
7
8
kemampuan menyediakan udara yang berlebihan, sehingga mempercepat
pengeringan dan oksidasi bahan organik.
B. Abrasi
Irwani (2011) menyatakan bahwa abrasi adalah pengikisan daratan di
wilayah pesisir yang disebabkan oleh terjangan ombak laut, sedangkan menurut
Departemen Pekerjaan Umum (2007), abrasi merupakan pengikisan oleh
hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan. Abrasi
bisa terjadi ketika terjadi gelombang dan tiupan angin yang cukup kencang yang
melanda daerah pantai dan semakin parah jika pantai mengalami kerusakan.
Penyebab abrasi pantai dapat juga dari aktivitas secara alami gelombang dan arus
laut yang terjadi akibat perbedaan tekanan ekstrim di permukaan laut akibat
pemanasan global. Abrasi tidak terjadi secara seketika, melainkan terjadi dalam
waktu yang lama akibat terjangan gelombang yang terus-menerus terjadi,
sehingga lambat laun pantai akan menyempit dan semakin mendekati pemukiman
yang ada di sekitar, karena terlampauinya batas maksimum garis pantai.
Dampak dari abrasi antara lain adalah penyusutan lebar pantai sehingga
lahan penduduk menyempit; kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan
pantai karena terkikisnya hutan bakau atau mangrove; kerusakan infrastruktur di
sepanjang pantai, misalnya tiang listrik, dermaga, jembatan, jalan, dan lain-lain.
Daerah pantai yang mengalami abrasi sangat sulit untuk dipulihkan kembali.
Kerusakan pantai akibat abrasi dapat mengganggu mata pencaharian penduduk di
sekitar, terutama yang berpotensi sebagai nelayan maupun petani. Jika pantai yang
mengalami abrasi tersebut tidak segera ditanggulangi, maka akan berakibat pada
kerusakan pantai yang semakin parah. Akibat abrasi tersebut, maka perlu adanya
upaya-upaya pemulihan yang dilakukan untuk pemenuhan berbagai fungsi
ekologis, ekonomi dan sosial budaya yang dapat menjadi penunjang sistem
penyangga kehidupan bagi daerah di sekitarnya dari berbagai sektor pendukung
(Granek dan Ruttenberg, 2008).
9
C. Zonasi Green Belt
Zonasi green belt merupakan salah satu upaya yang difokuskan guna
melindungi sabuk pantai yang biasanya dilakukan dengan menanam tanaman di
sepanjang pantai. Fungsi green belt sendiri dimaksudkan sebagai pelindung pantai
utamanya untuk menjaga bibir pantai dari terjangan gelombang yang
mengakibatkan abrasi. Eksistensi (keberadaan) green belt dapat berfungsi juga
secara biologis untuk kelangsungan hidup biota lain. Jenis yang ditanam juga
harus diperhatikan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi tanah. Tanaman yang
sering digunakan untuk zonasi ini adalah Cemara Udang (Casuarina equisetifolia
L.) dan Pandan Duri (Pandanus tectorius Parkison ex Zucc). Biasanya, selain
dengan melakukan penanaman tanaman tahan air laut, upaya perencanaan
dilakukan dengan cara pemanfaatan lahan sekitar pantai untuk budidaya yang
tentunya disesuaikan dengan wilayah zonasi sesuai dengan kemampuan lahan.
Untuk wilayah pesisir yang tergolong rawan akibat adanya kelebihan deburan
ombak, perlu juga untuk ditambahkan pemasangan pemecah gelombang (water
break), seperti pada gambar 2 di sepanjang titik pasang tertinggi garis pantai.
Gambar 2. Berbagai macam bentuk pemecah gelombang
Menurut Sudibyo (2011), dalam perencanaan zonasi green belt ini perlu
mengetahui beberapa faktor lingkungan, yaitu fisiografi pantai (topografi), pasang
(lama, durasi, rentang), gelombang dan arus, iklim (cahaya, curah hujan, suhu,
angin) dan salinitas. Hal yang paling utama diselidiki adalah perlunya
memperhatikan terlebih dahulu batas pasang surut air laut. Pasang surut adalah
gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi gravitasi antara matahari dan
10
bulan. Titik pasang tertinggi akan menjadi acuan batas perencanaan zonasi agar
sesuai dengan peletakan tanaman yang akan ditanam dan juga pemasangan water
break.
Perencanaan dan penataan wilayah pesisir ini sebenarnya sudah memiliki
dasar hukum dan kebijakan kuat yang mendasari penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K) di Kabupaten Pacitan.
Menurut Undang-Undang, lingkup pengaturan UU No. 27 Tahun 2007 secara
garis besar terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan, pengelolaan, pengawasan
dan pengendalian.Perencanaan dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Terpadu (Integrated Coastal Management)
yang mengintegrasikan berbagai perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah
sehingga terjadi keharmonisan dan saling penguatan dalam pemanfaatannya
(Pemerintah Kabupaten Pacitan, 2011).
Dalam mengelola wilayah pesisir dan pulau kecil, diperlukan adanya suatu
proses perencanaan yang dilakukan secara terpadu dan sesuai dengan karakteristik
wilayahnya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut.Salah satu
kabupaten yang difasilitasi dalam menyusun RZWP-3K adalah Kabupaten
Pacitan, dimana kabupaten ini telah menyusun RSWP-3K dan mempunyai
komitmen yang kuat dalam mengimplementasikan UU 27 tahun 2007.
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten
Pacitan diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam
membangun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilnya secara optimal.
