PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL NULLIPARA DAN MULTIPARA TRIMESTER III DIFFERENCE LEVEL OF ANXIETY ABOUT FACING DELIVERY BETWEEN NULLIPAROUS AND MULTIPAROUS PREGNANT WOMAN IN THIRD TRIMESTER Dini Akbari Husna, Sunarsih Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Email: [email protected] Abstrak Latar Belakang:Kecemasan ibu hamil memuncak pada trimester akhir karena waktu persalinan yang semakin dekat. Kecemasan selama hamil terutama karena proses persalinan dapat menyebabkan menyebabkan persalinan lama. Studi pendahuluan di Puskesmas Krembangan Selatan menunjukkan 5 dari 7 ibu hamil mempunyai risiko mengalami kecemasan dimana 4 diantaranya belum pernah melahirkan dan lainnya sudah pernah melahirkan.Metode: Penelitian ini berupa penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional comparative. Populasinya adalah ibu hamil trimester III yang belum pernah melahirkan dan pernah melahirkan yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling yang ditentukan pada kurun waktu tertentu, dalam penelitian ini adalah yang berkunjung bulan Mei 2013. Besar sampel penelitian adalah 43 responden, yaitu 25 ibu hamil nullipara dan 18 ibu hamil multipara. Paritas adalah variabel independen dan tingkat kecemasan merupakan variabel dependent. Instrument penelitian adalah kuesioner kecemasan Spielberger’s State-Trait Anxiety Inventory yang dimodifikasi oleh Handayani (2010) pada penelitian sebelumnya. Sumber data adalah data primer. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-square.Hasil: Penelitian menunjukkan dari 25ibu hamil nullipara sebanyak 13 responden (52%) mengalami kecemasan sedang dan seluruh responden ibu hamil multipara mengalami kecemasan ringan. Hasil uji Chi-square p = 0,001 sehingga p < α (0,05). Kesimpulan: ada perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil nullipara dan multipara trimester III. Kata kunci: Kecemasan Ibu Hamil Trimester III, Menghadapi persalinan, Nullipara, Multipara Abstract Background: Maternal anxiety peaked in the final trimester because delivery time is getting closer. Anxiety during pregnancy is mainly due to the birth process can cause lead to prolonged labor. Preliminary studies in Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya 5 of 7 shows pregnant women at risk of experiencing anxiety that 4 of them had never given birth and the other had given birth. Methods: This study is observational analytic study with comparative cross-sectional approach. Its population is third trimester pregnant women who have never given birth and who had given birth at Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya. The sampling technique is specified consecutive sampling at certain time, in this study is visit in May 2013. Large study sample was 43 respondents, consists of 25 nulliparous pregnant women and 18 multiparous pregnant women. The independent variable is parity and the dependent variable is the anxiety level. Research instrument was anxiety questionnaire of Spielberger's State-Trait Anxiety Inventory modified by Handayani (2010) in previous research. Data source is the primary data. Data analysis used is the Chi-square test. Result: The results showed 13 respondents (52%) of 25 nulliparous pregnant women were experienced moderate anxiety and all of 18 multiparous pregnant women experienced mild anxiety. Results of Chi-square test p = 0.001 so that p < α 50 (0.05).Conclusion: There are differences in the level of maternal anxiety about facing delivery between nullipara pregnant women and multiparous pregnant women in the third trimester. Keyword: Maternal Anxiety in Third Trimester, Facing Delivery, Nulliparous, Multiparous PENDAHULUAN Kematangan emosi sangat diperlukan bagi seseorang yang berkeinginan untuk mempunyai anak karena akan mendukung kesanggupannya untuk menyesuaikan diri selama proses persalinan dan menjadi ibu (Hughes, 1999; Kurnia, 2010). Data WHO (2010) menunjukkan sekitar 5% wanita tidak hamil mengalami kecemasan, 8-10% selama kehamilan, dan meningkat menjadi 13% ketika menjelang persalinan. Studi lain mengungkapkan bahwa terdapat 67% ibu hamil menyatakan agak cemas menjelang persalinannya, 