1 PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TV TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: Yuvita Amalia Pohan I34070108 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PROGRAM BERITA TELEVISI TENTANG ISU BAKTERI E. SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (KASUS : DESA CIMANGGU I, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2011 Yuvita Amalia Pohan I34070108 2 ABSTRACT YUVITA AMALIA POHAN. The Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang, Bogor) Supervised by: AMIRUDDIN SALEH This research focused on Housewife Perception of Television News Program about E. sakazakii Issue in Formula Milk and IPB’s Image (Case Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency). This research has been conducted by using quantitative and qualitative method at Cimanggu I Village, Cibungbulang District, Bogor Regency on April-May 2011. The Respondents in this research were a housewife who lives in Cimanggu I village and already watched television news program about E. sakazakii issue on formula milk. The total respondents are 46 persons. Respondent was chosen by using judgement sampling. The goal of this research are 1) Knowing housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk. 2) Knowing housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. 3) Analysing the individual factors, social and environmental influences, television exposure that correlated with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue. 4) Analysing the correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. Based on research result, from individual factors, social and environment influences also television exposure have no tangible connection with a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue in formula milk and IPB’s image. There’s also no tangible correlation between a housewife perception of television news program about E. sakazakii issue and a housewife perception of IPB’s image as a result of E. sakazakii issue in formula milk on television news. Key words: perception, exposure, television, E. sakazakii 3 RINGKASAN YUVITA AMALIA POHAN. Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH. Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensi digunakan sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju. Keefektifan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh khalayak. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran televisi agar siaran selanjutnya lebih baik. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) akhir-akhir ini sedang hangat dibicarakan. Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula, menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula dan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB. Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu April sampai Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan desain survei yang bersifat deskriptif korelasional sedangkan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini meliputi ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Cimanggu I (RW 04 dan RW 06) dan telah menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa. Analisis statistik inferensia dilakukan dengan uji chi-square, uji koefiesien contingency dan uji korelasi rank Spearman yang diolah dengan program SPSS for Windows versi 17,0. Chi Square dan uji koefisien contingency digunakan 4 untuk menguji hubungan data skala nominal dengan ordinal, sedangkan uji korelasi rank Spearman untuk menguji hubungan data skala ordinal dan dengan data ordinal. Hasil dari penelitian ini adalah persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara keseluruhan. Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi terhadap berita televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara yang memiliki hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 5 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Yuvita Amalia Pohan NRP : I34070108 Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP 19611113 198811 1 001 Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003 Tanggal Lulus: 7 RIWAYAT HIDUP Yuvita Amalia Pohan, lahir di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 1988. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang terlahir dari pasangan Yusup Pohan dan Siti Hotna. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Bambu 01 Pagi (Jakarta Timur) pada tahun 1995-2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) Pondok Bambu 51 (Jakarta Timur) pada tahun 2001-2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 54) Kampung Melayu (Jakarta Timur) pada tahun 20042007. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Untuk melengkapi kompetensi yang dimiliki, penulis mengambil program minor Kewirausahaan Agribisnis di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi, unit kegiatan mahasiswa (UKM) serta kegiatan kepanitiaan. Penulis pernah tergabung kedalam UKM Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara, dan menjadi sekertaris dalam divisi kesekretariatan Agriaswara periode 2008-2009. Penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa, yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA), yang merupakan himpunan profesi di dalam Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penulis aktif di dalam organiasai HIMASIERA selama 2 tahun (2008-2010) berturut-turut dalam divisi community develepment (comdev). Penulis juga merupakan asisten praktikum komunikasi kelompok selama satu semester. Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kepanitiaan. Di IPB, penulis pernah menjadi panitia di beberapa event, seperti FOTRANUSA, IPB ART CONTEST, GENUS, dan ketua divisi acara pada kepanitiaan CSR Essential dan Konser Amal Mini ”Kami Peduli, Kamu?”. Selama kuliah penulis pernah mengikuti kegiatan yang mengasah soft skill, seperti IPB Go Field pada tahun 2009, selama satu bulan di Desa Leuwikaret yang merupakan desa binaan Indocement, penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). 8 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul “Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) ini mengupas tentang persepsi masayrakat terhadap berita TV dan citra suatu lembaga akibat berita tersebut. Penulis menyadari masih terdapat banyak data serta fakta di lapangan yang masih belum terungkap. Oleh sebab itu, penulis berharap tulisan ini dapat disempurnakan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2011 Penulis 9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis, memberikan semangat kepada penulis, dan senantiasa memberikan masukan-masukan yang begitu berarti selama penyusunan studi pustaka ini. 2. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis. 3. Ir. Murdianto, Msi sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang Skripsi penulis. 4. Ayahanda Yusuf Pohan dan Ibunda Siti Hotna tercinta sebagai sumber motivasi utama bagi penulis yang senantiasa mendukung penulis baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Kakakku tersayang Nova Sulviana Pohan sebagai panutan yang telah memberikan semangat serta dorongan positif bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi 6. Sahabat-sahabatku di Departemen Sains KPM 44 yaitu Anggi, Wina, Ira, Vivi, Ma’rifatu, Didi, Vitdes, Chae, Karin, Pia, Dinda, Dimit, Anis, Aul yang selalu memberikan tawa dan canda selama kuliah di IPB serta mendukung dan memotivasi satu sama lain dalam penyelesaian skripsi. 7. Teman-teman VOC (Voice of Communication) Laras, Manda, Dian, Yosh, Bocad, Adji, Hendra, Bagus, dan Gian yang telah memberikan angin segar dalam menyalurkan bakat, minat, dan hobi penulis di tengah kesibukan kehidupan perkuliahan. 8. Teman-teman di HIMASIERA yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengasah softskill penulis. 9. Seluruh teman-teman Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat angkatan 44, 45, 46 yang telah memberikan dorongan positif bagi penulis untuk dalam menulis skripsi. 10. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasama selama ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca terutama dalam hal memahami lebih jauh tentang media siaran. Bogor, Juli 2011 Penulis 10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1.1. Latar Belakang………………………………................... 1.2. Rumusan Masalah………………………….................... 1.3. Tujuan Penulisan ……………………............................... 1.4. Kegunaan Penulisan …………………………….............. BAB II TINJAUAN TEORITIS ......................................................... 2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................... 2.1.1 Komunikasi Massa ................................................ 2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi ......................... 2.1.3 Siaran Televisi ....................................................... 2.1.3.1 Program Berita Televisi .......................... 2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii ................... 2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi ....... 2.1.5 Persepsi Khalayak ................................................. 2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga ............. 2.2. Kerangka Pemikiran .......................................................... 2.3. Hipotesis Penelitian ........................................................... 2.4. Definisi Operasional .......................................................... BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 3.1. Desain Penelitian ............................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 3.3. Populasi dan Sampel …………………………………….. 3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data …………….. 3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................. 3.5.1 Validitas Instrumen …………………………….. 3.5.2 Reliabilitas Instrumen ………………………….. 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 4.1.1 Kondisi Fisik .......................................................... 4.1.2. Kependudukan , Pendidikan dan Mata Pencaharian ............................................................. 4.1.3. Sarana dan Prasarana Desa ..................................... 4.1.4. Kelembagaan Desa ................................................. 4.2. Gambaran Umum Responden ........................................... 4.2.1. Karakteristik Individu ............................................ 4.2.1.1 Usia Responden ....................................... 4.2.1.2 Tingkat Pendidikan .................................. 4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden ...................... 4.2.1.4 Motif Menonton ....................................... x xii xiii xv 1 1 3 4 4 6 6 6 6 8 9 10 11 14 16 17 20 20 24 24 24 24 25 26 26 28 28 30 30 30 31 32 33 35 35 36 37 38 39 11 4.2.2. Lingkungan Sosial .............................................. 4.2.2.1 Frekuensi Interaksi ................................... 4.2.2.3 Pasangan Interaksi .................................... 4.2.3 Keterdedahan ......................................................... 4.2.3.1 Frekuensi Menonton ................................. 4.2.3.2 Waktu Menonton ..................................... 4.2.3.3 Lama Menonton ....................................... 4.2.3.4 Program Berita ......................................... 4.3 Persepsi Responden ........................................................... 4.3.1 Persepsi bu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula............................................. 4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV........................................... 4.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ................ 4.4.1 Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ...................................................... 4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ...................................... 4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula .............. 4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula............... 4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula .............. 4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula ............................................................ 4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............................. 4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita 42 42 44 45 46 47 47 49 50 51 53 55 56 57 58 58 59 60 60 12 Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............................. 4.4.3 Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula........................................................... 4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula .............. 4.5 Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula....................................... 4.5.1 Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB .............................................. 4.5.2 Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB .................................. BAB V PENUTUP ………………………………………………….. 5.1. Kesimpulan ........................................................................ 5.2 Saran …………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN ............................................................................................. 61 61 62 62 63 64 65 66 66 68 68 69 71 74 13 DAFTAR TABEL Nomor Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Halaman Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification......................................................................... Sebaran luas lahan menunrut penggunaannya di Desa Cimanggu I ............................................................... Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Cimanggu I pada tahun 2011 .................................... Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 ....................................... Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 .......................................... Jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 .......................................... Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun 2008 ................................................................................... Distribusi responden menurut karakteristik individu, tahun 2011 ......................................................................... Pengaruh lingkungan sosial responden penelitian ............. Gambaran responden menurut tingkat keterdedahan responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula ............................................................ Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB ...................... Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula ......... Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula ............................................................ 13 30 31 31 32 32 33 36 43 45 51 56 65 14 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Halaman Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon (Sutisna, 1999) .............................................. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB …………. Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ............................................... Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011 ...................... Persentase jenis pekerjaan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ................................ Persentase pemenuhan motif informasi dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase motif identitas personal dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 ... Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase motif hiburan sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 .................................................................... Persentase frekuensi interaksi responden dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 ...................................... Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011 ........ Frekuensi responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 ...................................... Waktu responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 .................................................... Lama responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 .................................................... Program berita yang dipilih responden untuk menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011 15 19 37 38 39 40 40 41 42 44 44 46 47 48 49 15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................ Lampiran 2 Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06 Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor per Bulan Maret 2011 …………………………. Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada RW 04 dan RW 06 ............................. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ............................. Hasil pengolahan data ...................................................... Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 75 81 88 90 93 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini merupakan salah satu media massa yang paling efektif dalam menyampaikan informasi di era globalisasi. Data menunjukkan bahwa hampir 70% penduduk Indonesia memiliki dan menonton televisi setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa televisi sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, bahkan sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh masyarakat Indonesia. Televisi memiliki kelebihan di dalam menyampaikan informasi, televisi mampu menyajikan informasi dalam bentuk suara dan gambar yang bergerak, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat, sehingga menjadikan televisi memiliki kekuatan menguasai ruang, waktu dan jarak yang menjangkau sasaran massa cukup besar. Morissan (2010) juga menambahkan bahwa televisi memiliki berbagai kelebihan dibanding media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas, dan fleksibilitas, fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise serta waktu tertentu. Melihat fakta tersebut, televisi tentu sangat berpotensial digunakan sebagai media pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membangun Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan maju. Disamping seluruh kelebihannya, televisi tentunya juga memiliki kekurangan, seperti isi pesan yang diberikan oleh televisi bersifat sekilas, tidak bisa diulang oleh pemirsa, dan terikat oleh waktu tontonan, selain itu televisi juga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan media komunikasi massa lain seperti media cetak dan radio. Salah satu program televisi yang menjadi unggulan dari lembaga pertelevisian Indonesia adalah program informasi berupa berita. Akhir-akhir ini berita mengenai susu formula yang tercemar dengan bakteri Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) sedang hangat dibicarakan kembali. Awal mula isu bakteri E. sakazakii terdapat di susu formula dan makanan bayi disebabkan oleh penelitian IPB (Estuningsih et al., 2006) dengan judul Potensi Kejadian Meningitis Pada Neonatus Akibat Infeksi Enterobacter sakazakii yang Diisolasi 2 dari Makanan Bayi dan Susu Formula. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 22 susu formula dan 15 sampel makanan bayi (MP-ASI) produksi dalam negeri (lokal) menunjukan hasil sebanyak 22,73% susu formula dan 46,7% makanan bayi (MP-ASI) yang diteliti terkontaminasi E. sakazakii. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh suhu rekonstitusi pada isolate lokal bakteri E. sakazakii yang berguna pada manajemen resiko bakteri ini. Namun, entah bagaimana berita yang justru muncul di tengah masyarakat adalah berita “Penelitian IPB menyatakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi.” Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin besarnya berita ini di tengah masyarakat adalah berkat peran media massa, khususnya televisi. Pardiman (2011) seorang anggota komisi IX DPR RI dari fraksi Partai Golkar memberikan apresiasi kepada media massa yang terus memberitakan persoalan susu formula tersebut. Ia meminta media terus melaporkannya sampai ada kepastian sehingga masyarakat menjadi tenang. "Kalau diumumkan dan tidak ada yang membeli itu konsekuensi logis. Intelektual jangan mau dibayar untuk melindungi ini, maka sama dengan teroris bidang kesehatan," serunya1. Namun, perlu diingat bahwa isi pesan yang diberikan oleh televisi dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut persepsi pemirsa, begitu pula dengan dampak yang ditimbulkan dari informasi yang disajikan oleh televisi. Hal tersebut terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi (Sukarelawati, 2009). Kesimpang siuran akan produk susu formula dan makanan yang tercemar Bakteri E. sakazakii tentunya mendatangkan kesan yang berbeda-beda kepada masyarakat yang menonton isu ini pada berita TV, khususnya bagi ibu rumah tangga. Sebagian masyarakat akan cemas dengan isu ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui perkembangan isu ini dan memperoleh jawaban atas produk pangan yang aman untuk dikonsumsi, namun sebagian masyarakat 1 Jakartapress.com. 2011. “DPR Ancam Kampanyekan IPB Kampus Tak Jujur.” http://jakartapress.com/home/berita/news/DPR-ancam-kampanyekan-IPB-kampus-tak-jujur.html [diakses 17 Februari 2011] 3 mungkin akan menganggap isu ini biasa saja dan tidak menganggap hal yang penting, sebagian lagi mungkin akan berpikir bahwa isu ini adalah salah satu jenis politik untuk mengangkat atau bahkan menjatuhkan pihak tertentu. Berangkat dari hal tersebut, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. 1.2 Rumusan Masalah Program-program yang ditayangkan oleh televisi sangat beragam, semakin banyak program acara televisi yang disuguhkan kepada pemirsa maka akan semakin meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal penggunaan media televisi. Beragam alternatif tayangan televisi yang disajikan televisi dapat dipilih oleh masyarakat sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan. Salah satu program yang banyak disajikan oleh televisi adalah program mengenai informasi, yaitu berita. Jenis berita yang menjadi kunci dari penelitian ini adalah berita mengenai susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, berita susu formula yang tercemar oleh bakteri E. sakazakii sedang hangat dibicarakan. Hampir seluruh TV baik swasta maupun pemerintah menyampaikan informasi ini setiap harinya. Banyaknya terpaan berita susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menimbulkan efek yang bervariasi terhadap individu pemirsanya. Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan dalam penelitian kali ini adalah: 1. Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap berita TV tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula ? 2. Apa persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 4 4. Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu: 1. Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 2. Mengetahui persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 3. Menganalisis faktor individu, lingkungan sosial dan keterdedahan pada program berita televisi yang berkorelasi dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 4. Mengetahui kemungkinan adanya hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadp berita televisi tentang isu bakteri E. Sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca maupun peminat studi yang dijadikan topik tulisan agar menambah informasi sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penelitian ilmiah terkait dengan masalah peran media siaran, khususnya kepada: 1. Kalangan praktisi dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam menyusun dan merancang program berita televisi yang terpercaya. 2. Bagi masyarakat, memberikan informasi hubungan televisi sebagai media informasi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat. 3. Kalangan akademisi dapat menambah khasanah penelitian media siaran, khususnya penelitian mengenai televisi sebagai media informasi, dan untuk 5 literatur selanjutnya bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh konsep media siaran dalam pengembangan masyarakat. 4. Kalangan pemerintah dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam pembentukan kebijakan-kebijakan acara televisi. 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi Massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat 2005). Bila sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal, secara teknis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan); (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar (Neumann 1973 dalam Rakhmat, 2005). Menurut DeVito (1996) pengertian komunikasi massa adalah sejumlah peubah yang terdapat dalam komunikasi massa yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, dan sarana-sarana dalam komunikasi massa yang paling banyak digunakan seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, koran, hasil rekaman audio-kaset dan internet. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, jenis media komunikasi massa yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah televisi. 2.1.2 Televisi Sebagai Media Informasi Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering dibedakan menjadi media massa berbentuk tampak (visual), media massa berbentu dengar (audio) dan media massa berbentuk gabungan tampak dengar (audio visual). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampain pesan dari sumber kepada khalayak penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Mulyana, 2008). McQuail (2002) mengungkapkan tentang serangkaian ide dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat, yakni informasi, korelasi, kesinambungan, 7 hiburan dan mobilisasi. Nurudin (2009) dalam Buku Pengantar Komunikasi Massa, menyimpulkan beberapa fungsi komunikasi massa dari para ahli komunikasi. Nurudin menyebutkan bahwa fungsi komunikasi massa antara lain adalah informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif dan menggugat hubungan trikotomi. Berbagai bentuk media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi hingga internet mempunyai pengaruh besar dalam pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Di antara berbagai media massa yang ada, salah satunya yang paling banyak dimanfaatkan saat ini adalah televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari bahasa Yunani, yaitu kata tele yang berarti jauh dan visio dari bahasa Latin, yang berarti penglihatan. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar (Nurfalah, 2007). Televisi memiliki beberapa fungsi sebagai media massa. Beberapa fungsi televisi yang diungkapkan oleh Joseph R. Dominick (Winarso, 2005) tentang lima teori fungsi televisi yaitu di antaranya: (1) Fungsi pengawasan, media mengambil tempat sebagai penjaga dan pengawas. (2) Fungsi penafsiran, fungsi ini berkaitan erat dengan fungsi pengawasan, media massa tidak hanya menyediakan fakta dan data namun juga memberikan informasi mengenai arti kunci penting mengenai kejadian-kejadian itu. (3) Fungsi penghubung, media massa dapat bekerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang berbeda yang tidak secara langsung berhubungan dengan saluran–saluran interpersonal. (4) Fungsi penerusan nilai, media massa menghadirkan gambaran masyarakat kita dan dengan mengamati, mendengarkan, dan membaca, kita memelajari bagaimana orang didorong untuk bertindak dan mengetahui nilai-nilai yang penting. (5) Fungsi hiburan, saat ini hiburan semakin dianggap sebagai kebutuhan manusia, 8 fungsi TV sebagai hiburan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan penat seseorang. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi utama dari televisi adalah sebagai media informasi. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita yang disajikan. Fakta-fakta yag dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkan dalam tulisan lalu disajikan dalam bentuk audio visual oleh televisi. Jakob (2001) dalam Nurudin (2009) menyebutkan bahwa fungsi televisi dalam menyajikan informasi adalah melaporkan peristiwa di dalam masyarakat yang lebih kompleks dan memberikan makna terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Televisi sebagai media informasi yang di dalamnya memiliki pers seharusnya mengumpulkan sebanyak-banyaknya materi yang diperlukan untuk membuat kejadian dan makna kejadian bersangkutan bisa dipahami oleh publik sebelum informasi ini disebarkan ke publik. Hal ini berarti televisi dengan pers di dalamnya tidak lagi melaporkan sesuatu dengan satu dimensi (dari satu sudut pandang saja), tetapi multidimensi dan mengungkapkan latar belakangnya. Televisi sebagai media informasi harus dapat menyajikan informasi masa lalu, masa kini, aktual dan berperspektif masa depan. 2.1.3 Siaran Televisi Pengelolaan stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seunik dan semeriah mungkin untuk menghasilkan program yang menarik bagi khalayak. Morissan (2008), menyatakan bahwa jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, sedangkan berita lunak (soft news) merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan, dan pertunjukkan. Selain pembagian jenis program televisi di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan sifat faktual atau fiktif. Program faktual meliputi: program berita, dokumenter, dan reality show. Program yang bersifat fiktif berupa 9 program drama atau komedi. Televisi sebagai salah satu media massa menyajikan acara-acara yang dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Pendidikan, yaitu program acara yang berisi usaha pengembangan manusia yang ditandai dengan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan perilaku perorangan atau kelompok dimana orang itu berada, 2) Informasi, yaitu program acara yang berupa pendapat, kritik, atau saran yang bertujuan untuk memberiakn informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan acara kondisi atau situasi tersebut, dan 3) Hiburan, yaitu program acara yang bersifat menghibur kepada khalayak berupa film, sinetron, kuis, drama, sajian musik. 2.1.3.1 Program Berita Televisi Program berita merupakan program informasi pada Televisi. Program informasi dibagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama (hard news) bagi masyarakat cenderung terus meningkat. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita ke masyarakat. Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang paling penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita lunak (soft news) dapat berbentuk perbincangan (talkshow) (Morrisan, 2007). Menurut Miller dalam Suharto (2006) kemasan berita berisikan fakta atau pendapat tentang suatu yang disajikan dalam bentuk berita langsung dan berita mendalam. Berita langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat (penting) menarik dan harus secepatnya dengan minimal mengandung pertanyaan 5W dan 1H serta dimulai dari uraian terpenting kekurang-pentingan. Berita mendalam adalah berita Penjelasannya sebagai berikut: komprehensif, interpretatif dan investigatif. 10 1. Berita komprehensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu sistem sosial tertentu (misalnya sistem nilai). 2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan menempatkan fakta itu sebagai mata rantai dalam konteks permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan pendapat menurut interpretasi masing-masing. 3. Berita investigatif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui investigasi. 2.1.3.2 Tayangan Berita Susu Formula Tercemar Bakteri Sakazakii Penelitian mengenai susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii, sebenarnya telah dipresentasikan oleh Estuningsih sebagai peneliti pada seminar hasil-hasil penelitian di IPB pada tahun 2007. Hasil penelitian itu juga telah dipresentasikan dalam kapasitasnya sebagai narasumber pada rapat penentuan standar mutu pangan di BPOM pada tahun 2006. Hasil dari penelitian tersebut juga telah dipublikasikan dipublikasikan pada beberapa jurnal internasional seperti Journal of Food Protection Vol. 69 tahun 2006 dan International Journal of Food Microbiology Vol. 116 tahun 2007 dan Vol. 136 tahun 2009. Penelitian yang dilakukan Estuningsih bukanlah penelitian pengawasan sebagaimana kewenangan BPOM, melainkan penelitian isolasi yang bertujuan mempelajari tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii, oleh karena itu pihak IPB tidak mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii. Munculnya kasus ini di tengah masyarakat membuat masyarakat khususnya ibu rumah tangga khawatir akan susu formula dan makanan bayi yang dikonsumsinya. Peran televisi sebagai media informasi juga turut memperluas kasus ini, masyarakat menuntut pihak IPB untuk mengumumkan merek-merek susu formula dan makanan bayi yang tercenar Bakteri E. sakazakii Tidak hanya berdiam diri, masyarakat bersama kuasa hukumnya melaporkan hal ini ke Mahkamah Agung, dan hasilnya pihak konsumen memenangkan kasus ini, dan 11 menuntut IPB kembali untuk mengumumkan merek susu formula dan makanan bayi yang tercemar Bakteri E. sakazakii. Kemenangan yang diperoleh oleh pihak konsumen untuk mengetahui merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii menyebabkan berita ini kembali mencuat. Berita ini bahkan tidak lagi menyorot susu formula yang kabarnya tercemar bakteri E. sakazakii, tapi juga menyorot IPB sebagai institusi yang melakukan penelitian. Menurut masyarakat IPB sebagai pelaku penelitian harus bertanggung jawab untuk mengumumkan merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii agar masyarakat dapat lebih waspada dalam memilih susu formula. Banyaknya berita yang beredar membentuk opini masyarakat akan isu ini dan juga citra IPB. Tidak sedikit media yang memojokkan IPB sebagai institut yang tidak jujur, namun tidak sedikit juga media yang mengatakan IPB telah melakukan hal yang benar dengan tidak mengumumkan merek susu formula yang tercemar karena kasus ini harus dipisahkan antara ranah penelitian dengan ranah hukum. 2.1.4 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan sebagai cara atau bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak, seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, maupun sosial budaya. Selanjutnya, khalayak akan memilih berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan pribadinya. Menurut Shore (1980) dalam Khairil (1994) keterdedahan adalah mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum mengalami dengan perhatian minimal pada pesan media. Rodman (2006) dalam Andika (2008) menyebutkan keterdedahan secara singkat dapat diartikan sebagai proses pada seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka menentukan sikap. Vivian (2002) dalam Andika (2008) juga menyebutkan bahwa manusia bebas dalam menentukan media mana yang akan dia pilih. Seseorang akan menggunakan media menurut kesukaannya, proses ini disebut keterdedahan 12 selektif. Seseorang telah melakukan keterdedahan yang selektif bila telah membuat keputusan dalam proses pencarian informasi, menonton televisi dalam mencari informasi maka akan dapat dikatakan telah melakukan keterdedahan yang selektif. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor sosiodemografis seseorang berhubungan dengan perilaku berkomunikasi di dalam lingkungannya. Kategori dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya akan menentukan frekuensi dan kebutuhannya berinteraksi dengan sumber-sumber komunikasi baik secara interpersonal maupun dalam menggunakan media massa. McQuail (2002) menyebutkan bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi seseorang dalam penggunaan media massa yaitu golongan usia dan sosial (penghasilan dan pendidikan). Menurut McQuail kedua faktor tersebut menentukan ketersediaan waktu luang dan dana untuk menggunakan media. Usia mempengaruhi ketersediaan dari isi, kemudian posisi sosial yang diwakili penghasilan, mengatur pola penggunaan media. Pada pola penggunaan media, penghasilan yang lebih tinggi cenderung tidak menonton TV karena pilihan kesenangan non media atau media massa lainnya lebih luas. Pendidikan dan tanggung jawab pekerjaan professional yang lebih tinggi dapat juga mengakibatkan pilihan isi yang berbeda. Konsep karakteristik sosiodemografis tidak hanya terbatas pada usia, pendidikan dan jenis kelamin, namun juga jumlah anggota keluarga, penghasilan satu keluarga, komposisi usia anggota keluarga dan pendidikan kepala keluarga. Selain faktor demografis juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap media informasi, faktor lain tersebut adalah motivasi penggunaan media massa (motif). Motif yang muncul pada diri individu yang menggunakan media massa akan berbeda satu sama lain. Motif-motif menonton televisi yang diidentifikasi dalam penelitian ini berpegang pada asumsi model “Uses and Gratifications” (Chandler, 1994). Motif tersebut antara lain adalah adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar), personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam 13 kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu lain) dan entertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan menghibur diri. Untuk lebih jelas mengenai motif menonton dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kategori gratification dan contoh dalam teori uses and gratification. Gratification Category Examples Information (Informasi) • • • Personal Identity (Identitas Personal) • • • Integration and Social Interactioni (Integrasi dan Interaksi Sosial) • • • Entertainment (Hiburan) • • • Belajar, maupun belajar secara otodidak. Meningkatkan kesadaran akan keamanan melalui pengetahuan. Mencari tahu peristiwa yang sedang terjadi di sekeliling, maupun di tingkat nasional maupun global. Mencari model/teladan dalam berperilaku. Mencari penguatan kepribadian. Mendalami sosok orang lain secara lebih mendalam. Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan menguatkan rasa saling memiliki. Menghubungkan diri dengan keluarga, kawan maupun masyarakat. Mencari rekan untuk berkomunikasi/bercakap-cakap dan berinteraksi. Melepaskan diri dari permasalahan (eskapisme). Mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Mengisi waktu luang. Sumber: Chandler, 1994 Sosiodemografis, usia, sosial (tingkat pendidikan, pendapatan) dan motif dapat dikatakan sebagai faktor internal yang mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi keterdedahan individu terhadap TV. Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi keterdedahan seseorang antara lain adalah keluarga, teman dan tetangga. Interaksi individu terhadap keluarga, teman dan tetangga akan mempengaruhi seseorang untuk menonton siaran TV. 14 Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Menurut Rosengren (1974) dalam Khairil (1994) aspek-aspek keterdedahan media yang umumnya diukur oleh peneliti adalah waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai media, jenis-jenis isi media yang diikuti, berbagai hubungan antara individu yang mengkonsumsi baik dengan isi media, maupun dengan media umumnya. Selanjutnya dapat dikemukakan pula bahwa keterdedahan pada media massa sangat berkaitan dengan perilaku seorang dalam mencari informasi dari berbagai sumber dan jenis media komunikasi yang digunakan di lingkungannya. 