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang difasilitasi. Atas
dasar tersebut maka hal ini mendukung terwujudnya suatu perencanaan guna
memperbaiki kawasan, yaitu mereduksi terjadi abrasi di Pantai Soge agar kawasan
obyek tetap menjadi kawasan pantai wisata yang selanjutnya dapat meningkatkan
PAD Kabupaten Pacitan yang berkelanjutan. Adapun penyusunan rencana
program RZWP-3K ini ternyata sudah ada sejak tahun 2011. Perencana program
adalah pihak dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Bali,
PT. Kencana Adhi Karma dan Pemerintah Kabupaten Pacitan yang menjadi
program
kerja
Bappeda
Kabupaten
Pacitan
tahun
2011.
III.
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI
A. Kondisi Geografis
1.
Provinsi Jawa Timur
Luas Wilayah Daerah Tingkat I Jawa Timur adalah 157.922 km2 yang
terdiri atas:
a. Batas Administrasi
Propinsi Dati I Jawa Timur terletak pada 110°54’ BT - 115°57’ BT dan
5° 371’ LS - 8° 48’LS. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Jawa Timur
adalah:
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Laut Bali dan Selat Bali
Sebelah Barat
: Propinsi Jawa Tengah
Sebelah selatan
: Samudra Hindia
b. Pembagian kawasan
Luas Daerah Provinsi Jawa Timur adalah 47.042,17 km2 yang terdiri atas:
Persawahan
: 12.483,66 km2
Pertanian Tanah Kering
: 11.619,32 km2
Kebun Campur
: 613,36 km2
Perkebunan
: 1.518,39 km2
Hutan
: 12.251,24 km2
Padang Rumput/Tanah kosong
: 236,82 km2
Rawa/Danau/Waduk
: 88,75 km2
Tambak/Kolam
: 705,82 km2
Tanah Tandus/Rusak/Alang-alang
: 1.323,53 km2
Lain-lain
: 798,14 km2
Luas Lautan
: 110.000,00 km2
Jumlah Pulau dan Pulau kecil
: 74 Pulau
11
12
c. Karakteristik fisik
Berdasarkan karakteristik fisik secara umum, Provinsi Jawa Timur
terbagi atas 4 (empat) karakteristik wilayah, yaitu:
-
Wilayah I mencakup dataran tinggi bagian tengah, berupa wilayah
subur dan berkembang.
-
Wilayah II mencakup dataran rendah bagian utara, berupa wilayah
dengan kesuburan sedang dan tingkat perkembangan sedang.
-
Wilayah III mencakup wilayah Pegunungan kapur selatan, berupa
wilayah tandus, tidak subur dan belum begitu berkembang.
-
Wilayah IV merupakan wilayah kepulauan, berupa wilayah yang
kemudahan hubungannya kurang dan belum berkembang.
d. Topografi
Berdasarkan karakteristik tinggi tempat diatas permukaan laut (dpl),
Jawa Timur terbagi atas 3 kelompok wilayah yaitu:
a.
0 - 500 m dpl, meliputi 83 % dari luas wilayah darat Jawa Timur dan
morfologinya relatif datar.
b.
500 - 1. 000 m dpl, meliputi sekitar 11% dari luas wilayah darat
Jawa Timur dengan morfologi berbukit dan bergunung – gunung.
c.
1.000 m dpl, meliputi sekitar 6 % dari luas wilayah darat Jawa Timur
dengan morpologi terjal.
e. Iklim
Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson sebagian
wilayah besar wilayah (52%) Jawa Timur mempunyai iklim tipe D.
Keadaan maksimum suhu maksimum rata - rata mencapai 33°C sedangkan
suhu minimum rata - rata mencapai 22°C. Keadaan curah hujan per tahun di
Jawa Timur mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a . < 1.750 mmmencapai 35,54%
b. 1.750 - 2.000 mm mencapai 44,00%
c. > 2.000 mmmencapai 20,46%
13
Dan pada ketinggian di atas + 500 m mempunyai fungsi hidrologis
yang penting dan memerlukan usaha pengawetan tanah dan air.
f. Pariwisata
Kepariwisataan di Jawa Timur pada hakekatnya adalah merupakan
jasa pemanfaatan sumber alam dan lingkungan hidup yang memiliki
kekhususan seperti : budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam dan
sebagainya. Potensi obyek wisata yang ada di Jawa Timur meliputi:
- Wisata Pantai
- Wisata pegunungan / hutan / rekreasi
- Wisata goa
- Wisata telaga, danau, bendungan
- Wisata budaya museum, candi, makam, benteng, kesenian tradisional,
dan sebagainya.
Potensi perkembangan kepariwisataan di Jawa Timur dapat digali
dan ditingkatkan karena pemanfaatan saat ini maksimal. Hal ini terbukti
dari masih kurangnya prasarana penunjang berupa jalan dan fasilitas
lainnya serta kegiatan paket lainnya.
2.
Kabupaten Pacitan
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur yang secara geografis terletak di antara 110o 55’ – 111o 25’ BT dan 7o
55’ – 8o 17’ LS. Luas Kabupaten Pacitan adalah 1.389,87 Km2 dengan luas
tanah sawah sebesar 130,15 Km2 atau sekitar 9,36% dan luas tanah kering
adalah 1.259,72 Km2 atau sekitar 90,64%. Sebagian besar dari tanah sawah
adalah sawah tadah hujan yang sebesar 51,53%, dan sebagian besar dari tanah
kering adalah untuk tanaman kayu-kayuan yang sebesar 35,89%. Menurut
gambar 3, luas Kabupaten Pacitan dapat dilihat berdasarkan grafik di bawah
ini.
