Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita TV tentang isu

advertisement
1 PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TV
TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA
DAN CITRA IPB
(Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Oleh:
Yuvita Amalia Pohan
I34070108
DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
6 PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA
TELEVISI TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU
FORMULA DAN CITRA IPB (KASUS : DESA CIMANGGU I,
KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR” BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2011
Yuvita Amalia Pohan
I34070108
2 ABSTRACT
YUVITA AMALIA POHAN. The Housewife Perception of Television News
Program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB Image (Case
Cimanggu I Village, Cibungbulang, Bogor) Supervised by: AMIRUDDIN
SALEH
This research focused on Housewife Perception of Television News
Program about E. sakazakii Issue in Formula Milk and IPB’s Image (Case
Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency). This research has
been conducted by using quantitative and qualitative method at Cimanggu I
Village, Cibungbulang District, Bogor Regency on April-May 2011. The
Respondents in this research were a housewife who lives in Cimanggu I village
and already watched television news program about E. sakazakii issue on formula
milk. The total respondents are 46 persons. Respondent was chosen by using
judgement sampling. The goal of this research are 1) Knowing housewife
perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk. 2)
Knowing housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in
formula milk on television news. 3) Analysing the individual factors, social and
environmental influences, television exposure that correlated with a housewife
perception of television news program about E. sakazakii issue. 4) Analysing the
correlation between a housewife perception of television news program about E.
sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E.
sakazakii issue in formula milk on television news. Based on research result, from
individual factors, social and environment influences also television exposure
have no tangible connection with a housewife perception of television news
program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB’s image. There’s also
no tangible correlation between a housewife perception of television news
program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a
result of E. sakazakii issue in formula milk on television news.
Key words: perception, exposure, television, E. sakazakii
3 RINGKASAN
YUVITA AMALIA POHAN. Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra
IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Di
bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH.
Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif
dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Televisi memiliki kelebihan di
dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam
bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu
liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki
kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa
cukup besar. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensi digunakan
sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun
Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju.
Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau
tidaknya program tersebut oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak
sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya
lebih baik. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga
pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Berita mengenai
susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii)
akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan. Kesimpang siuran akan produk susu
formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan
kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita
TV, khususnya bagi ibu rumah tangga.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu rumah
tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii
dalam susu formula, Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB
akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam
susu formula, menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan
pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam
susu formula dan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara
persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii
dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB.
Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu
April sampai Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif
menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan
pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini
meliputi ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Cimanggu I (RW 04 dan RW 06)
dan telah menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa.
Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji chi-square, uji koefiesien
contingency dan uji korelasi rank Spearman yang diolah dengan program SPSS
for Windows versi 17,0. Chi Square dan uji koefisien contingency digunakan
4 untuk menguji hubungan data skala nominal dengan ordinal, sedangkan uji
korelasi rank Spearman untuk menguji hubungan data skala ordinal dan dengan
data ordinal.
Hasil dari penelitian ini adalah persepsi ibu rumah tangga terhadap
program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar
2.71. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan
pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk
dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah
dimengerti. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita
televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini
dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3.
Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu
rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki
kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang
pertanian.
Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak
terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap
program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara
keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada
karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial
yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif
informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya
tarik format acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa
unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita
baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu
menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki
hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan nyata
dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara keseluruhan.
Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi terhadap berita
televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara yang memiliki
hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula.
5 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:
Nama
: Yuvita Amalia Pohan
NRP
: I34070108
Departemen
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita TV
tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan
Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor).
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
NIP 19611113 198811 1 001
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Ketua
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus:
7 RIWAYAT HIDUP
Yuvita Amalia Pohan, lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1988.
Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan
Yusup Pohan dan Siti Hotna. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Pondok Bambu 01 Pagi (Jakarta Timur) pada tahun 1995-2001.
Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN)
Pondok Bambu 51 (Jakarta Timur) pada tahun 2001-2004, dan Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMAN 54) Kampung Melayu (Jakarta Timur) pada tahun 20042007. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya di
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Untuk melengkapi
kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor Kewirausahaan
Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
mengikuti beberapa organisasi, unit kegiatan mahasiswa (UKM) serta kegiatan
kepanitiaan. Penulis pernah tergabung kedalam UKM Paduan Suara Mahasiswa
Agriaswara, dan menjadi sekertaris dalam divisi kesekretariatan Agriaswara
periode 2008-2009. Penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa, yaitu
Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat (HIMASIERA), yang merupakan himpunan profesi di dalam
Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penulis aktif di dalam
organiasai HIMASIERA selama 2 tahun (2008-2010) berturut-turut dalam divisi
community develepment (comdev). Penulis juga merupakan asisten praktikum
komunikasi kelompok selama satu semester.
Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kepanitiaan. Di
IPB, penulis pernah menjadi panitia di beberapa event, seperti FOTRANUSA,
IPB ART CONTEST, GENUS, dan ketua divisi acara pada kepanitiaan CSR
Essential dan Konser Amal Mini ”Kami Peduli, Kamu?”. Selama kuliah penulis
pernah mengikuti kegiatan yang mengasah soft skill, seperti IPB Go Field pada
tahun 2009, selama satu bulan di Desa Leuwikaret yang merupakan desa binaan
Indocement, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
8 KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu Rumah Tangga
terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan
Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
ini mengupas tentang persepsi masayrakat terhadap berita TV dan citra suatu
lembaga akibat berita tersebut.
Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang
masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat
disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap
skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
Penulis
9 UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis, memberikan
semangat kepada penulis, dan senantiasa memberikan masukan-masukan
yang begitu berarti selama penyusunan studi pustaka ini.
2. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia
meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis.
3. Ir. Murdianto, Msi sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada
sidang Skripsi penulis.
4. Ayahanda Yusuf Pohan dan Ibunda Siti Hotna tercinta sebagai sumber
motivasi utama bagi penulis yang senantiasa mendukung penulis baik moril
maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kakakku tersayang Nova Sulviana Pohan sebagai panutan yang telah
memberikan semangat serta dorongan positif bagi penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi
6. Sahabat-sahabatku di Departemen Sains KPM 44 yaitu Anggi, Wina, Ira,
Vivi, Ma’rifatu, Didi, Vitdes, Chae, Karin, Pia, Dinda, Dimit, Anis, Aul yang
selalu memberikan tawa dan canda selama kuliah di IPB serta mendukung
dan memotivasi satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.
7. Teman-teman VOC (Voice of Communication) Laras, Manda, Dian, Yosh,
Bocad, Adji, Hendra, Bagus, dan Gian yang telah memberikan angin segar
dalam menyalurkan bakat, minat, dan hobi penulis di tengah kesibukan
kehidupan perkuliahan.
8. Teman-teman di HIMASIERA yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk mengasah softskill penulis.
9. Seluruh teman-teman Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat
angkatan 44, 45, 46 yang telah memberikan dorongan positif bagi penulis
untuk dalam menulis skripsi.
10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan
kerjasama selama ini.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca terutama dalam hal memahami lebih jauh tentang media
siaran.
Bogor, Juli 2011
Penulis
10 DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...........................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................
1.1. Latar Belakang………………………………...................
1.2. Rumusan Masalah…………………………....................
1.3. Tujuan Penulisan ……………………...............................
1.4. Kegunaan Penulisan ……………………………..............
BAB II TINJAUAN TEORITIS .........................................................
2.1. Tinjauan Pustaka ...............................................................
2.1.1 Komunikasi Massa ................................................
2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi .........................
2.1.3 Siaran Televisi .......................................................
2.1.3.1 Program Berita Televisi ..........................
2.1.3.2 Tayangan
Berita
Susu
Formula
Tercemar Bakteri Sakazakii ...................
2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi .......
2.1.5 Persepsi Khalayak .................................................
2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga .............
2.2. Kerangka Pemikiran ..........................................................
2.3. Hipotesis Penelitian ...........................................................
2.4. Definisi Operasional ..........................................................
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................
3.1. Desain Penelitian ...............................................................
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................
3.3. Populasi dan Sampel ……………………………………..
3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ……………..
3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................
3.5.1 Validitas Instrumen ……………………………..
3.5.2 Reliabilitas Instrumen …………………………..
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...............................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................
4.1.1 Kondisi Fisik ..........................................................
4.1.2. Kependudukan , Pendidikan dan Mata
Pencaharian .............................................................
4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa .....................................
4.1.4. Kelembagaan Desa .................................................
4.2. Gambaran Umum Responden ...........................................
4.2.1. Karakteristik Individu ............................................
4.2.1.1 Usia Responden .......................................
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan ..................................
4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ......................
4.2.1.4 Motif Menonton .......................................
x
xii
xiii
xv
1
1
3
4
4
6
6
6
6
8
9
10
11
14
16
17
20
20
24
24
24
24
25
26
26
28
28
30
30
30
31
32
33
35
35
36
37
38
39
11 4.2.2. Lingkungan Sosial ..............................................
4.2.2.1 Frekuensi Interaksi ...................................
4.2.2.3 Pasangan Interaksi ....................................
4.2.3 Keterdedahan .........................................................
4.2.3.1 Frekuensi Menonton .................................
4.2.3.2 Waktu Menonton .....................................
4.2.3.3 Lama Menonton .......................................
4.2.3.4 Program Berita .........................................
4.3 Persepsi Responden ...........................................................
4.3.1 Persepsi bu Rumah Tangga terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula.............................................
4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB
Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu
formula pada Berita TV...........................................
4.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu
Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu
Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ................
4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program
Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam
Susu Formula ......................................................
4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi
terhadap Program Berita Televisi
tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam
susu formula ......................................
4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan
dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam susu formula ..............
4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan
dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam susu formula...............
4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton
dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam susu formula ..............
4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi
Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita
tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula ............................................................
4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan
Persepsi terhadap Program Berita
Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula ..............................
4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan
Persepsi terhadap Program Berita
42
42
44
45
46
47
47
49
50
51
53
55
56
57
58
58
59
60
60
12 Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula ..............................
4.4.3 Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu
Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang
Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula...........................................................
4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton
dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula ..............
4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton
dengan Persepsi terhadap
Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula ..............
4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton
dengan Persepsi terhadap
Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula ..............
4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita
dengan Persepsi terhadap
Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula ..............
4.5 Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam
Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga
terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula.......................................
4.5.1 Hubungan antara Nilai Informasi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E.
sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi
terhadap Citra IPB ..............................................
4.5.2 Hubungan antara Daya Tarik Format Acara
terhadap Program Berita Televisi tentang Isu
Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan
Persepsi terhadap Citra IPB ..................................
BAB V PENUTUP …………………………………………………..
5.1. Kesimpulan ........................................................................
5.2 Saran ……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................
61
61
62
62
63
64
65
66
66
68
68
69
71
74
13 DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Halaman
Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and
gratification.........................................................................
Sebaran luas lahan menunrut penggunaannya di
Desa Cimanggu I ...............................................................
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Desa Cimanggu I pada tahun 2011 ....................................
Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 .......................................
Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di
Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ..........................................
Jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di
Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ..........................................
Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun
2008 ...................................................................................
Distribusi responden menurut karakteristik individu,
tahun 2011 .........................................................................
Pengaruh lingkungan sosial responden penelitian .............
Gambaran responden menurut tingkat keterdedahan
responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula ............................................................
Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula dan citra IPB ......................
Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula .........
Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB
akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii
dalam susu formula ............................................................
13
30
31
31
32
32
33
36
43
45
51
56
65
14 DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Halaman
Proses pembentukan persepsi berdasarkan model
Solomon (Sutisna, 1999) ..............................................
Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga
terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula dan citra IPB ………….
Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per
Bulan April tahun 2011 ...............................................
Persentase tingkat pendidikan responden di Desa
Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ......................
Persentase jenis pekerjaan responden di Desa
Cimanggu I per Bulan April 2011 ................................
Persentase pemenuhan motif informasi dalam
menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu
formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan
April 2011 ....................................................................
Persentase motif identitas personal dalam menonton
tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan
citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ...
Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam
menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu
formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan
April 2011 ....................................................................
Persentase motif hiburan sosial dalam menonton
tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan
citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011
....................................................................
Persentase frekuensi interaksi responden dalam
membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula per Bulan April 2011 ......................................
Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering
dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011 ........
Frekuensi responden menonton tayangan berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula per Bulan April 2011 ......................................
Waktu responden menonton tayangan berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
per Bulan April 2011 ....................................................
Lama responden menonton tayangan berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
per Bulan April 2011 ....................................................
Program berita yang dipilih responden untuk
menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri
E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011
15
19
37
38
39
40
40
41
42
44
44
46
47
48
49
15 DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian ........................................................
Lampiran 2
Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06
Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor per Bulan Maret 2011 ………………………….
Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula pada RW 04 dan RW 06 .............................
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner .............................
Hasil pengolahan data ......................................................
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
75
81
88
90
93
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif
dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Data menunjukkan bahwa
hampir 70% penduduk Indonesia memiliki dan menonton televisi setiap harinya.
Hal ini menunjukkan bahwa televisi sangat dekat dengan masyarakat Indonesia,
bahkan sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh masyarakat Indonesia.
Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi
mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak,
memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat,
sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan
jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Morissan (2010) juga
menambahkan bahwa televisi memiliki berbagai kelebihan dibanding media
lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas, dan fleksibilitas, fokus
perhatian, kreativitas dan efek, prestise serta waktu tertentu. Melihat fakta
tersebut,
televisi
tentu
sangat
berpotensial
digunakan
sebagai
media
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai
bangsa yang cerdas dan maju.
Disamping seluruh kelebihannya, televisi tentunya juga memiliki
kekurangan, seperti isi pesan yang diberikan oleh televisi bersifat sekilas, tidak
bisa diulang oleh pemirsa, dan terikat oleh waktu tontonan, selain itu televisi juga
relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan media komunikasi massa lain seperti
media cetak dan radio.
Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga
pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Akhir-akhir ini
berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter
sakazakii (E. sakazakii) sedang hangat dibicarakan kembali. Awal mula isu
bakteri E. sakazakii terdapat di susu formula dan makanan bayi disebabkan oleh
penelitian IPB (Estuningsih et al., 2006) dengan judul Potensi Kejadian
Meningitis Pada Neonatus Akibat Infeksi Enterobacter sakazakii yang Diisolasi
2 dari Makanan Bayi dan Susu Formula. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 22 susu formula dan 15 sampel makanan bayi (MP-ASI) produksi dalam
negeri (lokal) menunjukan hasil sebanyak 22,73% susu formula dan 46,7%
makanan bayi (MP-ASI) yang diteliti terkontaminasi E. sakazakii. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui pengaruh suhu rekonstitusi pada isolate lokal bakteri
E. sakazakii yang berguna pada manajemen resiko bakteri ini. Namun, entah
bagaimana berita yang justru muncul di tengah masyarakat adalah berita
“Penelitian IPB menyatakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu
formula dan makanan bayi.”
Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin besarnya berita ini di tengah
masyarakat adalah berkat peran media massa, khususnya televisi. Pardiman
(2011) seorang anggota komisi IX DPR RI dari fraksi Partai Golkar memberikan
apresiasi kepada media massa yang terus memberitakan persoalan susu formula
tersebut. Ia meminta media terus melaporkannya sampai ada kepastian sehingga
masyarakat menjadi tenang.
"Kalau diumumkan dan tidak ada yang membeli itu konsekuensi logis.
Intelektual jangan mau dibayar untuk melindungi ini, maka sama dengan
teroris bidang kesehatan," serunya1.
Namun, perlu diingat bahwa isi pesan yang diberikan oleh televisi dapat
diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut persepsi pemirsa, begitu pula
dengan dampak yang ditimbulkan dari informasi yang disajikan oleh televisi. Hal
tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi
pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan
kondisi pemirsa pada saat menonton televisi (Sukarelawati, 2009).
Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar
Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada
masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah
tangga. Sebagian masyarakat akan cemas dengan isu ini dan berusaha semaksimal
mungkin untuk mengetahui perkembangan isu ini dan memperoleh jawaban atas
produk pangan yang aman untuk dikonsumsi, namun sebagian masyarakat
1
Jakartapress.com. 2011. “DPR Ancam Kampanyekan IPB Kampus Tak Jujur.”
http://jakartapress.com/home/berita/news/DPR-ancam-kampanyekan-IPB-kampus-tak-jujur.html
[diakses 17 Februari 2011]
3 mungkin akan menganggap isu ini biasa saja dan tidak menganggap hal yang
penting, sebagian lagi mungkin akan berpikir bahwa isu ini adalah salah satu jenis
politik untuk mengangkat atau bahkan menjatuhkan pihak tertentu. Berangkat dari
hal tersebut, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana persepsi ibu rumah
tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu
formula dan citra IPB.
1.2
Rumusan Masalah
Program-program yang ditayangkan oleh televisi sangat beragam, semakin
banyak program acara televisi yang disuguhkan kepada pemirsa maka akan
semakin meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal penggunaan media televisi.
Beragam alternatif tayangan televisi yang disajikan televisi dapat dipilih oleh
masyarakat sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan
informasi, pendidikan, maupun hiburan. Salah satu program yang banyak
disajikan oleh televisi adalah program mengenai informasi, yaitu berita. Jenis
berita yang menjadi kunci dari penelitian ini adalah berita mengenai susu formula
yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, berita susu formula yang
tercemar oleh bakteri E. sakazakii sedang hangat dibicarakan. Hampir seluruh TV
baik swasta maupun pemerintah menyampaikan informasi ini setiap harinya.
Banyaknya terpaan berita susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii
menimbulkan efek yang bervariasi terhadap individu pemirsanya. Berdasarkan
latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang
dirumuskan dalam penelitian kali ini adalah:
1.
Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap berita TV tentang isu bakteri
Enterobacter sakazakii dalam susu formula ?
2.
Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita
televisi tentang isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula?
3.
