BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Perilaku Konsumen Menurut Sumarwan (2014) memberikan pengertian bahwa perilaku konsumen dapat diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk atau jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Menurut Kotler dan Keller (2008) bahwa perilaku konsumen adalah studi bagaimana tentang individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan menurut Tjiptono (2008) bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, dan menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Menurut Sunyoto (2013), pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak 8 9 menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan cepat dan efektif. Dalam pernyataan lain juga disebutkan bahwa bahwa perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor eksternal yang meliputi budaya (culture), subbudaya (sub-culture), status sosial (social status), demografi, family, kelompok rujukan serta faktor internal yang meliputi preferensi, pembelajaran (learning), memori, motivasi, kepribadian (personality), emosi, dan sikap (Supranto dan Limakrisna, 2007). Apabila diterapkan dalam kajian minat produk investasi maka perilaku konsumen dapat membantu mengidentifikasi latar belakang berdasarkan demografi, psikografi dan literasi keuangan pada masyarakat; khususnya masyarakat Condong Catur. Hal ini memberikan upaya meningkatkan efisiensi penjualan bagi pemasar produk investasi dengan menyesuiakan jenis produk investasi dan strategi pemasaran terhadap karakateristik latar belakang masyarakat itu sendiri. 2. Pengertian Segmentasi Pasar Menurut Boyd dan Larreche (2010) bahwa segmentasi pasar adalah proses dimana pasar dibagi menjadi para pelanggan yang terdiri atas orangorang dengan kebutuhan dan karakteristik yang sama yang mengarahkan mereka untuk merespon tawaran produk/jasa dan program pemasaran 10 strategi tertentu dalam cara yang sama. Sedangkan menurut Kotler (2012) segmentasi pasar adalah sekelompok pelanggan yang memiliki sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang serupa. Menurut Craven dan Piercy (2009) segmentasi pasar merupakan proses pengidentifikasian dan penganalisaan kelompok konsumen dalam suatu produk pasar berdasarkan karakteristik atau respon yang relatif sama. Assauri (2014) menambahkan bahwa pada dasarnya segmentasi pasar merupakan suatu strategi yang didasarkan pada falsafah manajemen pemasaran yang berorioentasi pada konsumen. Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah, dan sumber daya perusahaan di bidang pemasaran dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien Berdasarkan uraian di atas maka segmentasi pasar adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengkelompok-kelompokkan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok ”potential customer”, yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya. 3. Pengertian Demografi Demografi, secara etimology (kebahasaan) berasal bahasa Latin, kata ‘demograhie’ terdiri dari dua kata yaitu demos dan graphien, demos artinya penduduk dan graphien berarti catatan, bahasan tentang sesuatu. Secara etimologi, makna demografi adalah catatan atau bahasan mengenai penduduk suatu daerah pada waktu tertentu (Setiati, 2006). Segmentasi 11 pasar secara demografi merupakan dasar yang paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok pelanggan. Salah satu alasannya adalah keinginan, preferensi, dan tingkat pemakaian konsumen sering sangat berhubungan dengan variabel-variabel demografis. Karakteristik demografis dibutuhkan untuk mengetahui ukuran pasar sasaran dan media yang harus digunakan untuk menjangkaunya secara efisien (Kotler, 2005 dalam Wijaya dan Chandra, 2015). Hadi (2010) menyatakan bahwa dalam segmentasi pasar berdasarkan demografi ini maka pasar dapat didekati dengan variabel-variabel karakteristik kependudukan. Segmentasi ini dapat dibentuk dengan mudah, baik berdasarkan data sekunder maupun data primer. Realitas pasar menunjukkan bahwa produk itu bersifat heterogen bagi seluruh pasar, maka segmentasi merupakan upaya “memetakan” (mapping) segmen-segmen pasar potensial ke dalam ciri-ciri perilaku yang sama (Hasan, 2008) Berdasarkan uraian di atas maka pengertian demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan. Apabila diterapkan dalam ilmu pemasaran maka demografi pemasaran adalah pengelompokan kelompokkelompok konsumen berdasarkan suatu karakteristik penduduk. 