14
Gambar 3. Luas Kabupaten Pacitan menurut Kecamatan
a. Batas Administrasi
Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai
Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan Pulau
Jawa. Berdasarkan gambar di bawah ini, dapat dilihat bahwa batas
Kabupaten Pacitan:
Sebelah Utara
: Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan Kabupaten
Wonogiri (Jawa Tengah)
Sebelah Timur
: Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)
Sebelah Selatan
: Samudera Hindia
Sebelah Barat
: KabupatenWonogiri
Status dan letak geografis wilayah administrasi Kabupaten Pacitan
dapat dilihat pada tabel 1 tahun 2013. Pada tabel 2 dapat dilihat pembagian
wilayah Pacitan pada tahun 2013. Sementara itu, pada tabel 3 dapat dilihat
jumlah desa, luas kecamatan, jumlah penduduk, rata-rata penduduk per desa
dan kepadatan penduduk per km2 tahun 2013.
15
Tabel 1. Status dan Letak Geografis Menurut Kecamatan Kabupaten Pacitan
Status Daerah
Areas
Kecamatan
Districts
Jumlah
Desa/
Kel
Villages
Kota
Urban
Pedes
aan
Rural
01. Donorojo
02. Punung
03. Pringkuku
04. Pacitan
05. Kebonagung
06. Arjosari
07. Nawangan
08. Bandar
09. Tegalombo
10. Tulakan
11. Ngadirojo
12. Sudimoro
12
13
13
25
19
17
9
8
11
16
18
10
1
15
1
2
-
12
12
13
10
18
17
9
8
11
16
16
10
Jumlah/Total
171
19
152
Letak
Location
Bukan
Pantai Pantai
Beach
Non
Beach
4
8
13
5
8
3
22
7
12
17
9
8
11
1
15
2
16
4
6
26
145
Jumlah
Penduduk
Population
40.361
36.113
31.695
71.628
45.529
40.237
52.318
44.846
53.527
87.046
49.288
34.007
586.595
Sumber: Kabupaten Pacitan Dalam Angka 2013
Tabel 2. Pembagian Wilayah Kabupaten Pacitan Menurut Kecamatan 2013
Kecamatan
010. Donorojo
020. Punung
030. Pringkuku
040. Pacitan
050. Kebonagung
060. Arjosari
070. Nawangan
080. Bandar
090. Tegalombo
100. Tulakan
110. Ngadirojo
120. Sudimoro
Jumlah/ Total
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Tahun 2009
Tahun 2008
Desa
Kelurahan
RW
RT
12
13
13
20
19
17
9
8
11
16
18
10
5
-
110
168
124
125
175
140
128
137
146
203
148
141
356
364
301
451
413
405
431
403
506
541
435
366
166
5
1.745
4.972
166
166
166
166
166
5
5
5
5
5
1.745
1.587
1.613
1.613
1.613
4.972
5.082
5.166
5.166
5.166
Sumber : Kantor Kecamatan Se-Kabupaten Pacitan
16
Tabel 3. Jumlah Desa, Luas Kecamatan, Jumlah Penduduk, Rata-rata Penduduk
Per Desa dan Kepadatan Penduduk Per km2
Jumlah
Desa
Luas
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
010. Donorojo
020. Punung
030. Pringkuku
040. Pacitan
050. Kebonagung
060. Arjosari
070. Nawangan
080. Bandar
090. Tegalombo
100. Tulakan
110. Ngadirojo
120. Sudimoro
12
13
13
25
19
17
9
8
11
16
18
10
109,09
108,81
132,93
77,11
124,85
117,34
124,06
117,34
149,26
161,62
95,91
71,86
40.776
37.538
31.945
76.512
45.481
41.338
52.578
46.129
55.842
87.032
49.213
35.555
Rata-rata
Penduduk
per Desa
3.398
2.888
2.457
3.060
2.394
2.432
5.842
5.766
5.077
5.440
2.734
3.556
Jumlah
171
1.389,87
599.939
3.508
432
Tahun 2012
Tahun 2011
Tahun 2010
Tahun 2009
Tahun 2008
171
171
171
171
171
1.389,87
1.389,87
1.389,87
1.389,87
1.389,87
586.276
575.608
558.644
557.029
555.262
3.429
3.366
3.267
3.257
3.247
422
415
402
401
400
Kecamatan
Kepadatan
Penduduk
374
345
240
992
364
353
424
393
374
539
513
495
Sumber Data : Kantor Kecamatan Se-Kabupaten Pacitan (Hasil Registrasi
Penduduk)
b. Curah Hujan
Selama tahun 2013, musim penghujan di Kabupaten Pacitan terjadi
pada bulan Januari - Juli dan bulan Nopember - Desember. Diantara bulan
tersebut, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari hujan
disusul dengan bulan Desember sebanyak 20 hari hujan.