2.1.5 Persepsi Khalayak Memahami perilaku orang lain merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Memahami perilaku orang lain merupakan proses yang menunjukkan persepsi terhadap sesuatu atau objek untuk memberikan makna. Begitu pun dengan masyarakat yang menonton televisi atau biasa disebut khalayak. Khalayak televisi setiap menonton televisi mempunyai persepsi terhadap acara yang ditontonnya. Acara-acara yang ditayangkan televisi diterima oleh khalayak yang didasari karena adanya persepsi mereka akan tayangan televisi tersebut. Menurut DeVito (1996) persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi, yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor struktural berasal sematamata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima, sedangkan faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah 15 karakteristik orang yang memberi respons terhadap rangsangan tersebut (Rakhmat, 2005). Haris dan Nelson (2008) dalam Sutisna (1999) menjelaskan persepsi muncul melalui proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus melalui panca indera menjadi gambaran suatu konsep yang memiliki makna. Proses terbentuknya persepsi tidak lepas dari bantuan alat indera sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli tersebut diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan (Solomon dalam Sutisna, 1999). Proses pembentukan persepsi digambarkan dalam Gambar 1. Stimulisasi • Penglihatan • Suara • Bau • Rasa • Tekstur Indera penerima (sensasi) Perhatian Intepretasi (pemberian arti) Tanggapan Persepsi Gambar 1. Proses pembentukan persepsi berdasarkan model Solomon (Sutisna, 1999) Proses persepsi dibutuhkan untuk mengetahui sampai sejauh mana minat, persepsi, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi akan tayangan televisi disebabkan oleh peubah yang dibentuk oleh individu akan kemasan dan isi tayangan tersebut. Persepsi yang dihasilkan oleh khalayak setelah menonton televisi juga disebabkan karena adanya faktor-faktor karakteristik yang dimiliki oleh khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pekerjaan, motif menonton dan lain-lain. Sukarelawati (2009) menjelasan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet yang menyeret siapa saja hingga televisi dirasakan sebagai kebutuhan. Begitu besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Daya tarik suatu program televisi 16 dapat dilihat dari bobot muatan pesan program berita tersebut serta daya tarik format tayangan berita tersebut. 2.1.6 Hubungan Media dengan Citra Lembaga Citra oleh Rakhmat (2005) didefinisikan sebagai peta anda tentang dunia. Tanpa citra anda akan selalu berada dalam suasana yang tidak pasti. Citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Roberts (1977) sebagaimana dikutip Rakhmat (2005) mengatakan komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisi citra. Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera kita, surat kabar menjadi teropong kecil untuk melihat gejala-gejala yang terjadi waktu ini di seluruh penjuru bumi, buku kadang-kadang bisa menjadi kapsul waktu yang membawa kita ke masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, film menyajikan pengalaman imajiner yang melintas ruang dan waktu. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi atau biasa disebut tangan kedua (second hand reality). Menurut Philip Kotler (Suwandi, 2009), citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Sutisna (1999) menambahkan bahwa citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi untuk khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Menurut McLuhan (Rakhmat, 2005) media massa adalah perpanjangan alat indera kita, dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. 17 Hubungan media dan pers dengan citra lembaga adalah sebagai alat pendukung atau media kerjasama untuk kepentingan proses publikasi dan publisitas berbagai kegiatan dan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas komunikasi humas dan pihak publik (Ruslan, 2008 dalam Hastin, 2010). Media kerap sekali dapat menggiring pandangan masyarakat tentang citra suatu lembaga. Media massa dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap citra suatu lembaga. Dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh media terhadap citra perusahaan seperti membantu mempromosikan dan meningkatkan pemasaran suatu produk dan jasa, menjalin komunikasi yang berkesinambungan, meningkatkan kepercayaan publik dan meningkatkan citra baik perusahaan. Namun, tidak dapat dipungkiri media juga dapat memberikan citra yang kurang baik terhadap suatu lembaga. Media yang terlalu besar memberikan informasi yang masih simpang siur juga dapat membawa dampak kurang baik terhadap suatu lembaga. Siaran berita menciptakan suatu citra di mata para khalayak mengenai organisasi atau lembaga yang terlibat. 2.2 Kerangka Pemikiran Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap informasi menyebabkan meningkatnya pemanfaatan media massa sebagai media informasi. Salah satu jenis media massa yang paling digemari masyarakat adalah televisi. Televisi menyampaikan informasi dengan cara audio visual sehingga digemari dan mudah dipahami oleh masyarakat. Masyarakat menilai media televisi merupakan sarana mereka untuk dapat mengakses informasi yang terjadi di belahan dunia manapun. Maraknya pemberitaan televisi yang memberitakan bahwa terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula dan makanan bayi menurut penelitian IPB memunculkan kekhawatiran yang luar biasa pada masyarakat, khususnya rumah tangga yang mengkonsumsi susu formula dan makanan bayi untuk anaknya. Reaksi masyarakat atas peristiwa kontaminasi produk susu formula oleh bakteri E. sakazakii dapat dimaknai sebagai kepedulian masyarakat terhadap mutu dan keamanan produk pangan. Produk pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai produk yang memenuhi kreteria 18 mutu yaitu Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)2. Keresahan yang timbul akibat isu bakteri E.sakazakii juga merupakan akibat informasi yang diberikan belum juga menjawab kekhawatiran masyarakat. Keefektivan suatu siaran televisi ditentukan berdasarkan diterima atau tidaknya program tersebut oleh masyarakat. Pendapat atau opini dari khalayak sangat penting untuk mengevaluasi suatu siaran TV agar siaran selanjutnya lebih baik. Untuk melihat sejauh mana persepsi masyarakat terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam isu ini dapat dilihat oleh faktor internal dan faktor eksternal dan keterdedahan masyarakat terhadap berita TV. Faktor internal dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai karakteristik individu. Indikator karakteristik individu yang berhubungan dengan persepsi masyarakat antara lain adalah usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan motivasi menonton. Sedangkan untuk faktor eksternal dalam penelitian kali ini dapat dikatakan sebagai lingkungan sosial, seperti frekuensi interaksi dan pasangan interaksi (teman, tetangga dan keluarga). Pengukuran keterdedahan pada media masa dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkatan dengan penggunaan media massa. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam penelitian kali ini keterdedahan dapat diukur melalui frekuensi menonton, lama menonton, waktu menonton dan program berita yang ditonton. Persepsi merupakan suatu proses memilih, mengorganisir dan mengintepretasi informasi yang dikumpulkan oleh pengertian seseorang dengan maksud untuk memahami dunia sekitar. Persepsi masyarakat terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat dari nilai informasi berita serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat tentang citra IPB terkait dengan isu bakteri E. sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap IPB, melalui hasil penelitian IPB dan lulusan IPB. Adapun keterkaitan atara peubah tersebut, tersaji dalam Gambar 2 berikut ini. 2 Kompas. 2009. “Konsumen Menangkan Gugatan Susu Formula.” http://kompas.com/ konsumen-menangkan-gugatan-susu-formula.html [diakses 18 Februari 2011] 19 Karakteristik individu • Usia • Jenis pekerjaan • Tingkat pendidikan • Motif Menonton Lingkungan sosial • Frekuensi Interaksi • Pasangan Interaksi Keterdedahan berita TV • Frekuensi menonton • Waktu menonton • Lama menonton • Program berita yang ditonton Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. • Nilai informasi berita • Daya tarik format tayangan berita Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV • Hasil penelitian IPB • Lulusan IPB Keterangan : : berhubungan : berhubungan, namun tidak diteliti Gambar 2. Kerangka pemikiran persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB 20 2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 2. Terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan berita TV persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 4. Terdapat hubungan nyata antara persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu bakteri Enterobacter sakazakii dalam susu formula. 2.4 Definisi Operasional 1. Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Peubah ini dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan motif menonton. 1.1. Usia adalah jumlah tahun hidup sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian (dalam satuan tahun), diukur dengan skala rasio, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu muda, dewasa dan tua. a. Usia muda (21 tahun – 28 tahun) b. Usia dewasa (29 tahun – 38 tahun) c. Usia tua (39 tahun – 66 tahun) 1.2. Jenis pekerjaan adalah macam-macam kegiatan yang dilakukan individu untuk mencari nafkah atau mendapatkan pendapatan dalam sejumlah uang pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala nominal. 21 1.3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden pada saat penelitian dilaksanakan, diukur dengan skala rasio dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. a. Rendah (Tidak bersekolah – Lulus SD) b. Sedang (SMP – SMA) c. Tinggi ( > SMA) 1.4. Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula. Motif menonton ini dibagi menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan, dan diukur dengan skala ordinal. 2. Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di sekitar responden. Peubah dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain frekuensi interaksi dan pasangan interaksi 2.1. Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Interaksi teman diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu a. Rendah (6-11) kali b. Sedang (12-13) kali c. Sering (14-20) kali 2.2. Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga. 3. Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan, diukur dengan skala ordinal. 22 Peubah ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu frekuensi menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton. 3.1. Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: a. Rendah (1 kali) b Sedang (2-3 kali) c. Tinggi (> 3 kali) 3.2. Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: a. Sebentar (3-14 menit) b. Sedang (15-29 menit) c. Lama (30-60 menit) 3.3. Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. 3.4. Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal. 4. Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah pandangan dan penilaian responden tentang program berita tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai informasi yang mendidik dan menghibur serta daya tarik format tayangan berita, diukur dengan skala 23 ordinal, dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu sangat buruk, buruk, baik dan sangat baik. 4.1 Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal dan menghibur (melepaskan diri dari permasalahan, kelelahan dan kepenatan). Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal. 4.2. Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal. 5. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB terkait isu bakteri E. sakazakii pada berita TV adalah kesan mengenai IPB sebagai pelaku penelitian yang dibentuk khalayak yang menonton berita TV tercemarnya susu formula dengan bakteri E.sakazakii, diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu buruk, cukup dan baik. Citra IPB dapat dilihat dari: 5.1 Hasil Penelitian IPB adalah persepsi masyarakat terhadap perolehan hasil dan manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh pihak IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula, diukur dengan skala ordinal. 5.2. Lulusan IPB adalah persepsi masyarakat terhadap kemampuan orangorang yang telah selesai mengikuti proses belajar mengajar di IPB dan kemampuan mereka dalam melakukan penelitian. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survai dengan tipe eksplanatory atau confirmatory research. Penelitian explanatory merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antar peubah-peubah penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Efendy, 2006). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh beberapa data kualitatif seperti catatan lapang dan wawancara mendalam antara peneliti dengan responden. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar Kampus IPB yaitu Desa Cimanggu I. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Desa Cimanggu I, terdiri dari 3 dusun, 9 RW dan 30 RT. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, karena desa tersebut secara geografis mudah dijangkau oleh peneliti dan peneliti sudah pernah melakukan kegiatan kuliah kerja profesi (KKP) di desa tersebut sehingga hubungan sosial dengan responden sudah dibangun sebelumnya, dengan demikian peneliti bisa memiliki peluang besar untuk menemukan permasalahan yang dikaji. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 2.550 jiwa. Populasi sasaran adalah populasi ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di RW 04 dan RW 06, karena pada saat penjajagan, ibu rumah tangga yang berada di RW 04 dan RW 06 banyak yang mengkonsumsi susu formula serta menonton dan mengetahui berita tentang isu 25 bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Jumlah populasi sasaran sebanyak 349 jiwa, dengan jumlah populasi yang menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii sebanyak 82 orang. Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara judgement sampling, yaitu cara penarikan sampel berdasarkan pertimbangan pribadi semata dan sampel yang dipilih dapat mewakili. Pada penarikan sampel secara judgement ini, setiap responden dapat langsung dipilih di lokasi penelitian asalkan responden tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden pada penelitian kali ini adalah ibu rumah tangga yang mengetahui dan menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Menurut Engel et al.,(1994) dalam Nasution (2009) konsumsi makanan dalam keluarga sangat ditentukan oleh ibu rumah tangga yang memainkan peran sebagai gate keeper yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu sebagai seorang gate keeper, berperan dalam mengumpulkan informasi mengenai produk makanan yang aman serta cara menyajikan makanan yang sehat, yang nantinya akan berperan dalam memberikan inisiatif pemikiran dalam keluarga mengenai pembelian dan membantu pengambilan keputusan, khususnya mengenai keputusan pembelian sebagian besar bahan pangan. Jumlah sampel yang diambil adalah 46 orang ibu rumah tangga, hal ini didasarkan pada penentuan sampel menurut Walpole (1997) yang menyatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 orang telah dapat memberikan ragam sampel yang stabil sebagai pendugaan ragam populasi, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti seperti data, waktu dan kemampuan. 3.4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden, dalam mengisi kuesioner, responden dipandu oleh peneliti. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis dan 26 karya ilmiah lainnya. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi: 1. Karakteristik ibu rumah tangga Desa Cimanggu I, meliputi: usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motivasi menonton. 2. Lingkungan sosial, meliputi interaksi dengan teman, tetangga dan interaksi dengan keluarga. 3. Persepsi masyarakat terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita TV, meliputi nilai informasi berita dan daya tarik format tayangan berita. Persepsi masyarakat terhadap citra IPB terkait dengan berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, meliputi pengetahuan masyarakat akan hasil penelitian IPB dan lulusan IPB Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kali ini seperti gambaran umum desa, data kependudukan desa, infrastruktur desa dan lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan di lapangan adalah wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. 3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Sebelum kuesioner digunakan sebagai istrumenasi penelitian, kuesioner telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji tersebut dilakukan pada waktu prasurvei yang dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3.5.1 Validitas Instrumen Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen dalam penelitian didapat dengan menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan teori-teori yang ada dan pendapat dari ahli serta dengan menggunakan koefisien product moment Pearson. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi, 2006). 27 r= N (∑XY) (∑X∑Y) 2– √[N∑X (∑X)2] [N∑Y2 – (∑Y)2] Keterangan: r : nilai koefisien validitas n : jumlah responden X : skor pertanyaan pertama Y : skor total Pengujian validitas istrumen dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. 2-tailed] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pada penelitian kali ini pertanyaan yang diuji adalah pertanyaan pada bagian motif menonton dan persepsi ibu rumah tangga pada berita televisi dan citra IPB. Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Pertanyaan mengenai motif menonton berjumlah 10 buah, dari 10 pertanyaan tersebut terdapat tujuh pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat tiga pertanyaan yang tidak valid, yaitu pada nomor 1, 9, dan 10. Pertanyaan yang tidak valid tersebut dikarenakan jawaban dari responden seragam, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut diganti dengan pertanyaan yang lebih beragam. Pengujian dilakukan kepada 10 responden yang dapat mewakili seluruh sampel. Dari 30 pernyataan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB yang diajukan, terdapat lima pertanyaan yang valid atau mempunyai hasil uji validitas lebih kecil dari rtabel (rα0,05), dan terdapat dua puluh lima pertanyaan yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30. Banyaknya jumlah pertanyaan yang tidak valid disebabkan oleh pertanyaan yang sulit dimengerti oleh responden, oleh karena itu seluruh pertanyaan yang tidak valid tersebut sudah diganti dengan pertanyaan yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Jumlah pertanyaan mengenai persepsi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra ditambah menjadi 32 pertanyaan. 28 3.5.2 Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Singarimbun dan Effendi, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS for Windows versi 17,0, dengan menggunakan teknik cronbach alpha. Uji kuesioner dilakukan kepada 10 responden, pada pertanyaan motif menonton dan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dan citra IPB. Berdasarkan hasil pengujian pada pertanyaan mengenai motif menonton, nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,890. Nilai reliabilitas pada hasil pengujian terhadap pertanyaan mengenai persepsi responden terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB adalah sebesar 0,671. Sesuai kriteria, nilai pada hasil pengujian motif menonton dan persepsi responden sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya (Ghozali, 2002). 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan persepsi ibu rumah tanga terhadap citra IPB terkait isu ini. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang meliputi frekuensi, persentase dan rentang skala. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis statistik inferensial, guna menguji dugaan hubungan yang dibangun dalam hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah rank Spearman, chi-square, serta uji korelasi contingency. Uji korelasi rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar peubah dengan data berbentuk ordinal. Kemudian untuk melihat hubungan antara data nominal dan data ordinal digunakan uji korelas chi-square dan uji korelasi 29 contongency. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar peubah yang konsisten. 