BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kehamilan
2.1.1
Pengertian Kehamilan
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional,2008).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008)
Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan
fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. kehamilan
dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu
hamil juga mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang
menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah
mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana,2007).
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di
dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam
kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk
wanita hamil adalah "gravida" sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Primigravida adalah
seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah
seorang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih (Bobak, 2005).
Kehamilan merupakan suatu proses yang dimulai sejak bertemunya sperma
dan ovum didalam rahim wanita. Pertemuan sperma dan ovum lebih dikenal dengan
nama fertilisasi atau konsepsi yang membentuk zygote, berimplantasi ke dalam uterus
dan berkembang sampai dilahirkan menjadi seorang bayi (Cunningham,dkk.,2005;
Wiknjosastro, dkk.,2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300 hari
dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia kehamilan),
Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia
kehamilan).
2.1.2
Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1.
Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat
haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya
dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi,
dengan memakai rumus Neagie:HT – 3 (bulan + 7)
b) Mual dan muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”.
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya
hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu
nafsu makan timbul lagi
f) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron
yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
g) Miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua
kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air
besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih
tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada
triwulan pertama.
k) Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi
disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,dan payudara.
2.
Tanda kemungkinan kehamilan
a) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
pembesaran perut.
b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya
makin lama makin bundar
c) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak terutama
daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
e) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus
dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak
ditemukan.
g) Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya
janin di dalam uterus.
h) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi
hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan
sedini mungkin.
3.
Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian
janin.
b) Denyut jantung janin
2.1.3
1)
Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2)
Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3)
Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4)
Dilihat pada ultrasonograf
Proses Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu
Kebidanan (2009), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
1)
Trimester I
Periode kehamilan pada trimester I adalah mencakup perkembangan
kehamilan dari rentang waktu minggu ke 0-12. Periode kehamilan pada
trimester I dibagi menjadi 3 periode yaitu: periode germinal (minggu 0-3)
pada periode ini berlangsung proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi
pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir dan telur yang sudah
dibuahi sperma, bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus
(endometrium).
Periode embrio pada minggu 3-8 umur kehamilan, berlangsung proses
perkembangan janin, seperti sistem saraf pusat, organ-organ utama dan
struktur anatomi mulai terbentuk, demikian juga mata, mulut dan lidah
terbentuk, serta hati mulai memproduksi sel darah. Demikian cepatnya
perkembangan hasil konsepsi ini sehingga dalam waktu hitungan jam dan hari
akan terjadi perubahan - perubahan yang jelas dalam suatu hasil kehamilan,
disamping itu pula adanya perkembangan yang cepat pada permulaan
kehamilan ini, harus diingat bahwa pengaruh yang timbul apakah internal,
maupun eksternal terhadap perkembangan kehamilan muda ini atau kehamilan
yang masih berbentuk embrio, akan sangat mengganggu pertumbuhan
selanjutnya sehingga hasil kehamilan bisa terjadi komplikasi yang
membahayakan kehidupan ibu dan janin yang dikandungnya (Cunningham,
dkk., 2005).
Disamping itu pada periode trimester pertama juga terjadi perubahan
janin dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang
besar. Dan selanjutnya adalah periode fetus pada umur kehamilan minggu 912. Kepala yang menjadi lebih besar pada periode ini mungkin disebabkan
adanya pertumbuhan sel-sel otak atau sel neuron yang begitu pesat sampai
berjumlah jutaan, multiplikasi sel-sel otak yang cepat ini permenit bertambah
± 250 000 sel neuron, dan multiplikasi sel-sel neuron ini akan terus
berlangsung sampai kehamilan berumur 16 minggu (Anonim, 2009).
Bersamaan dengan perkembangan sel-sel otak yang begitu pesat,
perkembangan alat-alat tubuh janin berkembang terus menjadi lengkap pada
umur kehamilan 12 minggu. Alat-alat janin yang terbentuk sejak umur
kehamilan dua bulan adalah ekstrimitas atas dan ekstremitas bawah, kepala,
jantung, susunan saraf, tulang belakang dan pembuluh darah besar mulai
dibentuk, bersamaan terbentuknya pembuluh darah besar, jantung mulai
memompakan darah ke dalam sirkulasi tubuh janin dan sel-sel darah merah
sudah mulai diproduksi. Adanya aktifitas jantung pada bulan kedua kehamilan
dibuktikan dengan terdengarnya denyutan janin bila dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan dopler atau alat untuk mendeteksi bunyi jantung janin
dan denyutan jantung janin dapat terlihat dengan menggunakan ultrasonografi.