Musim kemarau di Kabupaten Pacitan terjadi pada bulan Agustus Oktober. Bulan Desember mempunyai rata-rata curah hujan yang terbesar
yaitu 24,26 mm3, sedangkan bulan dengan rata-rata curah hujan terkecil
yaitu bulan September sebesar 2,19 mm3 karena sepanjang bulan ini hanya
terjadi hujan dua hari saja. Air hujan ini mengalir melalui 3 sungai besar
yang terdapat di Kabupaten Pacitan yaitu Sungai Grindulu - Gunungsari,
Sungai Lorok - Wonodadi dan Sungai Kedungpring - Nawangan. Banyaknya
curah hujan per bulan menurut kecamatan (mm3) tahun 2013 dapat dilihat
pada tabel 4 sedangkan curah hujan, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan
17
dan rata-rata hujan per bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013 dapat
dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 4. Banyaknya Curah Hujan Per Bulan Menurut Kecamatan (mm3) Tahun
2013
Bulan (Month)
Apr
Mei
Jun
Jul
Okt
Nop
Des
551
548
639
636
571
557
471
590
638
492
417
602
291
72
142
179
270
366
290
307
250
166
102
203
224
178
243
169
211
219
378
275
211
374
222
116
250
162
113
195
140
195
386
295
249
339
229
201
103
224
103
90
157
159
213
239
311
156
89
116
432
380
613
464
519
305
294
57
222
365
442
476
68
145
249
234
339
84
96
66
99
184
131
307
0
0
0
0
19
0
0
0
0
5
0
0
0
0
5
3
10
3
0
0
0
8
4
13
8
15
24
31
51
31
132
17
47
25
5
108
399
180
225
227
387
243
308
211
294
268
16
353
573
490
523
587
568
504
419
213
557
538
22
562
6.712
2.638
2.820
2.754
1.960
4.569
2.002
24
46
494
3.111
5.556
Sep
Agt
Mar
TOTAL
Feb
01. Donorojo
02. Punung
03. Pringkuku
04. Pacitan
05. Kebonagung
06. Arjosari
07. Nawangan
08. Bandar
09. Tegalombo
10. Tulakan
11. Ngadirojo
12. Sudimoro
Jan
Kecamatan
District
Sumber Data : Dinas Bina Marga dan Pengairan
Tabel 5. Curah Hujan, Hari Hujan, Rata-rata Hujan per Bulan dan Rata-rata Hujan
Per Bulan Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan RataBulan
Bulanan
Harian Max
Harian
rata Bulan
(mm)
(mm)
(Hari)
(mm)
Januari
147
55
27
15,44
Februari
102
23
12
8,50
Maret
222
46
18
12,30
April
229
86
13
17,62
Mei
89
37
9
9,89
Juni
442
98
16
27,63
Juli
131
46
13
10,08
Agustus
-
-
-
-
September
12
7
4
3,00
Oktober
53
25
5
10,60
November
258
93
16
16,13
Desember
474
83
22
21,55
Sumber Data : KUPT Pengairan Kecamatan Ngadirojo
18
Data selanjutnya tentang keterangan banyaknya curah hujan bulanan,
harian maksimum, hari hujan dan rata-rata hujan per bulan tahun 2013 juga dapat
dilihat pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6. Banyaknya Hujan Bulanan, Hujan Harian Maximum, Hari Hujan dan
Rata-rata Hujan Per Bulan Kabupaten Pacitan Tahun 2013
Bulan
Mounth
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
Januari/January
Februari/February
Maret/March
April/April
Mei/May
Juni/June
Juli/July
Agustus/August
September/September
Oktober/October
Nopember/November
Desember/December
Hujan
Bulanan
(mm)
Rainy Mounth
(mm)
Hujan
Harian Max
(mm)
Rainy Max
(mm)
Hari Hujan
(hari)
Rainy Days
(Days)
Hujan Ratarata/bln
(mm)
Mounthly Avg.
(mm)
559,33
219,83
235,00
229,50
163,33
380,75
166,83
2,00
3,83
41,18
259,25
463,00
164,00
87,00
97,00
95,00
84,00
169,00
156,00
10,00
8,00
88,60
93,00
152,00
27,00
18,00
18,00
15,00
12,00
18,00
11,00
1,00
2,00
4,00
17,00
20,00
20,72
12,21
13,56
15,56
14,10
21,76
15,89
4,00
2,19
12,36
15,40
24,26
Sumber Data : Dinas Bina Marga dan Pengairan
B. Kondisi Sosial
Menurut gambar 4, dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor
yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Pacitan, yaitu
sebesar 8,19% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,25%. Sektor
pertanian tersebut juga lebih didominasi oleh sub sektor tanaman bahan makanan
yaitu dengan rata-rata persentase tahun 2008-2012 sebesar 60,98%, padahal
Kabupaten Pacitan selain memiliki lahan pertanian yang luas juga masih memiliki
potensi-potensi lain yang dapat dikembangkan di masing-masing kecamatan.
19
Gambar 4. Tiga Sektor Dominan Penyerap Tenaga Kerja di Kabupaten Pacitan
Perpindahan penduduk menurut jenis kelamin 2013 dapat dilihat pada
tabel 7, sedangkan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel 8 di bawah
ini.