4. Ruang Lingkup Demografi Terhadap Minat Produk Investasi Pengaruh yang diberikan demografi terhadap minat produk investasi sangat bervariasi tergantung pada karakteristik penduduk itu sendiri. Hal ini membawa berbagai hasil penelitian berbeda. Faktor utama dari demografi yang dianggap berpengaruh terhadap pilihan produk investasi meliputi jenis 12 kelamin, usia, pendapatan dan pendidikan (Ariyadi, et all, 2015; Tallo et all, 2015; Rudhy, 2013). Pengaruh yang diberikan antara jenis kelamin terhadap pilihan produk investasi menunjukkan perbedaan dikarenakan karakteristik pria yang lebih cenderung berani dalam mengambil resiko dibandingkan perempuan (Barber dan Odean 2001). Demikian pula karakteristik usia yang memiliki perbedaan pengaruh terhadap pilihan produk investasi. Grebel dan Lytton (1998 dalam Tallo, et all, 2015) menyatakan bahwa usia yang lebih muda akan lebih berani mengambil risiko dalam investasi dibanding usia yang tidak produktif atau sudah tua, yang tidak berani mengambil risko dalam berinvestasi Pengaruh pendapatan terhadap minat produk investasi di dasarkan pada investor yang memiliki pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki portofolio yang lebih berfluktuatif atau memiliki risiko lebih besar (Barber dan Odean, 2011; Schooley and Worden 2009). Sedangkan pendidikan mempengaruhi minat produk investasi dikarenakan jenjang pendidikan secara tidak langsung berhubungan dengan pengetahuan. Orang yang berani mengambil risiko (risk aggressive) bisa dikatakan berpendidikan tinggi karena memiliki pengetahuan yang luas dan mampu menghitung risiko yang dihadapi (Bhandari dan Deaves, 2006). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil karakteristik demografi yang di duga berpengaruh terhadap minat produk investasi masyarakat Condong Catur Depok Sleman adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pendapatan. 13 5. Pengertian Psikografi Menurut Mowen dan Minor (2004) psikografis adalah jenis riset konsumen yang menggambarkan segmen konsumen dalam hal bagaimana mereka hidup, bekerja, dan bermain. Psikografis digunakan untuk menilai konsumen gaya hidup dengan menganalisis aktivitas, minat, dan opini (AIO). Hal sama bisa diterapkan pada kajian mengenai psikografi konsumen produk investasi di dasarkan pada aktivitas, minat, pendapat (AIO) nilai (Pavani dan Anirudh, 2010; Ghazali dan Othman, 2003). Berdasarkan uraian di atas maka psikografi adalah menilai konsumen gaya hidup dengan menganalisis aktivitas, minat, dan opini. Apabila dikaitkan dengan psikografi pilihan investasi dapat diartikan sebagai menilai aktivitas, minat, pendapat (AIO) nilai sikap investor saat melihat pilihan investasi tertentu. 6. Ruang Lingkup Psikografi Terhadap Minat Produk Investasi Berbagai tori menunjukkan bahwa pengkategorian psikografi dapat dibedakan oleh penggolongan psikografi itu sendiri. Menurut Halim (2005) tipe psikografi investor dapat dibedakan berdasarkan preferensi investor terhadap risiko. Tipe psikografi investor berdasarkan preferensi investor tersebut dapat dibedakan menjadi tiga: a. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat 14 pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Investor jenis ini biasanya bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. Widiatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor berpreferensi resiko tinggi sangat menikmati resiko b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) merupakan investor yang akan meminta kenaikan pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umunya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi. Menurut Harefa (dalam Putra, 2011) sebagian besar investor berada pada kelompok ini. c. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) Investasi yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil. Investor jenis ini selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinya. Tipe risk averter akan senang ditawari saham yang memiliki beta yang rendah karena resikonya juga rendah. Mereka cendering memilih investasi dengan tingkat resiko rendah seperti tabungan deposito, unit link dan obligasi pemerintah. 