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula?
4 4.
Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap citra IPB?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang
telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab
rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:
1.
Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi
tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.
2.
Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program
berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula.
3.
Menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada
program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii
dalam susu formula.
4.
Mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah
tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu
formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB.
1.4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca
maupun peminat studi yang dijadikan topik tulisan agar menambah informasi
sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penelitian ilmiah terkait
dengan masalah peran media siaran, khususnya kepada:
1. Kalangan praktisi dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam
menyusun dan merancang program berita televisi yang terpercaya.
2. Bagi masyarakat, memberikan informasi hubungan televisi sebagai media
informasi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat.
3. Kalangan akademisi dapat menambah khasanah penelitian media siaran,
khususnya penelitian mengenai televisi sebagai media informasi, dan untuk
5 literatur selanjutnya bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh konsep
media siaran dalam pengembangan masyarakat.
4. Kalangan pemerintah dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam
pembentukan kebijakan-kebijakan acara televisi.
6 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat (Rakhmat 2005). Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan
dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan
empat tanda pokok dari komunikasi massa (1) bersifat tidak langsung, artinya
harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi
antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya
ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik
yang secara geografis tersebar (Neumann 1973 dalam Rakhmat, 2005).
Menurut DeVito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah
peubah yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan,
proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak
digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman
audio-kaset dan internet. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, jenis media
komunikasi massa yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah televisi.
2.1.2
Televisi Sebagai Media Informasi
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering dibedakan menjadi media
massa berbentuk tampak (visual), media massa berbentu dengar (audio) dan
media massa berbentuk gabungan tampak dengar (audio visual). Media massa
adalah alat yang digunakan dalam penyampain pesan dari sumber kepada
khalayak penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio dan televisi (Mulyana, 2008).
McQuail (2002) mengungkapkan tentang serangkaian ide dasar mengenai
tujuan media dalam masyarakat, yakni informasi, korelasi, kesinambungan,
7 hiburan dan mobilisasi. Nurudin (2009) dalam Buku Pengantar Komunikasi
Massa, menyimpulkan beberapa fungsi komunikasi massa dari para ahli
komunikasi. Nurudin menyebutkan bahwa fungsi komunikasi massa antara lain
adalah informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial,
pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif
dan menggugat hubungan trikotomi.
Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio,
televisi hingga internet mempunyai pengaruh besar dalam pembentukkan opini
dan kepercayaan orang. Di antara berbagai media massa yang ada, salah satunya
yang paling banyak dimanfaatkan saat ini adalah televisi. Kata “televisi”
merupakan gabungan dari bahasa Yunani, yaitu kata tele yang berarti jauh dan
visio dari bahasa Latin, yang berarti penglihatan. Sehingga televisi dapat diartikan
sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi merupakan
sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama
suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang
mengubah
cahaya
dan
suara
ke
dalam
gelombang
elektronik
dan
mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat
didengar (Nurfalah, 2007).
Televisi memiliki beberapa fungsi sebagai media massa. Beberapa fungsi
televisi yang diungkapkan oleh Joseph R. Dominick (Winarso, 2005) tentang
lima teori fungsi televisi yaitu di antaranya: (1) Fungsi pengawasan, media
mengambil tempat sebagai penjaga dan pengawas. (2) Fungsi penafsiran, fungsi
ini berkaitan erat dengan fungsi pengawasan, media massa tidak hanya
menyediakan fakta dan data namun juga memberikan informasi mengenai arti
kunci penting mengenai kejadian-kejadian itu. (3) Fungsi penghubung, media
massa dapat bekerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang berbeda yang
tidak secara langsung berhubungan dengan saluran–saluran interpersonal. (4)
Fungsi penerusan nilai, media massa menghadirkan gambaran masyarakat kita
dan dengan mengamati, mendengarkan, dan membaca, kita memelajari bagaimana
orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai yang penting. (5)
Fungsi hiburan, saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia,
8 fungsi TV sebagai hiburan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan penat
seseorang.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi utama
dari televisi adalah sebagai media informasi. Komponen paling penting untuk
mengetahui fungsi informasi ini adalah berita yang disajikan. Fakta-fakta yag
dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkan dalam tulisan lalu disajikan
dalam bentuk audio visual oleh televisi. Jakob (2001) dalam Nurudin (2009)
menyebutkan bahwa fungsi televisi dalam menyajikan informasi adalah
melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan
makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Televisi sebagai media informasi
yang di dalamnya memiliki pers seharusnya mengumpulkan sebanyak-banyaknya
materi yang diperlukan untuk membuat kejadian dan makna kejadian
bersangkutan bisa dipahami oleh publik sebelum informasi ini disebarkan ke
publik. Hal ini berarti televisi dengan pers di dalamnya tidak lagi melaporkan
sesuatu dengan satu dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multidimensi
dan mengungkapkan latar belakangnya. Televisi sebagai media informasi harus
dapat menyajikan informasi masa lalu, masa kini, aktual dan berperspektif masa
depan.
2.1.3 Siaran Televisi
Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seunik
dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak.
Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita)
dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi
menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita
terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan
kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas
tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan.
Selain pembagian jenis program televisi di atas, terdapat pula pembagian
program berdasarkan sifat faktual atau fiktif. Program faktual meliputi: program
berita, dokumenter, dan
reality show. Program yang bersifat fiktif berupa
9 program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan
acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1)
Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia
yang
ditandai
dengan
bertambahnya
pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu
berada,
2)
Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran
yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga
khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara
kondisi atau situasi tersebut, dan
3)
Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak
berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik.
2.1.3.1 Program Berita Televisi
Program berita merupakan program informasi pada Televisi. Program
informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak
(soft news). Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik
yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera
untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama (hard news)
bagi masyarakat cenderung terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang
paling cepat dalam menyiarkan berita ke masyarakat. Berita lunak (soft news)
adalah segala informasi yang paling penting dan menarik yang disampaikan
secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita lunak
(soft news) dapat berbentuk perbincangan (talkshow) (Morrisan, 2007).
Menurut Miller dalam Suharto (2006) kemasan berita berisikan fakta atau
pendapat tentang suatu yang disajikan dalam bentuk berita langsung dan berita
mendalam. Berita langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat
(penting) menarik dan harus secepatnya dengan minimal mengandung pertanyaan
5W dan 1H serta dimulai dari uraian terpenting kekurang-pentingan. Berita
mendalam
adalah
berita
Penjelasannya sebagai berikut:
komprehensif,
interpretatif
dan
investigatif.
10 1. Berita komprehensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau
fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu
sistem sosial tertentu (misalnya sistem nilai).
2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung
nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam
konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat
memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing.
3. Berita investigatif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang
mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di
permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyusuri
jejak melalui investigasi.
2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii
Penelitian mengenai susu formula dan makanan bayi yang tercemar
Bakteri E. sakazakii, sebenarnya telah dipresentasikan oleh Estuningsih sebagai
peneliti pada seminar hasil-hasil penelitian di IPB pada tahun 2007. Hasil
penelitian itu juga telah dipresentasikan dalam kapasitasnya sebagai narasumber
pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada tahun 2006. Hasil dari
penelitian tersebut juga telah dipublikasikan dipublikasikan pada beberapa jurnal
internasional seperti Journal of Food Protection Vol. 69 tahun 2006 dan
International Journal of Food Microbiology Vol. 116 tahun 2007 dan Vol. 136
tahun 2009. Penelitian yang dilakukan Estuningsih bukanlah penelitian
pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang
bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri
E. sakazakii, oleh karena itu pihak IPB tidak mengumumkan merek susu formula
dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii.
Munculnya kasus ini di tengah masyarakat membuat masyarakat
khususnya ibu rumah tangga khawatir akan susu formula dan makanan bayi yang
dikonsumsinya. Peran televisi sebagai media informasi juga turut memperluas
kasus ini, masyarakat menuntut pihak IPB untuk mengumumkan merek-merek
susu formula dan makanan bayi yang tercenar Bakteri E. sakazakii Tidak hanya
berdiam diri, masyarakat bersama kuasa hukumnya melaporkan hal ini ke
Mahkamah Agung, dan hasilnya pihak konsumen memenangkan kasus ini, dan
11 menuntut IPB kembali untuk mengumumkan merek susu formula dan makanan
bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii.
Kemenangan yang diperoleh oleh pihak konsumen untuk mengetahui
merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menyebabkan berita ini
kembali mencuat. Berita ini bahkan tidak lagi menyorot susu formula yang
kabarnya tercemar bakteri E. sakazakii, tapi juga menyorot IPB sebagai institusi
yang melakukan penelitian. Menurut masyarakat IPB sebagai pelaku penelitian
harus bertanggung jawab untuk mengumumkan merek susu formula yang
tercemar bakteri E. sakazakii agar masyarakat dapat lebih waspada dalam memilih
susu formula. Banyaknya berita yang beredar membentuk opini masyarakat akan
isu ini dan juga citra IPB. Tidak sedikit media yang memojokkan IPB sebagai
institut yang tidak jujur, namun tidak sedikit juga media yang mengatakan IPB
telah melakukan hal yang benar dengan tidak mengumumkan merek susu formula
yang tercemar karena kasus ini harus dipisahkan antara ranah penelitian dengan
ranah hukum.
2.1.4
Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi
Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan sebagai cara atau
bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan
televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai
media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak, seperti kebutuhan
akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya. Selanjutnya, khalayak akan
memilih berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan
pribadinya.
Menurut Shore (1980) dalam Khairil (1994) keterdedahan adalah
mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan
perhatian minimal pada pesan media. Rodman (2006) dalam Andika (2008)
menyebutkan keterdedahan secara singkat dapat diartikan sebagai proses pada
seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka menentukan sikap.
Vivian (2002) dalam Andika (2008) juga menyebutkan bahwa manusia bebas
dalam menentukan media mana yang akan dia pilih. Seseorang akan
menggunakan media menurut kesukaannya, proses ini disebut keterdedahan
12 selektif. Seseorang telah melakukan keterdedahan yang selektif bila telah
membuat keputusan dalam proses pencarian informasi, menonton televisi dalam
mencari informasi maka akan dapat dikatakan telah melakukan keterdedahan yang
selektif.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterdedahan individu
terhadap TV. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor sosiodemografis seseorang
berhubungan dengan perilaku berkomunikasi di dalam lingkungannya. Kategori
dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya akan
menentukan frekuensi dan kebutuhannya berinteraksi dengan sumber-sumber
komunikasi baik secara interpersonal maupun dalam menggunakan media massa.
McQuail (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor utama yang
mempengaruhi seseorang dalam penggunaan media massa yaitu golongan usia
dan sosial (penghasilan dan pendidikan). Menurut McQuail kedua faktor tersebut
menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media. Usia
mempengaruhi ketersediaan dari isi, kemudian posisi sosial yang diwakili
penghasilan, mengatur pola penggunaan media. Pada pola penggunaan media,
penghasilan yang lebih tinggi cenderung tidak menonton TV karena pilihan
kesenangan non media atau media massa lainnya lebih luas. Pendidikan dan
tanggung
jawab
pekerjaan
professional yang lebih tinggi dapat juga
mengakibatkan pilihan isi yang berbeda. Konsep karakteristik sosiodemografis
tidak hanya terbatas pada usia, pendidikan dan jenis kelamin, namun juga jumlah
anggota keluarga, penghasilan satu keluarga, komposisi usia anggota keluarga dan
pendidikan kepala keluarga.
Selain faktor demografis juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi
keterdedahan individu terhadap media informasi, faktor lain tersebut adalah
motivasi penggunaan media massa (motif). Motif yang muncul pada diri individu
yang menggunakan media massa akan berbeda satu sama lain. Motif-motif
menonton televisi yang diidentifikasi dalam penelitian ini berpegang pada asumsi
model “Uses and Gratifications” (Chandler, 1994). Motif tersebut antara lain
adalah adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar),
personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam
13 kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan untuk
menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu
lain) dan entertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan
menghibur diri. Untuk lebih jelas mengenai motif menonton dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification.
Gratification Category
Examples
Information (Informasi)
•
•
•
Personal Identity (Identitas Personal)
•
•
•
Integration and Social Interactioni
(Integrasi dan Interaksi Sosial)
•
•
•
Entertainment (Hiburan)
•
•
•
Belajar, maupun belajar secara
otodidak.
Meningkatkan kesadaran akan
keamanan melalui pengetahuan.
Mencari tahu peristiwa yang sedang
terjadi di sekeliling, maupun di
tingkat nasional maupun global.
Mencari model/teladan dalam
berperilaku.
Mencari penguatan kepribadian.
Mendalami sosok orang lain secara
lebih mendalam.
Mengidentifikasi diri dengan orang
lain dan menguatkan rasa saling
memiliki.
Menghubungkan diri dengan
keluarga, kawan maupun masyarakat.
Mencari rekan untuk
berkomunikasi/bercakap-cakap dan
berinteraksi.
Melepaskan diri dari permasalahan
(eskapisme).
Mengistirahatkan tubuh dan pikiran.
Mengisi waktu luang.
Sumber: Chandler, 1994
Sosiodemografis, usia, sosial (tingkat pendidikan, pendapatan) dan motif
dapat dikatakan sebagai faktor internal yang mempengaruhi keterdedahan
individu terhadap TV. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi keterdedahan
individu terhadap TV. Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keterdedahan
seseorang antara lain adalah keluarga, teman dan tetangga. Interaksi individu
terhadap keluarga, teman dan tetangga akan mempengaruhi seseorang untuk
menonton siaran TV.
14 Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek
yang berkatan dengan penggunaan media massa. Menurut Rosengren (1974)
dalam Khairil (1994) aspek-aspek keterdedahan media yang umumnya diukur
oleh peneliti adalah waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai media,
jenis-jenis isi media yang diikuti, berbagai hubungan antara individu yang
mengkonsumsi baik dengan isi media, maupun dengan media umumnya.
Selanjutnya dapat dikemukakan pula bahwa keterdedahan pada media massa
sangat berkaitan dengan perilaku seorang dalam mencari informasi dari berbagai
sumber dan jenis media komunikasi yang digunakan di lingkungannya.
2.1.5 Persepsi Khalayak
Memahami perilaku orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi
setiap manusia. Memahami perilaku orang lain merupakan proses yang
menunjukkan persepsi terhadap sesuatu atau objek untuk memberikan makna.
Begitu pun dengan masyarakat yang menonton televisi atau biasa disebut
khalayak. Khalayak televisi setiap menonton televisi mempunyai persepsi
terhadap acara yang ditontonnya. Acara-acara yang ditayangkan televisi diterima
oleh khalayak yang didasari karena adanya persepsi mereka akan tayangan televisi
tersebut. Menurut DeVito (1996) persepsi adalah suatu proses dimana kita
menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera
kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna
yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Desidertato
(1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi,
yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor struktural berasal sematamata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek syaraf yang
ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Secara struktural persepsi ditentukan
oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima, sedangkan faktor fungsional
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk ke
dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah
15 karakteristik orang yang memberi respons terhadap rangsangan tersebut
(Rakhmat, 2005).
Haris dan Nelson (2008) dalam Sutisna (1999) menjelaskan persepsi
muncul melalui proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus melalui panca
indera menjadi gambaran suatu konsep yang memiliki makna. Proses
terbentuknya persepsi tidak lepas dari bantuan alat indera sebagai penanggap yang
cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Persepsi adalah
proses bagaimana stimuli-stimuli tersebut diseleksi, diorganisasikan dan
diinterpretasikan (Solomon dalam Sutisna, 1999). Proses pembentukan persepsi
digambarkan dalam Gambar 1.
Stimulisasi
• Penglihatan
• Suara
• Bau
• Rasa
• Tekstur
Indera
penerima
(sensasi)
Perhatian
Intepretasi
(pemberian
arti)
Tanggapan
Persepsi
Gambar 1. Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon
(Sutisna, 1999)
Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat,
persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan
televisi disebabkan oleh peubah yang dibentuk oleh individu akan kemasan dan isi
tayangan tersebut. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton
televisi juga disebabkan karena adanya faktor-faktor karakteristik yang dimiliki
oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan,
motif menonton dan lain-lain.
Sukarelawati (2009) menjelasan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa
bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah
disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet
yang menyeret siapa saja hingga televisi dirasakan sebagai kebutuhan. Begitu
besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter
bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Daya tarik suatu program televisi
16 dapat dilihat dari bobot muatan pesan program berita tersebut serta daya tarik
format tayangan berita tersebut.
2.1.6
Hubungan Media dengan Citra Lembaga
Citra oleh Rakhmat (2005) didefinisikan sebagai peta anda tentang dunia.
Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah
gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra
adalah dunia menurut persepsi kita. Roberts (1977) sebagaimana dikutip Rakhmat
(2005) mengatakan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku
tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita
tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa
bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat
membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang
menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi
jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat
indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang
terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi
kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu.
Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa
disebut tangan kedua (second hand reality).
Menurut Philip Kotler (Suwandi, 2009), citra adalah seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Sutisna
(1999) menambahkan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang
dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra
terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk
menyampaikan informasi untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk,
mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan (Rakhmat, 2005)
media massa adalah perpanjangan alat indera kita, dengan media massa kita
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami
secara langsung.
17 Hubungan media dan pers dengan citra lembaga adalah sebagai alat
pendukung atau media kerjasama untuk kepentingan proses publikasi dan
publisitas berbagai kegiatan dan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas
komunikasi humas dan pihak publik (Ruslan, 2008 dalam Hastin, 2010). Media
kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang citra suatu lembaga.
Media massa dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap citra suatu
lembaga. Dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh media terhadap citra
perusahaan seperti membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran
suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi yang berkesinambungan,
meningkatkan kepercayaan publik dan meningkatkan citra baik perusahaan.