Tabel 7. Perpindahan Penduduk Menurut Jenis Kelamin 2013
Datang
Lakilaki
Perempuan
Sidomulyo
15
Hadiwarno
Pergi
Jumlah
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
9
24
21
15
36
18
7
25
21
14
35
Tanjungpuro
11
16
27
8
13
21
Hadiluwih
12
9
21
14
11
25
Pagerejo
22
23
45
34
37
71
Wiyoro
17
19
36
17
10
27
Ngadirojo
10
7
17
10
9
19
Bogoharjo
12
13
25
17
15
32
Cokrokembang
13
8
21
19
17
36
Bodag
4
8
12
9
8
17
Tanjunglor
6
4
10
4
11
15
Nogosari
13
12
25
10
8
18
Cangkring
3
7
10
4
4
8
Wonodadikulon
10
5
15
17
14
31
Wonodadiwetan
7
12
19
13
14
27
Wonokarto
13
7
20
19
16
35
Wonosobo
10
9
19
9
10
19
Wonoasri
17
16
33
17
12
29
JUMLAH
213
191
404
263
238
501
Tahun 2012
254
288
542
307
324
631
Tahun 2011
224
342
566
264
381
645
Tahun 2010
197
232
429
198
233
431
Desa
Sumber Data : Kantor Kecamatan Ngadirojo
20
Lainnya
1.159
137
41
76
115
17
1
6
-
Hadiwarno
862
39
32
47
63
99
-
2
-
Tanjungpuro
405
-
36
36
35
52
2
5
-
Hadiluwih
556
-
45
41
110
96
2
1
-
Pagerejo
1.159
-
46
199
45
71
-
2
-
Wiyoro
772
-
64
104
62
63
-
1
-
Ngadirojo
569
-
67
45
47
108
2
1
-
Bogoharjo
526
-
41
39
45
53
1
-
-
Cokrokembang
985
-
73
56
54
128
-
1
-
Bodag
558
-
40
46
75
15
1
1
-
Tanjunglor
520
-
55
63
44
16
-
-
-
Nogosari
450
-
124
38
76
16
-
-
-
Cangkring
330
-
28
55
25
37
-
-
-
Wonodadikulon
1.064
-
72
39
37
18
-
-
-
Wonodadiwetan
448
-
45
42
56
12
-
-
-
Wonokarto
1.002
-
149
94
210
62
-
-
-
Wonosobo
574
-
120
75
67
14
-
-
-
Wonoasri
916
-
78
61
48
15
-
-
-
JUMLAH
12.855
176
1.156
1.156
1.214
892
9
20
-
TNI
Polri
Sidomulyo
PNS
Nelayan
Tukang
Batu/Tukang
Kayu
Desa
Petani
Pedagang
Industri/
Pengrajin
Tabel 8 . Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Ngadirojo 2013
Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo
C. Kondisi Lokasi Penelitan
Tempat penelitian terdapat di Pantai Soge Desa Sidomulyo, Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Luas Pantai Soge ini adalah 156.426,551 m2 atau
15,643 hektar. Kondisi fisik serta topografi Kabupaten Pacitan yang terdiri dari
daerah pegunungan dan perbukitan, serta wilayah pantai atau laut, menyimpan
banyak potensi di beberapa sektor ekonomi. Wilayah Kabupaten Pacitan ini
21
mempunyai potensi untuk dikembangkan, seperti di sektor pertanian, kelautan dan
perikanan, pertambangan dan kehutanan.
Luas Kabupaten Pacitan adalah 1.389,87 km2 dengan luas tanah sawah
sebesar 130,15 km2 atau sekitar 9,36% dan luas tanah kering adalah 1.259,72 km2
atau sekitar 90,64%. Sebagian besar dari tanah sawah adalah sawah tadah hujan
yang sebesar 51,53%, dan sebagian besar dari tanah kering adalah untuk tanaman
kayu-kayuan yang sebesar 35,89% . Jumlah penduduk menurut kelompok umur
dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Penduduk menurut jenis
kelamin dan sex ratio dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 9 . Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-laki
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Perempuan
Jumlah
0–4
1.741
1.493
3.233
5–9
1.599
1.776
3.375
10 – 14
1.984
1.918
3.901
15 – 19
1.785
1.623
3.408
20 – 24
1.382
1.293
2.675
25 – 29
1.620
1.591
3.211
30 – 34
1.413
1.398
2.811
35 – 39
1.885
2.007
3.892
40 – 44
2.042
2.211
4.253
45 – 49
1.963
1.909
3.871
50 – 54
1.810
1.626
3.436
55 – 59
1.399
1.427
2.826
60 – 64
1.017
1.244
2.261
65 – 69
945
1.184
2.130
70 – 74
731
1.105
1.837
75+
816
1.276
2.092
JUMLAH
24.131
25.082
49.213
Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo
22
Tabel 10 . Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Desa
Laki-laki
Penduduk (Jiwa)
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio (%)
Sidomulyo
2.262
2.341
4.603
96,63
Hadiwarno
1.927
1.995
3.922
96,59
Tanjungpuro
1.146
1.207
2.353
94,95
Hadiluwih
925
947
1.872
97,68
Pagerejo
2.330
2.428
4.758
95,96
Wiyoro
1.164
1.288
2.452
90,37
Ngadirojo
1.003
996
1.999
100,70
Bogoharjo
950
954
1.904
99,58
Cokrokembang
1.696
1.686
3.382
100,59
Bodag
1.152
1.405
2.557
81,99
Tanjunglor
1.082
1.114
2.196
97,13
Nogosari
930
959
1.889
96,98
Cangkring
531
520
1.051
102,12
Wonodadikulon
2.092
2.135
4.227
97,99
Wonodadiwetan 857
893
1.750
95,97
Wonokarto
1.602
1.701
3.303
94,18
Wonosobo
982
982
1.964
100,00
Wonoasri
1.500
1.458
2.958
102,88
JUMLAH
24.131
25.009
49.140
96.49
Tahun 2012
24.149
25.139
49.288
96.06
Tahun 2011
24.141
25.165
49.306
95.93
Tahun 2010
24.105
25.160
49.265
95.81
Selain itu, pola pertaniannya merupakan pertanian lahan kering yang biasa
ditanam tanaman pangan. Sebagian besar wilayahnya yang tanahnya berupa
pegunungan kapur tersebut, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul
kurang cocok untuk pertanian. Oleh karena itu, untuk komoditi beras, sayursayuran dan buah-buahan, Kabupaten Pacitan masih mengimpor dari luar daerah.
