1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir ini, kasus penyakit jantung cukup banyak terjadi di masyarakat. Data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner (coronary heart disease) sebanyak 0,5% dan prevalensi penyakit gagal jantung sebesar 0,13% (Riskesdas 2013). Salah satu keadaan yang mungkin terjadi pada penderita penyakit jantung koroner adalah kasus henti jantung, atau lebih (Mehta, et sering al. disebut 1997). Di sebagai cardiac arrest berbagai belahan dunia, prevalensi kasus cardiac arrest cukup tinggi. Sebagai contoh, di Amerika Serikat angka kejadian cardiac arrest mencapai 200.000 kasus per-tahun (Roger et al. 2012). Selain prevalensi itu, cardiac menurut arrest di Herlitz Eropa et al. mencapai (1999) 350.000 kasus per-tahun (cited in Quintard et al. 2011). Diantara mekanisme yang terjadi pada kasus cardiac arrest yang didahului penyakit jantung koroner adalah adanya proses reentrant tachyarrhythmias sebagai akibat 2 dari fase reperfusi untuk memberikan suplai oksigen dan nutrisi lainnya ischemia cardiac pada (Junttila arrest resusitasi & yang jantung area jantung Myerburg berhasil paru yang 2012). Pada mendapatkan adekuat akan mengalami pasien penanganan terhindar dari kematian, namun tetap memiliki kerusakan otak karena hipoksia dan ischemia yang bersifat global atau disebut juga transient global ischemia (Madl & Holzer 2004, Quintard et al. 2011, dan Inagaki et al. 2013). Transient global ischemia pada pasien cardiac arrest yang berhasil mendapatkan resusitasi jantung paru menyebabkan terjadinya kematian neuron pada area rentan yang disebabkan aliran darah karena pada adanya otak dan gangguan resirkulasi ketidakstabilan proses metabolisme otak (Madl & Holzer 2004). Pada pasien cardiac arrest yang telah mendapatkan pelayanan rumah sakit, didapatkan adanya peningkatan distres psikologis, antara lain: depresi, cemas, dan PTSD (Schaaf et al. 2012). Insidensi kecemasan yang timbul pada pasien paska cardiac arrest berjumlah 13 – 61% dari total pasien (Schaaf et al. 2012). Pada percobaan yang dilakukan pada model tikus, keadaan transient global ischemia memiliki kecenderungan terjadinya kerusakan di berbagai area di 3 otak. Di antara area yang memiliki resiko tinggi terjadinya kerusakan akibat kurangnya suplai nutrisi dan oksigen adalah hippocampus, striatum, dan neocortex posterior (Pulsinelli & Brierley 1979). Dalam penelitian piramidalis pada hippocampus juga dikenal proses 2012 dengan regio pada mengalami kerusakan yang death paska et 1997). transient sel-sel ammonis-1) neuronal al. bahwa (cornu jaringan Gorter terjadinya disebutkan CA1 rentan delayed reperfusi dan lain global akibat iskemia (Movassaghi Walaupun ischemia adanya demikian, menyebabkan seluruh area hippocampus (CA1–CA4) mengalami kerusakan (Soares et al. 2013). Lebih menyebabkan relatif, lanjut, kerusakan terjadinya diantaranya pada area hippocampus efek emosional yang bersifat adalah kecemasan yang bersifat permanen (Soares et al. 2013). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah terjadi peningkatan kecemasan pada tikus yang mengalami transient global ischemia, diukur dengan metode light box test? elevated plus maze dan dark and 4 2. Adakah perbedaan tingkat kecemasan pada hari ke-3 dan hari ke-10 pasca perlakuan BCCO? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui efek kecemasan yang timbul pada tikus Wistar yang mengalami transient global ischemia 2. Membandingkan tikus efek Wistar kecemasan yang yang mengalami muncul transient pada global ischemia pada hari ke-3 dan ke-10 pasca perlakuan BCCO D. Keaslian Penelitian Studi mengenai transient global ischemia yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan neurohistologis telah dilakukan Penelitian oleh mengenai beberapa peneliti transient sebelumnya. global ischemia diantaranya telah dilakukan oleh Yan et al. (2007) yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode dark and light box test didapatkan adanya penurunan kecemasan pada tikus ketika tes yang mengalami dilakukan pada global hari cerebral ke-4 ischemia post-ischemia, dimana penelitian ini dilakukan dengan pembuatan model ischemia melalui metode BCCO selama 5 menit berulang 2 kali dengan selisih masing-masing selama 10 menit. 5 Selanjutnya, penelitian lain tentang hal ini juga telah dilakukan menunjukkan oleh bahwa Milot pada & hari Plamondon pertama (2009) uji dan perilaku didapatkan hasil terjadi peningkatan level kecemasan pada hari pertama, namun pada hari ke-5 turun dan cenderung stabil (normal) pada hari ke-15 dan hari ke30 pasca iskemia. Percobaan ini dilakukan dengan pembuatan model iskemia melalui metode oklusi 4 vasa selama 10 menit. Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, Soares et al. (2013) mempublikasikan penelitian tentang transient global ischemic dan didapatkan hasil bahwa perlakuan BCCO (bilateral carotid communis artery occlusion) selama 17 menit dapat menyebabkan kecemasan pada tikus hingga hari yang bersifat ke-28 setelah persisten dari reperfusi, hari bahkan ke-7 tingkat kecemasan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan metode Morris water maze, open field, dan elevated adanya plus maze secara neurodegenerasi simultan hippocampus ditambah pada dengan semua area hippocampus (C1-C4) dari hari ke-7 hingga hari ke-28. Selain itu, penurunan neurogenesis pada hippocampus juga terjadi sejak hari ke-14 hingga hari ke-28 pascareperfusi. 6 Berdasarkan beberapa penelitian, di atas maka dimungkinan perbedaan hasil dikarenakan beberapa hal, diantaranya: metode pembuatan ischemia, metode pengujian, waktu pengambilan data, dan strain tikus. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian pembuatan model iskemia dengan BCCO selama 20 menit dan pengujian menggunakan metode dark and light box test dan elevated plus maze pada hari ke-3 dan hari ke-10. Adapun strain tikus yang digunakan adalah tikus Wistar dari bagian Farmakologi dan Terapi FK UGM. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Diketahui perbedaan tingkat kecemasan pada tikus yang mengalami transient global ischemia pada hari ke-3 dan ke-10 yang menggunakan model BCCO. 2. Sebagai dasar untuk studi lebih lanjut mengenai transient global ischemia dan/ atau perubahan perilaku kecemasan yang terjadi setelahnya. 3. Sebagai bahan acuan untuk pengembangan terapi dan/ atau prevensi agen neuroprotektif dan/ atau anxiolytic pada individu yang mengalami transient global ischemia.