Namun, tidak dapat dipungkiri media juga dapat memberikan citra yang kurang
baik terhadap suatu lembaga. Media yang terlalu besar memberikan informasi
yang masih simpang siur juga dapat membawa dampak kurang baik terhadap
suatu lembaga. Siaran berita menciptakan suatu citra di mata para khalayak
mengenai organisasi atau lembaga yang terlibat.
2.2
Kerangka Pemikiran
Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi menyebabkan
meningkatnya pemanfaatan media massa sebagai media informasi. Salah satu
jenis media massa yang paling digemari masyarakat adalah televisi. Televisi
menyampaikan informasi dengan cara audio visual sehingga digemari dan mudah
dipahami oleh masyarakat. Masyarakat menilai media televisi merupakan sarana
mereka untuk dapat mengakses informasi yang terjadi di belahan dunia manapun.
Maraknya pemberitaan televisi yang memberitakan bahwa terdapat bakteri
E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi menurut penelitian IPB
memunculkan kekhawatiran yang luar biasa pada masyarakat, khususnya rumah
tangga yang mengkonsumsi susu formula dan makanan bayi untuk anaknya.
Reaksi masyarakat atas peristiwa kontaminasi produk susu formula oleh bakteri E.
sakazakii dapat dimaknai sebagai kepedulian masyarakat terhadap mutu dan
keamanan produk pangan. Produk pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat
tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai produk yang memenuhi kreteria
18 mutu yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)2. Keresahan yang timbul akibat
isu bakteri E.sakazakii juga merupakan akibat informasi yang diberikan belum
juga menjawab kekhawatiran masyarakat.
Keefektivan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau
tidaknya program tersebut oleh masyarakat. Pendapat atau opini dari khalayak
sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran TV agar siaran selanjutnya lebih
baik. Untuk melihat sejauh mana persepsi masyarakat terhadap berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam isu ini dapat dilihat oleh faktor internal dan
faktor eksternal dan keterdedahan masyarakat terhadap berita TV.
Faktor internal dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai karakteristik
individu. Indikator karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi
masyarakat antara lain adalah usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan
motivasi menonton. Sedangkan untuk faktor eksternal dalam penelitian kali ini
dapat dikatakan sebagai lingkungan sosial, seperti frekuensi interaksi dan
pasangan interaksi (teman, tetangga dan keluarga). Pengukuran keterdedahan pada
media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan
media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam penelitian kali ini
keterdedahan dapat diukur melalui frekuensi menonton, lama menonton, waktu
menonton dan program berita yang ditonton.
Persepsi
merupakan
suatu
proses
memilih,
mengorganisir
dan
mengintepretasi informasi yang dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan
maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi masyarakat terhadap program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat
dari nilai informasi berita serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi
masyarakat tentang citra IPB terkait dengan isu bakteri E. sakazakii pada susu
formula dalam tayangan berita TV dapat dilihat dari pandangan masyarakat
terhadap IPB, melalui hasil penelitian IPB dan lulusan IPB. Adapun keterkaitan
atara peubah tersebut, tersaji dalam Gambar 2 berikut ini.
2
Kompas. 2009. “Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula.” http://kompas.com/
konsumen-menangkan-gugatan-susu-formula.html [diakses 18 Februari 2011]
19 Karakteristik individu
• Usia
• Jenis pekerjaan
• Tingkat pendidikan
• Motif Menonton
Lingkungan sosial
• Frekuensi Interaksi
• Pasangan Interaksi
Keterdedahan berita
TV
• Frekuensi menonton
• Waktu menonton
• Lama menonton
• Program berita yang
ditonton
Persepsi ibu rumah tangga terhadap
program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu
formula.
• Nilai informasi berita
• Daya tarik format tayangan berita
Persepsi ibu rumah tangga terhadap
citra IPB terkait isu bakteri E.
sakazakii pada berita TV
• Hasil penelitian IPB
• Lulusan IPB
Keterangan :
: berhubungan
: berhubungan, namun tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita
televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
dan citra IPB
20 2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu
rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter
sakazakii dalam susu formula.
2. Terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah
tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii
dalam susu formula.
3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan berita TV persepsi ibu rumah
tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii
dalam susu formula.
4. Terdapat hubungan nyata antara persepsi terhadap program berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi terhadap citra IPB
akibat berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu
formula.
2.4
Definisi Operasional
1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang
berkaitan langsung dengan dirinya. Peubah ini dapat diukur melalui beberapa
indikator antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan motif
menonton.
1.1. Usia adalah jumlah tahun hidup sejak responden lahir sampai dengan
saat dilaksanakan penelitian (dalam satuan tahun), diukur dengan skala
rasio, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu muda, dewasa dan
tua.
a. Usia muda (21 tahun – 28 tahun)
b. Usia dewasa (29 tahun – 38 tahun)
c. Usia tua (39 tahun – 66 tahun)
1.2. Jenis pekerjaan adalah macam-macam kegiatan yang dilakukan individu
untuk mencari nafkah atau mendapatkan pendapatan dalam sejumlah
uang pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala nominal.
21 1.3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang
pernah ditempuh oleh responden pada saat penelitian dilaksanakan,
diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu rendah, sedang dan tinggi.
a. Rendah (Tidak bersekolah – Lulus SD)
b. Sedang (SMP – SMA)
c. Tinggi ( > SMA)
1.4. Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang
tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E.
sakazakii pada susu formula. Motif menonton ini dibagi menjadi motif
informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan,
dan diukur dengan skala ordinal.
2. Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana
di sekitar responden. Peubah dapat diukur melalui beberapa indikator antara
lain frekuensi interaksi dan pasangan interaksi
2.1. Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan
teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan
citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian.
Interaksi teman diukur dengan skala ordinal
dan dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu
a. Rendah (6-11) kali
b. Sedang (12-13) kali
c. Sering (14-20) kali
2.2. Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling
sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan
interaksi ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga.
3. Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak
mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk
memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan, diukur dengan skala ordinal.
22 Peubah ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu frekuensi menonton,
lama menonton dan program berita yang ditonton.
3.1. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton
siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam
satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala
ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Rendah (1 kali)
b Sedang (2-3 kali)
c. Tinggi (> 3 kali)
3.2. Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk
menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii
pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian,
diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu:
a. Sebentar (3-14 menit)
b. Sedang (15-29 menit)
c. Lama (30-60 menit)
3.3. Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan
berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan
sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang,
sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal.
3.4. Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang
menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh
masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala
nominal.
4. Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri
E. sakazakii dalam susu formula adalah pandangan dan penilaian responden
tentang program berita tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula
meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai informasi yang mendidik dan
menghibur serta daya tarik format tayangan berita, diukur dengan skala
23 ordinal, dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat buruk,
buruk, baik dan sangat baik.
4.1
Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita
apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus
memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur
(melepaskan diri dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Nilai
informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau
tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak
dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas
suatu cerita, diukur dengan skala ordinal.
4.2. Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk
menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait
dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal.
5. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii
pada berita TV adalah kesan mengenai IPB sebagai pelaku penelitian yang
dibentuk khalayak yang menonton berita TV tercemarnya susu formula
dengan bakteri E.sakazakii, diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu buruk, cukup dan baik. Citra IPB dapat dilihat dari:
5.1
Hasil Penelitian IPB adalah persepsi masyarakat terhadap perolehan
hasil dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB, yaitu
mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula,
diukur dengan skala ordinal.
5.2. Lulusan IPB adalah persepsi masyarakat terhadap kemampuan orangorang yang telah selesai mengikuti proses belajar mengajar di IPB dan
kemampuan mereka dalam melakukan penelitian.
24 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe eksplanatory
atau confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian
penjelasan yang menyoroti hubungan antar peubah-peubah penelitian dan menguji
hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Efendy, 2006).
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan didukung oleh beberapa data kualitatif seperti catatan lapang dan
wawancara mendalam antara peneliti dengan responden. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang
sedang
menggejala
dan
mengidentifikasi
masalah-masalah
atau
untuk
mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan.
3.2
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar Kampus IPB yaitu
Desa Cimanggu I. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011.
Desa Cimanggu I, terdiri dari 3 dusun, 9 RW dan 30 RT. Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive, karena desa tersebut secara geografis mudah
dijangkau oleh peneliti dan peneliti sudah pernah melakukan kegiatan kuliah kerja
profesi (KKP) di desa tersebut sehingga hubungan sosial dengan responden sudah
dibangun sebelumnya, dengan demikian peneliti bisa memiliki peluang besar
untuk menemukan permasalahan yang dikaji.
3.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang bertempat
tinggal di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 2.550 jiwa. Populasi sasaran adalah populasi
ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di RW 04 dan RW 06, karena pada saat
penjajagan, ibu rumah tangga yang berada di RW 04 dan RW 06 banyak yang
mengkonsumsi susu formula serta menonton dan mengetahui berita tentang isu
25 bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Jumlah populasi sasaran sebanyak 349
jiwa, dengan jumlah populasi yang menonton program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii sebanyak 82 orang.
Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan secara judgement sampling, yaitu cara penarikan sampel berdasarkan
pertimbangan pribadi semata dan sampel yang dipilih dapat mewakili. Pada
penarikan sampel secara judgement ini, setiap responden dapat langsung dipilih di
lokasi penelitian asalkan responden tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan
oleh peneliti dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden pada
penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang mengetahui dan menonton
program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Menurut Engel et al.,(1994) dalam Nasution (2009) konsumsi makanan dalam
keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai
gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan
bagi seluruh keluarga. Ibu sebagai seorang gate keeper, berperan dalam
mengumpulkan informasi mengenai produk makanan yang aman serta cara
menyajikan makanan yang sehat, yang nantinya akan berperan dalam memberikan
inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian dan membantu
pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian
besar bahan pangan.
Jumlah sampel yang diambil adalah 46 orang ibu rumah tangga, hal ini
didasarkan pada penentuan sampel menurut Walpole (1997) yang menyatakan
bahwa jumlah sampel sebanyak 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel
yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi, serta dengan mempertimbangkan
keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti seperti data, waktu dan kemampuan.
3.4
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner
yang disebarkan kepada responden, dalam mengisi kuesioner, responden dipandu
oleh peneliti. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur
yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis dan
26 karya ilmiah lainnya. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini,
meliputi:
1.
Karakteristik ibu rumah tangga Desa Cimanggu I, meliputi: usia, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan motivasi menonton.
2.
Lingkungan sosial, meliputi interaksi dengan teman, tetangga dan interaksi
dengan keluarga.
3.
Persepsi masyarakat terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
pada berita TV, meliputi nilai informasi berita dan daya tarik format
tayangan berita. Persepsi masyarakat terhadap citra IPB terkait dengan
berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, meliputi pengetahuan
masyarakat akan hasil penelitian IPB dan lulusan IPB
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kali ini seperti
gambaran umum desa, data kependudukan desa, infrastruktur desa dan lainnya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah wawancara,
kuesioner, observasi dan dokumentasi.
3.5
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum kuesioner digunakan sebagai istrumenasi penelitian, kuesioner
telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji tersebut dilakukan pada waktu
prasurvei yang dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor.
3.5.1
Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Validitas instrumen dalam penelitian didapat dengan
menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan
pendapat dari ahli serta dengan menggunakan koefisien product moment Pearson.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi, 2006).
27 r=
N (∑XY) (∑X∑Y)
2–
√[N∑X (∑X)2] [N∑Y2 – (∑Y)2]
Keterangan:
r : nilai koefisien validitas
n : jumlah responden
X : skor pertanyaan pertama
Y : skor total
Pengujian validitas istrumen dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17 for Windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi
(pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. 2-tailed]
< taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pada penelitian kali ini pertanyaan yang diuji
adalah pertanyaan pada bagian motif menonton dan persepsi ibu rumah tangga
pada berita televisi dan citra IPB.
Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh
sampel. Pertanyaan mengenai motif menonton berjumlah 10 buah, dari 10
pertanyaan tersebut terdapat tujuh pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil
uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat tiga pertanyaan yang tidak
valid, yaitu pada nomor 1, 9, dan 10. Pertanyaan yang tidak valid tersebut
dikarenakan jawaban dari responden seragam, oleh karena itu seluruh pertanyaan
yang tidak valid tersebut diganti dengan pertanyaan yang lebih beragam.
Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh
sampel. Dari 30 pernyataan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB yang diajukan, terdapat
lima pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel
(rα0,05), dan terdapat dua puluh lima pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan
nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27,
28, 29, 30. Banyaknya jumlah pertanyaan yang tidak valid disebabkan oleh
pertanyaan yang sulit dimengerti oleh responden, oleh karena itu seluruh
pertanyaan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pertanyaan yang lebih
mudah dimengerti oleh responden. Jumlah pertanyaan mengenai persepsi program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra
ditambah menjadi 32 pertanyaan.
28 3.5.2
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur
dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun dan
Effendi, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi
17,0, dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Uji kuesioner dilakukan
kepada 10 responden, pada pertanyaan motif menonton dan persepsi terhadap
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dan citra IPB.
Berdasarkan hasil pengujian pada pertanyaan mengenai motif menonton,
nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,890. Nilai reliabilitas pada hasil
pengujian terhadap pertanyaan mengenai persepsi responden terhadap berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB adalah
sebesar 0,671. Sesuai kriteria, nilai pada hasil pengujian motif menonton dan
persepsi responden sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket
memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket
dapat dipercaya (Ghozali, 2002).
3.6
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan
persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula dan persepsi ibu rumah tanga terhadap citra IPB
terkait isu ini. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi, kemudian
dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi frekuensi, persentase dan
rentang skala. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu
kesimpulan. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis statistik inferensial, guna
menguji dugaan hubungan yang dibangun dalam hipotesis penelitian. Uji statistik
yang digunakan adalah rank Spearman, chi-square, serta uji korelasi contingency.
Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar
peubah dengan data berbentuk ordinal. Kemudian untuk melihat hubungan antara
data nominal dan data ordinal digunakan uji korelas chi-square dan uji korelasi
29 contongency. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer
SPSS for Windows versi 17.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data.
Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif
sebagai pendukung data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan mengutip
hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara
deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian. Penyimpulan hasil penelitian
dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar peubah yang konsisten.
30 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1
Kondisi Fisik
Desa Cimanggu I terletak di wilayah Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 125 Ha. Desa Cimanggu I terdiri dari 3
Dusun, 9 RW dan 30 RT. Ketiga dusun yang terdapat di Desa Cimanggu I yaitu
Dusun Ciareteun yang di dalamnya terdapat RW 1, 2, 3, dan 8. Dusun kedua
adalah Dusun Bojong Galeuh yang di dalamnya terdapat RW 9, dan dusun ketiga
adalah Dusun Jatake yang di dalamnya terdapat RW 4, 5, 6 dan 7.
Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu I berbatasan dengan Desa
Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di
sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur. Desa Cimanggu I dapat
dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan
Jasinga dalam waktu kurang lebih dua puluh menit dari kampus IPB Darmaga.
Desa Cimanggu I merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang.
Kondisi tanah yang bergelombang terdiri atas 50% tanah basah dan 50% tanah
darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari
banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya. Data penggunaan lahan di
Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran luas lahan menurut penggunaannya di Desa Cimanggu 1.
Penggunaan Lahan
Luas Tanah Sawah
Irigasi sederhana
Kolam/ Empang
Perkebunan
Perumahan
Perkantoran
Pertokoan
Kawasan Industri
Sarana Pendidikan
Tegalan/Tanah Kering
Luas Lahan Keseluruhan
Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Luas (Ha)
22
7
10
15
25
2
12
3
4
20
125
Persentase (%)
18,00
6,00
8,00
12,00
21,00
2,00
10,00
3,00
3,00
17,00
100,0
31 Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa sebagian besar lahan yang ada
di Desa Cimanggu I dimanfaatkan untuk membuat pemukiman warga setempat
dikarenakan jumlah warga yang semakin bertambah. Selain digunakan sebagai
lahan pemukiman, lahan juga digunakan untuk dijadikan tanah sawah karena
sebagian besar warga Desa Cimanggu I bermatapencahariaan di bidang pertanian.
4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Desa Cimanggu I pada Bulan Maret tahun 2011 adalah
9.597 jiwa, yang terdiri dari 4.881 penduduk laki-laki dan 4.716 penduduk wanita
dan 2.550 kepala keluarga. Data selengkapnya mengenai komposisi jumlah
penduduk Desa Cimanggu I berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Cimanggu I
pada tahun 2011.