Ketinggian desa dari permukaan laut dan jarak kantor desa ke kantor Kecamatan
Ngadirojo tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
23
Tabel 11. Ketinggian Desa dari Permukaan Laut dan Jarak Kantor Desa ke Kantor
Kecamatan Ngadirojo Tahun 2013
Desa
Ketinggian Desa dari Jarak dari Kantor Desa ke
Permukaan Laut (m)
Kantor Kecamatan (km)
Sidomulyo
0 – 500
10,00
Hadiwarno
0 – 500
5,00
Tanjungpuro
0 – 500
2,00
Hadiluwih
0 – 500
4,00
Pagerejo
500 - 700
3,00
Wiyoro
0 – 500
2,00
Ngadirojo
0 – 500
0,50
Bogoharjo
500 - 700
2,00
Cokrokembang
0 – 500
0,25
Bodag
500 - 700
3,00
Tanjunglor
500 - 700
5,00
Nogosari
500 – 700
5,00
Cangkring
0 – 500
2,00
Wonodadikulon
500 – 700
4,00
Wonodadiwetan
500 – 700
3,00
Wonokarto
500 – 700
12,00
Wonosobo
500 – 700
14,00
Wonoasri
500 – 700
17,00
Sumber Data : Koordinator Statistik Kecamatan Ngadirojo
IV.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan, yang akan dimulai pada
Bulan Juni 2015, kemudian dilanjutkan pada Bulan Desember 2015 - Maret 2016.
Lokasi penelitian adalah di Pantai Soge yang terletak di Dusun Soge, Desa
Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur yang
merupakan salah satu lokasi wisata di Kota Pacitan.
B. Metode Penelitian dan Analisa Data
1.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei, yang teknis pelaksanaannya
dilakukan dengan observasi, kuesioner, wawancara dan pengumpulan data
sekunder. Menurut Nizar (2014), metode survei adalah penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari
keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari
suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam metode survei juga dikerjakan orang
dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan
dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu dan unit, baik
secara sensus atau dengan menggunakan sampel.
2.
Metode Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara purposive yaitu
pengambilan sampel yang secara sengaja dipilih atau pengambilan sampel
dilakukan atas dasar fakta yang ada di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini,
lokasi ditentukan berdasarkan fenomena yang terjadi di daerah tersebut, yaitu
perpindahan muara sungai serta kondisi kawasan sekarang yang diambil, yaitu
fokus di bagian timur kawasan pantai. Bagian tersebut akan ditentukan sebagai
wilayah Pantai Soge yang akan dilakukan penataan dan perencanaan berdasarkan
24
25
letak lokasi wilayah pengembangan, kultur sosial masyarakat, serta potensi
wilayah kawasan Pantai Soge itu sendiri.
3.
Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Metode
sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2008). Penggunaan metode sensus dilakukan agar
hasil penelitian lebih representatif, sehingga penelitian lebih objektif. Roscoe,
dalam Sugiono (2009), memberikan saran tentang ukuran sampel untuk penelitian
diantaranya adalah :
a. Ukuran sampel penelitian yang layak adalah antara 30 sampai dengan 500
b. Bila sampel dibagi dalam beberapa kategori maka jumlah anggota sampel
setiap kategori minimal 30.
Penentuan sampel dapat ditentukan dengan cara sampling dan purposive.
Jumlah sampel yang diambil kurang dari jumlah penduduk, oleh karena itu,
sampel ditentukan dengan cara purposive. Adapun jumlah penduduk khususnya di
Dusun Soge adalah 400 penduduk yang terdiri dari 5 RT. Ukuran standar
responden adalah 10% - 20%. Menurut Sumanto (1995), jumlah responden
diambil 10% dari total populasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, responden
akan diambil sebesar 10% dari jumlah keseluruhan penduduk, yaitu 40 responden
untuk dijadikan obyek wawancara. Selain penduduk, wawancara responden juga
dilakukan terhadap pemangku kebijakan untuk memperoleh sampling yang
jumlahnya dapat ditentukan oleh peneliti sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
perannya terhadap lokasi penelitian.
Pemangku kebijakan tersebut terdiri dari pihak-pihak yang peranannya
terkait dalam kegiatan di kawasan Pantai Soge, antara lain Kepala Desa
Sidomulyo, Kepala Dusun Soge, Kodim (Komando Distrik Militer) Kabupaten
Pacitan, Kodam (Komando Daerah Militer) Surabaya 5 Brawijaya, Babinsa
(Bintara Pembina Desa), Dinas Kehutanan Kabupaten Pacitan dan beberapa
sukarelawan. Kodim Kabupaten Pacitan bersama Dinas Kehutanan Kabupaten
Pacitan mendapat mandat dari Kodam Surabaya 5 Brawijaya yang bekerja sama
26
dengan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur untuk melakukan program
penghijauan tahunan salah satunya di kawasan Pantai Soge. Selain itu, penduduk
dan para sukarelawan juga ikut serta dalam pelaksanaan program kerja tersebut.
Kegiatannya adalah menjadikan Pantai Soge sebagai lokasi yang dihijaukan
dengan menanam beberapa jenis tanaman konservasi di pesisir pantai. Jadi,
jumlah responden yang akan diambil adalah 40 orang dari penduduk dan 10 orang
dari pihak lembaga yang terkait. Sehingga, jumlah responden yang akan diambil
adalah 50 orang.
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara menggunakan kuesioner
berisi seperangkat pertanyaan lisan kepada responden untuk kemudian
menjawabnya secara langsung dengan harapan dapat mewakili sifat populasi
secara keseluruhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner
digunakan untuk melengkapi atau mengetahui pengalaman masyarakat tentang
segala fenomena yang terjadi di lokasi penelitian melalui wawancara langsung
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pendukung perencanaan dan penataan
zonasi green belt Pantai Soge Pacitan. Pengambilan data dilakukan dengan cara
memberi yang diajukan kepada responden merupakan kuesioner terbuka. Menurut
Arikunto (2010), kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang memberi
kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
4.