Selama umur kehamilan kedua dan menjelang umur kehamilan tiga bulan atau
12 minggu, jari-jari kaki dan lengan mulai terpisah, juga dalam masa ini akan
terbentuk lutut, tumit, siku dan persendian-persendian pada kaki dan lengan
serta semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait,
dan aktivitas otak sangat tinggi Pada trimester I umur kehamilan merupakan
masa yang menentukan untuk perkembangan selanjutnya bagi ibu dan janin
yang dikandungnya, karena adanya gangguan penetrasi atau implantasi hasil
konsepsi pada endometrium akan menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan
pada ibu maupun janin yang dikandungnya seperti persalinan preterm,
preeclampsia dan perkembangan janin terhambat dalam rahim (Malek,
2001;Webster, dkk., 2008).
Selain itu keluhan-keluhan psikologis juga akan timbul pada masa ini,
wanita hamil akan mengeluhkan adanya gangguan subjektif seperti pusing,
sakit kepala, morning sickness, mual sampai muntah, seringkali keluhankeluhan ini sampai menyebabkan penderita harus masuk rumah sakit atau
malah harus diakhiri kehamilannya karena membahayakan kehidupan wanita
hamil
bila
kehamilannya
dipertahankan
(Cunningham,dkk.,2005;
Wiknjosastro,dkk.,2006).
Proses implantasi hasil konsepsi pada endometrium harus berlangsung
baik. Secara normal ketika hasil konsepsi atau zygote berimplantasi ke dalam
endometrium, sel sitotrofoblas (bagian zygote) berhubungan dengan a. spiralis
dalam endometrium. Proses implantasi ini menyebabkan terjadi hubungan
antara kehidupan zygote atau mudigah dengan kehidupan maternal, dimana
secara normal a.spiralis akan terbuka kedalam zygote. Hubungan a. spiralis
dengan
zygote
yang
tidak
sempurna
akan
menginisiasi
gangguan
perkembangan proses kehamilan selanjutnya. Kelainan-kelainan tersebut
adalah komplikasi hipertensi dalam kehamilan atau preeclampsia dan
pertumbuhan janin yang terhambat
2)
Trimester II
Memasuki umur kehamilan trimester II, perubahan yang terjadi dalam
kehidupan seorang wanita hamil lebih baik lagi, kalau sebelumnya disertai
dengan keluhan morning sickness, mual sampai muntah-muntah, akan
berkurang atau hilang sama sekali, keinginan untuk makan menjadi normal
lagi atau malah bertambah bahkan menyebabkan pertambahan berat badan
yang tidak terkontrol lagi, sehingga timbul kelainan seperti hipertensi dalam
kehamilan atau preeklampsia dan diabetes mellitus (Cunningham,dkk.,2005).
Kehamilan minggu ke-16 dalam masa kehamilan trimester II ini janin
semakin bebas bergerak dalam rahim, karena kantong kehamilan semakin
besar sedangkan perkembangan janin tidak bisa mengikutinya. Gerakan yang
dilakukan oleh janin mulai dirasakan oleh ibu dan gerakan janin ini biasanya
berputar secara 360 derajat sehingga sering menyebabkan terjadinya tali pusat
melilit dileher janin. Adanya kelainan ini seringkali akan menyulitkan waktu
janin itu dilahirkan, dimana proses persalinan berlangsung lama baik pada
proses persalinan kala satu ataupun kala dua. Proses persalinan yang lama
memegang peranan penting terhadap terjadinya komplikasi baik pada wanita
hamil maupun janin yang dikandungnya. Walaupun kejadian ini sangat jarang
terjadi, gerakan janin ini juga bisa menyebabkan terjadinya simpul pada tali
pusat sehingga janin bisa meninggal tiba-tiba dalam rahim. Gerakan janin
akan semakin dirasakan oleh ibu sesuai bertambahnya umur kehamilan janin
tersebut.
Pada minggu ke-18 dalam periode trimester II ini sudah bisa dilakukan
ultrasongrafi untuk mengecek kesempurnaan janin dan posisi plasenta.