Jenis Kelamin
Jumlah
Jumlah penduduk laki-laki
4.881 jiwa
Jumlah penduduk perempuan
4.716 jiwa
Jumlah penduduk
9.597 jiwa
Sumber : Data Kependudukan Desa per Bulan Maret 2011
Persentase (%)
50,86
49,14
100,00
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cimanggu I dapat dikatakan sudah
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka penduduk yang tamat SMA
sejumlah 3404 jiwa. Data mengenai jumlah penduduk Desa Cimanggu I
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Cimanggu 1, tahun 2008
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Belum Sekolah
1.118
Tidak tamat sekolah
612
Lulus SD/ sederajat
705
Lulus SMP/ Mts
711
Lulus SMA/ SMK
3.404
Lulus Akademi/ Diploma
2.501
Lulus Universitas
647
Jumlah
9.698
Sumber : KF/ Podes Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Pertasentase (%)
11,53
6,31
7,27
7,33
35,10
25,79
6,67
100,00
Masyarakat Desa Cimanggu I pada umumnya bekerja pada bidang
pertanian, hal ini dikarenakan letak kondisi Desa Cimanggu I yang merupakan
daerah yang cocok untuk bertani. Masyarakat Desa Cimanggu I kebanyakan
32 memiliki lahan sendiri, oleh karena itu penduduk yang bekerja sebagai buruh tani
tidak terlalu banyak, yaitu 1.018 orang. Data selengkapnya mengenai mata
pencaharian pada Desa Cimanggu I dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Cimanggu 1,
tahun 2008
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Petani
Buruh Tani
Buruh industri/ Swasta
Pegawai Negeri
Pedagang
TNI/Polri
Pertukangan
Pensiunan/ Purnawirawan
Lain-lain
Jumlah
Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
4.1.3
715
1.018
2.511
72
1.215
8
10
55
175
5.779
Persentase
12,37
17,62
43,45
1,25
21,02
0,14
0,17
0,95
3,03
100,00
Sarana dan Prasarana Desa
Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Cimanggu I terdiri dari
sarana kesehatan, transportasi, sarana sanitasi, pemukiman dan fasilitas umum
lainnya. Sarana kesehatan yang selama ini digunakan oleh masyarakat desa
Cimangu I adalah sarana Posyandu, bidan dan poliklinik. Untuk lebih jelasnya
jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Desa Cimanggu 1 dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah sarana kesehatan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008
Sarana Kesehatan
Posyandu
Bidan
Poliklinik
Jumlah
Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Jumlah(Unit)
7
1
1
9
Desa Cimanggu I belum memiliki sarana kesehatan puskesmas namun
biasanya masyarakat banyak yang mengunjungi Puskesmas Cibungbulang sebagai
sarana kesehatan selain posyandu, bidan, dan paraji. Puskesmas Cibungbulang
memiliki fasilitas center klinik gizi dan klinik sanitasi. Fungsi dari center klinik
gizi adalah untuk memberikan konsultasi gizi, pemeriksaanbayi atau balita gizi
33 buruk yang dirujuk dari posyandu. Pada center klinik gizi bayi atau balita yang
gizi buruk mendapatkan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, serta konsultasi
gizi yang diberikan oleh ahli gizi di puskesmas. Selain itu juga, pada klinik gizi
anak gizi buruk juga diberikan susu formula, berupa F 75 dan F 100, serta mix
mineral yang berguna untuk meningkatkan status gizi balita.
Kondisi prasarana dan sarana transportasi dan perhubungan di Desa
Cimanggu I dapat dikatakan masih kurang baik, jalan utama desa hingga saat ini
masih terisolir dan belum di aspal dan tidak ada angkutan umum yang melintasi
Desa Cimanggu I. Sarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat Desa Cimanggu I adalah ojek. Jasa ojek yang terdapat di Desa
Cimanggu I cukup banyak yaitu 941 unit.
Ketersediaan prasarana dan sarana sanitasi di desa ini masih kurang,
penduduk masih memanfaatkan kolam (koya) dalam memenuhi kebutuhan
sanitasi, 10% jamban kurang sehat, sedangkan tempat
khusus seperti MCK
(Mandi, Cuci, Kakus), MC (Mandi, Cuci) kurang memadai. Hal ini terlihat dari
masih adanya lokasi penduduk yang padat tetapi tidak ada sarana sanitasi.
Kondisi rumah masyarakat Desa Cimanggu 1 pada umumnya masih
tertinggal, masih banyak rumah tidak layak huni dengan beralaskan tanah dan
beratapkan rumbia serta dinding dari bilik/pagar bambu, meskipun demikian
bangunan tersebut sebagian besar sudah permanen. Data mengenai prasarana dan
sarana pemukiman dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 7. Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun 2008
Jenis Pemukiman
Permanen
Semi permanen
Rumah kayu/bilik
Jumlah
Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008
Jumlah (buah)
1.758
904
324
2.986
4.1.4 Kelembagaan Desa
Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat,
dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, terutama masyarakat agar program
pemberdayaan yang dilaksanakan berlangsung secara bottom up. Selain itu, dalam
pelaksanaannya diperlukan suatu wadah yang dapat mengorganisir masyarakat
sehingga tujuan bersama dapat tercapai. Wadah tersebut adalah lembaga-lembaga
34 yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan mampu memberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera. Adapun lembaga-lembaga
yang terdapat di Desa Cimanggu 1 dapat dijelaskan berikut ini antara lain adalah
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Karang Taruna, Kelompok Wanita Tani
(KWT) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Peran BKM di dalam masyarakat adalah sebagai pengambil keputusan
apabila terdapat program-program pemberdayaan masyarakat baik yang
bersumber dari swasta maupun dari pemerintah. Anggota-anggota BKM berasal
dari tokoh-tokoh masyarakat dan warga Desa Cimanggu 1. Hal ini dilakukan agar
lembaga ini mampu meningkatkan partisipatif masyarakat sehingga bersifat
bottom up.
Karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 baru berdiri beberapa tahun
yang lalu. Para pemuda di Desa Cimanggu yang merupakan anggota karang
taruna diberikan pelatihan komputer oleh ketua karang taruna. Namun, saat ini
karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 menjadi pasif karena menurunnya
minat para remaja desa untuk mengembangkan karang taruna yang telah ada,
padahal karang taruna dapat dijadikan sebagai wadah yang dapat membantu para
pemuda dan pemudi di Desa Cimanggu 1 untuk mengembangkan soft skill yang
mereka miliki dan berlatih berorganisasi.
Desa Cimanggu 1 memiliki dua buah Kelompok Wanita Tani yaitu
Kelompok Wanita Tani RW 03 yang diketuai oleh Ibu Eeng dan Kelompok
Wanita Tani RW 05 yang diketuai oleh Ibu Nia. Kelompok ini biasanya diberikan
pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Cimanggu I. Salah satu jenis
pelatihan yang pernah diberikan kepada kelompok ini adalah pembuatan donat
ubi, hal ini dikarenakan komoditas utama di Desa Cimanggu I adalah ubi jalar.
35 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan salah satu lembaga
yang ada di Desa Cimanggu I. Anggota KSM merupakan tokoh-tokoh masyarakat
yang biasanya terlibat dalam proses pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat. Kelompok ini dilibatkan dalam Program Pemberdayaan Nasional
Masyarakat (PNPM) yang dicanangkan oleh Pemerintah. Para anggota KSM
dilibatkan dalam semua tahap dalam program jangka menengah dan jangka
panjang yang ada di dalam PNPM, anggota KSM dilibatkan mulai dari tahap
pelaksanaan, perencanaan, pengawasan, hingga evaluasi program.
4.2
Gambaran Umum Responden
4.2.1. Karakteristik Individu
Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang
berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang
unik sekaligus spesifik dan tentu saja berbeda antara responden yang satu dengan
responden yang lain. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini
dibedakan menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motif menonton.
Distribusi karakteristik individu responden secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 8.
36 Tabel 8. Distribusi responden menurut karakteristik individu, tahun 2011
Karakteristik Individu
Usia (tahun)
• Muda (21-28 tahun)
• Dewasa (29-38 tahun)
• Tua (39-66 tahun)
Tingkat Pendidikan
• Rendah (Tidak bersekolah-SD)
• Sedang (SLTP-SLTA)
• Tinggi (>SLTA)
Jenis Pekerjaan
• Tidak Bekerja
• Pedagang
• Kader
• Lainnya (pegawai negeri, pegawai
paramedis, guru)
Motif Menonton
Informasi
• Rendah
• Tinggi
Identitas personal
• Rendah
• Tinggi
Integrasi dan Interaksi sosial
• Rendah
• Tinggi
Hiburan
• Rendah
• Tinggi
Jumlah (Orang)
swasta,
Persentase (%)
13
21
12
28,26
45,65
26,09
19
15
12
41,30
32,61
26,09
30
7
4
5
65,22
15,22
8,70
10,87
12
34
26,09
73,91
22
24
47,83
52,17
18
28
39,13
60,87
15
31
32,61
67,39
4.2.1.1 Usia Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cimanggu I yang
sudah menonton tayangan berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula. Dalam penelitian ini dilakukan pengkategorian usia responden.
Pengkategorian tersebut adalah usia muda, dewasa dan tua. Responden dengan
umur 21-28 tahun termasuk responden dengan umur muda. Berdasarkan hasil
penelitan didapatkan hasil bahwa 28,26 persen responden termasuk dalam
kategori usia muda. Responden yang berumur 29-38 tahun tergolong responden
dalam kelompok usia dewasa. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 45,65 persen
responden yang termasuk kategori usia dewasa. Selanjutnya responden yang
berumur 39-66 tahun merupakan responden yang tergolong dalam umur tua, dan
berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 26,09 persen responden
termasuk dalam kategori responden berumur tua. Jika digambarkan dalam bentuk
37 pie chart, maka pengkategorian responden berdasarkan usia dapat dilihat di
Gambar 3.
Mayoritas responden berusia dewasa (29-38 tahun) hal ini dikarenakan,
responden yang berusia dewasa rata-rata memiliki balita (1-5 tahun), sehingga
mereka merasa bahwa informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula sangat penting. Kemudian, responden yang berusia dewasa juga lebih
bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti.
Usia
26.09%
28.26%
Ket:
muda (21‐28 tahun)
45.65%
dewasa (29‐38 tahun)
tua (39‐66)
Gambar 3. Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per Bulan
April tahun 2011.
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang dimaksud di sini adalah jenjang
pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Responden
dikelompokkan ke dalam tiga golongan tingkat pendidikan, yaitu responden
dengan tingkat pendidikan rendah, sedang dan tinggi. Responden dengan jenjang
pendidikan formal terakhir sampai dengan SD atau sederajat dikategorikan
sebagai responden dengan tingkat pendidikan “rendah”, sedangkan responden
dengan jenjang pendidikan formal terakhir antara SLTP sampai dengan SMA
dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan sedang. Responden
yang memiliki jenjang pendidikan formal yang pernah atau sedang dijalani adalah
lanjutan SLTA, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan
tinggi.
Terdapat 41,30 persen reponden dengan tingkat pendidikan rendah, 32,61
persen responden dengan tingkat pendidikan sedang dan 26,09 persen responden
dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart
38 (Gambar 4), maka persentase tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Tingkat Pendidikan
26.09%
41.30%
32.61%
Ket: rendah (tidak bersekolah‐SD)
sedang (SLTP‐SLTA)
tinggi (>SLTA)
Gambar 4. Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cimanggu I
per Bulan April tahun 2011.
Menurut data monografi Desa Cimanggu I, secara keseluruhan tingkat
pendidikan penduduk Desa Cimanggu I terbilang sedang (lulusan SMP sampai
dengan SMA), namun pada penelitian kali ini didapatkan hasil bahwa rata-rata
tingkat pendidikan pada ibu rumah tangga di Desa Cimanggu I adalah rendah.
Tingkat pendidikan akhir pada responden kebanyakan adalah lulusan SD, hal ini
dikarenakan masih tingginya anggapan bahwa perempuan tidak harus bersekolah
tinggi-tinggi, karena kewajiban utama perempuan nantinya adalah mengurus
suami dan keluarga. Hal ini dapat dilihat pada salah satu pernyataan responden.
“Yaaah... namanya juga orang kampung neng, ngapain mesti
sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya ke dapur juga, yang
penting bisa baca,itung,udah cukup neng” (EN, 40 tahun).
4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden
Responden dalam penelitian kali ini adalah 46 ibu rumah tangga yang
telah menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula, dari 46 responden tersebut terdapat 30 orang atau 65,22 persen
responden tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja umumnya adalah ibu
rumah tangga. Ibu rumah tangga tersebut biasanya berkegiatan di rumah sambil
merawat keluarga dan tidak memiliki penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian
responden yang bekerja umumnya bekerja sebagai pedagang, kader, pegawai
negeri, pegawai swasta, guru honorer serta paramedis. Terdapat 15,22 persen
responden yang bekerja sebagai pedagang, 8,70 persen responden yang bekerja
39 sebagai kader dan 10,87 persen responden bekerja sebagai pegawai negeri,
pegawai swasta, paramedis dan guru honorer. Jika digambarkan dalam bentuk pie
chart (Gambar 5), maka persentase jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Jenis Pekerjaan
8.70%
10.87%
15.22%
Ket: tidak bekerja
65.22%
pedagang
kader
Gambar 5. Persentase jenis pekerjaan responden di Desa Cimanggu I per
Bulan April 2011.
4.2.1.4 Motif Menonton
Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang
tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada
susu formula. Pada penelitian kali ini motif menonton berdasarkan teori uses and
gratification dibedakan menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan
interaksi sosial dan hiburan. Untuk memudahkan dalam menganalisis motif
menonton pada responden, maka pada setiap motif-motif menonton tersebut lalu
dikategorikan kembali menjadi rendah, sedang dan tinggi,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ternyata hampir seluruh
responden menonton berita ini untuk memenuhi ke-empat motif tersebut.
Meskipun berita sarat akan informasi, namun ternyata responden juga menonton
berita tidak hanya untuk memenuhi motif informasi, melainkan juga untuk
memenuhi kebutuhan identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan juga
hiburan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 73,91 persen responden memiliki
motif informasi tinggi untuk menonton berita tentang bakteri E. sakazakii dalam
susu formula. Hal ini dikarenakan karena responden memang ingin mengetahui
perkembangan informasi terkini mengenai isu ini, dan responden sendiri yang
40 mencari berita televisi yang menyiarkan informasi tetang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula. Berbeda dengan ke 73,91 persen respoden tersebut, terdapat
26,09 persen responden memiliki motif yang rendah dalam menonton berita ini,
hal ini dikarenakan responden memang tidak terlalu suka program berita dan
responden hanya ikut-ikutan menonton apabila ada keluarga, teman, atau
keluarganya yang menonton berita tentang isu bakeri E. sakazakii dalam susu
formula. Gambar persentase besarnya motif menonton pada responden dapat
dilihat pada Gambar 6.
Motif Informasi
26.09%
rendah
73.91%
Ket:
tinggi
Gambar 6. Persentase pemenuhan motif informasi dalam menonton
tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra
IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 52,17 persen
responden memiliki motif yang tinggi dalam menonton tayangan berita tentang
bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan identitas
personalnya dan sebanyak 47,83 persen responden memiliki motif yang rendah
dalam menonton tayangan berita tentang bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan identitas personalnya, seperti yang disajikan dalam Gambar
7.
Motif Identitas Personal
52.17%
47.83%
rendah
Ket:
tinggi
Gambar 7. Persentase motif identitas personal dalam menonton tayangan
berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa
Cimanggu I per Bulan April 2011.
41 Motif ketiga adalah motif integrasi dan interaksi sosial. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data sebesar 60,87 persen responden memiliki motif integrasi
dan interaksi sosial tinggi dan terdapat 39,13 persen responden memiliki motif
integrasi dan interaksi sosial rendah. Responden menilai bahwa selain untuk
mendapatkan informasi dan untuk mendapatkan nilai positif dari narasumber
responden juga menonton berita mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula untuk dapat melanggengkan hubungan dengan orang lain. Salah satu
alasan responden menonton berita ini adalah agar menemukan bahan percakapan
dengan orang lain. Besarnya persentase mengenai motif integritas dan interaksi
sosial dalam menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula disajikan pada Gambar 8.
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
39.13%
60.87%
Ket:
rendah
tinggi
Gambar 8. Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam
menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula
dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011.
Selain ketiga motif diatas, responden juga menonton tayangan berita ini
untuk mengisi waktu senggang mereka dan juga untuk kesenangan. Sebanyak
67,39 persen responden tergolong dalam motif hiburan tinggi dan 32,61 persen
responden lainnya tergolong dalam motif hiburan rendah. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan Tabel 9 juga dapat dilihat bahwa mayoritas responden
menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
untuk memenuhi motif informasi mereka. Hal ini dikarenakan responden
menganggap bahwa berita merupakan sumber informasi dibandingkan dengan
program televisi lainnya, sehingga mereka menonton berita dengan harapan
berita tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi mereka.
42 Ket:
Gambar 9. Persentase motif hiburan dalam menonton tayangan berita E.
sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu
I per Bulan April 2011
4.2.2
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan
suasana di sekitar responden. Karakteristik lingkungan sosial responden diketahui
dengan melihat tingkat keseringan responden dalam membicarakan rentang waktu
pada saat tiga bulan sebelum penelitian dan pasangan interaksi dalam
mebicarakan isu ini. Kategori tingkat keseringan responden dalam membicarakan
isu ini dalam berita TV dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi,
sedangkan pasangan interaksi dalam membicarakan isu ini dikategorikan sebagai
teman, tetangga dan keluarga. Distribusi lingkungan sosial responden penelitian
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Lingkungan sosial responden penelitian.
Lingkungan sosial
Frekuensi Interaksi
Rendah (6-11 kali)
Sedang (12-13 kali)
Tinggi (14-20 kali)
Pasangan Interaksi
Teman
Tetangga
Keluarga
Jumlah (orang)
Persesntase (%)
12
24
10
26,09
52,17
21,74
12
14
20
26,09
30,43
43,48
4.2.2.1 Frekuensi Interaksi
Responden yang dalam rentang waktu tiga bulan sebelum penelitian
membicarakan isu tersebut sebanyak 6-11 kali termasuk dalam kategori frekuensi
interaksi “rendah”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebesar 26,09 persen
43 responden tergolong dalam frekuensi interaksi rendah. Responden yang
membicarakan hal ini sebanyak 12-13 kali termasuk dalam kategori frekuensi
interaksi sedang, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebanyak
52,17 persen responden tergolong dalam frekuensi interaksi sedang. Responden
yang membicarakan isu ini sebanyak 14-20 termasuk dalam kategori frekuensi
interaksi tinggi, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 21,74
persen responden tegolong dalam frekuensi interaksi tinggi, seperti yang terlihat
dalam Gambar 10.
Hal yang paling sering dibicarakan oleh responden mengenai berita
televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah mengenai
bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii terhadap kesehatan manusia,
selain itu karena berita tidak memberikan informasi mengenai merek susu formula
yang tercemar, responden akhirnya menduga-duga merek susu yang tercemar
dengan teman, tetangga atau keluarga masing-masing. Berita mengenai isu ini
memang sangat sering disiarkan oleh televisi, oleh karena itu responden juga
sering membicarakan mengenai kebenaran isu ini dan bertanya-tanya kenapa
berita ini menjadi sangat besar, responden juga sering membicarakan mengenai
tanggung jawab pemerintah mengenai isu ini dengan teman, tetangga atau
keluarga masing-masing.