Analisis Data
Analisis data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif dan spasial.
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan penjelasan dan uraian
hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data dan
informasi yang diperoleh selama penelitian. Menurut Nawawi (1995), metode
deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan
keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan
usaha mengemukakan hubungan satu dan dengan yang lain di dalam aspek yang
diteliti. Menurut Eddy Prahasta (2014), analisis spasial adalah teknik atau proses
yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika matematis dalam rangka
menemukan hubungan atau pola yang terdapat di antara unsur-unsur spasial.
27
Analisis spasial dilakukan untuk menetapkan zonasi green belt lokasi yang diteliti
berdasarkan potensi wilayah yang ada.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer
maupun sekunder yang berhubungan dengan kondisi fisik, kimia dan biologi di
kawasan pesisir Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Data
tersebut terdiri dari peta orientasi, peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis
tanah dan iklim.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer maupun
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), hasil
penyebaran kuesioner dan hasil wawancara dengan informan. Data sekunder
diperoleh dari dokumen yang relevan, dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke
berbagai instansi yang terkait dengan penelitian.
Data primer dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diperoleh dari database
Bappeda Kabupaten Pacitan, Kecamatan Ngadirojo dan Kepala Desa Sidomulyo.
Data tersebut antara lain data jumlah penduduk, jumlah pengunjung Pantai Soge,
peta lokasi, letak geografis, topografi, jenis tanah dan iklim dan data pendukung
lainnya. Data kondisi geografis, keadaan alam, keadaan lahan dan iklim diperoleh
dari pengamatan secara langsung dengan survei lapangan yang dilakukan oleh
peneliti. Berikut ini adalah jenis-jenis data penelitian yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan penelitian.
28
Tabel 12. Jenis Data Penelitian
No. Jenis Data
Parameter
1.
Peta wilayah
Kab. Pacitan
2.
Letak Geografis a. Batas Wilayah
b. Luas wilayah
c. Ketinggian tempat
3.
Geologi, Tanah a. Struktur geologi
dan Topografi
b. Drainase
c. Topografi
4.
Iklim
a. Suhu
b. Kelembaban
c. Curah hujan
5.
Kondisi Sosial
a. Jumlah penduduk
dan ekonomi
b. Mata pencaharian
c. Kepadatan
penduduk
d. Potensi pertanian
e. Pendidikan
6.
Aksesibilitas
7.
Persepsi
Masyarakat
Kondisi wilayah dan
fenomena yang sering
terjadi di lokasi
penelitian
Bentuk Data
Sekunder
Sumber data
BAPPEDA
Sekunder
BAPPEDA
Sekunder
BAPPEDA
Sekunder
BAPPEDA
Primer dan
Sekunder
BAPPEDA dan
wawancara perangkat
desa
Primer dan
sekunder
Wawancara dan
aplikasi Google Earth
Wawancara
Wawancara langsung
dan survei lapangan
D. Luaran Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan sebuah konsep rancangan perencanaan
kawasan Pantai Soge yang tertuang di dalam poster berukuran 60x90 cm dan
naskah skripsi.
29
E. Jadual Penelitian
Aktivitas
I
Juni 2015
Januari 2015
Februari 2015
Minggu ke-
Minggu ke-
Minggu ke-
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
Survei lokasi
Pengamatan geografis lokasi
Pengamatan iklim lokasi
Pengumpulan data dari instansi
terkait
Perancangan desain zonasi
Analisis data dan pembahasan
Penulisan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta and A.R.Al-Harbi. 2004. Clay
Deposits for Water Management of Sandy Soils. Arid Land Research and
Management 1:171-183.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi
2010. Jakarta : Rineka Cipta
Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as
Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay
Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85 : 667-679.
Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
http://www.slideshare.net/perencanakota/pedoman-perencanaan-tata-ruangkawasan-reklamasi-pantai. Diakses tanggal 18 Juni 2015.
Granek E dan B I Ruttenberg. 2008. Changes in Biotic and Abiotic Processes
Following Mangrove Clearing. Journal Estuarine Coastal and Shelf Science
80: 555–562.
Irwani. 2011. Studi Penanganan Abrasi di Pantura Jawa Tengah.
www.scribd.com/1-studi-penanganan-abrasi-di-pantura-jawa-tengah.
Diakses tanggal 18 Mei 2015.
Kairo J G, F D Guebas, J Bosire dan N Koedam. 2001. Restoration and
Management of Mangrove Systems — a Lesson For and From The East
African Region. South African Journal of Botany 67: 383–389.
IV
30
Mifta, D.R. 2014. Strategi Pengembangan Daerah Pesisir Pantai sebagai Objek
Pariwisata di Kabupaten Pacitan. Jurnal Vol. Maret (1). Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nawawi,H.1995. Metode Penelitian BidangSosial. Gadjah Mada Univ. Press.
Nizar. 2014. Jenis-jenis Teknik Sampling
http://tu.laporanpenelitian.com/2014/11/21.html diakses tanggal 13 Juli
2015.
Oliver, Y.M. and K.R.J.Smethem. 2002. Predicting Water Balance in a Sandy Soil
: Model Sensitivity to the Variability of Measured Saturated and Near
Saturated Hydraulic Properties. Australian of Soil Research 43 (1) : 87-96.
Pemerintah Kabupaten Pacitan. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pacitan. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3K)Kabupaten Pacitan. Bappeda Kabupaten
Pacitan.