Jaringan kuku, kulit, dan rambut berkembang dan mengeras pada
minggu ke 20-21, demikian juga indera penglihatan dan pendengaran mulai
berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup, serta fetus
mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm. Perhatian khusus
perlu dilakukan pada umur kehamilan trimester II, karena pada waktu ini
plasenta mulai terbentuk. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan
mulai terbentuknya plasenta, maka metabolisme aerobik akan lebih meningkat
lagi pada seorang wanita hamil, karena bila plasenta telah terbentuk jumlah
mitokondria akan bertambah banyak, ini berhubungan dengan plasenta yang
kaya akan mitokondria. Peningkatan metabolisme aerobik akan menyebabkan
terjadinya pembentukan radikal bebas yang meningkat pula, karena
bersamaan dengan itu penggunaan oksigen meningkat. (Carol, 2000;
Casanueva and Viteri, 2003; Moretti, 2004; Burton and Jauniaux, 2004; Myatt
and Cui, 2004).
Ketika plasenta terbentuk penggunaan oksigen akan meningkat,
menyebabkan juga peningkatan stress oksidatif, akibatnya produksi radikal
bebas terjadi peningkatan. Untuk mengatasi keadaan ini tubuh akan berusaha
menetraliser terbentuknya radikal bebas tersebut, tetapi bila tubuh tidak
mampu menetraliser, maka peningkatan radikal bebas pada umur kehamilan
awal trimester II akan mempengaruhi proses kehamilan selanjutnya, karena
kelainan yang terjadi pada proses plasentasi ini bisa menyebabkan timbulnya
komplikasi di antaranya adalah terjadinya hipertensi dalam kehamilan atau
preeclampsia. (Chen dkk., 2003; Redman and Sargent, 2005).
3)
Trimester III
Pertumbuhan dan perkembangan janin pada trimester III, diantaranya
ada akhir bulan ke-7 (minggu ke-28), pertumbuhan rambut dan kuku yang
semakin memanjang, gerakan mata membuka dan menutup, gerakan
menghisap semakin kuat, panjang badan 23 cm dan berat 1000 gram. Minggu
ke-29 sampai ke-32 (bulan kedelapan), tubuh janin sudah terisi lemak dan
verniks kaseosa menutupi permukaan tubuh bayi termasuk rambut lanugo.
Kuku kaki mulai tumbuh sedangkan kuku tanga sudah mencapai ujungnya.
Janin sudah punya kendali gerak pernafasan yang berirama dan temperature
tubuh. Mata telah terbuka dan reflek cahaya terhadap pupul muncul diakhir
bulan. Ukuran panjang rata-rata 28 cm, berat 3,75 pon. Minggu ke-33 sampai
ke-36 (bulan kesembilan), kulit halus tanpa kerutan di akhir bulan, kuku jari
kaki mencapai ujungnya, biasanya testis sebelah kiri turun ke skrotum.
Ukuran rata-rata panjang 31,7 cm, berat 2500 gram.
Minggu ke-37 sampai ke-40 (bulan kesepuluh), pertumbuhan dan
perkembangan utuh telah tercapai. Dada dan kelenjar payudara menonjol pada
kedua jenis kelamin. Kedua testis telah masuk ke skrotum pada akhir bulan
ini, lanugo telah menghilang pada hamper seluruh tubuh, kuku mulai
mengeras melebihi ujung tangan beri dan kaki, warna bervariasi dari putih,
merah muda, merah muda kebiruan akibat fungsi melanin sebagai memberi
warna kulit saat terpapar cahaya. Ukuran panjang rata-rata 36 cm, berat 7,5
pon.
2.1.4
Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, factor
psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu hamil
dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat
diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan
terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari
pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC).
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi
saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. Dukungan keluarga
juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika
seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri,
lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor
ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan
dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu
hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu
menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan
yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap
dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal
hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian
dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan
pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam
proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga
kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya
perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan
proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah bahwa
kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan
proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan
seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian
rupa agar dapat dilalui dengan aman
2.1.4.1
Kecemasan
2.1.4.1.1
Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi dalam
tubuh manusia. (Ramiah, 2003). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan,
ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.Ansietas (cemas) merupakan satu
keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir. (Kaplan dan Sadock, 2007).
Ansietas berbeda dengan rasa takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah reaksi terhadap bahaya
sesungguhnya yang mungkin menimbulkan bencana (Ramiah, 2003).