15 Dalam pernyataan lain bahwa faktor psikografi minat produk investasi dapat dibedakan berdasarkan minat, ketertarikan dan opini seseorang terhadap isu-isu di sekitarnya. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya (Sumarwan, 2013). Minat, ketertarikan dan opini tersebut disebut juga sebagai AIO (Activities, Interest and Opinion). Dalam penelitian ini akan menggunakan adaptasi faktor AIO berdasarkan Plumer (1974 dalam Purwaningsih, 2008) yang menggunakan alat ukur berupa: Tabel II.1 Aktivitas, Minat, dan Opini Aktivitas Minat Opini Kerja Keluarga Diri sendiri Hobbi Rumah Isu sosial Kegiatan sosial Pekerjaan Politik Liburan Komunitas Bisnis Hiburan Rekreasi Ekonomi Keanggotaan pada klub Fashion Pendidikan Komunitas Kuliner Produk Belanja Media Masa depan Olahraga Pencapaian Kebudayaan Sumber: Plumer (1974 dalam Purwaningsih, 2008) 7. Pengertian Literasi Keuangan Lusardi dan Mitchell (2010) mendefinisikan literasi keuangan sebagai pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya (knowledge and ability). Menurut Agarwala et al (2012) pengertian literasi keuangan adalah seluruh pengetahuan keuangan yang diperlukan untuk 16 mengetehui tingkat inflasi dan pengembalian, hubungan antara tingkat inflasi dan pengembalian, tingkat resiko dan tingkat pengembalian serta aturan mengenai macam-macam reduksi pengembalian. Menurut Hung (2009), literasi keuangan adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan serta keahlian untuk mengelola sumber daya keuangan untuk mencapai kesejahteraan. Hailwood (2007) menyatakan bahwa literasi keuangan akan mempengaruhi bagaimana orang menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola keuangan Lebih jauh, kecakapan financial disini juga lebih menekankan pada kemampuan untuk memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan, hingga bagaimana menerapkannya secara tepat. Berdasarkan uraian di atas maka pengertian dari literasi keuangan yaitu mencakup mengenai pengetahuan dan kemampuan (knowledge and ability) keuangan untuk kemudian mengaplikasikannya dalam pengelolaan keuangan 8. Kategorisasi Literasi Keuangan Menurut Rodhiyah (2012) maka pengukuran pengelolaan keuangan pribadi berdasarkan yaitu meliputi perencanaan keuangan, pemanfaatan atau pengalokasian dana serta mengevaluasi kinerja keuangan. Secara lebih terperinci, menurut Reza (2015) maka langkah-langkah literasi keuangan tersebut adalah: (a) Perencanaan keuangan, adalah suatu proses mengelola uang untuk mencapai tujuan keuangan, tujuan keuangan bagi setiap orang berbeda- 17 beda., dan yang paling tahu mengenai diri dan tujuan hidup termasuk keuangan adalah diri sendiri. Perencanaan keuangan keluarga memang tidak berlaku umum, tetapi bersifat spesifik yang dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: status marital, pekerjaan, kondisi ekonomi, usia, asset yang dimiliki, akan tetapi perencanaan keuangan harus di buat se realistis mungkin. Menurut Masassya, (2014) perlu dilakukan 5 langkah-langkah perencanaan sebagai berikut : 1) Perlu diketahui tentang kekayaan bersih yang dimiliki (misalnya ; jumlah asset, utang, dan dana yang bisa disisihkan setiap bulan). 2) Menentukan tujuan keuangan (jangka pendek, menengah maupun panjang) 3) Membuat action plan (mengalokasikan pendapatan dalam empat hal yaitu konsumsi, saving, investasi dan proteksi) 4) Mengimplementasi plan tersebut secara disiplin. Secara periodik, plan yang telah dibuat dan diimplimentasikan di evaluasi tingkat kesesuaiannya, dan bisa dilakukakn perubahan sepanjang ada argumentasi yang jelas. (b)Pemanfaatan atau pengalokasian dana mengalokasikan dana berarti mengimplementasi plan/perencanaan yang telah di buat. Pengalokasian dana (dalam arti pendapatan) bulanan di bagi dalam tiga hal pokok yaitu : 18 1) Konsumsi, pengalokasian ini termasuk pengeluaran biaya tetap (fixed cost) yang tidak bisa di tunda lagi,yaitu : angsuran rumah, angsuran kendaraan, biaya telpon, listrik, dan air , kemudian baru biaya makan, minum, dan rekreasi. Biaya konsumsi ini beragam, akan tetapi perlu di patok atau di tentukan, lazimnya biaya ini berkisar antara 40 % - 50 %. 