12% sangat cemas dan sisanya 23% menyatakan tidak cemas (Artanty, 2011). Sebagian besar wanita yang belum pernah melahirkan menyatakan cemas menghadapi persalinan. Felman et al (dalam Aryasatiani, 2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat tidak menyenangkan dalam hidupnya. Kecemasan menjelang persalinan yang dikarenakan takut pada proses persalinan sangat berpengaruh pada fungsi tubuh ibu saat bersalin. Kecemasan menyebabkan vasokontriksi sehingga aliran darah terhambat dan berkurang. Vasokontriksi akan mempengaruhi organ-organ yang terlibat pada proses persalinan menjadi tidak dapat berfungsi dengan baik. Tenaga mengedan menjadi kurang kuat, dorongan dari dalam tubuh pun tidak kuat, sehingga persalinan terhambat (Artanty, 2011). Kematian ibu saat persalinan dan penyebab kematian ibu karena komplikasi obstetrik mencapai 90%, misalnya partus lama atau partus tak maju. Angka kematian ibu masih 228 per 100.000 kelahiran hidup di Indonesia (SDKI, 2007). Penelitian Astria (2009) menunjukkan bahwa dari lima variable yang diteliti, hanya dua variable yang membuktikan adanya hubungan dengan kecemasan, yaitu graviditas dan tingkat pendidikan. Penelitian lain oleh Kurnia (2010) malah menunjukkan bahwa frekuensi hamil tidak mempunyai hubungan pada tingkat kecemasan ibu. Maka, peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kecemasan ibu 51 hamil trimester III dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil yang belum pernah melahirkan dengan yang pernah melahirkan. METODE Penelitian ini berupa penelitian analitik observasional denganpendekatan cross sectional comparative. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang belum pernah melahirkan dan pernah melahirkan yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Maka, sampel penelitian ini adalah ibu hamil nullipara dan multipara pada trimester III dengan kriteria inklusi: 1. Ibu hamil nullipara yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya pada bulan Mei 2013 2. Ibu hamil multipara yang pernah melahirkan 2-4 kali yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya pada bulan Mei 2013 3. Ibu hamil trimester III dengan umur kehamilan ≥ 30 minggu di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya Variabel bebas penelitian ini adalah paritas ibu hamil yang terdiri dari nullipara dan multipara.Variabel terikat yang digunakan adalah tingkat kecemasan ibu hamil.Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner pengukur kecemasan ibu hamil yang telah dimodifikasi oleh Handayani (2010) pada penelitian serupa. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Data primer, yang didapat dari kuesioner yang diisi oleh ibu hamil nullipara dan ibu hamil multipara pada trimester III yang berkunjung Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya. 2. Data sekunder, yang didapat dari data Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya mengenai jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabulasi silang yang kemudian dilakukan uji Chi-square untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil nullipara dan multipara pada trimester III. 52 HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kecemasan Responden Nullipara pada Trimester III Wanita nullipara sebagian besar takut mengalami nyeri selama proses persalinan karena tidak mengerti anatomi dan proses kelahiran. Mereka juga khawatir atas perilakunya selama proses kelahiran (Boback, 2005) Tabel 1 Tingkat Kecemasan RespondenNullipara pada Trimester III Tingkat Kecemasan N % Nullipara Ringan 12 48,00 Sedang 13 52,00 Berat 0 0,00 Sumber: Data Primer Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden nullipara 13 (52%) responden mengalami kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan teori pada Boback (2005) yang telah diuraikan di atas. menyatakan Wanita juga menyatakan kekhawatirannya akan perilaku yang pantas selama proses bersalin dan bagaimana individu yang merawat mereka akan menerima perilaku mereka. Hal ini dapat disebabkan ibu hamil nullipara belum memiliki pengalaman mengenai kehamilan dan proses persalinan. Mereka belum mengetahui bagaimana perbedaan antara kontraksi palsu dan kontraksi sejati, mereka