Kecemasan atau ansietas adalah perasan difus, yang sangat tidak
menyenangkan, agar tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi.
Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan akan
datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di
perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau
kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan
gelisah (Kaplan dan Sadock, 2007).
Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Sundeen, 1998).
2.1.4.1.2
Penyebab kecemasan
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
(Stuart dan Sundeen, 1998)
a.
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional terjadi
antara dua elemen kepribadian diri dan superego.
b.
Dalam pandangan interpersonal ansietas timbul dan perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal
c.
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d.
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga.
e.
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung respon khusus,
reseptor ini membantu mengatur ansietas.
2.1.4.1.3
Akibat kecemasan
Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan yaitu
mengenai keadaan jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Hal ini tidak boleh
dikemukakan berlebihan karena akan dapat merugikan ibu hamil itu sendiri. Banyak
wanita takut akan nyeri persalinan atau kerusakan sebab mereka tidak mengetahui
tentang anatomi dan proses persalinan. Wanita mengekspresikan mengenai perilaku
selama hamil sampai proses persalinan dan bagaimana seseorang untuk menerima
dirinya dan berperilaku.
Menurut Hanifa (1999) akibat kecemasan yang dapat timbul selama
kehamilan dan persalinan antara lain:
a.
Partus prematurus
Ini dapat disebabkan oleh ketegangan psikis/tekanan kehidupan
modern dan diikutsertakan wanita dalam industri. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa frekuensi prematuritas di antara para wanita yang bekerja di kota-kota
besar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula yang tidak
kawin sering melahirkan sebelum waktunya sehingga kehamilan di luar
pernikahan dapat dianggap sebagai faktor etiologi bagi prematuritas.
b.
Nyeri persalinan
Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri
dalam persalinan.
c.
Partus
Partus lama disebabkan karena faktor-faktor yang mengakibatkan his
kurang baik dan pembukaan kurang lancar.
2.2
Gangguan Tidur
2.2.1
Pengertian Tidur
Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang
selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur
merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara
tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang
bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan
ketika
beraktivitas di siang hari.
2.2.2
Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24
jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan
segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan
bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996). Tidur
merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan
berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja (Harsono,
1996). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada
batang otak (Potter & Perry, 2005) RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini
terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi
rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel
khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry,
2005).
2.2.3
Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid
Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat
stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur
stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005).
2.2.3.1 Tidur stadium satu
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat
terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap
pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat
(Patlak, 2005).
2.2.3.2 Tidur stadium dua
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat
dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan
bola mata berhenti (Patlak, 2005).
2.2.3.3 Tidur stadium tiga
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Pada tahap ini
individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat
segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith
& Segal, 2010).
2.2.3.4 Tidur stadium empat
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat
lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan
energi fisik (Smith & Segal, 2010).
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan
energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung
antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu
REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan
panjang saat menjelang pagi atau bangun (Japardi,2002).
2.2.4
Mekanisme Tidur
Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis.
NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan
lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang.
REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf
otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah,
denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot
dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang
tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks (Ganong, 1998).
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata
timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang
tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I
dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi
jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang
cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur
gelombang lambat atau NREM. Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat
dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas
Reticular Activity System ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar
jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan
tidur. Aktivitas Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
neurotransmitter
seperti
sistem
serotoninergik,
noradrenergik,
kolinergik,
histaminergik (Japardi, 2002).
2.2.5
Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas
(Kozier, et al, 2004). Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu
kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka
pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah
terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan
timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu,
lamban menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007).
Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya
tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek
subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Daniel et al, 1998; Buysse, 1998).
Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat
dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi
tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda
adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito,
1998). Di sisi lain, Lai (2001) dalam Wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur
ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari
seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur
tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di
pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain,
memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium
yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari
permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas
listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat
eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit
lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombangalfa,
betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 1997). Selain itu, menurut Hidayat (2006),
kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.
Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda
psikologis.Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang
dialami.
2.2.5.1 Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering
menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
2.2.5.2 Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan
atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
2.2.6
Gangguan Tidur
Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari
berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual (Johanna & Jachens, 2004). Gangguan
tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan
tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau
orang lain (Potter & Perry, 2001). Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat
umum. Di Negara-negara industri khususnya, banyak orang menderita dari beberapa
bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi antara 25-50% dari populasi
(Johanna & Jachens, 2004).