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Fisik Desa Cimanggu I terletak di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 125 Ha. Desa Cimanggu I terdiri dari 3 Dusun, 9 RW dan 30 RT. Ketiga dusun yang terdapat di Desa Cimanggu I yaitu Dusun Ciareteun yang di dalamnya terdapat RW 1, 2, 3, dan 8. Dusun kedua adalah Dusun Bojong Galeuh yang di dalamnya terdapat RW 9, dan dusun ketiga adalah Dusun Jatake yang di dalamnya terdapat RW 4, 5, 6 dan 7. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu I berbatasan dengan Desa Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur. Desa Cimanggu I dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan Jasinga dalam waktu kurang lebih dua puluh menit dari kampus IPB Darmaga. Desa Cimanggu I merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang. Kondisi tanah yang bergelombang terdiri atas 50% tanah basah dan 50% tanah darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya. Data penggunaan lahan di Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran luas lahan menurut penggunaannya di Desa Cimanggu 1. Penggunaan Lahan Luas Tanah Sawah Irigasi sederhana Kolam/ Empang Perkebunan Perumahan Perkantoran Pertokoan Kawasan Industri Sarana Pendidikan Tegalan/Tanah Kering Luas Lahan Keseluruhan Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008 Luas (Ha) 22 7 10 15 25 2 12 3 4 20 125 Persentase (%) 18,00 6,00 8,00 12,00 21,00 2,00 10,00 3,00 3,00 17,00 100,0 31 Berdasarkan Tabel 2, dapat terlihat bahwa sebagian besar lahan yang ada di Desa Cimanggu I dimanfaatkan untuk membuat pemukiman warga setempat dikarenakan jumlah warga yang semakin bertambah. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, lahan juga digunakan untuk dijadikan tanah sawah karena sebagian besar warga Desa Cimanggu I bermatapencahariaan di bidang pertanian. 4.1.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Cimanggu I pada Bulan Maret tahun 2011 adalah 9.597 jiwa, yang terdiri dari 4.881 penduduk laki-laki dan 4.716 penduduk wanita dan 2.550 kepala keluarga. Data selengkapnya mengenai komposisi jumlah penduduk Desa Cimanggu I berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Cimanggu I pada tahun 2011. Jenis Kelamin Jumlah Jumlah penduduk laki-laki 4.881 jiwa Jumlah penduduk perempuan 4.716 jiwa Jumlah penduduk 9.597 jiwa Sumber : Data Kependudukan Desa per Bulan Maret 2011 Persentase (%) 50,86 49,14 100,00 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cimanggu I dapat dikatakan sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya angka penduduk yang tamat SMA sejumlah 3404 jiwa. Data mengenai jumlah penduduk Desa Cimanggu I berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah 1.118 Tidak tamat sekolah 612 Lulus SD/ sederajat 705 Lulus SMP/ Mts 711 Lulus SMA/ SMK 3.404 Lulus Akademi/ Diploma 2.501 Lulus Universitas 647 Jumlah 9.698 Sumber : KF/ Podes Desa Cimanggu I, Tahun 2008 Pertasentase (%) 11,53 6,31 7,27 7,33 35,10 25,79 6,67 100,00 Masyarakat Desa Cimanggu I pada umumnya bekerja pada bidang pertanian, hal ini dikarenakan letak kondisi Desa Cimanggu I yang merupakan daerah yang cocok untuk bertani. Masyarakat Desa Cimanggu I kebanyakan 32 memiliki lahan sendiri, oleh karena itu penduduk yang bekerja sebagai buruh tani tidak terlalu banyak, yaitu 1.018 orang. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian pada Desa Cimanggu I dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 5. Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Petani Buruh Tani Buruh industri/ Swasta Pegawai Negeri Pedagang TNI/Polri Pertukangan Pensiunan/ Purnawirawan Lain-lain Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008 4.1.3 715 1.018 2.511 72 1.215 8 10 55 175 5.779 Persentase 12,37 17,62 43,45 1,25 21,02 0,14 0,17 0,95 3,03 100,00 Sarana dan Prasarana Desa Sarana dan prasarana yang terdapat pada Desa Cimanggu I terdiri dari sarana kesehatan, transportasi, sarana sanitasi, pemukiman dan fasilitas umum lainnya. Sarana kesehatan yang selama ini digunakan oleh masyarakat desa Cimangu I adalah sarana Posyandu, bidan dan poliklinik. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan di Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah sarana kesehatan di Desa Cimanggu 1, tahun 2008 Sarana Kesehatan Posyandu Bidan Poliklinik Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008 Jumlah(Unit) 7 1 1 9 Desa Cimanggu I belum memiliki sarana kesehatan puskesmas namun biasanya masyarakat banyak yang mengunjungi Puskesmas Cibungbulang sebagai sarana kesehatan selain posyandu, bidan, dan paraji. Puskesmas Cibungbulang memiliki fasilitas center klinik gizi dan klinik sanitasi. Fungsi dari center klinik gizi adalah untuk memberikan konsultasi gizi, pemeriksaanbayi atau balita gizi 33 buruk yang dirujuk dari posyandu. Pada center klinik gizi bayi atau balita yang gizi buruk mendapatkan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, serta konsultasi gizi yang diberikan oleh ahli gizi di puskesmas. Selain itu juga, pada klinik gizi anak gizi buruk juga diberikan susu formula, berupa F 75 dan F 100, serta mix mineral yang berguna untuk meningkatkan status gizi balita. Kondisi prasarana dan sarana transportasi dan perhubungan di Desa Cimanggu I dapat dikatakan masih kurang baik, jalan utama desa hingga saat ini masih terisolir dan belum di aspal dan tidak ada angkutan umum yang melintasi Desa Cimanggu I. Sarana transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Cimanggu I adalah ojek. Jasa ojek yang terdapat di Desa Cimanggu I cukup banyak yaitu 941 unit. Ketersediaan prasarana dan sarana sanitasi di desa ini masih kurang, penduduk masih memanfaatkan kolam (koya) dalam memenuhi kebutuhan sanitasi, 10% jamban kurang sehat, sedangkan tempat khusus seperti MCK (Mandi, Cuci, Kakus), MC (Mandi, Cuci) kurang memadai. Hal ini terlihat dari masih adanya lokasi penduduk yang padat tetapi tidak ada sarana sanitasi. Kondisi rumah masyarakat Desa Cimanggu 1 pada umumnya masih tertinggal, masih banyak rumah tidak layak huni dengan beralaskan tanah dan beratapkan rumbia serta dinding dari bilik/pagar bambu, meskipun demikian bangunan tersebut sebagian besar sudah permanen. Data mengenai prasarana dan sarana pemukiman dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 7. Jumlah jenis permukiman di Desa Cimanggu I, tahun 2008 Jenis Pemukiman Permanen Semi permanen Rumah kayu/bilik Jumlah Sumber : Potensi Desa Cimanggu I, Tahun 2008 Jumlah (buah) 1.758 904 324 2.986 4.1.4 Kelembagaan Desa Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, terutama masyarakat agar program pemberdayaan yang dilaksanakan berlangsung secara bottom up. Selain itu, dalam pelaksanaannya diperlukan suatu wadah yang dapat mengorganisir masyarakat sehingga tujuan bersama dapat tercapai. Wadah tersebut adalah lembaga-lembaga 34 yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan mampu memberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera. Adapun lembaga-lembaga yang terdapat di Desa Cimanggu 1 dapat dijelaskan berikut ini antara lain adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Karang Taruna, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Peran BKM di dalam masyarakat adalah sebagai pengambil keputusan apabila terdapat program-program pemberdayaan masyarakat baik yang bersumber dari swasta maupun dari pemerintah. Anggota-anggota BKM berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan warga Desa Cimanggu 1. Hal ini dilakukan agar lembaga ini mampu meningkatkan partisipatif masyarakat sehingga bersifat bottom up. Karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 baru berdiri beberapa tahun yang lalu. Para pemuda di Desa Cimanggu yang merupakan anggota karang taruna diberikan pelatihan komputer oleh ketua karang taruna. Namun, saat ini karang taruna yang ada di Desa Cimanggu 1 menjadi pasif karena menurunnya minat para remaja desa untuk mengembangkan karang taruna yang telah ada, padahal karang taruna dapat dijadikan sebagai wadah yang dapat membantu para pemuda dan pemudi di Desa Cimanggu 1 untuk mengembangkan soft skill yang mereka miliki dan berlatih berorganisasi. Desa Cimanggu 1 memiliki dua buah Kelompok Wanita Tani yaitu Kelompok Wanita Tani RW 03 yang diketuai oleh Ibu Eeng dan Kelompok Wanita Tani RW 05 yang diketuai oleh Ibu Nia. Kelompok ini biasanya diberikan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Cimanggu I. Salah satu jenis pelatihan yang pernah diberikan kepada kelompok ini adalah pembuatan donat ubi, hal ini dikarenakan komoditas utama di Desa Cimanggu I adalah ubi jalar. 35 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan salah satu lembaga yang ada di Desa Cimanggu I. Anggota KSM merupakan tokoh-tokoh masyarakat yang biasanya terlibat dalam proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Kelompok ini dilibatkan dalam Program Pemberdayaan Nasional Masyarakat (PNPM) yang dicanangkan oleh Pemerintah. Para anggota KSM dilibatkan dalam semua tahap dalam program jangka menengah dan jangka panjang yang ada di dalam PNPM, anggota KSM dilibatkan mulai dari tahap pelaksanaan, perencanaan, pengawasan, hingga evaluasi program. 4.2 Gambaran Umum Responden 4.2.1. Karakteristik Individu Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik sekaligus spesifik dan tentu saja berbeda antara responden yang satu dengan responden yang lain. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan motif menonton. Distribusi karakteristik individu responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. 36 Tabel 8. Distribusi responden menurut karakteristik individu, tahun 2011 Karakteristik Individu Usia (tahun) • Muda (21-28 tahun) • Dewasa (29-38 tahun) • Tua (39-66 tahun) Tingkat Pendidikan • Rendah (Tidak bersekolah-SD) • Sedang (SLTP-SLTA) • Tinggi (>SLTA) Jenis Pekerjaan • Tidak Bekerja • Pedagang • Kader • Lainnya (pegawai negeri, pegawai paramedis, guru) Motif Menonton Informasi • Rendah • Tinggi Identitas personal • Rendah • Tinggi Integrasi dan Interaksi sosial • Rendah • Tinggi Hiburan • Rendah • Tinggi Jumlah (Orang) swasta, Persentase (%) 13 21 12 28,26 45,65 26,09 19 15 12 41,30 32,61 26,09 30 7 4 5 65,22 15,22 8,70 10,87 12 34 26,09 73,91 22 24 47,83 52,17 18 28 39,13 60,87 15 31 32,61 67,39 4.2.1.1 Usia Responden Responden dalam penelitian ini adalah penduduk Desa Cimanggu I yang sudah menonton tayangan berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Dalam penelitian ini dilakukan pengkategorian usia responden. Pengkategorian tersebut adalah usia muda, dewasa dan tua. Responden dengan umur 21-28 tahun termasuk responden dengan umur muda. Berdasarkan hasil penelitan didapatkan hasil bahwa 28,26 persen responden termasuk dalam kategori usia muda. Responden yang berumur 29-38 tahun tergolong responden dalam kelompok usia dewasa. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 45,65 persen responden yang termasuk kategori usia dewasa. Selanjutnya responden yang berumur 39-66 tahun merupakan responden yang tergolong dalam umur tua, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 26,09 persen responden termasuk dalam kategori responden berumur tua. Jika digambarkan dalam bentuk 37 pie chart, maka pengkategorian responden berdasarkan usia dapat dilihat di Gambar 3. Mayoritas responden berusia dewasa (29-38 tahun) hal ini dikarenakan, responden yang berusia dewasa rata-rata memiliki balita (1-5 tahun), sehingga mereka merasa bahwa informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat penting. Kemudian, responden yang berusia dewasa juga lebih bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti. Usia 26.09% 28.26% Ket: muda (21‐28 tahun) 45.65% dewasa (29‐38 tahun) tua (39‐66) Gambar 3. Persentase usia responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011. 4.2.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksud di sini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Responden dikelompokkan ke dalam tiga golongan tingkat pendidikan, yaitu responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedang dan tinggi. Responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir sampai dengan SD atau sederajat dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan “rendah”, sedangkan responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir antara SLTP sampai dengan SMA dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan sedang. Responden yang memiliki jenjang pendidikan formal yang pernah atau sedang dijalani adalah lanjutan SLTA, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Terdapat 41,30 persen reponden dengan tingkat pendidikan rendah, 32,61 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang dan 26,09 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart 38 (Gambar 4), maka persentase tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tingkat Pendidikan 26.09% 41.30% 32.61% Ket: rendah (tidak bersekolah‐SD) sedang (SLTP‐SLTA) tinggi (>SLTA) Gambar 4. Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April tahun 2011. Menurut data monografi Desa Cimanggu I, secara keseluruhan tingkat pendidikan penduduk Desa Cimanggu I terbilang sedang (lulusan SMP sampai dengan SMA), namun pada penelitian kali ini didapatkan hasil bahwa rata-rata tingkat pendidikan pada ibu rumah tangga di Desa Cimanggu I adalah rendah. Tingkat pendidikan akhir pada responden kebanyakan adalah lulusan SD, hal ini dikarenakan masih tingginya anggapan bahwa perempuan tidak harus bersekolah tinggi-tinggi, karena kewajiban utama perempuan nantinya adalah mengurus suami dan keluarga. Hal ini dapat dilihat pada salah satu pernyataan responden. “Yaaah... namanya juga orang kampung neng, ngapain mesti sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya ke dapur juga, yang penting bisa baca,itung,udah cukup neng” (EN, 40 tahun). 4.2.1.3 Jenis Pekerjaan Responden Responden dalam penelitian kali ini adalah 46 ibu rumah tangga yang telah menonton program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dari 46 responden tersebut terdapat 30 orang atau 65,22 persen responden tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja umumnya adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga tersebut biasanya berkegiatan di rumah sambil merawat keluarga dan tidak memiliki penghasilan. Berdasarkan hasil penelitian responden yang bekerja umumnya bekerja sebagai pedagang, kader, pegawai negeri, pegawai swasta, guru honorer serta paramedis. Terdapat 15,22 persen responden yang bekerja sebagai pedagang, 8,70 persen responden yang bekerja 39 sebagai kader dan 10,87 persen responden bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, paramedis dan guru honorer. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 5), maka persentase jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Jenis Pekerjaan 8.70% 10.87% 15.22% Ket: tidak bekerja 65.22% pedagang kader Gambar 5. Persentase jenis pekerjaan responden di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. 4.2.1.4 Motif Menonton Motif menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang tertarik untuk menonton program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula. Pada penelitian kali ini motif menonton berdasarkan teori uses and gratification dibedakan menjadi motif informasi, identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan hiburan. Untuk memudahkan dalam menganalisis motif menonton pada responden, maka pada setiap motif-motif menonton tersebut lalu dikategorikan kembali menjadi rendah, sedang dan tinggi, Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ternyata hampir seluruh responden menonton berita ini untuk memenuhi ke-empat motif tersebut. Meskipun berita sarat akan informasi, namun ternyata responden juga menonton berita tidak hanya untuk memenuhi motif informasi, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan identitas personal, integritas dan interaksi sosial dan juga hiburan mereka. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 73,91 persen responden memiliki motif informasi tinggi untuk menonton berita tentang bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini dikarenakan karena responden memang ingin mengetahui perkembangan informasi terkini mengenai isu ini, dan responden sendiri yang 40 mencari berita televisi yang menyiarkan informasi tetang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berbeda dengan ke 73,91 persen respoden tersebut, terdapat 26,09 persen responden memiliki motif yang rendah dalam menonton berita ini, hal ini dikarenakan responden memang tidak terlalu suka program berita dan responden hanya ikut-ikutan menonton apabila ada keluarga, teman, atau keluarganya yang menonton berita tentang isu bakeri E. sakazakii dalam susu formula. Gambar persentase besarnya motif menonton pada responden dapat dilihat pada Gambar 6. Motif Informasi 26.09% rendah 73.91% Ket: tinggi Gambar 6. Persentase pemenuhan motif informasi dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 52,17 persen responden memiliki motif yang tinggi dalam menonton tayangan berita tentang bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan identitas personalnya dan sebanyak 47,83 persen responden memiliki motif yang rendah dalam menonton tayangan berita tentang bakteri E. sakazakii dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan identitas personalnya, seperti yang disajikan dalam Gambar 7. Motif Identitas Personal 52.17% 47.83% rendah Ket: tinggi Gambar 7. Persentase motif identitas personal dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. 41 Motif ketiga adalah motif integrasi dan interaksi sosial. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebesar 60,87 persen responden memiliki motif integrasi dan interaksi sosial tinggi dan terdapat 39,13 persen responden memiliki motif integrasi dan interaksi sosial rendah. Responden menilai bahwa selain untuk mendapatkan informasi dan untuk mendapatkan nilai positif dari narasumber responden juga menonton berita mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula untuk dapat melanggengkan hubungan dengan orang lain. Salah satu alasan responden menonton berita ini adalah agar menemukan bahan percakapan dengan orang lain. Besarnya persentase mengenai motif integritas dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula disajikan pada Gambar 8. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial 39.13% 60.87% Ket: rendah tinggi Gambar 8. Persentase motif integrasi dan interaksi sosial dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011. Selain ketiga motif diatas, responden juga menonton tayangan berita ini untuk mengisi waktu senggang mereka dan juga untuk kesenangan. Sebanyak 67,39 persen responden tergolong dalam motif hiburan tinggi dan 32,61 persen responden lainnya tergolong dalam motif hiburan rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan Tabel 9 juga dapat dilihat bahwa mayoritas responden menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula untuk memenuhi motif informasi mereka. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa berita merupakan sumber informasi dibandingkan dengan program televisi lainnya, sehingga mereka menonton berita dengan harapan berita tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi mereka. 