Selain membicarakan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula, responden juga membicarakan IPB sebagai pihak peneliti. Hal yang
paling sering dibicarakan oleh responden tentang IPB sebagai pihak adalah
mengenai kebenaran hasil penelitian, banyak responden yang tidak percaya akan
kebenaran hasil penelitian ini. Hal ini diikuti dengan adanya responden yang juga
membicarakan mengenai kemampuan IPB dalam melakukan penelitian serta
tanggung jawabnya terhadap penelitian yang telah dilakukan. Responden meminta
IPB mengumumkan merek susu yang tercemar atau setidaknya memberikan
konfirmasi tentang isu ini, seperti pernyataan dari salah satu responden berikut.
“Saya sih berharap IPB mengumumkan merek susu yang tercemar
atau paling tidak kasih tau gitu akhir dari isu ini, apakah sekarang
semua susu telah aman dikonsumsi? Sekarang isu ini terus aja
diberitain tapi gak ada ujungnya, kita kan jadi was-was” (DD, 32
tahun).
44 Frekuensi Interaksi
21.74%
26.09%
52.17%
rendah (6‐11 kali)
Ket:
sedang (12‐13 kali)
tinggi (14‐20 kali)
Gambar 10. Persentase
frekuensi
interaksi
responden
dalam
membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
per Bulan April 2011.
4.2.2.3 Pasangan Interaksi
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa yang paling sering
berinteraksi dengan respoden dalam membicarakan hal ini adalah dengan
keluarga, yaitu sebanyak 43,48 persen. Interaksi yang paling sering dilakukan
kedua adalah dengan tetangga, yaitu sebanyak 30,43 persen, sedangkan interaksi
yang paling sedikit dilakukan adalah dengan teman yaitu sebanyak 26,09 persen,
seperti yang tersajikan pada Gambar 11.
Pasangan Interaksi
43.48%
26.09%
30.43%
Ket:
teman
tetangga
keluarga
Gambar 11. Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering dalam
membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
dan citra IPB per Bulan April 2011.
Responden lebih banyak berinteraksi dengan keluarga karena mereka biasa
menonton program berita dengan keluarga, dan suka berdiskusi ketika menonton
bersama, selain itu keluarga merupakan orang yang terdekat dengan responden,
maka interaksi yang paling sering dalam membicarakan hal ini adalah dengan
45 keluarga. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden, seperti di
bawah ini.
“Saya tau pertama kali mengenai isu ini saja dari keluarga saya
yang di Jakarta, makanya saya sering berdisukusi dengan dia. Terus
saya suka nonton tivi bareng suami saya, waktu nonton suami saya
suka ngingetin supaya hati-hati dalam membeli susu buat anak”(NG,
28).
4.2.3
Keterdedahan
Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak
mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi
kebutuhan yang belum terpuaskan. Pada penelitian kali ini, besarnya keterdedahan
responden pada isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dlihat dari
frekuensi menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang
ditonton responden. Distribusi keterdedahan responden terhadap berita TV isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Gambaran responden menurut tingkat keterdedahannya terhadap berita
TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Tingkat Keterdedahan
Frekuensi menonton
Rendah (1 kali)
Sedang (2-3 kali)
Tinggi (>3 kali)
Waktu Menonton
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Malam hari
Lama Menonton
Sebentar (3-14 menit)
Sedang (15-29 menit)
Lama (30-60 menit)
Program Berita yang ditonton
RCTI
SCTV
TPI
TRANS TV
TRANS 7
TV ONE
METRO TV
Jumlah (orang)
Persentase (%)
13
18
15
28,26
39,13
32,61
2
17
17
10
4,35
36,96
36,96
21,74
13
17
16
28,26
36,96
34,78
17
8
4
7
2
4
4
36,96
17,39
8,70
15,22
4,35
8,70
8,70
46 4.2.3.1 Frekuensi Menonton
Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran
berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada
saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian kali ini
dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Frekuensi
menonton responden dikatakan rendah, apabila responden hanya menonton
sebanyak 1 kali, sedang sebanyak 2-3 kali, sedangkan tinggi, apabila responden
menonton berita mengenai isu ini lebih dari 3 kali.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh bahwa kebanyakan responden
menonton berita ini sebanyak 2-3 kali (sedang), yaitu sebanyak 39,13 persen. Hal
ini disebabkan banyak responden yang menilai bahwa berita tentang isu bakteri E.
sakazakii membosankan karena terlalu sering diputar, namun di lain pihak
responden juga menantikan informasi terkini mengenai isu tersebut, sehingga
meskipun bosan responden tetap menonton berita tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula lebih dari 1 kali.
Terdapat 28,26 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi
menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii rendah, sedangkan
terdapat 32,61 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi
menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii tinggi, seperti yang
tersajikan pada gambar 12.
Frekuensi Menonton
28.26%
32.61%
rendah
39.13%
Ket:
sedang
tinggi
Gambar 12. Frekuensi responden menonton tayangan berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan
April 2011.
47 4.2.3.2 Waktu Menonton
Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan
berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum
penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam
hari, diukur dengan skala nominal. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
responden menonton pada waktu siang dan sore hari, yaitu masing-masing
sebanyak 36,96 persen. Responden yang menonton pada waktu pagi hari adalah
sebanyak 4,35 persen dan malam hari sebanyak 21,74 persen. Persentase waktu
menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada
Gambar 13 berikut.
Waktu Menonton
21.74%
4.35%
Ket:
pagi
36.96%
36.96%
siang
sore
malam
Gambar 13. Waktu responden menonton tayangan berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per bulan April
2011.
Banyak responden yang menonton pada waktu siang dan sore hari karena
waktu siang dan sore hari merupakan waktu istirahat mereka. Hal ini dapat dilihat
dari salah satu pernyataan responden, seperti berikut.
“Saya mah biasanya nonton siang hari, kalau pagi-pagikan repot,
masih sibuk masak buat keluarga, dan nyiapin keperluan anak buat
sekolah. Kalo udah beres semua baru deh nonton” (WT, 30 tahun).
4.2.3.3 Lama Menonton
Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk
menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu
formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala
ordinal. Lama menonton ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu sebentar,
sedang, dan lama. Responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 3 s.d
48 14 menit dalam satu hari termasuk ke dalam kategori sebentar, seedangkan
responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 15 s.d 29 menit dalam
satu hari masuk ke dalam kategori sedang dan responden yang menonton berita ini
antara 30 s.d 60 menit dalam satu hari masuk ke dalam kategori lama menonton
lama.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kebanyakan responden
menonton berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dalam waktu sedang,
yaitu sebanyak 37 persen. Responden yang menonton berita E. sakazakii dalam
susu formula dalam kategori sebentar sebanyak 28 persen, sedangkan responden
yang menonton berita E. sakazakii dalam waktu lama sebanyak 34,80 persen.
Persentase lama menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart
terlihat pada Gambar 14.
Lama menonton ini juga dipengaruhi oleh perilaku menonton responden.
Banyak responden yang tidak fokus dalam menonton berita ini, karena beberapa
hal, seperti anak yang rewel, atau sambil mengerjakan hal lainnya. Namun, juga
terdapat responden yang fokus dalam menonton berita ini, karena responden
tersebut memang menyukai berita, dan selalu menyediakan waktu untuk
menonton berita.
Lama Menonton
34.78%
Ket:
28.26%
sebentar
sedang
36.96%
lama
Gambar 14. Lama responden menonton tayangan berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April
2011.
49 4.2.3.4 Program Berita
Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang
menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga
bulan sebelum penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas
responden menonton program berita pada channel RCTI yaitu sebanyak 36,96
persen. Channel kedua yang sering ditonton responden adalah SCTV yaitu
sebanyak 17,39 persen. Channel ketiga yang sering ditonton responden adalah
TRANS TV yaitu sebanyak 15,22 persen. Channel TPI, TV ONE dan METRO
TV ketiganya memiliki jumlah persentasi yang sama yaitu sebesar 8,70 persen.
Channel yang paling sedikit ditonton oleh responden adalah TRANS 7 dengan
jumlah persentase sebesar 4,35. Persentase program berita yang ditonton
responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 15.
Pemilihan channel TV yang ditonton juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain seperti sinyal channel yang diterima di Desa Cimanggu I. Banyak
responden yang memilih RCTI dan SCTV untuk menonton tayangan berita
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, karena sinyal channel RCTI
dan SCTV sangat bagus di Desa Cimanggu I. Selain sinyal channel, alasan lain
yang mempengaruhi pemelihan channel berita adalah channel favorit keluarga,
seperti TRANS TV dan TPI, keluarga responden biasa menonton acara kartun
atau sinetron pada channel tersebut sebelum program berita dimulai.
Program Berita
8.70%
4.35%
Ket:
8.70%
RCTI
36.96%
SCTV
TPI
15.22%
17.39%
TRANS TV
TRANS 7
8.70%
TV ONE
Gambar 15. Program berita yang dipilih responden untuk menonton
tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula per Bulan April 2011.
50 4.3
Persepsi Responden
Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. DeVito (1996)
menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi
stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka
ketika mereka mencapai kesadaran.
Persepsi dianggap penting dalam komunikasi massa. Pada komunikasi
massa persepsi dapat menjadi penghubung antara individu dengan media, melalui
persepsi pelaku komunikasi massa dapat mengetahui sampai sejauh mana minat,
opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi juga dapat menjadi
penghubung antara masyarakat dengan citra suatu lembaga, melalui persepsi
lembaga dapar mengetahui bagaimana citra lembaga yang terbentuk di tengah
masyarakat berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima masyarakat, baik
stimulus positif maupun stimulus negatif. Pada penelitian kali ini persepsi yang
diteliti dibagi menjadi dua kategori yatu persepsi terhadap program berita televisi
mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan persepsi terhadap citra
IPB terkait isu ini. Persepsi yang terbentuk dikategorikan menjadi empat kategori
yaitu kategori sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik. Lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 11.
51 Tabel 11. Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula dan citra IPB
Persepsi
Sangat tidak
setuju (STS)
Persepsi terhadap
berita
televisi
tentang isu Bakteri
E. sakazakii dalam
susu formula
Nilai Informasi
Daya Tarik Format
Acara
Rataan Total
Persepsi terhadap
Citra IPB
Hasil Penelitian
Lulusan IPB
Rataan Total
Keterangan
2,17
2,17
Persentase (%)
Tidak
Setuju (S)
Setuju
(TS)
8,70
28,26
43,48
50,00
Sangat Setuju
(SS)
45,65
19,57
Rataan
Skor*
2,64
2,86
2,71
4,35
6,52
32,61
19,57
50,00
36,96
13,04
36,96
2,75
2,69
2,72
: * Rataan skor: 1: Sangat Tidak Setuju, 2:Tidak Setuju, 3:Setuju,4:Sangat Setuju
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula masuk dalam kategori baik (cenderung setuju dengan total rata-rata
sebesar 2.71). Tidak jauh berbeda dengan persepsi terhadap program berita,
berdasarkan Tabel 12 juga dapat terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden
terhadap citra IPB akibat isu ini juga masuk dalam kategori baik (cenderung
setuju, dengan total rata-rata sebesar 2,72)
4.3.1
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi
tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula pada berita TV adalah pandangan dan penilaian responden tentang isu
bakteri E.sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV meliputi dimensi
pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator, yaitu nilai informasi serta daya tarik format tayangan berita.
Persepsi ibu rumah tangga ini dibedakan menjadi empat kategori yaitu
sangat tidak setuju yang dikaterogikan menjadi sangat buruk, tidak setuju yang
dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik dan sangat
setuju yang dikategorikan menjadi sangat baik.
52 Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii
dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total rataan skor dari seluruh
unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 1 atau
mendekati 1. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E.
sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk apabila total rataan skor dari
seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar
2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri
E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik apabila total rataan skor dari
seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar
3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri
E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat baik apabila total rataan skor
dari seluruh unsur, yaitu niai informasi dan daya tarik format acara berjumlah
sebesar 4 atau mendekati 4.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa
nilai informasi dan daya tarik format acara berita televisi mengenai isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan
skor yaitu sebesar 2,71, atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa berita
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Menurut
responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat
kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi. Responden juga
menilai bahwa format acara berita sudah baik, terutama apabila yang
membawakan berita berpenampilan menarik dan menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti. Berikut adalah peryataan dari salah seorang responden yang
memiliki persepsi bahwa berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula sangat bermanfaat.
“Yang namanya berita pasti bernanfaat teh, apalagi berita yang
dekat dengan kita, kayak susu ini, kan tiap hari kita konsumsi susu
buat anak. Tapi menurut saya berita ini sangat bermanfaat karena
dapat memberikan perkembangan informasi kasus ini, yah walaupun
merek susunya gak ketahuan, tapi kan dari berita ini kita jadi tahu
kalo masih banyak makanan yang gak aman, nambah pengetahuan
gitu deh teh”. (IM, 32 tahun)
53 Responden juga menganggap bahwa informasi yang ditayangkan oleh
berita televisi merupakan fakta dan tidak direkayasa. Responden menilai bahwa
tugas televisi sebagai media informasi sudah terlihat dengan baik. Berikut adalah
pernyataan salah seorang responden yang memiliki persepsi bahwa berita isu E.
sakazakii baik.
“Menurut saya berita itu fakta mba, saya percaya pihak TV pasti
juga bertanggung jawab akan berita yang disiarkan. Untuk isu ini
saya juga sudah percaya bahwa kasus ini pasti juga sudah ditangani
oleh peneliti, pemerintah dan produsen dengan baik, jadi orangorang TV tinggal menyebarkan informasinya saja mba, jadi menurut
saya berita ini baik” (AN, 66 tahun).
Daya tarik format acara juga cukup berpengaruh terhadap persepsi yang
dibentuk responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula. Televisi yang menyajikan informasi dalam bentuk
audio visual dan dengan pembawa acara yang menarik membuat responden
tertarik untuk mengikuti perkembangan isu ini.
“Saya kan males baca, lebih suka nonton TV, jadi menurut saya
berita TV itu sangat baik dan bermanfaat, nambah pengetahuan dan
menarik, apalagi kalau yang bawa acara Putra Nababan. Isu ini
sudah dibahas oleh berita dengan baik kok”. (DS, 40).
4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri
E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB adalah persepsi yang
terbentuk di tengah masyarakat mengenai citra IPB akibat dari maraknya berita
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, pada tahun 2006, Dr. Ir. Sri Estuningsih dan beberapa staf Fakultas
Kedokteran Hewan IPB melakukan penelitian dan menemukan bakteri E.
sakazakii dalam 22 merek susu lokal. Hasil penelitian ini rupanya tersebar sampai
ke tengah masyarakat dan menimbulkan rasa cemas, hal ini tentunya tidak lepas
dari pemberitaan yang dilakukan oleh media televisi.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula pada berita televisi dapat dilihat dari dua indikator,
54 yaitu dari seberapa besar persepsi masyarakat terhadap manfaat hasil penelitian ini
dan juga seberapa besar persepsi masyarakat terhadap kemampuan lulusan IPB.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB dibedakan menjadi empat
kategori yaitu sangat tidak setuju yang dikategorikan menjadi sangat buruk, tidak
setuju yang dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik
dan sangat setuju yang dikategorikan menjadi baik.
Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu
Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total
rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah
sebesar 1 atau mendekati 1. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita
televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk
apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB
berjumlah sebesar 2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program citra IPB akibat
berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik
apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB
berjumlah sebesar 3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program citra IPB akibat
berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan
sangat baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan
lulusan IPB berjumlah sebesar 4 atau mendekati 4.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa
hasil penelitian dan lulusan IPB tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total
rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa
berita citra IPB tetap baik bahkan lebih baik akibat program berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Responden
menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii
dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga,
selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan
yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian.
Berikut pernyataan responden yang memiliki persepsi cukup baik terhadap citra
IPB.
“Menurut saya IPB sudah cukup baik dalam melakukan penelitian
ini, yah masih untung ada yang teliti ini, jadi tau gitu kalo ternyata
55 ada bakteri dalam susu formula, walaupun gak tau juga susu
formulanya yang mana” (RN,30).
Responden menilai bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri
dalam susu formula sangat bermanfaat dan mengungkapkan fakta mengenai
kemanan pangan di Indonesia, selain itu hasil penelitian IPB ini juga
meningkatkan pandangan responden terhadap kemampuan IPB dalam melakukan
penelitian bahkan di bidang selain pertanian. Selama ini responden menilai IPB
hanya dapat mengukir prestasi di bidang pertanian saja, namun dengan adanya
berita ini, responden justru semakin mengenal IPB dan memiliki persepsi yang
semakin baik terhadap citra IPB.
“Justru karena adanya berita ini saya jadi lebih kenal IPB, terus jadi
tau ternyata IPB tidak hanya pertanian saja, bahkan bisa untuk
kesehatan manusia. Kayak dokter”. (MH, 32.)
4.4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah
Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
adalah peubah-peubah yang paling berhubungan nyata dengan persepsi
responden. Peubah tersebut adalah karakteristik individu, lingkungan sosial dan
keterdedahan. Ketiga peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank
Spearman, chisquare dan korelasi contingency.
Uji statistik rank Spearman digunakan untuk melihat seberapa erat
hubungan antara peubah berupa data ordinal dengan data ordinal lainnya. Uji
chisquare digunakan untuk melihat apakah peubah berupa data nominal dengan
nominal saling beketergantungan, sedangkan uji korelasi contingency digunakan
untuk menghitung hubungan antar peubah yang datanya nominal dengan nominal.