Menurut International Classification of Sleep Disorders dalam Japardi (2002),
gangguan tidur terbagi atas: disomnia dan parasomnia. Disomnia terdiri atas
gangguan tidur spesifik di antaranya adalah narkolepsi, gangguan gerakan anggota
gerak badan secara periodik/ mioklonus nokturnal, sindroma kaki gelisah/ Restless
Legs Syndromeatau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur/ sleep apnea
dan pasca trauma kepala; gangguan tidur irama sirkadian di antaranya adalah
gangguan tidur irama sirkadian sementara/ acute work shift/ jet lag, gangguan tidur
irama sirkadian menetap/ shift worker. Sedangkan parasomnia terdiri atas tiga, yaitu
gangguan tidur berjalan (sleep walking/ somnabulisme), gangguan terror tidur (sleep
terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase REM.
Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita hamil
adalah perubahan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari,
meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus, nyeri punggung, dan
pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan
depresi ( Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Fied et.al (2007) menyatakan bahwa
bayi yang lahir dari ibu yang mengalami depresi akibat gangguan tidur selama
kehamilan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam. Hal ini bisa menimbulkan
depresi dan stress yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan
menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stress yang
tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005).
Rasa tidak nyaman selama kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan
menyebabkan gangguan pola tidur pada wanita hamil (Bobak, 2005). Menurut
Musbikin (2005), istirahat yang cukup merupakan kebutuhan ibu hamil tidak jarang
ibu hamil terserang insomnia atau gangguan tidur yang disebabkan oleh masalah
emosional selama hamil. Bentuk insomnia pun bervariasi, yaitu mulai dari tidur yang
tidak tenang (gelisah), kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Sulit tidur tejadi
selama kehamilan karena sering terbangun sepanjang malam terutama trimester
pertama dan ketiga (Tiran, 2007).
Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun
penyebabnya yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan,
posisi tidur yang tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena
terjadi peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan
bertambah besarnya kehamilan (Huliana, 2007). Pada trimester ketiga, calon ibu akan
semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon
ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannnya
kepada janin, senang berbicara pada janin terutama ketika janin berubah posisi.
Banyak calon ibu sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif akan terjadi
pada bayinya saat melahirkan nanti.
Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak dapat
melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat
merasa bergantung pada pasangannya. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang
terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh
pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas
seksual menurun (Rynerson, 1993 dalam Bobak, 2005).
Gangguan tidur pada wanita hamil bisa berupa penurunan presentase
gelombang tidur yang lamban dan tidur REM yang mungkin meningkat pada stadium
satu. Gangguan tidur pada wanita hamil terjadi pada trimester pertama, trimester
kedua dan juga trimester ketiga. Gangguan tidur lebih banyak dikeluhkan pada
trimester ketiga (Field et al, 2006). Pada trimester tiga jumlah gangguan tidur ini
lebih tinggi, karena adanya ketidaknyamanan seperti nyeri pinggang banyak buang air
kecil, dan spontan bangun dari tidur. Gerakan janin, nyeri ulu hati (heartburn), kram
pada tungkai, kelelahan dan kesulitan memulai tidur atau sulit tidur sampai pagi
(Grace et al, 2004).
Penurunan durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu hamil
menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood
bekerja, dan cenderung emosional. Hal ini dapat membuat beban kehamilan menjadi
semakin berat (Bambang BR, 2004). Gangguan tidur menimbulkan depresi dan stres
yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stres ringan menyebabkan janin
mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stres yang berat dan lama akan
membuat janin menjadi hiperaktif. Akibat lanjut dari gangguan tidur ini adalah
depresi dan bayi yang dilahirkan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam (Field et al,
2007). Kesulitan tidur pada ibu hamil disebabkan oleh adanya rasa cemas dan panik
yang berkaitan dengan perubahan tanggung jawab sebagai orang tua. Gangguan tidur
selama kehamilan terjadi selama trimester 1 (13%-80%) dan trimester ketiga (66%97%).
2.3
Senam Hamil
2.3.1
Pengertian
Senam hamil adalah adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu
hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Senam
hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat
dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil
ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang disertai
kehamilan, yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan
perdarahan, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam
hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai 28 minggu (Manuaba, 1998).