juga belum mengetahui proses persalinan yang sebenarnya. Selain itu, karakteristik responden setengahnya memiliki pendidikan terakhir tingkat dasar. Hal ini kemungkinan juga mempengaruhi tingkat kecemasan responden nullipara. Pendidikan terkait dengan bagaimana pola berpikir seseorang. Ibu hamil nullipara yang belum memiliki pengalaman menghadapi persalinan dapat dengan mudah terpengaruh dengan informasi-informasi tentang persalinan termasuk informasi yang kurang tepat, sehingga dapat meningkatkan tingkat kecemasannya. Sebagian besar responden juga tidak bekerja. Hal ini dapat berpengaruh pada informasi mengenai persalinan yang didapat oleh ibu, karena ibu tidak terlalu banyak bertemu dengan orang luar, melainkan hanya sesama ibu-ibu di lingkungannya yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil mengenai persalinan. Hal ini sesuai dengan teori oleh Hawari (2001) dalam Larasati (2012) yang mengemukakan bahwa status pendidikan yang kurang pada seseorang akan 53 menyebabkan orang tersebut lebih mudah mengalami stres dibanding dengan mereka yang status pendidikan yang lebih tinggi atau baik. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. Ketidaktahuan ibu hamil nullipara mengenai persalinan membuat ibu aktif mencari informasi tentang kehamilan dan persalinan dengan memeriksa kehamilannya ke tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori pada Boback (2005) yang mengungkapkan bahwa wanita nullipara secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Seperti membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, dan orang yang tidak dikenal), mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi mereka nasihat, arahan, dan perawatan. Maka, sebaiknya tenaga kesehatan, terutama bidan, mempertimbangkan faktor psikologis ibu hamil yang belum pernah melahirkan. Bidan membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan pada ibu hamil nullipara dengan memberikan informasi yang tepat mengenai persalinan, baik anatomi yang berhubungan dengan persalinan maupun prosesnya. Hal ini diharapkan ibu hamil nullipara jadi lebih siap mental sehingga tidak mencemaskan proses persalinan karena persalinan adalah hal yang fisiologis. Tingkat Kecemasan Responden Multipara pada Trimester III Wanita multipara juga memiliki kecemasan saat menjelang persalinan di trimester III. Namun, kecemasannya berbeda dengan wanita nullipara. kecemasan wanita multipara biasa lebih berorientasi pada apa saja yang pernah dia alami di persalinan yang lalu. Tabel 2 Tingkat Kecemasan Responden Multipara pada Trimester III Tingkat Kecemasan N % Multipara Ringan 18 100,00 Sedang 0 0,00 Berat 0 0,00 Sumber: Data Primer Tabel 2 menunjukkan seluruh responden multipara 18 (100%) responden mengalami kecemasan ringan. Hal ini sesuai dengan teori oleh Boback (2005) 54 mengemukakan bahwa wanita multipara memiliki pengalaman tersendiri dalam pendekatannya dalam mempersiapkan diri menghadapi persalinan kali ini. Mereka justru biasanya lebih memperhatikan anak sebelumnya sehingga mereka merasa biasabiasa saja pada persalinan saat ini, maka mereka mungkin lebih sedikit memikirkan anak pada kehamilan kali ini. Kecemasan ibu hamil multipara pada trimester III umumnya terfokus pada pengalaman persalinannya yang terdahulu. Hal ini dapat disebabkan ibu hamil multipara merupakan ibu hamil yang pernah memiliki pengalaman hamil dan menjalani proses persalinan sebelumnya. Mereka pernah merasakan bagaimana perjalanan proses persalinan yang sebenarnya sehingga pada kehamilan ini mereka tampak lebih siap ketika muncul tanda-tanda awal menjelang persalinan, seperti kontraksi palsu. Selain itu, karakteristik responden yang sebagian besar memiliki penghasilan keluarga yang termasuk tinggi (≥ UMR Jatim) kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan responden ini. Status ekonomi yang cukup memadai membuat ibu hamil merasa tidak terlalu perlu memikirkan bagaimana biaya dan ke mana harus bersalin karena merasa sudah tahu bagaimana mengatasinya. Hal ini sesuai dengan teori oleh Hawari (2001) dalam Larasti (2012) pendapatan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kebutuhan, salah satunya adalah