Prahasta Eddy. 2014. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar
Perspektif Geodesi dan Geomatika). Informatika Bandung. Bandung.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2014. Menuju Indonesia sebagai Negara
Poros Maritim. http://setkab.go.id/menuju-indonesia-sebagai-negara-porosmaritim/. Diakses tanggal 18 Juni 2015.
Sudibyo, A. 2011. Zonasi Konservasi Mangrove di Kawasan Pesisir Pantai
Kabupaten Pati. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [skripsi].
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititaf dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial Pendidikan: Aplikasi Metode
Kuantitatif dan Statistika Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah
dan Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan
Lingkungan 5 (1) : 30-38.
Yayasan Terumbu Karang Indonesia. 2007. Terumbu Karang Indonesia.
www.terangi.or.id/id/index.php?opt ion=com_content&task=view&id=6 8
& Itemid=41 - 28k –. Diakses tanggal 6 April 2015.
1. Menurut anda, apakah abrasi itu?
a.
b. Pengikisan daratan oleh terjangan ombak laut
2. Menurut anda ,bagaimanakah kondisi kawasan Pantai Soge
sekarang?
a. Sudah tertata baik
b. Cukup tertata baik
c. Belum tertata baik
d. Biasa saja
3. Fenomena/peristiwa apakah yang sering terjadi di kawasan Pantai
Soge?
a. Longsor
b. Abrasi
c. Pergerakan muara
d. Tsunami
4. Menurut anda, bagaimana upaya menangani fenomena/peristiwa
tersebut?
a. Pembuatan tanggul bagor/karung pasir
b. Pembuatan bronjong kawat dan batu
c. Penanaman tanaman (kelapa, mangrove, cemara udang,
pandanus)
d. Pasrah, dibiarkan saja
5. Apakah yang paling dirugikan ketika terjadi pasang di Pantai Soge?
a. Tanaman di sepanjang pantai
b. Danau/laguna
c. Daratan utara danau/laguna
d. Sawah penduduk
6. Hal apakah yang paling sulit untuk ditata ketika pasang terjadi?
a. Tanaman di sepanjang pantai
b. Danau/laguna
c. Daratan utara danau/laguna
d. Sawah penduduk
7. Apakah perlu adanya penataan kawasan / zonasi di Pantai Soge?
a. Sangat perlu
b. Cukup perlu
c. Perlu
d. Tidak perlu
8. Apakah sudah ada kegiatan penanaman di kawasan Pantai Soge?
a. Sudah ada
b. Belum ada
9. Tanaman apa yang selama ini ditanam di kawasan Pantai Soge?
a. Mangrove
b. Kelapa
c. Cemara udang
d. Pandanus
e. Lain-lain............
10. Menurut anda, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di sekitar
kawasan pantai?
a. Mangrove
b. Kelapa
c. Cemara udang
d. Pandanus
e. Lain-lain............
11. Bagaimana peran perangkat desa terhadap fenomena/peristiwa yang
terjadi di kawasan Pantai Soge?
a. Sangat mengantisipasi terjadinya fenomena tahap serius /
mengupayakan secara total
b. Mengantisipasi semampunya / bila dana swadaya cukup
c. Menggantungkan kepada bantuan pemerintah
d. Acuh tak acuh
12. Menurut anda, bagaimana partisipasi masyarakat setempat terhadap
perawatan kawasan Pantai Soge selama ini?
a. Sangat antusias terhadap perawatan kawasan tanpa
disuruh/tanpa dikoordinir
b. Antusias apabila dikoordinir
c. Antusias jika sudah terjadi kerusakan
d. Tidak antusias sama sekali
13. Menurut anda, wahana apa yang cocok dikembangkan di kawasan
Pantai Soge?
a. Wahana permainan air (bebek-bebekan, perahu, renang)
b. Selancar (surfing)
c. Pemancingan
d. Taman kecil/kebun budidaya sayuran lahan pasir/bumi
perkemahan
e. Lain-lain.........
14. Menurut anda, fasilitas apakah yang perlu dibangun dan
dikembangkan di kawasan Pantai Soge?
a. Sarana penginapan
b. Fasilitas perdagangan (kios-kios kerjainan setempat/rumah
makan)
c. Fasilitas ibadah
d. Fasilitas wisata kebun budidaya tanaman di lahan pasir
e. Lain-lain........
15. Apakah sudah ada campur tangan pemerintah terhadap penataan
zonasi di kawasan Pantai Soge?
a. Sudah ada
b. Belum ada
16. Menurut anda, mana yang lebih anda pilih antara pengelolaan yang
dilakukan swadaya (masyarakat setempat) dengan pengelolaa oleh
Pemerintah Daerah? Sebutkan pula alasannya!
a. Masyarakat setempat, karena..........
b. Pemerintah Daerah, karena............
17. Apakah anda berkenan berpartisipasi jika perencanaan dan penataan
kawasan Pantai Soge dikabulkan atau ada bantuan dana, akan tetapi
Kawasan Pantai Soge harus dikelola pemerintah?
a. Sangat berkenan
b. Cukup berkenan
c. Berkenan
d. Tidak berkenan
18. Apa harapan anda apabila dilakukan perencanaan dan penataan
kawasan Pantai Soge?
a. Sangat berupaya mengupayakan letak muara agar tetap berada
di ujung timur, sehingga fokus pengembangan tetap di tengah
hingga ke pantai bagian barat
b. Berupaya sekali saja untuk mengembangkannya dan berhenti
setelah muara pindah lagi
c. Tidak memiliki pandangan apapun terhadap perpindahan muara
karena pasrah terhadap peristiwa alam
Download