Senam hamil merupakan bagian dari perawatan antenatal pada beberapa pusat
pelayanan kesehatan tertentu, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun pusat
pelayanan kesehatan yang lainnya (Muhimah dan Safi’i, 2010). Pergerakan dan
latihan senam kehamilan tidak saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat
berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang di kandungan. Pada saat bayi mulai dapat
bernafas sendiri, maka oksigen akan mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu dari
aliran darah ibunya ke dalam aliran darah bayi yang di kandung. Senam kehamilan
akan menambah jumlah oksigen dalam darah di seluruh tubuh sang ibu dank arena itu
aliran oksigen kepada bayi melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar (Sani,
2002).
Senam hamil ini juga mempunyai prinsip-prinsip gerakan khusus yang
disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil dirancang
khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang
timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam
menghadapi persalinan (Kushartanti, 2004).
2.3.2
Tujuan dan Manfaat Senam Hamil
Menurut Indiarti (2008), tujuan dan manfaat senam hamil yaitu
a.
Tujuan
Dengan mengacu pada sasaran utama senam hamil yaitu kenyamanan
saat kehamilan dengan mempermudah persalinan, maka program
senam hamil ditujukan untuk :
1) Meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan
2) Menguatkan dan meregangkan otot-otot, terutama otot yang
berperan untuk persalinan dan mempertahankan postur
3) Meningkatkan relaksasi tubuh terutama otot dasar panggul
yang berperan besar dalam persalinan
4) Melatih tehnik pernafasan yang sangat dibutuhkan untuk
mengatasi rasa nyeri misalnya kala I dan kala II
b.
Manfaat
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu
hamil, secara fisik pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil
dianjurkan mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai
usia 6 bulan keatas. Senam hamil juga disarankan bagi ibu yang
pertama kali hamil, serta ibu yang pernah mengalami kesulitan dalam
persalinan atau anak premature. Senam hamil dapat dilakukan bila
tidak ada indikasi medis kehamilan, sehingga sebelum memutuskan
mengikuti senam hamil, maka sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu
tentang kondisi kehamilan dengan dokter atau bidan (Widianti, 2010)
2.3.3
Gerakan Senam Hamil
A.
Latihan I
1)
Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang.
2)
Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.
B.
Latihan II
1)
Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan di belakang badan.
2)
Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.
3)
Tujuan latihan :
a)
Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal saat
persalinan.
b)
Meningkatkan peredaran darah alat kelamin bagian dalam sehingga
sirkulasi menuju plasenta (ari-ari) makin sempurna.
C). Latihan III
1)
Sikap duduk dengan disangga kedua tangan di belakang, tungkai bawah
dirapatkan.
2)
Tidur telentang kedua kaki merapat.
3)
Tujuan latihan :
a) Memperkuat otot dinding perut sehingga dapat berfungsi saat persalinan.
b) Meningkatkan sirkulasi darah menuju alat kelamin bawah, sehingga darah
menuju janin dapat ditingkatkan
D)
Latihan IV
1)
Sikap duduk bersila dengan tegak, tangan di atas bahu sedangkan siku di
samping badan
2)
Tujuan latihan :
a)
Melatih otot perut bagian atas.
b)
Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan untuk membantu
persalinan.
E)
Latihan V
1)
Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain.
2)
Badan tegak relaks dan paha lemas.
3)
Kedua tangan di persendian lutut.
4)
Tujuan latihan :
a)
Melatih otot punggung agar berfungsi baik.
b)
Meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin bagian dalam.
c)
Melatih agar persendian tulang punggung jangan kaku.
F)
Latihan VI
1)
Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.
2)
Tangan di samping badan.
3)
Tungkai bawah ditekuk pada persendian dengan sudut tungkai bawah bagian
bawah sekitar 80-90 derajat.
4)
Tujuan latihan :
a)
Melatih persendian tulang punggung bagian atas.
b)
Melatih otot perut dan tulang belakang.
G)
Latihan VII
1)
Sikap tidur telentang di tempat tidur mendatar.
2)
Badan seluruhnya rileks.
3)
Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.
4)
Tujuan latihan :
a)
Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.
b)
Meningkatkan peredaran darah menuju alat kelamin bagian dalam.
c)
Meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui plasenta.
H)
Latihan Pernapasan
1)
Sikap tubuh tidur telentang di tempat tidur yang datar.
2)
Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk pada lutut dan
santai.
3)
Satu tangan dilekatkan di atas perut.