kesehatan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi memadai. Bagi mereka yang berpendapatan sangat rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan berupa pemanfaatan kesehatan apa adanya, sesuai dengan kemampuan mereka. Apabila tingkat pendapatan baik, maka pemanfaatan kesehatan mereka akan lebih baik. Pada penelitian ini, tidak ada responden multipara yang memiliki pengalaman persalinan yang buruk sehingga seluruh responden berada pada kecemasan tingkat ringan. Hal ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Bahiyatun (2011) yang mengungkapkan bahwa jika wanita multipara mengalami riwayat persalinan yang buruk 55 maka kecemasannya pada persalinan kali ini akan lebih meningkat karena takut proses persalinan yang kurang lancar kembali terulang. Maka, dalam hal ini bidan sebagai tenaga kesehatan yang membantu ibu hamil dalam persiapan persalinan, diharapkan mempertimbangkan riwayat persalinan ibu terdahulu. Jika ibu sebelumnya pernah mengalami riwayat persalinan yang kurang lancar, bidan dapat memberikan dukungan psikologis bahwa persalinan merupakan hal yang unik sehingga belum tentu sama dengan persalinan sebelumnya, selain itu tenaga kesehatan juga membantu ibu dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi persalinan. Namun, jika persalinan sebelumnya berjalan lancar, tenaga kesehatan akan lebih mudah untuk memberikan arahan dalam mempersiapkan persalinan kali ini. Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Nullipara dengan Ibu Hamil Multipara pada Trimester III Hal-hal yang dicemaskan ibu hamil nullipara dan ibu hamil multipara tentu berbeda. Hal ini berkaitan dengan persalinan yang belum pernah dialami ibu nullipara dan pengalaman persalinan yang sebelumnya dialami ibu multipara. Tabel 3Tabulasi Silang antara Paritas Ibu Hamil dengan Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan Total P Α Paritas Ringan Sedang Berat Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Nullipara 12 48,00 13 52,00 0 0 25 100,00 0,001 0,05 100,00 Multipara 18 0 0,00 0 0 18 100,00 69,77 13 30,33 0 0 43 100,00 Total 30 Sumber: Data Primer Tabel 3 menunjukkan responden nullipara sebagian besar mengalami cemas sedang yaitu 13 responden (52%). Sementara 12 responden lainnya (48%) mengalami cemas ringan. Hal ini berbeda dengan responden multipara, yaitu dari 18 responden multipara terdapat seluruhnya mengalami cemas ringan sehingga tidak ada responden multipara yang mengalami cemas sedang dan berat. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p = 0,001, maka p < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan ada perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan antara ibu hamil nullipara dengan multipara pada trimester III. Ibu hamil 56 nullipara sebagian besar mengalami kecemasan sedang, sementara seluruh ibu hamil multipara mengalami kecemasan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang belum pernah mengalami proses persalinan sebelumnya kemungkinan akan cenderung lebih cemas dibandingkan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan. Ibu hamil multipara memiliki bekal dalam menghadapi persalinan, yaitu pengalaman persalinan sebelumnya. Mereka lebih lebih mengetahui bagaimana tanda persalinan yang sebenarnya sehingga lebih mengerti pula bagaimana proses persalinan itu berjalan. Sementara itu, ibu hamil nullipara tidak memiliki bekal pengalaman dalam menghadapi persalinan. Ibu hamil nullipara mengetahui tanda persalinan dan proses persalinan hanya dari buku yang dibaca atau keluarga yang member mereka nasihat maupun tenaga kesehatan yang memberi konseling saat pemeriksaan kehamilan. Mereka belum mengenal bagaimana rahim berkontraksi saat persalinan sejati atau hanya kontraksi palsu. Selain itu, ibu hamil ini sering mendengar informasi-informasi dari kerabat dan keluarga, seperti bagaimana nyeri persalinan. Jika informasi yang didapat kurang tepat, maka kemungkinan dapat meningkatkan kecemasan ibu. Hal ini sesuai dengan teori Boback (2005) bahwa wanita nullipara sebagian besar takut mengalami nyeri selama proses persalinan karena tidak mengerti anatomi dan proses kelahiran. Wanita juga menyatakan kekhawatirannya akan perilaku yang pantas selama proses bersalin dan bagaimana individu yang merawat mereka akan menerima perilaku mereka. Rasa cemas yang paling sering dialami ibu hamil dimasa persiapan persalinan adalah ketakutan yang tidak diketahui, karena ibu hamil sendri sering tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat proses persalinan (Aprilia, 2010). Ibu hamil, khususnya wanita nullipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, dan orang yang tidak dikenal). Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi mereka nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, freese, Goldenberg, 1990: Bobak, 2005). Namun, tidak jarang pula ibu hamil ini mendengar tentang peristiwa mengerikan dan menakutkan saat persalinan, baik itu dari TV, sahabat, atau lingkungan yang mempunyai pengalaman tidak menyenangan pada saat persalinan sebelumnya (Aprilia, 2010). Persepsi ibu terhadap persalinan dan 57 kelahiran merupakan hal yang krusial untuk penyesuaian emosi mereka (Fraser dan Cooper, 2009). Pada penelitian ini, ibu hamil multipara lebih cenderung mengalami kecemasan ringan. Jika dibandingkan dengan kecemasan ibu hamil nullipara yang umumnya terfokus pada bagaimana ibu menghadapi proses persalinan nanti, ibu hamil multipara justru terfokus dari pengalaman persalinannya terdahulu (Bahiyatun, 2011). Ibu hamil multipara sudah pernah memiliki pengalaman bagaimana menghadapi proses persalinan, pengalaman inilah yang dijadikan pelajaran oleh ibu sehingga ibu lebih mengerti bagaimana nyeri persalinan yang sebenarnya, tanda persalinan yang sudah dekat itu seperti apa, dan bagaimana mengontrol diri saat proses persalinan berlangsung. Peneliti juga mengupayakan untuk menguji umur kehamilan dengan tingkat kecemasan dengan uji chi-square. Hasil uji tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara umur kehamilan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada ibu hamil. Ibu hamil dengan umur kehamilan < 37 minggu memiliki tingkat kecemasan yang tidak jauh berbeda dengan ibu hamil ≥ 37 minggu. Walaupun umur kehamilan ibu belum aterm, ibu sudah memiliki pemikiran mengenai persalinan karena cepat atau lambat ibu pasti akan menjalaninya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan umur kehamilan tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. SIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini, sebagian besar ibu hamil nullipara pada trimester III mengalami kecemasan sedang dalam menghadapai persalinan, sementara seluruh ibu hamil multipara pada trimester III mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi persalinan. Pada uji statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil nullipara dan multipara trimester III.Maka, bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan penting dalam kesehatan ibu hamil diharapkan dapat membantu ibu dalam persiapan psikologis menghadapi persalinan. Ibu hamil yang belum pernah melahirkan dan sudah pernah melahirkan memiliki kecemasan yang berbeda sehingga hal tersebut semestinya diperhatikan agar proses persalinan nanti dapat berjalan dengan lancer. Selain itu, pelayanan kesehatan 58 sebaiknya mempertimbangkan psikologi ibu hamil dengan menambahkan program untuk ibu hamil trimester III menghadapi persalinannya. DAFTAR PUSTAKA Aprillia, Yesie. 2010. Hypnosetri: Rileks, Nyaman, Aman Saat Hamil dan Melahirkan. Jakarta: Gagas Medika Aryasatiani, 2005. Menjaga Wanita http://www.dinkes.diy.org Takut Menghadapi Persalinan Normal. Astria, Yonne, Irma Nurbaeti, Catur Rosidati, 2009, “Hubungan Karekteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit X Jakarta”, Majalah Keperawatan, vol 10 pp 38-48 Baety, Aprilia Nurul, 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu Bahiyatun, 2011. Psikologi Ibu dan Anak: Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC Choeriyah, Uswatun, 2010, “Perbedaan Kejadian Persalinan Lama antara Primigravida dan Multigravida”, Skripsi, Akbid Graha Mandiri Cilacap Dahlan, Muhamad Sopiyudin, 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Destryana. 