42 Ket: Gambar 9. Persentase motif hiburan dalam menonton tayangan berita E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB di Desa Cimanggu I per Bulan April 2011 4.2.2 Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di sekitar responden. Karakteristik lingkungan sosial responden diketahui dengan melihat tingkat keseringan responden dalam membicarakan rentang waktu pada saat tiga bulan sebelum penelitian dan pasangan interaksi dalam mebicarakan isu ini. Kategori tingkat keseringan responden dalam membicarakan isu ini dalam berita TV dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi, sedangkan pasangan interaksi dalam membicarakan isu ini dikategorikan sebagai teman, tetangga dan keluarga. Distribusi lingkungan sosial responden penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Lingkungan sosial responden penelitian. Lingkungan sosial Frekuensi Interaksi Rendah (6-11 kali) Sedang (12-13 kali) Tinggi (14-20 kali) Pasangan Interaksi Teman Tetangga Keluarga Jumlah (orang) Persesntase (%) 12 24 10 26,09 52,17 21,74 12 14 20 26,09 30,43 43,48 4.2.2.1 Frekuensi Interaksi Responden yang dalam rentang waktu tiga bulan sebelum penelitian membicarakan isu tersebut sebanyak 6-11 kali termasuk dalam kategori frekuensi interaksi “rendah”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebesar 26,09 persen 43 responden tergolong dalam frekuensi interaksi rendah. Responden yang membicarakan hal ini sebanyak 12-13 kali termasuk dalam kategori frekuensi interaksi sedang, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 52,17 persen responden tergolong dalam frekuensi interaksi sedang. Responden yang membicarakan isu ini sebanyak 14-20 termasuk dalam kategori frekuensi interaksi tinggi, dan berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 21,74 persen responden tegolong dalam frekuensi interaksi tinggi, seperti yang terlihat dalam Gambar 10. Hal yang paling sering dibicarakan oleh responden mengenai berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah mengenai bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii terhadap kesehatan manusia, selain itu karena berita tidak memberikan informasi mengenai merek susu formula yang tercemar, responden akhirnya menduga-duga merek susu yang tercemar dengan teman, tetangga atau keluarga masing-masing. Berita mengenai isu ini memang sangat sering disiarkan oleh televisi, oleh karena itu responden juga sering membicarakan mengenai kebenaran isu ini dan bertanya-tanya kenapa berita ini menjadi sangat besar, responden juga sering membicarakan mengenai tanggung jawab pemerintah mengenai isu ini dengan teman, tetangga atau keluarga masing-masing. Selain membicarakan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, responden juga membicarakan IPB sebagai pihak peneliti. Hal yang paling sering dibicarakan oleh responden tentang IPB sebagai pihak adalah mengenai kebenaran hasil penelitian, banyak responden yang tidak percaya akan kebenaran hasil penelitian ini. Hal ini diikuti dengan adanya responden yang juga membicarakan mengenai kemampuan IPB dalam melakukan penelitian serta tanggung jawabnya terhadap penelitian yang telah dilakukan. Responden meminta IPB mengumumkan merek susu yang tercemar atau setidaknya memberikan konfirmasi tentang isu ini, seperti pernyataan dari salah satu responden berikut. “Saya sih berharap IPB mengumumkan merek susu yang tercemar atau paling tidak kasih tau gitu akhir dari isu ini, apakah sekarang semua susu telah aman dikonsumsi? Sekarang isu ini terus aja diberitain tapi gak ada ujungnya, kita kan jadi was-was” (DD, 32 tahun). 44 Frekuensi Interaksi 21.74% 26.09% 52.17% rendah (6‐11 kali) Ket: sedang (12‐13 kali) tinggi (14‐20 kali) Gambar 10. Persentase frekuensi interaksi responden dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011. 4.2.2.3 Pasangan Interaksi Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa yang paling sering berinteraksi dengan respoden dalam membicarakan hal ini adalah dengan keluarga, yaitu sebanyak 43,48 persen. Interaksi yang paling sering dilakukan kedua adalah dengan tetangga, yaitu sebanyak 30,43 persen, sedangkan interaksi yang paling sedikit dilakukan adalah dengan teman yaitu sebanyak 26,09 persen, seperti yang tersajikan pada Gambar 11. Pasangan Interaksi 43.48% 26.09% 30.43% Ket: teman tetangga keluarga Gambar 11. Interaksi dengan lingkungan sosial yang paling sering dalam membicarakan isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB per Bulan April 2011. Responden lebih banyak berinteraksi dengan keluarga karena mereka biasa menonton program berita dengan keluarga, dan suka berdiskusi ketika menonton bersama, selain itu keluarga merupakan orang yang terdekat dengan responden, maka interaksi yang paling sering dalam membicarakan hal ini adalah dengan 45 keluarga. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden, seperti di bawah ini. “Saya tau pertama kali mengenai isu ini saja dari keluarga saya yang di Jakarta, makanya saya sering berdisukusi dengan dia. Terus saya suka nonton tivi bareng suami saya, waktu nonton suami saya suka ngingetin supaya hati-hati dalam membeli susu buat anak”(NG, 28). 4.2.3 Keterdedahan Keterdedahan pada berita TV adalah cara atau bagaimana khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Pada penelitian kali ini, besarnya keterdedahan responden pada isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dlihat dari frekuensi menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton responden. Distribusi keterdedahan responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Gambaran responden menurut tingkat keterdedahannya terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Tingkat Keterdedahan Frekuensi menonton Rendah (1 kali) Sedang (2-3 kali) Tinggi (>3 kali) Waktu Menonton Pagi hari Siang hari Sore hari Malam hari Lama Menonton Sebentar (3-14 menit) Sedang (15-29 menit) Lama (30-60 menit) Program Berita yang ditonton RCTI SCTV TPI TRANS TV TRANS 7 TV ONE METRO TV Jumlah (orang) Persentase (%) 13 18 15 28,26 39,13 32,61 2 17 17 10 4,35 36,96 36,96 21,74 13 17 16 28,26 36,96 34,78 17 8 4 7 2 4 4 36,96 17,39 8,70 15,22 4,35 8,70 8,70 46 4.2.3.1 Frekuensi Menonton Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian kali ini dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Frekuensi menonton responden dikatakan rendah, apabila responden hanya menonton sebanyak 1 kali, sedang sebanyak 2-3 kali, sedangkan tinggi, apabila responden menonton berita mengenai isu ini lebih dari 3 kali. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh bahwa kebanyakan responden menonton berita ini sebanyak 2-3 kali (sedang), yaitu sebanyak 39,13 persen. Hal ini disebabkan banyak responden yang menilai bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii membosankan karena terlalu sering diputar, namun di lain pihak responden juga menantikan informasi terkini mengenai isu tersebut, sehingga meskipun bosan responden tetap menonton berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula lebih dari 1 kali. Terdapat 28,26 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii rendah, sedangkan terdapat 32,61 persen responden yang termasuk dalam kategori frekuensi menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii tinggi, seperti yang tersajikan pada gambar 12. Frekuensi Menonton 28.26% 32.61% rendah 39.13% Ket: sedang tinggi Gambar 12. Frekuensi responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011. 47 4.2.3.2 Waktu Menonton Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden menonton pada waktu siang dan sore hari, yaitu masing-masing sebanyak 36,96 persen. Responden yang menonton pada waktu pagi hari adalah sebanyak 4,35 persen dan malam hari sebanyak 21,74 persen. Persentase waktu menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 13 berikut. Waktu Menonton 21.74% 4.35% Ket: pagi 36.96% 36.96% siang sore malam Gambar 13. Waktu responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per bulan April 2011. Banyak responden yang menonton pada waktu siang dan sore hari karena waktu siang dan sore hari merupakan waktu istirahat mereka. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden, seperti berikut. “Saya mah biasanya nonton siang hari, kalau pagi-pagikan repot, masih sibuk masak buat keluarga, dan nyiapin keperluan anak buat sekolah. Kalo udah beres semua baru deh nonton” (WT, 30 tahun). 4.2.3.3 Lama Menonton Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal. Lama menonton ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu sebentar, sedang, dan lama. Responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 3 s.d 48 14 menit dalam satu hari termasuk ke dalam kategori sebentar, seedangkan responden yang menonton berita mengenai isu ini selama 15 s.d 29 menit dalam satu hari masuk ke dalam kategori sedang dan responden yang menonton berita ini antara 30 s.d 60 menit dalam satu hari masuk ke dalam kategori lama menonton lama. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kebanyakan responden menonton berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dalam waktu sedang, yaitu sebanyak 37 persen. Responden yang menonton berita E. sakazakii dalam susu formula dalam kategori sebentar sebanyak 28 persen, sedangkan responden yang menonton berita E. sakazakii dalam waktu lama sebanyak 34,80 persen. Persentase lama menonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 14. Lama menonton ini juga dipengaruhi oleh perilaku menonton responden. Banyak responden yang tidak fokus dalam menonton berita ini, karena beberapa hal, seperti anak yang rewel, atau sambil mengerjakan hal lainnya. Namun, juga terdapat responden yang fokus dalam menonton berita ini, karena responden tersebut memang menyukai berita, dan selalu menyediakan waktu untuk menonton berita. Lama Menonton 34.78% Ket: 28.26% sebentar sedang 36.96% lama Gambar 14. Lama responden menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011. 49 4.2.3.4 Program Berita Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menonton program berita pada channel RCTI yaitu sebanyak 36,96 persen. Channel kedua yang sering ditonton responden adalah SCTV yaitu sebanyak 17,39 persen. Channel ketiga yang sering ditonton responden adalah TRANS TV yaitu sebanyak 15,22 persen. Channel TPI, TV ONE dan METRO TV ketiganya memiliki jumlah persentasi yang sama yaitu sebesar 8,70 persen. Channel yang paling sedikit ditonton oleh responden adalah TRANS 7 dengan jumlah persentase sebesar 4,35. Persentase program berita yang ditonton responden jika digambarakan dalam bentuk piechart terlihat pada Gambar 15. Pemilihan channel TV yang ditonton juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain seperti sinyal channel yang diterima di Desa Cimanggu I. Banyak responden yang memilih RCTI dan SCTV untuk menonton tayangan berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, karena sinyal channel RCTI dan SCTV sangat bagus di Desa Cimanggu I. Selain sinyal channel, alasan lain yang mempengaruhi pemelihan channel berita adalah channel favorit keluarga, seperti TRANS TV dan TPI, keluarga responden biasa menonton acara kartun atau sinetron pada channel tersebut sebelum program berita dimulai. Program Berita 8.70% 4.35% Ket: 8.70% RCTI 36.96% SCTV TPI 15.22% 17.39% TRANS TV TRANS 7 8.70% TV ONE Gambar 15. Program berita yang dipilih responden untuk menonton tayangan berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula per Bulan April 2011. 50 4.3 Persepsi Responden Desidertato (1976) dalam (Rakhmat, 2005) menyebutkan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. DeVito (1996) menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Persepsi dianggap penting dalam komunikasi massa. Pada komunikasi massa persepsi dapat menjadi penghubung antara individu dengan media, melalui persepsi pelaku komunikasi massa dapat mengetahui sampai sejauh mana minat, opini khalayak terhadap tayangan televisi. Persepsi juga dapat menjadi penghubung antara masyarakat dengan citra suatu lembaga, melalui persepsi lembaga dapar mengetahui bagaimana citra lembaga yang terbentuk di tengah masyarakat berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima masyarakat, baik stimulus positif maupun stimulus negatif. Pada penelitian kali ini persepsi yang diteliti dibagi menjadi dua kategori yatu persepsi terhadap program berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan persepsi terhadap citra IPB terkait isu ini. Persepsi yang terbentuk dikategorikan menjadi empat kategori yaitu kategori sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11. 51 Tabel 11. Persepsi responden terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB Persepsi Sangat tidak setuju (STS) Persepsi terhadap berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Nilai Informasi Daya Tarik Format Acara Rataan Total Persepsi terhadap Citra IPB Hasil Penelitian Lulusan IPB Rataan Total Keterangan 2,17 2,17 Persentase (%) Tidak Setuju (S) Setuju (TS) 8,70 28,26 43,48 50,00 Sangat Setuju (SS) 45,65 19,57 Rataan Skor* 2,64 2,86 2,71 4,35 6,52 32,61 19,57 50,00 36,96 13,04 36,96 2,75 2,69 2,72 : * Rataan skor: 1: Sangat Tidak Setuju, 2:Tidak Setuju, 3:Setuju,4:Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula masuk dalam kategori baik (cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71). Tidak jauh berbeda dengan persepsi terhadap program berita, berdasarkan Tabel 12 juga dapat terlihat bahwa sebagian besar persepsi responden terhadap citra IPB akibat isu ini juga masuk dalam kategori baik (cenderung setuju, dengan total rata-rata sebesar 2,72) 4.3.1 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Persepsi ibu rumah tangga terhadap isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita TV adalah pandangan dan penilaian responden tentang isu bakteri E.sakazakii pada susu formula dalam tayangan berita TV meliputi dimensi pemahaman atau pemaknaan dan penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu nilai informasi serta daya tarik format tayangan berita. Persepsi ibu rumah tangga ini dibedakan menjadi empat kategori yaitu sangat tidak setuju yang dikaterogikan menjadi sangat buruk, tidak setuju yang dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik dan sangat setuju yang dikategorikan menjadi sangat baik. 52 Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 1 atau mendekati 1. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu nilai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu niai informasi dan daya tarik format acara berjumlah sebesar 4 atau mendekati 4. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa nilai informasi dan daya tarik format acara berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,71, atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi. Responden juga menilai bahwa format acara berita sudah baik, terutama apabila yang membawakan berita berpenampilan menarik dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Berikut adalah peryataan dari salah seorang responden yang memiliki persepsi bahwa berita televisi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat bermanfaat. “Yang namanya berita pasti bernanfaat teh, apalagi berita yang dekat dengan kita, kayak susu ini, kan tiap hari kita konsumsi susu buat anak. Tapi menurut saya berita ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan perkembangan informasi kasus ini, yah walaupun merek susunya gak ketahuan, tapi kan dari berita ini kita jadi tahu kalo masih banyak makanan yang gak aman, nambah pengetahuan gitu deh teh”. (IM, 32 tahun) 53 Responden juga menganggap bahwa informasi yang ditayangkan oleh berita televisi merupakan fakta dan tidak direkayasa. Responden menilai bahwa tugas televisi sebagai media informasi sudah terlihat dengan baik. Berikut adalah pernyataan salah seorang responden yang memiliki persepsi bahwa berita isu E. sakazakii baik. “Menurut saya berita itu fakta mba, saya percaya pihak TV pasti juga bertanggung jawab akan berita yang disiarkan. Untuk isu ini saya juga sudah percaya bahwa kasus ini pasti juga sudah ditangani oleh peneliti, pemerintah dan produsen dengan baik, jadi orangorang TV tinggal menyebarkan informasinya saja mba, jadi menurut saya berita ini baik” (AN, 66 tahun). Daya tarik format acara juga cukup berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Televisi yang menyajikan informasi dalam bentuk audio visual dan dengan pembawa acara yang menarik membuat responden tertarik untuk mengikuti perkembangan isu ini. “Saya kan males baca, lebih suka nonton TV, jadi menurut saya berita TV itu sangat baik dan bermanfaat, nambah pengetahuan dan menarik, apalagi kalau yang bawa acara Putra Nababan. Isu ini sudah dibahas oleh berita dengan baik kok”. (DS, 40). 4.3.2 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada Berita TV. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB adalah persepsi yang terbentuk di tengah masyarakat mengenai citra IPB akibat dari maraknya berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pada tahun 2006, Dr. Ir. Sri Estuningsih dan beberapa staf Fakultas Kedokteran Hewan IPB melakukan penelitian dan menemukan bakteri E. sakazakii dalam 22 merek susu lokal. Hasil penelitian ini rupanya tersebar sampai ke tengah masyarakat dan menimbulkan rasa cemas, hal ini tentunya tidak lepas dari pemberitaan yang dilakukan oleh media televisi. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada berita televisi dapat dilihat dari dua indikator, 54 yaitu dari seberapa besar persepsi masyarakat terhadap manfaat hasil penelitian ini dan juga seberapa besar persepsi masyarakat terhadap kemampuan lulusan IPB. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB dibedakan menjadi empat kategori yaitu sangat tidak setuju yang dikategorikan menjadi sangat buruk, tidak setuju yang dikategorikan menjadi buruk, setuju yang dikategorikan menjadi baik dan sangat setuju yang dikategorikan menjadi baik. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 1 atau mendekati 1. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan buruk apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 2 atau mendekati 2. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 3 atau mendekati 3. Persepsi terhadap program citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dikatakan sangat baik apabila total rataan skor dari seluruh unsur, yaitu hasil penelitian dan lulusan IPB berjumlah sebesar 4 atau mendekati 4. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas masyarakat menganggap bahwa hasil penelitian dan lulusan IPB tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Responden menganggap bahwa berita citra IPB tetap baik bahkan lebih baik akibat program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula baik dan bermanfaat. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. Berikut pernyataan responden yang memiliki persepsi cukup baik terhadap citra IPB. “Menurut saya IPB sudah cukup baik dalam melakukan penelitian ini, yah masih untung ada yang teliti ini, jadi tau gitu kalo ternyata 55 ada bakteri dalam susu formula, walaupun gak tau juga susu formulanya yang mana” (RN,30). Responden menilai bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri dalam susu formula sangat bermanfaat dan mengungkapkan fakta mengenai kemanan pangan di Indonesia, selain itu hasil penelitian IPB ini juga meningkatkan pandangan responden terhadap kemampuan IPB dalam melakukan penelitian bahkan di bidang selain pertanian. Selama ini responden menilai IPB hanya dapat mengukir prestasi di bidang pertanian saja, namun dengan adanya berita ini, responden justru semakin mengenal IPB dan memiliki persepsi yang semakin baik terhadap citra IPB. “Justru karena adanya berita ini saya jadi lebih kenal IPB, terus jadi tau ternyata IPB tidak hanya pertanian saja, bahkan bisa untuk kesehatan manusia. Kayak dokter”. (MH, 32.) 4.