2) Saving atau tabungan, pengalokasian pada tabungan bisa dimaksudkan sebagai simpanan/tabungan tetap dan bisa di maksudkan sebagai tabungan untuk berjaga-jaga yaitu misalnya untuk keperluan ke dokter, dan memberi sumbangan. Tabungan ini juga perlu di tentukan dan yang lazim biasanya ber kisar 25 % , dari 25 % tersebut yang di gunakan untuk berjaga-jaga ber kisar antara 10%-15 %, sedangkan sisanya sebagai tabungan tetap. 3) Investasi, pengalokasian pada investasi disini dimaksudkan sebagai pengembang biakan uang tetapi secara terencana dan disiplin. Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih yaitu membeli emas koin, reksa dana atau iuran dana pensiun, maka action plan tentang proteksi dapat di masukkan dalam pengalokasian pendapat pada investasi (c) Mengevaluasi kinerja keuangan Evaluasi terhadap kondisi keuangan perlu dilakukan setidaknya meng evaluasi atau membandingkan antara rencana yang di buat pada awal tahun dan pencapaian realisasinya. Evaluasi dapat dilakukakn secara 19 periodik yaitu mulai penerimaan (cash in flow) hingga pengeluaran (cash out flow) yang ber implikasi terhadap asset maupun hutang. Evaluasi atau pemeriksaan keuangan dapat dilihat dari beberapa aspek: 1) Evaluasi terhadap penerimaan (cash in flow) apakah berasal dari hasil investasi atau pendapatan lain. 2) Evaluasi terhadap pengeluaran (cash out flow) yang berimplikasi terhadap posisi asset atau hutang. Pertambahan pengeluaran tidak boleh melebihi persentase tertentu dari peningkatan penghasilan. 3) Pertumbuhan asset, dihitung adalah asset netto yaitu sudah di kurangi dengan seluruh hutang. Chen and Volpe (2008) mengkategorikan literasi keuangan menjadi tiga kelompok, yaitu 1) < 60% yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang rendah 2) 60%–79%, yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang sedang dan 3) > 80% yang menunjukkan bahwa individu memiliki pengetahuan keuangan yang tinggi. Dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian Reza (2015) yang membagi langkah-langkah dalam literasi keuangan menjadi perencanaan, pelaksanaan /pengalokasian dan evaluasi 9. Pengertian Investasi Menurut Jogiyanto (2009) bahwa investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dahulu kita mengenal jenis investasi yang berupa tabungan, 20 deposito atau investasi dalam sektor riil seperti rumah, tanah dan lainnya. perkembangan perekonomian yang begitu pesat berimbas semakin berkembangnya jenis investasi yang tersedia saat ini, seperti contohnya saham, reksadana dan obligasi. Jenis investasi yang dipilih sangat berpengaruh terhadap seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut. Saat ini pilihan investasi berupa tabungan dan deposito tidak lagi menjadi suatu investasi yang menarik bagi orang-orang yang mengerti tentang perkembangan investasi karena tingkat pengembalian yang dihasilkan kecil. Investor lebih memilih untuk berinvestasi di saham atau obligasi karena memberikan keuntungan yang besar walaupun memiliki risiko yang besar juga. Menurut Sunariyah (2014) bahwa investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan return di masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Menurut Tandelilin (2011), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. Menurut Halim (2013) investasi selalu memiliki dua sisi, yaitu return dan risiko. Dalam berinvestasi berlaku hukum bahwa 21 semakin tinggi return yang ditawarkan maka semakin tinggi pula risiko yang harus ditanggung investor. Investor bisa saja mengalami kerugian bahkan lebih dari itu bisa kehilangan semua modalnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah penanaman modal yang berasal dari penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. 10. Pengertian Minat Investasi Menurut Muhaimin, (dalam Ramadhan, 2015) minat adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu kegiatan tertentu diantara sejumlah kegiatan lain yang berbeda. Menurut Djamarah (2008) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Demikian pula bagi seseorang yang memiliki minat produk investasi akan memiliki konsistensi terhadap pemilihan produk investasi sesuai yang dikehendaki. Kehendak tersebut menjadi dorongan yang ada pada diri individu, menggambarkan perlunya perlakuan yang luas, sehingga ciri-ciri terlihat lebih terinci dan jelas sesuai dengan faktor kebutuhan. Oleh karena itu ciri-ciri dan minat seseorang akan menjadi pedoman penyelenggara program aktifitas dalam berinvestasi (Chambali, 2010). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat investasi adalah kecenderungan seseorang untuk memilih bentuk 22 penanaman modal yang berasal dari penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. 11. Ruang Lingkup Produk Investasi Menurut Tandelilin (2011) ada dua jenis asset yang dapat digunakan sebagai sarana investasi yaitu: 1. Real asset yaitu investasi yang dilakukan dalam asset-asset yang berwujud nyata seperti: emas, real estate dan karya seni. 2. Financial asset yaitu investasi yang dilakukan pada sektor-sektor financial, seperti: deposito, saham, obligasi, reksadana. Menurut Jogiyanto (2010), investasi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Investasi Langsung Investasi langsung (direct investment) dilakukan dengan membeli aktiva keuangan secara langsung yang dapat diperjualbelikan di pasar uang, pasar modal atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan (contohnya : Tabungan dan Deposito) 2) Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan a) Investasi langsung di pasar uang (contohnya : T-bill dan deposito yang dapat dinegosiasikan). b) Investasi langsung di pasar modal i. Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities) contohnya : T-bond dan lain-lain. 23 ii. Saham-saham (equity securities) contohnya: saham preferen (preffered stock) dan saham biasa (common stock). iii. Investasi langsung di pasar turunan (contohnya opsi dan future contract). b. Investasi tidak langsung Investasi ini dilakukan dengan cara membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Berdasarkan uraian diatas maka jenis produk investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) low risk asset seperti reksa dana pasar uang (RDPU) dan deposito, (2) moderate risk asset seperti obligasi, reksa dana pendapatan tetap (RPDT), dan (3) high risk asset seperti reksa dana saham (RDS) dan saham (4) real asset yaitu properti, emas, real estate dan karya seni. B. Penelitian Sebelumnya Ariadi et all (2015) dalam penelitian berjudul “Analisa Hubungan Financial Literacy dan Demografi Dengan Investasi, Saving dan Konsumsi”. Penelitian ini ditujukan untuk beberapa hal yaitu : untuk mengetahui apakah tingkat financial literacy, jenis kelamin, dan allowance memiliki hubungan dengan investasi. Selain itu, untuk mengetahui apakah tingkat financial literacy, jenis kelamin, dan allowance memiliki hubungan dengan saving dan untuk mengetahui apakah tingkat financial literacy, jenis kelamin, dan allowance memiliki hubungan dengan konsumsi. Responden 24 penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Petra Fakultas Ekonomi angkatan 2011 sampai 2013 sejumlah 317 orang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner ke 317 responden. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross tabulation dan chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu tingkat financial literacy, jenis kelamin dan allowance mempunyai hubungan dengan investasi, saving dan konsumsi pada mahasiswa UKP Fakultas Ekonomi angkatan 2011 sampai 2013 Tallo et all (2015) dalam penelitian berjudul “Analisa Hubungan Faktor Demografi, Profil Risiko, Dan Keputusan Investor Dalam Alokasi Aset.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan faktor demografi yang berhubungan dengan profil risiko investor dan juga keputusan investor dalam alokasi jenis aset yang di investasikan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang berada di wilayah kota surabaya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini adalah menemukan beberapa variabel demografi berhubungan langsung dengan profil risiko dan alokasi aset investor, namun ada beberapa variable yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan profil risiko dan alokasi aset investor. Serta adanya hubungan signifikan antara profil risiko investor dengan keputusan investor dalam mengalokasi aset. Rudhy (2013) dalam penelitian berjudul “Analisis Pengukuran Faktor Demografi Terhadap Minat Inyestasi Generasi Muda Di Pasar Modal”. 