Ketiga pengujian tersebut digunakan untuk melihat derajat hubungan di antara
peubah dengan nilai koefisien korelasi adalah:
a) Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali (lemah sekali)
b) 0,20-0,39
: Hubungan rendah tetapi pasti
c) 0,40-0,70
: Hubungan yang cukup berarti
d) 0,71-0,90
: Hubungan yang tinggi (kuat)
56 e) Lebih dari 0,90
: Hubungan sangat tinggi (kuat sekali dan dapat diandalkan)
Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial
dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 12.
Tabel 12. Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula
Peubah
Karakteristik Individu
Usia
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Motif Menonton
Motif Informasi
Motif Identitas Personal
Motif Integrasi dan Interaksi
Sosial
Motif Hiburan
Lingkungan sosial
Frekuensi Interaksi
Pasangan interaksi
Koef.
Korelasi
rs
rs
C
-0,253*
0,156
2,440
0,244
-0,192
0,215
3,768
0,275
rs
rs
0,309*
0,119
0,258*
0,147
rs
0,332*
0,185
rs
0,187
0,051
rs
0,073
6,641
0,355
0,000
3,956
0,281
0,167
12,229*
0,458*
0,190
6,621*
0,529*
0,452*
11,036*
0,440*
0,455*
8,177*
0,461*
χ2
χ2
C
Keterdedahan
Frekuensi Menonton
Waktu Menonton
Lama Menonton
Program Berita
rs
χ2
C
rs
χ2
C
Ket : * berhubungan nyata pada p < 0,1
4.4.1
Persepsi Berita Televisi Isu Bakteri E. sakazakii dalam
Susu Formula
Nilai Informasi
Daya Tarik Format Acara
rs: koefisien rank spearman, C: contingency,
: χchisquare
2
Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah
Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu Formula.
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis pertama
yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan
persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula”, diterima hanya pada hubungan antara usia dengan
persepsi terhadap nilai informasi berita, motif informasi dengan nilai informasi
berita serta daya tarik format acara dan motif integrasi dan interaksi sosial
terhadap nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula.
57 Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa karakteristik individu memiliki
hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun karakteristik individu
tidak memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E.
sakazakii secara keseluruhan, namun dari tabel dapat dilihat bahwa usia, motif
menonton informasi dan motif menonton integrasi dan interaksi sosial memiliki
hubungan yang cukup berarti dengan program berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula.
4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita
Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
Usia pada penelitian kali ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
muda (21-28 tahun), dewasa (29-38 tahun), dan tua (39-66 tahun). Analisis
hubungan usia dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii menggunakan uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel
12, dapat dilihat bahwa usia memiliki hubungan nyata rendah dan negatif dengan
persepsi terhadap nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula adalah 0,089 dengan nilai korelasi sebesar -0,253. Hal ini berarti semakin
tua umur responden maka semakin rendah persepsi responden terhadap nilai
informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dan
semakin muda umur responden maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk
responden terhadap nilai informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula.
Umumnya yang memiliki perhatian lebih terhadap isu ini adalah
responden yang berusia muda yaitu berusia 21 sampai dengan 28 tahun. Hal ini
terjadi karena umumnya responden dalam usia tersebut memiliki anak yang masih
kecil dan mengkonsumsi susu formula, sehingga banyak responden yang berusia
muda memiliki anggapan bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii sangat
bermanfaat, terlebih pada nilai informasinya. Meskipun merek susu yang tercemar
tidak diberitakan di televisi, namun responden dengan usia muda beranggapan
bahwa berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat
bermanfaat karena dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan responden
terhadap produk pangan yang beredar di pasaran. Hal ini tidak sesuai dengan hasil
58 penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
nyata antara usia dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik di
iklan kosmetik di televisi.
4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu
formula
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini cukup beragam yaitu
antara rendah (tidak sekolah-lulus SD), sedang (SMP-SMA) dan tinggi (>SMA)
akan tetapi beragamnya tingkat pendidikan responden tidak membuat perbedaan
pada responden dalam membentuk persepsi terhadap program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan hasil penelitian
peubah tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa
responden yang berbeda tingkat pendidikannya tidak membuat perbedaan pada
saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula. Hal ini sesuai dengan penelitian Perdana (2010) yang mengatakan bahwa
tidak terdapat hubungan nyata antara peubah pendidikan dengan peran iklan
televisi layanan masyarakat.
4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu
formula
Pada penelitian kali ini terdapat responden yang bekerja dan tidak bekerja.
Responden yang tidak bekerja umumnya hanya menjadi ibu rumah tangga yang
hanya mengurusi anak dan suami tanpa memilik penghasilan, sedangkan
responden yang bekerja, memiliki pekerjaan antara lain sebagai pedangang, kader,
pegawai negeri, pegawai swasta, paramedis dan guru. Pengolahan data analisis
hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan analisis
chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 jenis pekerjaan tidak
memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda jenis
59 pekerjaannya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu
formula
Motif menonton pada penelitian kali teridir dari empat motif yait motif
informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan, yang
kemudian pada masing-masing motif menonton dikelompokkan menjadi rendah
dan tinggi. Uji statistik pada motif menonton dengan persepsi terhadap program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan
uji korelas rank Spearman.
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa motif menonton secara
keseluruhan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi terhadap program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Namun,
berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif
dan rendah antara motif informasi dengan persepsi terhadap berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik pada indikator nilai informasi
maupun pada indikator daya tarik format acara. Selain itu juga terdapat hubungan
nyata positif dan rendah antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi
terhadap program berita pada indikator nilai informasi berita.
Nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan persepsi nilai informasi
berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,036 dengan nilai
korelasi sebesar 0,309 dan nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan
persepsi daya tarik format acara berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
adalah 0,083 dengan nilai korelasi 0,258. Hal ini berarti semakin tinggi motif
informasi maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Berdasarkan Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata
positif antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap nilai
informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Nilai Sig. (2tailed) antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi nilai informasi
berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,024 dengan nilai
60 korelasi sebesar 0,332. Hal ini berarti semakin tinggi motif interasi dan interaksi
sosial maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga
terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula
Uji statistik pada lingkungan sosial dengan persepsi terhadap program
berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan
uji korelasi rank Spearman, chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan
Tabel 12 dapat terlihat bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lingkungan
sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, sehingga hipotesis kedua yang
berbunyi “terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu
rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula”, ditolak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana
(2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik sosiologis
dengan peran iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini terjadi karena perbedaan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut.
4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula
Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan
teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam
rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi interaksi diukur
dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (611kali), sedang (12-13 kali) dan sering (14-20 kali). Uji statistik yang dilakukan
pada indikator frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap program berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi
rank Spearman.
Berdasarkan Tabel 12 frekuensi interaksi tidak memiliki hubungan nyata
dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda tingkat intesitas frekuensi
61 interaksinya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan Persepsi terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula
Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling
sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi pada
peneilitian kali ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga. Uji statistik
yang dilakukan pada indikator pasangan interaksi dengan persepsi terhadap
program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah
chisquare dan koefisien contingency.
Berdasarkan Tabel 12 pasangan interaksi tidak memiliki hubungan nyata
dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula. Hal ini berarti bahwa dengan siapapun responden berinteraksi, baik
dengan teman, tetangga maupun keluarga, hal tersebut tidak berhubungan atau
memiliki pengaruh terhadap perspsi yang dibentuk responden dalam menonton
program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
4.4.3
Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga
terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis ketiga
yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara keterdedahan dengan persepsi ibu
rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula”, ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan nyata antara
keterdedahan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa keterdedahan memiliki
hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun keterdedahan tidak
memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E.
sakazakii secara keseluruhan, namun dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa frekuensi
menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton
62 memiliki hubungan yang cukup berarti dengan persepsi terhadap program berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula
Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton
siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan
kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian
kali ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rendah (1 kali), sedang (2-3 kali) dan
tinggi (>3 kali). Uji statistik yang dilakukan pada indikator frekuensi menonton
dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan nyata
positif cukup berarti antara frekuensi menonton dengan persepsi terhadap daya
tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula, dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002, dan nilai korelasi sebesar
0,452. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden menonton berita televisi
maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap daya tarik format
acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Responden yang lebih sering menonton program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi
dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula.
4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula
Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan
berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum
penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam
hari, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan pada indikator
waktu menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu
63 bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah chisquare dan koefisien
contingency.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahawa terdapat hubungan nyata
positif dan cukup berarti antara waktu menonton dengan persepsi terhadap berita
televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik dalam nilai
informasi maupun pada daya tarik format acara, dengan nilai Sig. (2-tailed)
masing-masing adalah 0,057 dan 0,087, dan nilai chisquare masing-masing
12,229 dan 11, 036. Nilai koefisien contingency waktu menonton dengan persepsi
terhadap nilai informasi maupun pada daya tarik format acara masing-masing
sebesar 0,458 dan 0,440. Hal ini berarti bahwa semakin tepat waktu menonton
responden maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap nilai
informasi dan daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak responden yang
menonton berita ini di waktu luang, yaitu pada waktu siang dan sore hari.
Responden yang menonton berita ini dalam waktu luang akan lebih fokus dalam
menonton berita ini, dan hal ini tentunya berpengaruh terhadap persepsi yang
dibentuk oleh responden.
4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula
Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk
menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu
formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala
ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sebentar (3-14 menit),
sedang (15-29 menit) dan lama (30-60 menit). Uji statistik yang digunakan pada
indikator lama menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata
positif cukup berarti antara lama menonton dengan persepsi terhadap daya tarik
format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula,
dengan nilai Sig. (2-tailed) yaitu 0,001 dan nilai korelasi 0,455. Hal ini berarti
bahwa semakin lama responden menonton maka semakin tinggi persepsi yang
64 dibentuk responden terhadap daya tarik format acara program berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
Responden yang lebih lama menonton program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi
dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula.
4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap
Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu
Formula
Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang
menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga
bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang
dilakukan pada indikator program berita adalah dengan menggunakan chisquare
dan uji koefisien contingency.
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif
dan lemah antara program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan format
acara berita tentang isu bakteri E. sakazakii. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
Sig. (2-tailed) pada program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan daya
tarik format acara adalah 0,057 dan 0,025 dengan nilai chisquare sebesar 6,621
dan 8,177 dan nilai korelasi koefisien contingency sebesar 0,355 dan 0,389. Hal
ini berarti semakin tepat program berita televisi yang ditonton maka akan semakin
baik persepsi responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula.
Banyak responden yang menonton berita ini di RCTI dan SCTV, faktor
utama responden memilih menonton berita pada channel ini karena sinyal RCTI
dan SCTV paling bagus pada Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Apabila gambar pada RCTI dan SCTV bagus, maka ibu rumah
tangga lebih tertarik untuk menonton berita tersebut dan lebih fokus, sehingga
persepsi terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula yang dibentuk oleh responden menjadi lebih baik.
65 4.5
Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita
Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program
Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula.
Hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televsi tentang
isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap citra IPB akibat program berita tersebut adalah peubah-peubah dalam
program berita yang paling memiliki korelasi dengan persepsi responden terhadap
citra IPB. Peubah tersebut adalah nilai informasi berita dan daya tarik format
acara. Kedua peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank
Spearman. Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial
dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 13.
Tabel 13.
Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita
televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
Peubah
Persepsi Ibu Rumah Tangga
terhadap Berita Televisi
tentang Isu Bakteri E.
sakazakii dalam Susu
Nilai informasi
Daya tarik format acara
Ket : * berhubungan pada p < 0,1
Koef.
Korelasi
rs
rs
Persepsi Citra IPB akibat Berita
Televisi Isu Bakteri E. sakazakii
dalam Susu Formula
Hasil Penelitian
Lulusan IPB
0,340*
0,276*
0,192
0,31
rs: koefisien rank spearman
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis keempat
yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga
terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak atau dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan
persepsi terhadap citra IPB akibat program berita tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula.
66 4.5.1
Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi
tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi
terhadap Citra IPB
Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita
apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan
penjelasan tertentu pada sesuatu hal. Nilai informasi yang mendidik dan
menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian
materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam
mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal. Uji statistik
yang digunakan pada indikator nilai infomasi dengan citra IPB adalah uji korelasi
rank Spearman.
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai informasi berita
memiliki hubungan nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed)
pada peubah nilai informasi dengan hasil penelitian IPB adalah 0,021 dengan
korelasi rank Spearman sebesar 0,340. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai
informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang
diperoleh ibu rumah tangga maka akan semakin baik persepsi ibu rumah tangga
terhadap hasil penelitian IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan
responden yang bekerja sebagai kader.
“Bagi saya penelitian ini sangat bermanfaat, kita para kader jadi
harus lebih waspada lagi terhadap susu yang beredar di pasaran,
sehingga kita juga bisa memberitahukan informasi yang benar
kepada orang lain” (ST, 35 tahun).
4.5.2
Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program
Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula
dengan Persepsi terhadap Citra IPB
Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk
menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu
bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal. Uji stastistik yang digunakan
pada indikator daya tarik format acara dengan persepsi terhadap citra IPB adalah
dengan mennggunakan uji korelasi rank Spearman.
67 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa daya tarik format acara berita
televisi tentang isu bakteri E, sakazakii dalam susu formula memiliki hubungan
nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed) pada indikator daya
tarik format acara dengan hasil penelitian IPB adalah 0,064 dengan nilai korelasi
rank Spearman sebesar 0,276. Hal ini berarti bahwa semakin menarik daya tarik
format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula
maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk ibu rumah tangga terhadap hasil
penelitian IPB. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden.
“Bagi saya acara beritanya juga udah bagus makanya saya ngerti
tentang isu ini. Yah walaupun hasil penelitiannya seperti merek susu
tidak disebutkan tapi kan kita jadi makin waspada”(ST, 35 tahun).
68 BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian kali ini antara
lain adalah:
1.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu
Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau
cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Aspek program yang
dipersepsi meliputi nilai informasi dan format acara. Menurut responden isi
nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat
kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula
dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti.
2.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi
tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini
dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3.
Aspek citra yang dipersepsi meliputi hasil penelitian dan lulusan IPB.
Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan
bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan
kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap
bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang
pertanian maupun di luar bidang pertanian.
3.
Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak
terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga
terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat
beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton
integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai
informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki
hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format
69 acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada
keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik
pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu
menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga
memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya
tarik format acara
4.
Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan
nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara
keseluruhan.. Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi
terhadap berita televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara
yang memiliki hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa
penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula.
5.2
1.
Saran
Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri
E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya memberikan berita yang jelas
kepada masyarakat, selalu terus menginformasikan perkembangan isu ini
sampai tuntas, dan jika isi nilai informasinya sama sebaiknya jangan
terlalu sering diulang-ulang.
2.
Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri
E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya merancang format acara yang
lebih
interaktif,
sehingga
khalayak
dapat
bertanya
mengenai
perkembangan isu ini kepada ahli atau narasumber yang dihadirkan oleh
program berita.
3.
Pihak pemerintah khususnya Mahkamah Agung (MA) seharusnya
bertindak tegas dan konsisten dalam menangani isu ini, karena keputusan
untuk mengumumkan atau tidak mengumumkan nama-nama produsen
susu formula yang tercemar Bakteri E. sakazakii berada di tangan MA.
4.
Jika kasus ini ingin diproses secara hukum, maka akan lebih baik jika ada
pihak yang mengenahi antara pihak IPB dengan Badan Perlindungan
Konsumen Nasional (BPKN)
70 5.
Pihak IPB sebaiknya tetap konsisten untuk tidak mengumumkan merek
susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii karena hal tersebut sudah
sesuai dengan kode etik penelitian, namun alangkah baiknya IPB
melakukan konfirmasi terhadap isu ini, dengan melakukan konferensi pers
secara terbuka. Menjelaskan secara rinci tujuan penelitian dan hasil
penelitian kepada masyarakat.
71 DAFTAR PUSTAKA
Andika, Jurian. 2008. “Hubungan Keterdedahan Terhadap Media Massa
dengan Pengetahuan Tentang Kebijakan Pemerintah Mengenai Flu
Burung (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB.”
[skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Chandler, D. 1994. “Why do people watch television?”
http://www.aber.ac.uk/media/functions/ mcs.html. [9 Maret 2011].
DeVito, Joseph A. 1996. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional
Books.
Estuningsih, et all., 2006. "Potensi kejadian meningitis pada mencit neonatus
akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari makanan
bayi dan susu formula." Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Dipenogoro
Hastin, Fini. 2010. “Strategi hubungan masyarakat kementrian negara
koperasi dan usaha kecil, menengah dalam membangun citra
Instansi.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
Hasan, Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian &
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Khairil. 1994. “Hubungan Keterdedahan Petani Anggota Kelompencapir pada
Siaran Pedesaan dari Radio dan Televisi dengan Pengetahuan
Mereka tentang Diversifikasi.” [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Lembaga Pemerintahan Desa Cimanggu I. 2008. Potensi Desa Cimanggu I,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor
McQuail, Denis. 2002. McQuail’s Reader in Mass Communication Theory.
London: SAGE Publications Ltd.
Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa. Bandung: Widya Padjajaran
Mulyana, Dedi. 2010. “Persepsi Khalayak terhadap Program Acara Televisi
Reality Show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV (Kasus : Mahasiswa
Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial
Angkatan 2006, 2007, dan 2008).” [skripsi]. Bogor: Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia.
72 Morissan, MA dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia
Nurfalah, Farida. 2007. “Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap
Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Di Desa Kedug
Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon).”