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah peubah-peubah yang paling berhubungan nyata dengan persepsi responden. Peubah tersebut adalah karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan. Ketiga peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank Spearman, chisquare dan korelasi contingency. Uji statistik rank Spearman digunakan untuk melihat seberapa erat hubungan antara peubah berupa data ordinal dengan data ordinal lainnya. Uji chisquare digunakan untuk melihat apakah peubah berupa data nominal dengan nominal saling beketergantungan, sedangkan uji korelasi contingency digunakan untuk menghitung hubungan antar peubah yang datanya nominal dengan nominal. Ketiga pengujian tersebut digunakan untuk melihat derajat hubungan di antara peubah dengan nilai koefisien korelasi adalah: a) Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali (lemah sekali) b) 0,20-0,39 : Hubungan rendah tetapi pasti c) 0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti d) 0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi (kuat) 56 e) Lebih dari 0,90 : Hubungan sangat tinggi (kuat sekali dan dapat diandalkan) Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 12. Tabel 12. Korelasi peubah dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula Peubah Karakteristik Individu Usia Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Motif Menonton Motif Informasi Motif Identitas Personal Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Motif Hiburan Lingkungan sosial Frekuensi Interaksi Pasangan interaksi Koef. Korelasi rs rs C -0,253* 0,156 2,440 0,244 -0,192 0,215 3,768 0,275 rs rs 0,309* 0,119 0,258* 0,147 rs 0,332* 0,185 rs 0,187 0,051 rs 0,073 6,641 0,355 0,000 3,956 0,281 0,167 12,229* 0,458* 0,190 6,621* 0,529* 0,452* 11,036* 0,440* 0,455* 8,177* 0,461* χ2 χ2 C Keterdedahan Frekuensi Menonton Waktu Menonton Lama Menonton Program Berita rs χ2 C rs χ2 C Ket : * berhubungan nyata pada p < 0,1 4.4.1 Persepsi Berita Televisi Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Nilai Informasi Daya Tarik Format Acara rs: koefisien rank spearman, C: contingency, : χchisquare 2 Hubungan Karakteristik Individu dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis pertama yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, diterima hanya pada hubungan antara usia dengan persepsi terhadap nilai informasi berita, motif informasi dengan nilai informasi berita serta daya tarik format acara dan motif integrasi dan interaksi sosial terhadap nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 57 Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa karakteristik individu memiliki hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun karakteristik individu tidak memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E. sakazakii secara keseluruhan, namun dari tabel dapat dilihat bahwa usia, motif menonton informasi dan motif menonton integrasi dan interaksi sosial memiliki hubungan yang cukup berarti dengan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.1.1 Hubungan antara Usia dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Usia pada penelitian kali ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu muda (21-28 tahun), dewasa (29-38 tahun), dan tua (39-66 tahun). Analisis hubungan usia dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii menggunakan uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa usia memiliki hubungan nyata rendah dan negatif dengan persepsi terhadap nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,089 dengan nilai korelasi sebesar -0,253. Hal ini berarti semakin tua umur responden maka semakin rendah persepsi responden terhadap nilai informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dan semakin muda umur responden maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk responden terhadap nilai informasi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Umumnya yang memiliki perhatian lebih terhadap isu ini adalah responden yang berusia muda yaitu berusia 21 sampai dengan 28 tahun. Hal ini terjadi karena umumnya responden dalam usia tersebut memiliki anak yang masih kecil dan mengkonsumsi susu formula, sehingga banyak responden yang berusia muda memiliki anggapan bahwa berita tentang isu bakteri E. sakazakii sangat bermanfaat, terlebih pada nilai informasinya. Meskipun merek susu yang tercemar tidak diberitakan di televisi, namun responden dengan usia muda beranggapan bahwa berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan responden terhadap produk pangan yang beredar di pasaran. Hal ini tidak sesuai dengan hasil 58 penelitian Primianty (2008) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara usia dan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik di iklan kosmetik di televisi. 4.4.1.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini cukup beragam yaitu antara rendah (tidak sekolah-lulus SD), sedang (SMP-SMA) dan tinggi (>SMA) akan tetapi beragamnya tingkat pendidikan responden tidak membuat perbedaan pada responden dalam membentuk persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan hasil penelitian peubah tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda tingkat pendidikannya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini sesuai dengan penelitian Perdana (2010) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara peubah pendidikan dengan peran iklan televisi layanan masyarakat. 4.4.1.3 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Pada penelitian kali ini terdapat responden yang bekerja dan tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja umumnya hanya menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurusi anak dan suami tanpa memilik penghasilan, sedangkan responden yang bekerja, memiliki pekerjaan antara lain sebagai pedangang, kader, pegawai negeri, pegawai swasta, paramedis dan guru. Pengolahan data analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan analisis chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda jenis 59 pekerjaannya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.1.4 Hubungan antara Motif Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Motif menonton pada penelitian kali teridir dari empat motif yait motif informasi, identitas personal, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan, yang kemudian pada masing-masing motif menonton dikelompokkan menjadi rendah dan tinggi. Uji statistik pada motif menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan uji korelas rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa motif menonton secara keseluruhan tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Namun, berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif dan rendah antara motif informasi dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik pada indikator nilai informasi maupun pada indikator daya tarik format acara. Selain itu juga terdapat hubungan nyata positif dan rendah antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap program berita pada indikator nilai informasi berita. Nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan persepsi nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,036 dengan nilai korelasi sebesar 0,309 dan nilai Sig. (2-tailed) antara motif informasi dengan persepsi daya tarik format acara berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,083 dengan nilai korelasi 0,258. Hal ini berarti semakin tinggi motif informasi maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Nilai Sig. (2tailed) antara motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi nilai informasi berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,024 dengan nilai 60 korelasi sebesar 0,332. Hal ini berarti semakin tinggi motif interasi dan interaksi sosial maka semakin tinggi persepsi yang terbentuk pada program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.2 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Uji statistik pada lingkungan sosial dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan uji korelasi rank Spearman, chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 dapat terlihat bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, sehingga hipotesis kedua yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara lingkungan sosial dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Perdana (2010), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik sosiologis dengan peran iklan televisi layanan masyarakat. Hal ini terjadi karena perbedaan permasalahan yang dikaji dalam penelitian tersebut. 4.4.2.1 Hubungan Frekuensi Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Frekuensi interaksi adalah tingkat keseringan interaksi responden dengan teman, tetangga atau keluarga dalam membicarakan tayangan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB dalam rentang waktu bulan tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi interaksi diukur dengan skala ordinal dan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (611kali), sedang (12-13 kali) dan sering (14-20 kali). Uji statistik yang dilakukan pada indikator frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 12 frekuensi interaksi tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa responden yang berbeda tingkat intesitas frekuensi 61 interaksinya tidak membuat perbedaan pada saat menilai program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.2.2 Hubungan Pasangan Interaksi dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Pasangan interaksi adalah seseorang atau beberapa orang yang paling sering berinteraksi dengan responden mengenai program televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB. Pasangan interaksi pada peneilitian kali ini dibedakan menjadi teman, tetangga dan keluarga. Uji statistik yang dilakukan pada indikator pasangan interaksi dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 pasangan interaksi tidak memiliki hubungan nyata dengan persepsi berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini berarti bahwa dengan siapapun responden berinteraksi, baik dengan teman, tetangga maupun keluarga, hal tersebut tidak berhubungan atau memiliki pengaruh terhadap perspsi yang dibentuk responden dalam menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3 Hubungan Keterdedahan dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis ketiga yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara keterdedahan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan nyata antara keterdedahan dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa keterdedahan memiliki hubungan tidak nyata (p>0,1) dengan persepsi terhadap berita TV isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Meskipun keterdedahan tidak memiliki korelasi yang nyata dengan persepsi berita televisi isu bakteri E. sakazakii secara keseluruhan, namun dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa frekuensi menonton, waktu menonton, lama menonton dan program berita yang ditonton 62 memiliki hubungan yang cukup berarti dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.1 Hubungan antara Frekuensi Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan responden menonton siaran berita bakteri E. sakazakii pada susu formula, per satu hari dalam satuan kali pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Frekuensi menonton pada penelitian kali ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rendah (1 kali), sedang (2-3 kali) dan tinggi (>3 kali). Uji statistik yang dilakukan pada indikator frekuensi menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan nyata positif cukup berarti antara frekuensi menonton dengan persepsi terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002, dan nilai korelasi sebesar 0,452. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden menonton berita televisi maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Responden yang lebih sering menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.2 Hubungan antara Waktu Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Waktu menonton adalah saat dimana individu biasa menonton tayangan berita TV yang paling sering per satu harinya pada saat tiga bulan sebelum penelitian. Waktu menonton ini dibedakan menjadi pagi, siang, sore dan malam hari, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan pada indikator waktu menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu 63 bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah chisquare dan koefisien contingency. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahawa terdapat hubungan nyata positif dan cukup berarti antara waktu menonton dengan persepsi terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, baik dalam nilai informasi maupun pada daya tarik format acara, dengan nilai Sig. (2-tailed) masing-masing adalah 0,057 dan 0,087, dan nilai chisquare masing-masing 12,229 dan 11, 036. Nilai koefisien contingency waktu menonton dengan persepsi terhadap nilai informasi maupun pada daya tarik format acara masing-masing sebesar 0,458 dan 0,440. Hal ini berarti bahwa semakin tepat waktu menonton responden maka semakin tinggi persepsi yang dibentuk responden terhadap nilai informasi dan daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak responden yang menonton berita ini di waktu luang, yaitu pada waktu siang dan sore hari. Responden yang menonton berita ini dalam waktu luang akan lebih fokus dalam menonton berita ini, dan hal ini tentunya berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk oleh responden. 4.4.3.3 Hubungan antara Lama Menonton dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Lama menonton adalah jumlah menit yang dihabiskan responden untuk menonton acara/program berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula per satu hari pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala ordinal, dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sebentar (3-14 menit), sedang (15-29 menit) dan lama (30-60 menit). Uji statistik yang digunakan pada indikator lama menonton dengan persepsi terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif cukup berarti antara lama menonton dengan persepsi terhadap daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dengan nilai Sig. (2-tailed) yaitu 0,001 dan nilai korelasi 0,455. Hal ini berarti bahwa semakin lama responden menonton maka semakin tinggi persepsi yang 64 dibentuk responden terhadap daya tarik format acara program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Responden yang lebih lama menonton program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula umumnya lebih memahami mengenai isi dari isu tersebut, sehingga mereka cenderung lebih memiliki persepsi yang baik terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 4.4.3.4 Hubungan antara Program Berita dengan Persepsi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Program berita yang ditonton adalah jenis channel televisi yang menyiarkan berita yang menyajikan informasi mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang paling sering ditonton oleh masyarakat pada saat tiga bulan sebelum penelitian, diukur dengan skala nominal. Uji statistik yang dilakukan pada indikator program berita adalah dengan menggunakan chisquare dan uji koefisien contingency. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif dan lemah antara program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan format acara berita tentang isu bakteri E. sakazakii. Berdasarkan hasil penelitian, nilai Sig. (2-tailed) pada program berita yang ditonton dengan nilai informasi dan daya tarik format acara adalah 0,057 dan 0,025 dengan nilai chisquare sebesar 6,621 dan 8,177 dan nilai korelasi koefisien contingency sebesar 0,355 dan 0,389. Hal ini berarti semakin tepat program berita televisi yang ditonton maka akan semakin baik persepsi responden terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Banyak responden yang menonton berita ini di RCTI dan SCTV, faktor utama responden memilih menonton berita pada channel ini karena sinyal RCTI dan SCTV paling bagus pada Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Apabila gambar pada RCTI dan SCTV bagus, maka ibu rumah tangga lebih tertarik untuk menonton berita tersebut dan lebih fokus, sehingga persepsi terhadap program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang dibentuk oleh responden menjadi lebih baik. 65 4.5 Hubungan antara Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Citra IPB Akibat Program Berita Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. Hubungan antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televsi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita tersebut adalah peubah-peubah dalam program berita yang paling memiliki korelasi dengan persepsi responden terhadap citra IPB. Peubah tersebut adalah nilai informasi berita dan daya tarik format acara. Kedua peubah ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik rank Spearman. Secara lengkap korelasi antara karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan dengan persepsi terhadap program berita isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tersaji dalam Tabel 13. Tabel 13. Korelasi peubah dengan persepsi terhadap citra IPB akibat berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Peubah Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Nilai informasi Daya tarik format acara Ket : * berhubungan pada p < 0,1 Koef. Korelasi rs rs Persepsi Citra IPB akibat Berita Televisi Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula Hasil Penelitian Lulusan IPB 0,340* 0,276* 0,192 0,31 rs: koefisien rank spearman Hasil penelitian menyatakan bahwa secara keseluruhan, hipotesis keempat yang berbunyi “terdapat hubungan nyata antara persepsi ibu rumah tangga terhadap berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula”, ditolak atau dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan persepsi terhadap citra IPB akibat program berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 66 4.5.1 Hubungan antara Nilai Informasi terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB Nilai informasi berita merupakan isi pesan yang disampaikan berita apakah mengandung nilai informasi yang mendidik dan sekaligus memberikan penjelasan tertentu pada sesuatu hal. Nilai informasi yang mendidik dan menghibur dapat dilihat dari menarik atau tidaknya berita tersebut, kesesuaian materi dengan kebutuhan khalayak dan cakupan materi seberapa luas dan dalam mengangkat dan membahas suatu cerita, diukur dengan skala ordinal. Uji statistik yang digunakan pada indikator nilai infomasi dengan citra IPB adalah uji korelasi rank Spearman. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai informasi berita memiliki hubungan nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed) pada peubah nilai informasi dengan hasil penelitian IPB adalah 0,021 dengan korelasi rank Spearman sebesar 0,340. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai informasi berita tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula yang diperoleh ibu rumah tangga maka akan semakin baik persepsi ibu rumah tangga terhadap hasil penelitian IPB, yaitu mengenai penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden yang bekerja sebagai kader. “Bagi saya penelitian ini sangat bermanfaat, kita para kader jadi harus lebih waspada lagi terhadap susu yang beredar di pasaran, sehingga kita juga bisa memberitahukan informasi yang benar kepada orang lain” (ST, 35 tahun). 4.5.2 Hubungan antara Daya Tarik Format Acara terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Baketri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Persepsi terhadap Citra IPB Daya tarik format tayangan berita adalah kemampuan berita TV untuk menarik minat khalayak untuk menyaksikan tayangan berita terkait dengan isu bakteri E. sakazakii, diukur dengan skala ordinal. Uji stastistik yang digunakan pada indikator daya tarik format acara dengan persepsi terhadap citra IPB adalah dengan mennggunakan uji korelasi rank Spearman. 67 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E, sakazakii dalam susu formula memiliki hubungan nyata positif dengan hasil penelitian IPB. Nilai Sig. (2-tailed) pada indikator daya tarik format acara dengan hasil penelitian IPB adalah 0,064 dengan nilai korelasi rank Spearman sebesar 0,276. Hal ini berarti bahwa semakin menarik daya tarik format acara berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula maka akan semakin baik persepsi yang dibentuk ibu rumah tangga terhadap hasil penelitian IPB. Hal ini dapat dilihat dari salah satu pernyataan responden. “Bagi saya acara beritanya juga udah bagus makanya saya ngerti tentang isu ini. Yah walaupun hasil penelitiannya seperti merek susu tidak disebutkan tapi kan kita jadi makin waspada”(ST, 35 tahun). 