25 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor demografi yang mempengaruhi minat generasi muda untuk berinvestasi di pasar modal. Penelitian ini memfokuskan generasi muda sebagai responden dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui survei dan dilakasanakan dengan cara pembagian kuesioner. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang menunjukkan bahwa faktor demografi, yaitu status pernikahan, pendidikan dan pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap minat investasi generasi muda di pasar modal. Sedangkan faktor demografi lainnya yaitu tipe pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat investasi generasi muda di pasar modal. Pratiwi (2015) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Jenis Investasi Dan Perilaku Investor Pasar Modal Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor demografi mempunyai pengaruh terhadap jenis investasi dan perilaku investor di pasar modal Surabaya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu investor pasar modal Surabaya. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak seratus responden pada sepuluh perusahaan sekuritas di Surabaya dan analisis dilakukan dengan cara menggunakan analisis crosstab dan chisquare untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor demografi pada status pernikahan secara signifikan mempengaruhi perilaku investor. sedangkanjenis investasi berpengaruh signifikan terhadap perilaku investor di pasar modal Surabaya. 26 Piwi (2013) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Karakteristik Psikografi dan Demografi Terhadap Perilaku Investor dan Jenis Investasi, Magister Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik psikografi terhadap perilaku investor, pengaruh karakteristik psikografi terhadap jenis investasi yang dipilih, pengaruh karakteristik demografi terhadap perilaku investor, pengaruh karakteristik demografi terhadap jenis investasi yang dipilih. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah investor yang bermukin di Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan pertimbangan tertentu, yaitu dalam penelitian ini responden secara khusus adalah orang yang telah berinvestasi di saham. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 responden. Analisis data inferensial dalam penelitian ini dilakukan dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak sepenuhnya karakteristik psikografi yang berpengaruh terhadap perilaku investor, dari empat faktor yaitu self confident, careful spender, risk innovative, dan debt avoider, hanya carefull spender yang berpegaruh terhadap perilaku investor. (2) karakteristik psikografi tidak berpengaruh terhadap jenis investasi. (3) tidak sepenuhnya karakteristik demografi berpengaruh terhadap perilaku investor, dari enam karakteristik demografik yang berpengaruh hanya jenis kelamin, status pernikahan, dan jumlah anggota keluarga. (4) tidak sepenuhnya karakteristik demografik yang berpengaruh terhadap jenis investasi, dari enam karakteristik yang berpengaruh hanya satu yaitu jenis kelamin. 27 C. Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan berbagai teori serta penelitian sebelumnya maka peneliti menyusun kerangka pikir penelitian yang di uraikan sebagaimana berikut: Variabel X X1 Demografi D. + Variabel Y + X2 Psikografi Y + Produk Investasi X3 Literasi Keuangan Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir di atas menunjukkan bahwa variabel demografi, psikografi dan literasi keuangan memeiliki pengaruh secara parsial terhadap minat produk investasi. Hal ini digambarkan melalui anak panah dari variabel X (variabel demografi, psikografi dan literasi keuangan) terhadap variabel Y (minat produk invetasi). E. Hipotesis Penelitian Menurut Arikunto (2010) hipotesis adalah jawaban penelitian yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 28 H. 1. Demografi berpengaruh positif terhadap minat produk investasi H. 2. Psikografi berpengaruh positif terhadap terhadap minat produk investasi H. 3. Literasi Keuangan berpengaruh positif terhadap minat produk investasi