4)
Tujuan latihan pernapasan :
I)
a)
Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin.
b)
Menghilangkan rasa takut dan tertekan.
c)
Mengurangi nyeri saat kontraksi.
Latihan Relaksasi
Latihan relaksasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot tulang
belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama sekali relaksasi total.
J)
Latihan Relaksasi Kombinasi
1)
Sikap tubuh seperti merangkak
2)
Bersikap tenang dan relaks.
3)
Badan disangga pada persendian bahu dan tulang paha.
4)
Tujuan latihan kombinasi :
K)
a)
Melatih melemaskan persendian pinggul dan persendian tulang paha.
b)
Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut, dan otot liang dubur.
Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup
1)
Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi.
2)
Kedua tangan di sandaran kursi.
3)
Kepala diletakkan di atas tangan.
4)
Tujuan relaksasi :
a)
Meningkatkan ketenangan.
b)
Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar.
c)
Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.
d)
Latihan ini dapat dilakukan pada kala pertama (masa pembukaan pada
proses persalinan) sehingga mengurangi nyeri.
L)
Latihan Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke Pintu Atas
Panggul
1)
Sikap badan berdiri tegak dan jongkok.
2)
Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau kursi dan
jongkok.
3)
Tujuan latihan :
a)
Dengan jongkok selama beberapa waktu diharapkan tulang punggung
melengkung, sehingga rahim tertekan.
b)
Sekat rongga dada menekan rahim sehingga kepala janin dpat msuk
pintu atas panggul.
M)
1)
Latihan Koordinasi Persalinan
Tujuan latihan :
a)
Dengan badan melengkung menyebabkan dorongan maksimal sekat
rongga badan terhadap rahim, saat mengejan kontraksi otot dasar
panggul mencapai hasil maksimal sebagai pendorong janin dalam
proses persalinan, dan persendian antara tulang kelangkang dan tulang
tungging akan melebar, sehingga meluaskan jalan lahir.
b)
Napas dalam menahannya beberapa waktu dan selanjutnya untuk
mengejan, ini dapat mengurangi rasa sakit saat kontraksi, dan hasil
kekuatan mempercepat persalinan.
c)
Membiasakan diri saat persalinan berlangsung.
2.4
Pengukuran Kualitas Tidur
2.4.1
Pengertian
PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) ialah suatu metode penilaian yang
berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan
tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. Dari penilaian kualitas tidur dengan
menggunakan metode PSQI ini akan didapatkan output berupa Sleeping Index.
Sleeping Index merupakan suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran
kualitas tidur seseorang yang pengukurannya dicari dengan cara mengisi kuesioner
PSQI dengan pembobotan tertentu. Index atau nilai tersebut yang nantinya akan
menggambarkan seberapa baikkah kualitas dari tidur seseorang.
2.4.2
Prosedur Pengukuran
Dalam PSQI ini terdapat tujuh skor yang digunakan sebagai parameter
penilaiannya. Tujuh skor tersebut yaitu :

Kualitas tidur

Latensi tidur

Durasi tidur

Kebiasaan tidur

Gangguan tidur

Penggunaan obat tidur (yang berlebihan)

Disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir
PSQI terdiri dari 19 kuesioner untuk penilaian individu, 5 kuesioner lain
ditujukan untuk partner tidur atau teman sekamar. 5 kuesioner tersebut tidak
diikutkan dalam perhitungan dan hanya digunakan untuk informasi medis saja. 19
Kuesioner yang berkaitan untuk penilaian individu tersebut diberikan mampu menilai
varietas yang sangat luas berkaitan dengan kualitas tidur seseorang termasuk estimasi
dari durasi tidur, latensi tidur, frekuensi tidur serta tingkat keparahan permasalahan
tidur seseorang. 19 Item ini akan digrupkan kedalam 7 komponen skor, Interprestasi
akhir dari 7 komponen pertanyaan adalah dengan menjumlahkan skor dari masingmasing komponen. Menurut Insumar (2009), hasil kuesioner tersebut dapat
diinterpretasikan adalah sebagai berikut:
0 = pemenuhan kebutuhan tidur sangat baik
1 – 7 = pemenuhan kebutuhan tidur agak baik
8 – 14 = pemenuhan kebutuhan tidur agak buruk
15 – 21 = pemenuhan kebutuhan tidur sangat buruk
2.5
Mekanisme Senam Hamil Menurukan Gangguan Tidur Ibu Hamil
Trimester III