68 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian kali ini antara lain adalah: 1. Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula termasuk dalam kategori baik atau cenderung setuju dengan total rata-rata sebesar 2.71. Aspek program yang dipersepsi meliputi nilai informasi dan format acara. Menurut responden isi nilai informasi berita dapat meningkatkan pengetahuan dan tingkat kewaspadaan terhadap pangan yang baik untuk dikonsumsi, begitu pula dengan format acara yang menarik dan mudah dimengerti. 2. Persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB akibat program berita televisi tentang isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula tergolong baik, hal ini dapat terlihat dari total rataan skor yaitu sebesar 2,72 atau mendekati 3. Aspek citra yang dipersepsi meliputi hasil penelitian dan lulusan IPB. Responden menganggap bahwa hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat dan menyadarkan kewaspadaan ibu rumah tangga, selain itu responden juga menganggap bahwa lulusan IPB memiliki kemampuan yang cukup baik baik di bidang pertanian maupun di luar bidang pertanian. 3. Faktor karakteristik individu, lingkungan sosial dan keterdedahan tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula secara keseluruhan. Namun, berdasarkan penelitian terdapat beberapa unsur pada karakteristik individu seperti usia, motif menonton integrasi dan interaksi sosial yang berhubungan nyata dengan nilai informasi program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula. Selain itu, pada motif menonton (motif informasi) memiliki hubungan nyata baik dengan nilai informasi maupun daya tarik format 69 acara berita. Berdasarkan hasil penelitian juga terdapat beberapa unsur pada keterdedahan yang berhubungan nyata dengan persepsi terhadap berita baik pada nilai informasi berita mapun daya tarik acara berita, yaitu waktu menonton dan program berita yang ditonton. Unsur lama menonton juga memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap persepsi berita pada daya tarik format acara 4. Persepsi ibu rumah tangga terhadap program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak terbukti memiliki hubungan nyata dengan persepsi ibu rumah tangga terhadap citra IPB secara keseluruhan.. Meskipun demikian terdapat beberapa unsur dalam persepsi terhadap berita televisi seperti nilai informasi dan daya tarik format acara yang memiliki hubungan nyata dengan hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula. 5.2 1. Saran Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya memberikan berita yang jelas kepada masyarakat, selalu terus menginformasikan perkembangan isu ini sampai tuntas, dan jika isi nilai informasinya sama sebaiknya jangan terlalu sering diulang-ulang. 2. Pihak televisi yang menyiarkan program berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sebaiknya merancang format acara yang lebih interaktif, sehingga khalayak dapat bertanya mengenai perkembangan isu ini kepada ahli atau narasumber yang dihadirkan oleh program berita. 3. Pihak pemerintah khususnya Mahkamah Agung (MA) seharusnya bertindak tegas dan konsisten dalam menangani isu ini, karena keputusan untuk mengumumkan atau tidak mengumumkan nama-nama produsen susu formula yang tercemar Bakteri E. sakazakii berada di tangan MA. 4. Jika kasus ini ingin diproses secara hukum, maka akan lebih baik jika ada pihak yang mengenahi antara pihak IPB dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) 70 5. Pihak IPB sebaiknya tetap konsisten untuk tidak mengumumkan merek susu formula yang tercemar bakteri E. sakazakii karena hal tersebut sudah sesuai dengan kode etik penelitian, namun alangkah baiknya IPB melakukan konfirmasi terhadap isu ini, dengan melakukan konferensi pers secara terbuka. Menjelaskan secara rinci tujuan penelitian dan hasil penelitian kepada masyarakat. 71 DAFTAR PUSTAKA Andika, Jurian. 2008. “Hubungan Keterdedahan Terhadap Media Massa dengan Pengetahuan Tentang Kebijakan Pemerintah Mengenai Flu Burung (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Chandler, D. 1994. “Why do people watch television?” http://www.aber.ac.uk/media/functions/ mcs.html. [9 Maret 2011]. DeVito, Joseph A. 1996. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books. Estuningsih, et all., 2006. "Potensi kejadian meningitis pada mencit neonatus akibat infeksi Enterobacter sakazakii yang diisolasi dari makanan bayi dan susu formula." Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Dipenogoro Hastin, Fini. 2010. “Strategi hubungan masyarakat kementrian negara koperasi dan usaha kecil, menengah dalam membangun citra Instansi.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Hasan, Iqbal M. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Khairil. 1994. “Hubungan Keterdedahan Petani Anggota Kelompencapir pada Siaran Pedesaan dari Radio dan Televisi dengan Pengetahuan Mereka tentang Diversifikasi.” [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lembaga Pemerintahan Desa Cimanggu I. 2008. Potensi Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor McQuail, Denis. 2002. McQuail’s Reader in Mass Communication Theory. London: SAGE Publications Ltd. Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa. Bandung: Widya Padjajaran Mulyana, Dedi. 2010. “Persepsi Khalayak terhadap Program Acara Televisi Reality Show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV (Kasus : Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pengikut Mata Kuliah Psikologi Sosial Angkatan 2006, 2007, dan 2008).” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. 72 Morissan, MA dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia Nurfalah, Farida. 2007. “Pengaruh Tayangan Sinetron Religius Terhadap Perilaku Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (Di Desa Kedug Jaya dan Desa Tuk Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon).” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Perdana, Ryan. 2010. “Peranan Iklan Masyarakat sebagai Media Penyebar Informasi Perubahan Tatacara Pemilu Legislatif dari Mencoblos ke Mencontreng terhadap Pengetahuan Masyarakat Desa Lingkar Kampus IPB (Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor).” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Primianty. 2008. “Hubungan antara Persepsi Remaja Putri dan Citra Perempuan Cantik dalam Iklan Kosmetik di Televisi dengan Penggunaan Produk Kosmetik oleh Remaja Putri.” [skripsi]. Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Sari, Endang. 1993. Audience Research; Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar dan Pemirsa. Yogyakarta: Andi Offset. Sari, Retty Permata. 2008. “Efektivitas Iklan di Televisi dalam Membenttuk Citra Produk Sosis.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Indonesia. Suharto, Ari. 2006. “Hubungan Pola Menonton Berita Kriminal di Televisi dengan Perilaku Remaja (Kasus SLTPN 175 Jakarta dan SMPN 1 Dramaga Bogor.” [skripsi]. Bogor: Program Studi Komunikasi Pengembagan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sukarelawati. 2009. “Persepsi Pemirsa Tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor.” [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor. Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 73 Suwandi, 2009. “Citra Perusahaan (E-book).” http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citraperusahaan.pdf.” [diakses 25 Februari 2011] Walpole. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka. 74 LAMPIRAN 75 Lampiran 1. Kuesioner penelitian PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP BERITA TV TENTANG ISU BAKTERI ENTEROBACTER SAKAZAKII DALAM SUSU FORMULA DAN CITRA IPB (Kasus Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Saya, Yuvita Amalia Pohan, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya meminta kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner dibawah ini dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Kerahasiaan jawaban Saudara akan dijamin dan tidak berkaitan dengan kepentingan lain kecuali untuk penelitian ini. TERIMA KASIH No. Kuesioner : ........................................................................ Hari/Tanggal pengisian : ........................................................................ Nama Responden : ........................................................................ Alamat (Rt/Rw/Kampung) : RT……/RW……./ Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2011 76 A. 1. Karakteristik Individu Berapakah usia Anda saat ini? ......................................................................................................................... 2. Apakah pekerjaan Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda 1. Tidak bekerja 5. Pegawai negeri 2. Petani 6. Pegawai swasta 3 Kader 7. Bidan 4. Pedagang 8. Lainnya (sebutkan): 3. Berapakah pendapatan Anda saat ini? (dalam satuan Rupiah) ..................................................................................................................... Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda saat ini? Lingkari jawaban pilihan Anda 1. Tidak bersekolah 6. SLTA/Sederajat 2. Pesantren/seminari 7. Diploma 3. SD tapi tidak lulus 8. Sarjana 4. Lulus SD 9. Lainnya: ............ 5. SLTP/sederajat 4. 5. Apakah Anda memiliki anak saat ini? Jika Ya, lanjutkan ke nomor berikutnya, jika tidak lanjutkan ke nomor 12 1. Ya 2. Tidak 6. Berapa jumlah anak yang Anda miliki saat ini? 1. Tidak ada 2. 1-3 orang 3. 3-5 orang 4. > 5 orang 7. Berapakah usia anak Anda saat ini? .......................................................................................................................... 8. Apakah anak Anda pernah mengkonsumsi susu formula? Jika Ya lanjut ke nomor berikutnya, Jika tidak ke nomor 12 1. Ya 2. Tidak 9. Berapakah jumlah anak Anda yang mengkonsumsi susu formula? Lingkari jawaban Anda 1. 1-3 orang 3. > 5 orang 2. 3-5 orang 4. semua anak 10. Apakah Anak Anda masih mengkonsumsi susu formula? 1. Masih 2. Sudah tidak mengkonsumsi 11. Ketika mengetahui terdapat bakteri E. sakazakii pada susu formula, apakah Anda langsung berhenti mengkonsumsi susu formula? 1. Ya, karena..................................................................................................... 2. Tidak, karena................................................................................................ 12. Apakah yang membuat Anda tertarik untuk menonton tayangan berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii pada susu formula? 12.1. Untuk mengetahui informasi terkini mengenai isu tersebut. 1. Ya 2. Tidak 77 12.2. Untuk mengetahui bahaya dari bakteri E. sakazakii. 1. Ya 2. Tidak 12.3. Untuk mencari tahu merek-merek susu yang diduga tercemar bakteri 1. Ya 2. Tidak 12.4 Untuk meningkatkan pengetahuan 1. Ya 2. Tidak 12.5. Untuk meningkatkan nilai pribadi. 1. Ya 2. Tidak 12.6. Untuk menjaga diri saya dan orang terdekat 1. Ya 2. Tidak 12.7. Untuk menemukan bahan percakapan dengan orang lain 1. Ya 2. Tidak 12.8 Untuk memberikan keeratan hubungan dengan sesama melalui aktivitas menonton bersama. 1. Ya 2. Tidak 12.9 Untuk mengisi waktu luang 1. Ya 2. Tidak 12.10 Untuk memberikan rasa senang 1. Ya 2. Tidak B. Lingkungan Sosial 1. Selain dari berita TV, darimanakah Anda mengetahui isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Teman 2. Tetangga 3. Keluarga 4. Lainnya, sebutkan ......................................................................................... 2. Bagaimanakah interaksi teman, tetangga dan keluarga Anda yang berhubungan dengan persepsi Anda terhadap berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan citra IPB? Silanglah (x) jawaban yang Anda pilih! No. 1. Pernyataan SS (4) (4) S (3) (3) Ketika sedang berkumpul (mengobrol) dengan teman, keluarga atau tetangga apakah pernah membicarakan berita TV mengenai isu bakteri E. sakazakii pada susu formula? 2. Apakah teman, tetangga atau keluarga Anda pernah (4) (3) berdiskusi mengenai tanggung jawab IPB sebagai peneliti? 3. Apakah Anda pernah menonton berita TV mengenai isu (4) (3) bakteri E. sakazakii bersama dengan teman, tetangga atau keluarga Anda? 4. Ketika sedang menonton bersama, apakah terjadi diskusi (4) (3) mengenai berita tersebut? 5. Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi (4) (3) kembali mengenai tayangan berita isu bakteri E. sakazakii pada susu formula? 6. Usai menonton acara bersama apakah terjadi diskusi kembali (4) (3) mengenai peran IPB sebagai peneliti dalam menangani isu ini? Keterangan 4 Sangat Sering (SS), 3 Sering (S), 2 Jarang (J), 1 Sangat Jarang (STS) J (2) (2) SJ (1) (1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) 78 3. Dengan siapa Anda biasa mengobrol tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Teman 2. Tetangga 3. Keluarga 4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................ 4. Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Bahaya yang disebabkan oleh bakteri E. sakazakii pada kesehatan manusia. 2. Pihak peneliti yang melakukan penelitian. 3. Menduga merek-merek susu formula yang tercemar susu formula. 4. Lainnya, sebutkan ................................................................................ 5. Hal apakah yang biasanya dibicarakan oleh teman, tetangga, atau keluarga Anda mengenai pihak peneliti yang melakukan penelitian penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula? 1. Kebenaran hasil penelitian 2. Tanggung jawab peneliti 3. Kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian 4. Lainnya, sebutkan ..................................................................................... C. Keterdedahan Berita TV 1. Berapa kali Anda menonton tayangan berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii dalam susu formula? (dalam sehari). Lingkari jawaban yang Anda pilih 1. 1 kali 2. 2-3 kali 3. > 3 kali 4. Lainnya, sebutkan ........................................................................................ 2. Kapan Anda biasa menonton program berita TV tersebut? Lingkari pilihan jawaban Anda. 1. Pagi hari 2. Siang hari 3. Sore hari 4. Malam hari 3. Berapa lama Anda menonton tayangan berita tersebut? ............................................................................................................................ 4. Program berita TV apa yang Anda tonton? ........................................................................................................................... 5. Mengapa Anda memilih untuk menonton berita tersebut? Karena ............................................................................................................... 6. Apakah menurut Anda pada tayangan berita yang Anda tonton telah memenuhi harapan Anda tentang informasi mengenai peristiwa yang terjadi (isu bakteri E. sakazakii pada susu formula)? 1. Tidak, karena ........................................................................................................................... 2. Ya, mengapa ........................................................................................................................... 79 D. Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Berita TV Mengenai Isu Bakteri Enterobacter sakazakii dalam Susu Formula dan Citra IPB Bagaimanakah pendapat Anda terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula, dan citra IPB terkait berita tersebut? Silanglah (x) jawaban yang Anda pilih! No. Pernyataan SS (4) (4) S (3) (3) TS (2) (2) STS (1) (1) 1. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi kepada pemirsanya (khalayak) akan bahaya bakteri E. sakazakii bagi kesehatan manusia. 2. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi mengenai merek susu formula yang diduga tercemar bakteri E. sakazakii. (4) (3) (2) (1) 3. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi cara mencegah tercemarnya susu formula oleh bakteri E. sakazakii (4) (3) (2) (1) 4. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii meningkatkan pengetahuan akan hak konsumen. (4) (3) (2) (1) 5. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii mengungkap fakta apa adanya bukan hasil rekayasa pihak televisi atau kalangan tertentu. (4) (3) (2) (1) 6. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memberikan informasi mengenai resiko bayi yang mudah terinfeksi. (4) (3) (2) (1) 7. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang memberikan pemahaman akan mutu keamanan pangan. (4) (3) (2) (1) 8. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii kurang komplit sehingga meninggalkan rasa penasaran dan tidak tenang. (4) (3) (2) (1) 9. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii terlalu sering diulang sehingga menimbulkan rasa bosan bagi pemirsanya. (4) (3) (2) (1) 10. Berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii terlalu membesarkan masalah yang terjadi tanpa memberikan solusi mengenai isu ini. (4) (3) (2) (1) 11. Berita TV tentang isu bakteri E.sakazakii memojokkan IPB yang melakukan penelitian. (4) (3) (2) (1) 12. Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii memiliki wawasan yang luas. (4) (3) (2) (1) 13. Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii menguasi isu ini. (4) (3) (2) (1) 14. Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula berpenampilan menarik. (4) (3) (2) (1) 80 15. Pembawa acara dalam program berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. (4) (3) (2) (1) 16. Waktu tayang program berita mengenai isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula sesuai. (4) (3) (2) (1) 17. Durasi penayangan berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii terlalu lama, sehingga membosankan. (4) (3) (2) (1) 18. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah dan pihak produsen. (4) (3) (2) (1) 19. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii mengungkapkan fakta bahwa masih terdapat produk pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi (4) (3) (2) (1) 20. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula memberikan pengetahuan kepada ibu rumah tangga akan potensi penyakit dan bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri E. sakazakii. (4) (3) (2) (1) 21. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii dalam susu formula tidak dapat dipercaya. (4) (3) (2) (1) 22. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii menimbulkan rasa cemas. (4) (3) (2) (1) 23. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii merugikan masyarakat sebagai konsumen susu formula (4) (3) (2) (1) 24. Hasil penelitian IPB berupa penemuan bakteri E. sakazakii merugikan produsen susu formula. (4) (3) (2) (1) 25. IPB merupakan lembaga pendidikan yang kurang terbuka di dalam mengumumkan hasil-hasil penelitiannya. (4) (3) (2) (1) 26. IPB kurang bertanggung jawab terhadap penelitianpenelitian yang telah dilakukan. (4) (3) (2) (1) 27. Sitem pendidikan di IPB selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan (4) (3) (2) (1) 28. IPB menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di lingkungan global. (4) (3) (2) (1) 29. IPB menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk terjun langsung ke masyarakat (4) (3) (2) (1) 30. IPB menghasilkan lulusan yang memahami kaidah bermasyarakat. (4) (3) (2) (1) 31. IPB kurang memahami kode etik penelitian. (4) (3) (2) (1) (4) (3) (2) (1) IPB menghasilkan lulusan yang kurang kompeten di bidang lain, selain bidang pertanian Keterangan 4 Sangat Setuju (SS), 3 Setuju (S), 2 Tidak Setuju (TS), 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 32. 