[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Perdana, Ryan. 2010. “Peranan Iklan Masyarakat sebagai Media Penyebar
Informasi Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dari Mencoblos ke
Mencontreng terhadap Pengetahuan Masyarakat Desa Lingkar
Kampus IPB (Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor).” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Primianty. 2008. “Hubungan antara Persepsi Remaja Putri dan Citra
Perempuan Cantik dalam Iklan Kosmetik di Televisi dengan
Penggunaan Produk Kosmetik oleh Remaja Putri.” [skripsi]. Bogor:
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Sari, Endang. 1993. Audience Research; Pengantar Studi Penelitian terhadap
Pembaca, Pendengar dan Pemirsa. Yogyakarta: Andi Offset.
Sari, Retty Permata. 2008. “Efektivitas Iklan di Televisi dalam Membenttuk
Citra Produk Sosis.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial
Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey.
Jakarta: LP3ES Indonesia.
Suharto, Ari. 2006. “Hubungan Pola Menonton Berita Kriminal di Televisi
dengan Perilaku Remaja (Kasus SLTPN 175 Jakarta dan SMPN 1
Dramaga Bogor.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Komunikasi
Pengembagan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Sukarelawati. 2009. “Persepsi Pemirsa Tentang Tayangan Infotainment di
Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor.” [tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.
Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
73 Suwandi, 2009. “Citra Perusahaan (E-book).”
http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citraperusahaan.pdf.” [diakses 25 Februari 2011]
Walpole. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
74 LAMPIRAN
75 Lampiran 1. Kuesioner penelitian
PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP BERITA TV TENTANG
ISU BAKTERI ENTEROBACTER SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA
DAN CITRA IPB
(Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat)
Saya, Yuvita Amalia Pohan, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Program
Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan
penelitian yang akan saya lakukan, saya meminta kesediaan Saudara untuk mengisi
kuesioner dibawah ini dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan
jawaban Saudara akan dijamin dan tidak berkaitan dengan kepentingan lain kecuali
untuk penelitian ini. TERIMA KASIH
No. Kuesioner
: ........................................................................
Hari/Tanggal pengisian
: ........................................................................
Nama Responden
: ........................................................................
Alamat (Rt/Rw/Kampung)
: RT……/RW……./ Desa Cimanggu I,
Kecamatan
Cibungbulang,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2011
76 A.
1.
Karakteristik Individu
Berapakah usia Anda saat ini?
.........................................................................................................................
2.
Apakah pekerjaan Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda
1. Tidak bekerja
5. Pegawai negeri
2. Petani
6. Pegawai swasta
3 Kader
7. Bidan
4. Pedagang
8. Lainnya (sebutkan):
3.
Berapakah pendapatan Anda saat ini? (dalam satuan Rupiah)
.....................................................................................................................
Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda
1. Tidak bersekolah
6. SLTA/Sederajat
2. Pesantren/seminari
7. Diploma
3. SD tapi tidak lulus
8. Sarjana
4. Lulus SD
9. Lainnya: ............
5. SLTP/sederajat
4.
5.
Apakah Anda memiliki anak saat ini? Jika Ya, lanjutkan ke nomor berikutnya, jika
tidak lanjutkan ke nomor 12
1. Ya
2. Tidak
6.
Berapa jumlah anak yang Anda miliki saat ini?
1. Tidak ada
2. 1-3 orang
3. 3-5 orang
4. > 5 orang
7.
Berapakah usia anak Anda saat ini?
..........................................................................................................................
8.
Apakah anak Anda pernah mengkonsumsi susu formula? Jika Ya lanjut ke nomor
berikutnya, Jika tidak ke nomor 12
1. Ya
2. Tidak
9.
Berapakah jumlah anak Anda yang mengkonsumsi susu formula? Lingkari jawaban
Anda
1. 1-3 orang
3. > 5 orang
2. 3-5 orang
4. semua anak
10. Apakah Anak Anda masih mengkonsumsi susu formula?
1. Masih
2. Sudah tidak mengkonsumsi
11. Ketika mengetahui terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula, apakah Anda
langsung berhenti mengkonsumsi susu formula?
1. Ya, karena.....................................................................................................
2. Tidak, karena................................................................................................
12. Apakah yang membuat Anda tertarik untuk menonton tayangan berita TV tentang
isu bakteri E.sakazakii pada susu formula?
12.1. Untuk mengetahui informasi terkini mengenai isu tersebut.
1. Ya
2. Tidak
77 12.2. Untuk mengetahui bahaya dari bakteri E. sakazakii.
1. Ya
2. Tidak
12.3. Untuk mencari tahu merek-merek susu yang diduga tercemar bakteri
1. Ya
2. Tidak
12.4 Untuk meningkatkan pengetahuan
1. Ya
2. Tidak
12.5. Untuk meningkatkan nilai pribadi.
1. Ya
2. Tidak
12.6. Untuk menjaga diri saya dan orang terdekat
1. Ya
2. Tidak
12.7. Untuk menemukan bahan percakapan dengan orang lain
1. Ya
2. Tidak
12.8 Untuk memberikan keeratan hubungan dengan sesama melalui
aktivitas menonton bersama.
1. Ya
2. Tidak
12.9 Untuk mengisi waktu luang
1. Ya
2. Tidak
12.10 Untuk memberikan rasa senang
1. Ya
2. Tidak
B.
Lingkungan Sosial
1.
Selain dari berita TV, darimanakah Anda mengetahui isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula?
1. Teman
2. Tetangga
3. Keluarga
4. Lainnya, sebutkan .........................................................................................
2.
Bagaimanakah interaksi teman, tetangga dan keluarga Anda yang berhubungan
dengan persepsi Anda terhadap berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam
susu formula dan citra IPB? Silanglah (x) jawaban yang Anda pilih!
No.
1.
Pernyataan
SS
(4)
(4)
S
(3)
(3)
Ketika sedang berkumpul (mengobrol) dengan teman,
keluarga atau tetangga apakah pernah membicarakan berita
TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula?
2.
Apakah teman, tetangga atau keluarga Anda pernah
(4)
(3)
berdiskusi mengenai tanggung jawab IPB sebagai peneliti?
3.
Apakah Anda pernah menonton berita TV mengenai isu
(4)
(3)
bakteri E. sakazakii bersama dengan teman, tetangga atau
keluarga Anda?
4.
Ketika sedang menonton bersama, apakah terjadi diskusi
(4)
(3)
mengenai berita tersebut?
5.
Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi
(4)
(3)
kembali mengenai tayangan berita isu bakteri E. sakazakii
pada susu formula?
6.
Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi kembali (4)
(3)
mengenai peran IPB sebagai peneliti dalam menangani isu
ini?
Keterangan 4 Sangat Sering (SS), 3 Sering (S), 2 Jarang (J), 1 Sangat Jarang (STS)
J
(2)
(2)
SJ
(1)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
78 3.
Dengan siapa Anda biasa mengobrol tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu
formula?
1. Teman
2. Tetangga
3. Keluarga
4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................
4.
Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda
mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula?
1. Bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii pada kesehatan manusia.
2. Pihak peneliti yang melakukan penelitian.
3. Menduga merek-merek susu formula yang tercemar susu formula.
4. Lainnya, sebutkan ................................................................................
5.
Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda
mengenai pihak peneliti yang melakukan penelitian penemuan bakteri E. sakazakii
dalam susu formula?
1. Kebenaran hasil penelitian
2. Tanggung jawab peneliti
3. Kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian
4. Lainnya, sebutkan .....................................................................................
C.
Keterdedahan Berita TV
1.
Berapa kali Anda menonton tayangan berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii
dalam susu formula? (dalam sehari). Lingkari jawaban yang Anda pilih
1. 1 kali
2. 2-3 kali
3. > 3 kali
4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................
2.
Kapan Anda biasa menonton program berita TV tersebut? Lingkari pilihan jawaban
Anda.
1. Pagi hari
2. Siang hari
3. Sore hari
4. Malam hari
3.
Berapa lama Anda menonton tayangan berita tersebut?
............................................................................................................................
4.
Program berita TV apa yang Anda tonton?
...........................................................................................................................
5.
Mengapa Anda memilih untuk menonton berita tersebut?
Karena ...............................................................................................................
6.
Apakah menurut Anda pada tayangan berita yang Anda tonton telah memenuhi
harapan Anda tentang informasi mengenai peristiwa yang terjadi (isu bakteri E.
sakazakii pada susu formula)?
1.
Tidak,
karena
...........................................................................................................................
2. Ya, mengapa
...........................................................................................................................
79 D.
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV Mengenai Isu Bakteri
Enterobacter sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB
Bagaimanakah pendapat Anda terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii
dalam susu formula, dan citra IPB terkait berita tersebut? Silanglah (x) jawaban yang
Anda pilih!
No.
Pernyataan
SS
(4)
(4)
S
(3)
(3)
TS
(2)
(2)
STS
(1)
(1)
1.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan
informasi kepada pemirsanya (khalayak) akan bahaya
bakteri E. sakazakii bagi kesehatan manusia.
2.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan
informasi mengenai merek susu formula yang diduga
tercemar bakteri E. sakazakii.
(4)
(3)
(2)
(1)
3.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan
informasi cara mencegah tercemarnya susu formula oleh
bakteri E. sakazakii
(4)
(3)
(2)
(1)
4.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii meningkatkan
pengetahuan akan hak konsumen.
(4)
(3)
(2)
(1)
5.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii mengungkap
fakta apa adanya bukan hasil rekayasa pihak televisi
atau kalangan tertentu.
(4)
(3)
(2)
(1)
6.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan
informasi mengenai resiko bayi yang mudah terinfeksi.
(4)
(3)
(2)
(1)
7.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang
memberikan pemahaman akan mutu keamanan pangan.
(4)
(3)
(2)
(1)
8.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang komplit
sehingga meninggalkan rasa penasaran dan tidak tenang.
(4)
(3)
(2)
(1)
9.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii terlalu sering
diulang sehingga menimbulkan rasa bosan bagi
pemirsanya.
(4)
(3)
(2)
(1)
10.
Berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii terlalu
membesarkan masalah yang terjadi tanpa memberikan
solusi mengenai isu ini.
(4)
(3)
(2)
(1)
11.
Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memojokkan
IPB yang melakukan penelitian.
(4)
(3)
(2)
(1)
12.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu
bakteri E. sakazakii memiliki wawasan yang luas.
(4)
(3)
(2)
(1)
13.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu
bakteri E. sakazakii menguasi isu ini.
(4)
(3)
(2)
(1)
14.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula berpenampilan
menarik.
(4)
(3)
(2)
(1)
80 15.
Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu
bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti.
(4)
(3)
(2)
(1)
16.
Waktu tayang program berita mengenai isu bakteri E.
sakazakii dalam susu formula sesuai.
(4)
(3)
(2)
(1)
17.
Durasi penayangan berita TV tentang isu bakteri E.
sakazakii terlalu lama, sehingga membosankan.
(4)
(3)
(2)
(1)
18.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula bermanfaat bagi
masyarakat, pemerintah dan pihak produsen.
(4)
(3)
(2)
(1)
19.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii mengungkapkan fakta bahwa masih terdapat
produk pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi
(4)
(3)
(2)
(1)
20.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula memberikan pengetahuan
kepada ibu rumah tangga akan potensi penyakit dan
bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii.
(4)
(3)
(2)
(1)
21.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii dalam susu formula tidak dapat dipercaya.
(4)
(3)
(2)
(1)
22.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii menimbulkan rasa cemas.
(4)
(3)
(2)
(1)
23.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii merugikan masyarakat sebagai konsumen susu
formula
(4)
(3)
(2)
(1)
24.
Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E.
sakazakii merugikan produsen susu formula.
(4)
(3)
(2)
(1)
25.
IPB merupakan lembaga pendidikan yang kurang terbuka
di dalam mengumumkan hasil-hasil penelitiannya.
(4)
(3)
(2)
(1)
26.
IPB kurang bertanggung jawab terhadap penelitianpenelitian yang telah dilakukan.
(4)
(3)
(2)
(1)
27.
Sitem pendidikan di IPB selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan
(4)
(3)
(2)
(1)
28.
IPB menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di
lingkungan global.
(4)
(3)
(2)
(1)
29.
IPB menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan
untuk terjun langsung ke masyarakat
(4)
(3)
(2)
(1)
30.
IPB menghasilkan lulusan yang memahami kaidah
bermasyarakat.
(4)
(3)
(2)
(1)
31.
IPB kurang memahami kode etik penelitian.
(4)
(3)
(2)
(1)
(4)
(3)
(2)
(1)
IPB menghasilkan lulusan yang kurang kompeten di
bidang lain, selain bidang pertanian
Keterangan 4 Sangat Setuju (SS), 3 Setuju (S), 2 Tidak Setuju (TS), 1 Sangat Tidak Setuju
(STS)
32.
81 Lampiran 2. Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06 Desa
Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor per Bulan
Maret 2011
No.
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
1.
Aan A
32
04
26.
Reni Herliani
23
04
2.
Titi A
25
04
27.
St.Nuraeni
29
04
3.
Warsih
49
04
28.
Hindun
30
04
4.
Siti Maimunah
26
04
29.
Tinah
33
04
5.
Nina H
25
04
30.
Narti
51
04
6.
Teti
23
04
31.
Badriah
32
04
7.
Euis
27
04
32.
Ara
57
04
8.
Fitri
32
04
33.
Naryati
50
04
9.
Fatimah
36
04
34.
Jumsih
56
04
10.
Neneng
27
04
35.
Fera Arianti
23
04
11.
Neneng N
28
04
36.
Encih
53
04
12.
Euis
46
04
37.
Wati Miswar
67
04
13.
Santi
24
04
38.
Dedeh Kurniasih
40
04
14.
Een
37
04
39.
Sati
51
04
15.
Wati
50
04
40.
Jumina
40
04
16.
Sukaesih
41
04
41.
Ana Atikah
58
04
17.
Nunik
24
04
42.
Karni
56
04
18.
Siti Koriah
34
04
43.
Misna
41
04
19.
Siti Maesaroh
34
04
44.
Encih Sukarsh
21
04
20.
Erni
36
04
45.
Mursini
40
04
21.
Eka Yuliana
41
04
46.
Tin
52
04
22.
Rinawati
32
04
47.
Nengsih
42
04
23.
Yeyen
38
04
48.
Warsih
51
04
24.
Ucup
48
04
49.
Hernawati
28
04
25.
Dini R
20
04
50.
Onah
55
04
82 No
Nama
Usia
RW
No
Nama
Usia
RW
51.
Eva Hasanah
29
04
78.
Nurjanah
26
04
52.
Tuti Alawiah
35
04
79.
Enih S
28
04
53.
Neneng
Nurjanah
04
80.
Rina
26
04
36
54.
Riska Andriyani
25
04
81.
Dina Maryono
25
04
55.
Wati
40
04
82.
Mardiyah
39
04
56.
Yunengsih
30
04
83.
Rohmah
24
04
57.
Euis Suminar
31
04
84.
St. Nyai
37
04
58.
Esih Sukaesih
21
04
85.
Nurhayati
46
04
59.
Neni Suherni
32
04
86.
Asmanah
39
04
60.
Murnah
38
04
87.
Dede Rosidah
25
04
61.
Nenah
19
04
88.
Lilis Suryani
38
04
62.
Aisyah
22
04
89.
Prihatini
30
04
63.
Hermawati
26
04
90.
Srimulyani
38
04
64.
Imas
41
04
91.
Rizkika AA
17
04
65.
Marni
39
04
92.
Tati Haryati
36
04
66.
St.Khotimah
29
04
93.
Yusni
40
04
67.
Nari
46
04
94.
Lihayanih
28
04
68.
Ijah
31
04
95.
Yati Rohayati
40
04
69.
Sri Nendah
26
04
96.
Nanah
30
04
70.
Darti Sunarti
34
04
97.
Lusiyanti
33
04
71.
Ikah
43
04
98.
Aisyah
36
04
72.
Eka Yuliani
26
04
99.
Yanti
40
04
73.
Yusnani
32
04
100.
Tuti
28
04
74.
Sunarsih
39
04
101.
Yuyun Maryunah
40
04
75.
Mamah
37
04
102.
Encah
41
04
76.
Enih
41
04
103.
Novi
22
04
83 No.
Nama
Usia
RW
No.
104.
Euis suRYANI
43
04
131.
105
Karni
43
04
106.
St. Masiroh
28
107.
Komala
108.
Nama
Usia
RW
Yayan
45
04
132.
Andriyani
30
04
04
133.
Encah
55
04
38
04
134.
Sumiyah
28
04
Suhaesi
30
04
135.
Nenah
19
04
109.
Encum S
24
04
136.
Ida
27
04
110.
Atikah
35
04
137.
Mimi
24
04
111.
Poinem
50
04
138.
Nia
35
04
112.
St. Komariah
27
04
139.
Tuti
33
04
113.
Neneng AAN
42
04
140.
Anih
30
04
114.
JulAEHA
32
04
141.
Dede SH
37
04
115.
Onih
45
04
142.
Isum
30
04
116.
Ocih
45
04
143.
Omay
33
04
117.
Marnah
41
04
144.
Wiwin
35
04
118.
Sacih
58
04
145.
Tati Hartati
35
04
119.
Desi Ratnasari
26
04
146.
Evih
32
04
120.
Mumung
48
04
147.
Iyos Rusni
43
04
121.
Neneh
42
04
148.
Intan Suminar
37
04
122.
Karinah
62
04
149.
Encih
37
04
123.
Yanti
40
04
150.
Yati Sumiati
35
04
124.
Siti Fatimah
45
04
151.
Rostika
37
04
125.
Oon Onayah
42
04
152.
Ida
21
04
126.
Ojah
47
04
153.
Iroh
33
04
127.
Mumung
45
04
154.
Nonih
33
04
128.
Otih/umi
40
04
155.
Julaiha
36
04
129.
Rini Ariyanti
22
04
156.
Eti Haeni
36
04
130.
Nanah
30
04
157.
Darti
27
04
84 No
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
158.