Penurunan durasi tidur ibu hamil pada trimester III (28-42 minggu) adalah
karena ibu susah untuk tidur. Ini dirasakan sebagai akibat meningkatnnya kecemasan
atau kekhawatiran dan ketidaknyamanan fisik. Kecemasan yang dirasakan oleh ibu
hamil merupakan refleksi dari kesadaran akan kehamilannya yang mendekati akhir,
sehingga rasa takut akan proses persalinan yang tidak normal, kecemasan tentang
apakah bayinya akan lahir dengan selamat, dan khawatir apabila bayinnya lahir dalam
keadaan tidak normal. Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan perubahan bentuk
tubuh, ketidaknyamanan fisik seperti sakit punggung bawah, dan rasa pegal-pegal
pada badan. Kecemasan dan ketidaknyamanan fisik merupakan stressor yang dapat
merangsang system syaraf simpatis dan modula kelenjar adrenal. Pada keadaan ini
akan terjadi peningkatan sekresi hormone adrenalin atau epinefrin, sehingga dapat
meningkatkan ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi
gelisah dan tidak mampu berkonsentrasi. Untuk mengatasi keluhan-keluhan ibu hamil
yang dapat mengakibatkan penurunan durasi tidur, maka senam hamil sebagai salah
satu pelayanan prenatal, meruak suatu alternatif terapi yang dapat diberikan pada ibu
hamil. Pemberian senam hamil terutama latihan relaksasi akan menimbulkan efek
relaks yang melibatkan syaraf parasimpatis dalam system syaraf pusat. Dimana salah
satu fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi hormon adrenalin
atau epinefrin (hormon stress) dan meningkatkan skresi hormon noradrenalin atau
norepinefrin (hormone relaks) sehingga terjadi penurunan kecemasan serta
ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi lebih relaks dan
tenang (Wulandari, 2006).
Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa
senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah
otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan 200 kali lebih kuat dari
morphine. Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan
nyaman hingga membuat seseorang berenergi. Selama ini endorphin sudah dikenal
sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah, mengendalikan
rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endhorpine sebenarnya merupakan gabungan
dari endogenous dan morphine, zat yang merupakan unsur dari protein yang
diproduksi oleh sel-sel tubuh serta sistem syaraf manusia. Endorphin dalam tubuh
bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam,
relaksasi, serta meditasi. Karena endorphine diproduksi oleh tubuh manusia sendiri,
maka endorphine dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang terbaik.
Endorphin
dalam
tubuh
bisa
dipicu
munculnya
melalui
berbagai
kegiatan, seperti pernapasan yang dalam, relaksasi, serta meditasi.
Latihan dalam Senam Hamil terdiri dari pemanasan, latihan inti, latihan
pernafasan dan pendingingan. Gerakan-gerakan dalam latihan bermanfaat untuk
mengingkatkan oksigen yang diangkut ke otot dan jaringan tubuh memperlancar
peredaran darah, serta mengurangi risiko terjadinya kejang atau luka. Sedangkan
tujuan gerakan dalam latihan inti adalah pembentukan sikap tubuh, meregangkan dan
mnguatkan otot terutama otot yang berperan dalam persalinan serta memperbaiki
kerja jantung, pembuluh darah, dan paru dalam mngedarkan nutrisi dan oksigen
keseluruh tubuh.
Latihan pernafasan dan pendinginan dalam senam hamil merupakan suatu
metode relaksasi. Dimana relaksasi dalam latihan pernafasan dilakukan dengan cara
latihan nafas perut (menaikkan perut saat menarik nafas dan mngempiskan perut saat
membuang nafas dari mulut secara perlahan), latihan nafas diafragma/iga (hirup nafas
melalui hidung sampai iga terasa mengembang, kemudian hembuskan nafas melalui
mulut), latihan nafas dada (hirup nafas melalui hidung sampai dada terasa
mengembang, kemudian hembuskan nafas melalui mulut). Latihan pendinginan
dilakukan melalui penegangan otot selama beberapa detik untuk kemudian
dilepaskan. Bila ibu hamil melakukan latihan tersebut dengan benar, akan terasa efek
relaksasi pada ibu hamil yang berguna untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan
yang ia rasakan selama kehamilan berlangsung (Wulandari,2006).
Download