2012. Kenali 7 Tanda Awal Kehamilan! http://www.merdeka.com/ sehat/kenali -7-tanda-awal-persalinan.html Fraser, Diane M dan Margaret A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC Handayani, Astika 2010 “Gambaran Tingkat Kecemsan Ibu Primipara dan Multipara dalam Menghadapi Persalinan di BPS Mariana dan Risna” Skripsi, Universitas Sumatera Utara Hidayat, A.A, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah, 2011. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita Katona, Cornelius et all. 2012. At Glance Psikiatri Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga 59 Kurnia, Juni Dwi, 2010, “Faktor yang Mempengaruhi terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil” Skripsi, Universitas Airlangga Surabaya Kurniawati, Hidayatul, 2007, “Perbedaan Tingkat Kecemasan Primigravida dan Multigravida Menghadapi Persalinan” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Larasati, Inka Putri, 2012, “Pengaruh Keikutsertaan Senam Hamil Terhadap Kecemasan Primigravida Trimester Ketiga Dalam Menghadapi Persalinan”, Jurnal Biometrika dan Kependudukan, vol 1, pp 26-32 Larasati, Madah, 2008. “Kecemasan Menghadapi Masa Persalinan Ditinjau dari Keikutsertaan Ibu dalam Senam Hamil”. UII Repository and Archive Machfoedz, Ircham, 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya Maimunah, Siti, 2009. “Kecemasan Ibu Hamil Menjelang Persalinan Pertama”, Journal Humanity, vol 5 61-67 McDowell, Ian, 2006. Measuring Health: A Guide to Rating Scale and Questionnaires, Third Edision. New York: Oxford University Press Niven, Neil, 2012. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Tenaga Kesehatan Profesional Lain, Edisi Kedua, Jakarta: EGC NN. 2010. Kontraksi dan Persalinan. http://m.medicastore.com/index.php?mod= penyakit&id=573 NN. 2012. Do I Need to Choose A Birth Partner. http://www.nutriclub.co.id/ pregnancy/labour_and_birth/article/do_i_need_to_choose_a_birth_partner NN. 2012. Minggu Ke-30. http://www.sensitif.info/minggu30.php NN. 2013. Tips Nyaman Saat Proses Persalinan. http://bidanku.com/index.php?/ tipsnyaman-saat-proses-persalinan#sthash.r6oxQcso.dpuf Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian dalam Ilmu Keperawatan Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika Nurwanti, Ida, 2011, “Hubungan Status Paritas dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Menghadapi Persalinan di Bidan Praktek Swasta (BPS) Wilayah Kelurahan Pabuaran Cibinong Bogor Tahun 2011” Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta 60 Oxorn, Harry dan William M. Forte, 2010. Patologi dan Yogyakarta: ANDI Fisiologi Persalinan. Pilliteri, Adele, 2002. Buku Saku Asuhan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Royston, Erica, 2012. Pencegahan Kematian Ibu. Jakarta: Bina Rupa Aksara Sarwono, Sarlito Wirawan, 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers Simkin, Penny et all. 2007. Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi: Panduan Lengkap. Jakarta: Arcan Sembiring, Rinawati, 2010. “Faktor Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Primigravida Kala I Di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan Tahun 2009”. Skripsi, Universitas Sumatera Utara Setiawan, Ari dan Saryono, 2010. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika Tarwonto dan Wartonah, 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Teixeira, Cesar, Barbara Figueredo, Ana Conde, Alexandra Pachecho, Raquel Costa, 2009, “Anxiety and Depresion During Pregnancy in Women and Man”, Journal of Affective Disorder, vol 119 pp 142-148 Tribunnews.com. 2012. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertingga se ASEAN. http://www.tribunnews.com/2012/03/08/angka-kematian-ibu-di-indonesiatertinggi-se-asean Varney, H., J.M. Kriebs, dan C.L. Gego, 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume I.Jakarta: EGC Videbeck, S. L, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC WHO, 2012. Mental Health. other_disorders/q4/en/ http://www.who.int/mental_health/mhgap/evidence/ Wiknjosastro S, 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta Wulandari, Primatia Yogi, 2006. “Efektivitas Senam Hamil sebagai Pelayanan Prenatal dalam Menurunkan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama”. INSAN Media Psikologi, vol 8 pp 136-145 Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika 61