Aan Juriah
61
04
184.
St. Maemunah
38
04
159.
Iwan
31
04
185.
elly Rahmayani
25
04
160.
Saharti
60
04
186.
Yati
45
04
161.
Aswati
43
04
187.
Marlinah
29
04
162.
St. Muryani
26
04
188.
Encih
55
04
163.
Icah
48
04
189.
Tarsih
60
04
164.
Yuyun
56
04
190.
St. Juriah
44
04
165.
191.
Nuryati
50
04
166.
H. St.
Komariah
Sarni
167.
50
04
50
04
192.
Nana
56
04
Erum Dayah
50
04
193.
Nanih
42
04
168.
Popon
Nurhayati
49
04
194.
Pipin
51
04
169.
Ismiyah
19
04
195.
Nuryanah
43
04
170.
Umsani
41
04
196.
Hodijah
45
04
171.
Anih
32
04
197.
Sacih
50
04
172.
Rumsini
45
04
198.
Emot
57
04
173.
Nani Suparti
28
04
199.
Maemunag
48
04
174.
Junah
37
04
200.
Tati Sunarti
27
04
175.
Kokom
36
04
201.
Etin Suhartini
39
04
176.
Asiah
28
04
202.
Umi
60
04
177.
Neneng
34
04
203.
Amah
57
04
178.
Imas Wati
35
04
204.
Kasti
70
04
179.
Onah
37
04
205.
Erliani S
42
04
180.
Nining
28
04
206.
Enung
41
04
181.
Dahlia Eka
25
04
207.
Suryani
35
04
182.
Sya'adah
38
04
208.
Arwi
60
04
183.
Fitria M
29
04
209.
Nenih P
32
04
85 No.
Nama
Usia
RW
No.
Nama
Usia
RW
210.
Juanda
48
04
237.
Anis
24
06
211.
Tarsih
53
04
238.
Rosmi
38
06
212.
Entung
67
04
239.
Santi
22
06
213.
Nanih
45
04
240.
Nengsih
22
06
214.
Isnawati
28
04
241.
Sumiati
40
06
215.
Dedeh
48
04
242.
Yulianah
42
06
216.
Emil
68
04
243.
Maya R
27
06
217.
Nuryati
65
04
244.
Saonih
48
06
218.
Fatimah
39
04
245.
Yanti
42
06
219.
Iyam
60
04
246.
Nyai
45
06
220.
Lusnawati
36
06
247.
Yeyet
35
06
221.
Nyai
43
06
248.
Rika
28
06
222.
Eka
22
06
249.
St. Khodijah
32
06
223.
Een
40
06
250.
Hj. Marnah
54
06
224.
Wati
41
06
251.
Ika K
21
06
225.
Lia
25
06
252.
Rohayati
36
06
226.
Warsah
36
06
253.
Nenih
30
06
227.
Warsih
37
06
254.
Suheni
30
06
228.
Iyam
47
06
255.
Nengsih
37
06
229.
Sati
26
06
256.
Dian Astuti
21
06
230.
St.Suminar
57
06
257.
Siti Halimah
22
06
231.
Tini
45
06
258.
Een
40
06
232.
Wulan Sari
21
06
259.
Sanah
43
06
233.
Fitri
24
06
260.
RosmiDh
38
06
234.
Maryani
37
06
261.
Anah
60
06
235.
Aminah
32
06
262.
Enung
57
06
236.
Een
38
06
263.
Rusti
51
06
86 No
Nama
Usia
RW
No
Nama
Usia
RW
264.
Neneng
20
06
300.
Titin
36
06
265
Arsati
41
06
301.
Wawat
39
06
266
Emi
45
06
302.
Neng Lastri
21
06
267
Muhani
41
06
303.
Nesih
27
06
268
Oon
52
06
304
Imas
31
06
269
Ena
42
06
305
Acih
36
06
270
Sumiarti
60
06
306.
Wiwi
27
06
271
Lilis
37
06
307.
Diah
43
06
272
Saminah
53
06
308.
Neni Agustina
29
06
273
Hayatun
49
06
309.
Nami
38
06
274
Arsih
55
06
310.
Enti
35
06
275
Ikah
60
06
311.
Ida Farida
31
06
276
Ati S
42
06
312.
Inah
42
06
277
Aar
60
06
313.
Aas aswati
31
06
278
Aam
37
06
314.
Anita
22
06
279
Nasti
48
06
315.
Linah
25
06
280
Nyai
53
06
316.
Siti rodiah
21
06
281.
Anasih
27
06
317.
Siti Maesaroh
27
06
282.
Juju
44
06
318.
Parti
28
06
283.
Aay
35
06
319.
Yatinah
32
06
284.
Nyai
29
06
320.
Neni oktaviani
27
06
285.
Yanti A
28
06
321.
Elin
27
06
286.
Unarsih
32
06
322.
Asti Sulastri
38
06
287.
Eros
39
06
323.
Asna
37
06
288.
Aisyah
39
06
324.
Erat
44
06
299.
Iis
26
06
325.
Nana
54
06
87 No.
Nama
Usia
RW
326.
Satih
36
06
327.
Aisatun
76
06
328.
Nuhati
55
06
329.
Nacih
46
06
330.
Rosani
70
06
331.
Mamah
70
06
332.
Raflinar
58
06
333.
Nenih
52
06
334.
Titin
47
06
335.
Yati
47
06
336.
Fitri Lestari
19
06
337.
Nana
54
06
338.
Satih
36
06
339.
Aisatun
76
06
340.
Nuhati
55
06
341.
Nacih
46
06
342.
Rosani
70
06
343.
Mamah
70
06
344.
Raflinar
58
06
345.
Nenih
52
06
346.
Titin
47
06
347.
Yati
47
06
348.
Fitri Lestari
19
06
349.
Yeni
24
06
88 Lampiran 3. Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton berita televisi
tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada RW 04 dan
RW 06.
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Nama
Aan A
Titi A
Warsih
Siti Maimunah
Nina H
Teti
Oon
Ena
Sumiarti
Lilis
Linah
Siti Rodiah
Siti Maesaroh
Parti
Yati
Yanti
Fitri Lestari
Yeni
Wati
Nunik
Esih Sukaesih
Ijah
Sri Nendah
Ikah
Eka Yuliani
Usia
32
25
49
26
25
23
52
42
66
37
25
21
27
28
47
41
19
24
50
24
21
31
26
43
26
RW
04
04
04
04
04
04
06
06
06
06
06
06
06
06
06
04
06
06
04
04
04
04
04
04
04
No
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
Nama
Sunarsih
Mamah
Enih
Neneng AAN
Onih
Ocih
Fitria M
St. Maemunah
Rahmayani
Nuryati
Nana
Pipin
Enung
Sya'adah
Maya R
Yanti
Yeyet
Rika
St. Khodijah
Warsih
Wiwi
Neni oktaviani
Erat
St. Maemunah
elly Rahmayani
Usia
39
37
41
42
45
45
29
38
25
50
56
51
41
38
27
42
35
28
32
37
27
27
44
38
25
RW
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
06
06
06
06
06
06
06
06
06
04
04
No
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Nama
Dede SH
Isum
Omay
Wiwin
Tati Hartati
Evih
Intan Suminar
Junah
Aan Juriah
Cucu
St. Juriah
Maya R
Etin Suhartini
Amah
Juanda
Eka
Lia
Usia
37
30
33
35
35
32
37
37
61
47
44
27
39
57
48
22
25
RW
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
06
04
04
04
06
06
No
80
81
82
Nama
Riska Andriyani
Eva Hasanah
Aisyah
Usia
25
29
22
RW
04
04
04
89 68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Lusnawati
Nyai
Yeyen
Rinawati
Fera Arianti
Badriah
St.Nuraeni
Reni Herliani
Siti Maimunah
Nina M
Titis
Euis
36
43
38
32
23
32
29
23
26
25
23
27
06
06
04
04
04
04
04
04
04
04
04
04
Lampiran 4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
1. Pernyataan Karakteristik Individu (Motif Menonton)
A. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
0,890
N of
Items
10
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan motif
menonton adalah 0,890. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan
kata lain data hasil angket dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for
windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation)
adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α)
sebesar 0,05.
Pernyataan
P1
P2
p3
p4
p5
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.456
.185
10
.902(**)
.000
10
.866(**)
.001
10
.848(**)
.002
10
.728(*)
.017
10
Kesimpulan
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
90 p6
p7
p8
p9
P10
Tp
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.890(**)
.001
10
.848(**)
.002
10
.848(**)
.002
10
.364
.300
10
a
.
10
1
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid
10
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Pernyataan Persepsi Terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii
dalam susu formula dan Citra IPB.
A. Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.671
N of
Items
30
Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan persepsi
terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah
0,671. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data
hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data
hasil angket dapat dipercaya.
B. Validitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for
windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation)
adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α)
sebesar 0,05.
Pernyataan
P1
P2
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
.727(*)
.017
30
.610
.061
30
Kesimpulan
Valid
Tidak valid
91 p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
.697(*)
.025
30
.721(*)
.019
30
a
.
30
.630
.051
30
.630
.051
30
a
.
30
a
.
30
-.345
.329
30
-.448
.194
30
-.348
.324
30
-.149
.681
30
a
.
30
a
.
30
a
.
30
.348
.324
30
-.100
.784
30
.398
.255
30
.630
.051
30
.0720(*)
Valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Valid
92 P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
P29
P30
Tp
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
0.19
30
.358
.309
30
.194
.591
30
.413
.236
30
.824(**)
.003
30
.585
.076
30
-.358
.309
30
.431
.213
30
.274
.444
30
.250
.487
30
1
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
Tidak valid
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 5. Hasil pengolahan data
1.
Hubungan Karakteristik Individu dengan Persespi terhadap Berita TV
tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula.
• Usia dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
Spearman's rho UsiaSpearman
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
UsiaSpearman
PersepsiTerha
dapBerita
1.000
-.253
.
.089
46
46
-.253
1.000
.089
.
46
46
93 •
Usia dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
Spearman's rho
UsiaSpearman
UsiaSpearman
Persepsiterhad
apBerita
1.000
-.192
.
.201
46
46
-.192
1.000
.201
.
46
46
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
TingkatPendidi PersepsiTerha
kan
dapBerita
Spearman's rho TingkatPendidikan
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
1.000
.156
.
.300
46
46
.156
1.000
.300
.
46
46
Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
TingkatPendidi Persepsiterhad
kan
apBerita
Spearman's rho TingkatPendidikan
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
1.000
.215
.
.151
46
46
.215
1.000
.151
.
46
46
Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
JenisPekerjaan
sedang
baik
Total
tidak bekerja
8
13
9
30
pedagang
2
3
2
7
kader
0
3
1
4
2
12
2
21
1
13
5
46
lainnya
Total
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
94 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
2.440a
3.323
.102
6
6
1
.875
.767
.750
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.04.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.224
.875
46
Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (format acara)
JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
JenisPekerjaan
sedang
baik
Total
tidak bekerja
8
5
17
30
pedagang
3
1
3
7
kader
2
0
2
4
1
14
2
8
2
24
5
46
lainnya
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
3.768a
3.993
.322
6
6
1
.708
.678
.571
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .70.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.275
.708
46
Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
MotifMenonton
PersepsiTerha
dapBerita
1.000
.309*
.
.036
46
46
*
1.000
.309
.036
.
46
46
95 •
Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
Spearman's rho
MotifMenonton
MotifMenonton
Persepsiterhad
apBerita
1.000
.258
.
.083
46
46
.258
1.000
.083
.
46
46
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (nilai
informasi)
Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
MotifMenonton
PersepsiTerha
dapBerita
1.000
.119
.
.431
46
46
.119
1.000
.431
.
46
46
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (format
acara)
Correlations
Spearm MotifMenonton
an's rho
MotifMenonton
Persepsiterhad
apBerita
1.000
.147
.
.329
46
46
Correlation Coefficient
.147
1.000
Sig. (2-tailed)
.329
.
46
46
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita
N
•
Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita
(nilai informasi)
Correlations
MotifMenonto PersepsiTerha
n
dapBerita
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation
Coefficient
1.000
.332*
96 Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.
.024
46
46
.332*
1.000
.024
.
46
46
97 •
Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita
(format acara)
Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
MotifMenonton
Persepsiterhad
apBerita
1.000
.185
.
.219
46
46
.185
1.000
.219
.
46
46
Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
MotifMenonton
PersepsiTerha
dapBerita
1.000
.187
.
.214
46
46
.187
1.000
.214
.
46
46
Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
Spearman's rho MotifMenonton
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
MotifMenonton
Persepsiterhad
apBerita
1.000
.051
.
.736
46
46
.051
1.000
.736
.
46
46
98 2.
Lingkungan Sosial dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu
Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
• Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
FrekuensiInter PersepsiTerha
aksi
dapBerita
Spearman's rho FrekuensiInteraksi
Correlation Coefficient
1.000
.073
.
.629
46
46
.073
1.000
.629
.
46
46
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
FrekuensiInter Persepsiterhad
aksi
apBerita
Spearman's rho FrekuensiInteraksi
Correlation Coefficient
1.000
.000
Sig. (2-tailed)
.
.996
46
46
.000
1.000
.996
.
46
46
N
PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
•
Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai
informasi)
PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
PasanganInteraksi
sedang
baik
Total
teman
2
9
1
12
tetangga
5
5
4
14
keluarga
5
12
7
21
8
13
20
46
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
a
6.641
6.888
.862
Asymp. Sig. (2-sided)
4
4
1
.156
.142
.353
46
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.13.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.355
46
.156
99 •
Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara)
PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
PasanganInteraksi
sedang
baik
Total
teman
4
4
4
12
tetangga
4
1
9
14
keluarga
6
14
3
8
11
24
20
46
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
3.956a
3.921
.436
4
4
1
.412
.417
.509
46
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.09.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
3.
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.281
.412
46
Keterdedahan dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu
Bakteri E. sakazakii dalam susu formula
Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
FrekuensiMenon
ton
PersepsiTerhadapBerita
Spearman's rho
FrekuensiMeno Correlation
nton
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhad Correlation
apBerita
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.167
.
.267
46
46
.167
1.000
.267
.
46
46
100 •
Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
FrekuensiMenont
on
Spearman's rho
Frekuens Correlation
iMenonto Coefficient
n
Sig. (2-tailed)
1.000
.452**
.
.002
46
46
.452**
1.000
.002
.
46
46
N
Persepsit Correlation
erhadap Coefficient
Berita
Sig. (2-tailed)
PersepsiterhadapBerita
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
•
Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
WaktuMenonton
sedang
baik
Total
pagi hari
2
0
0
2
siang hari
2
8
7
17
sore hari
3
10
4
17
5
12
3
21
2
13
10
46
malam hari
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
a
12.229
11.807
.787
Asymp. Sig. (2-sided)
6
6
1
.057
.066
.375
46
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.52.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.458
46
.057
101 •
Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara)
WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
WaktuMenonton
sedang
baik
Total
pagi hari
2
0
0
2
siang hari
4
3
10
17
sore hari
6
5
6
17
2
14
0
8
8
24
10
46
malam hari
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
11.036a
12.688
1.585
6
6
1
.087
.048
.208
46
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .35.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.440
.087
46
Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
Correlations
PersepsiTerhadap
Berita
LamaMenonton
Spearman's
rho
LamaMen Correlation Coefficient
onton
Sig. (2-tailed)
1.000
.190
.
.205
46
46
.190
1.000
.205
.
46
46
N
PersepsiT Correlation Coefficient
erhadapB
Sig. (2-tailed)
erita
N
•
Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara)
Correlations
PersepsiterhadapBe
rita
LamaMenonton
Spearman's LamaMenon Correlation Coefficient
rho
ton
Sig. (2-tailed)
N
Persepsiterh Correlation Coefficient
adapBerita
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
1.000
.455**
.
.001
46
46
.455**
1.000
.001
.
46
46
102 •
Program berita dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi)
ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
ProgramBerita
sedang
baik
Total
RCTI
2
9
7
18
SCTV
3
2
2
7
TRANS TV
1
4
2
7
6
12
6
21
2
13
14
46
LAINNYA
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
6.621a
6.946
3.689
6
6
1
.057
.326
.055
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.83.
Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
•
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.355
.057
46
Program berita dengan persepsi terhadap berita (format acara)
ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation
Count
PersepsiTerhadapBerita
buruk
ProgramBerita
sedang
baik
Total
RCTI
3
4
11
18
SCTV
2
3
2
7
TRANS TV
3
0
4
7
6
14
1
8
7
24
14
46
LAINNYA
Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
8.177a
9.090
1.271
6
6
1
46
a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.22.
.025
.169
.260
103 Symmetric Measures
Value
Nominal by Nominal
N of Valid Cases
3.
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.389
.025
46
Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang
Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Citra IPB
• Nilai informasi dengan hasil penelitian
Correlations
PersepsiTerha PersepsiTerha
dapBerita
dapCitraIPB
Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient
B
Sig. (2-tailed)
1.000
.340*
.
.021
46
46
*
1.000
.340
N
.021
.
46
46
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
•
Nilai informasi dengan lulusan IPB
Correlations
PersepsiTerha PersepsiTerha
dapBerita
dapCitraIPB
Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient
B
Sig. (2-tailed)
N
•
1.000
.192
.
.202
46
46
.192
1.000
.202
.
46
46
Daya tarik format acara dengan hasil penelitian
Correlations
Persepsiterhad PersepsiTerha
apBerita
dapCitraIPB
Spearman's rho PersepsiterhadapBerita
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient
B
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.276
.
.064
46
46
.276
1.000
.064
.
46
46
104 •
Daya tarik format acara dengan lulusan IPB
Correlations
Persepsiterhad PersepsiTerha
apBerita
Spearman's rho PersepsiterhadapBerita
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient
B
Sig. (2-tailed)
N
dapCitraIPB
1.000
.031
.
.837
46
46
.031
1.000
.837
.
46
46
Download