81 Lampiran 2. Data penduduk ibu rumah tangga RW 04 dan RW 06 Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor per Bulan Maret 2011 No. Nama Usia RW No. Nama Usia RW 1. Aan A 32 04 26. Reni Herliani 23 04 2. Titi A 25 04 27. St.Nuraeni 29 04 3. Warsih 49 04 28. Hindun 30 04 4. Siti Maimunah 26 04 29. Tinah 33 04 5. Nina H 25 04 30. Narti 51 04 6. Teti 23 04 31. Badriah 32 04 7. Euis 27 04 32. Ara 57 04 8. Fitri 32 04 33. Naryati 50 04 9. Fatimah 36 04 34. Jumsih 56 04 10. Neneng 27 04 35. Fera Arianti 23 04 11. Neneng N 28 04 36. Encih 53 04 12. Euis 46 04 37. Wati Miswar 67 04 13. Santi 24 04 38. Dedeh Kurniasih 40 04 14. Een 37 04 39. Sati 51 04 15. Wati 50 04 40. Jumina 40 04 16. Sukaesih 41 04 41. Ana Atikah 58 04 17. Nunik 24 04 42. Karni 56 04 18. Siti Koriah 34 04 43. Misna 41 04 19. Siti Maesaroh 34 04 44. Encih Sukarsh 21 04 20. Erni 36 04 45. Mursini 40 04 21. Eka Yuliana 41 04 46. Tin 52 04 22. Rinawati 32 04 47. Nengsih 42 04 23. Yeyen 38 04 48. Warsih 51 04 24. Ucup 48 04 49. Hernawati 28 04 25. Dini R 20 04 50. Onah 55 04 82 No Nama Usia RW No Nama Usia RW 51. Eva Hasanah 29 04 78. Nurjanah 26 04 52. Tuti Alawiah 35 04 79. Enih S 28 04 53. Neneng Nurjanah 04 80. Rina 26 04 36 54. Riska Andriyani 25 04 81. Dina Maryono 25 04 55. Wati 40 04 82. Mardiyah 39 04 56. Yunengsih 30 04 83. Rohmah 24 04 57. Euis Suminar 31 04 84. St. Nyai 37 04 58. Esih Sukaesih 21 04 85. Nurhayati 46 04 59. Neni Suherni 32 04 86. Asmanah 39 04 60. Murnah 38 04 87. Dede Rosidah 25 04 61. Nenah 19 04 88. Lilis Suryani 38 04 62. Aisyah 22 04 89. Prihatini 30 04 63. Hermawati 26 04 90. Srimulyani 38 04 64. Imas 41 04 91. Rizkika AA 17 04 65. Marni 39 04 92. Tati Haryati 36 04 66. St.Khotimah 29 04 93. Yusni 40 04 67. Nari 46 04 94. Lihayanih 28 04 68. Ijah 31 04 95. Yati Rohayati 40 04 69. Sri Nendah 26 04 96. Nanah 30 04 70. Darti Sunarti 34 04 97. Lusiyanti 33 04 71. Ikah 43 04 98. Aisyah 36 04 72. Eka Yuliani 26 04 99. Yanti 40 04 73. Yusnani 32 04 100. Tuti 28 04 74. Sunarsih 39 04 101. Yuyun Maryunah 40 04 75. Mamah 37 04 102. Encah 41 04 76. Enih 41 04 103. Novi 22 04 83 No. Nama Usia RW No. 104. Euis suRYANI 43 04 131. 105 Karni 43 04 106. St. Masiroh 28 107. Komala 108. Nama Usia RW Yayan 45 04 132. Andriyani 30 04 04 133. Encah 55 04 38 04 134. Sumiyah 28 04 Suhaesi 30 04 135. Nenah 19 04 109. Encum S 24 04 136. Ida 27 04 110. Atikah 35 04 137. Mimi 24 04 111. Poinem 50 04 138. Nia 35 04 112. St. Komariah 27 04 139. Tuti 33 04 113. Neneng AAN 42 04 140. Anih 30 04 114. JulAEHA 32 04 141. Dede SH 37 04 115. Onih 45 04 142. Isum 30 04 116. Ocih 45 04 143. Omay 33 04 117. Marnah 41 04 144. Wiwin 35 04 118. Sacih 58 04 145. Tati Hartati 35 04 119. Desi Ratnasari 26 04 146. Evih 32 04 120. Mumung 48 04 147. Iyos Rusni 43 04 121. Neneh 42 04 148. Intan Suminar 37 04 122. Karinah 62 04 149. Encih 37 04 123. Yanti 40 04 150. Yati Sumiati 35 04 124. Siti Fatimah 45 04 151. Rostika 37 04 125. Oon Onayah 42 04 152. Ida 21 04 126. Ojah 47 04 153. Iroh 33 04 127. Mumung 45 04 154. Nonih 33 04 128. Otih/umi 40 04 155. Julaiha 36 04 129. Rini Ariyanti 22 04 156. Eti Haeni 36 04 130. Nanah 30 04 157. Darti 27 04 84 No Nama Usia RW No. Nama Usia RW 158. Aan Juriah 61 04 184. St. Maemunah 38 04 159. Iwan 31 04 185. elly Rahmayani 25 04 160. Saharti 60 04 186. Yati 45 04 161. Aswati 43 04 187. Marlinah 29 04 162. St. Muryani 26 04 188. Encih 55 04 163. Icah 48 04 189. Tarsih 60 04 164. Yuyun 56 04 190. St. Juriah 44 04 165. 191. Nuryati 50 04 166. H. St. Komariah Sarni 167. 50 04 50 04 192. Nana 56 04 Erum Dayah 50 04 193. Nanih 42 04 168. Popon Nurhayati 49 04 194. Pipin 51 04 169. Ismiyah 19 04 195. Nuryanah 43 04 170. Umsani 41 04 196. Hodijah 45 04 171. Anih 32 04 197. Sacih 50 04 172. Rumsini 45 04 198. Emot 57 04 173. Nani Suparti 28 04 199. Maemunag 48 04 174. Junah 37 04 200. Tati Sunarti 27 04 175. Kokom 36 04 201. Etin Suhartini 39 04 176. Asiah 28 04 202. Umi 60 04 177. Neneng 34 04 203. Amah 57 04 178. Imas Wati 35 04 204. Kasti 70 04 179. Onah 37 04 205. Erliani S 42 04 180. Nining 28 04 206. Enung 41 04 181. Dahlia Eka 25 04 207. Suryani 35 04 182. Sya'adah 38 04 208. Arwi 60 04 183. Fitria M 29 04 209. Nenih P 32 04 85 No. Nama Usia RW No. Nama Usia RW 210. Juanda 48 04 237. Anis 24 06 211. Tarsih 53 04 238. Rosmi 38 06 212. Entung 67 04 239. Santi 22 06 213. Nanih 45 04 240. Nengsih 22 06 214. Isnawati 28 04 241. Sumiati 40 06 215. Dedeh 48 04 242. Yulianah 42 06 216. Emil 68 04 243. Maya R 27 06 217. Nuryati 65 04 244. Saonih 48 06 218. Fatimah 39 04 245. Yanti 42 06 219. Iyam 60 04 246. Nyai 45 06 220. Lusnawati 36 06 247. Yeyet 35 06 221. Nyai 43 06 248. Rika 28 06 222. Eka 22 06 249. St. Khodijah 32 06 223. Een 40 06 250. Hj. Marnah 54 06 224. Wati 41 06 251. Ika K 21 06 225. Lia 25 06 252. Rohayati 36 06 226. Warsah 36 06 253. Nenih 30 06 227. Warsih 37 06 254. Suheni 30 06 228. Iyam 47 06 255. Nengsih 37 06 229. Sati 26 06 256. Dian Astuti 21 06 230. St.Suminar 57 06 257. Siti Halimah 22 06 231. Tini 45 06 258. Een 40 06 232. Wulan Sari 21 06 259. Sanah 43 06 233. Fitri 24 06 260. RosmiDh 38 06 234. Maryani 37 06 261. Anah 60 06 235. Aminah 32 06 262. Enung 57 06 236. Een 38 06 263. Rusti 51 06 86 No Nama Usia RW No Nama Usia RW 264. Neneng 20 06 300. Titin 36 06 265 Arsati 41 06 301. Wawat 39 06 266 Emi 45 06 302. Neng Lastri 21 06 267 Muhani 41 06 303. Nesih 27 06 268 Oon 52 06 304 Imas 31 06 269 Ena 42 06 305 Acih 36 06 270 Sumiarti 60 06 306. Wiwi 27 06 271 Lilis 37 06 307. Diah 43 06 272 Saminah 53 06 308. Neni Agustina 29 06 273 Hayatun 49 06 309. Nami 38 06 274 Arsih 55 06 310. Enti 35 06 275 Ikah 60 06 311. Ida Farida 31 06 276 Ati S 42 06 312. Inah 42 06 277 Aar 60 06 313. Aas aswati 31 06 278 Aam 37 06 314. Anita 22 06 279 Nasti 48 06 315. Linah 25 06 280 Nyai 53 06 316. Siti rodiah 21 06 281. Anasih 27 06 317. Siti Maesaroh 27 06 282. Juju 44 06 318. Parti 28 06 283. Aay 35 06 319. Yatinah 32 06 284. Nyai 29 06 320. Neni oktaviani 27 06 285. Yanti A 28 06 321. Elin 27 06 286. Unarsih 32 06 322. Asti Sulastri 38 06 287. Eros 39 06 323. Asna 37 06 288. Aisyah 39 06 324. Erat 44 06 299. Iis 26 06 325. Nana 54 06 87 No. Nama Usia RW 326. Satih 36 06 327. Aisatun 76 06 328. Nuhati 55 06 329. Nacih 46 06 330. Rosani 70 06 331. Mamah 70 06 332. Raflinar 58 06 333. Nenih 52 06 334. Titin 47 06 335. Yati 47 06 336. Fitri Lestari 19 06 337. Nana 54 06 338. Satih 36 06 339. Aisatun 76 06 340. Nuhati 55 06 341. Nacih 46 06 342. Rosani 70 06 343. Mamah 70 06 344. Raflinar 58 06 345. Nenih 52 06 346. Titin 47 06 347. Yati 47 06 348. Fitri Lestari 19 06 349. Yeni 24 06 88 Lampiran 3. Kerangka sampling ibu rumah tangga yang menonton berita televisi tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula pada RW 04 dan RW 06. No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Nama Aan A Titi A Warsih Siti Maimunah Nina H Teti Oon Ena Sumiarti Lilis Linah Siti Rodiah Siti Maesaroh Parti Yati Yanti Fitri Lestari Yeni Wati Nunik Esih Sukaesih Ijah Sri Nendah Ikah Eka Yuliani Usia 32 25 49 26 25 23 52 42 66 37 25 21 27 28 47 41 19 24 50 24 21 31 26 43 26 RW 04 04 04 04 04 04 06 06 06 06 06 06 06 06 06 04 06 06 04 04 04 04 04 04 04 No 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. Nama Sunarsih Mamah Enih Neneng AAN Onih Ocih Fitria M St. Maemunah Rahmayani Nuryati Nana Pipin Enung Sya'adah Maya R Yanti Yeyet Rika St. Khodijah Warsih Wiwi Neni oktaviani Erat St. Maemunah elly Rahmayani Usia 39 37 41 42 45 45 29 38 25 50 56 51 41 38 27 42 35 28 32 37 27 27 44 38 25 RW 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 06 06 06 06 06 06 06 06 06 04 04 No 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Nama Dede SH Isum Omay Wiwin Tati Hartati Evih Intan Suminar Junah Aan Juriah Cucu St. Juriah Maya R Etin Suhartini Amah Juanda Eka Lia Usia 37 30 33 35 35 32 37 37 61 47 44 27 39 57 48 22 25 RW 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 06 04 04 04 06 06 No 80 81 82 Nama Riska Andriyani Eva Hasanah Aisyah Usia 25 29 22 RW 04 04 04 89 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Lusnawati Nyai Yeyen Rinawati Fera Arianti Badriah St.Nuraeni Reni Herliani Siti Maimunah Nina M Titis Euis 36 43 38 32 23 32 29 23 26 25 23 27 06 06 04 04 04 04 04 04 04 04 04 04 Lampiran 4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner. 1. Pernyataan Karakteristik Individu (Motif Menonton) A. Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,890 N of Items 10 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan motif menonton adalah 0,890. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pernyataan P1 P2 p3 p4 p5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .456 .185 10 .902(**) .000 10 .866(**) .001 10 .848(**) .002 10 .728(*) .017 10 Kesimpulan Tidak valid Valid Valid Valid Valid 90 p6 p7 p8 p9 P10 Tp Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .890(**) .001 10 .848(**) .002 10 .848(**) .002 10 .364 .300 10 a . 10 1 Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid 10 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 2. Pernyataan Persepsi Terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula dan Citra IPB. A. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .671 N of Items 30 Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) pada pernyataan persepsi terhadap berita TV tentang isu bakteri E. sakazakii dalam susu formula adalah 0,671. Sesuai kriteria, nilai tersebut sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya. B. Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Pernyataan P1 P2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N .727(*) .017 30 .610 .061 30 Kesimpulan Valid Tidak valid 91 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation .697(*) .025 30 .721(*) .019 30 a . 30 .630 .051 30 .630 .051 30 a . 30 a . 30 -.345 .329 30 -.448 .194 30 -.348 .324 30 -.149 .681 30 a . 30 a . 30 a . 30 .348 .324 30 -.100 .784 30 .398 .255 30 .630 .051 30 .0720(*) Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid 92 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Tp Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 0.19 30 .358 .309 30 .194 .591 30 .413 .236 30 .824(**) .003 30 .585 .076 30 -.358 .309 30 .431 .213 30 .274 .444 30 .250 .487 30 1 Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid 30 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 5. Hasil pengolahan data 1. Hubungan Karakteristik Individu dengan Persespi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula. • Usia dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations Spearman's rho UsiaSpearman Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N UsiaSpearman PersepsiTerha dapBerita 1.000 -.253 . .089 46 46 -.253 1.000 .089 . 46 46 93 • Usia dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations Spearman's rho UsiaSpearman UsiaSpearman Persepsiterhad apBerita 1.000 -.192 . .201 46 46 -.192 1.000 .201 . 46 46 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations TingkatPendidi PersepsiTerha kan dapBerita Spearman's rho TingkatPendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • 1.000 .156 . .300 46 46 .156 1.000 .300 . 46 46 Tingkat pendidikan dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations TingkatPendidi Persepsiterhad kan apBerita Spearman's rho TingkatPendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • 1.000 .215 . .151 46 46 .215 1.000 .151 . 46 46 Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk JenisPekerjaan sedang baik Total tidak bekerja 8 13 9 30 pedagang 2 3 2 7 kader 0 3 1 4 2 12 2 21 1 13 5 46 lainnya Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2sided) 94 Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 2.440a 3.323 .102 6 6 1 .875 .767 .750 46 a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.04. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases • Contingency Coefficient Approx. Sig. .224 .875 46 Jenis pekerjaan dengan persepsi terhadap berita (format acara) JenisPekerjaan * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk JenisPekerjaan sedang baik Total tidak bekerja 8 5 17 30 pedagang 3 1 3 7 kader 2 0 2 4 1 14 2 8 2 24 5 46 lainnya Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Asymp. Sig. (2sided) df 3.768a 3.993 .322 6 6 1 .708 .678 .571 46 a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .70. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases • Contingency Coefficient Approx. Sig. .275 .708 46 Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). MotifMenonton PersepsiTerha dapBerita 1.000 .309* . .036 46 46 * 1.000 .309 .036 . 46 46 95 • Motif informasi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations Spearman's rho MotifMenonton MotifMenonton Persepsiterhad apBerita 1.000 .258 . .083 46 46 .258 1.000 .083 . 46 46 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient MotifMenonton PersepsiTerha dapBerita 1.000 .119 . .431 46 46 .119 1.000 .431 . 46 46 Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • Motif identitas pribadi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations Spearm MotifMenonton an's rho MotifMenonton Persepsiterhad apBerita 1.000 .147 . .329 46 46 Correlation Coefficient .147 1.000 Sig. (2-tailed) .329 . 46 46 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita N • Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations MotifMenonto PersepsiTerha n dapBerita Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient 1.000 .332* 96 Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). . .024 46 46 .332* 1.000 .024 . 46 46 97 • Motif integrasi dan interaksi sosial dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • MotifMenonton Persepsiterhad apBerita 1.000 .185 . .219 46 46 .185 1.000 .219 . 46 46 Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • MotifMenonton PersepsiTerha dapBerita 1.000 .187 . .214 46 46 .187 1.000 .214 . 46 46 Motif hiburan dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations Spearman's rho MotifMenonton Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N MotifMenonton Persepsiterhad apBerita 1.000 .051 . .736 46 46 .051 1.000 .736 . 46 46 98 2. Lingkungan Sosial dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula • Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations FrekuensiInter PersepsiTerha aksi dapBerita Spearman's rho FrekuensiInteraksi Correlation Coefficient 1.000 .073 . .629 46 46 .073 1.000 .629 . 46 46 Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • Frekuensi interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations FrekuensiInter Persepsiterhad aksi apBerita Spearman's rho FrekuensiInteraksi Correlation Coefficient 1.000 .000 Sig. (2-tailed) . .996 46 46 .000 1.000 .996 . 46 46 N PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N • Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk PasanganInteraksi sedang baik Total teman 2 9 1 12 tetangga 5 5 4 14 keluarga 5 12 7 21 8 13 20 46 Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases df a 6.641 6.888 .862 Asymp. Sig. (2-sided) 4 4 1 .156 .142 .353 46 a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.13. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Approx. Sig. .355 46 .156 99 • Pasangan interaksi dengan persepsi terhadap berita (format acara) PasanganInteraksi * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk PasanganInteraksi sedang baik Total teman 4 4 4 12 tetangga 4 1 9 14 keluarga 6 14 3 8 11 24 20 46 Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Asymp. Sig. (2sided) df 3.956a 3.921 .436 4 4 1 .412 .417 .509 46 a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.09. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases 3. • Contingency Coefficient Approx. Sig. .281 .412 46 Keterdedahan dengan Persepsi terhadap Berita TV tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam susu formula Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations FrekuensiMenon ton PersepsiTerhadapBerita Spearman's rho FrekuensiMeno Correlation nton Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhad Correlation apBerita Coefficient Sig. (2-tailed) N 1.000 .167 . .267 46 46 .167 1.000 .267 . 46 46 100 • Frekuensi menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations FrekuensiMenont on Spearman's rho Frekuens Correlation iMenonto Coefficient n Sig. (2-tailed) 1.000 .452** . .002 46 46 .452** 1.000 .002 . 46 46 N Persepsit Correlation erhadap Coefficient Berita Sig. (2-tailed) PersepsiterhadapBerita N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). • Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk WaktuMenonton sedang baik Total pagi hari 2 0 0 2 siang hari 2 8 7 17 sore hari 3 10 4 17 5 12 3 21 2 13 10 46 malam hari Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases df a 12.229 11.807 .787 Asymp. Sig. (2-sided) 6 6 1 .057 .066 .375 46 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .52. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases Contingency Coefficient Approx. Sig. .458 46 .057 101 • Waktu menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara) WaktuMenonton * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk WaktuMenonton sedang baik Total pagi hari 2 0 0 2 siang hari 4 3 10 17 sore hari 6 5 6 17 2 14 0 8 8 24 10 46 malam hari Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Asymp. Sig. (2sided) df 11.036a 12.688 1.585 6 6 1 .087 .048 .208 46 a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .35. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases • Contingency Coefficient Approx. Sig. .440 .087 46 Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) Correlations PersepsiTerhadap Berita LamaMenonton Spearman's rho LamaMen Correlation Coefficient onton Sig. (2-tailed) 1.000 .190 . .205 46 46 .190 1.000 .205 . 46 46 N PersepsiT Correlation Coefficient erhadapB Sig. (2-tailed) erita N • Lama menonton dengan persepsi terhadap berita (format acara) Correlations PersepsiterhadapBe rita LamaMenonton Spearman's LamaMenon Correlation Coefficient rho ton Sig. (2-tailed) N Persepsiterh Correlation Coefficient adapBerita Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) 1.000 .455** . .001 46 46 .455** 1.000 .001 . 46 46 102 • Program berita dengan persepsi terhadap berita (nilai informasi) ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk ProgramBerita sedang baik Total RCTI 2 9 7 18 SCTV 3 2 2 7 TRANS TV 1 4 2 7 6 12 6 21 2 13 14 46 LAINNYA Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Asymp. Sig. (2sided) df 6.621a 6.946 3.689 6 6 1 .057 .326 .055 46 a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83. Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases • Contingency Coefficient Approx. Sig. .355 .057 46 Program berita dengan persepsi terhadap berita (format acara) ProgramBerita * PersepsiTerhadapBerita Crosstabulation Count PersepsiTerhadapBerita buruk ProgramBerita sedang baik Total RCTI 3 4 11 18 SCTV 2 3 2 7 TRANS TV 3 0 4 7 6 14 1 8 7 24 14 46 LAINNYA Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases Asymp. Sig. (2sided) df 8.177a 9.090 1.271 6 6 1 46 a. 9 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.22. .025 .169 .260 103 Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases 3. Contingency Coefficient Approx. Sig. .389 .025 46 Persepsi Ibu Rumah Tangga terhadap Program Berita Televisi tentang Isu Bakteri E. sakazakii dalam Susu Formula dengan Citra IPB • Nilai informasi dengan hasil penelitian Correlations PersepsiTerha PersepsiTerha dapBerita dapCitraIPB Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) 1.000 .340* . .021 46 46 * 1.000 .340 N .021 . 46 46 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). • Nilai informasi dengan lulusan IPB Correlations PersepsiTerha PersepsiTerha dapBerita dapCitraIPB Spearman's rho PersepsiTerhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) N • 1.000 .192 . .202 46 46 .192 1.000 .202 . 46 46 Daya tarik format acara dengan hasil penelitian Correlations Persepsiterhad PersepsiTerha apBerita dapCitraIPB Spearman's rho PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) N 1.000 .276 . .064 46 46 .276 1.000 .064 . 46 46 104 • Daya tarik format acara dengan lulusan IPB Correlations Persepsiterhad PersepsiTerha apBerita Spearman's rho PersepsiterhadapBerita Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PersepsiTerhadapCitraIP Correlation Coefficient B Sig. (2-tailed) N dapCitraIPB 1.000 .031 . .837 46 46 .031 1.000 .837 . 46 46